PENETAPAN TARIF ANGKUTAN GAS BUMI MELALUI PIPA DENGAN INSENTIF IRR Andy Noorsaman Sommeng1,2*, Hari Purwito1, dan Sri Wahyu Purwanto2 1. 2.
Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi, Jalan Kapten Pierre Tendean kav 28, Jakarta Selatan 12710, Indonesia *E-mail :
[email protected]
Abstrak Indonesia adalah negara berkembang yang masih bergantung pada bahan bakar minyak. Gas bumi adalah salah satu sumber energi yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif masa depan Indonesia. Kondisi pipa trasnmisi gas di Indonesia masih terbatas. Indonesia membutuhkan jalur pipa baru. Proyek pembangunan jaringan pipa gas baru membutuhkan dana dari investor. Interest Rate of Return (IRR) merupakan metode tingkat pengembalian investasi suatu proyek. IRR pada proyek pembangunan jaringan pipa gas baru besarnya lebih kecil sekitar 2% daripada proyek sejenis. Kecilnya IRR pada proyek pembangunan pipa gas baru membuat investor tidak tertarik untuk berinvestasi. Penelitian ini mengacu pada Peraturan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Nomor 8 Tahun 2013 Tentang Penetapan Tarif Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa. Insentif Interest Rate of Return (IRR) hanya diberikan pada proyek jaringan pipa transmisi yang akan/sedang dibangun. Jalur pipa yang digunakan adalah Semarang-Cirebon. IRR dihitung dari Weighted Average Cost of Capital (WACC) ditambahkan insentif IRR. Tarif angkutan gas bumi ditetapkan berdasarkan target IRR. Investasi pipeline Semarang-Cirebon adalah sebesar US$ 351.011.043. Insentif IRR 2,40 % memeberikan keuntungan tambahan sebesar Rp 3.639.428.454/tahun dan kenaikan tarif angkutan gas bumi sebesar 1,53 %. Kata kunci: Jaringan pipa transmisi, insentif IRR, tarif angkutan gas bumi.
Abstract Indonesia is a development country which uses many oil fuels. Natural gas is one of Indonesian future alternative energy sources. Condition of transmission pipe in Indonesia is limit. Indonesian need many new transmission pipe routes. Project of a new pipe route need debt from many investors. Interest Rate of Return (IRR) is a method to calculating the interest rate from project infestation. The project has IRR which is too less than other typically project. The IRR makes investors don’t interest to give the capital of debt. This study is based on Peraturan Badan Pengatur Hilir Minyak Dan Gas Bumi Nomor 8 Tahun 2013 Tentang Penetapan Tarif Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa. Incentive of Interest Rate of Return (IRR) is only received to new project of transmission pipeline. That is located from Semarang up to Cirebon. Target of IRR is calculated from Weighted Average Cost of Capital (WACC) and incentive of IRR. Natural gas toll fee is determined from it. The result shows US$ 351.011.043 of total investment. The 2,40% of IRR’s incentive give increasingly Rp 3.639.428.454/year of profit and 1,53% of natural gas toll fee. Key words: Transmission pipeline, incentive of IRR, natural gas toll fee.
1 Penetapan tarif…, Hari Purwito, FT UI, 2014
1. Pendahuluan
tarif angkutan gas bumi melalui pipa dan keuntungan tambahan yang didapat. Penelitian ini akan menganalisis seberapa besar insentif IRR mempengaruhi tarif angkutan gas bumi melalui pipa. Dengan adanya penelitian ini, investor diharapkan dapat lebih tertarik untuk berinvestasi pada proyek pembangunan jaringan pipa gas baru.
Dari tahun ke tahun, permintaan gas bumi di dalam negeri cenderung meningkat. Hal ini sebagian disebabkan karena adanya pengurangan subsidi BBM, berkembangnya industri yang mengolah gas bumi, dan juga akibat isu polusi lingkungan akibat penggunaan bahan bakar minyak. Setiap tahunnya gas bumi mengalami peningkatan sebagai sumber pendapatan negara. Pada tahun 2003 gas bumi memberikan kontribusi penerimaan negara pada APBN sebesar Rp 31,4 triliun atau sekitar 9,3% dari total penerimaan dalam negeri yaitu sebesar Rp 337,1 Triliun. Pada tahun 2012 penerimaan negara yang berasal dari gas mencapai US$33,48 miliar (sekitar 32,2 triliun rupiah) (esdm.go.id). Pada praktek di lapangan, transportasi gas lebih efisien menggunakan jalur pipa bertekanan. Pada transportasi gas menggunakan media pipa ada tiga pihak utama yang terlibat yakni shipper (pemilik / penjual gas), transporter (pemilik pipa), dan konsumen. Sistem distribusi dengan media pipa transmisi membutuhkan investasi yang tidak sedikit. Interest Rate of Return (IRR) merupakan metode tingkat pengembalian investasi suatu proyek. Pada proyek yang sejenis, besarnya IRR lebih besar dari proyek pembangunan pipa transmsi gas bumi mendekati 2 % dan lama pengembalian yang lebih cepat sekitar 1,5 tahun. Kecilnya IRR dan lamanya pengembalian pinjaman pada proyek pembangunan pipa gas baru membuat investor tidak tertarik untuk berinvestasi. Modal yang besar ini, tidak diimbangi dengan penerimaan yang cukup. Biaya penerimaan ke investor dan pemilik pipa (transporter) dianggap tidak sebanding dengan biaya pembuatan infrastruktur pipeline. Oleh karena itu, hanya sedikit investor yang mau menginvestasikan uangnya pada proyek pembangunan jaringan pipa transmis gas baru. BPH Migas sebagai badan pengatur distribusi gas bagian hilir memberikan insentif tambahan bagi investor agar investor mau berinvestasi pada proyek pembangunan pipa gas baru. Dalam penelitian ini, efek dari insentif IRR bagi investor akan dikaji berdasarkan data teknis dan non teknis. Metode yang digunakan untuk mendapatkan analisis proyek pembangunan pipa trasnmisi adalah dengan studi literatur dan studi lapangan. Kedua metode tersebut kemudian akan saling melengkapi yang akan menjelaskan tentang pengaruh insentif IRR terhadap tarif angkutan gas bumi melalui pipa. Penelitian ini memiliki tujuan mengetahui besarnya IRR dan insentif IRR pada proyek pembangunan jaringan pipa gas baru dan juga untuk mengetahui pengaruh insentif IRR terhadap
2. Metode Penelitian Mulai
Studi Literatur
Penentuan Proyek sebagai Study Case
Pengumpulan Data Proyek
Perhitungan IRR
Nilai IRR Proyek
Trial Tarif Angkutan Gas Bumi dengan Variasi Laju Alir
Perhitungan Target IRR dengan Trial Tarif
Target IRR sama dengan Nilai IRR Proyek?
Tidak
Ya
Tarif Angkutan Gas Bumi Selesai
Gambar 1. Diagram Alur Penelitian Langkah pertama yang dilakukan adalah studi literature. Studi literatur ini adalah studi mengenai latar belakang pentingnya penelitian ini terhadap perkembangan industri gas bumi Indonesia. Bagian ini dimaksudkan untuk mencari materi-materi sesuai yang digunakan untuk menganalisis data yang nantinya akan diambil dari data lapangan. Kemudian menetukan proyek sebagai acuan dan dari proyek itu dirancang desain pipa transmisinya. Setelah jadi desain pipa trasnmisi, langkah selanjutnya adalah analisis keekonomian dengan mangacu pada variable penelitian. Variabel dalam penelitaian ini tediri atas:
2 Penetapan tarif…, Hari Purwito, FT UI, 2014
dikarenakan daerah lokasi ini sangat rawan ketika dialiri oleh pipa gas. Hal ini dibuktikan dengan survey. Pemilihan Pekalongan menjadi lokasi kompresor adalah berdasarkan jarak dan pengurangan tekanan. Tekanan gas akan berkurang akibat adanya gesekan antara gas dan pipa transmisi. Tekanan gas minimal yang diperbolehkan pada distribusi gas tekanan tinggi adalah 16 bar. Sedangkan jarak pipa gas yang di desain adalah 255 km. Tekanan gas di Cirebon pasti akan lebih kecil dari batas ambang tekanan distribusi gas tekanan tinggi. Oleh karena itu, kompresor diperlukan untuk menguatkan tekanan gas yang ada. Pemasangan kompresor pada jarak tertentu, sangat mentukan kerja kompresor yang digunakan. Semakin besar kerja kompresor (Hp) maka akan semakin besar biaya yang digunakan untuk membeli dan menginstalasi kompresor. Oleh karena itu, lokasi pemasangan kompresor berada di Pekalongan dengan jarak 100 km dari lokasi inlet gas bumi.
• Variabel Bebas : Flow gas bumi (MMSCFD) • Variabel tetap didasari pada data proyek pembangunan pipa transmisi gas yang menjadi study case dalam penelitian ini • Variabel terikat : tarif angkutan gas bumi setelah ditambahkan insentif IRR Pengolahan data ini natinya akan dibantu dengan program microsoft excel dan program lain yang mendukung. Aspek ekonomi akan dibahas lebih lanjut dan lebih detail lagi berdasarkan data hasil observasi yang dianalisis menggunakan metode-metode dan pendekatan-pendekatan yang relevan untuk diterapkan di Indonesia. Aspek ekonomi adalah dasar dari aspek analisis kualitatif terhadap masalah yang akan dibahas. Setelah didapat nilai IRR proyek tersebut, selanjutnya adalah memberikan insentif IRR. Penambahan IRR ini menyebabkan tarif angkutan gas melalui pipa naik dan harga gas akan naik juga. Setelah didapat data IRR dan tarif angkutan gas melalui pipa secara kuantitatif, pengolahan data dilanjutkan ke analisis secara kualitatif. Hasil analisis ini berupa tarif angkutan gas bumi berdasarkan variasi insentif IRR. Dengan adanya insentif IRR, investor akan lebih tertarik. Insentif IRR ini pastinya memberikan dampak kenaikan tarif angkutan gas yang berdampak pada harga gas bumi. Insentif IRR ini akan dianalisis dan dibuktikan bahwa efek negatif berupa kenaikan haga gas bumi tidak terlalu berpengaruh pada permintaan gas bumi. Hal ini dikarenakan harga gas bumi akibat adanya insentif IRR masih dalam jangkauan.
3. Hasil dan Pembahasan
Tabel 1. Kondisi Gas di Semarang Properties Gas Tekanan (psia) Temperatur (F) Molar Flow (MMSCFD)
Nilai 1080 94 500
Tabel 2. Kondisi Gas di Cirebon Properties Gas Tekanan (psia) Suhu (F) Molar Flow (MMSCFD)
Nilai 530,3 93,98 500
Tabel 3. Kondisi Gas di Kompresor (Pekalongan) Properties Gas Nilai Tekanan inlet (psia) 775,3 Tekanan outlet (psia) 1080 Temperatur inlet (F) 93,99 Temperatur outlet (F) 149,3 Molar Flow (MMSCFD) 500 Power (Hp) 8328,05 Efisiensi (%) 76
Gambar 2. Jalur Pipeline
Kondisi di atas tersebut didapat dari hasil sumulasi. Kondisi kompresor didapat dengan mensimulasikannya dengan software dan untuk beberapa nilai didapat dari referensi (nilai tekanan inlet, nilai tekanan outlet minimum, nilai maksimum temperture). Dengan simulasi, data yang didapatkan nantinya bisa diaplikasikan di lapangan (Semarang-Cirebon).
Kelas lokasi yang ada di Pulau Jawa terutama daerah antara Semarang (Tambak Lorok, Semarang Utara, Kota Semarang) dan Cirebon (Palimanan, Cirebon) dengan lokasi kompresor berada di Pekalongan (Kajen, Pekalongan), merupakan kelas lokasi dengan kategori 2 dan 3. Kelas lokasi 1 pada daerah antara Semarang dan Cirebon sangat jarang dijumpai (kecuali sawah dan hutan) oleh karena itu, pipa transmisi gas tidak ada yang melewati daerah dengan kelas lokasi 1. Daerah kelas lokasi 4 merupakan daerah dengan tempat tinggal manusia yang padat. Daerah ini sangat dihindari pada pemasangan pipa transmisi
No 1
Tabel 4.Investasi Total Komponen Biaya Total Cost (US$) Pipe material 91.880.486
3 Penetapan tarif…, Hari Purwito, FT UI, 2014
2 3
Coating material
Harga kompresor dan peralatan pendukungnya 4 Pipeline construction cost 5 Meter and Pressure regulator station 6 Mainline valve station Sub total (Total Proyek) 7 supervisory control and data acquisition (SCADA) 8 Environmental and permitting 9 Right of way (ROW) 10 Engineering & Construction management 11 Contingency 12 AFUDC (Allowances for Funds Used During Construction) Total biaya modal investasi (US$)
berada di wilayah suatu negara. Nilai WACC merupakan nilai normal terhadap keuntungan yang diperoleh dari suatu usaha tertentu. WACC ini biasanya dikaitkan dengan MARR. Minimum acceptabel rate of return atau minimum atractive rate of return (MARR) merupakan tingkat pengembalian minimum yang diinginkan dan sebagai indikator dalam pengambilan keputusan manajemen dari beberapa pertimbangan. Diantara pertimbangan-pertimbangan tersebut adalah sebagai berikut: • jumlah uang yang tersedia untuk investasi dan sumber dari dana-dana tersebut (yaitu: dana ekuitas atau dana pinjaman). • Jumlah proyek yang layak untuk investasi dan keperluannya (yaitu, apakah mempertahankan operasi yang ada sekarang dan bersifat esensial atau memperluas operasi sekarang dan bersikap selektif). • Besarnya resiko yang dirasakan sehubungan dengan peluang-peluang investasi. Karena proyek pembangunan pipa gas transmisi merupakan public utility, besarnya WACC atau MARR menjadi nilai tertinggi dari keuntungan yang dinyatakan dalam IRR . Tarif angkutan gas bumi dengan insentif IRR ini merupakan harga yang ditentukan oleh BPH Migas sesuai dengan Peraturan BPH Migas Nomor 8 Tahun 2013 Tentang Penetapan Tarif Pengangkutan Gas Bumi melalui Pipa. Tarif angkutan gas bumi dengan adanya insentif ini merupakan penyesuaian dengan peraturan yang sebelumnya. Tarif angkutan ini digunakan pada proyek yang baru dibangun dengan tujuan agar investor lebih berminat untuk berinvestasi.Pada proyek-proyek sebelumnya, tarif angkutan gas bumi tidak berubah sesuai dengan perjanjian awal. Oleh karena itu, penambahan insentif ini tidak digunakan untuk menaikan harga gas bumi yang memberatkan konsumen gas bumi tetapi lebih di arahkan agar investasi pada pembangunan pipeline baru dapat berkembang pesat.
19.212.314 9.993.660 79.389.727 2.400.000 1.200.000 204.076.187 8.163.047
26.757.477 18.366.857 36.733.714 20.407.619 36.733.714 351.011.043
Investasi material meliputi bahan-bahan utama seperti pipa, coating, kompresor dan harga konstruksi pipa. Investasi total didapat dari pembiayaan bahan-bahan utama ditambah dengan pembiayan pendukung seperti perijinan, komisi perusahaan kontraktor, biaya cadangan, biaya pembuatan stasiun pemantau kondisi gas, system kendali dan komunikasi elektronik. Berdasarakan referensi, perbandingan biaya bahan-bahan utama dan biaya pendukung pada proyek pembangunan pipeline adalah sekitar 41 : 59. Pada desain ini, perbandingan biaya bahan utama dan biaya bahan pendukung 42 : 58. Hal ini berarti, perhitungan desain pipa transmisi memiliki selisih yang kecil dengan perhitungan referensi.
!"#$%& !"" = !"## + !"#$"%&' !"" (1) IRR pada perhitungan biaya !"# !"" = (2) !"#$%&'%( Kedua nilai itu harus sama. Ketika belum sama, trial and error dilakukan hingga keduanya bernilai sama. Sehingga didapat hasil sebagai berikut:
IRR menjadi acuan terhadap keuntungan yang diperoleh. Nilai IRR dibandingkan dengan WACC (Weighted Average Cost of Capital). Weighted Average Cost of Capital (WACC) adalah rata-rata tertimbang biaya modal sendiri (equity) dan modal pinjaman (debt) yang diinvestasikan pada suatu kegiatan usaha. WACC ini dikaitkan dengan mengacu pada keuntungan normal di dunia internasional. Keuntungan ini mengacu pada keuntungan normal pada suatu badan usaha tertentu yang
Tabel 5. Grafik Tarif Angkutan Gas Bumi Flow Insentif Tanpa Insentif (MMSCFD) (US$/MSCF) (US$/MSCF) 500 0.388 0.382 450
0.431
0.425
400
0.485
0.478
350
0.555
0.546
4 Penetapan tarif…, Hari Purwito, FT UI, 2014
300
0.647
0.638
250
0.777
0.766
200
0.973
0.958
Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. Achmad, Mochamad Haithami. 2008. Analisis Aspek Kekonomian LPG dalam Upaya Substitusi Mitan dengan LPG di Sektor Rmah Tanga dan Nilai Tambah Pengembangan Investasi & Pengusahaannya. Tesis Program Pasca Sarjana, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. Afdal. 2009. Kajian Pembangunan Terminal Penerima Gas bumi Cair di Pulau Jawa. Tesis Manajemen Gas Program Pasca Sarjana, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. Afifuddin,Abdullah. 2009. Analisis Dampak Krisis Global Terhadap Kelayakan PLTA Pamona 2. Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Anonim. Pipe Coating. JFE STEEL Corporation, Jepang. Anonim. 2006. Price List 7, Reversing mill plates Effective 1st October 2006. Corus Construction & Industrial. Anonim. 2009. Natural Gas Pipeline and Storage Infrastructure Projections Through 2030. ICF International. Anonim. 2012. Analisis Industri Gas Nasional Biro Riset BUMN Center LM FEUI. Anonim. 2012. Oil and Gas in IndonesiaInvestment and Taxation Guide 2012. Price Water House Coopers (PWC). Arsegianto, dkk. 2007. Pengembangan Model Optimisasi Transportasi Gas Melalui Pipa dan Perhitungan Toll fee-Nya. Proceeding Simposium Nasional IATMI 25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta . Branan, Carl. 2002. Rules of Thumb for Chemical Engineers. Gulf Professional Publishing an imprint of Elsevier Science. Brownell, L. E. and Young, E. H. 1959. Process Equipment Design. John Wiley & Sons. Damodaran, Aswath. Country Default Spreads and Risk Premiums. http://pages.stern.nyu.edu. Diakses pada 20 Februari 2014. De Garmo, E. Paul., dkk. 1997. Ekonomi Teknik, Terjemahan Setyono, Joseph, Ir., M.Eng.Sc., & Sutanto, Hadi, Ir., M.Eng.. Jakarta: Prenhallindo. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. 2004. Pedoman dan Pola Tetap Kebijakan Pemanfaatangas Bumi Nasional 2004 –2020 Blueprint Implementasi Undang-undang Nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. 2007. Neraca Gas Indonesia 2007-2015. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia.
Dilihat dari selisih harga, adanya insentif IRR tidak terlalu mempengaruhi tarif angkutan gas bumi. Selisih yang dihasilkan terhadap tarif angkutan gas bumi tidaklah terlalu besar. Semakin kecil aliran gas bumi yang mengalir maka semakin besar selisih perubahan tarif angkutan gas bumi melewati pipa. Terlihat juga bahwa persentase perubahan tarif angkutan gas bumi secara keseluruhan adalah mendekati konstan (rata-rata 1,53 % ). Jadi bisa disimpulkan Insentif IRR sebesar 2,4% memberikan kenaikan harga gas bumi sebesar 1,53 %. Sehingga besarnya Insentif IRR tidak terlalu memeberikan dampak signifikan pada harga angkutan gas bumi.
4.
Simpulan
Dengan Insentif IRR sebesar 2,4 %, kenaikan harga angkutan gas bumi adalah sebesar 1,53%. Insentif IRR yang diberikan ke investor ini mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keuntungan yang didapat, sebagai contoh pada flow rate gas 500 MMSCFD. Selama 30 tahun, keuntungan yang didapat dengan adanya insentif IRR pada flow rate 500 MMSCFD adalah sebesar US$ 39.840.544 yang sebelum adanya insentif IRR adalah sebesar US$ 30,580,697. Keuntungan dengan adanya Insentif IRR ini adalah sebesar US$ 9.259.847 atau sekitar Rp 109.182.853.628 (US$ 1= Rp 11.791,00). Jika diasumsikan setiap tahunnya keuntungan konstan, maka tambahan keuntungan setiap tahun dari adanya insentif IRR adalah sebesar Rp 3.639.428.454.
Daftar Acuan ASME B31.8a-2000 ADDENDA to ASME B31.8I999 Gas Transmission and Distribution Piping Systems. Peraturan BPH Migas Nomor 16 Tahun 2008 Tentang Penetapan Tarif Pengangkutan Gas Bumi melalui Pipa. Peraturan BPH Migas Nomor 8 Tahun 2013 Tentang Penetapan Tarif Pengangkutan Gas Bumi melalui Pipa. Abidin, Zainal 2010. Analisis Potensi Penggunaan Bahan Bakar Gas Untuk Sektor Transportasi Di Dki Jakarta. Tesis Program Pasca Sarjana,
5 Penetapan tarif…, Hari Purwito, FT UI, 2014
Ditjen Migas. 2012. Statistik Gas bumi. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. Huppmann, D., Egging, R., Holz, F., Hirschhausen, C., dan Ruster, S. 2011. The world gas market in 2030 – development scenarios using the World Gas Model. International Journal of Global Energy Issues 2011 - Vol. 35, No.1 pp.64 – 84. Kosmo, M. 1989. Commercial Energy Subsidies in Developing Countries, Opportunity for reform. Energy Policy. June 1989 pp. 244-253. Liana, Lita. 2014. Using Analytical Hierarchy Process to Determine Appropriate Minimum Attractive Rate of Return for Oil and Gas Projects in Indonesia. PM World Journal Vol. III, Issue II – February 2014. Midthun, K. T., Bjørndal, M. dan Tomasgard, A. 2009. Modeling Optimal Economic Dispatch and System Effects in Natural Gas networks. Energy Journal, Vol. 30, No. 4, p155. MacFaul, Andrew, et all.2013. Consultation on the generic Offshore Transmission Owner (OFTO) licence for Tender Round 3. OFGEM e-serve. Menon, E. Shashi. 2005. Gas Pipeline Hydraulics. Boca Raton: CRC Press Taylor & Francis Group. Nugroho, Hanan. 2004. Pengembangan Industri Hilir Gas Bumi Indonesia: Tantangan dan Gagasan. Perencanaan Pembangunan No. IX/04 September 2004. Peters, Max S. dan Klaus D. Timmerhaus. 1991. Plant Design And Economics For Chemical Engineers. McGraw-Hill Inc. Purwanto, Sri Wahyu. 2013. Pengaturan Kegiatan Usaha Gas Bumi Melalui Pipa. Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi. Pusdatin ESDM. 2011. Indikator Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. Pusdatin ESDM. 2012. 2012 Handbook of Energy & Economic Statistics of Indonesia. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. Pusdatin ESDM. 2010. Indonesia Energy Statistics 2010. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. Pusdatin ESDM. 2012. Indonesia Energy Outlook 2010. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. Ramadhani, Aulia. 2011. Analisis Kenaikan Tarif Transportasi Gas Bumi Pada Jalur Pipa Transmisi Di Indonesia. Tesis Manajemen Gas Program Pasca Sarjana, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. Saputra, Asep Handaya dan Ardiansyah. 2009. Penetapan Rute dan Perhitungan
Keekonomian Pipa Transmisi Gas Muara Bekasi – Muara Tawar Melalui Jalur Lepas Pantai. Makara, Teknologi, Vol. 13, No. 1, April 2009: 37-41. Serletis, A., Timilsina, G. R. and Vasetsky, O. 2010. International evidence on sectoral interfuel substitution. The Energy Journal vol. 31 (4):1-29. Seider, W. D., Seider, J. D., et al. 2003. Product and Process Design Principles. John Wiley and Sons Inc. Sekretariat Tim Transparasi Industri Ekstraktif Indonesia. 2011. Catatan Ruang Lingkup EITI (Extractive Industries Transparency Initiative) Indonesia Laporan Pertama tahun 2009. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia. Singh, Peter. 2005. Coating Fabrication Issues. Dipresentasikan di Office of Pipeline Safety Workshop on Advanced Coatings R&D for Pipelines and Related Facilities June 9-10, 2005, National Institute of Standards and Technology Gaithersburg, MD USA. Tjandranegara, Abdul Qoyum. 2012. Gas Bumi Sebagai Substitusi Bahan Bakar Minyak: Optimasi Investasi Infrastruktur dan Analisis Dampaknya Terhadap Perekonomian Nasional. Disertasi Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. Towler, Gavin dan Sinnot, Ray. 2008. Chemical Engineering Design. California : Elsevier inc.. www.bphmigas.go.id www.esdm.go.id www.pgn.co.id www.pertagas.pertamina.co.id
6 Penetapan tarif…, Hari Purwito, FT UI, 2014