PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
OPTIMASI KOMPOSISI ASAM SITRAT DAN ASAM TARTRAT DALAM TABLET EFFERVESCENT VITAMIN C: APLIKASI METODE DESAIN FAKTORIAL
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh: Duma Yanti NIM : 028114173
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Optimasi Komposisi Asam sitrat dan Asam Tartrat dalam Tablet Effervescent Vitamin C: Aplikasi Metode Desain Faktorial” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama penelitian sampai penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak berupa bimbingan, dorongan, pengarahan, sarana, ataupun fasilitas dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1.
Ibu Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt. selaku Dosen Pembimbing dan Dosen Penguji atas segala bimbingan, saran, pengarahan, dan kesempatan yang telah diberikan dalam penyusunan skripsi ini.
2.
Ibu Rini Dwiastuti, S.Farm., Apt. selaku Dosen Penguji atas segala masukan berupa kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.
3.
Ibu Christine Patramurti, M.Si., Apt. selaku Dosen Penguji atas segala masukan berupa kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.
4.
Ibu Dewi Setyaningsih, M.Si., Apt. atas segala bimbingan, saran, pengarahan, dan dorongan yang telah diberikan selama penelitian.
5.
Bapak Prof. Dr. Sudibyo Martono, M.Si., Apt. atas bantuan yang telah diberikan dalam penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6.
Bapak Jefry Julianus M.Si. atas bantuan yang diberikan dalam penelitian ini.
7.
Pak Bambang, Mas Surajio, dan Ibu Aminem selaku laboran teknologi sediaan padat fakultas farmasi Universitas Gadjah Mada atas segala bantuan dan masukan yang telah diberikan selama penelitian.
8.
Laboran teknologi sediaan padat fakultas famasi Universitas Sanata Dharma yang telah membantu dalam kelancaran penelitian.
9.
Kedua orangtuaku tercinta untuk doa, semangat dan dukungan baik moril maupun materil yang telah diberikan.
10.
Iton untuk doa, dorongan, semangat dan kebersamaan dalam susah dan senang.
11.
Teman-teman terbaikku di farmasi, nonot, rinta, leny, berta untuk persahabatan, dukungan, dan dorongan selama ini.
12.
Thanks a lot to mb dewi, mas ade, fredy, mb merry, riasa, anto, adit, robby, fitri, ovie, nana, tori yang banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
13.
Teman-teman praktikum kelompok F untuk kebersamaan selama 3 tahun.
14.
Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini
masih terdapat banyak kekurangan. Namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Yogyakarta, Juni 2007 Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL …………………………………………………………..i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………………ii HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………..iii HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………………iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………………………………….v PRAKATA..............................................……………………………….……..vi DAFTAR ISI …………………………………………………………….…..viii DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………xi DAFTAR TABEL ……………………………………………………………xii DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………...xiii INTISARI ……………………………………………………………………xiv ABSTRACT ……………………………………………………………………xv BAB I. PENGANTAR ………………………………………………...…….1 A. Latar Belakang ……………………………………………………………..1 B. Rumusan Masalah ………………………………………………………….4 C. Keaslian Penelitian …………………………………………………………4 D. Manfaat Penelitian …………………………………………………….……4 E. Tujuan Penelitian …………………………………………………………...5 BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ……………………………………….6 A. Vitamin C………….………………………………………………………..6 B. Tablet.................………….……………………........................…………... 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Tablet Effervescent………………………………………………………….9 D. Bahan Tambahan Dalam Pembuatan Tablet Effervescent ………………...13 E. Metode Pembuatan Tablet Effervescent …………………………………...18 F. Uji Sifat Fisis Campuran Serbuk ………….…………………………..........22 G. Uji Sifat Fisis Tablet Effervescent ……………………………….………...24 H. Pemerian Bahan yang Digunakan ……………………………………….....26 I. Metode Desain Faktorial ……………………………………………….…...28 J. Landasan Teori ……………………………………………………….……. 32 K. Hipotesa ……………………………………………………………….…...33 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN …………………………….……34 A. Jenis dan Rancangan Penelitian ………………………………….………..34 B. Variabel dan Definisi Operasional ………………………….…………….34 1. Variabel Penelitian ……………………………………….……………..34 2. Definisi operasional …………………………………….………………35 C. Bahan dan Alat ……………………………………………….…………….37 1. Bahan Penelitian …………………………………….……………….....37 2. Alat Penelitian……. ……………………………………………………37 D. Tata Cara Penelitian …………………………………………….………….40 1. Penentuan level rendah dan level tinggi ..............………………………40 2. Penyiapan komponen campuran …………….……………….…………41 3. Pencampuran serbuk………................................………….……………41 4. Uji sifat fisis campuram serbuk ..……………………………………….42 5. Formulasi tablet effervescent ……………………….…………………..43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Uji sifat fisis tablet effervescent......................................………….…….43 7. Prediksi formula optimum tablet effervescent vitamin C ...............……..45 E. Analisis Data dan Optimasi …………………………….…………………...45 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………….…………46 A. Formulasi dan Pembuatan Tablet Effervescent....…………………….…….46 B. Uji Sifat Fisis Campuran Serbuk ……........…………………….………….53 C. Uji Sifat Fisis Tablet Effervescent ……………………….........……………56 D. Optimasi Formula …………...............................……………….....………..67 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ………………………….………….74 A. Kesimpulan ……………………………………………………….………..74 B. Keterbatasan Penelitian …………………………………………….………74 C. Saran ………………………………………………………………….…….75 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………76 LAMPIRAN …………………………………………………………….……..81 BIOGRAFI PENULIS ………………………………………………………..102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.
Rumus struktur vitamin C …………………………….….....……..7
Gambar 2.
Proses oksidasi vitamin C …………………………………......…..7
Gambar 3.
N-Vinylpyrrolidone ........................................................................16
Gambar 4
Poly(N-Vinylpyrrolidone) ..............................................................16
Gambar 5
Natrium sakarin ..............................................................................18
Gambar 6
Skema jalannya penelitian ..............................................................39
Gambar 7
Ikatan hidrogen antara PVP dan vitamin C ....................................50
Gambar 8
Ikatan hidrogen antara PVP dan asam sitrat ……………………...50
Gambar 9
Ikatan hidrogen antara PVP dan asam tartrat …………...………..50
Gambar 10
Ikatan hidrogen antara PVP dan laktosa ........................................51
Gambar 11a Hubungan antara asam sitrat (g) dan kekerasan tablet ...................58 Gambar 11b Hubungan antara asam tartrat(g) dan kekerasan tablet ……….….58 Gambar 12a. Hubungan antara asam sitrat (g) dan kerapuhan tablet ……...…...61 Gambar 12b. Hubungan antara asam tartrat (g) dan kerapuhan tablet.................61 Gambar 13a. Hubungan antara asam sitrat (g) dan waktu larut ……….….........64 Gambar 13b. Hubungan antara asam tartrat (g) dan waktu larut.........................64 Gambar 14.
Contour plot kekerasan tablet effervescent ……...........................68
Gambar 15.
Contour plot kerapuhan tablet effervescent ……….…….....…….69
Gambar 16.
Contour plot waktu larut tablet effervescent .. ……….……...…...71
Gambar 17.
Contour plot super imposed ……………………………….…….72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL Halaman Tabel I.
Rancangan percobaan desain faktorial …………………………….30
Tabel II.
Komposisi formula tablet effervescent vitamin C ......................…..40
Tabel III. Level rendah dan level tinggi formula ………….………………….41 Tabel IV. Hasil uji sifat alir dan kandungan lembab ……………….…….…..53 Tabel V.
Hasil uji kompaktibilitas ......................................................…….…..53
Tabel VI. Hasil uji sifat fisis tablet effervescent vitamin C …………......………...56 Tabel VII. Efek asam sitrat, efek asam tartrat dan ineraksinya....................................57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Data penimbangan dan notasi …………………...………………...81 Lampiran 2. Data sifat fisis campuran serbuk effervscent …………………..….82 Lampiran 3. Data sifat fisis tablet effervescent ……………………………...….84 Lampiran 4. Perhitungan efek sifat fisis tablet effervescent …………………….88 Lampiran 5. Persamaan regresi ………………………………………………….90 Lampiran 6. Foto campuran serbuk…………………...…………………………96 Lampiran 7. Foto tablet effervsecent.....................................……………………98 Lampiran 8. Foto larutan effervescent …………………….…………………..100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI Telah dilakukan penelitian dengan judul “optimasi komposisi asam sitrat dan asam tartrat dalam tablet effervescent vitamin C: aplikasi metode desain faktorial”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek asam sitrat, asam tartrat, dan interaksinya yang dominan dalam menentukan sifat fisik tablet effervescent vitamin C dan mendapatkan komposisi asam sitrat dan asam tartrat yang optimum. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental murni menggunakan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level. Pembuatan tablet effervescent dilakukan secara kempa langsung. Kategori respon yang diharapkan, yaitu kekerasan, kerapuhan, dan waktu larut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa asam sitrat dominan dalam menentukan kekerasan dan waktu larut tablet effervescent, sedangkan asam tartrat dominan dalam menentukan kerapuhan tablet effervescent. Dari contour plot super imposed diperoleh area optimum untuk kekerasan, kerapuhan, dan waktu larut. Area tersebut diprediksi sebagai formula optimum tablet effervescent pada level yang diteliti. Kata kunci: asam sitrat, asam tartrat, tablet effervescent, desain faktorial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT The research about “compositions optimization of citric acid – tartaric acid of vitamin C effervescent tablets: factorial design method application” has been done. The aim 0f the research were to observe the dominant effect among citric acid, tartaric acid, and the interaction on determining the effervescent tablets properties, and to obtain the optimum composition of formulation area. This research was a pure experimental study based on factorial design with two factor and two level. The preparation tablet effervescent with direct compression. The respond category includes hardness, friability, and disintegration time of effervescent tablet The result shown that ctric acid dominant in determining the hardness and disintegration time, wheares tartaric acid dominant in friability effervescent tablets. From the counter plot superimposed, there was found the optimum area for the hardness, friability, and disintegration time effervescent tablets. characteristic effervescent tablets. That area was supposed as the formula of the optimum citric acid and tartaric acid in the tested level. Key word : citric acid, tartaric acid, effervescent tablet, factorial design
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Vitamin C memiliki banyak manfaat bagi tubuh kita. Vitamin C dapat meningkatkan sistem imun dan berfungsi sebagai antioksidan
yang dapat
mencegah dan mengobati infeksi dan penyakit lain. Vitamin C membantu melawan bakteri, virus, dan penyakit jamur. Dalam jumlah besar vitamin C dapat meningkatkan produksi interferon dan mengaktifkan sistem imun terhadap virus, juga dapat menurunkan produksi histamin sehingga dapat menurunkan potensi alergi. Vitamin C berperan dalam pembentukan dan pemeliharaan kolagen. Vitamin C dapat menguatkan otot dan pembuluh darah. Beberapa studi menerangkan bahwa vitamin C juga dapat berperan dalam mengobati kanker. (Buringer, 2005). Vitamin C tidak dihasilkan oleh tubuh. Vitamin C bisa ditemukan dalam sayuran dan buah-buahan tetapi mudah rusak selama pemasakan dan penyimpanan karena itu diperlukan asupan dari luar dalam bentuk tablet, pil, tablet effervescent, tablet hisap dan cairan injeksi untuk memenuhi kebutuhan akan vitamin ini. (Anonim, 2007 a). Tablet effervescent merupakan bentuk sediaan yang dipilih karena vitamin C dalam bentuk tablet effervescent akan memberikan sistem penyerahan yang efisien untuk absorbsi yang efektif. Vitamin yang diberikan dalam bentuk effervescent akan terlarut dengan lengkap dalam air sehingga lebih mudah untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
diabsorbsi dibandingkan bentuk sediaan tablet atau pil dan adanya karbonat memberikan rasa yang menyegarkan (Anonim, 2006 b). Pembuatan tablet effervescent vitamin C dilakukan dengan metode kempa langsung karena sifat vitamin C yang mudah rusak oleh adanya lembab. Kempa langsung dinilai sangat memuaskan karena kebutuhan kerja rendah sehingga lebih ekonomis daripada pencetakan granulat (Voigt, 1995). Dalam kempa langsung perlu diperhatikan bahan dasar yang digunakan untuk mendapatkan campuran yang mudah mengalir, tidak memisah dan kompak (Lindberg et al., 1992). Pada pembuatan tablet effervescent sumber asam merupakan bahan yang sangat penting, dimana asam akan bereaksi dengan bahan karbonat sehingga terbentuklah gas CO2 (Banker and Anderson, 1986). Gas karbondioksida inilah yang membantu larutnya tablet ketika dimasukkan ke dalam air. Tablet effervescent vitamin C yang beredar dipasaran umumnya menggunakan satu sumber asam saja, yaitu asam sitrat. Pada penelitian ini, peneliti mencoba mengkombinasikan asam sitrat dengan bahan asam lain, yaitu asam tartrat karena campuran serbuk effervescent akan lebih baik jika diolah dari suatu kombinasi asam sitrat dan asam tartrat daripada hanya satu macam asam saja. Penggunaan bahan asam tunggal akan menimbulkan kesukaran. Apabila asam tartrat digunakan sebagai asam tunggal maka campuran serbuk yang dihasilkan akan mudah kehilangan kekuatannya dan menggumpal, sedangkan penggunaan asam sitrat saja akan menghasilkan campuran yang lengket (Ansel, 1989). Asam sitrat memiliki kelarutan yang tinggi dalam air dan mudah diperoleh dalam bentuk granulat. Alasan inilah yang menyebabkan mengapa asam sitrat lebih sering
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
digunakan sebagai sumber asam dalam pembuatan tablet effervescent (Rohdiana, 2003). Asam tartrat digunakan sebagai sumber asam dikarenakan asam tartrat memiliki kelarutan yang sangat baik dalam air (Ansel, 1989). Asam tartrat juga merupakan sumber asam yang banyak digunakan dalam sediaan effervescent. Kelarutan merupakan salah satu syarat bagi bahan yang akan digunakan dalam pembuatan tablet effervescent. Bahan yang digunakan dalam pembuatan tablet effervescent hendaknya memiliki kelarutan yang baik dalam air sehingga reaksi effervescent dapat terjadi dengan cepat
(Mohrle, 1989). Sumber asam akan
menghasilkan reaksi effervescent yang baik bila digunakan pada range konsentrasi 25-40% dari berat tablet (Wehling and Fred, 2004). Asam sitrat dan asam tartrat memiliki sifat masing-masing yang apabila dicampur akan berpengaruh terhadap sifat fisis tablet effervescent vitamin C yang dihasilkan, meliputi kekerasan, kerapuhan dan waktu larut. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang campuran asam sitrat dan asam tartrat yang optimum sebagai sumber asam dalam pembuatan tablet effervescent vitamin C. Komposisi asam sitrat dan asam tartrat dioptimasi berdasarkan metode desain faktorial. Desain faktorial merupakan aplikasi persamaan regresi yaitu teknik untuk memberikan model hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih variabel bebas (Bolton, 1997). Metode ini dapat mengidentifikasi efek masingmasing faktor, maupun efek interaksi antar faktor. Metode desain faktorial juga dapat digunakan untuk memperkirakan faktor yang dominan dalam menentukan respon. Dengan persamaan dari masing-masing respon dapat dibuat contour plot
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
untuk masing-masing parameter sifat fisis dan contour plot superimposed untuk mendapatkan formula yang optimum (Muth, 1999).
B. Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas, permasalahan yang diteliti adalah : 1. Diantara asam sitrat, asam tartrat, dan interaksinya mana yang lebih dominan dalam menentukan sifat fisis tablet effervescent? 2. Apakah dapat ditemukan area komposisi optimum dari asam sitrat dan asam tartrat dengan sifat fisis tablet yang dikehendaki dalam contour plot super imposed?
C. Keaslian Penelitian Sejauh pengetahuan penulis, penelitian tentang optimasi campuran asam sitrat dan asam tartrat untuk menentukan formula optimum tablet effervesent vitamin C dengan metode desain faktorial ini belum pernah dilakukan sebelumnya.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Menambah khasanah ilmu pengetahuan dan memberikan informasi yang dapat berguna sebagai referensi dalam pembuatan tablet effervescent vitamin C.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Manfaat Praktis Mengetahui efek mana yang dominan dalam menentukan sifat fisis tablet effervescent vitamin C antara asam sitrat, asam tartrat, dan interaksinya serta komposisi asam sitrat dan asam tartrat yang optimum berdasarkan contour plot super imposed. 3. Manfaat Metodologis Mengembangkan dan mengaplikasikan metode desain faktorial dengan dua faktor dan dua level dalam melakukan optimasi formula.
E. Tujuan Penelitian 1. Memperoleh formula tablet effervescent vitamin C yang optimum berdasarkan karakter yang dikehendaki. 2. Mengetahui efek mana yang dominan dalam menentukan sifat fisis tablet effervescent vitamin C dari penggunaan asam sitrat, asam tartrat ataupun interaksinya. 3. Mengetahui ada atau tidaknya area komposisi optimum dari asam sitrat dan asam tartrat yang digunakan pada contour plot super imposed.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. Vitamin C Vitamin C dapat meningkatkan sistem imun dan berfungsi sebagai antioksidan
yang dapat mencegah dan mengobati infeksi dan penyakit lain.
Vitamin C dapat mengakifkan neutrofil. Vitamin C juga dapat meningkatkan produksi limposit, sel darah putih yang berperan dalam memproduksi antibodi. Vitamin C membantu melawan bakteri, virus, dan penyakit jamur. Vitamin C juga dapat menurunkan produksi histamin sehingga dapat menurunkan potensi alergi. Salah satu fungsi penting vitamin C adalah dalam pembentukan dan pemeliharaan kolagen, dengan bekerja sebagai koenzim yang merubah prolin dan lisin menjadi hidroksiprolin dan hidroksilisin yang penting bagi struktur kolagen. Vitamin C dapat menguatkan otot dan pembuluh darah. Beberapa studi menerangkan bahwa vitamin C juga dapat berperan dalam mengobati kanker (Buringer, 2005). Penyakit kekurangan vitamin C yang klasik terjadi pada orang dewasa adalah skorbut. Penyakit ini ditandai dengan kelelahan abnormal, kelelahan otot, perdarahan, gigi menjadi goyah dan mudah tanggal dan mudah terkena penyakit infeksi (Mutschler, 1991). Berbagai gejala-gajala dari skorbut dihubungkan dengan jaringan yang dapat dijelaskan dengan peranan vitamin C dalam pembentukan kolagen. Sintesis kolagen tanpa vitamin C seperti pada skorbut akan menghasilkan pembuluh darah yang rapuh. Kelelahan dan kelemahan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
skorbut disebabkan oleh defisiensi L-karnitin. Vitamin C merupakan kofaktor untuk reaksi biosintesis karnitin ( Anonim, 2006 a).
Gambar 1. Struktur Vitamin C Vitamin C oleh adanya kelembapan akan mengalami proses oksidasi sehingga sifat bahan aktif obat akan berubah. Oleh karena itu, vitamin C tidak sesuai bila pembuatannya menggunakan metode granulasi sehingga metode tablet kempa langsung merupakan pilihan yang terbaik (Bolhuis and Chowhan, 1996). Proses oksidasi vitamin C oleh adanya lembab berlangsung sebagai berikut HO
OH
O
C
O
C
O
C
H
C
OH
HO
C
H
HO O
O
O
HO
O
HO
OH
HO
O
O
(a)
(b)
CH 2 OH
(c)
O
C
OH
O
C
OH
O
C
OH
H
C
OH
HO
C
H
(d)
CH 2 OH
(e)
Gambar 2. Proses oksidasi vitamin C. Asam askorbat (a), asam dehidroaskorbat (b), asam L-diketogulonat (c), asam oksalat (d), dan asam L-treonat (e) (Halliwell and Gutteridge, 1999)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Reaksi oksidasi vitamin C (asam askorbat) menjadi asam dehidroaskorbat bersifat reversible baik secara in vitro maupun in vivo (Connors et al., 1986). Asam dehidroaskorbat secara kimia sangat labil sehingga dapat dihidrolisis menjadi L-diketogulonat dengan memecah cincin laktonnya, sehingga senyawa ini tidak memiliki keaktifan vitamin C. Reaksi ini bersifat irreversible. Karena tidak stabil, asam L-diketogulonat dapat teroksidasi menjadi asam oksalat dan asam L-treonat. Reaksi ini bersifat irreversible (Winarno, 1997). Pengempaan tablet vitamin C tanpa menggunakan bahan pengikat pada kempa langsung akan menyebabkan tablet mengalami capping, laminating, dan kecenderungan mengalami chipping. Vitamin C merupakan brittle material, hal ini dapat terlihat selama proses pengempaan dimana tablet akan terfragmentasi. Adanya bahan pengikat akan menyebabkan adanya ikatan antar partikel dalam tablet (Bolhuis and Chowhan, 1996).
B. Tablet Menurut Farmakope Indonesia Edisi
IV, tablet adalah sediaan padat
mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, tablet dapat digolongkan menjadi tablet cetak dan tablet kempa (Anonim, 1995). Tablet dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan dan hancurnya, dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya. Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian obat-obat secara oral, dan kebanyakan dari tablet ini dibuat dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penambahan zat warna, zat pemberi rasa, dan lapisan-lapisan dalam berbagai jenis (Ansel, 1989). Sebagai salah satu bentuk sediaan obat, tablet memiliki beberapa keuntungan. Tablet memberikan dosis pengobatan yang tepat dan dapat diberikan secara mudah. Mudah dalam pengangkutan dan mudah dibawa oleh pasien. Produk akhirnya seragam dalam bobot dan penampilan, dan biasanya lebih stabil dari bentuk cairan. Dapat diproduksi dalam jumlah besar dengan mudah dan cepat serta biaya produksi yang dikeluarkan sangat rendah jika dibandingkan dengan bentuk sediaan lain (Rubinstein, 1988). Tablet memberikan kenyamanan dan keamanan dalam pemberian obat karena diberikan dengan rute oral (Alderborn, 2002).
C. Tablet Effervescent Tablet effervescent adalah tablet tidak bersalut, mengandung asam dan karbonat atau bikarbonat yang bereaksi dengan
cepat pada penambahan air
dengan melepaskan gas karbondioksida. Tablet effervescent diharapkan larut dalam air sebelum diberikan kepada pasien (Lindberg et al., 1992). Tablet effervescent biasanya mengandung zat aktif dan vitamin (Wolfram, 1999). Tablet effervescent dibuat dengan cara mengempa bahan-bahan aktif berupa sumber asam dan sumber karbonat. Bila tablet effervescent dimasukkan kedalam air, mulailah terjadi reaksi kimia antara sumber asam dan sumber karbonat tersebut sehingga membentuk garam natrium dari asam kemudian menghasilkan gas dalam bentuk karbondioksida (CO2) (Rohdiana, 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tablet effervescent memiliki keuntungan dibandingkan bentuk sediaan padat oral konvensional lainnya (Lindberg et al., 1992). Banyak studi menerangkan bahwa tablet dan serbuk effervescent dapat meningkatkan absorbsi jumlah zat aktifnya dibandingkan formula konvensional. Sebagai bentuk obat, tablet effervescent memberikan penyiapan larutan dalam waktu seketika yang mengandung dosis obat yang tepat sehingga zat aktif sudah berada dalam bentuk partikelnya (tidak perlu waktu untuk desintegrasi) sehingga dapat dengan cepat diabsorbsi dan cepat mencapai onsetnya (Lee, 2005). Tablet effervescent dapat diberikan pada pasien yang sulit menelan kapsul atau tablet (Lindberg et al., 1992). Selain itu, adanya pelepasan gas karbondioksida juga membantu memperbaiki rasa beberapa obat tertentu (Banker and Anderson, 1986). Gas karbondioksida yang terbentuk memberikan efek sparkle (rasa seperti soda) dan mempermudah proses pelarutan tablet effervescent tanpa pengadukan secara manual dengan syarat semua komponen bersifat sangat mudah larut air (Kusnadhi, 2003). Kerugian tablet effervescent adalah produk yang dihasilkan tidak stabil dengan adanya lembab. Sebagian besar produk effervescent adalah higroskopis sehingga dapat mengadsorbsi lembab yang cukup untuk memulai degradasi jika tidak disimpan dalam kemasan yang sesuai (Lindberg et al., 1992). Bahkan kelembapan udara selama pembuatan produk sudah cukup untuk memulai reaktivitas effervescent ( Lachman et al., 1994).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Secara sederhana proses pembuatan tablet effervescent dapat dibagi dalam dua tahap, yaitu proses pencampuran dan proses pembuatan tablet. (Rohdiana, 2003). 1. Proses pencampuran Pencampuran
adalah
proses
dimana
dua
atau
lebih
komponen
diperlakukan sehingga saling berdekatan dan memungkinkan untuk terjadi kontak dengan partikel dari masing-masing komponen (Travers, 1988). Proses pencampuran ini bertujuan untuk mendapatkan massa tablet yang homogen (Rohdiana, 2003). Proses ini harus dilakukan pada kelembaban yang rendah, sebaiknya kelembaban relatif (RH) dibawah 25% (Mohrle, 1989). Mekanisme pencampuran bahan padat dibagi menjadi tiga, yaitu pencampuran konvektif, pencampuran shear dan pencampuran difusiv ( Rippie, 1989; Schwartz and Lantz, 1990). 1) Pencampuran Konvektif Pada pencampuran konvektif terjadi gerakan segerombol partikel dari suatu tempat ke tempat lain (Schwartz and Lantz, 1990). Tergantung dari tipe mixer yang digunakan, pencampuran konvektif dapat terjadi dengan memutar bidang serbuk dengan pisau-pisau pedang atau dayung, dengan sekrup yang berputar, atau dengan metode lain dengan memindahkan suatu massa yang relatif besar dari suatu bidang serbuk ke bidang serbuk yang lain (Rippie, 1989).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2) Pencampuran Shear Pada pencampuran shear terjadi perubahan konfigurasi komponen penyusun campuran (Schwartz and Lantz, 1990). Shear terjadi antara daerah-daerah dengan komposisi berbeda dan sejajar dengan antar mukanya, akan mengurangi skala segregasi dengan menipiskan lapisanlapisan yang tidak sama (Rippie, 1989). 3) Pencampuran Difusiv Pada pencampuran difusiv terjadi gerakan-gerakan acak partikel secara individu dalam campuran (Schwartz and Lantz, 1990). Pertukaran tempat dari partikel-partikel tunggal tersebut mengakibatkan berkurangnya intensitas pemisahan (Rippie, 1989). 2. Proses pembuatan tablet Pada prinsipnya tablet dapat dibuat melalui kempa langsung atau granulasi, baik granulasi basah atau granulasi kering. Untuk menentukan metode pembuatannya apakah dibuat dengan kempa langsung atau granulasi sangat tergantung pada dosis dan sifat zat aktifnya. Dibandingkan dengan metode granulasi, metode kempa langsung dinilai lebih menguntungkan dalam hal penghematan waktu, peralatan, ruangan maupun energi yang dibutuhkan (Rohdiana, 2003). Proses pembuatan tablet harus dilakukan pada ruang khusus sehingga bisa diatur kelembaban relatifnya, kira-kira di bawah 25%. Apabila kelembaban relatifnya lebih dari 25% maka akan mengalami kesulitan pada proses pembuatan tablet dan sukar tercapai tablet effervescent yang stabilitasnya bagus (Mohrle,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1989). Kelembaban relatif didefinisikan sebagai perbandingan antara tekanan uap air dalam atmosfer dengan tekanan uap air jenuh pada temperatur tertentu (Anonim, 2007 b). Kelembaban relatif dinyatakan sebagai persentase dan dihitung dengan cara berikut : RH =
tekanan uap air dalam atmosfir x 100% tekanan uap air jenuh
(Moechtar, 1990)
D. Bahan Tambahan Dalam Pembuatan Tablet Effervescent Bahan-bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan tablet effervescent meliputi : a. Sumber Asam Sumber asam yang diperlukan untuk reaksi effervescent dapat diperoleh dari tiga sumber utama, yaitu asam makanan (asam sitrat, asam tartrat, asam malat, asam fumarat, asam adiptat dan asam suksinat), asam anhidrat ( asam suksinat anhidrat
dan asam sitrat anhidrat) dan asam garam ( natrium
dihirogen pospat, dinatrium dihirogen piropospat, garam asam sitrat dan natrium asam sulfit). Asam makanan adalah yang biasa digunakan (Mohrle, 1989). Asam sangat penting pada pembuatan tablet effervescent. Sumber asam jika direaksikan dengan air maka bahan tersebut akan terhidrolisa kemudian akan melepaskan asam yang dalam proses selanjutnya akan bereaksi dengan bahan karbonat sehingga terbentuklah gas CO2 (Banker and Anderson, 1986). Asam sitrat bersifat sangat mudah larut air dan mudah larut etanol (Lindberg et al., 1992). Sifat asam sitrat yang higroskopis dan mudah larut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dalam air merupakan alasan yang menyebabkan asam sitrat lebih sering digunakan dalam pembuatan suasana asam pada pembuatan tablet effervescent (Ansel, 1989). Asam tartrat lebih larut dalam air dan lebih higroskopis dibandingkan dengan asam sitrat (Mohrle, 1989). Asam tartrat terlarut di dalam kurang dari 1 bagian air, hal ini berarti 1 bagian asam larut dalam kurang dari 1 bagian air dan larut dalam 2,5 bagian alkohol (Lindberg et al., 1992). Sumber asam akan menghasilkan reaksi effervescent yang baik bila digunakan pada range konsentrasi 25-40% dari berat tablet (Wehling and Fred, 2004). b. Sumber Karbonat Sumber karbonat untuk effervescent meliputi natrium bikarbonat, natrium karbonat, potassium karbonat, natrium sesquikarbonat, natrium glisin karbonat, L-lisin karbonat, arginin karbonat (Mohrle, 1989). Natrium karbonat di pasaran tersedia dalam bentuk anhidrat atau monohidrat.. semua bentuk natrium karbonat sangat larut dalam air (Lindberg et al., 1992). Natrium karbonat (Na2CO3) menunjukkan efek menstabilkan ketika digunakan dalam tablet effervescent dikarenakan kemampuannya mengabsorbsi lembab, hal ini dapat mencegah reaksi awal effervescent. Natrium karbonat dalam bentuk anhidrat akan mengabsorbsi lembab menjadi bentuk hidrat yang stabil (Mohrle, 1989). c. Bahan Pengikat Bahan pengikat adalah bahan yang membantu untuk mengikat bahan lain bersama-sama (Mohrle, 1989). Bahan pengikat menjamin penyatuan beberapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
partikel serbuk dalam sebuah butir granulat. Demikian pula kekompakan tablet akan dipengaruhi, baik oleh tekanan pencetakan maupun bahan pengikat (Voigt, 1995). Bahan pengikat dapat ditambahkan kedalam serbuk dengan beberapa cara, yaitu : 1. Serbuk
kering
yang
dicampur
dengan
bahan
lain
sebelum
penggumpalan basah. Selama prosedur penggumpalan bahan pengikat dilarutkan sebagian atau seluruhnya dalam cairan penggumpal. 2. Larutan
yang
digunakan
sebagai
cairan
penggumpal
selama
penggumpalan basah. Yang biasa dikenal sebagai solution binder. 3. Serbuk kering yang dicampur dengan bahan lain sebelum pengempaan. Yang biasa dikenal sebagai dry binder. (Alderborn, 2002) Penggunaan bahan pengikat pada tablet effervescent dibatasi bukan karena tidak dibutuhkan tetapi karena aksi dua arah bahan pengikat tersebut. Penggunaan bahan pengikat, sekalipun larut air, akan memperlambat proses desintegrasi tablet effervescent (Mohrle, 1989). Oleh karena itu, sebaiknya bahan pengikat digunakan sesedikit mungkin (Voigt, 1995). Bahan pengikat yang efektif untuk tablet effervescent adalah PVP (polivinylpyrolidone) (Mohrle, 1989). PVP dapat ditambahkan ke dalam campuran dalam bentuk kering atau di granulasi. Konsentrasi PVP yang digunakan sebagai bahan pengikat berkisar antara 0,5-5% (Khankari and Hortz, 1997).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PVP
(polivinylpyrrolidone)
merupakan
homopolimer
dari
N-
vinylpyrrolidone. PVP bersifat larut dalam air dan pelarut polar lainnya (Anonim, 2007 c). Sifat ikatan PVP meningkat dengan semakin meningkatnya berat molekul. Ikatan antar partikel yang paling kuat dibentuk oleh PVP dengan berat molekul paling tinggi (Schmidt, 1999). H
H
C
C
H
N
O
Gambar 3. N- vinylpyrrolidone
H
H
H
H
H
H
C
C
C
C
C
C
H
N
HO
N
H O
N
O
Gambar 4. poli(N-vinylpyrrolidone) f.
Bahan Pengisi Bahan pengisi berguna untuk memperbesar volume tablet sehingga
diperoleh ukuran yang sesuai. Bahan pengisi yang ideal memiliki sifat inert, non-higroskopis, larut air, memiliki kompaktibilitas yang baik, rasanya dapat diterima, dan murah (Alderborn, 2002). Bahan pengisi yang umum digunakan adalah jenis pati dan laktosa (Voigt, 1995). Laktosa memiliki sifat bahan pengisi yang baik, antara lain dapat larut dalam air, rasanya enak, non-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
higroskopis, tidak reaktif dan menunjukkan kompaktibilitas yang baik (Alderborn, 2002). g.
Bahan Pelicin Bahan pelicin merupakan salah satu komponen yang penting karena tanpa
bahan ini pembuatan tablet dengan kecepatan tinggi tidak dimungkinkan (Mohrle, 1989). Bahan pelicin berfungsi untuk menjamin bahwa pencetakan dan pengeluaran tablet dapat terjadi dengan gesekan yang rendah antara padatan dan dinding die. Gesekan yang tinggi selama proses penabletan dapat menimbulkan masalah, termasuk kualitas tablet yang kurang baik ( capping atau bahkan fragmentasi tablet selama proses pengeluaran, dan goresan vertikal pada bagian tepi tablet) (Alderborn, 2002). Bahan pelicin umumnya ditambahkan dalam bentuk kering. Bahan pelicin ditambahkan dan dicampur selama 2-5 menit. Pencampuran yang berlebihan dapat mengurangi desintegrasi-disolusi dan tablet dapat kehilangan ikatannya. Bahan pelicin juga dapat ditambahkan dalam granulasi sebagai larutan alkoholik dan sebagai suspensi dan emulsi (Peck et al., 1989). Garam magnesium, kalsium, dan seng dari asam stearat adalah bahan pelicin yang paling efisien yang umum digunakan. Konsentrasi efektif yang digunakan adalah 1% atau kurang, karena bagaimanapun bahan-bahan tersebut tidak larut air sehingga dapat menghalangi hancurnya tablet dan menghasilkan larutan yang tidak jernih (Mohrle, 1989). Mg stearat (C36H70MgO4) banyak digunakan sebagai bahan pelicin dalam proses pembuatan tablet dan lebih efisien karena dengan jumlah yang sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sedikit sudah cukup untuk memperbaiki waktu alir serbuk/granul (Sheth et al., 1989). h. Bahan Tambahan Lain Tablet effervescent mungkin mengandung bahan tambahan lain seperti, bahan perasa, pewarna dan pemanis (Mohrle, 1989). Bahan pemanis buatan yang disarankan dalam tablet effervescent adalah sakarin atau bentuk garam natrium dan kalsiumnya dan aspartame (Lindberg et al., 1992). Konsentrasi natrium sakarin sebagai pemanis yang umum digunakan adalah 0,075-0,6% (Allen, 2002). O
O S
Na
N
O
Gambar 5. Natrium Sakarin
E. Metode Pembuatan Tablet Effervescent Tablet effervescent dapat dibuat dengan dua cara, yaitu kempa langsung dan granulasi (Alderborn, 2002). 1. Kempa Langsung Kempa langsung adalah proses pencetakan bahan obat atau campuran bahan obat atau pencampuran bahan obat-bahan pembantu berbentuk serbuk tanpa proses pengolahan awal (Voigt, 1995). Tablet diproduksi dengan mencampur bahan obat dengan bahan tambahan. Campuran serbuk kemudian dikempa secara langsung pada mesin tablet (Rubinstein, 1988). Tekanan yang dibutuhkan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
membentuk cetakan kecil sesuai dengan karakteristik kekompakan yang diinginkan, berlainan tergantung dari bahan obat (Voigt, 1995). Kempa langsung menghindari banyak masalah yang timbul pada granulasi basah dan granulasi kering (Anonim, 1995). Kempa langsung dinilai sangat memuaskan karena kebutuhan kerja yang rendah sehingga lebih ekonomis dari pencetakan granulat. Keuntungan utama dari kempa langsung adalah bahan obat yang peka terhadap lembab dan panas, yang stabilitasnya terganggu akibat proses granulasi dapat dibuat menjadi tablet (Voigt, 1995). Keuntungan lain yang sedikit diakui dalam kempa langsung adalah waktu hancur tablet dapat dioptimalkan, dimana partikel obat dibebaskan dari tablet dan tersedia dalam bentuk larutan (Shangraw, 1989). Beberapa tablet effervescent sukses diproduksi dengan kempa langsung. Dalam kempa langsung perlu diperhatikan bahan dasar yang digunakan untuk mendapatkan campuran yang mudah mengalir, tidak memisah dan kompak (Lindberg et al., 1992). Zat pembawa yang digunakan harus dapat mengalir dengan baik, inert, tidak berasa, tidak berwarna dan memberikan rasa nyaman pada mulut. Zat pembawa sebaiknya dapat meningkatkan kompresibilitas dari obat yang memiliki kompresibilitas rendah (Rubinstein, 1988). 2. Granulasi Kering Granulasi kering dilakukan dengan cara menekan massa serbuk pada tekanan tinggi sehingga menjadi tablet besar yang tidak berbentuk baik, kemudian digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran partikel yang diinginkan. Keuntungan granuasi kering adalah tidak diperlukan panas dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kelembapan pada proses granulasi (Anonim, 1995). Dengan metode ini, bahan aktif maupun pengisi harus memiliki sifat kohesif supaya massa yang jumlahnya besar dapat dibentuk. Metode ini khususnya untuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah, karena kepekaannya terhadap uap air atau karena untuk mengeringkannya diperlukan temperatur yang dinaikkan (Ansel, 1989). Ada dua metode dalam granulasi kering : slugging dan roller compaction ( Miller, 1997). 1) Slugging Setelah bahan-bahan ditimbang dan dicampur, campuran serbuk di slug, atau dikempa menjadi lempengan tablet yang besar atau pelet dengan diameter kurang lebih 1 inci. Kemudian slugs dihancurkan dengan tangan atau digiling dan diayak sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Bahan pelicin ditambahkan dengan cara biasa dan tablet dibuat dengan kompresi (Ansel et al., 2005). 2) Roller Compaction Metode ini digunakan untuk meningkatkan densitas dari serbuk dengan menekan serbuk diantara mesin penggilas dengan tekanan 1-6 ton. Bahan yang sudah kompak tersebut kemudian dihancurkan, diukur dan dilubrikasi, dan tablet dibuat dengan cara biasa (Ansell et al., 2005). Tetapi tidak semua tablet effervescent dapat dibuat dengan granulasi kering, hanya formula yang memiliki daya ikat cukup dan mengalir dengan mudah dapat dibuat tablet dengan proses ini (Parrot, 1990).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Granulasi Basah Granulasi basah merupakan metode terluas yang digunakan dalam memproduksi tablet kompresi (Ansel, 1989). Prinsip pembuatan tablet effervescent pada metode ini secara dasar sama dengan tablet konvensional. Dimana pada metode ini melibatkan pencampuran bahan – bahan kering dengan suatu bahan pengikat untuk menghasilkan massa granul. Granulasi basah pada effervescent dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu dengan penggunaan panas, dengan cairan non reaktif, dan dengan cairan reaktif (Mohrle, 1989). 1. Penggunaan panas Penggunaan panas merupakan metode klasik dalam granulasi effervescent. Metode ini membutuhkan pembebasan air dari bahan hidrat pada temperatur rendah untuk membentuk masa granul yang liat. Proses ini sulit dikontrol untuk mendapatkan hasil yang sama karena tergantung pada pelepasan air bahan-bahan yang dipakai dan temperatur (Mohrle, 1989). 2. Dengan cairan non reaktif Metode ini merupakan metode yang umum digunakan dan sama dengan proses granulasi pada pembuatan tablet biasa. Cairan penggranul, seperti etanol atau isopropanol ditambahkan perlahan ke dalam formulasi sambil diaduk agar cairan penggranul terdistribusi merata. Pembuatan granul asam dan granul basa dapat dipisah untuk menghindari reaksi effervescent dini. 3. Dengan cairan reaktif Salah satu cairan penggranul yang efektif adalah air. Kenyataannya reaksi effervescent terjadi dengan adanya air, oleh karena itu diperlukan kontrol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
selama proses. Masa granul yang telah terbentuk harus segera dikeringkan untuk menghindari reaksi effervescent (Mohrle, 1989). Metode granulasi basah menguntungkan dalam penggunaannya karena serbuk halus yang dibuat menjadi granul akan memberikan sifat alir yang baik, sehingga pengisian ke dalam ruang cetak menjadi konstan dan akan dihasilkan bobot yang seragam. Kelemahan metode granulasi basah adalah memerlukan peralatan dan penanganan khusus serta tenaga yang cukup besar (Parrot, 1990).
F. Uji Sifat Fisis Campuran Serbuk Uji sifat fisis campuran serbuk sebelum dikempa perlu dilakukan karena sangat mempengaruhi kualitas tablet yang dihasilkan. Uji sifat fisis campuran serbuk dapat dilakukan sebagai berikut : a. Sifat Alir Sifat alir campuran serbuk sangat penting tidak hanya karena efek langsungnya pada keseragaman pengisian die dan keseragaman bobot tablet, tetapi juga peranannya dalam homogenitas campuran atau serbuk. Oleh karena secara keseluruhan ukuran partikel yang kecil dijumpai dalam campuran kempa langsung, sifat alir merupakan masalah yang penting dibandingkan dengan granulasi (Shangraw, 1989). Jika obat memiliki sifat alir yang jelek maka dapat dipilih bahan tambahan yang dapat memperbaiki sifat alirnya (Wedke et al., 1989).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sifat alir zat padat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu ukuran partikel, distribusi ukuran, bentuk, morfologi permukaan, kelembapan, densitas, kohesi, dan temperatur (Howard and Lai, 1992). Pengukuran sifat alir dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu metode tidak langsung dan metode langsung. Metode tidak langsung terdiri dari penentuan sudut istirahat, penentuan shear cell, dan pengukuran densitas bulk. Metode langsung terdiri dari kecepatan aliran hopper dan recording flowmeter (Staniforth, 2002). Kecepatan aliran hopper merupakan metode yang sering digunakan untuk mengukur sifat alir (Rosanske et al., 1990). Metode ini merupakan metode sederhana dalam menentukan sifat alir secara langsung dengan mengukur kecepatan serbuk yang keluar dari hopper. Penutup sederhana diletakkan diatas saluran keluar hopper dan hopper diisi dengan serbuk. Penutup kemudian digerakkan dan dicatat waktu yang diperlukan seluruh serbuk untuk keluar (Staniforth, 2002). Menurut Guyot dalam Fudholi (1983), apabila waktu yang diperlukan oleh 100 gram serbuk untuk mengalir lebih lama dari 10 detik (T >10) maka akan mengalami kesulitan pada waktu pentabletan. b. Kompaktibilitas Kompaktibilitas adalah kemampuan serbuk untuk dikempa menjadi tablet dengan kekerasan yang sudah ditetapkan (Wedke et al., 1989). Pengujian kompaktibilitas dari bahan penting dilakukan untuk mengoptimasi kekerasan tablet tanpa memberikan tekanan yang berlebihan yang dapat mempengaruhi hancurnya tablet dan larutnya bahan obat (Shangraw, 1989). Kedalaman ruang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kompresi mesin tablet diatur 10 mm. Kemudian mesin diatur sedemikian rupa sehingga bila digunakan untuk menablet serbuk, akan dihasilkan tablet dengan kekerasan nol Kg, dan ditandai dengan harga F. Apabila harga F suatu zat lebih besar dari 40% (400 perseribu centimeter), maka akan dijumpai kesulitan dalam mentabletnya (Guyot dalam Fudholi, 1983). c. Kandungan Lembab Kelembapan merupakan hal penting yang perlu diperhatikan dalam pembuatan bentuk sediaan farmasi. Perhatian ini bertambah dalam pembuatan tablet effervescent. Oleh karena itu, proses pembuatan tablet effervescent sebaiknya dilakukan pada ruangan dengan kelembaban relatif dibawah 25% (Mohrle, 1989). Kandungan lembab yang terlalu banyak dalam tablet effervescent akan menyebabkan reaksi prematur dalam sistem effervescent (Mohrle, 1989). Kandungan lembab pada sediaan effervescent berkisar antara 0,4% - 0,7% (Dash et al., 2000).
G. Uji Sifat Fisis Tablet a. Keseragaman Bobot Tablet di desain untuk mengandung sejumlah obat tertentu dalam sejumlah formula tablet tertentu. Untuk memastikan bahwa tablet yang dihasilkan mengandung jumlah obat yang sesuai, bobot tablet yang dibuat harus secara rutin dievaluasi selama proses produksi. Keseragaman bobot tablet dipengaruhi oleh sifat alir, distribusi ukuran partikel dan variasi punch (Rosanske et al.,1990).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tablet tidak bersalut dengan bobot rata-ratanya lebih dari 300 mg, syarat keseragaman bobotnya tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari 5%, dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari 10% (Anonim, 1979). b. Kekerasan Tablet harus cukup keras untuk tahan pecah waktu dikemas , dikirim dengan kapal dan waktu ditangani secara normal, tapi juga tablet ini akan cukup lunak untuk melarut dan hancur sempurna begitu digunakan orang atau dapat dipatahkan diantara jari-jari bila memang tablet ini perlu dibagi untuk pemakaiannya. Umumnya semakin besar tekanan semakin keras tablet yang dihasilkan (Ansel, 1989). Pengetesan kekerasan Stokes-Monsanto dilakukan dengan meletakkan sebuah tablet dalam alat logam kecil, dan tekanannya diatur sedemikian rupa, sehingga tablet stabil ditempatnya dan jarum penunjuk berada pada skala 0. dengan memutar ulirnya, tablet akan terjepit semakin kuat dengan menaiknya tekanan tablet secara lambat, yang ditransfer melalui sebuah per, sedemikian lama, sampai akhirnya tablet tersebut pecah. Besarnya tekanan dibaca langsung pada skala ( Voigt, 1995). Kekerasan tablet effervescent yang baik menurut Wehling and Fred (2004) adalah antara 6-8 kp ~ 5,999-7,999 kg. c. Kerapuhan Kerapuhan adalah parameter lain untuk mengukur kekuatan tablet. Kerapuhan adalah ukuran kemampuan tablet untuk bertahan terhadap guncangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan pengikisan pada saat pembuatan, pengepakan, pengiriman dan digunakan (Rosanske et al.,1990). Kerapuhan dinyatakan sebagai massa seluruh partikel, yang dilepaskan dari tablet akibat adanya beban penguji mekanis. Besaran yang digunakan adalah persen, yang mengacu pada massa tablet awal sebelum pengujian. Alat uji kerapuhan Erweka berupa drum pleksiglas (garis tengah 20 cm) mengandung 12 sudut, yang mengambil tablet sampai ketinggian tertentu kemudian menggulirkannya. Dengan demikian tablet akan bergesekan satu sama lain (Voigt, 1995) Kerapuhan di atas 1% menunjukkan tablet yang rapuh dan dianggap kurang baik (Lachman et al., 1994). d. Waktu Larut Waktu larut merupakan salah satu karakteristik penting dalam tablet effervescent. Waktu larut tablet effervescent merupakan waktu yang diperlukan oleh tablet effervescent supaya pecah menjadi bagian yang terlarut (Mohrle, 1989). Residu atau bahan obat yang tidak larut harus minimal (Lindberg et al., 1992). Waktu larut tablet effervescent dapat terhalangi oleh jumlah bahan yang tidak larut air dan bahan pengikat yang terlalu banyak serta kekerasan tablet yang berlebihan. Tablet effervescent yang baik akan larut dan terlarut dengan cepat dalam waktu 1-2 menit (Mohrle, 1989).
H. Pemerian Bahan Yang Digunakan 1. Vitamin C Hablur atau serbuk putih atau agak kuning. Oleh pengaruh cahaya lambat laun menjadi berwarna gelap. Dalam keadaan kering stabil di udara, dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
larutan cepat teroksidasi. Melebur pada suhu lebih kurang 190°C. Mudah larut air , agak sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform, dalam eter dan dalam benzene (Anonim, 1995). 2. Asam Sitrat Hablur bening, tidak berwarna atau serbuk hablur granul sampai halus, putih, tidak berbau atau praktis tidak berbau, rasa sangat asam. Bentuk hidrat mekar dalam udara kering. Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol, agak sukar larut dalam eter (Anonim, 1995). 3. Asam Tartrat Hablur, tidak berwarna atau bening atau serbuk hablur halus sampai granul, warna putih, tidak berbau, rasa asam dan stabil di udara. Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol (Anonim, 1995). 4. Natrium Karbonat Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih. Mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih (Anonim, 1979). 5. Laktosa Serbuk atau massa hablur, keras, putih atau putih krem. Tidak berbau dan rasa sedikit manis. Mudah (dan pelan-pelan) larut dalam air dan lebih mudah larut dalam air mendidih, sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut daam kloroform dan dalam eter (Anonim, 1995). 6. Polivinilpirolidon (PVP) Serbuk putih atau putih kekuningan, berbau lemah atau tidak berbau, higroskopik. Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) P dan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kloroform P, kelarutan tergantung dari bobot molekul rata-rata, praktis tidak larut dalam eter P (Anonim, 1979). 7. Magnesium Stearat Serbuk halus, putih, dan voluminus, bau lemah khas, mudah melekat dikulit, bebas dari butiran. Tidak larut dalam air, dalam etamol, dan dalam eter (Anonim, 1995). 8. Natrium Sakarin Natrium sakarin adalah bahan pemanis yang kuat, berwarna putih, tidak berbau atau aromatik lemah, tidak berfluoresensi, serbuk kristal dengan rasa manis yang kuat dan pahit setelah dirasa. Natrium sakarin terdekomposisi pada temperatur tinggi (125°C) pada pH rendah (kira-kira pada pH 2) (Allen, 2002).
I. Desain Faktorial Desain faktorial merupakan aplikasi persamaan regresi yaitu teknik untuk memberikan model hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih variabel bebas. Model yang diperoleh dari analisis tersebut berupa persamaan matematika. Metode ini meliputi level penelitian dari level rendah dan tinggi (low and high level) dimana respon dari sampel harus dapat diukur secara kuantitatif sehingga signifikan tidaknya pengaruh faktor dan interaksi antar faktor dapat diketahui (Bolton, 1997). Desain faktorial mengandung beberapa pengertian, yaitu faktor, level, efek, dan respon (Bolton, 1997).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Faktor Faktor merupakan suatu besaran yang mempengaruhi respon (Voigt, 1994). Faktor merupakan variabel yang ditentukan seperti, konsentrasi, temperature, bahan pelicin, perawatan obat, atau diet. Faktor dapat bersifat kualitatif atau kuantitatif (Bolton, 1997). 2. Level Level merupakan nilai atau tetapan untuk faktor. Pada percobaan dengan desain faktorial perlu ditetapkan level yang diteliti yang meliputi level rendah dan level tinggi (Bolton, 1997). 3. Efek Efek adalah perubahan respon yang disebabkan variasi tingkat dari faktor (Bolton, 1990). 4. Respon Respon adalah besaran yang akan diamati perubahan efeknya (Bolton, 1997). Dengan desain faktorial dapat didesain suatu percobaan untuk mengetahui faktor yang dominan yang berpengaruh secara signifikan terhadap respon. Juga memungkinkan kita mengetahui interaksi diantara faktor-faktor tersebut. Adanya interaksi juga dapat dilihat dari grafik hubungan respon dan level dari faktor. Jika kurva menunjukkan garis sejajar, maka dapat dikatakan bahwa tidak ada interaksi antar eksipien dalam menentukan respon. Jika kurva menunjukkan garis yang tidak sejajar, maka dapat dikatakan bahwa ada interaksi antar eksipien dalam menentukan respon (Bolton, 1997).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penelitian desain faktorial yang paling sederhana adalah penelitian dengan dua faktor dan dua level (Amstrong and James, 1996). Desain faktorial dua level berarti ada dua faktor (misal A dan B) yang masing-masing faktor diuji pada level berbeda, yaitu level rendah dan tinggi. Jumlah percobaan untuk penelitian desain faktorial dihitung dari jumlah level yang digunakan dalam penelitian, dipangkatkan dengan jumlah faktor yang digunakan. Jumlah penelitian untuk penelitian dengan 2 level dan 2 faktor adalah 22 = 4 (Bolton, 1997). Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level: Tabel I. Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua level dan dua faktor
Formula
Faktor A
Faktor B
Interaksi
1
-
-
+
a
+
-
-
b
-
+
-
ab
+
+
+
Keterangan: -
= level rendah
+
= level tinggi
Formula 1
= faktor A pada level rendah, faktor B pada level rendah
Formula a
= faktor A pada level tinggi, faktor B pada level rendah
Formula b
= faktor A pada level rendah, faktor B pada level tinggi
Formula ab
= faktor A pada level tinggi, faktor B pada level tinggi
Optimasi campuran dua bahan (berarti ada dua faktor) dengan desain faktorial (two level factorial design) dilakukan berdasarkan rumus: Y = b0 + b1X1 + b2 X2 + b12X1X2...................................……….....(1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Y
= respon hasil atau sifat yang diamati, misalnya waktu larut
X1, X2
= level bagian A dan B
b0, b1, b2, b12 = koefisien, dapat dihitung dari hasil percobaan Dari rumus (1) dapat dibuat contour plot suatu respon tertentu yang sangat berguna dalam memilih campuran yang optimum. Besarnya efek dapat dicari dengan menghitung selisih antara rata-rata respon pada level tinggi dan rata-rata respon pada level rendah (Bolton, 1997). Perhitungan efek menurut Bolton (1997) sebagai berikut: Efek faktor A = { a – (1) } + { ab – b } 2 Efek faktor B = { b – (1) } + { ab – a } 2 Efek interaksi = { ab – b } + { (1) – a } 2 Keuntungan utama dari desain faktorial adalah dapat mengidentifikasi efek dari masing-masing faktor, maupun efek interaksi antar faktor. Dengan desain faktorial kontrol terhadap penelitian yang dilakukan dapat ditingkatkan dengan mengurangi variasi kelompok. Desain faktorial juga memberikan keuntungan secara ekonomis dengan mengurangi jumlah peneitian dibandingkan jika dua faktor diteliti secara terpisah (Muth, 1999).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
J. Landasan Teori Tablet effervescent merupakan bentuk sediaan yang sekarang ini mulai digemari masyarakat, terlihat dari banyaknya produk minuman effervescent yang beredar di masyarakat. Sebagian besar tablet effervescent yang beredar dipasaran menggunakan vitamin C atau asam askorbat sebagai zat aktif. Vitamin C dalam bentuk sediaan tablet effervescent akan diabsorbsi dengan lebih baik dibandingkan sediaan tablet atau pil. Mengingat sifat vitamin C yang mudah teroksidasi oleh adanya lembab maka merupakan pilihan yang tepat jika tablet effervescent vitamin C dibuat dengan metode kempa langsung. Pada pembuatan tablet effervescent asam merupakan bahan yang sangat penting. Bahan asam inilah yang akan bereaksi dengan bahan karbonat untuk membentuk gas CO2 sehingga tablet dapat hancur ketika dimasukkan ke dalam air. Asam yang digunakan pada penelitian ini merupakan kombinasi antara asam sitrat dan asam tartrat karena penggunaan bahan asam tunggal akan menimbulkan kesukaran. Penggunaan asam tartrat tunggal menghasilkan campuran serbuk yang mudah kehilangan kekuatannya dan menggumpal, sedangkan campuran yang lengket akan dihasilkan ketika asam sitrat tunggal digunakan. Selain itu, kedua asam tersebut memiliki kelarutan yang tinggi dalam air sehingga tablet dapat larut dengan cepat. Campuran asam sitrat dan asam tartrat diharapkan dapat menghasilkan sifat fisis tablet effervescent yang memenuhi persyaratan pada komposisi tertentu. Desain faktorial merupakan metode pilihan dalam menentukan komposisi asam sitrat dan asam tartrat yang optimum. Metode ini memungkinkan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengidentifikasi efek masing-masing faktor, maupun efek interaksi antar faktor. Dengan metode ini juga dapat diperkirkan efek yang dominan dalam menentukan sifat fisis tablet effervescent.
K. Hipotesa Diduga antara asam sitrat dan asam tartrat ada yang merupakan faktor dominan yang menentukan sifat fisik tablet effervescent vitamin C, serta kemungkinan adanya interaksi antara asam sitrat dan asam tartrat dalam menentukan sifat fisik tablet effervescent vitamin C. Pada komposisi tertentu, campuran asam sitrat dan asam tartrat dapat menghasilkan tablet dengan sifat fisik yang dikehendaki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental murni dengan rancangan penelitian metode desain faktorial dan bersifat eksploratif, yaitu mencari formula optimum tablet effervescent vitamin C yang memenuhi persyaratan sifat fisis tablet effervescent.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian a. Variabel bebas Faktor : asam sitrat dan asam tartrat. Level : rendah dan tinggi. b. Variabel tergantung Sifat fisis tablet effervescent vitamin C, meliputi kekerasan, kerapuhan dan waktu larut. c. Variabel pengacau terkendali Homogenitas tiap campuran formula, kadar zat aktif tiap formula, dan bahan-bahan yang digunakan berasal dari satu sumber. d. Variabel pengacau tak terkendali Kelembaban relatif ruangan (±45%). Tidak semua proses pembuatan tablet effervescent vitamin C, yaitu pencampuran dapat dilakukan pada ruangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dengan RH ±45% karena fasilitas ruangan yang belum memadai. Konsekuensi yang berpeluang besar terjadi akibat kurang terkendalinya faktor ini adalah dapat meningkatkan kandungan lembab campuran serbuk. 2. Definisi Operasional a. Tablet effervescent vitamin C adalah suatu tablet effervescent yang dibuat secara kempa langsung dengan bahan aktif vitamin C (asam askorbat). b. Vitamin C berupa hablur atau serbuk putih atau agak kuning. Oleh pengaruh cahaya lambat laun menjadi berwarna gelap. Dalam keadaan kering stabil di udara, dalam larutan cepat teroksidasi. Melebur pada suhu lebih kurang 190°C. Mudah larut air , agak sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform, dalam eter dan dalam benzene. c. Sifat fisis tablet effervescent merupakan parameter yang digunakan untuk menentukan bahwa tablet effervescent yang dihasilkan memenuhi persyaratan, meliputi keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan dan waktu larut. d. Faktor adaah variabel bebas dalam penelitian ini, yaitu asam sitrat dan asam tartat. e. Level adalah rentang jumlah setiap faktor yang akan diteliti f. Level rendah asam sitrat adalah 93,75 gram, yaitu jumlah asam sitrat untuk 250 tablet dengan berat masing-masing tablet 3 gram. g. Level tinggi asam sitrat adalah 150 gram, yaitu jumlah asam sitrat untuk 250 tablet dengan berat masing-masing tablet 3 gram.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
h. Level rendah asam tartrat adalah 93,75 gram, yaitu jumlah total asam yang digunakan pada level rendah untuk 250 tablet dengan berat masing-masing tablet 3 gram sebesar 187,5 gram dikurangi level rendah asam sitrat. i. Level tinggi asam tartrat adalah 150 gram, yaitu jumlah total asam yang digunakan pada level tinggi untuk 250 tablet dengan berat masing-masing tablet 3 gram sebesar 300 gram dikurangi level tinggi asam sitrat. j. Efek adalah hasil pengaruh suatu faktor terhadap respon yang nilainya ditentukan oleh perhitungan efek rata-rata. k. Interaksi adalah peristiwa berubahnya hasil pengaruh suatu faktor karena keberadaan faktor lain. Nilainya dapat ditentukan oleh perhitungan efek rata-rata atau dapat diamati dengan terjadinya dua garis yang tidak sejajar atau perpotongan garis pada grafik hubungan asam sitrat-respon dan asam tartrat-respon. l. Faktor dominan adalah suatu faktor yang memberikan rata-rata hasil pengaruh yang relatif paling besar terhadap suatu respon tertentu dibandingkan rata-rata hasil pengaruh interaksi kedua faktor. m. Tanda positif atau negatif menunjukkan arah perubahan respon (naik atau turun). Efek dominan tidak ditentukan oleh tanda positif atau negatif tersebut, tetapi oleh besaran nilai didalamnya atau merupakan nilai mutlak. n. Contour plot adalah garis-garis respon dari sifat fisis tablet effervescent vitamin C, meliputi kekerasan, kerapuhan dan waktu larut yang dibuat melaui persamaan desain faktorial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
o. Contour plot super imposed adalah penggabungan garis-garis respon sifat fisis tablet effervescent vitamin C pada daerah optimum yang telah dipilih melalui contour plot. p. Komposisi optimum tablet effervescent vitamin C adalah komposisi dimana jumlah perbandingan asam sitrat dan asam tartrat menghasilkan tablet effervescent dengan sifat fisis yang memenuhi persyaratan. Sifat fisis ini meliputi, kekerasan antara 6-8 kp ~ 5,999-7,999 kg, kerapuhan kurang dari 1%, dan waktu larut kurang dari 2 menit
C. Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan Penelitian a. Bahan pembuatan tablet: vitamin C (kualitas farmasetis). b. Bahan tambahan pembuatan tablet: Asam sitrat (kualitas farmasetis), asam tartrat (kualitas farmasetis), natrium karbonat (kualitas farmasetis), Mg stearat (kualitas farmasetis), Na sakarin (kualitas farmasetis), PVP (kualitas farmasetis), laktosa (kualitas farmasetis). 2. Alat Penelitian a. Pencampur kubus (Erweka AR 400). b. Stop watch digital (Alba sport timer). c. Alat-alat gelas (Pyrex-Germany). d. Neraca analitik (AISEP) dan adventurer TM. e. Mesin pencetak tablet single punch Korsch.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
f. Alat untuk menguji sifat fisis campuran serbuk dan tablet : seperangkat alat uji waktu alir (Lab. Teknologi Farmasi Sediaan Padat Universitas Gadjah Mada), alat uji kerapuhan (Erweka TA 20), alat uji kekerasan (Stokes-Monsanto), Moisture balance (IR Balance 6100 Moisture analyser).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Skema jalannya penelitian adalah sebagai berikut : Penimbangan masing-masing bahan Pencampuran bahan-bahan, kecuali Mg stearat selama 10 menit (dalam ruangan dengan RH yang tidak dikendalikan ±45%) Penambahan Mg stearat dalam campuran serbuk selama 5 menit (dalam ruangan dengan RH yang tidak dikendalikan ±45%) Campuran serbuk dengan variasi sumber asam
F1
Fa
Fb
Uji sifat fisis campuran serbuk : - sifat alir - kompaktibilitas - kandungan lembab (dalam ruangan dengan RH dikendalikan ±45%) Pengempaan campuran serbuk (dalam ruangan dengan RH dikendalikan ±45%) Tablet effervescent Uji sifat fisis tablet effervescent: - keseragaman bobot - kekerasan - kerapuhan - waktu larut (dalam ruangan dengan RH dikendalikan ±45%)
Analisa data Gambar 6. Skema Jalannya Penelitian
Fab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D. Tata Cara Penelitian 1. Penentuan Level Rendah dan Level Tinggi Asam Sitrat dan Asam Tartrat Level rendah dan level tinggi asam sitrat dan asam tartrat ditentukan berdasarkan pada metode desain faktorial. Penelitian ini menggunakan dua faktor yaitu asam sitrat dan asam tartrat, dan dua level yaitu level rendah dan level tinggi. Untuk kedua asam level rendah ditetapkan 25%, sedangkan level tinggi 40% (Wehling and Fred, 2004). Jumlah asam sitrat dan asam tartrat yang digunakan pada level rendah dan level tinggi didapatkan dengan mengalikan bobot rata-rata tablet yang mampu dicetak pada mesin tablet yang ada di laboratorium yaitu sebesar 3000 mg. Dari hasil perhitungan untuk 250 tablet (1 formula), maka level rendah yang digunakan adalah 93,75 g dan level tinggi yang digunakan sebesar 150 g. Komposisi formula per tablet pada formula (1), a, b, dan ab terlihat pada tabel dibawah ini: Tabel II. Komposisi formula tablet effervescent vitamin C (per tablet) Formula (mg)
1
a
b
ab
Vitamin C
500
500
500
500
Asam sitrat
375
600
375
600
Asam tartrat
375
375
600
600
Na karbonat
975
975
975
975
Laktosa
278,5
278,5
278,5
278,5
Na sakarin
46,5
46,5
46,5
46,5
PVP 1%
25,5
27,75
27,75
30
Mg stearat 0,1%
2,576
2,803
2,803
3,03
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Formula untuk penelitian menggunakan metode desain faktorial dengan 2 faktor dan 2 level ditentukan sebagai berikut: Tabel III. Level rendah dan level tinggi formula tablet effervescent vitamin C (250 tablet) Formula
Asam sitrat (g)
Asam tartrat (g)
1
93,75
93,75
a
150
93,75
b
93,75
150
ab
150
150
Keterangan : Formula 1
= asam sitrat level rendah, asam tartrat level rendah
Formula a
= asam sitrat level tinggi, asam tartrat level rendah
Formula b
= asam sitrat level rendah, asam tartrat level tinggi
Formula ab = asam sitrat level tinggi, asam tartrat level tinggi
2. Penyiapan Komponen Campuran Bahan-bahan yang digunakan terlebih dahulu ditimbang dengan menggunakan neraca analitik sesuai dengan berat masing-masing sebelum proses pencampuran. 3. Pencampuran serbuk Semua bahan dicampur selama 15 menit menggunakan pencampur kubus ( Erweka AR 400) dengan kecepatan 100 rpm, kecuali magnesium stearat. Magnesium stearat ditambahkan 5 menit terakhir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Uji Sifat Fisis Campuran Serbuk Uji sifat fisis campuran serbuk meliputi: a. Sifat alir Seratus gram campuran serbuk dituang perlahan-lahan ke dalam corong pengukur melalui tepi corong. Setelah itu penutup corong dibuka dan serbuk dibiarkan mengalir keluar. Waktu yang diperlukan campuran serbuk untuk keluar melalui mulut corong dicatat menggunakan stopwatch (Lachman dkk, 1994). b. Kandungan Lembab Penentuan kandungan lembab campuran serbuk dilakukan secara langsung menggunakan moisture analyser. Lima gram campuran serbuk diletakkan di atas cawan aluminium dan dimasukkan ke dalam moisture analyser, kemudian dilakukan pengukuran kandungan lembab dengan pemanasan pada suhu 105º C. Pemanasan dilakukan selama 15 menit atau sampai bobot campuran serbuk relatif konstan. Prosen kadar air merupakan hasil bagi selisih bobot sebelum dan sesudah pemanasan dengan bobot campuran serbuk sebelum pemanasan dikalikan 100%. Kadar air pada campuran serbuk effervescent berkisar antara 0,4% - 0,7% (Dash et al., 2000). c. Kompaktibilitas Ruang kompresi diatur sebesar 1 cm. Sejumlah campuran serbuk dimasukkan ke ruang cetakan sampai terisi penuh dan rata, kemudian dikempa pada kedalaman punch atas 0 mm. Ketinggian punch atas dicatat, dicatat pula kekerasan tablet yang dihasilkan. Setelah itu, punch atas diturunkan skalanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sebesar 0,5 mm. Demikian seterusnya sampai diperoleh tablet dengan kekerasan nol kg, dan ditandai dengan harga F. Apabila harga F suatu zat lebih besar dari 40% (400 perseribu centimeter), maka akan dijumpai kesulitan dalam mentabletnya (Guyot dalam Fudholi (1983). 5. Formulasi Tablet Effervescent Vitamin C Campuran serbuk masing-masing formula kemudian dikempa dengan mesin tablet single punch. Proses pentabletan dilakukan dalam ruangan dengan kelembaban relatif ±45%. Kelembaban yang digunakan untuk pembuatan tablet effervescent sebaiknya kurang dari 25% (Mohrle, 1989). Dalam penelitian ini tidak dimungkinkan untuk mendapatkan kelembaban relatif yang memenuhi syarat karena kondisi ruangan yang digunakan masih dapat ditembus udara yang masuk dari luar dan kapasitas dehumidifier yang digunakan untuk menurunkan kelembapan kurang besar, sehingga hanya mampu menurunkan sampai batasan ±45%.. Selain itu, tidak semua proses pembuatan tablet effervescent vitamin C dapat dilakukan pada ruangan dengan RH ±45% karena fasilitas ruangan yang belum memadai Tablet effervescent dibuat empat formula dengan variasi jumlah sumber asam, yaitu asam sitrat dan asam tartrat. 6. Uji Sifat Fisis Tablet Effervescent a. Keseragaman bobot Dua puluh tablet effervescent ditimbang satu persatu dengan neraca elektrik. Dihitung purata (Χ) dan koefisien variasi (CV). Untuk tablet yang besarnya lebih dari 300 mg, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang bobotnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari 5% dan tidak ada 1 tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari 10% (Anonim, 1979). b. Kekerasan Alat yang digunakan untuk mengukur kekerasan tablet adalah StokesMonsanto. Sebuah tablet diletakkan vertikal di antara ujung penekan pada Stokes-Monsanto, tekanannya diatur sedemikian rupa, sehingga tablet stabil ditempatnya dan jarum penunjuk berada pada skala 0 lalu sekrup diputar hingga tablet pecah. Besarnya tekanan dibaca langsung pada skala ( Voigt, 1995). c. Kerapuhan Dua puluh tablet dibebas-debukan dari partikel halus yang menempel, lalu ditimbang. Tablet yang telah dibebas-debukan dimasukkan ke dalam friabilator (alat penguji kerapuhan tablet), diputar selama 4 menit dengan kecepatan 25 rpm. Tablet dibersihkan dan ditimbang kembali. Hitung persen (%) kehilangan berat tablet dari berat keseluruhan tablet semula (Kottke and Rudnic, 2002). d. Waktu larut Waktu larut tablet effervescent merupakan waktu yang diperlukan oleh tablet supaya pecah menjadi bagian yang terlarut atau partikel. Uji waktu larut tablet effervescent dilakukan dengan menempatkan tablet pada air dengan volume 120-180 ml. Tablet effervescent yang baik akan hancur dan terlarut dengan cepat dalam waktu 1-2 menit (Mohrle, 1989).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7. Prediksi Formula Optimum Tablet Effervescent Vitamin C Prediksi formula optimum tablet effervescent vitamin C dilakukan berdasarkan area komposisi optimum asam sitrat dan asam tartrat pada contour plot super imposed sifat fisis tablet effervescent.
E. Analisis Data dan Optimasi Data yang terkumpul dari sifat fisis tablet effervescent dianalisis dengan menggunakan metode desain faktorial. Dari data yang diperoleh, kemudian dilakukan perhitungan desain faktorial untuk melihat besarnya efek asam sitrat, asam tartrat, dan efek interaksi keduanya, sehingga dapat diketahui efek yang dominan dalam menentukan sifat fisis tablet effervescent. Dari persamaan akan diperoleh contour plot untuk masing-masing uji yang dilakukan dan untuk selanjutnya contour plot ini digabungkan sehingga didapatkan contour plot super imposed. Dari contour plot super imposed ini akan diperoleh area optimum asam sitrat dan asam tartrat yang menghasilkan sediaan tablet effervescent seperti yang dikehendaki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Formulasi dan Pembuatan Tablet Effervescent Sediaan effervescent penggunaannya lebih praktis, mudah dan lebih menyenangkan dalam penyediaan bila dibandingkan dengan bentuk sediaan obat lainnya (Mohrle, 1989). Sediaan effervescent dapat berupa serbuk atau tablet. Salah satu keuntungan tablet effervescent dapat diberikan pada pasien yang sulit menelan kapsul atau tablet (Lindberg et al., 1992). Selain itu, adanya pelepasan gas karbondioksida juga membantu memperbaiki rasa beberapa obat tertentu (Banker and Anderson, 1986). Gas karbondioksida yang terbentuk memberikan efek sparkle (seperti soda) dan mempermudah proses pelarutan zat aktif (Kusnadhi, 2003). Vitamin C yang diberikan dalam bentuk sediaan effervescent akan memberikan absorbsi yang baik daripada bentuk tablet atau pil. Formulasi suatu sediaan obat mempunyai cakupan yang luas, meliputi pemilihan bahan aktif, bahan tambahan, bentuk sediaan obat, proses produksi, pemilihan alat produksi, lingkungan, dan pengemasan. Bahan aktif yang berbeda akan berpengaruh pada komposisi formulasinya. Pada penelitian ini digunakan bahan aktif vitamin C dengan bentuk sediaan tablet effervescent. Keberhasilan suatu sediaan padat yang efektif dan stabil sangat ditentukan sekali pada ketelitian dan ketepatan dalam memilih eksipien yang dipakai untuk pembuatan tablet. Apakah bahan tersebut memudahkan pemberian, membantu pelepasan, dan melindungi degradasi, serta aman untuk dikonsumsi. Pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dasarnya bahan pembantu tabet harus bersifat netral, tidak berbau, tidak berasa dan sedapat mungkin tidak berwarna (Voigt, 1995). Selain ketepatan dalam memilih eksipien, proses dan alat pembuatan juga mempengaruhi kualitas sediaan yang dihasilkan. Penentuan formula dilakukan berdasarkan metode desain faktorial. Dengan metode ini akan ditentukan kombinasi campuran yang optimum antara dua faktor, yaitu asam sitrat dan asam tartrat. Komposisi formula campuran asam sitrat dan asam tartrat yang digunakan untuk optimasi dapat dilihat pada tabel III. Asam sangat penting pada pembuatan tablet effervescent. Sumber asam jika direaksikan dengan air maka bahan tersebut akan terhidrolisa kemudian akan melepaskan asam yang dalam proses selanjutnya akan bereaksi dengan bahan karbonat sehingga terbentuklah gas CO2 (Banker and Anderson, 1986). Jumlah asam sitrat dan asam tartrat yang digunakan dalam formula tablet effervescent vitamin C sebesar 25% dari berat tablet untuk level rendah dan 40% dari berat tablet untuk level tinggi. Pemilihan presentase ini berdasarkan pada jurnal (Wehling and Fred, 2004) bahwa pada range konsentrasi 25-40% dari berat tablet sumber asam akan menghasilkan reaksi effervescent yang baik. Sumber basa yang digunakan dalam penelitian ini adalah natrium karbonat. Natrium karbonat dipilih karena memiliki sifat alir yang baik sehingga memenuhi syarat untuk kempa langsung. Natrium karbonat menunjukkan efek menstabilkan
ketika
digunakan
dalam
tablet
effervescent
dikarenakan
kemampuannya mengabsorbsi lembab, hal ini dapat mencegah reaksi awal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
effervescent. Natrium karbonat dalam bentuk anhidrat akan mengabsorbsi lembab menjadi bentuk hidrat yang stabil (Mohrle, 1989). Melalui reaksi sebagai berikut: Na2CO3 + 10H2O → Na2CO3. 10H2O Reaksi yang terjadi antara asam sitrat dengan natrium karbonat dan asam tartrat dan natrium karbonat adalah sebagai berikut : (1)
2H3C6H5O7.H2O + 3Na2CO3 → 2Na3C6H5O7+ 5H2O + 3CO2 2 mol asam sitrat ~ 3 mol natrium karbonat → 3 mol CO2
(2)
H2C4H4O6 + Na2CO3
→ Na2C4H4O6 + H2O + CO2
1 mol asam tartrat ~ 1 mol natrium karbonat → 1 mol CO2
Bahan pengikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah PVP (polivinil pirolidon). Menurut Mohrle (1980), PVP adalah bahan pengikat yang efektif untuk pembuatan tablet effervescent. Konsentrasi PVP yang digunakan sebagai bahan pengikat berkisar antara 0,5-5% (Khankari and Hortz, 1997). Berdasarkan hasil orientasi maka konsentrasi PVP yang digunakan adalah 1%. Pada konsentrasi 1% PVP sudah dapat menunjukkan kemampuannya sebagai bahan pengikat terlihat dari kekerasan tablet effervescent yang dihasilkan jika dibandingkan dengan campuran yang tidak menggunakan PVP. Pada konsentrasi lebih dari 1% tablet yang dihasilkan akan mengalami sticking karena sifat campuran serbuk yang lengket, dimana diketahui bahwa PVP bersifat sangat higroskopis. Selain itu, tablet yang dihasilkan sangat keras sehingga waktu larutnya menjadi semakin lama meskipun PVP bersifat hidrofilik (larut air). Polaritas dari PVP dapat dilihat dari strukturnya (gambar 5) dimana terdapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
atom-atom yang elektronegatif, yaitu O dan N sehingga PVP dapat larut dalam air. Aksi dua arah dari PVP (dapat memperlama desintegrasi tablet sekalipun larut air) dapat dijelaskan melalui mekanisme ikatan yang terjadi antara PVP dengan bahan-bahan lain (vitamin C, asam sitrat, asam tartrat, dan laktosa) dalam tablet, yaitu ikatan hidrogen yang cukup kuat sehingga apabila konsentarsi PVP yang digunakan semakin tinggi maka ikatan yang terbentuk akan semakin banyak jadi dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk memutuskan ikatan tersebut. Dilihat dari strukturnya, ikatan hidrogen antara PVP dengan natrium karbonat dan sakarin (gambar 5) tidak dapat terjadi. Seperti diketahui bahwa ikatan hidrogen merupakan ikatan yang terbentuk antara atom H dengan atom-atom elektronegatif yang kuat, yaitu fluorin, oksigen dan nitrogen (F, O, N). Atom O dari sakarin akan berikatan dengan atom H dari bahan lain, yaitu vitamin C, asam sitrat, asam tartrat, dan laktosa baru kemudian bahan-bahan yang telah berikatan dengan sakarin akan berikatan dengan PVP. Natrium karbonat berikatan dengan PVP melalui mekanisme ion-dipole. Ion natrium akan berikatan dengan atom H dari PVP.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C
H
N
C
H
H O
C
H
N
C
H
H O
C
H
N
C
H
H O
C
H
N
C
H
H
CH2OH
H
C
OH O
OH
OH
O
Gambar 7. Ikatan hidrogen antara PVP dan vitamin C
H
H
H
H
H
H
H
H
C
C
C
C
C
C
C
C
H
N
HO
N
HO
N
HO
N
H HOOC
C
COOH H C
H
O
C
HO
COOH
H
Gambar 8. Ikatan hidrogen antara PVP dan asam sitrat
H
H
H
H
H
H
H
H
C
C
C
C
C
C
C
C
H
N
HO
N
HO
N
HO
N
HOOC
OH
H
C
C
H
OH
O
COOH
Gambar 9. Ikatan hidrogen antara PVP dan asam tartrat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
H
H
H
H
H
H
H
H
H
H
H
H
H
H
H
H
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
H
N
HO N
HO
N
HO N
HO
N
HO
N
HO
N
HO N
O
CH2OH
O OH
CH2OH
OH OH
O O OH
OH OH
Gambar 10. Ikatan hidrogen antara PVP dan laktosa
Bahan pelicin yang digunakan adalah Mg stearat dengan konsentrasi 0,1% dari bobot tablet. Idealnya bahan pelicin untuk sediaan effervescent memenuhi persyaratan tidak toksik, tidak berasa, dan larut air (Lindberg et al., 1992). Tapi pada kenyataannya bahan pelicin yang efisien adalah bahan pelicin yang bersifat tidak larut air, seperti Mg stearat (Mohrle, 1989). Oleh karena itu, Mg stearat dipilih sebagai bahan pelicin meskipun tidak larut air. Selain itu Mg stearat mempunyai kemampuan sebagai lubrikan yang sangat baik (Voigt, 1995). Beberapa bahan pelicin yang larut air, yaitu natrium klorida, natrium asetat, dan leusin (Lindberg et al., 1992). Menurut Wehling and Fred (2004), konsentrasi bahan pelicin yang baik digunakan adalah kurang dari 3% dari bobot tablet dan paling baik digunakan pada konsentrasi 0,1% dari bobot tablet, karena itu bahan pelicin yang digunakan pada penelitian ini sebesar 0,1%. Selain itu juga dilakukan orientasi. Pada pembuatan tablet effervescent perlu diperhatikan konsentrasi Mg stearat yang digunakan mengingat sifat Mg stearat yang tidak larut dalam air (hidrofob), dengan semakin tingginya konsentrasi Mg stearat maka akan semakin banyak partikel Mg stearat yang menempel dan menyumbat pori partikel-partikel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
lain sehingga dapat menghalangi air untuk masuk ke dalam tablet jadi dibutuhkan waktu yang lebih lama bagi tablet effervescent untuk larut dengan demikian dibutuhkan waktu yang lebih lama pula bagi zat aktif untuk terlarut. Selain konsentrasi, faktor lain yang juga perlu diperhatikan adalah lama pencampuran, yaitu 2-5 menit. Pada penelitian ini Mg stearat dicampur selama 5 menit. Pada saat proses pencampuran kohesifitas Mg stearat akan meningkat sehingga partikel-partikel Mg stearat akan menggumpal, dengan semakin lamanya proses pencampuran partikel-partikel Mg stearat yang menggumpal akan lepas jadi akan semakin banyak Mg stearat yang melapisi partikel lain sehingga dapat menghalangi air untuk masuk ke dalam tablet, yang artinya zat aktif akan terlarut semakin lama. Laktosa dipilih sebagai bahan pengisi untuk mendapatkan bobot tablet yang diinginkan. Laktosa memiliki sifat bahan pengisi yang baik, antara lain dapat larut dalam air, rasanya enak, non-higroskopis, tidak reaktif, dan menunjukkan kompaktibilitas yang baik (Alderborn, 2002). Bahan pemanis diperlukan untuk memperbaiki rasa dari tablet mengingat vitamin C memiliki rasa yang sangat asam. Pemanis yang digunakan adalah natrium sakarin. Natrium sakarin merupakan bahan pemanis buatan yang disarankan dalam tablet effervescent (Lindberg et al., 1992). Berdasarkan lampiran Permenkes No. 208/Menkes/Per/IV/1985 natrium sakarin merupakan salah satu pemanis buatan yang diijinkan untuk digunakan dengan batasan maksimum 5mg/Kg berat badan/hari. Konsentrasi natrium sakarin sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pemanis yang umum digunakan adalah 0,075-0,6% (Allen, 2002). Pada penelitian ini digunakan konsentrasi 0,3375%. Pembuatan tablet
dilakukan dengan menggunakan metode kempa
langsung. Kempa langsung dipilih karena sifat vitamin C tidak tahan terhadap lembab. Sebelum dicampur, masing-masing bahan ditimbang sesuai dengan berat masing-masing pada tiap-tiap formula. Semua bahan kecuali bahan pelicin kemudian dicampur selama 15 menit dengan kecepatan 100 rpm menggunakan pencampur kubus. Bahan pelicin ditambahkan pada 5 menit terakhir. Pencampuran yang berlebihan dapat mengurangi desintegrasi-disolusi dan tablet dapat kehilangan ikatannya (Peck et al., 1980).
B. Uji Sifat Fisis Campuran Serbuk Tabel IV. Hasil uji sifat alir dan kandungan lembab ( Χ ± SD ) Formula 1 Formula a Formula b Formula ab X ± SD X ± SD X ± SD X ± SD Waktu alir 3,68±0,01 4,04±0,11 3,83±0,14 3,90±0,25 (g/detik) Kandungan 1,71±0,08 2,12±0,17 1,83±0,23 1,94 ±0,09 lembab (%)
Tabel V. Hasil uji kompaktibilitas
Skala (mm) 4 5 6
Kekerasan tablet (kg) Formula 1 Formula a 0,5 1,1 2,1 3,7 5,8 6,8
Formula b 1,0 2,2 6,6
Formula ab 1,5 5,8 7,2
1. Sifat alir Pemeriksaan
sifat alir campuran serbuk perlu dilakukan untuk
mengetahui kemampuan alir campuran saat dikempa. Campuran serbuk dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sifat alir yang baik akan mudah mengalir dan mudah dikempa pada saat pentabletan (Fassihi and Kanfer, 1986). Sifat alir campuran juga berperan dalam homogenitas campuran atau serbuk (Shangraw, 1989). Dengan sifat alir yang baik, kemungkinan campuran serbuk untuk bercampur atau mencapai homogenitas semakin besar. Uji sifat alir dalam penelitian ini dilakukan secara langsung dengan mengukur waktu alir sejumlah campuran serbuk. Waktu alir menunjukkan mudah tidaknya campuran serbuk mengalir dalam mesin pencetak tablet. Menurut Guyot dalam Fudholi (1983), waktu alir untuk 100 g serbuk sebaiknya tidak melebihi 10 detik karena akan mengalami kesulitan dalam pentabletan. Dari tabel IV terlihat bahwa keempat formula memiliki waktu alir yang memenuhi persyaratan. 2. Kandungan lembab Kandungan lembab merupakan hal penting yang perlu diperhatikan dalam pembuatan tablet effervescent. Kandungan lembab yang terlalu banyak dalam tablet effervescent akan menyebabkan reaksi prematur dalam sistem effervescent (Mohrle, 1989). Vitamin C sebagai zat aktif juga akan rusak karena sifatnya yang tidak tahan terhadap lembab. Menurut Fausett, Gayser & Dash (2000), kandungan lembab campuran serbuk pada sediaan effervescent berkisar antara 0,4% - 0,7%. Pengukuran kandungan lembab pada penelitian ini menggunakan moisture analyzer. Pemanasan dilakukan sampai bobot konstan (15 menit) pada suhu 105°C. Hasil pengukuran kandungan lembab campuran serbuk pada penelitian ini (tabel IV) tidak memenuhi persyaratan. Hal ini dikarenakan kelembaban ruangan yang digunakan pada proses pembuatan tablet masih cukup tinggi (±45).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kelembaban ruangan yang masih tinggi ini dikarenakan kondisi ruangan yang digunakan
masih dapat ditembus udara yang masuk dari luar dan kapasitas
dehumidifier yang digunakan untuk menurunkan kelembapan kurang besar, sehingga hanya mampu menurunkan sampai batasan ±45%. Selain itu, proses pencampuran tidak dapat dikerjakan dalam ruangan dengan kelembaban relatif (RH) ±45% karena keterbatasan fasilitas. Kelembaban yang digunakan untuk pembuatan tablet effervescent sebaiknya dikendalikan kurang dari 25% (Mohrle, 1989). 3. Kompaktibilitas Kompaktibilitas
memiliki
pengertian
yang
berbeda
dengan
kompresibilitas. Kompaktibilitas merupakan kemampuan bahan serbuk untuk dikempa menjadi tablet dengan tekanan tertentu, sedangkan kompresibilitas merupakan kemampuan bahan serbuk untuk berkurang volumenya dibawah tekanan jadi tanpa pengaruh ikatan antar partikel (Wadke et al., 1989). Mudah tidaknya campuran serbuk dikempa menjadi tablet dapat diketahui dari uji kompaktibilitas campuran serbuk (Guyot dalam Fudholi, 1983). Uji kompaktibilitas campuran serbuk dilakukan dengan cara mengukur kekerasan tablet yang dibuat pada beberapa tekanan kompresi. Pengukuran dimulai dari kedalaman punch atas nol mm. Kompaktibilitas campuran serbuk dikatakan baik jika pada kedalaman punch atas 4 mm dengan kedalaman ruang kompresi 10 mm, serbuk mampu membentuk tablet dengan kekerasan minimum. Menurut Guyot dalam Fudholi (1983), apabila harga F suatu zat lebih besar dari 40% (400 perseribu centimeter), maka akan dijumpai kesulitan dalam mentabletnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dari hasil penelitian, saat kedalaman punch atas 4 mm, campuran serbuk pada masing-masing formula sudah mampu membentuk tablet. Hasil ini menunjukkan bahwa campuran serbuk memiliki kompaktibilitas yang baik untuk dikempa. Setelah dilihat dari data kompaktibilitas untuk menyamakan kondisi pada masing-masing formula maka semua formula dikempa pada kedalaman punch atas 6 mm. Pada kedalaman punch atas 6 mm campuran serbuk dari keempat formula menghasilkan tablet yang memenuhi syarat kekerasan, yaitu 6–8 kp ~ 5,999-7,999 kg.
C. Uji Sifat Fisis Tablet Effervescent Hasil uji sifat fisis tablet effervescent dari 4 formula untuk optimasi dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel VI. Hail uji sifat fisis tablet effervescent vitamin C F F1 Fa
Keseragaman bobot CV(%) Χ (mg) ± SD 2588,70±0,04 0,00 2802,30±0,03 0,00
Kekerasan Χ (kg) ± SD 6,08± 0,12 7,10± 0,67
Kerapuhan Χ (%) ± SD 0,99±0,07 0,51±0,07
Waktu larut Χ (detik) ± SD 83,07±3,78 88,92±8,77
Fb Fab
2801,40±0,02 3034,90±0,04
6,55± 0,68 8,85± 0,87
1,09±0,13 1,27±0,20
87,35±4,42 113,73±5,72
0,00 0,00
Dengan metode desain faktorial dapat dihitung besarnya efek dari asam sitrat, asam tartrat, maupun interaksinya. Hasil perhitungan efek dengan metode desain faktorial tablet effervescent vitamin C adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel VII. Efek asam sitrat, efek asam tartrat, dan efek hasil interaksi keduanya dalam menentukan kualitas tablet effervescent (terbatas pada level yang diteliti) Efek Asam sitrat
Kekerasan (Kg) 1,65
Kerapuhan (%) [-0,15]
Waktu larut (detik) 16,12
Asam tartrat
1,15
0,44
14,55
Interaksi
0,65
0,32
10,27
1. Kekerasan Tablet harus cukup keras untuk tahan pecah waktu dikemas , dikirim dengan kapal dan waktu ditangani secara normal, tapi juga tablet ini akan cukup lunak untuk melarut dan hancur sempurna begitu digunakan orang atau dapat dipatahkan diantara jari-jari bila memang tablet ini perlu dibagi untuk pemakaiannya (Ansel, 1989). Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan kompresi yang digunakan saat pentabletan, sifat bahan yang dikempa dan bahan pengikat (Lachman dkk, 1994). Untuk menyamakan kondisi percobaan pada penelitian ini digunakan tekanan kompresi yang sama yaitu pada skala 6 mm. Menurut Wehling and Fred (2004), kekerasan tablet yang baik untuk tablet effervescent adalah 6–8 kp ~ 5,999-7,999 kg. Dari hasil penelitian (tabel VI) hanya formula (ab) yang kekerasannya tidak memenuhi syarat. Hubungan pengaruh peningkatan level asam sitrat dan asam tartrat terhadap kekerasan tablet effervescent, dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10 Respon kekerasan (kg)
Respon kekerasan (kg)
10 9 8 7 6 5 90 100 110 120 130 140 150 Asam sitrat (g)
9 8 7 6 5 90
100 110 120 130 140 150 Asam tartrat (g)
level rendah asam tartrat
level rendah asam sitrat
level tinggi asam tartrat
level tinggi asam sitrat
Gambar 11a
Gambar 11b
Gambar 11. Grafik hubungan antara asam sitrat (g) dan kekerasan (Kg) (11a); grafik hubungan antara asam tartrat (g) dan kekerasan (Kg) (11b)
Gambar 11a menunjukkan bahwa pada penggunaan asam tartrat level rendah maupun level tinggi dengan peningkatan jumlah asam sitrat terjadi peningkatan kekerasan tablet effervescent. Namun peningkatan kekerasan tablet effervescent karena penggunaan asam tartrat level tinggi lebih besar dibandingkan penggunaan asam tartrat level rendah Pada penggunaan asam sitrat level rendah maupun level tinggi dengan peningkatan jumlah asam tartrat yang digunakan juga terjadi peningkatan kekerasan tablet effervescent (Gambar 11b). Namun peningkatan kekerasan tablet effervescent karena penggunaan asam sitrat level tinggi lebih besar dibandingkan asam sitrat pada level rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan kedua gambar di atas (Gambar 11), asam sitrat diprediksi lebih dominan dalam menentukan kekerasan tablet effervescent daripada asam tartrat. Peningkatan level asam sitrat dari level rendah ke level tinggi (Gambar 11a), menyebabkan perubahan nilai kekerasan yang lebih besar jika dibandingkan dengan perubahan kekerasan tablet karenan perubahan level asam tartrat dari level rendah ke level tinggi (Gambar 11b). Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 11a, dimana grafik yang dihasilkan lebih curam dibandingkan dengan grafik pada gambar 11b. Hasil perhitungan desain faktorial kekerasan tablet (Tabel VII) juga menunjukkan nilai efek asam sitrat yang lebih besar dibandingkan nilai efek asam tartrat maupun interaksi keduanya. Berdasarkan kedua gambar diatas (Gambar 11), dapat dilihat adanya interaksi antara asam sitrat dan asam tartrat dalam menentukan respon kekerasan. Adanya interaksi ditunjukkan oleh garis yang tidak sejajar pada masing-masing kurva (Bolton, 1990). Hasil perhitungan nilai efek dari asam sitrat, asam tartrat, maupun interaksinya bernilai positif yang berarti memiliki efek meningkatkan respon kekerasan tablet effervescent. Karena nilai efek asam sitrat lebih besar daripada asam tartrat dan interaksi asam sitrat dan asam tartrat, maka diprediksi bahwa asam sitrat lebih dominan dalam meningkatkan respon kekerasan (Tabel IX). Asam sitrat dan asam tartrat keduanya merupakan bahan yang mengalami deformasi elastis (Lindberg et al, 1992). Tetapi karena asam sitrat yang digunakan merupakan asam sitrat monohidrat, sedangkan asam tartrat yang digunakan merupakan asam tartrat anhidrat maka sifat ikatan asam sitrat dengan adanya satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
molekul air akan lebih kuat dibandingkan asam tartrat karena itu asam sitrat akan memberikan kekerasan yang lebih baik daripada asam tartrat. Bahan yang mengalami deformasi elastis ketika diberi tekanan akan berubah bentuknya untuk sementara waktu kemudian ketika tekanan tidak ada lagi maka bahan tersebut akan kembali ke bentuk semula. 2. Kerapuhan Kerapuhan tablet menggambarkan kekuatan tablet dalam mempertahankan bentuk pada uji kerapuhan, yang berperan dalam uji ini adalah bagian tepi tablet atau luar permukaan tablet. Uji kerapuhan tablet penting dilakukan untuk mengetahui ketahanan tablet terhadap guncangan-guncangan yang terjadi pada saat pengemasan dan transportasi. Menurut Banker and Anderson (1986), kerapuhan tablet memenuhi persyaratan bila % kerapuhan lebih kecil dari 1%. Dari hasil penelitian (tabel VI) terlihat bahwa tidak semua formula memenuhi syarat kerapuhan, hanya formula (1) dan formula (a) yang memenuhi syarat kerapuhan. Hubungan antara pengaruh peningkatan level asam sitrat dan asam tartrat terhadap kerapuhan tablet effervescent, dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1.6 Respon kerapuhan (%)
Respon kerapuhan (%)
1.6 1.4 1.2 1 0.8 0.6 0.4
1.4 1.2 1 0.8 0.6 0.4
90 100 110 120 130 140 150 Asam sitrat (g)
90 100 110 120 130 140 150 Asam tartrat (g)
level rendah asam tartrat
level rendah asam sitrat
level tinggi asam tartrat
level tinggi asam sitrat
Gambar 12a
Gambar 12b
Gambar 12. Grafik hubungan antara asam sitrat (g) dan kerapuhan (%) (12a); grafik hubungan antara asam tartrat (g) dan kerapuhan (%) (12b)
karbonat (g) dan kerapuhanlet (6b) Penurunan kerapuhan tablet effervescent terjadi pada penggunaan asam tartrat level rendah dengan peningkatan jumlah asam sitrat , sedangkan pada penggunaan asam tartrat level tinggi dengan peningkatan jumlah asam sitrat terjadi peningkatan kerapuhan tablet effervescent (Gambar 12a). Penurunan kerapuhan tablet effervescent karena penggunaan asam tartrat level rendah lebih besar dibandingkan peningkatan kerapuhan tablet effervescent karena penggunaan asam tartrat level tinggi. Penurunan kerapuhan tablet effervescent juga terjadi pada penggunaan asam sitrat level tinggi dengan peningkatan jumlah asam tartrat, sedangkan pada penggunaan asam sitrat level rendah dengan semakin meningkatnya jumlah asam tartrat terjadi peningkatan kerapuhan tablet effervescent (Gambar 12b). Penurunan kerapuhan tablet effervescent karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penggunaan asam sitrat level tinggi dengan peningkatan jumlah asam tartrat lebih besar dibandingkan peningkatan kerapuhan tablet effervescent karena penggunaan asam sitrat level rendah dengan peningkatan jumlah asam tartrat. Berdasarkan gambar di atas (Gambar 12), asam tartrat diprediksi lebih dominan dalam menentukan kerapuhan tablet effervescent daripada asam sitrat. Peningkatan level asam tartrat dari level rendah ke level tinggi (Gambar 12b), menyebabkan perubahan nilai kerapuhan yang lebih besar jika dibandingkan dengan perubahan kerapuhan tablet karena perubahan level asam sitrat dari level rendah ke level tinggi (Gambar 12a). Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 12b grafik lebih curam dibandingkan dengan grafik pada gambar 12a. Hasil perhitungan desain faktorial kerapuhan tablet (Tabel VII) juga menunjukkan nilai efek asam tartrat yang lebih besar dibandingkan nilai efek asam sitrat maupun interaksi keduanya. Gambar 12a menunjukkan bahwa peningkatan level asam sitrat, pada penggunaan level rendah asam tartrat memberikan respon penurunan kerapuhan, sedangkan pada penggunaan level tinggi asam sitrat memberikan respon peningkatan kerapuhan. Kedua gambar diatas (Gambar 12), juga memperlihatkan adanya interaksi antara asam sitrat dan asam tartrat dalam menentukan respon kerapuhan yang ditunjukkan oleh garis yang tidak sejajar pada masing-masing kurva. Hasil perhitungan nilai efek dari asam sitrat bernilai negatif yang berarti memilik efek menurunkan kerapuhan tabet effervescent, sedangkan asam tartrat dan interaksi asam sitrat dan asam tartrat bernilai positif yang berarti keduanya memiliki efek meningkatkan respon kerapuahan tablet effervescent. Karena asam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tartrat memiliki nilai efek yang lebih besar dari interaksi asam sitrat dan asam tartrat, maka efek asam tartrat diprediksi lebih dominan dalam meningkatkan respon kerapuhan (Tabel VII). Asam sitrat dan asam tartrat keduanya merupakan bahan yang mengalami deformasi elastis (Lindberg et al, 1992). Tetapi karena asam sitrat yang digunakan merupakan asam sitrat monohidrat, sedangkan asam tartrat yang digunakan merupakan asam tartrat anhidrat maka sifat ikatan asam sitrat dengan adanya satu molekul air akan lebih kuat dibandingkan asam tartrat karena itu asam sitrat akan memberikan kekerasan yang lebih baik daripada asam tartrat. Bahan yang mengalami deformasi elastis ketika diberi tekanan akan berubah bentuknya untuk sementara waktu kemudian ketika tekanan tidak ada lagi maka bahan tersebut akan kembali ke bentuk semula. 3. Waktu Larut Waktu larut tablet effervsecent menggambarkan cepat atau lambatnya tablet larut dalam air. Proses larutnya tablet diawali oleh penetrasi air ke dalam tablet. Dengan adanya sifat hidrofilik dari bahan pengikat yang digunakan (PVP) maka akan mempermudah penetrasi air kedalam tablet. Penetrasi air ini menyebabkan terjadinya reaksi asam dan karbonat yang akan melepaskan CO2, dan lama-kelamaan mengakibatkan tablet effervescent larut. Menurut Lindberg dkk (1992), tablet effervescent yang baik mempunyai kelarutan 1-2 menit dan memiliki residu dari bahan yang tidak terlarut seminimal mungkin. Keempat formula dalam penelitian ini memenuhi syarat waktu larut yang ditetapkan, yaitu 1-2 menit. Larutan yang terbentuk dari tablet effervescent vitamin C ini tidak mutlak jernih, tetapi masih ada sedikit residu yang tidak larut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang disebabkan penggunaan magnesium stearat sebagai bahan pelicin. Dimana diketahui bahwa magnesium stearat merupakan bahan pelicin yang bersifat hidrofob (tidak larut air). Dari hasil penelitian (tabel VI) keempat formula memenuhi syarat eaktu larut yang ditetapkan, yaitu kurang dari 2 menit. Hubungan antara pengaruh peningkatan level asam sitrat dan asam tartrat terhadap waktu larut effervescent, dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:
120 Respon waktu larut (detik)
Respon waktu larut (detik)
120 110 100 90 80 90 100 110 120 130 140 150 Asam sitrat (g)
110 100 90 80 90 100 110 120 130 140 150 Asam tartrat (g)
level rendah asam tartrat
level rendah asam sitrat
level tinggi asam tartrat
level tinggi asam sitrat
Gambar 13a
Gambar 13b
Gambar 13. Grafik hubungan antara asam sitrat (g) dan waktu larut (detik) (13a); grafik hubungan antara asam tartrat (g) dan waktu larut (detik) (13b)
Pada penggunaan asam tartrat level rendah maupun level tinggi dengan peningkatan jumlah asam sitrat terjadi peningkatan waktu larut tablet effervescent (Gambar 13a). Peningkatan waktu larut tablet effervescent karena penggunaan asam tartrat level tinggi lebih besar dibandingkan penggunaan asam tartrat level rendah. Peningkatan waktu larut tablet effervescent juga terjadi pada penggunaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
asam sitrat level rendah maupun level tinggi dengan peningkatan jumlah asam tartrat (Gambar 13b). Peningkatan waktu larut tablet effervescent karena penggunaan asam sitrat level tinggi lebih besar dibandingkan penggunaan asam sitrat level rendah. Berdasarkan gambar diatas, diprediksi bahwa asam sitrat lebih dominan dalam menentukan waktu larut tablet effervescent dibandingkan dengan asam tartrat ataupun interaksi antara asam sitrat dan asam tartrat. Peningkatan level asam sitrat dari level rendah ke level tinggi (Gambar 13a), menyebabkan perubahan nilai waktu larut yang lebih besar jika dibandingkan dengan perubahan waktu larut tablet karena perubahan level asam tartrat dari level rendah ke level tinggi (Gambar 13b). Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 13a, dimana grafik yang dihasilkan lebih curam dibandingkan dengan grafik pada gambar 13b. Hasil perhitungan desain faktorial kekerasan tablet (Tabel VII) juga menunjukkan nilai efek asam sitrat yang lebih besar dibandingkan nilai efek asam tartrat maupun interaksi keduanya. Kedua gambar diatas (Gambar 13), juga memperlihatkan adanya interaksi antara asam sitrat dan asam tartrat dalam menentukan respon waktu larut yang ditunjukkan oleh garis yang tidak sejajar pada masing-masing kurva. Hasil perhitungan nilai efek dari asam sitrat, asam tartrat, maupun interaksinya bernilai positif yang berarti memiliki efek meningkatkan respon waktu larut tablet effervescent. Karena nilai efek asam sitrat lebih besar daripada asam tartrat dan interaksi asam sitrat dan asam tartrat, maka asam sitrat diprediksi lebih dominan dalam meningkatkan respon waktu larut (Tabel VII). Kondisi ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dapat dimengerti mengingat asam sitrat memiliki kelarutan yang lebih rendah jika dibandingkan dengan asam tartrat (Mohrle, 1989), sehingga dapat memperlama waktu larut tablet effervescent yang dihasilkan. 4. Uji Keseragaman Bobot Uji keseragaman bobot penting dilakukan untuk mendapatkan tablet dengan zat aktif yang seragam. Keseragaman bobot suatu tablet ditunjukkan atas banyaknya penyimpangan bobot tablet rata-rata yang masih diperbolehkan menurut persyaratan yang ditentukan Menurut Farmakope Indonesia edisi III, tablet tidak bersalut yang mempunyai bobot rata-rata lebih dari 300 mg, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari 5% dan tidak boleh satu pun tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari 10%. Dari hasil perhitungan (lampiran 3), disimpulkan keempat formula memenuhi syarat keseragaman bobot. Hal ini ditunjukkan dengan tidak ada satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari kedua persyaratan tersebut. Ukuran yang digunakan untuk menentukan apakah berat tablet tersebut konstan atau tidak ditunjukkan oleh nilai CV (koefisien variansi). Dengan semakin kecilnya harga CV maka berat tablet formula tersebut akan semakin seragam. Menurut Wells (1996), tablet yang baik mempunyai CV kurang dari 6%. Dari hasil perhitungan (Lampiran 3), dapat disimpulkan bahwa keempat formula memenuhi syarat keseragaman bobot terlihat dari nilai CV yang kurang dari 6%,. Salah satu faktor yang mempengaruhi keseragaman bobot adalah sifat alir. Apabila campuran serbuk memiliki sifat alir yang baik maka volume campuran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
serbuk yang mengisi ruang kompresi akan seragam sehingga variansi berat tablet yang dihasilkan tidak terlalu besar. Tetapi jika sifat alir campuran serbuk jelek maka akan menghasilkan variansi bobot yang besar. Penambahan bahan pelicin dapat meningkatkan sifat alir dari campuran serbuk. Selain sifat alir, keseragaman bobot juga ditentukan oleh bentuk dan ukuran partikel serta faktor mekanis dari mesin pengempa.
D. Optimasi Formula Formula tablet effervescent yang optimum adalah formula yang memiliki sifat fisis tablet effervescent yang baik seperti yang dikehendaki. Uji sifat fisis yang sering dilakukan untuk mengkontrol kualitas tablet adalah keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, dan waktu larut. Dari hasil pengukuran sifat fisis tablet effervescent yang meliputi kekerasan, kerapuhan dan waktu larut dibuat contour plot untuk memilih area optimum untuk memperoleh respon yang dikehendaki. Dari contour plot masingmasing uji sifat fisis tersebut ditentukan area optimum untuk memperoleh respon seperti yang dikehendaki. Area tersebut kemudian digabungkan dalam contour plot super imposed sifat fisis tablet effervescent, kemudian ditentukan area komposisi optimum dari eksipien yang diperoleh sebagai formula optimum tablet effervescent, terbatas pada level yang diteliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Kekerasan Dari hasil pengujian kekerasan diperoleh persamaan berdasarkan desain faktorial, yaitu Y = 7,2045 - 0,0207X1 - 0,0296X2 + 4,1086x10-4(X1X2). Y adalah kekerasan tablet effervescent (Kg), X1 adalah level asam sitrat, dan X2 adalah level asam tartrat. Melalui persamaan ini dapat dibuat contour plot sebagai berikut
Gambar 14. Contour plot kekerasan tablet effervescent
Dari contour plot kekerasan tablet effervescent (Gambar 14), dapat ditentukan area komposisi optimum tablet effervescent vitamin C untuk memperoleh respon kekerasan tablet effervescent seperti yang dikehendaki, terbatas pada level yang diteliti. Menurut Wehling and Fred (2004), kekerasan tablet yang baik untuk tablet effervescent adalah 6 – 8 kp ~ 5,999 – 7,999 kg.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kekerasan tablet effervescent yang berada diantara 5,999 – 7,999 kg dipilih sebagai area optimum untuk menghasilkan kekerasan yang dikehendaki. Dengan demikian diperoleh area yang cukup luas yang memenuhi persyaratan kekerasan tablet effervescent. 2. Kerapuhan Contour plot kerapuhan tablet effervescent (gambar 15) diperoleh dari persamaan: Y = 5,8918 – 0,0439X1 – 0,0436X2 + 3,7547x10-4 (X1X2). Dengan Y adalah kerapuhan tablet effervescent (%), X1 adalah level asam sitrat dan X2 adalah level asam tartrat. Melalui persamaan ini dapat dibuat contour plot sebagai berikut:
Gambar 15. Contour plot kerapuhan tablet effervescent
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dari contour plot kerapuhan tablet effervescent tersebut, dapat ditentukan area optimum komposisi campuran asam sitrat dan asam tartrat untuk memperoleh respon kerapuhan tablet effervescent seperti yang dikehendaki., terbatas pada level yang diteliti. Menurut Banker and Anderson (1986), kerapuhan tablet memenuhi persyaratan bila kerapuhan lebih kecil atau sama dengan 1%. Oleh karena itu dipilih kurva 1% dan area di bawah kurva tersebut (dengan kerapuhan kurang dari 1%) sebagai area optimum untuk menghasilkan kerapuhan yang memenuhi persyaratan. Dengan demikian diperoleh area yang cukup luas yang memenuhi persyaratan (gambar 15). 3. Waktu larut Dari hasil perhitungan desain faktorial waktu larut tablet effervescent, diperoleh persamaan Y = 123,2141- 0,5043X1 - 0,5322X2 + 6,4885 x 10-3 (X1X2). Y adalah waktu larut tablet effervescent (detik), X1 adalah level asam sitrat, dan X2 adalah level asam tartrat. Berdasarkan persamaan tersebut, didapatkan contour plot waktu larut tablet effervescent:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 16. Contour plot waktu larut tablet effervescent
Dari contour plot tersebut, dapat ditentukan area komposisi optimum tablet effervescent untuk memperoleh respon waktu larut seperti yang dikehendaki, terbatas pada level yang diteliti. Waktu larut tablet effervescent dikehendaki kurang atau sama dengan 120 detik (2 menit). Kurva waktu larut 120 detik dan area dibawah kurva tersebut (dengan waktu larut kurang dari 120 detik) dipilih sebagai area optimum untuk menghasilkan waktu larut seperti yang dikehendaki. Dengan demikian diperoleh area yang cukup luas yang memenuhi syarat waktu larut tablet effervescent pada level yang diteliti (gambar 16). Kurva area optimum dari masing-masing uji sifat fisis (kekerasan, kerapuhan, dan waktu larut) yang telah dipilih digabungkan menjadi satu dalam contour plot super imposed untuk mendapatkan formula optimum tablet effervescent vitamin C. Dari contour plot super imposed (Gambar 17), dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
diketahui area kerja optimum antara asam sitrat dan asam tartrat yang berfungsi sebagai sumber asam dari tablet effervescent.
Gambar 17. Contour plot super imposed sifat fisis tablet effervescent vitamin C
Contour plot super imposed ditunjukkan dengan arsiran berwarna kuning. Formula tablet effervescent dengan karakteristik sifat fisis yang dikehendaki akan diperoleh dengan komposisi yang optimum dari asam sitrat dan asam tartrat Area tersebut diprediksi sebagai formula optimum tablet effervescent berdasarkan pada jumlah bahan yang diteliti. Kandungan lembab campuran serbuk effervescent yang menghasilkan contour plot super imposed diatas tidak memenuhi syarat sehingga dapat diasumsikan bahwa stabilitas tablet effervescent yang dihasilkan tidak terlalu bagus. Untuk menentukan stabilitas tablet effervescent idealnya dilakukan uji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
stabilitas, tapi pada penelitian ini uji stabilitas tidak dilakukan. Pada penelitian ini tidak dimungkinkan untuk mendapatkan campuran dengan kandungan lembab yang memenuhi persyaratan mengingat kondisi ruangan yang digunakan dalam proses pentabletan tidak dapat diatasi, yaitu kelembaban yang masih cukup tinggi (±45%) serta tidak semua proses pembuatan dapat dikerjakan pada RH ±45% karena fasilitas ruangan yang belum memadai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 1. Asam sitrat dominan dalam menentukan kekerasan dan waktu larut tablet effervescent vitamin C, sedangkan asam tartrat dominan dalam menentukan kerapuhan tablet effervescent vitamin C. 2. Diperoleh area komposisi optimum dari asam sitrat dan asam tartrat pada formula tablet effervescent vitamin C berdasarkan kekerasan, kerapuhan, dan waktu larut tablet effervescent.
B. Keterbatasan Penelitian 1. Kelembaban relatif ruangan yang digunakan tidak dibawah 25% tetapi ±45% dan tidak semua proses pembuatan tablet effervescent vitamin C, yaitu pencampuran dapat dilakukan pada ruangan dengan RH ±45% karena fasilitas ruangan yang belum memadai. 2. Tidak dilakukan penetapan kadar zat aktif, yaitu vitamin C untuk menentukan bahwa tablet effervescent vitamin C yang dihasilkan mengandung zat aktif yang seragam. Keseragaman zat aktif pada penelitian ini ditentukan dengan keseragaman bobot tablet, dengan asumsi bahwa jika bobot tablet yang dihasilkan seragam maka campuran serbuk sudah homogen dengan demikian zat aktif yang terdapat dalam masing-masing tablet seragam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Tidak dilakukan uji stabilitas untuk menentukan stabilitas sistem effervescent. Pada penelitian ini diasumsikan bahwa stabilitas sistem effervescent yang dihasikan kurang bagus mengingat kelembaban relatif ruangan yang digunakan dalam pembuatan tablet masih cukup tinggi (±45%) serta tidak semua proses pembuatan dapat dilakukan dalam ruangan dengan RH ±45%.
C. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian serupa dengan level asam sitrat dan asam tartrat yang sama dengan ruangan yang memenuhi persyaratan dalam pembuatan tablet effervescent (RH dibawah 25%). 2. Perlu dilakukan penetapan kadar zat aktif, yaitu vitamin C untuk menentukan bahwa tablet effervescent vitamin C yang dihasilkan mengandung zat aktif yang seragam. 3. Perlu dilakukan uji stabilitas untuk menentukan stabilitas dari sistem effervescent. 4.
Sebaiknya
ditambahkan
bahan
pewarna
(coloring
excipient)
untuk
mendapatkan tablet effervescent yang mempunyai penampilan yang lebih baik dan lebih acceptable.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, 6-7, 400, 510, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 4-5, 7, 39,48, 53, 488-489, 515516, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim , 2006 a, Vitamin C, http://www.pdrhealth.com/drug_info/nmdrugprofiles/nutsupdrugs/Vit_0 264.shtm. Diakses pada 9 April 2006 Anonim, 2005, Peringatan Fenilketonurik & Fenilalanin Pada Label Pangan yang Mengandung Pemanis Buatan, http://www.cybermed.com/konsumen.htm. Diakses pada 2 April 2006. Anonim, 2006 b, About Vitamin, http//www.effervit.com/. Diakses pada 23 Maret 2006. Anonim, 2007 a, Vitamin C, http://en.wikipedia.org/wiki/Vitamin_C, Diakses pada 9 Maret 2007. Anonim 2007 b, Relative Humidity, http://en.wikipedia.org/wiki/Relative_humidity, Diakses pada 5 Mei 2007. Anonim 2007 c, Polyvinylpyrrolidone, http://en.wikipedia.org/wiki/Poly_vinyl_pyrrolidone, Diakses pada 26 Maret 2007. Alderborn, G., 2002, Tablets and Compaction, in Aulton, M.E., (eds), Pharmaceutic The Science of Dosage Form, Second Edition, 404-412, Churchill Living Stone, New York. Ansel, H.C., 1989, Pharmaceutical Dosage Form and Delivery System, terjemahan Farida Ibrahim, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Ed IV, 201-273, UI Press, Jakarta. Ansel, H.C., Popovich, N.G., and Allen, J.R., 2005, Pharmaceutical Dosage Form and Delivery System, Ed VIII, 233-244, Lippincott Williams and Wilkins, United Stated Of America. Allen, Jr., PhD., 2002, The Art, Science and Technology of Pharmaceutical Compounding, 2nd Ed., 99-102, American Pharmaceutical Association, Washington D.C.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Armstrong, N.A., and James, K.C., 1996, Pharmaceutical Experimental Design and Interpretation, 131-167, Taylor and Francis, London. Bolton, S., 1997, Pharmaceutical Statistic Practical and Clinical Application, 3rd Ed., 326-353; 591-601, Marcel Dekker Inc., New York Banker, G.S., and Anderson, N.R., 1980, Tablet, in Lachman, L., Lieberman, H.A., Kanig, J.L ,The Theory and Practice of Industrial Pharmacy, diterjemahkan oleh Siti Suyatmi, Edisi ke-3, UI Press, Jakarta. Buringer, H., 2005, Vitamin C and The Common http://www.performingscience.com/resources.shtml.
Cold,
Connors, K.A., Amidon, G.L., and Stela, V.J., 1986, Chemical Stability of Pharmaceutical, Edisi II, 208-218, John Willey & Sons. Inc., New York. Fauset, H., Gayser, C., and Dash, A.K., 2000, Evaluation of Quick Disintegrating Calcium Carbonate Tablets, http://www.pharmascitech.com Fudholi, A., 1983, Metodologi Formulasi Dalam Kompresi Direk, 590, 591, Medika No.7. Fassihi, A.R., and kanfer, I., 1986, Effect of Compressibility and Powder Flow Properties on tablet Weight Variation in Drug Development and Industrial Pharmacy, 22, 1947-1968, Marcell Dekker Inc., New York Halliwel, B., and Gutteridge, J.M.C., 1999, Free Radicals in Biology and Medicine, Third Edition, 201, Oxford University Press, New York. Khankari, R.K., and Hontz, J., 1997, Binders and Solvents in Parikh, D.M., Handbook of Pharmaceutical Granulation Technology, hal 64, Marcel Dekker Inc : New York Kottke, M.K., and Rudnic E.M., 2002, Tablet dosage Form, In Banker, G.S., and Rhodes, C.T., (eds), Modern Pharmaceutics, 4th ed, 287-330, marcell dekker Inc., New York Kusnadhi F.F., 2003, Formulasi Produk Minuman Instant Lingzhi-Jahe Effervescent, Seminar Nasioanal dan Pertemuan Tahunan Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia Peranan Industri dalam Pengembangan Produk Pangan Indonesia, Fakultas Teknologi Pertanian , 1699, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lindberg, N., Engfors, H., and Ericson, T., 1992, Effervescent Pharmaceuticals in Swarbricck, J., Boylan, J.C., (eds), Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, Vol.5, 45-71, Marcell Dekker Inc., New York Lachman, L., Lieberman, H.A., dan Kanig, J.L., 1989, Teori dan Praktek Industri Farmasi, edisi III, diterjemahkan oleh Siti suyatmi dan Iis Aisyah, 644645, 681-683, 685, Univesitas Indonesia Press, Jakarta. Lee, and Robert E., 2005, Effervescent Tablet, http://www.amerilabtech.com/EffervescentTablets&KeyFacts.pdf. Lai, J.W., and Howard, S.A., 1992, Flow Properties of Solid in Swarbricck, J., Boylan, J.C., (eds), Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, Vol.6, 45-71, Marcell Dekker Inc., New York Lantz, R.J., and Schwartz, J.B., 1989, Mixing in Lieberman, H.A., Lachman, L., (eds), Pharmaceutical Dossage form : Tablet, Vol. I, 1-7, Marcell Dekker Inc., New York. Mohrle, R., 1989, Effervescent tablets in Lieberman, H.A., Lachman, L., (eds), Pharmaceutical Dossage form : Tablet, Vol. I, 225-228, Marcell Dekker Inc., New York Muth, J.E.D., 1999, Basic Statistic and Pharmaceutical Statistical Aplications, 265-269, Marcel Dekker inc., New York Miller, R.W., 1997, Roller Compaction Technology in Parikh, D.M., Handbook of Pharmaceutical Granulation Technology, 102-103, Marcel Dekker Inc : New York Mutscler, E., 1991, Dinamika Obat, diterjemahkan oleh Mathilda B.Widianto, Ed V, 606-607, Penerbit ITB : Bandung. Moechtar, 1990, Farmasi Fisik Bagian Struktur Atom dan Molekul Zat Padat dan Mikromeretika, hal 157, Fakultas Farmasi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Peck, E.G., Baley, G.J., McCurdy, V.E., and Banker, G.S., 1989, Tablet Formulation and Design in in Lieberman, H.A., Lachman, L., Schwartz, J.B., Pharmaceutical Dosage Forms : Tablet, Vol. I, 93-114, Marcel Dekker, Inc., New York.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Parrot, E.L., 1990, Preformulation Teasting In Lieberman, H.A., Lachman, L., schwartz, J.B., (eds), Pharmaceutical Dosage Forms : Tablets, Vol 2, 210-221, second edition, Marcell Dekker, Inc., New York Rohdiana, D., 2003, Mengenali Teknologi Tablet effervescent, http:// www.pikiran-rakyat.com/cetak/0403/10/cakrawala/lainnya2.htm Rubinstein, M.H., 1988, Tablets, in Aulton, M.E., (eds), Pharmaceutic The Science of Dosage Form, Second Edition, 305-312, Churchill Living Stone, New York. Rosanske, T.W., Gordon, R.E., Fonner, D.E., Anderson, N.R., and Banker, G.S., 1990, Granulation Technology and Tablet Characterization in Lieberman, H.A., Lachman, L., Schwartz, J.B., (eds), Pharmaceutical Dossage form : Tablet, Vol. II, 299-330, Marcell Dekker Inc., New York. Rippie, E.G., 1989, Pencampuran dalam Lachman, L., Lieberman, H.A., dan Kanig, J.L., Teori dan Praktek Industri Farmasi, diterjemahkan oleh Siti Suyatmi dan Iis Aisyah, 27-33, Univesitas Indonesia Press, Jakarta. Staniforth, J., 2002, Powder Flow in Aulton, M.E., (eds), Pharmaceutic The Science of Dosage Form, Second Edition, 204-209, Churchill Living Stone, New York. Shangraw, R.F., 1989, Compressed Tablets by Direct Compression in Lieberman, H.A., Lachman, L., Schwartz, J.B., Pharmaceutical Dosage Forms : Tablet, Vol. I, 198-228, Marcel Dekker, Inc., New York. Sheth, B.B., Boundelin, F.J., Shangraw, R.F., 1980, Compressed Tablet in Lieberman, H.A., Lachman, L., (eds), Pharmaceutical Dosage Form : Tablet, Vol I, 109-114, 135-139, Marcell Dekker, Inc., New York Schmidt, P.C., 1999, Polyvinylpyrrolidone A Review on its Use in Granulation, http://www.ut.ee/ARFA/tehnol/kollidon.pdf . . Travers, D.N., 1988, Mixing in Aulton, M.E., (eds), Pharmaceutic The Science of Dosage Form Design, 550-557, Churchill Living Stone, New York. Voight,R., 1995, Lehrbuch Der Pharmazeutischen Technologie, 5th Ed., 165-226, Terjemahan Soewandhi, S.N., UGM-Press, Yogyakarta Wedke and Jacobson, 1989, Preformulation Testing, in Lieberman, H.A., Lachman, L., Schwartz, J.B., Pharmaceutical Dosage Forms : Tablet, Vol. I, 54-56, Marcel Dekker, Inc., New York.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Wehling, and Fred., 2004, Effervescent Composition Including Stevia, http://www.patentstorm.us/patents/6811793.html. Wolfram, Tritthart, Psikernig, Maria, Andre, Kolb, et al., 1999, Effervescent Formulations, http://www.Pharmcast.com/patents. Wells, J.T., 1996, Tablet Testing, In Swarbrick,J., Boylan,J.C., (Eds), Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, 401-418, Marcell DekkerInc., New York. Winarno, F.G., 1997, Kimia Pangan dan Gizi, hal 131, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 1 DATA PENIMBANGAN DAN NOTASI
Data penimbangan (250 tablet) Formula (g)
(1)
a
b
ab
Vitamin C
125
125
125
125
Asam sitrat
93,750
150
93,750
150
Asam tartrat
93,750
93,750
150
150
Na karbonat
243,750
243,750
243,750
243,750
Laktosa
69,625
69,625
69,625
69,625
Na sakarin
11,625
11,625
11,625
11,625
PVP 1%
6,375
6,938
6,938
7,500
Mg stearat o,1%
0,644
0,701
0,701
0,758
Notasi Level tinggi : + Level rendah : Faktor A : Asam sitrat Faktor B : Asam tartrat FORMULA
FAKTOR A
FAKTOR B
INTERAKSI
1
-
-
+
a
+
-
-
b
-
+
-
ab
+
+
+
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 2 DATA SIFAT FISIS CAMPURAN SERBUK EFFERVESCENT
Data sifat alir (g/detik) No
Formula (1)
Formula a
Formula b
Formula ab
1
3,65
3,90
3,81
438
2
3,75
4,07
3,93
3,96
3
3,65
4,20
3,97
3,65
4
3,60
3,97
3,62
3,84
5
3,81
4,00
3,72
3,81
6
3,59
4,20
3,91
3,78
X
3,6750
4,0400
3,8267
3,9033
SD
0,0071
0,1060
0,1360
0,2539
Data kandungan lembab (%) No
Formula (1)
Formula a
Formula b
Formula ab
1
1,71
2,00
2,03
2,06
2
1,72
2,07
1,72
1,98
3
1,57
2,14
1,67
1,96
4
1,71
1,90
2,20
1,94
5
1,72
2,28
1,62
1,90
6
1,81
2,34
1,76
1,77
X
1,7067
2,1217
1,8333
1,935
SD
0,0771
0,1671
0,2296
0,0967
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Data kompaktibilitas Skala *
Kekerasan tablet (Kg)
(mm)
Formula 1
Formula a
Formula b
Formula ab
4
0,5
1,1
1,0
1,5
5
2,1
3,7
2,2
5,8
6
5,8
6,8
6,6
7,2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 3 DATA SIFAT FISIS TABLET EFFERVESCENT
Data keseragaman bobot tablet effervescent (mg) No
Formula 1
Formula a
Formula b
Formula ab
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Χ
2574 2594 2608 2504 2581 2599 2596 2591 2556 2605 2524 2596 2598 2554 2589 2597 2604 2591 2616 2596 2588,7
2828 2769 2824 2830 2790 2786 2801 2795 2782 2838 2767 2785 2840 2733 2829 2818 2796 2818 2792 2825 2802,3
2811 2757 2793 2814 2808 2766 2814 2786 2805 2815 2830 2824 2802 2805 2848 2784 2805 2757 2830 2774 2801,4
3035 3064 3074 3070 3127 2970 2960 3044 3061 3021 2994 3075 3055 3044 3029 3070 2999 2968 3001 3036 3034,9
SD CV
0,0373 0,0014
0,0279 0,0009
0,0247 0,0008
0,0428 0,0014
Formula 1
Range untuk 5% bobot tablet
= 5% × X = 5% × 2588,7mg = 129,435
Range untuk 10% bobot tablet
= 10% × X = 10% × 2588,7mg = 258,87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Syarat farmakope Indonesia : tidak boleh ada 2 tablet melebihi range 5% dan tidak boleh ada 1 tablet pun yang melewati range 10% tidak ada 2 tablet yang melewati range 5% = 2588,7 ± 129,435 mg = 2459,265 - 2718,135 mg tidak ada 1 tablet yang melewati range 10% = 2588,7 ± 258,87 mg = 2329,83 – 2847,57 mg formula 1 memenuhi syarat. Dengan cara yang sama didapatkan range formula a, b, dan ab adalah : Formula a
Range 5%
= 2802,3 ± 140,115 mg = 2662,145 – 2942,455
Range 10%
= 2802,3 ± 280,23 mg = 2522,07 – 3082,53 mg
Formula a memenuhi syarat Formula b
Range 5%
= 2801,4 ± 140,07 mg = 2661,33 – 2941,47 mg
Range 10%
= 2801,4 ± 280,14 mg = 2521,26 – 3081,54 mg
formula b memenuhi syarat Formula ab
Range 5%
= 3034,9 ± 151,745 mg = 2883,155 – 3186645 mg
Range 10%
= 3034,9 ± 303,49 mg = 2731,41 – 3338,39 mg
Formula ab memenuhi syarat Jadi semua formula memenuhi persyaratan keseragaman bobot, karena tidak ada 1 tabletpun dari masing-masing formula yang bobotnya menyimpang dari batas 5% maupun 10%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Data kekerasan tablet effervescent (Kg) No 1 2 3 4 5 6 Rata-rata SD
Formula 1 6,5 5,0 5,5 6,8 6,4 6,3 6,0833 0,119
Formula a 6,5 7,8 7,1 7,6 7,5 6,1 7,1 0,6723
Formula b 5,6 7,2 6,1 6,9 6,2 7,3 6,55 0,6834
Formula ab 9,7 8,7 7,9 9,8 7,8 9,2 8,85 0,8689
Data kerapuhan tablet effervescent (%) Formula
(1)
a
b
ab
Replikasi 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
Sebelum Sesudah 51,764 51,787 51,895 50,798 50,902 51,286 55,814 55,879 55,764 55,915 55,647 55,849 55,634 55,892 55,860 55,934 55,795 55,686 60,205 60,483 60,397 60,193 60,247 60,219
51,236 51,278 51,327 50,342 50,395 50,814 55,491 55,631 55,512 55,624 55,323 55,609 54,939 55,216 55,292 55,409 55,248 55,039 59,381 59,564 59,598 59,502 59,443 59,657
% rapuh 1,020 0,983 1,095 0,898 0,996 0,920 0,579 0,444 0,452 0,520 0,582 0,423 1,249 1,209 1,017 0,939 0,998 1,162 1,369 1,510 1,323 1,148 1,335 0,933
rata-rata
SD
0,985
0,071
0,5
0,070
1,096
0,127
1,269
0,201s
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Data waktu larut tablet effervescent (detik) Formula
(1)
a
b
ab
Replikasi 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
Waktu larut (detik) 87,03 84,70 77,14 84,02 79,84 85,66 105,98 90,02 85,76 84,23 85,66 81,89 80,16 93,24 88,32 86,56 90,05 85,76
1 2 3 4 5 6
117,16 118,07 104,68 116,19 117,84 108,45
Rata-rata
SD
83,065
3,7828
88,923
8,7668
87,348
4,4220
113,7317
5,7153
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 4 PERHITUNGAN EFEK SIFAT FISIS TABLET EFFERVESCENT
Metode desain faktorial menghasilkan konsep perhitungan sebagai berikut : Efek faktor A = { a – (1) } + { ab – b } 2 Efek faktor B = { b – (1) } + { ab – a } 2 Efek interaksi = { ab – b } + { (1) – a } 2 Notasi Level tinggi = + Level rendah = Interaksi
= Asam sitrat x Asam tartrat
1. Kekerasan Formula (1) a b ab
Asam sitrat
Asam tartrat
Interaksi
Respon
+ +
+ +
+ +
6,1 7,1 6,6 8,9
Efek asam sitrat
=
Efek asam tartrat
=
Interaksi
=
(− 6,1 + 7,1 − 6,6 + 8,9) 2
(− 6,1 − 7,1 + 6,6 + 8,9) 2
(6,1 − 7,1 − 6,6 + 8,9) = 2
= 1,65
= 1,15
0,65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Kerapuhan Formula (1) a b ab
Asam sitrat + +
Efek asam sitrat
=
Efek asam tartrat
=
Interaksi
=
Asam tartrat + +
Interaksi + +
(− 0,985 + 0,510 − 1,096 + 1,269)
= -0,151
2
(− 0,985 − 0,510 + 1,096 + 1,269)
= 0,435
2
(0,985 − 0,510 − 1,096 + 1,269) 2
Respon 0,985 0,5 1,096 1,269
= 0,324
3. Waktu Larut Formula
Asam sitrat
Asam tartrat
Interaksi
Respon
1
-
-
+
83,07
a
+
-
-
88,92
b
-
+
-
87,35
ab
+
+
+
113,73
Efek asam sitrat
=
Efek asam tartrat
=
Interaksi
=
(− 83,07 + 88,92 − 87,35 + 113,73) 2
(− 83,07 − 88,92 + 87,35 + 113,73) 2
(83,07 − 87,35 − 88,92 + 113,73) 2
= 16,115
= 14,545
= 10,265
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 5 PERSAMAAN REGRESI
Persamaan Umum
y = b0 + b1X1 + b2X2 + b12X1X2 Keterangan: y = respon hasil X1, X2 = level bagian X1, bagian X2 b0, b1, b2, b12 = koefisien, dapat dihitung dari hasil percobaan
1. Kekerasan Formula (1) 6,1 = b0 + 93,75b1 + 93,75b2 + (93,75 x 93,75)b12 6,1 = b0 + 93,75b1 + 93,75b2 + 8789,0625b12 Formula a 7,1 7,1
= b0 + 150b1 + 93,75b2 + (150 x 93,75)b12 = b0 + 150b1 + 93,75b2 + 14062,5b12
Formula b 6,6 6,6
= b0 + 93,75b1 + 150b2 + (93,75 x 150)b12 = b0 + 93,75b1 + 150b2 + 14062,5b12
Formula ab 8,9 = b0 + 150b1 + 150b2 + (150 x 150)b12 8,9 = b0 + 150b1 + 150b2 + 22500b12
Eliminasi ( 1 ) dan ( a ) 6,1 = b0 + 93,75b1 + 93,75b2 + 8789,0625b12 7,1 = b0 + 150b1 + 93,75b2 + 14062,5b12 -1
= -56,25b1 - 5273,4375b12 …………………………….(1)
Eliminasi ( b ) dan ( ab ) 6,6 = b0 + 93,75b1 + 150b2 + 14062,5b12 8,9 = b0 + 150b1 + 150b2 + 22500b12 -2,3
-
-
= -56,25b1 - 8437,5b12 ………………………….…… (II)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Eliminasi ( I ) dan ( II ) -1 = -56,25b1 - 5273,4375b12 -2,3 = -56,25b1 - 8437,5b12 1,3 b12
-
= 3164,0625b12 = 4,1086 x 10-4
Subsitusi dalam persamaan ( I ) -1 = -56,25b1 - 5273,4375b12 -1 = -56,25b1 - 5273,4375 (4,1086x 10-4) -1 = -56,25b1 – 2,1666 56,25b1 = -2,1666 + 1 56,25b1 = -1,1666 b1 = -0,0207 Subsitusi b1 dan b12 kedalam persamaan ( I ) dan ( b ) ( 1 ) 6,1 = b0 + 93,75b1 + 93,75b2 + 8789,0625b12 6,1 = b0 + 93,75(-0,0207) + 93,75b2 + 8789,0625(4,1086 x 10-4) 6,1 = b0 – 1,9406 + 93,75b2 + 3,6111 6,1 = b0 +93,75b2 + 1,6705 4,4295 = b0 + 93,75b2…………………………………………(III) (b)
6,6 6,6 6,6 2,7629
= b0 + 93,75b1 + 150b2 + 14062,5b12 = b0 + 93,75(-0,0207) + 150b2 + 14062,5(4,1086 x 10-4) = b0 – 1,9406 + 150b2 + 5,7777 = b0 + 150b2 ……………………………………(IV)
Eliminasi persamaan (III) dan (IV) 4,42953 = b0 + 93,75b2 2,7629 = b0 + 150b2 1,6667 b2
-
= -56,25b2 = -0,0296
Subsitusi dalam persamaan (III) 4,4295 = b0 + 93,75b2 4,4295 = b0 + 93,75 (-0,0296) 4,4295 = b0 – 2,775 b0 = 7,2045
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Jadi
b0 = b1 = b2 = b12 =
7,2045 -0,0207 -0,0296 4,1086 x 10-4
Y = 7,2045 - 0,0207X1 - 0,0296X2 + 4,1086 x 10-4 (X1X2)
2. Kerapuhan
Formula 1
0,985 = b0 + 93,75b1 + 93,75b2 + (93,75 x 93,75)b12 0,985 = b0 + 93,75b1 + 93,75b2 + 8789,0625b12 Formula a
0,510 = b0 + 150b1 + 93,75b2 + (150 x 93,75)b12 0,510 = b0 + 150b1 + 93,75b2 + 14062,5b12 Formula b 1,096 = b0 + 93,75b1 + 150b2 + (93,75 x 150)b12 1,096 = b0 + 93,75b1 + 150b2 + 14062,5b12 Formula ab
1,269 = b0 + 150b1 + 150b2 + (150 x 150)b12 1,269 = b0 + 150b1 + 150b2 + 22500b12 Eliminasi ( 1 ) dan ( a ) 0,985 = b0 + 93,75b1 + 93,75b2 + 8789,0625b12 0,510 = b0 + 150b1 + 93,75b2 + 14062,5b12
-
0,475 = -56,25b1 - 5273,4375b12 ………………………………..…..(I) Eliminasi ( b ) dan ( ab ) 1,096 = b0 + 93,75b1 + 150b2 + 14062,5b12 1,269 = b0 + 150b1 + 150b2 + 22500b12
-
-0,713 = -56,25b1 - 8437,5b12 ………………………………………..(II)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Eliminasi ( I ) dan ( II ) 0,475 = -56,25b1 - 5273,4375b12 -0,713 = -56,25b1 - 8437,5b12
-
1,188 = 3164,0625b12 b12 = 3,7547x 10-4 Subsitusi dalam persamaan ( I ) 0,475 = -56,25b1 - 5273,4375b12 0,475 = -56,25b1 - 5273,4375 (3,7863 x 10-4) 0,475 = -56,25b1 – 1,9967 2,4717 = -56,25 b1 b1 = -0,0439 Subsitusi b1 dan b12 kedalam persamaan ( 1 ) dan ( b ) ( 1 ) 0,985 = b0 + 93,75b1 + 93,75b2 + 8789,0625b12 0,985 = b0 + 93,75(-0,0439) + 93,75b2 + 8789,0625(3,7547 x 10-4) 0,985 = b0 – 4,1156 + 93,75b2 + 3,30003 1,80057 = b0 +93,75b2 ……………………………………………….(III) (b)
0,510 = b0 + 93,75b1 + 150b2 + 14062,5b12 0,510 = b0 + 93,75(-0,0439) + 150b2 + 14062,5(3,7547 x 10-4) 0,510 = b0 – 4,1156 + 150b2 + 5,28005 -0,65445 = b0 + 150b2 …………………………………………………..(IV)
Eliminasi persamaan III dan IV 1,80057 = b0 + 93,75b2 -0,65445 = b0 + 150b2 2,45502 b2
= -56,25b2 = -0,0436
Subsitusi dalam persamaan III 1,80057 = b0 + 93,75b2 1,80057 = b0 + 93,75 (-0,04364) 1,80057 = b0 – 4,09125 b0 = 5,8918 Jadi
b0 = 5,8918 b1 = -0,0439 b2 = -0,0436 b12 = 3,7547 x 10-4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Y = 5,8918 – 0,0439X1 – 0,0436X2 + 3,7547x10-4 (X1X2)
3. Waktu Larut Formula 1 83,07 = b0 + 93,75b1 + 93,75b2 + (93,75 x 93,75)b12 83,07 = b0 + 93,75b1 + 93,75b2 + 8789,0625b12 Formula a 88,92 = b0 + 150b1 + 93,75b2 + (150 x 93,75)b12 88,92 = b0 + 150b1 + 93,75b2 + 14062,5b12 Formula b 87,35 = b0 + 93,75b1 + 150b2 + (93,75 x 150)b12 87,35 = b0 + 93,75b1 + 150b2 + 14062,5b12 Formula ab 113,73 = b0 + 150b1 + 150b2 + (150 x 150)b12 113,75 = b0 + 150b1 + 150b2 + 22500b12
Eliminasi ( 1 ) dan ( a ) 83,07 = b0 + 93,75b1 + 93,75b2 + 8789,0625b12 88,92 = b0 + 150b1 + 93,75b2 + 14062,5b12 -5,85
= -56,25b1 - 5273,4375b12………………………………..(I)
Eliminasi ( b ) dan ( ab ) 87,35 = b0 + 93,75b1 + 150b2 + 14062,5b12 113,73 = b0 + 150b1 + 150b2 + 22500b12 -26,38
-
= -56,25b1 - 8437,5b12 …………………………………..(II)
Eliminasi ( I ) dan ( II ) -5,85 = -56,25b1 - 5273,4375b12 -26,38 = -56,25b1 - 8437,5b12 20,53 b12
-
= 3164,0625b12 = 6,4885 x 10-3
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Subsitusi dalam persamaan ( 1 ) -5,85 = -56,25b1 - 5273,4375b12 -5,85 = -56,25b1 - 5273,4375(6,4885 x 10-3) -5,85 = -56,25b1 - 34,2167 56,25b1 = 5,85 - 34,2167 56,25b1 = -28,3667 b1 = -0,5043 Subsitusi b1 dan b12 kedalam persamaan ( 1 ) dan ( b ) ( 1 ) 83,07 = b0 + 93,75b1 + 93,75b2 + 8789,0625b12 83,07 = b0 + 93,75(-0,5043) + 93,75b2 + 8789,0625(6,4885 x 10-3) 83,07 = b0 - 47,2781 + 93,75b2 + 57,0278 73,3203 = b0 + 93,75b2…………………………………………….(III) (b)
87,35 87,35 87,35 43,3836
= b0 + 93,75b1 + 150b2 + 14062,5b12 = b0 + 93,75(-0,5043) + 150b2 + 14062,5(6,4885 x 10-3) = b0 - 47,2781 + 150b2 + 91,2445 = b0 + 150b2……………………………………………… (IV)
Eliminasi persamaan (III) dan (IV) 73,3203 = b0 + 93,75b2 43,3836 = b0 + 150b2 29,9367 = -56,25b2 b2 = -0,5322 Subsitusi dalam persamaan (III) 73,3203 = b0 + 93,75b2 73,3203 = b0 + 93,75 (-0,5322) 73,3203 = b0 – 49,8938 b0 = 123,2141 Jadi
b0 = 123,2141 b1 = -0,5043 b2 = -0,5322 b12 = 6,488 x 10-3
Y = 123,2141- 0,5043X1 - 0,5322X2 + 6,4885 x 10-3 (X1X2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 6 FOTO CAMPURAN SERBUK
Foto Campuran Serbuk Formula (1)
Foto Campuran Serbuk Formula (a)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Foto Campuran Serbuk Formula (b)
Foto Campuran Serbuk Formula (ab)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 7 FOTO TABLET EFFERVESCENT
Foto Tablet Effervescent Formula (1)
Foto Tablet Effervescent Formula (a)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Foto Tablet Effervescent Formula (b)
Foto Tablet Effervescent Formula (ab)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 8 FOTO LARUTAN EFFERVESCENT
Foto Larutan Effervescent Formula (1)
Foto Larutan Effervescent Formula (a)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Foto Larutan Effervescent Formula (b)
Foto Larutan Effervescent Formula (ab)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI