PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF LEARNING TIPE (Student Team Achievement Divisions) STAD TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SD (Quasi Eksperimen di SD Negeri Suradita Cisauk Tangerang)
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh: AGI NURAHMADANA NIM. 109018300092
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M / 1435 H
ABSTRAK “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (Student Team Achievement Divisions) STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SD” Skripsi Jurusan PGMI, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan (FITK), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014 Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, Hasil Belajar Matematika Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe (student team achievement) STAD terhadap hasil belajar matematika siswa SD. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode quasi eksperimen dengan rancangan penelitian randomized control group desaign. Penelitian ini dilakukan di SDN Suradita Tangerang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini tes yang mengukur hasil belajar matematika siswa pada materi luas bangun trapesium dan layang-layang. Tes yang diberikan terdiri dari 10 soal bentuk uraian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebesar 77,33, sedangkan hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional sebesar 51,66. Berdasarkan uji-t diperoleh thitung = 4,04 dan ttabel sebesar 2,00 dengan taraf signifikan (α) = 5% dan derajat kebebasan (db) = 58. Karena thitung > ttabel, maka rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe (student team achievement) STAD, lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif tipe (student team achievement) STAD berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa SD.
Agi Nurahmadana PGMI
i
ABSTRACT
"Effects of Cooperative Learning Model Type ( Student Team Achievement Divisions ) STAD Against Math Elementary Students Learning Outcomes" in primary Thesis Department , Faculty of Tarbiyah and Teaching ( FITK ) , SyarifHidayatullah State Islamic University Jakarta , 2014 Keywords : Type STAD Cooperative Learning , Math Learning Outcomes This study aims to determine the effect of cooperative learning model (student team achievement) STAD on learning outcomes of students from elementary mathematics . The method used in this study is quasi-experimental method with a randomized control group study desaign. This research was conducted in SDN Suradita Tangerang . Sampling was conducted using cluster random sampling technique . The research instrument used in this study tests that measure students' mathematics learning outcomes in a broad wake materials trapezoid and a kite . Given test consists of 10 questions in narrative form . The results showed that the average mathematics learning outcomes of students who are taught using STAD cooperative learning is at 77.33 , while the mathematics learning outcomes of students taught by conventional teaching of 51.66 . Based on the t-test obtained t = 4.04 and 2.00 ttable with significance level ( α ) = 5 % and degree of freedom ( db ) = 58 . Due t count > t table , the average mathematics learning outcomes of students taught by using cooperative learning ( student team achievement) STAD , higher than the average of students' mathematics learning outcomes using conventional learning . It can be concluded that the use of cooperative learning ( student team achievement) STAD effect on elementary school students' mathematics learning outcomes .
Agi Nurahmadana PGMI
ii
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang paling indah selain memanjat memuji kepada yang suci memuja kepada yang kuasa dan bersyukur kepada yang gofur berkat inayah taufiq dan pertolongannya penulis bisa menyelasaika skripsi ini dengan baik. Rasa hormat, takdim dan kerinduan kepada rosulullah nabi Muhammad SAW yang memberikan pencerahan kepada seluruh umat manusia, semoga solawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada beliua, keluarga, sahabat, para pewarisnya, dan kepada kita selaku akhir ummat jaman semoga menjadi umat yang selalu mengikuti akan ajarannya,Amiiin Sebuah karya ilmiah ini masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan skripsi ini. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, namun berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak maka dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan moril dan materil, sehingga skripsi ini dapat selesai. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Ibu Dra. Nurlena Rifa’i. MA.Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Dr. Fauzan M.A., Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang selalu mengingatkan untuk terus menyelesaikan skripsi ini. 3. Ibu Dra. Afidah Mas’ud. Sebagai pembimbing dalam penyusunan skripsi ini. Dengan kesabaran dan keikhlasannya telah mebimbing, memberikan saran, masukan serta arahan terhadap penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
iii
4. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan ilmu kepada penulis, semoga dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. 5. Teristimewa untuk kedua orang tuaku tercinta, ayahanda Agus Saepul Bahri dan ibunda Sumesti yang tak henti-hentinya mendo’akan, melimpahkan kasih sayang dan memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis sehingga terselesaikannya skripsi ini. 6. Adikku tersayang Ainun Qiftiyan, Agung Tri Apriana, dan Alwi Almunawar
yang selalu
mendo’akan, memberikan motivasi
dan
mendorong penulis untuk tetap semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Bapak Kepala Sekolah SDN Suradita yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian. 8. Seluruh dewan guru SDN Suradita yang telah memberikan bimbingan dan motivasi dalam melaksanakan penelitian ini. 9. Sahabat-sahabat team Power Ranger (Mailina Hidayati, Sifa Kumala, Herey Purwanto dan Deni Irawan) yang tidak henti-hentinya memberikan bantuan, motivasi, dan kehangatan serta kebersamaan kita dalam ikatan persahabatan yang seperti dalam satu keluarga. 10. Sahabat-sahabat seperjuangan Fatih Maulawi, Imam Hanafi, Akbar Gunawan Aska, Ahmad Maulana, Agus Nurohman. yang selalu membantu dan memberikan suport kepada saya.
Semua pihak yang ikut terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Semoga Allah Subhanahu wata’ala membalas segala kebaikan saudara semuanya dengan yang lebih baik. Semoga Allah Subhanahu wata’ala dapat menerima sebagai amal kebaikan atas jasa baik yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca, dan kaum muslimin serta semoga Allah Subhanahu wata’ala membimbing, menolong dan memberikan taufik, rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua.
iv
Semoga shalawat dan salam serta barakah senantiasa Allah Subhanahu wata’ala limpahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi wasallam, keluarganya, dan para sahabatnya. Alhamdulillahi Rabbil’Aalamiin.
Jakarta, April 2014 Peneliti
Agi Nurahmadana
v
DAFTAR ISI ABSTRAK
............................................................................................... i
ABSTRACT
.............................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii DAFTAR ISI
............................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi BAB I :
PENDAHULUAN ......................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ................................................................ 7 C. Pembatasan Masalah ................................................................ 7 D. Perumusan Masalah ................................................................. 7 E. Tujuan Penelitian ..................................................................... 8 F. Manfaat Penelitian ................................................................... 8
BAB II : KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ................ 9 A. Deskripsi Teoritik..................................................................... 9 1. Hasil Belajar Matematika ................................................... 9 a. Pengertian Belajar ........................................................ 9 b. Pengertian Matematika................................................. 11 c. Pembelajaran Matematika ............................................ 13 d. Hasil Belajar ................................................................. 15 e. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ....... 20 2. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ................................ 20 a. Pengertian Kooperatif .................................................. 20 b. Langkah-langkah Dalam Pembelajaran Kooperatif ..... 23 c. Pengertian Kooperatif Tipe STAD .............................. 24 a) Pengertian STAD ................................................... 24 b) Komponen STAD................................................... 25 c) Langkah-langkah Penerapan STAD....................... 28
vi
d) Keunggulan dan Kelemahan Kooperatif................ 30 e) Karakter Model Pembelajaran Kooperatif.............. 31 3. Pembelajaran Konvensional................................................. 32 B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................. 33 C. Kerangka Berpikir ................................................................... 34 D. Hipotesis Penelitian.................................................................. 35 BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 36 A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 36 B. Metode Penelitian .................................................................... 36 C. Populasi dan Sampel ............................................................... 37 D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 37 1.
Uji Validitas ...................................................................... 38
2.
Uji Reliabilitas ................................................................... 39
3.
Uji Tingkat Kesukaran ...................................................... 40
4.
Uji Daya Pembeda ............................................................. 41
E. Teknik Analisis Data .............................................................. 42 1. Uji Prasyarat Analisis......................................................... 42 a. Uji Normalitas .............................................................. 42 b. Uji Homogenitas ........................................................... 44 2. Uji Statistik ........................................................................ 45 F. Hipotesis Statistik ................................................................... 47 BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 48 A. Deskripsi Data .......................................................................... 48 1. Hasil Belajar Siswa Kelompok Eksperimen ...................... 48 2. Hasil Belajar Siswa Kelompok Kontrol ............................. 50 3. Perbandingan Hasil Belajar Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ............................................................. 51 B. Pengujian Persyaratan Analisis Data ....................................... 52 1. Uji Normalitas ................................................................... 53 2. Uji Homogenitas................................................................ 54 3. Pengujian Hipotesis ........................................................... 54
vii
C. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................... 56 D. Keterbatasan Penelitian ............................................................ 60 BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN................................................... .. 62 A. Kesimpulan ............................................................................. 62 B. Saran ........................................................................................ 63 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 64 UJI REFERENSI LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1: Langkah-Langkah dalam Pembelajaran Kooperatif ....................... 23 Tabel 2.2: Peningkatan Individual ................................................................... 27 Tabel 2.3: Tingkatan Penghargaan Kelompok ................................................. 28 Tabel 3.1: Desain Penelitian... ......................................................................... 37 Tabel 3.2: Kriteria Koefisien Reliabilitas ........................................................ 40 Tabel 4.1: Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Pada Kelompok Eksperimen...... 49 Tabel 4.2: Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Pada Kelompok Kontrol............ 50 Tabel 4.3: Perbandingan Hasil Belajar Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol.................. ......................................................... 52 Tabel 4.4: Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol.............................. ............................................. 53 Tabel 4.5: Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol................................... ........................................ 54 Tabel 4.6: Hasil Perhitungan Uji Hipotesis Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol................................. .......................................... 55
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1: Histogram Frekuensi Hasil Belajar Kelompok Eksperimen ....... 50 Gambar 4.1: Histogram Frekuensi Hasil Belajar Kelompok Kontrol .............. 51 Gambar 4.2: Siswa Saat Melakukan Diskusi Kelompok ................................. 57 Gambar 4.3: Contoh Jawaban Tes Pada Kelompok Eksperimen..................... 59 Gambar 4.4: Contoh Jawaban Tes Pada Kelompok Kontrol ........................... 59
x
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1: Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen .. 66 Lampiran 2: Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol ........ 84 Lampiran 3: Lembar Kerja Siswa .................................................................... 94 Lampiran 4: Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Sebelum Uji Validitas ..... 103 Lampiran 5: Soal Instrumen Tes Hasil Belajar Sebelum Uji Validitas ........... 105 Lampiran 6: Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Setelah Uji Validitas ....... 108 Lampiran 7: Soal Instrumen Tes Hasil Belajar Setelah Uji Validitas .............. 110 Lampiran 8: Rubrik Penskoran ........................................................................ 112 Lampiran 9: Kunci Jawaban.............................................................................. 114 Lampiran 10: Hasil Tes Kelompok Eksperimen .............................................. 118 Lampiran 11: Hasil Tes Kelompok Kontrol..................................................... 119 Lampiran 12: Langkah-Langkah Perhitungan Uji Validitas ............................ 120 Lampiran 13: Hasil Perhitungan Uji Validitas ................................................. 121 Lampiran 14: Langkah-Langkah Perhitungan Uji Reliabilitas ........................ 123 Lampiran 15: Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas ............................................. 124 Lampiran 16: Langkah-langkah Perhitungan Tingkat Kesukaran ................... 126 Lampiran 17: Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran ....................................... 127 Lampiran 18: Langkah-Langkah Perhitungan Uji Daya Pembeda .................. 129 Lampiran 19: Hasil Perhitungan Uji Daya Pembeda ....................................... 130 Lampiran 20: Rekapitulasi Analisis Butir Soal................................................ 132 Lampiran 21: Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kelompok Eksperimen ............ 133 Lampiran 22: Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kelompok Kontrol ................... 136 Lampiran 23: Perhitungan Uji Normalitas Hasil Tes Kelompok Eksperimen . 139 Lampiran 24: Perhitungan Uji Normalitas Hasil Tes Kelompok Kontrol ....... 141 Lampiran 25: Perhitungan Uji Homogenitas ................................................... 143 Lampiran 26: Perhitungan Uji Hipotesis Statistik ........................................... 144
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai fungsi yang relevan untuk mengubah tingkah laku dan pola pikir manusia dari keadaan belum tahu menjadi tahu, dari keadaan tidak mampu menjadi mampu dan dari keadaan tidak memiliki keterampilan
menjadi
memiliki
keterampilan
melalui
sebuah
proses
pembelajaran baik dengan menggunakan metode maupun strategi tertentu. Sebagaimana dinyatakan dalam Undang-undang RI No.20 tahun 2003 yang berbunyi: Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1 Oleh karena itu peningkatan mutu pendidikan dan pengajaran senantiasa harus diupayakan dan dilaksanakan dengan jalan meningkatkan kualitas pembelajaran. Melalui peningkatan kualitas pembelajaran, siswa akan termotivasi dalam belajar, siswa dapat lebih aktif, serta prestasi hasil belajar siswa
meningkat
dan
semakin
bertambah
pengetahuan,
bertambah
keterampilan, dan semakin faham akan materi yang dipelajari maka semakin bertambah pula kecerdasaan dan prestasi hasil belajar siswa. Keberadaan Sekolah Dasar (SD) memegang peranan yang sangat penting dalam pendidikan. Keberhasilan peserta didik di Sekolah Dasar (SD) baik dalam hal prestasi hasil belajar maupun budi pekertinya sangat berpengaruh terhadap keberhasilannya di sekolah. Adapun keberhasilan disekolah tergantung dengan proses pembelajaran didalam kelas. Salah satu mata pelajaran yang sangat penting yaitu pelajaran matematika yang harus 1
Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2006), h.8-9.
1
2
dikuasai oleh siswa sebagai penunjang penguasaan materi matematika pada jenjang berikutnya, apabila pada tahap sekolah dasar kemampuan dasar matematika siswa tidak kuat, maka akan terus terbawa ke jenjang berikutnya. Pembelajaran matematika yang diterapkan disekolah saat ini merupakan basic atau dasar yang sangat penting dalam keikutsertaannya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Pencapaian tujuan “mencerdaskan kehidupan bangsa” akan tetap segar dan tegar menyongsong persaingan di era globalisasi dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di Indonesia mata pelajaran matematika diberikan mulai sejak kelas I Sekolah Dasar (SD). Hal ini menunjukan betapa pentingnya matematika dalam jenjang selanjutnya. Dan matematika selalu berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Kualitas pendidikan Indonesia dianggap oleh banyak kalangan masih rendah. Ini bisa dilihat dari beberapa indikator di antaranya adalah melalui hasil Trends in International Mathematics and Science Studies (TIMSS) 2011, yang baru saja dipublikasikan, semakin menegaskan kondisi gawat darurat dunia pendidikan di Tanah Air. Nilai rata-rata matematika siswa kelas VIII (kali ini Indonesia tidak mengikutkan siswa kelas IV) hanya 386 dan menempati urutan ke-38 dari 42 negara. Di bawah Indonesia ada Suriah, Maroko, Oman dan Ghana. Negara tetangga, seperti Malaysia, Thailand dan Singapura, berada di atas Indonesia. Singapura bahkan di urutan kedua dengan nilai rata-rata 611. Nilai ini secara statistik tidak berbeda secara signifikan dari nilai rata-rata Korea, 613 di urutan pertama dan nilai rata-rata Taiwan, 609, di urutan ketiga. Adapula hasil Progress in International Reading Literacy Studi (PIRLS) 2011, yang juga baru diterbitkan, menempatkan siswa kelas IV Indonesia di urutan ke-42 dari 45 negara dengan nilai rata-rata 428. Di bawahnya ada Qatar, Oman, dan Maroko.2 2
Elin Driana, Posted on December 14 2012 http://nasional.kompas.com/read/2012/12/14/02344589/gawat.darurat.pendidikan diakses pada tanggal 26/03/2013 14:37
3
Berdasarkan nilai matematika yang didapat pada SDN Suradita bahwa hasil nilai ulangan siswa masih banyak yang dibawah KKM sekolah. Nilai KKM yang ada disekolah SDN Suradita ini adalah 60 sedangkan nilai siswa kelas V yang diatas KKM yaitu hanya 8 siswa dari 44 siswa dan 36 siswa nilainya masih dibawah KKM. (data terlampir) Adanya faktor penyebab rendahnya nilai hasil belajar matematika siswa yaitu diantaranya kurang tepatnya metode pembelajaran yang digunakan oleh guru, sehingga siswa merasa jenuh dan bosan ketika belajar, dapat pula disebabkan cara penyampaian atau penyajian materi yang kurang menarik perhatian siswa, sehingga siswa bersikap acuh tak acuh ketika guru menyampaikan materi. Selain itu juga, disebabkan oleh guru kurang pandai mengatur strategi belajar mengajar yang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa atau juga karena metode pembelajaran yang masih bersifat monoton dimana siswa tidak banyak dalam proses pembelajaran dan keaktifan kelas sebagian besar didominasi oleh guru. Berdasarkan wawancara dengan salah satu guru kelas 5 Ibu Atikah S.Pd di sekolah SDN Suradita, tampak bahwa guru dalam melakukan pembelajaran masih menggunakan metode ceramah, adapun dalam proses mengajar guru masih mendominasi keaktifannya dan siswa hanya mendengarkan apa yang telah guru lakukan. Hal ini terlihat ketika guru menjelaskan konsep matematika lebih menekankan pada pemberian materi langsung. Sehingga kebanyakan siswa tersebut mengalami kesulitan untuk mengerti materi yang telah disampaikan oleh guru, karena semuanya cenderung menggunakan konsep pembelajaran terpusat kepada guru (teacher center). Di samping itu, keterbatasan dalam sarana prasarana dan media pembelajaran akibatnya siswa kurang kondusif dan aktif, siswa hanya merasa jenuh dan bosan serta malas dan berdampak dengan rendahnya hasil belajar siswa. Selain itu, berdasarkan proses hasil observasi siswa SDN Suradita juga didapat beberapa informasi yang menyebabkan rendahnya aktivitas dan hasil belajar yaitu siswa masih pasif
karena proses pembelajaran yang kurang
optimal, siswa tidak mendapatkan pengalaman langsung dalam proses
4
pembelajaran dan berpusat kepada guru, siswa merasa pembelajaran hanya penyampaian materi pelajaran saja tidak ada hubungan interaksi bersama teman-temanya dalam kelas, dan pemahaman siswa mengenai materi pelajaran masih bingung karena hanya belajar sendiri-sendiri tidak ada berpikir bersama dalam diskusi dan kerjasama berkelompok. Dalam hal ini, Guru adalah salah satu faktor utama yang menentukan mutu/kualitas pendidikan. Gurulah yang berada didepan dalam menciptakan SDM yang bermutu karena guru berhadapan langsung dengan peserta didik di kelas melalui proses pembelajaran. Agar peran guru dalam melakukan usaha meningkatkan hasil belajar sekaligus memberi teladan untuk membentuk budi pekerti yang luhur pada peserta didik maka guru harus dapat menentukan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan konsep yang akan di pelajari dan sarana prasarana yang ada. Selain itu, guru juga harus memahami karakeristik peserta didik agar proses pembelajaran yang dilaksanakan dapat menciptakan pengalaman belajar yang mengena kesemua ranah baik kognitif, psikomotorik dan afektifnya. Seorang guru yang profesional dituntut untuk dapat menampilkan keahliannya sebagai guru di depan kelas. Komponen yang harus dikuasai adalah menggunakan bermacam-macam model pembelajaran yang bervariasi yang dapat menarik minat belajar siswa dan guru tidak cukup untuk memberikan ceramah di depan kelas. Hal ini tidak berarti bahwa metode ceramah ini tidak baik, melainkan pada suatu saat siswa akan menjadi bosan apabila hanya guru sendiri yang berbicara, sedangkan mereka hanya duduk, diam dan mendengarkan. Kebosanan dalam mendengarkan uraian guru dapat mematikan semangat belajar siswa. Selain itu ada pokok bahasan yang kurang tepat untuk disampaikan melalui metode ceramah dan lebih efektif melalui metode lain. Oleh karena itu guru perlu menguasai berbagai metode pembelajaran. Berdasarkan
masalah
yang
ditemukan,
bahwa
pilihan
model
pembelajaran masih belum dapat menciptakan iklim pembelajaran yang memungkinkan aktivitas dan hasil belajar siswa menjadi lebih optimal. Hal ini
5
bisa disebabkan karena pembelajaran yang digunakan masih belum tepat, sehingga siswa belum dapat memahami pelajaran secara optimal serta masih jauh dari kondisi kelas yang efektif dan efisien. Oleh sebab itu, diperlukan suatu usaha untuk mengoptimalkan kelas dengan menerapkan pembelajaran yang tepat serta diharapkan mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Dalam menyikapi permasalahan yang muncul dalam pembelajaran matematika di Sekolah Dasar (SD) tersebut, maka upaya untuk mengatasinya perlu segera dilakukan, jangan sampai terus menerus terjadi pada siswa. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan materi kepada siswa yang lebih menarik, agar siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi, sehingga hasil belajar pun dapat meningkat. Dengan pertimbangan salah satu ciri masa anak usia Sekolah Dasar (SD) adalah senang bermain dan bekerja dalam kelompok sebaya sehingga unuk memenuhi tugas perkembangan masa anak usia ini digunakanlah kegiatan belajar yang mengembangkan salah satunya adalah lewat pembelajaran kelompok/pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa peserta didik akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temanya. Pentingnya pembelajaran kooperatif untuk siswa dapat dilihat dari beberapa keunggulan-keunggulan pembelajaran kooperatif yaitu memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial, mengembangkan kegembiraan belajar yang sejati, menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois, berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktikan, meningkatkan keyakinan terhadap ide atau gagasan sendiri, meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik, meningkatkan motivasi belajar, mengembangkan kesadaran bertanggung jawab dan saling menjaga perasaan, meningkatkan keterampilan hidup gotong royong. Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah tipe STAD yaitu merupakan model pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar
6
siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran
yang
telah
ditentukan.
Strategi
pembelajaran
kooperatif
memungkinkan semua siswa dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama atau sejajar. Pada saat siswa belajar dalam kelompok akan berkembang suasana belajar yang terbuka dalam dimensi kesejawatan, karena pada saat itu akan terjadi proses belajar kolaboratif dalam hubungan pribadi yang saling membutuhkan. Pada saat itu juga siswa yang belajar dalam kelompok kecil akan tumbuh dan berkembang pola belajar tutor sebaya (peer group) dan belajar secara bekerjasama. Model pembelajaran ini dapat dilaksanakan dalam pembelajaran matematika Sekolah Dasar (SD) yang dirancang untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar serta mempengaruhi pola interaksi peserta didik dalam pembelajaran yang berdampak pada sikap dan perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Melalui model pembelajaran STAD diharapkan dapat memberikan solusi dan suasana baru yang menarik dalam pengajaran sehingga memberikan pengalaman belajar dengan konsep baru. Pembelajaran STAD membawa konsep pemahaman inovatif, dan menekankan keaktifan siswa, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Siswa bekerja dengan sesama dan memiliki banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Berdasarkan tujuan pembelajaran pendidikan Matematika dan teori yang melandasi pembelajaran kooperatif, maka penulis tertarik mengkaji lebih dalam dengan mengadakan penelitian yang berjudul “ Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe (Student Team Achievement Divisions) STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa“
7
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat diidentifikasi beberapa masalah terkait dengan judul penelitian : 1. Perolehan nilai hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika masih rendah dan masih di bawah KKM 2. Pembelajaran Matematika di kelas masih berpusat pada guru 3. Guru dalam menyampaikan materi hanya menggunakan metode ceramah 4. Kurangnya variasi guru dalam menggunakan strategi pembelajaran 5. Kurangnya media pembelajaran disekolah sehingga membuat siswa merasa bosan
C. Pembatasan Masalah Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Dalam penelitian ini model yang digunakan dalam pembelajaran adalah model kooperatif tipe STAD 2. Hasil belajar matematika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar pada ranah kognitif yang meliputi aspek pemahaman (C2) dan penerapan (C3).
D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana tersebut diatas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD? 2. Bagaimanakah hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional? 3. Apakah hasil belajar yang menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD lebih tinggi dari hasil belajar yang menggunakan pembelajaran konvensional?
8
E. Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh strategi Cooperative Learning tipe STAD terhadap hasil belajar matematika siswa SD.
F. Manfaat Hasil Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: a. Bagi guru Penelitian ini dapat dijadikan pedoman untuk menambah pengetahuan dan wawasan guru dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa sekolah dasar b. Bagi Sekolah Dengan melaksanakan penelitian ini menjadi inovasi baru tentang suatu alternatif model pembelajaran yang dapat memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran dikelas dalam upaya meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pelajaran matematika. Sedangkan bagi saya selaku peneliti untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam meningkatkan kualitas pendidikan pembelajaran matematika di SD.
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. DESKRIPSI TEORITIK 1. Hasil Belajar Matematika a.
Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat penting dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Keberhasilan atau kegagalan pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada proses belajar yang dialami siswa. Oleh karena itu, pemahaman yang benar mengenai arti belajar sangat diperlukan oleh guru. Berikut ini beberapa pengertian belajar yang diungkapkan oleh para ahli. “Belajar adalah proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu, terjadi dalam jangka waktu tertentu”1. Berdasarkan pengertian ini, dalam perubahan belajar itu selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. “Menurut Drs. Slameto dalam Djamarah juga merumuskan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.2 Sedangkan menurut “Skinner seperti yang dikutip Barlow dalam bukunya Educational Psychology: The Teachung-Leaching Process, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif”.3 Perubahan yang diperoleh seseorang yang belajar berarti ia memiliki usaha dalam mengubah perbuatannya
1
Zikri Neni Iska. Perkembangan Peserta Didik Perspektif Psikologi, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2011), h. 65. 2 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), h.13 3 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2012), Eds Revisi cet ke-12, h.64
9
10
dengan melakukan penyesuaian tingkah lakunya, dimana perubahanperubahan tersebut diakibatkan oleh pengalaman yang dialaminya sendiri. “Belajar adalah “berubah” dalam hal ini yang dimaksud belajar berarti usaha mengubah tingkah laku”.4 Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar, jika seorang anak sedang belajar menulis, maka perubahan yang paling tampak adalah dalam keterampilan menulisnya itu. Akan tetapi ia telah mengalami perubahanperubahan lainnya seperti pemahaman tentang cara menulis yang baik dan benar. Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Sri Anitah, menurutnya “belajar yang umum diterima saat ini adalah bahwa belajar merupaka suatu usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru, secara keseluruhan sebagai pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”. 5 Proses perubahan tingkah laku merupakan gambaran terjadinya rangkaian perubahan dalam kemampuan siswa. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan kemampuan sebelumnya dengan kemampuan setelah mengikuti pembelajaran. Belajar merupakan suatu proses yang kompleks, berlangsung secara terus menerus, dan melibatkan berbagai lingkungan yang dibutuhkan. Belajar itu suatu proses mereaksi, mengalami, berbuat, dan bekerja yang menghasilkan kemampuan yang utuh. “Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan”.6 Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada disekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Belajar juga akan terjadi apabila terjadi proses
4
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajagrafinda Persada, 2004), Eds Pertama cet ke-11, h.21 5 Sri Anita, dkk, Strategi Pembelajaran di SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), h. 2.5. 6 Muhibbin Syah, op.cit., h. 59
11
interaksi dengan lingkungan. Lingkungan yang dimaksud adalah nara sumber, teman, guru, situasi dan kondisi nyata, lingkungan alam, lingkungan buatan dan lain-lain yang dapat dijadikan sumber atau tempat belajar siswa. Dalam hal inilah guru sebagai fasilitator dan pembimbing harus dapat berfungsi secara optimal.. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses seseorang yang dilakukan secara sadar dan kontinu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam
interaksi
dengan
lingkungannya
yang
menyangkut
aspek
pengetahuan (kognitif). Adapun dalam penelitian ini indikator dalam ranah kognitif yang digunakan meliputi pemahaman dan penerapan. Pada aspek pemahaman yang dibahas adalah menjelaskan, sedangkan pada aspek penerapan yang dibahas adalah menghitung.
b. Pengertian Matematika Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di Sekolah Dasar. Seorang guru yang akan mengajarkan matematika kepada peserta didiknya, hendaklah mengetahui dan memahami objek yang akan diajarkan yaitu matematika. “Kata matematika berasal dari perkataan latin mathematika yang mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Jadi, berdasarkan asal katanya, maka perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar)”.7 Beberapa ahli mendefinisikan pengertian tentang matematika. Diantaranya Ruseffendi dalam Heruman, “matematika adalah bahasa simbol ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat,
7
Erna Suwangsih dan Tiurlina, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung: Upi Press, 2006), h. 3.
12
dan akhirnya ke dalil”.8 Dengan demikian mempelajari matematika memiliki dua fungsi sekaligus yaitu teori dan praktek. Sedangkan menurut Plato dalam Fathani berpendapat bahwa “matematika adalah identik dengan filsafat untuk ahli pikir, walaupun mereka mengatakan bahwa matematika harus dipelajari untuk keperluan lain. Objek matematika ada di dunia nyata, tetapi terpisah dari akal. Ia mengadakan perbedaan antara aritmatika (teori bilangan) dan logistik (teknik
berhitung)
yang
diperlukan
orang.”.9
Dengan
demikian,
matematika ditingkatkan menjadi mental aktivitas dan mental abstrak dan objek-objek yang ada secara lahiriah, tetapi yang ada hanya mempunyai representasi yang bermakna. Sedangkan dalam Mulyono “matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung”.10 Berdasarkan pendapat diatas bahwa untuk menemukan jawaban atas setiap masalah yang dihadapinya, manusia akan menggunakan informasi yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi dalam kemampuan untuk menghitung. “Matematika adalah sebagai suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir, berkomunikasi,alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktis, yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan kontruksi, generalisasi dan individualitas, dan mempunyai cabang-cabang antara lain aritmatika,
aljabar,
geometri
dan
analisis”.11
Matematika
dapat
memudahkan dalam pemecahan masalah karena proses kerja matematika dilalui secara berurut dan terstruktur sesuai dengan konsepnya.
8
Heruman, Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2007), h. 1. 9 Abdul Halim Fathani, Matematika Hakikat & Logika, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), h. 21. 10 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipt, 1999), h. 252. 11 Hamzah dan Masri kudrat Umar, Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran Sebuah Konsep Pembelajaran Berbasis Kecerdasan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Eds Pertama, h.109
13
Dari uraian penjelasan matematika di atas dapat diketahui bahwa matematika adalah ilmu yang mempelajari proses dan penalaran dalam unsur-unsur matematika itu sendiri dalam cabang anatara lain aritmatika, aljabar, geometri dalam fungsi praktis teoritis yang terstruktur secara hierarkis yang dipelajari melalui aktifitas mental sebagai dasar bagi pelajaran matematika pada tingkatan berikutnya. Merujuk pada berbagai pendapat para ahli matematika dalam mengembangkan kreativitas dan kompetensi peserta didik, maka guru hendaknya dapat menyajikan pembelajaran yang efektif dan efesien sesuai dengan pola pikir peserta didik. Matematika dipelajari dengan trestruktur dan hierarkis sehingga pelajaran matematika disesuaikan dengan perkembangan anak usia Sekolah Dasar.
c. Pembelajaran Matematika Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadinya belajar atau bagaimana informasi diproses di dalam pikiran seseorang. Berdasarkan suatu teori belajar, diharapkan suatu pembelajaran dapat lebih meningkatkan aktifitas belajar yang berdampak pula dengan meningkatnya hasil belajar peserta didik. “Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam pembelajaran tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik”.12 Berdasarkan pengertian ini, Sehingga dapat dikatakan
bahwa
pembelajaran
merupakan
suatu
aktivitas
yang
direncanakan untuk mencoba membimbing dan mengarahkan peserta didik dalam proses belajar mengajar lebih baik. Karena dalam proses pembelajaran memiliki sebuah tujuan maka perlu disusun sebuah cara agar
12
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), h.287
14
tujuan tersebut tercapai dengan optimal. Tanpa strategi yang cocok tidak mungkin tujuan dapat dicapai. Menurut Winkel sebagaimana dikutip oleh Riyanto bahwa “belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkunganya, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas”.13 Sehingga dapat dikatakan untuk mengetahui kualitas pembelajaran harus dilihat dari beberapa aspek yaitu proses dan produk. Aspek proses mengacu apakah pembelajaran mampu mendorong siswa untuk aktif belajar baik dilingkungan sekolah maupun diliuar lingkungan sekolah, dan aspek produk mengacu apakah pembelajaran mencapai tujuan yaitu meningkatkan nilai hasil belajar siswa yang telah ditentukan. Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam Widiyanti “pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional, untuk membuat siswa-siswi belajar secara aktif, yang menekankan pada sumber belajar”.14 Berdasarkan pengertian ini, guru dalam melaksanakan pembelajaran harus menggunakan rencana pelaksanaan pembelajaran agar dalam proses belajar mengajarnya sesuai dengan tujuan pembelajaran sehingga siswa bisa belajar aktif dan bisa terperogram dengan baik. Hal yang sama diungkapkan oleh Brunner dalam Heruman bahwa dalam “pembelajaran matematika, siswa harus menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang diperlukannya. Menemukan di sini terutama adalah menemukan lagi (discovery), atau dapat juga menemukan yang sama sekali baru (invention")”.15 Siswa dalam pembelajaran matematika ini harus dapat menghubungkan apa yang telah dimiliki dalam struktur berpikirnya yang menemukan konsep matematika dengan permasalahan yang ia hadapi. 13
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 5 Esti Yuli Widiyanti, et al., Pembelajaran Matematika MI, (Surabaya: Lapis-PGMI, 2009), h. 1-6. 15 Heruman, op. cit. , h. 4. 14
15
Dari definisi-definisi di atas dapat dipahami bahwa belajar adalah proses yang dilakukan seseorang yang menghasilkan perubahan tingkah laku individu meliputi pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang relatif menetap sebagai aktivitas dari hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
d. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu. Menurut Purwanto “Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product) menunjuk kepada suatu perolehan akibat dilakukannya
suatu
aktivitas
atau
proses
yang
mengakibatkan
perubahannya input secara fungsional”.16 “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan menurut Benyamin Bloom yang secara garis besar hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik”17. Berikut uraian unsur-unsur yang terdapat dalam ketiga aspek hasil belajar tersebut:
16
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal. 44 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), h.22-23. 17
16
a. Tipe hasil belajar bidang kognitif 1. Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan (knowledge) Dari sudut respon belajar siswa pengetahuan itu perlu dihafal, diingat, agar dapat dikuasai dengan baik. Misalnya membaca berulang-ulang menggunakan teknik mengingat. Tingkah laku operasional khusus yang berisikan tipe hasil belajar ini antara lain: menyebutkan, menjelaskan kembali, membilang dan lain-lain. Contoh soal : Tulislah lambang bilangan pecahan dua per tiga, tiga per tujuh, lima per enam, dan satu per empat! 2. Tipe hasil belajar pemahaman (komprehensif) Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti dari sesuatu konsep.18Untuk itu maka diperlukan adanya hubungan atau pertautan antara konsep dengan makna yang ada dalam konsep tersebut. Kata-kata operasional untuk merumuskan tujuan instruksional dalam bidang pemahaman, antara lain: membedakan, menghitung, menjelaskan, meramalkan, menafsirkan dan lain-lain. Contoh soal : Dona mempunyai m tali merah. Feri mempunyai
m tali merah. Siapakah yang mempunyai tali merah
lebih panjang? 3. Tipe hasil belajar penerapan (aplikasi) Kesanggupan menerapkan, mengabstraksi suatu konsep, ide, rumus, hukum dalam situasi yang baru. Kata kerja operasional untuk merumuskan tujuan instruksional, antara lain: memecahkan, mendemonstrasikan, mengungkapkan dan lain-lain. Contoh soal : Lantai ruang pertemuan di sekolah Nia berbentuk persegi. Panjang sisinya adalah 27 m. Berapa m-kah keliling lantai ruang pertemuan tersebut?
18
Ibid hal. 23
17
4. Tipe hasil belajar analisis19 Kemampuan menalar pada hakikatnya mengandung unsur analisis. Bila kemampuan analisis telah dimiliki maka akan dapat mengkreasi sesuatu yang baru. Kata-kata operasional yang lazim dipakai untuk analisis antara lain: menguraikan, memecahkan, membuat diagram, memisahkan dan lain-lain. 5. Tipe hasil belajar sintesis Kesanggupan menyatukan unsur atau bagian menjadi satu integritas. Kata-kata operasional yang tercermin antara lain: mengkategorikan, menggabungkan, menghimpun, menyusun dan lain-lain. 6. Tipe hasil belajar evaluasi Evaluasi dalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, pemecahan, metode, materi, dll. Mengembangkan kemampuan evaluasi penting bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Mampu
memberikan
evaluasi
tentang kebijakan
mengenai
kesempatan belajar, kesempatan kerja dan lain-lain. b. Tipe Hasil Belajar Bidang Afektif Ranah afektif adalah satu domain yang berkaitan dengan sikap, nilai, apresiasi (penghargaan), dan penyesuaian perasaan sosial. Tingkatan afeksi ini ada lima, dari yang paling sederhana ke yang kompleks adalah sebagai berikut: 1. Kemauan Menerima Kemauan
menerima
merupakan
keinginan
untuk
memperhatikan suatu gejala atau rancangan tertentu, seperti keinginan membaca buku, mendengarkan music, atau bergaul dengan orang yang mempunyai ras berbeda.
19
Ibid hal. 24
18
2. Kemauan Menanggapi Kemauan menanggapi merupakan kegiatan yang menunjuk pada
partisipasi
aktif
dalam
kegiatan
tertentu,
seperti
menyelesaikan tugas terstruktur, menaati peraturan, mengikuti diskusi kelas, menyelesaikan tugas laboratorium, atau menolong orang lain. 3. Berkeyakinan Berkeyakinan dalam hal ini berkenaan dengan kemauan menerima sistem nilai tertentu pada diri individu. Seperti menunjukkan kepercayaan terhadap sesuatu, apresiasi terhadap sesuatu, sikap ilmiah atau kesungguhan untuk melakukan sesuatu di dunia sosial. 4. Mengorganisasi Pengorganisasian berkenaan dengan penerimaan terhadap berbagai sistem nilai yang lebih tinggi. Seperti menyadari pentingnya
keselarasan
antara
hak
dan
tanggung
jawab,
bertanggung jawab atas hal telah dilakukan, memahami dan menerima kelebihan dan kekurangan diri sendiri, atau menyadari peran perencanaan dalam memecahkan suatu masalah. 5. Tingkat Karateristik/ Pembentukan Pola Ini adalah tingkatan afeksi tertinggi. Pada tarap ini individu yang sudah memiliki sistem nilai selalu menyelaraskan perilakunya sesuai dengan sistem nilai yang dipegangnya, seperti bersikap objektif terhadap banyak hal. c. Tipe hasil belajar bidang psikomotoris Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni: 1. Persepsi yakni berkenaan dengan penggunaan indera dalam melakukan kegiatan. Dimensi persepsi adalah :
19
a. Sensori stimulasi, yakni berhubugan dengan sebuah stimuli yang berkaitan dengan organ tubuh, yaitu : Auditori, visual, tactile, taste, smell, dan kinestetik. b. Seleksi isyarat, yakni menetapkan bagian isyarat sehingga orang harus merespon untuk melakukan tugas tertentu dari suatu kinerja. c. Translasi, yakni berhubugan dengan persepsi terhadap aksi dalam membentuk gerakan. 2. Kesiapan Kesiapan merupakan perilaku yang siaga untuk kegiatan ataupun pengalaan tertentu. Termasuk didalamnya kesiapan mental, fisik, ataupun emosi untuk melakukan suatu tindakan. 3. Gerakan terbimbing Gerakan terbimbing adalah gerakan yang berada pada tingkat mengikuti suatu model, kemudian meniru model tersebut dengan cara mencoba sampai dapatmenguasai dengan benar suatu gerakan. 4. Gerakan terbiasa Gerakan terbiasa adalah berkenaan dengan penampilan respons yang sudah dipelajari dan sudah menjadi kebiasaan, sehingga gerakan yang ditampikan menunjukkan suatu kemahiran. 5. Gerakan yang kompleks Gerakan yang kompleks adalah suatu gerakan yang berada pada tingkat keterampilan tertinggi. Gerakan itu menampilkan suatu tindakan motorik yang menuntut pola tertentu dengan tingkat kecermatan dan atau keluwesan, serta efisiensi yang tinggi. 6. Penyesuaian dan keaslian Pada tingkat ini individu sudah berada pada tingkat yang terampil sehingga ia sudah dapat menyesuaikan tindakannya untuk situasi-situasi yang menuntuk persyaratan tertentu. Individu sudah
20
dapat
mengembangkan
tindakan/
keterampilan
baru
untuk
memecahkan masalah tertentu.
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. “Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu faktor dalam diri siswa (intern) dan faktor dari luar diri siswa (ekstern)”.20 1) Faktor dari diri siswa yang berpengaruh terhadap hasil belajar diantaranya adalah kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi, perhatian, kelemahan dan kesehatan, serta kebiasaan siswa. Salah satu hal penting dalam kegiatan belajar yang harus ditanamkan dalam diri siswa bahwa belajar yang dilakukannya merupakan kebutuhan dirinya. 2) Faktor dari luar diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar di antaranya adalah lingkungan fisik dan nonfisik (termasuk suasana kelas dalam belajar, seperti riang gembira, menyenangkan), lingkungan sosial budaya, lingkungan keluarga, program sekolah (termasuk dukungan komite sekolah), guru, pelaksanaan pembelajaran, dan teman sekolah. Guru merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap proses maupun hasil belajar, sebab guru merupakan manajer atau sutradara dalam kelas. Dalam hal ini, guru harus memiliki kompetensi dasar yang disyaratkan dalam profesi guru.
2. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD a. Pengertian Kooperatif Banyak model pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam kelas untuk mempermudah proses belajar siswa. Di antara model pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam mengajar di kelas adalah pembelajaran kooperatif. Menurut
Slavin
dalam
Rusman,
“pembelajaran
kooperatif
menggalakan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok. 20
Anitah, op. Cit., h. 2.7
21
Ini membolehkan pertukaran ide dan pemeriksaan ide sendiri dalam suasana yang tidak terancam, sesuai dengan falsafah kontruktivisme”.21 Dengan demikian, pendidikan hendaknya mampu mengkondisikan, dan memberikan dorongan untuk dapat mengoptimalkan dan membangkitkan potensi siswa, menumbuhkan aktivitas siswa, menumbuhkan kreativitas siswa, sehingga akan menjamin terjadinya dinamika di dalam proses pembelajaran. Dalam model pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya. Lebih lanjut Anita Lie dalam bukunya “Cooperatif Learning” “bahwa model pembelajaran Cooperatif Learning tidak sama dengan sekedar
belajar
kelompok,
tetapi
ada
unsur-unsur
dasar
yang
membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asalasalan”.22 Pembelajaran kooperatif ini merupakan strategi pembelajaran dengan sejumlah kelompok kecil yang tingkat kemampuan siswanya berbeda. Slavin dalam Solihatin mengatakan bahwa “cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen”.23 Senada dengan pendapat itu menurut Johnson dalam Miftahul Huda pembelajaran kooperatif berarti working together to accomplish shared
goals
(bekerja
sama
untuk
mencapai
tujuan
bersama).
“Pembelajaran kooperatif sering kali di definisikan sebagai pembentukan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari siswa-siswa yang dituntut untuk 21
Rusman, Model-model Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 201. Sofan Amri dan Iif Khoru Ahmadi, Kontruksi Pengembangan Pembelajaran Pengaruhnya Terhadap Mekanisme dan Praktik Kurikulum, (Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya, 2010), h. 90-91 23 Etin Solihatin, Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. 4, h. 4 22
22
bekerja sama dan saling meningkatkan pembelajarannya dan pembelajaran siswa-siswa lain”.24 Berdasarkan pendapat ini, pembelajaran kooperatif bergantung kepada efektivitas kelompok-kelompok siswa tersebut. Dalam pembelajaran ini guru diharapkan mampu membentuk kelompok-kelompok kooperatif dengan berhati-hati agar semua anggotanya dapat bekerja bersama-sama untuk memaksimalkan belajar dengan kelompok. “Pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk didalam struktur ini adalah lima unsur pokok, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok”.25 Pada pembelajaran kooperatif ini memungkinkan semua siswa dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama dan sejajar. Pada saat siswa belajar dalam kelompok akan berkembang suasana belajar yang terbuka dengan teman sejawatnya, karena pada saat itu akan terjadi proses kerja sama dengan teman kelompoknya masingmasing yang saling membutuhkan. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif
adalah
model
yang
digunakan
untuk
mewujudkan kegiatan belajar yang berpusat pada siswa terutama untuk
mengatasi
permasalahan
yang
ditemukan
guru
dalam
mengaktifkan siswa dengan cara membelajarkan kecakapan akademik sekaligus ketrampilan sosial yang menggunakan pengelompokan kecil yang bersifat heterogen untuk mencapai tujuan yaitu mencapai ketuntasan belajar dan dapat meningkatkan hasil belajar serta dapat meningkatkan kepekaan sosial dan empati di antara siswa.
24
Miftahul Huda, Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), Cet 1, h. 31 25 Masitoh dan dewi laksmi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam, 2009), h. 232.
23
b. Langkah-langkah dalam Pembelajaran Kooperatif Langkah-langkah pembelajaran kooperatif berbeda dengan model pembelajaran yang lain. Dalam menjalankanya harus sistematis dan saling terkait. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :26 Tabel 2.1 Langkah-langkah dalam Pembelajaran Kooperatif Fase
Tingkah laku guru Guru
Tahap 1
menyampaikan
tujuan pelajaran
Menyampaikan
dan memotivasi siswa
yang
ingin
semua dicapai
tujuan pada
pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Tahap 2
Guru menyampaikan informasi kepada
Menyajikan informasi
siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
Tahap 3
Guru
Mengorganisasikansiswa
bagaimana
ke
dalam
menjalaskan
kepada
caranya
siswa
membentuk
kelompok kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara
kooperatif
efesien Guru membimbing kelompok-kelompok
Tahap 4 Membimbing
kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan
bekerja dan belajar
tugas mereka
Tahap 5
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
Evaluasi
materi yang telah dipelajari atau masingmasing
kelompok
mempresentasikan
hasil kerjanya Tahap 6
26
Rusman, op. cit., h.211.
Guru
mencari
cara-cara
untuk
24
Memberikan penghargaan menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok
c. Pengertian Kooperatif Tipe STAD a. Pengertian STAD Banyak tipe model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan. Di antara tipe model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan oleh guru adalah STAD. Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD ini akan memudahkan siswa menyelesaikan materi pelajaran secara bersama. Siswa akan memperoleh pengalaman belajar yang lebih bermakna
serta
dapat
meningkatkan
prestasi
belajarnya.
Pada
pembelajaran kooperatif tipe STAD aktivitas belajar lebih banyak berpusat pada siswa, dalam proses diskusi dan kerja kelompok guru hanya berfungsi sebagai fasilitator dan interaksi antara siswa dengan guru maupun antar siswa membuat proses berpikir siswa lebih optimal dan siswa mengkontruksi ilmu yang dipelajarinya menjadi pengetahuan yang akan bermakna dan tersimpan dalam ingatannya.
Menurut Robert Slavin dan kawan-kawannya dari Universitas John Hopkins. “Metode ini dipandang paling sederhana dan paling langsung pendekatan pembelajaran kooperatif”.27 Tipe STAD lebih merupakan metode umum dalam mengatur kelas dari pada metode komprehensif dalam mengajarkan pelajaran tertentu. Guru yang menggunakan STAD juga mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi kelompok yang telah ditentukan oleh guru. Sedangkan menurut Slavin dalam Trianto menyatakan bahwa pada “STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis
27
Muslimin ibrahim, Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya: Unesa, 2000) Eds Pertama Cet-2, h. 20
25
kelamin, dan suku”.28 Dalam pengertian ini, guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut, pada saat tes ini mereka tidak boleh saling membantu. Dengan pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada kegiatan belajar dalam kelompok untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik.
b. Komponen STAD “Menurut Slavin ada lima komponen utama dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD”, yaitu: 29 1) Penyajian Kelas Penyajian kelas merupakan penyajian materi yang dilakukan guru secara klasikal dengan menggunakan presentasi verbal atau teks. Penyajian difokuskan pada konsep-konsep dari materi yang dibahas. Setelah penyajian materi, siswa bekerja pada kelompok untuk menuntaskan materi pelajaran melalui tutorial, kuis atau diskusi. 2)
Menetapkan siswa dalam kelompok Kelompok menjadi hal yang sangat penting dalam STAD karena didalam kelompok harus tercipta suatu kerja kooperatif antar
siswa
untuk
mencapai
kemampuan
akademik
yang
diharapkan. Fungsi dibentuknya kelompok adalah untuk saling
28
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2010) Eds Pertama Cet-4, h. 68-69 29 Robert E. Slavina, Cooperatif Learning teori, riset dan praktek, (Bandung: Nusa Media, 2005), h. 143
26
meyakinkan bahwa setiap anggota kelompok dapat bekerja sama dalam belajar. Lebih khusus lagi untuk mempersiapkan semua anggota kelompok dalam menghadapi tes individu. Kelompok yang dibentuk sebaiknya terdiri dari satu siswa dari kelompok atas, satu siswa dari kelompok bawah dan dua siswa dari kelompok sedang. Guru perlu mempertimbangkan agar jangan sampai terjadi pertentangan antar anggota dalam satu kelompok, walaupun ini tidak
berarti
siswa
dapat
menentukan
sendiri
teman
sekelompoknya.
3) Tes dan Kuis Siswa diberi tes individual setelah melaksanakan satu atau dua kali penyajian kelas dan bekerja serta berlatih dalam kelompok. Siswa harus menyadari bahwa usaha dan keberhasilan mereka nantinya akan memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi kesuksesan kelompok.
4) Skor peningkatan individual Skor peningkatan individual berguna untuk memotivasi agar bekerja keras memperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan dengan hasil sebelumnya. Skor peningkatan individual dihitung berdasarkan skor dasar dan skor tes. Skor dasar dapat diambil dari skor tes yang paling akhir dimiliki siswa, nilai pretes yang dilakukan oleh guru sebelumnya melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Adapun penghitungan skor peningkatan individu dalam penelitian ini diambil dari peningkatan individu yang dikemukakan oleh Slavina30 seperti terlihat tabel di bawah ini:
30
Robert E Slavina, Ibid., h. 156
27
Tabel 2.2 Peningkatan Individu Skor Kuis
Poin Peningkatan
Lebih dari 10 Poin dibawah skor awal
5
10-1 poin di bawah skor awal
10
Skor awal sampai 10 poin diatas skor awal
20
Lebih dari 10 poin diatas skor awal
30
5) Pengakuan kelompok Pengakuan
kelompok
dilakukan
dengan
memberikan
penghargaan atas usaha yang telah dilakukan kelompok selama belajar. Kelompok dapat diberi sertifikat atau bentuk penghargaan lainnya jika dapat mencapai kriteria yang telah ditetapkan bersama. Pemberian penghargaan ini tergantung dari kreativitas. Adapun skor kelompok ini dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlah semua skor perkembangan yang diperoleh anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok. Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan kelompok, diperoleh kategori skor kelompok seperti tercantum pada tabel berikut ini:
28
Tabel 2.331 Tingkat Penghargaan Kelompok Rata-rata Tim
Predikat
0
x
5
-
5
x
15
Tim baik
15
x
25
Tim hebat
25
x
30
Tim super
c. Langkah-langkah Penerapan STAD Dalam menerapkan model pembelajaran tipe STAD ini guru harus memperhatikan gambaran secara baik tentang langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini agar tujuan yang dinginkan akan tercapai. Langkah-langkah penerapan STAD sebagai berikut: Pertama, Persiapan materi dan penerapan siswa dalam kelompok. Sebelum menyajikan guru harus mempersiapkan lembar kegiatan dan lembar jawaban yang akan dipelajarai siswa dalam kelompok-kelompok kooperatif. Kemudian menetapkan siswa dalam kelompok heterogen dengan jumlah maksimal 4-6 orang, aturan heterogenitas dapat berdasarkan pada Kemampuan akademik (pandai, sedang dan rendah), Jenis kelamin, latar belakang sosial, kesenangan bawaan/sifat (pendiam dan aktif), dll. Kedua, Penyajian materi pelajaran, dalam penyajian ini guru harus memperhatikan dan menekankan pada ha-hal berikul: 1) Pendahuluan, di sini perlu ditekankan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok dan menginformasikan hal yang penting untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsep-konsep yang akan mereka pelajari.
31
Trianto, op. Cit., h.72
29
2) Pengembangan, Dilakukan pengembangan materi yang sesuai yang akan dipelajari siswa dalam kelompok. Di sini siswa belajar untuk memahami makna bukan hafalan. Pertanyaan- peranyaan diberikan penjelasan tentang benar atau salah. Jika siswa telah memahami konsep maka dapat beralih kekonsep lain. 3) Praktek terkendali, Praktek terkendali dilakukan dalam menyajikan materi dengan cara menyuruh siswa mengerjakan soal, memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan masalah agar siswa selalu siap dan dalam memberikan tugas jangan menyita waktu lama. Ketiga, kegiatan kelompok, Guru mernbagikan LKS kepada setiap kelompok sebagai bahan yang akan dipelajari siswa. Isi dari LKS selain materi pelajaran juga digunakan untuk melatih kooperatif. Guru memberi bantuan dengan memperjelas perintah, mengulang konsep dan menjawab pertanyaan. Keempat, Evaluasi, Dilakukan selama 5-10 menit secara mandiri untuk menunjukkan apa yang telah siswa pelajari selama bekerja dalam kelompok. Hasil evaluasi digunakan sebagai nilai perkembangan
individu
dan
disumbangkan
sebagai
nilai
hasil
nilai
perkembangan kelompok. Kelima,
Penghargaan
kelompok,
Dari
perkembangan, maka penghargaan pada prestasi kelompok diberikan dalam tingkatan penghargaan seperti kelompok baik, hebat dan super. Keenam, Perhitungan ulang skor awal dan pengubahan kelompok Satu periode penilaian (3-4 minggu) dilakukan perhitungan ulang skor evaluasi sebagai skor awal siswa yang baru.
30
d. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Kelebihan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah: 1) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dan saling membantu dengan siswa lain. 2) Siswa dapat menguasai pelajaran yang disampaikan 3) Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif 4) Setiap siswa dapat saling mengisi satu sama lain
Sedangkan kekurangan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah: 1) Membutuhkan waktu yang cukup lam untuk memahami dan melakukan pembelajaran kooperatif tipe STAD. 2) Siswa cenderung tidak mau apabila disatukan dengan temannya yang kurang pandai apabila ia sendiri yang pandai dan yang kurang pandai pun merasa minder apabila digabungkan dengan temannya yang pandai walaupun lama kelamaan perasaan itu akan hilang dengan sendirinya. 3) Tes Siswa diberikan kuis dan tes secara perorangan. Pada tahap ini setiap siswa harus memperhatikan kemampuannya dan menunjukkan apa yang diperoleh pada kegiatan kelompok dengan cara menjawab soal kuis atau tes sesuai dengan kemampuannya. Pada saat mengerjakan kuias atau tes ini, setiap siswa bekerja sendiri bekerja sama dengan anggota kelompoknya. 4) Penentuan Skor, Hasil kuis atau tes diperiksa oleh guru, setiap skor yang diperoleh siswa masukkan dalam daftar skor individual, untuk melihat
peningkatan
peningkatan
kemampuan
individual
merupakan
individual. sumbangan
Rata-rata bagi
skor
kinerja
percapaian hasil kelompok. 5) Penghargaan terhadap kelompok, Berdasarkan skor peningkatan individu
diperoleh skor kelompok. Dengan demikian, skor
kelompok sangat tergantung dari sumbangan skor individu.
31
e.
Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif “Karakteristik
strategi
pembelajaran
kooperatif
dapat
dijelaskan dibawah ini”32. a. Pembelajaran Secara Tim Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Semua anggota tim (anggota kelompok)
harus
saling membantu
untuk
mencapai
tujuan
pembelajaran. Untuk itulah, kriteria keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim. Setiap anggota harus bersifat heterogen. Artinya, kelompok terdiri atas anggota yang memiliki kemampuan akademik, jenis kelamin, dan latar belakang sosial yang berbeda. Hal ini dimaksudkan
agar
setiap
anggota
kelompok
dapat
saling
memberikan pengalaman, saling memberi dan menerima, sehingga diharapkan setiap anggota dapat memberikan kontribusi terhadap keberhasilan kelompok. b. Didasarkan pada Managemen Kooperatif Sebagaimana pada umumnya, managemen mempunyai empat fungsi pokok, yaitu fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan,
dan
fungsi
kontrol.
Demikian
juga
dalam
pembelajaran kooperatif. Fungsi perencanaan menunjukan bahawa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan secara efektif, misalnya tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana cara mencapainya, apa yang harus digunakan untuk mencapai tujuan itu. Fungsi pelaksanaan menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, melalui langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan termasuk ketentuan-ketentuan yang sudah 32
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 244-246.
32
disepakati
bersama.
Fungsi
organisasi
menunjukan
bahwa
pembelajaran kooperatif adalah pekerjaan bersama antar setiap anggota kelompok, oleh sebab itu perlu diatur tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok. Fungsi kontrol menunjukan bahwa dalam
pembelajaran
kooperatif
perlu
ditentukan
kriteria
keberhasilan baik melalui tes maupun nontes. c. Kemauan untuk Bekerja Sama Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Oleh sebab itu, proses kerja sama perlu ditekankan dalam proses pembelajaran kooperatif. Setiap anggota kelompok bukan saja harus diatur tugas dan tanggung jawab masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan perlunya saling membantu. Misalnya, yang pintar p[erlu membantu yang kurang pintar. d. Keterampilan Bekerja Sama Kemampuan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktikan melalui aktivitas dan kegiatan
yang tergambarkan dalam
keterampilan bekerja sama. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain. Siswa perlu dibantu mengatasi berbagai hambatan dalam berinteraksi dan berkomunikasi, sehingga setiap siswa dapat menyampaikan ide, mengemukakan pendapat, dan memberikan kontribusi kepada keberhasilan kelompok.
3. Pembelajaran Konvensional Pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang proses belajar mengajar menggunakan ceramah. Guru memegang peranan utama dalam menentukan isi dan urutan langkah dalam menyampaikan materi tersebut kepada siswa. Sedangkan peranan siswa adalah mendengarkan apa yang telah dijelaskan oleh guru.
33
Dalam pembelajaran matematika menggunakan metode ceramah ini guru mendominasi kegiatan pembelajaran penjelasan materi dilakukan sendiri oleh guru, contoh-contoh soal diberikan dan dikerjakan pula sendiri oleh guru. Langkah-langkah guru diikuti dengan teliti oleh siswa. Mereka meniru cara kerja dan cara penyelesaian yang dilakukan oleh guru. Jadi dalam hal ini menyebabkan kurangnya interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa.
B. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN Penelitian yang dilakukan didukung oleh beberapa hasil penelitian sebelumnya. Penelitian Tri Wahyuni (2010) yang berjudul “ Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Structured Number Head (SNH) terhadap motivasi belajar matematika siswa” (Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) menunjukan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Strutured Number Head (SNH) berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa dan motivasi belajar matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Structured Number Head (SNH) lebih baik dari pada yang menggunakan model pembelajaran konvensional metode ekspositori.33 Penelitian Iyke Navy Samudra Nur Zet (2011) yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Kemampuan Penalaran Matematika Siswa” (Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) menunjukan bahwa rata-rata kemampuan penalaran matematika siswa yang diajarkan dengan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dari pada rata-rata kemampuan penalaran matematika siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional.34 Penelitian Muhammad Nur (2008) yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Metode Jigsaw Terhada\p Motivasi Berprestasi Matematika Siswa di 33
Tri wahyuni, “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Sructured Number Head (SNH) Terhadap Motivasi Belajar Matematika Siswa”, Skripsi Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Jakarta, 2010), h. 63. 34 Iyke Navy Samudra Nur Zet, “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Kemampuan Penalaran Matematika Siswa”, Skripsi Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Jakarta, 2011), h. 57.
34
Mta. Sa’Adatul Mahabbah Pondok Cabe Udik ” (Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) menunjukan bahwa rata-rata motivasi berprestasi matematika siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif metode jigsaw lebih tinggi dari pada motivasi berprestasi matematika siswa yang menggunakan metode ekspositori.35
C. KERANGKA BERPIKIR Berdasarkan rumusan masalah, landasan teori maka dapat dibuat kerangka berpikir sebagai berikut: Pada penelitian ini proses pembelajaran dibagi kedalam dua kelas yaitu kelas eksperimen dengan diberi perlakuan melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar matematika siswa, sedangkan kelas kontrol tanpa mendapat perlakuan khusus seperti kelas eksperimen yaitu model pembelajaran konvensional. Keaktifan siswa selama pembelajaran matematika di kelas dapat ditingkatkan, salah satunya dengan melakukan model STAD. Model STAD akan menjadikan pembelajaran di kelas lebih efektif. Keaktifan siswa diharapkan berpengaruh pada hasil belajar matematika, karena model ini membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok membahas sub pokok bahasan yang sama. Tiap anggota satu tim telah mempelajari materinya dan bagi anggota yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam satu tim mengerti. Setelah setiap kelompok menyelesaikan tugas yang diberikan guru kemudian mempresentasikan hasil kerjanya. Kegiatan presentasi dari tiap kelompok tersebut akan membuat siswa aktif dan saling bertukar pikiran. Setelah dilakukannya perlakuan berupa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar matematika siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan sebuah post-test untuk mengetahui seberapa jauh siswa memahami pokok bahasan tersebut.
35
Muhammad Nur, “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Motivasi Berprestasi Matematika siswa di Mts. Sa’adatul Mahabbah Pondok Cabe Udik Pamulang”, (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Jakarta, 2008), h. 5o.
35
Dengan adanya post-test antara kelas eksperimen dan kelas kontrol nanti akan diperoleh nilai belajar atau dapat dikatakan sebagai hasil belajar siswa. Sehingga dapat diketahui ada pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar matematika siswa.
D. HIPOTESIS PENELITIAN Berdasarkan kerangka teoritik dan kerangka berpikir, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa hasil belajar matematika siswa dengan menggunaka model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi dari pada hasil belajar matematika dengan menggunakan pembelajaran konvensional.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN Suradita yang beralamatkan di Jl. Raya Cisauk–Lapan Desa Suradita Kecamatan Cisauk kabupaten Tangerang 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014. Pada tanggal 2 sampai 21 Desember 2013
B. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian quasi eksperimen, yaitu penelitian dimana tidak memungkinkan peneliti untuk mengontrol semua variabel yang relevan kecuali dari variabel-variabel tertentu. Penelitian ini dilakukan terhadap dua kelompok pengamatan, yaitu kelompok kelompok
. Kelompok
dan
adalah kelompok dengan perlakuan pemberian
metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kelompok
adalah
kelompok yang diberi perlakuan pembelajaran konvensional. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian berbentuk Two Group Randomized Subject Post Test Only yang melibatkan dua kelompok yang dibandingkan, yaitu kelompok eksperimen dan kontrol. Rancangan ini terdiri atas dua kelompok yang keduanya ditentukan secara acak Pelaksanaan penelitian diperlukan 2 kelompok kelas, yaitu : 1. Kelas eksperimen adalah kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD. 2. Kelompok kontrol adalah kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional.
36
37
Tabel 3.1 Desain Penelitian Kelompok
PreTest
Perlakuan
PostTest
(R) Eksperimen
-
Y
(R) Kontrol
-
Y
Keterangan : R
: Kelas eksperimen dan kelas kontrol : Perlakuan pembelajaran matematika menggunakan STAD : Perlakuan pembelajaran matematika konvensional
y
: Tes yang diberikan kepada kedua kelompok setelah diberi perlakuan
C. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi SDN Suradita Jl. Raya Cisauk - Lapan Desa Suradita Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang yang terdaftar pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014. Sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah dua kelas dari empat kelas yang terdapat di SD Negeri Suradita dengan teknik Cluster Random Sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan secara acak untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari empat kelas tersebut kemudian diundi dan diambil dua kelas untuk dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol.
D. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes. Tes yang akan diberikan merupakan tes tertulis berupa tes uraian atau essai. Sebelum tes tersebut diujikan kepada objek penelitian terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen. Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kualitas instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, uji coba instrumen dilakukan pada siswa diluar kelas eksperimen dan kelas kontrol, yaitu kelas 6 yang terdiri dari 30 siswa di SDN Suradita. Uji coba
38
dilakukan di kelas 6 karena objek penelitian yang diangkat adalah kelas 5, maka uji coba instrumen dilakukan pada satu level kelas diatas objek penelitian. Setelah melakukan uji coba instrumen, langkah selanjutnya adalah mengolah data hasil uji coba dengan mencari validitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitas.
1. Uji validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen.Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi, sebaiknya instrumen yang valid berarti memiliki validitas rendah.1 Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validias tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur validitasnya adalah dengan rumus koefisien korelasi product moment dengan angka kasar sebagai berikut:2
rxy
( [
(
)(
) ][
) (
) ]
Keterangan:
N
=
Angka indeks korelasi “r”
=
Number of cases
=
Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y
=
Jumlah seluruh skor X
=
Jumlah seluruh skor Y
Anas Sudjiono menyatakan bahwa uji validitas instrumen dilakukan dengan membandingkan hasil perhitungan
dengan
rtabel
product moment pada taraf signifikasi 5%. 1
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik,(Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h.211 2 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h.72
39
Adapun kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut : Jika
rtabel, maka soal tersebut dinyatakan valid
Jika
rtabel, maka soal tersebut dinyatakan tidak valid Berdasarkan hasil uji validitas pada N = 30 siswa dan α = 5%, dari
15 soal uraian yang diujikan terdapat 10 soal yang valid dan 5 soal yang tidak valid. Untuk lebih jelasnya, berikut ini merupakan hasil uji validitas butir soal instrumen tes hasil belajar matematika siswa SD. (Lampiran)
2. Uji Realibilitas Tingkat reliabilitas suatu instrumen menunjukkan berapa kali pun data itu diambil akan tetap sama. Reliabilitas juga menunjukkan adanya tingkat keterandalan suatu tes.3 Karena instrumen tes yang digunakan adalah tes berbentuk uraian, maka untuk menghitung koefisien reliabilitasnya menggunakan rumus Alpha Cronbach.4
=(
)(
)
Keterangan : = reliabilitas instrumen k
= banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal = jumlah varians butir = varians total Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas alat
evaluasi yang digunakan dibuat oleh Guilford sebagai berikut :
3
Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan Dan Pengembangan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), h.180. 4 Suharsimi Arikunto, op. cit., h.238.
40
Tabel 3.2 Kriteria Koefisien Reliabilitas Besarnya r
Tingkat reliabilitas
0,00 <
≤ 0,20
Sangat rendah
0,20 <
≤ 0,40
Rendah
0,40 <
≤ 0,60
Sedang
0,60 <
≤ 0,80
Tinggi
0,80 <
≤ 1,00
Sangat tinggi
Dengan kualifikasi koefisien realibilitas sama seperti instrumen tes uraian pada Tabel 3.2. Adapun hasil keseluruhan realibilitas seluruh butir soal yang sudah dinyatakan valid sebesar 0,652 dan termasuk kedalam kriteria realibilitas tinggi. Dibawah ini merupakan tabel hasil perhitungan realibilitas instrumen tes hasil belajar matematik siswa SD. (Lampiran)
3. Uji Tingkat Kesukaran Butir Soal Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauanya, oleh karena itu sebuah soal tes membutuhkan pengujian tingkat kesukaran dengan rumus sebagai berikut.5
Keterangan P
= indeks kesukaran
B
= banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
JS
= jumlah siswa keseluruhan
Klasifikasi indeks kesukaran yang umum digunakan adalah : 5
Suharismi Arikunti, Ibid,. h. 207
41
IK = 0,00
: (soal terlalu sukar)
0,00< IK ≤ 0,30
: (soal sukar)
0,30< IK ≤ 0,070
: (soal sedang)
0,70< IK ≤ 1,00
: (soal terlalu mudah)
Berdasarkan hasil pengujian tingkat kesukaran soal, dari 10 soal tes yang diujikan, sebanyak 8 soal termasuk dalam kriteria sedang, dan sebanyak 2 soal termasuk dalam kriteria mudah. Untuk lebih jelasnya, berikut ini merupakan tabel hasil perhitungan tingkat kesukaran tes hasil belajar matematik siswa SD.
4. Uji Daya Pembeda Daya pembeda soal menurut Suharsimi Arikunto (2009) adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Cara menentukan daya pembeda adalah sebagai berikut.6 atau Keterangan J
= jumlah peserta tes
JA
= banyaknya peserta kelompok atas
JB
= banyaknya peserta kelompok bawah
BA
= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
BB
= banyak peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
PA
= proposi serta kelompok atas yang menjawab benar
PB
= proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Dengan Klasifikasi daya pembeda yang digunakan adalah
sebagai berikut : DP ≤ 0,00
6
: (sangat jelek)
Suharismi Arikunto, Ibid,. h.211-213
42
0,00< DP ≤ 0,20 : (jelek) 0,20< DP ≤ 0,40 : (cukup) 0,40< DP ≤ 0,70 : (baik) 0,70< DP ≤ 1,00 : (sangat baik) Berdasarkan hasil hasil uji daya pembeda, dari 10 soal tes yang diujikan, sebanyak 7 soal termasuk dalam kriteria baik dan sebanyak 3 soal termasuk kedalam kriteria cukup. Berikut ini merupakan tabel hasil perhitungan daya pembeda tes hasil belajar matematik siswa SD. (Lampiran)
E. Teknik Analisis Data Setelah memperoleh data dan informasi dari penelitian (observasi) yang dilakukan, penulis menganalisis secara kuantitatif yang kemudian mempelajarinya secara utuh, sehingga memperoleh gambaran yang jelas terhadap masalah yang diperoleh. Untuk menguji hipotesis digunakan uji-t dengan taraf signifikansi X=0.05. Pengujian dengan menggunakan uji-t memerlukan beberapa syarat, antara lain: sampel acak, data interval, populasi berdistribusi normal dan kesamaan varians (homogenitas).
1. Uji Prasyarat Analisis Untuk prasyarat data interval telah terpenuhi, sebab hasil belajar merupakan data interval. Uji keacakan pun tidak perlu sebab sampel telah diambil secara acak. Oleh karena itu, uji prasyarat yang perlu dilakukan adalah uji normalitas dan uji kesamaan varians (uji homogenitas). a. Uji Normalitas Uji normalitas data ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan adalah Uji Liliefors. = F( ) – S( )
43
Keterangan: = Harga mutlak terbesar F( ) = Peluang angka baku S( ) = Proporsi angka baku Sebelum kita melakukan pengujian normalitas, maka hal yang perlu dilakukan adalah dengan membuat tabel distribusi frekuensi, dengan langkahlangkah dibawah ini, yaitu:7 1) Menentukan skor terbesar dan terkecil 2) Menentukan rentangan (R) dengan cara: R = skor terbesar – skor terkecil 3) Menentukan banyaknya kelas (K) dengan cara: K = 1 + 3,3 log n 4) Menentukan panjang kelas (p) dengan cara: P= 5) Membuat tabulasi penolong yaitu tabel distribusi frekuensi 6) Mencari rata-rata (Mean)
7) Mencari nilai yang sering muncul (Modus) Mo = BB + p *
+
8) Mencari nilai tengah (Median) Me = BB + p [
]
9) Mencari Varians (
(s²) =
(
) )
10) Mencari simpangan baku S=√
7
( (
) )
Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Tarsito, 2005), h. 45
44
Adapun langkah-langkah dalam uji Lilifors adalah sebagai berikut: a. Urutkan data sampel dari yang terkecil hingga yang terbesar b. Tentukan nilai
dari tiap-tiap data dengan menggunakan rumus:
Keterangan: = skor baku = data yang diperoleh X
= nilai rata-rata
SD
= standar deviasi
c. Tentukan nilai Ztabel berdasarkan nilai d. Tentukan nilai F( ) berdasarkan Ztabel Jika
negatif (-), maka 0,5 – Ztabel
Jika
positif (+), maka 0,5 + Ztabel
e. Tentukan nilai S( ) dengan rumus: S( ) f. Hitung selisih F( ) S( ) kemudian tentukan harga mutlaknya g. Ambil data terbesar diantara harga-harga mutlak tersebut ini kita namakan
h. Memberikan interpretasi
, dengan membandingkan dengan
.
adalah
harga yang diambil dari tabel harga kritis uji Liliefors i. Ambil kesimpulan berdasarkan harga Apabila Lhitung
Ltabel, maka
Dan apabila Lhitung
Ltabel, maka
dan
yang telah didapat.
diterima atau data berdistribusi normal. ditolak atau data tidak berdistribusi
normal.
b. Uji Homogenitas Teknik yang diguanakan pada uji homogenitas ini adalah uji Fisher dengan rumus :
45
F=
1 2
dengan S² =
n fx2 ( fx) (n 1)
Keterangan : F : Homogenitas S1² : Varian besar S2² : Varian kecil n
: Jumlahsanpel
f
: Frekuensi
x
: data
Kriteria pengujinya Apabila Fhitung
2. Uji Statistik Setelah uji normalitas dan uji homogenitas dilakukan, maka selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis. Hipotesis diuji dengan menggunakan uji-t. Rumus yang digunakan untuk melakukan uji-t adalah:8
t=
̅̅̅̅ ̅
dengan̅̅̅̅
dan ̅
√
sedangkan sgab= √
(
) (
(
) )
keterangan: t
= harga t hitung
̅1
= nilai rata-rata hitung data kelompok eksperimen
8
Ibid., h.238-239
46
̅2
= nilai rata-rata hitung data kelompok kontrol
S12
= varians data kelompok eksperimen
S22
= varians data kelompok kontrol
Sgab
= simpangan baku kedua kelompok
n1
= jumlah siswa pada kelompok eksperimen
n2
= jumlah siswa pada kelompok kontrol
Setelah harga thitung diperoleh, kita lakukan pengujian kebenaran kedua hipotesis dengan membandingkan besarnya thitung dan ttabel dengan terlebih dahulu menetapkan degrees of freedomnya atau derajat kebebasannya, dengan rumus: df = (n1 + n2) – 2dengan diperolehnya df, maka dapat dicari harga t tabel pada taraf signifikasi 0,05. Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut: Jika thitung ≤ ttabel, maka
diterima dan
Jika thitung> ttabel maka
diterima dan
ditolak ditolak
Adapun langkah-langkah dalam uji-t adalah sebagai berikut: 1) Mencari standar deviasi gabungan dengan rumus:
sgab= √
(
) (
(
) )
2) Menghitung thitung dengan rumus: thitung =
̅̅̅̅ ̅ √
3) Menentukan derajat kebebasan dengan rumus: dk = n1 +n2 – 2 4) Menentukan ttabel 5) Pengujian hipotesis Untuk perhitungan uji hipotesis, akan disajikan pada BAB IV
47
Kriteria Pengujian : H0 diterima jika thitung < ttabel H0 ditolak jika thitung > ttabel
F. Hipotesis Statistik Adapun hipotesis statistik yang akan diuji adalah sebagai berikut: H0 : µ1 ≤ µ2 Ha : µ1>µ2 Keterangan : H0 = Hipotesis nihil Ha = Hipotesis alternatif µ1 = hasil belajar matematika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperetif tipe STAD µ2 = hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional. Kriteria Pengujian : H0 diterima jika thitung < ttabel H0 ditolak jika thitung > ttabel
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Penelitian ini dilakukan di SDN Suradita kec Cisauk kab Tangerang, pada kelas V yaitu kelas D sebagai kelas eksperimen dan kelas C sebagai kelas kontrol. Pada kelas eksperimen mendapat pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, sedangkan kelas kontrol mendapatkan pembelajaran dengan pembelajaran konvensional. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 60 orang, masing-masing kelas eksperimen dan kontol berjumlah 30 orang. Materi matematika yang diajarkan pada saat penelitian yaitu mengenai luas bangun datar. Hasil belajar matematika siswa dapat diukur melalui tes akhir (posttest) yang telah dilakukan oleh peneliti. Tes akhir (posttest) bertujuan untuk mengetahui Hasil Belajar Matematika Siswa SD dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Sebelum dilakukan posttest, terlebih dahulu dilakukan uji instrumen sebanyak lima belas soal yang berbentuk uraian, uji coba instrumen tersebut diberikan kepada 30 siswa kelas VI SDN Suradita tahun ajaran 2013/2014. Berikut ini disajikan hasil perhitungan dari tes hasil belajar matematika siswa SD yang diberikan kepada kedua kelas yang diteliti setelah kegiatan pembelajaran dilaksanakan.
1. Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Eksperimen Dari perolehan hasil tes belajar matematika siswa yang telah dilaksanakan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada kelompok eksperimen yang berjumlah 30 siswa, dengan diperoleh nilai rata-rata 77,33 sedangkan dengan nilai tertinggi yang diperoleh pada kelompok eksperimen adalah 90 dan nilai terendah diperoleh pada kelompok eksperimen adalah 65. Untuk lebih jelasnya, deskripsi data hasil
48
49
tes belajar matematika siswa kelompok kontrol disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi berikut: Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika siswa Pada Kelompok Eksperimen No
Nilai Interval
Fi
f relatif
fk-
%fk-
fk+
%fk+
1
65-69
5
16,667
5
16,667
30
100
2
70-74
8
26,667
13
43,333
25
83,333
3
75-79
6
20
19
63,333
17
56,667
4
80-84
4
13,333
23
76,667
11
36,667
5
85-89
5
16,667
28
93,333
7
23,333
6
90-94
2
6,6667
30
100
2
6,6667
Jumlah
30
100
Hasil perhitungan berdasarkan data dari tabel frekuensi diatas menunjukkan bahwa siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD mendapat nilai terbanyak direntang 70 sampai 74 dengan presentase 26,67%. Distribusi frekuensi hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar matematika siswa SD pada kelompok eksperimen dapat digambarkan dalam bentuk grafik histogram berikut ini: Data Kelompok Eksperimen 9 8
Frekuensi
7 6 5 4 3 2 1 0 65-69
70-74
75-79
Nilai
80-84
85-89
90-95
50
Gambar 4.1 Grafik Histogram Frekuensi Hasil Belajar Matematika Pada Kelompok Eksperimen Sebaran dari hasil belajar matematika siswa pada kelompok eksperimen ditunjukan dengan nilai modus 72,5 median 70,75 sedangkan varians yang diperoleh sebesar 60,23 dan simpangan baku sebesar 7,76. Perhitungan selengkapnya mengenai hasil distribusi frekuensi hasil belajar matematika siswa pada kelompok eksperimen dapat dilihat pada (lampiran).
2. Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Kelas Kontrol Dari perolehan hasil tes belajar matematika siswa yang telah dilaksanakan dengan menggunakan pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol yang berjumlah 30 siswa, dengan diperoleh nilai rata-rata 51,66 sedangkan dengan nilai tertinggi yang diperoleh pada kelompok kontrol adalah 60 dan nilai terendah diperoleh pada kelompok kontrol adalah 35. Untuk lebih jelasnya, deskripsi data hasil tes belajar matematika siswa kelompok kontrol disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi berikut: Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Kelompok Kontrol No
Nilai Interval
Fi
f relatif
fk-
%fk-
fk+
%fk+
1
35-39
2
6,6667
2
6,6667
30
100
2
40-44
5
16,667
7
23,333
28
93,333
3
45-49
4
13,333
11
36,667
23
76,667
4
50-54
7
23,333
18
60
19
63,333
5
55-59
6
20
24
80
12
40
6
60-64
6
20
30
100
6
20
30
100
Jumlah
51
Pada tabel distribusi diatas menunjukan bahwa siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional mendapat nilai terbanyak pada rentang 50 sampai 54 dengan presentase 23,33%. Distribusi frekuensi hasil tes pada kelompok kontrol dapat digambarkan dalam bentuk grafik histogram berikut ini:
Frekuensi
Data Kelompok Kontrol 8 7 6 5 4 3 2 1 0 35-39
40-44
45-49
50-54
55-59
60-64
Nilai Gambar 4.2 Grafik Histogram Frekuensi Hasil Belajar Matematika Pada Kelompok Kontrol Sebaran dari hasil belajar matematika siswa pada kelompok kontrol ditunjukan dengan nilai modus 53,25 median 52,4 sedangkan varians yang diperoleh sebesar 61,96 dan simpangan baku sebesar 7,87. Perhitungan selengkapnya mengenai hasil distribusi frekuensi hasil belajar matematika siswa pada kelompok kontrol dapat dilihat pada (lampiran).
3. Perbandingan Hasil Penelitian Hasil Belajar Matematika Kelompok Eksperimen dan Hasil Belajar Kelompok Kontrol Untuk lebih memperjelas perbandingan hasil belajar matematika antara kelompok eksperimen yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan kelompok kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional dapat dilihat pada tabel 4.3.
52
Tabel 4.3 Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Statistik
Kelas Eksperimen
Kontrol
Jumlah siswa (n)
30
30
Nilai Maksimum (Xmak)
90
60
Nilai Minimum(Xmin)
65
35
Mean
77,33
51,66
Modus
72,5
53,25
Median
70,75
52,4
Varians
60,22989
61,95402
Simpangan Baku
7,76o
7,871
Pada tabel distribusi frekuensi diatas menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata kelompok kontrol dengan selisih 25,67 (77,33 – 51,66). Sama halnya dengan nilai rata-rata, modus, median kelompok eksperimen lebih beragam dari pada nilai kelompok kontrol. Nilai siswa tertinggi dari dua kelas tersebut terdapat pada kelompok eksperimen dengan nilai 90, sedangkan nilai terendah terdapat pada kelompok kontrol dengan nilai 35.
B. Pengujian Persyaratan Analisis Data dan Pengujian Hipotesis Dari data hasil belajar yang diperoleh masih berbentuk data mentah oleh karena itu agar data tersebut dapat menjawab pertanyaan peneliti maka dilakukan analisis terhadap data tersebut. Data penelitian yang akan dianalisis adalah rata-rata skor hasil belajar matematika siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Analisis dan pembahasan data hasil belajar diberikan pada uraian berikut:
53
1. Uji Normalitas Sebelum menguji perbedaan rata-rata hasil belajar dengan uji t, terlebih dahulu kedua kelompok diuji normalitas dan homogenitasnya. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah penyebaran skor hasil belajar kedua kelompok berdistribusi normal atau tidak, dengan ketentuan bahwa kelompok berdistribusi normal jika memenuhi kriteria Lhitung ≤ Ltabel diukur pada taraf signifikan dan tingkat kepercayaan tertentu. a. Uji Normalitas Kelas Eksperimen Dari hasil perhitungan uji normalitas diperoleh Lhitung = 0,036. Dari tabel nilai kritis uji Lilifors diperoleh nilai Ltabel dengan n = 30, taraf signifikan α = 5% adalah 0,161 karena Lhitung ≤ Ltabel (0,036 ≤ 0,161) maka H0 diterima, ini berarti data pada kelompok eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal. b. Uji Normalitas Kelas Kontrol Dari hasil perhitungan uji normalitas diperoleh Lhitung = 0,029. Dari tabel nilai kritis uji Lilifors diperoleh nilai Ltabel dengan n = 30, taraf signifikan α = 5% adalah 0,161 karena Lhitung ≤ Ltabel (0,029 ≤ 0,161) maka H0 diterima, ini berarti data pada kelompok kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan uji normalitas antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Kelas
Jumlah Sampel (n)
Lhitung
Ltabel (α=5%)
Kesimpulan
Eksperimen
30
0,036
0,161
Terima H0,
Kontrol
30
0,029
0,161
Berdistribusi normal
54
Karena Lhitung pada kedua kelompok kurang dari Ltabel, maka disimpulkan bahwa kedua kelompok tersebut berasal dari populasi berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas Setelah dilakukan uji normalitas, diketahui bahwa kedua kelompok sampel pada penelitian ini dinyatakan berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Selanjutnaya dilakukan uji homogenitas dengan menggunakan Uji Fisher. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel memiliki varians yang sama (homogen) atau berbeda (heterogen). Kriteria pengujian yang digunakan yaitu kedua kelompok dikatakan homogen apabila Fhitung ≤ Ftabel diukur pada taraf signifikan dan tingkat kepercayaan tertentu. Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Statistik
Eksperimen
Kontrol
N
30
30
Α
5%
5%
Rata-rata
77,33
51,66
Varians
60,22989
61,95402
Fhitung
1,02
Ftabel
1,86
Kesimpulan
Homogen
Dari data tersebut diketahui bahwa hasil posttest kedua kelas sampel memiliki Fhitung ≤ Ftabel yang berarti data yang diperoleh memiliki varians yang homogen.
3. Pengujian Hipotesis Berdasarkan hasil uji prasyarat diatas yang menyatakan asumsi normalitas dan homogenitas untuk kedua sampel terpenuhi, maka langkah
55
selanjutnya yaitu pengujian hipotesis yang dapat dilakukan dengan menggunakan uji-t. Kriteria perhitungannya yaitu thitung < ttabel maka H0 diterima. Sedangkan jika thitung > ttabel maka H0 ditolak. H0 menyatakan bahwa rata-rata hasil belajar matematika pada luas bangun datar trapesium dan layang-layang pada kelompok eksperimen dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi dibandingkan dengan ratarata hasil belajar matematika siswa pada kelompok kontrol dengan pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil perhitungan dengan derajat kebebasan 58, diperoleh jika thitung = 4,04 ttabel = 2,00. Hasil perhitungan tersebut menunjukan bahwa jika thitung > ttabel (4,04 > 2,00). Dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima atau dengan kata lain rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi dari pada rata-rata hasil belajar
matematika
siswa
yang
diajarkan
dengan
pembelajaran
konvensional. Secara ringkas, hasil perhitungan uji t tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Uji Hipotesis Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Statistik
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Rata-rata
77,33
51,66
Varians
60,22989
61,95402
Sgabungan
7,816134
thitung
4,0489
ttabel
2,001717468
perbandingan
4,04 > 2,00
Kesimpulan
Tolak H0 terima Ha
56
Dari hasil tabel diatas terlihat bahwa thitung> ttabel (4,04 > 2,00), maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima atau dengan kata lain rata-rata hasil belajar siswa kelompok eksperimen lebih tinggi dari pada kelompok kontrol. Daerah Penolakan H0
2,00
4,04
C. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan pengujian hipotesis yang dilakukan sebelumnya diperoleh bahwa H0 ditolak. Dengan demikian Ha yang menyatakan hasil belajar matematika yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi dari pada siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada taraf signifikansi 5% dapat diterima. Pada proses pembelajaran yang dilakukan di kelompok eksperimen yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini adalah siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil kemudian setiap kelompok diberi kesempatan untuk mengeluarkan ide pemikiran pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Selain itu, siswa juga dijembatani agar dapat menemukan pemahaman materi luas bangun datar pada luas bangun trapesium dan bangun layang-layang. Sehingga dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika. Dalam kegiatan pembelajaran ini, terlihat siswa antusias mengikuti pembelajaran dikelas, hal ini dapat dilihat dari cara siswa mengerjakan tugas dalam bentuk kuis serta LKS yang diberikan guru. Setiap kelompok terlihat lebih aktif dalam kegiatan diskusi serta mengerjakan tugas yang diberikan
57
58
ide ke dalam pembelajaran. Oleh karena itu, dapat di katakan bahwa pemilihan metode dan teknik pembelajaran yang tepat akan membantu dalam jalannya proses pembelajaran dikelas. Pembelajaran yang diterapkan pada kelas kontrol, yang menggunakan model pembelajaran secara konvensional adalah dengan metode ceramah, tanya jawab dan latihan. Pertama-tama guru hanya menerangkan materi yang akan dipelajari siswa pada hari itu, serta memberikan beberapa contoh, kemudian keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran hanya sebatas mendengar dan menulis apa yang diperintahkan guru. Apabila ada yang belum dimengerti atau kurang paham, siswa dapat bertanya kepada guru. Dengan demikian, siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional hanya belajar dengan hafalan dan tidak mengerti isi dari materi yang diajarkan guru. Namun, adapun kelebihan dari kelas kontrol adalah siswa dapat mengerjakan soal-soal yang diberikan guru, apabila soal yang diberikan sama dengan contoh yang ditunjukkan, tetapi jika siswa diberikan soal yang berbeda dengan contoh yang ditunjukkan, maka siswa masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan dan menemukan jawabannya. Berdasarkan uraian diatas, menunjukkan bahwa perlakuan berbeda yang diberikan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat menghasilkan hasil akhir yang berbeda pula. Kelompok eksperimen yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran STAD berbeda dengan kelompok kontrol yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Hasil belajar siswa yang diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran STAD dalam penelitian ini dapat terlihat dari hasil jawaban siswa. Hasil belajar siswa yang diberikan perlakuan model pembelajaran STAD yang dimaksud adalah hasil belajar siswa yang menyelesaikan masalah dengan cara memperinci bagian-bagian dari masalah tersebut sehingga dapat memperoleh pemahaman yang lebih jelas dengan menemukan jawaban yang berbeda dengan yang lainnya ketika menjawab soal. Rata-rata siswa kelompok eksperimen menjawab soal dengan cara yang sistematis atau berurutan sedangkan pada kelompok kontrol rata-rata siswa menjawab soal tidak dengan cara yang
59
60
Pada gambar 4.5 menunjukan hasil jawaban atau kerja siswa pada kelompok kontrolatau siswa yang diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Sehingga jawaban siswa pada kelompok kontrol ini terlihat tidak sistematis. Pada soal tes ini siswa dituntut agar dapat mengemukakan gagasannya serta dapat menyelesaikan soal tersebut dengan caranya sendiri, sehingga dapat menghasilkan jawaban yang berbeda dengan orang lain. Dari hasil gambar pada kelompok eksperimen dapat dilihat bahwa siswa dapat memperinci jawaban serta dapat menemukan cara menyelesaikan soal yang berbeda dengan orang lain. Sedangkan pada kelompok kontrol, masih banyak siswa yang belum mengerti maksud dari soal yang diberikan dan kebanyakan dari mereka menjawab tanpa memperhatikan apa yang ditulisnya. Selain itu, pada kelompok kontrol masih banyak siswa yang belum bisa menemukan jawaban dari soal yang diberikan dengan caranya sendiri. Berdasarkan pembahasan diatas, dapat terlihat bahwa terdapat pengaruh antara siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran STAD dengan siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal ini disebabkan karena pada kelompok eksperimen yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran STAD dirancang agar siswa dapat mengemukakan pendapatnya dengan cara memperinci yang didapat sehingga masalah yang diberikan dapat terpecahkan dan dapat ditemukan jawaban yang berbeda dengan orang lain. Dengan
demikian
ternyata
terbukti
bahwa
penggunaan
model
pembelajaran STAD berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa SD.
D. Keterbatasan Penelitian Peneliti menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna. Berbagai upaya telah dilakukan agar memperoleh hasil yang maksimal. Namun demikian masih terdapat hal-hal yang tidak dapat terkontrol dan tidak dapat dikendalikan, sehingga hasil penelitian inipun belum optimal. Hal-hal itu antara lain:
61
1. Penelitian ini hanya ditunjukan untuk mata pelajaran matematika pokok bahasan menghitung luas bangun trapesium dan luas bangun layang-layang, sehingga belum dapat digeneralisasikan pada pokok bahasan lain. 2. Kondisi siswa yang belum terbiasa dengan strategi pembelajaran aktif sehingga membuat kondisi awal pasif. 3. Siswa sulit diatur untuk dikelompokan dalam pembelajaran yang aktif 4. Kontrol terhadap kemampuan siswa hanya pada hasil belajarnya saja. Sementara itu variabel lain seperti intelegensi, minat, motivasi dan lingkungan belajar tidak terkontrol secara penuh, sehingga tidak mustahil jika hasil penelitian ini dapat dipengaruhi oleh hal-hal lain.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh dan pengujian statistik yang dilakukan mengenai pengaruh model pembelajaran STAD terhadap hasil belajar matematika siswa SD di SDN Suradita, memberikan kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil belajar matematika siswa pada kelompok eksperimen yang diajarkan dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD memperoleh nilai rata-rata sebesar 77,33 pada materi bangun datar trapesium dan layanglayang dengan varians 60,22. 2. Hasil belajar matematika siswa pada kelompok kontrol yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional memperoleh nilai rata-rata sebesar 51,66 pada materi bangun datar trapesium dan layang-layang dengan varians 61,95. 3. Hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD mendapatkan nilai rata-rata 77,33 dan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensiona mendapatkan nilai rata-rata 51,66. Dengan perhitungan uji-t, maka dapat diperoleh thitung dari hasil tes adalah 4,05 dan diperoleh ttabel adalah 2,00. Dari hasil perhitungan uji-t dapat terlihat bahwa thitung > ttabel. Maka dapat disimpulkanbahwa H0 ditolak dan Ha diterima atau dengan kata lain rata-rata hasil belajar siswa kelompok eksperimen lebih tinggi dari pada kelompok kontrol.
62
63
B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, peneliti dapat memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Berdasarkan penelitian ini, hendaknya guru khususnya guru yang mengajar matematika di SDN Suradita dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat dipakai karena model ini terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa, sehingga model pembelajaran yang digunakan tidak hanya terbatas pada guru dan buku paket saja, akan tetapi pembelajaran dipusatkan pada siswa. 2. Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD), guru hendaknya lebih intensif dalam membimbing siswa untuk saling terbuka dalam kerjasama untuk belajar kelompok. 3. Siswa diharapkan untuk ikut berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai 4. Dalam proses pembelajaran di kelas perlu diciptakan suasana kompetitif/ bersaing antar kelompok agar dapat memberikan semangat belajar yang lebih tinggi dan dapat meningkatkan suasana kelas yang mendorong siswa untuk berlomba-lomba dalam menyelesaikan tugas yang terbaik. 5. Kepada para peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian tentang penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Student Team
Achievement Divisions (STAD) yang diterapkan pada konsep yang lain atau mata pelajaran yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: Rineka Cipt, 1999. Amri, Sofan, dkk, Kontruksi Pengembangan Pembelajaran Pengaruhnya Terhadap Mekanisme dan Praktik Kurikulum, Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya, 2010. Anitah, Sri, dkk, Strategi Pembelajaran di SD, Jakarta: Universitas Terbuka, 2009. Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2009. ................................., Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Bahri Djamarah, Syaiful, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002. Driana, Elin http://nasional.kompas.com/read/2012/12/14/02344589/gawat.darurat.pendi dikan E. Slavin, Robert, Cooperatif Learning teori, riset dan praktek, Bandung: Nusa Media, 2005. Halim Fathani, Abdul, Matematika Hakikat & Logika, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2009. Hamzah, dkk, Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran Sebuah Konsep Pembelajaran Berbasis Kecerdasan, Jakarta: Bumi Aksara, 2009. Heruman, Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2007. Huda, Miftahul, Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011. Ibrahim, Muslimin, Pembelajaran Kooperatif, Surabaya: Unesa, 2000. Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007.
64
65
Masitoh, dkk, Strategi Pembelajaran, Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam, 2009. Neni Iska, Zikri, Perkembangan Peserta Didik Perspektif Psikologi, Jakarta: Kizi Brother’s, 2011. Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009. Riyanto, Yatim, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2009. Rusman, Model-model Pembelajaran, Jakarta: Rajawali Pers, 2011. Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2010. Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajagrafinda Persada, 2004. Setyosari, Punanji, Metode Penelitian Pendidikan Dan Pengembangan, Jakarta: Prenada Media Group, 2010. Solihatin, Etin, Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS, Jakarta: Bumi Aksara, 2009. Sudjana, Metode Statistika, Bandung: Tarsito, 2005. Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo Offset, 2004. Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008. Suwangsih, Erna, dkk, Model Pembelajaran Matematika, Bandung: Upi Press, 2006. Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2012. Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta: Kencana, 2010. Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2006. Yuli Widiyanti, Esti, dkk, Pembelajaran Matematika MI, Surabaya: Lapis-PGMI, 2009.
66 Lampiran 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) KELAS EKSPERIMEN Satuan Pendidikan : SDN Suradita Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: V/ I
Pertemuan Ke-
: 1 (Pertama)
Alokasi Waktu
: 2 x 35 Menit
A. Standar Kompetensi 3. Menghitung luas bangun datar sederhana dan menggunakannya dalam pemecahan masalah. B. Kompetensi Dasar 3.1. Menghitung luas trapesium dan layang-layang C. Indikator Menghitung luas bangun datar trapesium. D. Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat: Menghitung luas bangun datar trapesium. E. Materi Luas Trapesium F. Metode Diskusi, Tanya Jawab, Ekspositori, Latihan, dan STAD (Student Teams Achievement Division) G. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Awal TAHAP Pendahuluan
KEGIATAN
WAKTU
Guru mengkondisikan kelas dengan meminta ketua 10 Menit kelas untuk memimpin do’a Mengabsen siswa Guru
menyampaikan
tujuan
pembelajaran
dan
menjelaskan aturan-aturan pembelajaran kooperatif
67 tipe STAD Guru menanyakan pengetahuan awal siswa tentang materi bangun datar trapesium Guru memberikan tes untuk mengetahui skor awal siswa Kegiatan Inti TAHAP Eksplorasi
KEGIATAN GURU WAKTU Guru menyampaikan materi tentang bangun datar 55 Menit trapesium Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang telah dijelaskan Guru memberikan poin awal kepada siswa dan menjelaskan sumber poin awal tersebut Guru membagi siswa kedalam kelompok yang terdiri dari 4 sampai 6 anggota secara heterogen Guru memberikan LKS dan memerintahkan siswa untuk mengerjakan LKS melalui diskusi kelompok tentang materi bangun datar trapesium
Elaborasi
Guru menunjuk salah satu perwakilan kelompok untuk mempresentasikan
hasil
diskusi
kelompoknya,
kemudian kelompok yang lain diberikan kesempatan untuk bertanya Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa dalam tiap kelompoknya Guru menginformasikan bahwa hasil nilai kuis akan diberitahukan pada pertemuan berikutnya Guru memberikan penghargaan kepada kelompok berdasarkan pencapaian skor rata-rata dalam satu kelompok
Konfirmasi
Membenarkan presentasi siswa terkait materi yang
68 telah diajarkan Meluruskan jawaban siswa terkait materi yang telah diajarkan Kegiatan Penutup TAHAP Kegiatan
KEGIATAN GURU WAKTU Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi 5 menit
Penutup
pembelajaran Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
H. Media belajar Spidol dan LKS. I. Sumber Belajar
Sumanto. 2008. Gemar Matematika V. Jakarta: Depdiknas
Sunaryo. 2007 .Matematika kelas V. Jakarta: Depdiknas
J. Penilaian No 1
Indikator
Teknik
Bentuk
Menghitung luas bangun
Tes
Esai
datar trapesium
Instrumen Penilaian 1. Diketahui
suatu
bangun
trapesium mempunyai panjang sisi sejajar 10 cm dan 4 cm dengan tinggi 6 cm, berapakah luas pada bangun trapesium tersebut? 2. Sebuah trapesium memiliki panjang sisi sejajar masing-masing 8 cm dan 4 cm dan tinggi 5 cm. Berapakah luas bangun trapesium tersebut?
Tangerang, Nopember 2013 Wali kelas Aripin S.Pd
Peneliti Agi Nurahmadana
69 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Satuan Pendidikan : SDN Suradita Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: V/ I
Pertemuan Ke-
: 2 (Kedua)
Alokasi Waktu
: 2 x 35 Menit
A. Standar Kompetensi 3. Menghitung luas bangun datar sederhana dan menggunakannya dalam pemecahan masalah. B. Kompetensi Dasar 3.1. Menghitung luas trapesium dan layang-layang C. Indikator Menghitung luas bangun datar layang-layang. D. Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat: Menghitung luas bangun datar layang-layang. E. Materi Luas Layang-layang F. Metode Diskusi, Tanya Jawab, Ekspositori, Latihan, dan STAD (Student Teams Achievement Division) G. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Awal TAHAP Pendahuluan
KEGIATAN Guru mengkondisikan kelas dengan meminta ketua kelas untuk memimpin do’a Mengabsen siswa Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan aturan-aturan pembelajaran kooperatif tipe STAD
WAKTU 10 menit
70 Guru menanyakan pengetahuan awal siswa tentang materi bangun datar layang-layang Kegiatan Inti TAHAP Eksplorasi
KEGIATAN GURU Guru menjelaskan materi tentang menghitung luas bangun datar layang-layang Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang telah dijelaskan Guru memberikan poin awal kepada siswa dan menjelaskan sumber poin awal tersebut Guru membagi siswa kedalam kelompok yang terdiri dari 4 sampai 6 anggota secara heterogen Guru memberikan LKS dan memerintahkan siswa untuk mengerjakan LKS melalui diskusi kelompok tentang materi bangun datar trapesium
Elaborasi
Guru meluruskan hasil jawaban siswa terkait materi yang telah dijelaskan Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa dalam tiap kelompoknya Guru menginformasikan bahwa hasil nilai kuis akan diberitahukan pada pertemuan berikutnya Guru memberikan penghargaan kepada kelompok berdasarkan pencapaian skor rata-rata dalam satu kelompok
Konfirmasi
Membenarkan presentasi siswa terkait materi yang telah diajarkan Meluruskan jawaban siswa terkait materi yang telah diajarkan
WAKTU
71 Kegiatan Penutup TAHAP Kegiatan
KEGIATAN GURU WAKTU Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi 5 menit
Penutup
pembelajaran Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
H. Media belajar Spidol dan LKS. I. Sumber Belajar
Sumanto. 2008. Gemar Matematika V. Jakarta: Depdiknas
Sunaryo. 2007 .Matematika kelas V. Jakarta: Depdiknas
J. Penilaian No 1
Indikator
Teknik
Bentuk
Instrumen Penilaian
Menghitung luas bangun
Tes
Esai
1. Diketahui suatu bangun layang-
datar layang-layang
layang yang mempunyai panjang diagonal 9 cm dan 8 cm, berapakah luas pada bangun layang-layang tersebut? 2. Sebuah bangun layang-layang yang mempunyai
panjang
diagonal
masing-masing 10 cm dan 6 cm, berapakah
luas
bangun
layang-layang tersebut?
Tangerang, Nopember 2013 Wali kelas
Aripin S.Pd
Peneliti
Agi Nurahmadana
datar
72 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Satuan Pendidikan : SDN Suradita Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: V/ I
Pertemuan Ke-
: 4 (Empat)
Alokasi Waktu
: 2 x 35 Menit
A. Standar Kompetensi 3. Menghitung luas bangun datar sederhana dan menggunakannya dalam pemecahan masalah. B. Kompetensi Dasar 3.2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar C. Indikator Menjelaskan luas bangun datar trapesium pada soal cerita. D. Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat: Menjelaskan luas bangun datar trapesium pada soal cerita E. Materi Luas Trapesium F. Metode Diskusi, Tanya Jawab, Ekspositori, Latihan, dan STAD (Student Teams Achievement Division) G. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Awal TAHAP Pendahuluan
KEGIATAN
WAKTU
Guru mengkondisikan kelas dengan meminta ketua kelas untuk memimpin do’a Mengabsen siswa Guru
menyampaikan
tujuan
pembelajaran
menjelaskan aturan-aturan pembelajaran
dan
10 menit
73 kooperatif tipe STAD Guru menanyakan pengetahuan awal siswa tentang materi bangun datar trapesium Kegiatan Inti TAHAP Eksplorasi
KEGIATAN GURU
Guru
menjelaskan
materi
tentang
cara
menjelaskan luas bangun datar trapesium Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang telah dijelaskan Guru memberikan poin awal kepada siswa dan menjelaskan sumber poin awal tersebut Guru membagi siswa kedalam kelompok yang terdiri dari 4 sampai 6 anggota secara heterogen Guru memberikan LKS dan memerintahkan siswa untuk mengerjakan LKS melalui diskusi kelompok tentang materi bangun datar trapesium Guru menunjuk salah satu perwakilan kelompok Elaborasi
untuk
mempresentasikan
hasil
diskusi
kelompoknya, kemudian kelompok yang lain diberikan kesempatan untuk bertanya Guru meluruskan hasil jawaban siswa terkait materi yang telah dijelaskan Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa dalam tiap kelompoknya Guru menginformasikan bahwa hasil nilai kuis akan diberitahukan pada pertemuan berikutnya Guru
memberikan
penghargaan
kepada
kelompok berdasarkan pencapaian skor rata-rata
WAKTU 55 menit
74
dalam satu kelompok Konfirmasi
Membenarkan presentasi siswa terkait materi yang telah diajarkan Meluruskan jawaban siswa terkait materi yang telah diajarkan Kegiatan Penutup TAHAP
KEGIATAN GURU
WAKTU
Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan
Kegiatan Penutup
5 menit
materi pembelajaran Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
H. Media belajar Spidol dan LKS. I. Sumber Belajar
Sumanto. 2008. Gemar Matematika V. Jakarta: Depdiknas
Sunaryo. 2007 .Matematika kelas V. Jakarta: Depdiknas
J. Penilaian No
Indikator
Teknik
Bentuk
Instrumen Penilaian
1
Menjelaskan luas bangun
Tes
Esai
1. Aku adalah atap rumah.
datar trapesium pada soal
Dilihat dari samping aku
cerita
berbentuk
trapesium
samakaki. Dengan panjang sisiku yang sejajar adalah 19 meter dan 15 meter, sedangkan tinggiku adalah 13 m. Berapakah luasku? 2. Pak Deni mempunyai sawah
75 yang berbentuk trapesium, sawah
itu
mempunyai
panjang yang sejajar 80 m dan 70 m, dan lebar 45 m. berapakah luas tanah pak royo
Tangerang, Nopember 2013 Wali kelas
Aripin S.Pd
Peneliti
Agi Nurahmadana
76 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Satuan Pendidikan : SDN Suradita Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: V/ I
Pertemuan Ke-
: 5 (Lima)
Alokasi Waktu
: 2 x 35 Menit
A. Standar Kompetensi 3. Menghitung luas bangun datar sederhana dan menggunakannya dalam pemecahan masalah. B. Kompetensi Dasar 3.2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas bangun datar C. Indikator Menghitung luas bangun datar trapesium yang berhubungan dengan masalah yang ada dikehidupan sehari-hari D. Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat: Menghitung luas bangun datar trapesium yang berhubungan dengan masalah yang ada dikehidupan sehari-hari E. Materi Luas Bangun Datar Trapesium F. Metode Diskusi, Tanya Jawab, Ekspositori, Latihan, dan STAD (Student Teams Achievement Division) G. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Awal TAHAP Pendahuluan
KEGIATAN Guru
mengkondisikan
WAKTU kelas
dengan
meminta ketua kelas untuk memimpin do’a Mengabsen siswa Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
10 menit
77 dan
menjelaskan
aturan-aturan
pembelajaran kooperatif tipe STAD Guru menanyakan pengetahuan awal siswa tentang bangun datar trapesium yang ada didalam kehidupan sehari-hari Kegiatan Inti TAHAP Eksplorasi
KEGIATAN GURU
Guru
menjelaskan
materi
tentang
cara
menghitung masalah dalam kehidupan seharihari yang berhubungan dengan bangun datar trapesium Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang telah dijelaskan Guru memberikan poin awal kepada siswa dan menjelaskan sumber poin awal tersebut Guru membagi siswa kedalam kelompok yang terdiri dari 4 sampai 6 anggota secara heterogen Guru memberikan LKS dan memerintahkan siswa untuk mengerjakan LKS melalui diskusi kelompok tentang materi bangun datar trapesium Elaborasi
Guru menunjuk salah satu perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan
hasil
diskusi
kelompoknya, kemudian kelompok yang lain diberikan kesempatan untuk bertanya Guru meluruskan hasil jawaban siswa terkait materi yang telah dijelaskan Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa dalam tiap kelompoknya Guru menginformasikan bahwa hasil nilai kuis akan diberitahukan pada pertemuan berikutnya
WAKTU 55 menit
78 Guru
memberikan
penghargaan
kepada
kelompok berdasarkan pencapaian skor rata-rata dalam satu kelompok Membenarkan presentasi siswa terkait materi Konfirmasi
yang telah diajarkan Meluruskan jawaban siswa terkait materi yang telah diajarkan
Kegiatan Penutup TAHAP
KEGIATAN GURU
WAKTU
Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan
Kegiatan Penutup
5 menit
materi pembelajaran Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
H. Media belajar Spidol dan LKS. I. Sumber Belajar
Sumanto. 2008. Gemar Matematika V. Jakarta: Depdiknas
Sunaryo. 2007 .Matematika kelas V. Jakarta: Depdiknas
J. Penilaian No 1
Indikator Menghitung
luas
Teknik
Bentuk
Tes
Esai
Instrumen Penilaian 1. Ayah
baru
saja
selesai
bangun datar trapesium
mengecat tembok samping
yang
rumah
dengan
berhubungan masalah
kehidupan sehari-hari
yang
berbentuk
trapesium dengan ukuran panjang sisi yang sejajar masing-masing 35 m dan 25 m, kemudian tingginya 6 m. Berapakah
luas
tembok
79 yang berbentuk trapesium tersebut? 2. Pak Sholeh sedang memasang genting
di
rumahnya.
bagian Atap
teras
terasnya
berbentuk trapesium. Genting disusun sebagai berikut. Dari sisi bagian atas dengan 18 genting dan bagian bawahnya 24
genting
gentingnya
dan 15
susunan
baris.
Jadi
berapakahgenting yang
ada
diatas genting?
Tangerang, Nopember 2013 Wali kelas
Aripin S.Pd
Peneliti
Agi Nurahmadana
80 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Satuan Pendidikan : SDN Suradita Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: V/ I
Pertemuan Ke-
: 7 (Tujuh)
Alokasi Waktu
: 2 x 35 Menit
A. Standar Kompetensi 3. Menghitung luas bangun datar sederhana dan menggunakannya dalam pemecahan masalah. B. Kompetensi Dasar 3.1. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas bangun datar C. Indikator Menghitung luas bangun datar layang-layang yang berhubungan dengan masalah yang ada dikehidupan sehari-hari D. Tujuan Pembelajaran Pesertadidikdapat: Menghitung luas bangun datar layang-layang yang berhubungan dengan masalah yang ada dikehidupan sehari-hari E. Materi Luas Layang-layang F. Metode Diskusi, Tanya Jawab, Ekspositori, Latihan, dan STAD (Student Teams Achievement Division) G. Kegiatan Pembelajaran TAHAP Kegiatan awal
KEGIATAN
WAKTU
Guru mengkondisikan kelas dengan meminta ketua kelas untuk memimpin do’a Mengabsen siswa Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan
penjelasan
aturan-aturan
10 menit
81 pembelajaran kooperatif tipe STAD Guru menanyakan pengetahuan awal siswa tentang bangun datar layang-layang Kegiatan Inti TAHAP Eksplorasi
KEGIATAN GURU
Guru
menjelaskan
materi
tentang
cara
menghitung masalah dalam kehidupan seharihari yang berhubungan dengan bangun datar layang-layang Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang telah dijelaskan Guru memberikan poin awal kepada siswa dan menjelaskan sumber poin awal tersebut Guru membagi siswa kedalam kelompok yang terdiri dari 4 sampai 6 anggota secara heterogen Guru memberikan LKS dan memerintahkan siswa untuk mengerjakan LKS melalui diskusi kelompok tentang materi bangun datar trapesium
Elaborasi
Guru menunjuk salah satu perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan
hasil
diskusi
kelompoknya, kemudian kelompok yang lain diberikan kesempatan untuk bertanya Guru meluruskan hasil jawaban siswa terkait materi yang telah dijelaskan Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa dalam tiap kelompoknya Guru menginformasikan bahwa hasil nilai kuis akan diberitahukan pada pertemuan berikutnya Guru
memberikan
penghargaan
kepada
kelompok berdasarkan pencapaian skor rata-rata
WAKTU 55 menit
82 dalam satu kelompok Membenarkan presentasi siswa terkait materi
Konfirmasi
yang telah diajarkan Meluruskan jawaban siswa terkait materi yang telah diajarkan Kegiatan Penutup TAHAP
KEGIATAN GURU
WAKTU
Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan
Kegiatan Penutup
5 menit
materi pembelajaran Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
H. Media belajar Spidol dan LKS. I. Sumber Belajar
Sumanto. 2008. Gemar Matematika V. Jakarta: Depdiknas
Sunaryo. 2007 .Matematika kelas V. Jakarta: Depdiknas
J. Penilaian No 1
Indikator Menghitung
luas
Teknik
Bentuk
Instrumen Penilaian
Tes
Esai
1. Rehan membuat layang-
bangun datar layang-
layang
yang
layang
besar
dengan
yang
berhubungan masalah
yang
dengan ada
dikehidupan sehari-hari
berukuran panjang
diagonalnya 30 cm dan 22 cm.
Berapakah
luas
layang-layang rehan yang besar itu? 2. Budi ingin membuat sebuah layang-layang.
Dua
bilah
bambu yang dibuat Budi
83 berukuran 48 cm dan 44 cm. Apabila layang-layang sudah jadi, berapa luas layanglayang yang budi buat?
Tangerang, Nopember 2013 Wali kelas
Aripin S.Pd
Peneliti
Agi Nurahmadana
84 Lampiran 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) KELAS KONTROL Satuan Pendidikan : SDN Suradita Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: V/ I
Pertemuan Ke-
: 1 (pertama)
Alokasi Waktu
: 2x 35 Menit
A. Standar Kompetensi 3. Menghitung luas bangun datar sederhana dan menggunakannya dalam pemecahan masalah. B. Kompetensi Dasar 3.1. Menghitung luas trapesium dan layang-layang C. Indikator Menghitung luas bangun datar trapesium D. Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat: Menghitung luas bangun datar trapesium E. Materi Luas Trapesium F. Metode Model Konvensional G. Kegiatan Pembelajaran TAHAP Kegiatan awal
KEGIATAN
WAKTU
Guru mengkondisikan kelas dengan memerintah ketua 5 menit kelas memimpin do’a Mengabsen siswa Guru menyampaikan tujuan pembelajara Guru mengajukan pertanyaan apersepsi tentang materi yang akan disampaikan
85 Kegiatan
Guru menyampaikan materi pelajaran tentang bangun
Inti
55 menit
datar trapesium Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang sudah dijelaskan Guru memberikan contoh soal Guru memberikan latihan soal kepada siswa Guru membahas latihan soal bersama siswa Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika ada yang belum jelas
Kegiatan
Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari materi 10 menit
Penutup
selanjutnya Guru mengakhiri pelajaran dengan salam
H. Media belajar White Board dan Spidol I. Sumber Belajar
Sumanto. 2008. Gemar Matematika V. Jakarta: Depdiknas
Sunaryo. 2007 .Matematika kelas V. Jakarta: Depdiknas
Tangerang, Nopember 2013 Peneliti
Agi Nurahmadana
86 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Satuan Pendidikan : SDN Suradita Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: V/ I
Pertemuan Ke-
: 2 (kedua)
Alokasi Waktu
: 2x 35 Menit
A. Standar Kompetensi 3. Menghitung luas bangun datar sederhana dan menggunakannya dalam pemecahan masalah. B. Kompetensi Dasar 3.1. Menghitung luas trapesium dan layang-layang C. Indikator Menghitung luas bangun datar layang-layang. D. Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat: Menghitung luas bangun datar layang-layang. E. Materi Luas Layang-layang F. Metode Model Konvensional G. Kegiatan Pembelajaran TAHAP Kegiatan awal
KEGIATAN
WAKTU
Guru mengkondisikan kelas dengan memerintah ketua 5 menit kelas memimpin do’a Mengabsen siswa Guru menyampaikan tujuan pembelajara Guru mengajukan pertanyaan apersepsi tentang materi yang akan disampaikan
Kegiatan Inti
Guru menyampaikan materi pelajaran tentang bangun datar layang-layang
55 menit
87 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang sudah dijelaskan Guru memberikan contoh soal Guru memberikan latihan soal kepada siswa Guru membahas latihan soal bersama siswa Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika ada yang belum jelas Kegiatan
Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari materi 10 menit
Penutup
selanjutnya Guru mengakhiri pelajaran dengan salam
H. Media belajar White Board dan Spidol I. Sumber Belajar
Sumanto. 2008. Gemar Matematika V. Jakarta: Depdiknas
Sunaryo. 2007 .Matematika kelas V. Jakarta: Depdiknas
Tangerang, Nopember 2013 Peneliti
Agi Nurahmadana
88 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Satuan Pendidikan : SDN Suradita Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: V/ I
Pertemuan Ke-
: 4 (Empat)
Alokasi Waktu
: 2x 35 Menit
A. Standar Kompetensi 3. Menghitung luas bangun datar sederhana dan menggunakannya dalam pemecahan masalah. B. Kompetensi Dasar 3.2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar C. Indikator Menjelaskan luas bangun datar trapesium pada soal cerita D. Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat: Menjelaskan luas bangun datar trapesium pada soal cerita E. Materi Luas Trapesium F. Metode Model Konvensional G. Kegiatan Pembelajaran TAHAP Kegiatan awal
KEGIATAN
WAKTU
Guru mengkondisikan kelas dengan memerintah ketua 5 menit kelas memimpin do’a Mengabsen siswa Guru menyampaikan tujuan pembelajara Guru mengajukan pertanyaan apersepsi tentang materi yang akan disampaikan
Kegiatan Inti
Guru menyampaikan materi pelajaran tentang masalah bangun datar trapesium
55 menit
89 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang sudah dijelaskan Guru memberikan contoh soal Guru memberikan latihan soal kepada siswa Guru membahas latihan soal bersama siswa Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika ada yang belum jelas Kegiatan
Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari materi 10 menit
Penutup
selanjutnya Guru mengakhiri pelajaran dengan salam
H. Media belajar White Board dan Spidol I. Sumber Belajar
Sumanto. 2008. Gemar Matematika V. Jakarta: Depdiknas
Sunaryo. 2007 .Matematika kelas V. Jakarta: Depdiknas
Tangerang, Nopember 2013 Peneliti
Agi Nurahmadana
90 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Satuan Pendidikan : SDN Suradita Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: V/ I
Pertemuan Ke-
: 5 (Lima)
Alokasi Waktu
: 2x 35 Menit
A. Standar Kompetensi 3. Menghitung luas bangun datar sederhana dan menggunakannya dalam pemecahan masalah. B. Kompetensi Dasar 3.2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar C. Indikator Menghitung luas bangun datar trapesium yang berhubungan dengan masalah yang ada dikehidupan sehari-hari D. Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat: Menghitung luas bangun datar trapesium yang berhubungan dengan masalah yang ada dikehidupan sehari-hari E. Materi Luas Trapesium F. Metode Model Konvensional G. Kegiatan Pembelajaran TAHAP Kegiatan awal
KEGIATAN
WAKTU
Guru mengkondisikan kelas dengan memerintah ketua 5 menit kelas memimpin do’a Mengabsen siswa Guru menyampaikan tujuan pembelajara Guru mengajukan pertanyaan apersepsi tentang materi yang akan disampaikan
91 Kegiatan
Guru menyampaikan materi pelajaran tentang masalah
Inti
55 menit
bangun datar trapesium Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang sudah dijelaskan Guru memberikan contoh soal Guru memberikan latihan soal kepada siswa Guru membahas latihan soal bersama siswa Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika ada yang belum jelas
Kegiatan
Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari materi 10 menit
Penutup
selanjutnya Guru mengakhiri pelajaran dengan salam
H. Media belajar White Board dan Spidol I. Sumber Belajar
Sumanto. 2008. Gemar Matematika V. Jakarta: Depdiknas
Sunaryo. 2007 .Matematika kelas V. Jakarta: Depdiknas
Tangerang, Nopember 2013 Peneliti
Agi Nurahmadana
92 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Satuan Pendidikan : SDN Suradita Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: V/ I
Pertemuan Ke-
: 7 (Tujuh)
Alokasi Waktu
: 2x 35 Menit
A. Standar Kompetensi 3. Menghitung luas bangun datar sederhana dan menggunakannya dalam pemecahan masalah. B. Kompetensi Dasar 3.2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar C. Indikator Menghitung luas bangun datar layang-layang yang berhubungan dengan masalah yang ada dikehidupan sehari-hari D. Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat: Menghitung luas bangun datar layang-layang yang berhubungan dengan masalah yang ada dikehidupan sehari-hari E. Materi Luas Layang-layang F. Metode Model Konvensional G. Kegiatan Pembelajaran TAHAP Kegiatan awal
KEGIATAN
WAKTU
Guru mengkondisikan kelas dengan memerintah ketua 5 menit kelas memimpin do’a Mengabsen siswa Guru menyampaikan tujuan pembelajara Guru mengajukan pertanyaan apersepsi tentang materi yang akan disampaikan
93 Kegiatan
Guru menyampaikan materi pelajaran tentang masalah
Inti
55 menit
bangun datar layang-layang Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang sudah dijelaskan Guru memberikan contoh soal Guru memberikan latihan soal kepada siswa Guru membahas latihan soal bersama siswa Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika ada yang belum jelas
Kegiatan
Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari materi 10 menit
Penutup
selanjutnya Guru mengakhiri pelajaran dengan salam
H. Media belajar White Board dan Spidol I. Sumber Belajar
Sumanto. 2008. Gemar Matematika V. Jakarta: Depdiknas
Sunaryo. 2007 .Matematika kelas V. Jakarta: Depdiknas
Tangerang, Nopember 2013 Peneliti
Agi Nurahmadana
94
Lampiran 3 LEMBAR KERJA SISWA 1 LUAS TRAPESIUM Kelompok
:
Nama Anggota
:
Diskusikan dan Kerjakan dengan Kelompokmu! A. Materi Ajar Untuk mengetahui rumus luas trapesium, ayo kita lakukan kegiatan berikut ini! Sebelum mencari luas trapesium, sebaiknya mengenal bagian-bagiannya. Perhatikan gambar dibawah ini! 1. Sebutkan sifat-sifat yang ada didalam gambar tersebut? 2. Pada garis KL, MN, dan NO dinamakan dengan apa? 3. Sebutkan macam-macam bangun trapesium? 4. Pada gambar dibawah ini termasuk bangun trapesium apa? 5. Segitiga KON itu termasuk segitiga apa? N
K
M
O
L
Sekarang marilah kita coba mulai menentukan bagaimana rumus untuk menentukan luas trapesium, tapi satu hal yang harus kalian ingat bahwa luas trapesium berasal dari luas persegi panjang, kalian siap untuk merumuskannya? C
A
D
B
95
Luas Persegi Panjang = Panjang x Lebar = Sisi AB x Sisi . . . . = ( Sisi AB + Sisi . . . . . ) x Sisi . . . . . . karena Luas Trapesium adalah Luas Persegi Panjang yang telah dibagi 2, maka Luas Trapesium
= = =
Jadi Luas Trapesium = B. kerjakanlah soal yang ada dibawah ini! 1. Lengkapilah uraian di bawah ini untuk menambah pemahaman tentang trapesium.
12 cm
Sisi alas = 18 cm Sisi atas = ____ cm
10 cm
Tinggi
= 10 cm
18 cm
Luas
= × ( sisi alas + sisi atas) × tinggi = × ( 18 + ____ ) × 10 = ____ × 10 = ____ cm2
2. Gambarlah bangun datar trapesium dengan ukuran panjang sisi yang sejajar 10 cm dan 6 cm, dan tingginya 5 cm! Tulislah panjang sisi yang sejajar dengan a dan b dan tingginya t. Misalkan gambar dari jajar genjang ditunjukkan oleh gambar berikut! a
t
b
96
hitunglah gambar bangun datar trapesium yang diatas? Luas Trapesium
= . . . . x (. . . . + . . . .) x . . . . = . . . . x (. . . . + . . . .) x . . . . = . . . . x . . . .x . . . . =....
100
B. Kerjakanlah soal dibawah ini dengan bena! 1. Pak Imam sedang membuat petak kecil untuk membuat benih padi. Petak tersebut berbentuk trapesium siku-siku. Jarak Kedua sisi-sisi yang sejajar tersebut berukuran 54 m dan 46 m dengan lebarnya 24 m, berapakah luasnya? 2. Adi sedang membuat kandang ayam yang berbentuk trapesium sama kaki dengan sisi masing-masing 15 m dan 17 m, kemudian tingginya 13 m.
101
LEMBAR KERJA SISWA 5 LUAS TRAPESIUM Kelompok
:
Nama Anggota
:
Diskusikan dan Kerjakan dengan Kelompokmu! A. Materi Ajar Jika kamu perhatikan benda-benda yang terdapat di dalam kehidupan kamu maka kamu akan dapat mengetahui benda apa saja yang mempunyai bentuk bangun trapesium. 1. Gambarlah benda-benda yang mempunyai bentuk bangun trapesium ditempat yang telah disediakan? 2. Kemudian tentukanlah ukuran pada gambar yang kalian buat? 3. Dan hitunglah luas pada gambar tersebut?
B. Kerjakanlah soal dibawah ini dengan benar! 1. Atap rumah pak Danang terbuat dari seng dan akan dicat, atap tersebut berbentuk trapesium sama kaki dengan ukuran panjang sisi-sisi yang sejajar berturut-turut adalah 29 cm 13 m, dan tinggi trapesium 15 m. Berapakah luas atap rumah pak danang? 2. Sebidang sawah berbentuk trapesium siku-siku dengan ukuran panjang sisinya masing-masing 33 m dan 31 m dan lebarnya 27 cm, berapakah luas sawah tersebut? 3. Ayah mempunyai tanah dibelakang rumah yang berbentuk bangun datar trapesium siku-siku dengan ukuran panjang sisi yang sejajar 50 m dan 46 m, dan mempunyai lebar 42 m, berapakah luas tanah tersebut?
102
LEMBAR KERJA SISWA 7 LUAS LAYANG-LAYANG Kelompok
:
Nama Anggota
:
Diskusikan dan Kerjakan dengan Kelompokmu! A. Materi Ajar Apakah kalian sudah pernah membuat sebuah layang-layang? Jika sudah maka gambarlah layang-layang yang pernah kalian buat ditempat yang sudah disediakan? Kemudian tentukan ukuran gambar layang-layang tersebut? Kemudian hitunglah luas layang-layang yang kalian buat?
B. Kerjakanlah soal yang ada dibawah ini! 1. Pak Rudi sedang membuat layang-layang dengan ukuran panjang diagonalnya masing-masing 28 cm dan 24 cm, berapakah luas layanglayang yang dibuat oleh pak rudi? 2. Aldi mempunyai layang-layang dengan ukuran panjang diagonalnya yaitu 46 cm dan 22 cm, berapakah luas layang-layang aldi?
103
Lampiran 4 Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Matematika Sebelum Uji Validitas Satuan Pendidikan
: Sekolah Dasar
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas
: V (Lima)
Standar Kompetensi : Menghitung luas bangun datar sederhana dan menggunakannya dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar 1. Menghitung
Materi Pokok Luas
luas trapesium Trapesium dan
layang- dan Layang-
layang
layang
Aspek
No
Keterangan
C3
Soal
Jenis Soal
√
1a, 8
Esay
√
1b, 9
Esay
bangun
√
2, 10
Esay
Menghitung panjang diagonal
√
3, 11
Esay
4, 14
Esay
Indikator
C2
Menghitung luas bangun datar trapesium. Menghitung luas bangun datar layang-layang Menghitung
tinggi
datar trapesium
bangun datar layang-layang 2. Menyelesaika
n
Bangun datar
masalah Trapesium
Menjelaskan luas bangun datar trapesium pada soal cerita
√
104
yang berkaitan dan Layangdengan bangun datar
layang
Menghitung luas bangun datar
√
6, 12
Esay
5, 15
Esay
trapesium yang berhubungan dengan masalah
yang ada
dikehidupan sehari-hari Menjelaskan luas bangun datar layang-layang
dalam
√
soal
cerita Menghitung luas bangun datar layang-layang
yang
berhubungan dengan masalah yang ada dikehidupan seharihari
√
7, 13 Esay
105
Lampiran 5 SOAL INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR MATERI LUAS BANGUN DATAR TRAPESIUM DAN LAYANG-LAYANG SEBELUM UJI VALIDITAS Nama : Kelas : Waktu : 2 x 35 menit Nilai
I. Kerjakanlah soal yang ada dibawah ini dengan benar! 1. Perhatikan gambar dibawah ini!
6 cm
4 cm
8 cm
12 cm a. Hitunglah luas pada bangun datar trapesium? b. Hitunglah luas pada bangun datar layang-layang? 2. Sebuah bangun trapesium mempunyai panjang yang sejajar 7 cm dan 5 cm, jika luasnya 24 cm2, maka berapakah tinggi bangun trapesium tersebut? 3. Panjanng diagonal suatu layang-layang
10 cm, jika luasnya 20 cm2,
berapakah panjang diagonal yang lainnya? 4. Hari Minggu warga di desa Pak Dodi melakukan kerja bakti. Warga mengecat atap gapura yang berbentuk trapesium pada sisi depan 14 m dan sisi belakang 16 m, kemudian tingginya 8 m, berapakah luas atap gapura yang di cat?
112
Lampiran 8 Rubrik Penskoran Analitik Skala 4 Skala 1
Kriteria
2
3
4
Tidak
Ada usaha
Terorganisir Sangat
terorganisir,
untuk
, memahami terorganisir
tidak
mengorganisir
cara
dan
sistematik
tetapi tidak
menghitung
sistematik
Pendekatan
dilakukan
luas bangun
dalam
pemecahan
dengan baik
datar
menghitung
trapesium
luas bangun
dan layang-
datar
layang
trapesium
masalah
dan layanglayang
Ketepatan perhitungan
Tidak dapat
Menghitung
Menghitung
Tidak ada
menentukan
luas bangun
luas bangun
kesalahan
luas bangun
datar
datar
dalam
datar
trapesium dan
trapesium
menghitung
trapesium
layang-layang
dan layang-
luas bangun
dan layang-
tetapi masih
layang
datar
layang
salah dalam
sudah
trapesium
perhitungan
benar,
dan layang-
sehingga tidak
hanya ada
layang
mendapatkan
sedikit
sehingga
hasil atau
kesalahan
dapat
jawaban yang
dalam
menemukan
benar
perhitungan
hasil atau jawaban yang benar
113
Penjelasan prosedur
Tidak jelas
Agak jelas,
Jelas dan
Jelas dan
dan sukar
tetapi
menunjukka menunjukkan
diikuti dan
menunjukkan
n
memahami
tidak
kurang
memahami
masalah dan
memahami
memahami
masalah
dapat
masalah
masalah
menghitung
menghitung
luas bangun
luas bangun
datar
datar
trapesium
trapesium
dan layang-
dan layang-
layang
layang serta disajikan dengan baik
114
Lampiran 9 Kunci Jawaban Instrumen Penelitian
No 1
Kunci Jawaban a) Diket : Sisi atas : 4 cm
Skor 1
Sisi bawah : 12 cm Tinggi : 8 cm Ditanya : Berapa luas bangun datar trapesium? Jawab L = ( Sisi alas + Sisi atas ) x tinggi
2
= ( 12 cm + 4 cm )x 8 cm = (16 cm)x 8 cm = ( 128 cm2 ) = 64 cm2
b) Diket : d1 : 8 cm d2 : 6 cm Ditanya : Berapa luas bangun datar layang-layang?
3
Jawab L= = = = 24 cm2 2
Diket : Sisi alas : 6 cm
4 1
Sisi atas : 4 cm Tinggi : 5 cm Ditanya : Berapa luas bangun datar trapesium?
2
Jawab L = ( Sisi alas + Sisi atas ) x tinggi = ( 6 cm + 4 cm )x 5 cm
3
115
= (10 cm)x 5 cm = ( 50 cm2 ) = 25 cm2 3
Diket : d1 : 12 cm
4 1
d2 : 7 cm Ditanya : Berapa luas bangun datar layang-layang?
2
Jawab 3
L= = = = 48 cm2 4
Diket : Sisi alas : 11 m
4 1
Sisi atas : 9 m Luas sawah: 30m2 Ditanya : Berapa lebar sawah?
2
(tinggi dari trapesium) Jawab L = ( Sisi alas + Sisi atas ) x tinggi
3
30 = ( 11 m + 9 m )x tinggi 30 = (20 m)x tinggi 30 = 10 m x tinggi t = t =3m 5
Diket : Panjang AC : 7 cm
4
1
Panjang BD : 6 cm Ditanya : kertas yang dibutuhkan wawan untuk membuat
2
layang-layang? (Luas dari layang-layang) Jawab
3
116
L= = = = 21 cm2 6
Diket : Sisi alas : 7 cm
4 1
Sisi atas : 5 cm Luasnya : 24 cm2 Ditanya : Berapa tinggi bangunan?
2
(tinggi dari trapesium) Jawab L = ( Sisi alas + Sisi atas ) x tinggi
3
24 = ( 7 cm + 5 cm )x tinggi 24 = (12 cm)x tinggi 24 = 6 cm x tinggi
4
t = t = 4 cm 7
Diket : d1 : 10 cm
1
Luas : 20cm2 Ditanya : d2?
2
Jawab 3
d2 = = = = 4 cm 8
Diket : Sisi depan gapura : 14 cm
4 1
Sisi belakang gapura: 16 cm Tinggi gapura : 8 cm Ditanya : Berapa luas atap gapura? (luas dari trapesium) Jawab
2
117
L = ( Sisi alas + Sisi atas ) x tinggi
3
= ( 14 cm + 16 cm )x 8 cm = (30 cm)x 8 cm = ( 240 cm2 ) = 120 cm2 9
Diket : Sisi alas: 15 cm
4 1
Sisi atas: 11 cm Tinggi : 6 cm Ditanya : Berapa luas pada gambar?
2
(luas dari trapesium) Jawab L = ( Sisi alas + Sisi atas ) x tinggi
3
= ( 15 cm + 11 cm )x 6 cm = (26 cm)x 6 cm = ( 156 cm2 ) = 78 cm2 10
Diket : d1: 6 cm
4
1
d2 : 5 cm Ditanya : Berapa luas layang-layang?
2
Jawab L=
3
= = = 15 cm2
4
118
Lampiran 10 HASIL TES KELOMPOK EKSPERIMEN RSP R01 R02 R03 R04 R05 R06 R07 R08 R09 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30
X1 4 4 4 4 3 3 2 4 3 3 4 4 3 3 2 4 4 3 4 3 2 4 4 4 4 4 2 4 4 4
X2 3 3 4 4 3 2 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 2 4 3 2 3 3 4 3
X3 1 2 4 2 3 4 4 3 1 1 4 4 3 4 2 3 4 2 3 4 4 4 3 2 2 4 4 4 4 4
X4 2 3 3 2 3 1 3 3 4 2 4 3 3 1 2 1 2 1 3 2 1 2 4 3 2 1 3 2 3 4
X5 2 4 4 4 4 3 2 4 1 1 4 3 2 3 4 3 4 3 4 2 3 2 2 4 3 3 4 1 4 3
X6 3 2 2 3 3 4 1 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 4 2 2 3 4 2 3 1 2 3 2 3 2
X7 3 1 1 2 4 2 3 2 2 2 4 2 2 2 1 3 2 2 3 1 2 4 1 2 4 3 2 4 4 3
X8 4 3 3 2 3 4 3 1 3 3 4 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 1 4 4 3 2 4
X9 1 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 4 4 3 2 3 4 3 4 2 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3
X10 3 2 2 4 2 4 3 4 4 3 3 4 2 3 3 4 4 2 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 4
Jumlah 26 28 32 30 32 30 28 30 28 26 36 34 30 28 26 30 34 28 32 26 28 34 28 34 26 30 32 30 36 34
Nilai 65 70 80 75 80 75 70 75 70 65 90 85 75 70 65 75 85 70 80 65 70 85 70 85 65 75 80 70 90 85
119
Lampiran 11 HASIL TES KELOMPOK KONTROL RSP R01 R02 R03 R04 R05 R06 R07 R08 R09 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30
X1 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 1 4 2 2 2 1 4 1 3 2 3 2 3 3 2 2 3 2 2 2
X2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 1 3 3 2 3 4 3 3 1 2 2 4 3
X3 1 2 3 2 1 3 2 2 3 2 1 3 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 2 2 3 2 1 3
X4 2 1 1 2 2 1 3 4 1 2 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 3 2 1 2 1 2 1 1 4 1
X5 1 2 2 3 1 4 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 3 3 3 2 2 3 1 1
X6 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 1
X7 2 1 1 2 1 2 1 3 1 1 1 2 2 1 2 1 2 1 1 2 1 3 2 2 1 1 3 1 2 1
X8 1 1 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 3 1 1 1 3 1 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2
X9 1 1 3 1 2 2 2 2 1 2 2 2 3 2 3 1 3 1 3 1 2 2 2 3 1 1 3 2 2 3
X10 Jumlah 2 16 1 14 1 20 2 18 1 16 3 24 2 22 2 24 3 18 4 22 2 16 2 24 3 22 2 20 2 22 1 16 2 20 2 14 2 22 2 18 2 20 2 20 4 24 3 24 3 20 2 16 3 22 2 18 4 24 3 20
Nilai 40 35 50 45 40 60 55 60 45 55 40 60 55 50 55 40 50 35 55 45 50 50 60 60 50 40 55 45 60 50
120
Lampiran 12 Langkah-langkah Perhitungan Uji Validitas Tes Uraian (Essai) Cara mencari validitas nomor 1 Menentukan nilai Ʃ X : 81 Menentukan nilai Ʃ Y : 1140 Menentukan nilai Ʃ X² : 255 Menentukan nilai Ʃ Y² : 44492 Menentukan nilai Ʃ X1Y : 3169 Menentukan nilai
= = = =
[ Ʃ (
) (
(
[
][
√[
[
(Ʃ )(Ʃ ) (Ʃ ) ][ Ʃ (Ʃ ) ]
Ʃ
rxy
][
) ][
)(
) (
) ]
]
]
=
rxy = 0,441 (valid) Mencari nilai rtabel dengan dk = n-2 = 30-2 =28 dengan tingkat signifikasi sebesar 0,05 diperoleh nilai rtabel = 0,361 Setelah diperoleh nilai rxy = 0,441 lalu dibandingkan dengan nilai rtabel = 0,361 Karena rxy > rtabel maka soal nomor 1 valid Untuk soal selanjutnya menggunakan langkah seperti nomor 1
121
Lampiran 13 Hasil Perhitungan Uji Validitas
Siswa A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V
X1 4 4 2 2 3 2 1 4 4 4 2 2 2 3 3 4 1 4 3 3 1 4
X2 4 4 4 4 4 1 2 4 1 3 1 1 1 3 1 4 1 4 2 4 4 4
X3 2 4 3 2 3 4 4 4 3 2 4 2 4 2 4 2 4 3 3 4 2 1
X4 4 3 3 3 2 4 4 1 2 3 4 4 3 2 3 3 1 1 4 3 2 2
X5 2 3 2 4 2 2 2 1 3 2 3 4 2 1 3 1 2 4 1 2 2 1
X6 3 3 3 2 4 2 1 2 4 3 2 3 3 2 4 3 2 3 2 4 1 2
X7 1 1 1 3 2 1 3 1 1 1 1 3 4 2 1 1 1 3 2 1 1 1
No Soal X8 1 2 1 1 1 2 1 2 1 2 1 2 1 3 1 2 4 2 3 2 3 2
X9 2 4 3 3 3 1 4 4 4 3 4 3 2 1 3 3 4 2 1 4 4 4
X10 3 3 4 4 4 2 2 1 3 3 1 1 3 3 2 2 3 3 3 1 3 4
X11 3 3 3 4 2 3 3 2 3 3 3 3 4 4 2 1 1 1 2 1 3 4
X12 4 4 3 4 4 3 3 4 3 3 1 1 2 3 4 4 4 3 2 1 1 4
X13 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 2 3 2 2 2 3
X14 4 4 4 4 4 3 3 3 2 2 4 4 4 4 1 1 2 3 4 4 3 4
X15 4 4 3 3 3 3 2 2 4 4 4 4 3 3 3 4 2 2 4 4 4 1
Y 42 47 41 45 42 34 37 37 40 40 36 38 40 38 36 36 34 41 38 40 36 41
122
W X Y Z AA BB CC DD ∑x ∑x2 ∑y ∑y2 ∑xy Rxy Rtabel Status
4 3 4 2 3 1 1 2 2 1 2 3 2 2 1 4 3 2 3 2 2 2 1 1 81 79 82 255 253 258 1091 1091 1091 40757 40757 40757 3030 2981 3054 0,441 0,474 0,401
1 2 2 3 2 1 1 2 75 219 1091 40757 2778 0,317
2 3 2 2 2 1 2 1 64 160 1091 40757 2381 0,301
2 1 1 2 3 2 1 2 72 198 1091 40757 2695 0,442
valid
invalid invalid
valid
valid
valid
2 2 1 1 1 1 1 2 47 95 1091 40757 1746 0,202
2 3 4 4 4 2 1 3 1 3 3 4 2 1 2 3 1 1 2 2 3 1 3 1 1 2 3 2 2 2 2 1 2 1 3 2 2 1 1 3 2 3 3 1 2 2 1 2 1 2 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 2 51 82 79 76 83 49 84 87 105 260 235 224 265 91 276 281 1091 1091 1091 1091 1091 1091 1091 1091 40757 40757 40757 40757 40757 40757 40757 40757 1870 3076 2946 2847 3105 1821 3176 3251 0,122 0,477 0,388 0,447 0,461 0,544 0,553 0,523 0,361 invalid invalid valid valid valid valid invalid valid valid
41 33 25 29 28 30 25 21 1091
123 Lampiran 14
Langkah-Langkah Uji Reliabilitas Tes Uraian (Essai)
Menentukan
Misal pada item 1, perhitungan jumlah varians adalah sebagai berikut: =
: jumlah varians skor tiap item
=
=
= =
= 1,21
Menentukan varians total dengan menjumlahkan semua jumlah varians skor setiap item.
Jumlah varians totalnya adalah 15,26
Menentukan uji reliabilitasnya = ( =(
)(
)(
) )
= ( ) = (1,071) (0,609) = 0,652
Berdasarkan klasifikasi interpretasi reliabilitas r = 0,65 berada diantara 0,60 < r11 ≤ 0,80 maka soal tersebut memiliki tingkat reliabilitas tinggi.
124
Lampiran 15 Hasil Perhitungan Uji Realibilitas Siswa A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W
X1 4 4 2 2 3 2 1 4 4 4 2 2 2 3 3 4 1 4 3 3 1 4 4
X2 4 4 4 4 4 1 2 4 1 3 1 1 1 3 1 4 1 4 2 4 4 4 3
X3 2 4 3 2 3 4 4 4 3 2 4 2 4 2 4 2 4 3 3 4 2 1 4
X4 4 3 3 3 2 4 4 1 2 3 4 4 3 2 3 3 1 1 4 3 2 2 1
X5 2 3 2 4 2 2 2 1 3 2 3 4 2 1 3 1 2 4 1 2 2 1 2
X6 3 3 3 2 4 2 1 2 4 3 2 3 3 2 4 3 2 3 2 4 1 2 2
X7 1 1 1 3 2 1 3 1 1 1 1 3 4 2 1 1 1 3 2 1 1 1 2
X8 1 2 1 1 1 2 1 2 1 2 1 2 1 3 1 2 4 2 3 2 3 2 2
X9 2 4 3 3 3 1 4 4 4 3 4 3 2 1 3 3 4 2 1 4 4 4 3
X10 3 3 4 4 4 2 2 1 3 3 1 1 3 3 2 2 3 3 3 1 3 4 4
X11 3 3 3 4 2 3 3 2 3 3 3 3 4 4 2 1 1 1 2 1 3 4 4
X12 4 4 3 4 4 3 3 4 3 3 1 1 2 3 4 4 4 3 2 1 1 4 4
X13 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 2 3 2 2 2 3 2
X14 4 4 4 4 4 3 3 3 2 2 4 4 4 4 1 1 2 3 4 4 3 4 1
X15 4 4 3 3 3 3 2 2 4 4 4 4 3 3 3 4 2 2 4 4 4 1 3
Y 42 47 41 45 42 34 37 37 40 40 36 38 40 38 36 36 34 41 38 40 36 41 41
125
X Y Z AA BB CC DD ∑x ∑ ∑y ∑ ∑xy Rxy Rtabel Keterangan
r11 Kriteria
2 1 1 2 4 3 2 81 255 1091 40757 3030 0,441
3 1 2 2 2 3 2 1 3 2 2 2 1 1 79 82 253 258 1091 1091 40757 40757 2981 3054 0,474 0,401
2 2 3 2 1 1 2 75 219 1091 40757 2778 0,317
3 2 2 2 1 2 1 64 160 1091 40757 2381 0,301
1 1 2 3 2 1 2 72 198 1091 40757 2695 0,442
valid 1,21 39,066 0,652 Tinggi
valid 1,498
invalid invalid 1,05 0,782
valid 0,84
valid 1,128
2 1 1 1 1 1 2 47 95 1091 40757 1746 0,202
1 3 1 1 1 2 2 1 2 3 1 2 1 1 51 82 105 260 1091 1091 40757 40757 1870 3076 0,122 0,477 0,361 invalid invalid valid 0,712 0,61 1,195
3 2 3 3 3 2 1 79 235 1091 40757 2946 0,388
4 2 2 2 1 2 1 76 224 1091 40757 2847 0,447
2 3 2 2 2 1 2 83 265 1091 40757 3105 0,461
1 1 2 1 2 1 1 49 91 1091 40757 1821 0,544
2 3 2 1 1 2 1 84 276 1091 40757 3176 0,553
3 1 1 3 2 2 2 87 281 1091 40757 3251 0,523
valid 0,898
valid 1,048
valid 1,178
invalid 0,795
valid 1,36
valid 0,956
33 25 29 28 30 25 21 1091
126
Lampiran 16 Langkah-Langkah Perhitungan Tingkat Kesukaran Butir Soal Uraian (Essai)
Menentukan B = jumlah skor siswa yang menjawab benar pada setiap item
Menentukan JS = jumlah maksimal suatu item dikali jumlah seluruh siswa
Menentukan tingkat kesukaran P
Misal pada item 1, perhitungan tingkat kesukaran sebagai berikut: B = 81 JS = 120 (skor maksimal 1 item adalah 4, banyaknya siswa adalah 30 orang, sehingga 4 x 30 = 120)
Menentukan tingkat kesukaran =
Berdasarkan klasifikasi indeks kesukaran P = 0,675 berada diantara kisaran nilai 0,30
= 0,675
0,70 maka item 1 memiliki tingkat kesukaran soal sedang
Untuk item 2 dan seterusnya, perhitungan tingkat kesukaran sama seperti perhitungan tingkat kesukaran pada item 1.
127
Lampiran 17 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Butir Soal Siswa A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W
X1 4 4 2 2 3 2 1 4 4 4 2 2 2 3 3 4 1 4 3 3 1 4 4
X2 4 4 4 4 4 1 2 4 1 3 1 1 1 3 1 4 1 4 2 4 4 4 3
X3 2 4 3 2 3 4 4 4 3 2 4 2 4 2 4 2 4 3 3 4 2 1 4
X4 4 3 3 3 2 4 4 1 2 3 4 4 3 2 3 3 1 1 4 3 2 2 1
X5 2 3 2 4 2 2 2 1 3 2 3 4 2 1 3 1 2 4 1 2 2 1 2
X6 3 3 3 2 4 2 1 2 4 3 2 3 3 2 4 3 2 3 2 4 1 2 2
X7 1 1 1 3 2 1 3 1 1 1 1 3 4 2 1 1 1 3 2 1 1 1 2
X8 1 2 1 1 1 2 1 2 1 2 1 2 1 3 1 2 4 2 3 2 3 2 2
X9 2 4 3 3 3 1 4 4 4 3 4 3 2 1 3 3 4 2 1 4 4 4 3
X10 3 3 4 4 4 2 2 1 3 3 1 1 3 3 2 2 3 3 3 1 3 4 4
X11 3 3 3 4 2 3 3 2 3 3 3 3 4 4 2 1 1 1 2 1 3 4 4
X12 4 4 3 4 4 3 3 4 3 3 1 1 2 3 4 4 4 3 2 1 1 4 4
X13 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 2 3 2 2 2 3 2
X14 4 4 4 4 4 3 3 3 2 2 4 4 4 4 1 1 2 3 4 4 3 4 1
X15 4 4 3 3 3 3 2 2 4 4 4 4 3 3 3 4 2 2 4 4 4 1 3
Y 42 47 41 45 42 34 37 37 40 40 36 38 40 38 36 36 34 41 38 40 36 41 41
128
X 2 3 Y 1 2 Z 1 2 AA 2 2 BB 4 3 CC 3 2 DD 2 1 Jumlah 81 79 P 0,675 0,658 Kriteria Sedang Sedang
1 2 3 1 2 2 1 82 0,683 Sedang
2 3 1 2 2 2 1 1 3 2 2 1 2 2 3 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 75 64 72 47 0,625 0,533 0,6 0,391 Sedang Sedang Sedang Sedang
1 1 1 2 2 1 1 51 0,425 Sedang
3 3 1 2 2 3 1 3 3 3 2 2 1 1 82 79 0,683 0,658 Sedang Sedang
4 2 2 2 1 2 1 76 0,633 Sedang
2 3 2 2 2 1 2 83 0,691 Sedang
1 1 2 1 2 1 1 49 0,408 Sedang
2 3 2 1 1 2 1 84 0,7 Mudah
3 1 1 3 2 2 2 87 0,725 Mudah
33 25 29 28 30 25 21 1091
129
Lampiran 18
Langkah-Langkah Perhitungan Daya Pembeda Tes Uraian (Essai)
Menentukan jumlah kelompok atas dan kelompok bawah Jumlah kelompok = 50% X jumlah siswa = 50% X 30 = 15
Nilai siswa diurutkan dari yang terbesar, sehingga 15 orang dengan nilai tertinggi menempati kelas atas dan 15 orang dengan nilai terendah menenmpati kelas bawah
Menentukan JBA = jumlah skor siswa kelompok atas yang menjawab benar
Menentukan JBB = jumlah skor siswa kelompok bawah yang menjawab benar
Menentukan JSA = jumlah skor maksimal siswa kelompok atas
Menentukan JSB = jumlah skor maksimal siswa kelompok bawah
Misal, untuk item 1 perhitungan daya pembedanya adalah sebagai berikut: JBA = 55
JSA = 60
JBB = 26
JSB = 60
(skor maksimal 1 item adalah 4). Jumlah banyaknya siswa kelas atas dan kelas bawah adalah 15, maka 15 X 4 = 60
Menentukan DP = Daya Pembeda DP =
=
= 0,916 – 0,433 = 0,483
Berdasarkan klasifikasi daya pembeda, nilai DP = 0,483 berada diantara nilai 0,40 < DP ≤ 0,70 maka soal nomor 1 daya pembedanya BAIK
Untuk item 2 dan seterusnya, perhitungan daya pembeda sama seperti perhitungan daya pembeda pada item 1.
130
Lampiran 19 Hasil Perhitungan Daya Pembeda Kelompok
kelompok atas
JUMLAH
kelompok bawah
X1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 55 3 2 2 2 2 2 2
X2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 56 3 2 2 2 2 2 2
X3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 55 3 2 2 2 2 2 2
X4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 51 2 2 2 2 2 2 2
X5 4 4 4 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 41 2 2 2 2 2 2 2
X6 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 47 2 2 2 2 2 2 2
X7 4 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 32 1 1 1 1 1 1 1
No Soal X8 4 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 35 2 1 1 1 1 1 1
X9 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 54 3 3 3 3 2 2 2
X10 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 50 3 3 3 3 2 2 2
X11 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 51 3 2 2 2 2 2 2
X12 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 55 3 3 3 2 2 2 2
X13 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60 3 3 3 3 3 3 3
X14 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 57 3 3 3 2 2 2 2
X15 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 55 3 3 3 3 3 2 2
131
JUMLAH DP
2 2 2 1 1 1 1 1 26 0,48
1 1 1 1 1 1 1 1 23 0,55
2 2 2 2 1 1 1 1 27 0,46
2 2 1 1 1 1 1 1 24 0,45
2 1 1 1 1 1 1 1 23 0,3
2 2 2 1 1 1 1 1 25 0,36
1 1 1 1 1 1 1 1 15 0,28
1 1 1 1 1 1 1 1 16 0,31
2 2 1 1 1 1 1 1 28 0,43
2 2 2 1 1 1 1 1 29 0,35
2 2 1 1 1 1 1 1 25 0,43
2 2 2 1 1 1 1 1 28 0,45
3 3 3 2 2 2 1 1 38 0,36
2 2 1 1 1 1 1 1 27 0,5
2 2 2 2 2 1 1 1 32 0,38
KRITERIA
Baik
Baik
Baik
Baik
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Baik
Cukup
Baik
Baik
Cukup
Baik
Cukup
132
Lampiran 20 Rekapitulasi Analisis Butir Soal Taraf
Daya
Kesukaran
Pembeda
Valid
Sedang
Baik
Digunakan
2
Valid
Sedang
Baik
Digunakan
3
Valid
Sedang
Baik
Digunakan
4
Tidak Valid
Sedang
Baik
Tidak Digunakan
5
Tidak Valid
Sedang
Cukup
Tidak Digunakan
6
Valid
Sedang
Cukup
Digunakan
7
Tidak Valid
Sedang
Cukup
Tidak Digunakan
8
Tidak Valid
Sedang
Cukup
Tidak Digunakan
9
Valid
Sedang
Baik
Digunakan
10
Valid
Sedang
Cukup
Digunakan
11
Valid
Sedang
Baik
Digunakan
12
Valid
Sedang
Baik
Digunakan
13
Tidak Valid
Sedang
Cukup
Tidak Digunakan
14
Valid
Mudah
Baik
Digunakan
15
Valid
Mudah
Cukup
Digunakan
No
Validitas
1
Keterangan
133
Lampiran 21 DISTRIBUSI FREKUENSI HASIL TES KELOMPOK EKSPERIMEN 1) Distribusi frekuensi 65 65 65 65 65 70 70 70 70 70 70 70 70 75 75 75 75 75 75 80 80 80 80 85 85 85 85 85 90 90 2) Banyaknya data (n) = 30 3) Rentangan data (R) = Xmak = 90
Xmin 65
= 25 4) Banyak kelas interval (K) = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 30 = 1 + 3,3 (1,47) = 1 + 4,77 = 5,77 5) Panjang kelas (p) =
=
6 (dibulatkan ke atas)
=5
TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI HASIL TES KELOMPOK EKSPERIMEN no
interval
BB
1 2 3 4 5 6
65-69 64,5 70-74 69,5 75-79 74,5 80-84 79,5 85-89 84,5 90-95 89,5 Jumlah Mean Modus Median Varians Simpangan Baku
BA 69,5 74,5 79,5 84,5 89,5 95,5
f 5 8 6 4 5 2 30
frekuensi f(%) 16,66667 26,66667 20 13,33333 16,66667 6,666667 100
xi
fixi
67 335 72 576 77 462 82 328 87 435 92 184 477 2320 77,33 72,5 70,75 60,23 7,760
xi²
fixi²
4489 5184 5929 6724 7569 8464 38359
22445 41472 35574 26896 37845 16928 181160
134
1) Mean/nilai rata-rata (Me) Keterangan: (X) = Mean/nilai rata-rata = jumlah dari hasil perkalian nilai tengah dari masing-masing interval dengan frekuensinya = jumlah frekuensi/banyak siswa
Mean (X) =
=
= 77,33
2) Modus (Mo) = BB + p [
]
Keterangan: Mo = Modus/nilai yang sering muncul BB = batas bawah p = panjang kelas b1 = selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sebelumnya b2 = selisih frekuensi kelas modus dengan kelas setelahnya Modus = BB + p [
]
= 69,5 + 5 [
]
= 69,5 + 5 [ ] = 69,5 + 5 (0,6) = 69,5 + 3 = 72,5 3) Median/nilai tengah (Me) = BB + p [
]
Keterangan: Me = median/nilai tengah BB = batas bawah dari interval kelas median n = jumlah frekuensi/banyak siswa
135
F = frekuensi kumulatif f = frekuensi kelas median p = panjang kelas
Median = BB + p [
]
= 69,5 + 5 [
]
= 69,5 +5 [
]
= 69,5 + 5 [ ] = 69,5 + 5 (0,25) = 69,5 + 1,25 = 70,75 4) Varians S² = =
=
5) Simpangan Baku S=√ =√
= 7,760
=
= 60,23
136
Lampiran 22 DISTRIBUSI FREKUENSI HASIL TES KELOMPOK KONTROL 1) Distribusi frekuensi 35 35 40 40 40 40 40 45 45 45 45 50 50 50 50 50 50 50 55 55 55 55 55 55 60 60 60 60 60
60
2) Banyaknya data (n) = 30
Xmin
3) Rentangan data (R) = Xmak = 60
35
= 25
4) Banyak kelas interval (K) = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 30 = 1 + 3,3 (1,47) = 1 + 4,77 = 5,77
5) Panjang kelas (p) =
=
=5
6 (dibulatkan ke atas)
137
TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI HASIL TES KELOMPOK KONTROL
no 1 2 3 4 5 6
interval
BB
BA
35-39 34,5 40-44 39,5 45-49 44,5 50-54 49,5 55-59 54,5 60-64 59,5 JUMLAH Mean Modus Median Varians Simpangan Baku
f 2 5 4 7 6 6 30
39,5 44,5 49,5 54,5 59,5 60,5
Frekuensi f(%) 6,666667 16,66667 13,33333 23,33333 20 20 100
xi 37 42 47 52 57 62 297
fixi 74 210 188 364 342 372 1550 51,66 53,25 52,4 61,96 7,871
1) Mean/ nilai rata-rata (Me) Keterangan: (X) = Mean/ nilai rata-rata = jumlah dari hasil perkalian nilai tengah dari masing-masing interval dengan frekuensinya = jumlah frekuensi/banyak siswa
Mean (X) =
=
= 51,66
2) Modus (Mo) = BB + p [
]
Keterangan: Mo = Modus/nilai yang sering muncul BB = batas bawah p = panjang kelas
xi²
fixi²
1369 1764 2209 2704 3249 3844 15139
2738 8820 8836 18928 19494 23064 81880
138
b1 = selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sebelumnya b2 = selisih frekuensi kelas modus dengan kelas setelahnya Modus = BB + p [
]
= 49,5 + 5 [
]
= 49,5 + 5 [ ] = 49,5 + 5 (0,75) = 49,5 + 3,75 = 53,25 3) Median/nilai tengah (Me) = BB + p [
]
Keterangan: Me = median/nilai tengah BB = batas bawah dari interval kelas median n = jumlah frekuensi/banyak siswa F = frekuensi kumulatif f = frekuensi kelas median p = panjang kelas
Median = BB + p [
]
= 49,5 + 5 [
]
= 49,5 +5 [
]
= 49,5 + 5 [ ] = 49,5 + 5 (0,58) = 49,5 + 2,9 = 52,4 4) Varians S² = =
=
5) Simpangan Baku S=√ =√
= 7,871
=
= 61,96
139
Lampiran 23 PERHITUNGAN UJI NORMALITAS HASIL TES KELOMPOK EKSPERIMEN no 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
x 65 65 65 65 65 70 70 70 70 70 70 70 70 75 75 75 75 75 75 80 80 80 80 85 85 85 85 85 90 90
zi -1,5889175 -1,5889175 -1,5889175 -1,5889175 -1,5889175 -0,9445876 -0,9445876 -0,9445876 -0,9445876 -0,9445876 -0,9445876 -0,9445876 -0,9445876 -0,3002577 -0,3002577 -0,3002577 -0,3002577 -0,3002577 -0,3002577 0,34407216 0,34407216 0,34407216 0,34407216 0,98840206 0,98840206 0,98840206 0,98840206 0,98840206 1,63273196 1,63273196
zt 0,4429 0,4429 0,4429 0,4429 0,4429 0,3264 0,3264 0,3264 0,3264 0,3264 0,3264 0,3264 0,3264 0,1179 0,1179 0,1179 0,1179 0,1179 0,1179 0,1331 0,1331 0,1331 0,1331 0,3365 0,3365 0,3365 0,3365 0,3365 0,4484 0,4484
f(zi) -0,0571 -0,0571 -0,0571 -0,0571 -0,0571 -0,1736 -0,1736 -0,1736 -0,1736 -0,1736 -0,1736 -0,1736 -0,1736 -0,3821 -0,3821 -0,3821 -0,3821 -0,3821 -0,3821 0,6331 0,6331 0,6331 0,6331 0,8365 0,8365 0,8365 0,8365 0,8365 0,9484 0,9484
s(zi) │F(zi)-S(zi)│ 0,033333 -0,09043 0,066667 -0,12377 0,1 -0,1571 0,133333 -0,19043 0,166667 -0,22377 0,2 -0,3736 0,233333 -0,40693 0,266667 -0,44027 0,3 -0,4736 0,333333 -0,50693 0,366667 -0,54027 0,4 -0,5736 0,433333 -0,60693 0,466667 -0,84877 0,5 -0,8821 0,533333 -0,91543 0,566667 -0,94877 0,6 -0,9821 0,633333 -1,01543 0,666667 -0,03357 0,7 -0,0669 0,733333 -0,10023 0,766667 -0,13357 0,8 0,0365 0,833333 0,003167 0,866667 -0,03017 0,9 -0,0635 0,933333 -0,09683 0,966667 -0,01827 1 -0,0516
140
a) Mengurutkan data sampel dari yang terkecil hingga terbesar b) Mencari nilai Zi dari tiap-tiap data, dengan rumus: ̅
Zi =
=
Z1 =
= -1,58892
Untuk menghitung Z2 dan seterusnya, maka mengikuti cara menghitung Z1 c)
Menentukan nilai Ztabel berdasarkan nilai Zi Z1 = -1,58892 bulatkan menjadi dua angka dibelakang koma menjadi 1,59, kemudian nilai minus dimutlakkan menjadi positif maka pada tabel nilai kritis distribusi normal diperoleh nilai Ztabel yaitu 0,4429 Untuk mencari nilai Ztabel dari Z2 dan seterusnya, maka mengikuti cara yang telah dipaparkan
d) Menentukan nilai F(Zi) berdasarkan nilai Ztabel Jika
negatif (-), maka 0,5 – Ztabel
Jika
positif (+), maka 0,5 + Ztabel
F(Z1) = -1,58892 Karena nilai pada Z1 adalah negatif maka cara mencari F(Z1) adalah F(Z1) = 0,5-0,4429 = 0,0571 Untuk mencari nilai F(Z2) dan seterusnya dapat mengikuti cara yang telah dipaparkan e) Menentukan nilai S(Zi) S(Z1) =
=
= 0,033
Untuk mencari nilai S(Z2) dan seterusnya dapat mengikuti cara yang telah dipaparkan f)
Mencari nilai Lhitung yang merupakan selisih dari F(Zi) – S(Zi) L1 = F(Z1) – S(Z1) = 0,0571 – 0,033 = 0,0238 Untuk menghitung nilai L2 dan seterusnya dapat mengikuti cara menghitung Lhitung diatas
g) Nilai Ltabel untuk α = 0,05 dengan n = 30 maka didapat nilai Ltabel pada tabel nilai kritis untuk Uji Lilifors yaitu Ltabel = 0,161. Kriteria pengujian yang telah ditentukan adalah Lhitung data berdistribusi normal. Dan apabila Lhitung
Ltabel, maka
Ltabel, maka
diterima atau
ditolak atau data tidak
berdistribusi normal. Dari perhitungan yang telah dilakukan didapat harga terbesar dari harga mutlak selisih yaitu L24 = 0,0365 dan Ltabel = 0,161 jadi Lhitung maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.
Ltabel,
141
Lampiran 24 PERHITUNGAN UJI NORMALITAS HASIL TES KELOMPOK KONTROL no 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
x 35 35 40 40 40 40 40 45 45 45 45 50 50 50 50 50 50 50 55 55 55 55 55 55 60 60 60 60 60 60
zi -2,11502 -2,11502 -1,48026 -1,48026 -1,48026 -1,48026 -1,48026 -0,8455 -0,8455 -0,8455 -0,8455 -0,21074 -0,21074 -0,21074 -0,21074 -0,21074 -0,21074 -0,21074 0,424019 0,424019 0,424019 0,424019 0,424019 0,424019 1,058779 1,058779 1,058779 1,058779 1,058779 1,058779
zt 0,4826 0,4826 0,4306 0,4306 0,4306 0,4306 0,4306 0,2995 0,2995 0,2995 0,2995 0,0832 0,0832 0,0832 0,0832 0,0832 0,0832 0,0832 0,1628 0,1628 0,1628 0,1628 0,1628 0,1628 0,3531 0,3531 0,3531 0,3531 0,3531 0,3531
f(zi) -0,0174 -0,0174 -0,0694 -0,0694 -0,0694 -0,0694 -0,0694 -0,2005 -0,2005 -0,2005 -0,2005 -0,4168 -0,4168 -0,4168 -0,4168 -0,4168 -0,4168 -0,4168 0,6628 0,6628 0,6628 0,6628 0,6628 0,6628 0,8531 0,8531 0,8531 0,8531 0,8531 0,8531
s(zi) 0,033333 0,066667 0,1 0,133333 0,166667 0,2 0,233333 0,266667 0,3 0,333333 0,366667 0,4 0,433333 0,466667 0,5 0,533333 0,566667 0,6 0,633333 0,666667 0,7 0,733333 0,766667 0,8 0,833333 0,866667 0,9 0,933333 0,966667 1
│F(zi)-S(zi)│ -0,05073 -0,08407 -0,1694 -0,20273 -0,23607 -0,2694 -0,30273 -0,46717 -0,5005 -0,53383 -0,56717 -0,8168 -0,85013 -0,88347 -0,9168 -0,95013 -0,98347 -1,0168 0,029467 -0,00387 -0,0372 -0,07053 -0,10387 -0,1372 0,019767 -0,01357 -0,0469 -0,08023 -0,11357 -0,1469
142
a)
Mengurutkan data sampel dari yang terkecil hingga terbesar
b) Mencari nilai Zi dari tiap-tiap data, dengan rumus: ̅
Zi =
=
Z1 =
= -2,11502
Untuk menghitung Z2 dan seterusnya, maka mengikuti cara menghitung Z1 c)
Menentukan nilai Ztabel berdasarkan nilai Zi Z1 = -2,11502 bulatkan menjadi dua angka dibelakang koma menjadi 2,12 kemudian nilai minus dimutlakkan menjadi positif maka pada tabel nilai kritis distribusi normal diperoleh nilai Ztabel yaitu 0,4826 Untuk mencari nilai Ztabel dari Z2 dan seterusnya, maka mengikuti cara yang telah dipaparkan
d) Menentukan nilai F(Zi) berdasarkan nilai Ztabel Jika
negatif (-), maka 0,5 – Ztabel
Jika
positif (+), maka 0,5 + Ztabel
F(Z1) = -2,11502 Karena nilai pada Z1 adalah negatif maka cara mencari F(Z1) adalah F(Z1) = 0,5-0,4826 = 0,0174 Untuk mencari nilai F(Z2) dan seterusnya dapat mengikuti cara yang telah dipaparkan e)
Menentukan nilai S(Zi) S(Z1) =
=
= 0,0333
Untuk mencari nilai S(Z2) dan seterusnya dapat mengikuti cara yang telah dipaparkan f)
Mencari nilai Lhitung yang merupakan selisih dari F(Zi) – S(Zi) L1 = F(Z1) – S(Z1) = 0,0174 – 0,0333 = -0,0159 Untuk menghitung nilai L2 dan seterusnya dapat mengikuti cara menghitung Lhitung diatas
g) Nilai Ltabel untuk α = 0,05 dengan n = 30 maka didapat nilai Ltabel pada tabel nilai kritis untuk Uji Lilifors yaitu Ltabel = 0,161. Kriteria pengujian yang telah ditentukan adalah Lhitung data berdistribusi normal. Dan apabila Lhitung
Ltabel, maka
Ltabel, maka
diterima atau
ditolak atau data tidak
berdistribusi normal. Dari perhitungan yang telah dilakukan didapat harga terbesar dari harga mutlak selisih yaitu L19 = 0,029 dan Ltabel = 0,161 jadi Lhitung disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.
Ltabel, maka dapat
143
Lampiran 25 PERHITUNGAN UJI HOMOGENITAS HASIL TES KELOMPOK EKSPERIMEN DAN KELOMPOK KONTROL Statistik Varians fhitung ftabel Keterangan
Fhitung =
Kelas eksperimen 60,22988506
Kelas kontrol 61,95402299
1,02 1,86 varians kedua populasi homogen
=
= 1,02
Keterangan: ²
= kelompok yang mempunyai varians besar
²
= kelompok yang mempunyai varians kecil
Kriteria pengujian :
Jika Fhitung
Ftabel, maka
diterima, yang berarti varians kedua populasi
homogen
Jika Fhitung homogen
Ftabel, maka
ditolak, yang berarti varians kedua populasi tidak
144
Lampiran 26 PERHITUNGAN UJI HIPOTESIS STATISTIK HASIL TES KELOMPOK EKSPERIMEN DAN KELOMPOK KONTROL
Statistik Rata-rata Varians Sgabungan thitung Ttabel perbandingan Kesimpulan
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol 77,33 51,66 60,22988506 61,95402299 7,816134 4,0489 2,001717468 4,05 > 2,00 Tolak H0 terima Ha
Keterangan: ̅ 1 dan ̅ 2
= nilai rata-rata hitung data kelompok eksperimen dan kontrol
S12 dan S22
= varians data kelompok eksperimen dan kontrol
Sgab
= simpangan baku kedua kelompok
n1 dan n2
= jumlah siswa pada kelompok eksperimen kontrol
(
)
Sgab = √
(
(
) )
)
=√
=√
(
( (
(
)
) )
(
)
=√
=√
=√
= 7,816134
145
thitung =
=
̅̅̅̅ ̅ √
√
=
√(
) (
)
=(
)(
)
=
= 4,05