64
TEKNODIKA, Volume 13, Nomor 1, Maret 2015
PELATIHAN PENANAMAN BUDI PEKERTI PADA REMAJA DENGAN PENDEKATAN PENDIDIKAN BERBASIS KELUARGA
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
Abstrak Artikel ini bertujuan untuk membahas tentang pelatihan penanaman budi pekerti pada remaja dengan pendekatan pendidikan berbasis keluarga di Desa Wisata Bejiharjo, Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul. Untuk menganalisis dampak perubahan yang terjadi mengunakan pendekatan deskriptif kualitatif Hasil dari pelatihan ini diantaranya: , meningkatnya pengetahuan peserta dalam teknik pendidikan budi pekerti dalam keluarga, hal ini di tandai dengan aktivitas yang muncul dalam proses permainan peran. , tumbuhnya sikap dan perilaku mental (mental attiude & behaviour) ke arah yang positif, hal ini di tandai dengan keputusan peserta untuk membentuk kelompok “Bina Keluarga Remaja” sebagai sarana memecahkan persoalan remaja yang muncul. , peserta memiliki keterampilan dan kemauan untuk melakukan pendidikan dengan pendekatan keluarga dalam penanaman budi bekerti pada remaja, hal ini di tandai dengan pernyataan peserta untuk berkomitmen melakukan aktifitas penanaman budi pekerti di dalam keluarga. peserta remaja yang datang memiliki kesadaran untuk aktif menggerakan organisasi kepemudaan sebagai bagian untuk memberikan programprogram yang mendukung pengembangan remaja (mental attiude & behaviour). Kata Kunci : Pelatihan Budi Pekerti, Berbasis Keluarga Abstract
Keywords : moral Training , Family Based
Pelatihan Penanaman Budi P
Remaja dengan Pendekatan Pendidikan Berbasis eluarga
PENDAHULUAN
65
pesat, membawa dampak masuknya kebiasaan
Bejiharjo adalah desa di kecamat-
dan tingkah laku yang kurang sesuai dengan
an Karangmojo, Gunung Kidul, Daerah
budaya dan nilai budi pekerti daerah beji
Istimewa Yogyakarta, Indonesia.Bejiharjo
harjo.
terdiri dari 20 dusun meliputi Grogol I,
serta kebiasaan remaja yang semakin menjauh
Grogol II, Grogol III, Grogol IV, Grogol V,
dari nilai-nilai lokal.
Grogol VI, Gunungsari, Kulwo, Banyubening
pasinaon yang belum teroptimalkan fungsinya
I, Banyubening II, Ngringin, Karanglor,
dalam melakukan pendidikan masyarakat.
pergaulan dan tingkah laku
, terdapat rumah
Karangmojo, Bulu, Gelaran I, Gelaran II,
Pergaulan dan tingkah laku serta kebiasaan
Sokoliman I, Sokoliman II, Gunungbang, dan
remaja yang semakin menjauh dari nilai-nilai
Seropan.
lokal. Salah satu pendekatan untuk mengkaji
Adapun Desa Wisata Bejiharjo mempunyai
permasalahan nilai dan karakter remaja adalah
potensi wilayah sebagai berikut: Potensi
melalui kajian budi pekerti yang di sampaikan
pariwisata Cave tubing Goa Pindul, Goa
oleh Ki Hadjar Dewantara.
Glatik, Banyumoto, tingkat kunjungan rata-
Menurut Ki Hadjar Dewantara, budi pekerti
rata 5000 orang perbulan untuk wisatawan
berarti pikiran, perasaan, kenauan. Sedangkan
lokal dan 300 orang untuk wisatawan asing,
pekerti berarti tenaga. Budi pekerti itu sifatnya
seni budaya Wayang Beber, Doger, Gejok
jiwa manusia, mulai angan-angan sampai
Lesung, Egrang, situs megalitik purbakala.
terjelma sebagai tenaga. Jadi yang dimaksud
Jumlah usaha terkait dengan pariwisata yang
budi pekerti menurut Ki Hadjar Dewantara
dikembangkan masyarakat meliputi : hotel/
adalah bersatunya gerak pikiran, perasaan
penginapan/homestay 15 tempat, rumah
dan kehendak atau kemauan yang akhirnya
makan/warung makan berjumlah 20 warung,
menimbulkan tenaga.( KI Hadjar Dewantara,
belum ada sentra kios cinderamata, industri
1962). Lebih lanjut Rahmat menjelaskan bahwa
kecil kerajinan yang ada yaitu kerajinan tas,
model pendidikan yang dikembangkan Paulo
blangkon dan batu putih, terdapat lokasi
Freire dan di rancang untuk meningkatkan
pemancingan di 6 tempat.
kesadaran peserta dan memungkinkan mereka
Perkembangan wisata yang sangat pesat
untuk menjadi lebih sadar tentang bagaimana
menimbulkan berbagai macam dampak negatif
pengalaman-pengalaman pribadi individu yang
i berikut:
,
terhubung ke masalah social yang lebih besar.
perkembangan Obyek wisata gua pindul yang
Peserta diberdayakan untuk bertindak dalam
TEKNODIKA, Volume 13, Nomor 1, Maret 2015
66
upaya memengaruhi perubahan masalah-
yang utama.Hal tersebut hal-nya dengan
masalah yang memengaruhi mereka, konsep ini
pendapat Machbub Masduqi dalam bukunya
di sebut sebagai pendidikan popular. (Rahmat
bahwa, Pen didikan akhlak (budi pekerti)
Hidayat, 2013).
yakni mendidik anak didik menjadi manusia
Kajian tentang budi pekerti, nilai
yang berpikir berkelakuan secara susila.
kemanusiaan dan moral juga diungkapkan
Yang dimaksud di sini adalah pendidikan
oleh Burhanuddin Salam mengatakan bahwa
kesusilaan, pengajaran yang membentuk watak
moral berasal dari bahasa Latin “mores”,
kepribadian dibiasakan. Menurut Ki Hadjar
berasal dari kata “mos” yang berarti kesusilaan,
Dewantara tujuan pendidikan dapat dijelaskan
tabiat atau kelakuan. Moral dengan demikian
sebagai berikut: “pendidikan adalah tuntunan
dapat diartikan ajaran kesusilaan. Moralitas
di dalam hidup tumbuhnya anak-anak.
berarti hal mengenai kesusilaan. Selanjutnya,
Adapun m aksud pendi dikan yai tu
istilah budi pekerti, yang pada dasarnya tidak
menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada
berbeda dengan akhlak adalah kata yang
anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia
berasal dari bahasa Sansekerta yang memiliki
dan sebagai anggota masyarakat dapatlah
kedekatan dengan istilah tata krama. Inti ajaran
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
tata krama ini sama dengan inti ajaran budi
setinggi-tingginya. Jika dilihat dari tujuan
pekerti. Ki Hadjar Dewantara meringkaskan
pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara
tentang pengertian pendidikan budi pekerti
di atas dapat diketahui bahwa pendidikan
adalah Segala usaha dari orang tua terhadap
memiliki peran penting dalam kehidupan
anak-anak dengan maksud menyokong
manusia yang mempunyai fungsi untuk
kemajuan hidupnya, dalam arti memperbaiki
membantu perkembangan manusia untuk
bertumbuhnya segala kekuatan rohani dan
mencapai manusia yang seutuhnya.
jasmani yang ada pada anak-anak karena kodrat irodatnya sendiri.
Paulo Freire juga menjelaskan bahwa, tujuan pendidikan yang humanis adalah untuk
Pendapat di atas sejalan dengan pendapat
mencari ilmu pengetahuan guna memenuhi
Ahmad D. Marimba yang menyatakan bahwa
hasrat dan keinginan peserta didik dan guru
pendidikan akhlak (budi pekerti) adalah
dengan kesadaran untuk menciptakan ilmu
bimbingan secara sadar oleh si pendidik
pengetahuan baru. (Paulo Freire:1972).
terhadap perkembangan jasmani dan rohani
Azas pendidikan budi pekerti terdiri
si terdidik menuju terbentuknya kepribadian
dari 5 azas yaitu : Azas kodrat alam, azas
Pelatihan Penanaman Budi P
Remaja dengan Pendekatan Pendidikan Berbasis eluarga
67
kemerdekaan, azas kebudayaan, azas
, Azas kebudayaan merupakan
kebangsaan, azas kemanusiaan. Dasar
landasan yang memiliki peran penting dalam
pendidikan budi pekerti yang pertama yaitu
kemajuan pendidikan budi pekerti. Azas ini
azas kodrat alam yaitu azas yang dimanfaatkan
digunakan untuk membimbing anak agar
untuk dapt mengembangkan segenap bakat,
tetap mennghargai serta mengembangkan
potensi dan kemungkinan yang terdapat dalam
kebudayaan sendiri. Hal ini bertujuan untuk
diri manusia secara kodrati. Menurut azas
menjaga keaslihan budaya lokal, sehingga Ki
kodrat alam manusia itu terlahir sama dan
Hadjar Dewantara mempunyai konsentrasi
merdeka. Jadi Ki Hadjar Dewantara selalu
tersendiri dalam mengembangkan pendidikan
menganggap bahwa semua orang itu sama
nasional yang berlandaskan atas kebudayaan
dan merdeka. Ki Hajar Dewantara tidak setuju
murni indonesia. Azas kebudayaan. Perlunya
dan menentang sikap rasis dan foedalisme
memlihara, mengembangakan dan melestarikan
walaupun beliau adalah keturunan bangsawan.
nilai-nilai dan bentuk kebudayaan nasional.
Sesuai dengan kodrat alam semua orang
Pada bab terdahulu telah dijelaskan mengenai
dilahirkan sama. Tidak ada yang tinngi dan
kebudayaan nasional. Menurut Ki Hajar
tidak ada yang lebih rendah.
Dewantara kebudayaan Indonesia harus
Kedua, azaz kemerdekaan merupakan
berpangkal pada kebudayaan sendiri. Namun
sebuah anugerah yang diberikan oleh Tuhan
Ki Hadjar Dewantara selalu bersikap terbuka
Yang Maha Esa kepada setiap makhluknya,
dan tidak menolak unsur-unsur kebudayaan
termasuk juga manusia, setiap manusia
dari luaryang dapat mengembangkan khazanah
mempunyai hak unruk merdeka dan bebas
kebudayaan Indonesia.
mengatur dirinya. Dalam mencapai kebahagiaan
, azas kebangsaan menurut
hidupnya, setiap orang mempunyai kebebasan
Ki Hajar Dewatara harus pula menghargai
untuk berpikir dan berbuat. Semua orang berhak
kebangsaan orang lain. Azas kebangsaan
hidup bahagia. Akan tetapi kebebasan di sini
yang dicita-citakan oleh Ki Hajar Dewantara
bukan berarti kebebasan berbuat semaunya.
kebangsaan yang menghargai dan menghormati
Sunguhpun setiap orang bebas berpikir dan
kebangsaan orang lain.
berbuat, namun ia harus memperhatikan
, azas kemanusiaan dapat dilihat
ketertiban masyarakat. Kebebasan seseorang
pada adanya rasa cinta kasih terhadap sesama
jangan sampai mengganggu dan merusak
manusia dan terhadap sesama makhluk
ketertiban masyarakat
Tuhan. Azas ini menimbulkan rasa cinta kasih
TEKNODIKA, Volume 13, Nomor 1, Maret 2015
68
dan menghindarkan orang untuk berbuat
berbasis keluarga di Desa Wisata Bejiharjo,
kejam terhadap sesamanya dan sesama
Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul.. Untuk
makhluk Tuhan. Mencermati kondisi remaja
mencapai tujuan kegiatan yang diharapkan,
yang mengalami persoalan nilai dan budi
kegiatan ini dilakukan dengan metode:
pekerti, perlu adanya upaya yang dilakukan
Pertama, metode curah pendapat, yaitu untuk
untuk mengurangi masalah tersebut. Salah
menghimpun kebutuhan belajar sumber-sumber
satu upaya yang di lakukan adalah dengan
dan hambatan terkait dengan pendidikan dan
penyelenggaraan kegiatan yang berupa
pelatihan.
penyuluhan tentang penanaman budi pekerti
, yaitu untuk menumbuhkan kesadaran untuk
pada remaja kepada keluarga yang mempunyai
melakukan pendidikan budi pekerti dalam
remaja dengan pendekatan pendidikan berbasis
keluarga.
keluarga.
yaitu untuk memberikan informasi tentang
metode game bermain peran
, metode caramah bervariasi,
Kegiatan pelatihan ini diselenggarakan
penanaman budi pekerti. Untuk menganalisis
bekerjasama dengan Rumah Pasinaon yang
dampak perubahan yang terjadi mengunakan
berada di desa wisata Bejiharjo sebagai
pendekatan deskriptif kualitatif.
laboraturium luar kampus Jurusan PLS FIP UNY. Tujuan pelatihan ini diantaranya :
. HASIL DAN PEMBAHASAN
, meningkatkan pengetahuan
Langkah-langkah atau tahap-tahap yang
kelompok sasaran dalam
ditempuh dalam pelatihan menggunakan
bidang tehnik pendidikan budi pekerti dalam
pendekatan yang di sampaikan oleh Siagan
keluarga.
, menumbuhkembangkan
(2003:185-186), langkah-langkah tersebut
sikap dan perilaku mental (mental attiude dan
adalah: Pertama, penentuan kebutuhan.
behaviour) ke arah yang positif.
, agar
Anali si s kebutuhan itu harus m ampu
kelompok sasaran memiliki keterampilan dan
mendiagnosa paling sedikit dua hal, yaitu
kemauan untuk melakukan pendidikan dengan
masalah-masalah yang dihadapi sekarang dan
pendekatan keluarga dalam penanaman budi
berbagai tantangan baru yang diperkirakan
bekerti pada remaja.
akan timbul di masa depan.
, penentuan
sasaran. Sasaran yang ingin dicapai itu dapat METODE
bersifat teknikal akan tetapi dapat pula
Pelatihan penanaman budi pekerti pada
menyangkut keperilakuan. Atau mungkin
remaja dengan pendekatan pendidikan
juga kedua-duanya. Berbagai sasaran harus
Pelatihan Penanaman Budi P
Remaja dengan Pendekatan Pendidikan Berbasis eluarga
69
dinyatakan sejelas dan sekongkret mungkin,
Upaya mengatasi permasalahan yang dihadapi
baik bagi para pelatih maupun para peserta.
oleh keluarga remaja di desa Bejiharjo, dapat
, penetapan isi program. Sifat suatu
dibangun pemikiran sebagaiberikut; remaja
program pelatihan ditentukan paling sedikit
yang beranjak dewasa dihadapkan oleh
oleh dua faktor, yaitu hasil analisis penentuan
berbagai macam pilihan nilai-nilai yang begitu
kebutuhan dan sasaran yang hendak dicapai.
banyak dilingkungan mereka. Kondisi yang semacam ini peran keluarga menjadi sangat
Prinsip belajar yang layak dipertimbangkan
penting untuk berperan menjadi pengarah dan
untuk diterapkan berkisar pada lima hal, yaitu
penentu nilai-nilai yang di internalisasikan pada
partisipasi, repetisi, relevansi, pengalihan dan
sosok remaja. Keluarga remaja sangat penting
umpan balik.
, pelaksanaan program.
untuk memiliki kemampuan mengarahkan dan
Penyelenggaraan program pelatihan sangat
mendidik remaja kearah nilai-nilai luhur yang
situasional sifatnya. Artinya, dengan penekanan
di kembangkan oleh masyarakat lokal.
pada perhitungan kepentingan organisasi dan
Sasaran kegiatan ini adalah para orangtua
kebutuhan para peserta, penerapan prinsip-
remaja dan remaja di desa wisata Bejiharjo
prinsip belajar tercermin pada penggunaan
yang berjumlah 30 orang yang terdiri dari
teknik-teknik tertentu dalam proses belajar
20 orang tua yang mempunyai remaja dan
mengajar.
10 orang remaja. Kegiatan yang diwujudkan , penilaian pelaksanaan program.
dalam bentuk pelatihan, dengan materi
Pelaksanaan program pelatihan dapat
pembelajaran sebagai berikut : dinamika
dikatakan berhasil apabila dalam diri para
permasalahan remaja, budi pekerti, ketahanan
peserta pelatihan tersebut terjadi suatu proses
keluarga, menjadi orangtua bijak dan materi
transformasi. Proses transformasi dapat
motivasi.
dikatakan baik apabila terjadi dua hal, yaitu
Tujuan pendidikan dan pelatihan ini
peningkatan kemampuan dalam melaksanakan
secara mendasar adalah untuk meningkatkan
tugas dan perubahan sikap perilaku yang
pengetahuan
tercermin dalam sikap, disiplin dan etos kerja
keterampilan
kemampuan , memupuk
Program pelatihan ini di rancang untuk melatih dan membekali para orangtua remaja
dalam diskusi, memupuk hubungan kerjasama,
agar memiliki kemampuan mendidik para
menanamkan jiwa kesatuan serta mengubah
remaja terkait dengan penanaman budi pekerti.
sikap dan tingkah laku mental (mental attiude
TEKNODIKA, Volume 13, Nomor 1, Maret 2015
70
dan behaviour) ke arah kerja yang jujur dan
munculnya kesadaran peserta untuk melakukan
efektif.
transformasi pengetahuan
.
Sejalan dengan tata nilai diatas selaras
Proses transformasi ini terjadi dua hal, yaitu
dengan yang di sampaikan oleh Ki Hadjar
peningkatan kemampuan dalam melaksanakan
Dewantara tentang budi pekerti, yaitu bahwa
tugas sebagai orangtua yang memiliki remaja
budi pekerti berarti pikiran, perasaan, kenauan.
dan perubahan sikap perilaku orangtua untuk
Sedangkan pekerti berarti tenaga. Budi pekerti
melakukan penanaman budi pekerti dalam
itu sifatnya jiwa manusia, mulai angan-angan
keluarga
.
sampai terjelma sebagai tenaga. Jadi yang
peserta remaja yang datang
dimaksud budi pekerti menurut Ki Hadjar
memiliki kesadaran untuk aktif menggerakan
Dewantara adalah bersatunya gerak pikiran,
organisasi kepemudaan sebagai bagian
perasaan dan kehendak atau kemauan yang
untuk memberikan program-program yang
akhirnya menimbulkan tenaga. (KI Hadjar
mendukung pengembangan remaja (mental
Dewantara, 1962). Selanjutnya Ki Hadjar
attiude dan behaviour).
Dewantara meringkaskan tentang pengertian
kesadaran bahwa masalah remaja merupakan
pendidikan budi pekerti adalah Segala usaha
masalah yang menjadi tanggung jawab
dari orang tua terhadap anak-anak dengan
bersama, sehingga untuk menyelesaikan
maksud menyokong kemajuan hidupnya,
harus menggunakan pendekatan kebersamaan
dalam arti memperbaiki bertumbuhnya segala
dan saling mendukung antar komponen
kekuatan rohani dan jasmani yang ada pada
masyarakat atau dengan bahasa lain peserta
anak-anak karena kodrat irodatnya sendiri
mampu
Hasil dari kegiatan pelatihan ini adalah : Satu, mampu menghadirkan peserta sejumah
, munculnya
memahami persoalan remaja
dan menyadari untuk menyelesaikan dengan pendekatan kebersamaan.
30 orang, dengan rincian 20 orang tua yang memiliki anak remaja dan 10 orang remaja.
PENUTUP
Dua, setelah pelatihan para peserta melahirkan
Simpulan
konsesnsus untuk membentuk kelompok
Berdasarkan uraian dan dapat disimpulkann
yang di sebut kelompok “Bina Keluarga
sebagai berikut :
Remaja”, dengan tujuan menfasilitasi kegiatan
pengetahuan
untuk pengembangan remaja dan mengatasi
pendidikan budi pekerti dalam keluarga, hal
persoalan-persoalan yang muncul. Tiga,
ini di tandai dengan aktivitas yang muncul
, meningkatnya peserta dalam tehnik
Pelatihan Penanaman Budi P
Remaja dengan Pendekatan Pendidikan Berbasis eluarga
dalam proses permainan peran.
,
tumbuhnya sikap dan perilaku mental (mental attiude dan behaviour) ke arah yang positif, hal ini di tandai dengan keputusan pese rt a unt uk me mbent uk ke lom pok “Bina Keluarga Remaja” sebagai sarana memecahkan persoalan remaja yang muncul. , peserta memiliki keterampilan dan kemauan untuk melakukan pendidikan dengan pendekatan keluarga dalam penanaman budi bekerti pada remaja, hal ini di tandai dengan pernyataan peserta untuk berkomitmen
71
yang mendukung pengembangan remaja (mental attiude dan behaviour). Saran Berdasarkan hasil yang telah di uraikan sebelumnya berikut disampaikan beberapa saran sebagai berikut : Pertama, bagi peserta pelatihan yang berasal dari orangtua remaja untuk memanfaatkan kelompok Bina Keluarga Remaja yang telah di bentuk sebagai sarana memecahkan persoalan budi pekerti di kalangan anak remaja mereka.
, bagi
peserta remaja agar menjadikan keluarga sebagai tempat yang menyenangkan untuk
di dalam keluarga.
peserta remaja
yang datang memiliki kesadaran untuk aktif menggerakan organisasi kepemudaan sebagai bagian untuk memberikan program-program
mencurahkan segala persoalan yang di hadapi serta memfungsikan secara optimal organisasi kepemudaan yang ada sebagai tempat mengembankan remaja dan pemuda.
DAFTAR PUSTAKA KI Hadjar Dewantara,1962. Karya Bagian I Pendidikan. Yogyakarta: Majelis Luhur Perguruan Taman Siswa. Paulo Freire, (1972). Pendidikan Kaum Tertindas, Jakarta : LP3ES Rahmat Hidayat, (2013), Pedagogi Kritis: Sejarah, Perkembangan dan Pemikiran, Jakarta : Rajawali Pers. Siagian, Sondang P. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Bumi Aksara.