Desain Pembelajaran Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia Bidang Morfologi Melalui Model Investigasi Kelompok Sebagai Upaya Mengembangkan Karakter Bangsa
oleh Septina Sulistyaningrum Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang
ABSTRAK Pendidikan dapat dijadikan salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan pengembangan karakter pada mahasiswa karena pendidikan dianggap sebagai alternatif yang bersifat preventif. Salah satu alternatif dalam mengembangkan karakter bangsa melalui pembelajaran analisis kesalahan berbahasa Indonesia dalam bidang morfologi melalui model investigasi kelompok. Model investigasi kelompok merupakan pembelajaran kooperatif sehingga sesuai diterapkan dalam pembelajaran sekaligus digunakan untuk mengembangkan karakter bangsa. Hal tersebut diwujudkan dalam desain pembelajaran analisis kesalahan berbahasa Indonesia bidang morfologi. Kata kunci: pembelajaran analisis kesalahan berbahasa, investigasi kelompok, karakter,
PENDAHULUAN Permasalahan yang terkait dengan pendidikan karakter seperti: rasa nasionalisme generasi muda yang terkikis, kekerasan, kejahatan seksual, perkelahian, rasa kurang percaya diri pada generasi muda, kurang kepekaan terhadap lingkungan sekitar, kehidupan konsumtif pada masayarakat, sifat egois, dan sebagainya selalu menjadi pembahasan hangat di masyarakat. Pendidikan dijadikan salah satu
alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut karena pendidikan dianggap sebagai alternatif yang bersifat preventif karena pendidikan membangun generasi muda bangsa yang lebih baik. Oleh karena itu, proses pendidikan harus dilakukan melalui perencanaan yang baik, pendekatan yang sesuai, dan penentuan model pembelajaran yang efektif dan inovatif. Dosen diharapkan mampu membantu mahasiswa menciptakan suasana yang menyenangkan dalam pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Salah satu alternatif dalam mengembangkan karakter bangsa melalui pembelajaran analisis kesalahan berbahasa Indonesia dalam bidang mofologi melalui model investigasi kelompok. Tujuan yang ingin dicapai dengan mengembangkan karakter bangasa melalui model pembelajaran investigasi kelompok adalah adanya desain peradaban yang lebih terhormat, bermatabat, dan berbudaya serta lahirnya generasi masa depan yang, kreatif, cerdas, santun, percaya diri, peka terhadap lingkungan dan berbudi pekerti luhur. Adapun perumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana desain pembelajaran analisis kesalahan berbahasa Indonesia bidang mofologi melalui model investigasi kelompok sebagai upaya mengembangkan karakter bangsa pada mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia?
PEMBAHASAN Analisis kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur kerja. Sebagai suatu prosedur kerja, analisis, kesalahan berbahasa mempunyai langkah-langkah kerja tertentu. Langkah-langkah kerja tertentu inilah yang dinamakan metodologi analisis kesalahan berbahasa. Ellis (dalam Tarigan, 1997) menyatakan bahwa terdapat lima langkah kerja analisis bahasa, yaitu: 1) mengumpulkan sampel kesalahan, 2) mengidentifikasi kesalahan, 3) menjelaskan kesalahan, 4) mengklasifikasi kesalahan, dan 5) mengevaluasi kesalahan. Berdasarkan langkah kerja tersebut, dapat disusun pengertian analisis kesalahan berbahasa. Analisis kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur kerja biasa digunakan peneliti atau guru bahasa, yang meliputi: kegiatan mengumpulkan sampel kesalahan, mengidentifikasi kesalahan yang terdapat dalam sampel kesalahan, menjelaskan kesalahan tersebut, mengklasifikasi kesalah tersebut, dan mengevaluasi taraf keseriusan kesalahan. Kesalahan berbahasa yang terjadi dapat dikumpulkan menjadi data kesalahan berbahasa. Data kesalahan berbahasa tersebut dapat diklasifikasikan berdasarkan 1) tataran linguitik, hasil pengklasifikasian berdasarkan tataran linguistik berupa bidang fonologi, morfologi, sintaksis, sintaksis, wacana dan semantik; 2) kegiatan berbahasa, dapat diklasifikasikan menjadi kesalahan berbahasa dalam menyimak, berbicara, membaca, dan menulis; 3) jenis bahasa yang digunakan dapat berwujud kesalahan berbahasa secara lisan dan secara tulis; 4) penyebab kesalahan berbahasa dapat diklasifikasikan menjadi kesalahan berbahasa karena pengajaran dan kesalahan berbahasa karena interferensi; 5) frekuensi kesalahan berbahasa dapat diklasifikasikan atas kesalahan berbahasa paling sering, sering, sedang, kurang, dan jarang terjadi. Kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi sebagian besar barkaitan dengan bahasa tulis. Namun berkaitan juga dengan bahasa lisan apabila kesalahan tersebut dibacakan. Kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi disebabkan oleh berbagai hal. Kesalahan berbahasa bidang morfologi dapat dikelompokkan menjadi kelompok afiksasi, reduplikasi, dan gabungan kata atau kata majemuk. Model pembelajaran investigasi kelompok merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktif. Implementasi pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran diwujudkan dalam bentuk pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa. Dosen dituntut untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan kooperatif, sehingga mahasiswa bekerja sama dengan baik. Mahasiswa harus menyelesaikan tugas dengan penuh tanggung jawab, saling bekerja sama dan saling menghargai hasil pekerjaan mahasiswa yang lain. Mahasiswa secara aktif mengikuti pembelajaran dari awal sampai akhir, sedangkan peran dosen adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Berdasarkan pandangan konstruktivistik, proses pembelajaran dengan model investigasi kelompok memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada mahasiswa untuk terlibat secara langsung dan aktif dalam proses pembelajaran mulai dari perencanaan sampai cara mempelajari suatu topik melalui investigasi. Unsur-unsur Model Pembelajaran Investigasi kelompok meliputi 1) Sintakmatik, 2) Sistem Sosial, 3) Prinsip Pengelolaan/Reaksi, 4) Sistem Pendukung, 5) Dampak Instruksional dan Pengiring. Pembelajaran dengan menggunakan model investigasi kelompok diharapkan dapat mengubah peserta didik ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu, Kementerian Pendidikan Nasional telah merumuskan 18 Nilai Karakter yang akan ditanamkan dalam diri peserta didik sebagai upaya membangun karakter bangsa. Nilai-nilai karakter tersebut adalah religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan atau nasionalisme, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, senang
bersahabat atau proaktif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab, Model pembelajaran investigasi kelompok atau group investigation mengambil model yang berlaku pada masyarakat, terutama mengenai cara masyarakat dalam menentukan kesepakatan sosial. Melalui kesepakatan-kesepakatan inilah mahasiswa mempelajari pengetahuan akademis dan mereka melibatkan diri dalam pemecahan masalah sosial (Winatapura 2001 : 34). Seringkali model ini disebut sebagai metode pembelajaran kooperatif yang kompleks. Hal ini disebabkan karena model investigasi kelompok memadukan beberapa landasan pemikiran, yaitu berdasarkan pandangan konstruktivistik, democratic teaching, dan kelompok belajar kooperatif. Setiap model pembelajaran memiliki unsur-unsur sebagai beriku: 1) sintakmatik, 2) sistem sosial, 3) prinsip reaksi, 4) sistem pendukung, dan 5) dampak instruksional dan dampak pengiring. Demikian juga dengan model pembelajaran sinektik memiliki unsur-unsur tersebut. Proses pengembangan nilai karakter bangasa dapat tercermin dalam unsur-unsur tersebut. Sintakmatik Model investigasi kelompok ini memiliki enam tahapan kegiatan seperti berikut : Tahap Pertama: Mahasiswa dihadapkan dengan situasi yang problematis. Mahasiswa diberi penjelasan mengenai masih banyakknya dijumpai kesalahan berbahasa khususnya dalam bidang morfologi dalam beberapa teks nonsastra yang menggunakan bahasa Indonesia. Tahap Kedua: Mahasiswa melakukan eksplorasi sebagai respon terhadap situasi yang problematis itu. Mahasiswa mencermati berbagai teks nonsastra yang masih banyak dijumpai kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi. Tahap Ketiga: Mahasiswa merumuskan tugas-tugas belajar atau learning tasks dan mengorganisasikannya untuk membangun suatu proses pembelajaran. Mahasiswa menganalisis kesalahan-kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi tersebut dengan panduan dosen. Tahap Keempat: Mahasiswa melakukan kegiatan belajar individual dan kelompok. Kegaitan belajar tersebut tentunya berdasarkan petunjuk dari dosen. Dosen tetap melakukan pendampingan selama perkuliahan. Tahap Kelima: Mahasiswa menganalisis kemajuan dan proses yang dilakukan dalam proses penelitian kelompok itu. Mahasiswa saling menyampaikan hasil analisis yang telah dilakukan baik hasil analisis kelompok maupun individu. Mahasiswa yang lain saling menanggapi hasil tersebut. Tahap Keenam: Mahasiswa melakukan proses pengulangan kegiatan atau recycle activities. Kegiatan tersebut diulang lagi sampai mahasiswa mencapai kompetensi. Sistem Sosial Sistem sosial yang berlaku dan berlangsung dalam model ini bersifat demokratis yang ditandai oleh keputusan-keputusan yang dikembangkan dari atau setidaknya diperkuat oleh pengalaman kelompok dalam konteks masalah yang menjadi titik sentral kegiatan belajar. Hal yang disikusikan dalam kegiatan ini adalah kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi yang dijumpai mahasiswa dalam teks nonsastra maupun dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan kelompok yang terjadi sedapat mungkin bertolak dari penghargaan minimal dari dosen. Dengan
demikian suasana kelas akan terasa tak begitu terstruktur. Dosen dan mahasiswa memiliki status yang sama menghadapi masalah yang dipecahkan dengan peranan yang berbeda. Iklim kelas ditandai oleh proses interaksi yang bersifat kesepakatan atau konsensus. Prinsip Pengelolaan/Reaksi Di dalam kelas yang menerapkan model investigasi kelompok dosen lebih berperan sebagai konselor, konsultan dan pemberi kritik yang bersahabat. Dalam kerangka ini pengajar seyogyanya membimbing dan mengarahkan kelompok melalui tiga tahap: 1) Tahap pemecahan masalah, 2) Tahap pengelolaan kelas, 3) Tahap pemaknaan secara perseorangan. Sistem Pendukung Sarana pendukung yang diperlukan untuk melaksanakan model ini adalah segala sesuatu yang menyentuh kebutuhan mahasiswa untuk dapat menggali berbagai informasi yang sesuai dan diperlukan untuk melakukan poses pemecahan masalah kelompok. Buku-buku ilmu linguistik yang mereka miliki dan yang tersedia di perpustakaan diusahakan untuk cukup memiliki sumber informasi yang komprehensif. Peralatan pembelajaran seperti kertas plano, spidol, dan perekat juga diperlukan dam pembelajaran untuk memajang hasil analisis. Dampak Instruksional dan Pengiring Dampak instruksional dan pengiring dari model ini, dapat dilukiskan dalam gambar di bawah ini : Menghormati Hak Asasi Manusia dan Komitmen terhadap Keanekaragaman
Model Investigasi Kelompok
Kemerdekaan sebagai Pelajar Komitmen terhadap Penelitian Sosial
Pandangan Konstruktivis tentang Pengetahuan
Penelitian yang berdisiplin Kehangatan dan Keterikatan Antar Manusia
Proses dan Keteraturan Kelompok yang Efektif
dampak instruksional dampak pengiring Implementasi Pembelajaran Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia Bidang Morfologi A. Standar Kompetensi Memahami konsep dasar Analisis Kesalahan Berbahasa dan menganalisis kesalahan berbahasa yang terjadi pada bidang fonologi, morfologi, frasa, klausa, sintaksis, semantik, dan wacana. B. Kompetensi Dasar Mempraktikkan analisis kesalahan berbahasa Indonesia dalam bidang Morfologi C. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Menjelaskan batasan kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi 2. Menjelaskan jenis kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi 3. Melaporkan hasil analisis kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi
D. Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran investigasi kelompok, mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan analisis kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi. E. Materi Pokok 1. Batasan kesalahan berbahasa dalam pada morfologi 2. Jenis kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi 3. Hasil analisis kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi F. Metode Pembelajaran : Ceramah, Tanya jawab, Diskusi, Penugasan G.Media atau Sumber: powerpoint, Teks nonsastra, Buku-buku linguistik dan morfologi, Sumber lain yang relevan H. Bahan : kertas plano, spidol, perekat, whiteboard, LCD I. Pengaturan Kelas Pengaturan kelas yaitu mahasiswa duduk secara konvensional. Dosen berada di depan sebagai sentral. Pengaturan tersebut pada saat dosen memberi penjelasan mengenai materi perkuliahan. Penjelasan mengenai materi perkulihan bermaksud menanamkan konsep analisis kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi kepada mahasiswa. Setelah itu, mahasiswa diminta untuk berdiskusi sesuai dengan petunjuk dosen. Mahasiswa bisa duduk dengan bebas dimana saja, bahkan boleh duduk di lantai asal masih di dalam kelas atau di depan ruang kelas sehingga dosen masih bisa memantau jalannya diskusi. J. Langkah-langkah Pembelajaran No Kegiatan Pembelajaran Metode Alokasi Waktu 1. Kegiatan Awal Ceramah 15’ a. Memberikan ilustrasi problematik kesalahan berbahasa pada pengajaran bahasa(memusatkan perhatian mahasiswa). b. Menjelaskan kompetensi dasar, tujuan pembelajaran, dan materi ajar c. Menjelaskan manfaat menguasai kompetensi dasar yang akan dipelajari d. Memberikan acuan materi yang dipelajari dan pelaksanaan pembelajaran 2. Kegiatan Inti Tanya jawab 70’ a. Menjelaskan hal-hal yang berkaitan Diskusi morfologi (pengertian dan prosesede morfologi) b. Menentukan batasan kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi c. Menentukan jenis-jenis kesalahan berbahasa pada bidang morfologi d. Memberikan contoh kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi yang dijumpai di kehidupan sehari-
hari e. Membahas contoh-contoh yang dijumpai f. Mencermati teks yang terdapat kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi g. Membentuk kelompok tiap-tiap kelompok beranggotakan 4-5 mahasiswa h. Mendiskusikan kesalahan berbahasa yang terdapat pada LK I (karakter: bersahabat/komunikatif dan demokratis). Menuliskan hasil diskusi pada kertas plano yang telah disediakan oleh dosen. i. Menyampaikan hasil diskusi dengan cara presentasi, menunjukkan hasil diskusi kepada kelompok lain untuk dikoreksi dan dikomentari. (karakter: jujur dan disiplin) j. Mengerjakan LK 2 secara individu. (karakter: tanggung jawab) k. Pembahasan jawaban dalam LK 2 3. Kegiatan Akhir 15’ a. Menyimpulkan, merefleksi, dan mengevaluasi pembelajaran (konfirmasi) b. Memberikan penegasan terhadap hasil belajar c. Memberikan tugas kuliah sebagai tindak lanjut pembelajaran d. menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran pertemuan berikutnya. K. Penilaian Penilaian menggunakan instrument tes uji petik produk untuk mengukur kemampuan mahasiswa dalam menganalisis kesalah berbahasa dalam bidang morfologi. Sedangkan untuk mengetahui pengembangan nilai karakter menggunakan lembar observasi. PENUTUP Berdasarkan pembahasan masalah yang telah dipaparkan, maka sebagai simpulan dapat penulis sampaikan hal-hal berikut. Setiap model pembelajaran memiliki unsur-unsur sebagai berikut: 1) sintakmatik, 2) sistem sosial, 3) prinsip reaksi, 4) sistem pendukung, dan 5) dampak instruksional dan dampak pengiring. Demikian juga model pembelajaran investigasi kelompok. Unsur-unsur dalam model tersebut dapat digunakan untuk mengembangkan karakter. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mendesain pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) standar kompetensi, 2) kompetensi dasar, 3) indikator pembelajaran, 4) tujuan pembelajaran, 5) materi,
6) metode, 7) media, 8) bahan yang diperlukan dalam pembelajaran, 9) pengaturan kelas, 10) langkah-langkah pembelajaran, dan 11) penilaian. DAFTAR PUSTAKA Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum. 2010. Pengembangan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Harjanto. 2005. Perencanaan Pengajaran: Edisi Keempat. Jakarta: Rineka Cipta. Hernowo. 2004. Quantum Writing. Bandung: Mirzan Learning Center. Moleong, Lexy. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Rosdakarya. Pranowo. 1996. Analisis Pengajran Bahasa. Yogyakarta: UGM Press. Setyawati, Nanik. 2002. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia: Teori dan Praktik. Surakarta: Yuma Pustaka. Sudaryanto. 2001. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Tarigan, Djago dan Lilis Siti Sulistyaningsih. 1997. Analisis Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III. Tuhusetya, Sawali. 2010. Membumikan Pendidikan Karakter. http://sawali.info/2010/07/12/membumikan-pendidikan-karakter/. Winataputra, S. Udin. 2001. Model-model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Ditjen.