PENERAPAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISTIK TEKNIK SCAFFOLDING PADA MATA PELAJARAN IPS (EKONOMI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS VIII - I SMPN 8 MALANG Maya Lia Puspita*) Sapir*) Abstract Constructivist approach is a learning approach emphasizes students have basic knowledge which will be used as a basic to construct a new knowledge. Scaffolding learning technique is a technique in which teacher gives guidance to the students in the beginning of learning and reduce it gradually and stop it totally when the students are able to solve their own problems. It will encourage students to construct their knowledge and their thinking ability independently. In this research use qualitative approach, kind of research is classroom research which consist two phases. This scaffolding learning implementation shows that scaffolding learning implementation in “Tax Function in National Economic” topic in phase I and “Demand, Supply, and Market Price” topic in phase II increased the score results of classical learning of 80% with enough category became 93% with very good category. The class average score also increased from 82 in phase I to 90 in phase II. This learning technique was very suitable to be implemented on materials with certain characteristics of complex material (corresponding to the formulas) such as on material “Tax Function in National Economic” topic and “Demand, Supply, and Market Price” topic that need more explanations and exercises. So the suggestion that scaffolding learning technique can implementation as alternative learning strategy to improve learning outcome of student. Besides that the next researcher can research not only on cognitive domain, but the other such as psychomotor domain and affective domain. Keywords: Constructivist, Scaffolding, Learning Outcomes PENDAHULUAN Kegiatan belajar sering dikaitkan dengan kegiatan mengajar. Sedangkan kegiatan mengajar adalah suatu aktivitas yang memerlukan keterampilan tingkat tinggi. Kegiatan mengajar dikatakan berhasil apabila dapat menghasilkan kegiatan belajar pada siswa. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar terjadi jika ada interaksi antara siswa dengan sumber-sumber belajar. Ini berhubungan dengan peran guru yaitu
menyediakan, menunjukkan, membimbing dan memotivasi siswa agar mereka dapat berinteraksi dengan berbagai sumber belajar yang ada. Wujud interaksi antara siswa dan guru dapat bermacam-macam. Salah satu wujud interaksi tersebut adalah dengan menggunakan berbagai pendekatan, metode, teknik serta media belajar yang sangat kreatif dan variatif, agar siswa dapat berinteraksi secara aktif dengan memanfaatkan segala potensi yang
dimiliki sehingga dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar. Berdasarkan teori Vygotsky maka dalam kegiatan pembelajaran hendaknya anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan proksimalnya atau potensinya melalui belajar dan berkembang. Guru perlu menyediakan berbagai jenis dan tingkat bantuan (helps / cognitive scaffolding) yang dapat memfasilitasi anak agar mereka dapat memecahkan masalah yang dihadapinya (Budiningsih, 2005:107). Budiningsih (2005:102) menyimpulkan mengenai “gagasan Vigotsky tentang zona perkembangan proksimal ini mendasari perkembangan teori belajar dan pembelajaran untuk meningkatkan kualitas dan mengoptimalkan perkembangan kognitif anak”. Beberapa konsep kunci yang perlu dicatat adalah bahwa perkembangan dan belajar bersifat saling terkait, perkembangan kemampuan seseorang tidak dapat dipisahkan dari konteks sosial, dan sebagai bentuk fundamental dalam belajar adalah partisipasi dalam kegiatan sosial. Dalam pelaksanaan pembelajaran scaffolding, siswa akan diberikan tugas kompleks, sulit dan pemberian bantuan kepada siswa hanya pada tahap-tahap awal pembelajaran. Kemudian mengurangi bantuan dan memberi kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar setelah ia dapat melakukannya. Pembelajaran scaffolding merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa untuk belajar dan memecahkan masalah.
Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, dorongan, peringatan, menguraikan masalah-masalah ke dalam langkahlangkah pemecahan masalah, memberikan contoh dan tindakantindakan lain yang memungkinkan siswa belajar mandiri. Dari hasil pengamatan di SMPN 8 Malang kelas VIII - I ditemukan masalah yaitu jika dilihat dari hasil belajar siswa khususnya untuk IPS materi ekonomi, hasilnya menunjukkan kurang memuaskan (di bawah SKM). Pada ulangan harian materi ekonomi sebelumnya, 16 siswa atau 53% siswa nilai ulangannnya tidak mencapai SKM sedangkan yang mencapai SKM hanya 14 siswa atau 47% dengan rata-rata nilai kelas 70. Siswa merasa kesulitan menyelesaikan tugas dari guru. Siswa kurang berperan aktif saat pelajaran. Selain itu ketika pelajaran IPS (ekonomi) berada pada jam akhir pelajaran, siswa semakin sulit berkonsentrasi dan kurangnya minat untuk belajar IPS (ekonomi). Dengan adanya masalah tersebut pembelajaran scaffolding bisa diterapkan di kelas VIII - I. Penelitian sebelumnya yang relevan dilakukan oleh Pramudyo Kusworo pada tahun 2008 yang menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran scaffolding efektif diterapkan untuk mencapai ketuntasan belajar ekonomi siswa kelas X-3 SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang. Kemudian Bayu Permana Putra pada tahun 2009 menyatakan bahwa dengan menerapkan pembelajaran scaffolding dalam kelas dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X-2 SMA Laboratorium Universitas
Negeri Malang. Selain itu penelitian sejenis juga dilakukan oleh Rizki Amalia Fajrin pada tahun 2011 menyatakan bahwa dengan menerapkan pembelajaran scaffolding dalam kelas dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X-5 SMA Brawijaya Smart School Malang. Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dalam skripsi ini peneliti melakukan kajian melalui penelitian dengan permasalahan “Penerapan Pembelajaran Konstruktivistik Teknik Scaffolding pada Mata Pelajaran IPS (Ekonomi) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas VIII - I SMPN 8 Malang” METODE PENELITIAN Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Menurut pendapat Akbar (2009:83) mengungkapkan bahwa “PTK adalah penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran di kelas, atau memecahkan masalah pembelajaran di kelas/di latar penelitian yang dilakukan secara bersiklus”. Penelitian tindakan kelas ini mengutamakan kerjasama antara peneliti sebagai pelaksana yaitu pengajar, guru kelas sebagai pembimbing di lapangan dan dibantu teman sejawat sebagai observer dalam kegiatan penelitian yang dilakukan. Penelitian tindakan kelas terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi yang
merupakan serangkaian dalam satu siklus atau putaran, artinya sesudah langkah ke-4 kembali ke langkah ke-1 begitu seterusnya. Meskipun sifatnya berbeda, langkah ke-2 dan ke-3 dapat dilakukan secara bersamaan jika pelaksana dan pengamat berbeda. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII - I semester genap tahun ajaran 2011/2012. Jumlah siswa kelas VIII - I ada 30 anak, yang terdiri dari 15 siswa dan 15 siswi. Sedangkan lokasi penelitian adalah SMPN 8 Malang yang terletak di jalan Arjuno No. 19 Malang. Teknik pengumpulan data dari penelitian ini terdiri dari wawancara, tes dan angket siswa. Instrumen dalam penelitian ini meliputi pedoman wawancara, soal pre test, soal post test, lembar angket siswa, catatan lapangan, dan dokumentasi berupa foto. Analisis data hasil belajar dalam penelitian ini meliputi aspek kognitif yang didapat dari hasil pre test dan post test untuk mengetahui prosentase hasil belajar siswa. Nilai rata-rata siswa diperoleh dengan menjumlahkan nilai yang diperoleh dari keseluruhan siswa dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut. Sedangkan untuk melihat keberhasilan di akhir siklus digunakan kriteria keberhasilan. Secara individu, hasil belajar siswa dikatakan tuntas jika siswa memperoleh nilai ≥ 75. Sedangkan ketuntasan belajar secara klasikal (keseluruhan) tercapai jika jumlah siswa mencapai ketuntasan belajar ≥ 85%. Caranya adalah jumlah siswa yang mempunyai nilai di atas ≥75 dibagi jumlah seluruh siswa kemudian dikalikan 100%. Soal untuk pre test dan post test sebelum digunakan untuk
mengetahui hasil belajar siswa, sebelumnya diuji terlebih dahulu dengan menggunakan (1) uji validitas, (2) uji reliabilitas, (3) uji tingkat kesukaran, dan (4) uji daya pembeda. HASIL PENELITIAN Pelaksanaan penelitian siklus I Dengan melihat catatan lapangan Siklus I diperoleh temuan aktivitas siswa sebagai berikut. a. Siswa masih kaget dengan pembelajaran kali ini, terbukti masih kesulitan dalam mengerjakan pre test. Pada saat peneliti mengajukan pertanyaan untuk menggali pengetahuan awal siswa, hanya 4 siswa saja yang berani menjawab, sedangkan yang lain tidak berani menjawab kecuali ditunjuk oleh peneliti. b. Saat mengerjakan soal latihan, ada 2 kelompok yang saling bercanda (2 anggota kelompok yang satu bercanda dengan 2 anggota kelompok lain yang tempatnya berdekataan). c. Siswa masih bingung dengan pembelajaran teknik scaffolding yang sedang diterapkan dalam kelas, sehingga setelah pembahasan soal dan materi tidak ada siswa yang bertanya tentang materi yang kurang dimengerti kepada peneliti. Sedangkan temuan terhadap aktivitas guru/peneliti adalah sebagai berikut. a. Pengelolaan kelas yang kurang yakni terlihat pada saat diskusi. b. Kurangnya perhatian pada kelompok yang kurang aktif oleh peneliti, peneliti lebih memperhatikan
kelompok yang aktif bertanya dan melakukan kegiatan diskusi dengan baik. Padahal kelompok yang sedikit bertanya seharusnya lebih dipantau kegiatan diskusinya. c. Pada pertemuan pertama peneliti masih merasa canggung untuk menyesuaikan diri dengan suasana kelas yang baru. Pelaksanaan penelitian siklus II Dari catatan lapangan yang diisi oleh observer pada siklus II diperoleh temuan aktivitas siswa sebagai berikut. a. Ada 18 siswa sudah mempelajari pelajaran yang akan diajarkan sehingga pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, siswa siap mengikuti pelajaran dan aktif menjawab pertanyaan peneliti tanpa ditunjuk. b. Dalam mengerjakan soal kelompok, 7 kelompok sudah dapat bekerjasama dengan kelompoknya dan saling membantu dalam menyelesaikan soal latihan, akan tetapi ada 1 kelompok yang 2 anggotanya malah berbicara sendiri dan berjalan mengunjungi kelompok lain. c. Ada 5 siswa yang aktif dalam mengajukan pertanyaan, 2 siswa yang bertanya dan 2 siswa yang menarik kesimpulan. Sedangkan hasil catatan aktivitas guru/peneliti diperoleh temuan bahwa peneliti sudah dapat mengelola kelas dengan baik. Hal ini terlihat pada saat diskusi, perhatian peneliti merata kepada semua kelompok dan peneliti memantau dengan berkunjung ke semua kelompok tanpa menunggu dipanggil kelompok tersebut maupun tidak.
mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan teknik scaffolding. Data hasil belajar siswa dalam penelitian ini dijabarkan sebagai berikut.
Hasil Belajar Siswa dalam Penerapan Pembelajaran Konstruktivistik Teknik scaffolding Pengambilan data mengenai hasil belajar siswa bertujuan untuk
Tabel 1 Hasil Belajar Siswa pada Pre Test dan Post test Siklus I dan II SIKLUS I SIKLUS II pre post pre post pre post pre post test 1 test 1 test 2 test 2 test 1 test 1 test 2 test 2
NO
NAMA
1
ADITYA BAYU K
75
90
65
85
75
95
85
100
2
AINI NURNABILLA D
75
90
75
70
70
80
75
100
3
ALMA SYAHARA NUR C
70
80
75
90
75
90
75
95
4
ANDI ANSARULLAH I
60
85
70
65
70
55
75
80
5
ARYA JEMPARING J
75
85
65
90
75
90
85
100
6
AUGLANDIARMA H
75
90
80
90
75
80
75
90
7 8
DIAH AYUNINGTYAS FARADELLA M
75 75
85 80
75 75
90 75
70 75
95 85
80 70
100 70
9
FERDI RAZAQ P
70
70
70
85
65
55
75
80
10
HISYAM GALIH AZIZY
60
80
70
85
70
75
75
90
11 12
ILHAM DWIKI R INGE JULIETTA
75 70
75 70
80 75
80 90
85 75
70 90
90 75
95 100
13
IRFAN RAKHA W
70
80
75
85
65
100
70
100
14
KENCANA R
75
85
85
85
85
80
90
90
15
MOCHAMMAD RAFI H
70
70
70
90
65
55
75
80
16
MUHAMMAD AQIL G
75
70
65
65
65
100
85
100
17
MUHAMMAD ARYA P L
80
75
80
85
85
70
90
90
18
MUHAMMAD FAKHRI A
70
75
75
85
75
100
75
90
19
NIKEN SATITI
75
75
75
65
70
90
80
85
20
NINDYA GRIKA M
80
75
85
80
65
90
90
100
21
NUR FAHIRA
70
80
75
90
70
100
90
100
22
QONITAH L
70
75
75
80
70
70
90
90
23
RR ALMIRANTRI P
75
90
75
90
75
90
80
90
24
SALSABELLA A
75
85
75
85
75
90
80
70
25
SATRIAJI IKHLAS U
70
85
65
90
75
100
85
90
26
SYAHPRIL WAHYU V
75
70
75
65
65
90
70
90
27
TABITA IMANIAR F
75
95
75
65
70
80
75
80
28
TIANTO RAFIF F
70
95
75
95
75
90
75
85
29
ZOYA PERMATA S
75
70
75
80
75
85
70
90
30
VERMONITA DWI
75
70
80
85
75
70
75
90
nilai rata-rata kelas nilai klasikal Tidak Tuntas Tuntas
73 80 74 82 73 84 79 90 60% 77% 73% 80% 53% 80% 87% 93% 12 7 8 6 14 6 4 2 18 23 22 24 16 24 26 28
Berdasarkan data di atas, diperoleh keterangan kenaikan nilai klasikal antara pre test dengan post test dalam satu pertemuan dan antar post test dalam satu siklus. Hal ini terlihat pada nilai sebagai berikut. a. SIKLUS I : 1. Pada pertemuan 1, nilai pre test 1 adalah 60% kemudian mengalami peningkatan pada post test 1 yaitu 77%. 2. Pada pertemuan 2, nilai pre test 2 adalah 73% kemudian mengalami peningkatan pada post test 2 yaitu 80%. 3. Pada post test 1 didapatkan nilai 77%, sedangkan pada post test 2 yaitu 80%, sehingga peningkatannya sebesar 3%. b. SIKLUS II : 1. Pada pertemuan 1, nilai pre test 1 adalah 53% kemudian mengalami peningkatan pada post test 1 yaitu 80%. 2. Pada pertemuan 2, nilai pre test 2 adalah 87% kemudian mengalami peningkatan pada post test 2 yaitu 93%. 3. Pada post test 1 didapatkan nilai 80%, sedangkan pada post test 2 yaitu 93%, sehingga peningkatannya sebesar 13%. Keberhasilan klasikal pada siklus II menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran teknik scaffolding tidak perlu diteruskan pada siklus III. Karena pada post test 2 siklus II siswa tuntas mencapai 28 dari 30 siswa, yang artinya keberhasilan klasikal ini telah mencapai 93%. Dengan demikian keberhasilan klasikal siswa melebihi standar keberhasilan klasikal kelas yaitu lebih dari 85%.
PEMBAHASAN Berdasarkan observasi awal, ditemukan bahwa kegiatan pembelajaran di kelas kurang membuat siswa aktif, baik dalam bertanya kepada guru maupun menjawab pertanyaan dari guru. Siswa juga sering melakukan aktivitasaktivitas lain yang kurang mendukung kegiatan belajar mengajar seperti berbicara dengan teman, mengganggu temannya yang lain. Selain itu, ternyata siswa merasa sulit dalam menyelesaikan tugas-tugas dari guru, terkadang soal dimodifikasi sedikit saja misalkan berbeda angka atau permasalahannya siswa menjadi bingung dan akhirnya tidak bisa mengerjakan. Kemudian ditemukan pula bahwa siswa kurang berkonsentrasi dan kurang bersemangat dengan mata pelajaran ekonomi, hal ini terlihat ketika mata pelajaran ekonomi berada di akhir jam pelajaran sekolah. Hal ini akan membuat kualitas pembelajaran kurang baik dan berdampak pada hasil belajar siswa yang kurang memuaskan. Berdasarkan penjelasan dari guru bidang studi bahwa pada hasil ulangan materi ekonomi pertemuan sebelumnya masih ada 16 siswa dari 30 siswa yang tidak tuntas dengan rata-rata nilai kelas 70. Berdasarkan keadaan tersebut perlu diterapkan pembelajaran konstruktivistik dengan teknik scaffolding yang dapat menjadi solusi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Upaya untuk memperbaiki tindakan pembelajaran adalah dengan pembelajaran teknik scaffolding. Pemberian tindakan ini diharapkan akan meningkatkan hasil belajar ekonomi
serta mengubah sifat pasif siswa pada saat proses pembelajaran. Untuk itu diperlukan fasilitas pendukung seperti rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan teknik scaffolding, lembar catatan lapangan, angket siswa, alat dokumentasi (kamera) serta soal diskusi (pre test) maupun soal individu (post test). Upaya peneliti dalam menjelaskan pembelajaran teknik scaffolding ini sejalan dengan karakteristik dalam pembelajaran scaffolding yang diungkapkan oleh Mc Kenzie (1999) yaitu : scaffolding memberikan petunjuk yang jelas, menjelaskan tujuan-tujuan pembelajaran, menunjukkan siswa pada tugasnya (membentuk kelompok dan memberikan pre test), mengadakan evaluasi pembelajaran, efisien waktu yaitu mengerjakan tugas tepat waktu dan sesuai dengan langkah yang ditunjukkan, proses pembelajaran dilakukan sesuai dengan rencana pembelajaran dan guru memberikan bantuan-bantuan tidak hanya berupa pemecahan masalah, tapi juga motivasi sehingga siswa lebih mudah mengerjakan tugas-tugasnya. Selain itu Slavin, 1997 dalam Cahyono (2010) mengungkapkan bahwa “Scaffolding merupakan pemberian sejumlah bantuan kepada peserta didik selama tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar setelah ia dapat melakukannya”. Pada tahap awal, peneliti memberikan umpan berupa pertanyaanpertanyaan mengenai perpajakan dalam
kehidupan sehari-hari untuk menggali kemampuan awal siswa sehingga siswa dapat mengkonstruksi pengetahuannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Budiningsih (2005:59) yang mengungkapkan bahwa “paradigma konstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Kemampuan awal tersebut akan menjadi dasar dalam mengkonstruksi pengetahuan yang baru”. Pada tahap refleksi peneliti memberikan angket terbuka yang diisi oleh masing-masing kelompok (4 anak). Dari 8 angket yang diberikan disimpulkan hasil sebagai berikut. a. Dua kelompok menilai pembelajaran kurang menarik, 2 kelompok menilai lumayan menarik dan 4 kelompok menilai menarik. b. Jawaban terbanyak untuk memberikan pendapatnya mengenai apa yang seharusnya tidak dilakukan pada pembelajaran hari ini, 3 kelompok menyatakan seharusnya tidak ramai dan tidak bermain. c. Untuk pertanyaan apa yang seharusnya dipertahankan pada pembelajaran kali ini, jawaban masing-masing kelompok beragam. 2 kelompok menjawab kerjasama antar anggota kelompok, 2 kelompok menjawab menghitung dan menghafal rumus, 2 kelompok menjawab cara belajar dan cara menerangkan guru yang dapat dimengerti dengan baik. 1 kelompok menjawab materi yang diberikan dan 1 kelompok tidak berkomentar.
Hasil Belajar Ekonomi Siswa dengan Penerapan Pembelajaran Konstruktivistik Teknik Scaffolding Penerapan pendekatan pembalajaran scaffolding dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penilaian yang dilakukan dalam penelitian ini berupa tes tertulis yang diberikan setiap pertemuan, yaitu berupa pre test (dikonsep dengan diskusi kelompok) di awal pembelajaran dan post test (dikerjakan secara individu) yang diberikan di setiap akhir pembelajaran setiap pertemuan. Jenis soal adalah uraian subyektif dengan jumlah soal masing-masing ada 4
Sebelum melakukan penelitian, peneliti sudah melakukan wawancara kepada guru bidang studi ekonomi tentang masalah yang dihadapi di kelas VIII - I. Salah satu masalah yang dihadapi oleh guru yaitu sedikitnya jumlah murid yang tuntas pada ulangan IPS (ekonomi) sebelumnya (materi ketenagakerjaan), yaitu ada 16 siswa belum tuntas, selain itu nilai rata-rata kelas hanya 70. Penerapan pembelajaran teknik scaffolding ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan nilai rata-rata kelas. Berikut adalah tabel perbandingan hasil belajar antara nilai ulangan harian sebelum dilakukan penelitian yaitu KD 7.1 dengan nilai post test 2 siklus I dan nilai post test 2 siklus II.
Tabel 2 Perbandingan Hasil Belajar Siswa antara UH KD 7.1, Siklus I dan Siklus II No UH KD 7.1 (%) Siklus I (%) Siklus II ∑ Siswa Tuntas 14 47% 24 80% 28 ∑ Siswa Tidak Tuntas 16 53% 6 20% 2 Rata-rata Nilai 70 82 90
Berdasarkan tabel perbandingan hasil belajar siswa di atas dapat diketahui jumlah siswa yang tuntas dalam setelah diterapkan pembelajaran scaffolding. Jumlah siswa yang tuntas dalam siklus I adalah sebanyak 24 siswa atau 80% dan jumlah siswa yang belum tuntas adalah sebanyak 6 anak atau 20% dengan ratarata nilai kelas sebesar 82. Ketuntasan belajar pada siklus I ini belum memenuhi ketuntasan belajar secara klasikal dikarenakan jumlah siswa yang mencapai SKM hanya 80% padahal kriteria ketuntasan klasikal adalah 85%. Berdasarkan hasil evaluasi, rendahnya hasil belajar siswa pada siklus I ini dikarenakan siswa yang tidak mempersiapkan diri sebelum dimulai pelajaran, sebagian siswa tidak aktif
(%) 93% 7%
dalam kegitan diskusi, beberapa anak suka menggangu temannya sehingga hal ini juga mengganggu jalannya proses diskusi, hanya siswa-siswa tertentu yang mengerjakan tugas kelompok. Dengan adanya masalah tersebut peneliti menginstruksikan kepada para siswa untuk mengerjakan soal bersama-sama, masing-masing siswa mendapat bagian soal untuk dikerjakan dan mendiskusikan jawabannya setelah semua anggota kelompok mengerjakan. Hal ini dilakukan agar semua siswa dalam kelompok ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan diskusi. Pada siklus II dilakukan koreksi dan perbaikan dengan melihat kekurangan yang ada pada siklus I. Pada siklus II terjadi peningkatan hasil belajar
siswa baik secara individu maupun kelompok. Jumlah siswa yang tuntas adalah sebanyak 28 atau 93%, sedangkan siswa yang tidak tuntas adalah 2 orang atau 7% dengan rata-rata nilai kelas sebesar 90. Pada siklus II ini terlihat adanya peningkatan sebesar 13%. Hasil ini menggambarkan bahwa kelas VIII - I sudah mencapai ketuntasan secara klasikal karena melebihi 85%. Tetapi pada siklus II ini masih ada 2 siswa yang belum tuntas, hal ini bisa terjadi mungkin disebabkan karena anak tersebut masih belum faham terhadap konsep materi yang diajarkan atau anak tidak bersungguh-sungguh dalam mengerjakan soal. Hasil dari penelitian ini sesuai dengan kesimpulan Budiningsih (2005:102) mengenai “gagasan Vygotsky tentang zona perkembangan proksimal yang mendasari perkembangan teori belajar dan pembelajaran untuk meningkatkan kualitas dan mengoptimalkan perkembangan kognitif anak”. Selain itu Bodrova & Leong (1996:42) mengemukakan bahwa “para ahli menetapkan scaffolding ke dalam ZPD yang memungkinkan siswa untuk melakukan pada level tertinggi. Dengan Scaffolding tugas pribadinya tidak berubah, tetapi pada permulaannya akan lebih mudah dengan bantuan.” Berangsur-angsur, tingkat bantuan dikurangi untuk memberikan tanggungjawab yang lebih kepada siswa. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian sebelumnya yang relevan. Penelitian yang dilakukan oleh Kusworo (2008), Putra (2009) dan Fajrin (2011), membuktikan bahwa dengan
penerapan pembelajaran scaffolding dapat meningkatkan hasil belajar siswa meningkat dari siklus I ke siklus II. Meskipun terdapat perbedaan dalam pokok bahasan yang diterapkan peneliti dengan 2 peneliti sebelumnya, yaitu Konsumsi dan Tabungan pada siklus I dan Investasi dan Indeks Harga pada siklus II pada penelitian Putra (2009) dan Fajrin (2011). Dalam penelitian Kusworo (2008) pada siklus I rata-rata kelas siswa memperoleh nilai sebesar 76 dan meningkat menjadi 87,9 pada siklus II. Dalam penelitian Putra (2009) pada siklus I nilai rata-rata kelas sebesar 72,36 meningkat pada siklus II menjadi 80,39. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Fajrin (2011) juga menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa. Pada saat siklus I nilai rata-rata kelas adalah 76,1 meningkat pada siklus II menjadi 88,5. Faktor pendukung dari keberhasilan penelitian terdahulu ini disebabkan karena pokok bahasan yang diterapkan merupakan materi yang banyak soal hitungan yang rumit, menerapkan rumus-rumus. Hal ini sangat sesuai dengan karakteristik pembelajaran teknik scaffolding yang membutuhkan bantuan lebih dari guru pada tahap awal, misalnya dengan memberikan contoh latihan menghitung dengan rumus. Kemudian bantuan dikurangi pada saat siswa berlatih mengerjakan soal, misalnya dengan memberikan motivasi dan semangat bahwa siswa pasti mampu mengerjakan soal tersebut. Selain itu juga guru membantu memberikan arahan, bimbingan ketika siswa mengerjakan soal. Hingga pada akhirnya siswa diberi kesempatan untuk
mengambil alih tugas dan tanggungjawabnya dalam menyelesaikan soal mereka. Selain faktor pendukung terdapat faktor penghambat penelitian. Yaitu, untuk menerapkan teknik scaffolding ini membutuhkan waktu yang lebih lama. Karena guru harus berkeliling ke seluruh kelompok dan melihat serta mengarahkan dan membimbing satu per satu kesulitan siswa. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya secara umum dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Penerapan pembelajaran konstruktivistik teknik scaffolding pada mata pelajaran IPS (ekonomi) kelas VIII - I SMP Negeri 8 Malang dapat diterapkan dengan baik, meskipun terdapat kendala pada siklus I akan tetapi dapat diperbaiki pada siklus II. Dengan diterapkannya pre test setiap awal pembelajaran, siswa memiliki kesiapan yang lebih dalam mempelajari materi. 2. Penerapan pendekatan pembelajaran konstruktivistik teknik scaffolding dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS (ekonomi) kelas VIII - I SMP Negeri 8 Malang yang dilihat dengan menggunakan soal pre test dan post test. Hasil belajar siklus I, siswa belum mencapai ketuntasan belajar secara klasikal. Sedangkan pada siklus II, siswa sudah mencapai ketuntasan belajar secara klasikal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran scaffolding
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Saran Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan pembelajaran scaffolding dapat meningkatkan hasil belajar IPS (ekonomi) siswa kelas VIII - I SMP Negeri 8 Malang. Oleh karena itu, saran yang perlu disampaikan adalah sebagai berikut. 1. Bagi Sekolah Bagi SMP Negeri 8 Malang dapat menggunakan strategi pembelajaran teknik scaffolding untuk diterapkan dalam pembelajaran sebagai alternatif strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Bagi Guru Bagi guru bidang studi ekonomi yang ingin meningkatkan kualitas pembelajaran ekonomi secara khusus pada materi Permintaan, Penawaran dan Terbentuknya Harga Pasar untuk meningkatkan hasil belajar disarankan menerapkan pembelajaran scaffolding jika keadaan permasalahan sama dengan yang diuraikan pada latar belakang penelitian ini. Dengan pelaksanaan yang dipaparkan oleh peneliti sebelumnya. 3. Bagi Peneliti Lain Bagi peneliti lain yang ingin meneliti tentang penerapan pembelajaran scaffolding diharapkan dapat mencobanya pada objek lain dengan topik yang berbeda karena penelitian ini hanya dilaksanakan pada siswa kelas VIII - I SMP Negeri 8 Malang dengan materi Permintaan, Penawaran dan Terbentuknya Harga Pasar. Selain itu peneliti selanjutnya bisa melakukan
penelitian tidak hanya pada aspek kognitif, tapi pada aspek lain yaitu psikomotor maupun afektif. DAFTAR RUJUKAN Akbar, Sa’dun. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Filosofi, Metodologi & Implementasi. Yogyakarta : Cipta Media Aksara Amien, Saiful. 2010. Pendekatan Konstruktivistik Dalam Pembelajaran Resume Chapter 8 Buku Educational Psychology Karya Robert E. Slavin, (online), http://benramt.wordpress.com/20 10/01/03/pendekatankonstruktivistik-dalampembelajaran-resume-chapter-8buku-educational-psychologykarya-robert-e-slavin/, diakses 16 Pebruari 2012)
(http://blog.unnes.ac.id/adinegara /2010/03/04/vygotskianperspective-proses-scaffoldinguntuk-mencapai-zone-ofproximal-development-zpd/, diakses 14 Pebruari 2012) Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta Fajrin, Rizki Amalia. 2011. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Scaffolding pada Mata Pelajaran Ekonomi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sma Brawijaya Smart School Malang (Studi Kasus pada Siswa Kelas X-5 SMA Brawijaya Smart School Malang). Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang: FE Universitas Negeri Malang
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara
Kusworo, Pramudyo. 2008. Efektifitas Penerapan Pendekatan Pembelajaran Scaffolding dalam Ketuntasan Belajar Ekonomi Siswa Kelas X SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang. Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang: FE Universitas Negeri Malang
Bodrova, Elena & Leong, Deborah. J. 1996. Tools of The Mind : the Vygotskian Approach to Early Childhood Education. New Jersey: Prentice Hall Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Mc. Kenzie, Jamie. 1999. Beyond Technology: Questioning Researce and The Information Literate School Community, Chapter 19 – Scaffolding For Succes, (online), (http://www.google.com, diakses 10 Pebruari 2012)
Cahyono, Adi Nur. 2010. Vygotskian Perspective: Proses Scaffolding untuk mencapai Zone of Proximal Development (ZPD), (online),
Priatna, Bambang Avip. 2008. Uji Coba Instrumen Penelitian dengan Menggunakan MS Excel dan SPSS. (online), (http://file.upi.edu/Direktori/
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi VI). Jakarta: Rineka Cipta
FPMIPA/JUR._PEND._MATEM ATIKA/196412051990031BAMBANG_AVIP_PRIATNA_ M/Makalah_November _2008.pdf, diakses pada tanggal 10 Juli 2012) Putra, Bayu Permana. 2009. Penerapan Pembelajaran dengan Pendekatan Scaffolding pada Pembelajaran Ekonomi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X-2 SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang. Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang: FE Universitas Negeri Malang Sudjana, N. 2010. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Tindakan Kelas. Bandung: Alfabeta Surapranata, Sumarna. Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes (Implementasi Kurikulum 2004). 2005. Bandung: Remaja Rosdakarya Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Laporan Penelitian. Edisi kelima. Malang: Universitas Negeri Malang (UM PRESS)