TESIS
PENGARUH DAYA INFORMASI AKUNTANSI PADA HUBUNGAN PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DENGAN COST OF EQUITY CAPITAL
YULI AGUSTINI
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011
TESIS
PENGARUH DAYA INFORMASI AKUNTANSI PADA HUBUNGAN PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DENGAN COST OF EQUITY CAPITAL
YULI AGUSTINI NIM 0991661026
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011
i
PENGARUH DAYA INFORMASI AKUNTANSI PADA HUBUNGAN PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DENGAN COST OF EQUITY CAPITAL
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Udayana
YULI AGUSTINI NIM 0991661026
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011 ii
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 23 JUNI 2011
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dr. I Ketut Budiartha, SE, M.Si, Ak NIP. 19591202 198702 1 001
Drs. I Ketut Suryanawa, M.Si, Ak NIP. 19630709 198803 1 001
Mengetahui
Ketua Program Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Dr. I Ketut Budiartha, SE, M.Si, Ak NIP. 19591202 198702 1 001
Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp. S (K) NIP. 19590215 198510 2 001
iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS TESIS Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya tulis yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang diberikan oleh Univeristas batal saya terima.
Denpasar, 23 Juni 2011 Yang membuat pernyataan,
Yuli Agustini
iv
Tesis ini telah diuji pada Tanggal 23 Juni 2011
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No. 1120/UN14.14/HK/2011, Tanggal 16 Juni 2011
Ketua
: Dr. I Ketut Budiartha, SE, M.Si, Ak
Anggota : 1. Drs. I Ketut Suryanawa, M.Si, Ak 2. Dr. Dewa Gede Wirama, SE, MSBA, Ak 3. Dr. Ni Ketut Rasmini, SE, M.Si, Ak 4. Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE, M.Si
v
UCAPAN TERIMA KASIH Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkkan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas asung kerta wara nugraha-Nya, tesis yang berjudul “Pengaruh daya informasi akuntansi pada hubungan pengungkapan corporate social responsibility dengan cost of equity capital” ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. I Ketut Budiartha, SE, M.Si, Ak selaku Ketua Program Magister Akuntansi Universitas Udayana dan pembimbing utama yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan saran selama penulis mengikuti program magister, khususnya dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih sebesar-besarnya juga penulis sampaikan kepada Drs. I Ketut Suryanawa, M.Si, Ak selaku pe.mbimbing pendamping yang dengan penuh perhatian dan kesabaran memberikan bimbingan dan saran kepada penulis. Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. I Made Bakta, Sp.PD (K) atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp. S (K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. I Wayan Ramantha, SE, M.M, Ak, vi
CPA selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Program Magister. Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada para penguji tesis, yaitu Dr. Dewa Gede Wirama, SE, MSBA, Ak, Dr. Ni Ketut Rasmini, SE, M.Si, Ak, dan Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE, M.Si yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan, dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud. Ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada Bapak dan Ibu Dosen Pengajar Program Magister Akuntansi Universitas Udayana yang membimbing penulis selama mengikuti pendidikan, serta para pegawai yang telah membantu kelancaran penulis dalam mengikuti pendidikan selama ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua dan adik-adik yang selalu memberi dukungan, motivasi, dan doa kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister Akuntansi, serta teman-teman Angkatan IV Program Magister Akuntansi yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu, memberikan inspirasi, dan motivasi kepada penulis. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini, serta kepada penulis sekeluarga. Denpasar, 23 Juni 2011 Penulis
vii
ABSTRAK PENGARUH DAYA INFORMASI AKUNTANSI PADA HUBUNGAN PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DENGAN COST OF EQUITY CAPITAL Pengungkapan informasi corporate social responsibility dalam laporan keuangan diharapkan dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan. Laporan keuangan yang berkualitas menyajikan angka-angka yang memiliki daya informasi akuntansi yang berguna bagi investor untuk pengambilan keputusan . Banyaknya informasi yang harus diungkap oleh perusahaan berhubungan dengan tingkat biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menyediakan informasi bagi publik (cost of equity capital). Ketidakkonsistenan hasil penelitian mengenai pengaruh pengungkapan corporate social responsibility pada cost of equity capital mengindikasikan adanya pengaruh variabel lain sebagai variabel pemoderasi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh daya informasi akuntansi pada hubungan corporate social responsibilty (CSR) dengan cost of equity capital (CEC). Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia pada tahun buku 2008 dan tahun 2009. Penentuan sampel menggunakan metode purposive sampling sehingga diperoleh 131 pengamatan. Analisis statistik meliputi uji asumsi klasik dan uji kelayakan model. Pengujian pengaruh variabel pemoderasi dalam hipotesis penelitian ini diuji dengan moderated regression analysis (MRA) yang merupakan aplikasi khusus regresi linear berganda. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa daya informasi akuntansi terbukti mempengaruhi hubungan pengungkapan corporate social responsibility (CSR) dengan cost of equity capital (CEC) yakni memperlemah pengaruh positif CSR terhadap CEC. Semakin besar tingkat pengungkapan akuntansi yang dilakukan oleh perusahaan yang berupa pengungkapan CSR disertai dengan daya informasi yang baik, maka semakin rendah cost of equity capital-nya. Pengungkapan CSR dengan daya informasi akuntansi yang baik akan memberikan keuntungan potensial berupa meningkatnya jumlah investor, mengurangi estimasi risiko dan mengurangi asimetri informasi yang masing-masing mengindikasikan pengurangan cost of equity capital perusahaan. Kata kunci : Cost of equity capital, corporate social responsibility, dan daya informasi akuntansi.
viii
ABSTRACT THE INFLUENCE OF INFORMATIVENESS OF ACCOUNTING ON THE RELATION OF CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DISCLOSURE AND THE COST OF EQUITY CAPITAL
Corporate social responsibility disclosure in financial statements is expected to improve the quality of financial reports. Quality financial reports present figures presenting accounting information which is useful to investors for decision making. The number of information that must be disclosed by the company relates to the level of cost spent by the company to provide information to the public (cost of equity capital). The inconsistency of research regarding the influence of corporate social responsibility disclosure in the cost of equity capital indicates the influence of other variables as moderating variables. This research is aimed to determine the influence of informativeness of accounting on the relation of corporate social responsibility (CSR) disclosure and the cost of equity capital (CEC). This research was conducted at the Indonesian Stock Exchange in the year 2008 and year 2009. Purposive sampling method was used to determine samples and 131 observations were obtained. The statistical analysis included the classic assumption test and goodness of fit model analysis. The influence of moderating variables in this research hypothesis tested using moderated regression analysis (MRA) which is a special application of multiple linear regressions. Based on the research finding and discussions, it can be concluded that the informativeness of accounting influenced on the relation of corporate social responsibility (CSR) disclosure and the cost of equity capital (CEC), that it weakens the positive impact of CSR on the CEC. The greater level of CSR disclosure accompanied by a good informativeness of accounting by companies, the lower the cost of equity capital. CSR disclosure with good informativeness of accounting is the potential benefits of a disclosure. The benefits are a growing number of investors, reducing estimated risks and the asymmetry of information each of which indicates a reduction in the cost of equity capital firms.
Keywords: Cost of equity capital, corporate social responsibility, and informativeness of accounting.
ix
DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM ...........................................................................................
i
PRASYARAT GELAR .....................................................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………………. .
iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ……………………………. ..
iv
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ………………………………………… .
v
UCAPAN TERIMA KASIH .............................................................................
vi
ABSTRAK ........................................................................................................
viii
DAFTAR ISI .....................................................................................................
x
DAFTAR TABEL .............................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………….
xv
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................
1
1.1 Latar Belakang ………….……………………………………………
1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………...…….
7
1.3 Tujuan Penelitian ………………………………….............................
8
1.4 Manfaat Penelitian …………………………………………………..
8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ………………………….…………………...
9
2.1 Teori Pensinyalan (Signalling Theory) ……………………………....
9
2.2 Corporate Social Responsibility (CSR) ……………………………...
10
2.3 Cost of Equity Capital ……………………………………………..…
13
2.4 Daya Informasi Akuntansi ……………………………………………
16
2.5 Ukuran Perusahaan (Size) ……………………………………………
18
2.6 Jenis Perusahaan (Profile) ………………………………………..….
19
2.7 Penelitian-Penelitian Sebelumnya ……………………………………
20
x
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN…………………………………………………………………
25
3.1 Kerangka Berpikir ……………………………………………………
25
3.2 Konsep Penelitian …………………………………………………….
27
3.3 Hipotesis Penelitian …………………………………………………..
29
BAB IV METODE PENELITIAN ………………………………………….
32
4.1 Rancangan Penelitian …………………………………………………
32
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian …………………………………………
33
4.3 Penentuan Sumber Data ……………………………………………...
33
4.3.1 Jenis Data ………………………………………………………..
33
4.3.2 Sumber Data …………………………………………………….
35
4.3.3 Metode Penentuan Sampel ……………………………………...
35
4.4 Variabel Penelitian ……………………………………………………
36
4.4.1 Identifikasi Variabel ……………………………………………..
36
4.4.2 Definisi Operasional Variabel …………………………………..
37
4.4.2.1 Variabel Terikat/Dependen ……………………………...
37
4.4.2.2 Variabel Bebas/Independen ……………………………..
38
4.4.2.3 Variabel Pemoderasi …………………………………….
39
4.4.2.4 Variabel Kontrol ………………………………………...
40
4.5 Analisis Data ………………………………………………………….
41
4.5.1 Statistik Deskriptif ……………………………………………….
41
4.5.2 Uji Asumsi Klasik ……………………………………………….
41
4.5.3 Uji Interaksi ………………………..…………………………….
43
4.5.4 Uji Kelayakan Model (Goodness of Fit) ………………………....
44
HASIL PENELITIAN …..………………………………………….
47
5.1 Deskripsi Objek Penelitian ……………………………………………
47
5.2 Hasil Analisis Data ……………………………………………………
48
5.2.1 Hasil Analisis Statistik Deskriptif ……………………………....
48
5.2.2 Uji Asumsi Klasik …….………………………………………....
50
BAB V
xi
5.3 Uji Kelayakan Model (Goodness of Fit)……………….………………
56
5.3.1 Koefisien Determinasi ………..……………………………........
56
5.3.2 Uji Statistik F …………………………..………………………..
56
5.3.3 Uji Statistik t …………………………..…………………………
56
5.3 Pengujian Hipotesis …………..……….………………………………..
58
BAB VI PEMBAHASAN …..…………….…………………………………...
59
6.1 Corporate Social Responsibility dan Cost of Equity Capital ………….... 59 6.2 Daya Informasi Akuntansi dan Cost of Equity Capital ………………… 61 6.3 Daya Informasi Akuntansi, Corporate Social Responsibility dan Cost of Equity Capital ………………………………………………. 62 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN……….………………………………….
66
7.1 Simpulan ……………………………………………………………….... 66 7.2 Saran …………………………………………………….………………. 66 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………… 68
xii
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Penelitian-Penelitian Sebelumnya …………………………
23
Tabel 5.1 Prosedur Penentuan Sampel ……...………………………..
47
Tabel 5.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif ………………………………
49
Tabel 5.3 Uji Normalitas Data ……………..…………………………
51
Tabel 5.4 Uji Multikolinieritas ……………………………………….
52
Tabel 5.5 Uji Autokorelasi ……………………………………………
52
Tabel 5.6 Uji Heteroskedastisitas …………………………………….
54
Tabel 5.7 Koefisien Determinasi ……………………………………..
55
Tabel 5.8 Uji Statistik F ………………………………………………
56
Tabel 5.9 Uji Statististik t …………………………………………….
57
xiii
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 3.1
Kerangka Berpikir ………………………………..........
28
Gambar 3.2
Konsep Penelitian …………………………….……….
28
Gambar 4.1
Rancangan Penelitian …………………………............
34
Gambar 5.1
Daerah Pengujian Autokorelasi dengan Uji Durbin
Gambar 5.2
Watson ………………………………………………….
53
Model Persamaan Pengaruh Daya Informasi Akuntansi Pada Hubungan CSR Dengan CEC ……………………..
58
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1
Daftar Nama Perusahaan Sampel .………………..........
72
Lampiran 2
Item-item Pengungkapan CSR …………….….……….
76
Lampiran 3
Hasil Uji Statistik Deskriptif …………………...............
79
Lampiran 4
Hasil Uji Asumsi Klasik ………………………………..
80
Lampiran 5
Hasil Uji Regresi ………………………………………..
81
xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan media bagi manajemen perusahaan dalam menyediakan informasi bagi para investor dan sebagai media untuk tanggung jawab perusahaan kepada masyarakat. Informasi yang menarik bagi investor biasanya berhubungan dengan keuntungan/laba dan harga saham karena menggambarkan kinerja perusahaan. Informasi lainnya selain laba yang dapat digunakan untuk investor sebagai dasar pengambilan keputusan adalah yakni pengungkapan good corporate governance (GCG) dan pengungkapan corporate social responsibility (CSR). Melalui pengungkapan CSR, perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangan (financial) saja, namun perusahaan juga harus berpijak pada triple bottom lines yang meliputi financial, sosial dan lingkungan (Siregar, 2007). Karena kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable). Implikasi CSR di Indonesia diatur dalam pasal 74 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, menyatakan bahwa “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab social dan lingkungan”. Pasal 15 1
2
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal juga mengatur tentang CSR menyatakan bahwa “Setiap penanaman modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan”. Pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan perusahaan diharapkan dapat memberikan informasi tambahan kepada para investor selain dari yang sudah tercakup dalam laba akuntansi dan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi investor dalam pengambilan keputusan. Berbagai alasan perusahaan dalam melakukan pengungkapan informasi CSR telah diteliti dalam penelitian sebelumnya, diantaranya adalah karena untuk mentaati peraturan yang ada, untuk memperoleh keunggulan kompetitif melalui penerapan CSR, untuk memenuhi ketentuan kontrak pinjaman dan memenuhi ekspektasi masyarakat, untuk melegitimasi tindakan perusahaan, dan untuk menarik investor (Deegan dan Blomquist, 2001; Hasnas, 1998; Ullman, 1985; Patten, 1992; dalam Basamalah et al, 2005). Kualitas laporan keuangan diharapkan dapat meningkat dengan adanya pengungkapan informasi CSR sebagai informasi tambahan. Laporan keuangan yang berkualitas menyajikan angka-angka yang memiliki daya informasi akuntansi yang berguna bagi investor untuk pengambilan keputusan investasi, kredit ataupun keputusan sejenis lainnya. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim et al. (2003) yang memeriksa relevansi nilai angka-angka akuntansi menunjukkan bahwa investor menggunakan informasi dalam neraca ketika membuat keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang berkualitas dapat diukur dengan melihat reaksi pasar atas pengumuman laporan keuangan. Menurut Hellstrom (2005) kemampuan
3
pernyataan informasi keuangan untuk meringkas atau menangkap informasi mempengaruhi nilai saham, hal tersebut telah diuji secara empiris sebagai hubungan statistik antara nilai pasar dan nilai akuntansi. Menurut Guthrie dan Parker (1990) pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan merupakan salah satu cara perusahaan untuk membangun, mempertahankan, dan melegitimasi kontribusi perusahaan dari sisi ekonomi dan politis. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan yang menerapkan CSR berharap akan direspon positif oleh para pelaku pasar. Menurut Almilia dan Wijayanto (2007) perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan yang bagus akan direspon positif oleh para investor melalui fluktuasi harga saham yang semakin naik dari periode ke periode. Sebaliknya jika perusahaan memiliki kinerja lingkungan yang buruk maka akan muncul keraguan dari para investor terhadap perusahaan tersebut dan direspon negatif dengan fluktuasi harga saham perusahaan di pasar yang semakin menurun dari tahun ke tahun. Hasil penelitian Junaedi (2005) menunjukkan tingkat pengungkapan (disclosure level) yang diberikan oleh pihak manajemen perusahaan akan berdampak kepada pergerakan harga saham yang pada akhirnya juga akan berdampak pada volume saham yang diperdagangkan dan return . Publikasi CSR menunjukkan komitmen perusahaan untuk meningkatkan transparansi mengenai kinerja perusahaan jangka panjang dan manajemen risiko. Laporan keuangan dengan pengungkapan CSR dan daya informasi akuntansi yang baik akan memberi keyakinan investor dalam menilai risiko dan return yang diharapkan. Apabila investor menilai suatu perusahaan berisiko tinggi berdasarkan
4
laporan keuangan yang dihasilkan, maka nilai return yang diharapkan oleh investor juga tinggi, yang pada akhirnya akan menyebabkan tingginya biaya ekuitas yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Verrecchia dalam Botosan (1997) memberikan dukungan riset secara teoritis bahwa ada hubungan negatif antara tingkat disclosure dan biaya modal, artinya peningkatan disclosure akan meningkatkan kualitas biaya pasar, sehingga akan mengurangi biaya modal. Hasil penelitian di atas bertentangan dengan pendapat yang diungkapkan Klein dan Bawa dalam Botosan (1997) serta Coles dan Loewenstein dalam Botosan (1997), mereka menyatakan bahwa ada hubungan positif antara pengungkapan dan biaya modal. Hasil penelitian Botosan (1997) menunjukkan bahwa semakin besar tingkat pengungkapan akuntansi yang dilakukan oleh perusahaan, semakin rendah cost of equity capital-nya. Dhaliwal, Li, Tsang dan Yang (2009) menguji apakah pengungkapan sukarela dari kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) menyebabkan penurunan biaya modal ekuitas perusahaan. Dijelaskan bahwa praktik CSR mempengaruhi kinerja perusahaan dan penilaian karena kegiatan tersebut dapat membantu perusahaan menghindari peraturan potensial pemerintah dan mengurangi biaya kepatuhan masa depan. Perusahaan yang bertanggung jawab sosial juga dapat menikmati penjualan dan kinerja keuangan yang lebih baik karena preferensi konsumen dan investor untuk perusahaan tersebut. Menggunakan banyak sampel perusahaan yang dinilai oleh KLD Research and Analytics, Inc., ditemukan bahwa perusahaan dengan biaya modal tinggi cenderung untuk menerbitkan laporan CSR
5
mandiri dan perusahaan dengan kinerja CSR yang baik menikmati pengurangan dalam biaya modal ekuitas. Menurut Utami (2005) banyaknya informasi yang harus diungkap oleh perusahaan berhubungan dengan tingkat biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menyediakan informasi bagi publik (cost of equity capital). Semakin banyak pengungkapan informasi dalam laporan keuangan memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada investor yang berguna untuk memaksimalisasi nilai saham perusahaan. Nilai saham perusahaan mencerminkan ukuran reaksi pasar saham terhadap perusahaan. Semakin besar nilai saham perusahaan mencerminkan publik telah menilai harga pasar saham di atas nilai bukunya. Guna menyediakan informasi bagi publik demi menjaga reputasi perusahaan dan kepercayaan publik pada perusahaan berdampak terhadap naiknya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Richardson dan Welker (2001) berpendapat bahwa pengungkapan sosial perusahaan dapat memiliki pengaruh langsung terhadap biaya modal baik melalui preferensi investor untuk berinvestasi secara etis dan bertanggung jawab sosial atau melalui pengurangan asimetri informasi atau risiko estimasi. Menggunakan badan cross section dari perusahaan Kanada disurvei oleh Masyarakat Akuntan Manajemen Kanada pada tahun 1990 hingga 1992, ditemukan hubungan negatif yang signifikan antara tingkat pengungkapan keuangan dan biaya modal. Namun, ditemukan juga hubungan positif yang signifikan secara statistik antara tingkat pengungkapan sosial dan biaya modal, konsisten dengan pengungkapan sosial lebih meningkatkan biaya
6
modal bagi perusahaan sampel. Salah satu alasannya mungkin karena tidak konsisten menemukan kurangnya kontrol untuk kinerja sosial aktual dalam analisis empiris. Plumlee, Brown dan Marshall (2009) menyelidiki hubungan antara kualitas pengungkapan sukarela lingkungan perusahaan dan nilai perusahaan (biaya modal ekuitas dan arus kas yang diharapkan). Penelitian ini mengukur kualitas pengungkapan dibangun dengan indeks pengungkapan berdasarkan pengungkapan kerangka Global Reporting Initiative's. Menggunakan sampel dari 167 perusahaan dari lima industri yang berbeda (minyak & gas, kimia, makanan / minuman, farmasi, dan utilitas) selama periode 2000 sampai 2004 ditemukan bahwa kualitas pengungkapan negatif terkait dengan biaya modal. Hasil-hasil penelitian mengenai pengaruh pengungkapan corporate social responsibility pada cost of equity capital menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Hal ini mengindikasikan adanya variabel lain yang berpengaruh pada hubungan pengungkapan corporate social responsibility dengan cost of equity capital. Laporan keuangan yang berkualitas menyajikan angka-angka yang memiliki daya informasi akuntansi yang berguna bagi investor untuk pengambilan keputusan investasi, kredit ataupun keputusan sejenis lainnya. Daya informasi akuntansi dari angka-angka yang disajikan dalam laporan keuangan dapat menjadi ukuran kualitas suatu laporan keuangan (Feliana, 2007). Daya informasi akuntansi dapat ditunjukkan dalam laba akuntansi dan nilai buku ekuitas. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pasar memberikan penghargaan terhadap laba dan nilai buku (misalnya Kothari dan Zimmerman, 1995; Ohlson, 1995; Feltham dan Ohlson, 1995). Laba akuntansi
7
memberikan informasi dan bermanfaat dalam penilaian sekuritas. Namun demikian, peran nilai buku tidak dapat diabaikan karena nilai buku juga merupakan faktor yang relevan dalam menjelaskan nilai ekuitas. Nilai buku merupakan ukuran neraca atau aktiva bersih yang menghasilkan laba. Nilai buku yang berasal dari neraca memberikan informasi tentang nilai bersih sumber daya perusahaan (Naimah dan Utama, 2006). Menurut Francais et al. (2004) relevansi nilai adalah salah satu atribut dasar akuntansi yang berkualitas. Semakin besar daya explanatory spesifik variabel laporan keuangan, semakin besar nilai relevansi (Hasan dan Asoka, 2003). Ball dan Brown (1968) menyatakan tujuan mempelajari relevansi nilai angka-angka akuntansi adalah untuk menguji relevansi dan keandalan angka akuntansi sebagaimana tercermin pada nilai ekuitas dan untuk menilai seberapa baik akuntansi mencerminkan informasi yang digunakan oleh investor. Secara tradisional, earnings dan book values memberikan kontribusi terhadap relevansi nilai (Ohlson, 1995). Para peneliti telah membuktikan adanya hubungan antara perubahan earnings dan book values serta kombinasi keduanya dengan perubahan nilai ekuitas. Asumsi intrinsik adalah bahwa earnings dan book values memiliki kandungan informasi untuk investor. Informasi ini kemudian berpengaruh positif atau negatif pada cost of equity capital. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah daya informasi akuntansi berpengaruh pada
8
hubungan corporate social responsibilty (CSR) dengan cost of equity capital (CEC)?” 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh daya informasi akuntansi pada hubungan corporate social responsibilty (CSR) dengan cost of equity capital (CEC). 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis yaitu sebagai berikut: 1) Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan pemahaman yang lebih mendalam mengenai pengaruh daya informasi akuntansi pada hubungan corporate social responsibilty (CSR) dengan cost of equity capital (CEC). 2) Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan bagi kebijakan perusahaan untuk meningkatkan tanggung jawab dan kepedulian terhadap lingkungan sosial serta membantu manajer memahami dampak investasi CSR pada pembiayaan modal perusahaan yang merupakan implikasi penting untuk perencanaan strategis perusahaan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Teori Pensinyalan (Signalling Theory) Teori sinyal (signaling theory) menjelaskan bagaimana seharusnya sinyalsinyal keberhasilan atau kegagalan mnajemen (agen) disampaikan kepada pemilik (principal). Dalam hubungan keagenan, manajer memiliki asimetri informasi terhadap pihak eksternal perusahaan seperti investor dan kreditor. Asimetri informasi terjadi ketika manajer memiliki informasi internal perusahaan yang lebih banyak dan mengetahui informasi tersebut lebih cepat dibandingkan pihak eksternal. Guna mengurangi asimetri informasi maka perusahaan harus mengungkapkan informasi yang dimiliki, baik informasi keuangan maupun non keuangan. Salah satu informasi yang wajib untuk diungkapkan oleh perusahaan adalah informasi tentang tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility. Informasi ini dapat dimuat dalam laporan tahunan perusahaan atau laporan sosial perusahaan terpisah. Perusahaan melakukan pengungkapan corporate social responsibility dengan harapan dapat meningkatkan reputasi dan nilai perusahaan. 2.2 Corporate Social Responsibility (CSR) CSR merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perusahaan sesuai dengan pasal 74 UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang berisi 4 (empat) ayat, yaitu: 9
10
1)
Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
2)
Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
3)
Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4)
Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Kewajiban melaksanakan CSR juga diberlakukan bagi perusahaan yang melakukan penanaman modal di Indonesia sebagaimana diatur dalam pasal 15 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 yang menyatakan bahwa “Setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan”. Pengungkapan sosial dalam tanggung jawab perusahaan sangat perlu dilakukan, karena bagaimanapun juga perusahaan memperoleh nilai tambah dari kontribusi masyarakat di sekitar perusahaan termasuk dari penggunaan sumbersumber sosial (social resources). Jika aktivitas perusahaan menyebabkan kerusakan sumber-sumber sosial maka dapat timbul adanya biaya sosial (social cost) yang harus ditanggung oleh masyarakat, sedangkan apabila perusahaan meningkatkan mutu social resources maka akan menimbulkan social benefit (manfaat sosial). Menurut
11
Gray et al. (1987), corporate social reporting adalah proses pengkomunikasian efekefek sosial dan lingkungan atas tindakan-tindakan ekonomi perusahaan pada kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat dan pada masyarakat secara keseluruhan
dengan
mengungkapkan
informasi-informasi
mengenai
operasi
perusahaan sehubungan dengan lingkungan sebagai tanggung jawab perusahaan. Gray et al. (1995) menyebutkan 3 studi yang menjelaskan mengapa perusahaan cenderung untuk mengungkapkan informasi yang berkaitan dengan aktivitasnya dan dampak yang ditimbulkan oleh emiten tersebut, yaitu: 1)
Decision-userfulnes study Penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti menemukan bahwa informasi sosial dibutuhkan users, seperti analis, banker, dan pihak lain yang terlibat. Penelitian tersebut menyebutkan bahwa informasi aktivitas sosial perusahaan berada pada posisi moderately important.
2)
Economic theory study Studi dalam corporate responsibility reporting ini mendasari pada Economic agency theory dan Accounting positivism theory yang menganologikan manajemen sebagai agen dari suatu prinsipal. Prinsipal diartikan sebagai pemegang saham atau traditional users lain. Namun, pengertian users tersebut telah berkembang menjadi seluruh interest group perusahaan yang bersangkutan sebagai agen, manajemen akan berupaya mengoperasikan perusahaan sesuai dengan keinginan publik (stakeholder).
12
3)
Social and political theory studies Bidang ini menggunakan teori stakeholder, teori legitimasi organisasi, dan teori ekonomi publik. Teori stakeholder mengamsusikan bahwa perusahaan berusaha mencari pembenaran dari para stakeholder dalam menjalankan operasi perusahaannya. Semakin kuat posisi stakeholder, semakin besar kecenderungan
perusahaan
mengadaptasi
diri
terhadap
keinginan
stakeholder nya. Implementasi CSR merupakan salah satu wujud pelaksanaan prinsip corporate governance. Penganut paham corporate governance lebih mudah menerima adanya kebutuhan dan kewajiban untuk melaksanakan CSR karena kedua kegiatan tersebut berlandaskan pemahaman falsafah yang sama. Corporate governance menyangkut tanggung jawab perusahaan kepada pihak-pihak lain yang berkepentingan terutama atas kegiatan ekonomi dan segala dampaknya, sedangkan CSR adalah kegiatan yang diselenggarakan perusahaan untuk menaikkan tingkat kesejahteraan masyarakat di luar kegiatan utama perusahaan. Kedua kegiatan tersebut sama-sama bertujuan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham namun tetap memperhatikan pemangku kepentingan lainnya (Zarkasyi, 2008). Oleh karena itu, perusahaan perlu mengembangkan sejumlah kebijakan untuk menuntun pelaksanaan CSR. Semua hal tersebut tidak terlaksana dengan baik apabila perusahaan tidak menerapkan good corporate governance beserta aspek-aspek yang termasuk di dalamnya.
13
Beberapa penelitian menyebutkan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi pengungkapan atas penerapan tanggung jawab sosial diantaranya; ukuran (size), profitabilitas, profile, ukuran dewan komisaris, leverage (Sembiring, 2005). Anggraini (2006) juga menduga bahwa faktor-faktor kepemilikan manajemen, financial leverage, biaya politis karena ukuran (size), dan tingkat profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan informasi sosial yang dalam hal ini adalah CSR. Lebih lanjut dijelaskan bahwa tuntutan terhadap perusahaan untuk memberikan informasi yang transparan, organisasi yang akuntabel serta tata kelola perusahaan yang semakin bagus (good corporate governance) semakin memaksa perusahaan untuk memberikan informasi mengenai aktivitas sosialnya. Penerapan corporate governance yang baik mendorong perusahaan untuk meningkatkan tata kelola perusahaan dan menyediakan informasi kegiatan perusahaan termasuk pengungkapan CSR sehingga dapat memberi sinyal positif kepada investor. Manfaat corporate governance dapat dilihat dari harga saham yang bersedia dibayar oleh investor. Kusumawati dan Riyanto (2005) dalam Rustiarini (2009) menyatakan nilai pasar perusahaan yang menerapkan good corporate governance lebih tinggi daripada perusahaan yang tidak menerapkan praktik good corporate governance. 2.3 Cost of Equity Capital Pengertian cost of equity capital dalam literatur keuangan pertama kali didefinisikan oleh Modigliani and Miller, 1958 yang menjelaskan cost of equity capital (CEC) sebagai cost yang dikeluarkan untuk membiayai sumber pembelanjaan
14
(source of financing). Cost of equity capital berkaitan dengan risiko investasi saham perusahaan. Sartono (2000) dalam Murni (2003) mengemukakan biaya modal dapat didefinisikan sebagai rate of return minimum yang diisyaratkan oleh pengguna modal sendiri atas suatu investasi agar harga saham tidak berubah, selain itu Lang dan Lundlolm (1996) juga mengemukakan bahwa keuntungan potensial terhadap ungkapan termasuk meningkatnya investor yang mengikutinya, mengurangi estimasi risiko dan mengurangi asimetri informasi yang masing-masing menunjukkan pengurangan cost of equity capital perusahaan. Utami (2005) mengemukakan tindakan manajemen laba menyebabkan perusahaan harus mengungkapkan banyak informasi sehingga berkonsekuensi terhadap meningkatnya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menyediakan informasi bagi publik (cost of equity capital). Heinkel et al. (2001) dalam Ghoul et al. (2010) meneliti hubungan antara CSR dan biaya ekuitas untuk membantu manajer memahami dampak investasi CSR pada pembiayaan perusahaan. Dijelaskan bahwa biaya modal ekuitas merupakan tingkat pengembalian investasi perusahaan yang diperlukan penanam modal sebagai input utama dalam keputusan investasi jangka panjang perusahaan. Dhaliwal, Li, Tsang dan Yang (2009) menganggap pengungkapan CSR sebagai investasi jangka panjang dan kinerja perusahaan yang berkelanjutan karena dampak dari pelaksanaan kegiatan tersebut dapat membantu perusahaan menghindari peraturan potensial pemerintah dan mengurangi biaya kepatuhan masa depan.
15
Sesuai dengan beberapa definisi di atas, cost of equity capital merupakan biaya yang ditanggung perusahaan untuk memperoleh dana dari kegiatan re-investasi termasuk di dalamnya biaya pengungkapan yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk kepentingan publik. Kewajiban perusahaan untuk melaporkan pengungkapan mengenai perusahaan berdampak terhadap biaya yang dikeluarkan. Oleh karena itu cost of equity capital yang dimaksud dalam studi ini adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk pengungkapan informasi bagi publik (pemegang saham, investor, pemerintah, kreditur, dan masyarakat secara umum). Pengukuran biaya modal ekuitas dipengaruhi oleh model penilaian perusahaan yang digunakan (Utami, 2005). Ada beberapa model penilaian perusahaan, antara lain: 1) Capital Asset Pricing Model ( CAPM ) Berdasarkan model CAPM, biaya modal ekuitas adalah tingkat return yang diharapkan oleh investor sebagai kompensasi atas risiko yang tidak dapat didiversifikasi yang diukur dengan beta. Model CAPM merupakan model keseimbangan yang menggambarkan hubungan risiko dan return secara lebih sederhana, dan hanya menggunakan satu variabel yaitu variabel beta untuk menggambarkan
risiko.
Model
CAPM
ini
juga
dapat
membantu
menyederhanakan gambaran realitas hubungan return dan risiko dalam dunia nyata yang terkadang sangat kompleks. (Tandelilin, 2001: 90).
16
2) Residual Income Model Model residual income ini lebih dikenal sebagai Edward Bell Ohlson (EBO) Valuation. Model ini digunakan untuk mengestimasi nilai perusahaan dengan mendasarkan pada nilai buku ekuitas ditambah dengan nilai tunai dari laba. Botosan (1997) memakai model Ohlson untuk mengestimasi biaya modal ekuitas dengan menggunakan estimasi laba per lembar saham untuk periode empat tahun ke depan (t = 4) dan memakai data forecast laba per saham yang dipublikasikan oleh Value Line. Namun publikasi data forecast laba per saham untuk di Indonesia belum ada. Green et al. (2001) meneliti biaya modal ekuitas dengan sampel perusahaan perbankan yang berada di negara Amerika menggunakan tiga model pengukuran biaya modal ekuitas, antara lain Comparable Accounting Earnings Model (CAE), Discounted Cash Flow Method (DCF), dan Capital Asset Pricing Model (CAPM). Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa biaya modal ekuitas dapat diukur dalam perusahaan perbankan dengan menggunakan tiga model pengukuran di atas, namun model yang paling signifikan adalah model CAPM (Capital Asset Pricing Model). Pengukuran CEC dengan CAPM juga pernah digunakan oleh Murni (2003), Mardiyah (2002), serta Komalasari dan Baridwan (2001). 2.4 Daya Informasi Akuntansi Laporan
keuangan
yang diterbitkan
suatu
perusahaan
harus
dapat
mengungkapkan kondisi perusahaan yang sebenarnya, sehingga bermanfaat bagi masyarakat umum. Informasi yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan haruslah
17
informasi yang mempunyai relevansi. Angka akuntansi didefinisikan sebagai nilai yang relevan, sebagai kekuatan spesifik variabel laporan keuangan untuk menjelaskan perubahan nilai ekuitas. Semakin besar daya explanatory spesifik variabel laporan keuangan, semakin besar nilai relevansi (Hasan dan Asoka, 2003). Dengan kata lain, relevansi nilai dipahami sebagai kemampuan pernyataan informasi keuangan untuk meringkas atau menangkap informasi yang mempengaruhi nilai saham dan diuji secara empiris sebagai hubungan statistik antara nilai pasar dan nilai akuntansi (Hellstrom, 2005). Menurut Ball dan Brown (1968) tujuan mempelajari relevansi nilai angkaangka akuntansi adalah untuk menguji relevansi dan keandalan angka akuntansi sebagaimana tercermin pada nilai ekuitas dan untuk menilai seberapa baik akuntansi mencerminkan informasi yang digunakan oleh investor ekuitas. Menurut Francais et al. (2004) relevansi nilai adalah salah satu atribut dasar akuntansi yang berkualitas. Informasi akuntansi berkualitas tinggi adalah pre-conditional untuk fungsi pasar modal dan perekonomian secara keseluruhan sehingga menjadi penting bagi investor, perusahaan dan pembuat standar akuntansi. Investor mengandalkan informasi akuntansi dalam menentukan harga saham dan perusahaan yang memberikan informasi yang berkualitas baik memiliki kelebihan dalam hal biaya modal yang lebih rendah. Menurut Feliana (2007) kualitas laporan keuangan dapat diukur salah satunya dengan melihat daya informasi angka-angka yang disajikan dalam laporan keuangan terhadap ukuran-ukuran pasar modal berdasarkan efficient market hypothesis (EMH).
18
Menurut Jensen yang mencetuskan EMH pertama kali (1978 p.96): “A market is efficient with respect to information set bi if it is impossible to make economic profits by trading on the basis of information set bi.” Naimah dan Utama (2006) membuktikan bahwa nilai buku ekuitas dan laba akuntansi memiliki hubungan positif yang signifikan terhadap harga saham. Secara tradisional, earnings dan book values memberikan kontribusi terhadap relevansi nilai (Ohlson, 1995). Para peneliti telah membuktikan hubungan tingkat tinggi antara perubahan earnings dan book values serta kombinasi keduanya dengan perubahan nilai ekuitas. Asumsi intrinsik adalah bahwa earnings dan book values memiliki kandungan informasi untuk investor. Informasi ini kemudian berpengaruh positif atau negatif pada harga saham. 2.5 Ukuran Perusahaan (Size) Banyak penelitian-penelitian empiris yang berkaitan dengan pengungkapan laporan keuangan sering dihubungkan dengan ukuran perusahaan secara statistik signifikan diantara keduanya. Berkaitan dengan ukuran perusahaan, Diamond dan Verrecchia (1991) menyatakan bahwa perusahaan yang lebih besar, dengan total risiko yang ditanggung oleh investor lebih besar, akan mendapatkan keuntungan per saham yang terbesar (dalam hal peningkatan nilai saham) sebagai hasil dari peningkatan pengungkapan. Semakin besar ukuran perusahaan, maka harga sekuritas perusahaan tersebut semakin tergantung pada keluasan daya serap pasar. Bagi perusahaan besar, ia perlu menarik investor institusional karena mereka harap akan memegang sekuritas perusahaan dalam jumlah besar dan membuat perdagangan yang
19
besar sehingga likuiditas sekuritas meningkat. Daya serap yang besar dari investor institusional ini akan memberikan keuntungan yang lebih besar ketika perusahaan menerbitkan suatu pengungkapan sehingga penurunan cost of equity capital-nya juga lebih besar dibandingkan perusahaan kecil. Penelitian Fama dan French (1992) melaporkan adanya hubungan yang negatif antara ukuran perusahaan dan cost of equity capital, sehingga korelasinya positif terhadap hubungan laba-return saham. Namun, terdapat kemungkinan korelasi ukuran perusahaan negatif terhadap hubungan laba-return saham berdasarkan temuan Freeman (1987). Freeman menemukan bahwa makin besar ukuran perusahaan, makin banyak informasi yang tersedia tentang perusahaan tersebut, maka pasar makin mampu memprediksikan terlebih dahulu besarnya laba yang diperoleh perusahaan, yang pada akhirnya mengakibatkan hubungan antara laba dan harga pasar saham perusahaan makin lemah. 2.6 Jenis Usaha (profile) Sesuai dengan penerapan CSR di Indonesia yang diatur dalam UU No. 40/2007 dan UU No. 25/2007 yang mengatur tentang CSR menunjukkan bahwa penerapan CSR diwajibkan bagi semua jenis perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jenis usaha (profile) merupakan berbagai macam industri yang dikelompokkan menurut kegiatan memproses atau mengelola barang yang di produksi. Jenis industri dibedakan menjadi dua yaitu high profile dan low profile (Hackston dan Milne, 1996; Anggraeni, 2006). Perusahaan yang tergolong high
20
profile seperti perminyakan dan pertambangan, kimia, hutan, kertas, otomotif, agrobisnis, tembakau dan rokok, makanan dan minuman, media komunikasi, kesehatan, transportasi dan pariwisata. Perusahaan yang tergolong low profile seperti bidang bangunan, keuangan dan perbankan, supplier peralatan medis, retailer, tekstil dan produk tekstil serta produk personal dan rumah tangga. Hasil penelitian lebih banyak
mengungkapkan
bahwa
perusahaan
high
profile
lebih
banyak
mengungkapkan informasi tentang tanggung jawab sosial jika dibandingkan perusahaan low profile. Ini disebabkan karena perusahaan high profile lebih banyak berinteraksi dengan sumber daya seperti tenaga kerja, alam serta lingkungan sekitarnya. Beberapa penelitian yang mendukung hasil ini diantaranya Hackston dan Milne (1996), Utomo (2000), Henny dan Murtato (2001), Sembiring (2005) serta Anggraeni (2006). 2.7 Penelitian-Penelitian Sebelumnya Laporan keuangan yang berkualitas menyajikan angka-angka yang memiliki daya informasi akuntansi yang berguna bagi investor untuk pengambilan keputusan investasi, kredit ataupun keputusan sejenis lainnya. Penelitian oleh Ibrahim et al. (2003) menunjukkan bahwa investor menggunakan informasi dalam neraca ketika membuat keputusan ekonomi. Menurut Hellstrom (2005) kemampuan pernyataan informasi keuangan untuk meringkas atau menangkap informasi mempengaruhi nilai saham. Menurut Guthrie dan Parker (1990) pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan merupakan salah satu cara perusahaan untuk membangun,
21
mempertahankan, dan melegitimasi kontribusi perusahaan dari sisi ekonomi dan politis
yang
mengindikasikan
bahwa
perusahaan
yang
menerapkan
CSR
mengharapkan akan direspon positif oleh para pelaku pasar. Hasil penelitian Almilia dan Wijayanto (2007) menunjukkan bahwa investor akan merespon positif perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan yang bagus melalui fluktuasi harga saham yang semakin naik dari periode ke periode dan sebaliknya. Penelitian Junaedi (2005) menunjukkan tingkat pengungkapan (disclosure level) oleh pihak manajemen perusahaan akan berdampak kepada pergerakan harga saham, volume saham yang diperdagangkan, dan return-nya. Richardson dan Welker (2001) menemukan hubungan positif yang signifikan secara statistik antara tingkat pengungkapan sosial dan biaya modal, konsisten dengan pengungkapan sosial lebih meningkatkan biaya modal bagi perusahaan sampel. Klein dan Bawa dalam Botosan (1997) serta Coles dan Loewenstein dalam Botosan (1997), juga menyatakan bahwa ada hubungan positif antara pengungkapan dan biaya modal. Menurut Utami (2005) banyaknya informasi yang harus diungkap oleh perusahaan berdampak terhadap naiknya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Plumlee, Brown dan Marshall (2009) menyelidiki hubungan antara kualitas pengungkapan sukarela lingkungan perusahaan dan nilai perusahaan (biaya modal ekuitas dan arus kas yang diharapkan) menemukan bahwa kualitas pengungkapan negatif terkait dengan biaya modal. Dhaliwal, Li, Tsang dan Yang (2009) menemukan bahwa perusahaan dengan biaya modal tinggi cenderung untuk menerbitkan laporan CSR mandiri dan perusahaan dengan kinerja CSR yang baik
22
menikmati pengurangan dalam biaya modal ekuitas. Verrecchia dalam Botosan (1997) memberikan dukungan riset secara teoritis bahwa ada hubungan negatif antara tingkat disclosure dan biaya modal, artinya peningkatan disclosure akan meningkatkan kualitas biaya pasar, sehingga akan mengurangi biaya modal. Botosan (1997) menunjukkan bahwa semakin besar tingkat pengungkapan akuntansi yang dilakukan oleh perusahaan, semakin rendah cost of equity capital-nya. Hasil–hasil penelitian terdahulu menjadi kajian empiris dalam penelitian ini. Penelitian ini mencoba mengembangkan penelitian-penelitian sebelumnya dengan cara melakukan perluasan pengamatan dan pengembangan proksi dari variabelvariabel penelitian. Ringkasan beberapa penelitian sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 2.1.
23
Tabel 2.1 Penelitian-Penelitian Sebelumnya No Penelitian Hasil Penelitian 1 Ibrahim et al. (2003) - Value Relevance of Menemukan bahwa jumlah goodwill adalah nilai Accounting Numbers: An empirical relevansi bagi investor dan investor Investigation of Purchased Goodwill. menggunakan informasi dalam Neraca ketika membuat keputusan ekonomi. 2
Hellstrom (2005) - The Value Relevance of Financial Accounting Information in a Transitional Economy: The Case of the Czech Republic.
3
Guthrie dan Parker (1990) - Corporate Social Pengungkapan informasi CSR dalam laporan Disclosure Practice: A Comparative tahunan merupakan salah satu cara perusahaan International Analysis. untuk membangun, mempertahankan, dan melegitimasi kontribusi perusahaan dari sisi ekonomi dan politis yang mengindikasikan bahwa perusahaan yang menerapkan CSR mengharapkan akan direspon positif oleh para pelaku pasar.
4
Almilia dan Wijayanto (2007) - Pengaruh Perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan Environmental Performance dan yang bagus akan direspon positif oleh para Environmental Disclosure terhadap Economic investor melalui fluktuasi harga saham yang Performance. semakin naik dari periode ke periode dan sebaliknya.
5
Junaedi (2005) Dampak Tingkat pengungkapan Informasi Perusahaan terhadap Volume Perdagangan dan Return Saham: Penelitian Empiris terhadap PerusahaanPerusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta. Richardson dan Welker (2001) - Social disclosure, financial disclosure and the cost of equity capital.
6
Relevansi nilai dipahami sebagai kemampuan pernyataan informasi keuangan untuk meringkas atau menangkap informasi yang mempengaruhi nilai saham dan diuji secara empiris sebagai hubungan statistik antara nilai pasar dan nilai akuntansi.
Tingkat pengungkapan (disclosure level) yang diberikan oleh pihak manajemen perusahaan akan berdampak kepada pergerakan harga saham yang pada gilirannya juga akan berdampak pada volume saham yang diperdagangkan dan return. Menemukan hubungan positif yang signifikan secara statistik antara tingkat pengungkapan sosial dan biaya modal, konsisten dengan pengungkapan sosial lebih meningkatkan biaya modal bagi perusahaan sampel.
24
No
Peneliti
Hasil
7
Botosan (1997) - Disclosure Level and the Hubungan antara tingkat pengungkapan sukarela Cost of Equity Capital. dengan cost of equity capital menunjukkan bahwa semakin besar tingkat pengungkapan akuntansi yang dilakukan oleh perusahaan, semakin rendah cost of equity capital-nya.
8
Utami (2005) - Pengaruh Manajemen Laba Banyaknya informasi yang harus diungkap oleh terhadap Biaya Modal Ekuitas: (Studi pada perusahaan berkonsekuensi terhadap Perusahaan Publik Sektor Manufaktur). meningkatnya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menyediakan informasi bagi publik. Plumlee, Brown dan Marshall (2009) - The Menyelidiki hubungan antara kualitas impact of voluntary environmental disclosure pengungkapan sukarela lingkungan perusahaan quality on firm value. dan nilai perusahaan (biaya modal ekuitas dan arus kas yang diharapkan) menemukan bahwa kualitas pengungkapan negatif terkait dengan biaya modal.
9
10
Dhaliwal, Li, Tsang dan Yang (2009) Voluntary Non-Financial Disclosure and the Cost of Equity Capital: The Initiation of Corporate Social Responsibility Reporting.
Sumber: data diolah
Menemukan bahwa perusahaan dengan biaya modal tinggi cenderung untuk menerbitkan laporan CSR mandiri dan perusahaan dengan kinerja unggul CSR menikmati pengurangan berikutnya dalam biaya modal ekuitas.
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir Sejalan dengan perkembangan industri, tekanan masyarakat terhadap perusahaan untuk melakukan pembenahan sistem operasi yang memiliki kepedulian dan tanggung jawab terhadap sosial menjadi sangat kuat. Perusahaan dituntut untuk memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan sekitar dalam memperbaiki kesenjangan sosial dan kerusakan-kerusakan lingkungan yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan operasional yang dilakukan perusahaan. Pengungkapan tanggung jawab sosial atau sering disebut sebagai corporate social reporting yaitu proses pengkomunikasian efek-efek sosial dan lingkungan atas tindakan-tindakan ekonomi perusahaan pada kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat dan pada masyarakat secara keseluruhan (Gray et al, 1987). Pengungkapan sosial dalam tanggung jawab perusahaan sangat perlu dilakukan, karena bagaimanapun juga perusahaan memperoleh nilai tambah dari kontribusi masyarakat di sekitar perusahaan. Menurut Almilia dan Wijayanto (2007) investor akan merespon positif perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan yang bagus melalui fluktuasi harga saham yang semakin naik dari periode ke periode dan sebaliknya. Penelitian Junaedi (2005) menunjukkan tingkat pengungkapan (disclosure level) oleh pihak manajemen 25
26
perusahaan akan berdampak kepada pergerakan harga saham, volume saham yang diperdagangkan, dan return-nya. Menurut Guthrie dan Parker (1990) pengungkapan informasi CSR diharapkan akan direspon positif oleh para pelaku pasar. Richardson
dan
Welker
(2001)
menunjukkan
pengungkapan
sosial
meningkatkan biaya modal perusahaan. Klein dan Bawa dalam Botosan (1997) serta Coles dan Loewenstein dalam Botosan (1997) juga menyatakan bahwa ada hubungan positif antara pengungkapan dan biaya modal. Menurut Utami (2005) banyaknya informasi yang harus diungkap oleh perusahaan berdampak terhadap naiknya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Plumlee, Brown dan Marshall (2009) menemukan bahwa kualitas pengungkapan negatif terkait dengan biaya modal. Menurut Dhaliwal, Li, Tsang dan Yang (2009) perusahaan dengan biaya modal tinggi cenderung untuk menerbitkan laporan CSR mandiri dan perusahaan dengan kinerja CSR yang baik menikmati pengurangan dalam biaya modal ekuitas. Verrecchia dalam Botosan (1997) menunjukkan hubungan negatif antara tingkat disclosure dan biaya modal. Demikian pula hasil penelitian Botosan (1997) menunjukkan bahwa semakin besar tingkat pengungkapan akuntansi yang dilakukan oleh perusahaan, semakin rendah cost of equity capital-nya. Laporan keuangan dengan informasi berkualitas memiliki daya informasi akuntansi yang berguna sebagai signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi, menilai risiko dan return yang diharapkan, serta untuk menilai kinerja manajemen. Menurut Ibrahim et al. (2003) investor menggunakan informasi dalam
27
neraca ketika membuat keputusan ekonomi. Kemampuan pernyataan informasi keuangan untuk meringkas atau menangkap informasi mempengaruhi nilai saham (Hellstrom, 2005). Daya informasi akuntansi dari angka-angka yang tersaji dalam laporan keuangan berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang tercermin pada perubahan harga saham perusahaan di bursa saham. Penurunan harga saham menyiratkan peningkatan biaya modal ekuitas perusahaan dan mendorong manajer untuk mengungkapkan lebih banyak informasi (Sletten, 2008 dalam Dhaliwal et al., 2009) Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka kerangka berpikir secara ringkas dapat dilihat lebih lanjut pada Gambar 3.1. 1.2 Konsep Penelitian Berdasarkan kerangka berpikir tersebut, maka konsep penelitian dapat dirumuskan untuk menentukan pengaruh daya informasi akuntansi pada hubungan corporate social responsibility dengan cost of equity capital seperti pada Gambar 3.2.
28
Kajian Empiris: 1. Ibrahim et al. (2003) 2. Hellstrom (2005) 3. Guthrie dan Parker (1990). 4. Almilia dan Wijayanto (2007) 5. Junaedi (2005) 6. Richardson dan Welker (2001). 7. Botosan (1997) 8. Utami (2005) 9. Plumlee, Brown dan Marshall (2009) 10. Dhaliwal, Li, Tsang dan Yang (2011)
Kajian Teoritis: 1. Teori Pensinyalan (Signaling Theory) 2. Teori Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR Disclosure) 3. Teori Cost of Equity Capital (CEC) 4. Teori Daya Informasi Akuntansi
UU No.40/2007 & UU No.25/2007
Corporate Social Responsibility
Cost Of Equity Capital
Daya Informasi Akuntansi
Gambar 3.1 Kerangka Berpikir
Corporate Social Responsibility
Cost of Equity Capital
Daya Informasi Akuntansi Gambar 3.2 Konsep Penelitian
29
3.3 Hipotesis Penelitian Sesuai dengan PSAK No.1 yaitu laporan keuangan harus berguna bagi pihakpihak yang berkepentingan dengan perusahaan, maka laporan keuangan harus dapat membantu investor dan kreditur untuk menginterpretasikan keadaan perusahaan. Manajer dapat memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada investor guna meningkatkan nilai saham perusahaan. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan (dislosure) informasi akuntansi. Pengungkapan informasi corporate social responsibility dalam laporan keuangan perusahaan menunjukkan implementasi tanggung jawab perusahaan tidak hanya pada laporan keuangan (financial) termasuk juga tanggung jawab sosial dan lingkungan. Informasi tambahan kepada para investor selain dari yang sudah tercakup dalam laba akuntansi, dapat menjadi bahan pertimbangan bagi investor dalam pengambilan keputusan. Banyaknya informasi yang harus diungkap oleh perusahaan berhubungan dengan tingkat biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menyediakan informasi bagi publik (cost of equity capital). Semakin banyak pengungkapan informasi dalam laporan keuangan memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada investor yang berguna untuk memaksimalisasi nilai saham perusahaan. Menurut Utami (2005) banyaknya informasi yang harus diungkap oleh perusahaan berdampak terhadap naiknya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Hasil penelitian Richardson dan Welker (2001), Klein dan Bawa dalam Botosan
30
(1997) serta Coles dan Loewenstein dalam Botosan (1997), memberikan dukungan riset secara teoritis bahwa ada hubungan positif antara tingkat pengungkapan sosial dan biaya modal, konsisten dengan pengungkapan sosial lebih meningkatkan biaya modal bagi perusahaan. Namun berbeda dengan hasil penelitian Plumlee, Brown dan Marshall (2009), Dhaliwal, Li, Tsang dan Yang (2009), Verrecchia dalam Botosan (1997), dan Botosan (1997) yang menunjukkan hubungan negatif antara tingkat disclosure dan biaya modal, artinya pengungkapan sukarela dari kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) menyebabkan penurunan biaya modal ekuitas perusahaan. Hasil penelitian yang tidak konsisten mengenai pengaruh pengungkapan corporate social responsibility pada cost of equity capital menunjukkan adanya pengaruh variabel lain. Pengungkapan informasi corporate social responsibility dalam laporan keuangan diharapkan dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan. Laporan keuangan yang berkualitas memiliki daya informasi yang dapat mempengaruhi keputusan investor untuk berinvestasi. Menurut Feliana (2007) kualitas laporan keuangan dapat diukur salah satunya dengan melihat daya informasi angka-angka yang disajikan dalam laporan keuangan. Menurut Francais et al. (2004) relevansi nilai adalah salah satu atribut dasar akuntansi yang berkualitas. Angka akuntansi didefinisikan sebagai nilai yang relevan, sebagai kekuatan spesifik variabel laporan keuangan untuk menjelaskan perubahan nilai ekuitas. Semakin besar daya explanatory spesifik variabel laporan keuangan, semakin besar nilai relevansi (Hasan
31
dan Asoka, 2003). Menurut Ball dan Brown (1968) tujuan mempelajari relevansi nilai angka-angka akuntansi adalah untuk menguji relevansi dan keandalan angka akuntansi sebagaimana tercermin pada nilai ekuitas dan untuk menilai seberapa baik akuntansi mencerminkan informasi yang digunakan oleh investor. Menurut Francais et al. (2004) perusahaan yang memberikan informasi yang berkualitas baik memiliki kelebihan dalam hal biaya modal yang lebih rendah. Ohlson (1995) menyatakan bahwa book values memberikan kontribusi terhadap relevansi nilai yang memiliki kandungan informasi untuk investor dan berpengaruh positif atau negatif pada harga saham. Asumsi intrinsiknya adalah bahwa earnings dan book values memiliki kandungan informasi untuk investor. Informasi ini kemudian berpengaruh positif atau negatif pada cost of equity capital. Dengan demikian, daya informasi akuntansi akan dapat meningkatkan atau menurunkan pengaruh corporate social responsibility pada cost of equity capital. Berdasarkan kajian teoritis dan empiris serta konsep penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis dari penelitian ini sebagai berikut: H:
Daya infomasi akuntansi berpengaruh pada hubungan corporate social responsibility dengan cost of equity capital.
BAB IV METODA PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian Pada bab sebelumnya telah dijelaskan latar belakang, permasalahan, tujuan, manfaat, kajian pustaka, dan hipotesis penelitian. Langkah selanjutnya adalah mempersiapkan rancangan penelitian. Rancangan penelitian menjelaskan rencana dan struktur riset yang mengarahkan proses dari hasil penelitian sedapat mungkin menjadi valid, objektif, efektif, dan efisien. Dalam penelitian ini digunakan jenis data kuantitatif berupa data sekunder yang diperoleh melalui situs www.idx.co.id. Berdasarkan hipotesis penelitian yang diajukan diidentifikasi tiga variabel yang digunakan dalam penelitian ini dimana corporate social responsibility (CSR) sebagai variabel independen, cost of equity capital (CEC) sebagai variabel dependen, dan daya informasi akuntansi sebagai variabel pemoderasi, sedangkan ukuran perusahaan (size) dan jenis usaha (profile) sebagai variabel kontrol. Variabel-variabel tersebut diperoleh melalui kajian teoritis dan empiris yang dilakukan oleh peneliti. Melalui kajian-kajian tersebut diperoleh masalah penelitian dan hipotesis. Sebelum dilakukan pengujian secara statistik maka perlu menentukan sampel penelitian, sumber datanya, dan metode pengumpulan data. Selanjutnya pengujian hipotesis dilakukan dengan pengolahan data menggunakan regresi linear berganda untuk pengujian data dengan variabel moderasi. Setelah 32
33
diperoleh hasil analisis kemudian diinterpretasikan untuk menjawab pokok permasalahan dalam penelitian ini, sehingga dapat ditarik kesimpulan. Rancangan penelitian disajikan pada Gambar 4.1. 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui situs www.idx.co.id. Waktu penelitian menggunakan dua tahun pengamatan yaitu tahun buku 2008 dan 2009. Peneliti menggunakan tahun buku 2008 dan 2009 sebagai tahun pengamatan
karena
peneliti
ingin
mengetahui
pengaruh
corporate
social
responsibility terhadap cost of equity capital setelah dikeluarkannya Undang-Undang Penanaman modal No. 25 Tahun 2007 dan Undang-Undang Perseroan Terbatas no. 40 Tahun 2007 yang mewajibkan setiap perseroan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. 4.3. Penentuan Sumber Data 4.3.1 Jenis Data Berdasarkan jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka-angka atau data kualitatif yang diangkakan. Data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan corporate social responsibility (CSR), jumlah lembar saham yang beredar, total asset dan total modal yang diperoleh dari laporan tahunan (annual report) untuk tahun buku 2008 dan tahun buku 2009.
34
Latar Belakang
Masalah Penelitian
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kuantitatif dan kualitatif
Data sekunder BEI
Data Penelitian
Kajian teoritis dan emperis
Purposive sampling Hipotesis
Rancangan Penelitian 4. CSR 1. 5. Size 2.
Variabel Penelitian
6. Profile 3. PAI
Cost of Equity Capital
Simpulan
Saran dan implikasi
Hasil dan Pembahasan
Regresi linear berganda dengan uji interaksi (MRA)
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian
Asumsi klasik
35
4.3.2 Sumber Data Menurut sumbernya, data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu data laporan tahunan yang diperoleh peneliti dari www.idx.co.id. 4.3.3 Metode Penentuan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008 dan tahun 2009. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode purposive sampling, dimana sampel yang digunakan adalah sampel yang memenuhi kriteria tertentu yang dikehendaki peneliti dan kemudian dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian sebagai berikut: 1) Perusahaan yang mempublikasikan annual report tahun buku 2008 dan tahun buku 2009. 2) Perusahaan mencantumkan CSR dalam annual report tahun buku 2008 dan tahun buku 2009. 3) Perusahaan memiliki data yang digunakan untuk perhitungan variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian yaitu jumlah lembar saham yang beredar, total asset dan total modal yang diperoleh dari laporan tahunan (annual report) untuk tahun buku 2008 dan tahun buku 2009.
36
4.4 Variabel Penelitian 4.4.1 Identifikasi Variabel Berdasarkan pokok permasalahan yang telah dirumuskan di atas maka terdapat tiga variabel pada penelitian ini: 1) Variabel terikat/dependen Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah cost of equity capital (CEC) yang diukur menggunakan capital asset pricing model (CAPM). 2) Variabel bebas/independen Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah corporate social responsibility (CSR) yang diukur menggunakan proksi CSR Indeks (CSRI). 3) Variabel pemoderasi Variabel pemoderasi adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Variabel moderasi dalam penelitian ini adalah daya informasi akuntansi yang diukur menggunakan book value of equity (BVE).
37
4) Variabel kontrol Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel kontrol digunakan untuk melengkapi atau mengkontrol hubungan kausal supaya lebih baik, bukan sebagai variabel utama yang diteliti dan diuji tetapi lebih ke variabel lain yang mempunyai efek pengaruh sehingga variabel kontrol tidak dihipotesiskan (Jogiyanto, 2007). Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan (size) dan jenis usaha (profile). 4.4.2 Definisi Operasional Variabel 4.4.2.1 Variabel Terikat/Dependen Variabel terikat pada penelitian ini adalah cost of equity capital (CEC), dalam penelitian ini merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menyediakan informasi bagi publik. Pengukuran CEC pada penelitian ini menggunakan pendekatan capital asset pricing model (CAPM). Pendekatan CAPM menggambarkan hubungan risiko dan return yang lebih sederhana dengan menggunakan variabel beta untuk menggambarkan risiko. Pengukuran CEC dengan CAPM pernah digunakan oleh Green et al. (2001), McInnis (2010), Murni (2003), Mardiyah (2002), serta Komalasari dan Baridwan (2001). Model CEC dengan pendekatan Capital Asset Pricing Model (CAPM) dengan rumus sebagai berikut: CEC = Rft + i (RMt – Rft)
.......................................................................................(1)
38
Keterangan: Rft : return bebas risiko yang diproksikan dengan tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang berlaku pada bulan saat publikasi laporan tahunan. RMt : return pasar yang diperoleh dari indeks harga saham gabungan (IHSG) pada bulan saat publikasi laporan tahunan (t) ditambah IHSG pada bulan t-1 dibagi dengan IHSG pada bulan t-1. i : risiko tidak sistematis untuk setiap saham perusahaan i. 4.4.2.2 Variabel Bebas/Independen Variabel bebas pada penelitian ini adalah corporate social responsibility (CSR). Instrumen pengukuran CSR Indeks (CSRI) yang akan digunakan dalam penelitian ini mengacu pada instrumen yang digunakan oleh Sembiring (2005), yang mengelompokkan informasi CSR ke dalam kategori: Lingkungan, Energi, Tenaga Kerja, Produk, Keterlibatan Masyarakat, dan Umum. Total item CSR berkisar antara 63 sampai dengan 78, tergantung dari jenis industri perusahaan. CSRI dihitung melalui 2 tahap, pertama, sebesar semua skor pada item CSR dengan memberikan nilai 1 (satu) jika mengungkapkan dan nilai 0 (nol) jika tidak mengungkapkan untuk setiap perusahaan. Kedua, membandingkan total skor untuk setiap perusahaan dengan total nilai maksimum yang dapat dicapai. Rumus perhitungan CSRI adalah sebagai berikut (Haniffa dan Cooke, 2005):
CSRI
j
X Ij n
……………………………………………………….(2)
j
Keterangan: CSRI : Corporate Social Responsibility Disclosure Index perusahaan j j
n
j
: jumlah item untuk perusahaan j, n ≤ 78 j
39
X Ij : jumlah item yang diungkapkan oleh perusahaan j
4.4.2.3 Variabel Pemoderasi Variabel pemoderasi dalam penelitian ini adalah daya informasi akuntansi. Menurut Feliana (2007) kualitas laporan keuangan dapat diukur salah satunya dengan melihat daya informasi angka-angka yang disajikan dalam laporan keuangan. Menurut Francais et al. (2004) relevansi nilai adalah salah satu atribut dasar akuntansi yang berkualitas. Investor mengandalkan daya informasi akuntansi dalam menentukan harga saham. Ball dan Brown (1968) menyatakan tujuan mempelajari relevansi nilai angka-angka akuntansi adalah untuk menguji relevansi dan keandalan angka akuntansi sebagaimana tercermin pada nilai ekuitas dan untuk menilai seberapa baik akuntansi mencerminkan informasi yang digunakan oleh investor. Daya informasi akuntansi dapat ditunjukkan dalam laba akuntansi dan nilai buku ekuitas. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pasar memberikan penghargaan terhadap laba dan nilai buku (misalnya Kothari dan Zimmerman, 1995; Ohlson, 1995; Feltham dan Ohlson, 1995). Laba akuntansi memberikan informasi dan bermanfaat dalam penilaian sekuritas. Namun demikian, peran nilai buku tidak dapat diabaikan karena nilai buku juga merupakan faktor yang relevan dalam menjelaskan nilai ekuitas. Nilai buku merupakan ukuran neraca atau aktiva bersih yang menghasilkan laba. Nilai buku yang berasal dari neraca memberikan informasi tentang nilai bersih sumber daya perusahaan (Naimah dan Utama, 2006).
40
Dalam penelitian ini daya informasi akuntansi diukur menggunakan book value of equity (nilai buku ekuitas). Ely dan Waymire (1999); Aboody et al (2002) dalam Naimah dan Utama (2006) menghitung nilai buku ekuitas (book value of equty) dengan rumus sebagai berikut: Book value of equity =
Common equity (modal) ...........(3) Shares outstanding (jumlah saham yang beredar)
4.4.2.4 Variabel Kontrol Variabel kontrol pada penelitian ini adalah: a) Ukuran Perusahaan (size) banyak digunakan sebagai variabel kontrol untuk menjelaskan variasi pengungkapan dalam laporan keuangan tahunan perusahaan. Menurut Jogiyanto (2009: 379) ukuran perusahaan (size) diproksikan berdasarkan total asset yang terdapat di dalam laporan keuangan perusahaan sampel. Untuk mendapatkan hasil total asset yang lebih baik dan valid, maka langkah untuk mengatasinya adalah melakukan transformasi data mentah menjadi data yang merupakan nilai logaritma dari data itu sendiri (Ln total asset). b) Jenis usaha (profile) dimasukkan dalam persamaan model sebagai variabel dummy, 1 untuk industri high profile, dan 0 untuk industri low profile. Klasifikasi tipe industri oleh banyak peneliti sifatnya sangat subyektif dan berbeda-beda (Roberts, 1992; Hackston & Milne, 1996; Diekers & Perston, 1977; Patten, 1991). Penelitian ini
mengelompokkan industri pertanian,
41
pertambangan, industri dasar dan kimia, aneka industri, barang konsumsi, infrastruktur, utilitas, dan transportasi sebagai industri high profile. Sementara industri properti dan real estate serta perdagangan, jasa dan investasi dikelompokkan menjadi industri low profile. 4.5 Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis kuantitatif yaitu analisis yang bersifat objektif dengan berdasarkan angka-angka dalam melakukan pengujian pengaruh daya informasi akuntansi pada hubungan corporate social responsibility dengan cost of equity capital. Metode analisis yang digunakan adalah: 4.5.1
Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui tingkat pengungkapan
corporate social responsibility (CSR), cost of equity capital (CEC) dan daya informasi akuntansi pada perusahaan yang terdaftar di BEI. Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata (mean) dan deviasi standar. 4.5.2
Uji Asumsi Klasik Penelitian ini menggunakan model regresi berganda untuk mengetahui
hubungan antara variabel bebas/independen dengan variabel terikat/dependen. Agar hasil analisis dapat diinterpretasikan dengan lebih akurat, efisien, dan terbebas dari kesalahan-kesalahan yang terjadi karena adanya gejala-gejala asumsi klasik dan
42
menghasilkan nilai parametrik, maka perlu dilakukan uji asumsi klasik. Menurut Imam Gozhali (2009), uji asumsi klasik yang dilakukan meliputi: 1)
Uji Normalitas Asumsi klasik yang pertama diuji adalah normalitas, yang bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi, variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah model yang datanya memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Uji normalitas data dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Residual berdistribusi normal, bila tingkat signifikansinya lebih besar dari 0,05.
2)
Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolerance atau Variance Inflation Factor (VIF). Jika ada tolerance lebih dari 10 persen atau VIF kurang dari 10 maka dikatakan tidak ada gejala multikolinieritas.
3)
Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan periode t-1 untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi. Digunakan metoda Durbin-Watson (Dw Test). Jika nilai Dw test sudah ada,
43
maka nilai tersebut dibandingkan dengan nilai tabel dengan tingkat keyakinan sebesar 95 persen: a) Bila dU < dW < (4-dU), maka tidak terjadi autokorelasi. b) Bila dW < d1, maka terjadi autokorelasi positif. c) Bila dW > (4-dt), maka terjadi autokorelasi negatif. d) Bila d1 < dW < dU atau (4-dU) < dW < (4-dt), maka tidak dapat ditarik kesimpulan mengenai ada tidaknya autokorelasi. 4)
Uji Heteroskedastisitas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap,
maka
disebut
heteroskedastisitas.
homoskedastisitas
Untuk
mendeteksi
ada
dan
jika
tidaknya
berbeda
disebut
heteroskedastisitas
digunakan uji Glejser. Metoda ini dilakukan dengan meregresi nilai absolute residual (AbUt) terhadap variabel bebas. Jika tidak ada satupun variabel bebas yang
berpengaruh
signifikan
pada
absolute
residual,
maka
terjadi
heteroskedastisitas. 4.5.3
Uji Interaksi Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel moderasi yaitu daya
informasi akuntansi pada hubungan corporate social responsibility disclosure dengan cost of equity capital. Pengujian pengaruh variabel moderasi dalam hipotesis
44
penelitian ini diuji dengan uji interaksi atau sering disebut moderated regression analysis (MRA), merupakan aplikasi khusus regresi linear berganda dimana dalam persamaan regresinya mengandung unsur interaksi (perkalian dua atau lebih variabel independen) (Ghozali,2009). Variabel interaksi pada penelitian ini yakni perkalian antara variabel corporate social responsibility disclosure yang menggunakan proksi corporate social responsibility index (CSRI) dengan daya informasi akuntansi yang menggunakan proksi book value of equity (BVE). Pengujian hipotesis dilakukan dengan persamaan sebagai berikut: CEC = α + β1CSRI + β2BVE + β3 CSRI* BVE + β4LN_Size + β5Profile + ε ….. (4)
Keterangan: CEC α β1- β5 CSRI BVE
Size Profile ε
= = = = =
Cost of equity capital diproksikan dengan CAPM. Konstanta Koefisien regresi Standardize corporate social responsibility disclosure index. Book value of equity (nilai buku ekuitas) yang merupakan proksi dari daya informasi akuntansi (informativeness of accounting) yang diukur dengan membagi modal dengan jumlah saham yang beredar = variabel dummy, ukuran perusahaan diukur menggunakan Ln total asset = variabel dummy, 1 jika industri high profile, 0 jika industri low profile = error term, yaitu tingkat kesalahan penduga dalam penelitian
Bila dalam persamaan 4 nilai koefisien β3 memiliki tingkat signifikansi lebih kecil dari α = 0.05, maka daya informasi akuntansi terbukti sebagai variabel pemoderasi yang mempengaruhi hubungan corporate social responsibility dengan cost of equity capital.
45
4.5.4
Uji Kelayakan Model (Goodness of Fit) Menurut Ghozali (2009) ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai
aktual dapat diukur dari Goodness of fitnya. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai koefisien determinasi, nilai statistik F dan nilai statistik t. Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana H₀ ditolak). Sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana H₀ diterima. 1) Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabelvariabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R² pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R² pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak seperti R², nilai
46
Adjusted R² dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model. 2) Uji Statistik F Uji F dilakukan untuk menguji apakah model regresi yang digunakan fit. Dasar pengambilan keputusannya adalah dengan melihat nilai signifikansi F pada output hasil regresi menggunakan SPSS dengan significance level 0,05 (α= 5%). Jika nilai signifikansi lebih besar dari α maka hipotesis ditolak, yang berarti model regresi tidak fit. Jika nilai signifikan lebih kecil dari α maka hipotesis diterima, yang berarti bahwa model regresi fit. 3) Uji Statistik t Uji statistik t dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Dasar pengambilan keputusannya dilakukan dengan melihat nilai signifikansi t masing-masing variabel pada output hasil regresi menggunakan SPSS dengan significance level 0,05 (α = 5%). Jika nilai signifikansi lebih besar dari α maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak signifikan), yang berarti secara individual variabel independen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Jika nilai signifikansi lebih kecil dari α maka hipotesis diterima (koefisien regresi signifikan), berarti secara individual variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Deskripsi Objek Penelitian Penentuan sampel penelitian dilakukan dengan metoda purposive sampling. Adapun kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah: (1) perusahaan yang mempublikasikan annual report tahun buku 2008 dan tahun buku 2009, (2) perusahaan yang mempublikasikan CSR tahun buku 2008 dan 2009, dan (3) perusahaan memiliki data lengkap terkait dengan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian. Berdasarkan data yang diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia atau www.idx.co.id, diketahui bahwa total perusahaan yang mempublikasi annual report tahun 2008 dan 2009 serta berhasil diunduh sebanyak 429 perusahaan. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan maka diperoleh sampel akhir sebanyak 131 observasi. Penentuan sampel dapat dilihat pada Tabel 5.1 Tabel 5.1 Prosedur Penentuan Sampel Kriteria
2008
2009
Jumlah
Total Annual report yang dipublikasikan Perusahaan yang mengungkap CSR Perusahaan yang data tidak lengkap Jumlah sampel akhir setelah transformasi data Sumber: data diolah
210 62 (4) 58
219 86 (13) 73
429 148 (17) 131
47
48
5.2 Hasil Analisis Data Analisis yang tersaji pada bab ini akan menunjukkan hasil dari analisis data berdasarkan pengamatan variabel bebas maupun variabel moderasi yang digunakan dalam model analisis regresi dengan menggunakan analisis moderated regression analysis (MRA) untuk mengetahui apakah daya informasi akuntansi berpengaruh pada hubungan corporate social responsibility dengan cost of equity capital. Sebelum model analisis regresi digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik yakni uji normalitas, uji multikolinieritas, dan uji heteroskedastisitas. 5.2.1 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Pada bagian ini akan digambarkan atau dideskripsikan data masing-masing variabel pada tahun 2008 dan 2009 yang telah diolah dilihat dari nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata (mean), dan deviasi standar dari masing-masing variabel. Statistik deskriptif juga menunjukkan bahwa penelitian ini menggunakan 131 perusahaan sebagai sampel penelitian. Berdasarkan hasil pengujian statistik deskriptif pada Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa nilai maksimum cost of equity capital (CEC) adalah 5,13 dengan nilai minimum 0,07, dan nilai rata-rata sebesar 1.86 menunjukkan bahwa rata-rata biaya modal yang dikeluarkan perusahaan untuk pengungkapan informasi yang dianggap sebagai investasi jangka panjang perusahaan sebesar 18,6% dengan deviasi standar sebesar 1,02. Corporate social responsibility index (CSRI) memiki nilai maksimum sebesar 0,44, nilai minimum 0,01, nilai ratarata 0,14 dan deviasi standar 0,08. Nilai rata-rata CSRI sebesar 0,14 menunjukkan
49
bahwa rata-rata jumlah item pengungkapan CSR pada perusahaan sampel masih rendah, kurang lebih hanya 11 item pengungkapan sehingga diharapkan jumlah item pengungkapan dapat ditingkatkandi tahun berikutnya. Daya informasi akuntansi yang diproksikan dengan nilai buku ekuitas/ book value of equity (BVE) memiliki nilai maksimum sebesar 4.161,17 dan nilai minimum sebesar 0,01, nilai rata-rata total ekuitas pemegang saham untuk setiap lembar saham sebesar 645,44 dengan deviasi standar 736,61. Variabel interaksi (CSRI*BVE) memiliki nilai maksimum 879,53, nilai minimum 0,00, nilai rata-rata 89,59 dan deviasi standar 116,24. Ukuran perusahaan (LN_Size) memiliki rentang nilai 25 hingga 34 dengan nilai rata-rata sebesar 28,79 dengan deviasi standar sebesar 1,85. Sedangkan jenis usaha (Profile) merupakan variabel dummy dengan rentang nilai 0 dan 1 memiliki nilai rata-rata 0,18 dengan deviasi standar sebesar 0.39. Tabel 5.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif N CEC CSRI BVE CSRI*BVE Profile LN_Size
Sumber: Lampiran 3
Minimum 131 131 131 131 131 131
0,07 0,03 0,01 0,00 0,00 25,00
Maximum 5,13 0,44 4.161,17 879,53 1,00 34,00
Mean 1,86 0,14 645,44 89,59 0,18 28,79
Std. Deviation 1,02 0,08 736,61 116,24 0,39 1,85
50
5.2.2 Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui kondisi data yang digunakan dalam penelitian ini. Hal ini dilakukan agar diperoleh model analisis yang tepat untuk dipergunakan dalam penelitian ini. Adapun uji asumsi klasik yang dilakukan meliputi uji normalitas, uji multikolinieritas, dan uji heteroskedastisitas. Hasil yang diperoleh dari pengujian bahwa tidak terdapat penyimpangan pada uji normalitas, uji multikolinieritas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas. Hasil pengujian terhadap asumsi klasik sebagai berikut: 1) Uji Normalitas Data Uji normalitas dapat dilakukan dengan melihat angka Kolmogorov Smirnov pada tabel output test of normality dengan kriteria pengujian sebagai berikut (Santoso, 2004): Jika angka signifikansi (Sig) < 0,05, maka data tidak berdistribusi normal Jika angka signifikansi (Sig) > 0,05, maka data berdistribusi normal Berdasarkan Tabel 5.3, dapat dilihat nilai signifikansi Uji Kolmogorov Smirnov sebesar 0,880 sehingga dapat disimpulkan semua data berdistribusi normal.
51
Tabel 5.3 Uji Normalitas Data Residual N
Normal Parameters
a,b
Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
131 0,000 0,050 0,051 -0,044 0,588 0,880
Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: Lampiran 4 2) Uji Multikolinieritas Pengujian terhadap multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas tersebut tidak saling berkorelasi atau ada hubungan linear di antara variabel-variabel bebas dalam model regresi yang digunakan. Salah satu cara yang digunakan untuk mendeteksi multikolinieritas adalah dengan melihat nilai VIF dan Tolerance dengan kriteria pengujian jika VIF berkisar antara 1-10 dengan angka Tolerance dibawah 1, maka tidak terjadi multikolinieritas (Ghozali, 2006). Berdasarkan analisis dapat diketahui nilai VIF CSRI=1,917, BVE = 3,524, CSRI*BVE = 4,293, LN_Size = 1,248 dan Profile =1,100. Semua variabel bebas memiliki nilai VIF lebih kecil dari 10, maka dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinieritas diantara variabel bebas.
52
Tabel 5.4 Uji Multikolinieritas Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
-2,153
Std. Error
Standardized Coefficients Beta
95% Confidence Interval for B t
1,408
Sig.
Lower Bound
-1,530
0,129
Correlations
Upper Bound Zero-order
-4,939
0,633
Partial
Collinearity Statistics Part
Tolerance
VIF
CSRI
5,282
1,539
0,388
3,432
0,001
2,236
8,328
0,313
0,293
0,280
0,522
1,917
BVE
0,001
0,001
0,214
1,399
0,164
0,000
0,001
-0,006
0,124
0,114
0,284
3,524
-0,003
0,002
-0,368
-2,176
0,031
-0,006
0,000
0,045
-0,191
-0,178
0,233
4,293
LN_Size
0,116
0,051
0,210
2,298
0,023
0,016
0,216
0,253
0,201
0,188
0,801
1,248
Profile
0,169
0,226
0,064
0,750
0,455
-0,278
0,616
0,173
0,067
0,061
0,909
1,100
CSRI*BVE
a. Dependent Variable: CEC
Sumber: Lampiran Sumber: Lampiran 4 4
3) Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan periode t-1 untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi. Uji autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin-Watson. Tabel 5.5 Uji Autokorelasi Model Summary b
Change Statistics Model 1
R 0,409a
R Square 0,168
Adjusted R Square 0,134
Std. Error of the Estimate
R Square Change
0,950
0,168
F Change 5,032
df1
df2 5
125
Sig. F Change 0,000
a. Predictors: (Constant), CSRI, BVE, CSRI_BVE, LN_Size, Profile b. Dependent Variable: CEC
Sumber: Lampiran 4 Berdasarkan Tabel 5.5, Durbin Watson pada saat N=131, α = 0,05, K (jumlah variabel) =6 diketahui nilai dl = 1,643 dan nilai du = 1,796 sehingga nilai 4-du = 2,204. Nilai Durbin Watson berdasarkan analisis di dapat sebesar 1,855 yang
DurbinWatson 1,855
53
jatuh pada daerah bebas autokorelasi sehingga disimpulkan bahwa data yang dianalisis tidak mengandung autokorelasi. Daerah pengujian autokorelasi dengan uji Durbin Watson dapat disajikan pada Gambar 5.1 (Gujarati,1997).
Daerah Terjadi keraguautokorelasi raguan positif
d1 1,643
Daerah keraguraguan
Daerah bebas autokorelasi
du 1,796
4-du 2,204
Terjadi autokorelasi negatif
4-d1 2,357
Gambar 5.1 Daerah Pengujian Autokorelasi dengan Uji Durbin Watson
4) Uji Heterokedastisitas Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual pada suatu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika varians dari residual pada satu pengamatan ke pengamatan yang lainnya tetap disebut terjadi homokedastisitas, jika variansnya berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Alat untuk menguji heterokedastisitas dalam penelitian ini menggunakan metode Glejser yaitu dengan meregresikan nilai absolut residual terhadap variabel independennya. Pengujian dapat dilakukan dengan melihat nilai signifikansi t hitung. Jika nilai signifikansi bi > 0,05 berarti tidak terjadi heterokedastisitas.
54
Berdasarkan uji Heteroskedastisitas diperoleh nilai sig uji t untuk variabel CSRI=0,064, BVE = 0,151, CSRI*BVE = 0,117, LN_Size = 0,307 dan Profile =0,796.Semua nilai signifikansi uji t variabel bebas lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi heterokedastisitas. Tabel 5.6 Uji Heteroskedastisitas Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1
a
Standardize d Coefficients
(Constant)
B 1,392
Std. Error 0,794
CSRI
1,.624
0,868
BVE
0,000
0,000
CSRI*BVE
- 0,001
LN_Size Profile
Beta
t 1,753
Sig. 0,082
0,227
1,871
0,064
0, 238
1,445
0,151
0,001
- 0,287
- 1,579
0,117
- 0,029
0,029
- 0,101
- 1,026
0,307
- 0,033
0,127
- 0,024
- 0,258
0,796
a Dependent Variable: Abs Unst Residual
Sumber: Lampiran 4 4 Sumber: Lampiran .
5.3 Uji Kelayakan Model (Goodness of Fit) Uji kelayakan model (Goodness of Fit) dapat diukur dari nilai koefisien determinasi, nilai statistik F dan nilai statistik t seperti yang tercantum pada Lampiran 5. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa: 5.3.1 Koefisien Determinasi Pada Tabel 5.7, nilai R² sebesar 0,168 menunjukkan bahwa 16,8% perubahan CEC dipengaruhi oleh variabel CSRI, BVE, variable interaksi CSRI*BVE, Ln_Size dan Profile, sedangkan sisanya sebesar 83,2% ditentukan oleh variabel di luar model. Koefisien determinasi (R²) mengukur seberapa jauh kemampuan model menerangkan
55
variasi variable terikat. Nilai Adjusted R² sebesar 0,134 menunjukkan bahwa 13,4% variabel terikatnya CEC dapat dijelaskan oleh variabel CSRI, BVE, variable interaksi CSRI*BVE, Ln_Size dan Profile. Sisanya sebesar 86,6% dijelaskan oleh variabelvariabel lain yang tidak dimasukkan dalam model ini. Secara umum, nilai Adjusted R² data cross sectional
relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara
masing-masing pengamatan (Ghozali, 2009). Banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R² pada saat mengevaluasi mana model regresi yang terbaik. Pada R², setiap tambahan satu variabel independen menyebabkan R² pasti meningkat tidak perduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Sedangkan nilai Adjusted R² naik turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model. Nilai standard error of the estimate (SEE) menunjukkan nilai sebesar 0,950, berarti semakin kecil nilai SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen (Ghozali, 2009). Tabel 5.7 Koefisien Determinasi Model 1
R
R Square 0,409a
0,168
Adjusted R Square 0,134
a. Predictors: (Constant), CSRI, BVE, CSRI*BVE, LN_Size, Profile b. Dependent Variable: CEC
Sumber: Lampiran 5
Std.Error of the Estimate 0,950
56
5.3.2 Uji Statistik F Uji statistik F dilakukan untuk menguji apakah model regresi yang digunakan fit. Dasar pengambilan keputusan dilakukan dengan melihat nilai signifikansi F pada output hasil regresi menggunakan SPSS dengan significance level 0,05 (α= 5%). Tabel 5.8 menunjukkan nilai F hitung sebesar 5,032 dengan signifikansi sebesar 0,000, jauh lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi pada penelitian ini fit dan dapat dikatakan bahwa CSRI, BVE, CSRI*BVE, Ln_Size, dan Profile bersama-sama berpengaruh terhadap CEC. Tabel 5.8 Uji Statistik F ANOVAb
Model 1
Regression
Sum of Squares 22,854
df 5
Mean Square 4,571 0,908
Residual
113,544
125
Total
136,398
130
F 5,032
Sig. 0,000a
a. Predictors: (Constant), CSRI, BVE, CSRI*BVE, LN_Size, Profile b. Dependent Variable: CEC
Sumber: Lampiran 5
5.3.3 Uji Statistik t Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat. Hasil uji statistik t yang terdapat pada Tabel 5.9 menunjukkan pengaruh secara parsial dari variabel CSRI, BVE, variabel interaksi CSRI*BVE, Ln_Size dan Profile terhadap CEC. Adapun persamaan regresinya adalah sebagai berikut:
57
CEC = -2,153 + 5,282 CSRI + 0,001 BVE – 0,003CSRI*BVE + 0,116 Ln_Size + 0,169 Profile + ε
………………………………………….. (5)
Nilai signifikansi uji t menunjukkan bahwa variabel CSRI memiliki nilai koefisien positif 3,432 dengan tingkat signifikansi 0,001 lebih kecil dari tingkat signifikansi (α)=5% atau 0,05 atau ternyata p-value 0,001< 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa corporate social responsibility (CSR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap cost of equity capital (CEC). Nilai signifikansi uji t BVE yang diperoleh sebesar 1,399 dengan signifikansi 0,164 lebih besar dari 0,05 sehingga tidak ada pengaruh signifikan variabel BVE terhadap CEC. Nilai signifikansi uji t variabel LN_Size positif sebesar 2,298 dengan signifikansi sebesar 0,023 lebih kecil dari 0,05 sehingga terdapat pengaruh signifikan variabel LN_Size terhadap CEC. Nilai uji t variabel Profile sebesar 0,750 dengan signifikansi sebesar 0,455 lebih besar dari 0,05 , artinya variabel Profile tidak berpengaruh sifnifikan terhadap CEC. Tabel 5.9 Uji Statistik t Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
-2,153
Std. Error
Standardized Coefficients Beta
95% Confidence Interval for B t
1,408
a
Sig.
-1,530
0,129
Lower Bound
Correlations
Upper Bound Zero-order
-4,939
0,633
Partial
Collinearity Statistics Part
Tolerance
VIF
CSRI
5,282
1,539
0,388
3,432
0,001
2,236
8,328
0,313
0,293
0,280
0,522
1,917
BVE
0,001
0,001
0,214
1,399
0,164
0,000
0,001
-0,006
0,124
0,114
0,284
3,524
CSRI*BVE
-0,003
0,002
-0,368
-2,176
0,031
-0,006
0,000
0,045
-0,191
-0,178
0,233
4,293
LN_Size
0,116
0,051
0,210
2,298
0,023
0,016
0,216
0,253
0,201
0,188
0,801
1,248
Profile
0,169
0,226
0,064
0,750
0,455
-0,278
0,616
0,173
0,067
0,061
0,909
1,100
a. Dependent Variable: CEC
Sumber: Lampiran Sumber: Lampiran 4 5
58
5.4 Pengujian Hipotesis Hipotesis penelitian ini menyatakan bahwa daya informasi akuntansi berpengaruh pada hubungan CSR dengan CEC. Berdasarkan hasil analisis moderated regression analysis (MRA), variabel interaksi antara variabel CSRI dan BVE (CSRI*BVE) memiliki nilai koefisien negatif 0,003 dengan nilai signifikansi uji t yang diperoleh sebesar 0,031 lebih kecil dari 0,05, maka variabel CSRI*BVE berpengaruh signifikan terhadap CEC dan dapat disimpulkan hipotesis penelitian diterima. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa BVE terbukti sebagai variabel pemoderasi, yaitu memperlemah pengaruh positif variabel CSRI terhadap CEC, artinya apabila CSR berpengaruh positif sebesar 5,282 terhadapai CEC maka pengaruh positif CSR terhadap CEC semakin berkurang sebesar 0.003 akibat adanya variabel BVE. Gambar 5.2 menunjukkan model pengaruh CSR pada CEC dengan daya informasi akuntansi sebagai variabel pemoderasi. Sig. = 0,001, B=5,282 CEC
CSRI
Sig. =0,031 , B= -0,003
BVE
Gambar 5.2 Model Pengaruh Daya Informasi Akuntansi Pada Hubungan CSR Dengan CEC
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Corporate Social Responsibility dan Cost of Equity Capital Laporan keuangan yang berkualitas dapat diukur dengan melihat reaksi pasar atas pengumuman laporan keuangan. Menurut Hellstrom (2005) kemampuan pernyataan informasi keuangan untuk meringkas atau menangkap informasi mempengaruhi nilai saham, hal tersebut telah diuji secara empiris sebagai hubungan statistik antara nilai pasar dan nilai akuntansi. Menurut Guthrie dan Parker (1990) pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan merupakan salah satu cara perusahaan untuk membangun, mempertahankan, dan melegitimasi kontribusi perusahaan dari sisi ekonomi dan politis. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan yang menerapkan CSR berharap akan direspon positif oleh para pelaku pasar. Pengungkapan CSR dan biaya ekuitas dapat membantu manajer memahami dampak investasi CSR pada pembiayaan perusahaan (Heinkel et al., 2001 dalam Ghoul et al., 2010). Dhaliwal, Li, Tsang dan Yang (2009) menganggap pengungkapan CSR sebagai investasi jangka panjang dan kinerja perusahaan yang berkelanjutan karena dampak dari pelaksanaan kegiatan tersebut dapat membantu perusahaan menghindari peraturan potensial pemerintah dan mengurangi biaya kepatuhan masa depan. Dijelaskan bahwa perusahaan dengan biaya modal tinggi
59
60
cenderung untuk menerbitkan laporan CSR mandiri dan perusahaan dengan kinerja CSR yang baik menikmati pengurangan dalam biaya modal ekuitas. Penelitian ini menunjukkan bahwa CSR yang diproksi dengan CSRI terbukti berpengaruh terhadap CEC. Ini ditunjukkan dengan hasil statistik CSRI yang memberikan koefisien parameter 5,282 dengan tingkat signifikansi 0,001 yang berarti memberikan pengaruh yang signifikan kepada CEC. Hasil ini konsisten dengan pernyataan bahwa banyaknya informasi yang harus diungkap oleh perusahaan berhubungan dengan tingkat biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menyediakan informasi bagi publik (cost of equity capital). Hasil penelitian ini juga konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Richardson dan Welker (2001) yang membuktikan hubungan positif yang signifikan secara statistik antara tingkat pengungkapan sosial dan biaya modal. Klein dan Bawa dalam Botosan (1997) serta Coles dan Loewenstein dalam Botosan (1997), juga membuktikan bahwa ada hubungan positif antara pengungkapan dan biaya modal. Serta sesuai juga dengan penelitian Utami (2005) yang membuktikan bahwa semakin banyak informasi yang harus diungkap oleh perusahaan berdampak terhadap naiknya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Hasil ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Plumlee, Brown dan Marshall (2009), Dhaliwal, Li, Tsang dan Yang (2009), Verrecchia dalam Botosan (1997) yang secara umum membuktikan bahwa semakin besar tingkat pengungkapan informasi yang dilakukan oleh perusahaan, semakin rendah
61
biaya modal ekuitas yang harus dikeluarkan. Pengungkapan CSR terbukti signifikan berpengaruh terhadap CEC hal ini diindikasikan disebabkan karena cost of equity capital merupakan biaya yang ditanggung perusahaan untuk memperoleh dana dari kegiatan re-investasi termasuk di dalamnya biaya pengungkapan yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk kepentingan publik. Kewajiban perusahaan untuk melaporkan pengungkapan mengenai perusahaan berdampak terhadap biaya yang dikeluarkan. Oleh karena itu dengan mengungkapkan CSR maka perusahan mengeluarkan biaya untuk menyediakan informasi bagi publik (pemegang saham, investor, pemerintah, kreditur, dan masyarakat secara umum). 6.2 Daya Informasi Akuntansi dan Cost of Equity Capital Laporan keuangan memberikan signal kepada investor mengenai informasi penting yang dimiliki manajemen perusahaan, misalnya perkiraan manajemen dan profitabilitas perusahaan. Laporan keuangan yang tidak memberikan tingkat disclosure yang memadai oleh sebagian investor dipandang sebagai laporan keuangan yang berisiko. Apabila investor menilai suatu perusahaan berisiko tinggi berdasarkan laporan keuangan yang dihasilkan, maka nilai return yang diharapkan oleh investor juga tinggi, yang pada akhirnya akan menyebabkan tingginya biaya ekuitas yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Oleh sebab itu, laporan keuangan dengan informasi berkualitas memiliki daya informasi akuntansi yang berguna sebagai signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi dan menilai kinerja manajemen perusahaan.
62
Penelitian ini menunjukkan bahwa daya informasi akuntansi yang diukur dengan nilai buku ekuitas/book value of equity (BVE) memiliki koefisien parameter 0,001 dengan tingkat signifikansi 0,164 tidak berpengaruh signifikan terhadap CEC. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh: (1) Plumlee, Brown dan
Marshall
(2009)
yang menemukan bahwa kualitas
pengungkapan negatif terkait dengan biaya modal, (2) Dhaliwal, Li, Tsang dan Yang (2009) perusahaan dengan biaya modal tinggi cenderung untuk menerbitkan laporan CSR mandiri dan perusahaan dengan kinerja CSR yang baik menikmati pengurangan dalam biaya modal ekuitas, (3) Verrecchia dalam Botosan (1997) menunjukkan hubungan negatif antara tingkat disclosure dan biaya modal, (4) Botosan (1997) menunjukkan bahwa semakin besar tingkat pengungkapan akuntansi yang dilakukan oleh perusahaan, semakin rendah cost of equity capital-nya. 6.3 Daya Informasi Akuntansi, Corporate Social Responsibility dan Cost of Equity Capital Hipotesis dalam penelitian ini adalah daya infomasi akuntansi berpengaruh pada hubungan corporate social responsibility dengan cost of equity capital. Hasil uji statistik t menunjukkan bahwa variabel pemoderasi CSRI*BVE memiliki nilai koefisien negatif sebesar 0,003 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,031> 0,05. Ini berarti bahwa daya informasi akuntansi terbukti sebagai variabel pemoderasi, yaitu memperlemah pengaruh positif variabel CSRI terhadap CEC, sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima.
63
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Plumlee, Brown dan Marshall (2009),
Dhaliwal, Li, Tsang dan Yang (2009),
Verrecchia (1997) dan Botosan (1997). Semakin besar pengungkapan informasi yang dilakukan oleh perusahaan dalam hal ini berupa pengungkapan CSR disertai dengan daya informasi akuntansi yang baik, maka semakin rendah cost of equity capital-nya (Botosan, 1997). Pengungkapan CSR dengan daya informasi akuntansi yang baik merupakan keuntungan potensial dari pengungkapan. Keuntungan tersebut berupa meningkatnya jumlah investor, mengurangi estimasi risiko dan mengurangi asimetri informasi yang masing-masing menunjukkan pengurangan cost of equity capital perusahaan (Lang dan Lundlolm, 1996). Menurut Francais et al. (2004) relevansi nilai adalah salah satu atribut dasar akuntansi yang berkualitas. Informasi akuntansi berkualitas tinggi adalah pre-conditional untuk fungsi pasar modal dan perekonomian secara keseluruhan sehingga menjadi penting bagi investor, perusahaan dan pembuat standar akuntansi. Investor mengandalkan informasi akuntansi dalam menentukan harga saham dan perusahaan yang memberikan informasi yang berkualitas baik memiliki kelebihan dalam hal biaya modal yang lebih rendah. Sehingga semakin besar tingkat pengungkapan akuntansi yang dilakukan oleh perusahaan yang berupa pengungkapan
CSR
ditambah
dengan
daya
informasi
yang
baik,
maka
mengakibatkan semakin rendah cost of equity capital-nya. Penelitian ini menggunakan variabel kontrol yaitu Size dan Profile perusahaan.
Banyak
penelitian-penelitian
empiris
yang
berkaitan
dengan
64
pengungkapan laporan keuangan sering dihubungkan dengan ukuran perusahaan. Semakin besar ukuran perusahaan maka CEC akan semakin besar. Demikian pula dengan perusahaan high profile memiliki CEC yang lebih besar jika dibandingkan perusahaan low profile. Hasil penelitian ini menunjukkan Ln_Size dengan koefisien parameter 0,116 tingkat signifikansi 0,023 terbukti secara signifikan berpengaruh terhadap CEC. Ini konsisten dengan hasil penelitian Verrecchia (1991) yang membuktikan bahwa daya serap yang besar dari investor akan memberikan keuntungan yang lebih besar ketika perusahaan menerbitkan suatu pengungkapan sehingga cost of equity capital-nya juga lebih besar dibandingkan perusahaan kecil. Namun hasil ini tidak konsisten dengan penelitian Fama dan French (1992) yang membuktikan adanya hubungan yang negatif antara ukuran perusahaan dan cost of equity capital. Freeman (1987) menemukan bahwa makin besar ukuran perusahaan, makin banyak informasi yang tersedia tentang perusahaan tersebut, maka pasar makin mampu memprediksikan terlebih dahulu besarnya laba yang diperoleh perusahaan, yang pada akhirnya mengakibatkan hubungan antara laba dan harga pasar saham perusahaan makin lemah. Hasil penelitian size terbukti signifikan berpengaruh positif terhadap CEC diindikasikan disebabkan karena semakin besar suatu perusahaan maka biaya yang dikeluarkan untuk melakukan CSR semakin besar pula. Semakin besar biaya yang dikeluarkan dalam rangka pelaksanaan CSR juga akan berpengaruh terhadap CEC.
65
Hasil penelitian ini menunjukkan profile dengan koefisien parameter 0,169 tingkat signifikansi 0,455 terbukti secara signifikan tidak berpengaruh terhadap CEC. Hal ini menunjukkan bahwa profile perusahaan tidak berpengaruh dalam upaya perusahaan untuk menyediakan informasi keuangannya. Baik perusahaan dengan klasifikasi high profile maupun low profile tidak berpengaruh terhadap banyaknya informasi yang harus diungkap oleh perusahaan berhubungan dengan tingkat biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menyediakan informasi bagi publik (cost of equity capital).
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa daya informasi akuntansi terbukti mempengaruhi hubungan pengungkapan corporate social responsibility (CSR) dengan cost of equity capital (CEC) yakni memperlemah pengaruh positif CSR terhadap CEC. Semakin besar tingkat pengungkapan akuntansi yang dilakukan oleh perusahaan yang berupa pengungkapan CSR disertai dengan daya informasi yang baik, maka semakin rendah cost of equity capital-nya. Pengungkapan CSR dengan daya informasi akuntansi yang baik merupakan keuntungan potensial dari pengungkapan. Keuntungan tersebut berupa meningkatnya jumlah investor, mengurangi estimasi risiko dan mengurangi asimetri informasi yang masing-masing mengindikasikan pengurangan cost of equity capital perusahaan. 7.2 Saran Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Beberapa saran yang dikemukakan yang dapat digunakan untuk menambah referensi penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut: 1) Penelitian ini hanya menggunakan masa pengamatan selama 2 tahun setelah penerapan Undang-Undang No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan
66
67
Undang- Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan masa pengamatan yang lebih lama lagi. 2) Penelitian ini menggunakan proksi capital asset pricing model (CAPM) untuk mengukur cost of equity capital. Penggunaan proksi lainnya seperti residual income model ataupun mengkombinasikan kedua proksi ini diharapkan akan dapat menyempurnakan hasil penelitian selanjutnya. 3) Pengukuran daya informasi akuntansi dalam penelitian ini menggunakan book value of equity. Penggunaan laba akuntansi (earnings) juga memberikan informasi dan bermanfaat dalam penilaian sekuritas. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan kombinasi antara kedua proksi tersebut untuk menjelaskan daya informasi akuntansi sehingga dapat menyempurnakan hasil penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Almilia, Luciana, dan Wijayanto, Dwi. Pengaruh Environmental Performance dan Environmental Disclosure terhadap Economic Performance, FEUI, The 1st Accounting Conference, 7-9 September 2007. Anggraini, Fr. Reni Retno. 2006. Pengungkapan informasi sosial dan faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan informasi sosial dalam laporan keuangan tahunan (studi empiris pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar Bursa Efek Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang, 23-26 Agustus 2006. Ball dan Brown. 1968. An Empirical Evaluation of Accounting Income Numbers. Journal of Accounting Research. Autumn. Basamalah, S., Anies dan Jermias, Johnny. (2005). Social and Environmental Reporting and Auditing in Indonesia: Maintaining Organizational Legitimacy? Gadjah Mada International Journal of Business, January-April 2005, Vol. 7, No. 1, pp. 109 – 127. Botosan, C. 1997. Disclosure Level and the Cost of Equity Capital, The Accounting Review, vol. 72 (3), hal. 323-349. Dhaliwal, D. O. Z. Li, Tsang A. H., dan Yang Y. G. 2009. Voluntary Non-Financial Disclosure and the Cost of Equity Capital: The Initiation of Corporate Social Responsibility Reporting, The Accounting Review, vol. 86 (1), hal. 59-100. Diamond D. dan Verreecchia R. 1991. Disclosure, Liquidity and the cost of Equity Capital, The Journal of Finance (September), pp. 1325-1360. Fama, E. F. dan French K. R. 1992. The Cross Section of Expected Stock Returns, Journal of Finance 47, 427-466. Feliana, Yie Ke. 2007. Pengaruh Struktur Kepemilikan Perusahaan dan Transaksi Dengan Pihak-Pihak Yang Memiliki Hubungan Istimewa Terhadap Daya Informasi Akuntansi. Simposium Nasional Akuntansi X. Francis, J., LaFond, R., Olsson, P. dan Schipper, K. 2004. Cost of Equity and Earnings Attributes. Accounting Review, vol. 79 (4), pp. 967-1010. Freeman, R. 1987. Strategic Management: A Stakeholder Approach. Pitman, Boston, MA. 68
69
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gray, R., Owen, D. dan Maunders, K. 1987. Corporate Social Reporting: Accounting and Accountability, Prentice-Hall, London. Gray, Rob., Kouhy, Reza., dan Lavers, Simon. 1995. Corporate Social and Environmental Reporting: A Review of Literature and a Longitudinal Study of UK Disclosure. Accounting, Auditing and Accounting Journal. Vol. 8, No. 2, p. 47-77. Green, J Edward., Lopez, A Jose., Wang, Zhenyu. 2001. Formulating The Imputed Cost of Equity Capital for Priced Services at Federal Reserve Banks, FRBNY Economic Policy Review, September 2003 Guthrie, J. dan Parker. L.D. (1990). Corporate Social Disclosure Practice: A Comparative International Analysis, Advances in Public Interest Accounting, Vol. 3, pp. 159-175. Hackston, D. dan Milne, M.J. 1996. Some Determinets of Social And Environmental Disclosure In New Zaeland Compenies. Accounting and Auditing jurnal, Vol 9. No.1, pp. 77-108 Hartono, Jogianto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. edisi Ketiga. BTFE. Yogyakarta. Hartono, Jogianto. Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi 2007. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada. Hasan, I. dan Asokan, Anandarajan. 2003. Transparency and Value Relevance: The Experience of some MENA Countries. Preliminary Version. Hellstrom, K. (2005). The Value Relevance of Financial Accounting Information in a Transitional Economy: The Case of the Czech Republic. SSE/EFI Working Paper Series in Business Adminstration, No. 2005:10. Hendriksen, E. Teori Akunting 5th . Buku Satu. 1998. Interaksara, Batam. Henny dan Murtanto. 2002. Analisis Pengungkapan Sosial Pada Laporan Tahunan. Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol 1, No.2, hl. 21-48
70
Ibrahim, M. K., M., Raudah, D., Haslinda, Y., Normahiran, M. Y. 2003. Value Relevance of Accounting Numbers: An empirical Investigation of Purchased Goodwill. Malaysian Accounting Review, Kuala Lumpur, Malaysia. Jensen, M., 1978. Some anomalous evidence regarding market efficiency. Journal of Financial economics. 6, Juni-September, hal. 95-102. Junaedi, Dedi. 2005. Dampak Tingkat Pengungkapan Informasi Perusahaan terhadap Volume Perdagangan dan Return Saham: Penelitian Empiris terhadap Perusahaan-Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Juli-Desember 2005, Vol.2, No.2, pp.1-28. Komalasari, P. T., & Baridwan, Zaki. 2001. Asimetri Informasi dan Cost of equity capital. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, vol. 1 (4), hal. 64-81. Lang, M. H., dan Lundholm, Russell J. (1996). Corporate Disclosure Policy and Analyst Behavior. The Accounting Review, vol. 71 (4), hal. 467-492. Mardiyah, Aida Ainul. 2002. Pengaruh lnformasi Asimetri dan Disclosure terhadap Cost of Capital. Jurnal RisetAkuntansi Indonesia, Vol. 5, No. 2, Mei, Hal. 229-256. Modigliani, F. dan Miller, M.H. 1958. The Cost of Equity, Corporate Finance, and the Theory of Investment. American Economics Review, Volume XLVIII, Number Three, June, pp 261-297. Murni. 2003. Pengaruh Luas Ungkapan Sukarela dan Asimetri Informasi terhadap Cost of Equity Capital pada Perusahaan Publik di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi VI. Naimah, Zahroh dan Utama, Siddharta. 2006. Pengaruh ukuran perusahaan, pertumbuhan, dan profitabilitas perusahaan terhadap koefisien respon laba dan koefisien respon nilai buku ekuitas: Studi pada perusahaan manufaktur di BEJ. Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang. Ohlson, J. A. 1995. Earnings, Book Values and Dividends in Equity Valuation. Contemporary Accounting Research, Vol. 11 (Spring), pp. 661-687. Plumlee, M., D. Brown, and S. Marshall. 2009. The impact of voluntary environmental disclosure quality on firm value. Working paper, University of Utah.
71
Richardson, A., and M. Welker. 2001. Social disclosure, financial disclosure and the cost of equity capital. Accounting, Organizations and Society 26: 597–616. Rustiariani (2009). Pengaruh Corporate Governance Pada Hubungan Corporate Responsibility Dengan Nilai Perusahaan. Tesis. Denpasar : Universitas Udayana Sembiring, Rismanda, Eddy. 2005. Kinerja Keuangan, Political Visibility, Ketergantungan pada Hutang, dan Pengungkapan Tanggung Jawab Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya. Siregar, Chairil N. 2007. Analisis Sosiologis terhadap Implementasi Corporate Social Responsibility pada Masyarakat Indonesia. Jurnal Sosioteknologi, Edisi 12 Tahun 6, Desember. Tandelilin, Firdaus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Yogyakarta: BPFE. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. www.castleasia.com
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. www.legalitas.org/incl-php/buka.php Utami, W. 2005. Pengaruh Manajemen Laba terhadap Biaya Modal Ekuitas: (Studi pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VIII, Solo, 15–16 September, h 100-116. Utomo.2000. Praktik Pengungkapan Sosial Pada Laporan keuangan Tahunan Perusahaan di Indonesia. Proceeding Simposium Nasional Akuntansi 3, hal 99-122 Widiastuti, Rini. 2002. Pengaruh Model Mekanik, Ukuran Perusahaan, dan Rasio Ungkitan pada Ketepatan Prakiraan Laba. Simposium Nasional Akuntansi V, Semarang Zarkasyi, Moh. Wahyudin. 2008. Good Corporate Governance: pada Badan Usaha Manufaktur, Perbankan, dan Jasa Keuangan Lainnya. Bandung: Alfabeta.
Lampiran 1
No
Tahun
Kode
Nama perusahaan
1
2008
DEWA
PT Darma Henwa Tbk.
2
2008
ELSA
PT Elnusa Tbk.
3
2008
MITI
Mitra Investindo
4
2008
RMBA
5
2008
BIPP
PT Bhuanatala Indah
6
2008
BKSL
PT Sentul City
7
2008
BSDE
PT Bumi Serpong Damai
8
2008
ELTY
PT Bakrieland
PT Bentoel Internasional Tbk.
9
2008
KIJA
PT Jababeka
10
2008
KPIG
PT Global Land
11
2008
LPCK
PT Lippo Cikarang
12
2008
LPKR
PT Lippo Karawaci
13
2008
PWON
PT Pakuwon
14
2008
SIIP
15
2008
BLTA
PT Berlian Maju Tanker
16
2008
CMNP
PT Citra Marga Nusaphala
17
2008
FREN
PT Mobile-8 Telecom
18
2008
INDY
PT Indika Energy
19
2008
PGAS
PT Perusahaan Gas Negara
20
2008
ZBRA
PT Zebra Nusantara
21
2008
TLKM
PT Telekomunikasi
22
2008
AMAG
PT Asuransi Multi Artha Guna
23
2008
ASDM
PT Asuransi Dayin Mitra
24
2008
BBKP
PT Bank Bukopin
25
2008
BBLD
PT Buana Finance
26
2008
BBRI
PT Bank Rakyat Indonesia
27
2008
BDMN
PT Bank Danamon
28
2008
BMRI
PT Bank Mandiri
29
2008
BNLI
PT Bank Permata
30
2008
BSWD
PT Bank Swadesi
31
2008
CFIN
PT Clipan Finance
32
2008
GSMF
PT Equity Development
33
2008
LPGI
PT Lippo General Insurance
34
2008
MEGA
PT Bank Mega
35
2008
PNBN
PT Bank Pan Indonesia
36
2008
ABBA
PT Abdi Bangsa
37
2008
ACES
PT Ace Hardware Indonesia
38
2008
AKRA
PT Akr Corporindo
39
2008
ALFA
PT Alfa Retailindo
PT Suryainti Permata
72
73
No
Tahun
Kode
40
2008
ASGR
PT Astra Graphia
Nama perusahaan
41
2008
BHIT
PT Bhakti Investama
42
2008
BMTR
PT Global Mediacom
43
2008
BNBR
PT Bakrie & Brothers
44
2008
EPMT
PT Enseval Putera M.
45
2008
FAST
PT Fast Food
46
2008
HEXA
PT Hexindo Adi Perkasa
47
2008
IDKM
PT Indosiar Karya Media
48
2008
INTA
PT Intraco Penta
49
2008
JSPT
PT Jakarta Setiabudi
50
2008
MICE
PT Multi Indo Citra
51
2008
MTDL
PT Metrodata Electronics
52
2008
PANR
PT Panorama Sentrawisata
53
2008
PJAA
PT Pembangunan Jaya Ancol
54
2008
SCMA
PT Surya Citra Media
55
2008
TGKA
PT Tigaraksa Satria
56
2008
TIRA
PT Tira Austenite
57
2008
TURI
PT Tunas Ridean
58
2008
UNTR
PT United Tractors
59
2009
DEWA
PT Darma Henwa Tbk.
60
2009
ELSA
PT Elnusa Tbk.
61
2009
MITI
Mitra Investindo
62
2009
RMBA
63
2009
BIPP
PT Bhuanatala Indah
64
2009
BKSL
PT Sentul City
65
2009
BSDE
PT Bumi Serpong Damai
66
2009
ELTY
PT Bakrieland
67
2009
KIJA
PT Jabeka
68
2009
KPIG
PT Global Land
69
2009
LPCK
PT Lippo Cikarang
70
2009
LPKR
PT Lippo Karawaci
71
2009
PWON
PT Pakuwon
72
2009
SIIP
PT Suryainti Permata
73
2009
DUTI
PT Duta Pertiwi
74
2009
0MRE
PT Indonesia Prima Property
75
2009
GMTD
PT Gowa Makasar Tourism
76
2009
TOTL
PT Total Bangun Persada
77
2009
BLTA
PT Berlian Maju Tanker
78
2009
CMNP
PT Citra Marga Nusaphala
79
2009
FREN
PT Mobile-8 Telecom
80
2009
PGAS
PT Perusahaan Gas Negara
81
2009
JSMR
PT Jasa Marga
82
2009
TLKM
PT Telekomunikasi
PT Bentoel Internasional Tbk.
74
No
Tahun
Kode
83
2009
BTEL
PT Bakrie Telecom
Nama perusahaan
84
2009
EXCL
PT XL Axiata
85
2009
HITS
PT Humpuss Intermoda
86
2009
AMAG
PT Asuransi Multi Artha Guna
87
2009
ASDM
PT Asuransi Dayin Mitra
88
2009
BBKP
PT Bank Bukopin
89
2009
BBLD
PT Buana Finance
90
2009
BBRI
PT Bank Rakyat Indonesia
91
2009
BDMN
PT Bank Danamon
92
2009
BMRI
PT Bank Mandiri
93
2009
BNLI
PT Bank Permata
94
2009
BSWD
PT Bank Swadesi
95
2009
GSMF
PT Equity Development
96
2009
LPGI
PT Lippo General Insurance
97
2009
MEGA
PT Bank Mega
98
2009
PNBN
PT Bank Pan Indonesia
99
2009
BACA
PT Bank Capital
100
2009
BBCA
PT Bank Central Asia
101
2009
BFIN
PT BFI Finance
102
2009
MFIN
PT Mandala Multi Finance
103
2009
PNLF
PT Panin Life
104
2009
TRIM
PT Trimegah Securities
105
2009
ACES
PT Ace Hardware Indonesia
106
2009
AKRA
PT Akr Corporindo
107
2009
ALFA
PT Alfa Retailindo
108
2009
ASGR
PT Astra Graphia
109
2009
BHIT
PT Bhakti Investama
110
2009
BMTR
PT Global Mediacom
111
2009
BNBR
PT Bakrie & Brothers
112
2009
EPMT
PT Enseval Putera M.
113
2009
FAST
PT Fast Food
114
2009
HEXA
PT Hexindo Adi Perkasa
115
2009
IDKM
PT Indosiar Karya Media
116
2009
INTA
PT Intraco Penta
117
2009
JSPT
PT Jakarta Setiabudi
118
2009
MICE
PT Multi Indo Citra
119
2009
MTDL
PT Metrodata Electronics
120
2009
PANR
PT Panorama Sentrawisata
121
2009
PJAA
PT Pembangunan Jaya Ancol
122
2009
TGKA
PT Tigaraksa Satria
123
2009
TIRA
PT Tira Austenite
124
2009
TURI
PT Tunas Ridean
125
2009
UNTR
PT United Tractors
75
No
Tahun
Kode
126
2009
AMRT
PT Sumber Alfaria Trijaya
Nama perusahaan
127
2009
FORU
PT Fortune Indonesia
128
2009
INPP
PT Indonesian Paradise
129
2009
KBLV
PT First Media
130
2009
RALS
PT Ramayana Lestari Sentosa
131
2009
OKAS
PT Ancora Indonesia Resources
76
Lampiran 2 ITEM-ITEM PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
1. Lingkungan 1. Pengendalian polusi kegiatan operasi; pengeluaran riset dan pengembangan untuk pengurangan polusi 2. Pernyataan yang menunjukkan bahwa operasi perusahaan tidak mengakibatkan polusi atau memenuhi ketentuan hukum dan peraturan polusi 3. Pernyataan yang menunujukkan bahwa polusi operasi telah atau akan dikurangi. 4. Pencegahan atau perbaikan kerusakan lingkungan akibat pengolahan sumber alam, misalnya reklamasi daratan atau reboisasi. 5. Konservasi sumber daya alam, misalnya mendaur ulang kaca, besi, minyak, air, dan kertas. 6. Penggunaan material daur ulang. 7. Menerima penghargaan bekaitan dengan program lingkungan yang dibuat perusahaan. 8. Merancang fasilitas yang harmonis dengan lingkungan. 9. Kontribusi dalam seni yang bertujuan untuk memperindah lingkungan. 10. Kontribusi dalam pemugaran bangunan sejarah. 11. Pengolahan limbah 12. Mempelajarai dampak lingkungan untuk memonitor dampak lingkungan perusahaan. 13. Perlindungan lingkungan hidup. 2. Energi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Menggunakan energi secara lebih efisien dalam kegiatan operasi. Memanfaatkan barang bekas untuk memproduksi energi. Penghematan energi sebagai hasil produk daur ulang. Membahas upaya perusahaan dalam mengurangi konsumsi energi. Peningkatan efisiensi energi dari produk. Riset yang mengarah pada peningkatan efisiensi energi dari produk. Kebijakan energi perusahaan.
3. Kesehatan dan Keselamatan Kerja 1. Mengurangi polusi, iritasi, atau risiko dalam lingkungan kerja.
77
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Mempromosikan keselamatan tenaga kerja dan kesehatan fisik atau mental Statistik kecelakaan kerja. Mentaati peraturan standar kesehatan dan keselamatan kerja. Menerima penghargaan berkaitan dengan keselamatan kerja. Menetapkan suatu komite keselamatan kerja. Melaksanakan riset untuk meningkatkan keselamatan kerja. Pelayanan kesehatan tenaga kerja.
4. Lain-lain Tenaga Kerja 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Perekrutan atau memanfaatkan tenaga kerja wanita orang cacat Persentase/jumlah tenaga kerja wanita/orang cacat dalam tingkat managerial. Tujuan penggunaan tenaga kerja wanita/orang cacat dalam pekerjaan Program untuk kemajuan tenaga kerja wanita/orang cacat Pelatihan tenaga kerja melalui program tertentu di tempat kerja Memberi bantuan keuangan pada tenaga kerja dalam bidang pendidikan Mendirikan suatu pusat pelatihan tenaga kerja Bantuan atau bimbingan untuk tenaga kerja yang dalam proses mengundurkan diri atau yang telah membuat kesalahan 9. Perencanaan kepemilikan rumah karyawan 10. Fasilitas untuk aktivitas rekreasi 11. Persentase gaji untuk pensiun 12. Kebijakan penggajian dalam perusahaan 13. Jumlah tenaga kerja dalam perusahaan 14. Tingkatan managerial yang ada 15. Disposisi staff – dimana staff ditempatkan 16. Jumlah staff, masa kerja dan kelompok usia mereka 17. Statistik tenaga kerja, misal: penjualan per tenaga kerja 18. Kualifikasi tenaga kerja yang direkrut 19. Rencana kepemilikan saham oleh tenaga kerja 20. Rencana pembagian keuntungan lain 21. Informasi hub manajemen dengan tenaga kerja dlm meningkatkan kepuasan & motivasi kerja 22. Informasi stabilitas pekerjaan tenaga kerja & masa depan perubahaan 23. Laporan tenaga kerja yg terpisah 24. Hubungan perusahaan dengan serikat buruh 25. Gangguan dan aksi tenaga kerja 26. Informasi bagaimana aksi tenaga kerja dinegosiasikan 27. Kondisi kerja secara umum 28. Re-organisasi perusahaan yang mempengaruhi tenaga kerja 29. Statistik perputaran tenaga kerja
78
5. Produk 1. Pengembangan produk perusahaan, termasuk pengemasannya 2. Gambaran pengeluaran riset dan pengembangan produk 3. Informasi proyek riset perusahaan untuk memperbaiki produk 4. Produk memenuhi standar keselamatan 5. Membuat produk lebih aman untuk konsumen 6. Melaksanakan riset atas tingkat keselamatan produk perusahaan 7. Peningkatan kebersihan/kesehatan dalam pengolahan dan penyiapan produk 8. Informasi atas keselamatan produk perusahaan 9. Informasi mutu produk yg dicerminkan dalam penerimaan penghargaan 10. Informasi yg dapat diverifikasi bahwa mutu produk telah meningkat (misalnya ISO 9000) 6. Keterlibatan Masyarakat 1. Sumbangan tunai, produk, pelayanan untuk mendukung aktivitas masyarakat, pendidikan & seni 2. Tenaga kerja paruh waktu dari mahasiswa/pelajar 3. Sebagai sponsor untuk proyek kesehatan masyarakat 4. Membantu riset medis 5. Sponsor untuk konferensi pendidikan, seminar atau pameran seni 6. Membiayai program beasiswa 7. Ada fasilitas perusahaan untuk masyarakat 8. Sponsor kampanye nasional 9. Mendukung pengembangan industri lokal 7. Umum 1. Tujuan/kebijakan perusahaan secara umum berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat 2. Informasi berhubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan selain yang disebutkan di atas Sumber: Sembiring (2005)
Lampiran 3 Hasil Uji Statistik Deskriptif Descriptive Statistics
N CEC CSRI PAI CSRI*BVE Profile LN_Size
Minimum 131 131 131 131 131 131
0,07 0,03 0,01 0,00 0,00 25,00
79
Maximum 5,13 0,44 4.161,17 879,53 1,00 34,00
Mean 1,86 0,14 645,44 89,59 0,18 28,79
Std. Deviation 1,02 0,08 736,61 116,24 0,39 1,85
Lampiran 4 Uji Asumsi Klasik One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Residual N
131 a,b
Normal Parameters Most Extreme Differences
Mean
0,000
Std. Deviation
0,935
Absolute
0,051
Positive
0,051
Negative
-0,044
Kolmogorov-Smirnov Z
0,588
Asymp. Sig. (2-tailed)
0,880
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Coefficientsa
Model 1
Unstandardized Coefficients B Std. Error -2,153 1,408 5,282 1,539 0,001 0,001 -0,003 0,002 0,116 0,051 0,169 0,226
(Constant) CSRI BVE CSRI*BVE LN_Size Profile
Standardized Coefficients Beta
t -1,530 3,432 1,399 -2,176 2,298 0,750
0,388 0,214 -0,368 0,210 0,064
95% Confidence Interval for B Lower Bound Upper Bound -4,939 0,633 2,236 8,328 0,000 0,001 -0,006 0,000 0,016 0,216 -0,278 0,616
Sig. 0,129 0,001 0,164 0,031 0,023 0,455
Correlations Partial
Zero-order 0,313 -0,006 0,045 0,253 0,173
0, 293 0,124 -0,191 0,201 0,067
Part 0,280 0,114 -0,178 0,188 0,061
Collinearity Statistics Tolerance VIF 0,522 0,284 0,233 0,801 0,909
1,917 3,524 4,293 1,248 1,100
a. Dependent Variable: CEC
Sumber: Lampiran 4 Model Summary b
Change Statistics Model 1
R Square
R 0,409a
0,168
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
0,134
R Square Change
0,950
F Change
0,168
5,032
df1
df2 5
Sig. F Change
125
0,000
a. Predictors: (Constant), CSRI, BVE , CSRI*BVE LN_Size, Profile, b. Dependent Variable: CEC
Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1
B
a Standardized Coefficients
Std. Error
(Constant)
1,392
0,794
CSRI
1,624
0,868
BVE
0,000
CSRI*BVE
Beta
t
Sig.
1,753
0,082
0,227
1,871
0,064
0,000
0,238
1,445
0,151
-0,001
0,001
-0,287
-1,579
0,117
LN_Size
-0,029
0,029
-0,101
-1,026
0,307
Profile
-0,033
0,127
-0,024
-0,258
0,796
a. Dependent Variable: Abs Unst Residual
80
DurbinWatson 1,855
Lampiran 5 Hasil Uji Regresi Model Summary b
Change Statistics Model
R Square
R 0,409a
1
Adjusted R Square
0,168
Std. Error of the Estimate
0,134
R Square Change
0,950
F Change
0,168
5,032
df1
Sig. F Change
df2 5
125
DurbinWatson
0,000
1,855
a. Predictors: (Constant), CSRI, BVE, CSRI*BVE, Profile, LN_Size b. Dependent Variable: CEC
ANOVAb
Model 1
Regression
Sum of Squares 22,854
df 5
Mean Square 4,571 0,908
Residual
113,544
125
Total
136,398
130
F 5,032
Sig. 0,000 a
a. Predictors: (Constant), CSRI, BVE, CSRI*BVE, Profile, LN_Size b. Dependent Variable: CEC
Coefficientsa
Model 1
(Constant) CSRI BVE CSRI*BVE LN_Size Profile
Unstandardized Coefficients B Std. Error -2,153 1,408 5,282 1,539 0,001 0,001 -0,003 0,002 0,116 0,051 0,169 0,226
Standardized Coefficients Beta 0,388 0,214 -0,368 0,210 0,064
t -1,530 3,432 1,399 -2,176 2,298 0,750
Sig. 0,129 0,001 0,164 0,031 0,023 0,455
a. Dependent Variable: CEC
Sumber: Lampiran 4
81
95% Confidence Interval for B Correlations Lower Bound Partial Upper Bound Zero-order -4,939 0,633 2,236 0, 313 0,293 8,328 0,000 0,001 -0,006 0,124 -0,006 0,000 0,045 -0,191 0,016 0,216 0,253 0,201 -0,278 0,616 0,173 0,067
Part 0,280 0,114 -0,178 0,188 0,061
Collinearity Statistics Tolerance VIF 0,522 0,284 0,233 0,801 0,909
1,917 3,524 4,293 1,248 1,100