1
PEMANFAATAN ALANG-ALANG (Imperata cylindrica (L.) Beauv.) SEBAGAI BAHAN BAKU PRODUK KOMPOSIT
RINEKA DEWI
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
2
PEMANFAATAN ALANG-ALANG (Imperata cylindrica (L.) Beauv.) SEBAGAI BAHAN BAKU PRODUK KOMPOSIT
RINEKA DEWI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
3
RINGKASAN Rineka Dewi. E24103054. Pemanfaatan Alang-alang (Imperata cylindrica (L.) Beauv.) sebagai Bahan Baku Produk Komposit. Di bawah bimbingan Ir. Jajang Suryana, M.Sc. Penggunaan berbagai macam bahan baku dalam satu bentuk produk komposit sangat memungkinkan di masa mendatang seiring dengan timbulnya berbagai desakan seperti isu lingkungan, kelangkaan sumber daya, tuntutan konsumen akan kualitas produk yang semakin tinggi, pengetahuan, dan penguasaan ilmu yang semakin tinggi serta berbagai faktor lain yang merangsang terciptanya produk komposit yang berkualitas tinggi dari bahan baku yang berkualitas rendah. Alang-alang adalah tanaman liar dan merupakan tanaman pengganggu pertanian yang merisaukan karena sifatnya yang mudah dan cepat berkembang biak. Melihat potensi yang demikian besar, namun merugikan maka perlu diupayakan peningkatan pemanfaatan alang-alang yang berguna bagi masyarakat. Salah satunya yaitu memanfaatkan alang-alang sebagai salah satu bahan baku produk komposit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemungkinan pemanfaatan alangalang sebagai bahan baku pembuatan produk komposit, membandingkan sifat fisis dan keteguhan rekat panil alang-alang dengan standar, dan menguji pengaruh perekat dan boraks terhadap sifat fisis dan keteguhan rekat panil alang-alang. Panil alang-alang yang dibuat berukuran 250 mm x 250 mm x 4 mm. Perekat yang digunakan adalah Polyvinyl acetate (PVAc) dan Melamine formaldehide (UF) dengan berat labur 300 g/m2 ditambah bahan pengawet boraks 5%. Untuk pembuatan panil alang-alang dengan menggunakan perekat PVAc dilakukan pengempaan dingin dengan tekanan 35 kgf/cm2 selama 24 jam. Sedangkan perekat MF dilakukan dengan pengempaan panas dengan tekanan 25 kgf/cm2 pada suhu 1400C selama 5 menit. Hasil pengujian sifat fisis dan keteguhan rekat panil alang-alang yang dibuat di bandingkan dengan standar SNI 01-5008.2-2000. Nilai rata-rata sifat fisis dan keteguhan rekat sejajar serat yang diperoleh dari hasil pengujian pengaruh perekat, boraks, dan interaksi keduanya adalah nilai kadar air sebesar 12.73%, kerapatan sebesar 0.44 g/cm3, pengembangan panjang sebesar 1.83%, pengembangan lebar sebesar 1.57%, pengembangan tebal sebesar 114.62%, penyusutan panjang sebesar 0.59%, penyusutan lebar sebesar 1.01%, dan penyusutan tebal sebesar 7.42%, dan keteguhan rekat sejajar perekat sebesar 0.70 kg/cm2. Nilai kadar air seluruh panil alang-alang ini sudah memenuhi standar SNI 01-5008.2-2000, sedangkan nilai keteguhan rekat sejajar serat nilainya kurang dari nilai yang dipersyaratkan sehingga tidak memenuhi persyaratan keteguhan rekat sejajar serat sesuai dengan standar SNI 01-5008.2-2000. Kata kunci : alang-alang, panil alang-alang, SNI 01-5008.2-2000.
4
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemanfaatan Alangalang (Imperata cylindrica (L.) Beauv.) sebagai Bahan Baku Produk Komposit adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Januari 2008 Rineka Dewi NRP E24103054
5
LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian
: Pemanfaatan Alang-alang (Imperata cylindrica (L.) Beauv.) sebagai Bahan Baku Produk Komposit
Nama Mahasiswa
: Rineka Dewi
NRP
: E 24103054
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ir. Jajang Suryana, M.Sc. NIP 131 414 987
Mengetahui, Dekan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr. NIP 131 578 788
Tanggal lulus:
6
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat, karunia, dan ridho-Nya karena penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya sampai akhir zaman. Penelitian dilaksanakan pada Bulan September 2007 dengan judul Pemanfaatan Alang-alang (Imperata cylindrica (L.) Beauv.) sebagai Bahan Baku Produk Komposit. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Jajang Suryana, M.Sc. selaku pembimbing. Selain itu, penghargaan penulis disampaikan pula kepada Bapak Misbah yang telah membantu dalam pengadaan bahan baku, dan seluruh staf dan laboran Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada papa, mama, mbah, adik-adik tercinta (Dede Dini dan Aa Bayu), dan seluruh keluarga, serta sahabat-sahabatku atas segala dukungan, doa, dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Januari 2008 Penulis
7
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sukabumi, Jawa Barat pada tanggal 4 Mei 1985 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Adang Permadi dan Utik Suryati. Jenjang pendidikan formal yang ditempuh penulis, yaitu Taman KanakKanak di TK Trisula Sukabumi pada tahun 1990 – 1991, Pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri Cisaat Gadis tahun 1991 – 1997. Kemudian penulis melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 1 Cisaat tahun 1997 – 2000 dan Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri 1 Sukabumi tahun 2000 – 2003. Pada tahun 2003, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Departemen Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Tahun 2005 penulis mengambil Sub-Program studi Pengolahan Hasil Hutan dan pada tahun 2006 memilih Biokomposit sebagai bidang keahlian. Kegiatan kemahasiswaan yang pernah diikuti penulis yaitu Asean Forestry Student Association Local Committe IPB (AFSA LC IPB) pada tahun 2004 – 2005, Panitia RIMBA-E 2005, dan Himpunan Profesi Departemen Hasil Hutan (Himasiltan) tahun 2005 – 2006 dan 2005 - 2006. Penulis telah mengikuti beberapa kegiatan praktek lapang antara lain tahun 2006 penulis mengikuti Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan di Cagar Alam Leuweung Sancang, Cagar Alam/Taman Wisata Alam Kamojang, dan KPH Tasikmalaya. Pada tahun 2007 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang di PT. Paparti Pertama Sukabumi. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, penulis melaksanakan penelitian dalam bidang Bio-komposit dengan judul : ”Pemanfaatan Alang-alang (Imperata cylindrica (L.) Beauv.) sebagai Bahan Baku Produk Komposit” di bawah bimbingan Ir. Jajang Suryana, M.Sc.
i
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ................................................................................................... i DAFTAR TABEL .......................................................................................... ii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... iii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. iv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ..........................................................................1 1.2. Tujuan Penelitian ......................................................................1 1.3. Manfaat Penelitian ....................................................................1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.2. 2.3. 2.4.
Produk Komposit .......................................................................2 Alang-alang ...............................................................................3 Perekat .......................................................................................4 Boraks ........................................................................................6
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. 3.2. 3.3. 3.4. 3.5.
Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................8 Bahan dan Alat ..........................................................................8 Metode Penelitian .....................................................................9 Pengujian Contoh Uji ..............................................................10 Analisis Data .........................................................................14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Fisis dan Keteguhan Rekat Panil Alang-alang................16 4.1.1. Kadar Air .....................................................................16 4.1.2. Kerapatan .....................................................................17 4.1.3. Pengembangan Dimensi ..............................................18 4.1.4. Penyusutan Dimensi ....................................................22 4.1.5. Keteguhan Rekat .........................................................26 BAB V KESIMPULAN 5.1. Kesimpulan ..............................................................................28 5.2. Saran ........................................................................................28 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................29 LAMPIRAN .................................................................................................31
ii
DAFTAR TABEL No.
Halaman
1. Karakteristik Perekat MF ...........................................................................8 2. Rasio antara tebal lapisan inti dengan lapisan muka dan koefisiennya ....13
iii
DAFTAR GAMBAR No.
Halaman
1. Pembuatan potongan contoh uji per lembar ..............................................10 2. Pembuatan potongan contoh uji keteguhan rekat......................................11 3. Diagram alir proses pembuatan contoh uji panil alang-alang ...................15 4. Histogram kadar air panil alang-alang ......................................................16 5. Histogram kerapatan panil alang-alang.....................................................18 6. Histogram pengembangan panjang panil alang-alang ..............................19 7. Histogram pengembangan lebar panil alang-alang ..................................20 8. Histogram pengembangan tebal panil alang-alang ...................................21 9. Histogram penyusutan panjang panil alang-alang ....................................23 10. Histogram penyusutan lebar panil alang-alang .........................................24 11. Histogram penyusutan tebal panil alang-alang .........................................25 12. Histogram keteguhan rekat panil alang-alang ...........................................26 13. Panil alang-alang hasil penelitian .............................................................42 14. Anyaman yang dipakai dalam penelitian ..................................................42
iv
DAFTAR LAMPIRAN No.
Halaman
1. Rata-rata sifat fisis dan keteguhan rekat panil alang-alang .......................32 2. Hasil sidik ragam dan uji Duncan kadar air ..............................................33 3. Hasil sidik ragam dan uji Duncan kerapatan.............................................34 4. Hasil sidik ragam dan uji Duncan pengembangan panjang ......................35 5. Hasil sidik ragam dan uji Duncan pengembangan lebar ...........................36 6. Hasil sidik ragam dan uji Duncan pengembangan tebal ...........................37 7. Hasil sidik ragam dan uji Duncan penyusutan panjang ............................38 8. Hasil sidik ragam dan uji Duncan penyusutan lebar .................................39 9. Hasil sidik ragam dan uji Duncan penyusutan tebal .................................40 10. Hasil sidik ragam dan uji Duncan keteguhan rekat ..................................41 11. Gambar hasil penelitian.............................................................................42
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan berbagai macam bahan baku dalam satu bentuk produk komposit sangat memungkinkan di masa mendatang seiring dengan timbulnya berbagai desakan seperti isu lingkungan, kelangkaan sumber daya, tuntutan konsumen akan kualitas produk yang semakin tinggi, pengetahuan, dan penguasaan ilmu yang semakin tinggi serta berbagai faktor lain yang merangsang terciptanya produk komposit yang berkualitas tinggi dari bahan baku yang berkualitas rendah. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menggunakan suatu bahan yang cukup potensial sebagai bahan baku produk komposit seperti alangalang. Alang-alang adalah tanaman liar dan merupakan tanaman pengganggu yang merisaukan karena sifatnya yang mudah dan cepat berkembang biak. Menurut Idris et al. (1994) luas areal padang alang-alang di Indonesia mencapai kurang lebih 16.000.000 hektar dengan laju pertumbuhan mencapai kurang lebih 200.000 hektar yang berlangsung secara terus menerus setiap tahunnya. Melihat potensi yang demikian besar, namun merugikan maka perlu diupayakan peningkatan pemanfaatan alang-alang yang berguna bagi masyarakat. Salah satunya yaitu memanfaatkan alang-alang sebagai salah satu bahan baku produk komposit. 1.2. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemungkinan pemanfaatan alangalang sebagai bahan baku produk komposit, membandingkan sifat fisis dan keteguhan rekat panil alang-alang dengan standar, dan menguji pengaruh perekat dan boraks terhadap sifat fisis dan keteguhan rekat panil alang-alang. 1.3. Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah alang-alang.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produk Komposit Komposit kayu merupakan istilah untuk menggambarkan setiap produk yang terbuat dari lembaran atau potongan–potongan kecil kayu yang direkat bersama-sama (Maloney 1996). Menurut Youngquist (1999) komposit dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kayu lapis, papan partikel, papan serat, dan non wood composite. Komposit dapat digunakan pada penggunaan struktural dan non struktural, dari mulai panil yang digunakan untuk keperluan interior sampai eksterior, mebel, dan bagian-bagian pendukung pada berbagai macam struktur bangunan. Istilah panil-panil kayu (wood-based panels) akhir-akhir ini juga telah berkembang menjadi “wood composite” atau “composite panels” apabila yang menyusun panil tersebut lebih dari satu macam bentuk, atau merupakan gabungan dari berbagai bentuk seperti partikel dengan vinir, vinir dengan kayu utuh dan sebagainya. Perkembangan teknologi telah membuat batas-batas antara berbagai bentuk panil kayu menjadi kabur. Demikian pula peranannya semakin bertumpang tindih (Maloney 1981). Menurut Rowell (1998), bahan baku papan komposit di masa mendatang sangat bervariasi. Bagi negara-negara yang memiliki sumber daya kayu yang cukup banyak dapat mengandalkan kayu sebagai bahan bakunya, tetapi bagi negara-negara yang tidak atau kurang memiliki potensi kayu, dapat mengandalkan berbagai sumber bahan baku selain kayu. Penggunaan berbagai macam bahan baku dalam satu bentuk produk komposit sangat memungkinkan di masa mendatang seiring dengan timbulnya berbagai desakan seperti isu lingkungan, kelangkaan sumber daya, tuntutan konsumen akan kualitas produk yang semakin tinggi, imajinasi, pengetahuan dan penguasaan ilmu yang semakin tinggi serta berbagai faktor lain yang merangsang terciptanya produk komposit berkualitas tinggi dari bahan baku yang berkualitas rendah.
3
Papan komposit dapat dibuat dari bahan-bahan selain kayu yang berlignoselulosa lainnya. Beberapa jenis bahan berlignoselulosa tersebut diantaranya kayu, jerami, batang, tangkai, ampas tebu, alang-alang, bambu, serabut kapas, dan kenaf (Maloney 1993). 2.2. Alang-alang Alang-alang dengan nama latin Imperata cylindrica (L.) Beauv., termasuk ke dalam famili Gramineae, dengan nama lokal: Naleueng lakoe (Aceh); Jih (Gayo); Rih, Ri (Batak); Oo (Nias); Alalang, Hilalang, Ilalang (Minang kabau); Lioh (Lampung); Halalang, Tingen, Padang, Tingan, Puang, Buhang, Belalang, Bolalang (Dayak); Eurih (Sunda); Alang-alang kambengan (Jawa); Kebut, Lalang (Madura); Ambengan, Lalang (BaIi); Kii, Rii (FIores); Padengo, Padanga (Gorontalo); Deya (Bugis); Erer, Muis, Wen (Seram); Weli, Welia, Wed (Ambon) (Heyne 1987). Kehati (2007) menjelaskan karakteristik alang-alang sebagai berikut : alangalang merupakan rimpang yang tumbuh secara agresif, tumbuhan tahunan yang kuat dengan percabangan terbenam dalam tanah (yang panjangnya dapat mencapai 1 m), berdaging, rimpangnya bersisik, daun-daun tersusun kompak atau tersebar. Rumpun tumbuh tegak, tingginya dapat mencapai 0,1 – 1,2 m, terdapat 1 – 4 nodus di tiap rumpun, rumpun tidak bercabang, solid dan biasanya terdapat rambut di tiap nodus. Tepi daun diselubungi rambut, pangkal daun lebih lebar dan di bagian ujungnya menyempit; daun memiliki bangun garis-lanset, panjang 10 – 180 cm dan lebar 5 – 25 mm, pipih, lurus, terdapat rambut-rambut panjang yang halus di bagian pangkal daun. Perbungaan majemuk berbentuk bulir majemuk, silindris, panjang 6 – 30 cm dan lebar 2 cm; bunga banci, panjang tiap bunga 3 – 6 mm; tangkai bunga tidak sama ukurannya, panjangnya dapat mencapai 1 mm; benang sari 2, kepala sari oranye atau ungu; kepala putik 2 berwarna ungu. Alang-alang merupakan tumbuhan asli dari daerah tropis Dunia Lama dan tersebar luas di seluruh kawasan tropis dan sub-tropis Asia Tenggara, Afrika, subkontinental India, dan Australia. Dalam jumlah yang kecil penyebarannya hingga ke Amerika Utara, Tengah, dan Selatan. Penyebarannya juga mencapai kawasan
4
beriklim sedang-hangat di New Zealand dan Jepang. Alang-alang sering ditemukan pada tempat-tempat yang menerima curah hujan lebih dari 1000 mm, atau pada kisaran sebesar 500 – 5000 mm. Di beberapa negara, spesies ini tumbuh pada ketinggian dari batas permukaan air laut hingga 2000 m, dan tercatat tumbuh pada ketinggian 2700 mdpl di Indonesia. Diperkirakan, spesies ini menutupi sekitar 5000 juta hektar daratan, termasuk 2000 juta hektar kawasan Asia Tenggara. Walaupun alang-alang tumbuh alami di daerah tropis pada tempattempat dengan kesuburan tanah yang rendah dan asam, namun intervensi manusia turut mempengaruhi penyebaran spesies ini. Rumput ini dijumpai pada kisaran habitat yang luas mencakup perbukitan pasir kering di lepas pantai dan gurun, juga rawa dan tepi sungai di lembah. Tumbuhan ini tumbuh di padang-padang rumput, daerah-daerah pertanian, dan perkebunan. Selain itu juga pada kawasankawasan hutan gundul. Tumbuhan ini menyukai tempat yang memperoleh banyak cahaya dan tidak dapat tumbuh bila mendapat naungan penuh. Meskipun tumbuh pada kisaran tipe tanah dan tingkat kesuburan yang luas, spesies ini tumbuh dengan sehat pada tempat bertanah basah yang tinggi kesuburannya. pH tanah untuk menumbuhkan spesies ini berkisar antara 4,0 – 7,5. Tumbuhan ini juga toleran terhadap kondisi-kondisi panas yang tinggi dan tempat-tempat mengandung sulfur dekat kawah (Kehati 2007). Menurut Sitorus (2002) dari aspek ekonomi, alang-alang kurang menguntungkan karena hanya memberi manfaat minimal, yaitu berupa biomassa sebagai penutup tanah yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan, seperti bahan atap rumah, pakan ternak dan bahan baku industri kertas. Selain itu, kekurangan alang-alang adalah apabila kering alang-alang mudah terbakar dan dapat menjadi sumber kebakaran hutan serta merupakan gulma yang dapat mengeluarkan zat alelopati yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman budidaya. 2.3. Perekat Vick (1999) mendefinisikan perekat sebagai substansi yang memiliki kemampuan untuk mempersatukan bahan sejenis/tidak sejenis melalui ikatan permukaannya. Merekatnya dua buah benda yang direkat terjadi disebabkan
5
adanya gaya tarik menarik antara perekat dengan bahan yang direkat (gaya adhesi) dan gaya tarik menarik (gaya kohesi) antara perekat/antara bahan yang direkat. Dilihat dari reaksi terhadap panas, maka perekat dapat dibedakan atas perekat thermosetting dan thermoplastic. Perekat thermosetting merupakan perekat yang akan mengeras apabila terkena panas atau reaksi kimia dengan sebuah katalisator atau hardener dan bersifat irreversible. Perekat jenis ini jika sudah mengeras tidak dapat melunak. Contoh perekat yang termasuk jenis ini adalah
phenol formaldehida, urea formaldehida,
isocyanate,
resorcinol
formaldehida. Perekat thermoplastic adalah perekat yang dapat melunak jika terkena panas dan mengeras kembali jika suhu rendah. Contoh perekat ini adalah polyvinyl adhesive, cellulose adhesive, dan acrylic resin adhesive (Pizzi 1983). 2.3.1. Perekat Polyvinyl Acetat (PVAc) Polivinil asetat (Bahasa Inggris: Polyvinyl acetate, PVA atau PVAc) adalah suatu polimer karet sintetis. Polivinil asetat dibuat dari monomernya, vinil asetat (vinyl acetate monomer, VAM). Hidrolisis sempurna atau sebagian dari senyawa ini akan menghasilkan polivinil alkohol (PVOH) (Anonim 2006). PVA dijual dalam bentuk emulsi di air, sebagai bahan perekat untuk bahanbahan berpori, khususnya kayu. PVA adalah lem kayu yang paling sering digunakan, baik sebagai "lem putih" atau "lem tukang kayu" (lem kuning). "Lem kuning" tersebut juga digunakan secara luas untuk mengelem bahan-bahan lain seperti kertas, kain, dan rokok. PVA juga umum dipakai dalam percetakan buku karena fleksibilitasnya dan tidak bersifat asam seperti banyak polimer lain (Anonim 2006). PVAc merupakan perekat yang siap digunakan dalam bentuk liquid, namun terkadang dalam penggunaannya dicampur dengan bahan lain. Jenis perekat ini berwarna putih sampai kuning, tidak berwarna pada garis rekatnya. PVAc diaplikasikan dengan dikempa pada suhu ruang dan dengan tekanan yang tinggi. Perekat ini akan tetap kuat apabila dalam keadaan kering dan tidak diberikan tekanan yang terus menerus, serta memiliki resistensi yang rendah terhadap cuaca dan kelembaban (Vick 1999). Panil yang menggunakan perekat PVAc termasuk
6
panil tipe interior II, yaitu dalam SNI 01-5008.2-2000 merupakan panil yang dalam penggunaannya hanya tahan terhadap kelembaban udara rendah. Lebih lanjut, Pizzi (1983) menyatakan perekat PVAc tidak memerlukan kempa panas. Dalam penggunaannya secara luas dapat menghasilkan keteguhan rekat yang baik dengan biaya relatif rendah. Keuntungan utama menggunakan perekat PVAc dapat melebihi UF, karena kemampuannya menghasilkan ikatan rekat secara ekstrim dan cepat pada suhu kamar. Keuntungan lainnya adalah tidak memerlukan kempa panas yang memerlukan biaya yang tinggi. Perekat PVAc mempunyai sifat termoplastik, hal ini penting untuk menjaga tekanan kempa selama pembentukan ikatan sampai ikatan rekat mempunyai kekuatan yang memadai. Berat labur perekat PVAc yang biasa digunakan berkisar antara 0,01 – 0,03 gram/cm2 untuk pelaburan dua permukaan dan 0,02 – 0,03 gram/cm2 untuk pelaburan satu permukaan. 2.3.2. Perekat Melamine Formaldehyde (MF) Perekat melamine formaldehyde merupakan hasil reaksi antara melamine dengan formaldehyde. Melamine formaldehyde (MF) merupakan perekat paling banyak digunakan untuk panel kayu eksterior. Perekat MF mempunyai sifat daya tahan tinggi terhadap serangan air, sifat tersebut membedakan perekat MF dengan urea formaldehyde (UF). Perekat MF harganya sangat mahal, dengan alasan tersebut telah dibuat perekat MF dengan penambahan urea yang sering digunakan sehingga menghasilkan perekat melamine urea formaldehyde (MUF) yang harganya lebih murah. Perekat MF digunakan sebagai perekat eksterior yang mempunyai keuntungan hampir sama dengan perekat UF, selain itu mempunyai daya tahan yang luar biasa terhadap air dan cuaca (Pizzi 1994). Panil yang menggunakan perekat MF termasuk ke dalam tipe eksterior II, yaitu dalam SNI 01-5008.2-2000 merupakan panil yang yang dalam penggunaannya tahan terhadap cuaca dalam waktu relatif rendah. 2.4. Boraks Boraks dapat digunakan secara terpisah maupun bersama-sama (dicampur) untuk mengawetkan kayu agar terhindar dari cendawan dan serangan perusak
7
kayu, terutama kumbang bubuk, tetapi tidak efektif terhadap serangan rayap. Harganya relatif murah sehingga mempunyai daya tarik yang tinggi sebagai bahan pengawet kayu. Meskipun demikian, bahan pengawet boraks ini mudah mengalami pencucian. Oleh karena itu, bahan pengawet ini tidak dianjurkan untuk kayu yang dalam penggunaannya berhubungan dengan tanah atau kondisi lembab (misalnya pagar). Sifatnya yang alkalis membuat boraks sangat korosif terhadap paku atau besi lain yang bersinggungan dengannya. Sebagai bahan pengawet, boraks digunakan dalam konsentrasi 6% - 10% (Suranto 2002). Menurut Syukur (2006) boraks adalah kristal putih, tidak berbau, larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, dengan pH 9,5. Boraks digunakan sebagai pengawet kayu, anti septik kayu, dan pengontrol kecoa. Lebih lanjut, menurut Ibach (1999) boraks adalah bahan pengawet yang dapat dilarutkan dalam air, sangat mudah mengalami pelunturan, dan hanya digunakan pada kayu yang tidak mengalami kontak langsung dengan tanah dimana kayu terlindungi dari pembasahan. Pada saat boraks digunakan pada kayu yang tidak mengalami kontak langsung dengan tanah dan terlindungi dari pembasahan. Boraks tidak berbau dan dapat digunakan dengan cara disemprotkan, dilabur dengan kuas, atau disuntikkan.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Proses pembuatan dan pengujian contoh uji dilakukan di Laboratorium BioKomposit, Laboratorium Kayu Solid, dan Laboratorium Keteknikan Kayu Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Waktu penelitian dilaksanakan selama 3 bulan terhitung bulan September – Nopember 2007. 3.2. Bahan dan Alat 3.2.1. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian berupa alang-alang (Imperata cylindrica (L.) Beauv.) dan perekat. Perekat yang digunakan adalah Melamine Formaldehida (MF) dan Polyvinyl Acetat (PVAc). Karakteristik dari perekat MF adalah seperti tertera pada Tabel 1. Tabel 1 Karakteristik Perekat MF No. Parameter 1
Penampakan
2
pH (TB/250C)
Hasil Pengujian Larutan (putih susu) 7,6 – 8,6 0
3
Viskositas (Poise/25 C)
1,2 – 2,0
4
Berat jenis (250C)
1.190 – 1.210
5
0
Resin content (%/105 C) 0
53,0 – 55,0
6
Gelatin time (min/50 C)
30 – 60
7
Water solubility (x/250C)
Lebih dari 2
8
Free formaldehyde (%)
Kurang dari 1,0
Sumber: PT. Pamolite Adhesive Industry (2007)
3.2.2. Alat-Alat Alat yang digunakan meliputi : alat kempa, oven, desikator, caliper, neraca elektronik, kape, kuas, sendok pengaduk, gelas piala, kompor gas, ragum, jig saw,
9
UTM (Universal Testing Machine) merk Instron, penggaris, cutter, dan alat-alat pendukung seperti kamera, alat tulis dan kalkulator. 3.3. Metode Penelitian 3.3.1. Pembuatan Anyaman Alang-alang dikeringkan dengan cara dijemur selama 6 hari. Alang-alang yang
telah
dikeringkan
kemudian
dianyam
sedemikian
rupa
sehingga
menghasilkan anyaman dengan ukuran 250 mm x 250 mm. 3.3.2. Pengeringan Anyaman Anyaman-anyaman tersebut dikeringkan dalam oven pada suhu 103±20C selama 24 jam (untuk mencapai kadar air kering udara : 10 – 12%) yang bertujuan untuk optimalisasi perekat . 3.3.3. Pembuatan Panil Alang-alang 3.3.3.1.
Persiapan Perekat
Masing-masing jenis perekat dan boraks ditimbang sesuai dengan kebutuhan. Kemudian masing-masing jenis perekat dan boraks tersebut dicampur sebelum dilaburkan pada anyaman alang-alang. 3.3.3.2.
Pelaburan Perekat
Perekat yang digunakan adalah PVAc dan MF dengan berat labur 300 g/m2/permukaan, banyaknya perekat yang diperlukan untuk satu pasang luas permukaan adalah 18,75 gram, dan banyaknya perekat yang dibutuhkan untuk 1 buah panil alang-alang adalah 37,50 gram. 3.3.3.3.
Pembuatan Lembaran
Pembuatan panil alang-alang menggunakan anyaman alang-alang dengan boraks 5% dan boraks 0%. Banyaknya lembar anyaman alang-alang yang disusun untuk membuat satu lembaran lapisan yaitu 3 lembar anyaman alang-alang.
10
3.3.3.4.
Pengempaan
Untuk pembuatan panil alang-alang dengan menggunakan perekat PVAc dilakukan pengempaan dingin dengan tekanan 35 kgf/cm2 selama 24 jam. Sedangkan perekat MF dilakukan dengan pengempaan panas dengan tekanan 25 kgf/cm2 pada suhu 1400C selama 5 menit. 3.3.3.5.
Pengondisian (conditioning)
Setelah dilakukan pengempaan, panil dibiarkan di tempat terbuka selama 14 hari
bertujuan
menghilangkan
tegangan-tegangan
yang
terjadi
pengempaan. 3.4. Pengujian Contoh Uji 3.4.1. Pembuatan Contoh Uji
C
A
B
Gambar 1 Pembuatan potongan contoh uji per lembar. Keterangan: A
= Contoh uji kadar air dan kerapatan (100 mm x 100 mm)
B
= Contoh uji kembang susut (25 mm x 50 mm)
C
= Contoh uji keteguhan rekat (25 mm x 100 mm)
selama
11
100 mm
34,5 mm
3 mm
25 mm
3 mm
34,5 mm
Gambar 2 Pembuatan potongan contoh uji keteguhan rekat. 3.4.2. Pengujian Sifat Fisis dan Keteguhan Rekat Panil Alang-alang 3.4.2.1. Kadar Air Contoh uji berukuran 100 mm x 100 mm ditimbang untuk mengetahui berat awal. Kemudian dikeringkan di dalam oven pada suhu 103± 20C sampai beratnya konstan. Selanjutnya contoh uji ditimbang kembali. Kadar air contoh uji dihitung dengan rumus sebagai berikut: Kadar Air (%) =
BA - BKT x 100% BKT
Keterangan: BA
= Berat awal (g)
BKT = Berat kering tanur (g) Kadar air panil maksimum 14%. 3.4.2.2. Kerapatan Penentuan kerapatan panil alang-alang menggunakan contoh uji yang sama dengan kadar air yaitu berukuran 100 mm x 100 mm. Contoh uji yang dalam kondisi kering udara ditimbang beratnya (Bku) kemudian dilakukan pengukuran dimensi terhadap panjang, lebar, dan tebal. Besarnya nilai kerapatan ditentukan dengan perhitungan sebagai berikut: Kr =
Bku PxLxT
12
Keterangan: Kr
= Kerapatan (g/cm3)
Bku
= Berat kering udara (g)
P
= Panjang contoh uji (cm)
L
= Lebar contoh uji (cm)
T
= Tebal contoh uji (cm)
3.4.2.3. Kembang Susut Contoh uji berukuran 25 mm x 50 mm pada kondisi kering udara diukur dimensi panjang, lebar, dan tebal dengan menggunakan caliper, selanjutnya direndam dalam air (suhu kamar) selama 24 jam setelah itu contoh uji diukur kembali dimensinya. Besar nilai pengembangan diperoleh dari perhitungan: P =
Keterangan:
Db - Dku x 100% Dku
P
= Pengembangan (%)
Db
= Dimensi keadaan basah (mm)
Dku
= Dimensi keadaan kering udara (mm) Contoh uji yang telah direndam kemudian dikeringkan dalam oven pada
suhu 60±30C selama 24 jam, kemudian diukur kembali dimensinya. Penentuan nilai penyusutannya ditentukan dengan perhitungan: St =
Dku - Do x 100% Dku
Keterangan: St
= Penyusutan (%)
Dku
= Dimensi keadaan kering udara (mm)
Do
= Dimensi keadaan kering oven (mm)
3.4.2.4. Keteguhan Rekat Penentuan keteguhan rekat panil alang-alang berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 01-5008.2-2000). Berdasarkan jenis perekat yang digunakan, pengujian keteguhan rekat dilakukan dalam kondisi kering dimana perekat PVAc
13
termasuk perekat tipe interior II, sedangkan pengujian perekat MF menggunakan tipe eksterior II dimana contoh uji direbus dalam air mendidih selama 4 jam, kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 600C±30C selama 20 jam. Selanjutnya contoh uji direbus kembali dalam air mendidih selama 4 jam, lalu contoh uji direndam dalam air dingin sampai mencapai suhu kamar. Contoh uji tersebut diuji pada waktu masih basah. Beban maksimum yang dapat dicapai dicatat pada saat contoh uji putus atau rusak. Nilai keteguhan rekat diperoleh dengan rumus: KR = KGT x f
Nilai keteguhan geser tarik diperoleh dengan rumus: KGT =
B PxL
Keterangan: KR
= nilai keteguhan rekat (kg/cm2)
KGT = nilai keteguhan geser tarik (kg/cm2) B
= Beban tarik (kg)
P
= Panjang bidang geser (cm)
L
= lebar bidang geser (cm) Dimana f pada rumus keteguhan rekat merupakan konstanta yang ditentukan
berdasarkan perbandingan antara tebal lapisan inti dengan lapisan permukaan, perbandingan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Rasio antara tebal lapisan inti dengan lapisan muka dan koefisiennya Rasio antara tebal lapisan inti dengan Koefisien No. lapisan muka 1.1 1.5 - < 2.0 1. 2.
2.0 - < 2.5
1.2
3.
2.5 - < 3.0
1.3
4.
3.0 - < 3.5
1.4
5.
3.5 - < 4.0
1.5
6.
4.0 - < 4.5
1.7
7.
≥ 4.5
2.0
14
Nilai keteguhan rekat kayu lapis penggunaan umum untuk setiap tipenya minimum 7 kg/cm2. 3.5. Analisis Data Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Rancangan Faktorial Acak Lengkap dengan 2 faktor dan ulangan sebanyak 3 kali. Perlakuan dibedakan berdasarkan jenis perekat (PVAc dan MF) yang merupakan faktor-α, dan persentase pemberian boraks dalam perekat yang merupakan faktorβ. Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk Dengan : i
= 1, 2 (jenis perekat)
j
= 1, 2 (persentase pemberian boraks)
k
= 1, 2, 3 (banyaknya ulangan)
Keterangan : Yijk
= Nilai respon pengamatan pada ulangan ke-k yang disebabkan oleh taraf ke-i faktor-α, taraf ke-j faktor-β
µ
= Nilai rata-rata
αi
= Pengaruh jenis perekat (PVAc dan MF) pada taraf ke-i
βj
= Pengaruh persentase pemberian boraks pada taraf ke-j
(αβ)ij = Pengaruh interaksi antara jenis perekat taraf ke-i dan persentase pemberian boraks pada taraf ke-j εijk
= Kesalahan percobaan dari jenis perekat taraf ke-i, persentase pemberian boraks dalam perekat taraf ke-j, dan ulangan pada taraf ke-k Apabila sidik ragam memberikan pengaruh nyata, selanjutnya dilakukan uji
beda rata-rata dengan menggunakan uji Duncan untuk mengetahui perbedaan setiap taraf percobaan.
15
Alang-alang (Imperata cylindrica)
Penjemuran selama 6 hari
ANYAMAN
Pengeringan Anyaman dalam Oven (103±20C;24 jam)
Pencampuran Perekat dengan Boraks 0% dan 5%
Pelaburan Perekat (PVAc dan MF) yang telah dicampur boraks 0% dan 5%
Pengempaan
Kondisi Kempa • Perekat PVAc Tekanan : 35 kgf/cm2 Waktu : 24 jam • Perekat MF Tekanan : 25 kgf/cm2 Waktu : 5 menit Suhu : 1400C
Pengkondisian
Pengujian Sifat Fisis dan Keteguhan Rekat
Gambar 3 Diagram alir proses pembuatan contoh uji panil alang-alang.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Fisis dan Keteguhan Rekat Panil Alang-alang 4.1.1. Kadar Air Kadar air menunjukkan banyaknya jumlah air yang terikat pada dinding sel panil alang-alang terhadap berat kering tanurnya yang dinyatakan dalam persen. Kadar air yang dimaksud dalam perhitungan ini adalah kadar air dalam kondisi kering udara. Nilai rata-rata kadar air panil alang-alang sebesar 12,77% dengan kisaran antara 12,01% (pada perlakuan perekat MF dengan persentase pemberian boraks 0%) sampai dengan 13,35% (pada perlakuan perekat PVAc dengan persentase pemberian boraks 5%). Histogram kerapatan panil alang-alang hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.
K ad ar A ir (%)
13,5 13 PVAc
12,5
MF
12 11,5 11 0%
5% Boraks Boraks
Gambar 4 Histogram kadar air panil alang-alang. Haygreen et al. (2003) menyatakan bahwa banyaknya air yang tetap tinggal di dalam dinding sel (besar nilai kadar air) suatu produk akhir tergantung pada tingkat pengeringan selama pembuatan dan lingkungan tempat produk tersebut ditempatkan di kemudian hari.
17
Hasil sidik ragam kadar air (Lampiran 2) menunjukkan bahwa faktor perekat dan persentase pemberian boraks memberikan pengaruh sangat nyata, namun untuk interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa perekat PVAc berbeda nyata dengan perekat MF. Uji lanjut tersebut juga menunjukkan bahwa persentase pemberian boraks 5% berbeda nyata dengan persentase pemberian boraks 0%. Hal ini menunjukkan bahwa perekat MF lebih optimum dibanding dengan perekat PVAc dan persentase pemberian boraks 0% lebih optimum dibandingkan dengan persentase pemberian boraks 5%. Ditinjau dari segi perekat, panil alang-alang dengan perekat PVAc memberikan nilai rataan kadar air yang lebih tinggi dibanding perekat MF. Hal ini diduga karena perekat PVAc lebih mudah menyerap air dibandingkan dengan perekat MF sehingga perekat PVAc memberikan nilai kadar air lebih tinggi. Faktor lain diduga karena faktor kekentalan perekat yang menyulitkan dalam proses penyebarannya sehingga ada sebagian bidang permukaan anyaman yang miskin akan perekat dan menyebabkan kekuatan adhesi yang terbentuk antara perekat dan permukaan panil melemah dan menimbulkan rongga-rongga kosong yang memungkinkan air untuk menyerap ke dalam. Walaupun demikian seluruh kadar air panil alang-alang yang dihasilkan memenuhi standar SNI 01-5008.22000, yaitu tidak lebih dari 14%. 4.1.2. Kerapatan Kerapatan merupakan perbandingan antara berat dengan volume. Kerapatan yang dimaksud dalam perhitungan adalah kerapatan pada kondisi kering udara. Pengaruh pelaburan perekat dan penyebarannya secara merata sangat berpengaruh pada nilai kerapatan. Selain itu kerapatan juga dipengaruhi oleh kerapatan bahan baku dan besarnya tekanan kempa yang diberikan selama proses pembuatan lembaran. Nilai rata-rata kerapatan panil alang-alang sebesar 0,45 g/cm3 dengan kisaran antara 0,41 g/cm3 (pada perlakuan perekat MF dengan persentase pemberian boraks 5%) sampai 0,47 g/cm3 (pada perlakuan perekat PVAc dengan
18
persentase pemberian boraks 0%). Histogram kerapatan panil alang-alang hasil
Kerapatan (g/cm 3)
penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.
0,48 0,46 0,44 0,42 0,40 0,38 0,36
PVAc MF
0%
5% Boraks Boraks
Gambar 5 Histogram kerapatan panil alang-alang. Hasil sidik ragam kerapatan panil alang-alang (Lampiran 3) menunjukkan bahwa faktor perekat, persentase pemberian boraks, dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap kerapatan panil alang-alang. Nilai Kerapatan panil alang-alang yang menggunakan perekat PVAc memiliki nilai kerapatan yang lebih tinggi dibanding dengan perekat MF terutama pada panil alang-alang dengan persentase pemberian boraks 0%. Hal ini diduga karena kerapatan perekat PVAc lebih tinggi dibanding dengan kerapatan perekat MF sehingga kerapatan panil alang-alang yang menggunakan perekat PVAc lebih tinggi dibanding perekat MF. Pemberian bahan pengawet boraks pada panil alangalang ternyata dapat menurunkan kerapatan panil alang-alang. Pencampuran boraks dengan perekat mempengaruhi bentuk perekat, perekat jadi lebih mengental, diduga hal ini mengakibatkan pelaburan perekat yang tidak merata pada panil alang-alang. Belum ada batasan tentang besarnya kerapatan untuk menentukan kualitas panil alang-alang yang berkualitas baik. 4.1.3. Pengembangan Dimensi Pengembangan merupakan proses dimana air memasuki struktur dinding sel
19
yang benar-benar terbalikkan dalam potongan-potongankecil kayu bebas tegangan. Namun di dalam produk-produk panil, proses tersebut sering tidak terbalikkan secara sempurna. Hal ini karena hasil pemampatan yang dialami seratserat bahan baku selama pembuatan (Haygreen et al. 2003). 4.1.3.1. Pengembangan Panjang Nilai rata-rata pengembangan panjang panil alang-alang sebesar 1,83% dengan kisaran antara 0,82% (pada perlakuan perekat MF dengan persentase boraks 0%) sampai dengan 3,70% (pada perlakuan perekat PVAc dengan persentase boraks 5%). Histogram pengembangan panjang panil alang-alang hasil
Pengembangan Panjang (%)
penelitian dapat dilihat pada Gambar 6.
4,00 3,00 PVAc
2,00
MF
1,00 0,00 0%
5% Boraks Boraks
Gambar 6 Histogram pengembangan panjang panil alang-alang. Hasil analisis sidik ragam pengembangan panjang panil alang-alang (Lampiran 4) menunjukkan bahwa faktor perekat, persentase boraks, dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap pengembangan panjang panil. Pada Gambar 6, terlihat bahwa perekat PVAc dengan pemberian boraks 5% memberikan nilai pengembangan panjang yang paling tinggi. Hal ini diakibatkan oleh perekat PVAc memiliki sifat yang mudah menyerap air dan uap air (sehingga resistensi terhadap air rendah) yang menyebabkan ikatan rekat yang rendah sehingga kestabilan dimensi anyaman alang-alang yang direkat dengan perekat
20
PVAc lebih rendah dari perekat MF. Faktor pelaburan perekat dan pengempaan juga berperan penting pada pengembangan panjang, bagian panil alang-alang yang miskin akan perekat akan memberikan ruang-ruang kosong sehingga air lebih mudah masuk. 4.1.3.2. Pengembangan Lebar Nilai rata-rata pengembangan lebar sebesar 1,57% dengan kisaran antara 0,61% (pada perlakuan perekat MF dengan persentase boraks 0%) sampai dengan 2,17% (pada perlakuan perekat PVAc dengan persentase boraks 5%). Histogram pengembangan lebar panil alang-alang hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar
Pengembangan Lebar (%)
7.
2,50 2,00 1,50
PVAc
1,00
MF
0,50 0,00 0%
5% Boraks Boraks
Gambar 7 Histogram pengembangan lebar panil alang-alang. Hasil sidik ragam pengembangan lebar panil alang-alang (Lampiran 5) menunjukkan bahwa faktor perekat dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata, namun untuk persentase pemberian boraks memberikan pengaruh sangat nyata terhadap pengembangan lebar panil alang-alang. Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa persentase pemberian boraks 5% berbeda nyata dengan persentase pemberian boraks 0%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase pemberian boraks 0% lebih optimum dibandingkan dengan persentase pemberian boraks 5%.
21
Perekat PVAc dengan persentase pemberian boraks 5% memberikan nilai pengembangan lebar yang paling tinggi. Hal ini diduga karena perekat PVAc memiliki kekuatan rekat yang rendah dibandingkan dengan perekat MF sehingga perekat PVAc tidak dapat menahan pengembangan lebar yang dialami oleh panil alang-alang yang menyebabkan nilai untuk pengembangan lebarnya lebih tinggi. Faktor lain diduga karena faktor pelaburan perekat, dimana pelaburan yang kurang merata akan menyebabkan sebagian permukaan anyaman miskin akan perekat sehingga menimbulkan rongga-rongga kosong yang menyebabkan air mudah masuk ke dalam dinding sel. 4.1.3.3. Pengembangan Tebal Nilai rata-rata pengembangan tebal sebesar 114,62% dengan kisaran antara 70,32% (pada perlakuan perekat MF dengan persentase boraks 0%) sampai dengan 177,98% (pada perlakuan perekat PVAc dengan persentase boraks 5%). Histogram pengembangan tebal panil alang-alang hasil penelitian dapat dilihat
Pengembangan Tebal (%)
pada Gambar 8.
200,00 150,00 PVAc
100,00
MF
50,00 0,00 0%
5% Boraks Boraks
Gambar 8 Histogram pengembangan tebal panil alang-alang. Hasil sidik ragam pada pengembangan tebal (Lampiran 6) menunjukkan faktor perekat memberikan pengaruh nyata dan persentase pemberian boraks memberikan pengaruh sangat nyata terhadap pengembangan tebal panil alang-
22
alang. Namun, interaksi keduanya tidak memberikan pengaruh nyata pada pengembangan tebal panil. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa perekat PVAc berbeda nyata dengan perekat MF. Uji lanjut tersebut juga menunjukkan bahwa persentase pemberian boraks 5% berbeda nyata dengan persentase pemberian boraks 0%. Hal ini menunjukkan bahwa perekat MF lebih optimum dibanding dengan perekat PVAc dan persentase pemberian boraks 0% lebih optimum dibandingkan dengan persentase pemberian boraks 5%. Ditinjau dari segi perekat maka perekat MF memiliki nilai pengembangan tebal yang lebih rendah dibanding dengan perekat PVAc. Hal ini diduga karena penyebaran perekat MF lebih sempurna yang akan memberikan nilai pengembangan tebal yang relatif kecil karena permukaan panil tertutup oleh perekat sehingga mempersulit air untuk masuk ke dalam dinding sel. Bagian radial (tebal) pada panil alang-alang memiliki persentase pengembangan tertinggi dari pada arah tangensial (lebar) dan longitudinal (panjang). Penyebab utamanya adalah tidak terdapatnya jari-jari sebagai jaringan penahan proses kembang susut ke arah radial (tebal) sehingga kembang susut ke arah radial (tebal) tidak terhambat oleh sel jari-jari sebagaimana halnya kayu. Selain itu, besarnya nilai pengembangan tebal terjadi sebagai akibat adanya tegangan sisa dari proses pengempaan. Saat proses pengempaan, alang-alang mengalami pemampatan pada arah radial (tebal). Setelah dilakukan perendaman pada saat pengujian, tegangan sisa tersebut akan terdesak oleh air yang diserap oleh tiap lembar alang-alang penyusun panil. Adanya perendaman menyebabkan alang-alang yang termampatkan mengembang secara spontan sehingga nilai pengembangan tebal jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pengembangan arah lain. Bila diurutkan dari pengembangan yang terkecil, maka pengembangan arah tangensial (lebar), longitudinal (panjang), dan radial (tebal). 4.1.4. Penyusutan Dimensi Penyusutan dimensi dalam penelitian ini yaitu dimensi kering udara (dalam satuan mm) dikurangi kering oven (dalam satuan mm) per dimensi kering oven
23
(dalam satuan mm). Menurut Haygreen et al. (2003), penyusutan terjadi saat molekul-molekul air terikat melepaskan diri dari molekul-molekul selulosa berantai panjang dan molekul-molekul hemiselulosa. 4.1.4.1. Penyusutan Panjang Nilai rata-rata penyusutan panjang sebesar 0,59% dengan kisaran antara 0,16% (pada perlakuan perekat MF dengan persentase boraks 5%) sampai dengan 0,97% (pada perlakuan perekat PVAc dengan persentase boraks 0%). Histogram penyusutan panjang panil alang-alang hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar
Penyusutan Panjang (%)
9.
1,2 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0
PVAc MF
0%
5% Boraks Boraks
Gambar 9 Histogram penyusutan panjang panil alang-alang. Hasil sidik ragam penyusutan panjang (Lampiran 7) menunjukkan bahwa faktor perekat, persentase pemberian boraks, dan interaksi keduanya tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap penyusutan panjang panil. Nilai penyusutan panjang pada perekat MF memiliki nilai penyusutan yang lebih rendah dibanding perekat PVAc. Hal ini diduga karena sifat perekat MF yang tahan terhadap perlakuan panas dan dingin, serta tahan terhadap kelembaban dan temperatur yang tinggi sehingga kestabilan dimensinya lebih baik dibanding dengan panil alang-alang yang menggunakan perekat PVAc. Selain itu, faktor penyebaran perekat yang sempurna juga akan memberikan nilai penyusutan yang relatif kecil karena permukaan panil tertutup oleh perekat sehingga mempersulit
24
air untuk masuk ke dalam dinding sel. 4.1.4.2. Penyusutan Lebar Nilai rata-rata penyusutan lebar sebesar 1,01% dengan kisaran antara 0,63 % (pada perlakuan perekat MF dengan persentase boraks 5%) sampai dengan 2,12% (pada perlakuan perekat PVAc dengan persentase boraks 0%). Histogram
Penyusutan Lebar (%)
penyusutan lebar panil alang-alang hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 10.
2,5 2 PVAc
1,5
MF
1 0,5 0 0%
5% Boraks Boraks
Gambar 10 Histogram penyusutan lebar panil alang-alang. Hasil sidik ragam penyusutan lebar (Lampiran 8) menunjukkan bahwa faktor perekat, persentase pemberian boraks, dan interaksi keduanya tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap penyusutan panjang panil. Ditinjau dari segi perekat maka perekat MF memiliki nilai penyusutan lebar yang lebih rendah dibanding dengan perekat PVAc. Hal ini diduga karena sifat perekat MF yang tahan terhadap perlakuan panas dan dingin, serta tahan terhadap kelembaban dan temperatur yang tinggi sehingga kestabilan dimensinya lebih baik dibanding dengan panil alang-alang yang menggunakan perekat PVAc. Selain itu, faktor penyebaran perekat yang sempurna juga akan memberikan nilai penyusutan yang relatif kecil karena permukaan panil tertutup oleh perekat sehingga mempersulit air untuk masuk ke dalam dinding sel.
25
4.1.4.3. Penyusutan Tebal Nilai rata-rata penyusutan lebar sebesar 7,42% dengan kisaran antara 5,56% (pada perlakuan perekat MF dengan persentase boraks 5%) sampai dengan 9,29% (pada perlakuan perekat PVAc dengan persentase boraks 0%). Histogram
Penyusutan Tebal (%)
penyusutan tebal panil alang-alang hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 11.
10 8 6
PVAc
4
MF
2 0 0%
5% Boraks Boraks
Gambar 11 Histogram penyusutan tebal panil alang-alang. Hasil sidik ragam penyusutan lebar (Lampiran 8) menunjukkan bahwa faktor perekat, persentase pemberian boraks, dan interaksi keduanya tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap penyusutan panjang panil. Ditinjau dari segi perekat maka perekat MF memiliki nilai penyusutan lebar yang lebih rendah dibanding dengan perekat PVAc. Bagian radial (tebal) pada panil alang-alang memiliki persentase penyusutan tertinggi dari pada arah tangensial (lebar) dan longitudinal (panjang). Penyebab utamanya adalah tidak terdapatnya jari-jari sebagai jaringan penahan proses kembang susut ke arah radial (tebal) sehingga kembang susut ke arah radial (tebal) tidak terhambat oleh sel jarijari sebagaimana halnya kayu. Bila diurutkan dari pengembangan yang terkecil, maka pengembangan arah longitudinal (panjang), tangensial (lebar), dan radial (tebal). Jika dibandingkan nilai pengembangan dan penyusutan dimensi, terlihat
26
bahwa besarnya nilai penyusutan tidak sama persis dengan besarnya nilai pengembangan dimensi. Perbedaan ini disebabkan oleh sifat alang-alang dimana alang-alang menyusut segera setelah dipanen (di atas titik jenuh serat), sedangkan pengembangan terjadi jika kadar air titik jenuh serat melewati batas titik jenuh serat. 4.1.5. Keteguhan Rekat Keteguhan rekat menggambarkan kekuatan daya rekat perekat terhadap bahan yang direkatnya. Bila ikatan perekat mudah lepas maka anyaman penyusun panil alang-alang mudah lepas. Untuk mengetahui daya rekat maka dilakukan pengujian keteguhan rekat berdasarkan SNI 01-5008.2-2000. Keteguhan rekat yang diuji pada penelitian ini adalah keteguhan rekat tipe interior II (perekat PVAc) dan tipe eksterior II (perekat MF). Sebelum pengujian perekat MF diberikan perlakuan terlebih dahulu sesuai dengan SNI 01-5008.22000. Nilai rata-rata keteguhan rekat
panil alang-alang sebesar 0,70 kg/cm2
dengan kisaran antara 0,00 kg/cm2 (pada perlakuan perekat PVAc dengan persentase boraks 0% dan 5%) sampai dengan 2,26 kg/cm2 (pada perlakuan perekat PVAc dengan persentase boraks 0%). Histogram keteguhan rekat panil
Keteguhan Rekat (kg/cm 2)
alang-alang hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 12.
2,5 2 PVAc
1,5
MF
1 0,5 0 0%
5% Boraks Boraks
Gambar 12 Histogram keteguhan rekat panil alang-alang.
27
Hasil sidik ragam penyusutan lebar (Lampiran 8) menunjukkan bahwa faktor persentase pemberian boraks dan interaksi antara boraks dengan perekat tidak berpengaruh nyata. Namun faktor perekat sangat nyata. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa perekat PVAc berbeda nyata dengan perekat MF. Hal ini menunjukkan bahwa perekat PVAc lebih optimum dibanding perekat MF. Nilai keteguhan rekat
yang tertinggi dihasilkan oleh panil alang-alang
dengan perlakuan perekat PVAc dan persentase pemberian boraks 0%. Nilai keteguhan rekat untuk perlakuan perekat MF jauh lebih rendah dibandingkan dengan perekat PVAc. Hal ini dikarenakan contoh uji keteguhan rekat dengan perlakuan perekat MF mengalami kerusakan pada saat perlakuan sebelum pengujian sehingga tidak bisa diuji. Hal ini diduga karena pola anyaman yang tidak dapat menahan pengembangan dari masing-masing biji anyaman akibat dari perlakuan pendahuluan pengujian, yaitu perebusan dalam air mendidih selama 4 jam. Nilai keteguhan rekat dipengaruhi oleh suhu dan tekanan kempa. Menurut Shields (1970) dalam Daruwati (2003), suhu yang tinggi dapat menggosongkan perekat, hal ini dapat menghilangkan keteguhan rekatnya dan suhu yang rendah dapat merapuhkan perekat sehingga keteguhan rekat menurun. Tekanan kempa yang terlalu tinggi akan menghasilkan keteguhan rekat yang kurang baik, karena banyak perekat yang keluar dari garis rekat sehingga jumlah perekat pada garis rekat terlalu sedikit. Tekanan yang terlalu rendah kurang baik karena penembusan perekat kurang dalam, kontak antar permukaan yang direkat kurang rapat. Berdasar nilai yang diperoleh maka nilai keteguhan rekat panil alang-alang semuanya tidak ada yang memenuhi standar SNI 01-5008.2-2000. Dalam standar SNI 01-5008.2-2000 tercantum bahwa keteguhan rekat besarnya minimum 7 kg/cm2.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan 1. Alang-alang dalam bentuk anyaman dengan menggunakan perekat Polyvinyl acetate (PVAc) dapat digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan produk komposit. 2. Nilai kadar air semua panil alang-alang sudah memenuhi standar SNI 01-5008.2-2000. 3. Nilai keteguhan rekat semua panil alang-alang tidak memenuhi persyaratan dalam SNI 01-5008.2-2000. 4. Pemberian boraks pada perekat berpengaruh terhadap kadar air, pengembangan lebar dan pengembangan tebal yaitu nilainya semakin tinggi dengan persentase pemberian boraks 5%. 5.2. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang panil alang-alang dengan kombinasi banyaknya lapisan anyaman alang-alang, berat labur, dan pola anyaman yang berbeda-beda.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2006. Polivinil Asetat. http://www.id.wikipedia.org/wiki/Polivinil_asetat [4 Juni 2007]. Daruwati. 2003. Sifat Fisis dan Keteguhan Rekat Bambu Lapis Pola Anyaman dan Rekatan dengan Urea Formaldehida [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Departemen Hasil Hutan. Institut Pertanian Bogor. Haygreen JG, Bowyer JL, Shmulsky R. 2003. Forest Product and Wood Science. IOWA: The Iowa State University Press. Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Ed ke-1. Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya. Ibach RE. 1999. Wood handbook, wood as an engineering material. Chapter 14. Wood Preservation. USA: Forest Product Society. Idris AA, Suradi J, Aini N. 1994. Penelitian Pemanfaatan Alang-Alang Sebagai Papan Semen. Jurnal Penelitian Permukiman 10: 7. http://www.kimpraswil.go.id/balitbang/puskim/Homepage%20Jurnal%2 0Online%202003/Jurnal_94/vol10_7.htm. [7 Juni 2007]. Kehati. 2007. Imperata cylindrica. http://www.kehati.or.id/prohati/browser.php? docsid=360. [10 Agustus 2007]. Maloney TM. 1981. The Overlapping Roles of Wood-Based Panels. APMC Proceeding; Sidney. Maloney TM. 1993. Modern Particleboard and Dry-Process Fiberboard Manufacturing. San Fransisco: Miller Freeman Inc. ------------------. 1996. The Family of Wood Composite Material. Forest Product Jurnal. 46 (2): 19-26. Pizzi A. 1983. Wood Adhesive, Chemistry, and Technology. Pretoria South Afrika: National Timber Research Institute Council for Science and Industrial Research. -----------.1994. Advanced Wood Adhesive Technology. New York: Marcell Deker, Inc. PT. Pamolite Adhesive. 2007. Technical Data Melamine Formaldehyde (MA204). Jakarta. Rowell RM. 1998. The State of The Art and Future Development of Bio-Based Composite Science and Technology Towards the 21st Century. Proceedings of The Fourth Pacific Rim Bio-Composites Symposium; Bogor. [SNI] Standar Nasional Indonesia. 2000. Kayu Lapis Penggunaan Umum. SNI 015008.2-2000. Jakarta: Badan Stadardisasi Nasional.
30
Sitorus SRP. 2002. Pemanfaatan lahan alang-alang untuk penggunaan pertanian dan transmigrasi. Jakarta: Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Suranto Y. 2002. Pengawetan kayu, bahan, dan metode. Yogyakarta: Kanisius. Syukur DA. 2006. Bahaya Formalin dan Boraks. http://www.disnakkeswanlampung.go.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=246. [10 Juni 2007]. Vick CB. 1999. Wood handbook, wood as an engineering material. Chapter 9. Adhesive Bonding of Wood Material. USA: Forest Product Society. Youngquist JA. 1999. Wood handbook, wood as an engineering material. Chapter 10. Wood-Based Composites and Panel Products. USA: Forest Product Society.
LAMPIRAN
32
Lampiran 1. Rata-Rata Sifat Fisis dan Keteguhan Rekat Panil Alang-alang Perekat
Kbg L 0,88 0,94 0,91 0,91 2,65 1,92 1,92 2,17
Kbg T
Sst P
0,46 0,53 0,43 0,47 0,42 0,47 0,49 0,46
Kbg P 0,00 2,99 2,80 1,93 1,53 6,37 3,20 3,70
121,43 93,75 131,25 115,48 168,75 221,43 143,75 177,98
0,00 1,97 0,94 0,97 0,51 0,49 0,94 0,65
Sst L 2,65 1,85 1,85 2,12 0,88 2,75 0,88 1,50
0,42 0,49 0,43 0,45 0,41 0,42 0,39 0,41
0,98 0,50 0,98 0,82 0,50 0,99 1,39 0,96
0,88 0,00 0,94 0,61 2,94 0,95 1,89 1,93
52,63 83,33 75,00 70,32 86,67 106,25 93,75 95,56
0,00 1,98 0,91 0,96 0,00 0,00 0,48 0,16
0,91 0,00 1,80 0,90 0,00 0,00 1,90 0,63
KA
Kr
1 PVAc + 2 Boraks 0% 3 Rata-rata 1 PVAc + 2 Boraks 5% 3 Rata-rata
12,88 12,70 13,14 12,91 13,00 13,37 13,69 13,35
1 MF + 2 Boraks 0% 3 Rata-rata 1 MF + 2 Boraks 5% 3 Rata-rata
11,93 12,01 12,07 12,01 13,23 12,42 12,84 12,83
Keterangan PVAc MF
: Polyvinyl acetate : Melamine formaldehide
KA Kr Kbg P Kbg L Kbg T
: Kadar Air (%) : Kerapatan (g/cm3) : Pengembangan panjang (%) : Pengembangan lebar (%) : Pengembangan tebal (%)
Sst P Sst L Sst T Ktgh R
: Penyusutan panjang (%) : Penyusutan lebar (%) : Penyusutan tebal (%) : Keteguhan rekat (kg/cm2)
Sst T 0,00 10,00 17,86 9,29 0,00 12,50 14,29 8,93 8,33 5,00 10,00 7,78 0,00 16,67 0,00 5,56
Ktgh R 1,95 1,36 3,48 2,26 1,67 2,00 2,63 2,10 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
33
Lampiran 2. Hasil Sidik Ragam Dan Uji Duncan Kadar Air Univariate Analysis of Variance Between-Subjects Factors Value Label Perekat Boraks
N
1,00
PVAc
6
2,00
MF
6
1,00
0%
6
2,00
5%
6 Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Kadar_air Type III Sum of Squares 2,851(a)
Source Corrected Model Intercept
df 3
Mean Square 0,950
F 11,273
Sig. 0,003
1957,897
1
1957,897
23225,344
0,000
Perekat
1,527
1
1,527
18,108
0,003
Boraks
1,216
1
1,216
14,425
0,005
Perekat * Boraks
0,108
1
0,108
1,285
0,290
Error
0,674
8
0,084
Total
1961,422
12
3,525
11
Corrected Total Duncan Perekat
Subset
N
1
MF
6
PVAc
6
Sig.
2
12,4167 13,1300 1,000
1,000
Duncan Subset Boraks 0%
N
5%
1 12,4550
6 6
13,0917
Sig.
Sumber Keragaman Perlakuan Perekat Boraks Interaksi Gallat Total
2
1,000
db 1 1 1 8 12
JK 1,527 1,216 0,108 0,674 1961,422
1,000
KT 1,527 1,216 0,108 0,084
Fhit 18,108 14,425 1,285
F table 0,05 0,01 5,32 5,32 5,32
11,26 11,26 11,26
34
Lampiran 3. Hasil Sidik Ragam dan Uji Duncan Kerapatan Univariate Analysis of Variance Between-Subjects Factors Value Label Perekat Boraks
N
1,00
PVAc
6
2,00
MF
6
1,00
0%
6
2,00
5%
6 Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Kerapatan Source Corrected Model
Type III Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
0,007(a)
3
0,002
1,778
0,229
Intercept
2,394
1
2,394
1710,095
0,000
Perekat
0,005
1
0,005
3,429
0,101
Boraks
0,002
1
0,002
1,524
0,252
Perekat * Boraks
0,001
1
0,001
0,381
0,554
Error
0,011
8
0,001
Total
2,413
12
Corrected Total
0,019
11
Sumber Keragaman Perlakuan Perekat Boraks Interaksi Gallat Total
db 1 1 1 8 12
JK 0,005 0,002 0,001 0,011 2,413
KT 0,005 0,002 0,001 0,001
Fhit 3,429 1,524 0,381
F table 0,05 0,01 5,32 5,32 5,32
11,26 11,26 11,26
35
Lampiran 4. Hasil Sidik Ragam dan Uji Duncan Pengembangan Panjang Univariate Analysis of Variance Between-Subjects Factors Value Label Perekat Boraks
N
1,00
PVAc
6
2,00
MF
6
1,00
0%
6
2,00
5%
6 Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Pengembangan_P Source Corrected Model
Type III Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
15,846(a)
3
5,282
2,316
0,152
Intercept
41,181
1
41,181
18,058
0,003
Perekat
11,117
1
11,117
4,875
0,058
Boraks
2,736
1
2,736
1,200
0,305
Perekat * Boraks
1,993
1
1,993
0,874
0,377
Error
18,244
8
2,281
Total
75,271
12
Corrected Total
34,090
11
Sumber Keragaman Perlakuan Perekat Boraks Interaksi Gallat Total
db 1 1 1 8 12
JK 11,117 2,736 1,993 18,244 75,271
KT 11,117 2,736 1,993 2,281
Fhit 4,875 1,200 0,874
F table 0,05 0,01 5,32 5,32 5,32
11,26 11,26 11,26
36
Lampiran 5. Hasil Sidik Ragam dan Uji Duncan Pengembangan Lebar Univariate Analysis of Variance Between-Subjects Factors Value Label Perekat Boraks
N
1,00
PVAc
6
2,00
MF
6
1,00
0%
6
2,00
5%
6
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Pengembangan_L Type III Sum of Squares 5,189(a)
Source Corrected Model
Df 3
Mean Square 1,730
F 4,783
Sig. 0,034
Intercept
23,576
1
23,576
65,195
0,000
Perekat
0,219
1
0,219
0,605
0,459
Boraks
4,967
1
4,967
13,734
0,006
Perekat * Boraks
0,003
1
0,003
0,009
0,926
Error
2,893
8
0,362
Total
31,658
12
8,082
11
Corrected Total
Duncan Boraks
Subset
N
1
0%
6
5%
6
2,0450
Sig.
Sumber Keragaman Perlakuan Perekat Boraks Interaksi Gallat Total
2
0,7583 0,061
db 1 1 1 8 12
JK 0,219 4,967 0,003 2,893 31,658
1,000
KT 0,219 4,967 0,003 0,362
Fhit 0,605 13,734 0,009
F table 0,05 0,01 5,32 5,32 5,32
11,26 11,26 11,26
37
Lampiran 6. Hasil Sidik Ragam dan Uji Duncan Pengembangan Tebal Univariate Analysis of Variance Between-Subjects Factors Value Label Perekat Boraks
N
1,00
PVAc
6
2,00
MF
6
1,00
0%
6
2,00
5%
6 Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Pengembangan_T Type III Sum of Squares
Source Corrected Model
Df
Mean Square
F
Sig.
19021,563(a)
3
6340,521
11,023
0,003
Intercept
158238,037
1
158238,037
275,091
0,000
Perekat
12206,854
1
12206,854
21,221
0,002
Boraks
5773,292
1
5773,292
10,037
0,013
Perekat * Boraks
1041,417
1
1041,417
1,810
0,215
Error
4601,759
8
575,220
Total
181861,360
12
23623,323
11
Corrected Total
Duncan Perekat
Subset
N 1
MF
6
PVAc
6
2
82,9383 146,7267
Sig.
1,000
1,000
Duncan Boraks
Subset
N
0%
6
5%
6
1 92,8983
136,7667
Sig.
Sumber Keragaman Perlakuan Perekat Boraks Interaksi Gallat Total
2
1,000
db
JK
1,000
KT
1 12206,854 12206,854 1 5773,292 5773,292 1 1041,417 1041,417 8 4601,759 575,220 12 181861,360
Fhit 21,221 10,037 1,810
F table 0,05 0,01 5,32 11,26 5,32 11,26 5,32 11,26
38
Lampiran 7. Hasil Sidik Ragam dan Uji Duncan Penyusutan Panjang Univariate Analysis of Variance Between-Subjects Factors Value Label Perekat Boraks
N
1,00
PVAc
6
2,00
MF
6
1,00
0%
6
2,00
5%
6 Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Susut_P Source Corrected Model
Type III Sum of Squares 1,307(a)
df 3
Mean Square 0,436
F 0,832
Sig. 0,513
Intercept
5,631
1
5,631
10,753
0,011
Perekat
0,183
1
0,183
0,349
0,571
Boraks
0,952
1
0,952
1,818
0,214
Perekat * Boraks
0,173
1
0,173
0,330
0,581
Error
4,189
8
0,524
Total
11,127
12
5,497
11
Corrected Total
Sumber Keragaman Perlakuan Perekat Boraks Interaksi Gallat Total
db 1 1 1 8 12
JK 0,183 0,952 0,173 4,189 11,127
KT 0,183 0,952 0,173 0,524
Fhit 0,349 1,818 0,330
F table 0,05 0,01 5,32 11,26 5,32 11,26 5,32 11,26
39
Lampiran 8. Hasil Sidik Ragam dan Uji Duncan Penyusutan Lebar Univariate Analysis of Variance Between-Subjects Factors Value Label Perekat Boraks
N
1,00
PVAc
6
2,00
MF
6
1,00
0%
6
2,00
5%
6 Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Susut_L Source Corrected Model
Type III Sum of Squares 3,929(a)
df 3
Mean Square 1,310
F 1,544
Sig. 0,277
Intercept
19,943
1
19,943
23,516
0,001
Perekat
3,255
1
3,255
3,255
0,086
Boraks
0,585
1
0,585
0,585
0,430
Perekat * Boraks
0,088
1
0,088
0,088
0,755
Error
6,785
8
0,848
Total
30,657
12
Corrected Total
10,713
11
Sumber Keragaman Perlakuan Perekat Boraks Interaksi Gallat Total
db 1 1 1 8 12
JK 3,255 0,585 0,088 6,785 30,657
KT 3,255 0,585 0,088 0,848
Fhit 3,255 0,585 0,088
F table 0,05 0,01 5,32 11,26 5,32 11,26 5,32 11,26
40
Lampiran 9. Hasil Sidik Ragam dan Uji Duncan Penyusutan Tebal Univariate Analysis of Variance Between-Subjects Factors Value Label Perekat Boraks
N
1,00
PVAc
6
2,00
MF
6
1,00
0%
6
2,00
5%
6 Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Susut_T Source Corrected Model
Type III Sum of Squares 25,469(a)
df 3
Mean Square 8,490
F 0,142
Sig. 0,932
Intercept
746,552
1
746,552
12,451
0,008
Perekat
17,885
1
17,885
0,298
0,600
Boraks
4,979
1
4,979
0,083
0,781
Perekat * Boraks
2,604
1
2,604
0,043
0,840
Error
479,691
8
59,961
Total
1251,712
12
505,160
11
Corrected Total
Sumber Keragaman Perlakuan Perekat Boraks Interaksi Gallat Total
db 1 1 1 8 12
JK 17,885 4,979 2,604 479,691 1251,712
KT 17,885 4,979 2,604 59,961
Fhit 0,298 0,083 0,043
F table 0,05 0,01 5,32 11,26 5,32 11,26 5,32 11,26
41
Lampiran 10. Hasil Sidik Ragam dan Uji Duncan Keteguhan Rekat Univariate Analysis of Variance Between-Subjects Factors Value Label Perekat Boraks
N
1,00
PVAc
6
2,00
MF
6
1,00
0%
6
2,00
5%
6 Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Keteguhan_Rekat Type III Sum of Squares 14,319(a)
Source Corrected Model
df 3
Mean Square 4,773
F 13,303
Sig. 0,002
Intercept
14,279
1
14,279
39,798
0,000
Perekat
14,279
1
14,279
39,798
0,000
Boraks
0,020
1
0,020
0,056
0,819
Perekat * Boraks
0,020
1
0,020
0,056
0,819
Error
2,870
8
0,359
Total
31,468
12
Corrected Total
17,189
11
Duncan Perekat
Subset
N
1
MF
6
PVAc
6
2,1817
Sig.
Sumber Keragaman Perlakuan Perekat Boraks Interaksi Gallat Total
2
0,0000 1,000
db 1 1 1 8 12
1,000
JK
KT
Fhit
14,279 0,020 0,020 2,870 31,468
14,279 0,020 0,020 0,359
39,798 0,056 0,056
F table 0,05 0,01 5,32 11,26 5,32 11,26 5,32 11,26
Lampiran 11. Gambar Hasil Penelitian
Gambar 13 Panil alang-alang hasil penelitian.
Gambar 14 Anyaman yang dipakai dalam penelitian.
42