Pengaruh Inokulasi Burkholderia cenocepacia KTG terhadap Retensi Air dan Hara Tanah Typic Udipsamment The Effect of Inoculation of Burkholderia cenocepacia KTG on Water Retention and Soil Nutrient in Typic Udipsamment Laksmita Prima Santi* Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia, PT Riset Perkebunan Nusantara, Jl. Taman Kencana No. 1, Bogor 16113
INFORMASI ARTIKEL
Riwayat artikel: Diterima: 30 Januari 2014 Disetujui: 16 Oktober 2014
Kata kunci: Tanah berpasir Eksopolisakarida Pupuk Hara makro Kelapa sawit Keywords: Sandy soil Exo-polysaccharide Fertilizer Macro nutrient Oil palm
Abstrak. Air merupakan unsur utama yang diperlukan dalam budidaya tanaman kelapa sawit terutama di tanah yang mempunyai tekstur berpasir karena memiliki pengaruh secara langsung terhadap pertumbuhan. Penelitian ini bertujuan menetapkan pengaruh pemberian bakteri penghasil eksopolisakarida terhadap retensi air, kadar hara tanah, dan pertumbuhan bibit kelapa sawit yang ditanam di dalam media tanah Typic Udipsamment. Sebanyak 107-109 cfu inokulan Burkholderia cenocepacia KTG diinokulasikan pada bibit kelapa sawit umur tiga bulan di dalam polibag serta dilanjutkan dengan pemberian pupuk NPK-Mg dengan dosis 50-75% dari dosis anjuran. Pengamatan retensi air, dilakukan selama enam bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian Burkholderia cenocepacia KTG dapat meningkatkan 11,2-61,6% retensi air tanah di dalam media tanam sehingga berdampak pula pada efisiensi penggunaan dosis pupuk. Serapan N, P, dan K pada daun bibit kelapa sawit tergolong tinggi sedangkan Mg tergolong optimum pada perlakuan ini. Pemberian 75% dari dosis anjuran pupuk NPK-Mg dan 109 cfu Burkholderia cenocepacia KTG bibit-1 menghasilkan bobot kering yang lebih tinggi pada bibit kelapa sawit umur enam bulan masing-masing 1,9% (daun), 10,5% (pelepah), 17,2% (batang), dan 23,2% (akar) jika dibandingkan dengan pemberian 100% dosis anjuran pupuk anorganik. Abstract. Water is an important constituent of a sandy and other types of marginal soil and it has direct impact on growth, particularly of water-sensitive crops such as oil palm. This study was conducted to determine the effects of exo-polysaccharide-producing bacteria on water retention, soil nutrients and the growth performance of oil palm seedlings on a Typic Udipsamment soil. Inoculation of the 107-109 colony forming units (cfu) of Burkholderia cenocepacia KTG in combination with 50-75% standard dosage of NPK-Mg fertilizers was made to a three-months old oil palm seedlings in polybags. The observation of water retention, soil nutrient, and oil palm seedlings growth was carried out for six months. Result indicates that the bacteria is capable of improving water retention of the soil used in this experiment (11.2 – 61.6%) and improve the fertilizer use efficiency. The N, P, and K nutrient absorptions of the leaves were high while the Mg content was optimum under this treatment. Plant biomass of a six-months old oil palm seedlings was higher 1.9% (leaf), 10.5% (frond), 17.2% (stem), and 23.2% (root) by application of 75% standard dosage NPK-Mg and 109 cfu Burkholderia cenocepacia KTG seed-1 than those applied by 100% standard dosage of NPK-Mg fertilizer.
Pendahuluan Sifat fisik tanah yang penting bagi pengembangan budidaya kelapa sawit adalah tekstur, struktur, kedalaman tanah, dan keberadaan batuan atau gravel yang mungkin akan menghalangi penetrasi akar kelapa sawit (Fairhurst and Hardter 2003). Agregat tanah yang bagus dengan porositas baik akan merangsang proliferasi akar sehingga * Corresponding author:
[email protected]
ISSN 1410-7244
perakaran kelapa sawit akan dapat memperoleh kelembaban pada zona tanah yang lebih dalam. Selanjutnya Yahya et al. (2010) mengatakan bahwa kemampuan akar tanaman kelapa sawit untuk tumbuh dan berkembang pada lapisan tanah yang lebih dalam untuk memperoleh air dan nutrisi akan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitasnya. Tanaman yang ditanam pada tanah tekstur berpasir seperti Typic Udipsamment umumnya lebih mudah mengalami kekeringan. Tanah jenis ini termasuk ke dalam
101
Jurnal Tanah dan Iklim Vol. 38 No. 2 - 2014
ordo Entisol, subordo Psamment, dengan karakteristik berlempung kasar, kuarsitik, terbentuk dari bahan induk deposit aluvium, campuran, dan subresen (Soil Survey Staff 2010). Sesuai dengan karakter tanah tersebut, maka kemampuan meretensi air dan unsur hara pada Typic Udipsamment sangat rendah. Jika terjadi defisit air yang cukup besar di area lahan yang luas dapat menghambat pertumbuhan dan produktivitas kelapa sawit. Setiap hari proses kehilangan air sebanyak 4-5 mm dapat terjadi melalui evapotranspirasi (Bakoume et al. 2013). Pada bibit kelapa sawit, kekeringan pada fase vegetatif ditandai dengan kondisi daun tombak tidak membuka, terhambatnya pertumbuhan pelepah dan kerusakan jaringan tanaman yang mengakibatkan daun pucuk dan pelepah mudah patah. Menurut Lubis (2008), kebutuhan air per pokok pada bibit kelapa sawit di pembibitan awal (pre nursery) adalah 0,10,3 liter hari-1, sedangkan di pembibitan utama (main nursery) diperlukan 1-3 liter bibit-1 hari-1. Pemanfaatan bakteri penghasil eksopolisakarida (BPE) dapat mendukung pembentukan mikroagregat untuk meretensi air. Hal ini memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan akar (Bronick and Lal 2005; Cambardella 2005). Lebih lanjut dinyatakan bahwa eksopolisakarida bakteri bersifat hidrokoloid serta memiliki kapasitas dalam merentensi air tanah sehingga dapat menurunkan kebutuhan air irigasi (Henao and Mazeaulina 2009). Biosintesis eksopolisakarida dipengaruhi oleh eksudat akar kelapa sawit. Peran BPE dalam agregasi bahan tanah tekstur berpasir dapat ditetapkan atas dasar jumlah air tersedia, kandungan total hara tanah khususnya hara makro, serapan hara daun, serta pertumbuhan vegetatif bibit kelapa sawit. Penetapan tersebut atas dasar asumsi bahwa pembentukan mikroagregat pada bahan tanah tekstur berpasir akan meningkatkan ketersediaan air, kecukupan unsur hara, dan akhirnya akan menghasilkan pertumbuhan bibit kelapa sawit yang sesuai dengan standar pertumbuhan bibit secara umum. Introduksi bakteri penghasil eksopolisakarida ke dalam tanah tekstur berpasir diharapkan menciptakan kondisi optimal bagi proses penyimpanan hara pupuk dan penyerapannya oleh akar tanaman. Beberapa peneliti telah melaporkan bahwa pemanfaatan bakteri tanah untuk tanaman pangan dan perkebunan memberikan dampak positif terhadap peningkatan produktivitas tanaman (Goenadi et al. 2005; Han and Lee 2005; Akbari et al. 2007; Santi et al. 2007). Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh inokulasi bakteri penghasil eksopolisakarida, Burkholderia cenocepacia (B. cenocepacia) KTG terhadap retensi air dan kadar hara di dalam tanah Typic Udipsamment. Pemanfaatan bakteri ini diharapkan dapat mengoptimalkan retensi air dan kandungan hara tanah di media pembibitan.
102
Bahan dan Metode Mikroorganisme Bakteri penghasil eksopolisakarida B. cenocepacia KTG diisolasi dari rizosfer kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Bakteri ini memiliki kemampuan dalam menambat N2 dan menghasilkan hormon pertumbuhan dengan nilai masing-masing 0,73 µmol g-1 (ARA) dan 78,9 ppm indole acetic acid (IAA). B. cenocepacia KTG dapat tumbuh pada kisaran pH 3-5 (Santi et al. 2010). Pengujian sifat hemolisis (Gerhardt et al. 1994) dan uji patogenisitas B. cenocepacia KTG terhadap tanaman tembakau (Umesha et al. 2008) menunjukkan hasil negatif. Perbanyakan B. cenocepacia KTG dilakukan di dalam medium ATCC No. 14 dengan komposisi (1 Liter): 0,2 g KH2PO4; 0,8 g K2HPO4; 0,2 g MgSO4.7H2O; 0,1 g CaSO4.2H2O; 2,0 mg FeCl3; Na2MoO4.2H2O (trace); 0,5 g ekstrak kamir; 20 g sukrosa; dan 15 g bakto agar dengan pengaturan pH akhir 7,2 (Santi et al. 2010). Inokulasi B. cenocepacia KTG dalam media pembibitan Bahan tanah untuk media bibit kelapa sawit adalah Typic Udipsamment yang diperoleh dari area perkebunan di Kalimantan Tengah yang terletak di 1○19′ – 3○ 36′ Lintang Selatan dan 110○ 25′ – 112○ 50′ Bujur Timur, Desa Pandu Senjaya, Kecamatan Pangkalan Lada, Kabupaten Kotawaringin Barat, dengan karakteristik fraksi pasir (61,3%), debu (22,9%), liat (15,8%), kapasitas tukar kation (5,9 cmol(+) kg-1), kerapatan lindak (1,11 g cm-3), Corganik (1,6%), pH (4,0-5,5), indeks kemantapan agregat rata-rata (40-50), dengan kadar N, P2O5, K2O, dan MgO masing-masing 0,12; 0,004; 0,001; dan 0,004%. Sebagai bahan tanam digunakan bibit kelapa sawit jenis Dura x Pisifera (D x P) asal Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan. Bibit terlebih dahulu ditumbuhkan dalam satu kg bahan tanah. Setelah disemai selama tiga bulan, bibit kelapa sawit dipilih untuk memperoleh bahan tanam yang seragam. Bibit kelapa sawit selanjutnya dipindahkan ke dalam polibag 40 x 60 cm berisi 20 kg tanah tersebut di atas. Untuk mengetahui pengaruh jumlah inokulan terhadap retensi air dan serapan hara di dalam tanah, sebanyak masing-masing 107 dan 109 cfu B. cenocepacia KTG diinokulasikan di sekitar perakaran bibit kelapa sawit dengan jarak kurang lebih 7-10 cm dari bibit. Pupuk anorganik yang diberikan untuk perlakuan inokulasi dan kontrol (tanpa inokulan) adalah NPKMg 15.15.6.4.TE dan 12-12-17-2.TE (trace element) dengan dosis 50-100% dari dosis anjuran untuk bibit umur 5-24 minggu (Tabel 1). Pemberian dosis pupuk an-organik dan kombinasi perlakuan inokulan disajikan pada Tabel 2.
Laksmita Prima Santi: Pengaruh Inokulasi Burkholderia cenocepacia KTG terhadap Retensi Air
Tabel 1. Dosis pupuk NPKMg-TE untuk bibit kelapa sawit Table 1. NPKMg-TE fertilizer dosage for oil palm seedling Minggu setelah tanam 5 6 7 8 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Cara aplikasi
Dosis (g) per polibag 1)
Siram (spray) Siram (spray) Siram (spray) Siram (spray) Tabur (spread) Tabur (spread) Tabur (spread) Tabur (spread) Tabur (spread) Tabur (spread) Tabur (spread) Tabur (spread) Tabur (spread)
Komposisi pupuk NPK 15.15.6.4.TE2) (150 ml/bibit) NPK 15.15.6.4.TE (150 ml/bibit) NPK 15.15.6.4.TE (150 ml/bibit) NPK 15.15.6.4.TE (150 ml/bibit) NPK 15.15.6.4.TE NPK 15.15.6.4.TE NPK 15.15.6.4.TE NPK 15.15.6.4.TE NPK 12.12.17.2.TE NPK 12.12.17.2.TE NPK 12.12.17.2.TE NPK 12.12.17.2.TE NPK 12.12.17.2.TE + Kieserite 10 g
0,5 1 1,5 1,5 3 3 4 4 5 5 7,5 7,5 7,5
1) Metode siram dan tebar = dilakukan dengan cara disiram atau ditebar di sekitar perakaran bibit kelapa sawit dengan jarak kurang lebih 7-10 cm dari bibit. 2) TE = Trace element
Tabel 2. Perlakuan dengan Rancangan Acak Kelompok Table 2. Treatments under the Randomized Blok Design No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Perlakuan 100% NPK-Mg, tanpa inokulan 109 cfu B. cenocepacia KTG + 100% NPK-Mg 109 cfu B. cenocepacia KTG + 75% NPK-Mg 109 cfu B .cenocepacia KTG + 50% NPK-Mg 107 cfu B. cenocepacia KTG + 100% NPK-Mg 107 cfu B. cenocepacia KTG + 75% NPK-Mg 107 cfu B. cenocepacia KTG + 50% NPK-Mg 109 cfu B. cenocepacia KTG 107 cfu B. cenocepacia KTG
Penelitian disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK) dengan sembilan perlakuan dan empat ulangan. Sebanyak sepuluh bibit kelapa sawit digunakan untuk setiap perlakuan, sehingga jumlah total bibit kelapa sawit yang digunakan dalam penelitian ini 360 bibit. Peubah yang diamati terdiri dari: (i) analisis retensi air tanah (Kurnia et al. 2006), (ii) kadar hara tanah dan daun N (metode Kjeldahl), P dan K (ekstrak HCl 25%), Mg (AAS), (iii) tinggi bibit, (iv) jumlah daun, (v) diameter batang, dan (vi) panjang dan lebar daun ke-1 dan ke-3. Analisis hara tanah dan daun mengacu pada metode yang dikemukakan Balai Penelitian Tanah (2009). Kadar hara tanah ditetapkan sebelum dan setelah perlakuan, sedangkan peubah lainnya ditetapkan setelah kegiatan penelitian berakhir yaitu pada saat bibit berumur enam bulan di pembibitan utama.
berbagai kekuatan tekanan pada selang waktu tertentu (biasanya 48 jam), sehingga mencapai titik keseimbangan, selanjutnya ditetapkan kadar air tanah (Kurnia et al. 2006). Tekanan yang diberikan terdiri atas 0,01 atm (pF 1); 0,1 atm (pF 2); 0,33 atm (pF 2,54) dan 15 atm (pF 4,2). Bahan tanah tidak terganggu diambil setebal satu cm dari bagian tenga h ring menggunakan tabung kuningan. Bahan tanah tersebut dibagi menjadi empat, masing-masing untuk pF 1, pF 2, pF 2,54, dan pF 4,2. Bahan tanah untuk penetapan kadar air pada pF 4,2 dikering-udarakan, ditumbuk dan disaring dengan ayakan 2 mm. Tanah untuk penetapan pF 1, pF 2, dan pF 2,54 diletakkan di atas piringan (plate) dalam pressure plate apparatus, sedangkan tanah untuk penetapan pF 4,2 diletakkan di atas piringan dalam pressure membrane apparatus. Bahan tanah dalam piringan dijenuhi dengan air sampai berlebihan dan direndam selama 48 jam. Piringan berisi contoh bahan tanah dimasukkan ke dalam panci dan ditutup rapat-rapat. Kemudian panci diberi tekanan sesuai dengan pF yang dikehendaki. Keseimbangan akan tercapai setelah sekitar 48 jam tekanan-tekanan tersebut bekerja. Contoh bahan tanah selanjutnya dikeluarkan dari dalam panci dan kandungan airnya ditetapkan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : KA (b/b) = (BTB – BTK) x 100% .............................. (1) BTK dimana:
Penetapan retensi air tanah Penetapan retensi air tanah dilakukan dengan memberikan tekanan pada contoh tanah jenuh air, dengan
KA (b/b) = Kandungan air (b/b) BTB = Bobot tanah basah BTK = Bobot tanah kering
103
Jurnal Tanah dan Iklim Vol. 38 No. 2 - 2014
Berdasarkan nilai kandungan air tanah yang sudah ditetapkan pada berbagai tekanan, maka dapat dihitung : a.
Pori drainase cepat, yaitu selisih kandungan air pada ruang pori total dan pF 2. Bilamana contoh tanah diambil dalam keadaan kandungan air tanah jauh di bawah kapasitas lapang, maka untuk tanah-tanah yang bersifat mudah mengembang dan mengkerut, persentase ruang pori total akan lebih rendah daripada pori pada kandungan pF 1. Dalam hal ini pori drainase cepat adalah selisih kandungan air pada pF 1 dan pF 2.
b.
Pori drainase lambat, yaitu selisih kandungan air pada pF 2 dan pF 2,54.
c.
Pori air tersedia, yaitu selisih kandungan air antara pF 2,54 (kapasitas lapang) dan pF 4,2 (titik layu permanen).
d.
Ruang pori total, yaitu volume seluruh pori-pori di dalam suatu volume tanah yang dinyatakan dalam persentase. Ruang pori total dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
RPT (%Vol.) = (1 – BI) x 100% ................................... (2) BJP dimana: RPT = Ruang pori total BI = Bobot isi BJP = Bobot jenis partikel Hasil analisis retensi air dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 3.
Hasil dan Pembahasan Prinsip utama dari kegiatan penelitian yang dilakukan adalah mengoptimalkan retensi air dan cadangan unsur hara makro di dalam media tanam Typic Udipsamment melalui inokulasi B. cenocepacia KTG. Ketersediaan air
dan cadangan unsur hara makro di dalam media tanam tersebut masing-masing diharapkan memberikan dampak langsung dan tidak langsung terhadap pertumbuhan bibit tanaman. Dari hasil kegiatan penelitian ini diketahui bahwa media tanah Typic Udipsamment yang diinokulasi dengan B. cenocepacia KTG dapat meningkatkan rentensi air sebesar 11,2-61,6% jika dibandingkan dengan media tanpa inokulan (Tabel 4). Pengaruh pemberian pupuk majemuk NPK-Mg dan inokulan B. cenocepacia KTG terhadap status hara di dalam tanah terlihat nyata pada status hara P dan K. Pada pengamatan bulan keenam setelah aplikasi, kadar hara P dan K di dalam tanah meningkat sementara untuk kadar hara N tetap. Pemberian 75% dari dosis anjuran pupuk NPKMg dan inokulan sebanyak 107 cfu menghasilkan status hara P dan K pada media tanah Typic Udipsamment yang lebih tinggi jika dibandingkan perlakuan pemberian 100% dosis anjuran pupuk tanpa inokulan. Dari semua perlakuan yang diujikan, pemberian inokulan B. cenocepacia KTG tidak memberikan pengaruh terhadap kadar N total tanah Typic Udipsamment (Tabel 5). Hal ini mudah dipahami karena menurut Jones et al. (2007) dan Gordon (2014) unsur nitrogen di dalam tanah sangat mudah mengalami proses volatilisasi, leaching, dan hilang melalui proses evaporasi. Kadar hara N dan P daun bibit kelapa sawit pada perlakuan pemberian pupuk dosis 100% anjuran tidak berbeda nyata dengan kadar hara N dan P daun bibit kelapa sawit dengan perlakuan pengurangan dosis pupuk 25-50% dan diinokulasi dengan 107-109 cfu B. cenocepacia KTG. Kadar K daun bibit dengan perlakuan 100% tanpa inokulan berbeda nyata dengan pemberian inokulan B. cenocepacia KTG yang dikombinasikan dengan pengurangan dosis pupuk 25-50%. Sementara itu rata-rata kadar hara Mg daun bibit kelapa sawit sama untuk semua perlakuan (Tabel 6). Dari hasil tersebut serapan hara K dan Mg pada daun bibit kelapa sawit masih berkorelasi terhadap jumlah pupuk yang diberikan.
Tabel 3. Penetapan retensi air tanah Table 3. Determination of soil water retention Perlakuan
100% NPK-Mg, tanpa inokulan 109 cfu Bc 1 ) + 100% NPK-Mg 109 cfu Bc + 75% NPK-Mg 109 cfu Bc + 50% NPK-Mg 107 cfu Bc + 100% NPK-Mg 107 cfu Bc + 75% NPK-Mg 107 cfu Bc + 50% NPK-Mg 109 cfu Bc 107 cfu Bc
104
Rata-rata Ruang pori total
pF 2,54
pF 4,2
Pori drainase cepat
Air tersedia
……………………………………… % volume ……………………………………… 58,8 23,4 10,9 30,5 12,5 46,8 29,9 13,7 12,0 16,2 52,9 26,9 13,0 20,4 13,9 53,0 32,1 12,0 16,1 20,2 46,4 29,5 14,2 12,3 15,3 53,3 29,7 13,4 19,2 16,3 60,1 26,6 11,3 7,9 15,3 54,6 30,2 12,2 20,0 18,0 58,0 29,2 12,1 23,5 17,1
Laksmita Prima Santi: Pengaruh Inokulasi Burkholderia cenocepacia KTG terhadap Retensi Air
Tabel 4. Retensi air pada media tanah Typic Udipsamment dengan pemberian inokulan B. cenocepacia KTG Table 4. Water retention in Typic Udipsamment soil media with B. cenocepacia KTG inoculant Perlakuan
Air tersedia
% peningkatan air tersedia terhadap perlakuan tanpa inokulan
100% NPK-Mg, tanpa inokulan
% volume 12,5 f 2)
-
109 cfu Bc 1 ) + 100% NPK-Mg
16,2 cd
29,6
109 cfu Bc + 75% NPK-Mg
13,9 e
11,2
109 cfu Bc + 50% NPK-Mg
20,2 a
61,6
10 cfu Bc + 100% NPK-Mg
15,3 d
22,4
107 cfu Bc + 75% NPK-Mg
16,3 cd
30,4
15,3 d
22,4
10 cfu Bc
18,0 b
44,0
107 cfu Bc
17,1 bc
36,8
7
7
10 cfu Bc + 50% NPK-Mg 9
Koefisien keragaman (%) 1) 2)
3,7
Bc = B. cenocepacia KTG Angka dalam kolom yang sama yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak ganda Duncan (P < 0,05)
Tabel 5. Status hara tanah media bibit kelapa sawit sebelum (S0) dan sesudah (SI) pemberian pupuk dan diinokulasi dengan B. cenocepacia KTG pada enam bulan setelah tanam Table 5. Soil nutrient status of oil palm seedlings media before (S0) and after (SI) fertilizer application and inoculation with B. cenocepacia KTG after six months old plantation Perlakuan
N S0
P2O5 SI
S0
K2O SI
S0
MgO SI
S0
C-organik SI
S0
SI
100% NPK-Mg
……………………………………………… % ……………………………………………… 0,13 0,15 0,035 0,067 0,025 0,042 0,007 0,016 1,5 1,6
109 cfu Bc1)+ 100% NPK-Mg
0,11
9
0,14 ns2)
0,031
0,066
0,017
0,043
0,006
0,015
1,7
1,5
10 cfu Bc+ 75% NPK-Mg
0,14
0,14
0,019
0,123
0,023
0,041
0,004
0,017
1,9
1,6
109 cfu Bc + 50% NPK-Mg
0,13
0,13 ns
0,028
0,055
0,013
0,039
0,005
0,015
1,7
1,5
10 cfu Bc + 100% NPK-Mg
0,14
0,14
ns
0,016
0,140
0,015
0,035
0,005
0,016
1,8
1,9
107 cfu Bc + 75% NPK-Mg
0,13
0,14ns
0,019
0,140
0,014
0,054
0,006
0,027
1,6
1,8
0,12
0,13
ns
0,009
ns
1,3
1,4
ns
0,006
0,021
0,001
0,006
0,004
0,004
ns
1,2
0,9
0,003
0,024
0,001
0,003 ns
0,004
0,005 ns
1,4
1,2
7
7
10 cfu Bc+ 50% NPK-Mg 9
10 cfu Bc
0,11
0,11
107 cfu Bc
0,11
0,11ns
0,013
0,071
0,010
0,039
0,005
1 ) Bc = B. cenocepacia KTG 2) NS = non signifikan
Menurut nilai kecukupan serapan hara daun kelapa sawit yang dikemukakan oleh Fairhurst and Hardter (2003), serapan hara daun N, P, K bibit kelapa sawit dalam penelitian ini yang ditumbuhkan di dalam media tanah Typic Udipsamment dengan perlakuan 50-100% dosis NPKMg dan diinokulasi dengan B. cenocepacia KTG tergolong tinggi, sementara untuk Mg tergolong optimum termasuk juga untuk kadar hara Mg daun pada perlakuan tanpa pemberian pupuk.
Berdasarkan hasil penelitian ini, pertumbuhan bibit kelapa sawit DxP dengan perlakuan 100% dosis NPKMg anjuran kebun atau pengurangan 25-50% dosis NPKMg yang dikombinasikan pemberian B. cenocepacia KTG sebanyak 107-109 cfu termasuk katagori baik. Menurut Lubis (2008), standar untuk tinggi, diameter, dan jumlah daun bibit kelapa sawit umur enam bulan di pembibitan utama (main nursery) masing-masing 80,3 ± 2,5 cm, 4,5 ± 0,15 cm, dan 13,3 ± 0,3 helai.
105
Jurnal Tanah dan Iklim Vol. 38 No. 2 - 2014
Tabel 6. Kadar hara daun bibit kelapa sawit umur enam bulan di pembibitan utama Table 6. Nutrient contents of six months old of leaf oil palm seedlings at main nursery Kadar hara N P K Mg ……………..……….. % ……..………………..
Perlakuan
3,43ab1)
0,35 a
2,49 a
10 cfu Bc + 100% NPK-Mg
3,43 ab
0,29 ab
2,13 b
0,61 a
109 cfu Bc + 75% NPK-Mg
3,19 b
0,30 ab
1,96 b
0,41 b
109 cfu Bc + 50% NPK-Mg
3,18 b
0,25 bc
1,76 b
0,43 b
107 cfu Bc + 100% NPK-Mg
3,49 ab
0,34 a
2,12 b
0,45 b
7
3,65 a
0,28 ab
2,10 b
0,40 b
7
10 cfu Bc + 50% NPK-Mg
3,22 ab
0,26 bc
1,88 b
0,40 b
109 cfu Bc
2,07 c
0,20 cd
1,01 c
0,39 b
10 cfu Bc
1,85 c
0,18 d
0,73 c
0,39 b
Koefisien keragaman (%)
7,8
12,5
11,5
10,4
100% NPK-Mg 9
10 cfu Bc + 75% NPK-Mg
7
0,56 a
1) Angka dalam kolom yang sama yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak ganda Duncan (P<0,05)
Tabel 7. Pertumbuhan vegetatif bibit kelapa sawit umur enam bulan Table 7. The vegetative growth of six month old oil palm seedlings Perlakuan
Tinggi
Jumlah daun
100% NPK-Mg
cm 84,0 a1)
helai 13,3 a
………..……………………….. cm …………………..…………….. 5,5 a 64,9 a 14,7 a 58,8 a 12,6 ab
109 cfu Bc + 100% NPK-Mg
Ø batang
Panjang daun ke-1
Lebar daun ke-1
Panjang daun ke-3
Lebar daun ke-3
84,8 a
13,0 a
5,4 a
65,7 a
13,7 a
58,2 ab
11,7 abc
9
82,9 a
13,4 a
5,5 a
64,3 a
14,8 a
59,1 a
12,6 ab
9
10 cfu Bc + 50% NPK-Mg
80,9 a
12,8 a
5,4 a
62,9 a
15,2 a
57,6 ab
12,8 ab
107 cfu Bc + 100% NPK-Mg
81,3 a
13,3 a
5,5 a
63,1 a
15,1 a
54,7 b
12,6 ab
10 cfu Bc + 75% NPK-Mg
81,2 a
13,2 a
5,4 a
62,9 a
15,3 a
56,8 ab
13,4 a
107 cfu Bc+ 50% NPK-Mg
79,1 a
13,1 a
5,3 a
62,8 a
14,5 a
56,9 ab
12,4 ab
9
60,1 b
10,5 b
3,8 b
48,5 b
11,3 b
42,2 c
9,60 c
7
59,2 b
10,6 b
3,6 b
48,2 b
11,6 b
43,3 c
10,7 bc
5,1
4,2
3,9
4,6
10,1
4,4
12,1
10 cfu Bc + 75% NPK-Mg
7
10 cfu Bc 10 cfu Bc Koefisien keragaman (%)
1) Angka dalam kolom yang sama yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak ganda Duncan (P<0,05).
Respon pertumbuhan bibit kelapa sawit terhadap pengura ngan dosis pupuk NPKMg sampai dengan 50% yang dikombinasikan dengan inokulasi 10 7-109 cfu B. cenocepacia KTG bibit-1 menghasilkan tinggi, jumlah daun, diameter batang, lebar dan panjang daun pertama, serta lebar dan panjang daun ke-3 yang tidak berbeda nyata dengan penggunaan 100% NPKMg dosis anjuran kebun. Perlakuan 75% NPKMg yang diinokulasi dengan 109 cfu B. cenocepacia KTG bibit-1 menghasilkan nilai tertinggi pada jumlah daun, diameter batang, lebar daun ke-1 dan panjang daun ke-3 (Tabel 7). Perlakuan ini juga menghasilkan bobot kering rata-rata daun, pelepah, batang, dan akar masing-masing lebih tinggi 1,9% (daun), 106
10,5% (pelepah), 17,2% (batang), dan 23,2% (akar) jika dibandingkan dengan pemberian 100% dosis pupuk anjuran tanpa inokulan. Persentase bobot kering total menghasilkan kenaikan sebesar 10,1% apabila dibandingkan dengan perlakuan 100% dosis anjuran kebun tersebut (Tabel 8). Nilai retensi air tertinggi pada media tanah Typic Udipsamment diperoleh dari perlakuan inokulasi 109 cfu B. cenocepacia KTG bibit-1. Perlakuan ini menghasilkan bobot kering akar yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan pemberian 100% dosis NPKMg tanpa inokulan B. cenocepacia KTG. Secara statistik bobot kering akar tersebut belum menunjukkan hasil yang berbeda nyata,
Laksmita Prima Santi: Pengaruh Inokulasi Burkholderia cenocepacia KTG terhadap Retensi Air
Tabel 8.
Bobot kering bibit kelapa sawit umur enam bulan di pembibitan utama
Table 8.
Dry weight of six month old oil palm seedlings at main nursery
Perlakuan
Daun
Daun ke-3
Pelepah
Pelepah ke-3
Batang
Akar
Bobot kering Bobot kering total Tot. thd konv.
……………………………………….. g ………………………………………..
%
100% NPK-Mg
104,9 a1)
8,6 a
68,8 ab
4,7 ab
92,1 a
26,3 a
305,4 ab
100,0
109 cfu Bc + 100% NPK-Mg
104,2 a
8,2 a
78,4 a
4,4 ab
107,9 a
27,0 a
330,1 a
108,1
10 cfu Bc + 75% NPK-Mg
106,9 a
7,9 a
76,0 a
5,1 a
107, 9 a
32,4 a
336,2 a
110,1
109 cfu Bc + 50% NPK-Mg
82,9 b
7,6 a
60,5 b
4,2 b
84,5 a
31,5 a
271,0 b
88,7
94,2 ab
7,8 a
76,7 a
4,5 ab
96,1 a
26,0 a
305,3 ab
99,9
7,7 a
76,3 a
4,7 ab
93,8 a
25,8 a
310,3 ab
101,6
94,1 ab
6,5 b
62,9 b
4,0 b
91,4 a
26,6 a
285,4 b
93,5
10 cfu Bc
40,2 c
3,5 c
31,3 c
2,2 c
37,4 b
16,0 b
130,5 c
42,7
107 cfu Bc
38,1 c
3,3 c
30,9 c
1,8 c
43,5 b
16,5 b
134,0 c
43,9
Koefisien keragaman (%)
13,2
9,9
13,2
13,7
18,9
23,5
9,6
9
7
10 cfu Bc + 100% NPK-Mg 107 cfu Bc + 75% NPK-Mg 107 cfu Bc + 50% NPK-Mg 9
101,3 a
1) Angka dalam kolom yang sama yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak ganda Duncan (P<0,05).
namun bobot kering akar yang diperoleh masing-masing lebih tinggi 2,7; 23,2; dan 19,8% dibandingkan dengan perlakuan tanpa inokulan. Pertumbuhan bibit kelapa sawit sangat tergantung pada laju pertukaran dan ketersediaan air. Bagian akar kelapa sawit khususnya akar tersier dan kuartener memiliki kemampuan menyerap air dan nutrisi di dalam tanah (Jourdan et al. 2000). Hal tersebut juga dijelaskan Yahya et al. (2010) bahwa pada tanaman kelapa sawit, akar tersier dengan diameter 0,7-1,2 mm dan akar kuartener dengan diameter 0,1-0,3 mm merupakan karakteristik akar yang paling utama dalam fungsinya sebagai penyerap unsur hara dan berpengaruh terhadap penggunaan pupuk secara efisien. Salah satu upaya untuk mengoptimalkan fungsi bahan tanah Typic Udipsamment sebagai media tanam bibit kelapa sawit adalah penyediaan ruang pori yang dapat difungsikan untuk meretensi air dan nutrisi. Konsep mengenai pembentukan ruang pori ini dikemukakan oleh Cambardella (2005). Pada tanah Typic Udipsamment, kemantapan agregat sulit dipelihara karena kandungan bahan organik, liat, dan kation-kation dalam kompleks jerapan rendah. Penggunaan tanah Typic Udipsamment untuk media bibit kelapa sawit dengan kadar fraksi pasir lebih dari 60% secara teoritis akan menyebabkan laju infiltrasi sangat cepat. Oleh karena itu dalam upaya memenuhi kecukupan air untuk bibit perlu dilakukan perbaikan kapasitas media tanam melalui pembentukan agregat tanah dan menciptakan ruang pori yang diperlukan untuk menyimpan (retensi) air. Fungsi air tersedia bagi pertumbuhan bibit kelapa sawit sangat vital. Fungsi tersebut berguna dalam (i) membantu proses pembentukan gula dan karbohidrat pada proses
fotosintesis, (ii) melarutkan dan transport hara sehingga dapat digunakan oleh seluruh bagian bibit kelapa sawit, (iii) dan mempertahankan kondisi turgor bagi pertumbuhan bibit kelapa sawit (Lubis 2008). Kemampuan tanah meretensi air tergantung pada tekstur dan struktur tanah. Struktur tanah tersebut mengacu pada pengelompokan dan penyusunan partikel primer ke dalam agregat yang lebih besar dalam ukuran dan bentuk yang beragam. Fungsi bakteri B. cenocepacia KTG yang diketahui memiliki kemampuan menghasilkan eksopolisakarida berdasarkan penelitian ini dapat memperbaiki kapasitas tanah Typic Udipsamment dalam meretensi air dan menyimpan hara P dan K yang diberikan melalui pemupukan.
Kesimpulan 1. Pemberian inokulan B. cenocepacia KTG dapat meningkatkan retensi air di dalam tanah Typic Udipsamment. 2. Pengurangan dosis pupuk NPK-Mg 25-50% dari dosis anjuran dan diikuti dengan pemberian inokulan B. cenocepacia KTG memberikan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit yang diberi perlakuan 100% dosis pupuk NPK-Mg anjuran. 3. Pertumbuhan dan kadar hara daun bibit kelapa sawit pada media tanah Typic Udipsamment sangat baik dan memenuhi standar kecukupan hara yang sesuai untuk bibit kelapa sawit jenis Dura x Pisifera. Tanah Typic Udipsamment dapat digunakan sebagai media tanam di pembibitan utama bila diinokulasi B. cenocepacia KTG.
107
Jurnal Tanah dan Iklim Vol. 38 No. 2 - 2014
4. Berdasarkan bobot kering bibit dan untuk mendapatkan efisiensi penggunaan pupuk, maka direkomendasikan inokulan 109 cfu B. cenocepacia KTG dikombinasikan dengan pemberian pupuk NPKMg 15.15.6.4.TE dan 12-12-17-2.TE sebesar 75% dari dosis anjuran.
Daftar Pustaka Akbari, G.A., S.Y. Arab, H.A. Alikhani, I. Allahdadi, and M.H. Arzanesh. 2007. Isolation and selection of indigenous Azospirillum spp. and the IAA of superior strains effects on wheat roots. World J. Agric. Sci. 3(4): 523-529. Bakoume, C., N. Shahbudin, S. Yacob, C.S. Siang, and M.N.A.Thambi. 2013. Improved method for estimating soil moisture deficit in oil palm (Elaeis guineensis Jacq.) areas with limited climatic data. J. Agric.Sci. 5(8): 57-65. Balai Penelitian Tanah 2009. Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. ISBN 978-602-8039-21-5. Bogor, Balai Penelitian Tanah. 234p. Bronick, C.J. and R. Lal. 2005. Soil structure and management: a review. Geoderma 124: 3-22. Cambardella C. 2005. Aggregation and Organic Matter. Encyclopedia of Soil Science, 2nd ed. Rattan L. CRC Press. Fairhurst, T. and R. Hardter. 2003. Management for large and sustainable yields. Potash and Phosphate Institute of Canada. 382p. Gerhardt P., R.G.E. Murray, A.W. Wood, and N.R. Krieg. 1994. Methods for General and Molecular Bacteriology. American Society for Microbiology, Washington, DC Pp. 619, 642, 647). Goenadi, D.H., Y.T. Adiwiganda, and L.P. Santi. 2005. Development technology and commercialization of EMAS (Enhancing Microbial Activity in the Soils) biofertilizer. Forum for Nuclear Cooperation in Asia Biofertilizer Newsletter. Issue No. 6, November 2005. Gordon, W.B. 2014. Management of urea-containing fertilizers for no-tillage corn using nitrogen stabilizers and coatedgranule technology. Journal of Plant Nutrition, 37:87-94.
108
Han, H.S. and K.D. Lee. 2005. Physiological responses of soybean-inoculation of Bradyrhizobium japonicum with PGPR in saline soil conditions. Res. J. Agric.Biol.Sci. 1(3): 216-221. Henao, L.J. and K. MazeauLina. 2009. Molecular modelling studies of clay–exopolysaccharide complexes: Soil aggregation and water retention phenomena. Materials Science and Engineering C, 29: 2326–2332. Jones, C.A., R.T. Koenig, J.W. Ellsworth, B.D. Brown, and G.D. Jackson. 2007. Management of Urea Fertilizer to Minimize Volatilization. Montana State University-Bozeman. pp. 112. Jourdan, C., M.N. Ferriea, and G.R. Perbal. 2000. Root system architecture and gravitropism in the oil palm. Annals of Botany. 85: 861-868. Lubis, A. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Indonesia. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2nd ed. 362 p. Santi, L.P., Sumaryono, and D.H. Goenadi. 2007. Evaluasi Aplikasi Biofertilizer EMAS pada tanaman jagung di Pelaihari, Kalimantan Selatan. Buletin Agronomi. 35(1): 2227. Santi L.P., Sudarsono, D.H. Goenadi, K. Murtilaksono, dan D.A Santosa. 2010. Pengaruh pemberian inokulan Burkholderia cenocepacia dan bahan organik terhadap sifat fisik bahan tanah berpasir. Menara Perkebunan 78(1), 1-16. Soil Survey Staff. 2010. Keys to Soil Taxonomy. United States Department of Agriculture Natural Resources Conservation Service. 8th Eds. Umesha S., P.A Richardson, P. Kong, and C.X. Hong. 2008. A novel indicator plant to test the hypersensitivity of phytopathogenic bacteria. J. Microbiol Methods. 72 (1), 9597. Yahya, Z., A. Husin, J. Talib, J. Othman, O.H. Ahmed, and M.B. Jalloh. 2010. Oil palm (Elaeis guineensis) roots response to mechanization in Bernam series soil. Am. J. App. Sci. 7(3): 343-348.