Majalah Farmasi Indonesia, 22(2), 92 – 97, 2011
Optimasi chitosan dan natrium karboksimetilselulosa sebagai sistem mucoadhesive pada tablet teofilin Optimization of chitosan and sodium carboxymethylcellulose as mucoadhesive system in theophylline tablet Eka Deddy Irawan*) dan Farhana Fakultas Farmasi Universitas Jember; Jalan Kalimantan I/2 Jember 68121
Abstrak Tablet mucoadhesive untuk terapi asma dibuat dengan menggunakan teofilin dan variasi dua polimer mucoadhesive. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengontrol laju pelepasan obat dari sediaan. Tablet mucoadhesive teofilin dibuat secara cetak langsung menggunakan chitosan dan natrium karboksimetilselulosa sebagai polimer mucoadhesive. Kekuatan melekat tablet ditentukan menggunakan lambung kelinci dan uji pelepasan obat dilakukan menggunakan media dapar HCl pH 1,2 selama 10 jam. Formula optimum diperoleh dengan menganalisis hasil kedua evaluasi menggunakan desain faktorial. Formula yang mengandung chitosan 5,4 % dan natrium karboksimetilselulosa 14,5 % pelepasan obatnya mengikuti kinetika orde nol. Formula optimum ditunjukkan oleh formula yang mengandung chitosan 8,3810,91% dan natrium karboksimetilselulosa 28,84-29,09% dengan kekuatan mucoadhesive 25-40 g dan jumlah obat yang dilepaskan dalam 10 jam sebanyak 43,5%-55%. Kata kunci: Mucoadhesive, chitosan, CMC Na, E, desain faktorial
Abstract Mucoadhesive tablet for asthma treatment were prepared by mixing theophylline with two variations of polymers. The purpose of this research was to controlled drug release from the dosage form. Theophylline mucoadhesive tablets were prepared by direct compression using chitosan and sodium carboxymethylcellulose as mucoadhesive polymers. Mucoadhesive strength measured using rabbit gastric mucosa and in vitro drug dissolution was subjected in a hydroclorid acid buffer pH 1.2 for 10 hours. The optimized formula was obtained by analyzing both evaluation using factorial design. Formula with 5.4 % of chitosan and 14.5 % of sodium carboxymethylcellulose followed zero order kinetics. The optimized formulation showed by 8.38-10.91% of chitosan and 28.84-29.09% of sodium carboxymethylcellulose with mucoadhesive strength between 25-40 gram and 43.5%-55% drug was released in 10 hours. Key words: Mucoadhesive, chitosan, CMC Na, E, factorial design.
Pendahuluan Pengobatan dengan teofilin umumnya diberikan setiap 4-6 jam sekali secara oral. Hal ini tidak mudah dilakukan pasien karena frekuensi pemberian yang terlalu sering setiap hari dan berlangsung lama (Ogawa et al., 1980). Sediaan lepas lambat dapat memperpanjang interval pemberian dengan perbedaan kadar 92
maksimum dan minimum dalam plasma yang lebih kecil. Gastroretentive drug delivery system (GRDDS) merupakan sediaan lepas lambat yang dapat memperkecil frekeuensi pemberian obat. Salah satu GRDDS adalah sistem mucoadhesive, sediaan dapat terikat pada permukaan sel epitel lambung atau mukosa dan menyebabkan waktu Majalah Farmasi Indonesia, 22(2), 2011
Optimasi chitosan dan natrium……..….
tinggal obat lebih lama di tempat absorbsi (Jeon, 2007). Polimer mucoadhesive dapat dibagi menjadi dua kelas besar yaitu polimer hidrofilik dan hidrogel. Polimer hidrofilik antara lain: polivinil pirolidon (PVP), metilselulosa (MC), natrium karboksi metilselulosa (CMC Na), hidroksi propilselulosa (HPC) dan turunan selulosa yang lain. Polimer hidrogel terbagi dalam kelompok anionik (carbopol, poliakrilat dan modifikasinya), kelompok kationik (chitosan dan turunannya), dan kelompok netral (EudragitNE30D) (Semalty and Semalty, 2008). Indrawati et al, telah meneliti penggunaan CMC Na sebagai polimer mucoadhesive pada rentang 20-60%. Penggunaan bersama antara CMC Na dan chitosan belum pernah diteliti sebelumnya. Polimer mucoadhesive yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara chitosan dengan konsentrasi 510% dan CMC Na dengan konsentrasi 15-30%. Interaksi poliionik chitosan dengan anionik CMC Na dapat menurunkan konsentrasi chitosan yang dibutuhkan dalam sistem. Metode optimasi yang digunakan adalah desain faktorial sehingga dapat diketahui efek masing-masing faktor, interaksinya dan dapat ditentukan formula optimumnya (Bolton, 1997). Metodologi Bahan dan alat
Teofilin (Jilin Shulan Synthetic Pharmaceutical Co., LTD); CMC Na (Brataco Chemika); Chitosan deacetylation degree 90%, viskositas 45 cps (Biotech Surindo); kalsium fosfat di base (Brataco Chemika); Magnesium stearat (Brataco Chemika); asam klorida 0,1 N (Brataco Chemika); KCl (Brataco Chemika), lambung kelinci, dan aquadestilata. Timbangan (Adventure Ohaus), pencampur manual, alat penguji sifat alir (Pharmeq), pencetak tablet (Single Punch), alat uji kekerasan tablet (StokesMonsato Hardness Tester), alat uji kerapuhan tablet (Pharmeq Friability Tester tipe TAB), alat uji disolusi (jenis dayung Pharmeq), spektrofotometer (Hitachi 1800), papan dan push pin. Pembuatan tablet mucoadhesive teofilin
Teofilin, chitosan, natrium karboksimetilselulosa, kalsium fosfat di base dicampur selama 25 menit, magnesium stearat dicampurkan 25 menit. Campuran serbuk dikompresi menjadi tablet.
Majalah Farmasi Indonesia, 22(2), 2011
Evaluasi mutu tablet
Evaluasi mutu tablet meliputi keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, dan penetapan kadar tablet. Evaluasi keseragaman bobot dilakukan menurut Farmakope Indonesia III dengan menimbang 20 tablet, dihitung bobot rata-rata tiap tablet kemudian ditentukan penyimpangan bobot tiap tablet terhadap bobot rata-ratanya dinyatakan dalam persen. Pengujian kekerasan tablet dilakukan dengan menggunakan alat Stokes-Monsato Hardness Tester dengan 10 kali replikasi pada masing-masing formula. Kekerasan tablet ditentukan antara 4-8 kg (Lachman and Lieberman, 1994). Pengujian kerapuhan tablet dilakukan dengan alat Pharmeq Friability Tester tipe TAB dengan cara sebagai berikut: diambil sebanyak 20 tablet matrik dan dibersihkan dari serbuk yang menempel. Tablet kemudian ditimbang (W1) dan dimasukkan dalam alat uji. Alat dijalankan dengan kecepatan 25 rpm selama 4 menit, kemudian dihitung % kerapuhannya. Penentuan kerapuhan tablet matrik dilakukan dengan pengulangan sebanyak tiga kali. Penetapan kadar dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 272 nm. Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali. Kadar teofilin dalam tablet tidak kurang dari 94% dan tidak lebih dari 106% dari jumlah yang ditentukan (270 mg) (USP, 2002). Pengujian kekuatan mucoadhesive tablet
Uji menggunakan lambung kelinci segar sebanyak enam ekor yang telah dibersihkan, dilekatkan pada penyokong. Tablet diletakkan di atas jaringan lambung, diberi beban 5 gram selama 5 menit. Setelah itu tablet ditarik dengan beban bertahap (1 gram setiap penambahan), replikasi dilakukan sebanyak 6 kali untuk masing-masing formula (El-Kamel, 2002b). Pengujian matrik
pelepasan
teofilin
dari
tablet
Uji pelepasan teofilin dari tablet matrik menggunakan peralatan tipe II menurut USP XXII selama 10 jam. Sebanyak 900 mL dapar HCl pH 1,2 ± 0,05 dimasukkan dalam labu disolusi, suhu 37±0,5ºC, diaduk dengan kecepatan 50 rpm. Sampling dilakukan pada 15 menit, 30 menit, 45 menit, 1 jam, 3 jam, 5 jam, 8 jam dan 10 jam dengan mengambil 5 mL larutan media disolusi dan menggantinya dengan 5 mL larutan disolusi yang baru. Sampel disaring dan diukur serapannya pada λ 271 nm dengan spektrofotometer. Jumlah teofilin dihitung menggunakan kurva kalibrasi standar dalam dapar HCl pH 1,2.
93
Eka Deddy Irawan
Tabel I. Formula tablet mucoadhesive teofilin Bahan Teofilin Chitosan CMC Na Ca-Fosfate Mg Stearat Berat tablet
1 270 30 80 159 11 550
2 270 60 80 129 11 550
Jumlah (mg) 3 270 30 160 79 11 550
4 270 60 160 49 11 550
Tabel II . Hasil pengujian kekuatan mucoadhesive tablet matrik Formula 1 2 3 4
Kekuatan mucoadhesive ± SD (gram) 13,83 ± 0,753 19,33 ± 1,210 24,83 ± 1,722 28,67 ± 1,966
Hasil dan Pembahasan Keseragaman bobot tablet yang dihasilkan antara 552 ± 1,99 mg hingga 562 ± 6,69 mg, kekerasan tablet antara 5,80 ± 0,587 kg hingga 6,95 ± 1,117 kg dan kerapuhan kurang dari 1%. Uji kadar tablet antara 99,31%102,51% dan memenuhi persyaratan USP yaitu antara 94-106%. Hasil pengujian menunjukkan semua formula (Tabel I) memiliki kekuatan mucoadhesive (Tabel II). Kekuatan mucoadhesive formula 4 > formula 3 > formula 2 > formula 1. Jumlah CMC Na dan chitosan maksimum pada formula 4, sehingga formula 4 memiliki kekuatan mucoadhesive yang terbesar. CMC Na memiliki gugus COO-, pada suasana asam akan berada dalam bentuk molekul sehingga ikatan yang terjadi antara CMC Na dengan komponen mukosa adalah ikatan hidrogen (El-Kamel, et al., 2002a). Chitosan memiliki gugus NH2, pada suasana asam terionisasi membentuk NH3+ dan berikatan dengan komponen mukosa yang bermuatan negatif. Ikatan hidrofobik terjadi antara gugus residu pada chitosan dengan gugus asetil pada asam sialat. Ikatan hidrogen terjadi antara gugus hidrogen pada chitosan dengan senyawa penyusun mukosa lainnya (Deacon et al., 2000).
94
Gambar 1 menunjukkan bahwa pada Formula 1 terjadi pelepasan dosis awal yang besar. Penambahan CMC Na pada aras tinggi (Formula 3) dapat menahan laju pelepasan lebih tinggi dibanding Formula 1. Laju pelepasan awal Formula 3 mendekati Formula 4, akan tetapi pada menit ke-300 terjadi pelepasan yang besar pada Formula 3. Ionisasi CMC Na menyebabkan peningkatan kemampuan mengembang tablet sehingga mengakibatkan pembentukan lapisan gel (Singh, 2006). Chitosan dalam medium dapar asam menyebabkan penyumbatan pori sehingga menghambat masuknya air dan pada akhirnya terjadi difusi perlahan melalui lapisan gel (ElKamel, et al., 2002b). DE600 dari yang tertinggi hingga terendah secara berurutan adalah Formula 1, Formula 2, Formula 3 dan Formula 4 (Tabel III). Pola pelepasan yang besar disebabkan karena ketidakmampuan polimer dalam menahan pelepasan partikel obat. Tabel IV memperlihatkan bahwa semua kinetika pelepasan dari 4 formula memiliki nilai r lebih tinggi dibanding r tabel. Ini menunjukkan bahwa semua kinetika pelepasan terjadi pada semua formula. Formula 1, 2 dan 3 memiliki nilai r tertinggi pada model Higuchi, Formula 4 memiliki nilai r tertinggi pada kinetika pelepasan order nol.
Majalah Farmasi Indonesia, 22(2), 2011
Optimasi chitosan dan natrium……..….
120
% Pelepasan obat
100
80
60
Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4
40
20
0 0
100
200
300
400
500
600
700
waktu (menit)
Gambar1. Profil pelepasan teofilin dari tablet matrik F1, F2, F3 dan F4 dalam media dapar klorida pH 1,2. Tabel III. Hasil pelepasan teofilin dengan konsep DE Formula 1 2 3 4
DE600 (%) 78,62 ± 0,47 68,59 ± 0,79 61,48 ± 1,35 49,4 ± 0,89
Tabel IV. Hasil analisis kinetika pelepasan teofilin dari tablet matrik F1, F2, F3, dan F4 Formula 1 2 3 4
r tabel (n=6) r= 0,811 r= 0,811 r= 0,811 r= 0,811
Nilai r dan r2 Order nol Order satu r = 0,949 r = 0,922 r = 0,963 r = 0,934 r = 0,964 r = 0,947 r = 0,995 r = 0,968
Higuchi r = 0,986 r = 0,982 r = 0,964 r = 0,969
Tabel V. Nilai efek faktor chitosan, CMC Na dan interaksi keduanya Respon Kekuatan mucoadhesive DE
Efek faktor chitosan 4,67 -11,05
Hal ini berarti Formula 1, 2 dan 3 pelepasannya didominasi model Higuchi dan Formula 4 didominasi order nol. Hasil penelitian menunjukkan pelepasan teofilin dari matrik dikontrol oleh mekanisme erosi dan difusi. Formula 1, 2 dan 3 mekanisme pelepasannya terjadi secara difusi. Pelepasan formula 4 didominasi oleh mekanisme erosi. Pada respon kekuatan mucoadhesive, chitosan dan CMC Na memberikan efek positif
Majalah Farmasi Indonesia, 22(2), 2011
Efek faktor CMC Na 10,17 -18,16
Efek interaksi -0,83 -1,03
tetapi efek CMC Na lebih besar dibanding efek chitosan. Semakin banyak jumlah chitosan atau CMC Na maka dapat meningkatkan kekuatan mucoadhesive tablet. CMC Na memiliki efek positif 10,17 sedangkan chitosan memiliki efek positif 4,67. Interaksi antara chitosan dan CMC Na memberikan efek negatif 0,83, artinya interaksi antara chitosan dan CMC Na menurunkan kekuatan mucoadhesive. Hal ini disebabkan
95
Eka Deddy Irawan
Gambar 2 a) 3D surface b) 2D surface dari respon kekuatan mucoadhesive.
Gambar 3 a) 3D surface b) 2D surface dari respon DE.
Gambar 4 Overlay plot daerah optimum. terbentuknya ikatan elektrostatik chitosan dan CMC Na yang akan mengurangi ikatan polimer dengan mukosa lambung. (El-Kamel et al., 2002b). Pada respon efisiensi disolusi, chitosan, CMC Na, dan interaksi keduanya memberikan efek negatif, masing-masing adalah negatif 11,05; negatif 18,16; dan negatif 1,03. Nilai-nilai ini menunjukkan bahwa chitosan, CMC Na, dan
96
interaksi keduanya dapat menurunkan nilai DE yang berarti dapat menghambat laju pelepasan obat. Semakin banyak jumlah chitosan dan CMC Na maka laju pelepasannya semakin lambat dan nilai DE semakin kecil. Kemampuan menghambat laju pelepasan atau memperkecil nilai DE lebih didominasi oleh CMC Na dibandingkan chitosan atau interaksinya.
Majalah Farmasi Indonesia, 22(2), 2011
Optimasi chitosan dan natrium……..….
Pada respon efisiensi disolusi, chitosan, CMC Na, dan interaksi keduanya memberikan efek negatif. Hal ini berarti kedua polimer dan interaksinya menurunkan nilai DE yang dapat menghambat laju pelepasan obat. Gambar 2, pada kriteria respon kekuatan mucoadhesive, komposisi yang memenuhi kriteria yang diinginkan yaitu antara 25-40 gram adalah chitosan mulai aras rendah sampai tinggi, CMC Na mulai aras sedang sampai tinggi. Gambar 3, pada kriteria respon DE komposisi yang memenuhi kriteria DE yang diinginkan yaitu 43,5%-55% adalah chitosan mulai aras sedang hingga tinggi, CMC Na mulai aras sedang hingga tinggi.
Perpotongan dua daerah yang memenuhi kriteria respon ditunjukkan warna kuning sebagai daerah optimum. Jumlah chitosan yang memberikan respon optimum 8,38-10,91%. CMC Na memberikan respon optimum pada 28,84-29,09%. Kesimpulan Formula optimum ditunjukkan oleh formula yang mengandung chitosan 8,3810,91% dan natrium karboksimetilselulosa 28,84-29,09% dengan kekuatan mucoadhesive 2540 g dan jumlah obat yang dilepaskan dalam 10 jam sebanyak 43,5%-55%.
Daftar Pustaka Bolton, S. 1997. Pharmaceutical Statistic Practical and Clinical Application, 3rd Ed, 326 – 353, 591 – 601. Marcel Dekker Inc, New York. Deacon, M. P., Clive J. R., Phillip M. W., Saul J. B. T., Martyn C. D., S. S. (Bob) DAVIS and Stephen E. H 2000. Atomic Force Microscopy Of Gastric Mucin and Chitosan Mucoadhesive Systems. Biochem. J. (2000) 348, 557-563. El-Kamel, A.H., Sokar, M.S., Naggar, V.F., and Gamal, S.A . 2002a. Bioadhesive Controlled Release Metronidazol Vaginal Tablets. Acta Pharm. 52 171-179. El-Kamel, A.H., Sokar, M.S., Naggar, V.F., and Gamal, S.A. 2002b. Chitosan and Sodium AlginatBased Bioadhesive Vaginal Tablets. AAPS PharmSci 2002; 4 (4) article 44. Indrawati, T., Agoes, G., Yulinah ,E., and Cahyati, Y. 2005. Uji Daya Lekat Mukoadhesive Secara In Vitro Beberapa Eksipien Polimer Tunggal dan Kombinasinya pada Lambung dan Usus Tikus. Jurnal Matemetikan dan Sains, Vol 10 No. 2, hal 45-51. Lachman and Liberman. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri, terjemahan Edisi ketiga. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Jeon, J., 2007. Development and Formulation Of Carbomer 934P Containing Mucoadhesive Pellet By Fluid-Bed techniques. Elektronisches Dokument. urn:nbn:de:gbv:3-000012267. Ogawa, K., Tadashi, U., and Satoru T. 1980. Theophylline Sustained Release Granule. United State Patent 4261970. [27 September 2008]. Saifullah, T. N., Yandi, S., Utami, R. 2007. Profil pelepasan Propanolol HCl dari Tablet Lepas Lambat dengan Sistem Floating Menggunakan Matriks Methocel K15M. Majalah Farmasi Indonesia, 18(I), 48-55. September 2008]. Semalty, A., and Semalty, M. 2008. Mucoadhesive Polymers-A Review. Singh, B., Chakkal, S. K., and Ahuja, N. 2006. Formulation and Optimization of Controlled Release Mucoadhesive Tablets of Atenolol Using Response Surface Methodology. AAPS PharmSciTech. 2006; 7(1): Article 3. DOI: 10.1208/pt070103. The United States Pharmacopeia Convention, 2002. The Pharmacopeia Of The United States Of America 25th Revision. Washington D.C: The United States Pharmacopeia Convention Inc. *) Korespondensi : Eka Deddy Irawan Instansi : Fakultas Farmasi Universitas Jember Alamat : Jalan Kalimantan I/2 Jember 68121 email :
[email protected]
Majalah Farmasi Indonesia, 22(2), 2011
97