1
PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN AUTOMOTIVE AND ALLIED PRODUCT YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2007-2011
Oleh: DWI RAHMALIA NPM : 0811031028 TELP : 085269897778 E-mail :
[email protected] Pembimbing I : Susi Sarumpaet, S.E., Akt, M.B.A., Ph.D Pembimbing II : Pigo Nauli, S.E., M.Sc.
Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi pengaruh intellectual capital (yang diukur menggunakan metode VAICTM), modal fisik, dan modal finansial terhadap kinerja perusahaan (dengan proksi PER dan PBV).
Penelitian ini menggunakan Partial Least Square sebagai alat analisis. Perusahaan yang menjadi obyek pengamatan adalah perusahaan Automotive and Allied Product yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2007-2011.
Dari hasil pengujian dapat ditarik kesimpulan yaitu intellectual capital (yang diukur dengan VAICTM), modal fisik, dan modal finansial berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan Automotive and Allied Product selama tahun 20072011. Kata Kunci : VAICTM, Intellectual Capital, Modal Fisik, Modal Finansial, Kinerja Perusahaan, Partial Least Square.
2
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Fenomena intellectual capital mulai berkembang di Indonesia terutama setelah munculnya PSAK Nomor 19 tentang aktiva tidak berwujud. Menurut PSAK No. 19 aktiva tidak berwujud adalah aktiva non-moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif. Definisi tersebut mengandung penjelasan yaitu sumber daya tidak berwujud disebutkan seperti ilmu pengetahuan dan teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar, dan merk dagang. Elemen intellectual capital yang selanjutnya akan diuraikan belum diatur oleh PSAK, karena sifatnya yang tidak berwujud atau tidak terlihat (IAI, 2002 dalam Ulum dkk, 2008).
Di Indonesia pengakuan intellectual capital dan pelaporannya dalam neraca belum diperhatikan secara serius, sehingga elemen intellectual capital yang sebenarnya mungkin dikuasai oleh suatu perusahaan tidak diakui dan tidak dilaporkan sebagaimana mestinya. Implementasi intellectual capital merupakan sesuatu yang masih baru, bukan saja di Indonesia tetapi di lingkungan bisnis global. Pada umumnya kalangan bisnis masih belum menemukan jawaban yang tepat mengenai nilai lebih apa yang dimiliki perusahaan. Stewart (1997) dalam Kuryanto dan Syafruddin (2008) menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia cenderung menggunakan praktik akuntansi tradisional (praktik akuntansi yang berdasarkan sumber daya alam, sumber daya keuangan, dan aktiva
3
fisik lainnya) dalam menjalankan bisnisnya, sehingga produk yang dihasilkan belum maksimal akan kandungan teknologinya. Praktik akuntansi tradisional tidak mengungkapkan identifikasi dan pengukuran aktiva tidak berwujud pada organisasi, khususnya organisasi berbasis pengetahuan. Aktiva tidak berwujud ini seperti kompetensi staf, sistem komputer, dan hubungan dengan pelanggan tidak memperoleh pengakuan dalam model keuangan tradisional.
Menurut Pulic (1998) dalam Ulum dkk. (2008), tujuan utama dalam ekonomi yang berbasis pengetahuan adalah untuk menciptakan value added. Sedangkan untuk dapat menciptakan value added dibutuhkan ukuran yang tepat tentang physical capital (yaitu dana-dana keuangan) dan intellectual potential (dipresentasikan oleh karyawan dengan segala potensi dan kemampuan yang melekat kepada mereka). Lebih lanjut Pulic (1998) menyatakan bahwa intellectual ability (yang kemudian disebut dengan VAICTM) menunjukan bagaimana kedua sumber daya tersebut (physical capital dan intellectual potential) telah secara efisiensi dimanfaatkan oleh perusahaan.
Penelitian yang menghubungkan intellectual capital dengan kinerja perusahaan belum menunjukan hasil yang konsisten. Penelitian yang dilakukan oleh Ulum dkk. (2008), menunjukan bahwa secara statistik intellectual capital berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Firer dan Wiliams (2003), Chen et al. (2005) dalam Ulum dkk. (2008), juga menunjukan hasil yang sama bahwa intellectual capital mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Tetapi terdapat hasil yang berbeda dari penelitian Yuniasih dkk.
4
(2010) yang menyatakan tidak ada pengaruh positif antara intellectual capital dengan kinerja perusahaan.
Penelitian ini mereplikasi penelitian Ulum dkk. (2008). Perbedaannya terletak pada variabel bebas, variabel terikat, dan sampel penelitian. Penelitian Ulum dkk. (2008) variabel bebas diproksikan dengan VACA, VAHU, STVA, dan ROGIC. Variabel terikat diproksikan dengan ROA, ATO, dan GR. Sampel penelitian adalah sektor Perbankan. Sedangkan dalam penelitian ini, variabel bebas diproksikan dengan VACA, VAHU, dan STVA. Variabel terikat diproksikan dengan PER dan PBV. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor Automotive and Allied Product, serta peneliti menambahkan variabel kontrol yang diproksikan dengan modak fisik dan modal finansial agar mendapatkan model empiris yang lebih lengkap dan lebih baik.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Perusahaan Automotive and Allied Product yang Terdaftar di BEI Tahun 2007-2011”.
LANDASAN TEORI
A. Resources Based Theory (RBT) Resources Based Theory dipelopori oleh Penrose (1959) yang mengemukakan bahwa sumber daya perusahaan adalah heterogen, tidak homogen, jasa produktif yang tersedia berasal dari sumber daya perusahaan yang memberikan karakter unik bagi tiap-tiap perusahaan. Pendekatan RBT menyatakan bahwa perusahaan dapat mencapai keunggulan bersaing yang berkesinambungan dan memperoleh
5
keuntungan superior dengan memiliki atau mengendalikan aset-aset strategis baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud.
Empat kriteria sumber daya sebuah perusahaan mencapai keunggulan kompetitif yang berkelanjutan, yaitu: (a) sumber daya menambah nilai positif bagi perusahaan, (b) sumber daya bersifat unik atau langka diantara pesaing, (c) sumber daya sukar ditiru, dan (d) sumber daya tidak dapat digantikan dengan sumber lainnya oleh perusahaan pesaing.
B. Knowledge Based View (KBV) Pandangan berbasis pengetahuan perusahaan/Knowledge Based View (KBV) adalah ekstensi baru dari pandangan berbasis sumber daya perusahaan/ Resources Based Theory (RBT) dari perusahaan dan memberikan teoritis yang kuat dalam mendukung intellectual capital.
Pendekatan KBV membentuk dasar untuk membangun keterlibatan modal manusia dalam kegiatan rutin perusahaan. Hal ini dicapai melalui peningkatan keterlibatan karyawan dalam perumusan tujuan operasional dan jangka panjang perusahaan. Pandangan berbasis pengetahuan, perusahaan mengembangkan pengetahuan baru yang penting untuk keuntungan kompetitif dari kombinasi unik yang ada pada pengetahuan (Fleming 2001, Nelson dan Winter 1982).
Dari penjelasan tersebut, menurut RBT dan KBV, intellectual capital memenuhi kriteria-kriteria sebagai sumber daya yang unik untuk menciptakan value added. Value added ini berupa adanya kinerja yang semakin baik di perusahaan
6
C. Intellectual Capital Penulis dapat menyimpulkan bahwa intellectual capital merupakan sumber daya berupa pengetahuan yang tersedia pada perusahaan yang akan mendatangkan keuntungan di masa depan pada perusahaan tersebut. Sedangkan komponen-komponen intellectual capital itu sendiri antara lain: a. Value Added Capital Employed (VACA) adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh satu unit dari physical capital. Pulic (1998) mengasumsikan bahwa jika 1 unit dari CE (Capital Employed) menghasilkan return yang lebih besar daripada perusahaan yang lain, maka berarti perusahaan tersebut lebih baik dalam memanfaatkan CE-nya. b. Value Added Human Capital (VAHU) merupakan pengetahuan, skill, dan pengalaman yang dibawa pegawai ketika meninggalkan perusahaan (Starovic dan Mar dalam Astuti, 2005) yang meliputi pengetahuan individu suatu organisasi yang ada pada pegawainya (Bontis, Crossan dan Hulland dalam Astuti, 2005) yang dihasilkan melalui kompetensi, sikap, dan kecerdasan intelektual (Roos, Edvinson dan Dragonetti dalam Astuti, 2005). Value Added Human Capital (VAHU) menunjukan berapa banyak VA dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. c. Structural Capital Value Added (STVA) adalah jumlah structural capital yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan structural capital dalam penciptaan nilai (Ulum, 2008). Structural capital (modal organisasi) merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk
7
menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan, misalnya: sistem operasional perusahaan, proses manufacturing, budaya organisasi, filosofi manajemen dan semua bentuk intellectual property yang dimiliki perusahaan (Sawarjuwono, 2003). Metode VAICTM ini dikembangkan oleh Ante Pulic pada tahun 1998 yang didesain untuk menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari aset berwujud dan aset tidak berwujud yang dimiliki oleh perusahaan. VAICTM merupakan metode untuk mengukur kinerja intellectual capital perusahaan. Pendekatan ini relatif mudah dan memungkinkan untuk dilakukan karena menggunakan akun-akun dalam laporan keuangan perusahaan.
Intellectual capital yang dimiliki tiap perusahaan diyakini memiliki perbedaan, hal ini disebabkan oleh sektor industri yang mempunyai perbedaan di bidang operasinya. Beberapa peneliti menggunakan beberapa standar yang ada untuk melihat sektor-sektor idustri yang memiliki nilai intellectual capital yang tinggi. Salah satu standar yang cukup dipercaya untuk membedakan nilai intellectual capital (IC) yang dimiliki oleh perusahaan ialah klasifikasi Woodcock dan Whiting. Standar ini membedakan perusahaan yang meiliki nilai intellectual capital yang tinggi dan juga perusahaan dengan intellectual capital yang rendah. Dalam penelitian ini, penulis memilih sektor Automotive and Allied Product dikarenakan sektor tersebut merupakan sektor yang memiliki intellectual capital paling tinggi menurut klasifikasi Woodcock dan Whiting (2009).
8
D. Price to Earning Ratio (PER) Robert Ang (1997) menyatakan bahwa price to earning ratio digunakan untuk melihat bagaimana pasar menghargai kinerja saham suatu perusahaan terhadap kinerja perusahaan tersebut. Semakin besar PER suatu saham maka saham tersebut semakin mahal terhadap pendapatan bersih per sahamnya.
PER akan meningkat seiring dengan kenaikan harga sahamnya, sehingga PER yang tinggi juga menunjukkan bahwa harga saham cenderung tinggi dan return saham tersebut akan semakin tinggi pula. Hal tersebut juga dapat terjadi karena PER dapat menjadi petunjuk bagi indikator pertumbuhan laba (Cragg dan Malkiel dalam Penman, 1996) dan mengindikasikan pertumbuhan laba di masa mendatang (Penman, 1996).
E. Price to Book Value (PBV) Robert Ang (1997) menyatakan bahwa price to book value digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya. Rasio ini menunjukkan seberapa jauh perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan terhadap jumlah modal yang diinvestasikan, semakin tinggi rasio tersebut maka semakin berhasil perusahaan menciptakan return bagi pemegang saham (Siddharta Utama dan Anto Yulianto, 1998).
Perusahaan yang berjalan dengan baik, rasio PBV-nya diatas 1, hal ini menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Semakin besar rasio PBV maka semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para investor. Dengan demikian semakin tinggi rasio PBV akan berdampak positif terhadap
9
harga saham dari perusahaan yang bersangkutan, hal tersebut menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik dengan PBV yang semakin tinggi.
F. Desain Penelitian Variabel independen dalam penelitian ini adalah Intellectual Capital (IC) yang diproksikan oleh VACA, VAHU, dan STVA. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah variabel kinerja perusahaan yang difokuskan tentang kinerja pasar yang diproksikan oleh rasio PER dan PBV. Intellectual Capital
Kinerja Perusahaan
TM VACA (VAIC )
(KP)
PER
VAHU PBV STVA Gambar 1 Kerangka Penelitian Keterangan : VAICTM VACA VAHU STVA KP PER PBV
: : : : : : :
Intellectual Capital Value Added Capital Employed Value Added Human Capital Structural Capital Value Added Kinerja Perusahaan Price to Earning Ratio Price to Book Value
G. Pengembangan Hipotesis Hasil penelitian Chen et.al (2005) menunjukkan bahwa investor cenderung akan membayar lebih tinggi atas saham perusahaan yang memiliki sumber daya intelektual yang lebih dibandingkan terhadap perusahaan dengan sumber daya intelektual yang rendah. Harga yang dibayar oleh investor tersebut mencerminkan nilai perusahaan. Market value terjadi karena masuknya konsep modal intelektual
10
yang merupakan faktor utama yang dapat meningkatkan nilai suatu perusahaan (Abidin dalam Ulum 2009).
Menurut pandangan knowledge-based view yaitu apabila perusahaan dapat memanfaatkan intellectual capital untuk meningkatkan kinerja perusahaan, maka nilai perusahaan akan meningkat. Dengan nilai usaha yang tinggi membuat para investor melirik perusahaan tersebut untuk menanamkan modalnya. Hal ini sesuai dengan pandangan resource based theory, intellectual capital merupakan sumber daya unik yang mampu menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan menjadi semakin baik dan menciptakan nilai bagi perusahaan.
Rasio PER dan PBV yang rendah menunjukan persepsi pasar bahwa perusahaan hanya akan mengalami pertumbuhan yang rendah, sedangkan rasio PER dan PBV yang tinggi menunjukkan persepsi pasar yang baik terhadap pendapatan yang tinggi pada masa mendatang atau perusahaan memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi. Semakin tinggi intellectual capital (VAICTM) maka nilai perusahan akan meningkat dan membuat sahamnya akan banyak diminati oleh investor sehingga permintaan akan saham perusahaan tersebut akan naik dan menyebabkan harga saham menjadi naik. Oleh karena itu, intellectual capital diyakini memegang peran penting dalam meningkatkan nilai perusahaan di mata pelaku pasar modal.
Semakin baik perusahaan dalam mengelola ketiga komponen intellectual capital, yaitu Value Added Human Capital (VAHU), Value Added Capital Employed (VACA) dan Structural Capital Value Added (STVA) menunjukkan semakin baik perusahaan dalam menarik pasar untuk melihat prospek kemajuan
11
perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: Hipotesis: Terdapat pengaruh positif Intellectual Capital (VAICTM) terhadap Kinerja Perusahaan (KP) sektor Automotive and Allied Product di Indonesia.
METODE PENELITIAN
A. Variabel Penelitian 1. Variabel Independen Variabel independen dari penelitian ini adalah Intellectual Capital yang diukur dengan menggunakan model Pulic VAIC™ (Value Added Intellectual Coeffisient). Intellectual Capital yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kinerja intellectual capital yang diukur berdasarkan value added yang diciptakan oleh capital employed (VACA), human capital (VAHU), dan structural capital (STVA). Kombinasi dari ketiga value added tersebut disimbolkan dengan nama VAIC™ yang dikembangkan oleh Pulic (1998). Formulasi perhitungan VAIC™ adalah sebagai berikut: 1. Menghitung Value Added VA = OUT – IN Sumber : Pulic (1998)
Keterangan: Output (OUT) : Total penjualan dan pendapatan lain. Input (IN) : Beban dan biaya-biaya (selain beban karyawan). Value Added (VA) : Selisih antara Output dan Input
12
2. Menghitung nilai VACA, VAHU, STVA a. Value Added Capital Employed (VACA) : Rasio dari VA terhadap CE. Rasio ini menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap unit dari CE terhadap value added organisasi. Nilai CE adalah sebesar nilai buku aset bersih. VACA = VA/CE Sumber : Pulic (1998)
Keterangan: Capital Employed (CE) : Dana yang tersedia (ekuitas, laba bersih) b. Value Added Human Capital (VAHU) : Rasio dari VA terhadap HC. Rasio ini menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam HC terhadap value added organisasi. Nilai HC adalah sebesar beban gaji karyawan. VAHU = VA/HC Sumber : Pulic (1998)
Keterangan: Human Capital (HC ) : Beban karyawan. c. Structural Capital Value Added (STVA) : Rasio dari SC terhadap VA. Rasio ini mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai. Nilai SC merupakan selisih antara nilai VA dengan nilai HC. STVA = SC/VA Sumber : Pulic (1998)
d. Value Added Intellectual Coefficient (VAIC™): Mengindikasikan kemampuan intelektual organisasi. VAICTM = VACA + VAHU +STVA Sumber : Pulic (1998)
13
2. Variabel Dependen Variabel dependen penelitian ini adalah variabel kinerja perusahaan yang diproksikan oleh rasio PER dan PBV. a. Price to Earning Ratio (PER) Price to earning ratio (PER) merupakan salah satu indikator yang digunakan investor dalam menilai mahal tidaknya suatu saham. Rasio ini menggambarkan tingkat pengembalian investasi, yaitu berapa lama (tahun) investasinya (sebesar harga pasar suatu saham) dapat kembali. Secara teknis PER adalah hasil bagi antara harga saham dan laba bersih per saham. Harga saham di pasar merupakan harga yang berlaku. Sedangkan laba bersih merupakan laba bersih per saham proyeksi tahun berjalan (A.Manurung,2004) PER= Harga Per Lembar Saham Biasa Laba Per Lembar Saham Biasa b. Price to Book Value (PBV) Rasio PBV merupakan perbandingan antara harga saham dengan nilai buku ekuitas (Aggarwal et al., 1992 dan Wirawati, 2008). PBV = Harga Per Lembar Saham Biasa Nilai Buku per Lembar Saham Biasa Nilai buku ekuitas yang digunakan adalah nilai buku per 31 Desember (t), sedangkan harga saham penutupan yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga saham penutupan pada tanggal publikasi laporan keuangan auditan di website BEI. Penelitian ini tidak menggunakan harga saham tanggal 31 Desember dikarenakan laporan keuangan auditan belum diterbitkan pada tanggal tersebut
14
dan pasar belum mengetahui nilai buku ekuitas perusahaan sehingga harga pasar tanggal tersebut tidak mencerminkan nilai buku ekuitas perusahaan.
3. Variabel Kontrol a.
Modal Fisik Modal fisik adalah kekayaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan dan terdapat dalam neraca sebelah debet. Modal fisik mengacu pada setiap aset non-manusia yang dibuat oleh manusia dan kemudian digunakan dalam produksi. Terdapat dua jenis modal fisik yaitu aset lancar dan aset tetap. Modal fisik = Aset lancar + Aset tetap
b. Modal Finansial Modal finansial yaitu sumber-sumber dari mana dana diperoleh. Modal finansial mengacu pada dana yang diberikan oleh pemberi pinjaman (investor) atau dana yang disetor oleh pemilik untuk membeli peralatan modal riil untuk memproduksi barang / jasa. Modal finansial = kewajiban lancar + kewajiban tidak lancar + ekuitas
B. Populasi dan Penentuan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan Automotive and Allied Product yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 – 2011. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah metoda purposive sampling. Kriteria yang harus dipenuhi oleh sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
15
1. Sampel adalah sektor Automotive and Allied Product yang terdaftar di BEI yang mempublikasikan laporan keuangannya selama 5 tahun (2007-2011) dan tidak delisting selama periode penelitian. 2. Perusahaan Automotive and Allied Product tidak memperoleh laba negatif selama periode pengamatan. Laba negatif akan menyebabkan nilai modal intelektual perusahaan menjadi negatif.
C. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif dan merupakan data sekunder yang diperoleh dalam bentuk dokumentasi laporan keuangan yang rutin diterbitkan setiap tahunnya. Sumber data yang digunakan ini diperoleh melalui penelusuran dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD), website www.idx.co.id, Jakarta Stock Exchange (JSX).
D. Metode Analisis Data 1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), minimum, maksimum dan standar deviasi (Ghozali, 2006). Dalam penelitian ini, dengan melihat gambaran dari data-data yang ada, maka akan diperoleh informasi yang jelas mengenai pengaruh intellectual capital terhadap kinerja perusahaan.
2. Partial Least Square (PLS) Partial Least Square (PLS) merupakan metode analisis yang sangat baik karena tidak mendasarkan pada berbagai asumsi, dapat digunakan untuk memprediksi model dengan landasan teori yang lemah, dapat digunakan pada data yang
16
mengalami “penyakit” asumsi klasik, dapat digunakan untuk ukuran sampel kecil dan dapat digunakan untuk konstruk formatif dan reflektif (Jogiyanto, 2009).
Model analisis jalur semua variabel laten dalam PLS terdiri dari : 1. Outer model, yang menspesifikasi hubungan antara variabel laten dengan indikatornya. Model persamaannya dapat ditulis sebagai berikut: Untuk variabel laten VAICTM Formatif: 1=
X1
X1 +
X2
X2 +
X3
X3 +
1
Untuk variabel laten Modal Fisik Formatif: 2=
X4 +
X4
X5
X5 +
2
Untuk variabel laten Modal Finansial Formatif: 3=
X6
X6 +
X7
X7 +
X8
X8 +
3
Untuk variabel laten Kinerja Perusahan Formatif: =
Y1
Y1 +
Y2
Y2 +
4
2. Inner model, yang menspesifikasi hubungan antar variabel laten (structural model). Model persamaannya dapat ditulis sebagai berikut: =
1 1+ 2 2+ 3 3
X1
4
1 X1
y1 X2 X3
X2
1
X3
y2 2 2
X4
X4
X5
X5 3
X6 X6
X7 X8
Y1
X7 X8
3
Y2
17
Gambar 2 Diagram Jalur Partial Least Square (PLS) Keterangan: - X1 = VACA - X2 = VAHU - X3 = STVA - X1 = (lambda kecil), loading faktor indikator VACA - X2 = (lambda kecil), loading faktor indikator VAHU - X3 = (lambda kecil), loading faktor indikator STVA = (ksi) VAICTM - X4 = Aset Lancar - X5 = Aset Tetap - X4 = (lambda kecil), loading faktor indikator aset lancar - X5 = (lambda kecil), loading faktor indikator aset tetap - = (ksi) Modal Fisik - X6 = Kewajiban Lancar - X7 = Kewajiban Tidak Lancar - X8 = Ekuitas - X6 = (lambda kecil), loading faktor indikator Kewajiban Lancar - X7 = (lambda kecil), loading faktor indikator Kewajiban Tidak Lancar - X8 = (lambda kecil), loading faktor indikator Ekuitas - = (ksi) Modal Finansial - Y1 = PER - Y2 =PBV - Y1 = (lambda kecil), loading faktor indikator PER - Y2 = (lambda kecil), loading faktor indikator PBV - = (eta) Kinerja Perusahaan - 1 = (gamma) koefisien pengaruh variabel VAICTM terhadap Kinerja Perusahaan - 2 = (gamma) koefisien pengaruh variabel Modal Fisik terhadap Kinerja Perusahaan - 3 = (gamma) koefisien pengaruh variabel Modal Finansial terhadap Kinerja Perusahaan - 1 = vektor varibel residual VAICTM - 2 = vektor varibel residual Modal Fisik - 3 = vektor varibel residual Modal Finansial - 4 = vektor varibel residual Kinerja Perusahaan
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian Tabel 1 Sampel Penelitian No 1
Kriteria Perusahaan Automotive and Allied Product yang terdaftar di BEI tahun 2007-2011
Jumlah
Akumulasi 13
18
2
Perusahaan Automotive and Allied Product yang melakukan delisting tahun 2007-2011 dari BEI 3 Memiliki saldo laba negatif selama perioda pengamatan (2007-2011) Jumlah perusahaan sampel total selama periode penelitian
(2)
11
(2)
9 9
Sumber: Data sekunder yang diolah
B. Pengujian Hipotesis 1. Statistik Deskriptif Tabel 2 Hasil Uji Statistik Deskriptif N VACA 45 VAHU 45 STVA 45 AL 45 AT 45 KL 45 KTL 45 EK 45 PER 45 PBV 45 Valid N (listwise) 45 Sumber: Output SPSS, data olahan
Minimum -.7460 -20.6450 -6.0240 95004281416 39057271003 34628303463 2509964000 77839844496 .8000 .2400
Maximum 4.0620 142.3640 1.6960 7.E13 9.E13 5.E13 4.E14 8.E13 843.1200 7.0000
Mean .629911 7.885556 .453200 5.79E12 7.49E12 4.47E12 1.27E13 5.98E12 40.672889 1.798222
Std. Deviation 1.0643422 22.8744849 1.1952000 1.396E13 1.885E13 1.047E13 6.464E13 1.514E13 134.0900934 1.5226656
2. Hasil Pengujian Partial Least Square Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan software smartPLS 2.0. Pemilihan metode smartPLS didasarkan pada pertimbangan bahwa seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan variabel laten yang tidak bisa diukur secara langsung, variabel laten dibentuk dengan indikator formatif dan hasil penelitian ini akan dapat digunakan untuk melihat hubungan antar variabel laten berdasarkan indikator pembentuk variabel laten. PLS juga memungkinkan analisis sekaligus atas variabel laten dengan beberapa indikator. Model indikator dalam data penelitian ini merupakan model indikator formatif, yang mengasumsikan bahwa setiap indikator mempengaruhi konstruk. Arah hubungan kausalitas mengalir dari indikator ke konstruk laten dan indikator sebagai grup
19
secara bersama-sama menentukan konsep atau makna empiris dari konstruk laten (Jogiyanto, 2009).
a. Menilai Outer Model atau Measurement Model Parameter yang diukur ketika melakukan outer model konstruk reflektif berbeda dengan konstruk formatif. Pada konstruk reflektif, uji model pengukuran digunakan untuk uji validitas konstruk dan uji reliabilitas, maka pada konstruk formatif tidak dapat dilakukan uji reliabilitas karena masing-masing indikator dalam suatu variabel laten diasumsikan tidak saling berkorelasi (independen) sehingga nilai reliabilitas tidak dapat diukur. Selain itu, untuk uji validitas pada konstruk reflektif dilakukan dengan melakukan regresi antara masing-masing indikator terhadap variabel, sedangkan untuk konstruk formatif tidak karena konstruk formatif tidak memiliki nilai AVE, composite reliability, dan cronbachs alpha (Jogiyanto, 2009).
Dalam model reflektif, jika terdapat indikator dengan nilai convergent validity, composite reliability dan discriminant validity yang tidak memenuhi kriteria maka harus didrop dari model karena dianggap tidak valid. Namun dalam model formatif, dengan menghilangkan (dropping) satu indikator dalam model akan menimbulkan persoalan yang serius. Menurut para ahli psikometri, indikator formatif memerlukan semua indikator yang membentuk konstruk. Jadi menghilangkan satu indikator akan menghilangkan bagian yang unik dari konstruk laten dan merubah makna dari konstruk (Jogiyanto, 2009). Sehingga prosedur dropping tidak dapat diterapkan dalam model formatif (Vinzi et al., 2010). Hasil outer model berfungsi untuk mengetahui keandalan indikator, yaitu
20
indikator yang kuat ataupun yang lemah berkontribusi dalam membangun atau mendukung konsep pengukuran konstruk.
b. Menilai Inner Model atau Structural Model Pengujian inner model atau model struktural dilakukan untuk melihat hubungan antara konstruk, nilai signifikansi dan R-square dari model penelitian. Dalam menilai model dengan PLS dimulai dengan melihat R-square untuk setiap variabel laten dependen. Nilai R-square dapat digunakan untuk menilai pengaruh variabel laten independen terhadap variabel laten dependen apakah mempunyai pengaruh yang substantif. Pengambilan keputusan atas penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Melihat nilai outer model masing-masing indikator. Nilai T-statistic di atas 1.282 untuk p < 0.10; 1.645 untuk p < 0.05; dan 2.326 untuk p < 0.01 (one tailed). (Jogiyanto, 2009). 2. Melihat nilai inner model dari hubungan antar variabel laten. Nilai Tstatistic di atas 1.282 untuk p < 0.10; 1.645 untuk p < 0.05; dan 2.326 untuk p < 0.01 (one tailed). (Jogiyanto, 2009).
21
Gambar 3 Model Pengujian Partial Least Square (PLS)
a. Goodness-fit Model R Square IC M.Fisik M.Finansial KP
0.430816
Tabel 3 R-square Tabel 3 menunjukkan nilai R-square sebesar 0,430816. Variabel intellectual capital (VAICTM), modal fisik, dan modal finansial mampu menjelaskan variabel kinerja perusahaan (KP) sebesar 43,0816%, sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar model penelitian. b. Uji Outer Model atau Measurement Model
Gambar 4 Output Loading Factor dan Path Coefficient Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa konstruk dengan indikator formatif tidak dapat dianalisis dengan melihat convergent validity, composite reliability, dan
22
discriminant validity. Karena konstruk formatif pada dasarnya merupakan hubungan regresi dari indikator ke konstruk latennya, maka cara menilainya adalah dengan melihat nilai signifikansi dari koefeisien regresi tersebut yang terdapat pada output outer weights. Nilai Tstatistic di atas 1.282 untuk p < 0.10; 1.645 untuk p < 0.05; dan 2.326 untuk p < 0.01 (one tailed). (Jogiyanto, 2009).
Berdasarkan hasil pengujian outer model dengan PLS sebagaimana ditunjukkan gambar 4 di atas, diketahui bahwa dari tiga indikator yang membentuk VAICTM, VACA dan VAHU yang memiliki nilai t-statistics signifikan pada p < (0.01). Pada konstruk laten modal fisik, aset lancar signifikan pada p < (0.01) dan aset tetap signifikan pada p < (0.05). Pada konstruk laten modal finansial , indikator yang signifikan pada p < (0.01) adalah ekuitas dan kewajiban lancar. Sementara indikator-indikator untuk kinerja pasar hanya PBV yang signifikan pada p < (0.05). Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada tabel 4 Tabel 4 Result for Outer Weight Original Sample (O)
Sample Mean (M)
Standard Deviation (STDEV)
Standard Error (STERR)
T Statistics (|O/STERR|)
STVA -> IC
-0.407721
-0.363463
0.360702
0.360702
1.130352
VACA -> IC
1.062637
1.011624
0.185665
0.185665
5.723411***
t-stat > t-tabel (0.01)
VAHU -> IC
-0.837146
-0.821806
0.290137
0.290137
2.885351***
t-stat > t-tabel (0.01)
AL -> M.Fisik
8.447754
9.881822
3.490527
3.490527
2.420195***
t-stat > t-tabel (0.01)
AT -> M.Fisik
-7.615571
-9.307362
3.800820
3.800820
2.003665**
t-stat > t-tabel (0.05)
EK -> M.Finansial
-4.723461
-4.951129
1.513889
1.513889
3.120085***
t-stat > t-tabel (0.01)
KL -> M.Finansial
5.390991
5.438797
1.215964
1.215964
4.433512***
t-stat > t-tabel (0.01)
KTL -> M.Finansial
-0.008591
0.010174
0.112715
0.112715
0.076220
PBV -> KP
0.850387
0.679945
0.371250
0.371250
2.290605**
PER -> KP
0.272247
0.365053
0.415314
0.415314
0.655522
Keterangan: * signifikan pada p < 0.10; ** p < 0.05; *** p < 0.01 (1-tailed)
Keterangan
t-stat < t-tabel
t-stat < t-tabel t-stat > t-tabel (0.05) t-stat < t-tabel
23
Tabel 4 menunjukkan hasil pengujian outer model. Berdasarkan hasil uji outer model hipotesis penelitian, dapat dilihat bahwa untuk konstruk laten intellectual capital, indikator yang signifikan terhadap VAICTM pada perusahaan Automotive and Allied Product di Indonesia tahun 2007-2011 adalah Value Added Capital Employed (VACA) dengan nilai original sample 1,062637 dan nilai t-statistik 5,723411 serta Value Added Human Capital (VAHU) dengan nilai original sample 0,837146 dan nilai t-statistik 2,885351. Hal ini menunjukkan bahwa indikator VACA yang memiliki pengaruh paling tinggi terhadap VAICTM pada perusahaan Automotive and Allied Product di Indonesia, hal ini menggambarkan bahwa perusahaan tersebut mengandalkan tiap-tiap unit modal fisiknya sebagai faktor utama untuk menciptakan value added perusahaan, lalu mengembangan sumber daya manusianya (pengetahuan dan skill karyawan) dari setiap rupiah yang diinvestasikan untuk karyawan.
Pada konstruk laten modal fisik, seluruh indikator signifikan yaitu aset lancar dengan nilai Original Sample 8,447754 dan aset tetap dengan nilai Original Sample 7,615571. Pada konstruk laten modal finansial, indikator yang signifikan adalah ekuitas dengan nilai Original Sample 4,723461 dan kewajiban lancar dengan nilai Original Sample 5,390991. Pada konstruk laten kinerja pasar , indikator yang signifikan adalah Price to Book Value (PBV) dengan nilai Original Sample 0,850387.
c. Uji Inner Model atau Structural Model Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa IC (VAICTM) berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan (PER dan PBV). Selain itu,
24
peneliti menambahkan variabel kontrol berupa modal fisik dan modal finansial. Dalam konteks ini, intellectual capital, modal fisik, dan modal finansial diuji terhadap kinerja perusahaan pada tahun yang sama.
Gambar 5 Output Bootstrapping T-Statistik Pengujian inner model atau model struktural dilakukan untuk melihat hubungan antara konstruk. Penerimaan pengujian hipotesis yang diajukan dapat dilihat dari besarnya nilai t-statistik dari hubungan antar variabel laten. Nilai T-statistic di atas 1.282 untuk p < 0.10; 1.645 untuk p < 0.05; dan 2.326 untuk p < 0.01 (one tailed). (Jogiyanto, 2009). Tabel 5 Hasil Uji Inner Model Original Sample (O)
Standard Sample Deviation Mean (M) (STDEV)
Standard Error (STERR)
T Statistics (|O/STERR|)
Keterangan
IC -> KP
0.391257
0.423590
0.185690
0.185690
2.107043**
t-stat > t-tabel (0.05)
M.Fisik -> KP
0.200950
0.149470
0.152958
0.152958
1.313764*
t-stat > t-tabel (0.10)
M.Finansial -> KP
0.286111
0.241477
0.117445
0.117445
2.436119***
t-stat > t-tabel (0.01)
Keterangan: * signifikan pada p < 0.10; ** p < 0.05; *** p < 0.01 (1-tailed)
25
Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan hasil pengujian inner model atau model structural yang digunakan untuk melihat hubungan antar variabel laten (konstruk laten). Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa hipotesis secara utuh diterima. Artinya, Intellectual Capital berpengaruh terhadap kinerja perusahaan Automotive and Allied Product di Indonesia pada tahun 2007-2011. Sedangkan untuk variabel kontrol modal fisik dan modal finansial juga menunjukkan hasil yang sama yaitu berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Dari hasil statistik tersebut dapat diketahui bahwa modal finansial yang memiliki pengaruh paling tinggi terhadap kinerja perusahaan Automotive and Allied Product di Indonesia, artinya perusahaan tersebut masih mengandalkan dana-dana yang dimiliki perusahaan untuk menciptakan value added dami keberlanjutan perusahaan. Hasil ini mendukung penelitian Kuryanto (2008) yang berpendapat bahwa ada indikasi penggunaan modal fisik dan modal finansial yang masih mendominasi untuk memberi kontribusi pada kinerja pasar perusahaan.
Secara umum, hasil pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini relatif sama dengan penelitian yang dilakukan Ulum (2008) yang juga menyatakan bahwa intellectual capital berhubungan positif dengan kinerja perusahaan, penelitian yang dilakukan Tan et al. (2007) yang melakukan penelitian di Singapura, dan Chen et al. (2005) yang melakukan penelitian di Taiwan dengan menggunakan sektor perbankan menyatakan bahwa tiga komponen VACA, VAHU, dan STVA secara statistik signifikan untuk menjelaskan konstruk VAICTM dan juga signifikan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
26
Hasil dari penelitian ini berlawanan dengan penelitian yang dilakukan oleh Firer dan Williams (2003) untuk kasus perusahaan publik di Afrika Selatan dan penelitian Yuniasih (2010) dan Dimitrios Maditinos (2011). Dalam penelitiannya, Yuniasih menyatakan tidak ada hubungan positif antara intellectual capital perusahaan publik yang terdaftar di BEI terhadap kinerja perusahaannya. Sementara itu, Dimitrios Maditinos (2011) menyatakan bahwa hampir tidak ada bukti statistik relevan yang menunjukkan pengaruh VAICTM atas kinerja keuangan dan nilai pasar perusahaan, kecuali terdapat hubungan signifikan antara efisiensi human capital dengan kinerja keuangan.
Perusahaan Automotive and Allied Product di Indonesia secara umum telah mampu mengoptimalkan tiga elemen utama organisasi (human capital, structural capital, dan capital employed) yang berkaitan dengan pengetahuan dan teknologi yang dapat memberikan nilai lebih bagi perusahaan berupa keunggulan bersaing organisasi.
PENUTUP
A. Simpulan Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan sebagaimana yang telah disajikan pada bagian sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa simpulan: 1. Berdasarkan hasil pengujian Partial Least Square (PLS) diketahui bahwa secara statistik terbukti terdapat pengaruh positif intellectual capital terhadap kinerja perusahaan, khusunya kinerja pasar yang tercermin dalam
27
PER dan PBV perusahaan Automotive and Allied Product selama lima tahun pengamatan (2007-2011). Maka Hipotesis diterima. 2. Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan PLS diketahui secara statistik terbukti terdapat pengaruh positif modal fisik terhadap kinerja perusahaan Automotive and Allied Product yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007-2011. 3. Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan PLS diketahui secara statistik terbukti terdapat pengaruh positif modal finansial terhadap kinerja perusahaan Automotive and Allied Product yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007-2011. 4. Intellectual capital memiliki kontribusi yang lebih banyak dalam menciptakan value added perusahaan dibandingkan dengan modal fisik perusahaan.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian terdapat beberapa saran untuk perbaikan penelitian serupa di masa yang akan datang, yaitu : 1. Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan untuk meneliti pengaruh intellectual capital terhadap kinerja perusahaan tahun berikutnya. 2. Human Capital dalam penelitian selanjutnya sebaiknya memasukkan jenis tunjangan karyawan lainnya, tidak hanya menggunakan biaya gaji dan tunjangan karyawan bagian umum dan administrasi. 3. Memperluas penelitian dengan cara memperpanjang periode penelitian dan menambah sampel dengan memasukkan sektor-sektor lain.
28
C. Implikasi
1. Bagi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan BAPEPAM sebagai regulator, dapat menetapkan standar yang tepat mengenai pengungkapan intellectual capital dalam laporan keuangan perusahan. 2. Investor yang ingin berinvestasi pada perusahaan sebaiknya mempertimbangkan, tidak hanya modal fisik dan modal finansial perusahaan yang terdapat dalam laporan keuangan tapi juga intellectual capital perusahaan karena intellectual capital terbukti secara empiris berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Ante Pulic. 1998. Measuring the Performance of Intellectual Potential in Knowledge Economy (presented in 1998 at the 2nd McMaster World Congress on Measuring and Managing Intellectual Capital by the Austrian Team for Intellectual Potential) Astuti, P.D. dan A. Sabeni. 2005. Hubungan Intellectual Capital dan Business Performance. Simposium Nasional Akuntansi VII Solo. Badingatus Solikhah dan Abdul Rohman dan Wahyu Meiranto. 2010. “Implikasi Intellectual Capital terhadap Financial Performance, Growth dan Market Value; Studi Empiris dengan Pendekatan Simplistic Specification”. Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto. Chen, Ming-Chin, et.al. 2005. An Empirical Investigation of Relationship Between Intellectual Capital and Firm’s Market Value and Financial Performance. Journal of Intellectual Capial. Vol. 6 No.2, pp. 159-176. Bradford. Farah Mrgaretha dan Arief Rakhman. 2006. Analisis Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Market Value dan Financial Performance Perusahaan dengan Metode Value Added Intellecual Capital. Jurnal Bisnis Akuntansi Vol.8, No.2
29
Firer, S dan Williams, M. 2003. Intellectual Capital and Traditional Measures of Corporate Performance. Journal of Intellectual Capital. Vol. 4 No. 3, pp. 348-360. Ghozali, Imam. 2009. Ekonometrika. Teori, Konsep dan Aplikasi dengan SPSS 17. Semarang: Penerbit BPUNDIP. Ghozali, Imam. 2006. Structural Equation Modelling; Metode Alternatif dengan PLS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 19. Jakarta: Salemba Empat. Imam Ghozali. dan Anis Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Imaningati. 2007. Pengaruh Intellectual Capital pada Nilai Pasar Perusahaan dan Kinerja Perusahaan. Program Studi Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Jogiyanto. 2008. Metodologi Penelitian Sistem Informatika. Yogyakarta: Penerbit Andi Jogiyanto. 2009. Konsep & Aplikasi PLS untuk Penelitian Empiris. Yogyakarta: Penerbit BPFE-Yogyakarta. Kieso, Donald E. et al., 2001. Akuntansi Intermediate. Edisi Kesepuluh. Jakarta: Erlangga. Kuryanto, Benny dan M.syafruddin. 2008. Pengaruh Modal intelektual Terhadap Kinerja Perusahan. Simposium Nasional Akuntansi XI. Neil Rupidara. 2008. “Modal Intelektual dan Strategi Pengembangan Organisasi dan Sumber Daya Manusia”. Paper disajikan pada Diskusi Modal Intelektual UKSW. Salatiga, 21 Februari 2008. Pulic, A. 1998. Measuring the performance of intellectual potential in knowledge economy. available at: www.vaic-on.net Purnomosidhi, Bambang. Januari 2006. Praktik Pengungkapan Modal Intelektual pada Perusahaan Publik di BEJ. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol. 9, No. 1, Hal. 1-20. Sangkala. 2006. Intellectual Capital Management. Jakarta. YAPENSI Subramanyam dan John. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kesatu. Jakarta: Salemba Empat.
30
Subramanyam dan John. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kedua. Jakarta: Salemba Empat. Serra Ekowati, Oman Rusmana, dan Mafudi.2011. Penaruh Modal Fisik, Modal Finansial, Dan Modal Intelektual Tehadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia. Tim Penyusun. 2008. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Penerbit Universitas Lampung: Bandar Lampung. Ulum, Ihyaul, Imam Ghozali, dan Anis Chariri. 2008. Intellectual Capital Dan Kinerja Keuangan Perusahaan; Suatu Analisis Dengan Pendekatan Partial Least Squares. Simposium Nasional Akuntansi XI. Ulum, Ihyaul. 2009. Intellectual Capital: Konsep dan Kajian Empiris. Yogyakarta: Graha Ilmu. Woodcock, J., H.R. Whiting. 2009. “Intellectual Capital Disclosure by Australian Companies”. Paper accepted for presentation at the AFAANZ Conference, Adelaide, Australia. Juli 2009 Yuniasih, Ni Wayan, Dewa Gede Wirama, dan I Dewa Nyoman Badera. 2010. Eksplorasi Kinerja Pasar Perusahaan: Kajian Berdasarkan Modal Intelektual (Studi Empiris Pada Perusahaan Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia). Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto. _______ , Indonesia Capital Market Directory 2006 - 2011 ________. “Soft Copy Laporan Keuangan”. www.idx.co.id. ________.“Software Java Runtime Environment”. http://java.sun.com/j2se/1.4/2/download.html. (diakses Juni 2012). ________.”Software Smartpls 2.0 M3”. www.smartpls.de. (diakses Juni 2012). www.businessdictionary.com/definition/intellectual-capital.html www.duniainvestasi.com www.idx.co.id www.yahoofinance.com