PEMANFAATAN LIMBAH KULIT KERANG SIMPING MENJADI ELEMEN ESTETIKA BANGUNAN (Penerapan pada lantai dan dinding bangunan) The Utilization of Scallop Shells Waste as an Aesthetic Element of the Building
ARTIKEL ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik
Disusun oleh : ARIF ARMANDO W. NIM. 0810650024-65
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR MALANG 2013
PEMANFAATAN LIMBAH KULIT KERANG SIMPING MENJADI ELEMEN ESTETIKA BANGUNAN Arif Armando W., Ir. Edi Hari P., M.T., Ir. Bambang Yatnawijaya S. Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan M.T. Haryono 167, Malang 65141, Indonesia Email :
[email protected]
ABSTRAK Kulit kerang simping (Amusium pleuronectes) merupakan salah satu hasil kekayaan alam biota laut yang mudah ditemui terutama pada kawasan perairan Indonesia. Kulit kerang jenis ini merupakan salah satu limbah laut yang sering dijumpai. Pengambilan sampel dari limbah yang dilakukan di daerah Kec. Panarukan Kab. Situbondo dimana lokasi tersebut memang menjadi salah satu pusat pengembangan salah satu jenis kerang ini. Kulit kerang simping memiliki unsur estetika dimana perlu diolah lebih lanjut dan mampu diterapkan sebagai elemen bangunan. Pada proses penelitian ini dilakukan metode eksperimen dimana akan dicari hasil desain yang memungkinkan bila diterapkan pada bangunan, tentu saja dengan mengutamakan atau mengangkat potensi estetika dari kulit kerang itu sendiri. Pemanfaatan dari kulit kerang ini akan dilakukan pada desain lantai dan dinding dimana posisi tersebut akan lebih mudah untuk dimunculkan aspek estetika terutama terhadap façade bangunan. Proses eksperimen dari kulit kerang ini dilakukan secara bertahap dengan digunakannya beberapa material pendukung untuk mampu lebih mengangkat dari estetika kulit kerang itu sendiri. Hasil proses eksperimen ini memberikan gagasan dimana kulit kerang ini mampu bersaing dan memberikan alternatif bagi elemen bangunan khususnya pada aspek estetika. Eksperimen yang telah dilakukan antara lain pada lantai dan dinding telah menunjukkan bahwa kulit kerang simping ini mampu memberikan unsur estetika pada bangunan. Kata kunci : kulit kerang, simping, limbah, estetika, eksperimen, lantai, dinding
ABSTRACT Shells scallop (amusium pleuronectes) is one of the rich natural biodiversity which easily encountered especially in the waters of Iindonesia. Shells of this type is one of the common sea waste. This sampling of the scallop shell waste is carried out in the area of the Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo whose location, indeed, became one of the centers of the development of this kind of shellfish. Scallop shells have an aesthetic elements which need to be proceed further and be able to be applied as elements of the building. This research was conducted on the experimental method in which to find the design that can be applied to the building emphasising on the aesthetic potential or lift from the shell itself. The utilization of these shells will be undertaken on the design of floors and walls which positions would be easier to appear mainly on the aesthetic aspect of the façade of the building. The process of experimentation of the shells was carried out gradually with the use of some material support to afford more lifting from the aesthetics of the shell itself. The results of this experimental process gives an idea that these shells are able to compete and provide an alternative for building elements especially in the aesthetic aspect. The experiments which have been performed to the floors and walls have shown that these scallop shells are capable of delivering aesthetic elements to the buildings. Keywords: shells, scallop, waste, aesthetics, experimental, floor, wall
memilih pada bata yang diplester dan
PENDAHULUAN Kerang
simping
atau
Amusium
dicat.
pleuronectes adalah salah satu biota yang
Selanjutnya
pemanfaatan
banyak dijumpai di perairan, salah satunya
kerang
di perairan Indonesia. Jenis kerang yang
memberikan suatu alternatif dalam bahan
memiliki
dari
material bangunan. Aspek yang menjadi
perairan Asia Tenggara, Asia Timur
sasarannya adalah untuk menyalurkan
hingga Australia. Kerang simping ini
unsur estetika yang sudah ada pada kerang
banyak dijumpai pada substrat dari pasir
pada bangunan.
distribusi
sangat
luas
sampai lumpur berpasir pada kedalaman 550 m (Widowati et al., 2002)
simping
pada
limbah
bangunan
ini
Estetika dalam muatannya terdapat suatu unsur yaitu keindahan. Keindahan
Kebanyakan kerajinan kulit kerang
menjadi nilai estetis yang positif dan yang
tersebut adalah merupakan hiasan yang
berlawanan adalah nilai negatifnya yang
diletakkan pada ruang-ruang dalam rumah
bukan berarti kekosongan yaitu kejelekan.
serta
lain
Kedua unsur tersebut merupakan unsur
sebagainya. Namun dari pemanfaatan yang
dasar dalam memberikan nilai estetis pada
telah dikukan sangatlah sedikit
yang
suatu objek. Teori yang mengemukakan
memberikan kontribusi terhadap suatu
estetika ini telah hadir berabad-abad yang
bangunan
lalu
sebagai
perhiasan
secara
dan
langsung.
Elemen
dimana
ahli
estetika
banyak
bangunan yang memanfaatkan hasil limbah
berkembang dari wilayah eropa seperti
kulit kerang ini yang nantinya diharapkan
Plato dengan hukum yang indah dan
dapat memberikan suatu unsur estetika
Aristoteles
pada bangunan.
sesuatu yang baik dan menyenangkan.
Studi ini akan lebih fokus pada
Fakta
dengan keindahan sebagai
bahwa
bahan
material
bahan material yang akan diterapkan pada
bangunan yang memberikan unsur estetika
badan
(2001)
yang
bahan
tergolong jarang, hal ini memerlukan suatu
bangunan.
menyatakan
bahwa
Noerwasito saat
ini
memilki
unsur
yang
lokalitas
dapat
masih
bangunan yang diterapkan pada badan
alternatif
mereduksi
bangunan khususnya dinding didominasi
permasalahan tersebut. Kulit kerang yang
oleh bata merah dan batako, bila berbicara
menjadi objek studi penulis diangkat
pada ekspos bangunan, orang akan lebih
menjadi solusi. Limbah kulit kerang yang
perlu
diangkat
potensinya
terhadap
bangunan.
dijadikan proses
landasan
dalam
penelitian untuk
melakukan
menghasilkan
suatu penelitian. Proses ini diawali dengan rancangan dari modelling
kulit kerang,
pemilihan bahan, pemrosesan antara bahan utama
dan
bahan dasar
sampai
uji
penerapan pada bangunan. Secara umum digunakan metode eksplorasi dalam proses Gambar 1: Kerajinan kulit kerang sederhana
penelitian
yang
digunakan
setelah
penemuan ide sebagai konsep dasar. Berbagai informasi yang ditangkap indera kemudian ditafsirkan dalam suatu ide
METODE KAJIAN Metode dilakukan
ini
secara
pembahasannya
sistematis,
rasional,
kreatif.
Kemudian
pengembangan
konsep
dilakukan dasar
secara
analitik dan disesuaikan dengan acuan
pragmatis mulai dari bentukan ? bentukan
standar
analisa
dasar yang digunakan, transformasi dari
pemrograman, proses analisa dilakukan
parameter hingga dihasilkan bentukan dari
secara
mendapatkan
modelling kulit kerang tersebut yang
sintesa dan dapat memunculkan modelling.
nantinya akan diterapkan pada bangunan
Penemuan gagasan penelitian ini
sebagai pemberi faktor ekstetika pada
dari
literatur.
kualitatif
Pada
hingga
dilakukan melalui penelusuran empirik
bangunan.
mengamati potensi dan permasalahan yang terjadi pada penelitian kulit kerang sebagai elemen arsitektural bangunan . Dari hasil
HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi
penelitian
pengamatan tersebut muncul suatu gagasan
Kecamatan
Panarukan.
(khususnya
merupakan
salah
bidang
arsitektural)
yang
satu
berada
di
Panarukan
ini
wilayah
di
memberikan solusi atas permasalahan ?
Kabupaten Situbondo yang berada di
permasalahan
daerah pesisir pantai. Penulis memilih
yang
terjadi
melalui
perumusan masalah.
lokasi
ini,
dikarenakan
wilayah
ini
Dalam metode penelitian ini konsep
memiliki banyak pengrajin hasil laut
penelitian yang dihasilkan dari analisa dan
termasuk kulit kerang. Hasil kerajinan ini
sintesa terhadap data ? data yang diperoleh
sudah sangat terkenal dan tidak hanya di
Pulau Jawa, permintaan hasil kerajinan
estetika
juga datang dari pulau-pulau lain di
mununjukkan kehangatan dan kelembutan.
Indonesia, contohnya Pulau Bali bahkan
d.
arti
warna
tersebut
Bentuk
banyak permintaan dari masyarakat luar negeri.
dimana
Kerang pada umumnya berbentuk bundar,
walaupun
berbentuk
Keunggulan primer
akibat
Pola
semuanya rata. Bentuk yang demikian bila
Pola yang dimaksudkan oleh penulis
dimanfaatkan akan lebih banyak dalam
disini adalah berupa guratan atau garis
bentuk lingkaran, lengkung. Namun tidak
tahun yang menunjukkan usia pada kerang
menutup kemungkinan akan dimanipulasi
itu sendiri. Garis tahun ini memiliki daya
bentuknya menjadi berbentuk persegi atau
tarik tersendiri dan sudah menjadikan ciri
bentuk bidang lainnya.
a.
khas tersendiri.
dari
secara
tidak
Keunggulan Kerang Simping 1.
lingkaran
terkadang
sisi-sisinya
sempurna
yang
tidak
Keunggulan sekunder a.
Tipis dan ringan
b. Zat kapur yang banyak terkandung pada kulit atau cangkang kerang adalah Kalsium Karbonat (CaCO3). Kandungan tersebut yang membuat kulit atau cangkang dari kerang Gambar 2. Pola Kerang Simping
b.
menjadi keras.
Tekstur
Kelemahan Kerang Simping
Kerang memiliki dua permukaan
Pada kulit kerang simping ini dengan
yaitu halus dan kasar. Pada permukaan
ketebalan yang kurang dari 2mm membuat
yang kasar merupakan bagian terluar dari
kekuatan atau daya tahan terhadap tekanan
kerang. Tekstur tersebut terjadi karena
menjadi lemah.
permukaan
tersebut
digunakan
untuk
melindungi bagian dalam. c.
Warna Untuk warna alamai dari kerang
sendiri adalah cokelat muda menuju ke putih. Hal ini dapat memberikan nuansa
Gambar 3. Kelemahan Kerang Simping
Hal ini menjadi suatu masalah yang
1. Limbah kulit kerang simping
harus diselesaikan untuk penelitian bahan
2. Air
material secara lebih lanjut. Untuk rencana
3. Ember dan timba
penanggulangan
kulit
4. Gunting
beramsumsi
5. Gerinda
kerang
dari
simping,
kelemahan
penulis
bahwa: a.
b.
6. Gunting
Pelapisan permukaan kulit kerang
7. Lem/perekat sejenisnya
dengan resin akan memberikan daya
8. Resin/formalin/akrilik
tahan yang lebih baik.
9. Soda
Penambahan jumlah kulit kerang
Api
(natrium
sebagai pelunak kerang.
pada tiap bagian, jadi tiap kerang
10. Larutan HCl
tidak berdiri sendiri namun berlapis-
11. Beton penggulung.
lapis
12. Ubin Keramik
Pengambilan
sasaran
Hidroksida)
pada Perbedaan antar kulit kerang satu
pemanfaatan kulit kerang yaitu pada badan bangunan dikarenakan pada bagian ini akan lebih banyak terjadi aktifitas manusia. Manusia yang menjadi peran utama dalam bangunan akan memperoleh pengalaman dari obyek visual khususnya pada badan
dengan yang lain perlu adanya perlakuan lebih
lanjut
karena
eksperimen
ini
membutuhkan kulit kerang yang rata. Bagaimana membuat kerang mendapatkan bentuk yang rata dan dapat merekat antara kerang satu dengan yang lain hingga
bangunan.
menjadi lantai. Solusi tersebut akhirnya dilakukan proses-proses sebagai berikut :
Eksperimen pada lantai Pada eksperimen ini
merupakan
salah satu eksperimen yang prosesnya cukup panjang dibandingkan eksperimen
1. Tahap Pencucian Pada tahap ini dugunakan larutan HCl untuk menghilangkan kotoran.
lain. Ekperimen ini membutuhkan berbagai macam alat dan waktu yang cukup panjang. Beberapa alat dan yang nantinya akan digunakan pada proses eksperimen ini adalah:
Gambar 4. Pencucian
2. Tahap Pengeringan Tahap
ini
membutuhkan
sinar
matahari karena memerlukan tempat atau ruang yang besar sehingga tidak bisa dilakukan di dalam oven. 3. Tahap Pelunakkan Tahap ini memerlukan larutan soda Gambar 6. Hasil eksperimen
api untuk melunakkan kulit kerang agar nantinya mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan.
?Bentuk Arsitektural adalah
4. Tahap Penempelan Tahap dengan
Penjelasan Estetika
temu antara massa dan ruang ?. Bentuk
penempelan
manual.
titik
berlangsung
Sebelumnya
didesain
konsep penempelan sesuai dengan hasil yang diinginkan.
bentuk
arsitektural,
tekstur,
-
material,
pemisahan antara cahaya dan bayangan, warna,
merupakan
menentukan
mutu
perpaduan
dalam
atau
dalam
jiwa
penggambaran ruang.? ( Bacon, 1974) Pada bentuk secara individual satu ubin keramik ini dibentuk oleh setidaknya 64 kerang. Ditempelkan secara teratur dengan bentuk grid dan saling tumpang Gambar 5. Penempelan
tindih. Pada bentuk / wujud dari individu
5. Tahap Pemolesan dan Pelapisan Tahap
ini
dimaksudkan
untuk
melukai permukaan dari ubin yang sudah ditempeli kulit kerang lunak yang nantinya akan dilapisi dengan resin. Pada tahap pelapisan
juga
bisa
pewarna
sehingga
dimasukkan hasilnya
memperoleh warna yang diinginkan.
zat akan
kerang simping tersebut juga memiliki karakteristik seperti yang telah dijabarkan sebelumnya karakteristik
oleh
penulis.
tersebut
maka
Menurut dapat
dikatagorikan secara visual adalah sebagai berikut: a. Dimensi b. Warna c. Tekstur d. Posisi
e. Orientasi
Bagian
f. Paduan
yang
penerapan dari
akan
eksperimen
dijadikan ini
lebih
Pada teknik perawatan sendiri pada
sebagai bukaan (seperti pengganti jendela).
hasil eksperimen ini masih disamakan
Untuk modul yang akan digunakan adalah
dengan berbagai jenis ubin yang telah ada
dengan bingkai 40 cm x 40 cm dengan
dipasaran. Karena permukaan yang halus
ketebalan bingkai
dan mudah untuk dibersihkan dengan air
memberikan ruang kosong sebagai tempat
maupun dengan yang telah dicampur
dari kulit kerang ini sepanjang 36 cm.
2 cm yang akhirnya
larutan pembersih lantai. Kekuatan dari permukaan paling luar yang terbuat dari larutan akrilik yang telah kering ini sebenarnya masih belum teruji secara
penuh,
secara
umum
karena
pembuatan secara manual dan kandungan yang ada di dalamnya, untuk ketahanan terhadap benturan masih cukup kuat bila
Gambar 7. Modul
hanya untuk dilewati atau terkena beban semu, namun bila sudah tekena goresan
Kulit
kerang
yang
digunakan
terutama benda tajam akan membuat
memiliki diameter sepanjang 10 cm.
permukaan t? erluka? atau cacat.
Peletakannya dengan pola grid ini saling menumpuk dengan alasan agar kulit kerang satu dengan yang lain lebih kuat
Eksperimen pada Dinding I
keterikatannya. Eksperimen yang di terapkan pada bagian
ini
ditujukan
untuk
Pada ekperimen bagian ini sangatlah dibutuhkan bidang yang digunakan sebagai
menghubungkan area luar dengan area
bingkai
dalam
yang
secara umum dari aplikasi kulit kerang
tembus cahaya ini dimanfaatkan untuk
selain itu juga untuk mengikat antar
meneruskan cahaya dari luar ke dalam
bidang. Pada eksperimen ini peralatan dan
sehingga pencahayaan alami bisa didapat
bahan yang dibutuhkan adalah:
secara maksimal.
1.
Limbah Kulit kerang simping
2.
Gunting
bangunan.
Kulit
kerang
untuk
memberikan
bentukan
3.
Lem/perekat
3. Tahap Penyatuan
4.
Modul lingkaran berdiameter 6 cm
5.
Kayu sebagai bingkai
tersebut disatukan dengan teknik anyaman.
Berikutnya adalah proses eksperimen
Jadi kulit kerang tersebut akan saling
yaitu adalah:
Pada tahap ini modul-modul kerang
menindih satu dengan yang
1. Tahap Pemotongan
lainnya.
Teknik tersebut selain akan memberikan
Pada tahap ini kulit kerang dipotong
tekstur pada modul eksperimen juga
sesuai bentuk dan ukuran yang diinginkan.
memberikan keteraturan sehingga antar
Misalkan
modul nantinya kan lebih mudah menyatu
bentuk
lingkaran
dengan
diameter 6 cm.
khususnya dalam segi visual. Bentukan
dari
anyaman
kerang
tersebut dimasukkan pada bingkai kayu dengan ukuran 30cm x 30cm. teknik pemasangannya dengan menjepit bidang anyaman kulit kerang dengan bingkai Gambar 8. Pemotongan
katyu tersebut.
2. Tahap Penempelan Sesuai konsep yang telah dibuat sebelumnya, maka dibentuklah modul kulit kerang
sebanyak
mempermudah
tiga
buah
pemasangan
agar
nantinya.
Pemasangan ini menggunakan lem sebagai perekat
satu
dengan
yang
Gambar 10. Hasil Eskperimen
lainnya.
Kemudian dari modul tersebut disatukan
Penjelasan Estetika
menjadi modul yang berisi 6 kerang.
Estetika kembali
menjadi faktor
penentu yang harus diperhatikan pada eksperimen dilakukan ini
ini.
Eksperimen
yang
masih bedasarkan dari
ketetapan dari teori estetika yang ada. Estetika memang tidak ada faktor tolak Gambar 9. Hasil Potong
ukur perhitungan tingkat estetis, namun dengan
ketetapan
estetika
yang
ada
diharpakan eksperimen ini dapat sesuai
secondary skin. Baik untuk dinding partisi
dan dapat memberikan estetika yang lebih
maupun
pada keindahan.
bingkai yang cukup kuat untuk menahan
secondary
skin,
diperlukan
a. Bentuk
b? adannya? sendiri. Ini dapat diselesaikan
b. Tekstur
dengan bentukan bingkai yang bergabung
c. Warna
dengan dinding massif yang ada di
d. Pola
sekitarnya.
Pada perawatan modul ini adalah dengan membersihkan dengan air dan lebih
baik
pembersih.
bila Pada
digunakan
Eksperimen menggunakan alat-dan bahan sebagai berikut:
larutan
eksperimen
1. Limbah dari percobaan kulit kerang
ini
simping
permukaan kerang masih dalam keadaan
2. Gunting
polos tanpa pelindung tambahan tidak
3. Modul kertas diameter 6 cm
seperti halnya pada permukaan eksperimen
4. Bahan material pendukung, kertas
lantai (ubin kerang).
kardus
Solusi agar perawatan lebih mudah
5. Lem/perekat.
dilakukan adalah dengan cara melapisi
Pada
eksperimen
ini
digunakan
permukaan dengan larutan akrilik selain
limbah hasil pemotongan dari eksperimen
dapat melindungi dari kotoran dan mudah
sebelumnya.
dibersihkan, juga memberikan ketahan
potensi
lebih, selain itu dalam perkembangannya
tersebut menjadi material baru.
akan mampu memberikan unsur warna seperti apa yang telah dijelaskan oleh
Penulis
untuk
melihat
memanfaatkan
terdapat limbah
Berikut adalah tahapannya. a.
penulis di eksperimen sebelumnya.
Tahap pertama Pada tahap ini diperlukan adanya
bidang dasar untuk menampung limbah tadi. Penulis menetapkan untuk sebagai
Eksperimen pada Dinding II
model pertama adalah sisa kardus bekas. Pada dinding partisi ini sebenarnya
Bahan ini dinilai mampu menahan beban
akan lebih fleksibel karena modul-modul
dari
eksperimen berdiri sendiri dan bahkan
ekonomis karena juga merupakan kategori
moveable.
Untuk
limbah atau bahan bekas pakai.
eksperimen
ini
lebih
lanjutnya
bisa diterapkan pada
kulit
kerang
selain
itu
sangat
Kertas kardus di potong dengan modul 40cm x 40cm. bidang yang lebih besar akan berdampak pada jumlah yang
Tekstur dari permukaan yang kasar
akan digunakan dalam pengaplikasiannya
memberikan unsure estetika tersendiri.
di bangunan nanti.
Efek estetika yang lain adalah saat ada cahaya yg memantul membuat permukaan berkilauan ke segala arah. c.
Tahap ketiga Tahap berikutnya adalah memasang
kayu
Tahap kedua Berikutnya
kardus yang setelah
bidang
dibelakangnya.
Kayu
tersebut berukuran 40cm x 40 cm. Disini
Gambar 11. Tahap Dasar
b.
penguat
pada
kardus tertutup oleh perekat, mulailah ditaburi dengan potongan kulit kerang.
telah kering dan telah
terdapat kulit kerang ditempelkan. Eksperimen pada dinding partisi ini diharapkan untuk bisa memberikan efek keindahan yang bersatu dengan bangunan. Warna kulit kerang yang tergolong netral mampu diterapkan pada kondisi bangunan seperti apapun. Baik bangunan tradisional maupun bangunan modern.
Gambar 12. Tahap kedua
Penaburan
ini
dilakukan
secara
bertahap sampai semua bagian tertutupi. Selanjutmya proses pengeringan yang dilakukan dibawah sinar matahari. Hingga didapatkan hasil seperti di gambar berikut. Gambar 14. Modular ke bangunan
Bidang kayu yang saling mengunci agar tidak mudah lepas dan mempermudah pemasangan juga untuk membongkarnya. Selanjutnya
Gambar 13. Permukaan hasil eksperimen
untuk
diterapkan
pada
bangunan, dibuatlah kayu penghubung antar bidang dengan bangunan.
Untuk adalah
perawatan
cukup
dengan
secara
umum
memebersihkan
Penjelasan Estetika
dengan air yang disemprotkan. Agar
Penjelasan tentang eksperimen ini
bagian-bagian yang ada pada sudut-sudut
lebih lanjutnya akan didasari oleh teori-
sempit bisa teratasi.
teori estetika. Eksperimen yang bertujuan untuk menarik unsur yang ada pada individu bahan material utama yaitu kulit
Penerapan pada bangunan Setelah percobaan selesai berikutnya
kerang kapis yang nantinya dimodifikasi
adalah
untuk
alternatif-alternatif
Penerapan ini dilakukan pada sebuah
baru. Untuk eksperimen ini faktor penting
bangunan galeri (bangunan merupakan
yang diangkat sesuai teori estetika adalah:
g? iven?).
mendapatkan
a. Bentuk
penerapannya
Berikut
pada
adalah
bangunan.
ilustrasi
penerapan dalam 3D.
b. Tekstur c. Warna d. Aksentuasi Proses perawatan pada modul ini tergolong cukup sulit karena memang akan ada dilema karena dengan bentuk yang sedemikian rupa khususnya pada bagian
1) Penerapan pada lantai Permukaan dari hasil percobaan yang halus ini cocok diterapkan pada lantai.
tekstur akan membuat pengguna untuk memeilih, mempertahankan tekstur tapi dengan
resiko
mudah
terkelupasnya
permukaan kulit kerang atau dengan melapisi permukaan dengan cairan penguat
Gambar 16. Penerapan pada lantai
namun akan mengurangi efek visual dan warna
estetika
itu
sendiri.
Hal
ini
Kulit kerang yang di implan pada
dikarenakan zat mutiara yang terkandung
keramik lantai berukuran 40x 40 cm.
akan sulit untuk terekspos padahal itu
warna kerang yang netral lebih pada putih
merupakan unsur atau bagian yang penting
ke abu-abu dengan masih memiliki tekstur
untuk ditonjolkan pada eksperimen ini.
dari kerang itu sendiri.
Alur
tekstur
dari
kulit
disesuaian dengan orientasi
kerang
bangunan
difungsikan sebagai penutup sekunder bangunan.
yang sejajar dengan nat lantai. Bentuk dasar
kulit
lingkaran
kerang setelah
yang
berbentuk
dibentuk
keramik
memiliki bentukkan baru berupa persegi, ini yang juga menjadikan hasil percobaan menjadi
menyatu
dengan
Gambar 18. Penerapan pada penutup sekunder
bangunan
apapun.
Pada
2) Penerapan pada dinding
bagian
ini
modul
yang
berukuran 40 cm x 40 cm tersebar dengan
Dinding yang massif tidak lepas dari
sistem
grid.
Bidang
yang
tertutup
tempat penerapan dari percobaan. Dengan
tergolong luas, sehingga membutuhkan
modul kerang yang masih bias meneruskan
modul yang tidak sedikit. Bila luasan
cahaya, maka dapat difungsikan sebagai
terbentang sepanjang 8 m x 10 m, maka
salah satu bukaan.
dibutuhkan modul sebanyak 500 buah
Modul
dari
percobaan
yang
modul. Namun dengan hubungan antar
berukuran 40 cm x 40cm membuat jumlah
modul yang tersusun secara grid dan
yang diperlukan untuk memenuhi sebuah
diterapkan secara berhimpitan.
bidang dinding jadi tidaklah banyak. Jumlah
yang
sedemikian
membuat
bentukkan masih dalam skala wajar.
Modul yang tersusun secara visual akan memberikan efek visual menyatu dan seakan-akan
bidang
tersebut
hanya
tersusun dengan beberapa modul saja. Tekstur dari serpihan kulit kerang yang kasar dan sifat dari kerang yang sisinya bersinar berwarna pelangi seperti mosaic Gambar 17. Penerapan pada dinding
3) Penerapan pada eskterior Pada
bagian
eksterior,
menjadikan modul ini akan menambah nilai
bagian
bangunan yang tidak lepas dari tempat penerapan percobaan. Hasil percobaan
estetika
bangunan
bercahaya saat diterpa cahaya.
seakan-akan
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Pemanfaatan limbah kulit kerang
Siregar, Shinta M. 2009. Pemanfaatan
sebagai elemen estetika bangunan ini
Kulit Kerang dan Resin Epoksi
merupakan
terhadap
salah
satu
cara
untuk
karakteristik
Beton
mengangkat lokalitas nusantara bahari
Polimer. Tesis diterbitkan. Medan
berupa hasil kekayaan alam dari laut.
: Universitas Sumatera Utara
Keaneragaman
kerang
yang
berbeda
Cousins, M. 1994. The Ugly. AA files,
bentuk, warna tekstur dan lain sebagainya membuat
penulis
menetapkan
kerang
Auntumn(28), pp. 61-64. Mediastika, C. E. 2008. Jerami sebagai
simping yang diangkat sebagai objek
Bahan
penelitian utama.
Pelapis Dinding. Dimensi Teknik
Aplikasi kerang
ini
dari dapat
pemanfaatan
kulit
dimanfaatkan
pada
Baku
Panel
Akustik
Arsitektur XXXVI (1): 20-27 Betsky,
A.
&
Adigard,
E.
elemen bangunan terutama pada bagian
(2000). Architecture Must Burn.
lantai dan dinding. Mulai dari bagian
London:
utama bangunan sampai bagian pendukung
Architecture and Anthropology.
bangunan. Keragaman tersebut sebenarnya
(2006).
sangat berpengaruh juga dengan bahan
Magazine.
pendukung
Covering
pembentuk
material
baru.
Thames
Design
Academy
Group.
and
Architecture
untuk
Himmelb(l)au.
sendiri
tanpa
adanya
pendukung.
Exposing: of
The Coop
Noerwastiko, V. T. 2001. Batu Lempung
Estetika yang dapat diperoleh dari pemanfaatan
Hudson.
Architectural
Dikarenakan kulit kerang yang akan susah berdiri
&
kulit
kerang
ini
sangat
beragam sesuai dari bentuk, motif serta
Bahan
Bangunan
Alternatif.
Dimensi Teknik Arsitektur XXIX (2): 134-140
tekstur yang sengaja maupun tidak sengaja
Mangunwijaya, Y. B. (1995). Wastu Citra:
dibuat. Telah diketahui bahwa elemen
Pengantar ke Ilmu Budaya Bentuk
estetika
Arsitektur,
pada
bangunan
dewasa
ini
Sendi-sendi
sangatlah beragam namun jika dilihat
Filsafatnya
kembali,
contoh Praktis. Jakarta: Gramedia
yang
memanfatkan
lokalitas
sangatlah sedikit karena kebanyakan dari material tersebut tergolong mahal.
beserta
Pustaka Utama.
Contoh-