Pemetaan Lokasi Fishing Ground dan Status Pemanfaatan Perikanan di Perairan Selat Madura Firman Farid Muhsoni, Mahfud Efendy dan Haryo Triajie
Abstract: This research aims at finding the map of waters quality to predict fishing ground, examining the determinant of modeling parameter of fish catching region, analyzing catch unit effort (CpUE) and status of fish utilization. Mapping waters quality parameter is constructed with method of field sample data interpolation. Besides, the mapping of surface temperature and chlorophyll is extracted from satellite image Landsat. ETM+. In addition, the mapping of catching region is resulted in scoring and weighting factors. Accuracy test is done by method of RMSE. Fishery utilization status is acquired from method of approaches holistic (production surplus model). Map waters salinity at straits Madura ranges between 27 ppm - 46 ppm, pH range from 8-9, brightness ranges from 0-2 m. Sea level temperature from image landsat in dry season ranges from 24,1 0C - 27,3 0C in rainy season between 24,7 0C - 28,6 0C. Optimum temperature in rainy season is lower than in dry season. Chlorophyll in dry season ranges between 0 mg/m3 - 19,6 mg/m3, in rainy season between 0,02 mg/m3 - 41,95 mg/m3. In dry season, the most appropriate catching region is 58,04 %, appropriate region 36,99% and inappropriate region 4,96 %, while in rainy season, inappropriate region achieves 94,44 %, appropriate 2,89 % and inappropriate 2,65 %. Sea level temperature accuracy test gets RMSE 2,32 and for chlorophyll content 2,31. Fishery estimation result pelages get CpUE 0.10 ton/trip with utilization status indicating over-fishing in tahun1997 and fishery demersal CpUE 0.03 ton/trip with utilization status indicating a surplus in catching in last three year. Keywords: remote sensing, fishing ground, Madura Strait
PENDAHULUAN
yang sangat dinamik. Cara ini bukan
Permasalahan yang dihadapi dalam
pemanfaatan
perikanan
sumberdaya
adalah
nya
usaha
penangkapan,
juga
sulitnya
menyebabkan terjadinya kosentrasi
menentukan daerah penangkapan
kapal penangkapan ikan pada area
yang tepat. Selama ini nelayan
tertentu saja, yang secara langsung
masih menggunakan cara konven-
dapat
sional dengan mengandalkan panca
tangkap di daerah tersebut atau
indra semata, cara coba-coba atau
bahkan bisa menyebabkan konflik
berdasarkan atas kebiasaan me-
antar
nangkap di daerah tersebut. Cara-
daerah
cara
ground). Jika hal ini terjadi pada
ini
laut
hanya menyebabkan tidak efisien-
memiliki
keterbatasan
terutama oleh faktor kondisi air laut
waktu
menyebabkan
nelayan
karena
perebutan
penangkapan
yang
Staf Pengajar Program Studi Ilmu Kelautan, Universitas Trunojoyo.
50
kelebihan
lama
maka
(fishing
akan
Muhsoni, F. F., dkk, Pemetaan Lokasi Fishing ..............
51
menyebabkan keseimbangan lingku-
bahwa penyerapan klorofil-a ber-
ngan di perairan tersebut terganggu
pusat pada panjang gelombang 450
(over fishing). Hal ini hampir terjadi
nm dan 650 nm.
di seluruh perairan Indnesia tidak terkecuali perairan Selat Madura. Berdasarkan pernah
Penentuan Kanal dari Citra Landsat TM
penelitian yang
dicapai
Syah
(2004)
Tingkat sensitivitas dari kanal pada citra Landsat TM menjadi
diperoleh hubungan yang sangat
pertimbangan
erat antara klorofil-a in situ dengan
suatu algoritma untuk pendugaan
data
produktivitas primer dan kualitas air
klorofil-a
dari
spektroradio-
dalam
menyusun
meter. Penentuan kanal spektro-
pada
radiometer dalam mendeteksi sebar-
2001). Jensen (1996) dan Candra-
an klorofil-a perlu dilakukan secara
sekar (2005), menyebutkan bahwa
tepat
memperhatikan
absorbsi maksimum dari klorofil ada
yang
pada kisaran panjang gelombang
dengan
absorbsi
klorofil-a
ada
di
perairan.
suatu
perairan
(Purwadhi,
425–450 nm. Howard (1991) dan
Penelitian mengenai
Risdianto
hubungan
(1995)
Danoedoro
antara
bahwa klorofil-a murni dalam aseton
(1996),
menjelaskan
konsentrasi klorofil-a berdasarkan
mempunyai
data Landsat TM untuk pemetaan
pada panjang gelombang 420 nm
horisontal
di
dan 663 nm. Danoedoro (1989),
Barat
menyatakan bahwa seluruh alga
perairan
produksi selatan
primer Jawa
absorbsi
maksimum
menunjukkan
adanya
hubungan
yang mengandung klorofil-a me-
yang
antara
keduanya.
nyerap energi sinar matahari pada
menggunakan
kisaran panjang gelombang antara
kanal biru (450–520 nm) dan kanal
430 nm dan 670–680 nm dari spek-
merah
trum gelombang elektromagnetik.
erat
Penelitian
Landsat
tersebut
(630–690
nm)
TM,
karena
dari
citra
panjang
Penentuan kanal didasarkan
gelombang radiasi elektromagnetik
pada
yang dapat diindera oleh kedua
panjang gelombang radiasi elektro-
kanal tersebut memiliki hubungan
magnetik yang dapat diindera (oleh
erat terbaik dengan [Chl-a] yang
kanal yang bersangkutan) dengan
akan diamati (Rolf, 2004). Lillesand
absorbansi klorofil-a (Jensen, 1996;
dan
Purwadhi, 2001).
Kiefer
(1990)
menjelaskan
hubungan
terbaik
antara
52
Jurnal Fisika FLUX, Vol. 6 No. 1, Pebruari 2009 (50 – 64)
Penelitian
ini
bertujuan
ruhi
produktivitas
perikanan,
menemukan peta sebaran kualitas
menghasilkan model global sistem
perairan untuk memprediksi fishing
informasi produktivitas primer yang
ground, menentukan peta daerah
dapat memprediksi daerah fishing
penangkapan dari parameter kuali-
ground, diperoleh model spesifik
tas air, menguji parameter penentu
sistem informasi produktivitas primer
pemodelan
penangkapan
sesuai dengan karakteristik lokasi
ikan dan menganalisis produksi per
dan diperoleh sistem mekanisme
unit tangkap (CpUE) serta status
penginformasian produktivitas primer
pemanfaatan perikanan di perairan
melalui instansi terkait.
daerah
Selat Madura Manfaat dan kontribusi yang
METODE PENELITIAN
dapat diberikan melalui penelitian ini
Lokasi penalitian berada di perairan
adalah teridentifikasi semua potensi
Selat Madura. Alur pemikiran dapat
dan permasalahan yang mempenga-
dilihat pada skema berikut ini:
Gambar 1. Alur penelitian
Muhsoni, F. F., dkk, Pemetaan Lokasi Fishing ..............
Analisis Hasil
53
Band 4. Analisis data klorofil_a
Setelah pengumpulan infor-
menggunakan
formula
hasil
masi dan data di lapangan berupa
penelitian Hasyim et. al. (1998):
penentuan titik koordinat lapangan
Chlorophyll
serta
15.2587*band_3*band_4
survey
lokasi fishing base,
=
-17.1342
+
adalah meng-
Penentuan daerah penangkapan
analisis data yang diperoleh sebagai
ikan dilakukan dengan tahapan :
berikut:
klasifikasi
tahap
berikutnya
Pembuatan
peta
parameter
kualitas
dilakukan analisis
dengan interpolasi
kelas
sebaran
perairan
perairan
penangkapan,
pemberian
dan
dan
melakukan pada
laut
kesesuaian
bobot
untuk
daerah skor
kemudian
data
diklasifikasikan menjadi daerah
masing-masing parameter sampel
yang sangat sesuai, sesuai dan
lapang yang diambil.
tidak sesuai.
Peta sebaran suhu dan klorofil di
Uji akurasi analisis menggunakan
dapatkan dari ekstrak citra satelit
RMSE,
landsat.
perbedaan
Citra
satelit
yang
yang
mencerminkan
antara
data
digunakan adalah citra tanggal 23
lapang
Agustus 2002, yang dianggap
ekstraksi citra satelit. Uji akurasi
untuk mewakili musim kemarau
dilakukan untuk parameter: suhu
dan tanggal 19 Januari 2006 yang
dan klorofil.
dianggap mewakili musim hujan.
Mengetahui
Temperatur laut
kinetik
permukaan
pengukurannya
dengan termal
dilakukan
menggunakan (Band
6B).
saluran Langkah
dengan
nilai
tangkap status
nilai
produksi
(CpUE)
hasil
per
dan
pemanfaatan
unit
kondisi perairan
Selat Madura dengan pendekatan yang
dipergunakan
adalah
pertama yaitu menentukan nilai
pendekatan holistik (Production/
radiansi
Surplus Model)
spektral,
selanjutnya
dihitung nilai temperatur radian. Kemudian diperoleh temperatur
HASIL DAN PEMBAHASAN
kinetik, dari temperatur kinetik di
Area Penelitian.
konversikan dalam Celcius (°C).
Selat
Madura
merupakan
Analisis klorofil diekstrak dari citra
perairan yang terdapat antara Pulau
satelit Landsat pada Band 3 dan
Jawa dan Pulau Madura. Perairan
54
Jurnal Fisika FLUX, Vol. 6 No. 1, Pebruari 2009 (50 – 64)
Selat Madura bisa dikatakan sebagai
kan wilayah pantai dangkal, terlin-
wilayah
tertutup oleh
dung, gelombang relatif rendah dan
Muara Kamal di bagian barat dan
bisa diakses hampir seluruh armada
gugus pulau-pulau kecil di bagian
perikanan
timur. Hampir seluruh area merupa-
armada perikanan skala kecil.
laut
semi
yang
ada,
termasuk
Gambar 2. Area penelitian di perairan Selat Madura
Peta Sebaran Kualitas Perairan Peta
sebaran
salinitas
rendah.
Sungai
bermuara di
utama
yang
wilayah ini adalah
perairan di Selat Madura dapat
Sungai Brantas di wilayah Pantai
dilihat pada Gambar 3. Hasil analisis
Sidoarjo dan Pasuruan.
Muhsoni, F. F., dkk, Pemetaan Lokasi
menunjukkan bahwa pada perairan
Sebaran pH pada Gambar 4
Selat Madura salinitas terendah 27
menunjukkan bahwa pH di perairan
ppm dan tertinggi 46 ppm. Salinitas
Selat Madura hanya berkisar antara
tinggi terdapat pada daerah sekitar
8 dan 9. Bisa dikatakan pH pada
Pulau Madura. Sedangkan salinitas
perairan Selat Madura relatif sama
rendah ada pada sekitar Pantai
tidak ada perbedaan yang signifikan.
Sidoarjo,
Probolinggo.
pH 9 terdapat di wilayah Pantai
Hal ini bisa disebabkan karena pada
Pasuruan dan Probolinggo serta
daerah ini terdapat muara sungai
Selat antara Surabaya dan Bang-
sehingga
kalan. Hal ini juga disebabkan ada-
Pasuruan,
salinitas
relatif
lebih
nya sungai yang bermuara di sekitar
Pantai Pasuruan (Sungai Brantas).
Gambar 3. Peta sebaran salinitas di perairan Selat Madura (sumber: hasil analisis data lapang)
Gambar 4. Peta sebaran pH di perairan Selat Madura (sumber: hasil analisis data lapang)
56
Jurnal Fisika FLUX, Vol. 6 No. 1, Pebruari 2009 (50 – 64)
Gambar 5. Peta sebaran kecerahan di perairan Selat Madura (sumber: hasil analisis data lapang) Sebaran
kecerahan
di
perairan menjadi dasar penentuan
perairan Selat Madura dapat dilihat
daerah penangkapan karena ikan
pada Gambar 5. Kecerahan pada
hanya tolelir pada suhu tertentu saja,
perairan
hanya
sehingga menjadikan ikan-ikan akan
berkisar antara 0-2 m. Kecerahan
berkumpul di daerah tertentu yang
terendah ada pada wilayah perairan
kondisi
selat antara Surabaya dan Bang-
kehidupannya. Ikan juga cenderung
kalan.
disebabkan
berkumpul pada daerah perairan
karena daerah ini merupakan area
yang kosentrasi klorofil tinggi, hal ini
transportasi
antar
dikarenakan klorofil menjadi pro-
pulau. Sehingga pada perairan ini
duksi primer dan sumber makanan
perairan lebih cenderung keruh.
bagi ikan.
Selat
Hal
ini
Madura
bisa
penyebrangan
Model Faktor Kualitas Air yang Mempengaruhi Fishing Ground Faktor
kualitas
air
yang
sangat mempengaruhi keberadaan ikan
suhu
permukaan
laut
suhunya
cocok
untuk
Ekstraksi Suhu Permukaan Air Laut dari Citra Landsat ETM+ Saluran 6B. Citra yang digunakan untuk
dan
analisis menggunakan dua citra.
sebaran klorofil-a. Suhu permukaan
Citra satelit tanggal 23 Agustus 2002
Muhsoni, F. F., dkk, Pemetaan Lokasi Fishing ..............
57
untuk mewakili musim kemarau, dan
permukaan pada musim kemarau
tanggal
dan penghujan. Hasil citra setelah
mewakili
19
Januari
musim
2006
hujan.
untuk
Dengan
pengoperasian
algoritma
suhu
menggunakan dua citra ini sehingga
permukaan air laut disajikan pada
dapat diperkirakan sebaran suhu
Gambar 6 dan 7.
Gambar 6. Peta sebaran suhu permukaan di perairan Selat Madura tanggal 23 Agustus 2002 hasil ekstraksi citra satelit Landsat (sumber: hasil analisis citra)
Gambar 7. Peta sebaran suhu permukaan di perairan Selat Madura tanggal 19 Januari 2006 hasil ekstraksi citra satelit Landsat (sumber: hasil analisis citra)
58
Jurnal Fisika FLUX, Vol. 6 No. 1, Pebruari 2009 (50 – 64)
Hasil analisis suhu permuka-
pada musim penghujan mencapai
an laut dari citra Landsat tanggal 23
25,90C. Hal ini menunjukkan bahwa
Agustus 2002 mendapatkan suhu
suhu permukaan dipengaruhi oleh
0
optimum pada 26,24 C. Sedangkan 0
intersitas hujan yang terjadi. Pada
suhu minimal rata-rata pada 24,1 C
musim
sedangkan suhu tertinggi rata-rata
karena intensitas hujan yang terjadi
0
penghujan
lebih
rendah
pada 27,3 C .Hasil analisis suhu
lebih tinggi dari musim kemarau.
permukaan laut dari citra Landsat
Ektrasi Klorofil pada Citra Landsat ETM+
tanggal 19 Januari 2006 mendapatkan suhu optimum pada 25,90C.
Hasil
ekstraksi
sebaran
Sedangkan suhu minimal rata-rata
klorofil dari citra satelit landsat pada
pada 24,70C dan suhu tertinggi rata-
tanggal 23 Agustus 2002 menunjuk-
rata pada 28,60C.
kan bahwa daerah yang mempunyai
Perbandingan suhu permuka-
kandungan klorofil tinggi terdapat
an laut antara musim kemarau dan
pada daerah selat antara Surabaya
musim
dan Bangkalan. Hasil ini menunjuk-
penghujan
menunjukkan
bahwa suhu optimum pada musim
kan
kandungan
klorofil
optimum
3
penghujan lebih rendah dibanding-
sebesar 1,5 mg/m . Sedangkan rata-
kan pada musim kemarau, dimana
rata minimum klorofil pada 0 mg/m3
suhu
dan rata-rata maksimum pada 19,6
optimum 0
pada
musim
kemarau 26,24 C sedangkan suhu
mg/m3.
Gambar 8. Peta sebaran klorofil di perairan Selat Madura tanggal 23 Agustus 2002 hasil ekstraksi citra satelit Landsat (sumber: hasil analisis citra)
Muhsoni, F. F., dkk, Pemetaan Lokasi Fishing ..............
59
Gambar 9. Peta sebaran klorofil di perairan Selat Madura tanggal 19 Januari 2006 hasil ekstraksi citra satelit Landsat (sumber: hasil analisis citra) Hasil
ekstraksi
sebaran
(kemarau). Hal ini bisa disimpulkan
klorofil dari citra satelit Landsat pada
bahwa curah hujan juga sangat
tanggal 11 Januari 2006 menunjuk-
mempengaruhi sebaran klorofil yang
kan bahwa daerah yang mempunyai
terjadi di perairan.
kandungan klorofil tinggi terdapat
Pemodelan untuk Pendugaan Daerah Penangkapan Ikan (Fishing Ground)
pada daerah selat antara Surabaya dan
Bangkalan,
pesisir
Pulau
Madura dan perairan Sumenep.. Hasil ini menunjukkan kandungan klorofil optimum sebesar 8,3 mg/m3. Sedangkan rata-rata minimum klorofil pada -0,02 mg/m3 dan rata-rata maksimum pada 41,95 mg/m3. Jika dibandingkan antara bulan kemarua dan penghujan menunjukkan bahwa bulan Januari (penghujan) mempunyai kandungan klorofil lebih tinggi dibandingkan dengan bulan Agustus
Peta daerah penangkapan ikan pada musim kemarau pada Gambar 10. Peta ini dianalisis dari citra satelit Landsat tanggal 23 Agustus
2002,
yang
dianggap
mewakili musim kemarau. Hasil dari pemodelan tersebut mendapatkan sebagian besar wilayah perairan Selat Madura sangat sesuai untuk daerah penangkapan. Daerah yang sesuai hanya pada perairan selat antara Surabaya dan Bangkalan
60
Jurnal Fisika FLUX, Vol. 6 No. 1, Pebruari 2009 (50 – 64)
serta daerah pesisir Pulau Madura.
perairan yang sangat sesuai men-
Sedangkan untuk daerah yang tidak
capai
sesuai nampak sedikit sehingga
sesuai 2215 Ha (36,99%) dan yang
tidak begitu terlihat pada peta. Luas
tidak sesuai 297 Ha (4,96%).
3475 Ha (58,04%), yang
Gambar 10. Peta daerah penangkapan ikan di perairan Selat Madura tanggal 23 Agustus 2002 hasil ekstraksi citra satelit Landsat (sumber: hasil analisis citra)
Gambar 11. Peta daerah penangkapan ikan di perairan Selat Madura tanggal 19 Januari 2006 hasil ekstraksi citra satelit Landsat (sumber: hasil analisis citra)
Muhsoni, F. F., dkk, Pemetaan Lokasi Fishing ..............
Sedangkan
peta
daerah
dari
musim
merupakan produsen primer yang
pada
merupakan sumber utama makanan
Gambar 11. Peta ini dianalisis dari
di perairan. Selain itu faktor te-
citra satelit Landsat tanggal 11
rjadinya upwelling yang mengangkat
Januari
sumber makanan dari dasar banyak
penangkapan ikan pada penghujan
dapat
2006,
dilihat
yang
dianggap
musim
kemarau
61
mewakili musim penghujan. Hasil
terjadi
dari pemodelan tersebut mendapat-
dikarenakan perbedaan suhu pada
kan hampir semua wilayah perairan
perairan.
Selat Madura sangat sesuai untuk
Uji Akurasi Parameter Penentu Model Daerah Penangkapan Ikan
daerah penangkapan. Daerah yang
sedikit
sehingga
tidak
musim
penghujan
Parameter penentu pemodel-
sesuai ataupun tidak sesuai hanya nampak
pada
yang
an
daerah
penangkapan
ikan
terlihat pada peta. Luas perairan
dilakukan dengan membandingkan
yang sangat sesuai mencapai 7125
antara hasil pengukuran lapangan
Ha (94,44%), yang sesuai mencapai
dengan hasil analisis citra satelit
218 Ha (2,89%) dan yang tidak
Landsat.
sesuai mencapai 200 Ha.(2,65%)
daerah
Perbandingan
daerah
pe-
Parameter penangkapan
dilakukan
uji
pemodelan ikan
yang
adalah
suhu
nangkapan antara musim kemarau
permukaan laut dan
dan musim penghujan menunjukkan
dilakukan dengan mecari
bahwa musim penghujan wilayah
antara data lapangan dengan hasil
daerah penangkapan yang sangat
analisis
sesuai untuk pengkapan lebih luas
mendapatkan perbandingan antara
dibandingkan dengan musi kemarau.
data lapang dengan analisis citra
Ini menunjukkan bahwa pada musim
satelit untuk suhu permukaan laut
penghujan musim ikan lebih banyak
mendapatkan nilai RMSE sebesar
dari musim kemarau. Hal ini sesuai
2,32, dengan standart deviasi 1,9
dengan informasi dari lapang yang
dan standart error mean sebesar
menyatakan
penghujan
0,527. Hasil uji akurasi mendapatkan
jumlah ikan lebih banyak dari musim
perbandingan antara data lapang
kemarau. Hal ini bisa disebabkan
dengan analisis citra satelit untuk
pada
kadar
musim
musim
penghujan
jumlah
produksi klorofil jauh lebih banyak
RMSE
citra.
klorofil
Hasil
klorofi. Uji
uji
RMSE
akurasi
mendapatkan
sebesar
2,31,
nilai
dengan
62
Jurnal Fisika FLUX, Vol. 6 No. 1, Pebruari 2009 (50 – 64)
standart deviasi 1,63 dan standart
demersal di perairan Selat Madura
error mean sebesar 0,452.
cenderung melewati batas kemam-
Produksi per Unit Tangkap (CPUE) dan Status Pemanfaatan Perikanan di Perairan Selat Madura
puan pemulihan stok sumberdaya
Analisis status CPUE dan
atau telah mengalami over fishing. Kelebihan tangkap/over fishing terjadi pada tiga tahun terahir.
status pemanfaatan perikanan di Selat
Madura
menurut jenis
dibagi alat,
menjadi
yaitu status
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan.
pemanfaatan untuk alat demersal
1. Peta sebaran salinitas perairan di
dan status pemanfaatan untuk alat
Selat Madura antara 27-6 ppm.
pelagis/permukaan.
Salinitas
tinggi
terdapat
pada
Hasil estimasi mendapatkan
daerah sekitar Pulau Madura.
bahwa jumlah effort optimal (Eopt )
Sedangkan salinitas rendah ada
bagi perikanan pelagis di perairan
pada
Selat
Pasuruan, Probolinggo. Sebaran
Madura
setara
461385.99
trip/tahun. Sedangkan total tangkapan
pada
seimbangan (Cmsy)
kondisi
hasil ke-
dicapai pada
sekitar
Pantai
Sidoarjo,
pH berkisar antara 8-9. pH 9 terdapat
di
wilayah
Pantai
Pasuruan dan Probolinggo serta
46500.06 ton/tahun, maka CPUE
selat
untuk perikanan pelagis 0.10 ton/trip.
Bangkalan. Sebaran kecerahan
Indikasi over-fishing perikanan pela-
berkisar antara 0-2 m. Kecerah-
gis di perairan Selat Madura sudah
an terendah ada pada wilayah
terjadi pada tahun 1997. Hasil dari
perairan selat antara Surabaya
perhitungan
dan Bangkalan.
mendapatkan
bahwa
jumlah effort optimal (Eopt) di wilayah perairan
Madura
Surabaya
dan
2. Sebaran suhu permukaan laut
untuk
dari citra Landsat pada musim
mencapai
kemarau berkisar antara 24,1-
758962.95 trip/tahun setara dengan
27,30C, pada musim penghujan
Dogol. Sedangkan total produksi
antara 24,7-28,60C. Suhu opti-
keseimbangan
mum
perikanan
Selat
antara
demersal
adalah
sekitar
pada
musim
penghujan
24999.80 ton/tahun, maka CPUE
lebih rendah dibandingkan pada
untuk perikanan demersal sebesar
musim kemarau. Sebaran klorofil
0.03 ton/trip. Eksploitasi perikanan
pada musim kemarau antara 0-
Muhsoni, F. F., dkk, Pemetaan Lokasi Fishing ..............
19,6 mg/m3, pada musim peng3
hujan antara -0,02-41,95 mg/m . 3. Peta daerah penangkapan ikan
dengan
status
tiga tahun terahir. Saran.
kan
1. Kendala
besar
wilayah
pemanfaatan
terjadi kelebihan tangkap pada
pada musim kemarau mendapatsebagian
63
penggunaan
satelit
perairan Selat Madura sangat
untuk meginderaan jauh terutama
sesuai untuk daerah penangkap-
Landsat ETM+ ini sangat banyak
an (58,04%). Daerah yang sesuai
terutama setelah terjadi kerusak-
hanya pada perairan selat antara
an
Surabaya dan Bangkalan serta
sehingga sangat susah untuk
daerah
mendapatkan citra tanpa striping,
pesisir
(36,99%),
Pulau
daerah
Madura
yang
tidak
sensor
sehingga
pada
satelit
disarankan
ini
untuk
sesuai nampak sedikit sehingga
menggunakan satelit lain seperti
tidak begitu terlihat pada peta
ASTER, SEA WIF, NOAA.
(4,96%). Pada musim penghujan
2. Perlunya
hampir semua wilayah perairan
untuk
Selat Madura sangat sesuai untuk
validasi hasil ekstraksi dari citra
daerah penangkapan yang men-
satelit dengan hasil tangkapan di
capai 94,44%, yang sesuai men-
lapang
dilakukan
melihat
uji lapang
seberapa
jauh
capai 2,89% dan yang tidak sesuai 2,65%.
DAFTAR PUSTAKA
4. Hasil uji akurasi suhu permukaan laut
pada
musim
mendapatkan 2,32 dan
RMSE
kemarau sebesar
kandungan klorofil
mendapatkan RMSE 2,31. 5. Hasil estimasi untuk perikanan pelagis mendapatkan nilai CpUE sebesar
0.10
ton/trip
dengan
status pemanfaatan terjadi indikasi over-fishing pada tahun1997. Hasil estimasi untuk perikanan demersal CpUE
mendapatkan
sebesar
0.03
nilai ton/trip
Chandrasekar. K. 2005. National Agricultural Drought Assessment and Monitoring System. National Remote Sensing Agency. Indian Space Research Organisation Department of Space Government of India. Regional Workshop on Cooperative Mechanism in Space Technology Application for Natural Disaster Management 5-6th June, Beijing, China. Danoedoro P. 1996. Pengolahan Citra Digital Teori dan Aplikasinya dalam Bidang Penginderaan Jauh. Fakultas Geografi Universitas gadjah Mada. Yogyakarta.
64
Jurnal Fisika FLUX, Vol. 6 No. 1, Pebruari 2009 (50 – 64)
Danoedoro P. 1989. Hubungan antara Konsentrasi Klorofil dan Informasi Spektral Vegetasi pada Data Digital Multispektral SPOT Daerah Sekitar Lereng Gunungapi Merapi Bagian Selatan. Fakultas Geografi UGM. Yogyakarta.
Risdianto, R. K. 1995. Algoritma Pendugaan Konsentrasi Klorofila Berdasarkan Data Landsat TM untuk Pemetaan Horisontal Produksi Primer di Perairan Selatan Jawa-Barat. Fakultas Perikanan. IPB. Bogor. 106 halaman.
Howard, J.A. 1991. Remote Sensing of Forest Resources; Theory and Application (terjamahan). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Rolf A. 2004. Principles of Remote Sensing and Geographic Information System. ITC. Enschede. The Netherlands.
Jensen, J.R. 1996. Introductory Digital Image Processing a Remote Sensing Perspective. Second Edition. Prentice Hal, Upper Saddle Rver, New Jersey. Lillesand, T. M., and F. W. Kiefer. 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Alih Bahasa : Duhari dkk. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 725 halaman. Purwadhi S.H. 2001. Interpretasi Citra Digital. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.
Syah, F. A. 2004. Model Hubungan Antara Karakter Spektral (Reflektansi) Klorofil-a dan Konsentrasinya di Perairan Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu. Jurusan Ilmu Kelautan. FPIK. IPB. Bogor. 75 halaman. Hasyim, B. dan Dewi, R.S., 1998. Pengamatana Pola Daerah Penangkapan di Perairan Selat Sunda Berdasarkan Distribusi Suhu Permukaan Laut dari Data NOAA-AVHRR, Proceeding of Annual Convention of the Indonesia Society of Remote Sensing.