PENGARUH KARAKTERISTIK DEWAN KOMISARIS TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN GO PUBLIC INDONESIA
ARTIKEL
SUSMITA PERMANA NPM. 10.100.182.12.040
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
1
PENGARUH KARAKTERISTIK DEWAN KOMISARIS TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN GO PUBLIC INDONESIA 1
Susmita Permana, 2Zaitul, 3Herawati
1
Mahasiswa Magister Sains Manajemen, Program Pascasarjana, Universitas Bung Hatta 2 &3
Dosen Program Pascasarjana, Universitas Bung Hatta Email :
[email protected]
ABSTRACT Corporate governance (corporate governance) describes a set of relationships between the company's management, its board, its shareholders and stakeholders. With good corporate governance practices will increase the value of the company including financial performance, reduce the risk of adverse effects of management actions that tend to benefit themselves and to increase investor confidence. Performance of companies represent advances and setbacks of a company. Company's financial performance is the result of many individual decisions are made continuously by management. This study aims to find empirical evidence about the influence of the characteristics of the commissioners (independent board composition, board size, educational background commissioners and shareholding structure of the board of commissioners) on financial performance of the company listed Indonesa Stock Exchange. The study population is a company registered in the Indonesian Stock Exchange for the period 2006-2008 amounted to 430 companies, the number of companies that publish financial statements and other data required to complete this study amounted to 218 samples. Accidental sampling method used for the selection of samples where the population becomes incomplete data of listed companies can not be taken or done research. Hypothesis testing using multiple linear regression analysis. The results showed that the independent board composition and board size commissioner does not affect the company's financial performance. Educational background of the commissioners and commissioners shareholdings significant negative effect on the financial performance of the company. Firm size (size) and leverage a significant influence on the financial performance so variable firm size (size) and leverage as control variables expected to be able to eliminate the influence of external factors on the variables studied
Keywords : Independent board, board of commissioners, expertise and knowledge of the board of commissioners, stock ownership, ROA 1. PENDAHULUAN Perkembangan dunia usaha dalam dasawarsa terakhir ini telah menyentuh berbagai macam sektor dan mencapai pertumbuhan yang signifikan. Hal ini mendorong pelaku usaha untuk terus berusaha meningkatkan kompetensi ditengah ketatnya persaingan dan kondisi perekonomian yang tidak stabil. Pelaku usaha perlu menyikapi keadaan ini dengan meningkatkan kualitas manajerial terhadap
internal organisasi dan terus menjaga hubungan baik dengan stakeholdernya. Selain itu, organisasi juga perlu memiliki suatu tata kelola yang baik untuk menunjang tercapainya situasi ideal dan membantu meningkatkan kinerja perusahaan. Untuk mencapai hal tersebut, pelaku usaha perlu memiliki arahan dan pedoman yang jelas berkenaan dengan bagaimana tata kelola perusahaan dapat dilakukan dengan baik. Penerapaan tata kelola yang baik (good 2
corporate governance) diharapkan mampu menjadi landasan bagi pengelolaan perusahaan di Indonesia yang akan berdampak positif terhadap kinerja perusahaan secara keseluruhan. Tata kelola perusahaan (corporate governance) menjelaskan seperangkat hubungan antara manajemen perusahaan, dewan komisarisnya, pemegang saham dan stakeholder-stakeholdernya. Tata kelola perusahaan (good corporate governance) merupakan proses di mana komisaris dan auditor mengatur tanggung jawab mereka terhadap pemegang saham dan stakeholder. Bagi pemegang saham tata kelola perusahaan (corporate governance) dapat meningkatkan keyakinan mereka pada return yang adil dari investasi mereka, bagi stakeholder perusahaan, adanya tata kelola perusahaan (corporate governance) memberikan jaminan bahwa perusahaan akan mengelola dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat dengan cara-cara yang bertanggung jawab (Meier, 2005). Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa corporate governance dapat berjalan baik jika terdapat seperangkat aturan yang jelas untuk mengatur hubungan antara stakeholder dengan organisasi. Hal tersebut perlu dilakukan untuk menjaga hak dan kewajiban para pemegang saham dan seluruh stakeholder perusahaan agar dapat terakomodir dengan baik. Hal inilah yang melandasi diperlukannya suatu fungsi pengawasan yang independen berkenaan dengan pelaksanaan kebijakan yang dilakukan oleh pengelola perusahaan agar tidak merugikan stakeholder keseluruhan. Dengan praktek good corporate governance akan meningkatkan nilai perusahaan diantaranya kinerja keuangan, mengurangi resiko yang merugikan akibat tindakan pengelolaan yang cenderung
menguntungkan diri sendiri, dapat meningkatkan kepercayaan investor. Dalam hubungannya dengan kinerja, laporan keuangan sering dijadikan dasar untuk penilaian kinerja perusahaan. Salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan adalah Return On Assets (ROA). Return On Assets (ROA) merupakan rasio penting yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan investasi yang ditanamkan (asset yang dimilikinya) untuk mendapatkan laba. Di Indonesia implementasi good corporate governance masih buruk karena lemahnya perlindungan terhadap pemegang saham, tidak independensinya pengawasan komisaris serta kualitas audit laporan keuangan yang belum mapan, hal terbukti dengan kebangkrutan dua perusahaan besar Indonesia yaitu Bank Century tahun 2010 dan Batavia Air tahun 2013. Kondisi inilah yang melandasi bahwa keberadaan dewan komisaris perusahaan memiliki peranan penting dalam penerapan good corporate governance. Hal ini terjadi karena merekalah yang bertanggung jawab penuh terhadap pengawasan pengelolaan organisasi. Dengan demikian, dapat kita ketahui bahwa implementasi good corporate governance dalam suatu industri mutlak diperlukan karena hal ini akan menjamin terciptanya suatu tata kelola perusahaan yang lebih baik serta mampu meningkatkan nilai dan kinerja keuangan perusahaan. Penelitian ini merupakan modifikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2006) tentang pengaruh indikator mekanisme corporate terhadap kinerja perusahaan public Indonesia, Amyulianty (2012) tentang pengaruh struktur corporate governance terhadap kinerja perusahaan publik Indonesia, dan 3
penelitian Zaitul & Marlina (2012) tentang Struktur Dewan Komisaris dan Kinerja Perusahaan di Indonesia. Perbedaan penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian sebelumnya terletak pada sampel, objek dan waktu penelitian. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah komposisi dewan komisaris berpengaruh terhadap kinerja perusahaan go public Indonesia? 2. Apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan go public Indonesia? 3. Apakah latar belakang pendidikan dewan komisaris berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan go public Indonesia? 4. Apakah struktur kepemilikan saham dewan komisaris berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan go public Indonesia?
Hasil penelitian ini diperkirakan akan akan bermanfaat bagi objek penelitian dalam hal melengkapi temuan-temuan empiris di bidang manajemen keuangan bagi kemajuan dan pengembangannya dimasa yang akan datang serta dapat menjadi rujukan bagi penelitian selanjutnya tentang pengaruh karakteristik dewan komisaris terhadap kinerja keuangan perusahaan go public Indonesia dan dapat memberikan masukan kepada para pemakai laporan keuangan dan praktisi penyelenggara perusahaan dalam memahami dan menjalankan mekanisme corporate governace, sehingga dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Artikel ini akan dibagi atas beberapa bagian di antaranya adalah latar belakang penelitian, landasan teori dan pengembangan hipotesis, metodologi penelitian, hasil dan pembahasan, dan akhirnya di tutup dengan kesimpulan dan saran. 2. LANDASAN TEORI PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1
DAN
Teori utama yang terkait dengan corporate governance adalah agency theory yang dikembangkan oleh Jensen, M.C., and W. H. Meckling (1976). Teori ini memandang bahwa manajemen perusahaan sebagai “agents” bagi para pemegang saham, akan bertindak dengan penuh kesadaran bagi kepentingannya sendiri, bukan sebagai pihak yang arif dan bijaksana serta adil terhadap pemegang saham. Dalam perkembangan selanjutnya, agency theory mendapat respon lebih luas karena dipandang lebih mencerminkan kenyataan yang ada. Berbagai pemikiran mengenai corporate governance berkembang dengan bertumpu pada agency theory di mana pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku. Corporate Governance dapat didefinisikan sebagai seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan (FCGI, 2002). Menurut Linan (2000) terdapat empat prinsip dasar pengelolaan perusahaan yang baik. Keempat prinsip tersebut adalah: 1) Keadilan (fairness) yang meliputi: (a) Perlindungan bagi seluruh hak pemegang saham (b) Perlakuan yang sama bagi para pemegang saham. 2) Transparansi (transparancy) yang meliputi (a) Pengungkapan informasi yang bersifat penting (b) Informasi harus disiapkan, diaudit dan diungkapkan sejalan dengan pembukuan yang berkualitas (c) Penyebaran informasi harus bersifat adil, tepat waktu dan efisien. 3) Dapat
Corporate Governance 4
dipertanggungjawabkan (accountability) yang meliputi meliputi pengertian bahwa (a) Anggota dewan direksi harus bertindak mewakili kepentingan perusahaan dan para pemegang saham (b) Penilaian yang bersifat independen terlepas dari manajemen (c) adanya akses terhadap informasi yang akurat, relevan dan tepat waktu. 4) Pertanggungjawaban (responsibility) meliputi (a) Menjamin dihormatinya segala hak pihak-pihak yang berkepentingan (b) Para pihak yang berkepentingan harus mempunyai kesempatan untuk mendapatkan ganti rugi yang efektif atas pelanggaran hakhak mereka (c) Dibukanya mekanisme pengembangan prestasi bagi keikutsertaan pihak yang berkepentingan (d) Jika diperlukan, para pihak yang berkepentingan harus mempunyai akses terhadap informasi yang relevan. 2.2 Kinerja Keuangan Perusahaan Kinerja suatu perusahaan merupakan hasil dari suatu proses pencapaian suatu tujuan perusahaan yang diukur dengan standar. Penilaian kinerja perusahaan bertujuan untuk mengetahui efektivitas operasional perusahaan. Kinerja merupakan pengawasan terus menerus dan pelaporan penyelesaian program, terutama kemajuan terhadap tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kinerja perusahaan diukur dengan data fundamental perusahaan, yaitu data yang berasal dari laporan keuangan (Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Sucipto (2003) pengertian kinerja adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan ROA menunjukkan kemampuan atas modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang dimiliki
perusahaan untuk menghasilkan laba. ROA yang negatif disebabkan laba perusahaan dalam kondisi negatif pula atau rugi. Hal ini menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan secara keseluruhan belum mampu untuk menghasilkan laba (Hakim, 2006). 2.3 Karakteristik Dewan Komisaris Menurut FCGI (Forum for Corporate Governance in Indonesia), Dewan Komisaris memegang peranan yang sangat penting dalam perusahaan, terutama dalam pelaksanaan Good Corporate Governance. Menurut Egon Zehnder, Dewan Komisaris merupakan inti dari Corporate Governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Pada intinya, Dewan Komisaris merupakan suatu mekanisme mengawasi dan mekanisme untuk memberikan petunjuk dan arahan pada pengelola perusahaan. Mengingat manajemen yang bertanggungjawab untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing perusahaan, sedangkan Dewan Komisaris bertanggungjawab untuk mengawasi manajemen, maka Dewan Komisaris merupakan pusat ketahanan dan kesuksesan perusahaan. 2.3.1 Komposisi Dewan Komisaris Independen Komposisi dewan komisaris mengacu kepada proporsi dewan komisaris independen atas jumlah dewan komisaris. Salah satu indikator efektivitas dewan komisaris dalam melaksanakan fungsi pengawasan ditentukan oleh dewan komisaris independen (John & Senbet, 1998). Struktur governance di Indonesia memisahkan antara dewan komisaris dengan 5
dewan direksi. Menurut Peraturan Bursa Efek Indonesia (BEI), sedikitnya sepertiga dari anggota komisaris pada perusahaan publik yang terdaftar di BEI merupakan komisaris independen. 2.3.2 Ukuran Dewan Komisaris Ukuran dewan komisaris menentukan tingkat keefektifan pemantauan kinerja perusahaan. Salah satu argumen menyatakan bahwa makin banyak personil yang menjadi dewan komisaris dapat berakibat pada makin buruknya kinerja yang dimiliki perusahaan (Yermack 1996, Sundgrenn & Wells 1998 dan Jensen 1993). 2.3.3 Latar Belakang Pendidikan Dewan Komisaris Secara teoritis, dewan direksi merupakan media tepat untuk memonitor penyelesaian laporan keuangan perusahan, namun mereka harus memiliki keahlian yang cukup (Beekes et al., 2004). Latar belakang pendidikan yang harus dimiliki oleh dewan direksi dalam mengelola manajemen adalah seperti keuangan, akuntansi, teknologi informasi, pemasaran dan lain-lain. Oleh karena itu, latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh direktur akan menyelaraskan visi perusahaan dan akan mengurangi masalah keagenan serta biaya agensi (Fama & Jensen, 1983). 2.3.4 Kepemilikan Saham Dewan Komisaris Berdasarkan proporsi saham yang dimiliki, struktur kepemilikan dikelompokkan menjadi: (1) Kepemilikan Manajerial (Managerial Ownership/ insider Ownership) merupakan proporsi pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (direktur dan komisaris). (2) Kepemilikan institusional (Institutional Ownership) merupakan proporsi pemegang saham yang dimiliki oleh pemilik
institusional seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan lain kecuali anak perusahaan dan institusi lain yang memiliki hubungan istimewa (perusahaan afiliasi dan perusahaan asosiasi), (3) Kepemilikan saham oleh blockholders yaitu saham yang dimiliki perorangan dalam jumlah besar (diatas 25%) selama tiga tahun berturut – turut tetapi tidak termasuk dalam golongan kepemilikan insider. 2.4 Hipotesis H1.Komposisi Dewan Komisaris Independen berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan H2.Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan. H3.Latar Belakang Pendidikan Dewan Komisaris berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan. H4.Kepemilikan saham dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan. 3. METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan go public yang terdapat di dalam Bursa Efek Indonesia Tahun 20062008 yang berjumlah 430 perusahaan. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling disebabkan seleksi populasi menjadi sampel dimana data tidak lengkap dari perusahaan yang terdaftar tidak bisa diambil atau dilakukan penelitian. 3.2 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan data dokumentasi yaitu data sekunder yang berupa laporan keuangan perusahaan yang sudah go public dan dipublikasikan. Perusahaan go publik tersebut juga harus mempunyai data mengenai komposisi dewan komisaris 6
independen, jumlah anggota dewan publik dan data time series untuk tahun 2006 komisaris, latar belakang pendidikan dewan – 2008. Pengambilan data dalam penelitian komisaris, kepemilikan institusional dan ini mencakup 3 (tiga) periode dimaksud data tentang laporan konsolidasi perusahaan untuk melakukan uji stabilitas antara regresi secara lengkap yang dipublikasikan. Data tahun 2006-2008. laporan keuangan merupakan data cross Model penelitian dapat dilihat pada section dari semua jenis perusahaan go diagram dibawah ini. Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran Variabel Independen Komposisi Dewan Independen
Komisaris
Ukuran Dewan Komisaris Latar Belakang Dewan Komisaris
Variabel Dependen Kinerja Keuangan (ROA)
Pendidikan
Kepemilikan Saham Dewan Komisaris Size
Variabel Kontrol
Leverage 3.3 Teknik Analisa Data Teknik analisa data dibagi 2 bagian yaitu 1). Analisis kualitatif, bermaksud untuk menggambarkan karakteristik masingmasing variabel penelitian dengan cara menyajikan data kedalam tabel distribusi frekuensi, menghitung nilai pemusatan (nilai rata-rata, median, modus) dan nilai disperse (Standar deviasi dan koofisien variasi) serta menginterpretasikannya. 2). Analisis Kuantitatif, dilakukan untuk dapat menarik kesimpulan dari data hasil penelitian. Pada penelitian ini analisis kuantitatif terdiri dari uji asumsi klasik dan analisis regresi linear berganda. Uji asumsi klasik digunakan untuk mendapatkan penduga koefisien regresi yang
mempunyai error terkecil atau model regresi yang dihasilkan adalah mempunyai sifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimate) atau mempunyai sifat yang linear, tidak bias dan varian minimum. Adapun uji asumsi klasik adalah sebagai berikut: 1). Uji Normalitas, Data terdistribusi normal dapat dilihat dari jika nilai Probability Jargue-Bera> tingkat alpha 5%, maka data terdistribusi secara normal, sebaliknya jika nilai Probability Jargue-Bera< tingkat alpha 5%, maka data tidak terdistribusi secara normal. 2). Uji Multikolinearitas, Uji Multikolinearitas dilakukan dengan model regresi linear klasik apabila kita memiliki independen lebih dari satu. Syarat tidak terjadi multikolinearitas adalah jika nilai korelasi antar variabel 7
independen < 0,8. Jika nilai korelasi > 0,8 maka terjadi multikolinearitas. (Gujarati, 2003). 3). Uji Autokorelasi, Uji yang digunakan untuk mendeteksi adanya gejala autokorelasi adalah Durbin-Watson Statistic Test. Jika Durbin-Watsonnya antara -2 sampai 2 berarti tidak terjadi autokorelasi. (Gujarati, 2003). 4). Uji Heteroskedastisitas, Uji Heteroskedastisitas dilakukan dengan uji Glejser untuk mengetahui apakah data tersebar secara merata atau tidak yang kita inginkan tidak terjadi heteroskedastisitas atau sebaran data merata dan tidak membentuk suatu pola tertentu. Caranya dengan melihat white heteroskedastisity test, dimana nilai probability Obs*R-squared > 0,05 (alpha). Oleh karena nilai probability Obs*R-squared > 0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Variabel C BC BZ BEK BS SIZE LEV F-Statistik R Square
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum regresi data, uji intrumen berupa menghitung nilai pemusatan (nilai rata-rata, median, modus) dan nilai disperse (Standar deviasi dan koofisien variasi) dilakukan. Selanjutnya, uji asumsi klasik yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas. Hasil uji-uji diatas menunjukan bahwa distribusi data normal, uji multikolinearitas menunjukan bahwa variabel independen bebas dari masalah multikolinearitas, bebas dari permasalahan heteroskedastisitas dan autokorelasi. Hasil penelitian dapat di lihat dari tabel 1,
Tabel 1 Hasil Analisis Regresi Berganda Koefisien Probabilita -0.543810 -0.016730 0.025669 -0.010515 -0.084588 0.462447 -0.033715 13.71515 0.112837
Dari olahan data primer yang disajikan dalam tabel diatas, diperoleh persamaan regresi berganda seperti berikut ini: ROA = -0, 543810 - 0,016730 BC + 0,025669 BZ - 0,010515 BEK - 0,084588 BS + 0,462447 SIZE - 0,033715 LEV + ε Pengujian tentang kelayakan model menunjukan bahwa nilai signifikansi Fstatistik kecil dari 0,05 hal menunjukan bahwa model layak. Berdasarkan hasil uji hipotesis pertama yaitu variabel komposisi dewan
0.6208 0.1172 0.7839 0.0952 0.0131 0.0000 0.0000 Prob. F
Keterangan Ditolak Ditolak Diterima Diterima Signifikan Signifikan 0.000000
komisaris mempunyai nilai koefisien sebesar 0,0167 bertanda negatif dan nilai probabilitas 0,12 > 0,05 yang berarti bahwa komposisi dewan komisaris independen secara parsial tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama yang menyatakan komposisi dewan komisaris independen berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan ditolak, artinya semakin banyak atau semakin sedikit komposisi dewan komisari independen, tidak memberikan pengaruhnya terhadap 8
kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan penelitian oleh Kusumawati dan Riyanto (2005), Wulandari (2006), Ujiantho dan Pramuka (2007), Sam’ani (2008), Mutmainah (2012 dan Zaitul & Rini Marlina (2012). Hasil uji hipotesis kedua yaitu variabel ukuran dewan komisaris mempunyai nilai koefisien regresi sebesar 0,0257 bertanda positif dengan nilai probabilitas 0,274 > 0,10 yang berarti bahwa ukuran dewan komisaris tidak mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua ditolak, artinya bahwa banyak sedikitnya jumlah dewan komisaris, tidak mempengaruhi kinerja perusahaan. Hasil Penelitian ini mendukung hasil penelitian Jensen & Eisenberg et.al (1993), Beasley (1996), Yermack (1996), Sundregen dan Wells (1998), Midiastuty dan Machfoedz (2003), Raharja (2012) dan Sekaredi (2012). Hasil uji hipotesis ketiga yaitu variabel latar belakang pendidikan dan pengetahuan dewan komisaris mempunyai nilai koefisien regresi sebesar -0,0105 bertanda negatif dengan nilai probabilitas sebesar 0,09 < 0,10 yang berarti bahwa latar belakang pendidikan dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis ketiga diterima, artinya latar belakang pendidikan dan pengetahuan dewan komisaris mempengaruhi kinerja perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Basu et al (2007) dan Zaitul & Marlina (2012) Hasil uji hipotesis keempat yaitu variabel kepemilikan saham dewan komisaris mempunyai nilai koefisien regresi
sebesar 0,0846 bertanda negatif dengan nilai probabilitas sebesar 0,013 < 0,10 yang berarti bahwa kepemilikan saham dewan komisaris berpengaruh signifikan negatif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Dengan demikian hipotesis keempat diterima. artinya banyaknya jumlah saham yang dimiliki oleh dewan komisaris, mempengaruhi secara negatif terhadap kinerja perusahaan. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Murali dan Welch (1989) Kumar (2004), Midiastuty (2004),dan Uchida (2006) menunjukan bahwa kepemilikan saham oleh dewan direksi dan komisaris berpengaruh positif terhadap kinerja. Nilai koefisien regresi ukuran perusahaan (Size) adalah 0,462 dengan arah positif dan nilai signifikansi 0,000. Jika dibandingkan dengan nilai alpha (α = 0,10) maka terbukti bahwa nilai signifikansi lebih kecil dari alpha (0,000 < 0,10). Hal ini berarti bahwa ukuran perusahaan (SIZE) berfungsi sebagai variabel kontrol dimana Size mampu memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja perusahaan go public Indonesia. Yang bermakna bahwa ukuran perusahaan (SIZE) berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan go public Indonesia. Nilai koefisien regresi leverage (LEV) adalah 0,0337 dengan arah positif dan nilai signifikansi 0,000. Jika dibandingkan dengan nilai alpha (α = 0,10) maka terbukti bahwa nilai signifikansi lebih kecil dari alpha (0,000 < 0,10). Hal ini berarti bahwa leverage (LEV) berfungsi sebagai variabel kontrol dimana Leverage juga mampu memberikan pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan go public Indonesia. Yang bermakna bahwa
9
leverage (LEV) berdampak negatif terhadap kinerja perusahaan go public Indonesia. Variabel ukuran perusahaan (SIZE) dan leverage yang dijadikan sebagai variabel control untuk mengeliminir pengaruh faktorfaktor di luar variabel yang diuji mampu dilakukannya sehingga variabel kontrol yang dimaksudkan untuk melihat apakah dengan dimasukkannya variabel ukuran perusahaan dan leverage dalam suatu model, maka variabel independen secara signifikan menjadi semakin tinggi sehingga dapat memperkecil error term terbukti. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang mendukung bahwa perusahaan yang berukuran besar cenderung memiliki kinerja yang lebih baik. Black dkk. (2003) dan Gillan dkk. (2003) yang menemukan adanya hubungan negatif antara leverage dan kualitas corporate governance. Penelitian ini juga tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Suranta dan Midiastuty (2004) yang menyatakan bahwa semakin besar ukuran perusahaan, maka akan semakin besar kinerja perusahaan. 5. KESIMPULAN DAN SARAN Tujuan penelitian untuk menguji apakah Komposisi dewan komisaris independen, Ukuran dewan komisaris, Latar belakang pendidikan dan pengetahuan dewan komisaris, Kepemilikan saham dewan komisaris berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa Komposisi dewan komisaris independen secara parsial tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan, Ukuran dewan komisaris secara parsial tidak mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan, Latar belakang pendidikan dan pengetahuan dewan komisaris secara parsial berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan, Kepemilikan saham dewan komisaris secara parsial berpengaruh negatif
signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Secara simultan, variabel komposisi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, latar belakang pendidikan dan pengetahuan dewan komisaris, kepemilikan saham dewan komisaris mampu mempengaruhi kinerja secara positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Variabel ukuran perusahaan (size) memberikan pengaruh yang positif signifikan terhadap kinerja keuangan, Variabel leverage (size) memberikan pengaruh yang negatif signifikan terhadap kinerja keuangan. Penelitian ini berimplikasi terhadap teori dan praktik. Temuan ini memperkuat temuan sebelumnya dimana masih ditemukan kualitas implementasi corporate governance yang belum baik. Sedangkan, penelitian ini mempunyai kontribusi pada praktik dimana agar sistematis dan kontinu, pelaksanaan GCG oleh perusahaan dapat dilakukan melalui empat tindakan, yaitu: penetapan visi, misi, dan corporate values, penyusunan corporate governance structure, dan pembangunan corporate culture. Penelitian ini memiliki keterbatasan, diantaranya hanya mengamati tentang salah satu indikator mekanisme corporate governance, sehingga menghasilkan kesimpulan yang terbatas hanya mengenai pengaruh karakteristik dewan komisaris terhadap kinerja perusahaan. Dan rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan juga hanya menggunakan ROA, yang cenderung berfokus pada tujuan jangka pendek bukan jangka panjang., serta metode analisa. Keterbatasan di atas menjadi saran untuk peneliti selanjutnya dengan cara menambah sampel penelitian, menambah variabel dan menggunakan perspektif lain dalam menjelaskan karakteristik dewan
10
komisaris terhadap kinerja keuangan perusahaan. DAFTAR PUSTAKA Abdolmohammadi, M. J. and Wright, A. 1987. An Examination of the Effects of xperience and Task Complexity on Audit Judgments. The Accounting Review, 62: 1-13. Ahmed, K. dan J. K. Courtis. 1999. Association between Corporate Characteristics and Disclosure Levels in Annual Reports: A Meta-Analysis. British Accounting Review 31: 35-61. Alijoyo, Antonius & Subarto Zaini, Komisaris Independen: Penggerak Praktik GCG di perusahaan, Jakarta : PT. Indeks, 2004. Alijoyo, Antonius, Elmar Bouma, TB M Nazmudin Sutawinangun, dan M Doddy Kusadrianto. 2004. Review of Corporate Governance in Asia: Corporate Governance in Indonesia. Forum for Corporate Governance in Indonesia Almilia, Luciana Spica dan Lailul L. Sifa. 2006. “Reaksi Pasar Publikasi Corporate Governance Perception Index pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Simposium Nasional Akuntansi 9. Padang. 23-26 Agustus Arifin, Zaenal. 2005. “Hubungan Antara Corporate Governance dan Variabel Pengurang Masalah Agensi,” Jurnal Siasat Bisnis, Vol.1, No.10, Juni 2005, Hal. 39-55. Ariyoto, K, 2000, “Good Corporate Governance dan Konsep Penegakannya di BUMN dan Lingkungan Usahanya”. Majalah Usahawan No.10 tahun XXIX Oktober. Beasley, Mark S., 1996. An Empirical Analysis of The Relation Between The Board of Director Composition and
Financial Statement Fraud. The Accounting Review Volume 71, No 4, Oktober: 443-465 Beaver, H. William, and Ellen E. Engel. 1996. Discretionary Behavior with Respect to Allowances for Loan Losses and the Behavior of Security Prices. Journal of Accounting & Economics Volume 22. Agustus- Desember: 177206 Baysinger, B., Kosnik, R. D., & Turk, T. A. 1991. Effects of board and ownership structure on corporate R&D strategy. Academy of Management Journal, 34: 205-214 Beiner, S., W. Drobetz, F. Schmid dan H. Zimmermann. 2003. “Is Board Size An Independent Corporate Governance Mechanism?”. http://www.wwz.unibas.ch /cofi/publications/papers/2003/06.03.pdf Berghe, L. V., dan Ridder, L. D. 1999. International Standardization of Good Corporate governance: Best Practices for the Board of Directors. Boston: Kluwer Academic Publishers. Black, B. S., H. Jang, dan W. Kim. 2003. Does Corporate governance Affect Firms’ Market Values? Evidence from Korea. Working Paper (April). Boediono, Gideon SB., 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Boeker, W., Goodstein, J., Stephan, J., & Murmann, J. P. 1997. Competition in a multi-market environment: The case of market exit. Organization Science, 8: 126-142. Belkhir, Mohamed. 2005. Board Structure, Ownership Structure and Firm Performance: Evidence From Banking,
11
Laboratotare Economic di Orleans available at: http://ssrn.com. Bowen, R., Rajgopal, S., Venkatachalam, M., 2004, “Accounting Discretion, Corporate Governance and Firm Performance”, SSRN Working Paper, March Bradbury, M. E., Mak, Y. T. dan Tan, S. M., 2004 “Board Characteristics, Audit Committee Characteristics and Abnormal Accruals”, Working Paper, Unitec New Zealand dan National University of Singapore, Caprio, Levine., 20 Bryshaw, R. E dan Ahmed Eldin.(1989). The Smoothing Hipothesisand The Role of Exchange Differences. Journal of Business, Finance and Accounting, hal. 621-633. Bugshan, Turki, 2005, Corporate Governance, Earing Management and the Information Content of Accounting Earnings, Theoritical Model and Empirical Tests, A Dissertation, Bond University Quensland, Australia Bushee, B., 1998, “The Influence of institutional investors on myopic R&D investment behaviour”, The Accounting Review, Vol. 73, pp. 305-333. Cadbury Committee. 1992. Report of the Committee on the Financial Aspects of Corporate Governance. London: Gee. Carter MR. 2002. Soil Quality for Sustainable Land Management: Organic Matter and Aggregation Interactions That Maintain Soil Functions. J Agron 94:38-47 Chtourous. Marrakachi, Jean Bedard and Louucie Courteau, 2001, Corporate Governanca and earning management, Working paper, http:/papers,ssrn.com. Cornett, M, M.J. Marcus, Saunders, dan Tehranian H, 2006. Earning
Management, Corporater Governance, and True Financial Performance. http://papers.ssrn.com Darmawati, D. et al., 2004, “Hubungan Corporate Governance dan Kinerja Perusahaan,” Simposium Nasional Akuntansi VII, Denpasar Darsono. 2003. “Corporate Governance: State Of The Art.” Jurnal Bisnis Strategi. Vol. 7 Juli/Tahun V/2001 Daily, C., Dalton, D., 1994 “Board of directors leadership and structure: Control andperformance implications”, Entrepreneurship theory and practice, Vol. 17, pp. 65-81 Dechow, Patricia M., R.G. Sloan hal A.P. Sweeney. (1996). Causes And Consequences Of Earnings Manipulaton: An Analysis Of Firms Subject To Enforcement Actions By The SEC. Contemporary Accounting Research 13, 1-36 Drew, John T., dan Sarah,A Meyer. (2005). Color Management – A Comprehensive Guide for Graphic Designer. Rotovision, Switzerland Edy Suwito dan Arleen Herawaty. 2005. ”Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tindakan Manajemen Laba yang Dilakukan oleh Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo, 15-16 September 2005. Effendi, M. Arief. 2005. “Peranan Komite Audit dalam Meningkatkan Kinerja Perusahaan.” Jurnal Akuntansi Pemerintah, Volume 1, No. 1, Jakarta Eisenberg, T., Sundgren, S., Wells, M., “Larger board size and decreasing firm value in small firms”, Journal of Financial Economics, Vol. 48, 1998, pp. 35-54. 12
Eisenhardt, Kathleem. M. (1989). Agency Theory: An Assesment and Review. Academy of management Review, 14, hal 57-74 Fachrudin, Khaira Amalia (2011). Analisis Pengaruh Struktur Modal, Ukuran Perusahaan, dan Agency Cost Terhadap Kinerja Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 13, No. 1, Mei 2011: 37-46 Faisal, 2004, Analisis Agency Cost, Struktur Kepemilikan dan Mekanisme Corporate Governance, Simposium Nasional VII, Ikatan Akuntansi Indonesia Fama, E.F. and Jensen,MC. 1983, Sepration of Ownership and Control, Journal of law and Economics, 26, pp. 301-325 Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI). 2003. Indonesian Company Law. Available on-line at www.fcgi.org.id Fuerst, Oren dan Hyon Kang-Sok (2000), “Corporate Governance Expected Operating Performance, and Pricing”. Working Papers; Yale School of Management, pp. 1-138. Gujarati, Damodar. N. 2003. Basic Econometric, Mc.Graw Hill, New York Hardikasari, Eka. 2011. Pengaruh Penerapan Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Pada Industri Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2008. Skripsi Tidak Dipublikasikan, Sarjana Akuntansi, Universitas Diponegoro, Semarang Haris, W. (2004). Pengaruh Earnings Management Terhadap Kinerja Di Seputar SEO. Tesis S2. Magister Sains Akuntansi UNDIP. Tidak dipublikasikan Hastuti, Theresia Dwi. 2005. “Hubungan antara Good Corporate Governance dan
Struktur Kepemilikan dengan Kinerja keuangan (Studi Kasus pada Perusahaan yang listing di Bursa Efek Jakarta)”, Makalah SNA VIII, Solo. Herawaty, Vinola (2004). Peran Praktik Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan. Symposium Nasional Akuntansi VII, Denpasar, 2-3 Desember 2004. Hermalin, Benjamin dan Michael Weisbach, 2003, Boards of Directors as an Endogenously Determined Institution : a Survey of the Economic Literature, FRBNY Economic Policy Review 9, p 7-22. Herwidayatmo, 2000, “Implementasi Good Corporate Governance Untuk Perusahaan Publik Indonesia”, Usahawan No 10 Th XXIX Oktober 2000. Hiro Tugiman. 2000. Pengaruh Peran Auditor Internal Serta Faktor-Faktor Pendukungnya Terhadap Peningkatan Pengendalian Internal Dan Kinerja Perusahaan. Disertasi Doktor pada Universitas Padjadjaran Bandung. Husnan, Suad., 2001, Corporate Governance dan Keputusan Pendanaan: Perbandingan Kinerja Perusahaan Dengan Pemegang Saham Pengendali Perusahaan Multinasional dan Bukan Multinasional Jurnal Riset Akuntansi, Manajemen, Ekonomi Vol. 1 No.1. Februari 2001:1-12 Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta Salemba Empat. Imam Ghozhali. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang:Badan Penerbit Universitas Diponegoro 13
Jensen, M.C. dan W.H. Meckling. 1976. “Theory of the Firm: Managerial Behaviour, Agency Costs and Ownership Structure.” Journal of Financial Economics, Vol 13, pp. 305360. Kieso, Donald E and Jerry J Weygandt. 1995. Intermediate Accounting. Fourth Edition. John Willey and Sons : New York Kim, H.J., dan Soon Suk Yoon. 2008. The Impact of Corporate Governance on Earnings Management in Korea. Malaysia Accounting Review Vol. 7 No. 1. (Online), (http://web.ebscohost.com/ehost/pdf, diakses 7 Oktober 2009). Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). 2006. Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia. Jakarta Kusumastuti,Sari, dkk, Pengaruh Board Diversity Terhadap Nilai Perusahaan dalam Perspektif Corporate Governance, Jurnal Akuntansi dan Keuangan,Vol. 9:2, 2007 Lastanti, S, Hexana, 2004, “Hubungan Struktur Corporate Governance dengan Kinerja Perusahaan dan Reaksi Pasar,” Prosiding Konvensi Nasional Akuntansi IV, Jakarta Lestari, Ekowati. 2011. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan (Studi Kasus Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2007-2009. Skripsi Tidak Dipublikasikan, Sarjana Akuntansi, Universitas Diponegoro, Semarang Lorsch, Lipton, M., J., “A Modest Proposal for Improved Corporate Governance”, Business Lawyer, Vol. 48, Issue 1, Nov92, pp. 59-78.
Macey, J., and M. O’Hara., 2003, The Corporate Governance of Banks, Federal Reserve Bank of New York Economic Policy Review 9, no. 1 (April): 91-107. Maher dan Anderson, 2001, “Corporate Governance : Effect on Performance and Economic Growth”, Organization for Economic Co-operation and Development, http://
[email protected]. Maher, M., Andersson, T., 2000, “Corporate Governance: Effects on Firm Performance and Economic Growth”, OECD working paper. Mayangsari, S. 2003. Analisis Pengaruh Independensi, Kualitas Audit, serta Mekanisme Corporate Governance terhadap Inegritas Laporan Keuangan. Makalah SNA VI, hlm. 1255-1273. Midiastuti, Pranata P dan M. Machfoedz. 2003. “Analisis Hubungan Mekanisme Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba”. Oktober. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VI, Surabaya Moh’d et al. (1998). The Impact of Ownership structure on Corporate Debt Policy : a Time-Series Cross-Sectional Analysis : Fiinancial Review 33. Page 85-98 Mutmainah, Siti dan Anyta, (2011). Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Voluntary Corporate Governance Disclosure. Undergraduate thesis (unpublished), Universitas Diponegoro. Mizruchi, M. S. 1983. Who Control Whom? An Examination of the Relation between Management and boards of Directors in Large American Corporation. Academy of Management Review, 8, 426-435. 14
Nurudin. 2004, “Menggugat Pendidikan Hard Skill”, http://www.suaramerdeka.com/harian/0 410/04/opi04.htm, 28 Agustus 2007 Pfeffer, J., & Salancik, G. R. 1978. The external control of organizations. New York: Harper & Row Pradhono dan Yulius Jogi Cristiawan. (2004). Pengaruh Economic Value Added, Residual Income, Earnings dan Arus Kas Operasi terhadap Return yang diterima oleh Pemegang Saham (Studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta). Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 6, No. 2, Nopember. hal 140-166 Rahmawati, Suparno.Y, dan Qomariyah.N. 2006. “Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Simposium Nasional Akuntansi IX Padang Riyanto, B. 2005. Corporate Governace: Isu Penelitian Utama. Kompak (Forthcoming) Sam.ani, 2008. Pengaruh Good Corporate Governance dan Leverage Terhadap Kinerja Keuangan pada Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2004 – 2007. Tesis. Universitas Diponegoro Santoso, Ruddy. 2012. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kinerja Bank Merger di Indonesia Tahun 1998-2010. Research Project, Universitas Sebelas Maret, Surakarta Scott, W.R. 1997. Financial Accounting Theory, Prentice Hall. Inc Shleifer, A. and R.W. Vishny. (1997). “A Survey of Corporate Governance.” Journal of Finance, Vol.52. No.2. June, p.737-783.
Sekaredi, Sawitri, 2011. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan, Universitas Diponegoro, Semarang, 2011. Sukamulja, Sukmawati, 2004, “Good Corporate Governance di Sektor Keuangan: Dampak GCG Terhadap Kinerja Perusahaan”, Benefit, Voume 8, No. 1, Yogyakarta. The Business Rountable. 1997. “Statement On Corporate Governance”. http:// www.bussinessroundtable.org/pdf/11.pd f. Tri Gunarsih. 2003. “Riset Empiris Dalam Corporate Governance.” Seminar Sehari: Issues Application & Research In Corporate Governance Dalam Rangka Launching Pusat Studi Corporate Governance FE UTY. Ujiyanto, Muh.Arif dan Bambang Agus Pramuka. 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba, dan Kinerja Keuangan. Artikel yang Dipresentasikan pada Simposium Nasional Akuntansi X Makasar 26-28 Juli 2007 Xie, Biao, Wallace N Davidson III, and Peter J. Dadalt. 2003. Earnings Management and Corporate Governance: The Role of The Board and The Audit Committee. Journal of Corporate Finance Volume 9 Juni: 295316 Wailderdsak, N., & Suehiro, A. (2004). Top Executive Origins: Comparative Study between Japan and Thailand. Asian Business and Management, 3, 85-104. Weir, Charlie, David Laing, dan Phillip J. McKnight. 2000. An Empirical Analysis of The Impact of Corporate Governance Mechanisms on The Performance of UK Firm.
15
http://www.papers.ssrn.com/sol3/papers .cfm? abstract_id=286440 Wright, Peter, Mark Kroll, Ananda Mukhreji, Michael L. Pettus. 2009. “Do the Conti-ngencies of External Monitoring, Ownership Incentives, or Free Cash Flow Explain Opposing Firm Performance Expectations?”, Journal Management Governance, 13, pp. 215243. Wulandari, Ndaruningpuri, 2005, Pengaruh Indikator Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Publik di Indonesia, thesis, Program Magister Akuntansi, Universitas Diponegoro, Semarang. (Tidak Dipublikasikan) Yermack, D., 1996. Higher Market Valuation of Companies with Small Board of Directors. Journal of Financial Economics 40, 185-211. Yu, Frank. 2006. Corporate Governance and Earnings Management. Working Paper Zahra, S., Pearce, J., 1989, “Boards of directors and corporate financial performance: A review and integrative model”, Journal of Management, Vol. 15, pp. 291-334. Zaitul, & Marlina, 2012. Pengaruh Struktur Dewan Komisaris dan Kinerja Perusahaan Konstruksi, Real Estate dan Properti Indonesia, Jurnal, Universitas Bung Hatta, Sumatera Barat. Zulfikar, Syed., Noushen Zafar, dan Tahir Khan. 2009. Board Composition and Earning Managament: An Empirical Evidence Form Pakistani Listed Companies. ISSN:1450-2889 Edisi 3. www.eurojurnal.com
16