PENGARUH LINGKUNGAN MAKRO TERHADAP KINERJA USAHA (Studi Pada Usaha Kecil Menengah Makanan Di Kota Pekanbaru) Tri Handayani Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Bengkalis Jl. Bathin Alam, Sei. Alam, Bengkalis-Riau Kode Pos 28715 Telp. (0766) 7008877, Fax (0766) 8001000 Email :
[email protected], atau
[email protected]
Abstract: The research was aimed to identify the effect of macro environments on business performances of small and medium businesses of food in Pekanbaru. The research objects were the managers and owners of the small and medium businesses of food in Pekanbaru. The data were collected using a questionnaire directly distributed to respondents on the basis of data of the small and medium businesses registered at the office of Cooperatives, Micro, small and medium Businesses of Pekanbaru. The variables in this study were the macro environments and business performance of small and medium business of food in Pekanbaru. The result showed that the macro environment, that consist of the power of politic and laws environments, economic environments, technology environments, and social-cultural environments have significant effect on the business performance of the small and medium business of food in Pekanbaru. Key words: External Environments, Macro Environments, And Business Performances. Abstraks: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lingkungan makro terhadap kinerja usaha kecil dan menengah makanan di Pekanbaru. Objek penelitian adalah manajer dan pemilik usaha kecil dan menengah makanan di Pekanbaru. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang disebarkan langsung kepada responden berdasarkan data usaha kecil dan menengah yang terdaftar di kantor Koperasi, Usaha Mikro, kecil dan menengah dari Pekanbaru. Variabel dalam penelitian ini adalah lingkungan makro dan kinerja usaha kecil dan menengah makanan di Pekanbaru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkungan makro, yang terdiri dari kekuatan lingkungan politik dan hukum, lingkungan ekonomi, lingkungan teknologi, dan lingkungan sosial budaya berpengaruh signifikan terhadap kinerja pada usaha kecil dan menengah makanan di Pekanbaru. Kata kunci: Lingkungan Eksternal, Lingkungan Makro, dan Kinerja Usaha.
21
Handayani, Pengaruh Lingkungan Makro Terhadap... 22
PENDAHULUAN Keberadaan usaha kecil dan menengah (UKM) yang merupakan bagian terbesar dalam perekonomian nasional, merupakan indikator tingkat partisipasi masyarakat dalam berbagai sektor kegiatan ekonomi. UKM selama ini terbukti dapat diandalkan sebagai katup pengaman dimasa krisis, melalui mekanisme penciptaan kesempatan kerja dan nilai tambah. Peran dan fungsi strategis ini sesungguhnya dapat ditingkatkan dengan memerankan UKM sebagai salah satu pelaku usaha komplementer bagi pengembangan perekonomian nasional, dan bukan subordinari dari pelaku usaha lainnya. Keberhasilan dalam meningkatkan kemampuan UKM berarti memperkokoh bisnis perekonomian masyarakat. Hal ini akan membantu mempercepat proses pemulihan perekonomian nasional, dan sekaligus sumber dukungan nyata terhadap pemerintah daerah dalam melaksanakan otonomi pemerintahan.(Sri Budi;2006) Oleh sebab itu Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan potensi bisnis yang sangat digalakkan oleh pemerintah. Karena semakin banyak masyarakat berwirausaha maka semakin baik dan kokohnya perekonomian suatu daerah karena sumber daya lokal, pekerja lokal, dan pembiayaan lokal dapat terserap dan bermanfaat secara optimal. Namun, meskipun UKM memiliki sejumlah kelebihan yang memungkinkan UKM dapat berkembang dan bertahan dalam krisis, tetapi sejumlah fakta juga menunjukkan bahwa tidak semua Usaha kecil dapat bertahan dalam menghadapi krisis ekonomi. Banyak UKM mengalami kesulitan untuk mengembalikan pinjaman akibat melonjaknya suku bunga lokal, selain itu adanya kesulitan dalam proses produksi akibat melonjaknya harga bahan baku yang berasal dari impor.
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kineja Usaha perusahaan diantaranya Lingkungan makro seperti kebijakan pemerintah, kekuatan hukum dan politik, perubahan teknologi. Lingkungan makro merupakan lingkungan jauh yang berada diluar organisasi namun menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan perusahaan. Perkembangan kota Pekanbaru dari berbagai aspek menjadikan pekanbaru sebagai kota dengan lingkungan bisnis yang memiliki prospek untuk tumbuh dan kembang khususnya bagi wirausaha (UKM). Keberadaan UKM merupakan bagian terbesar dalam perekonomian nasional, dan menjadi indikator tingkat partisipasi masyarakat dalam berbagai sektor kegiatan ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan lingkungan (lingkungan eksternal) yang terjadi mengakibatkan adanya peluang ukm untuk tumbuh dan berkembang. Usaha Kecil Menengah (UKM) Makanan merupakan salah satu jenis usaha yang dapat mewakili dan cukup prospektif dalam perkembangan kota pekanbaru saat ini. Hal ini ditunjukkan dengan semakin banyaknya usaha makanan yang berkembang di kota Pekanbaru. Saat ini telah banyak muncul pengusaha makanan dan produk makanan hasil olahan lokal baik makanan khas daerah maupun makanan konsumsi harian, hal ini dapat disebabkan karena semakin besarnya permintaan serta semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat. Kondisi ini menyebabkan usaha ini semakin menjanjikan diminati para wirausaha. Disamping cukup prospektif, UKM makanan juga dihadapi sejumlah tantangan berupa munculnya makanan impor, makanan susbtitusi dan makanan produk olahan dari daerah lain dengan kemasan dan rasa yang bervariatif. Hal ini dirasakan UKM makanan merupakan
23 Inovbiz, Volume 1, Nomor 1, Juni 2013, hlm. 23-37
industri yang cukup rentan akan pengaruh lingkungan sehingga kondisi ini menjadi tantangan bagi UKM makanan, apakah dapat tetap eksis dan mampu bersaing di pasar atau bahkan sebaliknya.
Adapun Pertumbuhan Usaha Kecil Menengah (UKM) Makanan Kota Pekanbaru dapat dijelaskan pada Tabel 1berikut:
Tabel 1 Pertumbuhan Usaha Kecil Menengah (UKM) Makanan Kota Pekanbaru Tahun 2006-2010 TAHUN
USAHA KECIL
USAHA MENENGAH
JUMLAH
2006
58
8
66
2007
60
10
70
2008
63
11
74
2009
68
11
79
2010 71 12 83 Sumber: Diolah dari Data Dinas Koperasi dan UMKM Kota Pekanbaru.
Berdasarkan Tabel 1 tersebut menginformasikan bahwa UKM Makanan kota Pekanbaru memberikan kontribusi ebesar 9% dari keseluruhan jumlah UKM dari berbagai sektor yang ada di kota Pekanbaru dan perkembangan UKM makanan Kota Pekanbaru mengalami peningkatan. Walaupun terjadi peningkatan setiap tahunnya namun peningkatan jumlah tersebut terjadi secara fluktuatif. Hal ini menjadi indikasi awal bahwa percepatan perubahan lingkungan yang menimbulkan ketidakpastian lingkungan bisnis, diduga dapat berpengaruh terhadap pertubuhan Usaha Kecil Menengah di Kota Pekanbaru. Dengan kata lain walaupun cukup prospektif, berbagai macam pengaruh lingkungan dapat mempengaruhi usaha ini, terlebih lagi usaha ini merupakan jenis usaha yang terbuka dan mudah dimasuki oleh kompetitor, serta dinamis akan perubahan lingkungan. Hal ini akan mempengaruhi para wirausaha, yaitu bagaimana mereka menanggapi perubahan lingkungan yang terjadi tersebut, sikap atau respon para wirausaha dalam
bentuk penetapan strategi usaha akan menentukan keber-hasilan usaha. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah Lingkungan Makro berpengaruh terhadap Kinerja Usaha pada UKM Makanan di Kota Pekanbaru. DASAR TEORI Lingkungan Eksternal Lingkungan eksternal (external environment) adalah segala sesuatu diluar batasan organisasi yang mungkin mempengaruhinya (Griffin,2003:68). Lingkungan eksternal merupakan lingkungan yang berada diluar organisasi dan perlu dianalisis untuk menentukan kesempatan (opportunities) dan ancaman (threat) yang akan di hadapi perusahaan. Lingkungan merupakan faktor kontekstual penting yang mempunyai pengaruh terhadap kinerja perusahaan (Child,1972; Hamel &Prahalad,1994). Gordon & Narayana (1984); Otley (1980) menyatakan bahwa Informasi dan struktur desentralisasi merupakan fungsi dari lingkungan, dan perlu adanya kesesuaian antara ketidakpastian
Handayani, Pengaruh Lingkungan Makro Terhadap... 24
lingkungan dan desentralisasi agar dapat meningkatkan kinerja. Terdapat dua perspektif dalam memandang konsep lingkungan, yaitu: Pertama, perspektif yang memandang lingkungan eksternal sebagai wahana yang menyediakan sumberdaya (resources). Persepsi pertama berdasar pada premis bahwa lingkungan eksternal merupakan wahana yang menyediakan sumberdaya yang kritikal bagi kelangsungan hidup perusahaan (Tan& Litschert, 1994). Perspektif ini juga mengandung makna potensi eksternal dalam mengancam sumberdaya internal yang dimiliki perusahaan. Pemogokan, deregulasi, perubahan undang-undang berpotensi merusak sumberdaya internal yang dimiliki perusahaan. (Clark et al, 1994). Kedua, perspektif yang memandang lingkungan eksternal sebagai sumber informasi. Perspektif ini mengaitkan informasi dengan ketidakpastian lingkungan (environment uncertainty). Ketidakpastian lingkungan mengacu pada kondisi lingkungan eksternal yang sulit diramal perubahannya. (Clark et al, 1994). Hal ini berhubungan dengan kemampuan anggota organisasi dalam pengambilan keputusan (decision making) (Clark et al, 1994). Poter (1980) dalam Cantika (2006:3) mengemukakan bahwa lingkungan eksternal dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu: a. Lingkungan Jauh, meliputi faktorfaktor politik, ekonomi, sosial dan teknologi. b. Lingkungan Industri, meliputi aspekaspek yang terdapat dalam konsep strategi bersaing (Competitive Strategy) yang meliputi aspek hambatan masuk, aspek daya tawar pemasok, aspek daya tawar pembeli, ketersediaan barang subsitusi dan aspek persaingan dalam industri. Duncan (1972) mendefinisikan lingkungan sebagai faktor yang berhubungan dengan variabel fisik dan varia-
bel diluar organisasi yang ikut menjadi pertimbangan pada waktu pengambilan keputusan organisasi. Lingkungan secara konsep mempunyai dua bagian. Pertama adalah lingkungan langsung yaitu lingkungan yang paling dekat dengan organisasi, yang secara langsung berdampak pada strategi. Lingkungan langsung berkaitan dengan elemen lingkungan dimana organisasi mempunyai hubungan secara langsung. Competitor, supplier dan Customer adalah lingkungan langsung organisasi. Yang kedua adalah lingkungan yang lebih luar yaitu lingkungan umum, lingkungan ini adalah lingkungan yang mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap organisasi. Lingkungan umum mencakup sektor ekonomi, politik. Lingkungan Makro Lingkungan makro atau disebut juga lingkungan jauh, menurut Pearce (2000:71), Lingkungan Sosial, menurut Wheelen, (2003: 14), dan lingkungan makro, menurut Hitt (1998:84). Lingkungan sosial termasuk kekuatan umum yang secara tidak langsung berhubungan dengan aktivitas organisasi jangka pendek tetapi dapat dan sering mempengaruhi keputusan jangka panjang. Lingkungan sosial yang dimaksud yaitu (Wheelen, 2003: 14): 1. Kekuatan Ekonomi 2. Kekuatan Teknologi 3. Kekuatan hukum-politik 4. Kekuatan Sosial Budaya Umar (2005:76) menyatakan bah-wa Lingkungan makro perusahaan terdiri dari faktor-faktor utama yang pada dasarnya di luar dan terlepas dari perusahaan. Faktor-faktor utama yang diperhatikan adalah faktor politik, ekonomi, sosial, dan teknologi. Disamping itu Griffin (2003:69) menyatakan lingkungan ini sebagai lingkungan umum (general environment) dari suatu organisasi yang meru-
25 Inovbiz, Volume 1, Nomor 1, Juni 2013, hlm. 25-37
pakan serangkaian dari dimensi dan kekuatan yang luas yang berada disekitar organisasi yang menciptakan keseluruhan konteks organisasi. Dimensi dan kekuatan ini tidak sepenuhnya terkait dengan organisasi tertentu lainnya. Lingkungan umum dari sebagian besar organisasi memiliki dimensi ekonomi, teknologi, sosial budaya, politik-hukum, dan internasional. Menurut Suryana (2009:107) Lingkungan Makro adalah lingkungan diluar perusahaan yang dapat mempengaruhi daya hidup perusahaan secara keseluruhan, yang meliputi: 1. Lingkungan Ekonomi Kekuatan Ekonomi lokal, regional, nasional dan global akan berpengaruh terhadap peluang usaha. Hasil penjualan dan biaya perusahaan banyak dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi. Variabel-variabel ekonomi seperti tingkat inflasi, tingkat bunga, dan fluktuasi mata uang asing, baik langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap perusahaan. Inflasi atau kenaikan hargaharga akan mempersulit para pengusaha dalam memproyeksikan usahanya. Demikian juga kenaikan suku bunga dan fluktuasi mata uang asing akan menyulitkan perusahaan dalam mengkalkulasikan keuangannya. 2. Lingkungan Teknologi Kekuatan teknologi dan kecenderungan perubahan sangat berpengaruh terhadap perusahaan. Perubahan teknologi yang secara drastic dalam abad terakhir ini telah memperluas skala industri secara keseluruhan. Teknologi baru telah menciptakan produk-produk baru dan modifikasi produk lainnya. Demikian juga, bidang usaha jasa telah banyak dipengaruhi oleh kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi dalam menciptakan barang dan jasa telah mampu memenuhi kebutuhan dan permintaan
pasar secara cepat. Oleh karena itu, kemampuan pesaing untuk menciptakan nilai tambah secara cepat melalui perubahan teknologi harus diperhatikan oleh perusahaan tersebut. 3. Lingkungan Sosiopolitik Kekuatan sosial dan politik, kecenderungan, dan konteksnya perlu diperhatikan untuk menentukan seberapa jauh perubahan tersebut berpengaruh terhadap tingkah laku masyarakat. Dalam beberapa hal, perubahan kekuatan politik berpengaruh terhadap perubahan pemerintahan, dan secara tidak langsung berdampak pada perubahan ekonomi. Misalnya, adanya kekacauan politik dan kerusuhan selalu membawa sentimen pasar. Perubahan investasi pemerintah dalam bidang teknologi juga sangat berpengaruh terhadap kondisi perekonomian. Namun demikian, lingkungan ini akan sangat bermanfaat apabila wirausaha pandai memanfaatkan peluang dari lingkungan tersebut. 4. Lingkungan Demografi Produk barang dan jasa yang dihasilkan sering kali dipengaruhi oleh perubahan demografi dan gaya hidup. Kelompok-kelompok masyarakat, gaya hidup, kebiasaan, pendapatan, dan struktur masyarakat bisa menjadi peluang. Pada prinsipnya, semua lingkungan diatas bisa menciptakan peluang bagi wirausaha. Kinerja Usaha Kinerja merupakan serangkaian kegiatan manajemen yang memberikan gambaran sejauh mana hasil yang sudah dicapai dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam akuntabilitas publik baik berupa keberhasilan maupun kekurangan yang terjadi. Ivancevich (Ranto, 2007:19) Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk
Handayani, Pengaruh Lingkungan Makro Terhadap... 26
menyelesaikan tugas atau pekerjaan, seseorang sepatutnya memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan mengerjakannya. Kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan (Veithzal : 2004). Menurut Jauch dan Glueck (1988) dalam Rahayu (2009: 45) Kinerja adalah merujuk ada tingkat pencapaian atau prestasi dari perusahaan dalam periode waktu tertentu. Kinerja sebuah perusahaan adalah hal yang sangat menentukan dalam perkembangan perusahaan. Tujuan perusahaan yang terdiri dari: tetap berdiri atau eksis (Survive), untuk meperoleh laba (Benefit), dan dapat berkembang (Growth), dapat tercapai apaila perusahaan tersebut mempunyai performa yang baik. Kinerja (Performance) perusahaan dapat dilihat dari tingkat penjualan, tingkat keuntungan, pengembalian modal, tingkat turn over dan pangsa pasar yang diraihnya. Jenis kinerja dapat diklasifikasikan sebagai kinerja manusia, kinerja mesin dan kinerja organisasi di mana hasil kegiatan dilaksanakan secara efisien dan efektif. Dalam menilai kinerja yang efektif dapat mempengaruhi dua hal yaitu produktivitas dan kualitas kerja yang dapat dinilai dengan melakukan langkah langkah (1) mendefinisikan pekerjaan; (2) menilai kinerja dan (3) memberikan umpan balik, dan adanya akuntabilitas yang jelas. Dessler (Ranto, 2007:19) Menurut Kotter dan Hesket (Ranto, 2007:19) jenis kinerja terdiri dari dua yaitu (1) kinerja ekonomis, menghasilkan etos kerja yang kuat dan
berkualitas, dan (2) kinerja unggul, menghasilkan produk unggulan. Menurut Soeharto, Terdapat beberapa kriteria dalam menilai suatu Kinerja perusahaan. kriteria tersebut meliputi kriteria finansial maupun nonfinansial. Kriteria-kriteria yang berbeda dalam mengukur kinerja perusahaan tersebut sebenarnya tergantung pada pengukuran kinerja itu sendiri. Tolok ukur bersifat unik, karena adanya kekhususan pada setiap badan usaha, antara lain bidang usaha, latar belakang, status hukum, struktur permodalan, tingkat pertumbuhan dan tingkat teknologi. Perbedaan tersebut akan berpengaruh kepada perilaku badan usaha. Dan dengan sendirinya juga berpengaruh terhadap kinerja dan tolok ukur yang digunakan (Hatmoko,2000) Kaplan dan Norton mengusulkan pengukuran kinerja bisnis dengan balance scorecard. Balance scorecard adalah metode penilaian kinerja perusahaan yang mengembangkan empat perspektif pengukuran, yaitu perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, dan proses belajar dan pertumbuhan. Meskipun teknik pengukuran balance scorecard meruakan cara yang paling komprehensif, pelaksanaannya sulit karena melibatkan banyak pihak sehingga biayanya mahal dan makan waktu lama (Riyanti,2003:25) Para peneliti menganjurkan pertumbuan penjualan (Sales growth), pertumbuhan tenaga kerja (Employment growth), pertumbuhan pendapatan (Income growth) dan pertumbuhan pangsa pasar (Market share growth) sebagai pengukuran kinerja perusahaan kecil yang paling penting (Kim & Choi, 1994; Lee & Miller, 1996; Luo,1999; Miles et al, 2000; Hadjimanolis 2000). Hal ini juga didasarkan pada argumentasi bahwa pertumbuhan adalah indikator yang lebih tepat dan mudah diperoleh dibandingkan dengan indikator ki-
27 Inovbiz, Volume 1, Nomor 1, Juni 2013, hlm. 27-37
nerja keuangan. Pendapat alternatif lain adalah bahwa kinerja bersifat multidimensional dan oleh karena itu hal ini berguna untuk mengintegrasikan dimensi yang berbeda dari kinerja dalam suatu studi empiris (Lumkin dan Dess,1996). Adalah tepat untuk melihat kinerja keuangan dan pertumbuhan sebagai aspek berbeda dari kinerja, dimana masing-masing mempunyai informasi penting dan unik. Secara bersama-sama pertumbuhan dan kinerja keuangan memberikan diskripsi yang lebih kaya mengenai kinerja aktual dari perusahaan bila dibandingkan dengan menggunakan pengukuran secara sendiri-sendiri. Penelitian Terdahulu Penelitian oleh Yurniwati (2003) tentang pengaruh lingkungan Bisnis Eksternal dan Perencanaan strategi terhadap kinerja perusahaan manufaktur. Hasil penelitian ini menunjukkan Lingkungan Bisnis Eksternal berpengaruh terhadap Kinerja perusahaan, baik secara langsung maupun melalui perencanaan strategi. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Melly Rosdiana, Sri Pensin, Jenny Imelda, Dharma T.E. Sudarsono pada Emiten Manufaktur di Bursa Efek
Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara Lingkungan Bisnis eksternal dan rencana strategi terhadap Kinerja baik secara pasrial maupun secara simultan. Penelitian oleh Eny Ellya Nora (2003) analisis pengaruh karakteristik top manajemen, karakteristik perusahaan, dan lingkungan terhadap strategi inovasi dan implikasinya pada perusahaan kecil. Hasil penelitian menunjukkan lingkungan berpengaruh signifikan dan positif terhadap inovasi serta berpengaruh tidak langsung terhadap kinerja perusahaan. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Diduga Lingkungan Makro berpengaruh terhadap Kinerja Usaha Pada Usaha Kecil Menengah (UKM) Makanan Kota Pekanbaru. Variabel Penelitian dan Operasionalisasi Variabel Dalam melaksanakan penelitian ini, adapun operasional variabel dapat dijelaskan pada Tabel 2 berikut ini:
Tabel 2 Variabel Penelitian dan Operasionalisasi Variabel Variabel
Dimensi
Indikator
Skala
1
2
3
4
LINGKUNGAN (X)
MAKRO
Kekuatan Hukum
Politik
Kekuatan Ekonomi
dan Stabilitas pemerintah Kebijakan pemerintah Turunya nilai kurs mata uang Tingkat suku bunga Pertumbuhan ekonomi Distribusi pendapatan
Kekuatan Teknologi
Peningkatan pengetahuan dan inovasi
Ordinal
Handayani, Pengaruh Lingkungan Makro Terhadap... 28
Kecepatan transfer teknologi
KINERJA USAHA (Y)
Kekuatan Sosial budaya
Perubahan gaya kebiasaan masyarakat
Pertumbuhan Penjualan
Pertumbuhan pendapatan
Pertumbuhan pangsa pasar
Pertumbuhan (growth)
hidup
Rasio
Sumber : Hasil Penelitian [Diolah]
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa Lingkungan makro terdiri dari kekuatan ekonomi, kekuatan teknologi, kekuatan hukum-politik dan kekuatan sosial Budaya (Wheelen, 2000:13). Selanjutnya beberapa peneliti menganjurkan kinerja usaha mengacu pada pertumbuhan penjualan (Sales growth), pertumbuhan tenaga kerja (Employment growth), pertumbuhan pendapatan (Income growth) dan pertumbuhan pangsa pasar (Market share growth) sebagai pengukuran kinerja perusahaan kecil yang paling penting (Kim & Choi, 1994; Lee & Miller, 1996; Luo,1999; Miles et al, 2000; Hadjimanolis 2000). METODE PENELITIAN Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Madya Pekanbaru. Adapun UKM yang diamati adalah UKM Industri Makanan di Kota Pekanbaru yang terdaftar pada Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kota Pekanbaru terhitung tahun 2006 sampai tahun 2010. Populasi dan Sampel Populasi yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah usaha kecil menengah makanan yang terdaftar pada Dinas Koperasi Dan Usaha Kecil Menengah Kota Pekanbaru. Adapun jumlah populasi UKM makanan kota Pekanbaru yang terdaftar pada Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah sebanyak 83 UKM. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Usaha Kecil Menengah (UKM) Makanan di kota Pekanbaru, dimana berdasarkan data yang diperoleh pada Dinas Koperasi dan Usaha Mikro kecil dan Menengah (UMKM) kota Pekanbaru terdapat sebanyak 83 Usaha Kecil Menengah di Kota Pekanbaru, dengan demikian seluruh populasi menjadi objek dalam penelitian ini. Batasan populasi dalam penelitian ini adalah UKM makanan dengan (kriteria UKM menurut UU No.20 tahun 2008): 1. Kriteria usaha kecil adalah sebagai berikut: a. Memiliki kekayaan bersih Rp. 50.000.000 - Rp. 500.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau b. Memiliki hasil penualan tahunan Rp.300.000.000-Rp.2.500.000.000 2. Kriteria usaha menengah adalah sebagai berikut: a. Memiliki kekayaan bersih Rp. 500.000.000 - 10.000.000.000 (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. Memiliki hasil penjualan tahunan Rp.2.500.000.000Rp.50.000.000.000. Berdasarkan data yang diperoleh pada Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Kota Pekanbaru, tercatat sebanyak 83 Usaha Kecil Menengah (UKM) Makanan. Penelitian telah dilakukan dengan menyebarkan angket atau kuesioner,
29 Inovbiz, Volume 1, Nomor 1, Juni 2013, hlm. 29-37
dari hasil penyebaran 83 kuisioner tersebut, kuesioner yang kembali dan terkumpul sebanyak 52 kuesioner. Variabel penelitian, terdiri dari variabel lingkungan makro (X) dan variabel kinerja usaha (Y) UKM Makanan Kota Pekanbaru. Prosedur pengumpulan data adalah data primer dan sekunder yang penulis peroleh dengan melakukan wawancara dan menyebarkan kuisioner kepada responden. Teknik analisis data Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah: a. Uji Kualitas data dengan melakukan uji realibilitas dan validitas terhadap kuisioner. b. Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui frekuensi tanggapan pengusaha atau pengelola UKM Makanan mengenai lingkungan makro usaha dan pengaruhnya terhadap kinerja usaha mereka. Selanjutnya tanggapan responden tersebut diberi skor dengan menggunakan skala likert dan dianalisis secara deskriptif. PEMBAHASAN Berdasarkan data yang diperoleh pada Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Kota
Pekanbaru, tercatat sebanyak 83 Usaha Kecil Menengah (UKM) Makanan. Penelitian telah dilakukan dengan menyebarkan angket atau kuesioner, dari hasil penyebaran 83 kuisioner tersebut, kuesioner yang kembali dan terkumpul sebanyak 52 kuesioner. Surakhmad (1994) berpendapat apabila ukuran populasi sebanyak kurang dari 100, maka pengambilan sampel sekurang-kurangnya 50% dari ukuran populasi. Apabila ukuran populasi dengan atau lebih dari 1000, ukuran sampel diharapkan sekurang-kurangnya 15% dari ukuran populasi. (Riduwan, 2010: 65). Berdasarkan teori tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah kuisioner yang kembali telah memenuhi syarat dan penelitian ini dapat dilanjutkan. Berdasarkan hasil kuisioner penelitian tersebut dapat diklasifikasi responden dalam hal jenis kelamin dan pendidikan. Hasil klasifikasi tersebut ditunjukkan pada tabel berikut: 1. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penelitian terhadap responden, diperoleh klasifikasi pemilik atau manajer UKM berdasarkan jenis kelamin sebagai berikut:
Tabel 3 Klasifikasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Jumlah Responden
Prosentase
Pria
20
38,5
Wanita
32
61,5
Jumlah
52
100
Sumber: Hasil Penelitian [Diolah]
Berdasarkan tabel 3 terlihat bahwa pemilik usaha kecil menengah (UKM) makanan kota pekanbaru didominasi oleh wanita dengan prosentase 61,5%, sedangkan UKM makanan yang dipimpin oleh Pria sebesar 38,5%.
Keterlibatan wanita dalam kegiatan ekonomi sebagai wirausaha telah ada sejak zaman ke zaman, sejak dulu wanita telah terjun dalam dunia perdagangan, misalnya wanita-wanita Solo telah membantu ekonomi keluarga, bahkan sebagai tulang punggung ekonomi
Handayani, Pengaruh Lingkungan Makro Terhadap... 30
keluarga dari usaha batik yang mereka kelola. Hal ini dikemukakan Astri dalam (www.tabloitnova.com), ada 4 alasan perempuan cocok berbisnis, yaitu (1) Memperkecil risiko, agar semakin menunjang kebutuhan ekonomi seharihari. (2) Multitasking, adalah bisa mengerjakan banyak hal sekaligus. Misalnya, memasak sambil menjaga anak. Karakteristik ini adalah kompetensi dasar yang dibutuhkan dalam berbisnis, "dan ini tidak dimiliki pria," kata Muassis. Perempuan bisa menjalankan fungsi-fungsi dalam bisnis sekaligus mulai dari pemasaran, penjualan, sampai manajemen SDM. (3) Pengambil keputusan, perempuan adalah konsumen terbesar dari hampir semua produk yang ada dipasaran. Jika posisinya dibalik perempuan sebagai produsen atau pebisnis, maka perempuan akan lebih faham dan dapat merasakan keinginan konsumen sebagai representasi dari dirinya sendiri. (4) Era Informasi, adalah kemampuannya membentuk networking
dan berkomunikasi. Ini bisa ditunjukkan lewat komunitas-komunitas yang banyak diikuti dan dibentuk perempuan. Utamanya, diera teknologi dan informasi seperti sekarang ini. Dengan naluri berkomunikasi dan networking perempuan yang umumnya melebihi pria, Muassis optimis perempuan akan lebih sukses berbisnis dengan memanfaatkan teknologi informasi yang berkembang kian pesat. 2. Responden Berdasarkan Pendidikan Tingkat pendidikan manajer atau pemilik usaha dapat menjadi salah satu faktor pendukung perkembangan UKM, karena pendidikan merupakan salah satu unsur yang dapat merubah sikap dan perilaku, meningkatkan dan mengembangkan pola pikir, wawasan serta memudahkan pengusaha menyerap informasi yang sifatnya membawa pembaharuan dan kemajuan bagi usahanya (Tambunan, 2002).
Tabel 4 Klasifikasi Responden Berdasarkan Pendidikan Pendidikan
Jumlah Responden
Prosentase
SD
3
5,8
SLTP
9
17,3
SLTA
31
59,6
Dipl/ Sarjana
9
17,3
Jumlah
52
100
Sumber: Hasil Penelitian [Diolah]
Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa tingkat pendidikan manajer atau pemilik UKM makanan kota Pekanbaru mayoritas adalah SLTA sebesar 59,6%, selanjutnya diikuti terbesar kedua adalah SLTP dan Diploma/Sarjana masingmasing sebesar 17,3% dan yang paling sedikit adalah dengan tingkat pendidikan SD sebesar 5,8%. Hasil klasifikasi ini menunjukkan bahwa lulusan/ tamatan SLTA
lebih cenderung memilih untuk berwirausaha. Hal ini dapat disebabkan karena persepsi sebagian masyarakat bahwa pendidikan formal hingga SLTA dirasakan sudah cukup memenuhi standar untuk memulai suatu usaha, selain itu juga adanya kesulitan lulusan SLTA dalam memperoleh lapangan kerja dibandingkan lulusan Diploma/ S1 sehingga mereka lebih memilih berwi-
31 Inovbiz, Volume 1, Nomor 1, Juni 2013, hlm. 31-37
rausaha dan mengembangkan kemampuannya sendiri. 3. Responden Berdasarkan Umur Klasifikasi responden berdasarkan umur pada penelitian ini bermaksud untuk mengetahui tingkat umur responden serta penyebaran kelompok usia responden yang menjadi objek peneli-
tian ini, sehingga dapat dilihat pada kelompok usia mana responden banyak ditemukan, dan dapat ditarik kesimpulan bahwa pada kelompok usia tersebut merupakan usia produktif dalam mengembangkan dan mengelola suatu usaha.
Tabel 5 Klasifikasi Responden Berdasarkan Umur KELOMPOK USIA (TAHUN) 20 – 30 31 – 40 41 – 50 51 – 60 61 – 70 71 – 80 TOTAL
JUMLAH (ORANG) 4 18 16 11 2 1 52
PROSENTASE (%) 7.7 34.6 30.8 21.2 3.8 1.9 100
Sumber: Hasil Penelitian [Diolah]
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa responden memiliki distribusi umur dari 20-80 tahun. Sebagian besar responden (34,6%) berumur antara 31-40 tahun. Selanjutnya 30,8% responden berusia antara 41-50 tahun, dan 21,2% responden berada pada usia antara 51-60 tahun. Hasil ini tampaknya mendukung pendapat Zimmerer & Scarborough (1998) bahwa tidak ada batasan usia kapan seorang terjun pertama kali sebagai wirausaha. Orang dapat memulai karier sebagai wirausaha kapan saja mereka mau, karena pendorong utama menjadi wirausaha adalah menjadi tuan bagi diri sendiri. Bila dikaitkan dengan perkembangan karier menurut Hurlock (1991) maka pemilihan karier pada masa dewasa muda masih bersifat cobacoba, sedangkan pemilihan karier di usia dewasa madya dilakukan karena kemantapan pilihan pilihan terhadap karier bersangkutan Hasil klasifikasi ini juga menunjukkan bahwa tidak ada batasan usia seseorang terjun menjadi wirausaha dan
pada usia 31-40 tahun merupakan usia produktif dalam mengembangkan usaha, karena pada usia ini merupakan tahap kematangan atau kedewasaan dimana mereka sebelumnya telah menghadapi berbagai situasi dan kondisi usaha yang telah terjadi sehingga mereka memiliki kemampuan dalam menghadapi lingkungan usaha yang akan datang. Analisis Deskriptif Variabel Penelitian Pada penelitian ini variabel bebas (Independen) dan variabel terikat (Dependen) diukur dengan menggunakan skala ordinal yaitu skor tertinggi diberi nilai 5 dan skor terendah diberi nilai 1. Responden yang menjawab Sangat sesuai kenyataan diberi nilai 5, Sesuai kenyataan diberi nilai 4, Netral diberi nilai 3, Kurang sesuai kenyataan diberi nilai 2, dan Sangat kurang sesuai kenyataan diberi nilai 1. Untuk mengetahui secara rinci mengenai tanggapan responden terhadap masing-masing subvariabel dan variabel
Handayani, Pengaruh Lingkungan Makro Terhadap... 32
penelitian akan diuraikan pada tabeltabel berikut.
kekuatan sosial budaya yang meliputi 10 butir pertanyaan yang digunakan dalam kuisioner yang telah disebarkan. Deskripsi tanggapan responden terhadap lingkungan makro terdiri atas 10 butir pertanyaan, dapat dilihat pada Tabel 6 berikut:
Lingkungan Makro Variabel lingkungan makro diukur berdasarkan dimensi/ sub variabel kekuatan politik dan hukum, kekuatan ekonomi, kekuatan teknologi serta
Tabel 6 Rekapitulasi Jawaban Responden Terhadap Lingkungan Makro Alternatif Jawaban Pernyataan
Sangat Sesuai Keyataan
Sesuai Kenyataan
Netral
Kurang Sesuai Kenyataan
Sangat Kurang Sesuai Kenyataan
Jumlah
F
%
F
%
F
%
F
%
F
%
F
%
Pertanyaan 1
11
21,2
24
46,2
13
25
2
3,8
2
3,8
52
100
Pertanyaan 2
12
23,1
22
42,3
13
25
4
7,7
1
1,9
52
100
Pertanyaan 3
14
26,9
22
42,3
12
23,1
3
5,8
1
1,9
52
100
Pertanyaan 4
9
17,3
15
28,8
21
40,4
6
11,5
1
1,9
52
100
Pertanyaan 5
20
38,5
23
44,2
9
17,3
0
0
0
0
52
100
Pertanyaan 6
18
34,6
24
46,2
8
15,4
2
3,8
0
0
52
100
Pertanyaan 7
15
28,8
16
30,8
15
28,8
5
9,6
1
1,9
52
100
Pertanyaan 8
7
13,5
20
38,5
15
28,8
8
15,4
2
3,8
52
100
Pertanyaan 9
18
34,6
26
50
7
13,5
1
1,9
0
0
52
100
Pertanyaan 10
18
34,6
23
44,2
10
19,2
1
1,9
0
0
52
100
Sumber: Hasil Penelitian [Diolah]
Berdasarkan Tabel 6 tersebut, dapat dilihat bahwa pengaruh kekuatan politik dan hukum, yaitu perubahan situasi dan kondisi politik terhadap UKM (Pertanyaan 1) berpengaruh cukup besar, hal ini terlihat bahwa sebanyak 24 responden (46,2 %) menyatakan sesuai kenyataan, dan tanggapan terbesar kedua sebanyak 13 responden (25%) menyatakan netral. Selanjutnya Kebijakan pemerintah dalam mengembangkan usaha juga mempengaruhi UKM (pertanyaan 2), hal ini terlihat dari jawaban responden terbesar sebanyak 22 responden atau 42,3% menyatakan sesuai kenyataan.
Pengaruh kekuatan ekonomi yang ditunjukkan oleh pertanyaan 3-6, yaitu: pertanyaan 3 yang menyatakan perubahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing berpengaruh terhadap UKM, hal ini dinyatakan responden sesuai kenyataan dengan jumlah responden sebanyak 22 responden atau sebesar 42,3%. Pertanyaan 4 yang menyatakan perubahan tingkat suku bunga mempengaruhi UKM dinyatakan responden dengan netral dengan jumlah responden sebanyak 21 responden atau sebesar 40,4%. Pertanyataan 5 yang menyatakan pertumbuhan ekonomi kota pekanbaru mempengaruhi kemajuan UKM dinyatakan responden dengan sesuai kenyataan
33 Inovbiz, Volume 1, Nomor 1, Juni 2013, hlm. 33-37
dengan jumlah responden sebanyak 23 responden atau sebesar 44,2%. Pertanyaan 6 menyatakan tingkat pendapatan masyarakat kota Pekanbaru mempengaruhi penjualan produk UKM dinyatakan responden dengan sesuai kenyataan dengan jumlah responden sebanyak 24 responden atau sebesar 46,2%. Pengaruh kekuatan teknologi yang ditunjukkan oleh pertanyaan 7, yaitu proses produksi tergantung pada teknologi dimana responden menyatakan Sesuai kenyataan dengan jumlah terbanyak sebesar 16 responden atau sebesar 30,8%. Selanjutnya pertanyaan 8, yaitu perubahan teknologi berpengaruh langsung terhadap UKM, responden menyatakan sesuai kenyataan dengan jumlah terbanyak sebesar 20 responden atau sebesar 38,5%.
Pengaruh kekuatan sosial budaya ditunjukan dengan pertanyaan 9, yaitu perubahan terhadap selera konsumen/pelanggan dapat mempengaruhi penjualan produk UKM, responden menyatakan sesuai kenyataan dengan jumlah terbanyak 26 responden atau sebesar 50%. Selanjutnya pertanyaan 10, yaitu pola konsumtif masyarakat mempengaruhi penjualan produk UKM, responden menyatakan sesuai kenyataan dengan jumlah terbanyak 23 responden atau sebesar 44,2%. Berdasarkan data responden yang ada dapat dilakukan uji deskriptif, adapun hasil uji deskriptif terhadap dimensi variabel atau subvaribel lingkungan makro dapat dilihat pada Tabel 7 berikut:
Tabel 7 Uji Deskriptif Lingkungan Makro Item Pertanyaan
N
Mean
Std. Deviation
Pertanyaan 1
52
3.76
.96
Pertanyaan 2
52
3.78
.97
Pertanyaan 3
52
3.86
.95
Pertanyaan 4
52
3.48
.98
Pertanyaan 5
52
4.21
.72
Pertanyaan 6
52
4.11
.80
Pertanyaan 7
52
3.75
1.04
Pertanyaan 8
52
3.42
1.03
Pertanyaan 9
52
4.17
.73
Pertanyaan 10
52
4.11
.78
Sumber : Data Olahan SPSS
Berdasarkan Tabel 7 di atas memperlihatkan subvariabel lingkungan makro, dimana pertanyaan 5 dengan nilai mean yang paling tinggi (4.21), sedangkan pertanyaan 8 dengan nilai mean yang paling rendah (3.42). Nilai mean digunakan pada penelitian ini untuk menunjukkan pertanyaan mana yang paling dominan dalam menun-
jukkan pengaruh terhadap variabel dependent yang dapat menjadi penjelas atau mewakili pertanyaan lain dalam kelompok pertanyaan tersebut. Pertanyaan 5 dengan nilai mean yang paling tinggi (4.21), ini berarti bahwa dari 10 butir pertanyaan lingkungan makro yang sangat berperan dalam menujukkan tingkat pengaruhnya terhadap kinerja
Handayani, Pengaruh Lingkungan Makro Terhadap... 34
adalah pada pertanyaan 5 dimana pertanyaan 5 menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi sangat mempengaruhi UKM Makanan. Pertumbuhan ekonomi kota Pekanbaru yang cukup meningkat mengindikasikan daya beli masyarakat yang baik sehingga hal ini dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan UKM Makanan di kota Pekanbaru. Sedangkan pertanyaan 8 dengan nilai mean yang paling rendah (3.42), dimana pertanyaan 8 menjelaskan pengaruh langsung perubahan teknologi terhadap UKM Makanan. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan teknologi tidak berpengaruh langsung terhadap kinerja UKM, mayoritas UKM yang ada cenderung menggunakan peralatan dan teknologi yang sederhana sehingga apabila terjadi perubahan teknologi hal ini tidak mempengaruhi proses produksi UKM tersebut. Disamping itu juga diperoleh standar deviasi, ini mengukur seberapa luas penyimpangan nilai data tersebut dari nilai rata-ratanya, standar deviasi digunakan untuk membandingkan penyebaran atau penyimpangan dua kelompok data atau lebih. Apabila standar deviasinya kecil, maka hal tersebut menunjukkan nilai sampel dan populasi berkumpul atau mengelompok di sekitar
nilai rata-rata hitungnya. Artinya karena nilainya hampir sama dengan nilai ratarata, maka disimpulkan bahwa anggota sampel atau populasi mempunyai kesamaan. Sebaliknya, apabila nilai deviasinya besar, maka penyebarannya dari nilai tengah juga besar. Hal tersebut menunjukkan adanya nilai-nilai ekstrem baik yang tinggi maupun rendah. Standar deviasi yang besar juga menunjukkan adanya perbedaan jauh diantara anggota populasi. Oleh sebab itu, standar deviasi yang tinggi biasanya dipandang kurang baik bila dibandingkan dengan standar deviasi rendah. Berdasarkan tabel 7 diperoleh standar deviasi lebih kecil dari nilai rata-ratanya, hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat nilai ekstrem atau penyimpangan data pada subvariabel lingkungan makro. Kinerja Usaha Variabel kinerja usaha diukur berdasarkan indikator pertumbuhan penjualan, pertumbuhan pendapatan, dan pertumbuhan pangsa pasar yang meliputi 3 butir pertanyaan yang digunakan dalam kuisioner yang telah disebarkan. Adapun deskripsi tanggapan responden terhadap Kinerja Usaha dapat dilihat pada Tabel 8 berikut:
Tabel 8 Rekapitulasi Jawaban Responden terhadap Kinerja Usaha Alternatif Jawaban Pernyataan
Sangat Sesuai Keyataan
Sesuai Kenyataan
Netral
Kurang Sesuai Kenyataan
Sangat Kurang Sesuai Kenyataan
Jumlah
F
%
F
%
F
%
F
%
F
%
F
%
Pertanyaan 1
6
11,5
21
40,4
18
34,6
6
11,5
1
1,9
52
100
Pertanyaan 2
2
3,8
22
42,3
20
38,5
7
13,5
1
1,9
52
100
15,4
23
44,2
14
26,9
6
11,5
1
1,9
52
100
8 Pertanyaan 3 Sumber: Hasil Penelitian [Diolah]
35 Inovbiz, Volume 1, Nomor 1, Juni 2013, hlm. 35-37
Berdasarkan tabel 8 diatas diketahui bahwa tanggapan responden terhadap omset penjualan usaha mengalami peningkatan dari waktu ke waktu (pertanyaan 1) cukup besar, hal ini terlihat dari jumlah terbanyak responden (21 responden atau 40,4%) memilih sesuai kenyataan. Selanjutnya pertanyaan 2 menjelaskan pendapatan usaha mengalami peningkatan dari waktu ke waktu, hal ini responden menyatakan
sesuai kenyataan, dengan jumlah terbanyak 22 responden atau sebesar 42,3%. Pertanyaan 3 menjelaskan jumlah pelanggan semakin bertambah dari waktu ke waktu, hal ini ditanggapi responden dengan sesuai kenyataan, dengan jumlah terbanyak 23 responden atau sebesar 44,2%. Adapun uji deskriptif variabel kinerja Usaha dapat dijelaskan pada Tabel 9 berikut:
Tabel 9 Uji Deskriptif Kinerja Usaha Item Pertanyaan
N
Mean
Std. Deviation
Pertanyaan 1
52
3.48
.91
Pertanyaan 2
52
3.32
.83
Pertanyaan 3
52
3.59
.95
Sumber : Data Olahan SPSS
Tabel 9 memperlihatkan variabel Kinerja Usaha, dimana Pertanyaan 3 dengan nilai mean yang paling tinggi (3.59), sedangkan Pertanyaan 2 dengan nilai mean yang paling rendah (3.32). Pertanyaan 3 dengan nilai mean yang paling tinggi (3.59), pertanyaan ini menjelaskan jumlah pelanggan semakin bertambah dari waktu ke waktu. Hal ini menunjukkan bahwa pertanyaan 3 sangat berperan dalam menunjukkan kinerja usaha UKM. Sedangkan Pertanyaan 2 dengan nilai mean yang paling rendah (3.32), pertanyaan ini menjelaskan peningkatan pendapatan setiap UKM dari kewaktu. Hal ini menunjukkan bahwa pertanyaan 2 tidak cukup berperan dalam menunjukkan kinerja usaha. Selain itu pada variabel kinerja usaha diperoleh standar deviasi lebih kecil dari nilai mean, semakin kecil nilai standar deviasi maka semakin kecil terjadi penyimpangan pada data tersebut. hal ini berarti bahwa tidak terdapat nilai ekstrem atau penyimpangan data pada variabel kinerja usaha.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil rekapitulasi jawaban responden terhadap variabel lingkungan makro dan kinerja usaha, menunjukkan hasil bahwa perubahan lingkungan makro yang terjadi di kota Pekanbaru secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kinerja UKM Makanan kota Pekanbaru, dimana semakin dinamis lingkungan makro yang terjadi semakin mendorong pelaku UKM Makanan untuk lebih jeli lagi dalam melihat perubahan lingkungan agar tercapai kinerja usaha baik dan kelangsungan usaha. Dengan demikian faktor lingkungan makro yang meliputi kekuatan politik dan hukum, kekuatan ekonomi, kekuatan teknologi serta kekuatan sosial budaya menjadi salah satu pertimbangan UKM Makanan dalam menentukan strategi usaha demi mencapai keuntungan yang maksimal serta kinerja usaha yang baik.
Handayani, Pengaruh Lingkungan Makro Terhadap... 36
Saran Pemilik atau pengelola UKM makanan perlu memperhatikan faktor perubahan lingkungan makro yang terjadi khususnya perubahan ekonomi yang terjadi di kota Pekanbaru. Pertumbuhan ekonomi kota Pekanbaru yang cukup meningkat mengindikasikan daya beli masyarakat yang baik sehingga hal ini dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan UKM Makanan di kota Pekanbaru. Namun tetap memperhatikan aspek-aspek lain yang mempengaruhi kinerja dan kelangsungan usaha. Pemilik atau pengelola Usaha Kecil Menengah (UKM) perlu lebih meningkatkan kompetensi wirausaha agar mampu menghadapi persaingan. Dengan kompetensi yang maksimal diharapkan para UKM dapat mencapai kinerja yang lebih baik lagi sehingga dapat menjadi wirausaha yang tetap eksis dalam kondisi lingkungan apapun.
UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih untuk semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan jurnal ini, semoga bermanfaat untuk para peneliti selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA Astri. Januari 2010. Empat Alasan Perempuan Cocok Berbisniswirausaha-karier, (www.tabloidnova.com) Basuki Ranto. 2007. Korelasi antara Motivasi, Knowledge of Entreprenurship dan Independensi dan The Entrepreneur’s Performance pada Kawasan Industri Kecil, Manajemen Usahawan Indonesia, LMFEUI, Jakarta. Dwi Hatmoko, U.T, 2000. “Persepsi Pimpinan BUMN terhadap Eugibilitas Balanced Scorecard
sebagai system penilaian Kinerja Perusahaan”, Tesis. Program Studi Magister Manajemen, UNDIP. Griffin, Ricky W. 2003. Manajemen, Edisi 7. Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Hadjimanolis, Anthanasios, Keith Dickson. 2000. Innovation Strategy of SMEs in Cyprus, A Small Developing Country, International Small Business Journal. 18, 4,pp. 62-79 Hitt, Michael A, R. Duane Ireland and Robert E. Hoskisson. 1997. Manajemen Strategis: Menyongsong Era Persaingan Bebas dan Globalisasi. Jakarta: Erlangga. Husein Umar. 2005. Strategic Management in Action, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Kim, Youngbae, Y.Choi. 1994. Strategic Types ang Performances of Small Firms in Korea, International Small Business Journal, 13,1,pp.1325. Lee, Jangwoo, Danny Miller. 1996. Strategy, Environment and Performance In Two Tecnological Contact: Contigency Theory in Korea, Organization Studies, 17/5,pp.729-750. Man, Thomas.W.Y, and Lau, Theresa. 2005. The Contect of Entrepreneurship in Hong Kong, Journal of small Business and Enterprise Development, Emerald Group Publishing Limited, Vol.12, No.4. Pearce H, John A, and Richard B. robinson, JR. 2000. Strategic Management: Formulation, Implementation, and Control, International Edition, New York: Mc.Graw-Hill.
37 Inovbiz, Volume 1, Nomor 1, Juni 2013, hlm. 37-37
Sri Budi Cantika Yuli. 2006. Analisis Perubahan Lingkungan terhadap Kompetensi Usaha, Humanity Journal, Vol 1, No.2.Suryana. 2009. Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses, Jakarta: Salemba Empat. Studi Peran Wanita Dalam Pengembangan Usaha Kecil Menengah dan Koperasi. 2006. Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM Nomor 1 Tahun I. Yurniwati. 2005. Pengaruh Lingkungan Bisnis Eksternal dan Perencanaan Strategi terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur, Universitas Padjadjaran, Bandung.