PEMBERITAAN KORUPTOR PEREMPUAN DALAM PERSPEKTIF GENDER Sinung Utami Hasri Habsari ) Andi Tri Haryono ) ABSTRAK Gender merupakan wacana sosial yang mempersepsikan berbagaimanifestasi peran laki-laki dan perempuan dalam suatu hubungan sosial (socialconstruction).Sehingga, pemahaman tentang gendersering dikaitkan dengan budaya masyarakat dalam menata hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam berbagai peran dan kegiatannya. Ketidakadilan gender merupakan masalah yang masih sering ditemui hingga saat ini. Salah satu institusi yang melanggengkan ketidakadilan gender adalah media massa. Korupsi adalah masalah serius di Indonesia dan semestinya di back up oleh media sebagaimana tugas media sebagai kontrol sosial adalah melindungi kepentingan-kepentingan masyarakat. Korupsi tidak mengenal jenis kelamin, lakilaki dan perempuan bisa terlibat dalam kasus korupsi sejauh ada akses, dan minimnya tanggung jawab dan komitmen. Akan tetapi pemberitaan di media massa cenderung memberitakan yang berbeda antara koruptor laki-laki dan perempuan. Artikel ini mencoba mengkaji bagaimana media merepresentasikan beritaberita yang melibatkan perempuan, khususnya dalam kasus korupsi. Dalam memberitakan perempuan korupsi, ada kesan fungsi media sebagai pembawa informasi dan sekaligus pengawasan menjadi tidak berlaku. Salah satu perempuan yang menghiasi pemberitaan media adalah Angelina Sondakh terkait kasus dugaan suap proyek Wisma Atlet Jakabaring, Palembang dan menjadi topik laporan utama Majalah Berita Mingguan Tempo 13-19 Februari 2013. Dalam menganalisa teks perempuan koruptor dalam majalah Tempo, digunakan metode analisis wacana kritis (Critical Discourse Analysis/CDA) model Teun van Dijk untuk membongkar tabir ideologi dalam teks media. Analisa wacana adalah suatu analisis untuk membongkar maksud-maksud dan makna-makna tertentu. Hasil analisa menunjukkan adanya perbedaan dalam pemberitaan kasus korupsi Wisma Atlet yang melibatkan Muhammad Nazaruddin dan Angelina Sondakh. Pemberitan koruptor perempuan di media massa mengkonstruksikan perempuan dengan identitas gendernya yang disebut femininitas. Femininitas merupakan wacana yang membentuk subyektivitas praktik-praktik sosial yang menciptakan identitas perempuan, menata hidupnya, mengatur hubunganhubungan sosialnya dengan sesama perempuan maupun dengan laki-laki atau bahkan mengintervensi tubuhnya. Femininitas dalam media massa sebenarnya adalah representasi dari bagaimana laki-laki melihat perempuan seperti yang diinginkannya. Keywords : Media, Korupsi, Perempuan, Representasi
Dosen Jurusan Hubungan Masyarakat FISIP Universitas Pandanaran Dosen Jurusan Manajemen FE Universitas Pandanaran
68
LATAR BELAKANG Kehadiran media massa di masyarakat bukanlah sesuatu yang asing dewasa ini. Media massa merupakan sarana untuk memahami realitas. Setiap kegiatan menyajikan suatu peristiwa adalah usaha mengkonstruksi realita. Pesan media adalah hasil konstruksi realita atas suatu kejadian di mana bahasa merupakan unsur utama dan instrumen pokok dalam menarasikan realitas. Setiap kegiatan menyajikan suatu peristiwa adalah usaha mengkonstruksi realita.Pesan media adalah hasil konstruksi realita atas suatu kejadian di mana bahasa merupakan unsur utama dan instrument pokok dalam menarasikan realitas.Media
menggunakan
bahasa
sebagai
instrument
utama
dalam
pewartaannya, baik bahasa verbal (kata-kata tertulis atau lisan) dan bahasa non verbal berupa gambar, foto, karikatur, ilustrasi, grafik, angka, dan table (Hamad, 2004:11). Realitas korupsi di Indonesia merupakan realitas yang paling sering dikonstruksi media di Indonesia satu decade terakhir. Kasus korupsi selalu menjadi bahasan utama di media massa. Sebagai sebuah isu penting, isu pemberantasan korupsi semestinya di back up terus menerus oleh pers. Pers atau media, punya peranan penting dalam upaya pemberantasan korupsi. Tugas dan fungsi pers adalah mewujudkan keinginan kebutuhan informasi melalui medianya baik melalui media cetak maupun media elektronik seperti, radio, televisi, internet.Fungsi informatif yaitu memberikan informasi, atau berita, kepada
khalayak.Media
mempunyai
fungsi
pengawasan
(surveillance),
penyediaan informasi tentang lingkungan.Fungsi penghubungan (correlation), dimana terjadi penyajian pilihan solusi untuk suatu masalah.Media juga adalah salah satu instrumen utama dalam membentuk konstruksi gender pada masyarakat. Media yang memiliki karakteristik dengan jangkauannya yang luas, bisa menjadi alat yang efektif dalam menyebarluaskan konstruksi gender kepada masyarakat.
Peran penting media massa di bidang pencegahan korupsi, antara lain, diwujudkan dalam bentuk memberi informasi kepada masyarakat tentang makna korupsi. Tujuannya, agar masyarakat mengetahui perbuatan yang termasuk korupsi dan tidak termasuk korupsi. Melalui pemberitaan media massa,
69
masyarakat menjadi tahu bahwa kepala daerah yang menerima pendapatan di luar gaji secara tidak legal berarti melakukan korupsi. Media massa pendorong terwujudnya good governance (pemerintahan yang baik). Media sebagai salah satu sumber informasi publik diharapkan bisa menjadi alat untuk mendorong berjalannya ketiga prinsip good governance (prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi). Di negara-negara demokratis, media bersama kelompok masyarakat madani memiliki peranan penting untuk memfasilitasi diskusi public tentang apa yang patut dan tidak patut untuk dilakukan, serta untuk melancarkan kritik terhadap pemerintah dalam menangani korupsi. Selain itu, media diyakini punya kemampuan untuk menekan pemerintah supaya mengambil tindakan selaras dengan kepentingan publik untuk melakukan reformasi sistem berlandaskan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) (Wijayanto dan Zachrie, 2009:696) Yanuo Hanazaki, menganggap pers perjuangan yang idealis di Indonesia telah mati. Sebagai gantinya, lahirlah pers bisnis yang lebih berwatak pragmatis dan oportunistik (Hanazaki, 1998:88). Menurut Hanazaki, pers berani menulis berita politik sebagai strategi bisinis. Masyarakat politik merupakan pembaca terbesar media. Dengan demikian, otomatis konten politik menjadi konten yang paling menjual. Media menulis berita politik sebagai strategi bisinis, dimana media seolah-olah keras dan kritis terhadap Pemerintah dan diikuti dengan upaya mendramatisasi sebuah peristiwa. Berita-berita korupsi di media massa semata didasarkan pada ketertarikan pembaca pada isu korupsi tersebut, bukan karena memang sebagai mana tanggung jawabnya dalam rangka menyadarkan masyarakat. Media massa Indonesia beberapa tahun terakhir ini dihiasi dengan tersangka korupsi yang berjenis kelamin perempuan. Mereka dikenal sebagai sosialita, figure public, dan pemegang jabatan terhormat di institusi pembuat keputusan di Negara ini. Perempuan dan laki-laki mempunyai potensi yang sama untuk menjadi pelaku, actor korupsi dan korban perilaku koruptif.
70
Kendati demikian di dalam pemberitaan terdapat bias jender antara koruptor laki-laki dan koruptor perempuan. Representasi yang ditampilkan seakan menunjukkan bahwa media massa cenderung ikut andil dalam melanggengkan subordinasi dan dominasi kaum laki-laki terhadap kaum perempuan. Perempuan
sebagai
objek
media
massa
merupakan
kenyataan
ketidakadilan gender yang dialami perempuan dalam masyarakat. Menurut Myra Diarsi akar ketidakadilan gender berkaitan dengan budaya patriarki. Dalam hal ini terlihat jelas bahwa laki-laki menjadi subjek dengan kekuatannya, dan perempuan sebagai objek yang lemah dan dipojokkan (Kompas, 16 April, 2001). Gender merupakan pelabelan yang pada kenyataannya bisa dipertukarkan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan gender sesungguhnya tidak menjadi masalah apabila tidak ada pemberitaan yang menjadikan perempuan sebagai objek yang dieksploitasi. Menurut Ana Nadhya Abrar, wartawan Indonesia seharusnya lebih memiliki sensitifities gender dalam memahami masalah yang dihadapi perempuan. Citra perempuan dalam pandangan pers Indonesia masih rendah, karena kebijakan keredaksian yang ternyata terkalahkan oleh kebijakan pemasaran yaitu segmentasi, konstribusi iklan dan keinginan pembaca (Abrar,2004:164). Media massa sebagai representasi simbolis dan nilai masyarakat telah membentuk stereotype yang memarjinalkan perempuan. Perempuan cenderung direpresentasikan di dalam teks sebagai pihak yang bersalah, marjinal dibandingkan
laki-laki.Banyak
suara-suara
dan
pengalaman
perempuan
dibungkam oleh media. Di media massa pula, perempuan lebih direpresentasikan sebagai obyek seksual laki-laki. Pemberitaan media yang berkaitan dengan perempuan lebih bersifat sensasional, memarjinalkan, dan mengkriminalkan (Eriyanto, 2001: 199). Kasus Korupsi Pengadaan Pembangunan Wisma Atlet SEA GAMES XXVI Palembang banyak disorot oleh berbagai media baik cetak, elektronik, dan media online. Dua tokoh sentral kasus ini sering dimuat pada beberapa headline pemberitaan berbagai media seolah menjadi selebrity baru di media Indonesia. Penggunaan kata-kata yang menarik dan provokatif bertujuan untuk menarik perhatian khalayak, untuk membaca dan mengikuti penanganan kasus tersebut.
71
Muhammad Nazaruddin dan Angelina Sondakh merupakan tokoh utama dalam kasus ini, pemberitaan Angelina Sondakh diwarnai labeling dengan menggunakan bahasa verbal dan visual terhadap perempuan sebagai perempuan penggoda, dengan identitas seksual dan eksploitasi ciri fisik perempuan. Pemberian label ini secara tidak langsung menciptakan stereotype negative terhadap perempuan dan memojokan posisi perempuan atas kasus yang sedang dihadapinya. Media yang membuat labeling dan stereotype terhadap perempuan akan menurunkan kualitas beritanya, karena telah memasukkan informasi yang tidak relevan, berlebihan, danadanya dramatisasi dalam penulisan artikelnya. Berita yang dihasilkan menjadi tidak obyektif, tidak netral, berat sebelah dan artinya tidak faktual. Dengan pemberian label seperti “ Ibu Artis ” maka media akan membentuk stereotype atau akan menimbulkan stereotyping masyarakat. Kesan yang dibentuk media dalam kasus Angelina Sondakhakan melekat di benak masyarakat bahwa koruptor perempuan yang bernama Angelina Sondakh ini adalah seorang artis yang namanya cukup popular di masyarakat sehingga memojokan Angelina Sondakh. Dalam banyak kasus korupsi yang dilakukan oleh laki-laki, media tidak memberikan label seperti yang dilakukan pada kasus Angelina ini.Dengan melihat kasus Angelina ini kita bisa mengetahui bagaimana kuatnya media dalam mengatur khalayak dan bagaimana mudahnya media menstereotype khalayak dengan berita-berita yang diberikan dengan berbagai pelabelan yang digunakan media di dalam banyak berita.Konstruksi stereotype perempuan di media mengukuhkan ideology gender dan kapitalisme yang menjadikan perempuan sebagai objek sekaligus komoditas. Hal ini merupakan “symbolical violence” (kekerasan simbolik) terhadap perempuan yang beroperasi di balik kapitalisme media.Kekerasana simbolik di media muncul dalam bentuk penggunaan bahasa dan gambar yang secara ideologis mengandung makna yang merendahkan, menghakimi, dan bahkan menghina. Media massa juga turut menyebarkan dan melestarikan ideologi jender. Melalui media massa kita belajar menyesuaikan diri dan berperilaku sesuai dengan perbedaan dan stereotype jender. Media massa merupakan salah satu agen sosialisasi yang menentukan kesetaraan jender.
72
Isu gender terutama pada penekanan isu-isu perempuan meskipun telah mengalami pergeseran pada kualitas perbaikan, tetapi belum selesai pada tingkat yang memuaskan. Berita-berita kekerasan terhadap kaum perempuan masih mewarnai berita-berita di media massa. Baik kekerasan yang bersifat fisik maupun batin.Baik yang terjadi dalam masyarakat biasa atau pada tingkat pejabat negara dan artis.Media massa seharus berperan dalam menciptakan kesetaraan dan keadilan gender. Jurnalisme yang berperspektif gender yang memiliki sudut pandang perempuan dan memuat teks-teks yang menginformasikan proses penciptaan hubungan yang setara dalam relasi antara laki-laki dan perempuan, dan tidak menyudutkan perempuan. Teks yang ditampilkan media memberikan ruang bagi eksistensi peran perempuan di ruang public yang bikan hanya sebagai obyek kebutuhan komersial dan hal lain yang banal. Media seharusnya membuat suatu teks tentang perempuan memberikan kelayakannya sebagai insan yang memiliki persamaan hak dan kewajiban serta segala hal dalam peradaban modern. Artikel ini mencoba membandingkan beberapa pelaku korupsi sebagai subjek yang direpresentasikan Majalah Tempo yaitu Nazaruddin, dan Angelina Sondakh dengan kasus korupsi pembangunan Wisma Atlet. Angelina Sondakh disorot tidak hanya terbatas pada persoalan korupsinya, tetapi juga melebar pada pemberitaan yang menyangkut posisi sosialnya sebagai sosialita, artis, dan ibu rumah tangga. Pemberitaan Nazaruddin lebih konsisten pada substansi kasus korupsinya dan hanya sedikit menyentuh persoalan pribadi yang bersangkutan padahal mereka berdua terlibat dalam kasus korupsi yang sama. Majalah Berita Mingguan Tempo merupakan majalah mingguan yang selalu mempunyai posisi kritis dalam menyajikan berita politik.Majalah Berita Mingguan Tempo yang merupakan salah satu saluran komunikasi sosial, politik, dan ekonomi di Indonesia.
RUMUSAN MASALAH Wanita dalam banyak media ditempatkan sebagai obyek, bukan sebagai subyek.Sebagai obyek, wanita menerima perlakuan dilihat, dinilai, diapresiasi dalam berbagai konteks wacana media.Perempuan lebih direpresentasikan sebagai
73
obyek seksual laki-laki.Pemberitaan media yang berkaitan dengan perempuan lebih bersifat sensasional, memarjinalkan, dan mengkriminalkan. Permasalahan jurnalisme yang bias gender di Indonesia selalu menjadi sorotan para aktivis perempuan dan organisasi media itu sendiri. Permasalahan gender di bidang jurnalistik, tidak hanya terbatas pada produksi teks, tetapi juga pada ranah profesi jurnalis di mana jurnalis diposisikan sebagai profesi milik lakilaki (Kafiris, 2005: 74). Kafiris juga menjabarkan tentang cara untuk mengenali bias gender pada teks media dengan mengamati bahasa, angle berita, kontek (context), narasumber (source), dan gambar (visual). Dalam penelitiannya ia juga mempromosikan konsep jurnalisme yang sensitive gender (gender sensitive journalism) dan kesamaan gender di semua sisi praktek jurnalistik (gender equality in all journalism practices). (Kafiris, 2005: 75). Dalam menyajikan kasus-kasus korupsi yang melibatkan perempuan di dalamnya, Majalah Berita Mingguan Tempo berani menyajikannya secara kontroversial.Penelitian ini mencoba mengeksplorasi praktek jurnalisme yang bias gender dengan melakukan analisis wacana terhadap pemberitaan kasus korupsi Wisma
Atlet
yang
melibatkan
Muhammad
Nazaruddin
dan
Angelina
Sondakh.Permasalahan yang coba dikaji dalam penelitian ini adalahbagaimana Majalah Tempomerepresentasikan kasus berbasis gender dalam hal ini kejahatan korupsi yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan?
KERANGKA TEORI Teori Standpoint Teori standpoint memperlihatkan suatu perspektif untuk mengangkat signifikansi masalah perempuan. Teori Standpoint menekankan pentingnya social location karena mereka yakin bahwa orang yang berada di puncak societal hierarchy adalah orang-orang yang memiliki previlise untuk mendefinisikan apa dan bagaimana artinya „menjadi wanita‟, atau „menjadi pria‟, atau hal-hal lain, bagian dari budaya, yang dianut masyarakat. Kerangka dasar teori standpoint adalah melihat adanya kelompok dominan berpengathuan di masyarakat, sekaligus mendominasi.Artinya, di tengah-tengah
74
masyarakat ada kelompok marginal yang harus menerima pengetahuan dominan tersebut. Bagi kelompok marginal ini, standpoint merupakan cara untuk menunjukkan bahwa mereka sebenarnya juga mempunyai pengetahuan sendiri. Suatu standpoint atau sudut pandang adalah suatu tempat di mana kita melihat dunia di sekeliling kita. Apapun posisi kita, lokasi sosial kita akan memfokuskan perhatian kita pada gambaran tatanan sosial dan natural dalam memahami orang lain.Kelompok sosial di mana kita berada sangat berperan dalam membentuk pengalaman dan pemahaman kita serta bagaimana kita berkomunikasi dengan orang lain. Setiap individu berada dalam suatu lokasi sosial, dan menduduki tempattempat yang berbeda dalam hirarki sosial berdasarkan keanggotaan mereka dalam kelompok sosial.Karena adanya lokasi sosial ini, individu memandang situasi sosial dari sudut pandang tertentu.Sudut pandang tersebut membentuk oposisi terhadap mereka yang berkuasa, inilah yang disebut Standpoint. Lokasi sosial juga membentuk kehidupan perempuan menjadi berbeda dengan laki-laki, dan dalam kehidupan sosial perempuan merupakan kelompok masyarakat yang termarginalkan. Nancy Hartsock memodifikasi teori Standpoint dengan memberikan asumsi-asumsi :
Lokasi individu dalam struktur kelas membentuk dan membatasi pemahaman mereka akan hubungan sosial.
Standpoint bersifat parsial, tetapi standpoint dari kelompok yang berkuasa dapat merugikan mereka yang berada di kelompok marjinal.
Kelompok majinal harus berjuang bagi visi mereka mengenai kehidupan sosial
Teori Standpoint muncul didasarkan adanya perbedaan psikologis dan sosial antara laki-laki dan perempuan yang disebabkan oleh perbedaan seks.Lakilaki dianggap memiliki dorongan alami untuk kebebasan (tidak bergantung) dan lebih kuat dalam pengembangan egonya. Beberapa konsep penting dalam Teori Standpoint yaitu pertama, Standpoint adalah posisi seseorang yang dicapai berdasarkan lokasi sosial yang memberikan suatu aspek interpretative pada kehidupan seseorang.Standpoint
75
dimediasi secara sosial, karena standpoint didefinisikan oleh lokasi sosial tertentu dan bersifat parsial (pandangan yang tidak utuh dari sebuah hierarki sosial).Standpoint membutuhkan “resistensi politik aktif” untuk bekerja melawan kelompok dominan yang membuatnya menjadi sikap politis dan berpotensi membebaskan. Konsep kedua yaitu Situated Knowledge (pengetahuan tersituasi) yang berarti
pengetahuan
setiap
orang
didasarkan
pada
konteks
dan
keadaan.Pengetahuan bersifat ganda dan tersituasi di dalam pengalaman.Apa yang kita ketahui dan lakukan merupakan pembelajaran dari pengalaman-pengalaman kita.Obyek
ilmu
pengetahuan
berangkat
dari
pengalaman
masyarakat.
Pengalaman-pengalaman diorganisasikan dan organisasi itulah yang dibaca sebagai suatu teks.Melalui teks tersebut seseorang belajar dalam suatu hubungan sosial. Konsep yang ketiga adalah sexual division of labour (pembagian pekerjaan berdasarkan jenis kelamin). Pembagian ini tidak hanya menenpatkan orang untuk mengerjakan tugas-tugas yang berbeda berdasarkan jenis kelamin tetapi juga mengeksploitasi perempuan dimana perempuan diidentifikasi dengan aktivitas-aktivitas di dalam rumah.Pembagian kerja secara seksual dalam adat kebiasaan secara relative sama tanpa mengindahkan kelas, etnik, dan seksualitas perempuan. Pekerjaan rumah tangga dan menjaga anak mengikat pemahaman bersama
wanita
dengan
sendirinya
sebagai
wujud
keunikan
secara
sosial.Perbedaan perkembangan psikologis antara laki-laki dan perempuan, dimana dikatakan bahwa laki-laki mempunyai sifat yang lebih otonom sedangkan perempuan lebih bergantung berdampak pada system pembagian kerja secara seksual antara laki-laki dan perempuan. Perempuan dapat diidentifikasi melalui sejumlah representasi yang ditampilkan melalui teks media.Ide, image dan symbol bukanlah benda netral yang dinamakan sebagai budaya, melainkan sesuatu yang dihasilkan oleh individu-individu yang menjadi bagian dari kelas yang berkuasa untuk mempertahankan control masyarakat. Kelas berkuasa adalah dasar dari proses pengorganisasian yang secara aktif menghasilkan ideologi-ideologi yang berguna
76
untuk mengatur kelas dan bagaimana kekuasaan tersebut bekerja, Ideologi tersebut juga dipergunakan untuk melegitimasikan dominasinya. Konsep ideologi memberikan benang merah yang memberikan arah pada kerumitan menghadapi makna-makna budaya sebagaimana pada umumnya dipahami. Pemahaman ini mengarahkan kita untuk mencari praktik pengorganisasian yang berlangsung dalam proses penciptaan image, ide, symbol dan konsep. Hal-hal praktis tersebut merupakan suatu mekanisme yang menuntut kita untuk berpikir tentang dunia.Pemahaman seperti ini mengarahkan kita untuk meneliti siapa yang memproduksi untuk siapa, dan darimanakah bentukan-bentukan sosial mengenai kesadaran berasal. (Smith, 1991,54)
Teori Kelompok Bungkam (Muted Group Theory) Penerapan
Muted Group Theory
(West
dan Turner, 2008:199-
209)berfokus pada wanita sebagai kelompuk bisu.Cheris Kramarae memandang pembicaraan laki-laki dan perempuan sebagai pertukaran yang tidak setara antara mereka yang mempunyai kekuasaan dan yang tidak.Perempuan kurang bisa mengartikulasikan diri di ruang publik dibanding laki-laki karena kata dalam bahasa dan norma-norma dikendalikan laki-laki.Laki-laki lebih mempengaruhi bahasa sehingga menghasilkan bahasa yang bias laki-laki. Pembungkaman kelompok marginal adalah adalah fenomena yang dialami secara sosial. Beberapa bentuk pembungkaman antara lain dengan mengejek, yaitu dengan memberikan label terhadap pembicaraan perempuan sebagai mengoceh, menggosip, mengomel yang dianggap sebagai hal yang tidak bermakna ; ritual, banyak terdapat ritual sosial yang memiliki dampak dalam membungkam perempuan dan atau menyatakan bahwa perempuan adalah bawahan laki-laki, sebagaimana dalam ritual upacara pernikahan ; kontrol, di mana laki-laki mengendalikan banyak keputusan adalah suatu bentuk komunikasi yang menempatkan laki-laki sebagai posisi pusat dan perempuan hanya sebagai bayang-bayang ; pelecehan, pria mengendalikan wilayah publik sehingga perempuan yang memasuki area tersebut dimungkinkan akan menerima ancaman.
77
Pelecehan seksual adalah sebuah metode untuk mengatakan bahwa perempuan tidak sesuai bekerja di luar wilayah domestik mereka. Labelling yang diberikan kepada perempuan disebut sebagai penjulukan/ pemberian cap. Labeling adalah sebuah definisi yang ketika diberikan pada seseorang akan menjadi identitas diri orang tersebut, dan menjelaskan orang dengan tipe bagaimanakah dia. Dengan memberikan label pada diri seseorang, kita cenderung melihat dia secara keseluruhan kepribadiannya, dan bukan pada perilakunya satu per satu. Dalam teori labelling ada satu pemikiran dasar, dimana pemikiran tersebut menyatakan “seseorang yang diberi label sebagai seseorang yang devian dan diperlakukan seperti orang yang devian akan menjadi devian. Penyimpangan (deviant) adalah suatu hal yang dilakukan tidak sesuai dengan norma atau pengaturan yang berlaku dalam masyarakat. Kesesuaian (conformity) adalah proses penyesuaian diri dengan masyarakat dengan mematuhi atau melaksanakan norma dan peraturan yang telah ditentukan.
Perilaku dapat
dianggap untuk mencerminkan sesuai atau menyimpang hanya dalam konteks struktur tertentu.Ini berarti bahwa dalam masyarakat yang kompleks dengan banyak struktur sosial yang beragam dan saling bertentangan, maka hampir tidak mungkin untuk tidak menyimpang dari sudut pandang anggota beberapa struktur sosial. Howard
Becker
dalam
Thio
(2005:162)
menjelaskan
bahwa
penyimpangan bukan suatu kualitas perilaku orang yang melakukan tetapi lebih mengarah pada serangkaian penerapan hukum dan sanksi terhadap suatu kejahatan.Pelabelan itu sendiri mempunyai konsekuensi negatif secara personal.
Teori Konstruksi Sosial Realita Realitas sosial adalah hasil konstruksi social.Konstruksi sosial tidak berlangsung dalam ruang hampa, namun sarat dengan kepentingan-kepentingan (Bungin, 2008: 192).Bagi kaum konstruktivisme, realitas (berita) itu hadir dalam keadaan subjektif.Realitas tercipta lewat konstruksi, sudut pandang dan ideologi wartawan.Secara singkat, manusialah yang membentuk imaji dunia. Sebuah teks
78
dalam sebuah berita tidak dapat disamakan sebagai cerminan dari realitas tetapi ia harus dilihat sebagai konstruksi atas realitas. Pemberitaan yang terus menerus di media massa menjadi wacana yang mempertukarkan makna melalui simbol-simbol yang ada di dalamnya. Wacana pada media massa diwujudkan dalam bahasa verbal dan bahasa visual berupa teks visual dan tulisan dan timbul dari proses pertukaran makna melalui pemberitaan secara
terus-menerus
dalam
jangka
waktu
tertentu.
Wacana
tersebut
menyampaikan ideologi yang dibawa oleh media massa kepada khalayaknya. Ideologi dalam penelitian ini mengacu pada sebuah sistem keyakinan dari sebuah kelas social (Eriyanto 2001:87-88) Marx, sebagaimana dikutip dalam Fiske (1990:173-175), menyatakan bahwa ideologi merupakan sebuah konsep yang relatif terus terang.Ideologi merupakan sebuah alat yang mana gagasan-gagasan dari kelas penguasa menjadi diterima di seluruh masyarakat dan dipandang sebagai sesuatu yang lumrah dan alami. Semua pengetahuan didasarkan atas kelas: dicetuskan di dalam kelas asal dan bekerja untuk melindungi kepentingan kelas tersebut. Melalui konstruksi sosial media, dapat dijelaskan bagaimana media massa membuat gambaran tentang realitas. Elemen utama yang dipakai dalam mengkonstruksi realitas adalah bahasa.Bahasa yang digunakan bisa berbentuk verbal seperti kata-kata lisan dan tulisan maupun nonverbal seperti gambar, foto, gerak-gerik, grafik, angka, tabel dan lain-lain. Pemilihan kata, struktur bahasa, cara penyajian, serta penampilan secara keseluruhan sebuah teks dapat menentukan bentuk konstruksi realitas yang sekaligus akan menghasilkan makna tertentu darinya, termasuk pemilihan kata-kata tertentu yang secara efektif mampu memanipulasi konteks. bahasa sendiri secara inherent jugamenyimpan konstruksi ideologi tertentu yang merepresentasikan cara pandang media (Hamad, 2004:11). Demikian pula isi berita yang bertemakan gender dan korupsi itu adalah hasil dan tarikmenarik antara kepentingan pengelola media,
pengkonstruksian maupun
discourse ketika menyusun berita tersebut. Proses bias gender memiliki relasi dengan representasi media yang melibatkan bahasa dan symbol. Kata bias sendiri berkaitan erat dengan istilah-
79
istilah seperti prasangka buruk (prejudice), keberpihakan (one-sidedness), memandang sepihak (partiality), partisan (partisanship), perlakuan yang berbeda (unequal treatment), perlakuan yang tidak adil (unfair treatment) dan perlakuan buruk (unlawful treatment) terhadap kelompok tertentu. Sehingga jika dikaitkan dengan bias gender dalam konteks penelitian ini, maka yang dimaksud dengan pemberitaan bias gender adalah pemberitaan yang didalamnya mengandung konsep pembedaan, perlakuan tidak adil dan prasangka buruk terhadap jenis kelamin tertentu dalam hal ini perempuan. Ada dua hal yang seharusnya menjadi perhatian jurnalis jika ingin membuat berita yang tidak bias atau berita yang berperspektif gender yaitu (a) fokus pada tema-tema yang memperlihatkan ketidak-adilan gender seperti marginalisasi, subordinasi, stereotype, label negative terhadap perempuan, beban kerja dan kekerasan terhadap perempuan (b) meliput tempat dimana ketidakadilan gender itu terjadi, seperti memantau di setiap tingkatan seperti pribadi, rumah-tangga, budaya, masyarakat dan negara. Kafiris (2005:74) menyatakan dimensi gender dalam teks berita yang diproduksi jurnalis bias diamati dari bagian yaitu: (1) bahasa (language) apakah bahasa yang dipakai netral, apakah terhadap asumsi negatif berdasarkan gender, apakah perempuan disebut cantik, seksi dll, (2) sudut pandang berita (story angle) yang memperlihatkan siapa sudut pandang dalam memaparkan berita (3) apakah terdapat kontradiksi (double standard) yang melihat siapa yang tidak dilibatkan dan siapa yang terlibat (4) konteks berita (context), yaitu apakah berita mengandung informasi yang tidak berhubungan dengan berita atau tidak ada kaitannya dangan inti permasalahan? (5) narasumber (source), yaitu siapa yang menjadi narasumber dalam pemberitaan, apakah wanita dilibatkan, apa peran wanita disini? (6) gambar (visual), apakah gambar berhubungan dengan isi berita? apakah mengekspoitasi wanita secara fisik?
METODOLOGI Dalam menganalisa teks perempuan koruptor dalam majalah Tempo, digunakan metode analisis wacana kritis (Critical Discourse Analysis/CDA) model Teun van
80
Dijk untuk membongkar tabir ideologi dalam teks media. Analisa wacana adalah suatu analisis untuk membongkar maksud-maksud dan makna-makna tertentu. Wacana adalah pengungkapan maksud tersembunyi dari sang subyek yang mengemukakan suatu pernyataan. Van Dijk melihat bagaimana struktur sosial, dominasi, kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan berpengaruh pada teks. Wacana oleh van Dijk digambarkan mempuyai tiga dimensi, diantaranya : teks, kognisi sosial, dan kontek sosial (analisis sosial). Model analisis Van Dijk dapat digambarkan sebagai berikut :
Teks Kognisi Sosial Konteks Inti analisis wacana adalah menggabungkan ketiga demensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan.Dalam demensi teks, yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu.Kognisi Sosial merupakan dimensi untuk menjelaskan bagaimana suatu teks diproduksi oleh individu/kelompok pembuat teks.Analisis sosial melihat bagaimana teks itu dihubungkan lebih jauh dengan struktur social dan pengetahuan yang berkembang dalam suatu masyarakat atas suatu wacana. (Eriyanto, 2001: 225).
PEMBAHASAN Peran media sebagai alat kontrol sosial yang melindungi kepentingankepentingan masyarakat, baik kepentingan politik, sosial, ekonomi dan budaya menjadi salah satu dasar media massa menempatkan korupsi sebagai salah satu prioritas paling utama dalam agenda pemberitaan. Akan tetapi, karena sifat ideologisnya, media berperan besar dalam pengkonstruksian apa dan bagaimana
81
serta siapa pelaku korupsi tersebut. Hal ini terutama tampak dalam pemberitaan kasus korupsi yang melibatkan seorang perempuan. Menurut Hanazaki, pers berani menulis berita politik sebagai strategi bisinis. Pers bisnis seolah-olah keras dan kritis terhadap Pemerintah. Kadangkadang kekritisan ini diikuti dengan upaya mendramatisasi sebuah peristiwa. Tujuannya jelas agar berita tampil menarik dan layak “jual”. Pendeknya, pers menjadi anjing penjaga demokrasi yang menyalak semakin keras dengan tujuan semata menaikkan tiras (Hanazaki, 1998:164).Feith yang dikutip Hanazaki (1998:122)
menyebut
masyarakat
politik
sebagai
pembaca
terbesar
suratkabar.Dengan demikian, otomatis konten politik menjadi konten yang paling menjual.Media lebih berorientasikan bisnis sehingga tidak begitu peduli pada semangat mengkritik ketimpangan sosial. Berita-berita korupsi di media massa semata didasarkan pada ketertarikan pembaca pada isu korupsi tersebut, bukan karena memang sebagai mana tanggung jawabnya dalam rangka menyadarkan masyarakat.
Representasi Muhammad Nazaruddin dan Angelina Sondakh Kasus korupsi dalam Pembangunan Wisma Altet menjelang SEA GAMES XXVI 2011 di Palembang Sumatera Selatan merupakan kasus korupsi yang palingbanyak menyedot perhatian masyarakat ini menjadi topik terpopuler mengalahkanisu-isu besar lain yang diangkat media massa sepanjang tahun 2011, dan diduga dilakukanoleh banyak pihak. Kasus ini menjadi topik laporan utama Majalah Berita Mingguan Tempo 13 Februari 2013. Pemberitaan kasus ini memfokuskan pada dua tokoh yang mempunyai peran yang cukup besar akan tetapi direpresentasikan dengan cara yang berbeda. Representasi pemberitaan kedua tokoh tersebut, akan dianalisa dengan critical Discourse Analysis model Van Dijk untuk mengungkapkan adanya stereotipr gender dan objektifkasi perempuan dalam media.
82
Representasi Muhammad Nazaruddin Majalah Berita Mingguan Tempo dalam edisi 13 Februari 2011 memberitakan kasus korupsi pembangunan Wisma Atlet dengan cover line “Apel Angie, Brankas Nazar” dan dua berita utama yang berjudul “Brankas Mengalir Sampai Jauh” dan “Mata Rantai Ibu Artis “, Pada pemberitaan tentang peran Nazaruddin dalam kasus korupsi Wisma Atlet, Majalah Tempo menggunakanHeadline berita “ Brankas Mengalir Sampai Jauh” dengan lead liputan utama yang pertama adalah “Perusahaan Nazaruddin meraup penghasilan hingga 1,4 trilliun per tahun. Dari sana duit ditebar ke anggota DPR, pejabat politik dan birokrat.”Sedangkan isi berita (story) secara jelas mengungkapkan laporan keuangan Grup Permai milik Nazaruddin.Laporan keuangan yang merupakan “brankas‟ eksternal perusahaan milik Nazaruddin tersebut menyebut nama-nama politikus, menteri serta pejabat BUMN.”Elemen grafis yang dipergunakan dalam pemberitaan ini adalah foto Nazaruddin saat menunggu di ruang sidang pengadilan Tipikor.
Representasi Angelina Sondakh a. Visualisasi Angelina Sondakh pada sampul Majalah Berita Mingguan Tempo edisi 13 Februari 2013. (retrieved from http://majalah.tempo.co/2013/02/13/671/cover5040) b. Pose adegan interogasi Sharon Stone dalam film “Basic Instinct 1” Pose adegan interogasi Sharon Stone dalam film “Basic Instinct 1” (retrieved from http://4.bp.blogspot.com/- s400/basic-instinct.jpg,)
Berita kedua mengulas tentang peran Angelina Sondakh dalam pembahasan anggaran dengan Kementerian Pemuda dan Olah Raga.Headline “Mata Rantai Ibu Artis” dengan Lead “Angelina Sondakh diduga menjadi pembantu kejahatan perusahaan
Nazaruddin.Tercantum
dalam
laporan
keuangan
Grup
Permai”.Angelina Sondakh bahkan direpresentasikan dalam karikatur sebagai cover majalah Tempo dengan menduplikasi sosok ikon perempuan penggoda dalam Film Basic Instinct 1.
83
Makrostruktur Tematik Tema pemberitaan dalam laporan utama majalah Tempo edisi 13 Februari 2013 adalah kasus korupsi.Korupsi di Indonesia memiliki akar yang dalam dan praktik yang luas.Praktik korupsi telah masuk ke berbagai tingkatan di pemerintahan, melibatkan berbagai kalangan, dan membentuk jaringan yang luas. Salah satu kasus korupsi yang cukup mendapatkan perhatian public adalah skandal suap Pembangunan Wisma Atlet di Palembang Sumatera Selatan, yang melibatkan
mantan
Bendahara
Umum
Partai
Demokrat
Muhammad
Nazaruddin.(Kimura, 2013, p. 188).Kasus ini menjadi sorotan media dalam waktu yang cukup lama karena dibumbui perjalanan pelarian Nazaruddin ke Singapore, Spanyol, hingga ke Republik Dominika yang akhirnya tertangkap di Cartagena, Columbia. Beberapa perempuan pun mulai terlibat dalam kasus korupsi dengan jumlah uang yang hamper sama dengan laki-laki. Salah satunya adalah Angelina Sondakh, mantan Putri Indonesia yang beralih profesi menjadi politisi.Angelina terlibat dalam skandal suap Pembangunan Wisma Atlet.
Makrostruktur Semantik Yang pertama dianalisa dalam teks media Tempo atas kasus korupsi ini adalah
headline
dengan
penganalisaan
makrostruktur.
Majalah
Tempo
menggunakan kalimat yang provokatif dalam headline dan coverline artikel utamanya, sehingga menarik perhatian khalayak untuk membaca. Penganalisaan lebih dalam tentang makna yang tersembunyi di balik teks tersebut akan menemukan perbedaan representasi pada ke dua tokoh yang terlibat dalam kasus yang sama. Terkuaknya beberapa nama penerima aliran dana dalam proyek-proyek yang dikerjakan oleh perusahaan Nazaruddin, wewenang Nazaruddin, jabatan politis, ilustrasi proses korupsi dan muara dana diungkap jelas dalam pemberitaan. Tempo melakukan investigating journalism dalam memberitakan Nazaruddin. Hal yang berbeda ditemukan dalam pemberitaan Angelina Sondakh meskipun keduanya terlibat dalam kasus yang sama. Posisi Angelina sebagai anggota DPR mempunyai peran yang cukup signifikan dalam mengatur alokasi
84
dana di proyek kementrian. Akan tetapi, detail yang dimuat dalam majalah Tempo, hanya mengkonstruksi “Artis dan Selebrity” yang melakukan korupsi dan kehidupan personalnya termasuk hubungannya dengan mantan penyidik KPK.Tempo tidak mengungkap motif, karier politik dan peran Angelina dalam kasus korupsi tersebut.Pemberitaan Angelina Sondakh justru lebih difokuskan untuk memuaskan keingintahuan public tentang kehidupan pribadinya daripada implikasi
tindakan
Angelina
sebagai
seorang
anggota
parlemen
yang
menyalahgunakan posisi dan wewenangnya.Pemberitaan tentang Angelina Sondakh dapat disamakan dengan gossip di tabloid daripada jurnalisme investigasi yang dalam (hard Hitting journalism). Pembentukan konstruksi realitas yang dilakukan majalah Tempo tersirat dalam penulisan kronologis kasus korupsi dengan penggunaan kalimat yang provokatif pada coverline dan headline berita utama sehingga membuat audiens tertarik untuk membacanya sehingga hal ini membuat audiens secara tidak sadar sudah dikonstruksi secara kognitif oleh majalah Tempo.
Local Meanings Aspek lain yang juga penting untuk dianalisa adalah konsep makna local yang terkandung di dalam teks. Menurut Van Dijk, makna local adalah hasil pemilihan teks yang dibuat oleh pembicara, penulis atau media terhadap suatu peristiwa. Makna local juga bias diartikan sebagai jenis informasi yang mempunyai pengaruh cukup besar secara mental sehingga mempengaruhi opini dan perilaku penerima(Van Dijk, 2011, 95-120). Pada level local meaning, representasi ke dua mengimplikasikan perspektif ideology media. Meskipun dalam penanganan kasus skandal korupsi ini berhasil mengungkap beberapa nama anggota DPR yang terbukti menerima suap, perhatian utama majalah Tempo lebih mengarah pada mantan Putri Indonesia yang beralih profesi menjadi politisi, Angelina Sondakh. Sebagai tersangka kasus korupsi, Angelina direpresentasikan dalam karikatur sebagai cover
majalah
Tempo dengan menduplikasi sosok ikon perempuan penggoda dalam Film Basic Instinct 1. Strategi menggunakan ikon-ikon yang telah dikenal luas oleh publik
85
berfungsi sebagai proses pembuat tanda untuk mengekspresikan seseorang dan memaknainya dengan argumen yang dapat diterima oleh pikiran kita dengan cepat. Sedangkan Muhamad Nazaruddin sebagai actor utama kasus ini fotonya hanya dimuat sebagai ilustrasi dalam berita utama. Visualisasi perempuan yang terlibat kasus korupsi sebagaimana yang terlihat dalam majalah Tempo edisi ini memuat ilustrasi citra perempuan dengan berbagai daya tarik femininitasnya (feature of femininity) yang sama sekali tidak berhubungan dengan kasus korupsi itu sendiri. Ideologi gender yang muncul dalam teks ini jelas menggambarkan perempuan
dalam kategori seksisme
berdasarkan tatapan laki-laki sebagai alat untuk menarik perhatian pembaca. Penggambaran tersebut bias jender menunjukkan dominasi ideologi patriarki di dalam media yang memvisualisasikan perempuan dengan cara pandang laki-laki (male gaze) dimana perempuan ditampilkan sebagai obyek seksual dalam penampilkan yang dikodekan bagi terciptanya dampak visual dan erotis yang kuat. Representasi Angelina atas keterlibatannya dalam kasus korupsi adalah salah satu contoh seorang perempuan yang mendapatkan „doubly deviant‟, di mana dia tidak saja dihukum atas tindak kriminalitas yang dilakukannya tetapi dia dihukum berdasarkan norma gender yang berlaku di masyarakat. Dalam kasus skandal Wisma Atlet ini, terlihat bahwa perempuan lebih mendapatkan focus perhatian media tanpa melihat bagaimana perannya dalam kasus tersebut.
Struktur Formal Struktur formal mengimplikasikan penggunaan klausa dan kalimat dalam teks.Pemilihan kata yang menjadi coverline, lead dan judul
dibungkus rapi
dengan kalimat indah dan santun, tapi ada hidden message di dalamnya. Pemilihan kata-katanya pun mengesankan ketidakformalan, yaitu kata-kata yang sangat lazim dipakai dalam situasi tuturan yang informal.Ragam bahasa informal ini digunakan mengikuti trend penggunaan bahasa yang sering dipergunakan masyarakat saat ini.
Gaya penulisan berita yang dikembangkan majalah Tempo
menganut aliran Jurnalisme Sastrawi (literary journalism), yaitu suatu genre
86
dalam penulisan yang memadukan liputan/reportase dengan gaya sastrawi tetapi tetap mampu menggambarkan emosi dari orang-orang yang terlibat dalam suatu realita dan menggambarkan peristiwa secara mendetail berdasarkan fakta. Kedua artikel berita (“Brankas Mengalir Sampai Jauh” dan “Mata Rantai Ibu Artis”) ditulis dalam bentuk kalimat aktif, yaitu kalimat yang subyeknya berperan sebagai pelaku (agentif). Pemakaian kalimat aktif sangat berhubungan dengan masalah yang ingin dikedepankan atau dijadikan pusat perhatian.Majalah Tempo mengkonstruksi Angelina Sondakh sebagai tokoh sentral dalam kasus kejahatan ini.Hal
ini
berarti
Tempo
sudah
melakukan
personalisasi
dalam
menginformasikan kasus korupsi. Secara semantis, kata-kata berkonotasi dalam sampul Tempo edisi ini dapat dikelompokkan berdasarkan medan makna kriminalitas/kejahatan baik kejahatan birokrasi/politik, kolonialisme, maupun kejahatan sosial. Angelina Sondakh merupakan salah satu selebriti perempuan di Indonesia yang menjadi anggota DPR. Tempo dalam artikel inirancu dalam menggunakan kata “artis dan selebrity”. Kata artis adalah istilah subyektif yang merujuk kepada seseorang yang kreatif, atau inovatif, atau mahir dalam bidang seni. Sedangkan selebriti yaitu seorang pesohor yang mempunyai gaya hidup mewah sehingga perilakunya seringkali menjadi perhatian dan perbincangan public. Majalah Tempo secara tidak langsung “menggiring” audience menuju suatu definisi praktis dan menciptakan „dogma‟ bahwa memang artis adalah selebriti dan selebriti adalah artis dengan glamour. Reportase
kehidupan selebritas yang serba mewah dan
Angelina Sondakh tidak hanya terbatas pada persoalan
korupsinya, tetapi juga melebar pada pemberitaan yang menyangkut posisi sosialnya sebagai sosialita, selebriti, dan ibu rumah tangga. Media massa tidak fokus memberitakan substansi atas kasus korupsi yang terjadi, tetapi justru banyak memberitakan hal-hal lain yang bersifat personal saat mereka menghadapi persidangan sehingga mengaburkan kasus korupsi itu sendiri. Dibandingkan dengan pemberitaan , Muhammad Nazaruddin , ditemukan perbedaan khususnya mengenai aspek yang diberitakan. Pemberitaan Nazaruddin lebih konsisten pada
87
substansi kasus korupsinya dan hanya sedikit menyentuh persoalan pribadi yang bersangkutan padahal mereka berdua terlibat dalam kasus korupsi yang sama.
Analisis Sosial Struktur masyarakat Indonesia bersifat patriarkal yaitu suatu struktur masyarakat yang mengabsahkan bentuk struktur kekuasaan di mana laki-laki mendominasi perempuan.Patriarki pada dasarnya merupakan sebuah system social yang menempatkan kaum laki-laki sebagai sosok otoritas utama.Budaya patriarki selama ini merupakan sebuah budaya yang secara sistemik dan berlangsung terus menerus menjadi bagian dari sebagian masyarakat Indonesia serta pranata sosialnya. Konstruksi sosial ini mempengaruhi perilaku sehari-hari masyarakat yang menyebabkan terjadinya pembedaan perlakuan terhadap perempuan dan laki-laki didasarkan atas internalisasi gender dalam masyarakat yang mempengaruhi hak dan kewajiban perempuan dan laki-laki. Penyebarluasan pandangan dan gagasan patriarki ini sendiri juga turut dipengaruhi oleh media massa yang termasuk dalam struktur tatanan sosial dan politik dan ekonomi.
Kognisi Sosial Media merupakan representasi dari budaya yang diwakilinya.Media massa belum mampu melepaskan diri dari perannya sebagai medium ekonomi kekuasaan, baik yang datang dari penguasa, otoritas intelektual, ideologi poitik, ataupun pemilik modal. Media massa Indonesia dikuasai oleh budaya patriarkhi dan kapitalisme dengan dominasi laki-laki di dalamnya. Oleh karena itu, media massa tidak
melahirkan ketidaksetaraan gender tetapi memperkokoh, dan
melestarikan ketidakadilan terhadap perempuan dalam masyarakat. Teks media baik verbal maupun visual (foto, ilustrasi, video,film) sangat mempengaruhi kognisi, afeksi dan perilaku masyarakat. Eksploitasi perempuan sangat jelas terlihat melalui tampilan perempuan dalam cover, juga dalam pemilihan diksi judul berita yang seronok dan vulgar guna memenuhi unsur bombatis dan hotstuff dalam nilai berita. Daya tarik seksual (utamanya fitur tubuh
88
perempuan)
telah
menjadi
salah
satu
strategi
yang
ampuh
dalam
mengkomunikasikan suatu produk media.Daya tarik seksual dalam media sendiri terdapat tiga bentuk, nuditas, bahasa tubuh dan kata-kata yang menjurus kearah seksualitas.Daya tarik seksual mempunyai beberapa peran yang potensial. Pertama, materi seksual dalam media
bertindak sebagai daya tarik untuk
mengambil perhatian sekaligus mempertahankan perhatian untuk jangka waktu yang lama. Hal ini disebut dengan stopping power – kekuatan untuk menghentikan, oleh karena itu seringkali mempertontonkan model yang menarik dalam pose sensual. Peran kedua adalah untuk meningkatkan ingatan terhadap pesan.Peran yang ketiga adalah untuk membangkitkan tanggapan emosional, seperti senang, atau bahkan nafsu.Sebaliknya, tidak menutup kemungkinan perasaan negatif, yang pada akhirnya mempengaruhi penerimaan khalayak terhadap seseorang.
KESIMPULAN Artikel ini telah menganalisa pemberitaan kasus korupsi Wisma Atlet yang melibatkan Muhammad Nazaruddin sebagai actor utama dan Angelina Sondakh.Berdasarkan
penganalisaan
di
atas,
terdapat
perbedaan
dalam
pemberitaannya yang menunjukkan adanya ketimpangan gender.Pemberitaan koruptor laki-laki mengungkap identitas politik pelaku secara jelas, sedangkan identitas politik koruptor perempuan tumpang tindih dengan kehidupan personal dan sisi femininitasnya.Pencitraan perempuan di media tidak terlepas dari konteks masyarakatnya, dalam hal ini masyarakat Indonesia yang memiliki budaya patriarkat. Dari hasil analisa wacana kritis ditemukan praktik jurnalistik bias gender dalam pemberitaan kasus korupsi Wisma Atlet yang dilakukan majalah Tempo. Meskipun
menggunakan
gaya
bahasa
sastrawi,
majalah
Tempo
tetap
mendeskripsikan sensualitas Angelina Sondakh. Representasi perempuan yang terlibat dalam suatu tindak kriminalitas, menampakan adanya pengukuhan terhadap ideology dominan yang berlaku di masyarakat.Kejahatan yang dilakukan perempuan selalu mendapatkan perhatian yang lebih dari media dan masyarakat,
89
mendapatkan image yang kuat dan meninggalkan kesan yang mendalam di masyarakat.Asumsi bias tentang perempuan ini disebabkan oleh fungsi „biologis‟ (biological purpose) dan susunan psikologis perempuan (psychologicalmake up) (Jewkes, 2005:111).Penganalisaan berdasarkan CDA model Van Dijk jelas menunjukkan perbedaan dalam pemberitaan koruptor laki-laki dan perempuan.
DAFTAR PUSTAKA Bungin, Burhan. (2008) Konstruksi Sosial Media Massa.Kencana Prenada Media. Jakarta Eriyanto. (2001). Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, Analisis Wacana. LKiS. Yogyakarta Fakih, Mansour. (2008). Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Pustaka Pelajar. Yogyakarta Fiske, John. (1990). Introduction to Communication Studies Second Edition. Metuen danCo Ltd. London Hall, Stuart. (1997). Representation : Cultural Representation and Signifying Practises. SAGE Publication Ltd..London Hamad, Ibnu. (2004). Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa. Granit. Jakarta Hanazaki, Yasuo. (1998). Pers Terjebak. Terjemahan oleh Danang Kukuh Wardoyo. Institut Studi Arus Informasi. Jakarta Kafiris, Krini. 2005. The Gender and Media Handbook: Promoting Equality,Diversity and Empowerment, Mediterranean Institute of Gender Studies,Cyprus. Kimura, E. (2013). Indonesia in 2011: A Glass Half-Empty. Asian Survey, 52(1) Piliang, Yasraf Amir. (2003). Hipersemiotika Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna.Jalasutra. Bandung. Smith, Dorothy, (1991), The Everyday World as Problematic, A Feminist Sociology, University of Toronto Press, Toronto Smith, Dorothy. (1991). The Everyday World as Problematic. A Feminist Sociology.University of Toronto Press. Toronto Sobur, Alex (2001). Etika Pers: Profesionalisme Dengan Nurani. Humaniora Utama. Bandung Thio, Alex, (2005), SOCIOLOGY:A Brief Introduction, 6/e, Allyn&Bacon, Boston, USA
90
Van Dijk, A. T. (2011). Multidisciplinary CDA: a plea for diversity in Wodak, R. and Meyer, M., Methods of Critical Discourse Analysis , Sage Publications, London, 2011 Van Dijk, Teun, (2002). Critical Discourse Analysis : A Sociocognitive Approach, Sage, London West, Richard dan Lynn Turner,(2008). Pengantar Teori Komunikasi. Salemba Humanika Jakarta Wijayanto & Ridwan Zachrie (Ed.). (2009). Korupsi Mengorupsi Indonesia. Kompas Gramedia, Jakarta Abrar,Ana Nadhya, Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada, Volume 7, No.3, Maret 2004 Kompas, Menjual Mitos Menyesatkan, Senin 16 April 2001 hal.32
91