www.ahmadiyya.or.id
Pembaharuan Disajikan di bawah ini adalah khutbah Hazrat Mirza Ghulam Ahmad a .s . dari Qadian, Masih Maud dan Imam Mahdi, pada tanggal 26 Desember 1903. Terjemahan ini diambil dari naskah berbahasa Urdu dalam Malfuzat, vol. 6, h.235-239. Penterjemah: A.Q. Khalid
Pendiri Jemaat Islam Ahmadiyah, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad a.s.
Dalam tahun 1891, berdasarkan wahyu Ilahi, beliau menyatakan diri sebagai AlMasih yang Dijanjikan dan Imam Mahdi yang kedatangannya telah dinubuatkan oleh Hazrat Muhammad Rasulullah s.a.w. serta kitab suci agama lainnya. Pernyataan beliau menjadi dasar dari keimanan Jemaat Islam Ahmadiyah.
Alasan mengapa aku menganggap penting untuk berbicara hari ini ialah karena saat kematian manusia amat tidak bisa diprediksi dan tidak ada seorang pun yang bisa mengatakan secara pasti bahwa umurnya akan panjang atau masih ada sisa sekian hari lagi. Karena itu apa yang menjadi kerisauan bagiku adalah masih adanya orang-orang yang belum memahami alasan Tuhan dalam membentuk Jemaat ini dan dengan cara ini diharapkan mereka akan memahami dan mengerti apa yang diharapkan dari Jemaat kita. Adalah salah jika orang menganggap bahwa melalui Bai’at sudah cukup memadai bagi keselamatan dirinya. Karena itu aku merasa terpanggil guna menjelaskan tujuan hakiki dibentuknya Jemaat dan apa yang diharapkan Tuhan dari mereka yang bergabung dengan Jemaat ini. Setiap orang patut memperhatikan bahwa deklarasi formal Bai’at saja atau hanya semata beriman pada - 1 -
www.ahmadiyya.or.id
diriku sebagai Imam tidaklah cukup menjamin diperolehnya keselamatan karena Allah sw t selalu melihat ke dalam hati. Dia tidak akan memperhatikan ucapan lisan semata. Keselamatan m em persyaratkan mengimani apa yang berulangkali dinyatakan Tuhan dalam Al-Quran seperti keimanan kepada Tuhan yang Maha Esa tanpa sekutu serta beriman kepada Nabi Muhammads a w sebagai rasul Tuhan yang benar. Ia juga harus beriman bahwa Al-Quran adalah kitab Ilahi dan merupakan kitab yang tidak akan digantikan oleh yang lainnya sampai dengan Hari Kiamat. Dengan kata lain, setelah ada Al-Quran maka tidak perlu adanya kitab lain yang mengandung syariat. Ingat baik-baik bahwa Muhammadsaw adalah Khatamul Anbiya yang berarti setelah beliau tidak akan ada syariat baru atau pun kitab baru. Yang ada hanya kitab ini (Al-Quran) dengan segala perintahnya. Istilah ‘nabi’ atau ‘rasul’ yang ada dalam buk u-buk u karanganku menyangkut diriku sebagai yang ditugaskan Tuhan, tidak ada sama sekali mengimplikasikan adanya syariat atau peraturan baru yang diajarkan. Maksud penggunaan istilah tersebut adalah untuk menjelaskan prinsip bahwa ketika Tuhan merasa perlu menunjuk seseorang - 2 -
untuk tujuan tertentu, orang seperti itu diberi derajat yang ditinggikan dimana ia bisa mendengar langsung firman-firman Tuhan dan diberikan pengetahuan tentang hal-hal yang tersembunyi serta tentang kejadian di masa depan. Adalah berkaitan dengan hal demikian maka digunakan istilah Nabi bagi orang bersangkutan dimana Tuhan yang memberinya derajat tersebut. Tidak berarti bahwa yang bersangkutan membawa syariat baru atau naudzubillah ia menafikan syariat dari Nabi Besar Muhammad s a w . Sebaliknya, semua keberhasilan yang dicapai adalah karena kepatuhan total kepada Rasulullah s a w serta mengikuti teladan beliau tanpa hal mana makam demikian tidak akan mungkin bisa dicapai. Dalam masa dimana berbagai macam dosa dilakukan orang dan manusia bumi tidak memahami hakikat keimanan maka apa yang tertinggal dari k eim anan itu hanyalah kulit cangkangnya saja lagi tanpa jati diri atau esensi pokok. K e k u a t a n k e i m anan m e n j a d i demikian lemah sedangkan dominasi kekuatan iblis meningkat tajam. Lagi pula tidak ada lagi orang yang mempunyai minat atau pun merasakan kenikmatan dalam laku beriman. Dalam keadaan demikian akan terjadi manifestasi kaidah Ilahi dimana Tuhan akan menunjuk
www.ahmadiyya.or.id
seorang hamba-Nya yang benar dan tulus, seorang hamba yang sepenuhnya karam dalam kepatuhan kepada Tuhan. Orang seperti itu akan ditunjuk dan dimuliakan dengan ciri khusus berupa komunikasi dengan Tuhan. Di zaman ini dan di masa kini Tuhan telah menunjuk diriku sebagai rasul yang akan menyalakan kembali bara cinta kepada Tuhan di hati manusia karena sekarang ini kecintaan kepada Tuhan telah membeku kaku.
benar jika memang tidak mengandung kebusukan sama sekali di dalamnya. Seorang yang saleh adalah orang yang sama sekali bebas dari segala kerancuan dan perpecahan dalam kalbunya. Shalat yang dilakukan dalam keadaan rancu dan dinodai dengan motivasi tersembunyi, jelas bukan untuk Tuhan. Shalat itu tidak akan mencapai langit dan terpaku di bumi karena kalbu yang bersangkutan kalis dari segala ketulusan dan nur keruhanian.
Walau pun secara umum bisa dilihat bahwa manusia masih menyatakan La ilaha illalah dan secara lisan mereka mengakui kebenaran Nabi Muhammadsaw , mereka juga melakukan shalat dan juga puasa tetapi nyatanya ruhani mereka hampa. Sebaliknya malah adalah maraknya laku dan kebiasaan yang bertentangan dengan asas ketakwaan dimana ibadah hanya menjadi suatu laku kebiasaan semata yang tidak mengandung nilai-nilai ruhaniah. Hal ini terlihat dari tidak berberkatnya ibadah mereka dalam bentuk amalan saleh dan tidak mengandung nur pencerahan.
Banyak orang yang menyatakan keberatan, mempertanyakan perlunya dibentuk Jemaat ini karena menurut mereka, nyatanya mereka juga telah melakukan shalat dan juga berpuasa. Dengan cara ini mereka telah mencoba mengecoh orang lain yang kemudian juga ikut mempertanyakan kenapa harus ada pemisahan diri. Pembicaraan seperti itu pada dasarnya karena kebodohan dan kurang mengenali Tuhan. Penciptaan pemisahan diri ini bukan keinginanku. Jika memang dikatakan ada pemisahan maka yang melakukannya adalah Tuhan karena Dia itulah yang memerintahkan dibentuknya Jemaat ini. Alasan untuk itu ialah karena kondisi keruhanian manusia sudah demikian lemahnya dimana keimanan tidak lagi punya kekuatan sama sekali. Namun Tuhan berkehendak memberikan kehidupan baru kepada keimanan hakiki dan
Perhatikan dengan sesungguhnya, amal jika tidak diikuti dengan niat yang benar dan tulus serta disertai keimanan hakiki maka amalan demikian menjadi tidak berarti dan tidak ada gunanya. Amalan bisa dikatakan
- 3 -
www.ahmadiyya.or.id
hal itu dilakukan melalui Jemaat baru ini. Berdasarkan kondisi seperti itu maka keberatan yang diajukan mereka yang mempertanyakan perlunya dibentuk suatu Jemaat, menjadi suatu hal yang absurd dan tanpa dasar. Singkat kata, ingat-ingatlah bahwa jangan sam pai keraguan dan kecurigaan merasuk ke dalam hati dan bahkan mestinya tidak sampai perlu timbul. Keraguan dan kecurigaan muncul karena belum dipertimbangkan secara masak dimana orang cenderung hanya melihat permukaan semata, mengajukan keberatan bahwa masih ada orang-orang lain yang juga sama Muslimnya. Keraguan dan kecurigaan seperti itu akan membawa seseorang kepada kehancuran. Aku telah melihat beberapa surat yang ditulis oleh orang-orang yang sepertinya adalah anggota Jemaat ini namun menyatakan bahwa mereka menanyakan itu karena diminta oleh orang lain tentang apa perlunya ada Jemaat baru padahal mereka juga melakukan shalat, menyatakan syahadat dan juga puasa dengan cara yang sama. Orang-orang ini selanjutnya menyatakan bahwa yang bertanya itu adalah orang-orang baik dengan amalan yang baik pula. Meski penulis surat itu adalah anggota Jemaat, tetapi begitu mendengar ada yang ragu atau berkeberatan, mereka - 4 -
lantas menulis bahwa mereka tidak tahu cara menjawabnya. Aku sungguh merasa sedih dan kasihan kepada orang-orang ini karena mereka tidak berhasil memahami makna tujuan dan niat kita yang hakiki. Mereka hanya melihat secara kulitan bahwa orang-orang tersebut melaksanakan ajaran Islam padahal laku mereka kalis dari semangat kebenaran. Karena itu keberatan yang diajukan jadinya seperti kecurigaan dan mereka tidak perduli bahwa niat kita adalah menegakkan keimanan yang hakiki yang akan menyelamatkan orang dari kematian dalam suatu kehidupan bergelimang dosa. Motivasi seperti ini tidak ada pada mereka yang hanya mengikuti tradisi dan kebiasaan. Pandangan mereka hanya diarahkan pada suatu kira-kira dan bukan pada realitas. Apa yang mereka miliki hanyalah cangkang kulit luar, bukan inti pokoknya. Ingat dan perhatikan bahwa pada masa Nabi Muhammads a w apakah umat Yahudi telah meninggalkan Taurat? Apakah mereka telah berhenti melaksanakan ajaran Taurat? Jelas tidak! Umat Yahudi sekarang ini pun tetap mengimani Taurat dan ibadah mereka sejalan kitab tersebut. Cara berkurban dan kebiasaan lain tetap mereka laksanakan sekarang seperti yang dilakukan di masa lalu. Mereka masih tetap
www.ahmadiyya.or.id
menghadap Baitul Muqadis ketika beribadah. Pada masa Rasulullahs a w sudah ada juga cendekiawan dan ulama-ulama besar Yahudi, lalu buat apa ada Rasulullahsaw dan Kitabullah baru (yaitu Al-Quran)? Pada masa itu juga ada umat Kristiani. Di antara mereka ada juga sekte yang beriman kepada Ketauhidan Ilahi. Lalu apa yang menjadi pertimbangan Tuhan untuk masih mengirim Nabi Suci Muhammadsaw dan kitab Ilahi yang baru? Masalah ini patut disimak secara teliti oleh para lawan kita dan mereka yang mengemukakan keberatan perlunya dibentuk Jemaat ini. Masalah ini amat subtil namun mereka yang mau merenunginya secara teliti akan melihat bahwa sebenarnya bukan hal yang sulit. Ingatlah bahwa Tuhan hanya memperhatikan ruh dan spiritualitas saja. Tuhan tidak melihat laku nyata. Dia hanya melihat realitasnya dan kalbu dari si pelaku, apakah ada dicemari oleh unsur kepentingan diri dan nafsu pribadi ataukah memang dilambari dengan ketulusan dan kepatuhan hakiki kepada Tuhan. Apa yang merupakan tampak muka dari apa yang dikerjakan orang bisa saja mengecoh. Ia bisa saja lalu menganggap orang yang biasa membawa
tasbih di tangan dan terlihat shalat nafal di pagi dan malam hari tersebut sebagai pribadi mulia. Begitu juga ketika ia melihat ada orang yang melaksanakan laku kebajikan, dikiranya orang itu termasuk orang-orang suci. Yang jelas Tuhan tidak memperhatikan ‘tampilan luar’ dari amalan manusia. Tuhan tidak akan puas hanya dengan tampilan dari suatu cangkang luar. Tuhan tidak akan disenangkan kecuali di dalamnya memang ada kesetiaan dan kejujuran hakiki. Seseorang yang tidak memiliki kesetiaan kepada Tuhan adalah laiknya seekor anjing. Sebagaimana seekor anjing melahap daging bangkai, orang yang tidak setia itu melahap dunia. Orang-orang seperti itu terkadang terlihat sebagai baik namun akan terungkap bahwa mereka menyembunyikan amal buruk dan kebiasaan kotor. Apa gunanya shalat yang penuh dengan lagak pamer, manfaat apa yang didapat dari shalat seperti itu?
bersambung
- 5 -