I. PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Wilayah perairan di Indonesia terdiri atas perairan laut dan perairan darat.
Perairan laut berupa lautan serta selat sedangkan perairan darat mencakup sungai dan danau. Selain sungai, danau merupakan perairan darat yang mempunyai peranan penting dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia khususnya sebagai penyedia sumber air. Pemanfaatan sumber air bagi aktivitas kehidupan tidak hanya untuk keperluan domestik. Aktivitas berbagai sektor lain seperti pertanian, perindustrian, ketenagalistrikan, serta pariwisata juga melakukan pemanfaatan pada sumber air. Kondisi danau-danau di Indonesia saat ini menunjukkan kondisi yang semakin memprihatinkan. Hal ini ditandai dengan fungsi danau yang mengalami penurunan. Penurunan fungsi ini disebabkan oleh sedimentasi atau pendangkalan, pencemaran, ataupun kerusakan lainnya yang terjadi pada sebagian besar danau di wilayah Indonesia. DKI Jakarta juga memiliki danau-danau yang tersebar di beberapa titik lokasi. Danau-danau di Jakarta memiliki ukuran danau yang lebih kecil dibandingkan dengan danau-danau di wilayah Indonesia lainnya yakni kurang dari 50 hektar. Oleh karena itu, danau di Jakarta lebih disebut situ. Situ adalah penamaan bagi danau yang memiliki ukuran yang kecil1. Berdasarkan data Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta (2008), jumlah situ-situ di DKI Jakarta tercatat sebanyak 40 buah. Situ yang berada di wilayah Jakarta Utara adalah sebanyak 12 situ dengan luas 1
Anne Ahira. “Macam-macam Danau di Indonesia”. Di akses 24 Januari 2011 www.anneahira.com
1
total 179,5 hektar. Di Jakarta Barat terdapat 2 buah situ dengan luas 5 hektar. Jakarta Pusat memiliki 3 situ dengan luas 7,4 hektar. Sebanyak 16 situ dengan luas 66,875 hektar terdapat di Jakarta Timur. Sedangkan di Jakarta Selatan terdapat 7 situ dengan luas 66,5 hektar. Dua belas situ tersebut merupakan situ buatan, sedangkan selebihnya yaitu 28 situ merupakan situ yang terbentuk secara alami. Dari 40 situ yang terdapat di DKI Jakarta, lebih dari 50 % situ dalam kondisi yang buruk, atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Berdasarkan kondisi situ di DKI Jakarta seperti terlihat pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa sebanyak 19 situ (47,5%) dalam kondisi terawat, 14 situ (35%) dalam kondisi tidak terawat, dan 5 situ (12,5%) telah menjadi daratan. Situ Rawa Kendal, Situ Rorotan, Situ Rawa Penggilingan, Situ Rawa Segaran, dan Situ Dirgantara merupakan situ-situ di Jakarta yang telah berubah menjadi daratan.
2
Tabel 1. Kondisi Situ di DKI Jakarta No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 1 2 3 4 5 6 7
Wilayah / Nama Situ Jakarta Utara (12 buah) Situ Marunda Waduk Pantai Indah Kapuk Utara Waduk Pantai Indah Kapuk Selatan Situ Rawa Kendal Waduk Muara Angke Situ Pluit Waduk Sunter I Waduk Sunter II Waduk Sunter III Situ Sunter Barat Situ Pademangan Situ Rorotan Jakarta Barat (2 buah) Situ Rawa Kepa Situ Empang Bahagia Jakarta Pusat (3 buah) Waduk Taman Ria Remaja Waduk Melati Situ Lembang Jakarta Timur (16 Buah) Situ Arman Waduk Elok Situ Rawa Penggilingan Situ Rawa Badung Situ Rawa Pendongkelan Waduk PDAM Situ Bea Cukai Situ Rawa Wadas Situ Ria Rio Situ TMII Waduk TMII Situ Rawa Segaran Situ Dirgantara Situ Halim Situ Rawa Dongkal Situ Kelapa Dua Wetan Jakarta Selatan (7 buah) Situ Ragunan Situ MBAU Pancoran Situ Kalibata Situ Rawa Ulu jami Waduk Setiabudi Situ Babakan Situ Mangga Bolong
Kondisi Pencemaran dan Pendangkalan Pencemaran dan Pendangkalan Pencemaran dan Pendangkalan Telah menjadi daratan Pencemaran dan Pendangkalan Pencemaran dan Pendangkalan Terpelihara Terpelihara Terpelihara Terpelihara Pendangkalan Pendangkalan
Keterangan
Buruk Buruk
Buruk Sedang
Buruk
Pendangkalan Pencemaran dan Pendangkalan
Buruk
Pendangkalan Pendangkalan Pendangkalan
Buruk Sedang
Pendangkalan Pendangkalan Mengering dan menjadi daratan Pendangkalan Pendangkalan Pendangkalan Pendangkalan Pendangkalan Pendangkalan Pendangkalan Sudah diurug jadi tegalan Sudah diurug jadi lahan pertanian Pendangkalan Pencemaran dan Pendangkalan Pencemaran dan Pendangkalan Pencemaran dan Pendangkalan Pendangkalan Pencemaran dan Pendangkalan Pendangkalan Pendangkalan Pencemaran dan Pendangkalan Pendangkalan
Buruk
Buruk
Sedang
Sedang Buruk
Sedang
Sumber : BPLHD DKI Jakarta (2008)
Pendangkalan dan pencemaran yang terjadi di danau merupakan indikator bahwa telah terjadi kerusakan pada situ tersebut. Pendangkalan terjadi akibat sedimentasi karena degradasi kondisi hutan di daerah tangkapan airnya (Naryanto dkk., 2009). Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap upaya pemeliharaan
3
danau/situ kerap menjadi penyebab pendangkalan. Misalnya anggapan masyarakat bahwa situ merupakan tempat penampungan sampah serta pembangunan bangunan liar di sekitar bantaran situ. Pendangkalan tersebut menyebabkan penurunan fungsi situ sebagai tempat penampung air. Sehingga dapat menyebabkan terjadinya banjir apabila situ tidak cukup untuk menampung air ketika hujan turun. Pencemaran adalah masalah terbesar dalam ekosistem situ. Pencemaran berasal dari sampah, limbah domestik rumah tangga masyarakat, limbah pertanian,
limbah buangan pabrik yang biasanya zat kimia berbahaya, dan
sebagainya. Pencemaran pada situ sangat mempengaruhi kualitas air pada situ tersebut. Penurunan kualitas air mempengaruhi masyarakat sekitar maupun biotabiota yang hidup pada situ tersebut. Bagi masyarakat, menurunnya kualitas air situ akan menimbulkan kerugian antara lain ketidaknyamanan bermukim karena menimbulkan bau tak sedap serta terjangkitnya penyakit. Kerusakan yang terjadi pada situ tidak dapat dibiarkan terus menerus. Perhatian khusus serta pengelolaan yang terpadu dari pihak-pihak yang terkait sangat diperlukan dalam menangani hal tersebut. Kondisi situ yang semakin menunjukkan penurunan fungsi akan memberikan dampak yang merugikan bagi masyarakat. Berdasarkan keadaan tersebut, peneliti merasa perlu adanya studi yang mengkaji dampak yang ditimbulkan akibat kerusakan situ. 1.2
Perumusan Masalah Situ Rawa Badung Jakarta Timur merupakan salah satu situ yang
kondisinya buruk. Situ Rawa Badung memiliki warna air yang pekat dan ditumbuhi tanaman air, serta bau busuk sampah. Bau busuk yang ditimbulkan
4
sampah-sampah tersebut
dapat
menyebabkan berbagai
penyakit
saluran
pernafasan. Kondisi situ yang demikian memberikan keleluasaan bagi bibit penyakit untuk berkembang biak. Hal ini memungkinkan bibit penyakit menyebarkan wabah penyakit bagi manusia maupun biota-biota yang hidup di dalam maupun di sekitar Situ Rawa Badung. Konversi lahan di sekitar maupun di bantaran Situ Rawa Badung serta pendangkalan yang terjadi menyebabkan situ tidak dapat berfungsi secara maksimal sebagai tempat penampung air hujan. Bantaran situ terdapat bangunanbangunan liar yang menyebabkan penyempitan pada luas danau ditunjukkan dengan meningginya permukaan air Situ Rawa Badung. Pembangunan Jalan KRT Radjiman Widyodiningrat menimbulkan masalah tersendiri terhadap keberadaan Situ Rawa Badung. Pembangunan jalan tersebut membelah situ menjadi dua bagian. Situ Rawa Badung bagian barat semakin dipadati permukiman, sementara sisi timur situ tetap berisi air. Akibatnya ketika hujan lebat sering kali air Situ Rawa Badung meluap dan membanjiri perkampungan di sekelilingnya. Masalah pengelolaan danau atau situ menjadi salah satu penyebab kerusakan danau. Pemerintah daerah memiliki wewenang terhadap lahan sekitar danau. Sedangkan Dinas Pekerjaan Umum yang memiliki tanggung jawab memperhatikan kondisi sumberdaya air pada danau. Apabila terjadi tumpang tindih ataupun ketidakjelasan batasan wewenang maupun tanggung jawab akan mengakibatkan ketidakmaksimalan dalam pengelolaan danau. Akhirnya akan tetap merugikan masyarakat dan lingkungan sekitar danau. Berdasarkan masalah-masalah yang telah diuraikan diatas timbul pertanyaan penelitian, yaitu:
5
1.
Bagaimana keragaan pengelolaan pada Situ Rawa Badung?
2.
Bagaimana persepsi masyarakat sekitar mengenai kerusakan yang terjadi di Situ Rawa Badung?
3.
Berapa besarnya kerugian yang diderita masyarakat akibat kerusakan Situ Rawa Badung?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian meliputi:
1.
Mendeskripsikan keragaan pengelolaan Situ Rawa Badung.
2.
Mengidentifikasi persepsi masyarakat mengenai kerusakan yang terjadi di Situ Rawa Badung.
3.
Mengestimasi kerugian ekonomi yang diderita masyarakat akibat kerusakan Situ Rawa Badung.
1.4
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1.
Bagi peneliti, penelitian ini sebagai media pembelajaran dan penerapan ilmu ekonomi sumberdaya dan lingkungan.
2.
Bagi akademisi, penelitian ini dapat dijadikan sebagai pelengkap dalam khasanah ilmu pengetahuan.
3.
Bagi pemerintah, penelitian ini dapat menjadi masukan dalam pengelolaan maupun kebijakan mengenai pemulihan kondisi situ atau danau sehingga pengelolaan lebih efektif dan efisien.
4.
Bagi masyarakat, khususnya masyarakat sekitar Situ Rawa Badung agar lebih memperhatikan kondisi lingkungan dalam kehidupan mereka.
6
1.5
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini hanya menghitung dampak yang bersifat langsung terhadap
masyarakat yang berada di sekitar Situ Rawa Badung. Kerugian yang diestimasi pada penelitian ini hanya kerugian ekonomi yang disebabkan oleh pencemaran dan banjir yang terjadi sebagai bentuk dari kerusakan danau. Pencemaran dan banjir yang terjadi dapat menimbulkan biaya kesehatan berupa biaya berobat dan pembelian obat apabila terjangkit oleh penyakit serta kehilangan pendapatan akibat tidak dapat bekerja karena sakit. Banjir yang timbul akibat adanya konversi lahan sekitar situ menyebabkan masyarakat harus melakukan upaya untuk mencegah terjadinya banjir.
7