Jurnal Gradien Vol. 11 No. 2 Juli 2015: 1091-1095
Pemanfaatan Kulit Pisang Sebagai Adsorben Zat Warna Methylene Blue Dyah Fitriani*, Dwita Oktiarni, Lusiana Universitas Bengkulu, Bengkulu, Indonesia *
[email protected] Diterima 20 Mei 2015; Disetujui 10 Juni 2015
Abstrak - Pada penelitian ini telah dilakukan pemanfaatan Kulit Pisang (KP) Sebagai Adsorben Zat warna Methylene Blue (MB). Adsorben KP dibuat dengan mengeringkan KP di bawah sinar matahari selama 7 jam dan dilanjutkan dengan pengovenan pada suhu 100 oC selama 5 jam. KP yang telah kering kemudian digerus sehingga diperoleh serbuk KP. Adsorben ini kemudian digunakan untuk adsorpsi MB dengan variasi berat KP 0,01; 0,03; 0,05; dan 0,1 g dan dengan variasi konsentrasi MB 5; 10; 20; 30; 50 dan 70 mg/L serta variasi waktu 0; 10; 20; 30; 60; 90; 120; 150; 180; 210 dan 240 menit . Kapasitas adsorpsi dihitung melalui model isoterm adsorpsi Langmuir dan Freundlich, sedangkan laju adsorpsi dihitung melalui kinetika adsorpsi pseudo orde satu dan dua. Kondisi optimum adsorpsi MB pada KP diperoleh berat adsorben 0,5 g, konsentrasi optimum MB 50 mg/L dan waktu kontak 90 menit. Dengan menggunakan isoterm adsorpsi Freundlich diperoleh bahwa kapasitas adsorpsi MB oleh KP sebesar 2,851 mg/g dengan nilai n = 1,2771 dan nilai R 2 = 0,96. Sedangkan konstanta laju adsorpsi dihitung melalui pseudo orde dua dengan nilai 0,097 g/mg menit. Keyword: Kulit Pisang, Methylene Blue, Isoterm adsorpsi Freundlich, kinetika adsorpsi pseudo orde dua 1. Pendahuluan Zat warna sintetik merupakan zat warna yang sering dipakai dalam industri batik, kertas, peralatan kantor dan kosmetik [1]. Zat warna ini ada yang dibuang sebagai limbah ke perairan. Limbah ini tidak terdegradasi secara ilmiah di lingkungan perairan dan bersifat karsinogenik sehingga jika masuk ke dalam tubuh manusia akan mengendap secara utuh di hati dan pada akhirnya dapat mengakibatkan kanker hati. Selain itu juga, keberadaan zat warna dalam perairan dapat menghambat masuknya sinar matahari ke dalam air, sehingga mengganggu aktivitas fotosintesis mikroalga. Dampak lanjutannya adalah pasokan oksigen dalam air menjadi berkurang serta memicu aktivitas organisme anaerob yang menghasilkan produk yang berbau tak sedap [2]. Mengingat besarnya dampak yang ditimbulkan dari zat warna sintetik, maka diperlukan suatu upaya untuk mengurangi dampak pencemaran dari zat warna tersebut. Salah satu upaya untuk mengurangi pencemaran adalah dengan metode adsorpsi menggunakan adsorben. Pemanfaatan limbah yang berasal dari pertanian merupakan
salah satu upaya dalam mengatasi permasalahan pencemaran ini. Limbah pertanian yang berupa tongkol jagung, tempurung kelapa, ampas tebu dan kulit buah seperti kulit jeruk dan kulit pisang dapat dijadikan adsorben. Tentunya dengan memanfaatkan limbah, maka pembuatan adsorben ini menjadi lebih murah, bahan yang dipakai berlimpah dan mudah ditemukan. Kulit pisang yang merupakan limbah pertanian yang selama ini hanya dibuang begitu saja ternyata mampu digunakan sebagai adsorben dalam menghilangkan zat warna reaktif seperti Sunzol Yellow GR dalam perairan [2] dan Red 141 [3]. Kulit pisang terdiri dari sejumlah nitrogen, sulfur dan komponen organik seperti asam karboksilat, selulosa, hemiselulosa, pigmen klorofil dan zat pektin yang mengandung asam galakturonik, arabinosa, galaktosa dan rhamnosa. Asam galakturonik diduga berperan sebagai senyawa yang dapat mengadsorpsi zat warna dan merupakan gugus fungsi gula karboksil [3]. Methylene blue (MB) merupakan zat warna dasar yang sangat penting dan relatif murah dibandingkan dengan pewarna lainnya. Zat warna ini paling sering dipakai dalam industri tekstil, sutra, wool dan kosmetik. Dosis tinggi dari MB dapat menyebabkan mual, 1091
Dyah Fitriani, dkk / Jurnal Gradien Vol. 11 No. 2 Juli 2015: 1091-1095
muntah, nyeri pada perut dan dada, sakit kepala, keringat berlebihan dan hipertensi [4].
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang serapan maksimum.
2. Metode Penelitian
3. Hasil dan Pembahasan
Pembuatan Adsorben Kulit Pisang Kulit pisang yang diperoleh dari penjual gorengan, dicuci bersih dengan air mengalir dan akuades. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang melekat pada kulit pisang sehingga kulit pisang benar-benar bersih. Setelah itu, kulit pisang ini dipotong kecil-kecil (1-2 cm) dan kemudian dijemur di bawah sinar matahari selama 7 jam kemudian di oven pada suhu 100 ºC selama 5 jam
Pembuatan Sampel Kulit Pisang Kulit pisang (KP) diperoleh dari pedagang gorengan di daerah sawah lebar. Jenis pisang yang digunakan adalah pisang jantan. KP ini kemudian dibersihkan dengan air mengalir agar kotoran yang melekat pada kulit ini hilang, setelah itu dipotong-potong dengan ukuran kira-kira 1-2 cm. Untuk mengurangi kadar air yang ada pada kulit ini maka dilakukan penjemuran di bawah sinar matahari selama 7 jam dan kemudian dioven pada suhu 100 o C selama 5 jam. Setelah kering, KP kemudian digerus sehingga menjadi serbuk yang berwarna coklat.
Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum Methylene Blue (MB) Dibuat larutan 5 mg/L MB kemudian diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 200-800 nm. Selanjutnya dibuat grafik absorbansi lawan panjang gelombang dan dari grafik ini dapat ditentukan berapa panjang gelombang serapan maksimum MB. Pengaruh berat adsorben terhadap proses adsorpsi MB
Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Zat Warna MB Pada Gambar 1 terlihat bahwa panjang gelombang serapan maksimum larutan MB adalah 664 nm. Hal ini sesuai dengan hasil pengukuran panjang gelombang serapan maksimum yang dilakukan oleh Monash dkk, 2008 [5] dan Hardeli dkk, 2014 [6].
Sebanyak 0,01 gram adsorben dicampurkan dengan 25 mL larutan MB 5 mg/L. Kemudian campuran ini digojog selama 90 menit. Perlakuan yang sama untuk berat adsorben 0,03; 0,05; dan 0,1 gram. Campuran kemudian disentrifuge. Filtrat kemudian dianalisis dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang serapan maksimum. Pengaruh konsentrasi MB Adsorben kulit pisang dengan berat optimum dicampurkan dengan 25 mL larutan MB 5 mg/L selama 90 menit. Campuran ini kemudian digojog. Perlakuan yang sama dilakukan untuk MB dengan konsentrasi 10; 20; 30; 50 dan 70 mg/L. Setelah itu, campuran kemudian disentrifuge. Filtrat kemudian dianalisis dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang serapan maksimum. Pengaruh waktu kontak terhadap adsorpsi MB Adsorben kulit pisang dengan berat optimum dicampurkan dengan 25 mL larutan MB pada konsentrasi optimum. Kemudian campuran ini di gojog selama 10; 20; 30; 60; 90; 120; 150; 180; 210 dan 240 menit. Setelah itu, campuran ini disentrifuge. Filtrat kemudian dianalisis dengan
Gambar 1. Spektrum UV-Vis Zat Warna Methylene Blue Sebelum Perlakuan
Pengaruh Berat Adsorben Kulit Pisang Untuk mengoptimalkan daya adsorpsi, maka perlu ditentukan berat optimum dari kulit pisang yang digunakan. Variasi berat adsorben yang digunakan adalah 0,01; 0,03; 0,05 dan 0,1 g. Hasil yang diperoleh ditampilkan pada Gambar 2.
1092
Dyah Fitriani, dkk / Jurnal Gradien Vol. 11 No. 2 Juli 2015: 1091-1095
amilosa dan amilopektin untuk mengadakan interaksi dengan MB disebabkan senyawa tersebut mengandung gugus fungsional yaitu gugus hidroksil dan asam karboksilat. Mekanisme reaksi pada umumnya dapat digambarkan sebagai penyerapan unsur positif pada zat warna reaktif terhadap gugus hidroksil pada polisakarida (selulosa) yang terionisasi [7].
[MB teradsorpsi] (mg/L)
3.50 3.40 3.30 3.20 3.10 3.00 0
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
Berat KP (g)
Pada Gambar 2 diatas, terlihat bahwa berat adsorben optimum tercapai pada 0,05 gram. Sedangkan, jika massa adsorben KP ditambahkan lagi, maka daya adsorpsi terhadap MB sudah tidak optimum karena terjadi penjenuhan dalam adsorben tersebut.
[MB teradsorpsi] (mg/L)
Pengaruh Konsentrasi MB Pengaruh konsentrasi MB terhadap daya adsorpsi KP ditunjukkan oleh Gambar 3. 50 40 30 20 10 0 0
20
40
60
80
Konsentrasi MB (mg/L)
Gambar 3. Grafik MB teradsorpsi lawan konsentrasi MB
Grafik pada Gambar 3 menunjukkan bahwa dengan semakin besarnya konsentrasi MB maka semakin banyak MB yang teradsorpsi oleh KP. Hal ini disebabkan pada awal penyerapan, permukaan adsorben masih belum terlalu banyak berikatan dengan MB, sehingga proses penyerapan berlangsung kurang efektif. Penyerapan optimum terjadi pada konsentrasi MB 50 mg/L. Pada keadaan ini, kapasitas adsorpsi permukaan adsorben KP telah jenuh dan mengalami kesetimbangan antara konsentrasi dalam adsorben KP dengan lingkungannya sehingga penyerapan pada konsentrasi 70 mg/L menjadi konstan atau hampir sama. Kandungan di dalam KP yang berfungsi sebagai adsorben adalah polisakarida. Polisakarida sendiri merupakan komponen terbesar dalam kulit pisang yang terdiri dari amilosa, amilopektin, dan selulosa. Kemampuan selulosa,
Isoterm Adsorpsi Isoterm adsorpsi MB oleh KP dapat ditentukan dengan membandingkan persamaan regresi linier dan koefisien korelasi (R2) (Tabel 1). Berdasarkan koefisien korelasi (R 2) yang diperoleh dari kurva isoterm Langmuir dan Freundlich (Gambar 4,5), kecenderungan adsorpsi MB oleh KP mengikuti isoterm Freundlich yang dikembangkan untuk permukaan adsorben yang bersifat heterogen. Berdasarkan kurva isoterm Freundlich (Gambar 4) maka nilai KF dan n dihitung dengan persamaan isoterm Freundlich, sehingga diperoleh nilai 2,851 mg/g dan 1,277. Nilai K F menunjukkan kapasitas adsorpsi suatu adsorben. Nilai K F yang diperoleh pada penelitian ini berbeda dengan nilai K F dan n yang diperoleh Pathania dkk, 2013 [8] yaitu sebesar 5,69 mg/g dan 2,51. Perbedaan ini disebabkan karena adanya perbedaan dari jenis adsorben yang digunakan. Pathania dkk, 2013 menggunakan adsorben karbon aktif dari kulit pohon Ficus carica untuk mengadsorpsi zat warna MB. Semakin besar nilai KF maka semakin besar juga kapasitas adsorben dalam mengadsorpsi adsorbat [9]. Tabel 1. Variasi parameter isoterm adsorpsi Freundlich dan Langmuir pada proses adsorpsi MB pada KP Freundlich
Langmuir 2
KF (mg/g)
n
R
2,851
1,277
0,96
Log qe
Gambar 2. Grafik Pengaruh Berat Adsorben Kulit Pisang Terhadap Adsorpsi Methylene Blue
1.600 1.400 1.200 1.000 0.800 0.600 0.400 0.200 0.000
-0.500
0.000
qmax (mg/g) 0,0382
KL (L/mg) -3,713
R2 0,90
y = 0.7831x + 0.4558 R² = 0.9229
0.500
1.000
1.500
Log Ce Gambar 4. Hubungan linier Log qe vs Log Ce dari pola Isoterm Freundlich pada proses adsorpsi MB pada KP
1093
Dyah Fitriani, dkk / Jurnal Gradien Vol. 11 No. 2 Juli 2015: 1091-1095
Tabel 2. Hasil perhitungan kinetika adsorpsi MB pada KP
Ce/qe (g/L)
20.000
Model Pseudo orde satu
y = 26.162x - 7.0514 R² = 0.8113
15.000
Parameter R2 k (menit-1) K (L/mol) R2 h (mg/g menit) k (g/mg menit)
10.000 5.000
Pseudo orde dua
0.000 0.000
0.500 Ce (mg/L)
1.000
Gambar 5. Hubungan linier Ce/qe(g/L) vs Ce(mg/L) dari pola isoterm Langmuir pada proses adsorpsi MB pada KP
Dari kedua model kinetika, model kinetika pseudo orde dua yang memberikan nilai R2 yang lebih baik dibandingkan model kinetika pseudo orde satu. Proses adsorpsi MB pada KP mengikuti model kinetika pseudo orde dua dengan konstanta laju adsorpsi MB 0,097 g/mg menit. Grafik kinetika pseudo orde dua MB dapat dilihat pada Gambar 7. 12 10 8
t/qt
Kinetika Adsorpsi Kinetika adsorpsi MB pada KP dipelajari dengan menginteraksikan KP dan larutan MB pada berbagai variasi waktu hingga diperoleh kesetimbangan adsorpsi. Pengaruh waktu terhadap adsorpsi MB oleh KP dapat dilihat pada Gambar 6 berikut.
Nilai 0,699 - 0,002 -0,270 0,999 76,942 0,097
6 4
22.5
qt (mg/g)
2 0
22
0
100
200
300
t (menit)
21.5
Gambar 7. Grafik kinetika pseudo orde dua MB 21 0
100
200
300
4. Kesimpulan
t (menit) Gambar 6. Pengaruh waktu terhadap adsorpsi MB oleh KP
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesetimbangan adsorpsi tercapai pada menit ke 90 (1,5 jam). Setelah kesetimbangan tercapai, tidak terjadi peningkatan ataupun penurunan yang signifikan terhadap proses adsorpsi MB. Dalam mempelajari kinetika adsorpsi MB, maka perlu diperhitungkan konstanta laju adsorpsi MB. Penentuan konstanta laju adsorpsi MB pada KP ditentukan dengan menggunakan model kinetika pseudo orde satu dan pseudo orde dua. Model kinetika pseudo orde satu dilakukan dengan mebuat kurva linier antara ln(qe – qt) vs t dengan slope k dan intersep K, sedangkan model kinetika pseudo orde dua dilakukan dengan membuat kurva dan intersep
vs t dengan slope
Kulit pisang dapat digunakan sebagai adsorben zat warna Methylen Blue. Proses adsorpsi optimum tercapai pada dosis adsorben 0,05 g dan konsentrasi MB 50 mg/L. Isoterm adsorpsi mengikuti model isoterm Freundlich dengan nilai KF dan n berturut turut adalah 2,851 mg/g dan 1,277. Kondisi waktu optimum adsorpsi MB pada KP yaitu pada menit ke 90 (1,5 jam). Model kinetika mengikuti model kinetika pseudo orde dua dengan nilai konstanta laju reaksi sebesar 0,097 g/mg menit. Daftar Pustaka [1]
Zulkoni, H. 2011. Parasitologi. Yogyakarta. Nuha Medika
[1]
Palupi, E. 2006. Degradasi Methylene blue dengan metode fotokatalisis dan foto elektro katalisis menggunakan film TiO2. FMIPA ITB, Bogor
[2]
Khan, T., Amin, M. dan Chaudhuri, M. 2011. Banana Peel : A Low-Cost Adsorbent for Removal of Reactive
dimana h = kqe2. Hasil perhitungan kinetika
adsorpsi pseudo orde satu dan pseudo orde dua dapat dilihat pada Tabel 2.
1094
Dyah Fitriani, dkk / Jurnal Gradien Vol. 11 No. 2 Juli 2015: 1091-1095
Dye from Aqueous Solution. University Teknologi PETRONAS [3]
Pankaj, Tanwar, B., Ghoyal, S., dan Patnala, P.K. 2012. A comparative Study of Sonosorption of Reactive Red 141 Dye on TiO2, Banana Peel, Orange Peel and Hardwood Saw Dust. J. Applicable Chemistry. 1(4) : 505-511
[4]
Amirullah. 2006. Biosorbsi Metilen Biru oleh Ganggang Coklat (Sargassum Binderi). FMIPA ITB. Bogor
[5]
Monash, P., A. Majhi, dan G. Pugazhenthi, 2008. Adsorption Studies Of Methylene Blue Onto MCM 41. The 12th International Conference Of International Association For Computer Methods And Advances In Geomechanics (IACMAG). Pp 2240-2248
[6]
Hardeli, Ramadhani, A., Kurniawati, D., Andriko, N., dan Sanjaya, H., 2014. Degradasi Methyl Violet dan Methylen Blue oleh Fotokatalis TiO2. Eksakta. 14(1) : 107 – 114
[7]
Manurung, R., Rosdaneli, H., dan Irvan. 2004. Perombakan Zat Warna Azo Reaktif Secara AnaerobAerob. Jurusan Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara
[8]
Pathania, D., Shikha, S., Pardeep, S., 2013. Removal Of Methylen Blue By Adsorption Onto Activated Carbon Developed From Ficus Carica Bast. Arabian Journal of Chemistry
[9]
Lynam, M.M., Kilduff, J.E., dan weber, W. J. Jr. 1995. Adsorption of p-Nitrophenol from Dilute Aqueous solution. J. Chem. Edu, 72 : 80 – 84
1095