PEMANFAATAN LIMBAH LUMPUR BERMINYAK MELALUI PROSES STABILISASI-SOLIDIFIKASI UNTUK PEMBUATAN BATA BETON BERLUBANG OILY SLUDGE WASTE UTILIZATION THROUGH STABILIZATION-SOLIDIFICATION PROCESS TO MAKE HOLLOW CONCRETE BLOCK Andy Mizwar *1), Taufiqur Rohman 2), dan Bakhtiar 3), ¹) Program Studi Teknik Lingkungan, Universitas Lambung Mangkurat ²) Program Studi Kimia, Universitas Lambung Mangkurat ³) PT Pertamina UBEP Tanjung *) E-mail:
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah lumpur berminyak dari operasional waste pit kilang minyak sebagai bahan campuran dalam pembuatan bata beton berlubang yang ramah lingkungan. Penelitian ini merupakan penelitian skala laboratorium dengan menerapkan teknik stabilisasi/solidifikasi. Penelitian dilakukan dengan memvariasikan campuran lumpur, semen dan pasir. Kemudian dicetak dengan ukuran 9 cm x 19 cm x 39 cm. Pengeringan dilakukan selama 28 hari. Pengujian dilakukan terhadap porositas, serapan air, densitas, kuat tekan dan TCLP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bata beton berlubang yang dihasilkan memiliki berat, porositas, serapan air, dan densitas yang lebih rendah daripada bata beton berlubang standar SNI maupun pasaran. Semua bata beton berlubang yang dihasilkan memenuhi baku mutu TCLP (Toxicity Characteristic Leaching Procedure) berdasarkan PP No.85 tahun 1999. Kuat tekan bata beton berlubang dengan komposisi lumpur:pasir:semen sebesar 24%:56%:20% memenuhi kualifikasi mutu tingkat II SNI 03-0349-1989. Kata kunci: bata beton berlubang, limbah lumpur berminyak, solidifikasi, stabilisasi Abstract This study aims to utilize waste oily sludge pit of operational waste oil refinery as an ingredient in the manufacture of hollow concrete bricks that are environmental friendly. This research was a laboratory scale by applying the techniques of stabilization / solidification. The study was conducted by giving variety of mud, cement and sand mixture. Then printed it with a size of 9 cm x 19 cm x 39 cm. Drying process is carried out for 28 days. Tests conducted on porosity, water absorption, density, compressive strength and TCLP. The results showed that the hollow concrete brick weighs, porosity, water absorption, and lower density than standard hollow concrete brick SNI and the market. All concrete hollow brick produced meets the quality standard TCLP (Toxicity Characteristic Leaching Procedure) by PP No.85 of 1999. Compressive strength of concrete hollow brick with mud composition: sand: cement by 24%: 56%: 20% quality level II qualified SNI 03-0349-1989. Keywords: hollow concrete bricks, oily sludge waste, solidification, stabilization
PENYERAPAN GAS CO HASIL PEMBAKARAN SAMPAH MENGGUNAKAN MODIFIKASI SORBENT CA(OH)2, TANAH DIATOMEAE (DE) DAN KOMPOS DALAM REACTOR FIXED BED GAS ABSORPTION OF CO BY INCINERATOR USING MODIFIED SORBENT OF CA (OH)2, DIATOMACEOUS EARTH (DE) AND COMPOST IN FIXED BED REACTOR *1)
1)
Mariana Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 23111 *) Email:
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan reaktifitas sorbent Ca(OH)2 dengan menggunakan tanah diatomeae sebagai sumber silika dan kompos sebagai sumber biosorbent. Tanah diatomea umumnya mengandung CaO, SiO2 dan Al2O3. Reaksi antara SiO2 dengan Ca(OH)2 membentuk kalsium silicate hidrat (CaO.SiO2.2H2O) yang mempunyai porositas dan reaktifitas yang tinggi. Kompos mengandung bakteri sebagai biosorbent yang dapat mengubah gas CO menjadi CO2 dan CH4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa reaktifitas sorbent Ca(OH)2 meningkat dengan penambahan DE dan kompos. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa penyerapan gas CO meningkat dengan meningkatnya tinggi unggun sorbent dan temperatur. Penyerapan gas CO tertinggi diperoleh pada penggunaan modifikasi sorbent Ca(OH)2/DE/kompos (3:1:1), temperatur 150oC dan tinggi unggun sorbent 6 cm dari variabel yang dilakukan. Kata kunci: Fixed bed reaktor, penyerapan gas, sorbent Ca(OH)2/tanah diatome/kompos Abstract This study aims to improve the reactivity of sorbent Ca (OH) 2 by using the land as a source of silica diatomeae and compost as a source of biosorbent. Diatomaceous earth generally contains CaO, SiO2 and Al2O3. The reaction between SiO2 with Ca (OH) 2 to form calcium silicate hydrate (CaO.SiO2.2H2O) which has a high porosity and reactivity. Compost as biosorbent contains bacteria that can convert CO into CO2 gas and CH4. The results showed that the reactivity of sorbent Ca (OH) 2 increased with the addition of DE and compost. The results also showed that the CO gas absorption increases with increasing height and temperature sorbent bed. Highest CO gas absorption obtained on the use of modified sorbent Ca (OH) 2/DE/kompos (3:1:1), temperature 150oC and sorbent bed height 6 cm from the variable which had been done. Keywords: Fixed bed reactors, gas absorption, Sorbent Ca (OH) 2/ diatomaceous soil / compost
MODEL GUNA LAHAN UNTUK PENGENDALIAN BANJIR DI PERKOTAAN (STUDI KASUS KOTA SAMARINDA, KALIMANTAN TIMUR) LAND USE MODEL FOR URBAN FLOOD CONTROL (CASE STUDY IN SAMARINDA, EAST KALIMANTAN) *1)
1)
Zulfakar Program Doctor of Architecture and Urbanism *) E-mail:
[email protected]
Abstrak Bencana yang sering terjadi dan menyebabkan banyak dampak bahaya di Indonesia adalah banjir. Dampak bahaya bisa mencapai dua dari tiga dari segala bencana yang terjadi. Masalah banjir umumnya terjadi karena banyak faktor, seperti faktor alam dan kegiatan manusia. Salah satu kegiatan manusia yang dapat menyebabkan banjir adalah bekas tanah yang tidak cocok. Kondisi tanah yang digunakan biasanya tidak didasarkan pada konservasi tanah dan air, terutama kesesuaian untuk kemampuan lahan, sehingga menyebabkan infiltrasi tanah datang lebih sedikit dan kehilangan fungsi . Lahan bekas model di lahan banjir sangat penting untuk mengoptimalkan lahan yang digunakan proporsi yang sesuai untuk mengendalikan banjir. Dengan model guna lahan kita dapat mengetahui daerah banjir, nilai konversi tanah dan juga daerah yang tidak sesuai. Model ini memiliki 3 (tiga) unsur, model spasial untuk menentukan daerah banjir, model hidrologi untuk lahan untuk penggunaan optimal, dan model spasial ke daerah yang dianjurkan. Dari penelitian ini kita bisa mengetahui proporsi optimal untuk setiap lahan yang digunakan di Kota Samarinda maka banjir dapat dikendalikan. Proporsi optimal penggunaan lahan guna mengendalikan banjir adalah ketika debit puncak (Q) tidak melebihi kapasitas sungai yang ada. Kata kunci: banjir, GIS, model hidrologi, perkotaan, tanah menggunakan model Abstract Disaster that often happens and causes many hazard impacts in Indonesia is flood. The hazard impact can reach two of three from all disaster that happened. Flood problems generally happen because of interaction of many factors, such as natural and human activity factor. One of human activities that can caused flood is land used which is not suitable. The land used condition is usually not based on land and water conservation, especially the suitability for land capability, thus it causes land infiltration comes more less and run off value more increase. Land Used Model on flood land is very important to optimize the land used proportion that is suitable to control the flood. With the model we can know flood area, land conversion value and also non-suitable area. The model has 3 (three) elements, spatial model to determine flood area, hydrologic models to optimized land used, and spatial model to recommended area. From this research we could know optimal proportion for each land used in Samarinda City then flood can be controlled. Optimal proportion of land use utilize to control floods is when peak discharge (Q) do not exceed existing river capacities. Keywords: flood, hydrology model, GIS, land used model, urban
EKSPLORASI AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK SCHLUMBERGER DI DAERAH PESISIR GROUND WATER EXPLORATION BY GEOELECTRIC SCHLUMBERGER METHOD AT LOCAL COASTAL Anton Kuswoyo *1), Ali Masduqi1) 1)
Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya *)
E-mail:
[email protected] Abstrak
Intrusi air laut mengakibatkan polusi bagi air tanah, baik air tanah dangkal maupun air tanah dalam, yang merupakan sumber air bersih bagi penduduk. Khusus di daerah pesisir yang belum dilayanan air PDAM, masyarakat masih menggunakan air sumur dangkal sebagai sumber air bersih. Kendala utama sumur dangkal adalah mengalami kekeringan ketika musim kemarau dan mengalami intrusi air laut. Pengambilan data resistivitas dengan menggunakan metode geolistrik Schlumberger dilakukan pada sembilan titik lintasan. Hasil penelitian eksplorasi menunjukkan metoda geolistrik dapat digunakan untuk menentukan keberadaan air tanah. Hasil penelitian menunjukkan daerah penelitian mempunyai potensi air tanah yang layak untuk dimanfaatkan sebagai sumber air bersih. Potensi besar (ketebalan lapisan air tanah di atas 15 m) sebanyak 6 titik dari 9 titik penelitian, yakni berada pada titik GL1, GL3, GL5, GL6, GL7 dan GL9. Potensi sedang (ketebalan lapisan air tanah antara 5 – 15 m) sebanyak 3 titik lokasi, berada pada titik GL2, GL4 dan GL8. Keberadaan air tanah berada pada kisaran kedalaman 1 – 80 m. Kata kunci: air tanah, intrusi air laut, geolistrik schlumberger, pesisir, sumber air
Abstract Intrusion of sea water for groundwater pollution, including deep groundwater and shallow ground water in the soil, which is a source of clean water for the residents. Particular in coastal areas which have not been served with water taps, people still use shallow well water as a source of clean water. The main obstacle is the shallow wells experiencing drought on dry season and experiencing seawater intrusion. Resistivity data retrieval using Schlumberger geoelectric method performed on the nine point trajectory. Results of exploratory research suggests geoelectric method can be used to determine the presence of ground water. The results showed the study area has the potential groundwater eligible to be used as a source of clean water. Great potential (aquifer thickness above 15 m) by 6 points from 9 points of research, which is at the point of GL1, GL3, GL5, GL6, GL7 and GL9. Moderate potential (aquifer thickness between 5-15 m) of 3-point location, is at a point GL2, GL4 and GL8. The presence of ground water in the range of depth around 1-80 m. Keywords: coastal, ground water, Schlumberger geoelectric, sea water intrusion, water resources
AKLIMATISASI MIKROALGA HIJAU UNTUK MENINGKATKAN PENYISIHAN NUTRIEN DALAM LIMBAH PETERNAKAN DAN PRODUKSI LIPIDA ACCLIMATIZATION OF GREEN MICROALGAE WASTE TO ENHANCE NUTRIENT REMOVAL IN LIVESTOCK AND LIPID PRODUCTION Irhamni1), Elvitriana1), Vera Viena*1) 1) Teknik Lingkungan Universitas Serambi Mekkah, Jalan Tgk Imum Leungbata, Batoh, Banda Aceh. *) Email:
[email protected]
Abstrak Mikroalga memiliki kemampuan untuk menyerap berbagai bentuk nitrogen dan posfor. Tujuan penelitian untuk menentukan kemampuan mikroalga teraklimatisasi dalam menyisihkan kandungan nutrien di dalam air limbah peternakan dan menentukan produksi lipidanya. Aklimatisasi mikroalga hijau dilakukan dalam fotobioreaktor volume 2 liter dengan konsentrasi limbah yang berbeda, yaitu 25, 50 dan 100%, dan siklus pencahayaan 24 jam dan 12 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan mikroalga hijau terbaik diperoleh dari mikroalga teraklimatisasi dengan kandungan biomassa tertinggi sebesar 1,65 gr/L berat kering pada kultur limbah cair peternakan 25%, dikuti dengan 1,4 dan 1,35 gram/liter berat kering pada 50 dan 100% air limbah. Pertumbuhan alga hijau tanpa aklimatisasi sangat lambat dengan masa kultivasi yang sama yaitu 16 hari, kandungan biomassa hanya berkisar antara 0,65–1,1 gram/liter berat kering. Pemanfaatan mikroalga hijau lokal untuk penyisihan limbah peternakan dapat dilakukan sebagai salah satu metode alternatif penanggulangan limbah cair, sedangkan biomassa alga dapat dimanfaatkan untuk produksi lipid minyak alga maksimum sebesar 38%. Kata kunci: aklimatisasi, lipid, mikroalga, nutrien, penyisihan Abstract Microalgae has an ability to absorb various forms of Nitrogen dan Phosfor. Research on green microalgae cultivated in photobioreactor volume 2 liter to remove the nutrient content in the livestock waste by considering the effect of different waste concentration,e.i 100%, 50% and 25% and length of illumination time, e.i 24 hour and 12 hour (on/off) on biomass produced has been done. The result showed that the highest microalgae growth was obtained from the acclimatized culture of the livestock waste 25% with biomass content 1,65 gram/liter dry weight, and followed by the livestock waste (50% and 100%) , with biomass content 1,4 gram/liter dry weight and 1,35 gram/liter dry weight, respectively. The non-acclimatized microalgae showed a very slow growth within the same cultivation time, e.i 16 days with biomass range from 0,65–1,1 gram/liter dry weight. Metabolism process of acclimatized green microalgae was proven to be able to remove the nutrient content of ammonium, nitrate, and phosphate in range 60-98%, thus the writers concluded that the usage of local green microalgae for livestock waste removal can be done as one of the alternative methods for wastewater treatment, while algae biomass can be utilized for the production of algae oil lipid. Keywords: acclimatization, lipid, microalgae, nutrient, removal
PENGOLAHAN AIR MENGGUNAKAN MEMBRAN ULTRAFILTRASI SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG GERAKAN NASIONAL MENGATASI KRISIS AIR BERSIH WATER TREATMENT USING MEMBRANE ULTRAFILTRATION TO SUPPORT THE NATIONAL WATER CRISIS Selastia Yuliati*1) 1) Jurusan Teknik Kimia Politeknik negeri Sriwijaya, Politeknik Negeri Sriwijaya, Jalan Srijaya Negara Bukit Besar *) Email:
[email protected] Abstrak Pengolahan air bersih dalam penelitian ini bertujuan menghilangkan semua kandungan parameter kimia, biologis yang terdapat di dalam air baku. Air baku yang diolah berupa air gambut, air payau serta air sungai musi. Air tersebut diolah mengunakan teknologi membrane. Membran yang digunakan adalah membran ultrafiltrasi berbasis polimer polysulfon. Metoda yang digunakan dalam pembuatan membran tersebut adalah metoda Inversi fasa dari formula Loeb and Sourirajan yaitu melarutkan polimer Polysulfon kedalam campuran larutan Dimethyl Asetamida (DMAc) dan Poliethylen Glicol (PEG) sebagai aditif. Membrane yang dihasilkan yaitu berukuran pori 0,0014 µm memenuhi standar ultrafiltrasi. Bahan baku sebelum diolah dilakukan analisa pendahuluan dan selanjutnya dilakukan proses pretreatment. Beberapa alat filter yang digunakan diantaranya filter mangan, mangan zeolit, fiter besi, carbon aktif serta silica. Air hasil pretreatment untuk selanjutnya dilewatkan melalui membrane ultrafiltrasi. Hasil analisa menunjukkan penurunan rata-rata parameter air baku gambut dan payau setelah melewati membran adalah 77,8% dan 32,6%, sedangkan untuk air musi mencapai 92,5%. Air bersih maupun air minum yang dihasilkan telah memenuhi standar baku mutu menurut PERMENKES NO 492/MENKES/PER/IV/2010. Kata kunci : air bersih, inverse fasa, membran, polysulfon, ultrafiltrasi Abstract Water treatment in this study aims to eliminate all of the content of chemical parameters, biological contained in the raw water. Raw water is processed in the form of peat water, brackish water and Musi river. The water is processed using membrane technology. Membranes used are polymer-based ultrafiltration membranes polysulfon. The method used in the manufacture of the membranes is the phase inversion method of Loeb and Sourirajan formula that dissolves into the polymer solution mixture Polysulfon Dimethyl acetamide (DMAC) and Poliethylen glycol (PEG) as an additive. The resulting membrane is 0.0014 m pore size standards ultrafiltration. Raw materials before processing and preliminary analysis is then performed pretreatment process. Some of the tools used include the filter filter manganese, manganese zeolite, iron fiter, active carbon and silica. Water pretreatment results for the next pass through the ultrafiltration membrane. The analysis shows an average reduction parameters of raw peat and brackish water after passing through the membrane was 77.8% and 32.6%, while for the water musi reached 92.5%. Clean water and drinking water produced meets quality standards according PERMENKES 492/MENKES/PER/IV/2010 NO. Keywords: clean water, inverse phase, membrane, polysulfon, ultrafiltration