BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang
Penerapan Model Pembelajaran Superitem untuk Meningkatan Kemampuan Analisis dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Bandung Vara Nina Yulian Program Studi Pendidikan Matematika FKIP, Universitas Subang Jl. RA Kartini Km 3 Subang Telp. 0260-9141238
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan analisis dalam pembelajaran matematika serta sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan model pembelajaran superitem. Desain penelitian ini adalah desain kelompok eksperimen dan kontrol. Kelas eksperimen diberikan berupa pembelajaran dengan model pembelajaran superitem dan kelas kontrol diberi pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Populasi penelitian ini adalah siswa/i kelas VIII SMP Negeri 7 Bandung, dengan sampel penelitiannya dipilih dua kelas VIII SMP Negeri 7 Bandung, Provinsi Jawa Barat. Sesuai dengan desain yang digunakan dipilih dua kelas untuk kemudian dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Instrumen yang digunakan terdiri dari soal tes kemampuan analisis dalam pembelajaran matematika serta angket skala sikap siswa. Secara keseluruhan hasil penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa peningkatan analisis matematis siswa yang pembelajarannya dengan model pembelajaran superitem lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran dengan model konvensional. Pada kelompok siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran superitem secara umum siswa memberikan tanggapan dan sikap positif terhadap pembelajaran dengan model pembelajaran superitem. Kata Kunci : Superitem dan Kemampuan Analisis.
1.
Latar Belakang Masalah Menurut Russefendi (1991) menganalisis adalah kemampuan memisahkan materi-materi (informasi) ke dalam bagian-bagiannya yang perlu, mencari hubungan antara bagian-bagiannya, dan mengamati sistem bagianbagiannya, mampu melihat (mengenal) komponen-komponennya, bagaimana komponen-komponen tersebut berhubungan dan terorganisasikan, membedakan fakta dan khayalan. Akan tetapi kenyataan di lapangan tingkat kemampuan analisis siswa di Indonesia masih rendah, data UNESCO menunjukkan bahwa peringkat matematika Indonesia berada di deretan 34 dari 38 negara. Sejauh ini Indonesia masih belum mampu lepas dari deretan penghuni papan bawah. Hasil penelitian 1
BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang
tim Programme of International Student Assesment menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat ke-9 dari 41 negara pada kategori literatur matematika. Sementara itu, menurut penelitian Trends in International Mathematics and Science Study yang sudah agak lama yaitu tahun 1999, matematika Indonesia berada di peringkat ke-34 dari 38 negara. Dari penelitian di atas dapat kita simpulkan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang materinya luas dan tingkat kesukarannya tinggi masih sangat rendah, dalam hal ini rendahnya kemampuan analisis siswa. Karena apabila kemampuan analisis siswa tinggi dalam menyelesaikan soal matematika tentunya peringkat kita di mata dunia akan naik pula. Rendahnya prestasi siswa dalam hal ini kualitas hasil belajar matematika dikarenakan kurang cocoknya model pembelajaran yang diberikan kepada siswa. Penafsiran tentang kualitas ini ada yang melihatnya dari produk yang diperoleh suatu lulusan berupa kemampuan intelektual matematika dan ada pula yang menafsirkannya sebagai suatu kesalahan berantai yang tidak hanya melihat dari hasilnya saja, tetapi juga meliputi prosesnya. Siswa akan memahami suatu pelajaran jika memiliki pengetahuan prasyarat yang cukup dan materinya disajikan sesuai dengan kesiapan siswa, sesuai penerapan pendekatan spiral dari Bruner. Sementara itu Biggs dan Collis melakukan studi tentang struktur hasil belajar dengan tes yang disusun dalam bentuk superitem. Biggs dan Collis mengemukakan bahwa tiap tahap atau level kognitif terdapat struktur respon yang sama dan makin meningkat dari yang sederhana sampai yang abstrak. Struktur tersebut dinamakan Taksonomi SOLO (Structure of the Observed Learning Outcome). Berdasarkan kualitas model respon anak, tahap SOLO anak dikualifikasikan pada lima tahap yaitu: prestruktural, unistruktural, multistruktural, relasional, dan abstrak. Studi tentang tahap SOLO juga dilakukan oleh Sumarmo (1994). Temuan dalam studi ini menguatkan keyakinan bahwa dalam pembelajaran matematika, penjelasan konsep kepada siswa hendaknya tidak langsung pada konsep atau proses yang kompleks tetapi harus dimulai dari konsep dan proses yang sederhana. Menyadari pentingnya suatu model pembelajaran yang menitikberatkan pada peningkatan kemampuan analisis dalam pembelajaran matematika, sebab dengan berbekal kemampuan analisis dalam pembelajaran matematika siswa mampu menyelesaikan masalah matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan mampu menerapkan matematika pada disiplin ilmu lain dengan baik, serta mampu meminimalisir gejala-gejala pada siswa yang tidak dapat menyelesaikan soal-soal kemampuan analisis dalam pembelajaran matematika. Untuk itu diperlukan adanya model pembelajaran yang menekankan pada belajar siswa aktif. Hal ini dapat terwujud melalui suatu bentuk pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa aktif. Salah satu alternatif model pembelajaran matematika yang mengaitkan Taksonomi SOLO dan meningkatkan hasil belajar siswa (dalam kemampuan analisis) adalah dengan menggunakan model pembelajaran superitem. 2
BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang
Superitem (dalam Julekha, 2007: 11) adalah “suatu situasi umum atau cabang informasi yang diikuti lima pertanyaan, satu pertanyaan untuk setiap level dalam taksonomi SOLO.” Selain itu juga model pembelajaran superitem merupakan pembelajaran yang dimulai dari yang sederhana meningkat pada yang lebih kompleks. Berdasarkan uraian di atas, maka timbul permasalahan dalam diri penulis. Jika siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal dalam bentuk analisis, maka perlu ditentukan model pembelajaran yang dirasakan cocok untuk meningkatkan prestasi belajar. Model pembelajaran yang cocok dalam hal ini adalah model pembelajaran superitem. Penelitian ini penulis beri judul sebagai berikut: ”Penerapan Model Pembelajaran Superitem untuk Meningkatan Kemampuan Analisis dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Bandung.” 2.
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan disain penelitian disain kelompok kontrol tes awal-tes akhir. Pada kelompok eksperimen diberikan pembelajaran dengan model pembelajaran superitem untuk menelaah pemecahan masalah matematis siswa. Subjek penelitian ini adalah 84 siswa kelas 8 dari satu SMP Negeri yang ditetapkan secara purposif. Instrument studi ini adalah: tes kemampuan analisis dalam pembelajaran matematika, lembar observasi dan lembar kerja siswa. 3.
Hasil dan Pembahasan Berikut ini disajikan hasil penelitian mengenai kemampuan analisis siswa dalam pembelajaran matematika seperti tersaji pada Tabel 1. Tabel 1. Statistik Deskriptif Analisis Matematis Eksperimen
Kontrol
̅ 𝒙
̅ 𝒙
Tinggi
0,8980
0,4623
Sedang
0,6749
0,6139
Rendah
0,7307
0,5997
Kelas Kemampuan Analisis
Nilai Gain Ternormalisasi
Berdasarkan data pada tabel 1 di atas, kemampuan analisis siswa dalam pembelajaran matematika pada kelompok tinggi dengan menggunakan model pembelajaran superitem lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran biasa. Hal ini dapat terlihat dari perbedaan rata-rata nilai gain ternormalisasi kelas kontrol dengan kelas eksperimen pada kelompok tinggi yaitu 0,4623 dan 0,8980. Dari nilai tersebut dapat dilihat perbedaan peningkatan kemampuan analisis dalam pembelajaran matematika pada kelompok eksperimen termasuk kategori tinggi karena g ≥ 0,7, sedangkan untuk kelompok
3
BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang
kontrol rata-rata gain ternormalisasi termasuk kategori sedang karena berada pada kisaran antara 0,3 < g < 0,7. Kemampuan analisis siswa dalam pembelajaran matematika pada kelompok sedang dengan menggunakan model pembelajaran superitem lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran biasa. Hal ini dapat terlihat dari perbedaan rata-rata nilai gain ternormalisasi kelas kontrol dengan kelas eksperimen pada kelompok sedang yaitu 0,6139 dan 0,6749. Dari nilai tersebut dapat dilihat perbedaan peningkatan kemampuan analisis dalam pembelajaran matematika pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol rata-rata gain ternormalisasi termasuk kategori sedang karena berada pada kisaran antara 0,3 < g < 0,7. Kemampuan analisis siswa dalam pembelajaran matematika pada kelompok rendah dengan menggunakan model pembelajaran superitem lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran biasa. Hal ini dapat terlihat dari perbedaan rata-rata nilai gain ternormalisasi kelas kontrol dengan kelas eksperimen pada kelompok rendah yaitu 0,6369 dan 0,7307. Dari nilai tersebut dapat dilihat perbedaan peningkatan kemampuan analisis dalam pembelajaran matematika pada kelompok eksperimen termasuk kategori tinggi karena g ≥ 0,7, sedangkan untuk kelompok kontrol rata-rata gain ternormalisasi termasuk kategori sedang karena berada pada kisaran antara 0,3 < g < 0,7. Pada saat pembelajaran guru matematika pada kelas tersebut diberikan lembar observasi untuk mengevaluasi peneliti dan mengukur aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Lembar observasi diberikan tiga kali selama proses belajar-mengajar berlangsung. Pada pertemuan pertama aktivitas pembelajaran yang dilakukan peneliti hanya mencapai 50% dan aktivitas pembelajaran yang dilakukan siswa hanya mencapai 25%. Pada pertemuan kedua aktivitas pembelajaran yang dilakukan peneliti hanya mencapai 75% dan aktivitas pembelajaran yang dilakukan siswa hanya mencapai 62,5%. Pada pertemuan ketiga aktivitas pembelajaran yang dilakukan peneliti sudah mencapai 100% dan aktivitas pembelajaran yang dilakukan siswa mencapai 100%. Yang berarti bahwa guru dan juga siswa sudah melakukan kegiatan belajar-mengajar secara efektif dan sesuai dengan skenario pembelajaran. 4.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang model pembelajaran superitem di SMP Negeri 7 Bandung, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1) kemampuan analisis siswa dalam pembelajaran matematika pada kelompok tinggi dan rendah dengan menggunakan model pembelajaran superitem lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran biasa, 2) kemampuan analisis siswa dalam pembelajaran matematika pada kelompok sedang dengan menggunakan model pembelajaran superitem tidak lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran biasa. Sikap siswa diketahui dari tingginya minat, motivasi, aktivitas saat pembelajaran berlangsung, dan pemahaman tentang pentingnya menguasai pelajaran matematika. 4
BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang
Daftar Pustaka Biggs
and Collis. (2009). Tersedia: http://www.Aare.edu.au/96/pnp/alas96046.txt [5 Oktober 2009].
Julekha, Siti. 2007. Pengaruh Penerapan Pembelajaran Berkelompok Menggunakan Tugas Superitem Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Relasional Matematika Siswa SMP. Skripsi. Bandung : Tidak Diterbitkan. Programme of International Student Assesment (PISA). (2009). Tersedia: http://www.analisadaily.com/index.php [5 Oktober 2009]. Ruseffendi, H. E. T, Prof. S. Pd. M. Sc. Ph. D. 1991. Penilaian Pendidikan dan Hasil Belajar Siswa Khususnya dalam Pengajaran Matematika. Bandung: PT. Tarsito. Sumarmo, U. 1994. Suatu Alternatif Pengajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika pada Guru dan Siswa SMP. Laporan Hasil Penelitian FPMIPA IKIP. Bandung: Tidak Diterbitkan. Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS). (1999). Tersedia: http://www.analisadaily.com/index.php [5 Oktober 2009]. UNESCO. (2009). Tersedia: http://www.analisadaily.com/index.php [5 Oktober 2009].
5