Dwi Bayuwati, dkk/ Pemanfaatan Sifat Rugi Lengkungan Serat Optik Ragam Tunggal dan Ragam Jamak sebagai Sensor
1
Pemanfaatan Sifat Rugi Lengkungan Serat Optik Ragam Tunggal dan Ragam Jamak sebagai Sensor Dwi Bayuwati, Tomi Budi Waluyo, Bambang Widiyatmoko Pusat Penelitian Fisika-LIPI Kawasan Puspiptek Serpong Tangerang Selatan 15314 Email:
[email protected]
Abstrak – Makalah ini membahas pemanfaatan sifat rugi lengkungan pada serat optik ragam tunggal maupun ragam jamak sebagai sensor. Deskripsi fisik dan sifat penjalaran cahaya untuk kedua jenis serat tersebut dibahas beserta formulasi rugi lengkungannya. Pengukuran rugi lengkungan untuk serat ragam tunggal dan ragam jamak dilakukan dengan cara melewatkan cahaya pada serat yang dilengkungkan pada bermacam diameter lengkungan dan cahaya luarannya diukur menggunakan power meter. Untuk serat ragam tunggal digunakan sumber cahaya laser diode dan variasi diameter lengkungan dari 18 hingga 6 mm; sedangkan untuk serat ragam jamak digunakan sumber cahaya LED dengan variasi diameter lengkungan dari 50 hingga 5 mm. Contoh aplikasi dari pemanfaatan rugi lengkungan serat optik sebagai sensor diberikan dengan pembahasan sensor pergeseran tanah yang dibuat menggunakan serat ragam tunggal serta telah diuji coba di daerah Karang Sambung, Jawa Tengah. Sensor pergeseran tanah yang dipasang telah dapat menunjukkan fenomena pergeseran tanah secara kualitatif melalui penurunan tegangan keluaran sinyal sensor yang terpasang di lapangan. Kata kunci: rugi lengkungan, serat optik ragam tunggal, serat optik ragam jamak, sensor. Abstract – This paper discusses the application of bending loss properties in single-mode optical fiber as well as in multi-mode optical fiber for sensors. Description and physical properties of light propagation in both types of fiber are discussed along with formulation for the bending loss. Measurement of bending loss for both type of fibers has been done by passing light into a bent- fiber at different bending diameters and the output light is measured using a power meter. For the single-mode fiber, a laser diode is used as the light source and the bending diameter varies from 18 to 6 mm; while for the multi-mode fiber, a LED is used as the light source and the bending diameter varies from 50 to 5 mm. As for example, we discuss the use of an optical extensometer based on single-mode fiber installed at a region of Karang Sambung, Central Java. This extensometer shows qualitatively landslide displacement through the reduction of the output voltage of the installed sensor in the field. Key words: bending loss, single mode optical fiber, multi mode optical fiber, sensor.
I. PENDAHULUAN Serat optik dalam penggunaannya untuk sistem komunikasi, mensyaratkan rugi-rugi transmisi yang seminimum mungkin agar transmisi dan penerimaan data tidak terganggu [1,2]. Fenomena rugi rugi transmisi yang menyebabkan kebocoran cahaya keluar dari serat dapat dimanfaatkan dan diperbesar efek gangguannya sehingga perubahan sinyal optik yang dihasilkan dapat menjadi suatu ukuran untuk gangguan luar. Rugi transmisi akibat dilakukannya pelengkungan serat (bending loss), misalnya, dapat dimanfaatkan sebagai sensor bermacam besaran fisis seperti pergeseran, tekanan, level air dan indeks bias cairan [3,4]. Serat optik jenis ragam tunggal (single-mode) dan ragam jamak (multi-mode) dapat digunakan sebagai sensor berbasis fenomena rugi lengkungan ini. Serat optik ragam tunggal mempunyai diameter inti (core) antara 8 - 10 µm dan selubung (cladding) 125 µm. Mode cahaya tunggal menjalar pada serat dengan arah paralel terhadap panjang serat dan dapat dipertahankan sampai jarak yang jauh lebih panjang daripada serat jenis
ragam jamak sehingga dapat digunakan untuk sensor jarak jauh hingga 5-10 km. Kelemahannya, karena ukuran inti serat yang kecil maka harus menggunakan sumber cahaya laser yang cukup mahal harganya dan cukup susah pengoperasiannya (memerlukan rangkaian untuk stabilisasi, dll.). Serat optik jenis ragam jamak dengan diameter inti sekitar 50 - 62.5 µm umum digunakan untuk berbagai aplikasi jarak pendek (hingga 1 – 2 km), misalnya untuk sistem komunikasi LAN (local area network). Kelebihannya, karena ukuran intinya yang lebih besar maka lebih mudah penanganannya dan bisa menggunakan sumber cahaya yang lebih murah seperti LED (Light Emitting Diode). Secara intuitif, semakin kecil diameter lengkungan serat akan semakin besar rugi lengkungannya sehingga akan semakin kecil daya cahaya yang ditransmisikannya. Namun pada prakteknya tidak selalu demikian, dikenal adanya efek whispering gallery [5]. Akibatnya, pada suatu keadaan tertentu, ketika diameter lengkungan mengecil, cahaya yang keluar dari inti serat optik
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVII HFI Jateng & DIY, Solo, 23 Maret 2013 ISSN : 0853-0823
2
Dwi Bayuwati, dkk/ Pemanfaatan Sifat Rugi Lengkungan Serat Optik Ragam Tunggal dan Ragam Jamak sebagai Sensor Transport
dipantulkan masuk kembali oleh lapisan-lapisan pelindungnya hingga daya optis yang keluar dari serat optik justru membesar. Hal ini harus diperhatikan dan harus dibuat faktor koreksinya agar tidak mengganggu sistem pembacaan sensor. Pada makalah ini akan dibahas pemanfaatan sifat rugi lengkungan serat optik ragam tunggal dan ragam jamak sebagai sensor pergeseran. Telaah dilakukan dengan pengamatan rugi lengkungan pada masing-masing serat untuk mendapatkan daerah kerja serta sensitivitas sistem sensor. Sebagai contoh kasus, akan disajikan sistem pergeseran tanah menggunakan serat optik ragam tunggal yang telah diuji coba di UPT Balai Informasi dan Konservasi Kebumian – LIPI di Karang Sambung, Jawa Tengah. II. TEORI Serat optik pada dasarnya terdiri atas inti (core) dan pelindung (cladding) serta dalam fungsinya sebagai pemandu cahaya serat bekerja berdasarkan prinsip pantulan dalam total (total internal reflection) [1,2]. Secara umum serat optik sebagai pemandu gelombang diklasifikasikan berdasarkan profil indeks bias n(r) dari bahan inti serta ragam perambatan cahayanya sehingga dikenal jenis serat optik ragam tunggal step index, dan ragam jamak step index maupun gradient index (lihat Gambar 1). Dalam perkembangannya profil indeks bias dapat didisain sedemikian rupa bergantung aplikasi yang diperlukan sehingga secara umum sering diklasifikasikan hanya sebagai serat optik ragam tunggal dan ragam jamak.
Gambar 1. Penampang lintang, profil indeks bias dan penjalaran cahaya didalam serat optik jenis ragam tunggal dan ragam jamak [6].
Dalam penjalaran cahaya didalam serat optik terdapat bermacam faktor yang dapat menimbulkan rugi cahaya (loss) antara lain absorbsi bahan, hamburan material, hamburan pemandu gelombang karena ketidakhomogenen bentuk, serta rugi-rugi karena lengkungan [1-2]. Rugi lengkungan ini yang hendak dibahas karena merupakan faktor penting dalam aplikasi serat optik sebagai sensor.
Terjadinya rugi/penurunan daya pada serat optik yang dilengkungkan dengan jari-jari R (lihat Gambar 2) dapat dijelaskan sebagai berikut berikut [6]: gelombang cahaya F(z) terkonsentrasi pada inti serat dan merambat dengan kecepatan sesuai indeks bias mediumnya. Pada penampang melintang serat, di daerah radial yang jauh dari pusat lengkungan M, cahaya harus merambat lebih cepat daripada yang merambat pada intinya untuk mempertahankan kecepatan rambatnya. Namun pada daerah kritis zkr, kecepatannya tak dapat melebihi kecepatan maksimumnya (sekitar 3 x 108 m/s, yakni kecepatan cahaya di udara) akibatnya sebagian cahaya akan ditransmisikan keluar dari inti serat, yang umumnya disebut sebagai rugi pada bagian serat yang dilengkungkan tersebut.
Gambar 2. Fenomena penjalaran cahaya pada serat optik yang dilengkungkan dengan jari-jari R [6].
Semakin kecil jari-jari lengkungan R maka nilainya semakin mendekati nilai indeks bias selubung/cladding sehingga makin banyak cahaya yang keluar dari inti serat [1,2], atau semakin besar ruginya. Profil indeks bias serat saat dilengkungkan akan berbeda dengan saat serat dalam keadaan lurus dan nilainya dapat dinyatakan oleh persamaan berikut ini [1,2]: n2x n material = n 1 − (P12 −ν (P11 + P12 )) 2r (1) dengan: R: jari-jari lengkungan x: posisi pada arah lengkungan n: indeks bias serat pada saat lurus υ: nilai perbandingan Poisson bahan serat P11 dan P12 : koefisien elastis serat Bila P(0) adalah daya optis sebelum serat dilengkungkan maka besarnya daya yang keluar dari serat optik yang dilengkungkan sepanjang L adalah [1,2]: P( L) = P(0)e −γL
(2)
dengan: γ menyatakan koefisien rugi untuk serat optik ragam tunggal jenis step index. Nilai γ dapat didekati oleh persamaan berikut [1,2]:
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVII HFI Jateng & DIY, Solo, 23 Maret 2013 ISSN : 0853-0823
Dwi Bayuwati, dkk/ Pemanfaatan Sifat Rugi Lengkungan Serat Optik Ragam Tunggal dan Ragam Jamak sebagai Sensor
γ =
π 2ρ
4 RC W 3 ∆ U2 exp − 2 2 RC V W K 1 (W ) 3 ρ V
ρ
2
3/ 2
(3) dengan: ρ: jari-jari inti serat RC: jari-jari lengkungan serat ∆: parameter beda indeks bias inti dan selubung serat K1(W): fungsi Bessel orde pertama untuk nilai W U, V dan W merupakan parameter-parameter serat optik ragam tunggal. U, V dan W dinyatakan oleh persamaan-persamaan berikut [1,2]:
[
2 U = ρ k 2 nco −β2
]
1/ 2
V = kρnco 2∆
[
W = V 2 − U 2 = ρ β 2 − k 2 n cl2
]
1/ 2
(3)
dapat
disederhanakan
(7)
(8) dengan r0: jari-jari inti (25 µm), nco: indeks bias inti, ncl: indeks bias selubung (cladding). Pada panjang gelombang (λ) tertentu, ada ratusan ragam cahaya (modes) yang dapat merambat didalam serat optik ragam jamak. Secara matematis, setiap ragam tersebut adalah solusi dari persamaan gelombang cahaya didalam serat optik sebagai berikut [9]:
(4)
(9) dengan k=2π/λ, kcl = 2πncl/λ dan β: konstanta perambatan (β = neff.k , neff: indeks bias effektif). Pada saat serat dilengkungkan, beberapa ragam cahaya akan keluar dari inti sehingga terjadi rugi/kehilangan daya yang besarnya dapat dinyatakan sebagai berikut [9]:
dengan: k =2π/λ λ: panjang-gelombang cahaya β: konstanta perambatan cahaya nco: indeks bias inti serat ncl: indeks bias selubung serat. Persamaan menjadi:
3
penulisannya
γ = C1e −C2 RC
(5) dengan C1 dan C2: konstanta yang terkait dengan parameter-parameter serat optik. Nilai C1 dan C2 merupakan fungsi panjang-gelombang (besarnya rugi akibat lengkungan untuk cahaya pada panjang-gelombang 1500 nm lebih besar daripada rugi pada panjang-gelombang 1300 nm (berdasarkan persamaan-persamaan di atas). Umumnya besarnya nilai rugi lengkungan dinyatakan dalam satuan desibel (dB), maka dapat dinyatakan [7]: Rugi Lengkungan = - 10 log P(L)/P(0) = - 10 log e-γL =4.34 γL [dB] ……………….(6) Dari persamaan (3) yang merupakan persamaan pendekatan dengan model struktur serat optik yang sederhana; hanya terdiri atas inti dan selubung berjari-jari tak berhingga, nilai rugi lengkungan akan membesar secara eksponensial bila diameter lengkungan mengecil. Namun pada prakteknya tidak selalu demikian, pada suatu keadaan tertentu (ketika diameter lengkungan mengecil), cahaya yang keluar dari inti serat optik dipantulkan masuk kembali oleh lapisan selubungnya hingga daya optis yang keluar dari serat optik justru membesar. Efek ini seperti telah disinggung sebelumnya, lazim disebut sebagai whispering gallery [5]. Serat optik ragam jamak OM2 mempunyai profil indeks bias parabolis sebagai berikut [8]:
(10) dengan N: jumlah lilitan/lengkungan dan α(R,m) merupakan parameter rugi lengkungan untuk ragam cahaya ke-m pada jari-jari lengkungan R. Adapun penurunan Persamaan (9) menjadi Persamaan (10) serta analisis numerik untuk menghitung α(R,m) dapat dilihat pada pustaka acuan no. 9. III. PENGUKURAN RUGI LENGKUNGAN Eksperimen yang akan dilakukan adalah pengukuran rugi lengkungan, masing-masing untuk serat optik ragam tunggal dan ragam jamak dengan set up pengukuran seperti pada Gambar 3. Untuk eksperimen pertama digunakan serat optik ragam tunggal (dari Thorlabs, Inc) dengan diameter inti 8 – 10 um, diameter selubung 125 um dan lapisan pelindung plastik berdiameter 0.9 mm. Sebagai sumber cahaya digunakan fiber pigtailed laser dioda (Thorlabs, Inc) pada panjang gelombang 1310 nm dengan daya maksimum 2.5 mW. Untuk eksperimen kedua digunakan serat optik ragam jamak jenis OM2 buatan Tyco Electronics. Cahaya dengan panjang gelombang 13100 nm dari Stabilized LED Source jenis Anritsu MG9001A dimasukan kedalam serat optik tersebut. Daya cahaya luaran untuk pengukuran rugi lengkungan kedua jenis serat optik diukur dengan menggunakan Power Meter jenis Anritsu ML9002A.
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVII HFI Jateng & DIY, Solo, 23 Maret 2013 ISSN : 0853-0823
4
Dwi Bayuwati, dkk/ Pemanfaatan Sifat Rugi Lengkungan Serat Optik Ragam Tunggal dan Ragam Jamak sebagai Sensor Transport
Gambar 5. Grafik rugi lengkungan sebagai fungsi diameter lengkungan untuk serat optik ragam jamak.
Gambar 3. Set up pengukuran rugi lengkungan serat optik.
Tahapan eksperimen yang dilakukan adalah sebagai berikut: pertama-tama dilakukan pengukuran daya keluaran cahaya lewat serat optik ketika dalam keadaan lurus (misalnya P1 dBm). Suatu bagian dari serat kemudian dilengkungkan (dililitkan satu kali lilitan pada silinder dengan diameter tertentu) lalu diukur daya luarannya (misalnya P2 dBm). Besarnya rugi lengkungan (bending loss, BL) pada diameter lengkungan tersebut adalah BL = P2 – P1 dB. Untuk keperluan percobaan ini telah dibuat struktur mekanik dari bahan acrylic berupa silinder dengan diameter bervariasi dari 5.5 cm hingga 0.5 cm (lihat Gambar 3). IV. HASIL EKSPERIMEN DAN PEMBAHASAN Pada Gambar 4 dan Gambar 5 diperlihatkan grafik rugi lengkungan (y) sebagai fungsi diameter lengkungan (x), masing-masing untuk serat optik ragam tunggal (Gambar 4) dan serat optik ragam jamak (Gambar 5). Satu hal yang harus diperhatikan pada pengukuran rugi lengkungan serat optik ini adalah munculnya gejala whispering gallery, yakni gejala kenaikan daya ketika diameter serat optik mengecil karena pada kondisi ini cahaya yang keluar dari inti serat dipantulkan kembali kedalam inti oleh selubung dan lapisan-lapisan pelindung serat [5].
Gambar 4. Grafik rugi lengkungan sebagai fungsi diameter lengkungan untuk serat optik ragam tunggal.
Dari kedua grafik hasil pengamatan terlihat bahwa kurva berbentuk eksponensial dengan diselingi efek whispering gallery pada keduanya. Daerah sepanjang kurva menunjukkan daerah kerja (working range) sensor serat optik; untuk ragam tunggal nilainya sekitar 10 mm (Gambar 4) sedangkan untuk ragam jamak sekitar 50 mm (Gambar 5). Hal lain yang bisa dicatat adalah untuk serat jenis ragam tunggal karena ukuran inti yang kecil maka dalam penggunaannya umum menggunakan sumber cahaya laser; sedangkan untuk serat optik ragam jamak dengan ukuran intinya yang lebih besar dapat menggunakan sumber cahaya yang lebih murah harganya yaitu LED dan daerah kerjanya bisa mencapai 50 mm (Gambar 5). Pada kedua jenis serat muncul efek whispering gallery (untuk serat ragam tunggal pada daerah diameter lengkungan 10 – 11 mm; sedangkan untuk serat ragam jamak pada daerah diameter 25, 35 dan 45 mm) dan dalam aplikasi dilapangan nanti perlu dibuatkan faktor koreksinya agar didapatkan hasil pembacaan yang benar. Beberapa faktor yang perlu dipelajari lebih lanjut tentang pemanfaatan rugi lengkungan serat optik sebagai sensor selanjutnya antara lain adalah faktor panjang serat dan sensitivitas sensor. V. CONTOH APLIKASI Sistem sensor pergeseran tanah berbasis rugi lengkungan serat optik menggunakan serat optik jenis ragam tunggal telah diuji coba di Karang Sambung Jawa Tengah terdiri atas sumber cahaya laser dioda, pencabang serat optik, serat optik sebagai sarana pembawa cahaya dan sekaligus sebagai sensor, sistem detektor cahaya, rangkaian pengolah data (data logger) serta komputer dan sistem pengirim data menggunakan fasilitas Internet (lihat Gambar 6). Sensor dibentuk dari seutas serat optik yang dilengkungkan dan salah satu ujungnya dihubungkan ke suatu mekanisme penarikan. Bila terjadi pergeseran tanah, serat mengalami penarikan dan diameter lingkaran serat mengecil sehingga intensitas keluaran cahaya akan berkurang akibat rugi lengkungan yang terjadi. Intensitas keluaran cahaya selanjutnya diproses dan dibaca sebagai keluaran tegangan; kemudian dipergunakan untuk memonitor pergeseran tanah yang terjadi.
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVII HFI Jateng & DIY, Solo, 23 Maret 2013 ISSN : 0853-0823
Dwi Bayuwati, dkk/ Pemanfaatan Sifat Rugi Lengkungan Serat Optik Ragam Tunggal dan Ragam Jamak sebagai Sensor
5
Untuk serat jenis ragam tunggal karena diameter intinya sangat kecil maka harus digunakan sumber cahaya laser dan daerah kerja sensor sekitar 10 mm; sedangkan untuk serat optik ragam jamak dengan ukuran inti seratnya yang jauh lebih besar, dapat digunakan sumber cahaya yang lebih murah harganya yaitu LED dan daerah kerja sensor bisa mencapai 50 mm. Beberapa faktor yang perlu dipelajari lebih lanjut tentang pemanfaatan rugi lengkungan serat optik sebagai sensor selanjutnya antara lain adalah faktor panjang serat dan sensitivitas sensor.
Gambar 6. Sistem sensor pergeseran tanah berbasis rugi lengkungan serat optik.
Sistem telah dipasang dilapangan dan keluaran sensor dimonitor secara real time selama kira-kira satu tahun. Contoh hasil pengamatan diberikan untuk data bulan November 2011 (lihat Gambar 7), yaitu saat telah dimulai musim penghujan. Data grafik pada Gambar 7 diambil mulai tanggal 3 November 2011 jam 00:28:11 hingga 8 November jam 13:03:19. Data direkam untuk setiap selang waktu 65 menit. Dari grafik tersebut tampak bahwa terjadi penurunan yang cukup mencolok pada jam ke 85 (4 November 2011 jam 17:31:12) dan jam ke 100 (5 November 2011 jam 09:54:10). Kira-kira pada jam ke 105 (5 November 2011, jam 14:58:25) terjadi penurunan drastis hingga tegangan mencapai nol. Ketika diperiksa ke lapangan, memang tuas penarik sensor sudah menunjukkan pergeseran > 10 mm dan serat sensor sudah terputus.
VI. KESIMPULAN Telah diuraikan pemanfaatan sifat rugi lengkungan serat optik jenis ragam tunggal dan ragam jamak sebagai sensor. Profil dan sifat penjalaran cahaya untuk kedua jenis serat dibahas beserta formulasi rugi lengkungannya. Pengukuran rugi lengkungan untuk serat ragam tunggal dan ragam jamak telah dilakukan dan diperoleh grafik diameter sebagai fungsi intensitas cahaya yang menghasilkan spesifikasi daerah kerja sensor yaitu 10 mm untuk serat ragam tunggal serta 50 mm untuk serat ragam jamak. Dalam hal implementasinya di lapangan telah ditunjukkan pemanfaatan rugi lengkungan untuk serat optik ragam tunggal sebagai sensor pergeseran tanah dan berhasil mendeteksi pergeseran tanah pada uji lapangan untuk pengukuran in-situ di Karang Sambung. Sensor pergeseran tanah yang dipasang telah dapat menunjukkan fenomena pergeseran tanah secara kualitatif melalui penurunan tegangan keluaran sinyal sensor pada periode November 2011 yaitu saat musim penghujan sudah dimulai. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih yang tak berhingga kepada Manajemen Pusat Penelitian Fisika-LIPI atas segala fasilitas dan dukungan hingga terlaksananya kegiatan penelitian ini serta kepada Kementerian Riset dan Teknologi atas pendanaan melalui Program Insentif Riset Peneliti dan Perekayasa – LIPI Tahun 2011-2012. Ucapan terima kasih juga khusus disampaikan kepada Sdr. Imam Mulyanto, S.T. atas segala bantuan teknis eksperimen. PUSTAKA [1] Clifford R. Pollock, Fundamentals of Optoelectronics, Irwin Inc., Chicago, 1995.
Gambar 7. Data pengamatan sensor pergeseran tanah di Karangsambung pada perioda 3 - 8 November 2011.
Dari data pengukuran rugi lengkungan serat optik ragam tunggal dan ragam jamak (Gambar 4 dan Gambar 5) serta dari data Gambar 7; sebagai contoh hasil pengamatan pengukuran pergeseran tanah menggunakan serat optik berbasis rugi lengkungan pada serat optik ragam tunggal; terlihat bahwa fenomena rugi lengkungan pada serat optik ragam tunggal maupun ragam jamak dapat dimanfaatkan sebagai sensor dengan perbedaan dalam hal penggunaan sumber cahaya serta daerah kerja.
[2] Frank F. Ruhl, Lecture Notes on Single-Mode Fibre Theory, University of New South Wales, Sydney, 1990.
[3] Bahareh Gholamzadeh, and Hooman Nabovati, Fiber Optic Sensors, World Academy of Science, Engineering and Technology, 42, 2008, pp. 297-307. [4] Overview of Fiber Optic Sensor, http://www.bluerr.com/images/Overview_of_FOS2.pdf, diakses tanggal 12 Agustus 2010. [5] Zendehnam, A., Investigation of Bending Loss in A Single Mode Optical Fibre, Pramana-Journal of Physics, Indian
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVII HFI Jateng & DIY, Solo, 23 Maret 2013 ISSN : 0853-0823
6
[6]
[7]
[8]
[9]
Dwi Bayuwati, dkk/ Pemanfaatan Sifat Rugi Lengkungan Serat Optik Ragam Tunggal dan Ragam Jamak sebagai Sensor Transport
Academy of Sciences, Vol. 74, No. 4, April 2010, pp. 591603. Reinhard Jenny, M.S. Physics, Fundamentals of Fiber Optics: An Introduction for Beginner, Volpi Manufacturing Inc., 2000, pp. 8-10. Andre Martins, et al., Modelling of Bend Loss in SingleMode Optical Fibers, http:// www.av.it.pt/ conftele2009 / Papers / 108.pdf., diakses tanggal 20 Maret 2009. Molin, Denis, et al., Multimode Fiber Bending Sensitivity for Multi-Gigabit Ethernet Application, Proceedings of the 58th IWCS/IICIT. Bickham, Scott R., et al., Theoretical and Experimental Studies of Macrobend Losses in Multimode Fibers, Proceedings of the 58th IWCS/IICIT.
TANYA JAWAB Alfrie Rampengan Fisika FMIPA UGM ? Sensor jadi aktif ketika terjadi pergeseran tanah (contoh : longsor). Bagaimana cara kita mendeteksi agar tidak terjadi longsor? Dwi Bayuwati, Fisika – LIPI √ Saat terdeteksi pergeseran tanah dalam orde yang sangat kecil segera dilakukan tindakan perbaikan struktur tanah, misal menapas tanah miring, memberi faktor penguat pada struktur tanah, dll. Akan tetapi perlu diketahui dahulu struktur geologi tanah tersebut perlu dibarengi dengan studi geologi tanah.
yang dipakai pada sensor karang sambung dan berapa daya cahaya sumber? Dwi Bayuwati, Fisika – LIPI √ Secara teoritisnya, misal sensitivitas pada λ = 1,5 µm > sensitivitas pada λ = 1,3 µm, tapi belum dilakukan penelitian detail dengan variasi panjang gelombang. Pada penelitian ini digunakan laser dioda pada panjang gelombang 1,3 µm daya 2 mW. Edi Suharyadi, Fisika - UGM ? Apakah arah panjang serat optic sejajar dengan arah pergeseran tanah? Dwi Bayuwati, Fisika – LIPI √ Tidak selalu, karena pergeseran bisa terjadi pada berbagai arah, jadi sebaiknya dipasang beberapa sensor, menggunakan fiber spliter, sehingga bisa diamati sekaligus untuk beberapa arah pergerakan Bagas Surya W, UGM ? a. Data potensial terhadap pergeseran? b. Hasil potensial vs waktu terdapat fluktuasi disebabkan oleh apa? Dwi Bayuwati, Fisika – LIPI √ Data pengamatan berupa grafik tegangan sebagai fungsi waktu (contoh aplikasi). Ada riple-riple/ sinyal naik turun dengan ∆v yang kecil bisa disebabkan oleh variasi suhu atau ketidakstabilan laser tetapi dapat dinormalisasi dengan sinyal referensi sehingga idealnya akan diperoleh garis lurus.
Waskito Nugroho, Fisika FMIPA - UGM ? Apakah sensitivitas sensor merupakan fungsi panjang gelombang yang dipakai? Berapa panjang gelombang
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVII HFI Jateng & DIY, Solo, 23 Maret 2013 ISSN : 0853-0823