Pemanfaatan Limbah Electroplating Dan Kapur Sebagai Bahan Stabilisasi Tanah Lempung The advantage of Electroplating Waste and Lime as a stabilization material of clay
Anita Setyowati Srie Gunarti1) 1)
Program Studi Teknik Sipil Universitas Islam “45” Bekasi Jl. Cut Meutia No. 83 Bekasi Telp. 021-88344436 Email:
[email protected]
ABSTRACT The land condition in Indonesia is very various, viewed from its supporting ability. Soft clay, for example, is unstable soil, if it has burden. The soil condition is not ready to use as a post of building, this it needs a soil adjusment. The effort to repair the physical and mechanical characteristics of clay has been carried out physically, mechanically, and chemically. Mist climate district, like Indonesia, needs iron covering technology to protect the equiptment industrial result made of iron against the rotten. The by-product of the iron covering process is in the form of solid waste, which until so far the use of it is not maximum yet, and often problematic in its cast. So, it needs a fund to manage the waste management, such as it needs qualified end waste point. Solid waste named Electroplating Waste (LE) is green, rather blue, containing iron substance, which likely use productively, as a stabilization material. Therefore, it is needed a research on the LE material as a stabilization material of clay. The study was carried out in the Laboratory by mixing the clay, LE, and lime, with the mix variation of 0%, 5%, 10%, 15%, and LE of 0%, 3%, 5%, 7%, on the dried weight of clay to find out the physical and mechanical characteristics of the mixed soil. The test carried out comprised of mineral analysis through diffraction of X-ray, chemical analysis, properties indexes, compaction, the test of triaxial condition of Unconsolidated Undrained of 3 and 7 days maintenance, and CBR testing of 4 days soaked and unsoaked. The result of the study of the mix of clay, LE, and lime showed the existence of change. The addition of LE in the clay showed the existence of physical and mechanical characteristics change, through it was not as big as in the mix of soil and lime. The mix of clay, LE, and lime reduced the plasticity index value, reduced the MDD value and tended to increase the OMC value. The triaxial test showed the existence of increase on and c, eitherby the addition of lime or LE. The highest friction angle 1
resulting from the mix variation with the LE content of 7% and lime of 10% was of 30.15o, while the highest cohesion value resulted in the mix variation with 5% LE and 10% lime was of 235.1 kN/m2. The CBR testing carried out in the optimum variation showed a good change on the development volume and there was an increase value of CBR. The comparison between the obtained results could be taken a conclusion that LE was less effective if it is used as stabilization material of clay, but it could be used if it was mixed with lime, in relation with the pozzolanic characteristic. Key words: stabilization, clay, lime, Electroplating waste, triaxial. dari serangan karat terutama di daerah
1. PENDAHULUAN Kondisi tanah di Indonesia sangat
beriklim lembab seperti Indonesia.
bervariasi ditinjau dari segi kemampuan
Limbah padat yang merupakan hasil
dukungnya. Ada yang tidak memenuhi
sampingan
syarat, yaitu tanah lunak, merupakan tanah
logam adalah limbah electroplating
yang kurang stabil bila mendapat beban.
yang berwarna hijau kebiru biruan,
Kondisi tanah tersebut belum siap pakai
mempunyai senyawa logam yang
untuk digunakan sebagai penopang suatu
mungkin dapat dimanfaatkan secara
bangunan,
produktif
maka
perlu
suatu
usaha
perbaikan tanah.
dari
proses
misalnya
pelapisan
untuk
bahan
stabilisasi. Limbah ini bisa mencapai
Di Indonesia perkembangan industri
5 ton setiap tahunnya tergantung dari
berat maupun ringan berkembang dengan
banyaknya produksi pelapisan logam
pesat
saat itu.
untuk
menunjang
perekonomian
negeri ini, namun inipun menjadikannya
Pada
penelitian
ini
akan
sebagai penghasil limbah yang cukup besar.
digunakan metode perbaikan tanah
Pemanfaatan limbah saat ini masih belum
secara kimiawi dengan memanfaatkan
maksimal sehingga membutuhkan biaya
limbah electroplating sebagai bahan
dalam pengolahannya antara lain diperlukan
stabilisasi dengan dicampur kapur.
tempat pembuangan yang memenuhi syarat
Pemanfaatan
lingkungan. Industri peralatan yang terbuat
diharapkan dapat meningkatkan kuat
dari besi memerlukan teknologi pelapisan
dukung tanah.
bahan
tersebut
logam untuk melindungi hasil produknya 2
Penelitian
mengenai
stabilisasi
sedangkan nilai batas plastis dan batas
kimiawi pada tanah lempung telah banyak
susut
dilakukan sebelumnya, diantaranya yaitu
menambahkan kapur dan bubuk bata
oleh
(1999),
merah pada tanah lempung, didapat
mencampurkan lempung ekspansif dengan
adanya perbaikan sifat fisis dan
kapur,
mekanis berupa penurunan indeks
Fathani
dan
diperoleh
Adi
hasil
bahwa
dengan
bertambah.
Lashari
penambahan kapur terjadi penurunan nilai
plastisitas,
potensi
batas cair, indeks plastisitas, kandungan
peningkatan
nilai
(2000),
swelling, CBR
dan
fraksi lempung, tekanan pengembangan, kuat tekan bebas. Penambahan kapur
kesimpulan
bahwa
dengan
dan bahan kimia pada lempung Bandung
pencampuran electroplating 5%
oleh Ma’mun (1990), melaporkan adanya
terhadap tras, dapat menaikan kuat
penurunan
tekan bebas.
indeks
plastisitas
dan
meningkatkan kuat tekan bebas, sedangkan untuk pemanfaatan limbah electroplating,
2. Limbah Electroplating
penelitian telah dilakukan oleh Basudewo (1997)
yang
merupakan
limbah
suatu metoda pelapisan logam dengan
electroplating dan fly ash pada tanah
cara pengendapan logam pada suatu
lempung, memperoleh hasil yaitu terjadinya
benda kerja (katoda) melalui proses
peningkatan sifat fisis dan mekanis berupa
elektrolisa atau elektrokimia. Pada
peningkatan kuat tekan bebas. Hutasoit
pelapisan logam dengan metoda ini,
(1999), melakukan studi pengaruh limbah
benda kerja dimasukkan kedalam
electroplating dan fly ash terhadap uji
cairan elektrolit yang dialiri arus
triaksial
searah, dengan anoda pelapis sebagai
pada
mencampurkan
Electroplating
lempung
Bandung
dan
memberikan kesimpulan bahwa dengan
kutub
adanya limbah electroplating dan fly ash,
berbagai macam logam pada dasarnya
terjadi peningkatan nilai c dan . Adriani
sama, yang membedakan adalah jenis
(1995)
elektrolit yang digunakan, disesuaikan
melakukan penelitian mengenai
pencampuran
tras
dengan
positip.
Proses
pelapisan
kapur,
dengan logam yang akan dilapisi serta
electroplating dan limbah kimia farma
anodanya. Dalam metoda pelapisan
terhadap kuat tekan bebas, memberikan
logam dengan cara electroplating 3
dihasilkan limbah berupa air bilasan, larutan
benda padat pada saat keluar dari
pembersih ataupun larutan plating yang
fasilitas
telah
selanjutnya
jenuh
dan
penyemprotan.
debu
Limbah
dari
hasil
tersebut
dalam
pengolahan
limbah
diangkut
ke
dan Pusat
Pembuangan
Limbah
bentuk lumpur (sludge), didalamnya masih
Komposisi
kimia
terkandung bahan berharga apabila mampu
electroplating terdiri dari khromat
didaur ulang ataupun dimanfaatkan. Untuk
(Cr2O3), aluminium oksida (Al2O3),
memudahkan
magnesium oksida (MgO), Silika
pembuangan
limbah
electroplating yang berwarna hijau kebiru-
Industri. limbah
(SiO2),
besi
biruan terlebih dahulu dicetak menjadi oksida
(Fe2O3),
natrium
tanah digambarkan dalam bentuk
oksida (K2O) serta kalsium oksida
kurva semi logaritmik, sedangkan
(CaO).
electroplating
untuk mengidentifikasikan susunan
mempunyai pH berkisar 6 – 8 dan
mineralogisnya dilakukan difraksi
mempunyai specific gravity antara
sinar X.
2,1 – 2,9.
3.1. Batas Atterberg
Limbah
Limbah electroplating
mempunyai kemampuan menyerap air yang cukup besar.
butiran
fisik
tanah
berbutir halus pada kadar air tertentu
3.Identifikasi tanah lempung
pada
Kedudukan
disebut
konsistensi.
Menurut
Atterberg
batas-batas
konsistensi
Sifat-sifat tanah bergantung
tanah berbutir halus tersebut adalah
ukuran
Besar
batas cair, batas plastis, dan batas
untuk
susut.
butirannya.
dijadikan
pemberian
nama
dasar
plastisitas
adalah
klasifikasi
selisih batas cair dan batas plastis (
tanah. Analisis butiran tanah adalah
interval kadar air pada kondisi tanah
persentase berat butiran pada satu
masih bersifat plastis), karena itu
unit
menunjukan sifat keplastisan tanah.
saringan
dan
Indeks
dengan
ukuran
diameter lubang tertentu. Distribusi ukuran untuk tanah berbutir halus
3.2.Pemadatan Pengujian
pemadatan
ditentukan dengan sedimentasi atau
dimaksudkan
untuk
mencari
hidrometer, distribusi ukuran butir
hubungan kadar air dan berat volume 4
serta mengevaluasi apakah tanah
Parameter kuat geser tanah
memenuhi persyaratan kepadatan.
diperlukan untuk analisis kapasitas
Berat volume tanah kering setelah
dukung tanah, stabilitas lereng, dan
pemadatan bergantung pada jenis
gaya perlawanan yang dilakukan
tanah, kadar air, dan usaha yang
oleh
diberikan oleh alat
pemadatnya.
desakan atau tarikan. Bila tanah
Karakteristik kepadatan tanah dapat
mengalami pembebanan maka akan
dinilai
ditahan oleh : kohesi tanah dan
dari
laboratorium
pengujian yang
standar
disebut
uji
butir-butir
tanah
terhadap
gesekan antara butir-butir tanah.
Proctor.
Salah satu cara untuk menentukan
3.3.Kuat Geser Tanah
kuat geser tanah di laboratorium adalah uji triaksial. kimiawi.
3.4.California Bearing Ratio Uji CBR digunakan untuk
Stabilisasi
mencampur
Fisis
bahan
yaitu tanah
menentukan nilai CBR dari suatu
berkarakterisktik jelek dengan tanah
tanah
berkarakteristik baik (gradasi yang
yang
dilakukan
laboratorium. Nilai
di
CBR adalah
bilangan
perbandingan
(
dalam
persen)
antara
tekanan
yang
lebih
baik).
adalah
Stabilisasi
usaha
mekanis
meningkatkan
kemampuan
geser
diperlukan untuk menembus tanah
sedangkan
stabilisasi
dengan piston berpenampang bulat
mengandalkan
seluas 3 inch2 dengan kecepatan
yang dapat mengurangi sifat-sifat
penetrasi 0,05 inch/menit terhadap
tanah yang kurang menguntungkan
tekanan
dan
yang
diperlukan
untuk
biasanya
dan
bahan
kohesi, kimiawi
stabilisator
disertai
dengan
menmbus sesuatu bahan standar
pengikatan terhadap butiran. Pada
tertentu.
stabilisasi kimiawi, salah satu bahan
3.5.Stabilisasi tanah lempung
campuran yang banyak digunakan
Secara
umum,
stabilisasi
adalah
kapur.
Kapur
sebagai
tanah dikelompokan menjadi tiga
stabilisator dapat berupa kapur tohor
bagian
(CaO) atau kapur padam (Ca(OH)2),
yaitu
stabilisasi
fisis,
stabilisasi mekanis dan stabilisasi 5
yang merupakan produk pembakaran
perubahan kimiawi dan atau fisik
batu kapur.
tanah, (4)
Metode pencampuran kapur untuk
stabilisasi
kimiawi
dapat
tanah,
(5)mengganti
Tujuan
sebagai berikut : tanah dicampur
penelitian
dengan
yang
dilakukannya
ini
adalah
untuk
suatu
tempat
mengevaluasi perubahan sifat fisis
ke
tempat
dan mekanis tanah lempung sebelum
pekerjaan, kapur dicampur dengan
dan sesudah ditambah dengan kapur
tanah pada lubang galian tanah lalu
maupun LE, dan untuk menentukan
diangkut ke tempat pekerjaan, atau
persentase campuran dari ketiga
tanah
tempat
bahan ini. Selain itu penelitian ini
pekerjaan, kemudian ditaburi kapur
bertujuan pula untuk mengetahui dan
dan dicampur.
mempelajari kecenderungan tentang
kemudian
di
tanah
buruk.
dilakukan dengan salah satu cara
kapur
menurunkan muka air
diangkut
dihamparkan
Menurut
di
(Bowles,1984),
gambaran
perubahan
berbagai
tindakan berikut : (1) meningkatkan
digunakan, dan untuk mengetahui
kerapatan
menambah
perbandingan hasil penelitian dengan
material yang tidak aktif, sehingga
penelitian sebelumnya. Agar dapat
meningkatkan kohesi atau tahanan
digunakan
gesek yang timbul, (3)menambahkan
lokasi
bahan
dilakukan di tempat yang sama.
agar
(2)
terjadi
perubahan-
sebagai
Bandung,
4.1. Bahan
Barat,
:
2. limbah
yang
pembanding,
pengambilan
4. METODOLOGI
Bahan yang digunakan adalah
campuran
uji
stabilisasi dapat terdiri dari salah satu
tanah,
variasi
hasil
sampel
Propinsi
Jawa
electroplating
dari
PT. PINDAD Bandung, 1. tanah lempung dari
desa
3. kapur padam
yang mudah
Cipamokolan,
Kecamatan
dijumpai di toko material
Rancasari,
Kotamadya
dengan merk tertentu yang
6
sudah dikemas dalam bentuk
tanah.
karung/zak,
dilakukan adalah :
4.
air
yang
tersedia
laboratorium
Adapun
uji
yang
di
a. uji kadar air, tujuannya
Mekanika
untuk menentukan kadar
Tanah Jurusan Teknik sipil
air
tanah
yaitu
Fakultas Teknik UGM.
perbandingan antara berat air yang terkandung dalam
4.2. Alat Alat yang digunakan adalah :
tanah dengan berat kering
1. alat utama : alat pemadatan,
yang
alat triaksial, 2. alat
dinyatakan
dalam
prosen ( ASTM D 2216-
bantu
:
cawan,
80),
timbangan, desikator, oven,
b. uji specific gravity tanah,
saringan, pisau perata, gelas
tujuannya
ukur, piknometer, hidrometer,
menentukan nilai specific
termometer,
gravity
groving
tool,
stop watch, air raksa, alat pengaduk, sieve
gelas
shaker,
tanah yang diuji
(ASTM D 854-91),
silindris,
c. uji
mangkok
Cassagrande, plat kaca, alat
untuk
batas
konsistensi
(ASTM D4318-84). 2. Uji utama yaitu :
vacuum.
a. pemadatan, mengacu pada ASTM D698-78, b. uji triaksial , mengacu pada ASTM D2850,
4.3. Prosedur 1. Uji pendahuluan, tujuannya
c. uji CBR , mengacu pada
untuk mengetahui sifat fisis
5.HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian mekanis
sifat
dilakukan
fisis
pada
dan
ASTM D1883-73,
10%, 15% terhadap berat kering tanah
lempung.
Uji
triaksial
tanah
dilakukan pada masa perawatan 3
lempung dengan prosentase LE 0%,
dan 7 hari dengan kadar air optimum,
3%, 5%, 7% dan kapur 0%, 5%,
uji CBR dilakukan dalam kondisi 7
direndam 4 hari dan tidak direndam
35% maka lempung bisa termasuk
pada variasi optimum berdasarkan
kriteria
hasil tertinggi uji triaksial perawatan
kandungan fraksi lempung (lolos
7 hari, ditambah dengan satu variasi
saringan No.200) > 95% dan batas
dibawah dan satu variasi diatas
cair > 60%, maka tanah memiliki
optimum.
derajat pengembangan yang sangat
5.1.Tanah lempung asli dan bahan
tinggi. Kandungan fraksi lempung
stabilisasi
yang diuji memiliki IP sebesar
ekspansif,
persentase
Kandungan mineral terbesar
39,28%, lolos saringan #200 sebesar
lempung asli yaitu Halloysite sebesar
95,49% dan batas cair sebesar
52,28% dan alpha kuarsa sebesar
70,56%
22,20%,
kandungan
pengembangan yang tinggi. Tanah
mineral kapur tidak dilakukan uji
bergradasi baik jika mempunyai
karena kapur bermineral calsite.
koefisien gradasi (Cc) antara 1 dan 3,
sedangkan
Hasil pengujian komposisi
maka
tanah
memiliki
dengan Cu lebih besar dari 6 untuk
kimia menunjukan bahwa unsur-
pasir,
unsur dominan pembentuk tanah
bergradasi sangat baik bila Cu > 15
adalah SiO2, Al2O3 dan hilang pijar
(Hardiyatmo,
yaitu
penelitian
masing-masing
sebesar
selanjutnya
tanah
disebut
1994).
Dalam
tanah
lempung
ini
53,33%, 18,34% dan 12,84%. Unsur
memiliki nilai Cc sebesar 0,74 dan
kimia utama pembentuk LE adalah
Cu sebesar 16. Walaupun menurut
Cr2O3, Al2O3 dan hilang pijar yaitu
kriteria koefisien keseragaman tanah
sebesar
dan
ini bergradasi baik, tapi karena tidak
25,38%. Sedangkan unsur kimia
memenuhi kriteria koefisien gradasi
pembentuk kapur adalah CaO dan
(Cc < 1), maka tanah ini termasuk
hilang pijar. Indeks plastisitas (IP)
bergradasi buruk.
dapat digunakan sebagai tolok ukur
undisturbed
awal
kadar air didapat yaitu sebesar
36,48%,
dalam
ekpansifitas dalam
mengidentifikasi
tanah.
Fathani
15,28%
Chen
(1975)
dan Adi
(1999)
memberikan kriteria apabila IP >
Dari sampel
dilakukan
pengujian
65,42%. Berdasarkan klasifikasi yang diberikan
Unified,
dari
hasil 8
pengujian batas cair diketahui tanah
sebesar 10,50. Uji triaksial yang
memiliki batas cair sebesar 70,56%
dilakukan pada sampel undisturbed
(> 50%), maka tanah termasuk dalam
menghasilkan nilai c sebesar 26,48
jenis OH (lempung organik dengan
kN/m2 dan sebesar 2,59. Uji CBR
plastisitas tinggi sampai sedang).
tanpa perendaman, dihasilkan nilai
Ditinjau
nilai
CBR sebesar 2,87%, sedangkan nilai
aktivitasnya, Skempton (1953) dalam
CBR dengan perendaman 4 hari
Ma’mun
yaitu
(1990)
dari
memberikan
1,66%
dengan
volume
kategori nilai aktivitas (A) > 1,25
pengembangan
adalah aktif, dari uji sifat fisisnya
sebesar
didapat aktivitas sebesar 2,18 maka
setempat
tanah termasuk kategori lempung
dengan perubahan yang tidak jauh
aktif.
berbeda pada nilai CBR saat kondisi Dari hasil uji pemadatan,
yang
3,67%. yang
Kekuatan termasuk
tanah rendah
terendam dan tak-terendam, juga
didapat kadar air optimum lempung
volume
pengembangan
asli yaitu sebesar 38,72% dan berat
gerakan
kembang
3
dihasilkan
dengan
yang
cukup
kering optimum sebesar 1,24 gr/cm ,
berpengaruh,
sedangkan dari uji triaksial didapat
salah satu penyebab ketidakstabilan
nilai c sebesar 116,79 kN/m2 dan
tanah dasar.
adalah
merupakan
9
Studi Literatur
Pengambilan Sampel: Tanah, Limbah Electroplating, Kapur
Uji Sifat Fisis & Mekanis (Lab. Mektan)
Uji Kimia & Mineral (Lab.BBIK,Lab.PPTM,Lab.Vulkanologi)
Pencampuran Bahan: Tanah, LE, Kapur
Limbah Electroplating 0%, 3%, 5%, 7%
Kapur 0%, 5%, 10%, 15%
Uji Pemadatan Diperoleh Wopt, dmax
PembuatanBenda Uji
Perawatan 3 & 7 hari
Uji Triaksial UU (diperoleh kadar campuran optimum)
Uji CBR Unsoaked
Uji CBR soaked 4 hari & Swelling
Analisis Hasil
Penulisan Laporan
Bagan Alir Rancangan Penelitian.
10
5.2. Tanah campuran 5.2.1.Indeks Plastisitas
Indek s P l asti si tas (%)
Ind ek s Plastisitas (%)
50 7% LE
40
5% LE
30
3% LE
20
0% LE
10 0 0
5
10
50 40
15% Kapur
30
10% Kapur 5% Kapur
20
0% Kapur
10 0
15
0
3
Penambahan kapur (%)
5
7
Penambahan LE (%)
Gambar 1. Grafik pengaruh penambahan kapur terhadap nilai indeks plastisitas.
Gambar 2. Grafik pengaruh penambahan LE terhadap nilai indeks plastisitas
Lol os saringan #200 (%)
120 7% LE
100
5% LE 80
3% LE
60
0% LE
40 20 0 0
5
10
120 100 15% Kapur
80
10% Kapur
60
5% Kapur
40
0% Kapur
20 0
15
0
3
Penambahan Kapur (%)
5
7
Penambahan LE (%)
Gambar 3. Grafik pengaruh penambahan kapur Terhadap prosentase lolos saringan #200
Gambar.4. Grafik pengaruh penambahan LE terhadap prosentase lolos saringan #200
3.2 3
7% LE
2.8
5% LE
2.6
3% LE
2.4
0% LE
2.2 2 0
5
10
15
Penambahan Kapur (%) Gambar 5. Grafik pengaruh penambahan kapur Terhadap nilai Gs
Grav i tas i K hus us (gr/c m3)
5.2.3. Gravitas Khusus (Gs) Gravitasi Kh usus (gm /cm3 )
Lol os saringan #200 (%)
5.2.2. Grain Size Analisys (Analisis distribusi ukuran butiran)
3,2 3
15% Kapur
2,8
10% Kapur
2,6
5% Kapur
2,4
0% Kapur
2,2 2 0
3
5
7
Penambahan LE (%) Gambar 6. Grafik pengaruh penambahan LE terhadap nilai Gs
11
5.2.4. Pemadatan
1.3
1.25
7% LE 5% LE
1.2
3% LE
1.15
0% LE
MDD (gr/c m3)
MDD (gr/c m3)
1.3
1.05
1.05
10
5% Kapur
1.15 1.1
5
10% Kapur
1.2
1.1
0
15% Kapur
1.25
0% Kapur
0
15
5
7
Penambahan LE (%)
Penambahan Kapur (%) Gambar 7. Grafik pengaruh penambahan kapur terhadap nilai MDD (max dry density)
Gambar 8. Grafik pengaruh penambahan LE terhadap nilai MDD
50
50 7% LE 5% LE
30
3% LE
20
0% LE
10
15% Kapur
40 OM C (%)
40 OMC (% )
3
10% Kapur
30
5% Kapur
20
0% Kapur 10
0
0 0
5
10
15
Penambahan Kapur (%) Gambar 9. Grafik pengaruh penambahan kapur terhadap nilai OMC
0
3
5
7
Penambahan LE (%) Gambar 10. Grafik pengaruh penambahan LE terhadap nilai OMC
12
5.2.5.Triaksial a. sudut gesek dalam
Gambar 11. Grafik pengaruh penambahan kapur terhadap nilai
Gambar 12. Grafik pengaruh penambahan LE terhadap nilai
250
Ni l ai K ohes i (k N/m 2)
Ni l ai K ohesi (kN/m2)
b) kohesi (c)
200 150 100 50 0 0% K
5% K
10% K
15% K
250 200 150 100 50 0 0% LE
Persentase Kapur
3% LE
5% LE
7% LE
Persentase LE
0% LE 3 hari
3% LE 3 hari
5% LE 3 hari
7% LE 3 hari
0% Kapur 3 hari
5% Kapur 3 hari
10% Kapur 3 hari
15% Kapur 3 hari
0 % LE 7 hari
3% LE 7 hari
5% LE 7 hari
7% LE 7 hari
0% Kapur 7 hari
5% Kapur 7 hari
10% Kapur 7 hari
15% Kapur 7 hari
Gambar 13. Grafik pengaruh penambahan kapur terhadap nilai c
Gambar 14. Grafik pengaruh penambahan LE terhadap nilai c
13
5.2.6. California Bearing Ratio (CBR)
30 Tidak direndam
Harga CBR (%)
25
direndam 4 hari
20 15 10 5 0 0%LE + 0% K
3%LE + 10% K
5% LE + 10%K
7% LE + 10%K
Variasi Campuran
Gambar 15. Grafik pengaruh variasi campuran terhadap nilai CBR
Gambar 16. Grafik pengaruh variasi campuran terhadap volume pengembangan
6. KESIMPULAN & SARAN
Penurunan
indeks
plastisitas
6.1. Kesimpulan
tanah pada penambahan kadar
Berdasarkan hasil penelitian
LE 0%; 3%; 5%; 7%; adalah
dan pembahasan diperoleh hasil
berturut-turut sebesar 39,28%;
sebagai berikut ini.
33,36%; 34,05%; 34,36%.
1. Hasil pengujian batas Atterberg
2. Dari uji analisis distribusi ukuran
dari tanah yang dicampur bahan
butiran diperoleh hasil sebagai
stabilisasi
berikut
penurunan seiring
menunjukan indeks
dengan
plastisitas
bertambahnya
ini.
Seiring
dengan
penambahan kadar kapur yang semakin
besar
menjadikan
kadar kapur. Penurunan indeks
kandungan fraksi halus dalam
plastisitas
lempung
tanah
pada
semakin
menurun.
penambahan kadar kapur 0%;
Akibat kegiatan pertukaran ion
5%; 10%; 15% adalah berturut-
yang
turut sebesar 39,28%; 11,67%;
aglomerasi-flokulasi, maka tanah
9,61%; 6,54%, demikian juga
campuran
dengan penambahan LE pada
ukuran
lempung maka indeks platisitas
dibandingkan distribusi ukuran
mengalami
lempung asli. Begitu juga dengan
penurunan.
diikuti
memiliki
yang
lebih
peristiwa
distribusi beragam
14
pertambahan kadar LE maka
yaitu 1,13 gr/cm3, sedangkan
kandungan fraksi halus dalam
nilai MDD tertinggi diperoleh
lempung
menurun.
pada tanah campuran dengan
Berikut adalah nilai kandungan
prosentase kapur 5% tanpa LE
fraksi halus dalam lempung yang
yaitu 1,27 gr/cm3. Bertambahnya
ditambahkan kapur sebesar 0%;
kadar kapur maupun kadar LE,
4%; 10%; 15% adalah berturut-
tidak
turut sebesar 95,49%; 61,85%;
perubahan yang signifikan pada
28,99%;
nilai OMC.
penurunan
semakin
19,95%
sedangkan
kandungan
fraksi
menunjukan
adanya
Pada kadar kapur
sebesar 5%, lempung campuran
halus pada tanah lempung yang
mengalami
ditambahkan LE sebesar 0%;
namun pada kadar kapur 10%
3%; 5%; 7% adalah sebesar
dan
95,49%;
campuran
93,68%,
93,05%;
92,07%.
penurunan
15%
pada terjadi
OMC
lempung peningkatan
OMC.
3. Tanah lempung yang dicampur
5. Hasil dari uji triaksial, akibat
dengan kapur maupun LE tidak
kegiatan pertukaran ion yang
menunjukan adanya perubahan
diikuti
nilai
Nilai
flokulasi maka tanah campuran
gravitasi khusus tertinggi didapat
mengalami perubahan terhadap
dari variasi campuran dengan
nilai sudut gesek dalam () dan
kadar LE 7% dan kapur 5% yaitu
nilai
3,12.
undisturbed menghasilkan nilai c
gravitasi
khusus.
peristiwa
kohesi
(c).
aglomerasi-
Lempung
standar
sebesar 26,48 kN/m2 dan nilai
memperlihatkan
sebesar 2,590. Pada perawatan 3
penurunan nilai Maximum Dry
hari, nilai c tertinggi dihasilkan
Density
akibat
pada variasi campuran 3% LE +
penambahan kapur maupun LE.
5% kapur yaitu 171,72 kN/m2,
Nilai MDD terendah dihasilkan
sedangkan nilai sebesar 26,54o
pada variasi campuran dengan
dihasilkan pada variasi campuran
kadar LE 5% dan kapur 15 %
3% LE + 10% kapur. Pada
4. Dari
uji
Proctor
pemadatan
(MDD)
15
perawatan 7 hari, nilai c terbesar yaitu 235,31 kN/m
2
dihasilkan
8. Pada uji sifat fisis dan mekanis tanah
campuran,
dapat
pada variasi campuran 5% LE +
disimpulkan bahwa pengaruh LE
10% kapur, sedangkan nilai
kurang
terbesar dihasilkan pada variasi
dengan pengaruh kapur terhadap
campuran 7% LE + 10% kapur
tanah campuran. LE disini hanya
yaitu 30,15o. Berdasarkan nilai c
berfungsi sebagai filler (pengisi).
signifikan
dibanding
dan tertinggi dari uji triaksial pada perawatan 7 hari, diperoleh
6.2. Saran
variasi campuran optimum yaitu
1. Untuk
melengkapi
hasil
campuran dengan kadar kapur
triaksial
10% dan kadar LE antara 5%
penambahan variasi kadar kapur
sampai 7%.
ataupun
6. Pada uji CBR, nilai CBR terbesar ditemukan pada variasi campuran 3% LE + 10% kapur yaitu sebesar
swelling
2. Diharapkan
dapat
dilakukan
nilai CBR dan kuat geser yang lebih baik.
mengalami
3. Sebaiknya bahan stabilisasi yang
dengan
digunakan banyak terdapat di
digunakan.
lempung
ditambahkan
perawatan.
stabilisasi lain agar diperoleh
seiring
sebesar
masa
12,37%
CBR,
yang
variasi
dan
bertambahnya kadar kapur atau LE
serta
penelitian lanjutan dengan bahan
7. Nilai swelling yang dihasilkan
penurunan
penambahan
LE
tanpa
direndam 4 hari.
uji
kadar
dilakukan
20,25%
perendaman
dari
perlu
uji
asli
3,67%, dengan
Nilai yaitu
daerah sekitar (bahan lokal). 4. Perlu ketelitian yang lebih baik dalam
pengujian
sifat
fisis
setelah
maupun mekanis pada tanah
bahan
lempung agar didapat hasil yang
tambah mengalami penurunan
akurat.
nilai CBR menjadi 0,01% pada
5. Perlu adanya penelitian lebih
variasi 5% LE + 10% kapur dan
lanjut, misalnya uji triaksial CD
7% LE + 10% kapur.
dan
permeabilitas,
untuk 16
mengetahui
prilaku
pemendekan
contoh
tanah
hidromekanik tanah, sehingga
undisturbed pada saat pencetakan
didapatkan informasi yang cukup
benda
untuk
dorongan
pengembangan
selanjutnya. 6. Perlu
juga
kemungkinan
uji
triaksial as
pada
akibat saat
mengeluarkan sampel dari dalam diteliti
mengenai
tabung pemotong.
terjadinya
17
DAFTAR PUSTAKA Adriani, 1995, Studi Pengaruh Pencampuran Tras Dengan Kapur, Elektroplating Dan Limbah Kimia Farma (Ampas Kina) Terhadap Kuat Tekan Bebas, Tesis Jurusan Teknik Sipil ITB, Bandung Anonim, 1997, Annual Book of ASTM, Section 4. 08, Philadelphia, USA. Anonim, 1998, Panduan Praktikum Mekanika Tanah Bagian I & II, JTS FT UGM, Jogjakarta. Basudewo,H.H., 1997, Studi Pengaruh Campuran Limbah Elektroplating dan Fly Ash Terhadap Kuat Tekan Bebas Pada Lempung Bandung, Tesis Jurusan Teknik Sipil ITB, Bandung. Bowles, J.E., 1984, Physical and Geotechnical Properties of Soil, Mc Graw-Hill, USA. Craigh, R.F., 1987, Mekanika Tanah, Edisi 4 Erlangga, Jakarta. Das, B.M., 1985, Principles of Geotechnical Engineering, PWS Publisher, Boston. Fathani, T.F., dan Adi, D.A., 1999, Perbaikan Sifat Lempung Expansif dengan Penambahan Kapur, Prosiding Seminar Nasional Geoteknik, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UGM, Jogjakarta. Hardiyatmo, H.C., 1994, Mekanika Tanah I & Mekanika Tanah II, PT. Gramedia Pustaka Umum, Jakarta. Hutasoit, S.S., 1999, Studi Pengaruh Campuran Limbah Electroplating dan Fly Ash Terhadap Uji Triaksial Pada Lempung Bandung, Tesis Program Pascasarjana Teknik Sipil ITB, Bandung. Lashari, 2000, Pengaruh Campuran Kapur dan Bubuk Bata Merah Pada Sifat Mekanis Tanah Lempung Grobogan, Tesis Program Pascasarjana Teknik Sipil UGM, Yogyakarta. Ma’mun, 1990, Stabilisasi Lempung Bandung Menggunakan Kapur dan Campuran Bahan Kimia, Tesis Program Pascasarjana Teknik Sipil ITB, Bandung. Ingles, O.G dan Metcalf, J.B., 1972, Soil Stabilization Principles and Practice, Butterworths Pty. Limited, Melbourne.
18