PELATIHAN ‘DIRIGEN’ UNTUK PEMULA Oleh : Dominikus Catur Raharja, M.Sn Pengertian Umum Dirigen/conductor adalah orang yang memimpin jalannya sebuah pertunjukan kelompok musik/paduan suara melalui gerak isyarat. Apa pentingnya conductor? Banyaknya orang yang terlibat dalam sebuah kelompok musik atau paduan suara, berarti banyak juga permasalahan yang ada didalamnya. Sifat, karakter suara, dan pengetahuan tentang musik dari orang per orang akan susah disatukan, tanpa adanya pemimpin yang baik. Conductor adalah orang yang sangat bertanggung-‐jawab atas suksesnya sebuah penyajian musik dari kelompok musik atau paduan suara. Memilih lagu yang sesuai dengan kemampuan kelompoknya, melatih-‐kan lagu tersebut, serta memimpin, adalah tugas utama seorang conductor. Segala upaya dilakukan oleh seorang conductor untuk membuat kelompok musik atau paduan suara yang dia pimpin, agar menjadi bagus dan solid dalam membawakan dan mengekspresikan sebuah lagu. Tidak ada kelompok musik atau paduan suara yang tidak baik, yang ada hanyalah pemimpin/conductor yang tidak baik Untuk menjadi conductor seseorang harus mempersiapkan dan membekali diri. Ada 2 hal yang sangat penting dan harus dipenuhi, yaitu : 1. Seorang conductor harus memiliki Mental yang baik •
Berani dan mempunyai kesadaran yang tinggi untuk memimpin
•
Berani dan memiliki kepercayaan diri dalam memberikan contoh
•
Mempunyai kewibawaan dan integritas
•
Mempunyai empati pengendalian emosi
•
Mau belajar
2. Seorang conductor harus memiliki Ilmu yang baik v
Menguasai teori dasar musik
a) Birama : jumlah ketukan dalam setiap bar. 2/4, 3 /4, 4/4, 6/8, 2/2, dll Seorang conductor harus mampu membedakan karakteristik birama dan tekanan ketukan dalam birama b) Tangganada : susunan nada yang teratur tinggi rendahnya yang memiliki jarak tertentu pada setiap nadanya Seorang conductor harus mampu membedakan tinggi rendahnya nada, atau mampu mengidentifikasikan tangganada dalam partitur/teks lagu. Sehingga kelompok koor dapat menyanyi dengan nyaman tanpa merasa kerendahan dan ketinggian nadanya. c) Tanda pengulangan : tanda yang dipakai untuk memberikan instruksi urutan main/menyanyikan dalam partitur/teks lagu d) Tanda ekspresi tanda yang dipakai untuk menjelaskan perubahan dinamika dan tempo. misalnya, keras/lembut, percepatan /perlambatan e) Melodi : rangkaian nada dalam setiap frase f)
Irama : nilai nada yang membentuk pola
g) Harmoni : paduan nada yang tersusun secara vertikal h) Tanda Tempo Seorang conductor harus dapat mengenali dan membedakan tanda – tanda tempo. Misalnya : Cepat : allegretto, allegro, dan vivace. Sedang : andante, andantino, moderato Lambat : adigio, largo, grave
v Mengusai teknik dasar Conducting Penampilan seorang conductor dalam memimpin paduan suara atau kelompok ensambel lainnya harus jelas, tegas dan dapat dilihat oleh semua anggota kelompok yang dipimpinnya. Cara-‐cara seseorang dirigen dalam memimpin adalah sebagai berikut a) Posisi Berdiri Badan lurus posisi salah satu kaki ( kaki kiri ) sedikit maju. Kedua tangan kira-‐kira di depan dada dengan posisi siku disamping kiri badan. Posisi tangan kanan boleh sejajar dengan tangan kiri atau sedikit lebih tinggi
b) Gerak Tangan Pembagian tugas tangan kanan adalah memberi tempo, sedang tangan kiri memberikan dinamika. Ada penekanan pada setiap hitungan pola. Setiap gerakan tangan harus terlihat semua anggota koor/kelompokmusik yang diberi aba-‐aba. Misalnya, Jika gerakan pola melebar, posisi tangan tidak boleh sampai lurus. Gerakan dianjurkan ‘luwes’ atau tidak kaku. c) Pola aba-‐aba Pola 2/4
Pola 3/4
Pola 4/4
Pola 6/8
Dalam memberikan aba-‐aba ada 2 istilah : Ø Attack inside adalah tekanan pada salah satu hitungan dalam pola aba-‐aba, untuk memberikan tanda agar orang yang diberi aba-‐aba jelas dan percaya diri untuk mulai bernyanyi atau bermain musik. Attack inside ini terdapat pada satu ketuk/satu hitungan sebelum lagu itu dimulai. Misalnya, lagu dimulai pada hitungan ke-‐4, attack inside-‐nya berada pada ketukan ke-‐3. Ø Attack closing adalah tekanan pada gerakan tangan yang fungsinya untuk menutup komposisi atau lagu yang dinyanyikan dengan baik. Biasanya gerakan Attack closing ini meneruskan pola gerakan/ketukan terakhir pada lagu yang ditahan.
Pola -‐ pola gerakan harus menrepresentasi sebuah ekspresi lagu, maka itu conductor harus paham betul tentang karakteristik dalam setiap gerakannya. misalnya : •
tempo cepat : pola gerakan yang dibawakan harus kecil dengan aksen/tekanan yang benar-‐benar jelas.
•
tempo lambat : pola gerakan yang dibawakan besar, mengalir, dan menggunakan sedikit aksen/tekanan
•
lembut : pola gerakan yang dibawakan harus kecil ( ditambah mimik conductor : mata sedikit tertutup, jari telunjuk kiri ditempel dimulut, dsb..)
•
keras : pola gerakan yang dibawakan besar ( ditambah mimik conductor : mata melotot, tangan kiri mengepal, dsb..)
v Memiliki pengetahuan tentang alat musik Untuk memperlancar dalam melatih anggotannya, seorang conductor harus membekali diri dengan pengetahuan tentang alat musik. Piano / organ adalah alat musik yang tidak asing bagi kita. Seorang conductor mempunyai pengetahuan tentang alat-‐alat itu, tahap paling dasar adalah conductor harus mengerti isi ‘tuts’ 1 oktaf dalam piano/organ. Karena ini sangat penting, untuk ‘pathokan’ dalam pengambilan nada dan penyesuaian tangganada yang dipakai.
v Menguasai tentang teknik pernafasan dan pengolahan suara Pengetahuan tentang teknik pernafasan dan pengolahan suara harus dikuasai oleh seorang conductor. Apa arti sebuah aba-‐aba yang benar jika kualitas bernyanyi dari kelompok yang dipimpin tidak baik. Seorang conductor harus mempertimbangkan hal tersebut, dan untuk dapat mewujudkan kualitas yang baik, seorang conductor harus melakukan pembinaan terhadap kelompok yang dipimpinnya. Teknik pernafasan 1. Pernapasan Dada Terjadi apabila rongga dada mengembang dan perut mengempis sewaktu menarik napas. Rongga dada, bahu, dan leher yang tegang menyebabkan trachea, bronchie, dan paru-‐paru menjadi ikut tegang. Suara yang dihasilkan akan menjadi kaku dan wilayah suaranya (ambitus) menjadi terbatas. Pernapasan dada tidak dianjurkan untuk bernyanyi, dan jika dilakukan secara terus-‐menerus malah bisa membahayakan paru-‐paru. 2. Pernapasan Perut Pernapasan perut terjadi apabila perut ikut mengembang sewaktu menarik napas. Cara pernapasan ini memang tidak mengakibatkan ketegangan pada rongga dada, leher, maupun bahu, tetapi tidak mendukung pada suara yang dikeluarkan melalui mulut, apalagi untuk suara tinggi dan bervolume besar. 3. Pernapasan Diafragma Terjadi apabila sekat rongga badan ikut mengembang sewaktu menghirup napas. Sekat ini terletak diantara rongga dada dan rongga perut. Pernapasan diafragma merupakan cara yang efektif untuk bernyanyi dan tidak mengganggu organ tubuh lainnya. Selain itu pernapasan diafragma dapat memberi dukungan pada suara yang dikeluarkan, ambitus suara dapat mencapai wilayah yang maksimal.
Pengolahan suara Pengolahan suara sangat penting untuk membangun kualitas padauan suara yang baik, karena ‘homogenitas’ dan pesan yang dimuat dalam syair lagu akan terdengar oleh pendengarnya. Artikulasi dan resonansi suara sangat mempengaruhi kualitas dalam bernyanyi. Artikulasi Adalah pelafalan atau pengucapan huruf, baik huruf hidup/vokal juga huruf mati (b, c, d, f,…dst). Huruf hidup adalah nada substain, suara vocal yang mengalir bebas. (a, i, u, e, o). fungsi artikulasi disini adalah agar kata-‐ kata/bahasa dalam lagu disampaikan dengan jelas, dan agar orang yang mendengarpun mengerti maksud daripada lagu yang disampaikan. 1. Artikulasi Huruf Hidup Pembentukan huruf hidup tergantung dari sikap rongga mulut terutama lidah. Terkadang orang Indonesia masih merasa sulit untuk mengucapkan pelafalan ‘a’, maka diperlukan cara untuk insetting ‘a’. Yaitu dimulai dengan keras, dimualai dengan didahului ‘h’, ‘m’, ‘n’ atau memulainya dengan lembut. Demikian juga dengan huruf ‘e’ yang singkat dan lemah dalam pelafalannya harus dengan cara tertentu agar diucapkan dengan jelas. Selain huruf diatas masih dapat dilafalkan dengan baik oleh orang Indonesia. Namun juga masih terdapat huruf hidup yang gelap, umlaut (yang ditemukan dalam lagu-‐lagu bahasa asing seperti Jerman) dan huruf hidup rangkap yang perlu diperhatikan pelafalannya. Kesalahan-‐kesalahan yang perlu dihindari untuk melafalkan huruf hidup yang rangkap adalah : -‐ Jangan berubah kearah satu bunyi saja, misalnya ‘selesaaai’/’selesaiii’ -‐ Kedua huruf jangan ditekan satu satu, missal ‘selesa-‐i’/’dika-‐u’. 2. Artikulasi Huruf Mati Huruf mati dibedakan dalam dua bentuk: -‐ Huruf mati yang bisu (b ,c ,d ,f ,g ,h ,j ,k ,p ,s ,t ,kh ,sy.). Beberapa huruf mati yang bisu ada yang terjadi karena letusan kedua bibir ‘b’ dan ‘p’, karena letusan lidah yang menekan kuat pada akar gigi atas ‘d’ dan ‘t’, karena lidah menekan langi-‐langit lunak ‘g’ dan ‘k’. -‐ Huruf mati yang bersuara (l ,m ,n ,r ,v, y z ,ng.). Huruf-‐huruf ini bila
diucapkan mempunyai gejala resonansi dan merupakan jembatan antara dua huruf hidup. Huruf mati merupakan huruf bantu untuk huruf hidup. Terutama huruf bisu pantas diperhatikan dengan baik-‐baik, karena dalam nyanyian huruf bisu dapat mematikan bunyi huruf hidup. Agar ucapan huruf bisu pada akhir kata menjadi serentak, diperlukan latihan yang teliti. Dan hendaknya dilatih dan dibedakan dengan sejelas-‐jelasnya, sehingga menghasilkan bunyi masing-‐masing yang jernih. Jangan lupakan adanya pengaruh bahasa daerah lainnya yang dapat mempengaruhi artikulasi huruf-‐huruf diatas. Resonansi (Teknik Dengung) Adalah suatu gejala bunyi kembali dari suatu ruangan, atau gema yang timbul karena adanya ruangan yang memiliki dinding-‐dinding yang keras sehingga sanggup memantulkan suara. Jadi resonansi bisa disebut juga dengan gema. Tubuh manusia sebagai anugrah terbesar Tuhan pun dapat dipakai sebagai alat resonansi. Ruang resonansi ini terdiri dari semua ruangan dalam tubuh manusia (yang berfungsi sebagai gendang) terutama bagian atas pita suara dan rongga kepala. Perlu diperhatikan resonansi yang tepat dan baik agar dalam pelaksanaan menyanyikan lagu terjadi resonansi dalam tubuh. Bentuk Resonansi Vokal Sebagai Warna Suara : 1. Resonansi Dada Ini menambah kaya warna suara yang dalam/dark untuk power, kehangatan dan sensualitas. Resonansi ini menciptakan perasaan yang mendalam dalam vokal. 2. Resonansi Mulut Digunakan untuk vocal percakapan. 3. Resonansi Kepala Ini digunakan untuk vokal yang lembut. Rongga-‐Rongga Resonansi Rongga resonansi ada yang dapat diubah bentuknya namun ada juga yang tidak dapat diubah. Rongga yang tidak dapat diubah adalah rongga dahi,
rongga tulang baji, rongga tulang saringan, rongga rahang. Sedangkan rongga yang dapat diubah adalah rongga tenggorokan, rongga mulut, rongga hidung. Fungsi dari rongga yang dapat diubah adalah menibulkan perbedaan warna suara dan huruf hidup. Dua hal diatas adalah bekal yang sangat penting untuk menjadi seorang dirigen/conductor. Namun dasar utama dari semua itu adalah kemampuan membanguan relasi dengan anggota kelompok yang dipimpinnya. wujud kongkrit dari relasi ini adalah kemampuan anggota kelompok choir/orchestra mampu menangkap maksud dirigen/conductor melalui bahasa isyarat, sehingga ekspresi dan penjiwaan lagu dapat dibawakan dengan baik. Daftar Pustaka, Prier SJ, K-‐E , 1993, Yogyakarta : Pusat Musik Liturgi (PML) Menjadi dirigen I,II,III Pono Banoe, DR, 2007, Yogyakarta , Kanisius. Kamus Musik Marple, Hogo D. (1972) The Beginning Conductor. New York: Ma Graw Hill Book Company Jones, George Thadeus. ( 1974). Music Theory. New York: Barner Noble Books.