1 PEMBUATAN INTERFACE KONFIGURASI ROUTER DAN MANAJEMEN BANDWIDTH BERBASIS WEB TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Ahl...
PEMBUATAN INTERFACE KONFIGURASI ROUTER DAN MANAJEMEN BANDWIDTH BERBASIS WEB
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Program Diploma III Teknik Informatika
Disusun oleh : SOVYAN AFANDY NIM. M3209082
PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Sovyan Afandy. M3209082. DEVELOPING OF WEB-BASED ROUTER INTERFACE CONFIGURATION AND BANDWIDTH MANAGEMENT final project, Surakarta: Faculty of Mathematics and Sciences, University of Sebelas Maret Surakarta, 2012. The router and bandwidth management server can be built from an installed server computer by several software boosters. However, the several supporting softwares are belong to freeware-software that are still using CLI (command line interface) and there is no special interface to configure yet. These issues are required the solution for configuration of the router and bandwidth management server. Therefore, it is necessary to create a specific interface to simpifly the configuration of the router and bandwidth management server that is built from the server computer. In this final project is made a web-based interface for configuring the router that is built using a computer server. The interface has a routing facility like static routes configuration and dynamic routes. Dynamic route protocol that can be configured with this interface were RIP_v2 protocol, OSPF and BGP. This interface also provides some additional features such as bandwidth configuration management, firewall to do drop IP, several tools that is very needed in computer networks such as ping and traceroute. Some interface software boosters are debian squeeze 6.0 as the operating system, the quagga as software routing, HTB-tools for bandwidth management, iptables as firewall and NAT, bridge-utils as a bridge, PHP as a language programming interface and Apache as the webserver. This interface is introduced by the writer and the name was DBIOSS INTRO (debian operating system simple interface router). It can be concluded that this web-based interface can be used as a substituter of CLI mode on the router configuration and bandwidth management by the network administrator. Keywords: Bandwidth management, BGP, bridge, computer server, Debian Squeeze 6.0, firewall, HTB-tools, NAT, networking, OSPF, PHP, Quagga, RIPv2, router, routing protocol, web-based Interface.
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Sovyan Afandy. M3209082. PEMBUATAN INTERFACE KONFIGURASI ROUTER DAN MANAJEMEN BANDWIDTH BERBASIS WEB Tugas Akhir, Surakarta : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2012. Perangkat router dan server manajemen bandwidth, dapat di bangun dari sebuah komputer server yang diinstall oleh beberapa software pendukung. Namun, beberapa software tersebut yang tergolong freeware masih menggunakan CLI (command line interface) dan belum terdapat interface khusus untuk melakukan konfigurasi. Hal inilah yang dirasa cukup sulit dalam hal konfigurasi terhadap sebuah router atau server manajemen bandwidth. Oleh karena itu perlu adanya interface khusus yang mempermudah dalam melakukan konfigurasi sebuah perangkat router dan server manajemen bandwidth yang dibangun dari komputer server. Dalam tugas akhir ini telah dibuat sebuah interface berbasis web untuk keperluan konfigurasi perangkat router yang dibangun dengan menggunakan komputer server. Interface yang telah dibuat memiliki fasilitas routing berupa konfigurasi static route dan dynamic route. Untuk protocol dynamic route yang dapat di konfigurasi dengan interface ini adalah protocol RIP_v2, OSPF dan BGP. Interface ini juga dilengkapi beberapa fasilitas tambahan seperti konfigurasi manajemen bandwidth, firewall untuk melakukan drop IP, beberapa tool yang sangat dibutuhkan dalam jaringan komputer seperti ping dan traceroute. Beberapa software pedukung interface ini adalah debian squeeze 6.0 sebagai operating system, quagga sebagai software routing, HTB-tool sebagai manajemen bandwith, iptables sebagai firewall dan NAT, bridge-utils sebagai bridge, PHP sebagai bahasa pemprograman interface dan apache sebagai webserver. Interface ini oleh penulis diperkenalkan dengan nama DBIOSS INTRO (debian operating system simple interface router). Dapat disimpulkan bahwa interface berbasis web ini dapat digunakan sebagai pengganti penggunaan mode CLI pada konfigurasi router dan manajemen bandwidth oleh administrator jaringan. Kata kunci : BGP, bridge, Debian Squeeze 6.0, firewall, HTB-tool, Interface berbasis web, komputer server, manajemen bandwidth, networking, NAT, OSPF, PHP, Quagga, RIPv2, router, routing protocol.
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karuniaNya, sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir dengan judul PEMBUATAN
INTERFACE
KONFIGURASI
ROUTER
MANAJEMEN BANDWIDTH BERBASIS WEB
DAN untuk
memenuhi persyaratan kelulusan Program Diploma III Teknik Informatika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini, tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak, sehingga segala kesulitan dalam penyusunan dapat penulis atasi. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1.
2.
Bapak Prof. Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc (Hons), Ph.D, selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta. Bapak Drs. Y. S. Palgunadi, M. Sc, selaku Ketua Program Diploma III Teknik Informatika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3.
Bapak Agus Purnomo, S.Si, selaku dosen pembimbing yang banyak sekali meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan arahan dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
4.
Meiyanto Eko Sulistyo, S.T., M. Eng., selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktunya untuk petunjuk dan arahan dalam sidang Tugas Akhir ini
5. dorongan kepada penulis baik secara moril maupun materiil. 6.
Rekan rekan mahasiswa D3 Teknik Informatika angkatan 2009.
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini terdapat kekurangan, sehingga penulisan laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pembaca. Surakarta,
Juni 2012
Penulis
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii ABSTRACT .................................................................................................... iv ABSTRAK ...................................................................................................... v KATA PENGANTAR .................................................................................... vi DAFTAR ISI ................................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1 1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 2 1.3 Batasan Masalah............................................................................. 2 1.4 Tujuan
Gambar 2.1 Sistem Arsitektur Quagga ............................................................ 12 Gambar 2.2 Alur Kerja HTB............................................................................ 16 Gambar 2.3 Contoh HTB Untuk Membatasi Upload ...................................... 17 Gambar 2.4 Contoh HTB Untuk Membatasi Download .................................. 18 Gambar 3.1 Alur Kerja Interface Router Dan Server Bandwidth Manajemen 24 Gambar 3.2 Tahapan Pengerjaan ..................................................................... 27 Gambar 3.3 Layout Interface Login Web ........................................................ 29 Gambar 3.4 Layout Interface Konfigurasi ....................................................... 29 Gambar 3.5 Site Menu ...................................................................................... 30 Gambar 4.1 Menjalankan Apache Dan Mysql ................................................. 34 Gambar 4.2 Proses Apache Dan Mysql Yang Telah Berjalan ......................... 35 Gambar 4.3 Aplikasi PHP ................................................................................ 35 Gambar 4.4 Aplikasi Brctl ............................................................................... 36 Gambar 4.5 Aplikasi Iptables ........................................................................... 36 Gambar 4.6 File Konfigurasi Daemon Quagga................................................ 38 Gambar 4.7 Restart Proses Quagga ................................................................. 39 Gambar 4.8 Proses Quagga .............................................................................. 39 Gambar 4.9 File Konfigurasi Quagga .............................................................. 40 Gambar 4.10 File Konfigurasi Default Zebra.Conf ......................................... 41 Gambar 4.11 File Konfigurasi Default Ripd.Conf ........................................... 41 Gambar 4.12 File Konfigurasi Default Ospfd.Conf ......................................... 42 Gambar 4.13 File Konfigurasi Default Bgpd.Conf .......................................... 42 Gambar 4.14 Telnet Routing Daemon Zebra ................................................... 43 Gambar 4.15 File Konfigurasi HTB Tool ........................................................ 44 Gambar 4.16 File Konfigurasi HTB Tool Pada Directory Sbin ...................... 44 Gambar 4.17 File Konfigurasi HTB Tool Pada Directory Etc ........................ 45 Gambar 4.18 Aplikasi HTB Tool ..................................................................... 46 Gambar 4.19 Interface Login Router ............................................................... 58 Gambar 4.20 Validasi User Yang Salah Memasukkan
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Password / Username ............................................................... 58 Gambar 4.21 Halaman Pemeriksaan Javascript Pada Browser User .............. 59 Gambar 4.22 Menu Utama Halaman Basic Configuration .............................. 59 Gambar 4.23 Halaman IP Address Configuration ........................................... 60 Gambar 4.24 Halaman DNS Configuration..................................................... 60 Gambar 4.25 Halaman NAT Configuration..................................................... 60 Gambar 4.26 Halaman Bridge Configuration .................................................. 61 Gambar 4.27 Halaman Firewall Configuration ............................................... 61 Gambar 4.28 Menu Utama Halaman Routing Protocol ................................... 51 Gambar 4.29 Halaman Routing Static.............................................................. 62 Gambar 4.30 Halaman Routing RIP................................................................. 62 Gambar 4.31 Routing RIP Redistribute ........................................................... 63 Gambar 4.32 Halaman Routing OSPF ............................................................. 63 Gambar 4.33 Halaman Routing BGP ............................................................... 63 Gambar 4.34 Halaman Default Route .............................................................. 64 Gambar 4.35 Halaman Status IP Forwarding .................................................. 64 Gambar 4.36 Menu Utama Halaman Manajemen Bandwidth ......................... 64 Gambar 4.37 Halaman Create Interface Untuk Limiter .................................. 65 Gambar 4.38 Halaman Limiter Konfigurasi..................................................... 65 Gambar 4.39 Halaman Start/Stop Limiter ........................................................ 65 Gambar 4.40 Menu Utama Halaman Route Table ........................................... 66 Gambar 4.41 Menu Utama Halaman Utility .................................................... 66 Gambar 4.42 Halaman Ping ............................................................................. 67 Gambar 4.43 Halaman Traceroute ................................................................... 67 Gambar 4.44 Halaman Restart Quagga ........................................................... 67 Gambar 4.45 Menu Utama Halaman User Configuration ............................... 68 Gambar 4.46 Halaman User Management ....................................................... 68 Gambar 4.47 Halaman Quagga Telnet Password Management ...................... 68 Gambar 4.48 Halaman Setelah Logout Dari Halaman Web............................. 69 Gambar 4.49 Topologi Pengujian .................................................................... 69 Gambar 4.50 Pemilihan Interface Pada ROUTER_DBIOSS INTRO ............. 71
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.51 Konfigurasi Ip Address Pada Interface Eth2 ROUTER_DBIOSS INTRO ....................................................................................... 71 Gambar 4.52 Konfigurasi Network Interface Eth2 ROUTER_DBIOSS INTRO ....................................................................................... 71 Gambar 4.53 Konfigurasi Network Interface Eth1 ROUTER_DBIOSS INTRO ....................................................................................... 72 Gambar 4.54 Konfigurasi Default Route ROUTER_DBIOSS INTRO ........... 72 Gambar 4.55 Konfigurasi DNS ROUTER_DBIOSS INTRO ......................... 72 Gambar 4.56 Cek Koneksi Ke WAN Dengan Ping ......................................... 73 Gambar 4.57 Konfigurasi NAT ROUTER_DBIOSS INTRO ......................... 73 Gambar 4.58 Cek Koneksi Ke DNS Dari PC Client........................................ 74 Gambar 4.59 Konfigurasi Interface Manajemen Bandwidth ROUTER_DBIOSS INTRO ...................................................... 75 Gambar 4.60 Konfigurasi Limiter ROUTER_DBIOSS INTRO ..................... 75 Gambar 4.61 Konfigurasi Limiter ROUTER_DBIOSS INTRO Untuk Class_1 Dan Class_2 ................................................................. 76 Gambar 4.62 List Table Limit Configure Group Class_1 ................................ 76 Gambar 4.63 List Table Limit Configure Class_2 ........................................... 77 Gambar 4.64 Edit Client_1 Class_2................................................................. 77 Gambar 4.65 Start Limiter Eth1 Setelah Konfigurasi Class_1 Dan Class_2 .. 78 Gambar 4.66 Test Download Client_1 Class_1 ............................................... 78 Gambar 4.67 Test Download Client_2 Class_1 ............................................... 78 Gambar 4.68 Test Download Client_1 Class_2 ............................................... 79 Gambar 4.69 Test Download Client_2 Class_2 ............................................... 79 Gambar 4.70 Q_Show Htb-Tool Untuk Goup Class_1 Dan Class_2 .............. 79 Gambar 4.71 Konfigurasi Firewall ROUTER_DBIOSS INTRO .................... 80 Gambar 4.72 Cek Koneksi Ke DNS Dari PC Client Setelah Drop IP Address ...................................................................................... 80 Gambar 4.73 Konfigurasi Bridge ROUTER_DBIOSS INTRO ...................... 81 Gambar 4.74 Table Yang Telah Di Konfigurasi .............................................. 81 Gambar 4.75 Pengecekan Bridge Melalui Client............................................. 82
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.76 List Table Limit Configure Class_3 ........................................... 83 Gambar 4.77 Start Limiter Eth1 Setelah Penambahan Class_3 ...................... 83 Gambar 4.78 Test Download Client_1a Class_3 ............................................. 84 Gambar 4.79 Test Download Client_1b Class_3 ............................................. 84 Gambar 4.80 Q_Show Htb-Tool Setelah Penambahan Class_3 ...................... 84 Gambar 4.81 Konfigurasi Network Interface Eth3 ROUTER_DBIOSS INTRO ....................................................................................... 86 Gambar 4.82 Test Koneksi Point To Point Dengan ROUTER_RIP1 .............. 86 Gambar 4.83 Konfigurasi Routing Protocol Ripv2 ......................................... 86 Gambar 4.84 Table Network Ripv2 Yang Telah Di Konfigurasi..................... 87 Gambar 4.85 Konfigurasi Resdistribute BGP Pada Protocol Ripv2 ............... 87 Gambar 4.86 Konfigurasi Network Interface Eth0 ROUTER_DBIOSS INTRO ....................................................................................... 87 Gambar 4.87 Konfigurasi AS-Number BGP .................................................... 88 Gambar 4.88 Konfigurasi Peer BGP ............................................................... 88 Gambar 4.89 Konfigurasi Advertise Network BGP ......................................... 88 Gambar 4.90 Konfigurasi Resdistribute RIP Pada Protocol BGP ................... 89 Gambar 4.91 Routing Table ROUTER_RIP2 .................................................. 90 Gambar 4.92 Routing Table ROUTER_BGP2 ................................................ 90 Gambar 4.93 Routing Table ROUTER_DBIOSS INTRO............................... 91 Gambar 4.94 Ping Network ROUTER_BGP1 ................................................. 91 Gambar 4.95 Ping Network ROUTER_DBIOSS INTRO ............................... 91 Gambar 4.96 Ping Network ROUTER_RIP1 Atau ROUTER_OSPF1 ......... 92 Gambar 4.97 Ping Network ROUTER_RIP2 Atau ROUTER_OSPF2 ......... 92 Gambar 4.98 Ping Network PC7 ...................................................................... 92 Gambar 4.99 Ping Network PC8 ...................................................................... 92 Gambar 4.100 Konfigurasi Routing Protocol OSPF ....................................... 94 Gambar 4.101 Konfigurasi Resdistribute OSPF Pada Protocol BGP ............. 94 Gambar 4.102 Konfigurasi Resdistribute BGP Pada Protocol OSPF.............. 95 Gambar 4.103 Routing Table ROUTER_BGP2 Dalam Pengujian Keempat .. 95 Gambar 4.104 Ping Network ROUTER_BGP1 Dalam Pengujian Keempat ... 95
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.105 Ping Network ROUTER_DBIOSS INTRO Dalam Pengujian Keempat.................................................................................... 96 Gambar 4.106 Ping Network Router_Ospf1 .................................................... 96 Gambar 4.107 Ping Network ROUTER_OSPF2 ............................................. 96
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah perangkat router dan manajemen bandwidth memiliki peranan penting dalam jaringan komputer. Perangkat tersebut, dapat di bangun dari sebuah komputer server yang diinstall beberapa software pendukung seperti quagga untuk kebutuhan routing dan HTB tool untuk manajemen bandwidth dengan operating system open source seperti linux sebagai back-end nya. Namun, software tersebut masih menggunakan CLI (command line interface) dan belum terdapat interface khusus untuk melakukan konfigurasi. Hal inilah yang dirasa cukup sulit dalam hal konfigurasi terhadap sebuah router atau server manajemen bandwidth. Karena jika kita ingin melakukan konfigurasi terhadap sebuah router atau server manajemen bandwidth, minimal kita harus mengetahui perintah-perintah yang digunakan oleh sistem router dan manajemen bandwidth tersebut. Hal tersebut dapat diatasi dengan membangun sebuah interface router dan server manajemen bandwidth dengan sistem pengaturan berbasis web yang bersifat user-friendly. Dengan demikian, kegiatan
seorang admin
dalam
melakukan konfigurasi terhadap sebuah router atau manajemen bandwidth dapat diselesaikan dalam waktu yang lebih singkat dan tanpa harus menguasai perintahperintah yang ada dalam router atau manajemen bandwidth. Pada project tugas akhir mahasiswa D3 Teknik Informatika Universitas Sebelas Maret pada tahun 2011, sudah terdapat project dengan judul pembuatan interface router berbasis web menggunakan Ubuntu Server 11.0 oleh Ira Asta Wredhana dan
server bandwidth manajemen berbasis Kintoko
Setyowidiyanto. Akan tetapi pada kedua project tersebut masih terdapat kekurangan dalam routing dynamic, yaitu belum terdapat protocol BGP ( Border gateway protocol) Dan belum terdapat tools untuk firewall. Karena
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
untuk routing dan manajemen bandwith merupakan project yang terpisah dan juga menggunakan operating system yang berbeda. Maka dari itu penulis mengajukan penggabungan dan penambahan kekurangan dari kedua project tersebut untuk project Tugas Akhir
dengan
judul
pembuatan
interface
konfigurasi Router dan manajemen bandwidth berbasis web. 1.2. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah di kemukakan di atas, dapat diambil rumusan masalah yang akan di bahas dalam penyusunan Tugas Akhir ini yaitu : 1. Bagaimana membuat sebuah interface untuk konfigurasi router dan manajemen bandwidth yang telah di buat pada project tugas akhir mahasiswa D3 Teknik Informatika Universitas sebelas maret pada tahun
2011, untuk di sempurnakan dengan penambahan routing
dynamic BGP, dan firewall. 2. Bagaiman membuat suatu interface yang dapat menangani konfigurasi router dan manajemen bandwidth. 1.3. Batasan masalah Untuk membatasi kajian masalah dalam penyusunan laporan tugas akhir ini, maka pembahasan masalah mengacu pada batasan berikut: 1. interface konfigurasi router dibuat menggunakan bahasa pemrograman PHP. 2. protokol routing yang disertakan adalah routing statis menggunakan daemon zebra dan dinamis dengan protokol routing dinamis yang disertakan adalah RIPv2 menggunakan daemon ripd, OSPF menggunakan daemon ospfd, dan BGP menggunakan daemon bgpd. 3. Server manajemen bandwidth diterapkan pada mode bridging maupun routing.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
1.4. Tujuan Tujuan
dari
penyusunan
Tugas
Akhir
ini
adalah
pembuatan
interface konfigurasi Router dan manajemen bandwidth berbasis web yang memiliki fasilitas untuk konfigurasi manajemen bandwidth, routing statis, routing dinamis RIPv2, OSPF, BGP, dan firewall. 1.5. Manfaat Manfaat dari pembuatan interface konfigurasi Router dan manajemen bandwidth berbasis web adalah mempermudah dan mempercepat administrator jaringan dalam melakukan konfigurasi router dan manajemen bandwidth melalui interface web. 1.6. Metodologi Penelitian Metode penelitian merupakan tahapan yang dilakukan saat melakukan suatu penelitian. Tahapan dalam penelitian meliputi : 1.
Tahap Pengumpulan Data Tahap pengumpulan data dilakukan untuk menambah pengetahuan dan
mencari referensi bahan. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan study literatur dengan membaca literatur maupun bahan bahan teori baik berupa buku, data dari internet yang dapat membantu pembuatan tugas akhir maupun laporan tugas akhir. 2.
Tahap Perancangan dan Pembuatan Interface Tahap ini merupakan perancangan dan pembuatan interface yang meliputi
perancangan dan pembuatan sistem kerja interface dengan PHP serta pemasangan template pada interface web.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
3.
Tahap Pengujian Interface Tahap pengujian interface dilakukan agar dapat mengetahui apakah sistem
kerja interface telah sesuai atau belum. 1.7. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini dibagi menjadi lima bab, yaitu sebagai berikut : Bab I
PENDAHULUAN Memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan dalam tugas akhir.
Bab II
LANDASAN TEORI Landasan teori memuat tinjauan pustaka dan teori yang mendukung dalam pembuatan tugas akhir.
Bab III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Memuat tentang Perancangan dan perancangan tugas akhir serta alat dan bahan yang digunakan. Bab IV IMPLEMENTASI DAN ANALISA Memuat tentang tahap-tahap penelitian, implementasi Perancangan dan hasil analisa data yang telah diperoleh dalam penyusunan tugas akhir. Bab V
PENUTUP Memuat tentang kesimpulan dan saran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Routing Routing merupakan proses adalah proses dimana suatu router memforward paket ke jaringan yang dituju. Perangkat jaringan yang menangani proses routing adalah router. Router memiliki kemampuan intelijensi dalam melakukan proses routing. Pada umumnya sebuah router dapat diprogram secara manual dengan jalur informasi yang sebelumnya telah ditetapkan yang disebut juga dengan routing statis, atau router juga dapat menjalankan aplikasi yang memfasilitasi proses learning dan sharing informasi routing secara otomatis. Proses perolehan informasi routing dengan metode tersebut disebut juga dengan routing dinamis. (Aziz et. al., 2002) 2.1.1. Routing Statis dan Dinamis Informasi jalur routing statis dapat secara manual diprogram ke router dan menjadikan router untuk hanya menggunakan interface tertentu atau alamat IP hop berikutnya untuk meneruskan paket ke alamat tujuan yang sesuai. Routing statis memiliki kemampuan untuk menyesuaikan alamat jaringan dengan cakupan yang luas. Namun cara lain untuk memperoleh informasi routing adalah dengan menggunakan aplikasi terdistribusi yang telah diaktifkan pada router yang memungkinkan pengumpulan dan penyebaran informasi routing. Aplikasi routing ini sering disebut sebagai protokol routing dinamis karena mereka tidak hanya berperan sebagai alat pengoleksi jalur routing, akan tetapi juga bekerja secara real-time, melakukan pelacakan kondisi konektivitas dalam jaringan untuk menyediakan informasi routing seakurat mungkin.
commit to user 5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
Hal ini bertentangan dengan sifat routing statis, dimana entri routing dilakukan
secara
manual
dan
membutuhkan
perlakuan
manual
untuk
memprogram ulang router dalam jaringan jika pada jaringan tersebut terjadi perubahan jalur. Secara jelas, protokol routing dinamis memberikan kenyamanan lebih kepada operator jaringan dari pada routing statis dalam hal mengelola informasi routing. Harga untuk kenyamanan ini, bagaimanapun, adalah kompleksitas dalam melakukan konfigurasi dan troubleshooting. Pengoperasian protokol routing dinamis juga dapat memerlukan banyak resource, memerlukan resource memori dan pemrosesan dalam jumlah yang banyak. Oleh karena itu, bekerja dengan protokol routing dinamis sering memerlukan pengetahuan dan keahlian yang lebih berpengalaman untuk menangani Perancangan jaringan, konfigurasi router, tuning, dan tugas-tugas troubleshooting terkait. Meskipun routing statis tidak begitu memerlukan sumber daya sistem dan membutuhkan
tingkat
keterampilan
teknis
yang
lebih
rendah
dalam
mengkonfigurasi dan troubleshooting, namun upaya dalam memasukkan routing secara statis pada jaringan yang cukup besar membuatnya menjadi pilihan yang kurang menarik. Secara jelas, routing statis bukan kandidat yang baik untuk perusahaan besar saat ini dan untuk penyedia layanan Internet (ISP). Kelemahan lain dari routing statis adalah bahwa routing statis kurang fleksibel untuk implementasi pada policy routing yang rumit. Ketika terdapat implementasi policy routing, tidak ada pengganti yang lebih baik untuk kecerdasan dan fleksibilitas yang disediakan oleh protokol routing dinamis. (Aziz et. al., 2002) Berikut merupakan jenis protokol routing dinamis yang di gunakan dalam project tugas akhir ini : 1. Routing Information Protocol (RIP) RIP adalah protokol distance vector yang menggunakan jumlah hop sebagai metrik. Protokol ini sangat sederhana dan ditujukan untuk jaringan kecil. RIP mirip dengan gated, yang didistribusikan oleh versi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
FreeBSD dari UNIX. Sebelum RFC untuk RIP Versi 1 (RIP-1) ditulis, beberapa versi dari RIP telah tersebar dimana-mana. RIP merupakan protokol classful, yang berarti bahwa ia tidak membawa informasi subnet mask dalam proses routing update. Karena tidak membawa informasi subnet mask, sehingga tidak mendukung Variable Length Subnet Masking (VLSM) dan jaringan yang tidak berhubungan (discontiguous). RIP memungkinkan perangkat untuk bertukar informasi tentang jaringan mereka yang terhubung secara langsung (directly connected), serta setiap jaringan lain yang telah mereka pelajari dari perangkat RIP lainnya. RIP mengirimkan informasi routing nya setiap 30 detik, yang merupakan waktu update default. Timer ini dapat dikonfigurasi. Timer hold-down menentukan berapa lama sebuah router harus menunggu sebelum melakukan flushing informasi dari tabel routing. RFC 1058 ditulis untuk menyediakan standar untuk RIP, yang menggunakan algoritma Bellman-Ford untuk menghitung metrik nya. (Aziz et. al., 2002) 2. Open Shortest Path First (OSPF) OSPF adalah sebuah protokol interior gateway link-state yang dirancang untuk jaringan besar yang kompleks. Sebagai standar IETF, OSPF secara luas digunakan dalam banyak jaringan besar. Pembangunan dimulai pada tahun 1987, dan OSPF Versi 2 didirikan pada tahun 1991 dengan RFC 1247. Tujuannya adalah untuk memiliki sebuah protokol linkstate yang lebih efisien dan terukur daripada RIP. RFC 2328 (April 1998) adalah revisi terbaru untuk OSPF Versi 2. OSPF berjalan di atas IP dan menggunakan nomor protokol 89, seperti TCP yang berjalan di atas IP dan menggunakan protokol nomor 6.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
OSPF tidak menggunakan protokol transport, seperti TCP, untuk kehandalan. Protokol itu sendiri memiliki mekanisme yang dapat diandalkan dalam transportasi. OSPF adalah sebuah protokol routing classless yang mendukung variable-length subnet masking (VLSM) dan jaringan yang tidak berhubungan (discontiguous). OSPF menggunakan alamat multicast 224.0.0.5 (semua router SPF) dan 224.0.0.6 (Designated Routers [DR] dan Backup designated Routers [BDR]) untuk mengirim paket Hello dan update. OSPF juga menyediakan dua jenis otentikasi yaitu plain text dan Message Digest Algorithm 5 (MD5). OSPF menggunakan algoritma Dijkstra sebagai bagian dari proses perhitungan tabel routing. Algoritma Dijkstra menghasilkan pohon jalur terpendek shortest-path tree (SPT). Setiap router mewakili dirinya sendiri dan link dengan tetangga dalam bentuk yang dimengerti yaitu link-state advertisement (LSAs). Berdasarkan informasi dari pohon jalur terpendek, OSPF dapat menggambarkan bentuk topologi jaringan. Setiap router OSPF saling menukarkan informasi tentang biaya (cost), jenis link, dan informasi jaringan dengan router yang lain. (Aziz et. al., 2002) 3.
Border Gateway Protocol (BGP) BGP atau yang kepanjangannya Border Gateway Protokol merupakan salah satu jenis routing protokol yang digunakan untuk koneksi antar Autonomous System (AS), dan salah satu jenis routing protokol yang banyak digunakan di ISP besar (Telkomsel) ataupun perbankan. BGP termasuk dalam kategori routing protokol jenis Exterior Gateway Protokol (EGP).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
Dengan adanya EGP, router dapat melakukan pertukaran rute dari dan ke luar jaringan lokal Auotonomous System (AS). BGP mempunyai skalabilitas yang tinggi karena dapat melayani pertukaran routing pada beberapa organisasi besar. Oleh karena itu BGP dikenal dengan routing protokol yang sangat rumit dan kompleks. A. Karakteristik BGP : 1. Menggunakan algoritma routing distance vektor.Algoritma routing distance vector secara periodik menyalin table routing dari router ke router. Perubahan table routing di update antar router yang saling berhubungan pada saat terjadi perubahan topologi. 2. Digunakan antara ISP dengan ISP dan client-client. 3. Digunakan untuk merutekan trafik internet antar autonomous system. 4. BGP adalah Path Vector routing protocol.Dalam proses menentukan rute-rute terbaiknya selalu mengacu kepada path yang terbaik dan terpilih yang didapatnya dari router BGP yang lainnya. 5. Router
BGP
membangun
dan
menjaga
koneksi
antar-peer
menggunakan port nomor 179. 6. Koneksi antar-peer dijaga dengan menggunakan sinyal keepalive secara periodik. 7. Metrik (atribut) untuk menentukan rute terbaik sangat kompleks dan dapat dimodifikasi dengan fleksibel. 8. BGP memiliki routing table sendiri yang biasanya memuat prefiksprefiks routing yang diterimanya dari router BGP lain B. Cara Kerja BGP Routing protokol BGP baru dapat dikatakan bekerja pada sebuah router jika sudah terbentuk sesi komunikasi dengan router tetangganya yang juga menjalankan BGP. Sesi komunikasi ini adalah berupa komunikasi dengan protokol TCP dengan nomor port 179. Setelah terjalin
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
komunikasi ini, maka kedua buah router BGP dapat saling bertukar informasi rute. Untuk berhasil menjalin komunikasi dengan router tetangganya sampai dapat saling bertukar informasi routing, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan : 1. Kedua buah router telah dikonfigurasi dengan benar dan siap menjalankan routing protokol BGP. 2. Koneksi antarkedua buah router telah terbentuk dengan baik tanpa adanya gangguan pada media koneksinya. 3. Pastikan paket-paket pesan BGP yang bertugas membentuk sesi BGP dengan router tetangganya dapat samp dengan baik ke tujuannya. 4. Pastikan kedua buah router BGP tidak melakukan pemblokiran port komunikasi TCP 179. 5. Pastikan kedua buah router tidak kehabisan resource saat sesi BGP sudah terbentuk dan berjalan. Untuk membentuk dan mempertahankan sebuah sesi BGP dengan router tetangganya, BGP mempunyai mekanismenya sendiri yang unik. Pembentukan sesi BGP ini mengandalkan paket-paket pesan yang terdiri dari empat macam. Paket-paket tersebut adalah sebagai berikut: 1. Open Message Sesuai dengan namanya, paket pesan jenis ini merupakan paket pembuka sebuah sesi BGP. Paket inilah yang pertama dikirimkan ke router tetangga untuk membangun sebuah sesi komunikasi. Paket ini berisikan informasi mengenai BGP version number, AS number, hold time, dan router ID.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
2. Keepalive Message Paket Keepalive message bertugas untuk menjaga hubungan yang telah terbentuk antarkedua router BGP. Paket jenis ini dikirimkan secara periodik oleh kedua buah router yang bertetangga. Paket ini berukuran 19 byte dan tidak berisikan data sama sekali. 3. Notification Message Paket pesan ini adalah paket yang bertugas menginformasikan error yang terjadi terhadap sebuah sesi BGP. Paket ini berisikan field-field yang berisi jenis error apa yang telah terjadi, sehingga sangat memudahkan penggunanya untuk melakukan troubleshooting. 4. Update Message Paket update merupakan paket pesan utama yang akan membawa informasi rute-rute yang ada. Paket ini berisikan semua informasi rute BGP yang ada dalam jaringan tersebut. Ada tiga komponen utama dalam paket pesan ini, yaitu Network-Layer Reachability Information (NLRI), path attribut, dan withdrawn routes. (Amyrullah, 2011) 2.2. Quagga Quagga merupakan sebuah paket software routing protokol TCP/IP dengan lisensi GNU General Public License, yang bekerja pada lingkungan GNU/Unix dan Solaris. Syntax yang digunakan pada Quagga merupakan syntax yang mirip dengan syntax yang digunakan pada software router lain seperti Cisco. Quagga bekerja dengan cara membagi proses-proses (daemon) menjadi beberapa proses, sesuai dengan protokol masing-masing proses. Misalkan digunakan sebuah protokol routing RIP, maka sebuah daemon baru bernama
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
-proses tersebut dikendalikan oleh sebuah proses yang bernama Zebra. Zebra merupakan IP routing manager bawaan Quagga. Zebra bekerja dengan menyediakan beberapa informasi yang terjadi di dalam kernel, diantaranya adalah update table routing, interfaces lookups, redistribusi rute antar protokol routing yang berbeda. (Anonim-1, 2005) 2.2.1. Sistem arsitektur Quagga
Gambar 2.1 Sistem Arsitektur Quagga Sistem arsitektur Quagga dibagi menjadi beberapa bagian. Daemon zebra merupakan daemon yang bertugas me-manage tiap-tiap daemon protokol routing kernel maupun dengan daemon protokol routing lain. Daemon-daemon dari protokol routing yang terdapat di Quagga dapat di akses melalui protokol vty (telnet). Masing-masing daemon routing memiliki port telnet tersendiri seperti berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
zebrasrv
2600/tcp
# zebra service
zebra
2601/tcp
# zebra vty
ripd
2602/tcp
# RIPd vty
ripngd
2603/tcp
# RIPngd vty
ospfd
2604/tcp
# OSPFd vty
bgpd
2605/tcp
# BGPd vty
ospf6d
2606/tcp
# OSPF6d vty
ospfapi
2607/tcp
# ospfapi vty
isisd
2608/tcp
# ISISd vty
(Anonim-1, 2005) 2.2.2. Routing Statis dengan zebra zebra merupakan daemon pengelola IP routing di Quagga. Zebra menyediakan informasi update tabel routing, lookup interface, dan redistribusi rute antar protokol routing yang berbeda. Untuk melakukan konfigurasi routing statis pada Quagga, perintah yang digunakan pada daemon zebra adalah: network gateway Dimana network adalah alamat network tujuan routing statis dan gateway adalah alamat gateway routing statis. Penulisan network pada daemon zebra dapat
(10.10.10.0 255.255.255.0). (Anonim-1, 2005) 2.2.3. Routing dinamis RIP dengan ripd ripd merupakan daemon yang digunakan untuk melakukan konfigurasi routing RIP di Quagga. Untuk melakukan konfigurasi routing dinamis RIP pada Quagga, perintah yang digunakan pada daemon ripd adalah:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
-
network routing RIP network
memasukkan alamat network RIP. Penulisan network pada daemon ripd dapat
(10.10.10.0 255.255.255.0) atau dengan menggunakan nama out interface/ethernet (eth0). (Anonim-1, 2005) 2.2.4. Routing dinamis OSPF dengan ospfd ospfd merupakan daemon yang digunakan untuk melakukan konfigurasi routing OSPF di Quagga. Untuk melakukan konfigurasi routing dinamis OSPF pada Quagga, perintah yang digunakan pada daemon ospfd adalah: -
network area area
network area area perintah untuk memasukkan alamat network dan area OSPF. Penulisan network
area dapat (0.0.0.0) at
(Anonim-1,
2005) 2.2.5. Routing dinamis BGP dengan bgpd bgpdd merupakan daemon yang digunakan untuk melakukan konfigurasi routing BGP di Quagga. Untuk melakukan konfigurasi routing dinamis BGP pada Quagga, perintah yang digunakan pada daemon bgpd adalah: -
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
-
network
-
router bgp asn
ktifkan proses protokol
BGP dengan ASN tertentu. Setelah pernyataan tersebut, selanjutnya dapat masukan apapun Perintah BGP.
network
merupakan perintah untuk memasukkan alamat network. Penulisan network pada
-as asn
embuat tetangga baru
yang jauh-seperti ASN. peer dapat berupa alamat IPv4. router bgp 1 neighbor 10.0.0.1 remote-as 2 Dalam hal ini router saya, di AS-1, sedang mencoba untuk peer dengan AS-2 dengan ip 10.0.0.1. Perintah ini harus menjadi perintah pertama kali digunakan ketika mengkonfigurasi tetangga. (Anonim-1, 2005) 2.3. HTB (Hierarchical Token Bucket) Hierarchichal Token Bucket (HTB) merupakan teknik penjadwalan paket yang sering digunakan bagi router-router berbasis Linux, dikembangkan pertama kali oleh Martin Devera. Cara kerja HTB yaitu: pada General Scheduler menggunakan mekanisme Deficit Round Robin (DRR) dan pada blok umpan baliknya, Estimator HTB menggunakan Token Bucket Filter (TBF).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
LINKSHARING SCHEDULER
ESTIMATOR
CLASSES
INPUT LINK
GENERAL SCHEDULER
CLASSIFIER
OUTPUT LINK
Gambar 2.2 Alur Kerja HTB. Pada HTB terdapat
parameter ceil sehingga kelas
akan selalu
mendapatkan bandwidth di antara base link dan nilai ceil linknya. Parameter ini dapat dianggap sebagai Estimator kedua, sehingga setiap kelas dapat meminjam bandwidth selama bandwidth total yang diperoleh memiliki nilai di bawah nilai ceil. Hal ini mudah diimplementasikan dengan cara tidak mengijinkan proses peminjaman bandwidth pada saat kelas telah melampaui link ini (keduanya leaves dan interior dapat memiliki ceil). Sebagai catatan, apabila nilai ceil sama dengan nilai base link, maka kelas-kelas tidak diijinkan untuk meminjam bandwidth. Sedangkan jika nilai ceil diset tak terbatas atau dengan nilai yang lebih tinggi seperti kecepatan link yang dimiliki, maka akan didapat fungsi yang sama seperti kelas non-bounded. (Yudha, 2007). Contoh konfigurasi HTB : Asumsikan bahwa kita ingin membatasi kecepatan download maksimum untuk subnet 10.1.1.0/24 sampai 2Mbps dan mendistribusikan jumlah lalu lintas antara server dan workstation menggunakan HTB (membatasi upload 2Mbps). Saat HTB bekerja dalam satu arah dan diimplementasikan pada outbound interface, HTB
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
untuk download akan on pada ether2 dan HTB untuk upload akan on pada ether1. (Anonim-3, 2011)
Gambar 2.3 Contoh HTB Untuk Membatasi Upload
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
Gambar 2.4 Contoh HTB Untuk Membatasi Download 2.4. HTB-tool HTB Tool adalah software yang digunakan untuk manajemen bandwidth yang berjalan pada platform Linux. Cara penggunaan HTB Tool adalah melalui terminal pada Linux. HTB-tool adalah tool yang digunakan untuk menkonfigurasi paket yang menggunakan sistem HTB. Setelah di-instal pada sistem operasi (Linux Debian 6.0), buka terminal dan masuk ke alamat instalasi HTB-tool, misal terdapat pada direktori: /etc/htb, maka masukkan perintah berikut pada terminal: /etc/htb# pico eth1-qos.cfg Akan muncul skript konfigurasi defaultnya. Contoh skripnya sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
#UPLOAD class LAN_1 { bandwidth 256;
# garansi bandwidth yg dialokasikan untuk LAN
limit 256;
# maksimal bandwidth yang bisa dicapai untuk LAN
burst 2;
# maksimum jumlah kbits yang di kirim sekali waktu
Test config dan jalankan shapper /etc/htb# htb eth1 start Applying traffic Rules for device eth1 Checking the config file....OK Checking kernel support for HTB: present.
Mematikan limiter pada sebuah interface /etc/htb# htb eth1 stop deleting Rules for device eth1
Melihat trafik yang berjalan pada sebuah interface /etc/htb# htb eth1 stats to stop viewing the statistics, press Ctrl+C
Memerintahkan HTB untuk membuat skrip yang sedang berjalan pada sebuah interface. /etc/htb# htb eth1 generate compiling Rules for /etc/htb/eth1-qos.cfg... checking the configuration file ... OK. generating configuration file(s) for eth1 the eth1-qos.sh script file is saved to /tmp/eth1-qos.sh you can start the traffic Rules like: tc -b /tmp/eth1-qos.sh
Melihat versi HTB yang dipakai. /etc/htb# htb eth1 version htb-tools initscript for Linux CIR/MIR capabilities v0.8 \(c\) 2003-2005 [email protected]. All rights reserved. This script is released under the terms of www.gnu.org/licenses/gpl.html Work based on http://sgi.rdscv.ro/~ionuts/htb-tools (Gunawan, 2006)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
2.5. Debian Squeeze 6.0 Debian adalah sistem operasi bebas yang dikembangkan secara terbuka oleh banyak programer sukarela (pengembang Debian) yang tergabung dalam Proyek Debian. Sistem operasi Debian adalah gabungan dari perangkat lunak yang dikembangkan dengan lisensi GNU, dan utamanya menggunakan kernel Linux, sehingga populer dengan nama Debian GNU/Linux. Sistem operasi Debian yang menggunakan kernel Linux merupakan salah satu distro Linux yang populer dengan kestabilannya. Dengan memperhitungkan distro berbasis Debian, seperti Ubuntu, Xubuntu, Knoppix, Mint, dan sebagainya, maka Debian merupakan distro Linux yang paling banyak digunakan di dunia. Keunggulan menggunakan Debian adalah mudah di-upgrade, depedensi paket didefinisikan dengan baik, dan dikembangkan secara terbuka. Merupakan satu-satunya distro yang dikembangkan bersama-sama melalui Internet dengan lebih dari 400 pengelola paket menggarap lebih dari 1500 paket dalam mengembangkan Debian. Merupakan distro yang sangat dinamis. (Azikin, 2011) 2.6. PHP PHP adalah bahasa server-side scripting yang memiliki berbagai macam fitur yang dapat digunakan dalam pembuatan website dinamis. Selain digunakan untuk membuat website, PHP juga cocok jika digunakan pada sebuah aplikasi berbasis web. Beberapa kelebihan sebuah bahasa pemrograman adalah adanya function yang dapat dipanggil ke dalam sebuah script yang bertujuan efisiensi scripting. Demikian juga dengan PHP, PHP memiliki berbagai macam function yang dapat digunakan pada pembuatan sebuah aplikasi berbasis web. 2.6.1. Konektivitas antara PHP dengan Quagga dan Shell Linux Fitur function yang terdapat pada bahasa PHP merupakan sebuah fitur yang dapat dipertimbangkan dalam pembuatan sebuah aplikasi. Salah satu function yang terdapat pada bahasa PHP adalah function untuk melakukan koneksi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
telnet. Quagga merupakan sebuah software dimana pengaturan utama software tersebut dilakukan melalui terminal, dengan melakukan request telnet ke port-port sesuai dengan port protokol routing yang akan di remote. Function yang digunakan pada PHP dalam pembuatan interface web router antara lain adalah: 1. Function Function ini bekerja dengan melakukan koneksi dengan socket yang digunakan untuk berkomunikasi dengan aplikasi telnet. Argumen yang digunakan dalam function ini adalah alamat IP dan nomor port dari aplikasi telnet server yang akan di tuju dalam sesi telnet dengan user / client. Contoh pemanggilan function
adalah nomor port telnet dari server telnet yang dimiliki oleh server Quagga. Port-port telnet dari protokol routing Quagga antara lain: 1. Port 2601 = Routing Statis / daemon Zebra (Quagga). 2. Port 2602 = Protokol routing RIP. 3. Port 2603 = Protokol routing RIPng. 4. Port 2604 = Protokol routing OSPF. 5. Port 2605 = Protokol routing BGP. 2. Function
.
Function ini digunakan untuk menutup sesi telnet antara PHP dengan Quagga yang sebelumnya dibuka dengan function
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
3. Function Function ini digunakan untuk mendapatkan isi dari file konfigurasi router untuk diproses dan ditampilkan pada interface web. 4. Function ini digunakan untuk menulis kembali ke file konfigurasi
5. Fun Function ini digunakan untuk melakukan pencarian string tertentu pada file konfigurasi router. Pencarian ini bertujuan untuk mendapatkan nilai konfigurasi tertentu pada router untuk ditampilkan pada interface web. 6. Function Fungsi untuk menampilkan output perintah terminal yang di eksekusi. (Anonim-2, 2011) Dengan menggunakan function-function tersebut pada sebuah template website yang diunduh dari internet, jika diimplementasikan pada sebuah komputer dengan OS Linux/UNIX dengan software routing Quagga, software limit bandwidth HTB Tool dengan Apache dan MySQL, maka dapat dihasilkan sebuah interface router berbasiskan web.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. Perancangan Sistem
OS Debian 6.0
QUAGGA PROSES ROUTING
WEB INTERFACE
HTB TOOL MANAJEMAN BANDWIDTH
INPUT USER
Gambar 3.1 Alur Kerja Interface Router Dan Server Bandwidth Manajemen Perancangan alur kerja sistem dari interface router yang akan dibuat adalah sebagai berikut : 1. back-end dari router adalah komputer dengan sistem operasi Debian Squeeze 6.0. 2. Quagga merupakan engine dari router yang melakukan proses routing pada kernel OS Debian 6.0. Quagga akan mendapatkan interaksi dari user melalui perantara interface web. 3. HTB merupakan engine dari server manajemen bandwidth yang melakukan proses manajemen bandwidth pada kernel OS Debian 6.0. HTB akan mendapatkan interaksi dari user melalui perantara interface web
commit to user 24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
4. Template website merupakan front-end dari interface, dalam diagram pada Gambar.3.1. Web Interface merupakan interface yang dibuat dengan PHP dengan template website. 5. Agar user dapat memberikan input perintah kepada back-end sistem, maka diperlukan sebuah penghubung antara user dengan back-end sistem, dalam hal ini PHP (Web Interface) berperan sebagai penghubung tersebut. 3.2. Analisa Kebutuhan Dalam pembuatan interface router berbasis web ini membutuhkan beberapa perangkat hardware dan software, antara lain : 3.2.1. Hardware Kebutuhan hardware komputer yang akan di fungsikan sebagai router dan server manajemen bandwidth antara lain adalah : 1. Komputer dengan spesifikasi optimal sebagai berikut: -
Prosesor : Intel Pentium IV
-
RAM
-
Harddisk : 40 GB
-
VGA
: 256 MB
: 32MB
2. 4 buah ethernet port atau lebih. 3.2.2. Software Kebutuhan software yang digunakan untuk pembuatan interface router berbasis web antara lain: 1. Sistem Operasi Debian Squeeze 6.0. Sebagai back-end dari router, OS Debian Squeeze 6.0 memiliki kelebihan dalam menangani paket-paket router Quagga dan HTB tools. Ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
dikarenakan Quagga dan HTB juga menyediakan paket-paket debian secara khusus, sehingga Quagga dan HTB dapat berjalan secara lancar pada OS Debian Squeeze 6.0. 2. Software routing Quagga (Ver 0.99.17-1_i386). Software routing Quagga merupakan komponen utama dalam pembuatan interface router ini. Manajemen routing protocol baik statis maupun dinamis secara keseluruhan di tangani oleh Quagga. 3. Software Pendukung Untuk Bridge dan Firewall a. bridge-utils, paket yang menangani mode bridge. b. Iptables, paket yang menangani mode NAT dan drop IP c. Iptables-save, paket untuk menyimpan konfigurasi NAT. 4. Software Bandwidth Manajemen HTB tool (Ver 0.2.7), software yang digunakan untuk manajemen bandwidth 5. Web Server Apache (Ver 2.2.16). Untuk dapat melakukan remote server Quagga dan server bandwidth manajemen melalui web interface, maka diperlukan adanya sebuah web server. Apache merupakan web server yang bertanggung jawab pada request-response HTTP dan logging informasi secara detail. 6. PHP (Ver 5.3.3-7). Dalam melakukan konektivitas antara web interface dengan back-end Quagga dan shell operating system melalui web server Apache, bahasa pemrograman
PHP
diperlukan
sebagai
media
untuk
melakukan
komunikasi antara web interface dengan server Quagga shell operating system. 7. MySQL (Ver 14.14). Sebuah user diperlukan untuk dapat melakukan manajemen routing dan manajemen bandwidth. Sehingga sebuah database diperlukan untuk melakukan penyimpanan informasi login user (administrator jaringan). MySQL merupakan sebuah aplikasi pengolah database yang begitu popular di kalangan Web, karena ia memang cocok bekerja di lingkungan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
tersebut. sehingga dapat diterapkan pada interface web untuk menyimpan data informasi login user dan password telnet. 3.3. Tahapan Pengerjaan Pada tahap ini dilakukan konfigurasi awal dalam pembuatan interface router, yaitu instalasi sistem back-end atau router. Tahap-tahap yang dilakukan dijelaskan pada Gambar 3.3.
Gambar 3.2 Tahapan Pengerjaan 3.3.1. Instalasi Sistem Operasi Debian Squeeze 6.0. Router dan server bandwidth manajemen yang akan dibuat merupakan router dengan back-end OS Linux Debian. Oleh karena itu yang pertama dilakukan adalah melakukan instalasi OS Debian 6.0 pada PC. Seperti proses instalasi OS Linux pada umumnya, hal-hal yang dipersiapkan pada tahap ini adalah mempersiapkan partisi harddisk kosong untuk lokasi sistem Debian dan partisi Swap.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
3.3.2. Instalasi Program Yang Diperlukan 1. Instalasi Software Routing Quagga Quagga menyediakan paket-paket software Quagga spesifik untuk Distro Linux berbasis Debian secara lengkap pada website resmi Quagga dalam bentuk *.deb, sehingga tidak diperlukan proses kompilasi source mentah (.tar.gz.) dan pemilahan-pemilahan modul secara manual. 2. Insatalasi Software Manajemen Bandwidth Instalasi HTB-tool versi 0.2.7. Ini adalah program yang akan digunakan sebagai limiter. Yaitu membatasi bandwidth Download-Upload oleh client. Installasi dilakukan dengan mengekstrak file .tgz, kemudian memindahkan file-file tersebut ke path yang telah di tentukan. 3. Instalasi Web Server Apache Proses instalasi Web server Apache dapat dilakukan dengan mudah pada Debian, dengan cara menjalankan perintah : #apt-get install apache2 Perintah tersebut di jalankan dalam keadaan online. 4. Instalasi PHP Selain paket-paket Apache,diperlukan installasi PHP untuk menjalankan script php yang di gunakan dalam pembuatan interface web. Cara nya cukup mudah seperti installasi apache secara online via CLI. #apt-get install php5 libapache2-mod-php5 php5-cli php5-common php5cgi 5. Instalasi MySQL Untuk installasi MySQL di gunakan untuk penyimpanan database, untuk cara installasinya cukup mudah seperti installasi apache dan PHP secara online via CLI, yaitu : #apt-get install mysql-server mysql-client Untuk memudahkan dalam manajemen database, digunakan PHP MyAdmin. #apt-get install phpmyadmin.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
3.3.3. Layout Interface Web Rencana Perancangan interface web yang akan dibuat untuk manajemen router dan manajemen bandwidth dapat dilihat pada gambar.3.3, 3.4, dan 3.5.
Gambar 3.5 Site Menu Penjelasan komponen penyusun interface web adalah sebagai berikut: 1. Login Merupakan halaman awal untuk proses otentikasi user. 2. Basic Configuration Halaman untuk melakukan konfigurasi seputar network interface, NAT, Bridge dan DNS.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
3. Routing Protocol Halaman utama seputar manajemen routing, yang terdiri atas routing static, routing dinamis (RIPv2, OSPF dan BGP), Default Route, dan Status IP Forwarding pada router Quagga. 4. Limiter Halaman utama seputar bandwidth manajemen 5. Tools Berisi tool untuk troubleshooting dan maintenance jaringan, yaitu ping, traceroute, routing table dan restart quagga. 6. User Configuration Halaman untuk melakukan konfigurasi password user & password interface web dan password telnet router Quagga. 3.3.4. Membuat Interface Web Dalam pembuatan Interface Web, beberapa point yang akan dibuat adalah: 1. Pembuatan file konfigurasi untuk sarana menyimpan konfigurasi router dan bandwidth manajemen. 2. Pembacaan konfigurasi dari file dengan PHP untuk menampilkan status router dan bandwidth manajemen pada Interface Web. 3. Pengaturan atribut-atribut file konfigurasi router dengan tujuan agar dapat diakses oleh aplikasi router dan server bandwidth manajemen. 3.4. Pengujian dan Perbaikan Setelah selesai melakukan tahap pembuatan router dan server bandwidth manajemen disertai dengan interface web, langkah selanjutnya adalah tahap pengujian. Tahap-tahap pengujian meliputi pengujian interface web dan pengujian sistem kerja router dan manajemen bandwidth.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
3.4.1. Pengujian sistem kerja Router dan Server Bandwidth Manajemen Pengujian sistem kerja router ini meliputi pengujian antar router, dengan tujuan untuk mengetahui fungsionalitas dan kompatibilitas dari router yang akan dibuat dengan router lain. Pengujian ini dilakukan dengan melakukan penggunaan protokol routing yang ada pada sistem. Sedangkan pengujian pada server bandwidth manajemen Pengujian dilakukan dengan topologi yang bermacam-macam, yaitu Bridge, NAT, atau gabungan keduanya. Pengujian dilakukan melaui client yang terhubung, dan mencoba apakah limiter bisa berjalan semestinya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV IMPLEMENTASI DAN ANALISA 4.1. Implementasi 4.1.1 Instalasi OS Debian Squeeze 6.0, Apache, MySQL, PHP, Bridge-utils, dan Iptables Instalasi paket-paket Sistem Operasi Debian Squeeze 6.0 dilakukan dengan langkah-langkah instalasi sistem operasi Debian seperti pada umumnya, yaitu: 1. Menyiapkan komputer dengan partisi harddisk kosong untuk instalasi OS Debian Squeeze 6.0 dengan spasi 20 GB dan swap 8 GB. 2. Menyiapkan CD instalasi Debian Squeeze 6.0. 3. Menjalankan proses instalasi sesuai dengan panduan instalasi pada CD instalasi Debian Squeeze 6.0. 4. Menjalankan
update
repository
Debian
Squeeze
6.0.
dengan
menambahkan link mirror pada source list sebagai berikut : a. Jalankan perintah pico /etc/apt/sources.list b. Tambahkan link repo sebagai berikut : deb http://security.debian.org/ squeeze/updates main contrib non-free deb http://ftp.debian.org/debian/ squeeze main contrib non-free deb http://ftp.debian.org/debian/ squeeze-updates main contrib nonfree c. Setelah di tambahkan, save dan tutup file sources.list d. Jalankan perintah update pada terminal $Sudo apt-get update
commit to user 33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
Setelah instalasi OS Debian Squeeze 6.0 dan update repositori selesai, selanjutnya installasi paket software Apache, MySQL, PHP, Bridge-utils, dan Iptables. 1. Untuk instalasi Mysql secara manual, masukkan perintah pada terminal: -
-get install mysql-server mysql-
2. Untuk instalasi Mysql secara manual, masukkan perintah pada terminal: -
-
3. Untuk instalasi PHP secara manual, masukkan perintah pada terminal: -
4. Untuk instalasi bridge-utils dan iptables secara manual, masukkan perintah pada terminal: -
-get install iptables ebtables bridge-
Setelah instalasi paket software Apache, MySQL, PHP, Bridge-utils, dan Iptables selesai, selanjutnya melakukan test software yang sudah terinstall. Untuk menjalankan Apache secara manual, masukkan perintah pada terminal: Untuk menjalankan MySQL secara manual, masukkan perintah pada terminal: -
Gambar 4.1 Menjalankan Apache dan MySQL
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
Untuk mengetahui apakah proses Apache dan MySQL telah berjalan, dapat dilakukan perintah berikut: -
Apache
-
MySQL
Gambar 4.2 Proses Apache Dan Mysql Yang Telah Berjalan Untuk melihat PHP sudah berjalan, k Muncul tampilan manual seperti berikut menandakan bahwa aplikasi ini sudah ada.
Gambar 4.3 Aplikasi PHP.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
Untuk melihat aplikasi bridgeMuncul tampilan berikut menandakan bahwa aplikasi ini sudah ada.
Gambar 4.4 Aplikasi Brctl -terminal. Muncul tampilan bantuan berikut menandakan bahwa aplikasi ini sudah ada.
Gambar 4.5 Aplikasi Iptables.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
4.1.2. Instalasi Software Quagga Paket-paket software Routing Quagga telah tersedia dalam bentuk biner debian, sehingga untuk instalasi pada Sistem Operasi Ubuntu, tidak diperlukan kompilasi source mentah dari Quagga. Dan user dapat langung memasang paket Quagga dengan package manager. Untuk melakukan instalasi Quagga di Debian Squeeze 6.0, langkah-langkah yang dilakukan adalah : 1. Menyiapkan paket-paket source instalasi Quagga, yaitu: -
-
-doc_0.99.17-
- Paket diatas dapat di download di http://www.nongnu.org/quagga/ 2. Secara default pada instalasi Debian Squeeze 6.0 tidak termasuk instalasi Desktop Environment (GUI), sehingga user akan langsung di hadapkan dengan terminal / shell. Untuk melakukan instalasi letakkan paket-paket source instalasi Quagga pada direktori sementara, dalam hal ini adalah
3. Masuk ke direktori
tmp dan jalankan perintah berikut:
-
-i quagga_0.99.17-1_i386.deb
-
-i quagga-doc_0.99.17-
4. Jika tidak terdapat statement error pada saat instalasi, maka proses instalasi Quagga telah berhasil. Setelah proses instalasi Quagga telah selesai dilakukan, langkah selanjutnya adalah melakukan konfigurasi dasar pada Quagga untuk pertama kali pemakaian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
Langkah-langkah konfigurasi dasar Quagga adalah sebagai berikut: 1. Konfigurasi daemon Quagga. -
Pada
terminal
ubah
konfigurasi
daemon
Quagga
dengan
mengetikkan perintah: pico
Gambar 4.6 File Konfigurasi Daemon Quagga -
Kemudian mengaktifkan protokol-protokol yang ingin dijalankan oleh Quagga, yaitu Zebra, BGP, RIP dan OSPF. Dilakukan dengan -masing nama protokol.
memberikan value -
Restart proses Quagga, dengan memasukkan perintah:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
Gambar 4.7 Restart Proses Quagga -
Untuk mengetahui apakah proses daemon routing Quagga telah berjalan, masukkan perintah:
Gambar 4.8 Proses Quagga Jika
telah
muncul
nama-nama
protokol
routing
yang
sebelumnya telah diaktifkan, maka konfigurasi daemon telah selesai. 2. Konfigurasi file-file config Quagga. Mengkopi file contoh konfigurasi Quagga ke folder konfigurasi Quagga. Karena protokol yang digunakan hanya ada 4, yaitu protokol statis, RIP, OSPF dan BGP, maka file config Quagga yang dikopikan juga hanya 4. Untuk melakukan pengkopian file-file config tersebut, pada terminal masukkan perintah: -
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
-
-
spfd.conf.sample /etc/quagga/
-
bgpd.conf.sample /etc/quagga/ bgpd
Gambar 4.9 File Konfigurasi Quagga Setelah file tersebut berhasil dikopikan, langkah yang dilakukan adalah mengatur kepemilikan file-file config Quagga tersebut
dengan
tujuan
agar
daemon-daemon
Quagga
dapat
mengaksesnya. Langkah yang dilakukan adalah memasukkan perintahperintah berikut di terminal: Setelah konfigurasi file-file config telah selesai dilakukan, untuk mengaktifkan status Quagga terbaru, lakukan restart proses Quagga dengan perintah:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
1. zebra.conf File zebra.conf merupakan file konfigurasi dari routing manager zebra. File ini diperlukan untuk menjalankan daemon zebra.
Gambar 4.10 File Konfigurasi Default Zebra.Conf 2. ripd.conf File ripd.conf merupakan file konfigurasi dari routing RIP. File ini diperlukan untuk menjalankan daemon ripd.
Gambar 4.11 File Konfigurasi Default Ripd.Conf
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
3. ospfd.conf File ospfd.conf merupakan file konfigurasi dari routing OSPF. File ini diperlukan untuk menjalankan daemon ospfd.
Gambar 4.12 File Konfigurasi Default Ospfd.Conf 4. bgpd.conf File bgpd.conf merupakan file konfigurasi dari routing BGP. File ini diperlukan untuk menjalankan daemon bgpd.
Gambar 4.13 File Konfigurasi Default Bgpd.Conf
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
Setelah semua konfigurasi telah dilakukan, langkah untuk mengetahui bahwa telnet Quagga telah berjalan adalah dengan menguji melakukan koneksi telnet ke port-port routing daemon. Sebagai contoh untuk melakukan telnet ke routing daemon z
Gambar 4.14 Telnet Routing Daemon Zebra Port-port yang digunakan pada pembuatan router ini adalah port: -
2601
: port daemon zebra.
-
2602
: port daemon ripd.
-
2604
: port daemon ospfd.
-
2605
: port daemon bgpd.
Password default telnet masing-masing daemon Quagga (zebra, ripd, Password ini dapat diubah sesuai dengan kebutuhan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
4.1.3. Instalasi Software HTB-tool Langkah meng-install HTB-tool adalah sebagai berikut : 1.
Letakkan file HTB-tools-0.2.7-i486-lwsa.tgz yang bisa di download di http://htb-tools.arny.ro/download.php?list.19
pada
direktori
/usr/src/htb
kemudian di extrak dengan perintah sebagai berikut : -
-zxvf HTB-tools-0.2.7-i486-
Setelah ekstak selesai, maka akan muncul folder etc, install, folder, sbin
Gambar 4.15 File Konfigurasi HTB Tool 2.
Pindahkan isi semua folder sbin nya htb tools di /sbin server dengan memasukan perintah di terminal : -
Gambar 4.16 File Konfigurasi HTB Tool Pada Directory Sbin -
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
3.
Masuk ke folder etc nya htb tools pindahin folder htb ke /etc nya server dengan memasukan perintah di terminal : -
Gambar 4.17 File Konfigurasi HTB Tool Pada Directory Etc 4.
Hilangkan tulisan new yang ada di folder htb yang sudah dipindahkan tadi dengan memasukan perintah di terminal :
5.
-
-qos.cfg.new /etc/htb/eth0-
-
-qos.cfg.new /etc/htb/eth1-qos.cfg"
Masuk ke folder rc.d nya di etc htb tools dengan memasukan perintah di terminal : -
6.
Masukkan file rc.htb new ke folder init.d nya server dan ganti jadi rc.htb dengan memasukan perintah di terminal : -
7.
Chmod file rc.htb nya dengan memasukan perintah di terminal : -masing
HTB telah selesai, perintah sudah dijelaskan pada bagian landasan teori :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
Gambar 4.18 Aplikasi HTB Tool. 4.1.4. Script PHP Dibawah ini adalah beberapa source code PHP yang digunakan dalam pembuatan interface router. a. Source Code Untuk Melakukan Koneksi Telnet Dengan Quagga.
b. Source Code Untuk Menampilkan List Network Interface. ses list network interface) \n"; } else { $out = $_SESSION['vty']."\r\n"; $out .= "enable\r\n"; $out .= "zebra\r\n"; $out .= "sho int\r\n"; $out .= "exit\r\n\r\n"; fwrite($fp, $out); $buka=fopen($filename, 'w'); fwrite($buka, ""); fclose($buka); while (!feof($fp)) { $cek=fgets($fp, 128); $list_if=$cek; $buka = fopen($filename, 'a'); fwrite($buka, $list_if); fclose($buka); } fclose($fp); } ?>
<script language='javascript'>document.location='../user/login.php' <script type="text/javascript"> function showInt(str) { if (str=="") xmlhttp.onreadystatechange=function() { if (xmlhttp.readyState==4 && xmlhttp.status==200) { document.getElementById("txtHint").innerHTML=xmlhttp.responseText; } } xmlhttp.open("GET","getuser.php?q="+str,true); xmlhttp.send(); } commit to user
d. Source Code Untuk Memproses Routing Dinamis. Berikut merupakan source code untuk protokol RIP, untuk protokol OSPF dan BGP, menggunakan struktur script yang sama, hanya saja pada perintah dalam konfigurasinya yang berbeda. network ('.$_COOKIE['rip_netw'].') berhasil dihapus. '; } setcookie('rip_netw', ""); } $almt_ip="$network"; $buka = file($file); $last = count($buka); $buka[$last] = "$almt_ip\n"; file_put_contents($file, implode($buka)); $buka=file($file); if(!empty($buka)) { for($i=0;$i<=count($buka)-1;$i++) { $cek = stristr($buka[$i], $almt_ip); if(!empty($cek)) { echo 'network rip '.$almt_ip.' berhasil ditambahkan ke routing table. '; }} echo ' <meta http-equiv="refresh" content="5; url=frm_main_rip.php" /> '; } else { echo 'gagal menambahkan alamat ip '.$almt_ip.' ke routing table. '; echo ' <meta http-equiv="refresh" content="5; url=frm_main_rip.php" /> '; } ?>
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
e. Source Code Untuk Manajemen Bandwidth Berikut merupakan source code untuk konfigurasi manajemen bandwidth, dalam konfigurasi tersebut, terdapat 2 parameter yaitu class dan client. source code untuk konfigurasi class) <script language='javascript'>document.location='../user/login.php' >>> nama file config $baca = file($file); $hitung = count($baca)+1; $classbaru = file_get_contents('class.txt'); $baca[$hitung-1] = $baca[$hitung-2]; $baca[$hitung-2] = $namaclass.$classbaru; file_put_contents($file, implode($baca)); echo $namaclass.' berhasil ditambahkan.
kembali '; } else if(isset($_GET['editclass'])) { //untuk mengubah bandwidth class (global) $get_id = $_GET['editclass']; // variabel class untuk di explode kemudian dikirim ke halaman proses $id = explode("*", $get_id); $class_id = $id[0]; $file = "$eth-qos.cfg";
4.1.5. Layout Web Apliaksi interface konfigurasi router dan manajemen bandwidth yang telah DBIOSS INTRO
debian operating system
interface router. Layout interface web yang telah dibuat adalah sebagai berikut: 1. Tampilan Login
Gambar 4.19 Interface Login Router
Gambar 4.20 Validasi User Yang Salah Memasukkan Password / Username
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
Pada halaman Login jika user salah memasukkan password, akan muncul dialog pernyataan kesalahan memasukkan password seperti pada gambar 4.19.
Gambar 4.21 Halaman Pemeriksaan Javascript Pada Browser User Apabila pada web browser user fasilitas javascript belum diaktifkan, maka akan muncul peringatan seperti pada gambar.4.17. 2. Menu konfigurasi interface (Basic Configuration) Pada menu utama, terdapat sub-sub menu berupa menu konfigurasi IP Address, konfigurasi DNS, konfigurasi NAT, konfigurasi Bridge, dan konfigurasi firewall.
Gambar 4.22 Menu Utama Halaman Basic Configuration
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
Gambar 4.23 Halaman IP Address Configuration
Gambar 4.24 Halaman DNS Configuration
Gambar 4.25 Halaman NAT Configuration
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
Gambar 4.26 Halaman Bridge Configuration
Gambar 4.27 Halaman Firewall Configuration 3. Menu Routing Protocol Pada menu routing protocol terdapat sub-sub menu didalamnya, Static Routing Routing
RIP Routing
ault Route Configuration
commit to user
OSPF Routing
BGP
IP Forwarding Status
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
Gambar 4.28 Menu utama halaman routing protocol
Gambar 4.29 Halaman Routing Static
Gambar 4.30 Halaman routing RIP Pada masing-masing menu Routing RIP, Routing OSPF, dan Routing BGP jika user telah menambahkan sebuah alamat routing, maka
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
Routing Redistribute melakukan redistribusi alamat network antar protokol routing, maupun redistribusi alamat network yang directly connected.
Gambar 4.31 Routing RIP Redistribute
Gambar 4.32 Halaman Routing OSPF
Gambar 4.33 Halaman Routing BGP
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
Gambar 4.34 Halaman Default Route
Gambar 4.35 Halaman Status IP Forwarding 4. Menu Manajemen Bandwidth Pada menu manajemen bandwidth terdapat sub-sub menu Create Interface Start/Stop Limiter
Limiter konfigurasi
View traffic
Gambar 4.36 Menu Utama Halaman Manajemen Bandwidth
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
Gambar 4.37 Halaman Create Interface Untuk Limiter
Gambar 4.38 Halaman Limiter Konfigurasi
Gambar 4.39 Halaman Start/Stop Limiter
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
5. Menu Route Table Menu ini berisi tabel routing yang terdapat pada router Quagga. Keseluruhan protocol routing yang sedang aktif ditampilkan pada menu route table.
Gambar 4.40 Menu Utama Halaman Route Table 6. Menu Utility Menu ini berisi tool-tool seputar manajemen konektivitas jaringan. Terdapat
3
tool
yang
Ping ,
ada
Tracepath(traceroute) , dan
.
` Gambar 4.41 Menu Utama Halaman Utility
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
Gambar 4.42 Halaman Ping
Gambar 4.43 Halaman Traceroute
Gambar 4.44 Halaman Restart Quagga 7. Menu User Configuration Menu ini berisi seputar manajemen user. Terdapat 3 sub menu Edit User user dan password user
ID Login
Edit Quagga Privileged Password
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
mengubah password koneksi telnet untuk keluar dari interface web.
Gambar 4.45 Menu Utama Halaman User Configuration
Gambar 4.46 Halaman User Management
Gambar 4.47 Halaman Quagga Telnet Password Management
commit to user
Logout
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
Gambar 4.48 Halaman Setelah Logout Dari Halaman Web 4.1.6. Pengujian Interface Router Pada pengujian yang penulis lakukan, topologi yang digunakan adalah seperti pada gambar 4.49. BGP 172.168.2.1/30
172.168.1.2/30 As : 2000
192.168.7.1/24
ROUTER_BGP1
11.11.11.1/24 172.168.2.2/30 As : 3000 ROUTER_BGP2
ROUTER _RIP1 / >Di konfigurasi NAT untuk client_1 dan client_2 OSPF1 >Di konfigurasi Bridge untuk client_3
192.168.1.1/24
ROUTER _RIP2 / OSPF2
192.168.2.1/24
SWITCH_1 Pc8 192.168.2.2/24
Pc7 192.168.1.2/24
Pc1 10.10.10.2/24
Pc2 10.10.10.3/24
Pc3 10.10.10.4/24
Pc4 10.10.10.5/24
Aktif Saat ROUTER PC Setting NAT Class_1
Pc5 172.168.7.10/24
Pc6 172.168.7.20/24
Aktif Saat ROUTER PC Setting Bridge Class_2
Class_3
Gambar 4.49 Topologi Pengujian ROUTER_DBIOSS INTRO merupakan sebuah personal computer dengan DBIOSS INTRO debian operating system simple interface router yang penulis buat. Dalam topologi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
pengujian router RIP , OSPF, dan BGP menggunakan router Anonim-3 RB433. Skenario yang penulis gunakan pada saat pengujian adalah 1.
Pada pengujian pertama, ROUTER_DBIOSS INTRO di setting NAT dan setting bandwidth manajemen untuk membatasi download group PC dengan nama group class_1 dan class_2. Selanjutnya ROUTER_DBIOSS INTRO di setting firewall terhadap salah satu IP address client untuk drop IP address ke semua network tujuan.
2.
Pada pengujian ketiga, ROUTER_DBIOSS INTRO di setting bridge dan setting bandwidth manajemen untuk membatasi download group PC dengan nama group class_3.
3.
Pada pengujian keempat, menggunakan routing protocol RIPv2 dan BGP dengan
lima
buah
router,
dengan
salah
satu
router
merupakan
ROUTER_DBIOSS INTRO yang penulis buat. ROUTER_DBIOSS INTRO merupakan router center yang melakukan redistribute Routing table yang dikelola protocol RIP ke BGP dan sebaliknya. 4.
Pada pengujian kelima, sama seperti pada pengujian ketiga, hanya saja protocol RIPv2 di ubah dengan menggunakan routing protocol OSPF. Sehingga terjadi komunikasi antara protocol OSPF dan BGP dengan lima buah router, dengan salah satu router merupakan ROUTER_DBIOSS INTRO yang penulis buat. ROUTER_DBIOSS INTRO merupakan router center yang melakukan redistribute Routing table yang dikelola protocol OSPF ke BGP dan sebaliknya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
4.1.6.1. Pengujian Manajemen Bandwidth dan NAT A. Konfigurasi ROUTER_DBIOSS INTRO : 1. Konfigurasi network interface eth2 pada ROUTER_DBIOSS INTRO merupakan out interface kearah WAN.
Gambar 4.50 Pemilihan Interface Pada ROUTER_DBIOSS INTRO
Gambar 4.51 Konfigurasi Ip Address Pada Interface Eth2 ROUTER_DBIOSS INTRO
Gambar 4.52 Konfigurasi Network Interface Eth2 ROUTER_DBIOSS INTRO
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
2. Konfigurasi network interface eth1 pada ROUTER_DBIOSS INTRO merupakan out interface kearah LAN.
Gambar 4.53 Konfigurasi Network Interface Eth1 ROUTER_DBIOSS INTRO 3. Setelah konfigurasi IP address pada interface ke arah WAN dan LAN selesai, selanjutnya setting gateway/default route ROUTER_DBIOSS INTRO .
Gambar 4.54 Konfigurasi Default Route ROUTER_DBIOSS INTRO 4. Konfigurasi DNS pada ROUTER_DBIOSS INTRO adalah sebagai berikut 1. Masuk basic configure > DNS setting > tambah 2.
Gambar 4.55 Konfigurasi DNS ROUTER_DBIOSS INTRO
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
5. Selanjutnya cek koneksi ke WAN dengan melakukan ping DNS.
Gambar 4.56 Cek Koneksi Ke WAN Dengan Ping 6. Konfigurasi NAT pada ROUTER_DBIOSS INTRO adalah sebagai berikut : 1. Masuk basic configure > NAT setting > tambah 2. Alamat Network LAN = Alamat network private yang ingin dikomunikasikan dengan jaringan wan 3. Out Interface = Interface yang menuju ke arah WAN
Gambar 4.57 Konfigurasi NAT ROUTER_DBIOSS INTRO B. Konfigurasi IP Address pada client class_1 dan class_2 : 1. Class_1 PC1 IP Address
: 10.10.10.2
Subnetmask : 255.255.255.0 Gateway
: 10.10.10.1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
DNS
: 203.6.149.149
PC2 IP Address
: 10.10.10.3
Subnetmask : 255.255.255.0 Gateway
: 10.10.10.1
DNS
: 203.6.149.149
2. Class_2 PC3 IP Address
: 10.10.10.4
Subnetmask : 255.255.255.0 Gateway
: 10.10.10.1
DNS
: 203.6.149.149
PC4 IP Address
: 10.10.10.5
Subnetmask : 255.255.255.0 Gateway
: 10.10.10.1
DNS
: 203.6.149.149
3. Selanjutnya cek koneksi ke WAN dengan melakukan ping DNS dari PC client.
Gambar 4.58 Cek Koneksi Ke DNS Dari PC Client C. Konfigurasi manajemen bandwidth : 1. Dalam konfigurasi manajemen bandwidth mode NAT pada topologi ini,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
interface untuk manajemen bandwidth adalah sebagai berikut : a. Masuk menu Configure BM > create interface > tambah b. Tambah eth1 dan eth2 dalam list table interface
Gambar 4.59 Konfigurasi Interface Manajemen Bandwidth ROUTER_DBIOSS INTRO
2. Setelah selesai membuat interface, selanjutnya masuk ke jendela konfigurasi limiter untuk memulai manajemen bandwidth.
Gambar 4.60 Konfigurasi Limiter ROUTER_DBIOSS INTRO 3. Dalam rule class, Default limit sudah ada secara otomatis Dan batas limitnya adalah 1000000 kbits. Jika class belum di tambahkan untuk melakukan fungsi limit pada client secara spesifik, maka semua client akan masuk dalam class default.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
Gambar 4.61 Konfigurasi Limiter ROUTER_DBIOSS INTRO Untuk Class_1 Dan Class_2 4. Konfigurasi class limiter dibagi menjadi 2 group class. Dan setiap group class dibagi menjadi 2 client. Bandwidth
= garansi bandwidth yg dialokasikan untuk LAN
Limit
= maksimal bandwidth yang bisa dicapai untuk LAN
Burst
= maksimum jumlah kbits yang di kirim sekali waktu
Priority
= priority 0
Source
= source address
Destination
= network tujuan
7, lebih kecil paling diprioritaskan
Untuk konfigurasinya sebagai berikut :
Gambar 4.62 List Table Limit Configure Group Class_1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
Gambar 4.63 List Table Limit Configure Class_2
Gambar 4.64 Edit Client_1 Class_2 5. Setelah limit client selesai di konfigurai, maka selanjutnya melakukan start interface yang telah di konfigurasi untuk keperluan limit bandwidth seperti pada tampilan gambar sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
Gambar 4.65 Start Limiter Eth1 Setelah Konfigurasi Class_1 Dan Class_2 D. Test Limit Untuk Group Client_1 dan Client_2 1. Berikut kecepatan download pada client_1 class_1 yaitu PC1, mendekati 32 KB/s sesuai yang di inputkan pada limiter yaitu bandwidth 256kb.
Gambar 4.66 Test Download Client_1 Class_1 2. Berikut kecepatan download pada client_2 class_1 yaitu PC2, mendekati 32 KB/s sesuai yang di inputkan pada limiter yaitu bandwidth 256kb.
Gambar 4.67 Test Download Client_2 Class_1 3. Berikut kecepatan download pada client_1 class_2 yaitu PC3, mendekati 48 KB/s sesuai yang di inputkan pada limiter yaitu bandwidth 384kb.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
Gambar 4.68 Test Download Client_1 Class_2 4. Berikut kecepatan download pada client_2 class_2 yaitu PC1, mendekati 16 KB/s sesuai yang di inputkan pada limiter yaitu bandwidth 128kb.
Gambar 4.69 Test Download Client_2 Class_2 5. Berikut ini adalah trafik realtime perubahan pemakkain bandwidth pada setiap group client Maupin pada setiap client secara spesifik. Untuk melihat trafik realtime dapat dilakukan melalui remot access ke router dengan cara sebagi berikut : -
Remote ROUTER_DBIOSS INTRO
-
Jalankan perintah pada terminal : / -i nama_interface f /etc/htb/nama_interface-
Gambar 4.70 Q_Show Htb-Tool Untuk Goup Class_1 Dan Class_2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
E. Pengujian Firewall pada ROUTER_DBIOSS INTRO Pada pengujian firewall ROUTER_DBIOSS INTRO, konfigurasi yang di jalankan adalah drop IP address salah satu client pada group class_1 ataupun class_2 seperti pada konfigurasi gambar berikut :
Gambar 4.71 Konfigurasi Firewall ROUTER_DBIOSS INTRO
Gambar 4.72 Cek Koneksi Ke DNS Dari PC Client Setelah Drop IP Address Pada gambar.4.70. terlihat koneksi antara server dan client terputus, Komputer server tidak merespon permintaan koneksi dari client. Hal tersebut dikarenakan IP client di drop ke seluruh destination yang di konfigurasi pada ROUTER_DBIOSS INTRO.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
4.1.6.2. Pengujian Manajemen Bandwidth Dengan Mode Bridge A. Konfigurasi ROUTER_DBIOSS INTRO : 1. Konfigurasi bridge pada ROUTER_DBIOSS INTRO yaitu sebagai berikut -
Nama bridge
: bridge1
-
Ip address
: 192.168.7.3
-
Gateway
: 192.168.7.1
-
Ethernet
Gambar 4.73 Konfigurasi Bridge ROUTER_DBIOSS INTRO 2. Berikut merupakan tampilan hasi konfigurasi bridge yang telah di konfigurasi pada langkah diatas :
Gambar 4.74 Table Yang Telah Di Konfigurasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
B. Konfigurasi IP Address pada client class_3 : 1. Class_3 PC5 IP Address
: 192.168.7.10
Subnetmask : 255.255.255.0 Gateway
: 192.168.7.1
DNS
: 203.6.149.149
PC6 IP Address
: 192.168.7.20
Subnetmask : 255.255.255.0 Gateway
: 192.168.7.1
DNS
: 203.6.149.149
2. Test koneksi bridge dari PC client dengan melakukan ping dan trace ke IP DNS.
Gambar 4.75 Pengecekan Bridge Melalui Client. C. Konfigurasi manajemen bandwidth : 1. Menambahkan group client class_3 pada interface eth1 untuk limit bandwidth PC5 dan PC6, untuk tampilannya sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
Gambar 4.76 List Table Limit Configure Class_3 2. Setelah limit client selesai di konfigurai, maka selanjutnya melakukan start interface yang telah di konfigurasi untuk keperluan limit bandwidth seperti pada tampilan gambar sebagai berikut :
Gambar 4.77 Start Limiter Eth1 Setelah Penambahan Class_3 D. Test Limit Untuk Group Client_1 dan Client_2 1. Berikut kecepatan download pada client_1a class_3 yaitu PC5, mendekati 32 KB/s sesuai yang di inputkan pada limiter yaitu bandwidth 256kb
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
Gambar 4.78 Test Download Client_1a Class_3 2. Berikut kecepatan download pada client_1b class_3 yaitu PC6, mendekati 32 KB/s sesuai yang di inputkan pada limiter yaitu bandwidth 256kb
Gambar 4.79 Test Download Client_1b Class_3 3. Berikut ini adalah trafik realtime perubahan pemakkain bandwidth pada setiap group client Maupin pada setiap client secara spesifik. Untuk melihat trafik realtime dapat dilakukan melalui remot access ke router dengan cara sebagi berikut : -
Remote ROUTER_DBIOSS INTRO
-
Jalankan perintah pada terminal : -i nama_interface f /etc/htb/nama_interface-
Gambar 4.80 Q_Show Htb-Tool Setelah Penambahan Class_3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
4.1.6.3. Pengujian Routing Dengan Protocol RIPv2 dan BGP A. Konfigurasi ROUTER_RIP1 : 1. konfigurasi IP address pada ROUTER_RIP1 : [admin@router_RIP1]
C. Konfigurasi ROUTER_DBIOSS INTRO : 1. Konfigurasi network interface eth3 pada ROUTER_DBIOSS INTRO merupakan out interface kearah ROUTER_RIP1.
Gambar 4.81 Konfigurasi Network Interface Eth3 ROUTER_DBIOSS INTRO 2. Test koneksi peert to peer dengan ROUTER_RIP1 dengan melakukan ping IP address ROUTER_RIP1.
Gambar 4.82 Test Koneksi Point To Point Dengan ROUTER_RIP1 3. Konfigurasi routing dengan protocol RIPv2 pada ROUTER_DBIOSS INTRO :
Gambar 4.83 Konfigurasi routing protocol RIPv2 4. Tabel list network address dengan protocol RIPv2 yang telah di konfigurasi pada ROUTER_DBIOSS INTRO :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
Gambar 4.84 Table Network Ripv2 Yang Telah Di Konfigurasi 5. Melakukan redistribute Routing table yang dikelola protocol BGP ke RIPv2
Gambar 4.85 Konfigurasi Resdistribute BGP Pada Protocol Ripv2 6. Konfigurasi network interface eth0 pada ROUTER_DBIOSS INTRO merupakan out interface kearah ROUTER_BGP1.
Gambar 4.86 Konfigurasi Network Interface Eth0 ROUTER_DBIOSS INTRO
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
7. Konfigurasi As-Number BGP pada ROUTER_DBIOSS INTRO
Gambar 4.87 Konfigurasi As-Number Bgp 8. Konfigurasi routing dengan protocol BGP pada ROUTER_DBIOSS INTRO : Menambahkan remote-As dan IP address neighbor
Gambar 4.88 Konfigurasi Peer BGP 9. Konfigurasi network yang akan di advertise pada procol BGP
Gambar 4.89 Konfigurasi Advertise Network BGP
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
10. Melakukan redistribute Routing table yang dikelola protocol RIPv2 ke BGP
Gambar 4.90 Konfigurasi Resdistribute RIP Pada Protocol BGP D. Konfigurasi ROUTER_BGP1 : 1. konfigurasi IP address pada ROUTER_BGP1 : [admin@router_bgp1]
netmask=255.255.255.0 interface=ether2 2. Konfigurasi routing dengan protocol BGP pada ROUTER_BGP2 : [admin@router_bgp2] > routing bgp instance add name=bgp1 routerid=172.168.2.2 as=3000 [admin@router_bgp2] > routing bgp peer add name=peer1 instance=bgp1 remote-address=172.168.2.1 remote-as=2000 3. Konfigurasi advertise network protocol BGP pada ROUTER_BGP2 : [admin@router_bgp2] > routing bgp network add network=172.168.2.0/30 synchronize=no [admin@router_bgp2] > routing bgp network add network=11.11.11.0/24 synchronize=no F. Pengujian Konvergensi Dengan Ping dan routing tabel 1. Berikut merupakan routing table yang terbentuk dari ROUTER_RIP2
Gambar 4.91 Routing Table ROUTER_RIP2 2. Berikut merupakan routing table yang terbentuk dari ROUTER_BGP2
Gambar 4.92 Routing Table ROUTER_BGP2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
3. Berikut merupakan routing table yang terbentuk dari ROUTER_DBIOSS INTRO
Gambar 4.93 Routing Table ROUTER_DBIOSS INTRO 4. Untuk membuktikan semua network address dapat saling berkomunikasi, dilakukan ping IP Address disetiap network, ping IP Address dilakukan pada PC9 sebagai berikut :
Gambar 4.94 Ping Network ROUTER_BGP1
Gambar 4.95 Ping Network ROUTER_DBIOSS INTRO
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
Gambar 4.96 Ping Network ROUTER_RIP1 Atau ROUTER_OSPF1
Gambar 4.97 Ping Network ROUTER_RIP2 Atau ROUTER_OSPF2
Gambar 4.98 Ping Network PC7
Gambar 4.99 Ping Network PC8
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
4.1.6.4. Pengujian Routing Dengan Protocol OSPF dan BGP Pada pengujian routing dengan protocol OSPF dan BGP konsepnya sama seperti subjudul 4.1.6.3. pengujian routing dengan protocol RIPv2 dan BGP. Pada pengujian kali ini, konfigurasi protocol RIPv2 digantikan dengan protocol OSPF. A. Konfigurasi ROUTER_OSPF1 : Pengujian Routing Dengan Protocol
pada pengujian kali ini hanya mengganti jenis protocolnya saja menjadi protocol OSPF, maka langkah konfigurasi langsung ke konfigurasi network address dengan menggunakan protocol OSPF sebagai berikut : [admin@router_ospf1] > routing ospf interface add interface=all [admin@router_ospf1]
area=backbone B. Konfigurasi ROUTER_OSPF2 : Konfigurasi pada ROUTER_OSPF2 sama seperti pada konfigurasi pada ROUTER_OSPF1, yaitu langsung ke langkah konfigurasi network dengan menggunakan protocol OSPF sebagai berikut : [admin@router_ospf2] > routing ospf interface add interface=all [admin@router_ospf2]
>
network
>
network
add
network=10.10.12.0/30
area=backbone [admin@router_ospf2] area=backbone
commit to user
add
network=192.168.2.0/24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
C. Konfigurasi ROUTER_DBIOSS INTRO : 1. Karena konfigurasi interface eth3 dan eth0 pada ROUTER_DBIOSS INTRO
pada pengujian sebelumnya telah terkonfigurasi, maka pada
pengujian kali ini langsung ke konfigurasi network dengan protocol OSPF pada ROUTER_DBIOSS INTRO sebagai berikut :
Gambar 4.100 Konfigurasi Routing Protocol OSPF 2. Pada
pengujian
kali
ini
tidak
melakukan
konfigurasi
pada
ROUTER_BGP1 dan ROUTER_BGP2, karena menggunakan settingan router yang sama pada protocol BGP. Sehingga konfigurasi hanya di ubah pada router center yaitu ROUTER_DBIOSS INTRO. 3. Melakukan redistribute Routing table yang dikelola protocol OSPF ke BGP
Gambar 4.101 Konfigurasi Resdistribute OSPF Pada Protocol BGP
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
4. Melakukan redistribute Routing table yang dikelola protocol BGP ke OSPF
Gambar 4.102 Konfigurasi Resdistribute BGP Pada Protocol OSPF D. Pengujian Konvergensi Dengan Ping dan routing tabel 1. Berikut merupakan routing table yang terbentuk dari ROUTER_BGP2
Gambar 4.103 Routing Table ROUTER_BGP2 Dalam Pengujian Keempat 2. Untuk membuktikan semua network address dapat saling berkomunikasi, dilakukan ping IP Address disetiap network, ping IP Address dilakukan pada PC9 sebagai berikut :
Gambar 4.104 Ping Network ROUTER_BGP1 Dalam Pengujian Keempat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
Gambar 4.105 Ping Network ROUTER_DBIOSS INTRO Dalam Pengujian Keempat
Gambar 4.106 Ping Network ROUTER_OSPF1
Gambar 4.107 Ping Network ROUTER_OSPF2 4.2. Analisa Dari semua proses pengujian yang telah dijabarkan diatas, maka dapat dib
DBIOSS INTRO
adalah sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
Tabel 4.1 Ringkasan Hasil Pengujian MENU
JALAN
TIDAK
KETERANGAN
Konfigure IP Address
Dari hasil pengujian konfigurasi ini bisa sukses jika interface Ethernet belum dikonfigurasi dengan cara lain. Missalkan dengan perintah ifconfig pada terminal
DNS
Konfigurasi DNS yang telah di masukan, dapat diedit maupun di hapus dari table list DNS.
NAT
Jumlah network yang akan di daftarkan pada NAT dapat ditambahkan sesuai dengan yang diinginkan.
Bridge
Konfigurasi bridge maksimal hanya untuk 4 interface sesuai banyaknya interface yang terpasang pada ROUTER_DBIOSS INTRO
Firewall
Jika ada IP address yang sama di table DROP dan ACCEPT, system akan membaca konfigurasi yang pertama kali di konfigurasi. Maka IP address di salah satu table harus di hapus.
Routing protocol RIPv2
Hanya untuk IPv4, bukan untuk IPv6
Routing protocol OSPF
Hanya untuk IPv4, bukan untuk IPv6
Routing protocol BGP
Hanya untuk IPv4, bukan untuk IPv6
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
Lanjutan Dari Tabel 4.1.
Redistribute
Redistribute di konfigurasi tanpa ada metrik
Create interface limiter
Interface yang di buat sesuai dengan interface yang terinstall pada PC router.
Configure limiter
Terdapat class default dalam konfigurasi yang tidak bisa di edit maupun di hapus dalam system.
Start / stop interface limiter
Digunakan untuk stop start software htb-tool
Routing Table
Untuk menampilkan daftar network yang dapat di hubungi oleh router
Ping
Fasilitas untuk mengecek koneksi ROUTER_DBIOSS INTRO dengan perangkat lain
Restart quagga
Untuk restart software quagga
Dari aplikasi yang dibuat dan telah melalui tahap pengujian sistem, terdapat keunggulan dan kelemahan dari aplikasi ini. A. Keunggulan dari Aplikasi DBIOSS INTRO 1. Seorang admin dapat mengkonfigurasi router untuk keperluan routing, NAT, bridge, firewall, maupun manajemen bandwidth dengan mudah dan dalam waktu singkat tanpa harus memasukan perintah-perintah konfigurasi seperti pda router umumnya. 2. Aplikasi DBIOSS INTRO juga menyediakan tools untuk melihat routing table, start/stop interface untuk limiter, ping network address, dan trace route.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 99
B. kelemahan dari Aplikasi DBIOSS INTRO 1. Saat
konfigurasi
ROUTER_DBIOSS
IP
address
INTRO,
pada
terkadang
network IP
address
interface tersebut
pada tidak
terkonfigurasi di konfigurasi sistem debian. Untuk menangani hal tersebut, maka setelah selesai konfigurasi IP address, software quagga harus di restart dengan menggunakan tool restart quagga yang telah di sediakan pada aplikasi DBIOSS INTRO. 2. Pada setiap class yang di buat saat konfigurasi manajemen bandwidth, untuk nama class tidak dapat di edit. Apabila nama class di edit, maka script konfigurasi limiter dalam sistem akan terdapat error. Solusi untuk menangani error tersebut adalah menghapus class yang telah di edit tersebut dan kemudian membuat class baru untuk menggantikan class yang error. 3. Pada aplikasi DBIOSS INTRO ini belum di tersedia tools untuk melihat traffic bandwidth yang telah di konfigurasi pada manajemen bandwidth secara realtime dan belum tersedianya graphic untuk monitoring bandwidth.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Telah dibuat pembuatan interface konfigurasi router dan manajemen bandwidth berbasis web. dengan fitur sebagai berikut: 1. Konfigurasi router yang digunakan adalah routing statis menggunakan daemon zebra dan dinamis RIPv2 menggunakan daemon ripd, OSPF menggunakan daemon ospfd dan BGP menggunakan daemon bgpd . 2. Selain konfigurasi routing, router sekaligus berperan sebagai server manajemen bandwidth yang dapat mengatur limit downstream maupun upstream yang menggunakan HTB-tool untuk konfigurasi system. 3. Dilengkapi dengan fasilitas networking berupa konfigurasi NAT, bridge, DNS, firewall, tabel routing, ping, traceroute, restart quagga dan konfigurasi password user. 5.2. Saran Untuk perkembangan kedepan, fitur yang belum tersedia pada interface web router yaitu: 1. Ditambahkan view traffic bandwidth realtime perubahan pemakain bandwidth pada setiap rule yang telah di konfigurasi pada manajemen bandwidth. 2. Ditambahkan graphic sebagai monitoring bandwidth.