perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
OPTIMASI FORMULA SALEP EKSTRAK ETANOLIK DAUN SIRIH (Piper betle Linn.) DENGAN MENGGUNAKAN BASIS LARUT AIR
Tugas Akhir Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi
Oleh: AIDINA FITRIYANA NIM. M3509002
DIPLOMA 3 FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa ujian akhir ini adalah penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar apapun disuatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar yang telah diperoleh dapat ditinjau dan/atau dicabut.
Surakarta,
Juli 2012
Aidina Fitriyana NIM. M3509002
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
OPTIMASI FORMULA SALEP EKSTRAK ETANOLIK DAUN SIRIH (Piper betle Linn.) DENGAN MENGGUNAKAN BASIS LARUT AIR AIDINA FITRIYANA Jurusan D3 Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret INTISARI Daun sirih (Piper betle Linn.) merupakan salah satu tumbuhan obat asli Indonesia yang memiliki aktivitas antibakteri, seperti pada bakteri jerawat Propinibacterium acnes. Ekstrak etanol daun sirih diketahui memiliki KBM (Kadar Bunuh Minimum) terhadap bakteri jerawat Propinibacterium acnes sebesar 0,25%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi optimum salep ekstrak etanolik daun sirih (Piper betle Linn.) dengan menggunakan basis larut air. Basis larut air yang digunakan yaitu kombinasi PEG 400 dan PEG 6000. Penelitian ini dilakukan dengan model simplex lattice design, menggunakan basis PEG 400 (A) dan PEG 6000 (B), sehingga didapatkan 3 rancangan formula yaitu : F1 PEG 400 100%, F2 PEG 400 50%: PEG 6000 50%, dan F3 PEG 6000 100%. Setiap formula dilakukan uji sifat fisik salep meliputi uji daya lekat, uji pH dan uji viskositas. Data yang diperoleh dilakukan pendekatan dengan metode simplex lattice design dengan parameter optimasi daya lekat, pH dan viskositas. Hasil penelitian menunjukkan interaksi PEG 400 dan PEG 6000 berpengaruh terhadap sifat fisik salep. Berdasarkan pendekatan dengan metode simplex lattice design komposisi PEG 400 78%: PEG 6000 22% merupakan formula optimum salep ekstrak etanolik daun sirih (Piper betle Linn.) sebagai antijerawat dengan daya lekat 6,299 detik, pH 6,439 dan viskositas 219,226 dPas . Kata Kunci : Daun sirih, PEG, Antijerawat, Optimasi.
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
OPTIMIZATION FORMULATION ETHANOLIC EXTRACT OINTMENT OF BETEL LEAF (Piper betle Linn.) USING WATER-SOLUBLE BASE
AIDINA FITRIYANA Department of Pharmacy, Faculty of Mathematic and Science Sebelas Maret University
ABSTRACT Betel leaf (Piper betle Linn.) is one of the medicinal plants native to Indonesia which has antibacterial activity, such as the acne bacteria Propinibacterium acnes. Ethanol extract of betel leaf were found to have MBC (Minimum Bacterisid Concentration) against the acne bacterium Propinibacterium acnes of 0.25%. This study aims to determine the optimum concentration of ethanolic extract ointment of betel leaf (Piper betle Linn.) Using a water soluble base. Water-soluble base used is a combination of PEG 400 and PEG 6000. The research was conducted with the model of simplex lattice design, using the base PEG 400 (A) and PEG 6000 (B), so we get 3 design formula is: F1 PEG 400 100%, F2 PEG 400 50%: PEG 6000 50%, and F3 PEG 6000 100%. Each formula tested the physical properties of ointments include adhesion test, test pH and viscosity test. The data obtained were performed by the method of simplex lattice design approach to the design optimization of adhesion parameters, pH and viscosity. The results showed the interaction of PEG 400 and PEG 6000 affects the physical properties of the ointment. Based approach with the method of simplex lattice design composition of 78% PEG 400: 22% PEG 6000 is the optimum formula ointment ethanolic extract of betel leaf (Piper betle Linn.) as an adhesion antiacne by 6.299 seconds, pH 6.439 and viscosity 219.226 dPas. Keywords: Betel leaves, PEG, anti acne, Optimization.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (Q.S. Ar Raad: 11) “Menuai apa yang kamu tabur, bersyukur untuk apa yang kamu tuai dan bekerja keras untuk apa yang kamu syukuri” (Yoseob) “Jadilah kebaikan untuk diri sendiri dan orang lain” (Penulis)
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Tugas akhir ini kupersembahkan untuk…. Kedua orang tua dan adik-adikku tercinta yang memberikan semangat, kasih sayang dan kesabaran selama ini. Keluarga farmasi UNS dimana aku menjalani 3 tahun yang begitu indah. Teman-teman terdekat, Bu’ne “Iis”, Bebeb “dyta”, “Evi” mariPhi, Mami “Reyza”, Lek ngKEN, Kakaq “Okti”, MbShan-san, Mbok Dhe Atun, Umu “Cyrin” terima kasih telah berjalan bersama ku selama ini ku harap persaudaraan ini akan tetap terjaga. Mereka yang telah mempercayai dan meragukan ku, sehingga aku terdorong untuk terus berjuang dan membuktikan bahwa aku BISA.
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Akhir berjudul “Optimasi Formula Salep Ekstrak Etanolik Daun Sirih (Piper betle Linn.) dengan Menggunakan Basis Larut Air” dengan baik dan lancar. Penyusunan laporan tugas akhir merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan hasil yang terbaik. Dan tak mungkin terwujud tanpa adanya dorongan, bimbingan, semangat, motivasi serta bantuan baik moril maupun materiil, dan do’a dari berbagai pihak. Karena itu penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc.(Hons), Ph.D, selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bapak Ahmad Ainurofiq, M.Si., Apt. selaku ketua program D3 Farmasi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Bapak Fea Prihapsara, S.Farm.,Apt. selaku pembimbing Tugas Akhir atas segala ketulusan, kesabaran dan keikhlasannya dalam memberikan arahan pengertian, saran, dan ilmunya yang tiada tara nilainya. 4. Kedua orang tua, nenek dan adik-adik ku yang telah memberikan dukungan dan semangat. commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Teman-teman seperjuangan yang telah berbagi suka dan duka serta pengalaman selama masa-masa kuliah. 6. Seseorang yang entah dimana telah mendorong dan memberikan semangat secara tak langsung. 7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu pelaksanaan Tugas Akhir dan penyusunan laporan ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Tugas Akhir ini. Untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk perbaikan sehingga akan menjadi bahan pertimbangan dan masukan untuk penyusunan tugas-tugas selanjutnya. Penulis berharap semoga laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan dapat menjadi bekal bagi penulis dalam pengabdian Ahli Madya Farmasi di masyarakat pada khususnya.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Hal HALAMAN JUDUL ....................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................
ii
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................
iii
INTISARI .....................................................................................................
iv
ABSTRACT ...............................................................................................
v
MOTTO ......................................................................................................
vi
PERSEMBAHAN ........................................................................................
vii
KATA PENGANTAR .................................................................................
viii
DAFTAR ISI ...............................................................................................
x
DAFTAR TABEL.........................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. .
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................ .................. . xiv BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................
1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................
3
C. Tujuan Penelitian ..........................................................................
3
D. Manfaat Penelitian ........................................................................
3
BAB II. LANDASAN TEORI ...................................................................
4
A. Tinjauan Pustaka ...........................................................................
4
1. Uraian tentang Tanaman .........................................................
4
2. Metode Penyarian ...................................................................
7
3. Jerawat (Acnes) ......................................................................
9
4. Propionibacterium acnes ................................................ ..........
9
5. Salep ......................................................................................
10
6. Optimasi .............................................................................. ......
12
7. Tinjauan Bahan ................. .......................................................
14
B. Kerangka Pemikiran ................................................................. ........ commit to user
15
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Hipotesis ........................................................................................
17
BAB III. METODE PENELITIAN ...........................................................
18
A. Alat dan Bahan ..............................................................................
18
B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................
18
C. Metode Penelitian ..........................................................................
19
D. Prosedur Kerja ...............................................................................
19
1. Determinasi Tanaman ............................................................
19
2. Pembuatan Simplisia ..............................................................
20
3. Pembuatan Serbuk ..................................................................
20
4. Pembuatan Ekstrak..................................................................
20
5. Uji Fitokimia ..........................................................................
20
6. Formulasi Salep ......................................................................
21
7. Pembuatan Salep ....................................................................
21
8. Pemeriksaan Sifat Fisik Salep ................................................
22
E. Analisis Hasil .................................................................................
23
BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................
24
A. Determinasi Tanaman ...................................................................
24
B. Hasil Preparasi Simplisia ...............................................................
24
C. Hasil Pembuatan Ekstrak ...............................................................
24
D. Hasil Perhitungan Rendemen .........................................................
24
E. Hasil Skrining Fitokimia ...............................................................
25
F. Pembuatan Salep ...........................................................................
25
G. Pemeriksaan Sifat Fisik Salep ........................................................
26
H. Pendekatan Optimasi dengan Menggunakan Simplex Lattice Design ...........................................................................................
30
I. Penentuan Formula Optimum ........................................................
35
BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................................
40
B. Saran .............................................................................................
40
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ commit to user LAMPIRAN .............................................................................................
41
xi
42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Hal Tabel I. Formula Salep Ekstrak Etanolik Daun Sirih ..........................
21
Tabel II. Pemeriksaan Sifat Fisik Salep Ekstrak Etanolik Daun Sirih .
26
Tabel III. Hasil Pengujian pH Salep Ekstrak Etanolik Daun Sirih ......
28
Tabel IV. Hasil Pengujian Daya Lekat Salep .....................................
30
Tabel V. Hasil Pengujian pH Salep ....................................................
32
Tabel VI. Hasil Pengujian Viskositas Salep .......................................
34
Tabel VII. Normalitas Parameter Optimasi ........................................
36
Tabel VIII. Respon Parameter Optimasi ............................................
37
Tabel IX. Pendekatan Normalitas Parameter Optimasi .......................
38
Tabel X. Pendekatan Respon Parameter Optimasi ..............................
38
Tabel XI. Hasil Formula Optimum Menggunakan Metode Simplex Lattice Design .....................................................................
commit to user
xii
39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Hal Daun Sirih (Piper betle Linn.) ....................................... 4
Gambar 2.
Simplex Lattice Design dengan 2 Komponen .................
13
Gambar 3.
Struktur Kimia PEG ......................................................
14
Gambar 4.
Diagram Daya Lekat Salep Ekstrak Etanolik Daun Sirih
27
Gambar 5. Diagram Viskositas Salep Ekstrak Etanolik Daun Sirih ..
29
Gambar 6. Profil Daya Lekat Salep dengan Pendekatan Simplex Lattice Design ...............................................................
31
Gambar 7. Profil pH Salep dengan Pendekatan Simplex Lattice Design ...........................................................................
33
Gambar 8. Profil Viskositas Salep dengan Pendekatan Simplex Lattice Design ...............................................................
commit to user
xiii
35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DARTAR LAMPIRAN Hal Lampiran 1. Hasil Determinasi Tanaman ................................................. 43 Lampiran 2. Perhitungan Rendemen Ekstrak ...........................................
44
Lampiran 3. Skrining Fitokimia dan Salep Ekstrak Etanolik Daun Sirih (Piper betle Linn.) dengan Basis Larut Air ..........................
45
Lampiran 4. Diagram Alir Cara Kerja .....................................................
46
Lampiran 5. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Salep ....................................
47
Lampiran 6. Optimasi Formula dengan Metode Simplex Lattice Design ..
48
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu penyakit kulit yang selalu menjadi perhatian para remaja dan dewasa muda adalah jerawat atau dalam bahasa medisnya acne vulgaris. Penyebab jerawat sangat banyak (multifaktorial) antara lain, genetik, makanan, endokrin, keaktifan dari kelenjar sebasea itu sendiri, faktor psikis, musim dan bakteri (Propionibacterium acnes), kosmetik dan bahan kimia lainnya (Yuindartanto, 2009). Pengobatan jerawat dilakukan dengan cara memperbaiki abnormalitas folikel,
menurunkan
produksi
sebum,
Propionibacterium acnes, dan menurunkan
menurunkan inflamasi
pada
jumlah
koloni
kulit. Populasi
bakteri Propionibacterium acnes dapat diturunkan dengan memberikan suatu zat antibakteri seperti eritromisin, klindamisin dan benzoil peroksida (Wyatt et al.,2001). Zat antibakteri salah satunya dapat diperoleh dalam metabolisme sekunder tumbuhan. Chakraborty dan Shah (2011) melaporkan bahwa daun sirih mempunyai aktivitas, antibakteri, antioksidan dan antihemolitik. Daun sirih juga mempunyai aktivitas anti-inflamasi, anti-diabetes dan radioprotectiv (Arambewela et al., 2005). Ekstrak dan minyak atsiri daun sirih mempunyai aktivitas sebagai antibakteri dan antifungi. Dari penelitian Fadila (2010) mengemukakan bahwa commit to user ekstrak etanolik daun sirih (Piper betle Linn.) memiliki aktivitas antibakteri
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terhadap Propionibacterium acnes penyebab jerawat dengan KBM (Kadar Bunuh Minimum) 0,25 %. Untuk meningkatkan efektivitas penggunaan ekstrak etanolik daun sirih (Piper betle Linn.) pada kulit, dilakukan formulasi dalam sediaan salep dengan basis larut air. Formulasi pada sediaan salep akan mempengaruhi jumlah dan kecepatan zat aktif yang dapat diabsorpsi. Zat aktif dalam sediaan salep masuk ke dalam basis atau pembawa yang akan membawa obat untuk kontak dengan permukaan kulit. Bahan pembawa yang digunakan untuk sediaan
topikal
akan
memiliki pengaruh
yang
sangat
besar
terhadap
absorpsi obat dan memiliki efek yang menguntungkan jika dipilih secara tepat. Secara ideal, basis dan pembawa harus mudah diaplikasikan pada kulit, tidak mengiritasi dan nyaman digunakan pada kulit (Wyatt et al., 2001). Basis salep larut air yang biasa digunakan adalah Polietilenglikol (PEG). PEG memiliki keuntungan yaitu tidak mengiritasi, memiliki daya lekat dan distribusi yang baik pada kulit dan tidak menghambat pertukaran gas dan produksi keringat, sehingga efektifitasnya lebih lama. Bersifat hidrofil, sehingga mudah dicuci dengan air dan dapat digunakan pada bagian tubuh yang berambut (Voigt, 1994). PEG (Polietilenglikol) merupakan polimer dari etilen oksida dan dibuat menjadi bermacam-macam panjang rantainya. Polietilen glikol yang memiliki berat molekul rata-rata 200, 400, dan 600 berupa cairan bening tidak berwarna dan yang mempunyai berat molekul rata-rata lebih dari 1000 berupa lilin putih, padat dan kepadatannya bertambah dengan bertambahnya berat molekul. Macamcommit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
macam kombinasi dari polietilenglikol bisa digabung dengan cara melebur dengan memakai dua jenis atau lebih untuk memperoleh konsistensi basis yang diinginkan, dan sifat khasnya (Ansel, 2005). Berdasarkan
pertimbangan
tersebut
di atas
maka
dilakukan
penelitian dengan tujuan mengetahui proporsi optimum campuran PEG 400 dan PEG 6000 dalam formulasi salep anti jerawat ekstrak etanolik daun sirih (Piper betle Linn.) sebagai basis salep yang baik. B. RUMUSAN MASALAH Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalah sebagai berikut: Berapa perbandingan komposisi kombinasi PEG 400 dan PEG 6000 untuk memperoleh formula optimum salep anti jerawat ekstrak etanolik daun sirih (Piper betle Linn.) dengan parameter daya lekat, pH dan viskositas? C. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui proporsi optimum PEG 400 dan PEG 6000 dalam formulasi salep anti jerawat ekstrak etanolik daun sirih (Piper betle Linn.) sebagai basis salep yang baik. D. MANFAAT PENELITIAN Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui proporsi optimum PEG 400 dan PEG 6000 dalam formulasi salep ekstrak etanolik daun sirih (Piper betle Linn.) sebagai basis salep yang baik. 2. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan di bidang industri commitfarmasi. to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Uraian Tentang Tanaman Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah tumbuhan daun sirih (Piper betle Linn.) a.Uraian tanaman
Gambar 1. Piper betle Linn. (Anonim,2011a) Kingdom
: Plantae
Divisio
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Orde
: Piperales
Familia
: Piperaceae
Genus
: Piper
Spesies
: Piper betle Linn (Hutapea et al. ,1997) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
b.Nama lain Suruh, Sedah (Jawa), Seureuh (Sunda), Ranub (Aceh), Sereh (Gayo), Belo (Batak), Sedah, Base (Bali), Bido (Ternate). c.Deskripsi tanaman Sirih merupakan tanaman
perdu,
merambat dan panjangnya dapat
mencapai puluhan meter. Batangnya berkayu, bulat, berbuku-buku, beralur, hijau. Permukaan daun sirih halus, pertulangan menyirip, berwarna hijau atau hijau tua, daun tunggal, bulat panjang, pangkal bentuk jantung, ujung meruncing, tepi rata, panjang 5-8 cm, lebar 2-5 cm, bertangkai.
Bunga termasuk bunga
majemuk, bentuk bulir, daun pelindung ± 1 mm, bentuk bulat panjang, bulir jantan panjang 1,5-3 cm, benang sari dua, pendek, bulir betina panjang 1,5-6 cm, kepala putik tiga sampai lima, putih, hijau kekuningan. Buahnya buni, bulat, hijau keabu-abuan. Sedang akarnya termasuk akar tunggang, bulat dan berwarna coklat kekuningan (Anonim, 1980). d.Khasiat Daun sirih berkhasiat
sebagai anti sariawan, antibatuk, adstringen,
antiseptik (Anonim, 1980). e.Kandungan Kimia Minyak atsiri mengandung hidroksi kavikol, kavibetol, estragol, eugenol, metileugenol, karvakol, terpinen, seskuiterpen, fenilpropan, dan tanin (Anonim, 1980).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
f. Skrining Fitokimia • Fenol Senyawa asam fenolat ada hubungannya dengan lignin terikat sebagai ester atau terdapat pada daun di dalam fraksi yang tidak larut dalam etanol; atau mungkin terdapat dalam fraksi yang larut dalam etanol, yaitu sebagai glikosida sederhana. Deteksi asam fenolat dan lignin dalam jaringan tumbuhan Lignin ialah polimer fenol yang terdapat dalam dinding sel tumbuhan, yang bersama selulosa, menyebabkan kekakuan dan kekokohan batang tumbuhan. Lignin terutama terdapat pada tumbuhan berkayu karena sampai 30% bahan organik pepohonan terdiri atas zat ini. ini. Bila dioksidasi dengan nitrobenzene, lignin menghasilkan tiga aldehida fenol sederhana yang ada kaitannya dengan asam fenolat tumbuhan umum (Harborne,1987). • Flavonoid Flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran, jarang sekali dijumpai hanya flavonoid tunggal dalam jaringan tumbuhan. Disamping itu, sering terdapat campuran yang terdiri atas flavonoid yang berbeda kelas. Penggolongan jenis flavonoid dalam jaringan tumbuhan mula – mula didasarkan pada telaah sifat kelarutan dan reaksi warna. Kemudian diikuti dengan pemeriksaan ekstrak tumbuhan yang telah dihidrolisis secara kromatografi (Harborne,1987).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
2. Metode Penyarian a.Simplisia Simplisia adalah bahan alami yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibagi menjadi 3 yaitu: simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia pelikan atau mineral (Anonim, 1995). b.Ekstraksi Ekstractio berasal dari perkataan “ekstraher” , “to draw out” menarik sari, yaitu suatu cara untuk menarik satu atau lebih zat dari bahan asal. Dalam kefarmasian istilah ini terutama hanya dipergunakan untuk penarikan zat-zat dari bahan asal dengan menggunakan cairan penarik atau pelarut. Tujun utama ekstraksi adalah mendapatkan atau memisahkan sebanyak mungkin zat-zat yang memiliki khasiat pengobatan (concentrata) dari zat-zat yang tidak berfaedah, agar lebih mudah dipergunakan (kemudahan diabsorbsi, rasa, pemakaian, dan lain-lain) dan disimpan dibandingkan dengan simplisia asal dan tujuan pengobatan lebih terjamin (Syamsuni,2006). Ada berbagai macam metode ekstraksi,yaitu : 1) Infundasi Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Infus merupakan sediaan cair yang dibuat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
dengan menyari simplisia dengan air pada suhu 900C selama 15 menit (Anonim,1986). 2) Maserasi Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan kerena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan diluar sel, maka larutan yang terpekat akan keluar. Peristiwa ini berlangsung terus menerus hingga tercapai kesetimbangan konsentrasi larutan diluar dan didalam sel (Anonim,1986). 3) Perkolasi Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip perkolasi adalah melewatkan cairan penyari melalui serbuk simplisa yang ditempatkan di suatu bejana silinder yang dibawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui melalui sampai keadaan jenuh (Anonim,1986). 4) Soxhlet Pada proses ini sampel yang akan disari dimasukkan pada alat penyari Soxhlet, kemudian dielusi dengan pelarut yang cocok, sehingga akan terjadi dua sirkulasi dalam waktu 30 menit. Adanya pemanasan menyebabkan pelarut menguap ke atas, kemudian pendingin udara akan mengembunkan
menjadi
tetesan yang akan terkumpul kembali dan bila akan 8 melewati batas lubang pipa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
samping soxhlet
digilib.uns.ac.id 9
akan terjadi sirkulasi. Sirkulasi yang berulang akan
menghasilkan penyarian yang baik (Harborne, 1987). 3. Jerawat (Acnes) Akne vulgaris atau jerawat merupakan penyakit yang umum, biasanya sembuh sendiri, disebabkan oleh multifaktor, serta melibatkan adanya inflamasi pada folikel kelenjar minyak (sebaceous) yang terletak di wajah atau tubuh bagian atas. Faktor utama yang terlibat dalam pembentukan lesi jerawat, yaitu peningkatan produksi sebum, pengelupasan keratinosit, pertumbuhan bakteri, dan inflamasi. Diagnosa dilakukan berdasarkan observasi terhadap lesi jerawat (komedo, pustule, papula, nodula, atau kista) pada daerah wajah, punggung, atau dada. Lima sampai sepuluh komedo biasanya dipertimbangkan sebagai alat diagnosis (Anonim, 2011 b). Penanganan jerawat dilakukan dengan mengurangi produksi sebum, pengangkatan sel-sel kulit mati, dan membunuh bakteri dengan obat-obatan topical dan oral. Penanganan jerawat ini tergantung dari tingkat keparahan jerawat. Jerawat sendiri tidak dapat ditangani tetapi dapat dikontrol melalui penanganan yang tepat (Nina,2010).
4. Propionibacterium acnes Sistematika bakteri Propionibacterium acnes : Kingdom : Bacteria Divisio
: Actinobacteria
Phylum
: Actinobacteria commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Ordo
: Actinomycetales
Family
: Propionibacteriaceae
Genus
: Propionibacterium
Species
: Propionibacterium acnes
digilib.uns.ac.id 10
Spesies Propionibacterium adalah anggota flora normal kulit dan selaput lendir manusia. Pada pewarnaan gram kuman ini sangat pleomorfik, berbentuk panjang, dengan ujung yang melengkung, berbentuk gada atau lancip, dengan pewarnaan yang tidak rata dan bermanik-manik, dan kadang-kadang berbentuk kokoid atau bulat. P. acnes ikut serta dalam patogenesis jerawat dengan menghasilkan lipase, yang memecahkan asam lemak bebas dari lipid kulit. Asam lemak ini dapat menimbulkan radang jaringan dan ikut menyebabkan jerawat. P. acnes kadang-kadang menyebabkan infeksi katup jantung prostetik dan pintas cairan serebrospinal (Jawetz et al., 2005). 5. Salep Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir. salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok, yaitu dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang dapat dicuci dengan air, dasar salep larut dalam air. Setiap salep obat menggunakan salah satu dasar salep tersebut. a.Dasar Salep Hidrokarbon Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak, antara lain vaselin putih dan salep putih. Salep ini dimaksudkan untuk memperpanjang kontak bahan commit to user obat dengan kulit dan bertindak sebagai pembalut penutup. Dasar salep
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
hidrokarbon digunakan terutama sebagai emolien, dan sukar dicuci. Tidak mongering dan tidak tampak berubah dalam waktu lama. b.Dasar Salep Serap Dasar salep serap ini dibagi dalam 2 kelompok. Kelompok pertama terdiri atas dasar salep yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam minyak (parafin hidrofilik dan lanolin anhidrat), dan kelompok kedua terdiri atas emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan air tambahan (lanolin). Dasar salep ini juga berfungsi sebagai emolien. c.Dasar Salep yang dapat dicuci dengan air. Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air, antara lain salep hidrofilik (krim). Dasar salep ini dinyatakan juga sebagai dapat dicuci dengan air, karena mudah dicuci dari kulit atau dilap basah sehingga lebih dapat diterima untuk dasar kosmetika. d.Dasar Salep Larut Dalam Air Kelompok ini disebut juga dasar salep tak berlemak dan terdiri dari konstituen larut air. Dasar salep jenis ini memberikan banyak keuntungannya seperti dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan tidak mengandung bahan tak larut dalam air, seperti paraffin, lanolin anhidrat atau malam (Anonim,1995). Pemilihan dasar salep tergantung pada beberapa faktor yaitu khasiat yang diinginkan, sifat bahan obat yang dicampurkan, ketersediaan hayati, stabilitas dan ketahanan sediaan jadi. Dalam beberapa hal perlu menggunakan dasar salep yang kurang ideal untuk mendapatkan stabilitas yang diinginkan (Anonim,1995). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
6. Optimasi Suatu formula merupakan campuran yang terdiri dari beberapa komponen. Permasalahan umum dalam studi formulasi terjadi bila komponen-komponen formula diubah-ubah dalam upaya untuk mengoptimalkan hasil. Setiap perubahan fraksi dari salah satu komponen dari campuran akan merubah satu variabel atau bahkan lebih fraksi komponen lain. Metode simplex lattice design dapat digunakan untuk menentukan proporsi relatif bahan-bahan yang digunakan dalam suatu formula, sehingga diharapkan akan dapat dihasilkan suatu formula yang paling baik sesuai dengan kriteria yang ditentukan (Kurniawan, dan Sulaiman, 2009) Campuran akan mengandung sedikitnya 1 komponen dan jumlah fraksi dari semua komponen akan tetap (=1), maka : X1 + X2 + X3 +........+Xq = 1 Area yang menyatakan semua kemungkinan kombinasi dari komponen-komponen dapat dinyatakan oleh interior dan garis batas dari suatu gambar dengan q tiap sudut dan q-1 dimensi. Simplex lattice design yang paling sederhana adalah dengan 2 variabel atau komponen (Kurniawan, dan Sulaiman, 2009). Jika ada 2 komponen (q = 2) maka akan dinyatakan dalam satu dimensi dengan dua sudut yaitu merupakan gambar garis yang menyatakan banyaknya tiap komponen seperti terlihat pada Gambar 2.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
Gambar 2. Simplex Lattice Design dengan 2 Komponen
Titik A merupakan suatu formula yang hanya mengandung komponen A, titik B menyatakan suatu formula yang hanya mengandung komponen B, sedangkan garis AB menyatakan semua kemungkinan campuran A dan B. Titik C menyatakan campuran 0,5 A dan 0,5 B (Amstrong dan James, 1996). Hubungan fungsional antara respon dengan komposisi dapat dinyatakan dengan persamaan : Y = a (A) + b(B) + ab(A)(B) ..............................................................................(1) Keterangan : Y = respon
A dan B = fraksi proporsi dari tiap komponen
a
b
= koefisien percobaan dari A
= koefisien percobaan dari B
ab = koefisien regresi interaksi A-B
Koefisien diketahui dari perhitungan regresi dan Y adalah respon atau hasil yang diinginkan. Nilai A ditentukan, maka B dapat dihitung. Semua nilai didapatkan, dimasukkan ke dalam garis maka akan didapat contour plot yang diinginkan (Amstrong dan James, 1996). Penentuan formula optimum didapatkan dari respon total yang paling besar, respon total dapat dihitung dengan rumus, yaitu : R total = R1 + R2 + R3 +Rn ......................................................................(2) commit to usersifat fisik tablet dan granul. R1,2,3,n merupakan respon masing-masing
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
Dari persamaan di atas diperoleh respon total dan formula optimum maka dilakukan verifikasi pada tiap formula yang memiliki respon paling optimum pada setiap uji sifat fisisk granul dan tablet (Amstrong dan James, 1996). 7. Tinjauan Bahan a. PEG (Polyethylen Glicol) HOCH2 (CH2OCH2)m CH2OH
Gambar 3. Struktur Kimia PEG (Rowe et al., 2009) Polietilen glikol stabil, zat hidrofilik yang dasarnya non irritant pada kulit. Polyethylen glikol tidak mudah menembus kulit, meskipun polietilena glikol yang larut dalam air dan mudah dihapus dari kulit dengan mencuci, sehingga berguna sebagai basis salep. Nilai padat umumnya digunakan dalam salep topikal, dengan konsistensi dasar disesuaikan dengan penambahan nilai cair dari polietilen glikol (Rowe et al., 2009). PEG memiliki sifat bakterisid, penyimpanan selama beberapa bulan tidak perlu mengkhawatirkan adanya pencemaran bakteri, oleh karena itu tidak diperlukan adanya pengawet sediaan. Salep polietilen glikol menyerap lembab dan udara yang disebabkan oleh adanya daya hisap osmotik yang tinggi (Voight,1994). Pemerian bahan : PEG 6000; serbuk licin putih atau potongan putih gading, praktis tidak berbau, tidakcommit berasa to (Anonim, user 1979). PEG 400; bersih, tidak
perpustakaan.uns.ac.id
15 digilib.uns.ac.id
berwarna atau sedikit berwarna kuning, cairan kental, agak berbau, rasa pahit dengan sedikit rasa terbakar. PEG 400 dan PEG 6000 berfungsi sebagai zat tambahan, sebagai basis salep larut air (Rowe et al., 2009). b.Propylenglikol C3H8O2 Propilen glikol telah menjadi banyak digunakan sebagai pelarut, ekstraktan, dan pengawet dalam berbagai formulasi farmasi. Propilen glikol adalah pelarut yang umumnya lebih baik dibandingkan dengan gliserin, dan dapat melarutkan berbagai macam bahan seperti kortikosteroid, fenol, obat sulfat, barbiturat, vitamin (A dan D), alakaloid dan anestesi lokal. Propilen glikol juga digunakan dalam kosmetik dan makanan industri sebagai pengemulsi pembawa dan sebagai penutup untuk rasa dalam preferensi etanol, karena kurangnya volatilitas menyediakan rasa yang lebih seragam (Rowe dkk, 2009). Pemerian bahan : cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, berfungsi sebagai pelarut (Anonim,1979)
B. KERANGKA PEMIKIRAN Daun sirih (Piper betle Linn.) merupakan salah satu tanaman herbal yang memiliki aktivitas antibakteri, salah satunya terhadap bakteri penyebab jerawat Propionibacterium acnes. Aktivitas antibakteri daun sirih kemungkinan terletak pada kandungan flavonoid dan polifenolnya. Dari penelitian sebelumnya diketahui bahwa ekstrak etanol daun sirih memiliki KBM (Kadar Bunuh commit to user Minimum) 0,25% terhadap P. acnes (Fadila,2010). Kemungkinan efek samping
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
yang timbul dalam pengobatan dengan daun sirih sangatlah kecil dibandingkan dengan obat sintetis lainnya. Saat ini pengembangan daun sirih dalam bentuk sedian topikal masih sangat minim. Kebanyakan penelitian melakukan pengembangan sediaan daun sirih dalam bentuk tablet. Sehingga masih perlu adanya pengembangan bentuk sediaan topikal dari daun sirih untuk mengobati jerawat sehingga lebih praktis dan lebih mudah untuk digunakan. Pada penelitian ini agar dapat menyari senyawa flavonoid dan polifenol yang terkandung dalam daun sirih, maka dilakukan proses ekstraksi dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Untuk pengobatan secara topikal perlu
dikembangkan
suatu
bentuk
sediaan
salep.
Penggunaan
salep
memungkinkan kontak dengan tempat aplikasi lebih lama sehingga pelepasan zat aktif akan lebih maksimal. Salep terdiri dari basis salep yang merupakan pembawa bersama kombinasi bahan aktif dalam penyiapan salep menjadi obat. Basis salep juga turut mengambil bagian yang sangat menentukan terhadap keberhasilan atau kegagalan terapi menggunakan sediaan salep. Untuk meningkatkan efektifitas penggunaan ekstrak etanolik daun sirih pada kulit maka dilakukan formulasi salep dengan basis larut air. Formulasi salep basis larut air yang digunakan yaitu kombinasi PEG 400 dan PEG 6000. PEG 400 dengan bobot molekul rendah dan PEG 6000 dengan bobot molekul tinggi akan menghasilkan produk salep dengan konsistensi yang lunak dan meleleh pada kulit. Karena bentuk PEG 400 yang berupa cairan kental kombinasinya dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan PEG 6000 akan diperoleh massa salep yang lebih commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
lunak, sehingga mudah diambil dari wadah, memiliki daya sebar dan daya lekat yang yang baik,. Berdasarkan pertimbangan diatas maka perlu diadakan penelitian tentang optimasi formula salep ekstrak etanolik daun sirih dengan menggunakan basis PEG 400 dan PEG 6000 dengan menggunakan parameter daya lekat, pH dan viskositas.
C. HIPOTESA Berdasarkan uraian di atas dalam penelitian ini perbandingan komposisi PEG 400 lebih banyak daripada PEG 6000 diduga merupakan formula optimum sebagai basis salep khususnya sebagai salep anti jerawat dengan ekstrak etanolik daun sirih dengan parameter daya lekat, pH dan viskositas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN A. ALAT DAN BAHAN 1. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : Oven (Memmet), Toples kaca, Kain Flanel, Blender, Pengaduk Kaca, Rotary Evaporator (Stuart RE 300 DB), Lemari Es, Mortir dan Stamper, Neraca Analit, Cawan Porselin, WaterBath, Pot Salep, Set alat uji daya lekat, Viscosimeter (Vt-Rion 04), PH meter (Cyber Scan Eutech). 2. Bahan Bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu : Etanol 96% (teknis), Simplisia Daun Sirih Hijau (Piper betle Linn.), PEG 400, PEG 6000, propylenglikol, Aquadest.
B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN 1. Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan mei dan juni 2012. 2. Tempat Tempat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya Laboratorium Morfologi dan Sistematik Tumbuhan untuk melakukan determinasi tanaman, dan Laboratorium Teknologi Farmasi USB untuk pengujian viskositas salep. Laboratorium Farmasetika dan Laboratorium Teknologi Farmasi D3 Farmasi commit to userdan pengujian sifat fisik pH dan UNS untuk pembuatan ekstrak, formulasi
18
perpustakaan.uns.ac.id
19 digilib.uns.ac.id
daya lekat salep serta laboratorium Biologi Pusat UNS untuk pengujian fitokimia.
C. METODE PENELITIAN 1. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorium untuk memperoleh data hasil. Dilakukan dalam 3 tahap yaitu tahap pertama pembuatan salep ekstrak etanolik daun sirih PEG 400, tahap kedua pembuatan salep ekstrak etanolik daun sirih PEG 400 50% dan PEG 6000 50%, dan tahap ketiga pembuatan salep ekstrak etanolik daun sirih dengan PEG 6000. Perbedaan dari ketiga tahap tersebut adalah pada masing-masing formula menggunakan basis salep yang berbeda. Adapun pada formula 1 menggunakan PEG 400 100%, formula 2 dengan kombinasi PEG 400 50 % dan PEG 6000 50%, dan formula 3 PEG 6000 100%. Untuk menentukan formula optimum komposisi kombinasi PEG 400 dan PEG 6000 dilakukan pendekatan dengan metode simplex lattice design dengan parameter daya lekat, pH dan viskositas.
D. PROSEDUR KERJA 1. Determinasi Tanaman Daun sirih hijau dilakukan determinasi untuk membuktikan kebenaran dari tanaman tersebut dan determinasi dilakukan di Laboratorium Morfologi dan Sistematik Tumbuhan USB, Surakarta. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
20 digilib.uns.ac.id
2. Pembuatan Simplisia Daun sirih hijau yang digunakan diambil dari Pasar Ceper, Klaten. Daun segar dicuci bersih dengan menggunakan air untuk menghilangkan pengotornya, lalu ditiriskan diatas papan. Daun sirih tadi ditimbang sebagai berat basah. Daun sirih basah kemudian dikeringkan dengan menggunakan sinar matahari dengan ditutup menggunakan kain hitam dan menggunakan oven dengan suhu 40-500 C sampai simplisia kering. 3. Pembuatan Serbuk Daun sirih hijau yang sudah kering dihancurkan dengan cara ditumbuk dan diblender, kemudian ditimbang sebagai berat kering. 4. Pembuatan Ekstrak Serbuk Daun sirih sebanyak 500 g dimaserasi dengan 3 liter cairan penyari, yaitu etanol 96%. Maserasi dilakukan selama 5 hari sambil diaduk sesekali. Setelah itu disaring menggunakan kain flanel untuk memisahkan ampas dan sari. Sari dipekatkan menggunakan rotary evaporator dengan suhu 60-65°C dan kecepatan 5 Rpm sehingga didapatkan ekstrak kental daun sirih hijau. Ekstrak kental dimasukkan ke dalam pot salep. 5. Uji Fitokimia a) Uji Flavonoid Ekstrak ditambahkan dengan serbuk Mg dan HCL 2 N kemudian dipanaskan diatas tangas air. Setelah itu ditambahkan dengan amil alkohol, dikocok hingga tercampur rata. Hasil positif, bila tertariknya warna kuning-merah pada lapisan alkohol. commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Uji Polifenol Ekstrak dimasukkan dalam tabung reaksi dan ditambahkan dengan sedikit aquadest, kemudian dipanaskan diatas penangas air lalu ditetesi FeCl3. Hasil positif ditunjukkan jika campuran berubah biru kehitaman. 6. Formulasi Salep Sediaan salep yang akan dibuat mengandung ekstrak etanolik daun sirih (Piper betle Linn.) 2% dalam 3 formula. Tabel. Formulasi Salep Ekstrak Etanolik Daun Sirih Komposisi
Formula 1 (g)
Formula 2 (g)
Formula 3 (g)
Ekstrak Daun Sirih
1
1
1
PEG 400
40
20
-
PEG 6000
-
20
40
Propylenglikol
9
9
9
Keterangan F 1 : Salep dengan basis PEG 400 100% F 2 : Salep dengan basis PEG 400 50% dan PEG 6000 50% F 3 : Salep dengan basis PEG 6000 100% *masing-masing formula dibuat 3 replikasi
7. Pembuatan Salep 1) Formula 1 (PEG 400 100%) Ekstrak daun sirih dimasukkan dalam mortir hangat, kemudian ditetesi spiritus fortior dan diaduk hingga menguap. Kemudian ditambahkan PEG 400 dan propilenglikol hingga tercampur homogen. 2) Formula 2 (PEG 400 50% dan PEG 6000 50%) PEG 400, PEG 6000 dan propilenglikol dilebur diatas WB hingga melebur. Ekstrak daun sirih dimasukkan dalam mortir hangat, kemudian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
22 digilib.uns.ac.id
ditetesi spiritus fortior dan diaduk hingga menguap. Kemudian ditambahkan campuran PEG dan propylenglikol, diaduk hingga dingin. 3) Formula 3 (PEG 6000 100%) PEG 6000 dan propylenglikol dilebur diatas WB hingga melebur. Ekstrak daun sirih dimasukkan dalam mortir hangat, kemudian ditetesi spiritus fortior dan diaduk hingga menguap. Kemudian ditambahkan campuran PEG dan propylenglikol, diaduk hingga dingin. 8. Pemeriksaan Sifat Fisik Salep 1) Uji Daya Lekat Uji daya lekat dilakukan dengan menggunakan kaca objek yang telah diikat dengan 2 statif yang berbeda. Dimana salah satu ujung dari ikatan kaca objek tersebut diberi pemberat 60 gram. Kemudian sediaan yang dihasilkan dioleskan pada salah satu kaca objek dan ditutup dengan kaca objek yang lain kemudian ditindih dengan beban 1 kg selama 5 menit. Kaca objek diposisikan sehingga kedua tali yang mengikat kedua kaca objek tersebut menegang lalu melepaskan pemberatnya. Dihitung waktu 23 yang diperlukan kedua kaca objek untuk melepaskan perlekatannya. 2) Uji pH Alat pH meter dikalibrasi menggunakan larutan dapar pH 7. Satu gram sediaan yang akan diperiksa diencerkan dengan air suling hingga 10 mL. Elektroda pH meter dicelupkan ke dalam larutan yang diperiksa, jarum pH meter dibiarkan bergerak sampai menunjukkan posisi tetap, pH yang ditunjukkan jarum pH meter dicatat. commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Uji Viskositas Penentuan viskositas dilakukan dengan menggunakan viskosieter (Vt-Rion 04). Salep dimasukkan dalam wadah dan diberi rotor. Rotor kemudian dihidupkan dan dihitung angka yang ditunjukkan.
E. ANALISA HASIL Penelitian dengan judul “Optimasi Formula Ekstrak Etanolik Daun Sirih (Piper betle Linn.) dengan menggunakan Basis PEG (Polietilen glikol)” menggunakan pendekatan statistik untuk menganalisa data. Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan metode Simplex lattice design. Persamaan yang diperoleh dari perhitungan pendekatan metode Simplex lattice design digunakan untuk menentukan formula paling optimum pada salep ekstrak etanolik daun sirih (Piper betle Linn.) sebagai obat anti jerawat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. DETERMINASI TANAMAN Hasil determinasi tanaman sampel di laboratorium Morfologi dan Sistematik Tumbuhan USB, Surakarta menunjukkan bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian benar-benar tanaman sirih hijau (Piper betle Linn.). Hasil determinasi dapat dilihat dalam lampiran 1. B. HASIL PREPARASI SIMPLISIA Daun sirih hijau segar sebanyak 3 kg ditimbang sebagai berat basah. Simplisia yang telah kering kemudian diserbuk dengan cara diblender dan diperoleh bobot kering 552,71g. C. HASIL PEMBUATAN EKSTRAK Maserasi dilakukan untuk menyari kandungan zat aktif yang terdapat dalam simplisia. Proses penyarian dengan metode maserasi dipilih karena dapat menarik kandungan zat aktif dengan maksimal dan alat-alat yang digunakan dalam metode ini sangat sederhana. Pelarut yang digunakan dalam metode ini adalah etanol 96%. Ekstrak daun sirih yang diperoleh dari maserasi selama 5 hari sebanyak 58,5g dari 500g simplisia kering. D. HASIL PERHITUNGAN RENDEMEN Ekstrak kental yang dihasilkan kemudian dihitung rendemen ekstraknya. Rendemen adalah perbandingan antara bobot ekstrak yang diperoleh dengan simplisia awal. Dari perhitungan diperoleh rendemen commit user ekstrak sebesar 11,7% (b/b). Nilaito rendemen ekstrak ini menunjukkan
24
perpustakaan.uns.ac.id
25 digilib.uns.ac.id
banyaknya ekstrak yang dihasilkan terhadap bobot simplisia dalam persen. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2. E. HASIL SKRINING FITOKIMIA Hasil skrining fitokimia dengan menggunakan uji tabung menunjukkan bahwa ekstrak daun sirih mengandung polifenol dan flavonoid yang kemungkinan mempunyai aktifitas antibakteri terhadap bakteri jerawat. Dari skrining fitokimia ekstrak daun sirih memperlihatkan adanya cincin orangekemerahan pada lapisan alkohol yang mengindikasikan adanya flavonoid. Sedangkan polifenol ditunjukkan oleh warna larutan yang berubah menjadi hijau-hitam setelah dipanaskan (lihat lampiran 3). F. PEMBUATAN SALEP Pembuatan salep dilakukan dengan menggunakan metode peleburan dan pencampuran. Basis salep yang digunakan adalah PEG 400 dan PEG 6000. PEG dipilih karena memiliki beberapa keuntungan antara lain, tidak mengiritasi, memiliki daya lekat dan distribusi yang baik pada kulit serta tidak menghambat pertukaran gas dan produksi keringat, sehingga efektifitasnya lebih lama. Selain itu salep PEG mudah dicuci dengan air dan mempunyai sifat bakterisid. Kombinasi antara PEG 400 dan PEG 6000 dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi salep yang sesuai. Tujuan pembuatan salep ini yaitu sebagai obat anti jerawat. Bahan aktif yang digunakan adalah ekstrak etanolik daun sirih yang mengandung polifenol dan flavonoid. Hasil Pembuatan salep antijerawat diperoleh salep ekstrak etanolik daun sirih dengan kandungan ekstrak 2% dalam 50g salep. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
26 digilib.uns.ac.id
Dari pengamatan secara visual salep etanolik daun sirih pada formula 1 berwarna hijau tua dengan konsistensi agak cair, formula 2 dan 3 berwarna hijau muda dengan konsistensi formula 3 yang lebih padat dibandingkan formula 2 (lihat lampiran 3). G. PEMERIKSAAN SIFAT FISIK SALEP Pemeriksaan sifat fisik salep dilakukan untuk mengetahui kualitas salep yang baik sesuai persyaratan yang dikehendaki. Pemeriksaan sifat fisik salep dalam penelitian ini meliputi pemeriksaan daya lekat, pH dan viskositas. Hasil pemeriksaan sifat fisik dapat dilihat pada Tabel II berikut. Tabel II. Pemeriksaan Sifat Fisik Salep Ekstrak Etanolik Daun Sirih Pemeriksaan Daya Lekat (detik) PH Viskositas (dPas)
F1 1,887 6,423 150
F2 111,603 6,443 433,333
F3 577,347 6,407 1166,667
Keterangan : F 1 : Salep ekstrak etanolik daun sirih dengan basis PEG 400 100% F 2 : Salep ekstrak etanolik daun sirih dengan basis PEG 400 50% dan PEG 600 50% F 3 : Salep ekstrak etanolik daun sirih dengan basis PEG 6000 100% *Masing-masing formula dibuat 3 kali replikasi
1. Pengujian Daya Lekat Daya lekat merupakan salah satu persyaratan sifat fisik sediaan semi padat yang baik. Pengujian daya lekat salep ini digunakan untuk mengetahui berapa lama waktu melekatnya sediaan salep ke kulit. Daya lekat akan menentukan jumlah zat aktif yang dapat diabsorbsi oleh kulit. Diagram daya lekat salep ekstak etanolik daun sirih pada ketiga formula dapat dilihat pada Gambar 4. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
Daya Lekat 700 577,347
600 Daya Lekat (detik)
500 400 300 200
111,603
100
1,887
0 F1
F2 Formula
F3
F 1 : Salep dengan basis PEG 400 100% F 2 : Salep dengan basis PEG 400 50% dan PEG 600 50% F 3 : Salep dengan basis PEG 6000 100% Gambar 4. Diagram daya lekat salep ekstrak etanolik daun sirih
Hasil pemeriksaan sifat fisik daya lekat salep seperti tampak dalam Gambar 3. Menunjukkan bahwa formula 3 yang mengandung PEG 6000 100% memiliki daya lekat yang paling lama dibandingkan formula lainnya. Hal ini dikarenakan konsistensi PEG 6000 yang lebih padat. Formula 1 mengandung PEG 400 100% memiliki daya lekat paling kecil karena konsistensinya yang berupa cairan kental. Sedangkan Formula 2 memiliki daya lekat lebih lama dibandingkan Formula 1 karena mengandung PEG 6000 50% yang dapat menaikkan konsistensi. Dengan meningkatnya jumlah PEG 6000 akan menaikkan nilai daya lekat dari salep. 2. Pengujian pH Pemeriksaan pH adalah salah satu bagian dari kriteria pemeriksaan commit to user fisika-kimia dalam memprediksi kestabilan sediaan salep. Dimana profil
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
pH menentukan stabilitas bahan aktif dalam suasana asam atau basa (Lachman,1994). Selain itu pemeriksaan pH penting untuk mengetahui salep yang digunakan dapat mengiritasi kulit atau tidak. pH yang aman untuk kulit berkisar 5-10, sedangkan pH basis salep yang baik 5,5-7 (Troy et al,2005). Diagram daya lekat salep ekstak etanolik daun sirih pada ketiga formula dapat dilihat pada Tabel III. Dari hasil yang diperoleh diketahui bahwa formulasi salep ekstrak etanolik dengan daun sirih tidak mengiritasi permukaan kulit. Tabel III. Hasil Pengujian pH salep ekstrak etanolik daun sirih Formula F 1 (PEG 400 100%) F2 (PEG 400 50%: PEG 6000 50%) F 3 (PEG 6000 100%)
pH 6,423 ± 0,033 6,443 ± 0,025 6,407 ± 0,017
3. Pengujian Viskositas Pengujian viskositas berfungsi untuk mengetahui viskositas (kekentalan) salep. Viskositas menyatakan tahanan dari suatu cairan yang mengalir, semakin besar tahanannya maka viskositasnya juga semakin besar (Martin,1983). Formula salep yang memiliki massa semakin kental maka viskositas salep akan semakin besar pula. Menurut Marchaban (1993), viskositas sangat berhubungan dengan daya penyebaran salep pada kulit, semakin besar viskositas maka daya penyebarannya semakin kecil. Viskositas juga mempengaruhi tingkat kenyamanan pemakaian salep. Salep yang mempunyai konsistensi lebih lunak, dapat memudahkan saat pemakian,
lebih
luas
permukaan penyebaran dan commit to user
lebih
mudah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
pengambilan dari tempatnya. Diagram daya lekat salep ekstak etanolik daun sirih pada ketiga formula dapat dilihat pada Gambar 5.
Viskositas (dPas)
Viskositas (dPas) 1400 1200 1000 800 600 400 200 0
1166,667
433,333 150 F1
F2 Formula
F3
F 1 : Salep dengan basis PEG 400 100% F 2 : Salep dengan basis PEG 400 50% dan PEG 600 50% F 3 : Salep dengan basis PEG 6000 100% Gambar 5. Diagram viskositas salep ekstrak etanolik daun sirih dalam berbagai formula
Berdasarkan Gambar 5. Dapat dikatakan bahwa Formula 3 memiliki viskositas yang paling besar. Semakin tinggi jumlah PEG 6000 yang digunakan semakin besar nilai viskositasnya dan massa salep semakin padat. Dalam Formula 1 yang hanya mengandung PEG 400 100% viskositasnya paling kecil dikarenakan konsistensinya yang berupa cairan kental. Sedang pada Formula 2 mengandung PEG 400 50% dan PEG 600 50% maka viskositasnya lebih tinggi dari pada Formula 1 yang hanya mengandung PEG 400.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
30 digilib.uns.ac.id
H. PENDEKATAN OPTIMASI DENGAN MENGGUNAKAN SIMPLEX LATTICE DESIGN Optimasi merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk memperkirakan jawaban dari suatu fungsi variabel-variabel respon yang dihasilkan dari rancangan percobaan yang dilakukan. Simplex lattice design merupakan suatu metode yang dapat digunakan untuk menentukan proporsi relatif bahan-bahan yang digunakan dalam suatu formula, sehingga diharapkan akan dapat dihasilkan suatu formula yang paling baik sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Pada penelitian ini optimasi dilakukan dengan dua variabel yaitu menggunakan bahan PEG 400 dan PEG 6000 menggunakan 3 rancangan formula yaitu, PEG 400 100%, PEG 6000 100% dan kombinasi PEG 400 50% dan PEG 6000 50%, menggunakan metode simplex lattice design untuk menentukan formula optimum. Dalam penelitian ini penentuan formula optimum menggunakan 3 parameter yaitu, daya lekat, pH dan viskositas. Ketiga parameter tersebut dipilih karena merupakan parameter yang berpengaruh terhadap formula salep anti jerawat ekstrak etanolik daun sirih. 1. Penentuan Formula Optimum Menggunakan Parameter Daya Lekat Dari hasil pemeriksaan daya lekat salep didapatkan daya lekat yang dapat dilihat pada Tabel IV. Tabel IV. Hasil Pengujian Daya Lekat Salep Formula
Daya Lekat (detik)
F1
1,887
F2 F3
111,603
commit to user 577,347
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari hasil daya lekat salep dilakukan pendekatan dengan metode simplex lattice design dengan persamaan (lihat lampiran 6a) sebagai berikut : Y= 1,887 A + 577,347 B – 712,056 AB Keterangan: Y = respon daya lekat yang diinginkan A = komposisi PEG 400 B = komposisi PEG 6000 Persamaan di atas menunjukkan bahwa PEG 6000 memberikan pengaruh yang besar terhadap daya lekat salep (nilai koefisien 577,347) dibandingkan PEG 400 (nilai koefisien 1,887). Interaksi antara PEG 400 dan PEG 6000 memberikan pengaruh yang besar (nilai koefisien 712,056) terhadap daya lekat salep. Profil daya lekat salep yang diperoleh dari hasil pemeriksaan dengan metode simplex lattice design dapat dilihat pada Gambar 6. Daya Lekat 700 Daya Lekat (detik)
600
500 400 300 200 100 0 -100
Perbandingan PEG 400 - PEG 6000
commit to user
Gambar 6. Profil Daya Lekat Salep dengan Pendekatan Simplex Lattice Design
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Penentuan Formula Optimum Menggunakan Parameter pH Pengujian terhadap pH dilakukan untuk mengetahui apakah salep dapat mengiritasi permukaan kulit atau tidak. Salep dengan pH yang terlalu asam atau terlalu basa dapat mengiritasi kulit. Pengujian pH salep dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. Angka yang muncul saat pembacaan itulah yang menunjukkan pH sediaan salep yang sedang diuji. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel V. Tabel V. Hasil Pengujian PH Salep Formulasi
pH
F1
6,423
F2
6,443
F3
6,407
Dari pemeriksaan pH salep tersebut dapat dilakukan pendekatan dengan metode simplex lattice design dengan persamaan (lihat lampiran 6b) sebagai berikut : Y= 6,423A + 6,407B + 0,112AB Keterangan: Y = respon PH yang diinginkan A = komposisi PEG 400 B = komposisi PEG 6000 Persamaan diatas menunjukkan bahwa PEG 400 memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap pH (nilai koefisien 6,423) dibandingkan PEG 6000 (nilai koefisien 6,407). pH salep juga commitantara to userPEG 400 dan PEG 6000 (nilai dipengaruhi oleh interaksi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
koefisien 0,112) walaupun kecil. Profil pH salep yang diperoleh dari hasil pemeriksaan dengan metode simplex lattice design dapat dilihat pada Gambar 7.
6,45
PH
6,44
PH
6,43 6,42 6,41 6,4 6,39 6,38
Perbandingan PEG 400 - PEG 6000 Gambar 7. Profil PH Salep dengan Pendekatan Simplex Lattice Design
3. Penentuan Formula Optimum Menggunakan Parameter Viskositas Viskositas adalah besaran yang penting untuk menyatakan sifat aliran bahan. Salep dengan viskositas tinggi memberikan konsistensi salep yang padat. Hubungan viskositas dan daya lekat adalah berbanding lurus. Semakin tinggi viskositas salep maka daya lekat akan semakin lama. Parameter optimasi ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran viskositas salep yang dapat diaplikasikan pada kulit dan sebagai pembawa zat aktif. Hasil pengujian viskositas dapat dilihat pada Tabel VI. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
Tabel VI. Hasil Pengujian Viskositas Salep Formulasi
Viskositas (dPas)
F1
±150
F2
±433,333
F3
±1166,667
Berdasarkan pemeriksaan vsikositas salep tersebut dapat dilakukan pendekatan dengan metode simplex lattice design dengan persamaan (lihat lampiran 6c) sebagai berikut : Y= 150 A + 1166,67 B – 900,002 AB Keterangan: Y = respon viskositas yang diinginkan A = komposisi PEG 400 B = komposisi PEG 6000 Persamaan diatas menunjukkan bahwa PEG 6000 (nilai koefisien 1166,67) memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap viskositas salep dibandingkan dengan PEG 400 (nilai koefisien 150). Bahkan interaksi campuran basis PEG 400 dan PEG 6000 memberikan pengaruh yang besar (nilai koefisien 900,002) dibandingkan dengan PEG 400. Profil viskositas salep yang diperoleh dari hasil pemeriksaan dengan metode simplex lattice design dapat dilihat pada Gambar 8.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
Viskositas (dPas)
Viskositas (dPas) 1400 1200 1000 800 600 400 200 0
Perbandingan PEG 400 - PEG 6000 Gambar 7. Profil Viskositas Salep dengan Pendekatan Simplex Lattice Design
I. PENENTUAN FORMULA OPTIMUM Formula optimum merupakan formula yang memiliki respon yang diinginkan berdasarkan parameter optimasi. Optimasi ini menggunakan metode simplex lattice design pada salep ekstrak etanolik daun sirih dengan basis PEG 400 dan PEG 6000, dengan parameter daya lekat, pH dan viskositas. Kombinasi komposisi optimum PEG 400 dan PEG 6000 diperoleh dari nilai respon yang paling tinggi. Total respon dapat dihitung dengan rumus berikut : Rtotal = R1 +R2 +R3…….. +Rn…………………………….( 1 ) Dimana R1, R2, R3, Rn merupakan masing-masingg respon sifat salep. Respon masing-masing parameter diberikan bobot dengan jumlah total bobot sama dengan satu. Setiap parameter tersebut memiliki bobot yang berbeda yaitu untuk daya lekat diberikan bobot 0,4; pH dan viskositas diberikan bobot dengan jumlah sama yaitu masing-masing 0,3. Bobot tiap parameter diberikan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
berdasarkan sifat yang paling menentukan dalam formulasi salep. Daya lekat diberikan bobot paling besar karena lamanya salep melekat akan mempengaruhi jumlah kandungan zat aktif yang diabsorbsi. Karena satuan masing – masing respon tidak sama, maka perlu distandarisasi penilaian respon dengan menggunakan rumus berikut :
.............................................. ( 2 ) Untuk daya lekat respon maksimal yang diinginkan 6 detik dan respon minimal 5 detik, untuk pH respon maksimal yang diharapkan 7 dan respon minimal 6, dan untuk viskositas respon maksimal yang diinginkan 150 dPas dan respon minimal yang diharapkan 500 dPas. Normalitas pada setiap parameter dapat dilihat pada Tabel VII (lihat lampiran 6d). Tabel VII. Normalitas Parameter Optimasi Proporsi A:B
N Daya Lekat
N PH
N Viskositas
100% A
-3,113
0,423
0
90% : 10%
-9,652
0,431
0,059
80% : 20%
-1,950
0,438
0,17
70% : 30%
19,993
0,442
0,331
60% : 40%
56,178
0,443
0,545
50% : 50%
106,603
0,443
0,81
40% : 60%
171,270
0,44
1,126
30% : 70%
250,177
0,435
1,493
20% : 80%
343,326
0,428
1,912
10% : 90%
450,716
0,419
2,383
100% B
572,347
0,407
2,905
Keterangan A: PEG 400 B: PEG 6000
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
Respon dapat diperoleh dengan mengalikan normalitas dengan bobot yang telah ditentukan pada setiap parameter. Hasil respon pada setiap parameter dan total respon dapat dilihat pada TabeL VIII (lihat lampiran 6d). Tabel VIII. Respon Parameter Optimasi Proporsi A:B 100% A
R Daya Lekat (N x 0,4)
R PH (N x 0,3)
-1,245
0,127
R Viskositas (N x 0,3) 0,000
90% : 10%
-3,861
0,129
0,018
-3,714
80% : 20%
-0,780
0,131
0,051
-0,598
70% : 30%
7,997
0,133
0,099
8,229
60% : 40%
22,471
0,133
0,164
22,768
50% : 50%
42,641
0,133
0,243
43,017
40% : 60%
68,508
0,132
0,338
68,978
30% : 70%
100,071
0,131
0,448
100,649
20% : 80%
137,330
0,128
0,574
138,033
10% : 90%
180,286
0,126
0,715
181,127
100% B
228,939
0,122
0,872
229,933
Respon Total -1,118
Formula optimum didapat dari respon total terbesar dengan normalitas kurang dari 1 dan lebih dari 0 ( 0< N <1 ). Dilihat pada tabel normalitas dan tabel respon tiap parameter, formula optimum terdapat diantara komposisi PEG 400 80%: PEG 6000 20% sampai dengan PEG 400 70%: PEG 6000 30% sehingga perlu dilakukan pendekatan kembali pada komposisi tersebut. Normalitas komposisi PEG 400 80%: PEG 6000 20% sampai dengan PEG 400 70%: PEG 6000 30% dapat dilihat pada tabel IX. Respon dapat diperoleh dengan mengalikan normalitas yang diperoleh dari pendekatan komposisi PEG 400 80%: PEG 6000 20% sampai dengan PEG 400 70%: PEG 6000 30% dengan bobot yang telah ditentukan pada setiap commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
parameter. Hasil respon pada setiap parameter dan total respon dapat dilihat pada Tabel X (lihat lampiran 6d) Tabel IX. Pendekatan Normalitas Parameter Optimasi Proporsi A:B
N Daya Lekat
N PH
N Viskositas
80% : 20%
-1,95
0,438
0,17
79% : 21%
-0,396
0,438
0,183
78% : 22%
1,299
0,439
0,198
77% : 23%
3,138
0,439
0,213
76% : 24%
5,118
0,440
0,228
75% : 25%
7,242
0,440
0,244
74% : 26%
9,507
0,440
0,26
11,915
0,441
0,277
14,465
0,441
0,295
17,158
0,441
0,313
19,993
0,442
0,331
73% : 27% 72% : 28% 71% : 29% 70% : 30%
Tabel X. Pendekatan Respon Parameter Optimasi Proporsi A:B 80% : 20%
R Daya Lekat (N x 0,4) -0,78
R PH (N x 0,3) 0,131
R Viskositas (N x 0,3) 0,051
79% : 21%
-0,158
0,131
0,055
0,028
78% : 22%
0,52
0,132
0,059
0,711
77% : 23%
1,255
0,132
0,064
1,451
76% : 24%
2,047
0,132
0,068
2,247
75% : 25%
2,897
0,132
0,073
3,102
74% : 26%
3,803
0,132
0,078
4,013
73% : 27%
4,766
0,132
0,083
4,981
72% : 28%
5,786
0,132
0,089
6,007
71% : 29%
6,863
0,132
0,094
7,089
70% : 30%
7,997
0,133
0,099
8,229
Respon Total -0,598
Dari pendekatan diperoleh hasil formula optimum dengan kombinasi PEG 400 78%: PEG 6000 22%. Hasil formula optimum yang dilakukan dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
pendekatan metode simplex lattice design secara teoritis dapat dilihat pada Tabel XI (lihat lampiran 6d) berikut : Tabel XI. Hasil formula optimum menggunakan metode simplex lattice design Parameter Daya Lekat PH Viskositas
Hasil 6,299 detik 6,439 219,226 dPas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Kombinasi PEG 400 78% dan PEG 6000 22% merupakan formula optimum untuk salep ekstrak etanolik daun sirih (Piper betle Linn.) sebagai salep antijerawat yang memberikan daya lekat 6,299 detik, pH 6,439 dan viskositas 219,226 dPas. B. SARAN Dari kesimpulan di atas penulis menyarankan perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai optimasi salep ekstrak etanolik daun sirih (Piper betle Linn.) dengan basis lain dan metode lain.
commit to user
40