PEMBUATAN BOKHASI DARI LIMBAH BATANG PISANG (Musa Paradisiaca Linn) DAN PUPUK KOTORAN SAPI DENGAN AKTIVATOR Effective Mikroorganisme (Em₄) Bokashi Manufacture Of Waste Banana Stems (Musa Paradisiaca Linn) And Cow Manure With An Activator Effective Microorganisms (Em₄) Haryatie Sarie dan Daryono Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan Jurusan Manajemen Pertanaian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Email:
[email protected] ABSTRACT The purpose of this study is to set the length of time of making bokhasi of waste banana stems and nutrients contained in the fertilizer bokhasi and compare the quality of fertilizer bokhasi generated with standards of quality organic fertilizer. This research was carried out for 2 months from January to February 2015.Tempat research in the Laboratory of Production State Agricultural Polytechnic Campus Samarinda, East Kalimantan. This study consisted of two treatment that minced banana stems P1 = 20 kg + 5 kg of cow dung Effectively EM₄ 75 cc and P2= chopped banana stems in 20 kg + 10 kg of cow dung + EM₄ 90 cc. The results showed for the maturity of fertilizer bokhasi in treatment P1 takes 24 days and P2 26 days, while the nutrient content in the P1 and P2 are elements of N, P and K are not yet qualified standards of quality organic fertilizer, while the elements of organic C 23, 90 and C / N ratio of 23.90 on the treatment P1 and P2 Corganic elements 28,50 and C / N ratio of 20.77 to qualify the standards of quality organic fertilizer Regulation of the Minister of Agriculture NS / 140/10 /, 2011. Keywords: Stem Banana, Cow Manure Fertilizer and Effective Microorganisms (Em₄)
PENDAHULUAN
Batang pisang memiliki senyawa penting seperti antrakuinon, saponin dan flavanoid. Pada manusia antrakuinon bermanfaat untuk menyuburkan rambut. Peran senyawa itu pada tanaman juga bisa menyuburkan pertumbuhan bulu-bulu akar yang berguna membantu tanaman menyerap unsur-unsur hara. Batang pisang sendiri diketahui mengandung hingga 80% air. Selama ini batang pisang telah banyak diteliti untuk digunakan sebagai pakan ternak karena kandungan selulosanya yang berkadar lignin rendah. Penggunaan batang pisang tetap menjanjikan karena kandungan glukosa batang pisang dapat menyuplai kebutuhan tanaman, baik pisang itu sendiri maupun tanaman yang ditanam di batang pisang. Untuk menghasilkan pupuk bokhasi batang pisang dengan baik, batang pisang ini harus diolah dulu lebih kecil agar proses bokhasi lebih cepat berjalan. Meskipun bisa saja dibiarkan dalam bentuk gelondongan, hanya akan memakan waktu lebih lama. Juga kualitas bokhasinya akan lebih baik bila dicampur dengan unsur lain sehingga memperkaya komponen bokhasi yang akan dihasilkan (Satuhu, 2007).
Em₄ merupakan bahan biodekomposer yang banyak digunakan dalam proses pembuatan bokhasi. Bakteri pengurai ini akan membantu pembuatan bokhasi menjadi lebih singkat, mudah, dan berkualitas lebih baik. Em₄ dibuat sendiri menggunakan bahan yang mudah didapatkan. Penggunaan Em4 dicampur dengan hijauan segar. Em₄ memiliki kandungan mikroorganisme yang sangat banyak, beberpa diantaranya yang sering digunakan untuk fermentasi (sebagai fermentator) bahan-bahan organik adalah bakteri strepyomyces, ragi (yeast), lactobactillus dan bakteri fotosintetik. Em₄ dapat dibuat dari bahan-bahan yang mengandung mikroorganisme pengurai, antara lain isi perut binatang atau ternak ruminansia, seperti kambing atau domba, berupa rumput-rumputan atau makan lain yang sudah dicerna oleh lambung hewan-hewan tersebut. Setelah difermentasikan, bahan-bahan ini akan menjadi starter bagi hijauan segar, agar dapat terurai menjadi bokhasi yang siap pakai (Indriani, YH.1999). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengatur lama waktu pembuatan bokhasi dari limbah batang pisang dan unsur hara yang terkandung dalam pupuk bokhasi serta membandingkan kualitas pupuk bokhasi yang
43 dihasilkan dengan standar mutu pupuk organik. Peraturan Menteri Pertanian NS/140/10/2011.
dan P2 = 26 hari dengan melakukan pengamatan terhadap suhu, warna, bau dan pH. Pupuk bokhasi yang telah matang suhunya normal, berwarna coklat hitam, tidak berbau,pH tidak mengalami perubahan rata-rata 6,6. Pada awalnya berat total bahan bokhasi perlakuan P1=32,5 kg dan perlakuan P2 berat total bahan bokhasi 39 kg,bokhasi yang telah matang menjadi pupuk bokhasi mengalami penyusutan berat yaitu pada perlakuan P1 menjadi 19,2 kg dan perlakuan P2 menjadi 21,2 kg. Hasil pengamatan suhu,warna, bau dan pH dapat dilihat pada tabel 1 dan 2 dibawah ini:
METODE PPENELITIAN Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan terhitung mulai bulan Januari sampai dengan bulan Februari 2015.Tempat penelitian di Laboratorium Produksi Kampus Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Kalimantan Timur. Alat Dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan, kamera, gelas ukur, gelas beaker, parang, karung beras berlubang dengan ukuran 25 kg, thermometer, soil tester, gayung, ember, pengaduk kaca dan alat tulis menulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah dari batang pisang, air, kotoran sapi dan larutan EM₄. Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunkaan dua percobaan perlakukan yang berbeda yaitu: P1 = Batang pisang 20kg+kotoran sapi 5kg+ larutan EM₄ sebanyak 75cc. P2 = Batang pisang 20 kg+kotoran sapi 10kg+ larutan EM₄ sebanyak 90cc Prosedur Penelitian Pembuatan Bokhasi Persiapan Bahan, Pencacahan batang bisang, Pencampuran Larutan EM₄ dan kotoran sapi, Proses bokhasi dan Pembalikan. Variabel Yang Diamati 1. Sifat fisik bokhasi: Pengamatan bokhasi dilakukan setiap hari selama proses pembuatan pupuk bokhasi, sampai bokhasi jadi, dengan mengamati bau, warna, suhu, dan pH dari bokhasi. Pengamatan ini dilakukan setiap jam 5 sore selama ±2 bulan. 2. Kimia pupuk bokhasi: Setelah bokhasi menjadi pupuk, maka dilakukan analisis kandungan uji kadar unsur hara yang meliputi unsur N,P,K,C-organik dan C ̸N ratio di Laboratorium Ilmu Tanah, Jurusan Manajemen Hutan, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Hasil analisis laboratorium ditampilkan secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian 1. Sifat fisik bokhasi Penelitian ini memerlukan waktu yang berbeda dalam proses pematangan bokhasi menjadi pupuk bokhasi yaitu P1= 24 hari
Tabel 1. Hasil pengamatan pelakuan P1= suhu,warna,bau dan pH selama 24 hari Perlakuan Suhu Warna Bau pH P1 Belum 1 32˚c Coklat muda 6,2 berbau Belum 2 28˚c Coklat muda 6 berbau Belum 3 31˚c Coklat muda 6,1 berbau belum 4 28˚c Coklat muda 6,2 berbau Belum 5 27˚c Coklat muda 6 Berbau Belum 6 26˚c Coklat muda 6,4 Berbau Belum 7 26˚c Coklat muda 6,8 Berbau Belum 8 28˚c Coklat muda 6,9 Berbau 9
27˚c
Coklat muda
Berbau
6,8
10
26˚c
Coklat muda
Berbau
6,9
11
26˚c
Coklat muda
Berbau
6,9
Berbau
6,8
Berbau
6,9
Berbau
6,9
Berbau
6,9
Berbau
6,9
Coklat kehitaman Coklat kehitaman Coklat kehitaman Coklat kehitaman Coklat kehitaman
12
27˚c
13
28˚c
14
28˚c
15
26˚c
16
26˚c
17
26˚c
Coklat tua
Berbau
6,9
18
27˚c
Coklat tua
Berbau
6,8
19
28˚c
Coklat tua
Berbau
6,8
20
28˚c
Hitam tua
Berbau
6,6
21
27˚c
Hitam tua
Berbau
6,2
22
29˚c
Hitam tua
Berbau
5,4
23
28˚c
Hitam tua
Berbau
6,6
24
27˚c
Hitam tua
Tidak berbau
6,5
44 Tabel 2. Hasil pengamatan pelakuan P1= suhu,warna,bau dan pH selama 24 hari Perlakuan Suhu Warna Bau pH P2 Belum 1 30˚c Coklat muda 5,3 berbau Belum 2 29˚c Coklat muda 6,3 berbau Belum 3 29˚c Coklat muda 6,3 berbau Belum 4 29˚c Coklat muda 6,3 berbau Belum 5 28˚c Coklat muda 6,2 berbau Belum 6 28°c Coklat muda 6,2 berbau Belum 7 27°c Coklat muda 6,2 berbau belum 8 28°c Coklat muda 6,9 Berbau Belum 9 28°c Coklat muda 6,8 Berbau 10
26°c
Coklatkehitaman
Berbau
6,9
11
26°c
Coklat kehitaman
Berbau
6,9
12
27°c
Coklat kehitaman
Berbau
6,9
13
27°c
Coklat kehitaman
Berbau
6,9
14
28°c
Coklat kehitaman
Berbau
6,7
15
28°c
Coklat kehitaman
Berbau
6,7
16
26°c
Coklat tua
Berbau
6,7
17
26°c
Coklat tua
Berbau
6,7
18
26°c
Coklat tua
berbau
6,8
19
29°c
Coklat tua
berbau
6,4
20
27°c
Coklat tua
berbau
6,6
21
27˚c
Coklat tua
berbau
6,2
22
27˚c
Coklat tua
berbau
5,4
23
28˚c
Hitam tua
berbau
6,6
24
28˚c
Hitam tua
berbau
6,5
25
28˚c
Hitam tua
26
28˚c
Hitam tua
Tidak berbau Tidak berbau
6,6 6,0
2. Kimia pupuk bokhasi Setelah proses pematangan bokhasi menjadi pupuk bokhasi dilakukan pengujian kandungan kimia unsur hara makro (N, P, K), C-organik, C/N Rasio, hasil analisis Labaoratorium Tanah dan Air Politeknik
Pertanian Negeri Samarinda dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Hasil Analisis Kandungan Unsur Hara Makro makro (N, P, K),C-organik dan C/N Rasio dari pupuk bokashi Limbah batang pisang. Perlakuan Parameter Satuan P1 P2 Standar Mutu N % 1,512 1,372 Minimal 4% P % 0,073 0,072 Minimal 4% K % 0,112 0,133 Minimal 4% C-organik % 36,14 28,50 Minimal 15% C/N 23,90 20,77 Minimal 15C/N 25%
Sumber : Laboratorium Ilmu Tanah Manajemen Hutan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan Standar permentan menteri pertanian SR 140-10-2011
Dari hasil analisis pada tabel 3 di atas menunjukan bahwa kandungan pupuk bokhasi dari batang pisang memiliki kandungan kimia yang berbeda-beda pada setiap kandungan N, P, K, C-organik dan C/N rasio. PEMBAHASAN 1. Sifat Fisik Bokhasi Dalam proses bokhasi dengan perlakuan P1 selama 24 hari dan P2 selama 26 hari, telah dilaksanakan dengan melakukan pengamatan sifat fisik bokhasi yang meliputi suhu, warna, bau dan pH. Perubahan suhu, warna, bau dan pH. Bokhasi dapat dinyatakan jadi, apabila suhu ruang stabil, tidak berbau, dan warna bokhasi menjadi kehitaman, hal ini sesuai dengan pendapat Indriani, YH (1999), yang menyatakan bahwa bokhasi dikatakan bagus dan siap diaplikasikan ke tanaman, jika memiliki tingkat kematangan yang sempurna. Bokhasi yang matang dapat dikenali dengan memperhatikan keadaan fisiknya, yaitu, terjadi perubahan warna, tidak mengeluarkan bau busuk dan bentuk fisiknya sudah merupai tanah yang berwarna kehitaman, jika dilarutkan, pupuk bokhasi yang sudah matang akan mudah larut dan strukturnya remah, serta tidak mengumpal. Dalam proses bokhasi ini suhu bokhasi berkisar antara 32-27˚C untuk perlakuan P1. Pada P2 dalam proses bokhasi, perubahan suhu berkisar 30-28˚C. Menurut Indriani, YH (1999), kematangan bokhasi yang sempurna dapat dilihat sebagai berikut :
45
a. Suhu Suhu bokhasi yang sudah matang mendekati dengan suhu awal proses bokhasi. Suhu meningkat pada awal bokhasi yaitu 30˚C dan akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Menurut Indriani, (2012), hal ini menunjukkan terjadinya dekomposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif oleh mikroorganisme mikroba di dalam bokhasi dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO₂, uap dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan. b. Warna Warna hasil penelitian dalam permentasi yang berlangsung pupuk bokhasi batang pisang yang sudah matang berwarna coklat kehitaman atau coklat tua. Sedangkan pada awal proses bokhasi bahan organik batang pisang masih berwarna putih kehitaman Djuarnani (2006). c. Bau Bau atau aroma organik dari batang pisang yang sudah matang yakni hampir menyerupai bau tanah. Sedangkan aroma atau bau awal saat proses bokhasi tidak berbau, masing-masing perlakuan masih menyerupai bau batang pisang itu sendiri. Hal ini disebabkan karena bahan yang digunakan tidak sama seperti bahan organik pada umumnya, karena bahan yang digunakan sulit untuk terurai Djuarnani (2006). 2. Sifat Kimia Pupuk Bokhasi Berdasarkan uji analisis Laboratorium, pupuk bokhasi yang dihasilkan memiliki kandungan kimia yang berbeda pada setiap perlakuan, baik perlakuan P1, maupun P2. Untuk analisis kimia C/N rasio, C-Organik, pH,unsur N, unsur P dan unsur K. Menurut peraturan menteri Permentan-SR-140-10-2011 kandungan kimia beserta standar nilai yang ditentukan ialah sebagai berikut : a. Kadar (pH) Untuk perlakuan P1, kadar keasaman (pH) organik dari batang pisang yang sudah matang ini bernilai 6. Pada awal proses bokhasi kadar ke asaman bernilai 6,2. Pada proses bokhasi terjadi
penurunan kadar pH. Pupuk bokhasi batang pisang akan terasa lunak jika dihancurkan. Bentuk organik masih menyerupai bahan asalnya, tetapi ketika diremas-remes akan mudah hancur Djuarnani (2008). b. Kandungan Unsur Hara Nitrogen (N) Pada perlakuan P1 memiliki nilai N sebesar 1,512 sedangkan pada perlakuan P2 sebesar 1,372 belum memenuhi setandar mutu pupuk, menurut Permentan Pertanian NS/140/10/2011, Menurut Djuarnani,dkk 2005. meningkat kandungan nitrogen pada P1 akibat terjadinya penguraian protein menjadi pupuk bokhasi dengan bantuan kegiatan mikroorganisme heterotropik seperti bakteri. c. Kandungan Unsur Hara Pospor (P) Pada perlakuan P1 memiliki nilai sebear 0,073 sedangkan pada P2 memiliki nilai sebesar 0,072. Menurut Hadisuwito (2007) unsur P merupakan zat yang penting, tetapi selalu berda dalam keadaan kurang di dalam tanah. Unsur P sangat penting sebagai sumber energi. Fospor rendahnya kadar pospor dipupuk bokhasi perlakuan P2 diduga karena kadar P yang ada pada batang pisang di gunakan sebagai makanan oleh mikroorganisme yang ada selama proses bokhasi berlangsung hinga bokhasi matang. d. Kandungan Unsur Hara Kalium (K) Dalam penelitian ini unsur kalium total P1 memiliki kandungan unsur hara sebanyak 0,112 sedangkan pada perlakuan. P2 memiliki kandungan unsur hara kalium sebanyak 0.133. EM₄ dapat menpengaruhi tinggi dan rendahnya nilai unsur kalium dalam proses bokhasi. Diduga bahwa kandungan unsur K pada pupuk bokhasi P1 lebih rendah dikarenakan adanya aktivitas mikroorganisme yang memanfaatkan kalium untuk kegiatan metabolismenya sehingga keberadaan unsur K pada pupuk bokhasi P1 rendah sedangkan pada pupuk bokhasi P2 unsur K lebih tinggi ini karena pemberian EM₄ tidak sebanding pada pemberian pupuk bokhasi P2. Menurut pendapat Arlinda (2011), Kalium tidak terdapat dalam protein, kalium bukan elemen langsung dalam pembentukan bahan organik, kalium hanya berperan
46 dalam membantu pembentukan protein dan karbohidrat. e. Rasio C/N Dalam penelitian pupuk bokhasi dari batang pisang ini pada perlakuan P1 memiliki C/N rasio sebesar 23,90%. Sedangkan pada perlakuan P2 memiliki C/N rasio sebesar 20,77%. Sudah memenuhi standar mutu pupuk organik, permentan peraturan menteri pertanian SN/140/10/2011. Nisbah karbon dan nitrogen (nisbah C/N) sangat penting untuk memasok hara yang diperlukan mikroorganisme selama proses pembuatan kompos berlangsung. Karbon diperlukan oleh mikroorganisme sebagai sumber energi dan nitrogen untuk membentuk protein (Sutanto, 2002). f. Unsur C-organik Dalam penelitian bokhasi batang pisang pada perlakuan P1 memiliki C sebesar 36,14% sedangkan perlakuan P2 memiliki C sebesar 28,50. Unsur karbon pada kompos batang pisang dengan bantuan bakteri basillus Sp. yang ikut membantu dalam proses penguraian bahan organik, protein, karbohidrat dan lemak secara biologis. Hara karbon ini sangat penting yakni sebagai pembangun bahan organik karena sebagian besar bahan kering terdiri dari bahan organik. Fungsi hara karbon yaitu sebagai sumber energi makanan bagi mikroba. (Wahyono dkk, 2003). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan yaitu, untuk perlakuan P1 dan P2 dari pembuatan pupuk bokhasi dari limbah batang pisang dengan larutan aktivator EM₄ dan pupuk kandang sapi, yang memiliki kandungan unsur hara yang belum memenuhi standar Peraturan Menteri Pertanian Permentan/SR.140/10/2011 yaitu unsur nitrogen (N), fospor (P), dan kalium (K). Adapun kandungan unsur hara yang telah mencukupi standar mutu pupuk dari peraturan menteri pertanian Permentan/SR.140/10/2011 ialah kandungan C/N rasio, C-karbon. Saran Perlu penelitian lebih lanjut dapat meningkatkan kandungan unsur hara N, P dan K, dengan aktivator yang berbeda sehingga dapat
memenuhi standart mutu pupuk bokhasi dari limbah batang pisang. DAFTAR PUSTAKA Arlinda, 2011. Studi Perbandingan Kualitas Kimia Kompos dari kompos batang pisang. Testis Pasca Sarjana UNAD. Jakarta. Djuarnani, N, Kristian Setiawan, B.S 2006. Cara Cepat Membuat Kompos. Agromedia Pustaka. Jakarta. Djuarnani, N. 2008. Cara Cepat Pembuatan Pupuk Kompos. PT Agromedia Pustaka, Jakarta. Hadisuwito dan Sukamto. 2007. Membuat Pupuk kompos cair. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta Indriani, YH. 1999. Membuat Kompos Secara Kilat.Penebar Swadaya. Jakarta. Indriani, 2012. Mempercepat Pengomposan. Penebar Jakarta.
Proses Swadaya.
Sutanto R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Jakarta. Satuhu,S. Supryadi, A. 2007. Pisang Budidaya Pengolahan dan Prospek Pasar. Penebar Swadaya. Jakarta. Wahyono.W, 2003. Menglolah Sampah Menjadi Kompos Sistem Open Winddrow Bergulir Sekala Kawasan. Badan Pengkajian Dan Penerapan Teknologi. Pusat Pengkajian Dan Penerapan Teknologi. Jakarta.