Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 36 No. 1 : 113 - 122 (Januari 2016)
ISSN 0852 -2626
PEMANFAATAN LIMBAH BABI BIBIT SEBAGAI PENGHASIL BIOGAS Efrad J. Takarenguang*, Jeanette E.M. Soputan, Vonny R. W. Rawung, Jerry A.D. Kalele Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado, 95115
konvensional seperti minyak tanah dan kayu bakar.
ABSTRAK Penelitian ini telah dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji pemanfaatan limbah babi bibit sebagai biogas. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif. Variabel penelitian yang diamati meliputi volume gas, temperatur dan pH. Hasil penelitian selama 31 hari menunjukkan bahwa total volume biogas yang diperoleh adalah 151842 ml. Dari data hasil penelitian diperoleh rata-rata temperatur di luar digester adalah 31oC sedangkan ratarata temperatur di dalam digester 29oC. Nilai rata-rata pH hasil penelitian ini berkisar antara 6-7. Gas yang dihasilkan dalam penelitian ini selanjutnya dilakukan dua kali pengujian. Pengujian pertama, gas belum dapat dinyalakan, karena gas yang ada di dalam tong penampungan masih tercampur dengan berbagai jenis gas yang lainnya seperti CO2 dan Hydrogen Sulfida. Pengujian kedua, ternyata gas yang dihasilkan dapat menyala dengan konstan dan berwarna biru terang. Selanjutnya biogas diaplikasikan untuk memasak selama 34 menit. Dari hasil pengujian untuk mendidihkan air sebanyak 2 liter, membutuhkan waktu 16 menit dan gas yang dipakai sebanyak 64037 ml. Selanjutnya, untuk memasak dua butir telur membutuhkan waktu memasak selama 8 menit dan gas yang dipakai sebanyak 25747 ml, sedangkan untuk memasak dua bungkus mie instan membutuhkan waktu memasak selama 10 menit dan gas yang dipakai sebanyak 53474 ml. Kesimpulan dari penelitian ini adalah limbah ternak babi bibit dapat menghasilkan biogas yang dapat digunakan untuk memasak dan dapat menggantikan sumber energi
Kata Kunci : babi bibit, limbah, biogas ABSTRACT UTILIZATION OF BREEDING PIGS WASTE AS BIOGAS. This research has been conducted with the aim to examine the utilization of breeding pigs wastes as biogas. This research uses descriptive analysis which gas volume, temperature and acidity (pH) as the observed variables. Result of 31 days research shown that obtained total biogas volume was 151842 ml. Average temperature of outer digester was 31oC while the average temperature of inner digester was 29oC. The average of acidity (pH) in this research ranged between 6-7. Then the resulting gas passed through twice testing. The first testing shown that the resulting gas has not been able to produce fire yet because biogas is mixed with another types of gases such as CO2 and hydrogen sulfide. The second testing shown that the resulting gas can be lit with a constant and bright blue fire. Then biogas was applied to cook for 34 minutes. The results shown that to boiling 2 liters of water takes 16 minutes and spends 64037 ml of gas. Boiling 2 eggs takes 8 minutes and spends 25747 ml of gas while boiling 2 packages of instant noodles takes 10 minutes and spends 53474 ml of gas. As a conclusion of this research, waste of breeding pigs can produced biogas that can be use to cook and replace the conventional energy sources such as kerosene and firewood. Keywords: breeding pigs, wastes and biogas
*Korespondensi (corresponding author): Email:
[email protected]
113
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 36 No. 1 : 113 - 122 (Januari 2016)
peternakan
PENDAHULUAN
peternakan
yang
menata
cukup
babi
dapat
ternak
tidak sedikit dan memiliki potensi yang
usaha
cukup besar untuk menghasilkan biogas
peternakan babi, harus diingat dampak
jika dikelolah dengan baik. Selain itu rasio
negatifnya terhadap lingkungan hidup.
yang
disamping
C/N feses ternak babi 25. Kondisi ini sangat baik untuk perkembangan dan aktifitas
mengoptimalkan produksi dan benefit,
pencemaran
Penelitian ini telah dilakukan untuk mengetahui
pemanfaatan limbah ternak babi bibit
pencemaran lingkungan.
biogas sebagai energi alternatif untuk
positif
terhadap
perkembangan
biogas
yang
ternak babi bibit dan mengurangi resiko
multiplier effect. Selain menghasilkan
memberikan
produksi
dihasilkan melalui pemanfaatan limbah
sebagai penghasil biogas memberikan
juga
pembentuk
dalam proses pembuatan biogas.
lingkungan.
Penerapan teknologi tepat guna dalam
memasak,
mikroorganisme
metan jika digunakan sebagai bahan isian
juga melibatkan pengendalian limbah dan pencegahan
berjumlah
tersebut tentunya limbah yang dihasilkan
sehingga menuai protes dari warga sekitar.
terpadu
Indonesia
setiap hari. Berdasarkan data populasi
limbah usahanya ke sungai dan danau
perencanaan
di
badan 90-120 kg dapat mencapai 5,30 kg
usahanya, bahkan ada yang membuang
dipikirkan
babi
dihasilkan oleh babi bibit dengan bobot
mengabaikan penanganan limbah dari
perlu
ramah
populasi 332.942 ekor. Limbah yang
penyakit) karena sebagian besar peternak
itu,
yang
berada di urutan ke tujuh dengan jumlah
lingkungan (bau, gas beracun, dan hama
karena
babi
6.183.550 ekor dan daerah Sulawesi Utara
gangguan ekosistem seperti pencemaran
Oleh
ternak
Sulawesi Utara tahun 2010, total populasi
masalah
mengembangkan
pemeliharaan
Menurut data statistik provinsi
peternakan babi terutama pada penanganan
Dalam
sistem
lingkungan.
manajemen yang kurang baik dari usaha
menyebabkan
kembali
budidaya
sebagai penyedia protein hewani, namun
dapat
Teknologi
ternak babi di pedesaan ke arah usaha
memberikan
manfaat yang besar dilihat dari perannya
limbah
Indonesia.
ternak babi, terutama sistem pemeliharaan
potensial untuk dikembangkan. Usaha peternakan
di
sederhana biogas juga diharapkan dapat
Ternak babi merupakan salah satu komoditas
ISSN 0852 -2626
dampak usaha
114
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 36 No. 1 : 113 - 122 (Januari 2016)
1. Pembuatan Tabung Pencerna
MATERI DAN METODE
PENELITIAN
dirangkai dengan cara dilas. Kedua
pada bulan Agustus sampai September 2015,
bertempat
di
drum
Balai
harus
dibersihkan
dan
sebaiknya dicat. Caranya, drum
Pengembangan Bibit dan Pakan Ternak
pertama dibuka salah satu tutupnya
Provinsi Sulawesi Utara. Analisis bahan pakan
Tabung ini dibuat dari dua drum besar berukuran 200 liter, yang
Penelitian ini telah dilaksanakan
tahun
ISSN 0852 -2626
(bagian yang ada bekas pemasukan
dilakukan di Laboratorium Ilmu
minyak). Drum kedua dipotong
dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan,
separuh salah satu tutupnya (bagian
Institut Pertanian Bogor. Bahan utama
yang
yang digunakan dalam penelitian ini
ada
bekas
pemasukan
minyak).
adalah 136 kg limbah babi bibit dan air.
Peralatan yang digunakan adalah digester
Tepat di sisi tutup yang masi utuh pada kedua drum dibuat lubang
tipe horisontal, meteran, thermometer
dengan diameter 5 cm.
batang air raksa 100oC, kertas indikator
pH, kompor biogas, slang plastik untuk
Pada posisi atas drum yang tutupnya
mengalirkan gas, bambu penyangga tong
terbuka dibuat lubang (berlawanan
penampungan, sapu lidi, skep, ember
dengan posisi lubang berdiameter 5
plastik, gayung, dan timbangan kapasitas
cm) berdiameter 1,5 cm.
10 kg. Model
analisis
dipergunakan
yaitu
yang
cara dilas. Kedua lubang yang telah
deskriptif
dibuat (diameter 5 cm) harus tepat
data
analisis
Kedua drum dihubungkan dengan
di posisi dasar.
(Jogianto, 2008). Variabel yang diamati
dalam penelitian ini adalah volume gas,
Dilanjutkan dengan penyambungan
temperatur, nilai pH dari limbah babi bibit
pipa pemasukan isian sepanjang 60
setelah mengalami proses fermentasi di
cm yang di atasnya telah dilengkapi
dalam digester.
corong pada salah satu lubang dengan membentuk sudut 30°, lalu dilas.
Pembuatan Alat Penghasil Biogas Cara
pembuatan
alat
Untuk
kedudukanya,
penghasil
memperkuat perlu
ditopang
biogas di bagi dalam dua bagian mengacu
dengan plat baja. Begitu juga
pada Soputan (2012) :
dengan pipa pengeluaran buangan.
115
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 36 No. 1 : 113 - 122 (Januari 2016)
2. Pembuatan tabung pengumpul gas
pemasukkan isian. Pada pengisian
Tabung pengumpul gas terbuat dari
pertama, kran pengeluaran gas yang
satu unit drum besar (200 liter) yang
ada pada alat pencerna sebaiknya tidak
tidak bocor, dan satu unit drum
disambungkan dulu ke pipa. Kran
yang lebih besar yang terbuat dari
tersebut dibuka agar udara dalam alat
plateser.
pencerna terdesak keluar sehingga
Drum besar (200 liter) dibuka salah
proses pemasukan lumpur kotoran
satu tutupnya (bagian yang ada
lebih
lubang bekas pemasukan minyak).
dihentikan setelah tabung pencerna
Demikian
plateser
penuh, yang ditandai dengan keluarnya
dibuat terbuka salah satu tutupnya
buangan dari pipa buangan. Setelah
dan dicat.
tabung pencerna penuh, kran pengatur
pula
dengan
Pemasukan
isian
gas yang ada pada tabung pencerna
dibuat dua lubang berdiameter 1,5
ditutup dan biarkan digester memulai
cm.
proses fermentasi.
Buka
kran
pengeluaran
gas
dan
pipa
hubungkan dengan pipa pemasukan
berdiameter 1,5 cm dengan cara
gas tabung pengumpul dengan selang
dilas. Satu pipa untuk pemasukan
karet atau plastik yang telah disiapkan.
lubang
tersebut
dua
gas dari tabung pencerna dan satu
Masukkan air kedalam drum besar
lagi yang telah dilengkapi dengan
tabung
kran untuk pengeluaran gas.
ketinggian sekitar 60 cm.
Sebagai Penghasil Biogas Pembuatan
isian
pengumpul
gas
sampai
Masukkan pula drum kecil kedalam drum besar yang telah diisi air.
Proses Pengolahan Limbah Babi Bibit
Tutup kran pengeluaran gas tabung pengumpul gas.
dengan
mencampurkan kotoran ternak segar
mudah.
Pada tutup drum besar (200 liter)
Kemudian sambungkan pada kedua
ISSN 0852 -2626
Setelah 3-4 minggu, biasanya gas
dengan air, perbandingan 1:1. Aduklah
pertama mulai terbentuk yang ditandai
kotoran
dengan
sampai
merata
sambil
terangkatnya
drum
kecil
membuang benda-benda keras yang
tabung pengumpul gas. Gas pertama
mungkin ikut tercampur.
ini perlu dibuang, dengan membuka
Masukkan
isian
yang
telah
kran
siap
pengeluaran
gas
tabung
pengumpul, karena gas didominasi
kedalam tabung pencerna melalui pipa 116
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 36 No. 1 : 113 - 122 (Januari 2016)
ISSN 0852 -2626
oleh gas CO2. Setelah gas pertama
menandakan
terbuang habis yang ditandai dengan
dihasilkan. Hal ini karena
turunnya
kecil
bekerja pada awal proses fermentasi yaitu
pengumpul gas ke posisi semula, kran
bakteri hidrolitik yang memecah bahan
pengeluaran
kembali.
organik menjadi gula dan asam amino
terjadi
yang akan menjadi bahan makanan untuk
permukaan
gas
Beberapa
hari
kenaikan
tong
drum
ditutup kemudian
penampungan
gas
belum
ada
gas
yang
yang aktif
bakteri pada proses selanjutnya.
selanjutnya setiap kenaikan per hari
Pembentukan gas mulai terlihat
diukur dengan menggunakan rumus
pada
waktu
retensi
hari
ke-5
dan
silinder.
mengalami peningkatan yang signifikan hingga hari ke-14, selanjutnya pada hari ke-15 sampai hari ke-17 terjadi penurunan
HASIL DAN PEMBAHASAN
produksi gas. Penurunan produksi gas
Volume Biogas
karena kran pengeluaran gas pada tong Hasil pengukuran volume biogas dari limbah babi bibit disajikan
penampungan dibuka dengan tujuan untuk
pada
mengeluarkan berbagai jenis gas yang
Gambar 1.
masih
Pada Gambar 1 menunjukkan bahwa pada
penampungan yang menyebabkan gas
waktu retensi hari ke-1 sampai hari ke-4
tidak menyala. Selanjutnya gas baru
tong penampungan gas belum terangkat itu
terbentuk pada waktu retensi hari ke-17
tercampur
di
dalam
tong
160000 140000 120000 100000
Volume Gas (ml)
80000 Volume Gas
60000 40000 20000 0 1
3
5
7
9
11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
Hari Ke-
Gambar 1. Produksi biogas setiap hari
117
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 36 No. 1 : 113 - 122 (Januari 2016)
dan mencapai puncaknya pada waktu
ISSN 0852 -2626
Temperatur
retensi hari ke-28 dengan tinggi tong
Data hasil pengukuran temperatur
penampungan gas 57,5 cm dan volume gas
digester disajikan dalam Gambar 2. Hasil
151842 ml dan mengalami penurunan
pengamatan suhu udara dipagi hari pada
sampai pada waktu retensi hari ke-31.
pukul 08.00 berkisar antara 290C-310C
lambat
dengan suhu rata-rata 300C lebih rendah
disebabkan oleh pembentukan buih pada
jika dibandingkan dengan suhu udara
permukaan di dalam digester yang dapat
disore hari pada pukul 16.00 yaitu antara
menghambat produksi gas atau gas yang
270C-320C dengan suhu rata-rata 300C
dihasilkan kurang (Sihombing
tetapi cenderung mengalami penurunan
Produksi
biogas
yang
et al.,
1997). Setelah mancapai puncak produksi
pada hari ke-8 sampai pada hari ke 10.
gas akan terjadi penurunan secara gradual.
Gambar tersebut juga menunjukkan
Hal ini di sebabkan oleh penurunan
bahwa suhu dalam digester sore hari pada
aktivitas bakteri anaerob, dengan adanya
pukul
penurunan bahan organik yang telah
dengan suhu rata-rata 290C lebih tinggi
mengalami degradasi menjadi komponen
jika dibandingkan dengan suhu pagi hari
lain (Hadi, 1980 dalam Utomo dan
pada pukul 08.00 yang terjadi fluktuasi
Wahyuningsih, 2010).
yaitu antara 270C-290C dengan suhu rata-
16.00
yaitu antara 270C-310C
rata 280C. Hasil Penelitian menunjukkan
33 32 31
0C
30
Suhu Luar Digester Pagi
29
Suhu Dalam Digester Pagi
28
Suhu Luar Digester Sore
27
Suhu Dalam Digester Sore
26 25 24 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Gambar 2. Suhu rata-rata harian 118
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 36 No. 1 : 113 - 122 (Januari 2016)
ISSN 0852 -2626
bahwa rataan suhu dalam digester belum
bio (Hadi, 1980 dalam Utomo dan
mencapai suhu optimum tetapi masih
Wahyuningsih, 2010).
berada
pada
kisaran
temperatur
pencernaan anaerobik pada suhu 5 – 550C
Derajat Keasamaan (pH)
(Hambali et al., 2007). Sedangkan suhu optimum
untuk
menghasilkan
Hasil
pengukuran
pH
dengan
biogas
menggunakan kertas pH indikator berkisar
adalah 350C dimana pada suhu ini bakteri
antara 6,0 - 7,0. Jika dibandingkan dengan
methanogenik bekerja optimal (Haryati,
penelitian sebelumnya maka nilai pH yang
2006).
diperoleh dapat dikatakan layak untuk Data yang diperoleh menunjukkan
proses fermentasi. Hasil pengamatan pada
bahwa suhu digester sore hari pada hari
awal penelitian menunjukkan nilai pH
ke-2 sampai hari ke-7, hari ke-10 sampai
berada
dibawah
pH
optimum
yaitu
hari ke-12 dan hari ke-14 sampai hari ke-
berkisar
antara
4-5,
hal
yang
17 cenderung mengalami peningkatan.
menyebabkan pembentukan biogas di awal
Peningkatan
telah
proses fermentasi berjalan lambat karena
terjadi proses dekomposisi bahan organik,
kondisi pH tersebut tidak memungkinkan
yang akan menghasilkan gas metan,
untuk aktifitas bakteri metanogen. Nilai
karbon-dioksida,
gas
pH sangat mempengaruhi kualitas biogas
lainnya. Suhu digester yang fluktuatif
yang dihasilkan sebagaimana dinyatakan
disebabkan karena digester diletakkan di
Beni et al., dalam Mara dan Alit (2011),
tempat terbuka, sehingga suhu udara pada
bahwa
siang
mempengaruhi
dan
suhu
menunjukkan
dan
malam
sejumlah
hari
sangat
salah
satu kualitas
ini
faktor
yang
biogas
yang
mempengaruhi perubahan suhu di dalam
dihasilkan adalah kadar pH bahan isian,
digester, sehingga proses metanogenesis
kadar pH tersebut dipengaruhi kandungan
tidak optimal (Saseray et al., 2012). Selain
air yang ada dalam bahan isian. Produk
itu, menurut Patel dan Madamwar (2002)
utama yang dihasilkan jika nilai pH yang
perubahan suhu memiliki kompensasi
terlalu tinggi adalah CO2. Nilai pH
yang
bakteri
optimum yaitu antara 7-7,2 apabila pH
anaerob. Produksi gas bio akan menurun
turun akan menghambat pembentukan gas
akibat
yang
yang dapat mengakibatkan penurunan
mendadak dalam digester dan perubahan
volume biogas. Saseray et al. (2012)
besar
terhadap
perubahan
kinerja
temperatur
0
temperatur yang tiba-tiba melebihi 3 C
menyatakan, bakteri-bakteri metanogenik
akan mempengaruhi proses produksi gas
sangat peka terhadap derajat keasaman
119
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 36 No. 1 : 113 - 122 (Januari 2016)
ISSN 0852 -2626
sehingga pada kondisi pH yang tidak
pengujian gas yang dihasilkan belum dapat
optimal dapat mempengaruhi produksi gas
dinyalakan, hal ini diduga karena gas yang
metan yang dihasilkan. Sejalan dengan
ada di dalam tong penampungan masih
pernyataan Sihombing (1997) jika pH di
tercampur dengan berbagai macam gas
bawah optimum akan terjadi akumulasi
seperti hidrogen sulfida, kandungan air,
amoniak
meracuni
kandungan karbondioksida dan gas masih
mikroorganisme apabila diatas pH optimal
tercium seperti bau belerang (Simamora et
akan menghambat perkembangan dan
al., 2006). Volume gas yang tinggi belum
aktifitas
tentu mengandung konsentrasi gas metan
yang
dapat
mikroorganisme
pembentuk
metan.
yang tinggi sehingga perlu dilakukan pengujian terhadap konsentrasi gas metan yang dihasilkan (Saseray et al., 2012).
Aplikasi Penggunaan Biogas Data hasil aplikasi penggunaan biogas disajikan dalam Tabel 1. Hasil
Pengujian yang kedua, aplikasi
pengamatan selama 31 hari, terjadi 2 kali
biogas untuk memasak dilakukan pada saat
tong penampungan mencapai maksimum
volume tong penampung gas mencapai
dan 2 kali dilakukan pengujian gas.
maksimum yaitu pada ketinggian 57,5 cm
Pengujian
dengan
dengan volume gas 151842 ml. Pengujian
membuka penuh kran pengeluaran gas.
dilakukan menggunakan kompor khusus
Pengujian gas ini dilakukan pada saat
untuk biogas, ternyata gas yang dihasilkan
volume tong penampung gas mencapai
dapat
ketinggian 48,8 cm dengan volume gas
berwarna biru terang. Hasil pengamatan
128868
untuk
pertama
ml.
dilakukan
Hasil
perhitungan
menyala
dengan
mendidihkan
konstan
dua
liter
dan
air
menunjukkan 3 menit 40 detik waktu yang
membutuhkan waktu selama 16 menit dan
diperlukan
gas sebanyak 64037 ml. Untuk dua butir
tong
penampungan
untuk
kembali ke posisi semula. Dari hasil
telur
membutuhkan
waktu
memasak
Tabel 1. Volume biogas dan waktu memasak Jenis Kegiatan Memasak Air Telur Goreng Mie Kuah Total
Banyak Bahan 2 liter air 2 butir 2 bungkus
Biogas (ml) 64037 25747 53474 143260.1
120
Waktu (menit) 16 8 10 34
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 36 No. 1 : 113 - 122 (Januari 2016)
ISSN 0852 -2626
Tabel 2. Perbandingan Penggunaan Biogas, Kayu bakar dan Minyak tanah Bahan Bakar Biogas Minyak tanah Kayu bakar
Volume Air 2 liter 2 liter 2 liter
Waktu (menit) 16 15 11
Volume Bahan Bakar 64037 ml 280 ml 0,5kg
Harga (Rp) 4200 1800
selama 8 menit dan gas yang dipakai
lebih lama dengan menggunakan biogas,
sebanyak 25747 ml, sedangkan untuk
dapat disebabkan oleh lubang kompor
memasak
biogas yang digunakan kecil. Kompor
dua
bungkus
super
mie
membutuhkan waktu 10 menit dan gas
minyak
yang dipakai sebanyak 53474 ml. Total
memasaknya
lama nyala api yang diperoleh adalah 34
biogas, hal ini dapat disebabkan juga
menit dan gas yang terpakai sebanyak
lubang kompor lebih besar. Penggunaan
143260 ml. Gas yang masih terisisa dalam
kayu bakar adalah yang tercepat dari pada
tong setelah digunakan sebanyak 8582 ml.
menggunakan biogas dan minyak tanah.
Lama nyala api dan waktu yang diperlukan
Hal ini dapat disebabakan sebaran panas
untuk memasak serta banyaknya gas yang
lebih luas. Hasil aplikasi penggunaan
terpakai tergantung dari besar kecilnya
biogas
kran pengeluaran ketika dibuka pada saat
diperlukan
penggunaan
dengan minyak tanah dan kayu bakar sama
gas.
Perbandingan
penggunaan biogas, minyak tanah dan
2
menunjukkan
dari
untuk
pada
memasak
lebih
lama
cepat
waktu
pengguanaan
waktu
yang
dibandingkan
Efisiensi dari penggunaan biogas ini
untuk
dapat dihitung berdasarkan hasil konversi
memasak dua liter air, menggunakan
dengan minyak tanah dan kayu bakar
biogas membutuhkan waktu yang paling
(Tabel 2). Gas yang dipakai untuk
lama
memasak
memasak 2 liter air adalah 64037 ml. Jika
menggunakan minyak tanah membutuhkan
disetarakan dengan pemakaian dengan
waktu 15 menit 34 detik dan menggunakan
minyak tanah untuk memasak 2 liter air
kayu bakar lebih cepat waktu yang
adalah 280 ml, harga minyak tanah untuk
diperlukan yaitu 11 menit 13 detik.
280 ml adalah Rp 4200. Pemakaian kayu
yaitu
16
bahwa
lebih
seperti yang dilakukan Kota (2009).
kayu bakar disajikan dalam Tabel 2. Pada Tabel
tanah
menit,
Dari hasil penelitian ini, waktu yang diperoleh
untuk
memasak
bakar untuk memasak 2 liter air adalah 500
dengan
gram (0,5 kg), harga 500 gram kayu bakar
menggunakan biogas lebih lama. Soputan
adalah Rp 1800.
(2012) menyatakan bahwa waktu yang 121
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 36 No. 1 : 113 - 122 (Januari 2016)
Patel, H. and D. Madamwar. 2002. Effects of temperatur and organic loading rates on biomethanation of acidic petrochemical wastewater using an anaerobic ufplow fixed-film reactor. J. Biortech. 82: 65-71.
KESIMPULAN Limbah ternak babi bibit pada penelitian ini dapat menghasilkan biogas sebanyak
151842
ml
dengan
waktu
memasak selama 34 menit.
Saseray D., S. Triatmojo, A. Pertiwiningrum. 2012. Pemanfaatan feses babi (Sus sp) sebagai sumber gas bio dengan penambahan ampas sagu (Metroxylon sp) pada taraf rasio C/N yang berbeda. Buletin Peternakan Vol. 36 (3): 66-74
DAFTAR PUSTAKA Hambali E., S. Mujdalipah, T. Halomoan, W. Pattiwiri dan R. Hendroko. 2007. Teknologi Bioenergi. Andromedia. Bogor.
Sihombing, D. T. H. 1997. Ilmu Ternak Babi. Gadja Mada University Press. Yogyakarta
Haryati, T. 2006. Limbah peternakan yang menjadi sumber energi alternatif. Balai Penelitian Ternak. WARTAZOA Volume 16 No. 3.
Simamora, S. Salundik, S. Wahyuni, Surajudin. 2006. Membuat Biogas Dari Kotoran Ternak. Cet. 5. Agromedia Pustaka. Jakarta.
http://kalteng.litbang.pertanian.go.id
Jogianto. 2008. Analisa dan Desain. Edisi VI. Penerbit Andi. Yogyakarta. Kota,
ISSN 0852 -2626
Soputan, J. 2012. Pola Integrasi Ternak Babi Dengan Tanaman Ubi Jalar Yang Berwawasan Lingkungan di Minahasa. Disertasi. Program Pascasarjana, IPB. Bogor.
P.R. 2009. Pengembangan Teknologi Biogas Dengan Pemanfaatan Kotoran Ternak dan Jerami Padi Sebagai Alternatif Energi Pedesaan. Tesis. Pasca Sarjana IPB. Bogor
Utomo, S dan V. Wahyuningsih. 2010. Dosis campuran limbah sapi dengan limbah babi terhadap produksi gasbio. Jurnal Agrisains. Vol. 1: 7-14
Mara, I. M dan Ida B. Alit. 2011. Analisa kualitas dan kuantitas biogas dari kotoran ternak. Jurnal Unram. Volume 1(2):
122