eJournal Administrasi Bisnis, 2016, 4 (2): 550 - 562 ISSN 2355-5408 , ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id © Copyright 2016
PENGARUH KURS USD, INFLASI DAN SUKU BUNGA SBI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM SEKTOR PERTAMBANGAN DI BURSA EFEK INDONESIA Shinta Agustin1 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh antara kurs USD, inflasi dan suku bunga SBI terhadap indeks harga saham sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia. Hasil pengujian dengan Uji F (Uji Simultan) menunjukan bahwa terdapat pengaruh secara simultan antara kurs USD, inflasi dan suku bunga SBI terhadap pergerakan indeks harga saham sektor pertambangan, sedangkan Uji t (Uji Parsial) menunjukan bahwa secara parsial hanya variabel kurs USD dan suku bunga SBI yang berpengaruh signifikan, sedangkan variabel inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia. Bagi investor yang akan melakukan investasi agar memperhatikan kurs, inflasi dan suku bunga sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan investasi khususnya pada sektor pertambangan. Kata kunci : Kurs USD, Inflasi, Suku Bunga SBI dan Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan Pendahuluan Pertambangan adalah penggerak ekonomi integral bagi Indonesia. Sektor pertambangan telah menjadi sektor yang semakin strategis bagi Indonesia, hal ini dapat dilihat dari sumber tambang yang dimiliki Indonesia. Sektor pertambangan mempunyai peran penting dalam pembangunan Indonesia yaitu penambah pendapatan negara. Peran sektor pertambangan bagi pendapatan Indonesia dapat di lihat pada tabel dibawah ini: Tabel Peran Pertambangan dan Penggalian Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian
2011 11,81
2012 11,61
Tahun 2013 10,95
2014 9,87
2015 7,62
Sumber : Kementrian Perindustrian Republik Indonesia (2016) Melihat kontribusi yang diterima pemerintah dari hasil sektor pertambangan dari tahun 2011 sampai tahun 2015 perlahan mengalami penurunan presentase. Dimana pada tahun 2011 pertambangan dan penggalian 1
Mahasiswa Program S1 Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Email:
[email protected]
Kurs USD, Inflasi dan Suku Bunga SBI Terhadap Indeks Harga Saham (Shinta)
sebesar 11,81% menurun di tahun 2012 menjadi 11,61%, di tahun 2013 menurun menjadi 10,89%, di tahun 2014 menurun menjadi 9,87 dan tahun 2015 juga mengalami penurunan presentasi menjadi 7,62%. Meski kontribusi yang sektor pertambangan berikan terhadap pendapatan nasional rendah atau menurun tiap tahunnya, namun para investor masih tetap memilih berinvestasi pada sekor pertambangan karena sektor pertambangan merupakan salah satu lapangan usaha yang paling berkontribusi pada pendapatan nasional, sehingga di harapkan sektor ini dapat terus memberikan return dalam jangka panjang. Dalam melakukan investasi di pasar modal, investor memerlukan informasi mengenai perkembangan saham atau obligasi yang akan menentukan bagaimana risiko dan return yang akan dihadapi kedepannya, untuk itu indeks harga saham digunakan sebagai informasi perkembangan saham, karena indeks harga saham merupakan indikator atau cerminan pergerakan harga saham apakah saham sedang kuat (naik) ataupun sedang lesu (turun). Adapun faktorfaktor yang dapat mempengaruhi indeks harga saham yaitu seperti, kurs, inflasi maupun suku bunga. Berkaitan dengan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh kurs USD, inflasi, dan suku bunga SBI terhadap indeks harga saham sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia”. Kerangka Dasar Teori Pasar Modal Menurut Undang-undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995, pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Menurut Fahmi, dkk (2009:41), pasar modal adalah tempat dimana berbagai pihak khususnya perusahaan menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut nantinya akan dipergunakan sebagai tambahan dana atau untuk memperkuat dana perusahaan. Menurut Anoraga, dkk, (2006:23), pasar modal adalah sarana yang mempertemukan antara pihak yang kelebihan dana (surplus fund) dengan pihak yang kekurangan dana (defisit fund), dimana dana yang diperdagangkan merupakan dana jangka panjang. Indeks Harga Saham Indeks harga saham adalah indikator atau cerminan pergerakan harga saham (Bursa Efek Indonesia). Indeks merupakan pedoman bagi investor untuk melakukan investasi di pasar modal, khususnya saham. Kurs ( Nilai Mata Uang) Menurut Hasibuan, (2006:14), kurs adalah perbandingan nilai tukar mata uang suatu negara dengan mata uang negara asing.
551
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 2, 2016 : 550 - 562
Sukirno, (2010:67) kurs adalah nilai yang menunjukkan jumlah nilai mata uang dalam negeri yang diperlukan untuk mendapatkan satu unit mata uang asing. Menurut Harrison, dkk (2011:92), kurs adalah ukuran satu mata uang terhadap mata uang lainnya. Jadi, nilai tukar rupiah merupakan nilai mata uang rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang negara lain. Misalnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika, nilai tukar rupiah terhadap Euro, dan lain sebagainya. Inflasi Menurut Fahmi, dkk, (2009:21), inflasi adalah kenaikan harga secara terus menerus. Menurut Tobing, (2009:29) inflasi pada dasarnya merupakan suatu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus-menerus Sukirno, (2010:101) inflasi adalah presentasi kenaikan harga-harga pada suatu tahun tertentu berbanding dengan tahun sebelumnya. Suku Bunga Menurut Kasmir, (2001:121) suku bunga adalah balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Menurut Karl, dkk (2001:63) suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman dalam bentuk presentase dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman. Menurut Samuelson, dkk (2001:39) suku bunga adalah jumlah bunga yang dibayarkan per unit waktu yang disebut sebagai persentase dari jumlah yang dipinjamkan. Hipotesis Berdasarkan uraian di atas, peneliti merumuskan hipotesis sebagai kesimpulan sementara atas masalah-masalah yang diajukan. Hipotesis yang disusun dalam penelitian ini adalah: 1. Diduga kurs USD, inflasi, dan suku bunga SBI secara simultan berpengaruh terhadap indeks harga saham sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia. 2. Diduga kurs USD, inflasi, dan suku bunga SBI secara parsial berpengaruh terhadap indeks harga saham sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia. 3. Diduga kurs USD yang paling berpengaruh terhadap indeks harga saham sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia. Metode Penelitian Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif., yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data berupa angka (Martono, 2012:20). 552
Kurs USD, Inflasi dan Suku Bunga SBI Terhadap Indeks Harga Saham (Shinta)
Dalam penelitian ini digunakan data sekunder, yaitu berupa data kurs rupiah terhadap dolar Amerika, data inflasi dan tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode dokumentasi, yaitu dengan mencatat dan mengcopy data-data tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian baik dari sumber dokumen/buku-buku, internet dan lain-lain mengenai indeks harga saham sektor pertambangan, kurs USD, inflasi dan suku bunga SBI data bulanan periode Januari 2014 hingga Desember 2015. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda, dengan teknik sebagai berikut: Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Uji normalitas untuk mengetahui apakah variabel dependen, independen atau keduanya berdistribusi normal, mendekati normal atau tidak (Umar, 2008:181). Uji kenormalan data dapat dilakukan dengan Uji Kolmogorov-Smirnov terhadap nilai standar residual hasil persamaan regresi. Kriteria pengujian (Sarjono, 2011:64) : a. Angka signifikan uji Kolmogorov-Smirnov Sig. > 0,05 menunjukan data berdistribusi normal. b. Angka signifikan uji Kolmogorov-Smirnov Sig. < 0,05 menunjukan data berdistribusi tidak normal. 2. Uji Multikolonieritas Uji multikolonieritas untuk mengetahui apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen (Umar, 2008:117). Sebab, jika terjadi hubungan linier antar variabel independen akan membuat prediksi atas variabel dependen menjadi bias karena terjadi kesalahan hubungan di antara variabel independennya. Dalam output SPSS, masalah multikolonieritas ditunjukan lewat tabel Coefficient, kolom Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor). Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: a. Jika Tolerance > 0,010 dan VIF < 10, maka tidak terjadi multikolonieritas antar variabel independen. b. Jika Tolerance < 0,010 dan VIF > 10, maka terjadi multikolonieritas antar variabel independen. 3. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan kepengamatan lain (Umar, 2008:179).
553
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 2, 2016 : 550 - 562
Salah satu teknik untuk menguji heterokedastisitas adalah dengan menggunakan Uji Glesjer. Dengan dasar pengambilan keputusan yaitu sebagai berikut: a. Jika nilai signifikan variabel independen > 0,05 maka tidak terjadi masalah hesteroskedastisitas. b. Jika nilai signifikan variabel independen < 0,05 maka terjadi masalah hesteroskedastisitas. 4. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi linier terdapat hubungan yang kuat baik positif maupun negatif antar data yang ada pada variabel-variabel penelitian (Umar, 2008:182). Salah satu metode pengujian yang dapat dilakukan untuk mengetahui terjadinya autokorelai atau tidak adalah dengan uji Runs Test. Kaidah keputusan dari metode Runs Test yaitu sebagai berikut: a. jika Asymp. Sig. (2-tailed) dibawah 0,05 (tingkat signifikan α = 5%), maka terjadi autokorelasi. b. jika Asymp. Sig. (2-tailed) diatas 0,05 (tingkat signifikan α = 5%), maka tidak terjadi autokorelasi. Analisis Regresi Linier Berganda 1. Persamaan Regresi Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh dari kurs USD, inflasi dan suku bunga SBI terhadap indeks harga saham sektor pertambangan. Model yang digunakan adalah sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e 2. Koefisien Korelasi (R) Korelasi digunakan untuk mengetahui kuatnya pengaruh antara variabel independen. Semakin besar nilai R, maka semakin tepat model regresi yang dipakai sebagai alat permainan, karena total variabel dapat menjelaskan variabel tidak benar. 3. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel independen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menerangkan variabel dependen sangat terbatas. Nilai koefisien determinasi yang mendekati satu berarti kemampuan variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk 4. Uji Simultan (Uji F) Uji simultan dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (Priyanto, 2008:83). 554
Kurs USD, Inflasi dan Suku Bunga SBI Terhadap Indeks Harga Saham (Shinta)
Pada tingkat signifikansi 5% dengan pengujian yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Jika signifikansi Fhitung < α 0,05 berarti ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan. b. Jika signifikansi Fhitung> α 0,05 berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan. 5. Uji Parsial (Uji t) Uji Parsial dimaksudkan untuk mengetahui variabel independen (kurs USD, inflasi, dan suku bunga SBI) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (indeks harga saham sektor pertambangan). Pada tingkat signifikansi 5% dengan pengujian yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Jika signifikansi Thitung < α 0,05 berarti ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. b. Jika signifikansi Thitung > α 0,05 berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. 6. Uji Dominan Untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh terhadap indeks harga saham sektor pertambangan (Y) dilakukan dengan melihat koefisien regresi baku (Standarized Coefficients) yang memiliki nilai paling tinggi atau nilai signifikansi thitung koefisien regresi yang paling kecil. Analisis dan Pembahasan Analisis Uji Asumsi Klasik Kriteria persyaratan asumsi klasik harus dipenuhi, yaitu sebagai berikut: 1. Uji Normalitas Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parametersa,b Most Extreme Differences
Test Statistic Asymp. Sig. (2-tailed)
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
23 -1.1594538 49.82257740 .130 .105 -.130 .130 .200c,d
Pada tabel di atas diperoleh hasil 0,200 lebih besar dari 0,05, berarti bahwa model regresi yang didapat adalah berdistribusi normal. 555
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 2, 2016 : 550 - 562
2. Uji Multikolonieritas Hasil Uji Multikolonieritas Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Coefficients Model B Std. Error Beta 1 (Constant) 6255.652 777.853 Kurs (X1) -.272 .021 -.990 Inflasi (X2) -7.018 13.081 -.039 Suku Bunga SBI (X3) -217.980 92.191 -.180 a. Dependent Variable: Indeks Harga Saham (Y)
Collinearity Statistics Tolerance VIF .895 .992 .895
1.118 1.008 1.118
Berdasarkan tabel diatas dapat di lihat sebagai berikut: 1) Nilai Tolerance X1 0,895 dan VIF 1,118 < 10, berarti tidak terjadi multikolonieritas variabel X1 dengan variabel lainnya. 2) Nilai Tolerance X2 0,992 dan VIF 1,008 < 10, berarti tidak terjadi multikolonieritas variabel X2 dengan variabel lainnya. 3) Nilai Tolerance X3 0,895 dan VIF 1,118 < 10, berarti tidak terjadi multikolonieritas variabel X3 dengan variabel lainnya. 3. Uji Heteroskedastisitas Hasil Uji Herteroskedastisitas Coefficientsa
Model 1 (Constant) Kurs (X1) Inflasi (X2) Suku Bunga SBI (X3) a. Dependent Variable: RES2
Unstandardized Coefficients B Std. Error -694.384 406.232 .022 .011 .571 6.832 67.854 48.147
Standardized Coefficients Beta .435 .017 .299
T -1.709 2.053 .084 1.409
Sig. .103 .053 .934 .174
Berdasarkan tabel diatas hasil Uji Glesjer didapati seluruh nilai signifikan ketiga variabel independen diatas nilai 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah hesteroskedastisitas pada model regresi. 4. Uji Autokorelasi Hasil Uji Autokorelasi Runs Test Test Valuea Cases < Test Value Cases >= Test Value Total Cases Number of Runs Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Median
Unstandardized Residual 29.24611 12 12 24 10 -1.044 .297
Pada tabel diatas menunjukan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,297 nilai berada diatas 0,05 berarti bahwa tidak terjadi autokorelasi. Analisis Regresi Linier Berganda 556
Kurs USD, Inflasi dan Suku Bunga SBI Terhadap Indeks Harga Saham (Shinta)
1. Persamaan Regresi Hasil Persamaan Regresi Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 6255.652 777.853 -.272 .021 -.990 -7.018 13.081 -.039
t 8.042 -13.031 -.536
Sig. .000 .000 .598
-.180
-2.364
.028
Model 1 (Constant) Kurs (X1) Inflasi (X2) Suku Bunga SBI -217.980 92.191 (X3) a. Dependent Variable: Indeks Harga Saham (Y)
Pengelolaan data tersebut menghasilkan suatu model regresi linier berganda sebagai berikut: Y = 6.255,652 – 0,272X1 – 7,018X2 – 217,980X3 + e Hasil regresi linier berganda disimpulkan sebagai berikut: a. Koefisien regresi kurs USD (X1) yang diukur melalui kurs bulanan mempunyai nilai sebesar -0,272, menyatakan apabila kurs naik sebesar 1 maka indeks harga saham sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia akan turun sebesar 0,272, dan apabila kurs turun sebesar 1 maka indeks harga saham sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia akan naik sebesar 0,272. b. Koefisien regresi inflasi (X2) yang diukur melalui inflasi bulanan mempunyai nilai sebesar – 7,018, menyatakan apabila inflasi naik sebesar 1 maka indeks harga saham sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia akan turun sebesar 7,018, dan apabila inflasi turun sebesar 1 maka indeks harga saham sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia akan naik sebesar 7,018. c. Koefisien regresi suku bunga SBI (X3) yang diukur melalui Suku bunga SBI bulanan mempunyai nilai sebesar -217,980, menyatakan apabila Suku bunga SBI naik sebesar 1 maka indeks harga saham sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia akan turun sebesar 217,980, dan apabila Suku bunga SBI turun sebesar 1 maka indeks harga saham sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia akan naik sebesar 217,980. 2. Koefisien Korelasi (R) Hasil Koefisien Korelasi Model 1
R .947a
Model Summaryb R Square Adjusted R Square .897 .881
Std. Error of the Estimate 84.11770
Pada tabel di atas diperoleh nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,947 atau 94,7 % yang berarti tingkat hubungan antara variabel kurs USD (X1), inflasi (X2) dan suku bunga SBI (X3) terhadap indeks harga saham
557
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 2, 2016 : 550 - 562
sektor pertambangan (Y) dibursa efek Indonesia termasuk dalam hubungan yang sangat kuat. 3. Koefisien Determinasi (R2) Hasil Koefisien Determinasi Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .947a .897 .881 84.11770 a. Predictors: (Constant), Suku Bunga SBI (X3), Inflasi (X2), Kurs (X1) b. Dependent Variable: Indeks Harga Saham (Y)
Pada tabel 4.12 diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,881 atau 88,1% secara serentak dalam menjelaskan variasi atau perubahan variabel terikat, didapati besarnya variabel bebas 88,1% sedangkan sisanya (100% - 88,1%) yaitu 11,9% dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel penelitian. 4. Uji Simultan (Uji F) Hasil Uji F Model 1 Regression Residual Total
ANOVAa Sum of Squares Df 1228292.978 3 141515.744
20
1369808.722
23
Mean Square 409430.993
F 57.864
Sig. .000b
7075.787
a. Dependent Variable: Indeks Harga Saham (Y) b. Predictors: (Constant), Suku Bunga SBI (X3), Inflasi (X2), Kurs (X1)
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai sig.Fhitung 0,000 lebih kecil dari α = 0,05, maka terdapat pengaruh secara simultan antara kurs USD, inflasi dan suku bunga SBI terhadap pergerakan indeks harga saham sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2015. 5. Uji Parsial (Uji t) Hasil Uji t Coefficientsa Unstandardized Coefficients B Std. Error 6255.652 777.853 -.272 .021 -7.018 13.081
Model 1 (Constant) Kurs (X1) Inflasi (X2) Suku Bunga SBI -217.980 92.191 (X3) a. Dependent Variable: Indeks Harga Saham (Y)
Standardized Coefficients Beta
t 8.042 -.990 -13.031 -.039 -.536 -.180
-2.364
Sig. .000 .000 .598 .028
a. Kurs USD dengan nilai sig.thitung koefisien regresi kurs (X1) diperoleh sebesar 0,000, maka kurs USD secara parsial berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham sektor pertambangan di BEI. b. Inflasi dengan nilai sig.thitung koefisien regresi inflasi (X2) diperoleh sebesar 0,598, maka inflasi secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham sektor pertambangan di BEI. 558
Kurs USD, Inflasi dan Suku Bunga SBI Terhadap Indeks Harga Saham (Shinta)
c. nilai sig.thitung koefisien regresi suku bunga SBI (X3) diperoleh sebesar 0,028, maka suku bunga SBI secara parsial berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham sektor pertambangan di BEI. 6. Uji Dominan Hasil Uji Dominan Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model B Std. Error 1 (Constant) 6255.652 777.853 Kurs (X1) -.272 .021 Inflasi (X2) -7.018 13.081 Suku Bunga SBI (X3) -217.980 92.191 a. Dependent Variable: Indeks Harga Saham (Y)
Standardized Coefficients Beta -.990 -.039 -.180
t 8.042 -13.031 -.536 -2.364
Sig. .000 .000 .598 .028
Tabel diatas menunjukan varibel yang paling dominan pengaruhnya terhadap indeks harga saham sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2015 adalah variabel kurs (X1) yaitu nilai beta sebesar 0,990 atau nilai sigifikansi thitung sebesar -13.031. Pembahasan 1. Pengaruh Kurs USD, Inflasi dan Suku Bunga SBI Secara Simultan Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan Dari hasil pengujian dengan menggunakan analisis regresi linier berganda diperoleh hasil bahwa kurs USD (X1), inflasi (X2) dan suku bunga SBI (X3) secara simultan berpengaruh terhadap indeks harga saham sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2015. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arifin (2014), Tobing (2009) dan Kurniadi (2013) bahwa secara simultan kurs, inflasi dan suku bunga SBI berpengaruh terhadap indeks harga saham. Kurs mengikuti hukum permintaan, dimana semakin tinggi permintaan, maka semakin tinggi (kuat) pula nilai kursnya sebaliknya semakin rendah permintaan maka semakin rendah (melemah) pula nilai kursnya. Ketika kurs melemah maka investor akan menahan atau menarik investasinya pada pasar modal karena berinvestasi pada pasar modal kurang menguntungkan karena deviden yang diterima akan rendah, aksi ini akan berimbas pada penurunan indeks harga saham pertambangan di Bursa Efek Indonesia. 2. Pengaruh Kurs USD Secara Parsial Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan Dari hasil pengujian dengan menggunakan analisis regresi linier berganda diperoleh hasil bahwa kurs (X1) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap indeks harga saham sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelilitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniadi (2013), yang menyatakan bahwa kurs secara parsial berpengaruh terhadap indeks harga saham. 559
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 2, 2016 : 550 - 562
Kurs mengikuti hukum permintaan, dimana semakin tinggi permintaan, maka semakin tinggi (kuat) pula nilai kursnya sebaliknya semakin rendah permintaan maka semakin rendah (melemah) pula nilai kursnya. Ketika kurs melemah maka investor akan menahan atau menarik investasinya pada pasar modal karena berinvestasi pada pasar modal kurang menguntungkan karena deviden yang diterima akan rendah, aksi ini akan berimbas pada penurunan indeks harga saham pertambangan di Bursa Efek Indonesia. 3. Pengaruh Inflasi Secara Parsial Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan Dari hasil pengujian dengan menggunakan analisis regresi linier berganda diperoleh hasil bahwa inflasi (X2) mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap indeks harga saham sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Arifin (2014), yang menyatakan bahwa inflasi secara parsial berpengaruh terhadap indeks harga saham, akan tetapi hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang di sampaikan oleh Tandelilin, jika inflasi meningkat maka akan menyebabkan permintaan saham menurun sehingga indeks harga saham juga menurun, sebaliknya jika inflasi turun maka permintaan saham akan meningkat sehingga indeks harga saham juga akan meningkat. 4. Pengaruh Suku Bunga SBI Secara Parsial Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan Dari hasil pengujian dengan menggunakan analisis regresi linier berganda diperoleh hasil bahwa suku bunga SBI (X3) mempunyai pengaruh signifikan terhadap indeks harga saham sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian dilakukan oleh Arifin (2014) yang menyatakan bahwa suku bunga SBI tidak mempunyai pengaruh terhadap indeks harga saham. Hasil penelitian ini menujukan bahwa jika suku bunga SBI tinggi maka indeks harga saham sektor pertambangan akan turun karena investor akan menarik modalnya di pasar modal dan menanamkan modalnya untuk tabungan maupun obligasi, sebaliknya jika suku bunga SBI turun maka indeks harga saham sektor pertambangan akan naik karena investor akan menarik modalnya yang ada di perbankan berupa tabungan maupun deposito dan menanamkan modalnya di pasar modal. Penutup Kurs USD, Inflasi dan Suku Bunga SBI secara simultan berpengaruh terhadap indeks harga saham sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia.
560
Kurs USD, Inflasi dan Suku Bunga SBI Terhadap Indeks Harga Saham (Shinta)
Secara parsial, hanya Kurs USD dan Suku Bunga SBI yang berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia, sedangkan Inflasi tidak pengaruh signifikan terhadap indeks harga saham sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia. Variabel Kurs USD merupakan variabel yang dominan pengaruhnya terhadap indeks harga saham sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia. Saran bagi investor yaitu agar memperhatikan naik turunnya kurs USD sebagai bahan pertimbangan dalam berinvestasi pada sektor pertambangan karena kurs merupakan variabel yang paling berpengaruh signifikan terhadapnya naik turunnya indeks harga saham. Memperhatikan tingkat suku bunga sebagai bahan pertimbangan dalam berinvestasi pada sektor pertambangan, karena jika suku bunga naik maka akan berpengaruh terhadap indeks harga saham dan menyebabkan harga saham turun. Memperhatikan tingkat inflasi sebagai bahan pertimbangan dalam berinvestasi pada sektor pertambangan, meskipun inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham sektor pertambangan, namun inflasi yang tinggi akan menyebabkan indeks harga saham turun begitupun sebaliknya. Bagi peneliti dengan topik sejenis disarankan untuk melakukan kajian lebih lanjut dengan memasukkan variabel bebas seperti harga emas, harga minyak dunia dan lain-lain, serta memperpanjang periode penelitian, agar diperoleh hasil yang lebih akurat mengenai indeks harga saham sektor pertambangan. Daftar Pustaka Anoraga, Pandji. 2001. Pengantar Pasar Modal. Renika Cipta, Jakarta. Arifin, Tri Moch. 2014. Pengaruh Inflasi, Suku Bunga SBI, Perubahan Kurs dan Standard & Poor’s Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Skripsi. Yogyakarta. Fahmi, Irham., Hadi, Yovi Lavianti. 2009. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Alfabeta. Bandung. Hasibuan, Malayu SP. 2006. Dasar-dasar Perbankan. PT Bumi Aksara. Jakarta. Horison Jr, Walter T., Horngren, Charles T., Thomas, C. William., Suwardy, Themin. 20011. Akuntansi Keuangan (edisi kedelapan, jilid 2). Erlangga. Jakarta. Husnan, Suad. 2005. Dasar-dasar Teori Portofolio & Analisis Sekuritas (edisi keempat). Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen. Yogyakarta. Kurniadi, Rachmat. 2014. Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga SBI dan Jumlah Uang Beredar (JUB) Terhadap Nilai Harga Saham Sektor Properti di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Jakarta.
561
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 2, 2016 : 550 - 562
Madura, Jeff. 2006. Keuangan Perusahaan Internasional, eight edition. Salemba Empat. Jakarta. Martono, Nanang. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta Priyatno, Duwi. 2008. Mandiri Belahar SPSS Untuk Analisis Data dan Uji Statistik.. Mediakom.Yogyakarta. Priyatno, Duwi. 2009. SPSS Untuk Analisis Korelasi, Regresi dan Multivariate. Gava Media.Yogyakarta. Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan (edisi ke empat, cetakan ke tujuh). Gadjah Mada. Yogyakarta. Sarjono, Haryadi., Julianita, Winda. 2011. SPSS VS LISREL (Sebuah Pengantar Aplikasi Untuk Riset). Salemba Empat. Jakarta. Sartono. 2008. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi (edisi pertama, cetakan ke tujuh. Ekonisia. Yogyakarta. Sudjana. 2007. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Sinar Baru Algesindo. Bandung. Sugioyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. CV Alpa Beta. Bandung. Sukirno, Sadono. 2010. Makro Ekonomi (teori pengantar edisi ke tiga). PT Raja Grasindo Persada. Jakarta. Sutrisno. 2009. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi (edisi ke enam). Ekonesia. Yogyakarta. Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis dan Manajemen Portofolio (edisi pertama). CV Alpa Beta. Bandung. Tobing, Rumilis L. 2009. Pengaruh Nilai Tukar, Inflasi dan Suku Bungan Sertifikat Bank Indonesia Terhadap Pergerakan Indek Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2008. Skripsi. Medan. Umar, Husien. 2008. Motode Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Widoatmodjo, Sawidji. 2006. Cara Sehat Investasi di Pasar Modal. PT Elex Media Koputindo. Jakarta. www.bi.go.id/moneter/kalkulator-kurs/default.aspk. (Diakses pada tanggal 12 Februari 2016 jam 14.16) www.duniainvestasi.com/bei/statistic. (Diakses pada tanggal 3 Februari 2016 jam 13.37) www.finance.yahoo.com/q/hp?s=^JKMING&a=00&b=1&c=2014&d=11&e=3 1&f=2015&g=d. (Diakses pada tanggal 2 Februari 2016 jam 12.22) www.hpli.org/tambang.php. (Diakses pada tanggal 3 Maret 2016 jam 13.47) www.idx.co.id/id-id/beranda/publikasi//statistik.aspx. (Diakses pada tanggal 14 Januari 2016 jam 09.46) www.indonesia-investment.com/news. Diakses pada tanggal 3 Maret 2016 jam 15.09) 562