TUGAS AKHIR
PEMILIHAN JENIS PRODUK ALMUNIUM SULFATE (PENJERNIH AIR) YANG DIINGINKAN KONSUMEN DENGAN METODE ANALYTYC HIERARCHY PROCESS DI PT. TIMURAYA TUNGGAL Tugas Akhir ini diajukan untuk mendapatkan gelar sarjana Teknik Industri
Disusun Oleh Nama Nim
: Ahmad : 01603=010
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2009
Tugas Akhir
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI I NDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
LEMBAR PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama
: Ahmad
NIM
:01603-010
Jurusan
: Teknik Industri
Fakultas
: Teknologi Industri
Universitas
: Mercu Buana
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan Tugas Akhir ini adalah hasil karya sendiri kecuali pada bagian yang telah disebutkan sumbernya.
Jakarta, February 2009
(Ahmad)
Universitas Mercu Buana
i
Tugas Akhir
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI I NDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
LEMBAR PERSETUJUAN Judul : Pemilihan Jenis Produk Almunium Sulfate (Penjernih Air) Yang di inginkan Konsumen Dengan Metode AHP (Analytic Hierarchy Process) di PT. Timuraya Tunggal Nama
: Ahmad
NIM
: 01603-010
Jurusan
: Teknik Industri
Fakultas
: Teknologi Industri
Universitas
: Mercu Buana
Tugas ini telah diperiksa dan disetujui oleh :
Jakarta,
February 2009
Mengetahui Pembimbing Tuga Akhir
(Alfa Firdaus, ST.M)
Universitas Mercu Buana
ii
Tugas Akhir
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI I NDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
LEMBAR PENGESAHAN Judul : Pemilihan Jenis Produk Almunium Sulfate (Penjernih Air) Ynag di inginkan Konsumen Dengan Metode AHP (Analytic Hierarchy Process) di PT. Timuraya Tunggal Nama
: Ahmad
NIM
: 01603-010
Jurusan
: Teknik Industri
Fakultas
: Teknologi Industri
Universitas
: Mercu Buana
Tugas ini telah diperiksa dan disetujui oleh : Jakarta,
February 2009 Mengetahui
Ketua Program Studi/Koordinator TugasAkhir
(Muhammad Kholil, ST,MT)
Universitas Mercu Buana
iii
Tugas Akhir
ABSTRAK
Jenis produk Almunium Sulfate (Penjernih Air) yang mampu diandalkan sangat dibutuhkan PT TIMURAYA TUNGGAL sebagai produk yamg mampu mempunyai pemasaran yang baik untuk pembuatan Almunium Sulfate (Penjernih Air). Saat ini pokok permasalahannya yaitu PT TIMURAYA TUNGGAL tidak mempunyai suatu sistem pengukuran yang baik dalam memilih jenis produk Almunium Sulfate (Penjernih Air). Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, dibutuhkan suatu model pemilihan jenis produk yang baik, dimana model ini dapat mempresentasikan semua elemen yang ada pada pemilihan jenis produk di PT TIMURAYA TUNGGAL. Setelah dilakukan suatu penelitian pendahuluan, didapatkan elemen kriteria, subkriteria yang cukup mewakili dalam hal pemilihan jenis produk. Untuk memudahkan pengolahan elemen-elemen tersebut, dibuatlah suatu model pemilihan jenis produk yang didalamnya berisi unsur pemilihan yang sudah didapatkan, alternatif supplier, dan alternatif metode perhitungan yang akan dipakai. Metode-metode yang akan dipilih dan dipakai dalam pemilihan jenis produk yaitu metode Analytic Hierarchy Process (AHP) . Berdasarkan kuesioner identifikasi keterkaitan antar elemen, ternyata antara satu elemen dengan elemen lainnya saling mempengaruhi satu sama lain. Untuk mengolah suatu model pemilihan jenis produk dengan kondisi seperti itu, metode pemilihan jenis produk yang dipakai adalah metode AHP. Pertama-tama pengolahan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner perbandingan berpasangan kepada pakar untuk di isi. Setelah itu dilakukan uji konsistensi perbandingan berpasangan untuk mengetahui apakah bobot yang di berikan adalah konsisten atau tidak. Setelah konsisten, dilakukan perhitungan supermatriks sehingga didapatkan prioritas alternatif maupun subkriteria. Pada tahap pengolahan data dibantu oleh software Evolution Excoise. Dari hasil pengolahan data, diperoleh urutan jenis produk terbaik yaitu produk jenis KORAL dengan bobot 0.56. Lalu elemen pemilihan ternyata didominasi oleh subkriteria kualitas produk dengan bobot 0.23, kemudian diikuti oleh 3 subkriteria yang nilai bobotnya tidak terpaut jauh yaitu subkriteria penerimaan produk, subkriteria ketahanan produk dan subkriteria komunikasi Kata Kunci: Pengamilan Keputusan,AHP(Analytycal Hearchy Process),Konsentrasi Rasio
Universitas Mercu Buana
iv
Tugas Akhir
ABSTRACT
Almunium Sulfate's product type (TheWater Clean) one that can be relied indispensable PT TIMURAYA SINGLES as yamg's product can have good marketing for Almunium Sulfate's makings (Penjernih is Water). Now subject about problem its which is PT TIMURAYA TUNGGAL not has a good measurement system deep choose Almunium Sulfate's product type (Penjernih is Water). To solve about problem that, needed a type elect model good product, where is this model that mempresentasikan can all aught element on product type elect at PT TIMURAYA TUNGGAL. After been done an advance research, gotten by criterion element, subkriteria that enough represents in term product type elect. To make easy that element processing, at makes a type elect model product per se it contains elect element already be gotten, supplier's alternative, and arithmetic method alternative that will be used. Method who will be chosen and is used blackballs product type which is method Analytic Hierarchy Process (AHP) . Base kuesioner relevance identification among element, apparently among one element with interplays another element each other. To mengolah a type elect model product with condition of be, type elect method product that is used is AHP'S method. Firstly data processing did by broadcasts kuesioner compare coupledding to expert for at content. Afterwards done by coupled compare consistency quiz to know if wight that at gives is consistent or not. After consistent, done by supermatriks's count so gotten by alternative priority and also subkriteria. On data processing phase helped by Evolution Excoise's software. Of data processing result, gotten by best product type thread which is KORAL'S type product with wight 0.56. Then elect element apparently been dominated by subkriteria product quality with wight 0.23, then followed by 3 subkriteria that appreciative its wight don't terpaut go away which is subkriteria product acceptance, subkriteria is product robustness and subkriteria is communication Key word :
Universitas Mercu Buana
v
Tugas Akhir
KATA PENGANTAR
Tiada hal lain yang dapat dilakukan selain ucapan terima kasih, serta puji syukur kepada ALLAH SWT Sang Pencipta atas kasihNya, berkatNya dan karuniaNya yang besar kalau pada saat ini penulis telah menyelesaikan penulisan tugas akhir ini tepat pada waktunya. Kiranya apa yang telah dilakukan dan dikerjakan dalam laporan tugas akhir ini dapat berguna dikemudian hari. Pada kesempatan kali ini penulis juga mau mengucapkan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan Tugas akhir ini dan juga kepada pihak-pihak yang telah memebantu penulis ketika pada masa kuliah sehingga penulis dapat melakukan Penelitian Tugas Akhir ini, Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Keluarga Penulis : Bapak, Mama serta dari penulis : Kaka duni, yati adik Nurjaya, Masna dan keponakan penulis yang selalu membuat suasana rumah selalu berwarna yang telah mendukung penuh secara moral, materi dan Doa dengan kasih sayang yang tak ternilai harganya 2. Bapak Muhammad Kholil ST, MT. selaku Kepala Jurusan Teknik Industri dan Dosen Pembimbing Alfa Firdaus ST, MT. yang telah banyak memberikan banyak masukan, bimbingan, dan saran dalam penulisan Tugas Akhir Ini 3. Bapak Sony Koeswara, M.SC, selaku Penasehat Akademik yang telah banyak memberikan nasehat, saran, dan dukungan yang sangat membantu selama penulis kuliah dan menyelesaikan tugas akhirnya 4. Bapak Dede Rukmayadi ST. MT selaku dosen yang telah memberikan sedikit ilmunya kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini
Universitas Mercu Buana
vi
Tugas Akhir
5. Bapak Sigit SH, selaku HRD PT TIMURAYA TUNGGAL yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian Tugas Akhir ini 6. Bapak Irwan Piman, selaku Tecnikal staff yang telah memberikan banyak informasi yang berkaitan tentang tugas akhir dan juga meluangkan waktunya yang sangat berharga untuk berdiskusi dan bersama penulis 7. Dede Ismanto, Fery Dwianto terima kasih atas dukungan moril yang tak pernah habis selama pembuatan tugas akhir ini. “Terima kasih ” 8. Teman-teman kuliah Universitas Mercu Buana Khususnya Teknik Industri Angkatan 2003, dan sobatku yang lain yang telah banyak membantu dalm penyusunan laporan tugas akhir ini : yang tak terlupakan kita bisa hidup bersama. Thanks untuk kebersamaannya. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada mereka semua, Amiin namun penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan atau kesalahan dalam penyajian laporan TA ini. Akhir kata, penulis mengharapkan saran dan kritik yang fositif sehingga dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca dan fihak-fihak yang terkait. Terima kasih
Jakarta, February 2007
Penulis
Universitas Mercu Buana
vii
Tugas Akhir
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN......................................................................... i LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................ ii LEMBAR PENGESAHAAN...................................................................... iii ABSTRAK.................................................................................................... iv ABSTRACT.................................................................................................. vi KATA PENGANTAR.................................................................................. viii DAFTAR ISI................................................................................................ x DAFTAR GAMBAR.................................................................................... xv DAFTAR TABEL........................................................................................ xvi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1 1.2 Pokok Permasalahan.............................................................................. 3 1.3 Tuuan Penelitian..................................................................................... 4 1.4 batas Permasalahan.................................................................................. 4 1.5 Sistematika Penulisan.............................................................................. 4
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Keputusan............................................................................. 7 2.2 Hakekat Pengambilan Keputusan........................................................... 8
Universitas Mercu Buana
viii
Tugas Akhir
2.3. Fungsi Pengambilan Keputusan..............................................................9 2.4 Tujuan Pengambilan Keputusan.............................................................. 9 2.5 Penyelesaian Masalah dan Pengambilan Keputusan.............................. 10 2.6 Teknik Pengambilan Keputusan.............................................................. 10 2.7 Pendekatan Terhadap Pengambilan Keputusan....................................... 12 2.8 Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk............................................. 15 2.9 Teknik-Teknik Pengambilan Keputusan..................................................16 2.10. Analitycal Hierarchy Process (AHP).................................................... 17 2.11 Kelebihan Metode AHP......................................................................... 18 2.12 Prinsif-Prinsif Dasar AHP......................................................................19 2.3.Langkah-Langkah Metode AHP.............................................................. 20 2.14 Penyusunan Hierarki Process................................................................. 21 2.15 Matrik Perbandingan Berpasangan........................................................ 22 2.16 Penghitungan Bobot Elemen..................................................................23 2.17 Penghitungan Konsistensi...................................................................... 23 2.18 Kuisioner................................................................................................ 30. 2.19. Proses Pemodelan................................................................................. 40 BAB III METEDOLOGI PENELITIAN 3.1 Metedologi Penelitian.............................................................................. 45 3.2Pengumpulan Data.................................................................................... 47 3.3 Pengolahan Data...................................................................................... 48
Universitas Mercu Buana
ix
Tugas Akhir
3.3.1 Pormulasi Model Pemilihan Jenis Produk............................................ 48 3.3.2 Indentifikasi Kriteria dan Alternatif...................................................... 48 3.3.3 Penentuan Model Pemilihan Jenis Produk............................................. 48 3.3.4 Pembobotan Kriteria, dan Alternatif dan Validasi Model..................... 49 3.3.5 Implementasi Model............................................................................... 49 3.3.6 Analisa.................................................................................................... 49 3.3.7 Kesimpulan dan Saran............................................................................ 49 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data.................................................................................... 54 4.1.1 Sejarah Perusahaan................................................................................. 55 4.1.2 Jenis-Jenis Produk Yang Produksi PT. Timuraya Tunggal.................... 58 4.1.3 Pelanggan Utama PT. Timuraya Tunggal.............................................. 58 4.1.4 Fasilitas Dan KebijakanPerusahaan....................................................... 59 4.1.5 Kegiatan Produksi.................................................................................. 60 4.1.6 Visi Dan Misi Perusahaan..................................................................... 61 4.1.7 Struktur Organisasi Perusahaan............................................................ 61 4.1.8 Kebijakan Mutu yang diberikan Prisahaan........................................... 64 4.1.9 Proses Produksi Almunium Sulfate (Penjernih Air)............................. 64 4.2 Pengolahan Data...................................................................................... 69 4.2.1 Perhitungan Prioritas Sub Kriteria........................................................ 70 4.2.2 Perhitungan Konsistensi Rasio Kriteria ............................................... 75
Universitas Mercu Buana
x
Tugas Akhir
4.2.3 Perhitungan Prioritas Alternatif............................................................ 79 4.2.4 Perhitungan Konsistensi Rasio Alternatif............................................. 80 4.2.5 Perhitungan Prioritas Global................................................................. 82
BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Pembobotan Antar Subkriteria...................................................... 83 5.1.1 Analisa Pembobotan Antar Subkriteria Pada Kriteria Kualitas............... 83 5.1.2 Analisa Pembobotan Antar Subkriteria Pada Kriteria Bahan Baku........ 84 5.1.3 Analisa Pembobotan Antar Subkriteria Pada Kriteria Bentuk (Disegn)................................................................. 86 5.1.4 Analisa Hasil Perhitungan Agregasi Prioritas Kriteria............................. 87 5.1.5 Analisa Hasil Perhitungan Konsistensi Rasio Prioritas Kriteria............... 87 5.1.6 Analisa Hasil Perhitungan Prioritas Alternatif.......................................... 88 5.1.7 Analisa Hasil Perhitungan Agregasi Prioritas Alternatif........................... 88 5.1.8 Analisa Hasil Perhitungan Konsistensi Rasio Prioritas Kriteria................ 88 5.1.9 Analisa Hasil Perhitungan Bobot Prioritas Alternatif Global.................... 89 BAB VI KESIMPILAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan .................................................................................................. 91 6.2 Saran............................................................................................................. 92 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Universitas Mercu Buana
xi
Tugas Akhir
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Matrik Perbandingan Berpasangan................................................... 24 Gambar 2.2 Matrik Perbandingan Freferensi........................................................ 26 Gambar 2.3 Langkah – Langkah Pemodelan........................................................ 44 Gambar 3.1 Diagram Alir Metedologi Penelitian................................................. 50 Gambar 3.1 Diagram Alir Metedologi Penelitian Lanutan................................... 51 Gambar 3.2 Struktur Hirarki Model Pemilihan jenis produk................................ 52 Gambar 3.3 Struktur Pemilihan jenis produk dengan menggunakan AHP............................................................................. 53 Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Timuraya Tungga....................................... 63 Gambar 4.2 Alur Proses Produksi......................................................................... 68 Gambar 4.3 Hirarki Pengambilan Keputusan........................................................ 69 Gambar 4.4 Analytycal Hearchy Process (AHP).................................................. 75 Gambar 5.1 Hasil Pembobotan antar Subkriteria pada Kriteria Kualitas.............. 84 Gambar 5.2 Hasil Pembobotan antar Subkriteria pada Kriteria Bahan Baku...... 85 Gambar 5.3 Hasil Pembobotan antar Subkriteria pada Kriteria Bentuk............... 86 Gambar 5.4 Diagram Pemilihan Jenis Produk Almunium Sulfate....................... 89
Universitas Mercu Buana
xii
Tugas Akhir
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Skala penilaian perbandingan berpasangan.......................................... 22 Tabel 4.1. Spesifikasi produk yang dianalisa........................................................ 70 Tabel 4.2 Agregat.................................................................................................. 71 Tabel 4.3 wegthing Sum vektor............................................................................ 71 Tabel 4.4 Faktor mempengaruhi pemilihan jenis produk Almunium Sulfate...... 73 Tabel 4.5 Variabel Kriteria................................................................................... 74 Tabel 4.6 Bobot Prioritas Kriteria........................................................................ 76 Tabel 4.7 Perhitungan Weighted Sum Vektor Kriteria........................................ 76 Tabel 4.8 Indeks Random (RI)............................................................................. 77 Table 4.9 Bobot Rata-rata Alternatif.................................................................... 79 Tabel 4.10 Agregasi dari koral dan campuran...................................................... 79 Tabel 4.11 Perhitungan Bobot Prioritas Alternatif............................................... 80 Tabel 4.12 Perhitungan table Alternatif................................................................ 80 Tabel 4.13 Perhitungan Weighted Sum Vektor Alternatif.................................... 80 Tabel 4.14 Perhitungan Bobot Prioritas Global.................................................... 82
Universitas Mercu Buana
xiii
Tugas Akhir
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pada masa sekarang ini, sudah banyak tumbuh dan berkembang industri kimia diantaranya adalah industri kimia yang memproduksi penjernih air dan penyubur tanaman sehingga banyak produk kimia yang berkembang dan beredar di indonesia maupun internasional. Kondisi ini membuat konsumen memiliki banyak pilihan, sehingga produsen semakin memperhatikan keinginan yang paling diminati oleh konsumen yaitu harga yang terjangkau dan juga mutu produk proses kerja produk yang dihasilkan. Salah satu perusahaan yang bergerak dalam industri yang memproduksi bahan kimia adalah PT. Timuraya Tunggal yang bertempat di Daan Mogot Km 20, Jl. Jurumudi, Kec. Batu Ceper, Tangerang Banten. Perusahaan ini hanya U niversitas Mercu Buana
1
Tugas Akhir
menerima pesanan lokal maupun eksport untuk Negara - Negara pemesan sejak tahun 1979 . kegiatan produksi yang dilakukan sesuai dengan pemesan (bayer) bayer tersebut juga menentukan spesifikasi dari bentuk dan kualitas produk yang dibuat, untuk itu perusahan menetukan tingkat kepuasan konsumen dan mempertahankanya agar tetap dipercaya oleh bayer untuk terus mendapat order. Dewasa ini perkembangan teknologi semakin pesat sehingga banyak perusahaan yang ada saling membuat produk-produk saingan, terlebih pada perusahaan yang menghasilkan produk-produk yang sejenis yang saling bersaing mencari konsumen. Hal ini menuntut perusahaan untuk melakukan cara-cara pengembangan produknya agar menguasai pasar tujuan. Departemen pengembangan produk posisinya sangatlah penting selain bagian produksi, karena bagian ini lah yang berupaya pada pengembangan produk kearah kepuasan konsumen, sehingga terjadinya produksi untuk kebutuhan konsumen, peningkatan kemampuan departemen ini perlu terus ditingkatkan untuk pengembangan, penciptaan produk baru dan penyempurnaan produkproduk yang telah dibuat. Jenis pekerjaannya meliputi mengidentifikasi jenis produk yang dibutuhkan konsumen dan mengetahui keinginan atau harapan konsumen pada produk tersebut serta mengenal produk-produk saingan yang kemudian diolah untuk tahap-tahap perancangan selanjutnya. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menentukan jenis produk yang akan dikembangkan adalah dengan metode AHP (Analytical Hierarchy Process). Peralatan utama dari AHP ini adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Dengan hirarki, suatu masalah kompleks dan U niversitas Mercu Buana
2
Tugas Akhir
tidak terstruktur dipecahkan ke dalam kelompok-kelompoknya. Kemudian kelompok-kelompok tersebut diatur menjadi suatu bentuk hirarki. Semakin berkembangnya teknologi tidak lepas kaitannya dengan pembuatan produk tersebut. Agar kegiatan produksi efektif dan efisien, maka perlu dirancang suatu produk yang sedemikian rupa untuk kebutuhan konsumen. Adapun pokok permasalahan dalam penulisan ini adalah: “Penentuan jenis produk bahan kimia penjernih air atau Almunium Sulfate yang mungkin diinginkan konsumen dengan menggunakan metode AHP (Analytic Hierarchy Process).” 1.2. Pokok Permasalahan Permasalahan yang terjadi pada PT Timuraya Tunggal dalam permintaan jenis produk adalah hasil keputusan yang diambil terasa belum maksimal. Hal ini disebabkan karena dalam pemilihan jenis produk, prosedur yang diterapkan kurang baku dan belum adanya suatu pengukuran yang baik dalam hal pemilihan jenis produk Oleh karena itu dibutuhkan suatu model pemilihan jenis produk yang baik, dimana di dalamnya terdapat suatu gambaran yang jelas yang merepresentasikan elemen-elemen yang diperlukan dalam pemilihan jenis produk. Adapun pokok permasalahannya yaitu bagaimana membuat suatu model pemilihan jenis produk yang baik berdasarkan kondisi keinginan konsumen yang ada pada PT Timuraya Tunggal.
U niversitas Mercu Buana
3
Tugas Akhir
1.3. Tujuan penelitian Tujuan penelitian dan pelaksanaan tugas akhir ini adalah : 1. Mengetahui jenis produk Almunim Sulfate (Penjernih Air) yang di inginkan konsumen 1.4. Batas Permasalahan Dalam melakukan penelitian ini pembatasan masalah yang telah ditentukan adalah sebagai berikut: 1. Penelitian dilakukan di PT Timuraya Tunggal yang bergerak dalam industri pembuatan bahan kimia. 2. Data penelitian yang didapatkan berdasarkan tahun 2008. 3. Pengisian kuesioner dilakukan oleh konsumen. 4. Jenis produk yang akan diteliti sebagai model permasalahan adalah pemilihan jenis produk Almunium sulfate Kriteria, dan alternatif didapat dari data perusahaan. 1.5. Sistematika Penulisan Untuk penyusunan laporan tugas akhir ini penulis menerapkan penyusunan atas 6 bab yang masing-masing berdiri sendiri tetapi merupakan rangkaian yang menjelaskan dengan rinci dan jelas dan membentuk satu penulisan sistematika tersebut berupa : BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan membahas tentang latar belakang masalah, pokok permasalahan, tujuan penelitian, pembatasan masalah dan sistematika masalah. U niversitas Mercu Buana
4
Tugas Akhir
BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini menguraikan tentang teori-teori yang menunjang diantaranya konsep-konsep dan prinsip dasar yang diperlukan dalam menyelesaikan masalah. BAB III METEDOLOGI PENELITIAN Pada bab ini menguraikan tentang tahapan-tahapan yang dilakukan dalam melaksanakan penelitian dalam tugas akhir ini. Sehingga memudahkan dalam memahami dan menyelesaikan dalam proses pembuatan laporan ini. BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab pengumpulan data membahas tentang data umum dan data khusus perusahaan yang diperoleh melalui wawancara, pengamatan. Data tersebut diperlukan untuk memformulasikan model yang baik. pengolahan data membahas tentang pemilihan jenis produk yang diminati konsumen berdasarkan kriteria, subkriteria dan alternatif. Dan juga berdasarkan ada atau tidaknya hubungan keterkaitan, dan mengolahnya hingga didapatkan urutan prioritas bobot antar subkriteria maupun alternatif BAB V ANALISA PEMBAHASAN Bab analisa membahas tentang penjelasan dan analisa terhadap hasil implementasi yang telah didapat pada bab sebelumnya. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab kesimpulan dan saran membahas tentang kesimpulan yang menjawab tujuan penelitian pada bab sebelumnya dan beberapa saran yang bermanfaat bagi perusahaan. U niversitas Mercu Buana
5
Tugas Akhir
DAFTAR PUSTAKA Pada Daftar pustaka ini menerangkan tentang Refrensi panduan yang berkaitan dengan judul tugas akhir yang diambil LAMPIRAN Pada lampiran berisian tentang struktur organisasi perusahaan dan lainya yang berkaitan dengan perusahaan.
U niversitas Mercu Buana
6
Tugas Akhir
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Keputusan Keputusan (decision) berarti pilihan pilihan (choice), yaitu pilihan dari dua atau lebih kemungkinan. Namun, ia hampir tidak merupakan pilihan antara yang benar dan yang salah, tetapi justru sering terjadi ialah pilihan antara yang “hampir benar” dan yang “mungkin salah”. Mc Kenzie dalam Salusu (1996) melihat bahwa keputusan adalah “pilihan nyata” karena pilihan diartikan sebagai pilihan tentang tujuan termasuk pilihan tentang cara mencapai tujuan itu. Prajudi Atmosudirjo menyatakan dalam Salusu (1996) bahwa keputusan adalah suatu pengakhiran daripada proses pemikiran tentang suatu masalah atau problema untuk menjawab pertanyaan apa yang harus diperbuat guna mengatasi masalah tersebut, dengan menjatuhkan pilihan pada suatu alternatif. McGrew dan Wilson (1985) lebih melihat pada kaitannya dengan proses, yaitu bahwa suatu keputusan ialah keadaan akhir dari suatu proses yang lebih dinamis, yang diberi U niversitas Mercu Buana
7
Tugas Akhir
label
pengambilan
keputusan
(Salusu,
1996).Dari
pengertian-pengertian
keputusan diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa keputusan merupakan suatu pemecahan masalah sebagai suatu hukum situasi yang dilakukan melalui pemilihan satu alternatif dari beberapa alternatif (Salusu, 1996). 2..2 Hakikat Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan ialah proses memilih suatu alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien sesuai situasi. Proses itu untuk menemukan dan menyelesaikan masalah organisasi. Pernyataan ini menegaskan bahwa mengambil keputusan memerlukan satu seri tindakan, memerlukan beberapa langkah. Kehidupan sehari-hari seorang eksekutif, manajer, kepala, ketua, direktur, rektor, bupati, gubernur, menteri, panglima, presiden, atau pejabat apapun, sesungguhnya adalah kehidupan yang selalu bergumul dengan keputusan. Sebagian besar dari waktunya harus dicurahkan pada penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan. Ilustrasi di atas menggambarkan bahwa pengambilan keputusan adalah aspek yang paling penting dari kegiatan manajemen. Higgins (1979) dalam Salusu (1996) melanjutkan bahwa pengambilan keputusan adalah kegiatan yang paling penting dari semua kegiatan karena di dalamnya manajer terlibat, dan menurut Hoy dan Miskel (1978), itu merupakan pertanggung-jawaban utama dari semua administrator melalui suatu proses tempat keputusan-keputusan dibuat dan dilaksanakan. (Salusu, 1996).
U niversitas Mercu Buana
8
Tugas Akhir
Pada akhirnya, Robin Hughes dalam prakatanya berkesimpulan bahwa karena pengambilan keputusan terjadi di semua bidang dan tingkat kegiatan serta pemikiran manusia, maka tidaklah mengherankan bila begitu banyak disiplin berusaha menganalisis dan membuat sistematika dari seluruh proses keputusan (Salusu, 1996). 2..3 Fungsi Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan sebagai suatu kelanjutan dari cara pemecahan masalah memiliki fungsi antara lain sebagai berikut (Hasan, 2002): 1. Pangkal permulaan dari semua aktivitas manusia yang sadar dan terrarah baik secara individual maupun secara kelompok, baik secara institusional maupun secara organisasional. 2. Sesuatu yang bersifat futuristik, artinya bersangkut paut dengan hari depan, masa yang akan datang, dimana efeknya atau pengaruhnya berlangsung cukup lama. 2..4 Tujuan Pengambilan Keputusan Tujuan pengambilan keputusan dapat dibedakan atas dua, yaitu (Hasan, 2002): 1. Tujuan yang bersifat tunggal Tujuan pengambilan keputusan yang bersifat tunggal terjadi apabila keputusan yang dihasilkan hanya menyangkut satu masalah, artinya bahwa sekali diputuskan, tidak ada kaitannya dengan masalah yang lain.
U niversitas Mercu Buana
9
Tugas Akhir
2. Tujuan yang bersifat ganda Tujuan pengambilan keputusan yang bersifat ganda terjadi apabila keputusan yang dihasilkan itu menyangkut lebih dari suatu masalah, artinya bahwa satu keputusan yang diambil itu sekaligus memecahkan dua masalah (atau lebih), yang bersifat kontradiktif atau yang bersifat tidak kontradiktif. 2..5 Penyelesaian Masalah dan Pengambilan Keputusan Seringkali orang sulit membedakan antara penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan. Memang, apabila dilihat dari sudut prosesnya, sulit dibedakan karena keduanya menggunakan langkah-langkah proses yang mirip. Perbedaan diantara keduanya terletak pada “hasil”-nya. Penyelesaian masalah adalah pemikiran yang akhirnya bermuara pada hasil berupa penyelesaian kesenjangan antara performance yang diinginkan dan performance yang menjadi kenyataan. Sedangkan pengambilan keputusan adalah pemikiran menghasilkan “pilihan” (choice) dari beberapa alternatif bertindak. Sebaliknya, pilihan itu terjadi dalam proses penyelesaian masalah karena dalam menyelesaikan suatu masalah, setiap langkah yang ditempuh mencakup aspek pengambilan keputusan.Jadi, masalah bisa timbul dalam organisasi karena penampilan yang buruk, karena suatu krisis, tetapi juga karena adanya suatu peluang yang menaikkan tingkat penampilan yang diinginkan (Salusu, 1996). 2..6 Teknik Pengambilan Keputusan Teknik-teknik yang dirangkum oleh McGrew (1985) sebagai berikut :
U niversitas Mercu Buana
10
Tugas Akhir
a. Keputusan terprogram 1. Tradisional Kebiasan.Pekerjaan
rutin
sehari-hari;
prosedur
operasional
yang
baku.Struktur organisasi; ada harapan bersama; melalui perumusan sub-sub tujuan; dengan menggunkan saluran informasi yang terumus dengan jelas. 2. Modern Riset
operasional;
analisis
matematik;
model-model;
simulasi
komputer.Proses data elektronik. b. Keputusan tidak terprogram 1. Tradisional a) Heuristic,
yaitu
mendorong
seseorang
untuk
mencari
dan
menemukan sendiri intuisi, kreativitas. b) Rule of thumbs, yaitu suatu prosedur praktis yang tidak menjamin penyelesaian optimal. Dengan seleksi dan latihan bagi para eksekutif. 2. Modern a) Menyelenggarakan pelatihan bagi para pengambil keputusan b) Menciptakan program-program komputer.
U niversitas Mercu Buana
11
Tugas Akhir
Simon (1960) mengajukan model yang menggambarkan proses pengambilan keputusan. Proses ini terdiri dari tiga fase, yaitu : 1) Intelligence Tahap ini merupakan proses penelusuran dan pendeteksian dari lingkup problematika serta proses pengenalan masalah. Data masukan diperoleh, diproses dan diuji dalam rangka mengidentifikasi masalah. 2) Design Tahap
ini
merupakan
proses
menemukan,
mengembangkan
dan
menganalisis alternative tindakan yang bisa dilakukan. Tahap ini meliputi proses untuk mengerti masalah, menurunkan solusi dan menguji kelayakan solusi. 3) Choice Tahap ini dilakukan proses pemilihan diantara berbagai alternative tindakan yang mungkin dijalankan. Hasil pemilihan tersebut kemudian diimplementasikan dalam proses pengambilan keputusan. 2..7 Pendekatan Terhadap Pengambilan Keputusan a. Model Brinckloe Menurut Brinckloe (1977), pengambil keputusan dapat membuat keputusan dengan menggunakan satu atau beberapa pertimbangan berikut : 1. Fakta U niversitas Mercu Buana
12
Tugas Akhir
Seorang pengambil keputusan yang selalu bekerja secara sistematis akan mengumpulkan semua fakta mengenai suatu masalah dan hasilnya ialah kemungkinan keputusan akan lahir dengan sendirinya. 2. Pengalaman Pengalaman adalah guru terbaik. Seorang pengambil keputusan harus dapat memutuskan pertimbangan pengambilan keputusan berdasarkan pengalamannya. Namun, perlu diperhatikan bahwa peristiwa-peristiwa yang lampau tidak akan pernah sama dengan peristiwa-peristiwa pada saat ini. 3. Intuisi Tidak jarang seorang pengambil keputusan menggunakan intuisinya dalam mengambil keputusan. Menggunakan intuisi tidak banyak tergantung pada fakta yang lengkap. Mungkin dengan informasi yang sedikitsaja seseorang sudah dapat mengambil keputusan karena intuisi itulah yang dominant. 4. Logika Pengambilan keputusan yang berdasar logika ialai suatu “studi yang rasional” terhadap semua unsur pada setiap sisi dalam proses pengambilan keputusan. Unsur-unsur tersebut diperhitungkan secara matang dan semua informasi dipertimbangkan tingkat reabilitasnya. Kemudian, untung rugi dari setiap tindakan yang direncanakan dianalisis secara komprehensif. U niversitas Mercu Buana
13
Tugas Akhir
5. Analisis sistem Analsis sistem bukanlah alternatif terbaik dalam mengelola organisasi tetapi merupakan instrument tambahan. b. Model McGrew Menurut McGrew (1985), hanya terdapat tiga pendekatan yaitu : 1. Rasional analitis Pendekatan proses pengambilan keputusan rasional memberi perhatian utama pada hubungan antara keputusan dengan tujuan dan sasarandaripengambilkeputusan. Suatu keputusan dapat rasional
jika
dapat dijelaskan dan dibenarkan dengan mengaitkannya dengan sasaran pengambil keputusan. 2. Intuitif emosional Pendekatan
proses
pengambilan
keputusan
intuitif
emosional
menyukai kebiasaan dan pengalaman, perasaan yang mendalam, pemikiran yang reflektif, dan naluri dengan menggunakan alam bawah sadar daripada tergantung pada fakta yang lengkap. Proses ini dapat didorong oleh naluri, orientasi kreatif dan konfrontasi kreatif. 3. Perilaku politis Pendekatan proses pengambilan keputusan perilaku politis merupakan pengambilan keputusan individual dengan melakukan pendekatan kolektif. Keputusan diambil kalau beberapa orang yang terlibat dalam proses itu U niversitas Mercu Buana
14
Tugas Akhir
menyetujui
bahwa
mereka
telah
menemukan
pemecahan.Mereka
melakukan hal ini dengan saling menyesuaikan diri dan berunding, mengikuti
peraturan
permainan
cara
pengambilankeputusan
dalam
organisasi pada masa lalu. 2..8 Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk Proses analisis keputusan membutuhkan adanya kriteria sebelum memutuskan pilihan dari berbagai alternatif yang ada. Menurut Sawicki (1992), kriteria menunjukkan definisi masalah dalam bentuk yang konkret dan kadangkadang dianggap sebagai sasaran yang akan dicapai. Analisis atas kriteria penilaian dilakukan untuk memperoleh seperangkat standar pengukuran, untuk kemudian dijadikan sebagai alat dalam membandingkan berbagai alternatif. Sifat-sifat yang harus diperhatikan dalam memilih kriteria pada setiap persoalan pengambilan keputusan adalah sebagai berikut : 1. Lengkap Suatu set kriteria disebut lengkap apabila mencakup semua aspek
penting
dalam persoalan tersebut dan dapat menunjukkan seberapa jauh seluruh tujuan dapat dicapai. 2. Operasional Kumpulan kriteria ini harus mempunyai arti bagi pengambil keputusan, dapat digunakan sebagai sarana untuk memberikan penjelasan atau untuk berkomunikasi dan juga mencakup sifat yang dapat diukur.
U niversitas Mercu Buana
15
Tugas Akhir
3. Tidak berlebihan Dalam menentukan set kriteria, tidak boleh terdapat kriteria yang pada dasarnya mengandung pengertian yang sama sehingga menghindarkan perhitungan berulang. 4. Minimum Dalam menentukan sejumlah kriteria perlu sedapat mungkin
mengusahakan
agar jumlah kriterianya sesedikit mungkin. Karena semakin banyak kriteria maka semakin sukar pula untuk dapat menghayati persoalan dengan baik, dan jumlah perhitungan yang diperlukan dalam analisis akan meningkat dengan cepat. 2..9 Teknik-Teknik Pengambilan Keputusan Terdapat beberapa teknik dalam memilih jenis produk atau alternatif pada kasus-kasus lain seperti : a) Metode AHP (Analytic Hierarchy Process) merupakan sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Suatu masalah yang kompleks dan tidak terstruktur dipecah ke dalam kelompok-kelompok kemudian diatur menjadi suatu bentuk hierarki (Permadi, 1992). b) Metode ANP (Analytic Network Process) merupakan pengembangan dari metode AHP. ANP mengijinkan adanya interaksi dan umpan balik dari elemen-elemen dalam cluster (inner dependence) dan antar cluster (outer dependence) (Saaty,1996).
U niversitas Mercu Buana
16
Tugas Akhir
c) Metode Promethee (Preference Ranking Organization Method for Enrichment Evaluation) merupakan suatu metode penentuan urutan (prioritas) dalam analisis multikriteria. Dominasi kriteria yang digunakan adalah penggunaan nilai dalam hubungan outranking (Brans et. al., 1986). d) Metode ME-MCDM (Non-numeric Multi Expert Multi Criteria Decision Making) merupakan suatu metode pengambilan keputusan dengan berbagai macam kriteria yang disediakan untuk mencari alternatif paling baik berdasarkan pendapt para expert yang tertuang dalam bentuk nonnumeric (secara kualitatif) terhadap situasi yang dihadapi (Marimin, 2004). 2.10.
Analitical Hierarchy Process (AHP) Proses pengambilan keputusan dalam Suryadi dan Ramdhani (1998) pada
dasarnya adalah memilih suatu alternatif. Peralatan utama Analitycal Hierarchy Process (AHP) adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Dengan hirarki, suatu masalah kompleks dan tidak terstruktur dipecahkan ke dalam kelompok-kelompoknya. Kemudian kelompok-kelompok tersebut diatur menjadi suatu bentuk hirarki. Pada dasarnya, metode AHP memasukkan pertimbangan dan nilai-nilai pribadi secara logis. Proses ini bergantung pada imajinasi, pengalaman dan pengetahuan untuk menyusun hierarki suatu masalah dan pada logika, intuisi, dan pengalaman utnuk memberi pertimbangan. Setelah diterima dan diikuti, AHP menunjukkan bagaimana menghubungkan elemen-elemen dari satu bagian masalah dengan elemen-elemen dari bagian lain untuk memperoleh hasil U niversitas Mercu Buana
17
Tugas Akhir
gabungan. Prosesnya adalah mengidentifikasi, memahami, dan menilai interaksiinteraksi dari suatu sistem sebagai satu keseluruhan (Saaty,1991). AHP yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, dapat memecahkan masalah yang kompleks dimana aspek atau kriteria yang diambil cukup banyak. Dari kriteria yang cukup banyak tersebut, adakalanya timbul masalah keputusan yang dirasakan dan diamati perlu diambil secepatnya, tetapi variasinya rumit sehingga datanya tidak mungkin dapat dicatat secara numerik, hanya secara kualitatif saja yang dapat diukur, yaitu berdasarkan persepsi pengalaman dan intuisi. Namun, tidak menutup kemungkinan, bahwa model-model lainnya ikut dipertimbangkan pada saat proses pengambilan keputusan dengan pendekatan AHP, khususnya dalam memahami para pengambil keputusan individual pada saat proses penerapan pendekatan ini (Suryadi dan Ramdhani, 1998).Secara grafis, persoalan keputusan AHP dapat dikonstruksikan sebagai diagram bertingkat, yang dimulai dengan goal/sasaran, lalu kriteria level pertama, subkriteria dan akhirnya alternatif (Marimin, 2004). AHP memungkinkan pengguna untuk memberikan nilai bobot relatif dari suatu kriteria majemuk (atau alternatif majemuk terhadap suatu kriteria) secara intuitif, yaitu dengan melakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparison). 2.11. Kelebihan Metode AHP Kelebihan metode Analytical Hierarchy Process dibandingkan dengan yang lainnya adalah (Suryadi dan Ramdhani, 1998): a) Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih, sampai pada subsubkriteria yang paling dalam. U niversitas Mercu Buana
18
Tugas Akhir
b) Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan. c) Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan. 2.12 Prinsip-Prinsip Dasar AHP a. Prinsip dasar kerja AHP adalah (Marimin, 2004): 1. Prinsip menyusun hierarki Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-unsurnya, yaitu kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hierarki. 2. Prinsip penilaian kriteria dan alternatif Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan. Menurut Saaty, untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. 3. Prinsip penentuan prioritas Untuk setiap kriteria dan subkriteria, perlu dilakukan perbandingan berpasangan (Pairwise Comparison). Nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif. 4. Prinsip konsistensi logis Elemen dikelompokkan secara logis dan konsisten dengan kriteria yang logis. 2.13. Langkah-langkah Metode AHP U niversitas Mercu Buana
19
Tugas Akhir
AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang multiobjektif dan multi-kriteria yang berdasar pada perbandingan preferensi dari setiap elemen dalam hirarki. Model ini merupakan suatu model pengambilan keputusan yang komprehensif. Pada dasarnya langkah-langkah dalam metode AHP meliputi (Suryadi dan Ramdhani, 1998): a). Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan. 1. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan subtujuan-subtujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif pada tingkatan kriteria paling bawah. 2. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria yang setingkat di atasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan “judgment” dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. 3. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh judgment seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan. 4. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pangambilan data diulangi. 5. Mengulangi langkah 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki. 6. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai vektor eigen merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk U niversitas Mercu Buana
20
Tugas Akhir
mensintesis judgment dalam penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan. 7. Memeriksa konsistensi hirarki. Jika nilainya lebih dari 10 persen maka penilaian data judgment harus diperbaiki. 2.14 Penyusunan Struktur Hierarki Keputusan Penyusunan hierarki masalah dapat membantu proses pengambilan keputusan yang terlibat dalam sistem. Sebagian besar masalah menjadi sulit dipecahkan karena proses pemecahannya tidak melihat masalah sebagai sebuah sistem dengan struktur tertentu. Suatu hierarki dalam AHP merupakan kumpulan elemen-elemen yang tersusun dalam beberapa tingkat, dimana tiap tingkat tersusun dari beberapa tingkat yang homogen, sebab elemen akan menjadi kriteria dan menjadi patokan bagi pembentukan elemen di bawahnya. Contohnya : berat merupakan kriteria bagi elemen massa dan gaya gravitasi dimana berat juga berada di bawah kriteria dimensi (Saaty, 1991). Terdapat beberapa sifat atau karakteristik yang harus diperhatikan dalam memilih kriteria pada proses pengambilan keputusan yaitu (Saaty, 1991): h) Lengkap à Semua elemen dalam satu tingkat memiliki setiap sifat yang ada pada tingkat berikutnya yang lebih tinggi. h) Operasional à Kriteria tersebut harus memiliki sifat kualitatif atau kuantitatif.
U niversitas Mercu Buana
21
Tugas Akhir
h) Terstruktur à Memillih kriteria yang mengandung pengertian yang berbeda, sehingga tidak melakukan perhitungan yang berulang-ulang. h) Minimum à Jumlah kriteria diharuskan seoptimal mungkin, karena apabila jumlah kriteria tidak optimal maka akan sukar dalam melakukan perhitungan. 2.15 Matrik Perbandingan Berpasangan Manusia dapat mengestimasi besaran sederhana melalui inderanya. Proses yang paling mudah adalah membandingkan dua hal dengan keakuratan perbandingan tersebut dapat dipertanggungjawabkan. Untuk itu Saaty (1980) menetapkan skala kuantitatif 1 sampai dengan 9 untuk menilai perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen terhadap elemen lain. Tabel 2.1 Skala penilaian perbandingan berpasangan
Intensitas Kepentingan
Keterangan
Penjelasan
1
Kedua elemen sama pentingnya
Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar tehadap tujuan
3
Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya
Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen lainnya
5
Elemen yang satu sangat penting daripada elemen yang lainnya
Pengalaman dan penilaian sangat kuat menyokong satu elemen dibandingkan elemen lainnya
7
Elemen yang satu jelas lebih penting daripada
U niversitas Mercu Buana
Satu elemen yang kuat disokong dan dominan terlihat 22
Tugas Akhir
elemen lainnya
dalam praktek
9
Elemen yang satu mutlak lebih penting daripada elemen lainnya
Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan
2, 4, 6, 8
Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan
Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi di antara dua pilihan
Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibanding dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding dengan i
Kebalikan
Sumber : Suryadi dan Ramdhani (1998) 2.16 Penghitungan Bobot Elemen Pada dasarnya formulasi matematis pada model AHP dilakukan dengan menggunakan suatu matriks. Misalkan, dalam suatu subsistem operasi terdapat n elemen
operasi,
perbandingan
yaitu
secara
elemen-elemen
berpasangan
operasi
A1,A2,...,An,
elemen-elemen
operasi
maka
hasil
tersebut
akan
membentuk matriks perbandingan. Perbandingan berpasangan dimulai dari tingkat hirarki paling tinggi, dimana suatu kriteria digunakan sebagai dasar pembuatan perbandingan. Selanjutnya perhatikan elemen yang akan dibandingkan.
U niversitas Mercu Buana
23
Tugas Akhir
A1
A2
…
An
A1
a 11
a 12
…
a1n
A2
a 21
a 22
…
a2n
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
An
an1
an2
…
ann
Gambar 2.1 Matriks Perbandingan Berpasangan Sumber : Suryadi dan Ramdhani (1998) Matriks An x n merupakan matriks resiprokal. Dan diasumsikan terdapat n elemen, yaitu w1, w2,…, wn yang akan dinilai secara perbandingan. Nilai (judgment) perbandingan secara berpasangan antara (wi, wj) dapat dipresentasikan seperti matriks tersebut. wi wj
= a (i, j ) ; i, j = 1, 2, …, n…………………………………………….….(2-1)
Dalam hal ini matriks perbandingan adalah matriks A dengan unsur-unsurnya adalah a ij dengan i, j = 1, 2, ..., n. Unsur-unsur matriks tersebut diperoleh dengan membandingkan satu elemen operasi terhadap elemen operasi lainnya untuk tingkat hierarki yang sama. Misalnya unsur a₁₁ adalah perbandingan kepentingan elemen operasi A1 dengan elemen operasi A1 sendiri, sehingga dengan sendirinya nilai unsur a11 adalah sama dengan 1. Dengan cara yang sama maka diperoleh semua unsur diagonal matriks U niversitas Mercu Buana
24
Tugas Akhir
perbandingan sama dengan 1. Sedangkan nilai unsur a12 adalah perbandingan kepentingan elemen operasi A1 terhadap elemen operasi A2. Besarnya nilai a21 adalah 1/a12, yang menyatakan tingkat intensitas kepentingan elemen operasi A2 terhadap elemen operasi A1. Rataan Geometris merupakan teori yang menyatakan bahwa jika terdapat n partisipan yang telah melakukan perbandingan berpasangan terhadap suatu topik yang sama, maka akan terdapat n jawaban atau nilai numerik untuk setiap pasangan. Untuk mendapatkan satu nilai dari semua nilai tersebut, masing-masing nilai harus dikalikan satu sama lain kemudian hasil perkaliannya dipangkatkan dengan 1/n. Secara matematik dapat ditulis sebagai berikut :
A ij = (Z₁ x Z₂ x Z₃ x … x Zn)
Dimana :
A ij
1/ n
……………………………………………(2-2)
= nilai rata-rata perbandingan antara kriteria a i dengan a j
untuk partisipan
Zi ke-i n
= nilai perbandingan antara kriteria a i dengan a j untuk partisipan
dimana i = 1, 2, 3, …, n = jumlah partisipan Bila vektor pembobotan elemen-elemen operasi A1, A2,…, An tersebut
dinyatakan sebagai vektor W, dengan W = (W1, W2,…, Wn), maka nilai intensitas kepentingan elemen operasi A1 dibandingkan A2 dapat pula dinyatakan sebagai perbandingan bobot elemen operasi A1 terhadap A2 yakni W1/ W2 yang sama
U niversitas Mercu Buana
25
Tugas Akhir
dengan a12, sehingga matriks perbandingan pada Gambar 2-8. dapat pula dinyatakan sebagai berikut.
A1
A2
…
An
A1
w1/w1
w1/w2
…
w2/wn
A2
w2/w1
w2/w2
…
w2/wn
.
.
.
.
.
An
wn/w1
wn/w2
…
wn/wn
∑ A1
∑ A2
…
∑ An
Gambar 2.2 Matriks Perbandingan Preferensi Nilai-nilai w i /w j , dengan i, j = 1, 2, …, n, diperoleh dari partisipan, yaitu orangorang yang berkompeten dalam permasalahan yang dianalisis. Bila matriks ini dikalikan dengan vektor kolom W = (W1, W2,…, Wn), maka diperoleh hubungan : AW = nW…………………………………………………………………....(2-3) Bila matriks A diketahui dan ingin diperoleh nilai W, maka dapat diselesaikan melalui persamaan berikut : [A – n I] W = 0 ………………………………………………………………(2-4) dimana I adalah matriks identitas. Persamaan (2-4) ini dapat menghasilkan solusi yang tidak nol bila (jika dan hanya jika) n merupakan eigenvalue dari A dan W adalah eigenvector-nya.
U niversitas Mercu Buana
26
Tugas Akhir
Setelah eigenvalue matriks perbandingan A tersebut diperoleh, misalnya λ1, λ2, …, λx, dan berdasarkan matriks A yang mempunyai keunikan, yaitu aii= 1 dengan i = 1, 2, …, n, maka : n
ål i =1
1
= n ……………………………………………………………….(2-5)
Di sini semua eigenvalue bernilai nol, kecuali satu yang tidak nol, yaitu eigenvalue maksimum. Kemudian jika penilaian yang dilakukan konsisten, akan diperoleh eigenvalue maksimum dari A yang bernilai n. Untuk mendapatkan W, maka dapat dilakukan dengan mensubstitusikan harga eigenvalue maksimum pada persamaan : AW = l maks W…………………………………………………………….….(2-6) Selanjutnya persamaan (2-4) dapat diubah menjadi : [ A - l maks I ] W = 0 ……………………………………………………….…(2-7) Untuk memperoleh harga nol, maka yang perlu diset adalah : A - l maks I = 0 ……………………………………………………………..…(2-8) berdasarkan persamaan (2-8) dapat diperoleh harga l maks . Dengan memasukkan harga l maks ke persamaan (2-7) dan ditambah dengan persamaan:
n
åW i =1
2 i
= 1 …………………………………………………………………...(2-9)
U niversitas Mercu Buana
27
Tugas Akhir
maka akan diperoleh bobot masing-masing elemen operasi (Wi, dengan i = 1, 2, …, n) yang merupakan eigenvector yang bersesuaian dengan eigenvalue maksimum. 2.17 Penghitungan Konsistensi Matriks bobot yang diperoleh dari hasil perbandingan secara berpasangan tersebut, harus mempunyai hubungan kardinal dan ordinal, sebagai berikut (Suryadi dan Ramdhani, 1998): Hubungan Kardinal
: aij. ajk = aik
Hubungan Ordinal
: Ai> Aj, Aj> Ak, maka Ai> Ak
a. Hubungan di atas dapat dilihat dari dua hal sebagai berikut : 1. Dengan melihat preferensi multiplikatif, misalnya bila anggur lebih enak 4 kali dari mangga, dan mangga lebih enak 2 kali dari pisang, maka anggur lebih enak 8 kali dari pisang. 2. Dengan melihat preferensi transitif, misalnya anggur lebih enak dari mangga, dan mangga lebih enak dari pisang, maka anggur lebih enak dari pisang. Pada keadaan sebenarnya akan terjadi beberapa penyimpangan dari hubungan tersebut, sehingga matriks tersebut tidak konsisten sempurna. Hal ini terjadi karena ketidakkonsistenan dalam preferensi seseorang. Contoh konsistensi preferensi :
U niversitas Mercu Buana
28
Tugas Akhir
i j é êi 1 4 ê ê j 1/ 4 1 ê A = ëk 1 / 2 2
k ù 2 úú 1 / 2ú ú 1 û
Matriks A konsisten karena : aij. ajk= aik
→
4 . 1/2 = 2
aik. akj= aij
→
2.2=4
ajk. aki= aji
→
1/2 . 1/2 = ¼
Dalam teori matriks diketahui bahwa kesalahan kecil pada koefisien akan menyebabkan
penyimpangan
kecil
pula
pada
eigenvalue.
Dengan
mengkombinasikan apa yang telah diuraikan sebelumnya, jika diagonal utama dari matriks A bernilai satu dan jika A konsisten, maka penyimpangan kecil dari aij akan tetap menunjukkan eigenvalue terbesar,
l maks , nilainya akan mendekati n
dan eigenvalue sisanya akan mendekati nol. Penyimpangan dari konsistensi dinyatakan dengan Indeks Konsistensi, dengan persamaan :
CI =
lmaks - n ……………………………………………………………..(2-10) n -1
Dimana :
l maks
= eigenvalue maksimum
n
= ukuran matriks
U niversitas Mercu Buana
29
Tugas Akhir
Indeks Konsistensi (CI); matriks random dengan skala penilaian 9 (1 sampai dengan 9) beserta kebalikannya sebagai Indeks Random (RI). Berdasarkan perhitungan Saaty dengan menggunakan 500 sampel, jika ”judgment” numerik diambil secara acak dari skala 1/9, 1/8, …, 1, 2, …, 9 akan diperoleh rata-rata konsistensi untuk matriks dengan ukuran yang berbeda, sebagai berikut : Tabel 2.10 Nilai Indeks Randomerbandingan antara CI dan RI untuk suatu matriks didefinisikan sebagai Rasio Konsistensi (CR), secara matematis dinyatakan sebagai berikut : CI CR = ……………………………………………………………….…..(2-11) RI Untuk model AHP, matriks perbandingan dapat diterima jika Nilai Rasio Konsistensi ≤ 0.1. 2.18. KUESIONER 1. Perancangan Kuesioner Tahapan – tahapan logis untuk membuat suatu kuesioner yang baik antara lain : 2. Menetapkan Tujuan Dilakukan untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan survei. 3. Memilih jenis pertanyaan yang baik dan cocok Ada 3 jenis pertanyaan yang digunakan dalam merancang sebuah kuesioner yaitu :
U niversitas Mercu Buana
30
Tugas Akhir
1. Pertanyaan terbuka Pertanyaan yang tidak menggiring ke jawaban yang sudah ditentukan dan tinggal dipilih dari alternatif yang ditawarkan. Contoh : Menurut pendapat anda merk mie instant apa yang paling disukai anak–anak? 2. Pertanyaan tertutup Pertanyaan yang sudah menggiring ke jawaban yang alternatif sudah ditetapkan (ya atau tidak). Contoh : apakah anda tidak tahu tugas akhir akan dikumpulkan minggu depan ? ( 1 ) Ya
( 2 ) Tidak
3. Kombinasi pertanyaan tertutup dan terbuka Penggunaan pertanyaan yang menggunakan unsur pertanyaan
terbuka
dan tertutup. 4. Mengikuti aturan dalam membuat pertanyaan Terdapat 9 aturan dalam membuat suatu pertanyaan yang baik yaitu : Menggunakan kata-kata sederhana. 1. Gunakan kata-kata sederhana yang diketahui oleh semua responden dan hindari istilah yang terlalu rumit sehingga mengakibatkan responden kurang atau tidak mengerti. 2. Mengusahakan pertanyaan yang jelas dan khusus. 3. Menggunakan pertanyaan yang berlaku bagi semua responden. U niversitas Mercu Buana
31
Tugas Akhir
4. Berkaitan dengan masalah dan tujuan penelitian. 5. Pertanyaan harus berkaitan dengan masalah penelitian dan tujuan utama dalam penelitian, dan usahakan setiap pertanyaan dimaksudkan untuk memancing informasi yang dapat digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. 6. Tidak ambigu. 7. Pertanyaan harus jelas dan tidak mengandung tafsir majemuk. 8. Tidak menggiring. 9. Pertanyaan tidak menggiring untuk memberikan alternatif jawaban tertentu. 10. Tidak memuat informasi yang tidak dimiliki oleh responden. 11. Tidak memuat hal-hal yang bersifat pribadi. 12. Pertanyaan tidak boleh memuat hal – hal yang bersifat pribadi sehingga responden mungkin menolak untuk menjawabnya. 13. Tidak bersifat klise. 14. Pertanyaan tidak boleh bersifat klise, sehingga jawabannya juga cenderung klise (stereotip). a). Skala Pengukuran Skala merupakan prosedur pemberian angka atau simbol kepada sejumlah ciri dari suatu objek agar dapat menyatakan karakteristik angka pada ciri tersebut. Jadi kita memberikan skala angka pada suatu objek tertentu, Atau skala merupakan pemberian angka-angka terhadap benda atau peristiwa dengan kaidah tertentu dan menunjukkan bahwa kaidah yang berbeda menghendaki skala yang berbeda pula.Skala ini terdiri dari 4 macam yaitu : U niversitas Mercu Buana
32
Tugas Akhir
b). Skala Nominal Skala ini berupa angka yang diberikan kepada suatu kategori, tidak menggambarkan kedudukan kategori tersebut terhadap kategori lainnya, tetapi hanya sekedar kode maupun label. c). Skala Ordinal Pada skala ini, angka yang diberikan mengandung pengertian tingkatan. Skala ini mengurutkan data dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi atau sebaliknya dengan interval yang tidak harus samaSkala d). Interval Pada skala ini, angka yang diberikan kepada suatu set obyek yang mempunyai sifat-sifat skala ordinal dan ditambah satu sifat lain, yaitu jarang yang sama pada pengukuran interval menunjukkan jarak yang sama dari ciri atau sifat obyek atau karakteristik yang diukur. f) Skala Rasio Ukuran pada skala ini mempunyai nilai nol yang sama dan dapat diperbandingkan. Angka pada skala ini merupakan ukuran yang sebenarnya dari data kuantitatif. h) Model Model merupakan representasi atau abstraksi sederhana dari realitas. Model biasanya disederhanakan karena realitas terlalu kompleks untuk digambarkan secara tepat dan karena banyak dari kompleksitas tersebut secara U niversitas Mercu Buana
33
Tugas Akhir
aktual tidak relevan untuk memecahkan masalah khusus. Model dapat merepresentasikan sistem atau masalah dengan berbagai tingkatan abstraksi (Aronson et al 2005). h)
Karakteristik Model Model dapat digunakan untuk menggambarkan sekumpulan pemikiran-
pemikiran, mengadakan evaluasi, dan untuk memprediksi kemampuan sistem, sehingga diperoleh perancangan terbaik tanpa membutuhkan konstruksi seluruh kenyataan ilmiahnya. Secara rinci, Siregar (1997) menyebutkan kegunaan model terhadap fenomena yang diselidiki, sebagai berikut: 1. Memberikan gambaran (description) 2. Memberikan penjelasan (explanation), dan 3. Memberikan ramalan (Prediction). Agar model yang sudah dibuat bermanfaat sesuai dengan yang diinginkan pemodel, maka menurut siregar (1997) model tersebut harus memiliki empat karakteristik sebagai berikut: 1. Mempunyai tingkat generalisasi yang tinggi 2. Semakin tinggi tingkat generalisasi suatu model, maka semakin baik model itu sebab semakin besar kemampuannya untuk memecahkan masalah. 3. Mempunyai mekanisme yang transparan
U niversitas Mercu Buana
34
Tugas Akhir
4. Suatu model yang baik adalah model yang mampu menjelaskan kembali mekanisme pemecahan masalah yang dilakukan tanpa ada yang disembunyikan. Misalnya jika ada suatu formula, maka formula itu harus dapat diterangkan kembali darimana asalnya. 5. Memiliki potensi untuk dikembangkan 6. Model yang baik harus mempu menarik minat peneliti lain untuk melanjutkan penyelidikannya. Model itu juga membuka kemungkinan penyelidik lainnya untuk dapat mengembangkannya menjadi model yang lebih kompleks dan berdaya guna untuk menjawab masalah sistem nyata. 7. Mempunyai kepekaan terhadap perubahan asumsi 8. Model yang baik harus selalu memberi celah kepada penyelidik lain untuk membangkitkan asumsi lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa proses pemodelan tidak akan pernah berakhir. Klasifikasi Model Menurut Simatupang (1995), sudut pandang pembuat model dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu: 1. Tata nilai yang dianut oleh pemodel 2. Ilmu dan pengetahuan yang dimiliki 3. Pengalaman yang berhubungan dengan masalah yang dapat dimodelkan Oleh karena itu, model yang dihasilkan juga dapat ditampilkan dalam berbagai cara, dan masing-masing model itupun juga dapat dimasukkan dalam
U niversitas Mercu Buana
35
Tugas Akhir
jenis atau kelas tertentu. Pengklasifikasian model-model itu penting karena dapat membantu pemahaman kita terhadap prospek penggunaannya dalam aplikasi bisnis. Menurut beberapa pakar, seperti Murdick et al yang dikutip oleh Simatupang (1995), dan Arifin (1991) model dapat diklasifikasikan menjadi delapan kelas yaitu: Berdasarkan fungsi Terdapat 3 jenis model yang termasuk dalam kelas ini yaitu: 1. Model Deskriptif; model ini hanya memberikan gambaran dari sistem nyata tentang kondisi atau kegiatan sekarang atau masa lalu tanpa berusaha memprediksi atau memberi rekomendasi. 2. Model Prediktif; model ini berusaha menjelaskan hubungan variabel terikat untuk meramalkan hasil dari kondisi tertentu dan memungkinkan untuk membuat percobaan dengan pernyataan “Jika.........Maka”. 3. Model Normatif; model ini memberikan jawaban terbaik dari beberapa kemungkinan yang ada terhadap sebuah masalah, dan juga memberikan rekomendasi untuk mengambil langkah-langkah atau tindakan-tindakan untuk mengoptimalkan beberapa keuntungan atau nilai. Masalah dari model ini beasanya berbentuk: penemuan nilai-nilai dari variabel yang dapat dikendalikan yang dapat memberikan manfaat paling besar seperti yang diukur oleh variabel hasil terhadap kriteria pencapaian tujuan. Kesukaran utama dari model ini adalah menetapkan kriteria yang tepat dalam memilih jawaban terbaik.
U niversitas Mercu Buana
36
Tugas Akhir
Berdasarkan struktur 1. Berdasarkan acuan waktu Model-model acuan waktu Model-model yang termasuk dalam kelas ini adalah: a) Model Ikonis; model ini mengambil sebagian dari sifat fisik dari hal-hal yang diwakili mereka, sehingga menyerupai sistem yang sebenarnya namun dalam skala berbeda. b) Model Analog; komponen dari model ini dibentuk dari substitusi komponen-komponen dari masalah yang akan dimodelkan, sehingga model ini dapat menggambarkan situasi dinamik yang dapat digunakan untuk perkiraan dan pengendalian. c) Model Simbolik; model ini Kekurangan dari model ini adalah hasilnya mungkin sukar diinterpretasikan, dan bahkan asumsi-asumsi dari model ini tidak cukup dikemukakan.. Peramalan dan pemecahan secara optimal dapat diperoleh dari model ini adalah: d) Model Statik; model statik tidak berubah oleh pengaruh waktu. e) Model Dinamik; menunjukkan perubahan kebiasaan akibat aktivitasaktivitasnya. Perubahan itu dapat diturunkan sebagai fungsi dari waktu, sehingga
model-model
ini
menganggap
waktu
sebagai
variabel
bebas.menggunakan bermacam-macam simbol untuk menjelaskan aspek dunia nyata dengan menggunakan metode matematika, statistika, dan logika.
U niversitas Mercu Buana
37
Tugas Akhir
2. Berdasarkan Acuan tingkat ketidakpastian Termasuk kedalam model ini adalah: a) Model Deterministik; diambil daari suatu kelompok yang khusus dari nilai-nilai input dan dari nilai ini diharapkan adanya output tertentu yang ditetapkan secara unik yang merupakan pemecahan dari sebuah model dalam situasi yang pasti. b) Model Probabilistik; merupakan model yang mencakup distribusidistribusi kemungkinan dalam model ini sifat alamiah pengambil keputusan berada dalam pengendalian lawan. c) Model tak pasti (uncertainty); dikembangkan untuk menghadapi ketidakpastian mutlak. Dalam model ini, kondisi masa depan dan probabilitasnya
tidak
diketahui.
Pertimbangan
dalam
model
ini
berdasarkan pertimbangan, utilitas dan resiko melalui probabilitasuntuk input-input dan memberikan serangkaian nilai dari sekurang- kurangnya satu variabel output dengan probabilitas yang berkaitan pada tiap nilai. Model ini bersifat alamiah dan membantu dalam proses pengambilan keputusan yang dinyatakan probabilitasnya. 2.10. Model Konflik;. 1. Berdasarkan Derajat Generalisasi terbagi menjadi: a) Model Umum; model umum dunia usaha adalah model yang dapat diterapkan dalam berbagai bidang fungsional dari usaha, dan juga dapat dipakai untuk beberapa jenis masalah yang berbeda. U niversitas Mercu Buana
38
Tugas Akhir
b) Model Spesifik/khusus; merupakan model-model yang dapat digunakan dalam bidang fungsional tunggal atau hanya digunakan untuk masalah tertentu. 2. Berdasarkan Acuan Lingkungan terdiri dari: a) Model Terbuka; mempunyai satu atau lebih variabel eksogen yaitu variabel yang berasal dari lingkungan eksternal. Model ini memiliki interaksi dengan lingkungannya dalam bentuk pertukaran informasi, material atau energi. b) Model Tertutup; model ini tidak memiliki interaksi dengan lingkungannya. Variabel yang dimilikinya semuanya endogen yaitu berasal dari lingkungan terkendali dan internal. 3. Berdasarkan Derajat Kuantifikasi terdiri dari: a) Model Kualitatif; menggambarkan kualitas (baik/buruknya) suatu realita. Model ini dapat dikelompokkan menjadi model mental dan model verbal. Model mental adalah, suatu model yang menggambarkan titik awal dari abstraksi
pengambil
keputusan
dalam
memahami
masalah
yang
dimodelkan. b) Model
Kuantitatif;
merupakan
model
yang
variabelnya
dapat
dikuantifikasikan. Model kuantitatif terdiri dari model statistik, optimasi, heuristik, dan simulasi. 4. Berdasarkan Dimensi terdiri dari:
U niversitas Mercu Buana
39
Tugas Akhir
a) Model dua dimensi;memiliki dua dimensi penentu sehingga modelnya sangat sederhana. b) Model multidimensi; mempunyai banyak faktor penentu atau mempunyai lebih dari dua variabel. 2.19. Proses Pemodelan Model merupakan penyederhanaan suatu masalah, sehingga model yang baik haruslah menggambarkan bagian-bagian yang perlu saja, dengan kata lain suatu model selalu mengandung pengertian simplifikasi dan abstraksi. Proses pemodelan dilakukan menurut tahapan sebagai berikut: 1. Identifikasi permasalahan dan tujuan 2. Perumusan masalah merupakan langkah awal yang paling kritis dalam pengembangan model, karena jika permasalahan yang dirumuskan salah maka konsekuensi logisnya adalah model yang dibangun tidak akan menyelesaikan masalah yang dihadapi. 3. Untuk
merumuskan
permasalahan
diperlukan
kreativitas,
karena
permasalahan harus dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Oleh karena itu perumusan masalah seringkali harus melalui tahapan: a)
Eksplorasi
b)
Seleksi
c)
Formulasi
U niversitas Mercu Buana
40
Tugas Akhir
d)
Pendefinisian Sistem Pendefinisian
sistem
dilakukan
berdasarkan
perumusan
masalah dan tujuan yang telah ditetapkan pada langkah sebelumnya. Masalah yang menjadi obyek perhatian diuraikan menurut elemenelemennya sehingga gambaran sistemnya akan semakin jelas. 4. Identifikasi Variabel Terdapat tiga jenis variabel yang perlu didefinisikan yaitu: a)
Variabel bebas, yang merupakan keberhasilan sistem
b)
Variabel yang dapat dikendalikan
c)
Variabel yang tidak dapat dikendalikan
Dalam mengidentifikasikan variabel yang perlu dipertimbangkan adalah: relevan, minimum, lengkap dan operasional. 5. Formulasi Model Formulasi model harus mencerminkan bagaimana perilaku sistem dalam mencapai tujuan. Perilaku itu digambarkan melalui relasi antar variabel. Pada dasarnya terdapat tiga relasi yang mungkin terjadi: a) Faktor ketersediaan data b) Faktor kuantitas data c) Faktor kualitas data d) Faktor variabilitas data e) Parameterisasi Model U niversitas Mercu Buana
41
Tugas Akhir
6. Parameterisasi Model merupakan proses penentuan parameter-parameter darimodel yang telah dikembangkan berdasarkan permasalahan dan tujuan studi. 7. Estimasi parameter memerlukan data sebagai hasil pengamatan oleh karena itu estimasi ini perlu mempertimbangkan: a) Faktor ketersediaan data b) Faktor kuantitas data c) Faktor kualitas data d) Faktor variabilitas data 8. Metode yang dapat digunakan dalam melakukan estimasi parameter adalah: a) Metode obyektif, misalnya metode statistik b) Metode subyektif, misalnya pendapat pakar, metode delphi 9. Kombinasi antara kedua metode diatas a). Validasi Model Sebagaimana telah dikemukakan model adalah representasi dari suatu sistem. Untuk dapat menyatakan suatu model merupakan model yang baik tidak cukup dengan hanya melihat model tersebut sudah menggambarkan sistem yang sesungguhnya, karena kepentingan suatu model adalah dapat diimplementasikan. Oleh sebab itu, diperlukan validasi model yang meliputi aspek sebagai berikut: a) Kemampuan model dapat menggambarkan kembali sistem lamanya U niversitas Mercu Buana
42
Tugas Akhir
b) Kemampuan model untuk dapat digunakan c) Manfaat yang dapat dihasilkan oleh model d) Biaya yang diperlukan b). Implementasi Model Agar model dapat diimplementasikan, maka pengembang perlu melibatkan pengambil keputusan dan pemakai model. Bagi pengambil keputusan pertimbangannya pada efisiensi dan efektifitas model dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Sedangkan pertimbangan yang perlu dipikirkan oleh perancang model adalah faktor-faktor yang mungkin dapat menjadi penghambat dalam implementasi.
U niversitas Mercu Buana
43
Tugas Akhir
Gambar 2.3 Langkah-langkah Pemodelan
U niversitas Mercu Buana
44
Tugas Akhir
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian merupakan suatu proses berpikir secara sistematis melalui tahapan-tahapan penelitian untuk mengidentifikasi, merumuskan, memecahkan, menganalisa hingga penarikan suatu kesimpulan akhir dari permasalahan yang sedang dihadapi. Sebelum melakukan penelitian, metodologi penelitian harus ditetapkan terlabih dahulu agar penelitian yang sedang dijalani dapat lebih terarah
sehingga memudahkan
peneliti untuk menganalisa
permasalahan yang ada. Dibawah ini akan dipaparkan secara singkat dan jelas tahapan-tahapan yang dilakukan pada penelitian ini: 1. Tahap Pendahuluan
U niversitas Mercu Buana
45
Tugas Akhir
Hal pertama yang harus dilakukan pada saat memulai suatu penelitian adalah dengan melakukan penelitian pendahuluan. Penelitian ini merupakan suatu tahapan pertama yang bertujuan untuk mengidentifikasi masalah yang ada sistem jenis produk pada perusahaan. Penelitian pendahuluan diawali dengan melakukan pengamatan langsung ke perusahaan, selain itu dengan mengadakan wawancara terhadap orang-orang atau bagian-bagian dari perusahaan yang terlibat, sehingga diharapkan si peneliti mendapatkan gambaran umum dari permasalahan yang ada pada perusahaan. 2. Tahap pengumpulan Data Setelah dilakukan penelitian pendahuluan, Permasalahan yang terjadi pada PT. Timuraya Tunggal dalam pemilihan jenis produk adalah hasil keputusan yang diambil terasa belum maksimal. Hal ini disebabkan karena dalam pemilihan jenis produkr, prosedur yang diterapkan kurang baku dan belum adanya suatu pengukuran yang baik dalam hal pemilihan jenis produk. Oleh karena itu dibutuhkan suatu model pemilihan jenis produk yang baik, dimana di dalamnya terdapat suatu gambaran yang jelas yang merepresentasikan elemen-elemen yang diperlukan dalam pemilihan jenis produk 3. Tahap Pengolahan Data Studi pustaka dilakukan dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan serta pegangan pada peneliti untuk melakukan penelitian yang sedang dijalankan. Studi pustaka sangat berguna bagi peneliti untuk menentukan data apa saja yang harus dikumpulkan, metode-metode yang digunakan untuk pengolahan data, dan sumber informasi untuk memberikan kesimpulan yang tepat dari penelitian yang U niversitas Mercu Buana
46
Tugas Akhir
dikerjakan. Studi pustaka bisa didapatkan dalam berbagai bentuk diantaranya buku-buku referensi, materi-materi perkuliahan yang terkait, artikel dari media cetak, jurnal-jurnal ilmiah, serta literatur-literatur lainnya yang berhubungan dengan penelitian yang sedang dikerjakan. 4. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian tugas akhir ini adalah : 1. Mengetahui jenis produk Almunium Sulfate (Penjernih Air) yang di inginkan konsumen 2. Mengetahui jenis produk Almunium Sulfate (Penjernih Air) yang di inginkan konsumen dengan metode Analytic Hierarchy Process (AHP). 3.2 Pengumpulan Dan Pengolahan Data Pada pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa 2 metode pengumpulan, yang pertama yaitu dengan mengumpulkan data historis, dan yang kedua adalah dengan melakukan wawancara dengan pihak yang terkait pihakpihak atau bagian-bagian yang terkait di PT Timuraya Tunggal. Adapun data yang dikumpulkan untuk menunjang tugas akhir ini adalah: 1. Sejarah Perusahaan. 2. Visi dan Misi Perusahaan 3. Struktur Organisasi Perusahaan 4. Produk yang dipasarkan
U niversitas Mercu Buana
47
Tugas Akhir
5. Bahan baku yang diperlukan 3.2.1 PENGOLAHAN DATA 3.2.1.1 Formulasi Model Pemilihan jenis produk Agar model dapat diformulasikan dengan baik, sebelumnya harus diketahui terlebih dahulu elemen-elemen apa saja yang terdapat pada pemilihan jenis produk. Setelah itu menentukan metode perhitungan yang tepat untuk pemilihan jenis produk, pembobotan kriteria dan alternatif dan validasi model, dan yang terakhir adalah pengolahan data berdasarkan metode yang dipilih. 3.2.1.2 Identifikasi Kriteria, dan Alternatif Tahap pertama dalam memformulasikan model pemilihan jenis produk agar dapat merepresentasikan keadaaan yang sebenarnya yaitu dengan mengidentifikasi kriteria,
dan alternatif yang terkait dalam pemilihan jenis
produk pada PT Timuraya Tunggal. Elemen-elemen ini didapatkan dari data historis dan dengan melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait di PT Timuraya Tunggal 3.2.1.3 Penentuan Model Pemilihan jenis produk Pada tahap kedua, yaitu tahap menentukan model untuk pemilihan jenis produk Untuk mengetahui dengan pasti metode apa yang terbaik dalam memilih jenis produk di PT. Timuraya Tunggal, diadakan pengisian kuesioner identifikasi keterkaitan untuk kriteria,
dan alternatif yang terdapat pada pemilihan jenis
produk. Jika ada keterkaitan antara satu elemen dengan elemen lainnya, proses
U niversitas Mercu Buana
48
Tugas Akhir
pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP). 3.2.1.4 Pembobotan Kriteria, dan Alternatif dan Validasi Model Setelah melalui penentuan model perhitungan yang terbaik, tahap selanjutnya adalah melakukan pembobotan terhadap kriteria,
dan alternatif.
Tahap ini dilakukan dengan cara melakukan perbandingan berpasangan yang diisi oleh pakar dalam pemilihan jenis produk di PT Timurya Tunggal. Setelah itu agar model yang dipakai merupakan representasi dari keadaan yang sebenarnya, dilakukan uji validasi model dengan melakukan uji konsistensi perbandingan berpasangan agar sebelum dilakukan perhitungan lebih lanjut, bobot yang sudah didapatkan merupakan bobot yang valid. 3.2.1.5 Implementasi Model Pada tahap implementasi, model diolah berdasarkan metode terpilih hingga mendapatkan prioritas bobot dari kriteria dan alternatif. 3.2.1.6 Analisa Pada tahap analisa, akan dianalisa hasil dari implementasi berdasarkan model yang sudah dibuat sebelumnya. Analisa meliputi prioritas antar kriteria, . Dan analisa tentang prioritas alternatif yang didapatkan. 3.2.1.7 Kesimpulan dan Saran Pada bab ini akan dijelaskan kesimpulan-kesimpulan yang bisa diambil dari bab-bab sebelumnya. Selain itu, penulis juga memberikan saran-saran yang
U niversitas Mercu Buana
49
Tugas Akhir
konkret dan bisa menjadi bahan pertimbangan bagi PT Timuraya Tunggal dalam melakukan pemilihan jenis produ III.9 FLOWCHART METODOLOGI PENELITI Mulai
Penelitian Pendahuluan
Identifikasi Masalah Studi Pustaka Tujuan Penelitian 1. Mengetahui jenis produk Almunium Sulfate (Penjernih Air) yang di inginkan konsumen. 2. Mengetahui jenis produk Almunium Sulfate (Penjernih Air) dengan metode Analitycal Herarchy Process (AHP)
Pengumpulan Data 1. 2. 3. 4. 5.
Sejarah Perusahaan. Visi dan Misi Perusahaan Struktur Organisasi Perusahaan Produk yang dipasarkan Bahan baku yang diperlukan
A Gambar 3.1 Diagram alir metodologi penelitian
U niversitas Mercu Buana
50
Tugas Akhir
A
Formulasi Model 1. 2. 3.
Identifikasi Kriteria dan Alternatif Penggambaran Model Pemilihan Pembobotan Kriteria dan Alternatif 4. Perbandingan Berpasangan
Implementasi Model
Analisa
Kesimpulan dan Saran
Selesai
Gambar 3.1 Diagram alir metodologi penelitian (lanjutan)
U niversitas Mercu Buana
51
Tugas Akhir
Menentukan
Ada Keterkaitan
Metode Analytic HeirarcyProcess (AHP)
1
Gambar3.2 Struktur Hirarki Model Pemilihan jenis produk
U niversitas Mercu Buana
52
Tugas Akhir
1
Menyusun Kuisoner Perbandingan Berpasangan
Penyebaran Kuisoner
Hitung Bobot prioritas Kriteria dan Alternatif
Hitung Bobot Prioritas Global
Metode AHP(Analytic Heirarcy Process)
Pilih Alternatif dengan Bobot terbesar
Gambar 3.3 Struktur Hirarki Pemilihan jenis produk dengan menggunakan AHP
U niversitas Mercu Buana
53
Tugas Akhir
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan penulis dalam penelitian tugas akhir ini dilakukan dengan tiga cara yaitu sebagai berikut : 1. Penelitia langsung (observasi) Penelitian dilakukan dengan cara ikut mengamati secara langsung diperusahaan mengenai proses produksi pembuatan Almunium Sulfate 2. Melakukan Wawancara Dalam penelitian ini, penulis juga memperoleh data/informasi mengenai proses pembuatan Almunium Sulfate dari bahan mentah hingga bahan jadi. U niversitas Mercu Buana
54
Tugas Akhir
3. Melakukan kuisioner Dalam penelitian ini, penulis juga memperoleh data/informasi dari para pelanggan mengenai produk mana yang mereka sering gunakan 4. Melakukan Study Pustaka Selain tiga cara diatas, untuk mendukung pengetahuan/ilmu tentang penelitian ini, penulis melakukan studi leterature karena dapat membantu penulis dapat melengkapi teori-teiri yang berhubungan dengan apa yang ingin penulis peroleh. Data yang diperoleh dan dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Sejarah perusahaan, struktur organisasi, dan kegiatan produksi yang dilakukan. 2. Cara penggunaan dan penerapan metode pengambbilan keputusan dengan AHP. 4.1.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan Sejak permulaannya di tahun 1979, PT. Timuraya Tunggal telah menjadi suatu kekuatan yang kompetitif di Industri bahan kimia Indonesia, PT. Timuraya Tunggal bergerak dibidang industri kimia. Bahan kimia, mutu penyediaan yang tinggi persis sama benar cakupan luas dari bisnis dan industri. PT. Timuraya Tunggal membuat dan menjual dasar dan produk agro yang kimia yang mencakup asam belerang, Cuka Sulfamic, Aluminum Sulfate, Sulfate Kalium, Zatair-Khlor, dan Alkyl/Alkil Cuka benzen Sulfonic. Itu adalah satu-satunya produsen dari Cuka Sulfamic di dalam Indonesia dan tergolong di antara produsen yang paling U niversitas Mercu Buana
55
Tugas Akhir
besar lima dunia dari produk ini. Campuran di atas dua dekade dari mengalami dengan teknologi modern dan manajemen profesional, hari ini Timuraya menyampaikan Mutu dan Satisfaction/Kepuasan persis sama benar bertumbuh dasar dari pelanggan, baik dalam Indonesia dan di seluruh dunia Tahun 1979 Penetapan dari PT. Timuraya Tunggal, dengan pabrik nya yang pertama membangun pada luas tanah 45,000 m2 lokasi di Tangerang, Pulau Jawa Barat. Tahun 1980 Mulai operasi komersil dengan memproduksi Asam Belerang, Aluminum Sulfate, dan Alkyl/Alkil dan Cuka benzen Sulfonic. Tahun 1991 Memelopori produksi dari Cuka Sulfamic di Indonesia. Dengan umlah Unit produksi yang baru ini mempunyai suatu kapasitas yang tahunan 7,200 ton tahun 1993 Sejalan dengan Perkembangan perusahaan dan tuntutannya meningkat dan pelanggan percaya kepada produk kami dan diperluas dengan membangun suatu anak perusahaan yang baru pada luas tanah 140,000 m2 yang berlokasi di Karawang, Pulau Jawa Barat. Pada tahun 1995 perusahaan diKarawang dapat memproduksi Asam Belerang, Aluminum Sulfate, dan Cuka Sulfamic, dan mulai operasi komersil. pada tahun1999 Setelah kerusakan karena iklim Krisis Asia, Timuraya yang dimulai ke keaneka ragaman ke dalam bisnis agro kimia, secara rinci bisnis pupuk, dengan Ammonium Sulfate ( ZA) produk pupuk yang pertama dihasilkan di Karawang. Timuraya akan juga memelopori produksi dari Potassium/Kalium Sulfate ( SOP/ZK) di Indonesia. Produk ini adalah secara luas digunakan sebagai pupuk untuk tumbuhan tembakau, pohon buah-buahan, dan ilmu perkebunan. Sebagai tambahan, Zatair-Khlor ( HCL), suatu bahan kimia dasar, akan juga jadilah pada arus di Karawang menanam untuk bertindak sebagai suatu platform untuk Pengembangan bisnis perusahaan di masa datang. Untuk U niversitas Mercu Buana
56
Tugas Akhir
memastikan suatu masa depan yang terang/cerdas untuk Perusahaan kita akan: Mempersembahkan sumber daya penting kepada] riset dan pengembangan dari produksi baru dan peningkatan dari produk yang ada. Lebih lanjut kembangkan usaha dagang untuk distribusi dari pupuk dan bahan-kimia yang khusus di Indonesia. Mengikuti perkembangan kemajuan dari industri kimia, baik dalam Indonesia dan luar negeri. Melanjut untuk memperkuat manajemen perusahaan untuk jauh lebih baik) Kemurnian: 98% yang minimum* Bobot Jenis ( 15 / 4°C): 1.80% yang minimum* Besi/ setrika ( Fe): 0.005% yang maksimum* Residue/Residu pada atas Pengapian: 0.03% yang maksimum* Klorid ( Cl): 0.0010% yang maksimum* Nitrat ( NO3): 0.0005% yang maksimum* [Petunjuk/ ujung/ laju-awal] ( Pb): 0.0050% yang maksimum* Uraian - tanpa mewarnai Ke cairan yang merekat jelas bersih kekuning-kuningan- Cairan yang higroskopik berminyak, tidak berbauCuka yang kuat, sangat reaktif- sangat bersifat menghancurkan- Asam pekat mengoxidasi, menjadi kering, sulfonates* dapat dicampur Dengan air, membebaskan banyak panas ( selalu menambahkan yang asam ke air, tidak pernah kebalikan [itu])* pH ( 0.01 N solusi, ca 0.05% w / w)= 2.00 sampai 20 ton di (dalam) gerobak-ketel* Pembuatan dari Fertilizers* Pembuatan dari Dyestuffs dan Pigments* Pembuatan dari Memukul/ bertiup Agen* Pembuatan dari Ke arah muara dari Sulfate Salts* Mengelantang Bumi* Alkylation Katalisator* Menyepuh dengan listrik Baths* Purification/Pemurnian dari Minyak tanah kepuasan pelanggan melalui/sampai jaminan dari mutu adalah merek dagang.. Kemampuan pabrikasi integated memungkinkan untuk mengendalikan tiap-tiap langkah dari proses pabrikasi, dari pengadaan bahan baku ke pengolahan yang U niversitas Mercu Buana
57
Tugas Akhir
kimia dan pemeriksaan akhir.- Kita memelihara prosedur spesifik untuk manajemen kalibrasi untuk mengendalikan peralatan pengukuran mempekerjakan di (dalam) kalibrasi internal dan eksternal.- Product/Produk adalah pada waktu tertentu dikirim ke laboratorium pihak ketiga untuk cek yang konter.Production/Produksi kemampuan untuk produk kebiasaan adalah secara menyeluruh dianalisa untuk memastikan bahwa produk adalah spesifikasi yang tepat layanan mutu memastikan bahwa persyaratan pelanggan ditangani di cara paling profesional. berkompeten dan mengalami staff rancang-bangun dan teknis menyediakan dukungan pelayanan efisien dan cepat untuk memecahkan manapun permasalahan yang teknis yang boleh bangkit apakah di dalam[pabrik/tumbuhan atau di lokasi pelanggan. Kita secara teratur melakukan survei kepuasan pelanggan, termasuk yang mengirimkan daftar pertanyaan kepada pelanggan di seluruh bumi. Dengan cara ini, kepuasan pelanggan dapat diukur dengan cepat dan peningkatan perlu dapat diaktipkan lebih cepat. 4.1.2 Jenis - jenis produk yang diproduksi oleh PT. Timuraya Tunggal meliputi : 1. Sulfuric Acid 2. Sulfamic Acid 3. Almunium Sulfate 4. Potassium Sulfate 5. Hydrochloric Acid 6. Alkyl Benzene sulfanic acid
4.1.3 Pelanggan utama dari PT. Timuraya Tunggal adalah sebagai berikut : 1. PDAM pemerintah U niversitas Mercu Buana
58
Tugas Akhir
2. PDAM non pemerintah 3. Australia 4. Singapure
4.1.4 Fasilitas dan kebijaksanaan Perusahaan PT. Timuraya Tunggal juga menyediakan sarana dan fasilitas - fasilitas pendukung lainya
yang dapat menujang kesejatraan karyawan
beserta
keluarganya. Selainitu juga diharapkan dengan adanya sarana dan fasilitas ini akan semakin meningkat gairah kerja para karyawan. Sehingga akan membantu kelancaran jalannya produksi. Sarana dan fasilitas-fasilitas yang terdapat di PT. Timuraya Tunggal antara lain : 1. Sarana Ibadah Sarana ibadah disini adalah musolah yang dibangun didalam lingkungan perusahaan sehingga dapat dimanfaatkan oleh seluruh karyawan dan para tamu
yang sedang berkunjung jika ingin melakukan ibadah.
2. Sarana Olahraga Sarana olahraga disini adalah lapangan badminton,bola volly, tenis meja. Sarana tersebut dapat dimanfaatkan dan digunakan oleh seluruh karyawan misalnya pada saat hari minggu maupun pada saat ulang tahun perusahaan. 3. Fasilitas Kesehatan atau Polikklinik Disediakan tenaga medis beberapa dokter yang ditugaskan untuk membangun
pelaksanaan kesehatan bagi karyawan dan keluarganya.
4. Kafetaria atau kantin
U niversitas Mercu Buana
59
Tugas Akhir
Hal ini untuk memberikan kemudahan bagi para karyawan dan para tamu yang sedang berkunjung seluruh karyawan makan satu kali sehari di kantin. 5. Serikat Kerja Hal ini dapat memberikan atau membantu bagi para karyawan untuk memberikan aspirasinya terhadap atsanya sehingga memudahkan bagi pra karyawan. 6. Jamsostek Pihak perusahaan juga menyediakan fasilitas jaminan sosial tenaga Selain itu kebijakan perusahaan menunjang dalam kegiatan produksinya, menerapk kerja (jamsostek) bagi seluruh karyawannya. Hal ini diharapkan dapat memberikan ketenangan dalam bekerja sehingga jalanya kegiatan perusahaan tidak terganggu. 7.
system kerja 5 R dalam lingkungan perusahaan, yang isinya antara lain : a) Rajin b) Rawat c) Ringkas d) Resik e) Rapih
4.1.5 Kegiatan Produksi Kegiatan produksi perusahaan berdasarkan ketentuan peraturan jumlah hari kerja perusahaan ini adalah 6 (enam) hari kerja dalam seminggu, dan jam kerja dalam setiap shift-nya ditentukan sebagai berikut : U niversitas Mercu Buana
60
Tugas Akhir
1. Shift 1 : pukul 08:00 - 16:00 WIB 2. Shift 2 : pukul 16:00 - 24:00 WIB 3. Shift 3 : pukul 24:00 - 08:00 WIB
4.1.6 Visi dan Misi Perusahaan PT. Timuraya Tunggal dalam menjalankan perusahaan ini mempunyai tujuan visi dan misi, yang isinya sebagai berikut : "Visi" Visi perusahaan adalah menjadi produsen kimia nomor satu di indonesia dan didunia dengan mutu bertaraf internasional yang mengusai dibidangnya dengan mengutamakan keselamatan pemakai dan menjadikan produk yang berwawasan lingkungan. "Misi" Misi perusahaan adalah mempunyai komitmen sebagai pemasok utama kimia penjernih air pada perusahaan melalui pengembangan sumberdaya manusia yang handal. 4.1.7 Struktur Organisasi perusahaan Suatu perusahaan pada umumnya memiliki tujuan, salahsatunya adalah untuk mendapatkan keuntungan yang maksimum. Dari tujuan itulah struktur organisasi dibentuk, agar perusahaan dapat berjalan dengan baik, dengan struktur organisasi dapat dilihat alur kegiatan, wewenang dan tanggung jawab yang seharusnya
dilaksanakan
oleh
setiap
bagian
struktur
organisasi
yang
menggunakan sumber daya manusia yang berkualitas dapat mempermudah U niversitas Mercu Buana
61
Tugas Akhir
pencapaian tujuan suatu organisasi. Adapun gambar struktur organisasi PT. TIMURAYA TUNGGAL adalah sebagai berikut.
U niversitas Mercu Buana
62
Tugas Akhir
STRUKTUR ORGANISASI PT. TIMURAYA TUNGGAL
Presiden Director
Director Com dan ADM
Director Operation
Mis Coordinator
Technical
Q.MR
Advisor Business Manager Tangerang Plant Manager Karawang Plant Manager
Purchasing Manager
Finance Accounting dan Manager
Human Resouses Manajemen Manager
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Timuraya Tungga
U niversitas Mercu Buana
63
Tugas Akhir
4.1.8 Kebijakan Mutu yang Diberikan Perusahaan Untuk memberikan rasa kepuasan bagi para pelanggan perusahaan memberikan kebijakan mutu, yaitu menggunakan system inovasi produksi dan memberikan kepuasan terhadap konsumen secara optimum oleh seluruh karyawan serta mendapat kepercayaan dan kepuasan pelangggan. Suatu perusahaan pada umumnya memeliki tujuan, salah satunya adalah untuk mendapatkan keuntungan yang maksimum. Dari tujuan itulah struktur organisasi dapat dibentuk, agar perusahaan dapat berjalan dengan baik, dengan struktur organisasi dapat dilihat jalur kegiatan wewenang dan tanggungjawab yang seharusnya dilaksanakan oleh setiap bagian. Struktur organisasi yang menggunakan sumberdaya manusia yang berkualitas dapat mempermudah pencapaian tujuan suatu organisasi. Adapun gambar struktur organisasi PT. Timuraya Tunggal sebagai berikut : 4.1.9 Proses produksi Almunium Sulfate 1. Bahan yang digunakan Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan produk ini ada beberapa macam diantaranya : a) Almunium Hidroksida (ALOH3) b) Sulfarid Acid (asam sulfat) c) Air
2. Alur proses produksi a) Pencairan Secara garis besar proses pencairan ini sebagai berikut :
U niversitas Mercu Buana
64
Tugas Akhir
Almunium hidroksida dicampur dengan sulparid acid dan air dimasukan kedalam mesin pengaduk/mixer selama beberapa menit setelah itu dicetak atau dibekukan kedalam cetakan sampai menjadi padat dan mengeras. b) Pembekuan Setelah bahan sudah membeku dan mengeras, selanjutnya pencungkilan terhadap produk yang sudah membeku menjadi beberapa keping dan masuk kedalam c) penggilingan. Karena dalam proses penggilingan terbagi menjadi tiga bagian atau tiga graide maka proses atau jenis produk untuk almunium sulfate terbagi menjadi tiga jenis yaitu diantaranya : a) Proses Jogkraser Proses ini dinamakan proses penggilingan yang menggunakan mesin jogkroser dimana hasil penggilingan dari mesin jogkroser ini sejenis produk almunium sulfate dengan jenis koral. b) Proses Hammer Kreser Proses ini termasuk proses penggilingan yang dilakukan untuk mendapatkan produk almunium sulfate dengan jenis campuran. c) Proses Dismile Proses ini termasuk proses penggilingan yang merupakan untuk menghasilkan produk almunium sulfate dengan jenis powder.
U niversitas Mercu Buana
65
Tugas Akhir
d) QC (quality control) inspeksi Proses quality control ini terjadi dimana proses produksi belum menjadi produk dan ssetelah itu setelah produk jadi inspeksi tetap dilakukan diloboratorium untuk mendapatkan kualitas dengan mutu yang baik. Adapun sertifikasi pengontrolan dalam laboratorim antara lain : a. Almunium oksida (AL2O3) 17% minimum b. AIR 5% maxsimum c. PH 1% larutan 3 minimum e) Packing (kemas) dan penyimpanan Setelah produk lolos dari pengujian maka barang siap dipack atau dikemas sesuai dengan ukuran yang sudah ditetapkan oleh perusahaan. Dalam pengepackan setiap jenis produk ditimbang untuk mengetahui ukuran yang sudah ditetapkan,
untuk tiga jenis almunium sulfate ukuran dalam
setiap pack atau kemasan berbeda diantaranya : a. Jenis Koral 50 Kg b. Jenis Campuran 25 Kg c. Jenis Powder 50 Kg Setelah proses penimbangan dilakukan dilanjutkan keproses penyimpanan didalam gudang, gudang yang tersedia untuk menyimpan barang dapat menampung 40 sampai 50 ton.
U niversitas Mercu Buana
66
Tugas Akhir
f.Mesin Yang Digunakan Proses produksi pencairan bahan baku merupakan proses yang diaduk dalam tempat yang setelah itu dituang kedalam bak cetakan atau mould dengan cara dibekukan. Dimana proses produksi ini memiliki mesin mesin sebagai berikut : a. Mesin Jogkraser b. Mesin Hammer Kreser c. Mesin Dismile d. Mesin Mixser e. Genset f. Forklift Rencana pembebanan mesin ini, oleh bagian PPP (Perencanaan Pengembangan Produk) direncanakan mesin yang akan digunakan sesuai dengan permintaan pesanan mengenai jenis dan tipe produk serta dilihat kapasitas mesin yang disesuaikan dengan pesanan berdasarkan konfirmasi antara permintaan sales dan wip.
U niversitas Mercu Buana
67
Tugas Akhir
ALUR PROSES PRODUKSI
Bahan Baku
Pengadukan/pencairan
Pengeringan/pembekuan
penggilingan
Quality control/inpksi
Packing/kemas
penyyimpanan
Sale/jual
Gambar 4.2 Alur Proses Produksi
U niversitas Mercu Buana
68
Tugas Akhir
4.2. PENGOLAHAN DATA Dalam
usaha
mengembangkan
produk
suatu
perusahaan
yang
memproduksi produk bahan kimia memiliki tiga alternatif kebijaksanaan pembuatan produk yaitu jenis koral, jenis campuran, dan jenis powder Karena efektivitas setiap kebijaksanaan tidak sama dalam mengatasi masing-masing persoalan, maka perlu dicari kebijaksanaan apa yang semestinya diprioritaskan. AHP akan digunakan untuk membantu menyelesaikan persoalan multi kriteria ini. Suatu hirarki lengkap yang sederhana dari masalah ini ditunjukkan pada Gambar 1
Pemilihan jenis produk
Tujuan
kualitas
Bahan baku
Bentuk
Kriteria
Sub kriteria
Kualitas Produk
Kualitas Bahan Baku
Kecepatan Proses
Penerimaan produk
Kemudahan Produk
Kemudahan penggunaan produk
Ketahanan Produk
Kondisi Bahan Baku
Ketahanan Produk
komunikasi
Alternatif
Campuran
powder
Koral
Gambar 3 Hirarki Pengambilan Keputusan U niversitas Mercu Buana
69
Tugas Akhir
Spesifikasi produk yang dianalisa ditunjukkan pada gambar 1: Tabe 4.1. Spesifikasi produk yang dianalisa No
Jenis Produk
Bahan
Bentuk (Desain)
Kualitas
Kasar
Baik
sedang
Baik
Halus
Baik
AlmuniumHidroksida (ALOH3) 1
Koral
SulfaridAcid(asam sulfat) Air
AlmuniumHidroksida (ALOH3) 2
Campuran
Sulfarid Acid (asam sulfat) Air
AlmuniumHidroksida (ALOH3) 3
Powder
Sulfarid Acid (asam sulfat) Air
4.2.1 Perhitungan Prioritas Sub Kriteria Selanjutnya hasil penilaian perbandingan berpasangan antara kriteria dan alternatif produk berdasarkan kriteria yang ada ditunjukkan pada gambar Tabel 2 nilai Agregat Responden 1 dan 2
Tabel 4.2 Agregat U niversitas Mercu Buana
70
Tugas Akhir
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah Bobot baris
1
1
1
2
4
3
6
2
5
9
4
37
0.23
2
1/1 1
1
2
4
5
3
4
2
5
28
0.17
3
1/2 1/1 1
2
2
2
4
8
5
4
29.5
0.18
4
1/4 1/2 1/2 1
2
2
3
2
3
2
16.25
0.1
5
1/3 1/4 1/2 1/2 1
3
4
3
2
2
16.58
0.1
6
1/6 1/5 1/2 1/2 1/3 1
1
2
2
2
9.7
0.06
7
1/2 1/3 1/4 1/3 1/4 1/1
1
2
1
3
8.66
0.05
8
1/5 1/4 1/8 1/2 1/3 1/2
1/2 1
2
1
6.4
0.04
9
1/9 1/2 1/5 1/3 1/2 1/2
1/1 1/2 1
2
6.64
0.04
5.2
0.03
10 1/4 1/5 1/4 1/2 1/2 1/2
1/3 1/1 1/2 1
163.93 Tabel 4.3 wegthing Sumvektor 1
1
2
4
3
6
5
6
9
4
0.23
2.6
1
1
1
4
2
2
3
4
2
5
0.17
2.02
0.5
1
1
2
2
3
4
9
5
4
0.18
1.82
0.25
0.5
0.5
1
2
2
4
2
2
2
0.1
1.06
0.33
0.25
0.5
0.5
1
3
4
3
2
2
0.1
1.00
0.17
0.2
0.5
0.5
0.33
1
1
2
2
2
0.06
0.58
0.5
0.33
0.25
0.33
0.25
1
1
2
2
3
0.05
0.65
0.2
0.25
0.12
0.5
0.33
0.5
0.5
1
2
1
0.04
0.4
0.11
0.5
0.2
0.33
0.5
0.5
1
0.5
1
2
0.04
0.44
0.25
0.2
0.25
0.5
0.5
0.5
0.5
1
0.5
1
0.03
0.33
Nilai rata – rata WSV 2.6 / 0.23 = 11.3 U niversitas Mercu Buana
71
Tugas Akhir
2.02 / 0.17 = 11.88 1.82 / 0.18 = 10.11 1.06 / 0.1 = 10.6 1.00 / 0.1 = 10 0.58 / 0.06 = 9.67 0.65 / 0.05 = 13 0.4 / 0.04 = 10 0.44 / 0.04 = 11 0.33 / 0.03 = 11
+
108.56 Nilai rata – rata consistency vector adalah 108.56 Pada consistency indeks (CI) dapat dihitung dengan menggunakan rumus
p=
108.56 10
= 10.86
CL
(p (n
=
=
(10
- n ) - 1)
. 86 - 10 (10 - 1 )
)
0 .856 9 = 0 .095 =
CR
=
CL RI
U niversitas Mercu Buana
72
Tugas Akhir
=
0.095 1.49
= 0.06 Jadi nilai CR untuk penentuan prioritas pemilihan jenis produk Almunium Sulfate adalah 0.06, maka nilai CR<0.10 itu berarti pemilihan tersebut dilakukan dengan konsisten. Tabel 4.4 Faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis produk Almunium Sulfate
Factor yang mempengaruhi pemilihan jenis produk Almunium BOBOT Sulfate PRIORITAS Kualitas produk
0.23
Kualitas penerimaan produk
0.17
Ketahanan produk
0.18
komunikasi
0.10
Kualitas bahan baku
0.10
Kemudahan bahan baku
0.06
Kondisi bahan baku
0.05
Kecepatan reaksi
0.04
Kemudahan penggunaan produk
0.04
Ketahanan produk
0.03
Pada tabl diatas dapat diketahui bahwa kualitas produk merupakan hal yang paling penting. Kualitas produk sangat penting agar tidak terjadi suatu komplen terhadap konsumen atau pelanggan, yang harus dilakukan oleh perusahaan adalah
U niversitas Mercu Buana
73
Tugas Akhir
bagaimana cara untuk meningkatkan kualitas yang bermutu tinggi dan dapat dipercaya oleh konsumen Ada beberapa variable atau factor yang mempengaruhi dalam pemilihan jenis produk yang diminati konsumen Tabel 4.5 Variabel Kriteria
Kriteria yang mempengaruhi pemilihan jenis produk
Kualitas
Bahan baku
Bentuk Setelah mengetahui urutan kriteria yang diminati konsumen maka perusahaan dapat menyelesaikan dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Dan menyelesaikan perhitungan dengan metode Analitical Hierarchy Process (AHP) terlebih dahulu membuat hiraki dari variabl atau factor yang mempengaruhi criteria.
Pemilihan jenis produk U niversitas Mercu Buana
74
Tugas Akhir
kualitas
Bahan baku
Bentuk
Koral
Campuran
powder
Gambar 4 Analytycal Hearchy Process 4.2.2 Perhitungan Konsistensi Rasio Kriteria
Tabel 4.6 Bobot Prioritas Kriteria Jumlah Baris
Bobot Prioritas
4
13
0.69
1
0.33
1.46
0.08
3
1
4.25
0.23
18.71
1.00
Kriteria
kualitas
Bahan
Kualitas
1
8
Bahan
0.12
Bentuk
0.25
JUMLAH
Bentuk
Berdasarkan pendapat dari tiga responden pada lampiran Analitycal Hierarchy Process (AHP) yang telah dihitung masing – masing konsistensinya setelah dihitung konsistensinya kemudian diagregasi kriteria pemilihan prioritas pemilihan jenis produk Almunium sulfate. Cara perhitungan agregasi dari factor – factor criteria pemilihan jenis produk adalah : Sebagai contoh agregasi dari table diatas yaitu agregasi dari jumlah kualitas dan bahan adalah : U niversitas Mercu Buana
75
Tugas Akhir
Agregasi dari kualitas dan bahan
= 3 6 x8 x 9
= 3 504 =8 Contoh cara mencari bobot dari factor – factor criteria pemilihan jenis produk Almunium sulfate adalah :
Bobot prioritas =
jumlahbaris å jumlahbaris =
13 18.71
= 0.69 Untuk menentukan nilai CR terlebih dahulu menentukan nilai weighted sumvector (WSV) seperti dibawah ini : Tabel 4.7 Perhitungan Weighted Sum Vektor Kriteria
1
8
4
0.12
1
0.33
0.25
3
1
0.69 X
0.08 0.23
2.24 =
0.24 0.64
Nilai rata – rata WSV 2.24/0.69 = 3.25 0.24/0.08 = 3 0.64/0.23 = 2.8 Nilai rata – rata consistency vector adalah p = =
3.06
3.25 + 3 + 2.87 3
= 3 . 04 U niversitas Mercu Buana
76
Tugas Akhir
Pada consistency indek (CI) dapat dihitung dengan menggunakan rumus
CI = =
(p - n ) (n - 1) 3.04 - 3 3 -1
0.04 2 = 0 .02 =
Untuk menghitung nilai Consistency Rasio (CR) dibutuhkan nilai indeks random yang d dapat dari tablel di bawah ini :i Tabel 4.8 Indeks Random (RI) n
RI
1
0.00
2
0.00
3
0.58
4
0.90
5
1.12
6
1.24
7
1.32
8
1.41
9
1.45
10
1.49
U niversitas Mercu Buana
77
Tugas Akhir
Rumus untuk menghitung consistesi rasio (CR) adalah
CR =
CL RI
0.02 0 . 58 = 0 . 03 =
Jadi nilai CR untuk penentuan prioritas pemilihan jenis produk Almunium Sulfat adalah 0.03, maka nilai CR< 0.10 itu berarti pemilihan tersebut dilakukan dengan konsisten. Pada table 7 diatas dapat diketahui bahwa kriteria pemilihan jenis produk Alminium sulfate yang kemudian diolah menggunakan bobot diatas, maka urutan prioritas pemilihan jenis produk Almunium sulfate adalah : a. Kualitas b. Bentuk c. Bahan Berdasarkan urutan diatas jumlah criteria yang yang mempunyai bobot 0.69 merupakan hal yang paling penting yang harus dilakukan oleh perusahaan dalam rangka peningkatan produksi kualitas sebagai alat penunjang produk merupakan hal terpenting dan utama, kualitas yang memang menunjang suatu pemasaran produk dan salah satu hal yang harus diperhatikan perusahaan. Dengan meninkatnya kualitas dalam suatu produk maka akan berdampak pada pemasaran pada perusahaan yang ingin dicapai.
U niversitas Mercu Buana
78
Tugas Akhir
4.2.3 Perhitungan prioritas Alternatif Table 4.9 Bobot Rata-rata Alternatif ALTERNATIF
BOBOT PRIORITAS
RATA-RATA
KORAL
0.58
0.54
0.48
0.53
CAM
0.31
0.34
0.30
0.35
POWDER
0.11
0.12
0.13
0.12
Berdasarkan pendapat dari tiga responden pada lampiran Analitycal Hierarchy Process (AHP) yang telah dihitung masing – masing konsistensinya setelah dihitung konsistensinya kemudian diagregasi kriteria pemilihan prioritas pemilihan jenis produk Almunium sulfate. Cara perhitungan agregasi dari factor – factor criteria pemilihan jenis produk adalah : Sebagai contoh agregasi dari table diatas yaitu agregasi dari jumlah koral dan campuran adalah :
3
=
3 ´ 2 ´1
= 2 Tabel 4.10 Agregasi dari koral dan campuran Kriteria
Koral
Campuran
Powder
Koral
1
2
4
Campuran
1/2
1
3
powder
1/4
1/3
1
U niversitas Mercu Buana
79
Tugas Akhir
Tabel 4.11 Perhitungan Bobot Prioritas Alternatif Powder
Jumlah Baris
Bobot Prioritas
2
4
7
0.54
0.5
1
3
4.5
0.34
0.25
0.33
1
1.58
0.12
Alternatif
Koral
Campuran
Koral
1
Campuran powder
1.00
JUMLAH
4.2.4. Perhitungan Konsistensi Rasio Alternatif Tabel 4.12 Perhitungan table Alternatif Kriteria
Koral
Campuran
Powder
Koral
1
2
4
Campuran
1/2
1
3
powder
1/4
1/3
1
Tabel 4.13 Perhitungan Weighted Sum Vektor Alternatif
1
2
4
1/2
1
3
1/4
1/3
1
0.54 X
0.34 0.12
1.71 =
0.97 0.37
Nilai rata – rata WSV 1.71 / 0.54 = 3.19 0.97 / 0.34 = 2.83 0.37 / 0.12 = 3.05 9.067
U niversitas Mercu Buana
80
Tugas Akhir
Nilai rata – rata consistency vector adalah
p =
9.067 3
=3.022 Pada consistency indek (CL) dapat dihitung dengan menggunakan rumus =
3.06
(p - n ) (n - 1) (3.022 - 3) = (3 - 1)
CL =
=
0.022 2
= 0.01 Rumus untuk menghitung consistency rasio adalah CR = =
CL RI 0.01 0.58
= 0.02
U niversitas Mercu Buana
81
Tugas Akhir
4.2.5
Perhitungan Bobot Prioritas Global Tabel 4.14 Perhitungan Bobot Prioritas Global Kualitas
Bentuk
Bahan
0.69
0.23
0.08
Bobot Prioritas Global
Koral
0.58
0.54
0.48
0.56
Campuran
0.31
0.34
0.30
0.33
Powder
0.11
0.12
0.13
0.12
JUMLAH
1.01
Berdasarkan perhitungan prioritas global urutan yang paling tinggi dan memagang pemasaran yang cukup baik dan didukung oleh criteria adalah produk jenis koral. Karena jenis ini memiliki nilai bobot prioritas global yang tinggi yaitu 0.56 dibanding dengan jenis lainya
U niversitas Mercu Buana
82
Tugas Akhir
BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN
5.1 ANALISA HASIL PEMBOBOTAN ANTAR SUBKRITERIA
Pada bagian ini akan diuraikan analisa tentang hasil pembobotan pada pengolahan data sebelumnya yaitu antar subkriteria yang ada pada masing-masing kriteria. 5.1.1 Analisa Hasil Pembobotan Antar Subkriteria pada Kriteria kualitas Pada kriteria kualitas terdapat 4 subkriteria, yaitu subkriteria kualitas produk, penerimaan produk,komunikasi dan ketahanan produk. Dari hasil perhitungan, didapat bobot terbesar yaitu subkriteria kualitas produk yaitu dengan nilai 0.23, dan subkriteria ketahanan produk yaitu dengan nilai 0.18 dan subkriteria penerimaan produk dengan nilai 0.17 dan subkriteria komunikasi yaitu dengan nilai 0.10 U niversitas Mercu Buana
83
Tugas Akhir
KUALITAS Kualitas produk
Ketahanan produk
(0.23)
(0.18)
Ku.penerimaan produk
Komunikasi
(0.17)
(0.10)
Gambar 5.1 Hasil Pembobotan antar Subkriteria pada Kriteria Kualitas
Dari gambar diatas, terlihat bahwa bobot dari subkriteria kualitas produk jauh lebih tinggi daripada subkriteria lainya. Hal ini disebabkan karena konsumen mengiinkan suatu kualitas yang baik dari suatu produk dan didukung dengan ketahanan suatu produk yang baik akan tetapi konsumen mengiinkan suatu penerimaan produk yang lebik baik juga dan komunikasi dalam pelayanan yang nyaman dan sopan 5.1.2 Analisa Hasil Pembobotan antar Subkriteria pada Kriteria bahan baku Pada kriteria bahan baku terdapat 3 subkriteria, yaitu subkriteria kondisi kualitas bahan baku baku, kondisi bahan baku dan kemudahan bahan baku. Dari hasil perhitungan, bobot terbesar didapatkan oleh subkriteria kualitas bahan baku yaitu dengan nilai 0.10 dan diikuti oleh subkriteria kemudahan bahan baku dengan nilai 0.06 dan subkriteria kondisi bahan baku dengan nilai 0.05.
U niversitas Mercu Buana
84
Tugas Akhir
BAHAN BAKU
Kualitas bahan baku
Kemudahan bahan baku
(0.10)
(0.06)
Kondisi bahan bakku (0.05)
Gambar 5.2 Hasil Pembobotan antar Subkriteria pada Kriteria Bahan Baku Nilai dari subkriteria kualitas bahan baku dan subkriteria kondisi bahan baku dan kemudahan bahan baku sangat jauh itu membuktikan bahwa konsumen sangatlah mempertimbangkan jenis kualitas dari setiap bahan dasar yang digunakan dan kondisi bahan baku dengan kemudahan bahan baku tidak begitu jauh itu membuktikan bahwa ketiga subkriteria tersebut sangatlah menjadi acuan untuk PT. TIMURAYA TUNGGAL karena pada dasarnya ketiga subkriteria ini sangat menentukan terhadap berkualitas atau tidaknya produk yang di produksi. Kualitas bahan baku merupakan seleksi awal di ruang lingkup kualitas karena PT TIMURAYA TUNGGAL mempunyai spesifikasi dan standar perusahaan untuk bahan baku yang akan digunakan, dan jika bahan baku tidak dapat memenuhi spesifikasi dan standar yang telah ditetapkan maka dari awal kualitas bahan baku tersebut tidak akan dimasukkan di dalam daftar kualitas bahan baku yang baik. Kemudian jika kualitas bahan baku tersebut telah disetujui dan memenuhi standar kualitas, maka bahan baku tersebut akan diterima.
U niversitas Mercu Buana
85
Tugas Akhir
5.1.3 Analisa Hasil Pembobotan antar Subkriteria pada Kriteria Bentuk Pada kriteria bentuk terdapat 3 subkriteria, yaitu subkriteria kecepatan proses dan kemudahan produk dan ketahanan produk. Dari hasil perhitungan, subkriteria kecepatan proses mempunyai nilai yaitu 0.04, dan kemudahan proses yang memiliki nilai yang sama yaitu 0.04 namun nilai tersebut tidak terpaut jauh dengan subkriteria ketahanan produk dengan nilai 0.03. Bentuk (Design)
Kecepatan proses
Kemudahan proses
(0.04)
(0.04)
Ketahanan produk (0.03)
Gambar 5.3 Hasil Pembobotan antar Subkriteria pada Kriteria Bentuk Nilai dari subkriteria kecepatan proses dan subkriteria kemudahan proses sama nilainya dan tidak terlalu jauh, dengan subkriteria ketahanan produk karena pada dasarnya ketiga subkriteria ini sangat mempengaruhi terhadap kualitas produk untuk menarik keiinginan terhadap konsumen. Dari subkriteria yang ada berarti konsumen melihat dari segi kecepatan proses dan kemudahan proses untuk memilih jenis produk yang di inginkan.
U niversitas Mercu Buana
86
Tugas Akhir
5.1.4 Analisa Hasil Perhitungan Agregasi Prioritas Kriteria Berdasrkan hasil dari tiga responden yang telah didapat dan di hitung masing – masing konsistensinya maka di agregasi untuk mendapatkan nilai bobot dari setiap responden, gunanya agregasi adalah untuk menyamakan nilai setiap perbandingan kriteria. Dari penilaian tiga kuisoner responden, ternyata hasil nilai kriteria antara bahan baku dan kualitas tidak sama dimana nilai kuisoner adalah 6,8,9. maka selanjutnya dilakukan perhitungan agregasi untuk menyamakan penilaian perbandingan kriteria. Sehingga didapat dengan nilai agregasi 8 dan setelah itu dihitung bobot masing – masing kriteria dan nilai tersebut di masukan kedalam perhitungan Weighted Sum Vector. 5.1.5 Analisa Hasil Perhitungan Konsistensi Rasio Prioritas Kriteria Berdasarkan hasil dari agregasi prioritas kriteria maka dapat di cari tingkat konsistensi rasio dimana untuk menentukan tingkat Konsistensi Rasio diperlukan perhitungan Weighted Sum Vecto. Dimana penilaian ini untuk mencari nilai µ (Rata – Rata) dan mencari nilai Consistency Indek (CI). Dan nilai Consistency Rasio (CR), maka didapat nilai Rata – rata adalah Consistency Indek (CI) adalah 0.02 dan Consistency Rasio (CR) adalah 0.03. dari nilai Consistency Rasio (CR) yang didapat maka prioritas kriteria tersebut dianggap konsisten, karena memenuhi standar skala yang telah ditetapkan berdasarkan Refrensi yaitu 0.1, dimana nilai bobot tersebut menjadikan satu acuan dalam penilaian tingkat konsistensi dalam pemilihan jenis produk yang di inginkan konsumen.
U niversitas Mercu Buana
87
Tugas Akhir
5.1.6 Analisa Hasil Perhitungan Prioritas Alternatif Berdasar hasil penilaian responden maka didapat nilai prioritas yang di utamakan karena terdapat 3 Alternatif dalam pemilihan jenis produk, alternatif pertama yaitu jenis koral dengan nilai 0.54, alternatif yang kedua adalah jenis campuran dengan nilai 0.34, alternatif ketiga adalah jenis powder dengan nilai 0.12. karena jenis koral memiliki nilai bobot yang lebih tinggi maka prioritas yang di utamakan dalam urutan penilaian perbandingan kuisoner adalah jenis koral, dan yang kedua jenis campuran dan ketiga jenis powder. 5.1.7 Analisa Hasil Perhitungan Agregasi Prioritas Alternatif Berdasrkan hasil dari tiga responden yang telah didapat dan di hitung masing – masing konsistensinya, maka di agregasi untuk mendapatkan nilai bobot dari setiap responden gunanya agregasi adalah untuk menyamakan nilai setiap perbandingan alternatif. Dari penilaian tiga kuisoner responden, ternyata hasil nilai alternatif antara koral adalah
3,2,1.
maka
dan campuran tidak sama dimana nilai kuisoner
selanjutnya
dilakukan
perhitungan
agregasi
untuk
menyamakan penilaian perbandingan kriteria. Sehingga didapat dengan nilai agregasi 2 dan setelah itu dihitung bobot masing – masing kriteria dan nilai tersebut di masukan kedalam perhitungan Weighted Sum Vector 5.1.8 Analisa Hasil Perhitungan Konsistensi Rasio Prioritas Kriteria Berdasarkan hasil dari agregasi prioritas kriteria maka dapat di cari tingkat konsistensi rasio dimana untuk menentukan tingkat Konsistensi Rasio diperlukan perhitungan Weighted Sum Vector. Dimana penilaian ini untuk mencari nilai µ (Rata – Rata) dan mencari nilai Consistency Indek (CI). Dan nilai Consistency U niversitas Mercu Buana
88
Tugas Akhir
Rasio (CR), maka didapat nilai Rata – rata adalah 3.02 Consistency Indek (CI) adalah 0.01 dan Consistency Rasio (CR) adalah 0.02. dari nilai Consistency Rasio (CR) yang didapat maka prioritas kriteria tersebut dianggap konsisten, karena memenuhi standar skala yang telah ditetapkan berdasarkan Refrensi yaitu 0.1, yang menjadi suatu acuan nilai perbandingan konsistensi rasio. 5.1.9 Analisa Hasil Perhitungan Bobot Prioritas Alternatif Global Berdasarkan hasil nilai
yang telah dihitung masing – masing
konsistensinya dan hasil penilaian prioritas masing – masing dari Kriteria dan Alternatif, maka didapat hasil yang dininginkan oleh konsumen untuk jenis produk Almunium Sulfate (Penjernih Air)
yang pertama adalah jenis koral
dengan nilai 0.56, yang kedua jenis campuran dengan nilai 0.33 dan yang ketiga jenis powder dengan nilai 0.12. Sperti pada gambar grafik dibah ini :
DIAGRAM PEMILIHAN JENIS PRODUK ALMUNIUM SULFATE
0.12 KORAL CAMPURAN
0.33
0.56
POWDER
Gambar 5.4 Diagram Pemilihan Jenis Produk Almunium Sulfate U niversitas Mercu Buana
89
Tugas Akhir
Berdasarkan gambar diatas prioritas pertama dimiliki oleh alternatif 1 yaitu jenis koral dengan nilai 0.56, hal ini berarti dengan kriteria dan subkriteria yang telah diinginkan oleh konsumen dalam memilih jenis produk sangat diperlukan untuk tahap perbandingan dalam keunggulan suatu jenis produk yang memiliki tingkat kualitas yang baik. Kemudian pada peringkat kedua di duduki oleh alternatif 2 yaitu jenis produk campuran dengan nilai 0.33, nilai ini cukup tinggi dibandingkan dengan jenis produk powder, hal ini dikarenakan dalam beberapa kriteria jenis campuran mempunyai nilai bobot yang lebih baik daripada jenis powder.
U niversitas Mercu Buana
90
Tugas Akhir
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN Berdasrkan dari hasil pembahasan yang dilakukan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat membuat kesimpulan sebagai berikut : 1. Produk yang dihasilkan oleh PT. TIMURAYA TUNGGAL adalah jenis produk Almunium Sulfate (Penjernih Air). Pemilihan produk yang diminati konsumen dengan metode Analytic Hierarchy Process (AHP).dan data yang diambil adalah hasil penelitian produk Almunium Sulfate (Penjernih Air) pada bulan Oktober 2008. 2. Dari hasil perhitungan global produk Almunium Sulfate (Penjernih Air) maka didapatkan bobot prioritas yang diinginkan konsumen adalah
U niversitas Mercu Buana
91
Tugas Akhir
Alternatif jenis Koral dengan bobot 0.56, sebagai prioritas utama. Karena dalam perhitungan Analytic Hierarchy Process (AHP) untuk pemilihan jenis produk yang diinginkan konsumen dilihat dari bobot yang tertinggi, maka jenis produk koral yang diminati konsumen. Karena jenis produk koral memiliki kriteria dari segi kualitas yang baik dan bentuk (Design) yang netral dan bahan baku yang cukup baik.
6.2 SARAN Berikut saran yang muda-mudahan dapat bermanfaat, yang dapat saya berikan antara lain sebagai berikut : 1. Untuk bagian Quality Control dapat di tingkatkan dalam pengujian suatu produk. 2. Untuk Departemen PPP (Perencanaan Pengembangan Produk) dapat menambahkan jenis produk yang bisa diinginkan konsumen. Contoh : jenis produk persegi yang bisa ditakar tingkat kualitas dalam penggunaan produk yang berskala liter lebih tinggi. 3. Dalam meningkatkan kalitas, perusahaan juga perlu memperhatikan dari segi bentuk (Disegn). Karena dari segi bentuk (Disegn) dapat menambahkan tingkat kualitas terhadap konsumen.
U niversitas Mercu Buana
92
DAFTAR FUSTAKA
Mulyono, S., Operation Research, Lembaga Penerbit FE UI, 1991. Saaty, Thomas L., The Analytic Hierarchy Process, Pittsburg P.A., RWS Publications, 1990. Suryadi, K., Ramdhani, M. Ali, Sistem Pendukung Keputusan, PT. Remaja Rosdakarya, 1998. Antariksa, Ir. MBA, Gjoko Sujono, Drs. J.P, Menejement Produksi/Operasi, Erlangga, 1994. Heizner, J dan Barry Render. 2005. Manajemen Operasi. Salemba Empat. Jakarta PT. Timuraya Tunggal, Profil Perusahaan, PT.Timuraya Tunggal
LAMPIRAN
KUESIONER PERBANDINGAN BERPASANGAN ANTARA SUB KRITERIA UNTUK PEMILIHAN JENIS PRODUK ALMUNIUM SULFATE (Penjernih Air)
Bapak/Ibu yang terhormat: Untuk melengkapi salah satu persyaratan penyelesaian program sarjana di Jurusan Teknik Industri Universitas Mercu Buana, saya melakukan penelitian mengenai pemilihan jenis produk Almunium Sulfate (Penjernih Air) Mohon partisipasi Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner perbandingan berpasangan untuk mengetahui prioritas dalam struktur keputusan pemilihan jenis produk, dalam rangka merancang model keputusan untuk memilih supplier. Kami sangat berterimakasih atas kesediaan dan kerjasamanya yang bapak/ibu berikan.
Ahmad
01603-010
IDENTITAS RESPONDEN NAMA RESPONDEN
: ……………………
A. Pengisian Kuesioner Perbandingan Berpasangan
Tingkat Kepentingan
Definisi
Penjelasan Dua
1
Kedua elemen sama penting
elemen
pengaruh
yang
mempunyai sama
besar
terhadap tujuan Elemen yang satu sedikit lebih 3
penting daripada elemen yang lainnya
Elemen yang satu jelas lebih 5
penting daripada elemen yang lainnya
Pengalaman
dan
penilaian
sedikit menyokong satu elemen dibandingkan
dengan
elemen
lainnya Pengalaman dan penilaian sangat kuat menyokong satu elemen dibandingkan
dengan
elemen
lainnya
Elemen yang satu sangat jelas Satu elemen yang kuat disokong 7
lebih penting daripada elemen dan dominant terlihat dalam yang lainnya
praktek Bukti yang mendukung elemen
Elemen yang satu pasti / yang satu terhadap elemen lain 9
mutlak lebih penting daripada memiliki
tingkat
penegasan
tertinggi
yang
mungkin
elemen yang lainnya
menguatkan 2,4,6,8 1/1 – 1/9
Apabila ragu-ragu antara dua Nilai ini diberikan bila ada dua nilai yang berdekatan Untuk pendapat kebalikannya
kompromi di antara dua pilihan
PETUNJUK PENGISIAN 1. Pertanyaan yang diajukan berbentuk perbandingan antara suatu elemen pada sisi yang kiri dengan elemen yang lain di sisi yang kanan 2. Jawaban dari elemen tersebut diberi nilai berdasarkan tingkat kepentingan dari elemen-elemen yang diperbandingkan secara berpasangan 3. Nilai perbandingan yang diberikan mempunyai skala 1 sampai dengan 9 dan dituliskan di tempat yang tersedia, adapun definisi dari nilai skala yang digunakan untuk nilai perbandingan adalah tabel diatas.
Contoh Pengisian: · A
Berilah tanda
9
8
7
6
pada tingkat kepentingan/nilai yang dipilih 5
4
33
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
B
4
55
6
7
8
9
B
Keterangan: Elemen A sedikit lebih penting daripada elemen B
Atau A
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
Keterangan: Elemen B jelas lebih penting daripada Elemen A
Kualitas produk Kualitas penerimaan produk kualitas produk komunikasi Kualitas penerimaan produk komunikasi
kualitas
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 penerimaan produk Kualitas 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 produk
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Komunikasi Kualitas produk Komunikasi
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 kualitas
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 penerimaan Kualitas produk Ketahanan produ Kualitas penerimaan produk Ketahanan produk komunikasi Ketahanan produk Kondisi bahan baku Penggunaa n bahan baku Kondisi bahan baku Kualitas bahan baku Penggunaa n bahan baku Kualitas bahan baku Kecepatan proses Ktahanan produk Kecepatan proses Ketahanan produk
produk Ketahanan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 produk Kualitas 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 produk Ketahanan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 produk Kulitas
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 penerimaan produk Ketahanan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 produk Komunikasi
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Penggunaa
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 n bahan baku Kondisi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 bahan baku Kualitas bahan baku Kondisi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 bahan baku Kualitas 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 bahan baku
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Penggunaa
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 n bahan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
baku Kemudahan proses Kecepatan proses Ketahanan produk Kemudahan proses
4.4.2. Perhitungan Responden pertama Tabel 3. Penilaian Kriteria Kriteria Kualitas Bahan
Kualitas 1 1/6
Bahan 6 1
Bentuk 4 1/3
Bentuk
1/4
3
1
Tabel 4. Perhitungan Bentuk (Design) Jenis Produk Koral Campuran Powder
Koral 1 ¼ ½
Campuran 4 1 3
Powder 2 1/3 1
Tabel 5. Perhitungan Bahan Jenis Produk Koral Campuran Powder
Koral
Campuran
Powder
1 9 3
1/9 1 1/2
1/3 2 1
Koral
Campuran
Powder
1 1/3 ½
3 1 4
2 1/4 1
Table 6. Perhitungan Kualitas Jenis Produk Koral Campuran Powder
Kemudian dihitung bobot prioritas kriteria dan bobot prioritas alternatif produk seperti ditunjukkan pada Tabel 6, 7 dan 8. Tabel 6. Perhitungan bobot prioritas kriteria
4.4.2.1. perhitungan bobot prioritas Bentuk
0.33
Jumlah Baris 11 1.5
Bobot Prioritas 0.66 0.09
1
4.25
0.25
16.75
1.44
Kriteria
kualitas
Bahan
Kualitas
1
6
4
Bahan
0.17
1
Bentuk
0.25
3
JUMLAH
Tabel 7. Perhitungan bobot prioritas Bentuk
Jenis Produk
Koral
Campuran
Powder
Jumlah Baris
Koral
1
4
2
7
0.54
Campuran
0.25
1
0.33
1.58
0.12
Powder
0.5
3
1
4.5
0.34
13.08
1.00
JUMLAH
Bobot Prioritas
Tabel 8. Perhitungan bobot prioritas Bahan Jenis Produk
Koral
Campuran
Powder
Koral Campuran Powder JUMLAH
1 9 3
0.11 1 0.5
0.33 2 1
Jumlah Baris 1.44 12 7.5 20.94
Bobot Prioritas 0.07 0.58 0.36 1.01
Table 9. Perhitungan bobot prioritas Kualitas Jenis Produk
Koral
Campuran
Powder
Koral Campuran Powder
1 0.33 0.5
3 1 4
2 0.25 1
JUMLAH
Jumlah baris 6 1.58 5.5
Bobot Prioritas 0.46 0.12 0.42
13.08
1.00
Tabel 9. Perhitungan bobot prioritas global
Kriteria
Alternatif Jenis Produk
Kualitas 0.66 0.58 0.07 0.36
Koral Campuran Powder
Bobot Prioritas Global Bahan 0.09 0.54 0.12 0.34
Bentuk 0.25 0.46 0.12 0.42
0.38 0.09 0.97 1.44
4.4.2.3. Perhitungan consistensi Rasio Perhitungan table Kriteria Kriteria Kualitas Bahan
kualitas 1 1/9
Bahan 9 1
Bentuk 6 1/3
Bentuk
1/6
3
1
WSV 1
9
6
0.11
1
0.33
0.17
3
1
0.74 X
0.07 0.19
Nilai rata – rata WSV 2.51/0.74 = 3.39 0.21/0.07 = 3.00 0.53/0.19 = 2.79 Nilai rata – rata consistency vector adalah
p =
3.39 + 3.00 + 2.79 3
= 3 . 06
2.51 =
0.21 0.53
Pada consistency indek (CL) dapat dihitung dengan menggunakan rumus =
3.06
(p - n ) (n - 1)
CL =
3.06 - 3 3 -1 0.06 = 2 = 0 . 03 =
Untuk menghitung nilai consistensi rasio (CR) dibutuhkan nilai indek random yang didapat dari table dibawah ini R
n
0.00
1
0.00
2
0.58
3
0.90
4
1.12
5
1.24
6
1.32
7
1.41
8
1.45
9
1.49
10
Rumus untuk menghitung consistesi rasio (CR) adalah
CR =
CL RI
0.03 0 .58 = 0 .05 =
Jadi nilai CR untuk penentuan prioritas pemolihan jenis produk Almunium Sulfat adalah 0.05, maka nilai CR< 0.10 itu berarti pemilihan tersebut dilakukan dengan konsisten.
4.4.3. Perhitungan Responden kedua Tabel 3. Penilaian Kriteria Kriteria Kualitas Bahan
kualitas 1 1/8
Bahan 8 1
Bentuk 4 1/3
Bentuk
1/4
3
1
Tabel 4. Perhitungan Bentuk (Design) Jenis Produk Koral Campuran Powder
Koral 1 1/3 1/5
Campuran 3 1 1/2
Powder 5 2 1
Tabel 5. Perhitungan Bahan Jenis Produk Koral Campuran Powder
Koral
Campuran
Powder
1 1/3 1/2
3 1 2
2 1/2 1
Table 6. Perhitungan Kualitas Jenis Produk Koral Campuran Powder
Koral
Campuran
Powder
1 2 1/5
1/2 1 1/3
5 3 1
Kemudian dihitung bobot prioritas kriteria dan bobot prioritas alternatif produk seperti ditunjukkan pada Tabel 6, 7 dan 8. Tabel 6. Perhitungan bobot prioritas kriteria Bentuk
0.33
Jumlah Baris 13 1.46
Bobot Prioritas 0.69 0.08
1
4.25
0.23
18.71
1.00
Kriteria
kualitas
Bahan
Kualitas
1
8
4
Bahan
0.12
1
Bentuk
0.25
3
JUMLAH
4.4.3.1. Perhitungan Tabel 7. Perhitungan bobot prioritas Bentuk Jenis Produk
Koral
Campuran
Powder
Jumlah Baris
Koral
1
3
5
9
0.64
Campuran
0.33
1
2
3.33
0.24
Powder
0.2
0.5
1
1.7
0.12
14.03
1.00
JUMLAH
Bobot Prioritas
Tabel 8. Perhitungan bobot prioritas Bahan Jenis Produk
Koral
Campuran
Powder
Koral Campuran Powder JUMLAH
1 0.33 0.5
3 1 2
2 0.5 1
Jumlah Baris 6 1.83 3.5 11.35
Bobot Prioritas 0.53 0.16 0.31 1.00
Table 9. Perhitungan bobot prioritas Kualitas Jenis Produk
Koral
Campuran
Powder
Koral Campuran Powder
1 2 0.2
0.5 1 0.33
5 3 1
JUMLAH
Jumlah baris Bobot Prioritas 6.5 0.46 6 0.43 1.53 0.11 14.03
1.00
Tabel 9. Perhitungan bobot prioritas global
Alternatif Jenis Produk
Koral Campuran Powder
Kriteria
kualitas 0.69 0.53 0.16 0.31
Bobot Prioritas Global Bahan 0.08 0.64 0.24 0.12
Bentuk 0.23 0.46 0.43 0.11
0.52 0.23 0.25 1.00
4.1.5.1. Perhitungan Consistensi Rasio Perhitungan table Kriteria Kriteria Kualitas Bahan
kualitas 1 1/8
Bahan 8 1
Bentuk 4 1/3
Bentuk
1/4
3
1
WSV 1
8
4
0.12
1
0.33
0.25
3
1
0.69 X
0.08
2.24 =
0.23
Nilai rata – rata WSV 2.24/0.69 = 3.25 0.24/0.08 = 3 0.64/0.23 = 2.87 Nilai rata – rata consistency vector adalah
3.25 + 3 + 2.87 3 = 3 .04
p = =
3.06
Pada consistency indek (CL) dapat dihitung dengan menggunakan rumus
CL =
=
(p - n ) (n - 1) 3.04 - 3 3 -1
0.04 2 = 0 .02 =
0.24 0.64
Rumus untuk menghitung consistesi rasio (CR) adalah
CR =
CL RI
0.02 0 . 58 = 0 . 03 =
Jadi nilai CR untuk penentuan prioritas pemolihan jenis produk Almunium Sulfat adalah 0.03, maka nilai CR< 0.10 itu berarti pemilihan tersebut dilakukan dengan konsisten.
4.4.3.Perhitungan Responden tiga Tabel 3. Penilaian Kriteria Kriteria Kualitas Bahan
kualitas 1 1/9
Bahan 9 1
Bentuk 4 1/3
Bentuk
1/4
3
1
Tabel 4. Perhitungan Bentuk (Design) Jenis Produk Koral Campuran Powder
Koral 1 1/6 1/5
Campuran 6 1 1/2
Powder 5 2 1
Tabel 5. Perhitungan Bahan Jenis Produk Koral Campuran Powder
Koral
Campuran
Powder
1 2 1/2
1/2 1 5
2 1/5 1
Table 6. Perhitungan Kualitas Jenis Koral Campuran Powder Produk Koral 1 1/8 5 Campuran 8 1 3 Powder 1/5 1/3 1 Kemudian dihitung bobot prioritas kriteria dan bobot prioritas alternatif produk 4.4.3.1. Perhitungan Bobot Prioritas seperti ditunjukkan pada Tabel 6, 7 dan 8. Tabel 6. Perhitungan bobot prioritas kriteria Bentuk
0.33
Jumlah Baris 14 1.44
Bobot Prioritas 0.71 0.07
1
4.25
0.22
19.62
1.00
Kriteria
kualitas
Bahan
Kualitas
1
9
4
Bahan
0.11
1
Bentuk
0.25
3
JUMLAH
Tabel 7. Perhitungan bobot prioritas Bentuk Jenis Produk
Koral
Campuran
Powder
Jumlah Baris
Koral
1
6
5
12
0.71
Campuran
0.17
1
2
3.17
0.19
Powder
0.2
0.5
1
1.7
0.1
16.87
1.00
JUMLAH
Bobot Prioritas
Tabel 8. Perhitungan bobot prioritas Bahan Jenis Produk
Koral
Campuran
Powder
Koral Campuran Powder JUMLAH
1 2 0.5
0.5 1 0.25
2 4 1
Jumlah Baris 3.5 7 1.75 12.25
Bobot Prioritas 0.29 0.57 0.14 1.00
Table 9. Perhitungan bobot prioritas Kualitas Jenis Produk
Koral
Campuran
Powder
Koral Campuran Powder
1 8 0.2
0.12 1 0.33
5 3 1
JUMLAH Tabel 9. Perhitungan bobot prioritas global
Alternatif Jenis Produk
Koral Campuran Powder
Jumlah baris Bobot Prioritas 6.5 0.46 6 0.43 1.53 0.11 14.03
Kriteria
kualitas 0.71 0.29 0.57 0.14
1.00
Bobot Prioritas Global Bahan 0.07 0.71 0.19 0.1
Bentuk 0.22 0.46 0.43 0.11
0.80 0.50 0.12 1.42
4.4.3.1.1 Perhitungan Consistensi Rasio Perhitungan table Kriteria Kriteria Kualitas Bahan
kualitas 1 1/9
Bahan 9 1
Bentuk 4 1/3
Bentuk
1/4
3
1
WSV 1
9
4
1/9
1
1/3
1/4
3
1
0.71 X
0.07
2.22 =
0.22
Nilai Rata – Rata WSV 2.22 / 0.71 = 3.13 0.22 / 0.07 = 3.14 0.61 / 0.22 = 2.77 Nilai rata – rata consistency vector adalah p=
3.13 + 3.14 + 2.77 3
= 3.01
Pada consistency indek (CL) dapat dihitung dengan menggunakan rumus =
CL =
3.06
(p (n
- n) - 1)
=
3.01 - 3 3-1
=
0.01 2
= 0.01
0.22 0.61
Rumus untuk menghitung consistesi rasio (CR) adalah
CR = =
CL RI 0 . 01 0 . 58
= 0.02 Jadi nilai CR untuk penentuan prioritas pemolihan jenis produk Almunium Sulfat adalah 0.02, maka nilai CR< 0.10 itu berarti pemilihan tersebut dilakukan dengan konsisten.