JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 6 No. 2, Oktober 2006 : 88 – 92
ANALISIS NET PROFIT MARGIN, TOTAL ASSETS TURN OVER DAN EQUITY MULTIPLIER DENGAN METODE COMMON SIZE TERHADAP UPAYA MENINGKATAKAN KEMAMPULABAAN. STUDI KASUS PADA PT (PERSERO) ANGKASA PURA II Oleh
Robert Pius Pardede*, Triandi* dan Egi Febriani Dosen Tetap Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan Bogor
ABSTRACT The purpose of this research is to find out the influence of net profit margin, total assets turn over, and equity multiplier to profitability. The result of research showed that finance performance of Angkasa Pura II Ltd. has not been efficient yet. Therefore, the management has need of working hard in order to be able to defend company’s ability of getting profit. The management must be aware at the increase or decrease of variables that has formed ability of profit or ROE. If one of variables comes to decrease, the management has to make the effort to increase other variables. When net profit margin decreases, the company has to make the effort to increase the value of total asset turn over by increasing the value of equity multiplier by decreasing leverage from the outside and maximizing self-funding for operational activities of the company. Keywords: Net Profit Margin, Total Asset Turn Over, Equity Multiplier, Profitability
PENDAHULUAN Dewasa ini dunia bisnis menghadapi era persaingan global yang semakin ketat. Dalam situasi ini perusahaan dituntut agar terus menerus melakukan upaya untuk mempertahankan daya saingnya. Oleh karena itu perusahaan harus dapat mencari solusi agar tetap unggul dalam menghadapi persaingan. Menyadari kondisi ini, sudah sewajarnya manajemen perusahaan lebih mempersiapkan diri guna mempersiapkan era tersebut salah satu cara bagi perusahaan dalam menghadapi persaingan tersebut adalah dengan cara peningkatan efisiensi.
Manajeman perusahaan harus terus berupaya agar terus meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi secara keseluruhan sehingga dapat terus exist ditengah-tengah persaingan bisnis yang kian ketat dan pesat. Persaingan yang terjadi tidak hanya dalam bidang operasional perusahaan misalnya kinerja perusahaan dalam menghasilkan keuntungan tetapi juga dalam hal produktivitas perusahaan seperti halnya mutu dan kualitas produk yang dihasilkan. Manajeman harus mampu menghasilkan suatu produk yang mutunya lebih baik, harga yang lebih murah serta penyerahan produksinya yang tepat waktu. Ini berarti
Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 6 No. 2, Oktober 2006
bahwa bila manajemen ingin memenangkan persaingan maka harus mencapai suatu tingkat mutu yang melebihi mutu dari produk yang sejenis. Karena dengan mutu produk, mutu tenaga kerja dan mutu distribusi yang baik maka produk tersebut dapat diterima baik dipasaran. Karena hanya perusahaan yang dapat dapat memproduksi dan menawarkan produk dengan kualitas tinggi yang bisa menjaring pasar yang kuat. Suatu perusahaan dapat exist dan berkembang apabila memiliki produk dan mutu tertentu. Bila itu semua berhasil maka perusahaan dapat memperoleh keuntungan sesuai yang diharapkan. Pada masa sekarang ini tujuan manajemen perusahaan tidak lain adalah memperoleh keuntungan/laba semaksimal mungkin. Kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan/laba dengan menggunakan modal yang tertanam didalamnya sering disebut juga kemampulabaan. Laba menjadi sangat penting untuk perusahaan karena dengan laba yang besar maka kegiatan operasional perusahaan dapat berjalan dengan lancar. Dan laba juga dapat menjadi simbol suatu perusahaan, dari laba yang diperoleh dapat menunjukan perusahaan itu sehat atau sedang menghadapi masalah. Adapun kemampulabaan suatu perusahaan dapat dilakukan dengan melihat dari hasil pengukuran yang diperoleh dari hasil net profit margin yaitu persentase laba bersih (setelah pajak) terhadap penjualan bersih, gross profit margin yaitu tingkat laba kotor terhadap penjualan bersih, operating profit margin yaitu tingkat laba usaha atau operasional terhadap penjualan bersih perusahaan, return on equity (ROE) yaitu tingkat pengembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan laba. Pihak manajemen dapat menggunakan analisa sistem DuPont, sebagai salah satu teknik analisa untuk mengukur kemampulabaan suatu perusahaan. Adapun variabel-variabel yang termasuk dalam sistem DuPont antara lain: net profit margin yaitu persentase laba bersih (setelah pajak) terhadap penjualan bersih perusahaan, total asset turn over yaitu rasio antara jumlah aktiva yang digunakan dalam operasi terhadap
jumlah penjualan yang diperoleh selama periode tersebut dan equity multiplier yaitu Perbandingan antara total asset dengan equity. Dari uraian diatas, kemampulabaan suatu perusahaan dapat dilihat dari net profit margin, total asset turn over dan equity multiplier yang diperoleh sehingga perusahaan dapat bertahan dan tumbuh menghadapi iklim usaha yang semakin penuh dengan persaingan ketat sebagai dari semakin gencarnya pengaruh globalisasi ekonomi.
METODE PENELITIAN Dengan menggunakan metode analisis common size maka diharapkan dapat diketahui hubungan antara rasio-rasio pembentuk ROE dan alternatif-alternatif apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan ROE perusahaan. Penelitian ini berdasarkan atas laporan keuangan ( Neraca dan Laporan Laba Rugi) PT (Persero) Angkasa Pura II dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2004.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Analisis Hubungan Net Profit Margin Terhadap Kemampulabaan 1. Net profit margin pada tahun 2002 mengalami penurunan sebesar 14,13% dari 44,21% pada tahun 2001 menjadi 30,08% pada tahun 2004. Penurunan ini seiring dengan penurunan common size laba bersih sebesar 14,14% dari 44,21% tahun 2001 menjadi 30,07% pada tahun 2004, sedangkan penjualan mengalami kenaikan sebesar 13,40%. Penurunan net profit margin ini memicu penurunan kemampulabaan (ROE) sebesar 4,38% dari 16,83% pada tahun 2001 menjadi 12,45% pada tahun 2002 artinya net profit margin mempunyai hubungan positif dan berbanding searah dengan kemampulabaan yang berarti apabila net profit margin naik maka kemampulabaan pun akan naik.
89
PARDEDE, TRIANDI dan FEBRIANI, Analisis Net Profit Margin, Total Assets Turn Over
mengalami penurunan sebesar 1,32%. Hal ini disebabkan oleh adanya penurunan dari indikatorindikator aktiva terutama yang paling besar penurunan terjadi pada Kas dan Setara kas. Total aseet turn over mengalami kenaikan tetapi kemampulabaan mengalami penurunan, hal ini terjadi disebabkan adanya penurunan net profit margin sebesar 7,41% dari 30,08% pada tahun 2002 menjadi 22,67% pada tahun 2003. Kenaikan total asset turn over tidak memicu kenaikan kemampulabaan walaupun keadaanya demikian tetapi hal positifnya purusahaan mampu mengelola aktivanya dengan efektif.
2. Net profit margin pada tahun 2004 tumbuh sebesar 5,17% dari 22,67% pada tahun 2003 menjadi 27,84% pada tahun 2004 seiring dengan tumbuhnya common size laba bersih sebesar 5,17% dari 22,67% pada tahun 2003 menjadi 27,84% pada tahun 2004 dan kenaikan ini juga diikuti dengan kenaikan penjualan sebesar 20,23%. Kenaikan net profit margin ini juga memicu naiknya kemampulabaan sebesar 3,46% dari 9,40% pada tahun 2003 menjadi 12,86% pada tahun 2004, yang artinya net profit margin mempunyai hubungan yang positif dan berbanding lurus dengan kemampulabaan yang apabila net profit margin naik maka akan menaikan juga kemampulabaan. 1.2 Analisis Hubungan Total Asset Turn Over terhadap Kemampulabaan 1. Total asset turn over pada tahun 2002 mengalami kenaikan sebesar 0,02 kali dari 0,34 kali pada tahun 2001 menjadi 0,36 kali pada tahun 2002. Kenaikan ini terjadi seiring kenaikan common size penjualan sebesar 13,40% dan kenaikan total aktiva sebesar 4,32%. Total asset turn over perusahaan mengalami kenaikan tetapi kemampulabaan mengalami penurunan hal ini disebabkan adanya penurunan net profit margin sebesar 14,13% dari 44,21% pada tahun 2001 menjadi 30,08% pada tahun 2002. Kenaikan total asset turn over ini tidak memicu adanya perubahan kemampulabaan. Walaupun kemampulabaan mengalami penurunan tetapi perusahaan dapat mengelola aktivanya dengan efektif. 2. Total asset turn over pada tahun 2003 mengalami kenaikan sebesar 0,01 kali dari 0,36 kali pada tahun 2002 menjadi 0,37% pada tahun 2003. Pertumbuhan penjualan pada common size juga mengalami kenaikan sebesar 7,40%, akan tetapi jumlah aktiva 90
3.
Total asset turn over pada tahun 2004 tumbuh sebesar 0,05 kali dari 0,37 kali pada tahun 2003 menjadi 0,42 kali pada tahun 2004 hal ini seiring dengan tumbuhnya common size penjualan sebesar 20,23% dan tumbuhnya total aktiva sebesar 6,50%. Kenaikan total asset turn over ini juga memicu naiknya kemampulabaan sebesar 3,47% dari 9,40% pada tahun 2003 menjadi 12,86% pada tahun 2004 yang artinya total asset turn over mempunyai hubungan yang positif dengan kemampulabaan yang apabila total asset turn over naik maka kemampulabaan akan naik.
1.3 Analisis Equity Multiplier terhadap Kemampulabaan 1. Equity multiplier pada tahun 2002 mengalami kenaikan sebesar 0,03 dari 1,12 pada tahun 2001 menjadi 1,15 pada tahun 2002. Tetapi common size total asset mengalami kenaikan sebesar 4,32% sedangkan jumlah ekuitas mengalami penurunan sebesar 2,13% dari 88,98% pada tahun 2001 menjadi 86,85% pada tahun 2002. Equity multiplier perusahaan mengalami kenaikan tetapi kemampulabaan perusahaan mengalami penurunan ini
Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 6 No. 2, Oktober 2006
kurang efisien dalam mengelola keuangannya sehingga menyebabkan laba bersih perusahaan mengalami penurunan.
berarti equity multiplier mempunyai hubungan negatif atau tidak searah. 2. Equity multiplier pada tahun 2003 mengalami penurunan sebesar 0,03 dari 1,15 pada tahun 2002 menjadi 1,12 pada tahun 2003 seiring dengan penurunan common size total aktiva sebesar 1,32% sedangkan jumlah ekuitas mengalami kenaikan sebesar 2,42% dari 86,65% pada tahun 2002 menjadi 89,27% pada tahun 2003. Penurunan equity multiplier ini mimicu penurunan ROE sebesar 3,05% dari 12,45% pada thaun 2002 menjadi 9,40% pada tahun 2003. Yang artinya equity multiplier mempunyai hubungan yang positif dan berbanding searah dengan kemampulabaan. Apabila equity multiplier naik maka kemampulabaan akan naik pula. Equity multiplier pada tahun 2004 mengalami penurunan sebesar 0,02 dari 1,12 pada tahun 2003 menjadi 1,10 pada tahun 2004 sedangkan persentase pertumbuhan common size total aktiva naik sebesar 6,50% sementara jumlah ekuitas juga mengalami kenaikan sebesar 1,31% dari 89,27% pada tahun 2003 menjadi 90,58% pada tahun 2004. Equity multiplier perusahaan mengalami penurunan tetapi kemampulabaan perusahaan mengalami kenaikan ini berarti hubungan keduanya negatif atau tidak searah.
KESIMPULAN Berdasarkan pengamatan dan penelitian yang telah dilakukan perhitungan dari data-data yang diperoleh, maka dapat diambil beberapa simpulan, yaitu antara lain: 1.
Hasil analisis net profit margin PT (Persero) Angkasa Pura II untuk 4 (empat) periode terakhir, ternyata tingkat net profit margin mengalami penerunan seperti pada tahun 2001 sebesar 44,21%, pada tahun 2002 sebesar 30,08%, pada tahun 2003 sebesar 22,67% dan tahun 2004 sebesar 27,84%. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan
2.
Hasil analisis total asset turn over PT (Persero) Angkasa Pura II untuk 4 (empat) periode terakhir, menunjukan adanya peningkatan yaitu pada tahun 2001 sebesar 0,34 kali, pada tahun 2002 sebesar 0,36 kali, pada tahun 2003 sebesar 0,37 kali, dan pada tahun 2004 sebesar 0,42 kali. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan mampu menggunakan total aktivanya secara efektif dan efisien.
3.
Hasil analisis equity multiplier PT (Persero) Angkasa Pura II untuk 4 (empat) periode terakhir menunjukan adanya peningkatan,artinya dengan adanya penurunan equity multiplier, hal ini menunjukan bahwa perusahaan mampu mengurangi leverage nya artinya perusahaan sudah mulai mengurangi penggunaan modal yang berasal dari utangan dari luar sehingga perusahaan mampu menjalankan kegiatan operasionalnya dengan menggunakan modal sendiri.
Hasl analisis kemampulabaan atau ROE (return on equity) PT (Persero) Angkasa Pura II untuk 4 (empat) periode terakhir adalah kemampulabaan yang merupakan hasil interaksi dari net profit margin, total asset turn over dan equity multiplier menunjukan kondisi yang kurang menguntungkan, hal ini dapat terlihat dari penurunan yang terjadi pada tahun 2001 kemampulabaan perusahaan sebesar 16,83%, pada tahun 2002 sebesar 12,45%, pada tahun 2003 sebesar 9,40% dan pada tahun 2004 sebesar 12,86%. Dalam mempertahankan kemampulabaan PT (Persero) Angkasa Pura II hanya pada variabel total asset turn over dan equity multiplier atau pada aktivitas penggunaan total aktiva dan struktur modalnya. Artinya jika perusahaan ingin mempertahankan kemampulabaan maka jika ada penurunan pada salah satu variabel maka harus diimbangi kenaikan variabel lain.
91
PARDEDE, TRIANDI dan FEBRIANI, Analisis Net Profit Margin, Total Assets Turn Over
DAFTAR PUSTAKA Asnawi, Said Kelana, Chandra Wijaya, 2005, Riset Keuangan, Pengujian-pengujian Empiris, PT. Gramedia, Jakarta. Gitman, Lawrence J., 2003, Principles of Managerial Finance, edisi ke sembilan, Addison Wesley, New York. Goei, Siauw Hong, Alwi, John R.,Rajendran, K.,2005, Beyond Book Value: Lessons Learned From PT Perkebunan Nusantara III in Creating Value, cetakan pertama, PT Ray Indonesia, Jakarta. Ikatan Akuntan Indonesia, 2002, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta
92
Keown, Arthur J., Scott Jr., David F., Martin, John D., Petty, J. William, 1994, Foundation of Finance, Prentice Hall, New Jersey. Ross, Stephen A., Westerfield, Randolf W., Jordan, Bradford D, 2000, Fundamental of Corporate Finance, edisi kelima, edisi standar, Irwin, Massachusetts. Sartono, R Agus, 2001, Manajemen Keuangan, edisi keempat, BPFE, Jogyakarta. Van Horne, James C, 1998, Financial Management and Policy, 11th edition, Prentice hall, New Jersey. Walsh, Ciaran, 2003, Key Management Ratios, edisi ketiga, Erlangga, Jakarta.