PENERAPAN ARSITEKTUR BERWAWASAN PERILAKU PADA PUSAT PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI JAKARTA Liany Felisia Adinatha Binus University, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, (021)53696969,
[email protected]
Religiana Hendarti Binus University, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, (021)53696969 dan
Yosica Mariana Binus University, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, (021)53696969
ABSTRAK The purpose of this thesis is to determine the interior design at the Early Childhood Education Center building focusing on the aspect of behavior in architecture. The methodology used is to find supporting theories then made observations to prove the theory with a sample of Indonesian children. The process of collecting data used observation method by conducting interviews with informants and by collecting personal documentation required in the preparation of this thesis to one of the Early Childhood Education Center building in Jakarta. In addition, the other information were obtain from journal, book, and arcticles on website. Data analysis technique used is qualitative and descriptive analysis in order to obtain accurate data, subsequently the data were as a reference in designing. Keyword : Childhood education centers, Behavior, Architecture Tujuan penulisan skripsi adalah untuk mengetahui perancangan interior pada pusat pendidikan anak usia dini dengan memperhatikan perilaku anak dalam perkembangannya. Metodologi yang digunakan yaitu dengan mencari teori-teori yang mendukung kemudian melakukan observasi untuk membuktikan teori tersebut dengan sampel anak Indonesia. Kemudian dalam proses pengumpulan data teknik yang digunakan yaitu secara langsung dan tidak langsung. Pengumpulan data secara langsung dilakukan dengan observasi secara langsung ke salah satu Pusat Pendidikan Anak Usia Dini di Jakarta. Pengumpulan data secara tidak langsung dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang bersumber dari hasil analisis yang telah ada baik berupa jurnal, catatan, buku maupun ulasan di internet. Teknik analisa data yang digunakan adalah dengan analisa kualitatif dan deskriptif sehingga diperoleh data yang akurat yang kemudian digunakan sebagai acuan dalam merancang. Kata kunci: Pendidikan Anak Usia Dini, Perilaku, Arsitektur
PENDAHULUAN Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dikatakan mengalami keterlambatan perkembangan motorik dan kognitif pada anak usia dini yang diungkapkan oleh Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Tumbuh Kembang-Pediatri Sosial Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr.dr. Eddy Fadlyana, MKes. SpA(K). Hal tersebut dikarenakan kurangnya ketersediaan sarana dari pemerintah yang dapat menunjang kecerdasan motorik dan kognitif anak. Salah satu sarana penunjang yang mempengaruhi kecerdasan anak yaitu lembaga Pusat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). PAUD sebagai titik sentral strategi pembangunan sumber daya manusia dan sangat fundamental memegang peranan penting dan menentukan bagi sejarah perkembangan anak selanjutnya, seharusnya dapat memfasilitasi anak untuk mendapatkan pembinaan sejak dini yang dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan fisik maupun mental yang akan berdampak pada peningkatan prestasi belajar, etos kerja, produktivitas anak. Namun, pada sebagian besar Pusat Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia kurang memperhatikan penataan interior ruangnya. Hal ini mengakibatkan, proses perkembangan anak menjadi terhambat karena membuat anak menjadi bergantung pada orang dewasa disekitarnya. Anak menjadi kesulitan mencapai obyek yang diinginkan yang diletakkan ditempat yang tinggi. Selain itu juga perlu diperhatikan tingkat keamanan perabotan yang akan sering digunakan oleh anak-anak pada saat proses belajar, mulai dari penggunaan bahan material, hasil finishing, hingga bentuk perabotan itu sendiri. Perumusan masalah yang diangkat yaitu perancangan interior ruang yang disesuaikan dengan perilaku anak dalam masa perkembangannya dan perancangan lingkup pendidikan yang sesuai dengan standarirasi untuk Pusat Pendidikan Anak Usia Dini yang kemudian akan menghasilkan sebuah desain ruang yang diharapkan dapat memfasilitasi anak dalam proses pertumbuhan dan perkembangan motorik dan kognitifnya. Dalam proses penelitian, penulis melakukan kajian terhadap beberapa jurnal penelitian yang memiliki kesamaan topik dengan topik yang diangkat oleh penulis. Jurnal yang pertama berjudul “Arsitektur Berwawasan Perilaku (Behaviorisme)” oleh Anthonius N. Tandal dan I Pingkan P.Egam. Jurnal ini berisikan tentang bagaimana Perilaku dan Arsitektur saling berhubungan satu sama lain. Hal ini terlihat dari aspek-aspek pembentuk perilaku manusia akibat lingkungan atau bentuk arsitektur dan sebaliknya. Jurnal kedua berjudul “Kajian dan Pengembangan Standar Bangunan Taman Kanak-Kanak Sebagai Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia” oleh Dian Ariestadi yang berisikan tentang bagaimana menerapkan standar bangunan Taman Kanak-Kanak untuk memaksimalkan peranan Pusat Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia. Penulis memberikan penjabaran tentang standarisasi yang digunakan dalam proses perancangan.
METODE PENELITIAN Dalam melakukan penelitian, Penulis melalui beberapa tahap awal yaitu menentukan permasalahan, pujuan, dan ruang lingkup terlebih dahulu kemudian menentukan lokasi, objek dan sasaran penelitian. Setelah itu mulai mencari data yang terkait dengan penelitian. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian yaitu secara tidak langsung. Pengumpulan data secara tidak langsung dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang bersumber dari hasil analisis yang telah ada baik berupa jurnal, catatan, buku maupun ulasan di internet. Setelah data terkumpul, selanjutnya menggunakan metode verifikasi untuk menguji teori yang sudah ada sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam perancangan. Untuk mendukung metode verifikasi, digunakan teknik pengambilan sampel. Cara pengambilan sampel menggunakan Teknik Stratifikasi, yaitu dengan menggolongkan populasi berdasarkan kelompok individualnya. Dalam menganalisis data, penulis melakukan analisa kualitatif secara deskriptif.
HASIL DAN BAHASAN Aspek Manusia Hasil Observasi Proses pengamatan dilakukan berdasarkan teori yang telah didapatkan mengenai karakteristik pertumbuhan dan perkembangan anak yang bersumber dari John Hopkins Medicine. Untuk meyakinkan teori tersebut, maka dilakukan teknik verifikasi untuk membuktikan apakah teori tersebut berlaku untuk anak-anak di Indonesia dengan membandingkan teori yang sudah ada dengan kenyataan di lapangan. Jumlah responden yang ditentukan adalah 15 anak setiap kelompok usia. Tabel 1 Hasil Observasi Jumlah Anak Menurut Perilakunya Usia 1,52,5 tahun
2,53,5 tahun
3,5-6 tahun
Perilaku Suka berjalan dan berlari Suka melompat Mulai bisa naik sepeda roda 3 Dapat mengontrol sistem ekskresinya Tidur di sore hari Mulai dapat memecahkan masalah Suka melihat gambar pada buku Suka mengeksplore/ menjelajah Suka bernyanyi, menari, bermain musik Suka waktu bermain di luar Menyukai hewan Suka berlari dan melompat Suka memanjat dan ketempat yang lebih tinggi Suka naik sepeda roda 3 Mulai bisa makan sendiri Mulai bisa berkonsentrasi mengerjakan tugas Dapat mengontrol system ekskresinya Mulai bisa menghitung, dapat menjawab pertanyaan, memecahkan masalah Memiliki rasa ingin tahu Bisa merapikan mainannya Suka bernyanyi, menari dan bermain musik Mulai bisa bersosialisasi Suka bermain bola (melempar, menendang, menangkap) Suka berimajinasi Suka bernyanyi dan menari Suka bermain bola Mulai dapat menemukan hobi nya Suka membuat/ menciptakan sesuatu (bermain tanah liat, membuat makanan yang sederhana) Suka membaca buku bergambar Suka bereksplorasi dan menjelajah Bisa berhitung dan membaca
Jumlah 14 11 7 9 14 6 13 8 11 13 5 15 12 8 10 7 12 14 14 9 15 4 14 13 13 11 7 14 13 12 15
Kesimpulan dari observasi ini adalah teori Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Anak oleh John Hopkins Medicine dapat dikategorikan sesuai dengan karakter anak di Indonesia sehingga dapat dijadikan acuan dalam penentuan kebutuhan ruang dalam proses perancangan.
Pelaku Kegiatan Bertitik tolak pada pendekatan fungsional, untuk menentukan kebutuhan ruang diperlukan analisa pengguna ruang dalam sebuah fasilitas Preschool dan Kindergarten. Pengguna ruang dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu murid, pengelola (kepala sekolah, staf administrasi, staf humas dan marketing, staf keamanan, staf kebersihan, resepsionis, pengajar/guru,juru masak, perawat), dan pengunjung (orang tua murid, tamu pengelola).
1. Murid Berdasarkan acuan dari International Preschool Curriculum (IPC), maka alur kegiatan murid dapat disusun sebagai berikut : a. Preschool Greeting & Ice Breaking ( puzzles,easel,multi sensory table,etc)
Welcoming
Lunch Story Time Bathroom Time
Clean Up (Bathroom Time)
Circle Time (Sharing time,music,creative movement activity)
Project Time (art,science,math,c omputer,dramatic play,etc)
Quiet Table Games
Stories – Nap Time
Gym Time
Breakfast
Snack
Outside time
Closing
Gambar 1 Pola Alur Kegiatan Preschool (Half Day) Sumber : http://www.emptycache.com/photographylxft/preschool-daily-schedule-template
b. Kindergarten Welcoming
Morning Meeting
Break Time (individual time)
Reading Workshop
Gym or Art Time
Reading Workshop
Music Snack Time
Bathroom Break
Lunch
Writing Workshop
Math Workshop
Learning Area
Bathroom Time
Outdoor Acticity
Dismissal
Gambar 2 Pola Alur Kegiatan Kindergarten Sumber : http://investigatingchoicetime.com/wp-content/uploads/2012/11/Crazy-K-schedule791x1024.jpg
2. Guru/ Pengajar Datang
Menyambut murid-murid
Menyimpan barang
Mulai Mengajar
Membuat laporan perkembangan murid harian
Membereskan barang
Pulang
Istirahat
Mengajar
Mengantar Murid untuk menunggu jemputan
Gambar 3 Pola Alur Kegiatan Guru
3. Para Staff Datang
Menyimpan barang Pulang
Mengelola tugas sesuai bidang
Membereskan barang
Membuat laporan
Gambar 4 Pola Alur Kegiatan Staff
Rapat Makan Siang Mengelola tugas sesuai bidang
4. Pengunjung Datang Mengantar / menjemput
Bayar uang sekolah
Mendaftarkan sekolah
Menanyakan informasi
Bertemu staff
Pulang
Gambar 5 Pola Alur Kegiatan Pengunjung Aspek Bangunan Program Ruang Tabel 2 Program Ruang No 1
Ruang Resepsionis Jumlah : 1
2
R. tunggu Jumlah : 2
3
R. administrasi Jumlah : 1
4
R. rapat kecil Jumlah : 3
5
Aktivitas • Duduk • Menerima tamu • Memberi informasi • Menerima telepon • Menyimpan berkas • Duduk • Menunggu anak • Meletakkan barang • Melihat informasi • Menerima tamu • Menerima pembayaran • Membuat laporan • Menyimpan berkas • Duduk • Rapat
R. Rapat • Duduk Utama • Rapat
Perabot Kursi (55x55x90cm)
Standar Ruang 8x6,5m
Meja Resepsionis (210x70x100cm) Credenza (210x70x100cm) Single Sofa (80x72x40cm) Bench (244x45x50cm) Coffee table (120x70x35cm) Papan Informasi (150x100cm) Kursi (60x60x45cm) Meja Kerja (150x50x75cm) Lemari penyimpanan (110x50x150cm) Kursi rapat (60x60x45cm) Meja rapat (d=135cm) Screen (200x180cm) Kursi rapat (60x60x45cm) Meja rapat (d=135cm) Screen (200x180cm)
Kapasitas 2 orang resepsionis + 3 orang pengunjung
Keb. Ruang 52 m²
8x7m
15 orang
112 m²
6x4m
1 orang administrasi + 2 orang pengunjung
24 m²
3x3m
5 orang
27 m²
8x6m
20 orang
48 m²
No 6
Ruang R. kantor
Jumlah : 1
Aktivitas • Menginput data • Mengirim dan menerima email • Menyimpan berkas
7
R. kepala • Menerima tamu sekolah • Menginput data • Mengirim dan Jumlah : 1 menerima email • Menyimpan berkas
8
R. kelas
9
10
11
• Duduk • Menulis Jumlah : 4 • Menyimpan hasil karya • Menyimpan barang • Mengambil dan menyimpan mainan • Menerangkan materi • Menyimpan file R. bermain • Berlari, outdoor memanjat • mengendarai Jumlah : 1 sepeda roda 3 • berpetualang Kantin • duduk • makan Jumlah : 1 • mencuci tangan
Dapur Jumlah : 1
• masak • menyiapkan makanan • mencuci piring • menyimpan bahan masakan
Perabot Kursi (60x60x45cm) Meja Kerja (150x50x75cm) Lemari penyimpanan (110x50x150cm) Kursi (60x60x45cm) Meja Kerja (168x77x75cm) Lemari penyimpanan (120x60x145cm) Double seat sofa (160x75x42cm) Single sofa (80x72x40cm) Coffee table (100x50x45cm)
Standar Ruang 8x6m
Kapasitas 6 orang
Keb. Ruang 48 m²
4x4m
1 kepala sekolah, 3 pengunjung
16 m²
Kursi (60x60x45cm) (30x25x25cm) Meja (168x77x75cm) (60x40x45cm) Lemari penyimpanan (120x50x150cm) Rak (150x40x90cm) Papan tulis (120x90cm)
8x8m
3 guru + 25 anak
512 m²
Seesaw, Slides , Ring ladders, Going round, Swings, Tricycle track, Box of sands Kursi (50x50x45cm) Meja (150x100x75cm) Washtafel (80x50x85cm) (80x50x30cm) Kitchen set Tinggi =75cm Lebar=60cm Panjang=tentative Tinggi area kerja=40cm Tinggi lemari atas=60cm Lebar lemari atas=50cm Kulkas (65x70x130cm)
15x10m
150 m²
10x8m
80 m²
6x5m
30 m²
No
Ruang
12
Janitor
13
Jumlah : 3 Toilet murid Jumlah : 4
14
15
16
17
Toilet pengelola
Aktivitas • menyimpan peralatan kebersihan • cuci tangan • buang air kecil dan air besar • cuci tangan • buang air kecil dan air besar
Jumlah : 2 Kamar mandi • mandi pengelola • buang air kecil dan air besar Jumlah : 2 R. tidur • tidur pengelola • menyimpan barang Jumlah : 2 • meletakkan barang R. Kesehatan Jumlah : 1
• istirahat • meletakkan barang • duduk • konsultasi • menulis • menjaga pasien • meyimpan obat-obatan
Perabot Peralatan kebersihan
Standar Ruang 2x2m
Kapasitas
Keb. Ruang 12 m²
Toilet (42x27.5x25cm) Washtafel (110x45x30cm) Toilet (70x38x40cm) Washtafel (80x50x85cm) Toilet (70x38x40cm)
4x4m
6 orang
64 m²
3x3m
3 orang
1 m²
1.5x1.5m
1 orang
4.5 m²
Tempat tidur (90x200x55cm) Meja (40x40x50cm) Lemari (150x40x200) Tempat tidur (90x200x55cm) Side table (40x40x50cm) Lemari penyimpanan (120x50x180) Meja konsultasi (120x60x75cm) Kursi (60x50x50)
3x3m
1 orang
18 m²
4x4m
1 orang petugas kesehatan + 3 pasien
16 m²
18
Ruang Panel • mengatur ME & Genset
10x8m
80 m²
19
Gudang
4x4m
32 m²
Jumlah : 2
• menyimpan barang tidak terpakai
Kebutuhan Ruang + sirkulasi 30% Total Kebutuhan Ruang
1343.5 m² 403.05m² 1746.55 m² 1750 m²
Organisasi Antar Ruang dan Zoning
Keterangan : Pengunjung Pengelola Murid
Keterangan : Publik Semi publik Semi private Private
Gambar 6 Diagram Organisasi Antar Ruang(kiri), Diagram Zoning Di Dalam Bangunan (kanan) Aspek Lingkungan Tabel 3Analisa Terhadap Site FAKTOR
KONDISI
U
Matahari
TANGGAPAN Terhadap Terhadap Topik Perancangan
ANALISIS
Tapak menghadap ke Barat menuju ke jalan utama, sedangkan jalan di timur dan selatan merupakan jalan lingkungan
U
Area yang terkena sinar matahari pagi Area yang terkena sinar matahari sore
• Menurut beberapa artikel, dikatakan bahwa sinar matahari pagi baik untuk perkembangan bayi karena sinar matahari pagi mengandung vitamin D. • Aktivitas bermain lebih banyak dilakukan pada siang dan sore hari
• Analisa • Membuat bentuk matahari massa bangunan yang diperlukan memiliki bukaan di untuk bagian timur untuk melindungi memaksimalkan sinar anak dari matahari pagi. panas • Aktivitas bermain matahari yang dilakukan pada ketika siang dan sore hari melakukan memerlukan aktivitas perlindungan terhadap bermain panas sinar matahari, diluar sehingga perlu elemenruangan. elemen peneduh seperti pohon, dan bangunan untuk melindungi area playground dari panas matahari. • membuat bangunan di bagian barat untuk melindungi bagian timur pada sore hari, namun menggunakan sun shading pada fasad bangunan sehingga tidak menerima sinar matahari aktif secara langsung
FAKTOR
KONDISI
Kebisingan Kebisingan berasal dari depan tapak yang berupa jalan utama sehingga akan ada kebisingan dari kendaraan
ANALISIS
TANGGAPAN Terhadap Terhadap Topik Perancangan
• Analisa • Kebisingan berlebih kebisingan dapat diminimalisir dilakukan dengan penanaman untuk pohon di bagian yang meningkatka mengalami kebisingan n terbesar konsentrasi • Penempatan zoning siswa-siswi perlu diperhatikan, dalam fungsi-fungsi yang proses tidak terlalu Daerah yang akan belajar bermasalah dengan memperoleh kebisingan mengajar di kebisingan terbesar dalam kelas. ditempatkan di bagian barat, seperti area service dan kantor pengelola. Sedangkan fungsi lain seperti ruang kelas dan kamar tidur diposisikan didaerah yang memperoleh kebisingan terkecil
KONSEP PERANCANGAN Elemen Pembentuk Ruang Elemen pembentuk ruang horizontal pada ruangan yaitu langit-langit dan lantai. Pada lantai dapat diwujudkan dengan permainan ketinggian dan penurunan lantai yang berfungsi sebagai tempat ‘berpetualang’ anak. Selain itu, dapat memperjelas adanya perbedaan fungsi antar ruang. Pada langit-langit, dapat diwujudkan pula dengan permainan ketinggian plafon dengan bentuk yang dinamis, sehingga dapat menimbulkan kesan akrab dan tidak formal. Elemen pembentuk ruang vertikal pada ruangan yaitu dinding, baik dinding masif maupun dinding partisi. Dinding masif digunakan untuk membatasi ruang-ruang private, sehingga tidak terganggu oleh kegiatan lainnya, sedangkan dinding partisi digunakan untuk membatasi ruang-ruang publik dan semi publik dengan tujuan agar ruangan terkesan lebih lapang dan luas. Material Tabel 4 Karakteristik Penggunaan Material Pada Elemen Pembentuk Ruang Ruang Ruang kelas
Lantai Karakteristik Material • Soft flooring • Vinyl • Mudah dibersihkan • Tidak menyerap air • Daya tahan tinggi • Tekstur lembut • Tidak transparent • Tidak bermotif
Dinding Karakteristik Material • Dinding • Batu bata masif plester • Mudah dibersihkan • Menarik • Tidak menyerap air • Bermotif • Tidak transparent
Langit-langit Karakteristik Material • Tidak • Gypsum memantulkan panas • Tidak bermotif • Tidak transparent • Tidak bertekstur
Ruang Toilet, ruang kesehatan, dan dapur
Kantin
Lantai Karakteristik Material • Hard • Keramik flooring • Mudah dibersihkan • Tidak menyerap air • Tidak licin • Tidak transparent • Tidak bermotif • Hard flooring • Mudah dibersihkan • Tidak menyerap air • Tidak licin
• Keramik
Dinding Karakteristik Material • Dinding • Batu bata masif plester • Mudah • keramik dibersihkan • Tidak menyerap air • Bermotif • Tidak transparent • Permukaan tidak licin • Dinding • batu bata partisi dan plester dinding masif • Wood untuk panel pembatas • Wood ruang dengan partition dapur
Langit-langit Karakteristik Material • Tidak • Gypsum memantulkan panas • Tidak bermotif • Tidak transparent • Tidak bertekstur
• Tidak • Gypsum memantulka n panas • Tidak bermotif • Tidak transparent • Tidak bertekstur
Pencahayaan Unsur cahaya yang digunakan dalam perancangan ruang adalah pencahayaan alami dan buatan. Pencahayaan alami berguna untuk menghemat pemakaian energi listrik. Pemanfaatan pencahayaan alami berupa cahaya pasif yaitu cahaya matahari yang telah direduksi sebelumnya sehingga hanya memantulkan cahaya dan tidak memnacarkan panas mataharinya. Pencahayaan buatan digunakan untuk ruangan-ruangan yang berada di tengah bangunan yang tidak memiliki akses langsung keluar bangunan, sehingga tidak dapat menerima cahaya matahari. Selain itu pencahayaan buatan juga dimanfaatkan ketika langit mendung. Pencahayaan buatan secara umum menggunakan lampu seperti lampu LED dan fluorescent (TL) yang hemat energi pada ruangan kelas, sedangkan ruangan – ruangan lain menggunakan beberapa jenis yakni lampu LED, TL, dan juga Down light. Untuk koridor di optimalkan menggunakan pencahayaan alami. Pengudaraan Jenis penghawaan yang digunakan adalah penghawaan alami dan buatan. Penghawaan alami digunakan untuk tempat-tempat terbuka yang hanya dibatasi oleh dinding partisi, sedangkan penghawaan buatan (AC) digunakan pada ruangan tertutup, seperti kantor, ruangruang kelas, dan sebagainya. Warna Penerapan warna pada ruang-ruang aktivitas anak menggunakan warna-warna pastel berbagai warna dan warna netral seperti warna kayu. Sedangkan pada fasilitas pendukung seperti ruang kantor, ruang kesehatan, dan sebagainya menggunakan warna netral seperti warna putih dan warna kayu. Furniture Konsep furniture yang digunakan pada ruang aktivitas anak yaitu built-in furniture, loose furniture..Sedangkan pada ruang fasilitas pendukung menggunakan loose furniture. • Built-in furniture :perabot yang dikerjakan menurut ukuran ruangan tertentu, sehingga perabot tersebut tampak sebagai satu bagian dengan elemen pembentuk ruangnya.
•
Loose furniture :perabot yang tidak tergantung oleh ukuran ruang manapun, lepas, sehingga dapat diletakkan dan dipindahkan ke ruangan manapun yang membutuhkan.
Akustik Pada perancangan ruang di proyek ini, dapat dilakukan pengendalian kebisingan yang berasal dari luar bangunan dan dari dalam bangunan. Pengendalian kebisingan dari luar bangunan yang dapat dilakukan adalah :
•
Menggunakan vegetasi atau pohon disekitar bangunan
• •
Menggunakan secondary skin pada fasad bangunan untuk mereduksi kebisingan. Mengatur pola dan posisi ruang private menjauhi sumber kebisingan Pengendalian kebisingan dari dalam bangunan yang dapat dilakukan adalah: Ruang-ruang yang menimbulkan kebisingan yang ditimbulkan dari aktivitas pengguna, diletakkan menjauhi permukiman penduduk sehingga tidak mengganggu. Menggunakan material-material yang dapat mereduksi suara sehingga suara yang ditimbulkan tidak mengganggu orang diluar ruangan.
• •
Sistem Keamanan terhadap Bahaya Kebakaran Pusat Pendidikan Anak Usia Dini termasuk klasifikasi bangunan kelas B karena merupakan bangunan pendidikan yaitu struktur utamanya harus dapat tahan api sekurangkurangnya 2 (dua) jam. Untuk mendukung sistem penanggulangan kebakaran, harus disediakan hydrant, sprinkler, dan tabung pemadam kebakaran di beberapa titik sesuai dengan aturan yang berlaku. Sistem Keamanan terhadap Gangguan Ulah Manusia Penanggulangan terhadap gangguan ulah manusia dapat diantisipasi dengan memasang CCTV di beberapa titik penting dalam lingkungan sekolah untuk menjamin keamanan dan keselamatan pengguna dalam beraktivitas.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dibuat untuk memaksimalkan pembelajaran perkembangan anak usia 2-6 tahun. Pada PAUD ini, seorang anak mulai belajar dan mempersiapkan diri mereka untuk masuk ke jenjang pendidikan formal.Perkembangan anak baik secara psikologis maupun jasmani sangat diperhatikan dalam usia ini. Perancangan Pusat Pendidikan Anak Usia Dini ini menjadi salah satu faktor penting dalam menumbuhkembangkan pribadi anak usia dini, terlebih dengan memperhatikan karakteristik perilaku anak usia dini sehingga dapat merancang sebuah wadah untuk membantu mengembangkan kepribadiannya. Dengan acuan karakteristik perilaku anak, maka dapat menentukan kebutuhan ruang, susunan pola ruang, dan program ruang pada Pusat Pendidikan Anak Usia Dini. Hal ini akan memudahkan anak untuk menjangkau suatu fungsi dengan melewati fungsi-fungsi pendukung lain. Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan anak dan memfasilitasi anak dalam beraktifitas dibutuhkan hal-hal sebagai berikut: 1. Elemen interior seperti lantai, dinding, dan ceiling memegang peranan penting sebagai sebagai ruang gerak aktivitas anak. 2. Material dan finishing yang digunakan harus aman, nyaman, dan menyehatkan karena pada usia dini ini anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, sehingga menyebabkan mereka ingin menyentuh dan menggunakan barang yang mereka lihat. 3. Pengenalan berbagai bentuk dan warna akan sangat mendukung daya imajinasi anak. Saran Beberapa saran yang dberikan yaitu:
1.
2. 3.
Kepada Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia agar lebih memperhatikan penataan ruang interiornya agar sesuai dengan tahapan pembelajaran anak yang mendukung perkembangan motorik dan kognitifnya. Menerapkan kurikulum yang sesuai dengan perkembangan dunia saat ini agar anak terus berkembang dan tidak jauh tertinggal dari negara-negara lainnya. Lembaga lebih memperhatikan kebutuhan anak sehingga sarana pendidikan yang sudah ada tidak sia-sia dan lebih bermanfaat sebagai sarana penunjang pendidikan dini.
REFERENSI Buku Dr.Gutama. (2014). Buku Data PAUDNI Tahun 2013. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Julius Panero,& Martin Zelnik. (1979). Human Dimension & Interior Space. United States: Watson-Guptil Publications Prof. Dr.Suryana, M.Si. (2010). Metodologi Penelitian: Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta:Universitas Pendidikan Indonesia Jurnal Anthonius N. Tandal, I Pingkan P. Egam (2011). Arsitektur Berwawasan Perilaku (Behaviorisme). http://e-journal.uajy.ac.id/1225/1/0TA12867.pdf, diakses 24 Maret 2015 pukul 22.47 WIB Dian Ariestadi (2010). Kajian Pengembangan Standar Bangunan Taman Kanak-Kanak Sebagai Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia. http://journal.um.ac.id/index.php/teknologi-kejuruan/article/viewfiles/3057/430, diakses 24 Maret 2015 pukul 22.48 WIB Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2013). Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Taman Kanak-Kanak. Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2013). Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Kelompok Bermain. Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Virginia. (2012). Understanding Child Growth and Development. http://dss.virginia.gov/files/division/cc/provider_training_development/intro_page/pub lications/competencies/chapters_individually/04.pdf, diakses 15 Februari 2015 pukul 19.31 WITA Artikel Bernie Endyarni Medise. (2013). Mengenal Keterlambatan Perkembangan Umum pada Anak. Seputar Kesehatan Anak. http://idai.or.id , diakses 14 Februari 2015 pukul 14.25 WITA Musa Abubar. (2013). Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini. http://paud.kemdiknas.go.id/ , diakses 15 Februari 2015 pukul 17.55 WITA PKBM Nadya. (2009). Statistik Pendidikan Anak Usia Dini-PAUD di Indonesia. http://pkbm-nadya.blogspot.com, diakses 14 Februari 2015 pukul 15.43 WITA
RIWAYAT HIDUP Liany Felisia Adinatha lahir di Parepare, Sulawesi Selatan pada 30 September 1993. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Arsitektur pada tahun 2015.