PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA DEQUERVAIN SYNDROME MENGGUNAKAN ULTRASOUND, TENS DAN TERAPI LATIHAN DI RSUD KRATON KAB. PEKALONGAN Hendra Yusuf, Irine Dwitasari Wulandari (Prodi Fisioterapi – FIK- UNIKAL) Abstract De Quervain syndrome is a painful problem which obtained by an inflammation at tendons on wrist area exactly at the thumb area (Ilyass, 2008).The problems that will occure on De Quervain syndrome is pain, edema, spasm, limitation of ROM, decreased muscle strength and decreased of functional ability. The examination that conducted are measurement of pain with VAS measurement of (Visual Analogue Scale), edema with anthropometry, Spasms by palpation, ROM with gonemeter, muscle strength by MMT (Manual Muscle Testing) and functional ability with ADL index (Activity Daily Living). In this case to solve the problems are with Ultrasound (US), Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) and exercise therapy, after conducted physiotherapy management as much as six times obtained results among decreased of pain, decreased of edema, decreased of spasm, increased ROM, increased muscle strength and increased of functional ability . Keywords :De Quervain syndrome, Ultrasound, TENS, Aktive movement
PENDAHULUAN Ilmu fisioterapi adalah sintesa
Peran fisioterapi pada kondisi De
ilmu biofisika, kesehatan, dan ilmu-
Quervain Syndrome sangat ditentuka
ilmu lain yang mempunyai hubungan
oleh
dengan
diidentifikasi berdasarkan hasil –
upaya
dimensi
fisioterapi
promosi,
pada
pencegahan,
kondisi
hasil
yang
fisioterapi
problemnya
yang
intervensi, dan pemulihan gangguan
assessment,
gerak dan fungsi serta penggunaan
intervention dan evaluasi. Intervensi
sumber fisis untuk penyembuhan
fisioterapi berupa aspek pronative,
seperti
preventive,
misalnya
manipulasi,
latihan,
dingin,
panas
tehnik serta
Quervain
merupakan
problem
pada
daerah
nyeri
yang
pergelangan
tangan tepatnya pada daerah ibu jari (Ilyass, 2008).
rehabilitative
dan maintenance dengan modalitas
Syndrome
dihasilkan oleh adanya peradangan tendon
curative,
planning,
dasar fisioterapi.
modalitas elektroterapeutik De
diagnosis,
meliputi
METODE PENELITIAN 1. Pendekatan Rancangan penelitian yang diugunakan adalah studi kasus 2. Desain Penelitian 51
Penelitian
ini
dilakukan
antropometri,
Spasme
dengan
dengan cara melakukan interview
palpasi, LGS dengan gonemeter,
dan
kekuatan
observasional
pada
otot
dengan
MMT
seseorang pasien dengan kondisi
(Manual Muscle Testing) dan
De Quervain Syndrome.
kemampuan fungsional dengan
Desain
penelitian
digambarkan sebagai berikut :
program
Stimulation
Dengan tersebut
pemberian
diharapkan
adanya
peningkatan pada kapasitas fisik
fisioterapi pasien
diberikan
setelah
dan kemampuan fungsional.
program
fisioterapi
INSTRUMENT PENELITIAN
Z : Program Fisioterapi
1. Nyeri dengan Verbal Analoque
Permasalahan yang timbul program
Nerve
(TENS) dan terapi latihan.
diberikan
sebelum
Daily
Living).
Electrical
Keadaan pasien sebelum
Y : Keadaan
(Activity
Ultrasound (US), Transcutaneous
Z X :
ADL
Dalam hal ini modalitas
Y
X
indeks
pasien
melakukan
Scale (VAS) Verbal
Analoque
Scale
terapi adalah pasien
(VAS) Keterangan skala penilian
oedem,
VAS dengan 10 skala penilaian
LGS
yaitu, 0 = tidak nyeri dan 10 =
merasakam
nyeri,
spasme,
keterbatasan
(Lingkup
Gerak
penurunan
kekuatan
penurunan
Sendi),
nyeri tidak tertahankan.
otot,
2. Spasme dengan palpasi
kemampuan
Spasme
otot
dilakukan
fungsional. Sebelumnya pasien
dengan cara palpasi yaitu : dengan
menjalani pemeriksaan fisioterapi
jalan menekan dan memegang
diantaranya
tubuh pasien untuk mengetahui
pemeriksaan
nyeri
dengan VAS (Visual Analogue
kelenturan otot ibu jari, misal
Scale),
terasa kaku, tegang atau lunak.
oedem.
dengan
:
52
Untuk
kriteria
penilaian
otot
secara
voluntary.
Untuk
sebagai berikut :
pemeriksaan MMT ini dengan
Nilai 0
: tidak ada spasme
sistem manual yaitu dengan cara
Nilai 1
: ada spasme
terapis
3. Oedem dengan antopometri Pada
pemeriksaan
antopometri alat yang digunakan adalah meteran (midline). Dengan
tahanan
kepada pasien dan pasien disuruh melawan tahanan terapis. 6. Kemampuan
Fungsional
dengan skala ADL
pengukuran
menggunakan
memberikan
(Activity
Daily Living)
patokan-patokan
Untuk mengetahui adanya
tertentu dan dengan jarak ukur
permasalahan
yang konsisten dari patokan yang
dilakukan pemeriksaan dengan
diambil. Misalnya dari epifisis
mengguanakan
“Indeks
ADL”.
distalis ulnare dengan jarak (5 dan
Dengan parameter: 1 =
dapat
10) dengan satuan centimeter.
melakukan, tanpa bantuan, 2 =
4. Lingkup Gerak Sendi (LGS)
dapat melakukan dengan bantuan,
Lingkup
gerak
sendi
tersebut
dapat
3 = tak dapat melakukan.
adalah lingkup gerak yang dapat dilakukan
oleh
suatu
sendi.
Goniometer adalah alat untuk mengukur lingkup gerak sendi.
PROSEDUR
PENGAMBILAN
DATA Prosedur
pengambilan
atau
Goniometer digunakan sebagai
pengumpulan data ini mencakup:
alat evaluasi yang paling sering
1. Data primer
digunakan
dalam
praktek
fisioterapi.
Bertujuan mengetahui
5. Kekuatan Otot Manual
a. Pemeriksaan fisik
Mucle
Testing
dari:
menentukan
atau
palpasi,
kemampuan
seseorang
dalam
mengkontraksikan otot atau group
keadaan
fisik
pasien. Pemeriksaan ini terdiri
(MMT) adalah suatu usaha untuk mengetahui
untuk
vital
sign,
inspeksi,
pemeriksaan gerak
dasar, kemampuan fungsional dan lingkungan aktifitas.
53
b. Interview
Articulatio radio carpalis
Metode untuk
ini
digunakan
mengumpulkan
denganjalan
tanya
dibentuk
facies
data
articularis carpea radii
jawab
dengan ossa scapoideum,
antara terapis dengan sumber
lunatum,
data.
dengan
c. Observasi Dilakukan
oleh
untuk
triquetrum tipe
sendi
ellipsoidea.
Pada
articulatio
carpo
perkembangan
metacarpea dibentuk oleh
pasien sebelum terapi, selama
permukaan proximal dari
terapi dan sesudah diberikan
os metacarpal dengan ossa
terapi.
carpal
mengamati
a. Studi dokumentasi
joint. b. Ligament
b. Data Pustaka
Pada
Anatomi dan Fisiologi 1. Tulang Pembentuk Tangan terdiri
dari
pergelangan
atau
rangka
tulang-tulang tangan
(ossa
tangan (ossa metacarpi) dan jari
tangan terdapat ligament, yaitu : 1) 2)
radio
Ligament
radio
carpeum dorsal. 3)
Ligament Collaterale carpi radiale.
2. Sendi Pada Tangan a. Articulatio
4)
Articulatio
Ligament carpea volare.
tangan
(phalangis digitorum manus).
sendi
pergelangan tangan dan
carpi), tulang-tulang telapak ruas-ruas
distal
dengan tipe sendi saddle
2. Data sekunder
Tulang
bagian
yang
terdapat pada sendi wrist
Ligament collaterale carpi ulnare.
5)
Ligament
adalah articulatio radio
Carpometacarpea
carpalis dan articulatio
dorsale.
carpo
metacarpea.
54
6)
3.
Ligament
pada ibu jari terdapat 3 sendi yang
Carpometacarpea
terdiri dari metacarpophalangeal
palmar.
joint dan interphalangeal joint dan carpometacarpal.
Otot-otot Pada Tangan Gerakan jari tangan terdiri
2. Artrokinematika Arthokinematik
dari gerakan fleksi,
ekstensi,
abduksi,
adduksi,
gerakan
yang
adalah
terjadi
dan oposisi. Gerakan-gerakan
permukaan
tersebut dilakukan oleh otot-
arthokinematik pada radiocarpal
otot tangan :
joint adalah pada palmar flexi
a. Musculus flexor pollicis
translasi distal radius ke dorsal,
brevis.
sendi.
pada Gerak
dorsal flexi translasi distal radius
b. Musculus extensor pollicis
ke arah palmar, ulnar deviation translasi ke arah radial. Radial
brevis. c. Musculus
abductor
ossa carpea ke arah distal searah
pollicis longus. d. Musculus
deviation ke arah ulnar, traksi
adductor
pollicis longus.
axis os radii, sedikit serong ke palmar-ulnar.
4. Persyarafan Pada Tangan a. Nervus radialis.
PATOLOGI
b. Nervus medianus.
Patologi yang
c. Nervus ulnaris.
adalah
ilmu
sifat
dan
mempelajari
BIOMEKANIK
perjalanan penyakit yang meliputi
1. Gerakan Osteokinematika
: etiologi, perubahan patologi,
Osteokinematik pergerakan
adalah
yang terjadi
pada
tulang. Osteokinematik pada sendi wrist
memiliki
kebebasan
dua
gerak
extensi, Osteokinematik
flexi-
abduksi-adduksi. terdapat
klinis,
diagnose,
komplikasi serta prognosis. 1. Etiologi
derajat
yaitu
yang
tanda-tanda
Penyebab Quervain
dari
Syndrome
De belum
diketahui secara pasti. Tetapi ada
beberapa faktor
yang
55
dianggap menjadi penyebab
tepi sendi akibat invasi
dari sindrom ini yaitu :
jaringan
a. Overuse
akibat resorbsi osteoclast. Dan pada tendon
dan
terlalu
terjadi tenosinovitis yang
pada
sendi
berlebihan
invasi
disertai
kolagen
carpometacarpal I dapat
yang dapat menyebabkan
menyebabkan rupture dan
rupture tendo baik total
peradangan pada daerah
maupun parsial.
tersebut
sebagai
akibat
2. Patofisiologi
dari pergesekan, tekanan, dan
b.
dan
yang
Gerakan dibebani
granulasi
yang
daerah
berlebihan serta pembebanan
persendian (Appley dan
yang berlebih menimbulkan
Solomon,1995).
adanya pergesekan, tekanan
Trauma Langsung
dan iskemia pada sekitar sendi
yang
iskemia
Gerakan
Trauma langsung
carpometacarpal
I
menyerang
menyebabkan
terjadinya
tendo
M.
pada
dapat
abductor
rupture otot serta peradangan
pollicis longus dan M.
yang akhirnya menimbulkan
extensor pollicis brevis
nyeri
dapat
pollicis
menyebabkan
pada
M.abductor dan
longus
M.
kerusakan jaringan serta
extensor
peradangan
bisa
Proses peradangan ini juga
reaksi
bisa mengakibatkan timbulnya
yang
menimbulkan nyeri.
bengkak
c. Peradangan Sendi
pollicis
serta
brevis.
penurunan
lingkup gerak sendi akibat
Kerusakan
nyeri (Clarke,2007).
persendian akibat radang
OBJEK YANG DIBAHAS
dapat
1. Nyeri
terjadinya
mengakibatkan erosi
tulang
yang terjadi pada bagian
Nyeri didefinisikan sebagai suatu
rasa
yang
tidak
56
menyenangkan dan merupakan
jaringan)
pengalaman
oedem.
emosional
yang
berhubungan dengan kerusakan
Lingkup gerak sendi adalah
dan terkadang nyeri digunakan
lingkup
untuk
dilakukan
adanya
terjadi
4. Lingkup Gerak Sendi
jaringan aktual maupun potensial menyatakan
selanjutnya
gerak
yang
dapat
oleh
suatu
sendi.
Goniometer adalah alat untuk
kerusakan jaringan.
mengukur lingkup gerak sendi.
2. Spasme Otot Spasme adalah ketegangan
Goniometer digunakan sebagai
otot meningkat akibat adanya
alat evaluasi yang paling sering
rasa nyeri. Hal ini terjadi sebagai
digunakan
bagian dari proteksi agar bagian
fisioterapi.
tubuh yang nyeri tidak bergerak
pengukuran LGS adalah 1) Untuk
sehingga
mengetahui besarnya LGS yang
tidak
menimbulkan
dalam Dan
praktek
tujuan
kerusakan jaringan lebih parah.
ada
Spasme bersifat sementara dan
Membantu
diagnose
dapat kembali normal.
menentukan
fungsi
pada
suatu
penderita,
3. Oedem Adanya
trauma
yang
dari
sendi,
2) dan
sendi
3) Untuk evaluasi
terhadap penderita sebelum dan
berakibat kerusakan pembuluh
sesudah
darah maupun karena mediator
meningkatkan
kimiawi
radang
semangat
terjadi
menjalani program terapi, 5)
pada
selanjutnya peningkatan membran menyebabkan (albumin,
proses akan
permeabilitas kapiler
yang
plasma
protein
globulin,
dan
Untuk
terapi,
4)
motivasi
penderita dokumentasi
Untuk dan dalam dapat
digunakan untuk keperluan riset. 5. Kekuatan Otot Manual
Mucle
Testing
fibrinogen) akan meningkatkan
(MMT) adalah suatu usaha untuk
pembuluh darah dan memasuki
menentukan
atau
ruang intertisial (ruang sela-sela
kemampuan
seseorang
mengkontraksikan
mengetahui otot
dalam atau
57
group
otot
secara
voluntary.
melakukan, tanpa bantuan, 2 =
Untuk pemeriksaan MMT ini
dapat
dengan
bantuan,
sistem
manual
yaitu
dengan cara terapis memberikan
melakukan 3
=
dengan tak
dapat
melakukan.
tahanan kepada pasien dan pasien disuruh melawan tahanan terapis
HASIL DAN PEMBAHASAN
dan disaat itu terapis menilai
1. Nyeri dengan VAS
sesuai
dengan
kriteria
respon
kekuatan otot. Dengan kapasitas
sensorik
normal
terhadap kerusakan jaringan
6. Kemampuan Fungsional permasalahan
Nyeri diartikan sebagai
nilai
adanya
(Locker dan Melzack, 1996)
fisik
nyeri dianggap sebagai proses
yaitu adanya nyeri, penurunan
normal
kekuatan
penurunan
diperlukan untuk memberi
Lingkup Gerak Sendi (LGS), dan
tanda “alami” bahwa telah
adanya
maka
terjadi
yang
(Wall dan Melzack, 1996).
seharusnya juga akan mengalami
Dari hasil terakhir didapatkan
gangguan.
bahwa nyeri menurun.
otot, oedema,
kemampuan
fungsional Sehingga
aktifitas
pertahanan
kerusakan
yang
jaringan
fungsional yang seharusnya dapat dilakukan, dan untuk mengatasi permasalahan
tersebut
dapat
Tabel. 1 evaluasi nyeri T1-
dilakukan dengan terapi latihan.
T6
Sehingga dapat mengembalikan
Nyeri
T1
T2
T5
T6
D
0
0
0
0
0
0
G
8,5
8
8
8
7
6
T
7,5 7,5
5
4
aktifitas
fungsional
secara
mandiri.
T3 T4
7,2 6,5
Untuk mengetahui adanya permasalahan
tersebut
dapat
dilakukan pemeriksaan dengan
2. Spasme Otot Spasme
adalah
mengguanakan “Indeks ADL”.
ketegangan otot meningkat
Dengan parameter: 1 =
akibat adanya rasa nyeri. Hal
dapat
58
ini terjadi sebagai bagian dari
gerakan-gerakan
sehingga
proteksi agar bagian tubuh
otomatis LGS akan terbatas.
yang nyeri tidak bergerak
Tabel. 4 Lingkup Gerak Sendi
sehingga tidak menimbulkan
T1-T6
kerusakan parah.
jaringan
lebih
Spasme
bersifat
sementara dan dapat kembali
1
T2
T3
T4
T5
T6
15o
25 o
25 o
20 o
30 o
45 o
Extensi
3o
3o
4o
3o
4o
5o
Abduksi 10 o
15 o
15 o
10 o
15 o
20 o
T2
T3
T4
T5
T6
1
1
1
0
0
5
o
5
o
3
o
3
o
5
o
10 o
5. Kekuatan Otot
Tabel. 2 spasme otot T1-T6 Hasil
T1
Flexi
Adduksi
normal. Terapi T1
Gerakan
Akibat rasa nyeri tersebut pasien membatasi gerakangerakan hal ini berpengaruh
3. Oedem dengan
pada
Antropometri
pemeriksaan
Merupakan mekanisme karena
saat
suatu
dari
jaringan
dilakukan dan
evaluasi
kekuatan otot, karena nyeri yang
dirasakan
pasien
terjadi peradangan.
membatasi
Dari hasil evaluasi terakhir
dilakukan.
didapatkan
Tabel. 5 kekuatan otot T1-
hasil
bahwa
bengkak berkurang.
Patokan
T1
T2
T3
T4
T5
T6
EpifisisDistalis
17
17
17
17
17
17
5 cm ke bawah
23
22
21
22
20
20
10 cm ke bawah
21
20
20
21
20
19
5 cm ke atas
21
20
19
20
19
19
10 cm ke atas
21
21
20
21
20
19
Ket : satuan cm
4. LGS dengan Goneometer dan
oedem
berpengaruh terhadap LGS, akibat beberapa hal ini maka pasien
akan
yang
T6
Tabel. 3 oedem T1-T6
Nyeri
gerakan
membatasi
Terapi
T1
T2
T3
T4
T5
T6
Hasil
3
3
3
3
3
4
6. Aktivitas fungsional dengan skala ADL Dengan adanya nyeri, oedem,
spasme
penurunan
otot
,
LGS,
menyebabkan kekuatan otot menurun,
sehingga
berpengaruh
pada
kemampuan
fungsional
sehari-hari pasien terganggu. 59
Untuk
mengetahui
adanya
permasalahan tersebut dapat
T1=0cm,
dilakukan
spasme
pemeriksaan
dengan
mengguanakan ADL”.
“Indeks parameter:
1
Dengan
=
dapat
T6=1cm,
penurunan
T1=1,
T6=0,
peningkatan LGS T1=0o, T6=2o, peningkatan kekuatan otot T1=3, T6=4
dan
peningkatan
melakukan, tanpa bantuan, 2
kemampuan aktifitas fungsional
= dapat melakukan dengan
T1=23, T6=20. Dari data-data
bantuan,
tersebut
3
=
tak
dapat
menujukkan
melakukan.
perkembangan
Tabel. 6 skala ADL T1-T6
perbaikan.
Terapi T1
T2
T3
T4
T5
T6
Hasil
23
22
22
21
20
23
SIMPULAN Dari keterangan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa De Quervain
Syndrome
menimbulkan nyeri,
permasalahan
oedem,
keterbatasan kekuatan
LGS, otot,
spasme, penurunan Penurunan
kemampuan fungsional. Dalam hal
T1=7,5, T6=4, penurunan oedem
ini
digunakan
Ultrasound
modalitas (US),
Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) dan terapi latihan,
setelah
dilakukan
tindakan fisioterpi sebanyak 6 kali diperoleh hasil penurunan nyeri diam T1=0, T6=0, nyeri
adanya
pasien ke arah
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2008. De Quervain’s Disease. dikutip : 9 Januari 2013. http//www.mayoclinic.com Anonim. 2008. De Quervain Tenosynovitis. dikutip 9 Januari 2013. http//www.assh.org Apley, A. Graham, Solomon, Louis. 1995. Ortopedi dan Fraktur Sistem Appley. Jakarta : Widya Medika. Chusid J. Lt. 1990. Neuroanatomi Korelatif dan Neurologi Fungsional, Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Clarke, 2008. De Quervain’s Tendinitis, dikutip 9 Januari 2013. http:/en.wikipedia.org. De Wolf, A.N., Mens, J. M.A. 1994. Pemeriksaan Alat Penggerak Tubuh, Houten/ Zaventem: Bohn Staff Leu Van Loghum. Discher, Michelle., 2008. De Quervain’s Syndrome; dikutip 9 Januari 2013. https//fpmwww3.fpm.wisc.edu.
gerak T1=8,5, T6=6, nyeri tekan 60
Parjoto, Slamet. 2006. Terapi Listrik untuk Modulasi Nyeri. Semarang : IFI. R. Putz dan R. Pabst. 2000. Atlas Anatomi Manusia “Sobotta”. Jilid1. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Shiel, William .2008. De Quervain’s Disease; dikutip 9 Januari 2013. http//www.emedicinet.com Sidharta, Priguna. 2003. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : Dian Rakyat. Kenyon J. 2004 . The Pysiotherapist’s Pocket Book, London : Churchill Livingstone. Depkes RI. 1996. Buku DP3FT 1 dan 3. Surakarta : Akademi Fisioterapi.
61