1
PENDIDIKAN SENI TARI ANAK USIA DINI MELALUI STIMULUS BERKREASI TARI NUSANTARA I Gusti Komang Aryaprastya
Abstrak. Anak usia dini merupakan sosok insan yang masih memiliki sifat bermain yang sangat tinggi, oleh karena itu kebebasan berimajinasi menjadikan dirinya memiliki keunikan tersendiri dibandingkan orang dewasa. Kegemarannya bermain seringkali menghadirkan suara-suara maupun gerak-gerik tubuh yang indah atau ekspresif dengan gaya yang spesifik. Prilaku seperti ini bisa menjadi sumber kreatifitas dan acuan dalam memotivasi keberanian untuk berkreasi. Ketika anak bermain menirukan binatang, nampaklah sangat imaginatif, dengan polosnya ia menirukan gerak kupu-kupu terbang, katak melopat, kucing mengeong dan seterusnya, itulah orisinalitas anak-anak dalam berekspresi yang sebenarnya sangat sulit untuk dibingkai dalam suatu bentuk tatanan koreografi. Hal ini justru diperlukan metode pembelajaran khusus yang mampu memotivasi kepada anak untuk berani berbuat atau berkreasi seni tari melalui spontanitas berdasarkan imajinasinya. Ciri-ciri pendidikan seni tari untuk anak usia dini adalah tari yang sesuai dengan kemampuan dasar anak usia, apabila ditinjau dari aspek intelektual, emosional, sosial, perseptual, fisikal, estetik dan kreatif. Bermain merupakan pendekatan yang paling cocok untuk pembelajaran tari di anak usia dini. Karakteristik atau ciri-ciri tari anak usia dini adalah: tarinya bertema dan ada unsur bermain, gerak tariannya bersifat meniru (gerak imitatif), gerak tarinya lebih variatif, busana tarinya meniru busana adat orang dewasa, dan bentuk penyajian tarinya biasanya kurang dari 5 menit. Anak-anak sebagai generasi penerus dalam kesenian cenderung tidak begitu kenal dengan kesenian tradisi. Mereka lebih menyukai tarian yang berjinkrak-jinkrak dengan iringan musik dangdut, musik india dan lagu-lagu barat dengan busana yang seronok dan tidak sesuai dengan etika ketimuran. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka dorongan minat dan bakat menari pada anak harus dibina, dipupuk dan dipelihara sejak dini dalam hal ini Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu wadah yang tepat untuk memperkenalkan dan mengembangkan seni tari di Indonesia. Anak-anak sebagai generasi penerus bangsa, sebaiknya sejak usia dini diperkenalkan berbagai jenis kesenian tradisi di Indonesia yang sangat kaya. Salah satu solusi yang ditawarkan dengan mengangkat Tari Nusantara sebagai bahan untuk dijadikan tema pembelajaran yang menarik di TK. Keywords: tari, nusantara, Taman kanak-kanak, anak usia dini Kesenian sebagai salah satu transformasi nilai kehidupan, merupakan media pengungkapan kreatif yang sangat unik di dunia anak-anak. Di samping untuk media penuangan pengalaman hidup, juga mempunyai manfaat yang sangat besar dalam pembentukan sikap, kepribadian, tingkah laku maupun moral terhadap dirinya sendiri, maupun dalam lingkungan pergaulan. Kesenian juga merupakan salah satu upaya manusia untuk menyatu dengan lingkungannya. Olah karena itu dalam berbagai kegiatan kesenian, nampak pula bahwa kesenian sebagai wujud usaha manusia untuk memenui kebutuhan estetis dan aktualisasi diri (Tri Broto, 2001: 1). Seni tari merupakan bagian dari bentuk seni, dan seni merupakan bagian dari kebudayaan manusia. Seni tari memiliki nilai pendidikan yang dijabarkan secara praktis maupun teoritis. Secara praktis seni tari diterapkan dalam bentuk keterampilan menari, sedangkan secara teoritis diterapkan dalam bentuk pengetahuan tentang seni tari. Pendidikan seni tari memiliki tujuan mengembangkan efisiensi dan ekspresi jiwa anak yang diwujudkan melalui gerak, sebab lewat gerakan anggota badan manusia dapat mengekspresikan perasaannya. Untuk itu seni tari perlu diperkenalkan sejak dini
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA, Visit Our website at: perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
2
termasuk pada siswa Taman Kanak-Kanak, karena didalamnya mengandung berbagai unsur yang dapat memberikan rasa senang dan gembira bagi anak. Melalui kegiatan menari siswa dapat menuangkan ekspresi dirinya sesuai dengan tingkat perkembangan usia serta emosi, dengan demikian pembelajaran menjadi lebih menarik dan menggairahkan para siswa. Peranan pendidikan seni tari dalam pendidikan dapat menumbuhkembangkan daya apresiasi seni, kreatifitas, kognitif serta kepekaan inderawi dan emosi serta memelihara keseimbangan mental peserta didik. Lebih jauh diharapkan peserta didik yang memiliki minat dan bakat di bidang seni tari dapat mengembangkan bakatnya dan meningkatkan kecerdasaan kinestetiknya. Ketetapan gerak tari juga merangsang pertumbuhan motorik anak dalam menyelaraskan daya pikir yang sesuai dengan tingkat perkembangan motorik anak usia dini. Anak Usia Dini merupakan sosok insan yang masih memiliki sifat bermain yang sangat tinggi, oleh karena itu kebebasan berimajinasi menjadikan dirinya memiliki keunikan tersendiri dibandingkan orang dewasa. Kegemarannya bermain seringkali menghadirkan suara-suara maupun gerak-gerik tubuh yang indah atau ekspresif dengan gaya yang spesifik. Prilaku seperti ini bisa menjadi sumber kreatifitas dan acuan dalam memotivasi keberanian untuk berkreasi. Ketika anak bermain menirukan binatang, nampaklah sangat imaginatif, dengan polosnya ia menirukan gerak kupu-kupu terbang, katak melopat, kucing mengeong dan seterusnya, itulah orisinalitas anak-anak dalam berekspresi yang sebenarnya sangat sulit untuk dibingkai dalam suatu bentuk tatanan koreografi. Hal ini justru diperlukan metode pembelajaran khusus yang mampu memotivasi kepada anak untuk berani berbuat atau berkreasi seni tari melalui spontanitas berdasarkan imajinasinya. Seni untuk anak-anak berbeda dengan seni untuk orang dewasa karena karakter fisik maupun mentalnya berbeda. Hal ini penting diperhatikan khususnya dalam melakukan penilaian karya anak didik, supaya hasil kreasi anak tidak diukur menurut selera dan kriteria keindahan orang dewasa. Fungsi seni dalam pendidikan berbeda dengan fungsi seni dalam kerja profesional. Seni untuk pendidikan difungsikan sebagai media untuk memenuhi fungsi perkembangan anak, baik fisik maupun mental. Selanjutnya seni dalam kerja profesional difungsikan untuk meningkatkan kemampuan bidang keahlian seni secara professional. Dalam pelaksanaan pembelajaran seni di sekolah, pengalaman belajar mencipta seni disebut sebagai pembelajaran berkarya. Selanjutnya pengalaman persepsi, melihat, dan menghayati serta memahami seni disebut pembelajaran apresiasi. Pembelajaran berkarya seni biasanya mengandung dua aspek kompetensi yaitu, keterampilan dan kreativitas (Widia Pekerti, 2005). Di Taman Kanak-kanak kompetensi keterampilan lebih difokuskan pada pengalaman eksplorasi untuk melatih kemampuan sensorik dan motorik, bukan menjadikan anak mahir atau ahli. Sedangkan kreativitas di sini meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik yang terlihat dari produk atau hasil karya dan proses dalam berbagai kegiatan siswa secara kreatif (Semiawan, Munandar, 1990: 10). Pembelajaran apresiasi disampaikan tidak hanya sebatas pengetahuan saja, namun melibatkan pengalaman mengamati, mengalami, menghayati, menikmati dan menghargai secara langsung dalam aktivitas berolah seni. Kemampuan dasar fisik anak TK dapat dikenali dari kemampuannya melakukan gerakan keseimbangan, lokomotor, kecepatan, perubahan, ekspresi, teknik, mengendalikan tubuh, gerak yang energik dan koordinasi anggota tubuh. Kemampuan dasar estetik anak TK terlihat dari kemampuannya mengungkapkan keindahan tari baik dalam kegiatan penciptaan tari maupun dalam kegiatan menari. Kemampuan dasar kreatif anak TK dapat dikenali dari kemampuannya membuat gerak-gerak yang unik, berbeda dengan teman-temannya, bahkan kemampuannya membuat gerak baru, serta kecepatannya menyesuaikan diri dengan teman-temannya, apabila melakukan kesalahan pada waktu menari (Widia Pekerti, 2005). Tujuan dari pendidikan seni tari di Taman Kanak-Kanak secara umum untuk mengenalkan sebagian kebudayaan bangsa Indonesia pada anak didik, serta mengembangkan kecerdasan kinestetik UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA, Visit Our website at: perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
3
dan aspek pengembangan seni. Tujuan pendidikan seni tari di Taman Kanak-Kanak secara khusus dapat kita amati sebagai berikut : 1. Melatih perkembangan fisik motorik anak 2. Melatih perkembangan kognitif dan afektif. 3. Melatih minat, bakat, dan kreativitas anak. 4. Melatih perkembangan sosial emosi, komunikasi dan bahasa. 5. Menanamkan kepekaan estetis atau keindahan. 6. Menanamkan nilai-nilai pendidikan dan kemanusian, 7. Mengenalkan dan melestarikan Budaya Indonesia. Ciri-ciri pendidikan seni tari untuk anak usia dini adalah tari yang sesuai dengan kemampuan dasar anak usia, apabila ditinjau dari aspek intelektual, emosional, sosial, perseptual, fisikal, estetik dan kreatif. Bermain merupakan pendekatan yang paling cocok untuk pembelajaran tari di anak usia dini. Karakteristik atau ciri-ciri tari anak usia dini adalah: tarinya bertema dan ada unsur bermain, gerak tariannya bersifat meniru (gerak imitatif), gerak tarinya lebih variatif, busana tarinya meniru busana adat orang dewasa, dan bentuk penyajian tarinya biasanya kurang dari 5 menit. Menari adalah kegiatan seseorang yang sedang melakukan tari. Orang yang sedang menari disebut penari. Menari berbeda dengan bermain, berpantomim atau bersenam. Seorang anak dapat dikatakan menari apabila anak menyadari bahwa ia sedang menari, bukan sedang bermain, bukan sedang bersenam. Anak menyadari bahwa ia sedang mengungkapkan sesuatu melalui tarian yang sedang ditarikan. Sesuatu itu dapat berupa gagasan, perasaan, pengalaman atau pikiran. Anak tidak bergerak spontanitas. Ia bergerak berdasarkan gerak yang telah disusun dan ditata. Ukuran keberhasilan anak TK dalam menari apabila anak tersebut mencapai tujuan pembelajaran TK yang berbasis kompetensi melalui kegiatan menari. Di dalam proses pembelajaran tari, guru harus dapat menciptakan suasana kebebasan bergerak kepada anak didiknya. Guru diharapkan membimbing anak dapat mengungkapkan cara bergerak mereka sendiri yang unik, dan bergerak sesuai perasaannya. Bentuk kegiatan guru dalam membimbing anak didiknya belajar menari, adalah: (1) latihan mempersiapkan tubuh sebagai alat ekspresi, (2) latihan gerak kepala, tangan, badan, dan kaki untuk menumbuhkan kesadaran kepada anak didiknya bahwa seluruh anggota badan merupakan sumber gerak tari, (3) latihan bergerak dengan ritme untuk tujuan memperkenalkan dan membiasakan anak menanggapi birama, tempo dan frase dalam musik iringan tarinya, (4) latihan bergerak dengan arah untuk tujuan membiasakan anak dapat cepat menyesuaikan dengan tempat menari, (5) latihan bergerak dengan membentuk formasi untuk tujuan melatih konsentrasi, dapat cepat menyesuaikan dengan tempat menari dan melatih kemampuan bekerja sama dalam kelompok. Guru TK wajib membimbing dan melatih anak didiknya mengerti tari yang menarik. Sebuah tarian anak-anak TK akan dikatakan menarik, apabila tarian tersebut menjadi media bagi anak untuk mengungkapkan ide-ide, perasaan dan pengalamannya. Untuk dapat membimbing anak sampai pada kemampuan bisa mengungkapkan ide-idenya, perasaannya, pengalamannya dengan bahasa “tari” guru harus memiliki pengetahuan tentang komposisi tari. Dengan pengetahuan komposisi tari, guru membimbing anak menjadi mengerti tari sebagai seni pertunjukan, dengan pengetahuan komposisi juga, guru menyadarkan anak bahwa menari bukan hanya sekadar untuk kesenangan bergerak. Pengetahuan komposisi tari adalah pengetahuan yang berhubungan dengan bagaimana memilih dan menata gerakan menjadi sebuah karya tari, pengetahuan itu di antaranya desain lantai, desain atas, musik, dramatik, dinamika, tema, tata rias dan busana, tata pentas, tata lampu dan tata suara. Guru TK harus melibatkan anak didiknya dalam proses mencipta tari dan membimbing anak pada waktu proses mencipta tari. Sangat penting untuk diperhatikan oleh guru TK untuk mengetahui langkah kegiatan mencipta tari seperti yang dilakukan oleh penata tari dan koreografer profesional, yang UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA, Visit Our website at: perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
4
dapat dijadikan sebagai pedoman kerja pada saat guru mencipta tari, sehingga dapat mencapai proses mencipta tari yang benar. Proses kegiatan mencipta tari anak, koreografer dimulai dari kegiatan menemukan gagasan, mendalami gagasan, mewujudkan gagasan/ komposisi tari dan pementasan karya tari. 1. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk menemukan sebuah gagasan, adalah mengamati benda, alam semesta, kegiatan, peristiwa dan sebagainya atau merasakan suatu gejala alam, sosial, seni, budaya, dan sebagainya. 2. Merenungkan dan menelaah melalui kegiatan berpikir, mencari jawaban dan bertanya kepada orang yang dianggap tahu tentang gagasan tari. 3. Observasi langsung ke lapangan, mengamati hal-hal yang berkaitan dengan gagasan tari: tema, media, bentuk, gaya, nilai budaya, estetika, dan sebagainya. 4. Studi pustaka (menelaah buku-buku), berkaitan dengan gagasan tari: tema, media, bentuk, gaya, nilai budaya, estetika, dan sebagainya. Selanjutnya pada tahap mendalami gagasan dapat dilakukan dengan cara melakukan eksplorasi, improvisasi dan evaluasi. Sementara dalam tahap mewujudkan ide/komposisi, guru akan melakukan penyusunan atau pembuatan komposisi gerak, desain lantai, desain atas, desain musik, dramatik dan tema tari. Kesemuanya itu dilakukan untuk mewujudkan gagasannya. Terakhir, dalam tahap pementasan tari, guru akan menyelenggarakan pertunjukan karya tari di depan penonton. Serangkaian kegiatan yang akan dilakukan dalam tahap pementasan tari adalah latihan, pergelaran, dan pembahasan/evaluasi tari. Dalam melaksanakan seluruh kegiatan penciptaan tari, dituntut kemampuankemampuan, seperti kemampuan berpikir, kepekaan keindahan, kepekaan emosi, intuisi, imajinasi, fantasi, kreativitas, dan bakat untuk mengekspresikan gagasan. Anak-anak sebagai generasi penerus dalam kesenian cenderung tidak begitu kenal dengan kesenian tradisi. Mereka lebih menyukai tarian yang berjinkrak-jinkrak dengan iringan musik dangdut, musik india dan lagu-lagu barat dengan busana yang seronok dan tidak sesuai dengan etika ketimuran. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka dorongan minat dan bakat menari pada anak harus dibina, dipupuk dan dipelihara sejak dini dalam hal ini Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu wadah yang tepat untuk memperkenalkan dan mengembangkan seni tari di Indonesia. Anak-anak sebagai generasi penerus bangsa, sebaiknya sejak usia dini diperkenalkan berbagai jenis kesenian tradisi di Indonesia yang sangat kaya. Salah satu solusi yang ditawarkan dengan mengangkat Tari Nuasantara sebagai bahan untuk dijadikan tema pembelajaran yang menarik di Taman Kanak-Kanak. Materi tari nusantara dari daerah Jawa Tengah, misalnya tari kuda lumping merupakan sumber inspirasi yang menarik untuk di angkat dalam pembelajaran di TK. Dalam proses pembelajaran tari di sekolah, guru bisa menggunakan pendekatan terpadu. Pembelajaran tari dengan pendekatan terpadu yang dimaksud, guru melakukan proses pembelajaran dengan memadukan seni rupa, seni musik dan seni tari. Sebagai contoh guru bisa menyusun konsep awal sebelum melakukan langkah-langkah pembelajaran yang nantinya akan diaplikasikan dan diskripsikan kedalam Satuan Kegiatan Harian di sekolah, misalnya : Judul : Tari Kuda Lumping Sinopsis : Tarian ini menceritakan tentang anak-anak Jawa yang sedang bermain dengan menggunakan kuda-kudaan yang terbuat dari kardus. Konsep Tari : 1. Gerakan pertama berjalan membentuk posisi 2 orang di depan dan 2 orang di belakang. 2. Gerakan kedua berjalan ke kanan 2 kali dan ke kiri 2 kali barisan pertama berjalan ke kanan dan barisan kedua berjalan ke kiri. 3. Gerakan ketiga diam di tempat, salah satu kaki bergerak ke depan diselingi dengan posisi diam dengan bahu diangkat naik turun sebanyak 2 kali. UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA, Visit Our website at: perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
5
4. Gerakan keempat posisi diam dengan tangan di angkat seperti menerawang. Konsep Musik : Menentukan “Lagu Jaranan” yang didapat dari download di internet. Jaranan artinya kuda lumping, kuda-kudaan yang terbuat dari pelepah pisang, kayu, bambu, biasa dimainkan oleh anak- anak di Jawa Tengah. Tempo lagunya cepat dan bersemangat. Konsep Busana / Rupa : Penari memakai busana seperti prajurit berkuda dengan memakai rompi yang terbuat dari kresek berwana hitam lalu dihias dengan kertas warna. Memakai ikat kepala yang terbuat dari kresek, bagian bawah menggunakan sarung yang dilipat. Untuk mempercantik penampilan pada bagian tangan dan kaki diberi gelang yang terbuat dari kertas warna. Tari Nusantara dari daerah Sulawesi, misalnya Tari Kipas Angin Mamiri juga merupakan sumber inspirasi yang menarik untuk di angkat dalam pembelajaran di TK. Sebagai contoh guru bisa menyusun konsep awal sebelum melakukan langkah-langkah pembelajaran yang nantinya akan diaplikasikan dan diskripsikan kedalam Satuan Kegiatan Harian di sekolah, misalnya : Judul : Tari Kipas Angin Mamiri Sinopsis : Tarian ini menceritakan tentang anak-anak gadis Sulawesi yang sedang bermain dengan menggunakan kipas yang terbuat dari bulu. Konsep Tari : 1. Gerakan pertama berjalan lambat kedepan dengan mengetarkan kedua kipas bulu. 2. Gerakan kedua berjalan cepat berputar ke kanan dan ke kiri 3. Gerakan ketiga diam di tempat dengan membentuk formasi bunga yang dihasilkan dari efek gerakan kipas bulu. Konsep Musik : Menentukan “Lagu Angin Mamiri” yang di dapat dari download di internet. Lagu Angin Mamiri merupakan lagu yang cukup terkenal dari daerah Makasar Sulawesi. Lagu ini mengisahkan sebuah hembusan angin yang sepoi-sepoi. Konsep Busana / Rupa : Penari menggunakan busana adat pengantin putri di Makasar Sulawesi yang dikenal dengan baju “bodo”. Busana tari kipas ini terbuat dari bahan kresek warna merah dan hitam yang kemudian dihias dengan kertas warna-warni. Selanjutnya untuk kipas bisa terbuat dari bahan kertas yang dihias dengan menempelkan bulu berwarna-warni. DAFTAR PUSTAKA Endang Caturwati, et. al. (2008). Tari Anak-Anak dan Permasalahannya. Bandung : Sunan Ambu STSI Press. Dinas Kebudayaan, ( 1988 ), Pedoman Pendidikan Kesenian, Jakarta. La Mery. (1965). Dance Composition: The Bacis Ellement. Lee Massachutuseets: Jakob’s Pillow Dance Festival. Petro Alexy dan Dewi Hafianti. (2001). Ayo Menari. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Smith. M. Jacqueline. (1994). The Art of Dance In Education. London: A&C Black. Sri Hermawati Dwi Arini, dkk. Seni Budaya Jilid 1. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Soedarsono, (2002). Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Tri Broto Wibisono, (2001). Pendidikan Seni Tari. Surabaya : Insan Cendekia. UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA, Visit Our website at: perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
6
Yulianti Parani, dkk. (1990). Tari Pendidikan. Jakarta: Departemen Tari, Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta. Widia Pekerti, dkk. (2005). Metode Pengembangan Seni TK. Jakarta : Universitas Terbuka.
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA, Visit Our website at: perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu