PENGARUH KOMPOSISI MEDIA DAN PERBEDAAN POPULASI PADA PERTUMBUHAN CABUTAN PASAK BUMI (Effect of Media and Population on Growth of Pasak Bumi Seedling) XXXXXXXXXXXXXXXXXXX
ABSTRAK Pasak bumi merupakan salah satu jenis tumbuhan berkhasiat obat dari ekosistem hutan dipterocarpaceae. Diperlukan budidaya untuk memenuhi permintaan yang semakin meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi media dan perbedaan populasi pada pertumbuhan cabutan pasak bumi. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor yaitu perbedaan media [M] dan populasi [P]. Faktor media terdiri dari 4 aras yaitu yaitu top soil [M1]; top soil : pasir (1:1) [M2]; top soil : pasir : pupuk kompos (3:3:1) [M3] dan top soil : pupuk kompos (6:1) [M4]. Fakt or populasi terdiri dari 2 populasi yaitu populasi Samboja [P1] dan Taman Nasional Kutai (TNK) [P2]. Masingmasing komposisi media sebanyak 20 tanaman yang diulang sebanyak 3 kali. Hasil pembibitan menunjukkan bahwa persentase hidup tanaman antara 91,67-100%. Hasil analisis varian menunjukkan bahwa faktor media memberikan pengaruh yang sangat nyata pada pertumbuhan tinggi dan diameter tanaman pasak bumi. Untuk faktor populasi memberikan pengaruh yang sangat nyata pada pertumbuhan tinggi dan berpengaruh nyata pada pertumbuhan diameter. Populasi Samboja lebih unggul dalam hal pertumbuhan tinggi dibanding populasi TNK, namun sebaliknya untuk pertumbuhan diameter. Pada faktor media, penambahan kompos pada komposisi media [M3 dan M4] memberikan pengaruh pada pertumbuhan tinggi dan diameter. Kata kunci : pasak bumi, populasi, pertumbuhan tinggi, pertumbuhan diameter
ABSTRACT Pasak bumi is one of the useful medicine plants that can be found in dipterocarpaceae forest ecosystem. Cultivation is needed to meet the demand of this species.. This research aims to study the influence of media composition and the difference of the population on the growth of pasak bumi seedlings. This research used Completely Randomized Design with 2 (two) factors, namely difference of growing media(M) and population (P). Growing media factor consists of 4 (four) levels: top soil [M1]; top soil : sand (1:1) [M2]; top soil : sand : compost (3:3:1) [M3] dan top soil : compost (6:1) [M4]. While population factor consists of two populations, that are Samboja population [P1] and Kutai National Park Population [P2]. Each growing media consists of 20 plants with 3 replications. Result shows that survival rate of seedlings is between 91.67100%. The result of variant analysys shows that growing media has significant effect to height growth and diameter growth. The Samboja population has better result on height growth than TNK population, but it shows opposite result for diameter growth. Moreover, the addition of compost to growing media has an effect to height and diameter growth. Keyword : pasak bumi, population, height growth, diameter growth
potongan akar dan berupa gelas (Hady dan
I. PENDAHULUAN Pasak bumi (Eurycoma longifolia
Kurniawan, 2013). Permintaan akan pasak
Jack) merupakan salah satu jenis tumbuhan
bumi cukup menjanjikan. Kebutuhan di
berkhasiat
hutan
Balikpapan saja mencapai 1,2 ton/tahun,
dipterokarpa. Beberapa manfaat pasak bumi
terlebih lagi di Pulau Jawa hinga 74,61
seperti mencegah kerusakan hati (Tedifa,
ton/tahun
2009), mencegah osteoporosis (Effendy et
internasional, akar pasak bumi kering
al, 2012) dan anti malaria (Bhat dan Kasim,
diperdagangkan seharga 20-25 USD/kg,
2010).
selain itu produk ekstraknya 26 USD per
Di
obat
dari
ekosistem
Kalimantan,
diperdagangkan
dalam
pasak bentuk
bumi serbuk,
(Achmadi,
2009).
Di
pasar
Formatted: Left: 3.05 cm, Right: 2.54 cm, Top: 0.51 cm, Bottom: 2.29 cm
botol terdiri dari 60 kapsul (Bath dan Karim,
et al, 2013). Sedangkan secara vegetatif
2010).
dapat menggunakan teknik stek pucuk Selama ini pasak bumi dieksploitasi
dari hutan alam (Zuhud dan Hikmat, 2009).
(Susilowati et al, 2012) dan kultur jaringan (Rosmaina et al, 2015).
Eksploitasi yang tidak diimbangi dengan
Pada perbanyakan dengan cabutan
budidaya menyebabkan kelangkaan. Bahkan
alam, media sapih merupakan salah satu
tanaman pasak bumi telah diklasifikasi
faktor yang penting untuk pertumbuhan
dalam jenis langka dengan status “terkikis”
bibit. Penggunaan arang sekam murni untuk
(Rifai, 1992). Di negara tetangga Malaysia,
penyapihan terbukti memberikan hasil yang
sejak 2001 pasak bumi telah ditetapkan
baik (Susilowati, 2008). Namun demikian,
sebagai tumbuhan yang dilindungi. Kondisi
diperlukan variasi media sebagai alternatif
ini menyebabkan tekanan terhadap pasak
apabila media arang sekam tidak tersedia
bumi di Indonesia sebagai bahan baku
melimpah. Penelitian ini bertujuan untuk
semakin tinggi. Dampaknya, industri herbal
mengetahui pengaruh beberapa media sapih
negara Malaysia membeli pasak bumi secara
terhadap keberhasilan pembibitan pasak
besar-besaran dari Pulau Sumatera melalui
bumi secara cabutan. Hasil penelitian ini
pasar gelap (Zuraida et al, 2009).
diharapkan dapat bermanfaat dalam rangka
Salah
satu
upaya
yang
dapat
memberikan beberapa alternatif lain untuk
dilakukan yaitu dengan pengadaan bahan
pemilihan media sapih.
baku pasak bumi melalui budidaya secara
II. METODE PENELITIAN
intensif. Hal ini karena pasak bumi yang
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
memiliki potensi digunakan sebagai bahan baku
obat
akan
mengandalkan
Kegiatan penelitian dilaksanakan di persemaian Balai Besar Penelitian dan
pembudidayaan masal untuk memenuhi
Pengembangan
permintaan industri dalam jumlah besar dan
Dipterokarpa (B2P2EHD) di Samarinda,
kontinyu.
Kaltim. Secara geografis lokasi berada pada
Berdasarkan
permasalahan
Ekosistem
Hutan
penelitian
00o27’06,1” LU, 117o08’47,0” BT dan pada
mengenai budidaya pasak bumi. Pasak bumi
ketinggian 22 m dpl. Penelitian dilaksanakan
dapat
mulai bulan Mei sampai Desember 2015.
tersebut
maka
diperlukan
dibudidayakan
secara
generatif
maupun vegetatif. Secara generatif yaitu
B. Bahan dan Alat
dengan benih (Rayan et al, 2010), cabutan
Bahan penelitian yang digunakan
alam (Padua et al, 1999) dan puteran (Suharti
adalah cabutan pasak bumi (Eurycoma
longifolia Jack) asal cabutan yang diperoleh
memotong sebagian akar dan daun kemudian
dari 2 populasi (Tabel 1), sarlon net dengan
disapih ke polybag ukuran 12 x 18 cm
intensitas 60%, sungkup plastik transparan,
dengan variasi komposisi media. Tanaman
media tanam top soil, pasir dan kompos,
dengan kombinasi populasi dan media
label dan polybag 12 x 18 cm. Sedangkan
kemudian
peralatan yang digunakan meliputi pita
bedengan yang diberi sungkup plastik
survey, gembor, kaliper, meteran ukur, tally
transparan dibawah naungan sarlon net 60%.
sheet, gunting stek dan alat tulis.
Selama pembibitan, dilakukan pemeliharaan
C. Prosedur Penelitian
yang meliputi penyiraman, penyiangan,
disusun
secara
acak
dalam
Eksplorasi dan pengumpulan anakan
pemeliharaan dari serangan hama dan
pasak bumi dari 2 populasi. Dilakukan
penyakit serta tetap menjaga kelembaban
seleksi terhadap anakan yang ada dengan
dalam
tinggi mendekati seragam dan kenampakan
pengambilan data dilakukan pada umur 4
fenotip yang baik. Anakan dirapikan dengan
bulan setelah sapih.
sungkup.
Pengamatan
dan
Tabel (Table) 1. Informasi sumber materi genetik dari 2 populasi (Information of genetic material source of two population) Letak geografis (GPS point)
Samboja
00 59’34,1” – 01 01’21,5” BT 116o52’08,4” – 116o57’42,5” LS 00o21’45,0” – 00o22’52,0” BT 117o28’00,5” – 117o28’29,6” LS
Taman Nasional Kutai (TNK)
o
o
D. Parameter yang Diamati Parameter
penelitian
Kelembaba n (humidity) (%)
Sumber (Source)
52 – 109
Rata-rata curah hujan (average rainfall) (mm/tahun) 1.682-2.314
63 - 89
15 – 119
2.000
67 - 90
Adinugroho et al, 2007 Acep et al, 2014
Ketinggian tempat (altitude) (m dpl)
Lokasi (location)
Commented [A1]: Perhatikan jarak dan spasi table agar penyajian menarik Commented [A2]: Tolong ditulis kembali di bawah tabel sesuai dengan format
E. Pengolahan dan Analisis Data meliputi
Rancangan yang digunakan adalah
pertumbuhan tinggi dan diameter tanaman.
Rancangan Acak Lengkap dengan 2 faktor
Pengukuran tinggi dilakukan dari pangkal
yaitu perbedaan media [M] dan populasi
batang yang berbatasan dengan permukaan
[P]. Faktor media terdiri dari 4 aras yaitu
media sampai pucuk, sedangkan diameter
yaitu top soil [M1]; top soil : pasir (1:1)
dilakukan pada ketinggian 5 cm dari pangkal
[M2]; top soil : pasir : pupuk kompos
batang sesuai tanda batas yang dibuat.
(3:3:1) [M3] dan top soil : pupuk kompos (6:1) [M4]. Faktor populasi terdiri dari 2 populasi yaitu populasi Samboja [P1] dan
Commented [A3]: Tolong ditulis kembali di bawah tabel
Taman Nasional Kutai (TNK) [P2].
Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) (Steel
Masing-masing komposisi media sebanyak
dan Torie, 1995).
20 tanaman yang diulang sebanyak 3 kali.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dengan
demikian
keseluruhan
objek
Rata-rata persentase hidup cabutan
pengamatan dari kombinasi perlakuan
pasak bumi dari semua variasi adalah sebesar
sebanyak 380 tanaman.
97,3% dan berada dalam kisaran 91,67Formatted: Highlight
Untuk mengetahui variasi perbedaan
100%. Terdapat 3 kombinasi perlakuan
antar faktor dilakukan analisis varian. Model
dengan persentase hidup 100% yaitu M4P1,
linier yang digunakan adalah sebagai berikut
M1P2 dan M2P2. Selama jangka waktu
Commented [A4]: Apakah tidak lebih baik ditambahkan sebagai pengantar pembahsan setelah table 3…
(Steel dan Torie, 1995) :
mulai 10 minggu, pada anakan pasak bumi
Formatted: Highlight
Yijk = μ + Ri + Mj + Pk + Mj * Pk + Eijk dengan : Yijk : pengamatan pada ulangan ke i, komposisi media ke-j, populasi ke-k; μ : rerata umum pengamatan; Ri : pengaruh ulangan ke-i; Mj : pengaruh komposisi media ke-j; Pk : pengaruh populasi ke-k; Mj * Pk : pengaruh interaksi antara komposisi media ke-j dan populasi ke-k Eijk : random error
Apabila hasil analisis berbeda nyata dilakukan uji lanjutan dengan menggunakan
mulai menunjukkan adanya tunas baru. Sebanyak 9,17% dari keseluruhan cabutan telah muncul tunas. Jika dilihat berdasarkan asal populasinya, maka populasi Samboja memiliki lebih banyak bahan cabutan yang telah muncul tunas (11,67%) dibandingkan dengan populasi TNK (6,67%). Hasil analisis varian terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter seperti pada Tabel 2.
Tabel (Table) 2. Rekap hasil analisis varians untuk pertumbuhan tinggi dan diameter pasak bumi (Summary of variance analysis result on height and diameter growth of pasak bumi)
Commented [A5]: Penyajian semua table harap dirapihkan terutama kiri kanannya agar full margin…
Kuadrat Tengah (Mean Square) Sumber Variasi Derajat Bebas (Source of Variation) (Degree of Freedom ) Pertumbuhan tinggi Pertumbuhan diameter (Height growth) (Diameter growth) Media 3 52,716** 38,647** Populasi 1 273,639** 0,36* Media*Populasi 3 18,610** 17,946** Error 458 3,135 0,38 Jumlah 466 Keterangan (Remarks) : *berbeda nyata (significant); ** = berbeda sangat nyata (highly significant)
Hasil analisis varian menunjukkan
faktor
populasi,
memberikan
Commented [A6]: Konsistensi dijaga…penulisan angka di belakang koma…jika 3 angka di belakang koma, maka semua 3 angka di belakang koma. …cek semua penyajian angka di table maupun di substansi naskah.
pengaruh
bahwa variasi media serta interaksinya
berbeda sangat nyata pada pertumbuhan
dengan populasi memberikan perbedaan
tinggi, sedangkan pertumbuhan diameter
yang sangat nyata pada pertumbuhan tinggi
berbeda nyata.
dan diameter cabutan pasak bumi. Untuk Tabel (Table) 3. Pengaruh media terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter pasak bumi (Effect of media to height and diameter growth of pasak bumi) Karakter (Character)
Commented [A7]: Penyajian semua table harap dirapihkan terutama kiri kanannya agar full margin…
Perlakuan media (Media) Pertumbuhan tinggi Pertumbuhan diameter (Height growth) (Diameter growth) M1 2,0270 a 0,0774 a M2 2,7723 b 0,1209 a M3 3,4600 c 0,2657 b M4 3,5265 c 0,3118 b Keterangan (Remarks) : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% (Values followed by same letters are not significantly different at 5% significant level)
Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa penambahan
kompos
[M3
dan
M4]
cm) lebih baik dibanding TNK (2,16 cm). Namun
sebaliknya
untuk
pertumbuhan
memberikan pengaruh pada pertumbuhan
diameter, populasi TNK (0,19 mm) lebih baik
tinggi dan diameter serta berbeda nyata jika
dibanding Samboja (0,18 mm) walaupun
dibandingkan tanpa penggunaan kompos.
dalam kisaran yang sempit.
Pada pertumbuhan tinggi, penambahan pasir
Berdasarkan semua paparan hasil
pada top soil (1:1) [M2] sudah memberikan
diatas, maka dapat diketahui bahwa media
pengaruh yang berbeda nyata dibandingkan
sapih berperan dalam pertumbuhan semai
dengan penggunaan media sapih top soil saja.
pasak bumi tingkat persemaian. Penambahan
Untuk faktor populasi, dilihat berdasarkan
pupuk kompos terbukti memberikan hasil
nilai
yang
rata-ratanya
tampak
bahwa
pertumbuhan tinggi populasi Samboja (3,73
lebih
baik
dibandingkan
tanpa
menggunakan pupuk sama sekali. Hal ini
Formatted: Left: 2.54 cm, Right: 2.54 cm, Top: 2.54 cm, Bottom: 2.54 cm
berarti penambahan media kompos lebih baik
populasi yang memiliki kualitas unggul.
sebagai
bibit
Dalam penelitian ini, 2 populasi saja yang
dibandingkan dengan top soil saja. Beberapa
baru dapat diketahui. Populasi Samboja
sifat
unggul dalam hal pertumbuhan tinggi.
media
kimia
yang
pertumbuhan
dimiliki
kompos
menunjukkan bahwa kadar air kompos
Variasi
pertumbuhan
tinggi
dan
memiliki nilai yang lebih tinggi dibanding
diameter antar populasi Samboja dan TNK
tanah atasan. Hal ini menunjukkan bahwa
kemungkinan disebabkan oleh perbedaan asal
kemampuan menyimpan air pada media
sumber benih, dimana secara geografis letak
kompos lebih tinggi. Air bersama hara
dari sumber benih memiliki kisaran yang
tanaman lebih mudah terlindi pada tanah
cukup luas atau berjauhan antara satu dengan
atasan dibandingkan media kompos, sehingga
yang lain (Rohandi dan Widyani, 2010).
ketersediaan hara dari media kompos pada
Lebih lanjut Zobel dan Talbert (1984)
tanaman akan meningkatkan pertumbuhan
sebelumnya
tinggi, diameter dan bobot kering (Putri,
perbedaan antar pohon disebabkan oleh
2008).
perbedaan lingkungan tempat pohon tersebut
Commented [A8]: Tempatkan di awal atau tengah paragraph…
tumbuh, perbedaan genetik diantara pohon
Commented [A9]: Sebelum ini diberi kalimat pengantar mengapa Nitrogen perlu dikemukakan sebagai justifikasi.....apakah krn yg tidak memakai kompos di TNK/Samboja mengakibatkan dugaan tanaman kerdil/erganggu perakarannya?Karena begitu ganti paragraf terkesan tiba2 muncul bahasan N....yg notabene mmg unsur kimia yg dibutuhkan tanaman. Kecuali jika tdk paragraf terpisah.
Nitrogen merupakan unsur penting
telah
serta
memberikan
daun.
lingkungan dimana pohon tersebut tumbuh.
Tanaman yang kurang memperoleh nitrogen
Perbedaan geografi antar sumber benih
akan tumbuh kerdil dan sistem perakaran
mempengaruhi sifat genetik adalah besar.
yang terbatas. Tingginya bahan organik,
Menurut Soekotjo (2004) dalam Hakim
nisbah C/N dan nitrogen total dalam media
(2008), keunggulan suatu tanaman sangat
kompos menunjukkan bahwa jerapan N
ditentukan oleh asal sumber benih (populasi),
dalam media lebih tinggi, sehingga lebih
maka asal sumber benih perlu diperhatikan
tersedia bagi tanaman (Putri, 2008).
dalam kegiatan penanaman.
Faktor
hijau
perbedaan
pada
genetik
dengan
juga
Dalam hal pertumbuhan tinggi di
memberikan variasi pada pertumbuhan bibit
persemaian baik itu antar populasi maupun
tanaman. Hal ini telah terbukti pada jenis-
dalam populasi, kemungkinan pengaruh oleh
jenis tanaman perkayuan seperti Shorea
faktor genetik adalah besar. Sifat tinggi
leprosula
S.
termasuk salah satu sifat aditif yang kuat
gysbertsiana (Cahyono dan Rayan, 2012)
dipengaruhi susunan genetik (Soerianegara,
maupun jabon putih (Sudrajat, et al, 2014).
1970 dalam Jayusman, 2006). Hal ini sesuai
Untuk mendapatkan bibit tanaman pasak
pendapat Zobel dan Talbert (1984) yang
bumi yang unggul maka diseleksi dari
menjelaskan
(Mashudi
et
populasi
antara
bahwa
bagi pertumbuhan tanaman diatas tanah dan warna
interaksi
menjelaskan
al,
2012),
bahwa
pada
umumnya
Commented [A10]: Cari referensi primernya …..
Commented [A11]: Cari referensi primernya….bukan di dalam…
pertumbuhan tinggi tanaman lebih kuat dipengaruhi susunan genetik dibandingkan dengan
diameter.
pertumbuhan
Perkecambahan
dapat
secara
dan
langsung
dipengaruhi oleh genetik. Benih dengan genetik pertumbuhan cepat akan dapat memproduksi semai yang cepat tumbuh, jika lingkungan memungkinkan. Namun benih dengan genetik yang kurang baik akan tetap menghasilkan progeni yang kurang baik pula pada kondisi apapun (Schmidt, 2002). Maka dengan membandingkan bibit yang memiliki pertumbuhan tinggi terbaik, asumsinya telah membandingkan bibit dari beberapa populasi yang memiliki susunan genetik pembawa
Achmadi, S.S. 2009. Strategi Pengembangan Biofarmaka Kehutanan Pelajaran Terpetik dari Kalimantan Timur. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Kementerian Kehutanan. Bogor Adinugroho, W.C., D. Setiabudi, W. Gunawan, T. Atmoko dan Noorcahyati. 2007. Potensi dan Hambatan Pengelolaan Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Penelitian Samboja. Prosiding Seminar Pemanfaatan HHBK dan Konservasi Biodiversitas Menuju Hutan Lestari. Balai Penelitian Teknologi Perbenihan. Samboja : 108-118 Bhat, R. dan A.A. Karim. 2010. Tongkat Ali (Eurycoma longifolia Jack) : A. Review on its Ethnobotany and Pharmacological Importance. Fitoterapia 81 (2010) : 669-679 Cahyono, D.D.N. dan Rayan. 2012. Perbandingan Semai Empat Provenans Shorea gysbertsiana Burck di Persemaian. Jurnal Penelitian Dipterokarpa. 6 (1) : 67-73 Hady, M.L. dan Kurniawan A.F. 2013. Pemasaran Pasak Bumi di Kalimantan. www.pasakbumikalimantan.com 20 Mei 2013.
tinggi yang terbaik. V. KESIMPULAN 1. Dengan
Kutai 2013. Balai Taman Nasional Kutai. Bontang
pPenambahan
kompos,
memberikan pengaruh berbeda sangat nyata pada pertumbuhan tinggi maupun
Hakim, L. 2008. Variasi Pertumbuhan Empat Provenan Ulin (Eusideroxylon zwageri T. et B.) Kalimantan. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman 5 (2) : 91-97
diameter anakan Pasak Bumi dari 2
Jayusman. 2006. Evaluasi Keragaman Genetik Bibit Surian di Persemaian. Wana Benih 7 (1) : 1-8
populasi, Samboja dan TNK.
Kosala K. 2010. Uji Efek Proteksi Akar Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack) Terhadap Ulkus Lambung Tikus Yang Diinduksi Dengan Ligasi Pilori. Jurnal Media Sains 2 : 20853548
2. Faktor populasi memberikan pengaruh berbeda
nyata
pada
pertumbuhan
diameter, sedangkan pada pertumbuhan tinggi berpengaruh sangat nyata. Populasi Samboja menunjukkan hasil yang lebih baik pada pertumbuhan tinggi, namun pada pertumbuhan diameter sebaliknya. DAFTAR PUSTAKA Acep, U, Sumidi, A. Andriana, Z. Nisa, Annurahim, Y. Kabanga, E. Purwanto, S. Tamsir, A. Erwan, E. Harjanto, Djumadi, Juwadi, Suharsono, H.H. Sulistyo, A. Syukur, N. Tian dan A. Fatmasari. 2014. Statistik Taman Nasional
Mashudi, S. Pudjiono, Rayan dan M. Sulaeman. 2012. Pengaruh Asal Populasi dan Pohon Induk Terhadap Pertumbuhan Bibit Meranti Tembaga (Shorea leprosula Miq) Sebagai Materi Untuk Perbanyakan Klonal. Jurnal Penelitian Dipterokarpa. 6 (2) : 97-109 Padua, de L.S., Bunyapraphatsara, N. dan Lemmens, R.H.M.J. (Editors). 1999. Plant Resources of South-East Asia No. 12 (1). Medicinal and Poisonous Plants 1. Backhuys Publishers. Leiden. the Netherlands Putri, A.I. 2008. Pengaruh Media Organik Terhadap Mutu Bibit Cendana. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan 2 (1) : 1-8
Rayan, L. Suastati, Armansah dan Supriadi. 2010. Budidaya Tumbuhan Obat Jenis Pasak Bumi (Eurycoma sp) Pada Ekosistim Hutan Dipterocarpaceae. Laporan Akhir Penelitian Program Insentif Riset KNRT 2010 (Tidak Dipublikasikan). Balai Besar Penelitian Dipterokarpa Samarinda Rifai, M.A. 1992. Eurycoma longifolia Jack. Tiga Puluh Tumbuhan Langka Indonesia. Floribunda 2:1-28 Rohandi, A. dan N. Widyani. 2010. Pertumbuhan Tiga Provenans Mahoni Asal Kostarika. Tekno Hutan Tanaman 3 (1) : 7-11 Rosmaina, Zulfahmi, P. Sutejo, Ulfiatun dan Maisupratina. 2015. Induksi Kalus Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack) Melalui Eksplan Daun dan Petiol. Jurnal Agroteknologi Vol. 6 (1) : 33-40 Schmidt, L. 2002. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Sub Tropis 2000. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. Departemen Kehutanan. Jakarta Steel, R.G.D & J.H. Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistik Suatu Pendekatan Biometrik. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sudrajat, D.J., Y. Bramasto, I.Z. Siregar, U.J. Siregar, I. Mansur, N. Khumaida. 2014. Karakteristik Tapak, Benih dan Bibit 11 Populasi Jabon Putih (Anthocepalus cadamba Miq). Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. 11 (1) : 31-44 Suharti, T., Y. Bramasto dan N. Yuniarti. 2013. Kajian Pengembangan Tanaman Obat Dalam Sistem Agroforestri. Prosiding Seminar Agroforestri 2013. Kerjasama Balai Penelitian Teknologi Agroforestry-Fak. Pertanian Univ. Brawijaya-World Agroforestry CentreMasyarakat Agroforestri Indonesia. Ciamis : 66-71 Susilowati, A. 2008. Teknik Perbanyakan dan Kekerabatan Genetik Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack). Thesis (Tidak dipublikasikan). Pascasarjana IPB Bogor Susilawati, A., Supriyanto, I.Z. Siregar dan A. Subiakto. 2012. Perbanyakan Tanaman Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack) Melalui Stek Pucuk. FORESTA Indonesian of Jurnal Forestry I (1) : 25-29 Tedifa, 2009. Akar Pasak Bumi Cegah Kerusakan Hati. Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor Zuhud, E.A.M. dan Hikmat, A. 2009. Hutan Tropika Indonesia sebagai Gudang Obat bahan alam bagi kesehatan mandiri Bangsa. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Kementerian Kehutanan. Bogor. Zuraida, Lelana A. dan Nuroniah, H S. 2009. Perkembangan Biofarmaka Kehutanan. Bunga Rampai Biofarmaka Kehutanan Indonesia dari Tumbuhan Hutan Untuk Keunggulan Bangsa dan Negara. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Kementerian Kehutanan. Bogor. Zobel, B.J. dan J.T. Talbert. 1984. Applied Forest Tree Improvement. John Willey and Sons, Inc. Canada.