PENGARUH EKSTRAK KULIT BATANG ANGSANA (Pterocarpus indicus Willd.) TERHADAP KONSUMSI PAKAN WALANG SANGIT (Leptocorisa oratorius Fabricius) Mailastri Suarna1, Ramadhan Sumarmin2, Armen Lusi1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat 1 Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Padang ABSTRACT Walang rice pest is a pest that attack rice plants after flowering by sucking liquid grain and causes the grain to be empty or incomplete filling. This pest can reduce not only the results but also degrade the quality of grain such as brown spots on the grain. Angsana bark extract expected to be antifeedant to walang rice pest .The aim of this to determine the effect of angsana bark extract on feed intake Angsana walang rice pest .This research used Completely Randomized Design ( CRD ) with 4 treatments and 8 replications . Angsana bark extract treatment given is 0 % , 2.5 % , 5 % and 7.5 % . Data were analyzed using ANOVA test and if followed by LSD test . The research was conducted in April-June in the Laboratory of Zoology Department of Biology Faculty padang state university.The results showed that in the control treatment searching activity walang rice pest of takes the fastest 31 minutes 62 seconds compared to other treatments . For grounding activity found in the fastest the control 19 minutes 34 seconds while on treatment with a gathering activity concentration of 5 % takes a quickes 11 minutes 8 seconds . On feed consumption Angsana bark extract in the treatment and control concentrations of 5 % indicates the average number of the lowest feed intake of 0.53 % . It can be concluded that the influence of Angsana bark extract at a concentration of 5 % can be used as an antifeedantto walang rice pest . Keyword: Angsana bark extract, Feed consumption,antifeedant PENDAHULUAN Angsana (Pterocarpus
atau
indicus
sonokembang adalah
kimia pada kulit batang angsana positif
sejenis pohon penghasil kayu berkualitas
mengandung terpenoid (Vinori, 2002).
tinggi
Didalam
dari
Willd.)
alkaloid (Sumarmin, 2001). Kandungan
suku
Fabaceae
angsana
terdapat
senyawa
(Leguminosae=polong-polongan).
metabolit sekunder. Metabolit sekunder
(Saputra, 2013).
mengandung beribu-ribu senyawa bioaktif
Ekstrak
kulit
batang
angsana
mengandung triterpenoid, terpenoid dan
seperti alkaloid, terpenoid, fenolik, dan
zat-zat kimia sekunder lainnya (Heru,
METODE PENELITIAN
2013).
Penelitian ini dilaksanakan pada Aktifitas konsumsi pakan meliputi
bulan April-Juni 2013, di Laboratorium
proses mencari pakan, mengenal dan
Zoologi
mendekati
Universitas Negeri Padang.
pakan,
proses
bekerjanya
jurusan
Biologi
FMIPA
indera serangga terhadap pakan, proses
Alat yang digunakan adalah bait
memilih pakan dan proses menghentikan
chamber, kain kasa, gunting, selotip,
makan.
nabati
timbangan analitik digital, stopwatch,
untuk
lumpang dan alu, plastik, aluminium foil,
Penggunaan
merupakan
pestisida
alternatif
mengendalikan
serangga
hama
pada
walang sangit. Walang
gelas
ukur,
batang
pengaduk,
labu
erlemeyer, lemari pendingin, oven dan sangit
(Leptocorisa
water
bath.
Sedangkan
bahan
yang
oratorius Fabricius) adalah hama yang
digunakan adalah ekstrak kulit batang
menyerang tanaman padi setelah berbunga
angsana, CMC, bulir padi dan imago
dengan cara menghisap cairan bulir padi
walang sangit.
menyebabkan bulir padi menjadi hampa
Rancangan
penelitian
adalah
atau pengisiannya tidak sempurna (Balai
rancangan acak lengkap (RAL) yang
besar penelitian tanaman padi 2009).
menggunakan bait chamber dengan 4
Walang
sangit
(Leptocorisa
perlakuan dan 8 ulangan. Perlakuan yang
oratorius Fabricius) berkembang biak
digunakan
melalui telur, nimfa dan dewasa. (Sofyan,
(Sumarmin, dkk 2010).
2010).
Cara Kerja Berdasarkan
uraian
tersebut
dilakukan penelitian tentang Pengaruh Ekstrak
Kulit
pada
penelitian
a. Uji Ekstrak Kulit Batang Angsana Terhadap Walang Sangit
Angsana
Untuk masing–masing perlakuan,
(Pterocarpus indicus Willd.) Terhadap
imago walang sangit sebanyak 10 ekor di
Konsumsi
masukkan
Pakan
Batang
merujuk
Walang
(Leptocorisa oratorius Fabricius).
Sangit
ke
dalam
bait
chamber,
kemudian di timbang bulir padi sebanyak 1 gram. Bulir padi kemudian dioleskan ekstrak
kulit
batang
angsana
dan
ditiriskan.
Bulir
padi
yang
sudah
dioleskan ekstrak kulit batang angsana dimasukkan ke dalam bait chamber dengan cara mengikat bulir padi dan menggantungkannya. Jarak antara alas
Tabel 1.Hasil uji berbagai aktivitas dari walang sangit (Leptocorisa oratorius Fabricius) pada berbagai perlakuan dengan waktu rata-rata (menit). a. Searching No Perlakuan
permukaan bait chamber dengan bulir padi sekitar 3 cm. Kemudian lakukan pengamatan terhadap aktivitas makannya (searching, grounding, gathering). Lalu setelah 24 jam ditimbang berat pakan yang termakan oleh walang sangit. Data yang diperoleh dari penelitian dianalisis secara statistik dalam dengan menggunakan ANOVA dan dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf
α 5 %
(Sastrosupadi, 2000). HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa ekstrak kulit feeding
batang
angsana
strategy
mempengaruhi
walang
sangit
(Leptocorisa oratorius Fabricius). Hasil pengamatan untuk aktivitas dan konsumsi pakan walang sangit (Leptocorisa oratorius Fabricius) dengan konsentrasi tertentu dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2.
1 0% 2 2,5% 3 5% 4 7,5% b. Grounding No Perlakuan 1 0% 2 2,5% 3 5% 4 7,5% c. Gathering No Perlakua n 1 0% 2 2,5% 3 5% 4 7,5%
Rata-Rata Waktu (Menit) 31,62 62,61 64,24 44,47 Rata-Rata Waktu (Menit) 19,34a 32,96a 59,04b 21,84a Rata-Rata Waktu (Menit) 13,12 22,67 11,8 16,45
Ket : Angka dan kolom sama yang diikuti huruf superskrip sama, tidak berbeda nyata pada taraf signifikan 0,05 uji BNT.
Tabel 2. Hasil Uji Konsumsi Pakan dari Walang Sangit (Leptocorisa oratorius Fabricius) pada Berbagai Perlakuan No 1 2 3 4 Pada
Perlakuan
Rata-Rata Konsumsi Pakan 0% 0,53 gram 2,5% 0,57 gram 5% 0,53 gram 7,5% 0,55 gram aktivitas searching walang sangit
yang
diberikan
konsentrasi
perlakuan
kontrol
dengan
memperlihatkan
waktu paling cepat mencapai pakan yaitu 31 menit 62 detik dan waktu yang paling lama walang sangit untuk mencapai pakan pada perlakuan dengan konsentrasi 5 %. Pada kontrol lebih cepat waktu yang dibutuhkan oleh walang sangit untuk sampai pada pakan dikarenakan tidak terdapatnya aroma dan bau yang terdapat pada bulir padi, dimana pada bulir padi tidak
diolesi
ekstrak
angsana.Pada konsentrasi
kulit
perlakuan 5%
batang dengan
walang sangit
memiliki waktu 64 menit 24 detik untuk hinggap pada pakan karena pada dosis ini warna, bau dan rasa yang kelat tidak disukai. Pemberian ekstrak kulit batang angsana memberikan pengaruh terhadap aktivitas grounding walang sangit. Pada
perlakuan dengan konsentrasi kontrol waktu paling cepat oleh walang sangit untuk mengitari objek (grounding) yaitu 19 menit 34 detik dan waktu paling lama walang sangit untuk mengitari objek yaitu pada perlakuan dengan konsentrasi 5 % yaitu 59 menit 4 detik. Lamanya waktu yang dibutuhkan oleh walang sangit untuk mengitari objek karena ekstrak kulit batang angsana menutupi aroma bulir padi. Pada aktivitas gathering walang sangit yang diberikan perlakuan dengan konsentrasi 5 % memperlihatkan waktu paling cepat untuk makan yaitu 11 menit 8 detik . karena walang sangit tidak suka dengan aroma dan bau ekstrak kulit batang angsana yang kelat sehingga walang sangit sedikit memakan pakan. Pada ekstrak kulit batang angsana terdapat senyawa
terpenoid
yang
bersifat
antifeedant (penghambat nafsu makan) (Heru, 2012). Pada perlakuan dengan konsentrasi 2,5 % waktu yang paling lama untuk makan karena pada ekstrak kulit batang angsana yang telah dilakukan pengenceran sehingga aroma dan bau serta rasa yang kelat berkurang dan walang sangit lebih lama untuk makan. Berdasarkan penelitian Anggriani (2013)
hasil yang didapatkan pada pengaruh
sangit untuk makan sehingga berat pakan
antifeedant ekstrak kulit batang angsana
yang dikonsumsi menjadi lebih sedikit.
(Pterocarpus indicus Willd.) terhadap feeding
strategy
wereng
Hal ini terbukti senyawa terpenoid
coklat
merupakan salah satu senyawa berupa
(Nilaparvata lugens Stal.) didapatkan
penarik yang berupa aroma atau bau
bahwa pada aktivitas gatheringekstrak
tertentu yang dapat menarik perhatian
kulit batang angsana memperlihatkan hasil
serangga
yang signifikan dan dapat digunakan
terpenoid yaitu triterpenoid merupakan
sabagai antifeedant.
salah
(Sari,
2012)
satu
dan
senyawa
senyawa
antimakan
Pada aktivitas konsumsi pakan
(antifeedant) karena memiliki rasa yang
walang sangit tidak memberikan pengaruh
kelat sehingga serangga menolak makan
pada pemberian ekstrak kulit batang
(Anggraini, 2013).
angsana.Pada
KESIMPULAN
perlakuan
dengan
konsentrasi 2,5 % yang paling banyak
Berdasarkan hasil penelitian dapat
dimakan oleh walang sangit yaitu 0,57
disimpulkan bahwa ekstrak kulit batang
gram karena pada konsentrasi ini lebih
angsana
disukai oleh walang sangit untuk makan
aktivitas searching dan gathering, dan
.karena
berpengaruh terhadap aktivitas grounding
telah
dilakukan
pengenceran
tidak
.Ekstrak
ekstrak
sudah
berpengaruh terhadap berat konsumsi
berkurang sehingga walang sangit lebih
pakan. Ekstrak kulit batang angsana dapat
suka untuk makan dan jumlah berat
digunakan
pakannya lebih banyak dibandingkan
konsentrasi 5 %.
dengan
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
dengan
Anggriani, D. 2013. Pengaruh Antifeedant Ekstrak Kulit Batang Angsana (Pterocarpus indicus Willd.) terhadap Feeding Strategy Wereng Coklat (Nilaparvata lugens Stal.).Skripsi Sarjana Program Studi pendidikan Biologi. STKIP PGRI. Padang.
Sedangkan
batang
perlakuan pada
angsana
yang perlakuan
konsentrasi 5 % walang sangit tidak terlalu suka dengan bulir padi yang telah diolesi ekstrak kulit batang angsana yang terdapat senyawa terpenoid yang memiliki rasa yang kelat tidak disukai oleh walang
batang
terhadap
sehingga bau dan aroma yang kelat pada kulit
kulit
berpengaruh
sebagai
angsana
antifeedant
tidak
pada
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2009. Hama Walang Sangit. BBPADI; Sukamandi, Subang, Jawa Barat. http://bbpadi.Litbang.deptan.go.id/ index.php/in/hama-padi/206-hamawalang-sangit-leptocorisaoratorius. Heru, R. 2013. Pembuatan Ekstrak Pestisida Nabati.http://rezeradt.blogspot.com/2013/02/pembuat an-ekstrak-pestisida-nabati 21.html. Sofyan, R. 2010. Pemaknaan Koleksi dan Komunikasi Ethno Entomologi. FIB.UI Sastrosupadi, A. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Sumarmin, R., Novrianti E, Santoso P.J, & Ningsih S. 2010.Pelatihan Aplikasi Pestisida Nabati dan Pupuk Organik DiDesa Sijangek Pariaman.Laporan Pengabdian
Masyarakat Biologi FMIPA UNP. Padang. Sumarmin. R. 2001. Uji IN VIVO Ekstrak Kulit Batang Angsana (Pterocarpus indicus Willd) Terhadap Fertilisasi Mencit Betina (Mus musculus L) Swiss Webster. Laporan Hasil Penelitian Proyek Pengembangan Diri, FMIPA. UNP.Padang. Saputra, D.2013. Manfaat Tanaman Angsana Sebagai Obat.http://www.caracara.info/2013/01/manfaattanaman-angsana-sebagaiobat.htm1#ixzz2Db6q2VKa. Vinori, Y. 2002.Isolasi Terpenoid Dari Kulit Tumbuhan Angsana (pterocarpus indicus Willd) . Skripsi Jurusan Kimia. FMIPA.UNP; Padang. Sari, L. 2012.Pemanfaatan Atraktan Sebagai Pengendalian Lalat Buah (Bactrocera sp) Di Kebun Cabai DesaMekar Buana Mambai Bali.