PRO OSES RITUA R AL SÊB BLANG G OLE EHSAR RI
Oleh: AMMY AULIA RE ENATA AN NNY N NIM: 11113 335011
TU UGAS AK KHIR PR ROGRAM M STUDI S-1 SENII TARI JU URUSAN TARI FA AKULTA AS SENI PERTUNJ P JUKAN UT SENI INDONE ESIA YOGYAKAR RTA INSTITU
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
ENAP 20 014/2015 GE
PRO OSES RITUA R AL SÊB BLANG G OLE EHSAR RI
Oleh: AMMY AULIA RE ENATA AN NNY NIM: 1111335011
Tugas Ak khir Ini D Diajukan Kepada K Dewan D Peenguji Juru usan Tarii Fakultass Seni Perrtunjukan n In nstitut Se ni Indoneesia Yogy yakarta Sebagaai Salah Satu S Syarrat Memperoleh Geelar Sarjaana Strata 1 Minat M Utam ma Pengk kajian Sen ni Tari
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
2015 5
HALAM MAN PEN NGESAH HAN
Tugas Akhhir ini telah h diterima dan disetuujui Dewan Penguji Fakultas Seni S Pertunjukan Institut Seeni Indonesiia Yogyakarrta Yogyakartta, 6 Juli 20 015
Dr. D Hendro Martono, M.Sn M Ketua/ Anggota
Dr. Bamba ang Pudjassworo, M. Hum Pembim mbing I/ Anggota
Dr. Hersappandi, SST T, MS Pembimb mbing II/ Anggota
Prof. Dr. A.M. Herrmien Kusm mayati, SST T, SU Penguuji Ahli/ Anggota
Mengetahhui Dekan Fakkultas Seni Pertunjukann
Prof. Dr. Yudiaryan ni M.A. NIP. 195660630 19870 03 2 001
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya tulis serupa yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di Perguruan Tinggi lainnya. Sejauh pengetahuan saya di dalam karya tulis ini juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dan telah disebutkan dalam daftar kepustakaan.
Yogyakarta, 6 Juli 2015
Ammy Aulia Renata Anny 1111335011
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
KATA PENGANTAR Assalamualaikum wr.wb, Doa dan puji syukur saya panjatkan kehadapan Allah SWT, atas segala limpahan barokah Nya sehingga skripsi berjudul ‘Proses Ritual Sêblang Olehsari’ ini dapat terselesaikan dengan baik, sesuai target yang diinginkan. Usai sudah menyelesaikan studi dan selangkah lagi untuk meraih gelar Sarjana Seni dalam kompetensi Pengkajian Tari, di Jurusan Tari Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Segala pengalaman, kesempatan, dan cita-cita, seakan tumbuh menjadi satu menjadi sebuah harapan untuk mencapai tingkatan yang jauh lebih baik. Tentu derasnya terpaan ombak akan menjadikan karang semakin kuat, bagaikan teguhnya sebuah pilihan untuk memutuskan menjadi seorang seniman. Berbicara soal seni seharusnya tidaklah sekedar dimaknai dengan kecerdasan raga semata, tentunya perlu diimbangi dengan kemampuan berfikir yang kritis dan tanggap akan perkembangan yang ada sehingga menjadikannya seorang seniman berintelektual tinggi bagi masa depan. Di masa kini, seni bukan hanya sebuah hiburan pemuas kebutuhan akan keindahan, karena seni di masa depan harus mampu menjadi sebuah media yang menjawab dan memeberikan solusi bagi permasalahan sosial dengan cara yang indah. Mampu memahami keadaan sekitar, menyikapi dan memberikan perenungan yang tak sekedar nikmat untuk dipandang sesaat. Tentunya pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan rasa terima kasih, atas kerjasama serta dukungan yang telah diberikan saat proses penyusunan
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
skripsi ini. Banyak pelajaran yang bisa saya petik dengan turun langsung ke lapangan dan mengenal objek kajian saya dengan lebih dekat. Tidak sekedar memenuhi tuntunan guna mendapatkan informasi, tetapi sebagai seorang peneliti hal yang paling dasar adalah mau dan mampu untuk memahami. Tentunya hal ini saya lakukan atas berbagai bekal pengetahuan, pengalaman, kritik dan saran yang didapatkan selama menempuh studi dan hanya mampu saya balas dengan tanda ucapan kasih yang tulus kepada: 1.
Allah SWT dan nabi Muhammad SAW, Tuhan dan junjungan yang selalu menuntunku.
2.
Bapak Dr. Bambang Pudjasworo, M.Hum., selaku Pembimbing I yang selalu meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan semangat, berbagi cerita, memberi wawasan dan selalu memotivasi serta selalu sabar dalam memberikan arahan demi terselesaikannya Tugas Akhir ini. Terima kasih banyak pak..
3.
Bapak Dr. Hersapandi, SST. MS, selaku Pembimbing II yang selalu meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta banyak memberikan motivasi serta dengan cermat mengoreksi setiap kata dalam skripsi saya.
4.
Ibu Bekti Budi Hastuti, SST, M. Sn, selaku dosen pembimbing studi yang selalu memberikan motivasi, memberi kasih sayang dan dukungan selama emat tahun menempuh studi di ISI Yogyakarta. Matur nuwun eyang,
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
5.
Bapak Dr. Hendro Martono, M.Sn, selaku Ketua Jurusan Tari, dan bapak Dindin Heryadi, M.Sn, selaku Sekretaris Jurusan Tari yang telah banyak membantu dalam proses Tugas Akhir.
6.
Keluarga tercinta atas dukungan moral, moril, materiil, dan spiritual yang
diberikan demi tercapainya studi ini. Papaku: Miftahul
Mubin, Mama tersayang: Kurotu Aini S.Pd, serta kedua adikku: Renita Ridha Lila dan Alfi Ranita Rahma Sari. Terima kasih atas doa yang telah kalian berikan. 7.
Ibu Dra. Budi Astuti, M.Hum, terima kasih atas kesabarannya membimbing dalam proses penulisan notasi laban.
8.
Bapak Dr. Kardi Laksono, S.Fil, M.Phil, terima kasih telah memberikan banyak pengetahuan baru lewat diskusi-diskusinya.
9.
Dr. Aris Wahyudi, terima kasih banyak atas segala diskusi dan sarannya pak.
10.
Mami Dra. Setyastuti, M.Sn, terimakaih mi.. atas kenangan empat tahun lalu karena telah mengajakku melanjutkan studi ke ISI Yogyakata.
11.
Seluruh dosen Jurusan Tari ISI Yogyakarta yang telah banyak memberikan pelajaran dan pengalaman selama menuntut ilmu di almamater tercinta ini.
12.
Keluarga saudari Su’idah di desa Olehsari, ‘terima kasih atas ceritanya’, bersedia mengisahkan pengalaman hidup dan juga pengalaman sebagai penari ritual yang handal.
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
13.
Segenap narasumber di desa Olehsari yang bersedia meluangkan waktunya untuk berbagi cerita: mbok Sri Handayani, bapak Heru SP, mas Arif Wibowo, mbah Asmah. Juga saudariku mbak Annisa Y.A di Banyuwangi, yang selalu menemani saat berkunjung ke Olehsari.
14.
Terima kasih untuk bapak Wawan, dosen STK Wilwatikta dan bapak Ikhwan dari Rogojampi.
15.
Segenap keluarga papa di Banyuwangi dan keluarga mama di Bondowoso.
16.
Terima kasih banyak mamazku Danang Sri Surya Wikunandha. Selalu bersedia meluangkan waktu, membantuku, dan selalu sabar menedengar keluh kesah serta mendukungku. Semoga segera menyelesaikan skripsinya, dan segera jadi sarjana. Terimakasih juga untuk keluarga keduaku, ayah Budi Sudjarwo, mama Sri Rina Y., serta adikku Sandy Sri Yuwana dan Dina Laksita K.P.
17.
Terimakasih untuk mas Muhammad Pamedar untuk desain panggungnya dan mas Vicky Hendri yang telah dengan senang hati memberikan video ritual Sêblang milik pribadinya kepada saya.
18.
Terimakasih keluarga Pelangi 2011, teman seangkatan terbaik yang membahagiakan. Selama empat tahun kita telah berjuang bersama untuk meraih cita menjadi sarjana. Semoga keluarga Pelangi lainnya segera menyusul.
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
19.
Teman-teman minat utama pengkajian yang telah berjuang bersama melalui segenap proses menyelesaikan tugas akhir ini, serta mamak labil Galih Prakasiwi.
20. Serta semua pihak yang mendukung terwujudnya skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, saya ucapkan banyak terimakasih. Semoga Allah selalu melindungi, Barakallah…. “hing ono uwong hang sempurno” (tidak ada orang yang sempurna), saya menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan tidak luput dari kesalahan. Dengan senang hati saya menerima kritik dan saran yang bersifat membangun, guna menyajikan karya tulis lainnya yang lebih baik di masa yang akan datang. Semoga catatan-catatan sederhana ini bermanfaat terutama bagi mereka yang ingin mengetahui tentang ritual Sêblangdi desa Olehsari, Glagah, Banyuwangi. Semoga bermanfaat, wassalamualaikum wr.wb...
Yogyakarta, 6 Juli 2015 Penulis
Ammy Aulia Renata Anny
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .................................................................. HALAMAN PENGAJUAN ........................................................ LEMBAR PENGESAHAN ........................................................ LEMBAR PERNYATAAN ........................................................ KATA PENGANTAR ................................................................. DAFTAR ISI ............................................................................... DAFTAR GAMBAR ................................................................... DAFTAR LAMPIRAN............................................................... LEMBAR RINGKASAN............................................................
i ii iii iv ix xi xii xiii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................. B. Rumusan Masalah ........................................................... C. Tujuan Penelitian ............................................................ D. Manfaat Penelitian .......................................................... E. Tinjauan Pustaka ............................................................. F. Pendekatan Penelitian...................................................... G. Metode Penelitian ........................................................... H. Sistematika Penulisan Tugas Akhir ...............................
1 6 6 6 7 10 12 15
BAB II. RITUAL SÊBLANG DI DESA OLEHSARI A. Suku Osing di desa Olehsari ........................................... B. Deskripsi Ritual Sêblang Olehsari ................................. C. Pelaku Ritual Sêblang Olehsari........................................ D. Prosesi Ritual Sêblang Olehsari....................................... 1. Tahap Kêjiman ............................................................ 2. Rapat Desa.................................................................... 3. Macaki Gênjot.............................................................. 4. Selametan..................................................................... 5. Menyiapkan Sesaji....................................................... 6. Membuat Omprok dan Merias Penari.......................... 7. Pementasan Sêblang Olehsari...................................... 8. Prosesi Idêr Bumi......................................................... 9. Prosesi Ngêlungsur....................................................... E. Ritual Sêblang Bakungan................................................. F. Prosesi Sêblang Bakungan............................................... G. Lagu Pengiring Sêblang Bakungan.................................
17 22 23 25 25 28 28 30 31 33 37 42 43 44 45 50
BAB III. ANALISIS TEKS TARI RITUAL SÊBLANG OLEHSARI A. Deskripsi Motif Gerak..................................................... 1. Motif Gerak Sapon .................................................
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
55 55
2. Motif Gerak Cèlèng Mogok ................................... 3. Motif Gerak Ndhaplang ......................................... 4. Motif Gerak Égol................................................... B. Analisis Koreografi ......................................................... 1. Analisis Bentuk Gerak ........................................... 2. Analisis Teknik Gerak............................................ 3. Analisis Gaya Gerak .............................................. 4. Analisis Jumlah Penari ........................................... 5. Analisis Jenis Kelamin dan Postur Tubuh ............. 6. Analisis Struktur Ruang ......................................... 7. Analisis Struktur Waktu ......................................... 8. Analisis Struktur Dramatik .................................... 9. Analisis Tata Teknik Pentas ................................... C. Analisis Struktur Gerak ..................................................... 1. Motif Gerak Sapon ................................................. 2. Motif Gerak Cèlèng Mogok ................................... 3. Motif Gerak Ndhaplang ......................................... 4. Motif Gerak Égol Ukel Buwang ............................ D. Notasi Laban ..................................................................... E. Lagu Pengiring Sêblang Olehsari ......................................
56 58 58 60 60 64 66 70 71 73 76 77 79 81 81 83 84 85 88 98
BAB IV. ANALISIS PROSES RITUAL SÊBLANG OLEHSARI A. Proses Ritual Menurut Victor Turner ................................ 1. Tahap Separasi ....................................................... 2. Tahap Liminalitas................................................... 3. Tahap Reagregasi ................................................... B. Proses Ritual Sêblang ........................................................ 1. Separasi .................................................................. 2. Liminalitas.............................................................. 3. Transformasi .......................................................... 4. Reagregasi .............................................................. C. Fenomena Trance dalam Ritual Sêblang Olehsari ............
114 115 116 120 122 123 125 130 139 145
BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan............................................................ B. Saran ...................................................................... GLOSARIUM.............................................................................. DAFTAR SUMBER ACUAN A. Sumber Tercetak ................................................... B. Diskografi .............................................................. C. E-Journal................................................................ D. Webtografi ............................................................. E. Narasumber ............................................................
162 164 164 164 165
LAMPIRAN .................................................................................
167
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
151 154 155
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Para Bungkil …………..…………………………………… 29
Gambar 2.
Payung Agung dan area pemain gamelan ………………….. 29
Gambar 3.
Model atap Para Bungkil…………………………………….. 30
Gambar 4.
Omprok Sêblang Bakungan……………………......…………… 34
Gambar 5.
Omprok Sêblang Olehsari……………………………………. 35
Gambar 6.
Motif batik Gajah Oling …………………………………….. 36
Gambar 7.
Kostum penari Sêblang Olehsari ……………………………. 36
Gambar 8.
Adegan Tundhikan ………………………………………….. 41
Gambar 9.
Penari bersama kedua pengudang …….....…………………... 42
Gambar 10.
Sanggar Bakungan…………………………………………… 47
Gambar 11.
Lintasan gerak penari …………………………...…………… 75
Gambar 12.
Lintasan gerakan cèlèng mogok …………………………….. 75
Gambar 13.
Skema struktur dramatik pertunjukan ………………………. 77
Gambar 14.
Sketsa panggung Sêblang Olehsari………………………….. 79
Gambar 15.
Sikap awal pada motif sapon……………………… ………... 89
Gambar 16.
Notasi laban motif sapon……………………… …………… 90
Gambar 17.
Sikap awal pada motif ndhaplang…………………………… 91
Gambar 18.
Notasi laban motif ndhaplang………………………………... 92
Gambar 19.
Sikap awal pada motif cèlèng mogok………………………… 93
Gambar 20.
Notasi laban motif cèlèng mogok….. ………………………… 94
Gambar 21.
Sikap awal pada motif égol ukel buwang…………………….. 95
Gambar 22.
Notasi laban motif égol ukel buwang………………………… 96
Gambar 23.
Notasi laban kunci jari……………………………………….. 97
Gambar 24.
Skema proses ritual Turner…………………………………… 121
Gambar 25.
Skema proses ritual Sêblang Olehsari…………………........ 144
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
DAFTAR LAMPIRAN
A. Foto Petunjukan Sêblang Olehsari…………………………………168 B. Notasi Lagu Sêblang Olehsari…………………………………… 176
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
RINGKASAN “PROSES RITUAL SÊBLANG OLEHSARI” Oleh: Ammy Aulia Renata Anny Ritual Sêblang Olehsari adalah salah satu upacara yang ada di Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur, dimana tari memiliki fungsi penting sebagai media di dalam ritualnya. Secara etimologi kata Sêblang berasal dari bahasa Osing merupakan akronim dari kata sêbêlé ilang yang artinya membuang sial, dan diperkirakan ritual ini muncul pertama kali di daerah Bakungan sekitar tahun 1770-an. Ritual Sêblang Olehsari diselenggarakan setelah hari raya Idul Fitri dan dilaksanakan selama tujuh hari berturut-turut. Prosesi diawali dari tahap kejiman, rapat desa, macaki gênjot, selamêtan, menyiapkan sesaji, membuat Omprok dan pelaksanaan ritual. Pada hari ketujuh dilakukan prosesi Idêr bumi (mengelilingi desa) dan keesokan harinya diadakan upacara Ngêlungsur atau siraman. Penelitian ini menggunakan perspektif etnokoreologi yakni sub disiplin ilmu antropologi, yang mempelajari tarian dari berbagai suku bangsa dengan pendekatan multidisplin atau interdisiplin. Perspektif etnokoreologi menekankan pada cara pandang yang bersifat emik, perspektif emik, etik dan holistik pada etnografinya, serta perspektif komparatif dalam analisisnya. Objek materialnya adalah ritual Sêblang dan proses ritual penari Sêblang sebagai subjek ritual, sedangkan objek formalnya adalah analisis proses ritual berdasarkan teori Victor Turner. Fokus dalam penelitian ini adalah mengamati dan menganalisa bagaimana proses yang dialami oleh subjek ritual selama menjalani proses ritual Sêblang Olehsari. Dasar teori yang digunakan adalah proses ritual yang dialami subjek ritual terdiri dari tahap separasi, liminalitas, dan reagregasi. Teori tersebut disimpulkan oleh Turner berdasarkan hasil analisisnya tentang ritus yang ada di Ndembu Zambia. Dalam ritual Sêblang Olehsari ini subjek mengalami proses alih wahana atau bertransformasi menjadi ‘peran yang lain’ dalam keadaan trance. Proses separasi, liminalitas, dan transformasi dalam ritual Sêblang berputar dan berjalan terus menerus tanpa terputus selama tujuh hari, kemudian diakhiri dengan ritual Ngêlungsur sebagai tahap reagregasi. Hal ini menyebabkan tahap dan skema proses ritual yang digambarkan dalam ritual Sêblang berbeda dengan apa yang disimpulkan Turner.
Kata kunci: Proses ritual, Sêblang, Separasi, Liminalitas, Transformasi, Reagregasi.
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu fungsi tari adalah sebagai media ritual, terutama pada beberapa kegiatan ritual keagamaan di Indonesia, contohnya adalah ritual Sanghyang Dedari dan Sanghyang Jaran di Bali, Tayub di Jawa Tengah, Sintren di Jawa Barat, tari Hudo oleh suku Dayak dan juga ritual Sêblang dari Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Beberapa contoh tari ritual tersebut menunjukkan bahwa, suatu ritual terbentuk berdasarkan kepercayaan dan keyakinan masyarakat terkait sistem religi yang berlaku di daerahnya masing-masing. Religi sebagai sebuah emosi keagamaan merupakan rasa kekaguman terhadap hal-hal luar biasa di luar kehidupan manusia.1 Dalam hal ini yang dimaksud dengan keagamaan tidak hanya sekedar agama formal yang ada saat ini. Objek kajian dalam penelitian ini adalah ritual Sêblang Olehsari, yakni salah satu upacara adat di desa Olehsari Kabupaten Banyuwangi. Secara etimologi kata Sêblang berasal dari bahasa Osing, merupakan akronim dari kata sebele ilang yang artinya membuang sial. Sêblang merupakan sebuah ritual sakral yang diperkirakan muncul pertama kali di daerah Bakungan sekitar tahun 1770-an.2 Sejarah tentang munculnya Sêblang yang ada di Bakungan terkait dengan sejarah Blambangan, kerajaan Macan Putih, dan perang Puputan Bayu. Lagu serta gerak tarinya secara simbolis menggambarkan tentang peristiwa-peristiwa tersebut. 1
Sumaryono. 2011. Antropologi Tari dalam Perspektif Indonesia. Yogyakarta: BP ISI Yogyakarta, 36. 2 Heru SP Saputra. 2014. Respon Orang Osing terhadap Sakralitas dan Fungsi Sosial Ritual Sêblang. Diunduh dari Journal.ui.ac.id/index.php/humanities/article/viewFile/3461/2741, pada tanggal 09/02/15, pukul 13.25 WIB.
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
1
Menurut catatan Pigeaud maupun John Scholte, untuk mengawali persiapan perang para prajurit perempuan Blambangan selalu mengadakan upacara ritual Sêblang.3 Atas dasar itulah tradisi ritual Sêblang yang ada di Bakungan diperkirakan telah ada terlebih dahulu sebelum munculnya Sêblang di desa Olehsari. Di Banyuwangi terdapat dua desa yang memiliki ritual Sêblang yakni di desa Olehsari dan Bakungan, keduanya berada di wilayah Kecamatan Glagah. Keyakinan untuk terus menyelenggarakan ritual Sêblang ini pun diwariskan kepada anak cucu hingga saat ini, karena apabila tidak dilakukan masyarakat percaya bahwa malapetaka akan datang menghampiri.4 Ritual Sêblang Bakungan diselenggarakan setiap satu tahun sekali setelah hari raya Idul Adha, dalam waktu semalam dimulai dari pukul 19.30 WIB. Ritual Sêblang Olehsari juga diselenggarakan setiap satu tahun sekali, namun pelaksanaannya setelah hari raya Idul Fitri, dan proses ritualnya berlangsung selama tujuh hari berturut-turut dimulai dari pukul 14.00 -17.30 WIB. Pada hari ketujuh dilakukan prosesi Idêr Bumi (mengelilingi desa) dan untuk mengakhiri rangkaian ritual ini pada keesokan harinya diadakan upacara ngêlungsur atau siraman. Penari sebagai mediator dalam ritual Sêblang Olehsari adalah seorang wanita muda, sedangkan mediator ritual Sêblang Bakungan adalah wanita yang sudah memasuki masa menopause. Kesamaannya adalah, kedua mediator tersebut menari dalam keadaan kesurupan atau trance, selama ritual berlangsung. Upacara 3
Hasnan Singodimajan. 2009. Ritual Adat Sêblang, Sebuah Seni Perdamaian Masyarakat Osing Banyuwangi. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi, 2. 4 Wawancara narasumber: Mbah Asmah, tanggal 14/04/2015.
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
2
penyembahan atau penghormatan di mana tubuh penari berfungsi sebagai wadah atau medium, disebut sejenis tarian shamanisme.5 Untuk menjadi seorang penari Sêblang tidaklah dilakukan secara sembarangan, karena harus ditunjuk langsung oleh roh leluhur yang merasuk ke dalam raga salah satu warga. Peristiwa kerawuhan roh leluhur ini oleh masyarakat sekitar disebut dengan kêjiman. Penentuan tanggal pelaksanaan dalam ritual Sêblang Olehsari juga harus melewati proses kêjiman terlebih dahulu, namun penyelenggaraan ritualnya harus jatuh pada hari Senin ataupun Jumat.6 Terdapat beberapa jenis kesenian tari di Banyuwangi yang penyebutannya menyertakan kata Sêblang, sebagai contoh adalah tari kreasi baru berjudul Sêblang Lukinto ciptaan bapak Sabar. Apabila diamati baik dari gerak dan strukturnya hampir serupa dengan tari Jêjêr, namun pada bagian akhir tarian itu diiringi dengan lagu Sêblang Lukinto. Lagu tersebut merupakan lagu pembuka dalam ritual Sêblang, namun dalam tarian ini diletakkan pada bagian akhir, dan hanya dinyanyikan sebait saja. Adapula babak Sêblang Subuh, yang merupakan babak terakhir dalam serangkaian pertunjukan Gandrung Térop. Bagian tersebut terdiri dari beberapa lagu yang ada dalam ritual Sêblang, sebagai ungkapan untuk memohon maaf apabila ada kekurangan dan kesalahan kepada pemilik acara yang mengundang. Beberapa perbedaan ini perlu diketahui agar nantinya tidak terjadi kesalahan dalam memahami kata Sêblang.
5
Y. Sumandiyo Hadi. 2007. Kajian Tari teks dan konteks. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 100. 6 Wawancara narasumber: Ketua panitia penyelenggara Sêblang, tanggal 2/8/14, pukul 15.00 WIB.
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
3
Tari ritual Sêblang Olehsari yang dilakukan dalam kondisi trance dengan mata terpejam ini, memiliki beberapa motif gerak. Nama motif gerak yang dilakukan oleh penari terdiri dari motif gerak sapon, ndhaplang, égol, dan cèlèng mogok.7 Keempat motif gerak tersebut dilakukan sesuai dengan tata urutan lagu yang dilantunkan oleh pesinden sebanyak 29 lagu. Lazimnya motif-motif gerak terdapat pada tarian yang telah terstruktur dan dilakukan oleh orang yang bisa menari, namun hal ini berbanding terbalik dengan penuturan penari Sêblang. “Isun iki dudu penari, rasane kaya digawa lunga nang panggenan hang apik, aduoh kono trus diajak njoged ambi buyute”,8 yang artinya “saya ini bukan penari, yang saya ingat hanya dibawa pergi berkunjung ke tempat indah yang jauh dan saya diajak menari oleh para leluhur”. Begitulah pernyataan langsung penari Sêblang, yang diwawancarai sesaat setelah menari dan sedang duduk santai di rumahnya dengan pandangan yang masih menerawang jauh entah ke mana. Berdasarkan fakta-fakta tersebut kemudian memunculkan pertanyaan, tentang bagaimanakah penari Sêblang mampu melakukan empat motif gerak tersebut dalam keadaan kesurupan dan mata terpejam? Apakah Sêblang Bakungan juga memiliki motif gerak? Bagaimana cara mereka mengingat motif gerak dan menyesuaikan dengan gending yang sedang dilantunkan? Apakah ada proses berlatih terlebih dahulu? Mengapa Sêblang di Olehsari berlangsung tujuh hari, sedangkan di Bakungan hanya semalam? Lalu bagaimana proses yang dialami pelaku untuk ‘bertransformasi’ menjadi penari Sêblang?.
7
Wawancara narasumber: Sri Handayani, pegawai desa Olehsari dan pengamat ritual Sêblang di Olehsari. Tanggal 2/8/14, pukul 11.20 WIB, di halaman rumah. 8 Wawancara narasumber: Su’idah, tanggal 8/8/14, pukul 17.45 WIB di rumah Su’idah.
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
4
Telah banyak penelitian yang mengulas ritual Sêblang ini dari berbagai perspektif, baik dari segi tata urutan ritualnya, makna dan fungsinya, estetikanya, serta analisis terhadap gerak tarinya. Ada hal yang belum secara detail diamati, yakni proses ritual yang dialami oleh penari Sêblang sebagai subjek ritual utama dalam upacara itu. Penari Sêblang disebut sebagai subjek utama dalam ritual, didasarkan pada persepsi umum masyarakat bahwa ketika penari berhasil ‘ndadi’ maka diyakini bahwa ritual ini telah diterima oleh para leluhurnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, proses merupakan runtutan perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu. Ritual merupakan suatu bentuk upacara yang berhubungan dengan beberapa kepercayaan atau agama dengan ditandai oleh sifat khusus, yang menimbulkan rasa hormat yang luhur dalam arti merupakan suatu pengalaman yang suci atau sakral.9 Kedua kata tersebut dapat diartikan sebagai suatu rangkaian perubahan peristiwa, yang terjadi dalam suatu pelaksanaan ritual. Arti kata ‘proses ritual’ sendiri menurut Victor Turner, seorang ahli dalam bidang antropologi, merupakan tahapan atau fase yang dialami oleh subjek ritual dalam suatu upacara ritual. Tidak hanya sekedar perubahan luar maupun status sosialnya saja yang diamati, melainkan perubahan batin, moral, dan kognitif yang terjadi pada subjek ritual juga tururt diamati. Ritus tidak dipandang sebagai suatu hal yang statis, akan tetapi sebagai suatu proses.10 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka dapat ditarik dua rumusan masalah yaitu: 9
Y. Sumandiyo Hadi, Op. cit., 98. Y. W. Wartaya Winangun. 1990. Masyarakat Bebas Struktur. Yogyakarta: Kanisius,
10
68.
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
5
1.
Bagaimanakah struktur teks tari Sêblang Olehsari?
2.
Bagaimanakah proses transformasi yang dialami subjek ritual selama menjalani proses ritual Sêblang Olehsari? C. Tujuan
-
Mengetahui dan mendeskripsikan tahapan dalam pelaksanaan ritual Sêblang Olehsari.
-
Menganalisis struktur teks tari Sêblang Olehsari
-
Mengetahui dan mendeskripsikan proses transformasi yang dialami subjek ritual yakni penari Sêblang dalam upacara ritual Sêblang Olehsari. D. Manfaat a. Memberikan informasi yang akurat tentang prosesi dalam ritual Sêblang, sehingga penulis dan pembaca dapat mengetahui setiap tahapan yang dilakukan segenap masyarakat Olehsari. b. Memberikan pemahaman mengenai struktur teks tari Sêblang, serta mendokumentasikannya melalui notasi laban. c. Memberikan pengetahuan tentang proses ritual yang dialami seorang penari Sêblang sebagai ‘subjek ritual’ dalam ritual ini. d. Diharapkan hasil penelitian tentang proses ritual yang terjadi pada subjek ritual ini memberi wawasan baru mengenai ritual Sêblang, yang cukup jarang dibahas oleh para peneliti lainnya.
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
6
E. Tinjauan Pustaka Fungsi tinjauan pustaka dalam penelitian ilmiah sangat diperlukan, terutama sebagai sumber acuan langsung atau tidak langsung terkait dengan kajian pokok masalah. Pustaka yang diacu dapat digunakan sebagai landasan teori atau kerangka berpikir yang digunakan untuk menganalisis permasalahan penelitian. Sebuah buku berjudul Masyarakat Bebas Struktur, Liminalitas dan Komunitas menurut teori Victor Turner, 1990, yang ditulis oleh Y.W. Wartaya Winangun. Buku ini menggunakan pendekatan studi kepustakaan, berdasarkan teori proses ritual oleh Victor Turner seorang ahli antropologi, yang disusun berdasarkan hasil penelitian lapangannya mengenai ritus yang ada di masyarakat Ndembu Zambia. Tema utama dalam buku ini adalah liminalitas dan komunitas, yang secara khusus dikembangkan dalam bukunya yang berjudul The Ritual Process, Structure and Anti structure. Dalam teori Victor Turner dijelaskan mengenai tiga tahapan yang dialami oleh subjek ritual selama menjalani proses ritual, yakni tahap pemisahan (separasi), liminalitas, dan reagregasi. Kajian Tari Teks dan Konteks, oleh Y. Sumandiyo Hadi, 2007. Buku ini digunakan digunakan untuk menganalisis teks tari yang terdapat dalam ritual Sêblang, menggunakan metode analisis koreografi yang dilihat dari aspek bentuk, teknik, dan gaya yang terdapat dalam tarian tersebut. Selain itu terdapat metode analisis struktur, analisis dramatik, analisis tata teknik pentas, analisis jumlah penari dan analisis jenis kelamin. Metode ini diacu secara langsung untuk menganalisis struktur teks tari Sêblang yang dibahas pada bab III. Motif gerak
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
7
yang ada kemudian didokumentasikan dengan teknik notasi Laban, agar dapat dengan mudah dipahami oleh peneliti lainnya. Sêblang dan Gandrung Dua Bentuk Tari Tradisi di Banyuwangi, TT, Sal Murgiyanto & A.M. Munardi. Buku ini secara lengkap mengulas tentang beragam kesenian yang berkembang dikalangan suku Osing, yakni ritual Sanyang dan Sêblang. Pembahasannya meliputi asal mula ritual Sêblang di Banyuwangi, yakni di desa Olehsari dan Bakungan. Fungsi dan peran sosial Sêblang Olehsari maupun Bakungan, terutama membahas tentang bentuk penyajiannya. Pembahasan buku ini meliputi arena yang digunakan untuk ritual Sêblang, beberapa perbedaan mengenai Sêblang Olehsari dan Bakungan, sampai tahap prosesi ritualnya. Di dalamnya juga terdapat penjelasan syair lagu, tata rias busana dan instrumen yang digunakan dalam ritual Sêblang, sehingga dapat menambah referensi mengenai ritual Sêblang. Etnokoreologi
Nusantara,
batasan
kajian,
sistematika,
dan
aplikasi
keilmuannya, 2008, editor R.M. Pramutomo. Buku ini secara lengkap membahas mengenai pengertian ethnoart atau antropologi seni sebagai sebuah sub disiplin dalam antropologi budaya. Secara khusus diamati dan dijelaskan oleh Heddy Shri Ahimsa-Putra, pada halaman 86-109. Etnokoreologi dipandang sebagai cabang dari disiplin antropologi seni, yang mempelajari tentang tari-tarian dari berbagai macam suku bangsa. Sebagai sebuah sub disiplin etnokoreologi harus memiliki dua objek yakni: objek material dan objek formal. Objek materialnya adalah keseluruhan jenis tari yang ada di berbagai suku bangsa, sedangkan objek formalnya adalah perspektif atau
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
8
paradigma yang digunakan untuk mengkaji. Sebagai suatu paradigma, etnokoreologi nusantara dapat didefinisikan sebagai kerangka pemikiran dengan asumsi, model, konsep, metode penelitian, metode analisis serta hasil analisis untuk memahami, menjelaskan dan menafsirkan tari sebagai gejala kebudayaan di Nusantara. Atas dasar itulah disiplin ini dianggap sesuai untuk mengkaji ritual Sêblang. Koreografi Etnik Jawa Timur, 2009, yang ditulis oleh Tri Broto, Bambang Sugito, Rahmat Djoko P., Setyo Yanuarti, Peni Puspito, dan Eko Wahyuni R. Buku ini membahas tentang ritual Sêblang Olehsari dan Bakungan, oleh Eko Wahyuni Rahayu pada halaman 92-106. Buku ini membahas latar belakang Sêblang Olehsari, serta mitos-mitos yang melekat di dalamnya. Dibahas pula mengenai tata cara pelaksanaan ritual Sêblang, mulai dari waktu pelaksanaan dan tempat penyelenggaraannya. Buku ini diacu penulis untuk mengamati jenis sesaji yang digunakan serta makna yang terkandung di dalamnya, sebab pembahasan pada aspek sesaji cukup detail. Ritual Adat Sêblang, sebuah seni perdamaian masyarakat Using Banyuwangi, 2009, Hasnan Singodimajan. Buku ini ditulis oleh seorang budayawan Banyuwangi, yang begitu paham dengan hal-hal seputar Sêblang. Meliputi sejarahnya, fungsi dan juga maknanya yang terkandung dalam ritual Sêblang. Buku ini banyak memuat tentang sejarah Sêblang di Banyuwangi, sehingga diacu penulis untuk menentukan periodisasinya. Sêblang Osing: Studi Tentang Ritus dan Identitas Komunitas Osing, 2003, oleh Novi Anoegrajekti. Dalam jurnal online yang dibuat oleh dosen sastra
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
9
Indonesia universitas Negeri Jember ini, menjelaskan tentang latar belakang sejarah kabupaten Banyuwangi, serta beragam kesenian yang terdapat di dalamnya. Termasuk sejarah tentang ritual Sêblang, yang menjadi sebuah ritus tahunan dan identitas bagi suku Osing. Tulisan ini memuat tentang teori Victor Turner mengenai tiga tahapan/proses ritual yang dialami subjek ritual, dari tulisan inilah diketahui adanya teori tentang proses ritual menurut Turner, sebagai perspektif tentang objek dalam tugas akhir ini. Sebuah buku psikologi berjudul Spirit Possesion and Trance, New Interdisciplinary Perspective, 2010, oleh Bettina E Schmidt and Lucy Huskinson. Buku ini membahas tentang kesurupan yang disebut possession syndrome dalam ilmu psikologi. Memberikan penjelasan tentang apa itu kesurupan dalam suatu ritual dan bagaimana terjadinya. Buku ini diacu untuk mengembangkan lebih dalam tentang pengertian kesurupan dalam suatu ritual menurut pandangan ilmu psikologi, yang diaplikasikan langsung pada fenomena trance yang dialami subjek ritual Sêblang Olehsari. Bagaimana terjadinya, mengenai apa penyebabnya, serta ciri-ciri yang dialami subjek ketika dalam keadaan trance. F. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan perspektif etnokoreologi, sudut pandang ini merupakan sub disiplin ilmu Antropologi yang mempelajari tarian dari berbagai suku bangsa dengan pendekatan multidisplin atau interdisiplin. Sebagai sebuah paradigma etnokoreologi dipandang sebagai kerangka pemikiran dengan asumsi,
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
10
model, konsep, metode penelitian, metode analisis serta hasil hasil analisis untuk menjelaskan dan menafsirkan tari sebagai gejala kebudayaan di Nusantara. 11 Dalam pengertian etnokoreologi nusantara, tarian yang dikaji adalah taritarian yang berada di wilayah nusantara. Perspektif etnokoreologi menekankan pada cara pandang yang bersifat emik, perspektif emik, etik dan holistik pada etnografinya, serta perspektif komparatif dalam analisisnya.12 Perspektif emik adalah sudut pandang pelaku yakni masyarakat yang diteliti. Perspektif etik yakni perspektif yang dimiliki peneliti, sedangkan perspektif holistik adalah di mana peneliti mampu menyajikan fenomena hal yang diteliti sebagai sebuah gejala dalam konteks kebudayaan. Ketika mencapai tahap analisis menggunakan perspektif komparatif, menunjukkan perbedaan sudut pandang yang digunakan oleh peneliti sehingga akan nampak perbedaan meskipun dengan objek yang sama. Sebagai sebuah sub disiplin etnokoreologi harus memiliki dua objek yakni: objek material dan objek formal, pada penelitian ini objek materialnya adalah upacara ritual Sêblang dan proses ritual penari Sêblang sebagai subjek ritual. Objek formalnya adalah analisis proses ritual berdasarkan teori Victor Turner. Oleh karena penelitian ini termasuk dalam penelitian antropologi, sehingga basis atau sistem yang digunakan harus mengacu pada kerangka ilmu antropologi dan disiplin ini dirasa sesuai dalam penelitian ini. Pada akhirnya penelitian etnokoreologi hendaknya menghasilkan sebuah etnografi atau catatan tentang tarian suku tersebut. 11
R. M. Pramutomo (ed). 2008. Etnokoreologi Nusantara, batasan kajian, sistematika dan aplikasi keilmuannya. Institut Seni Indonesia Surakarta: ISI Press, 104. 12 R. M. Pramutomo (ed). 2008.
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
11
Penelitian etnokoreologi merupakan pendekatan multidisiplin yakni tidak memandang objek dari satu sudut pandang saja, maka dipinjam pula ilmu psikologi guna menjelaskan tentang fenomena trance dalam ritual Sêblang Olehsari. G. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian antropologi budaya, sehingga perlu mengacu kerangka yang berlaku di dalamnya yakni menggunakan Etnokoreologi sebagai perspektif dan etnografi sebagai metodenya. Istilah etnografi sendiri berasal dari bahasa Yunani ethnos yang berarti rakyat, orang-orang, atau bangsa, dan grapho yang berarti menulis/tulisan. Ketika mengumpulkan data, perspektif yang digunakan adalah emik yakni sudut pandang masyarakat setempat. Hal ini perlu diterapkan untuk menghindari adanya kecenderungan sikap etnosentris, agar data yang dihasilkan sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan. Saat memasuki tahap penulisannya menggunakan metode etnografi dengan sudut pandang emik-etik. Hasil perspektif emik saat penelitian dikombinasikan dengan ilmu yang dimiliki peneliti. Salah satu penulisan yang sudah memenuhi persyaratan ‘etik’ adalah mendokumentasikan gerak tari tersebut ke dalam notasi Laban, sehingga dapat dipahami pula oleh peneliti lainnya. Dalam kajian tari, metode etnografi merupakan model penelitian yang sangat relevan untuk menemukan dan mendeskripsikan sistem makna budaya yang terdapat di dalam tari. Untuk menemukan sistem makna budaya tersebut, dapat dilakukan dengan mengkaji relasi antara teks koreografi dengan konteks kehidupan tari itu.
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
12
Secara perspektif holistik peneliti harus mampu menyajikan keterkaitan antara tari yang diteliti dengan gejala budaya lainnya. Seluruh konteks kehidupan tari dapat
dipahami
melalui
pembacaan
atas
sistem
nilai
budaya,
sistem
pengorganisasian tingkah laku, sistem kepercayaan, sistem mata pencaharian, dan cara pandang masyarakat terhadap kehidupan sehari-hari. Ketika memasuki tahap pembuatan teori menggunakan teknik komparatif atau melakukan perbandingan, sehingga keistimewaan sudut pandang yang digunakan dapat terlihat meskipun objek yang dikaji sama. 1. Tahap Pengumpulan Data a. Studi pustaka Studi pustaka yaitu kegiatan membaca dan mencatat buku, E-jurnal, skripsi, serta referensi bersumber dari internet yang membahas tentang ritual Sêblang. Perpustakaan yang dikunjungi untuk melengkapi data antara lain: perpustakaan ISI Yogyakarta, UGM, DISBUDPAR Banyuwangi, dan STK Wilwatikta Surabaya. b. Observasi Observasi merupakan teknik penelitian yang penting untuk mendapatkan datadata primer dan mencari kebenaran secara objektif sesuai dengan permasalahan penelitian, yakni melakukan pengamatan pertunjukan Sêblang secara langsung. Pada kesempatan ini penulis terlibat dalam pelaksanaan selamatan yang digelar malam hari sebelum esoknya ritual Sêblang dilaksanakan. Berkunjung langsung ke rumah penari untuk berbincang dan ijin mengamati lebih dekat kehidupannya sebagai pelaku upacara Sêblang.
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
13
c. Wawancara Wawancara dilakukan secara mendalam kepada para informan seperti tokoh adat, pendukung ritual Sêblang, penduduk desa sebagai pemilik upacara ritual Sêblang, dan penari Sêblang sebagai infroman utama. Informan tersebut ditetapkan berdasarkan kebutuhan data utama yang dibutuhkan dalam penelitian dan untuk mendapatkan data yang representatif dan valid. Di samping itu, penulis juga bertindak sebagai pengamat terlibat (participant observer) dengan terlibat secara langsung terhadap kegiatan keseharian si penari, agar mendapatkan data tentang proses ritual yang dialami untuk menjadi penari Sêblang. 2. Instrumen Penelitian Untuk mendapatkan data yang akurat, maka penelitian menggunakan instrumen penunjang yang dibutuhkan antara lain: buku catatan penelitian untuk mencatat semua peristiwa dan informasi penting pada saat menyaksikan pertunjukan ini. Kamera telfon genggam sebagai alat untuk mengabadikan gambar serta video selama pertunjukan berlangsung, dan alat perekam saat wawancara dengan narasumber. 3. Tahap Evaluasi dan Analisis Data Data yang sudah terkumpul dan terpilahkan kemudian dievaluasi dan dianalisis dengan menggunakan teori Turner. Evaluasi dan analisis data didasarkan pada variabel dan subvariabel tahap separasi, variabel dan subvariabel liminal dan variabel dan subvariabel dalam tahap reagregasi. Keseluruhan analisis dari tahapan ritual menurut teori Turner, diharapkan dapat menjawab tentang proses ritual penari Sêblang sebagai subjek ritual.
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
14
4. Tahap Penulisan Tugas Akhir Sistematika penulisan tugas akhir berjudul "PROSES RITUAL SÊBLANG OLEHSARI", terdiri dari lima bab dengan pembagian seperti berikut:
BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan D. Manfaat E. Tinjauan Pustaka F. Pendekatan Penelitian G. Metode Penelitian
BAB II: RITUAL SÊBLANG DI DESA OLEHSARI A. Suku Osing di Desa Olehsari B. Deskripsi Ritual Sêblang Olehsari C. Pelaku Ritual Sêblang Olehsari D. Prosesi Ritual Sêblang Olehsari E. Ritual Sêblang Bakungan F. Prosesi Ritual Sêblang Bakungan G. Lagu Pengiring Sêblang Bakungan BAB III: ANALISIS TEKS TARI SÊBLANG OLEHSARI A. Deskripsi Motif Gerak B. Analisis Koreografi C. Analisis Struktur Gerak D. Notasi Laban E. Lagu pengiring Sêblang Olehsari
BAB IV: ANALISIS PROSES RITUAL SÊBLANG OLEHSARI A. Proses Ritual Menurut Teori Victor Turner B. Proses Ritual Sêblang Olehsari C. Fenomena Trance dalam Ritual Sêblang Olehsari
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
15
BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran GLOSARIUM DAFTAR SUMBER ACUAN A. Sumber Tercetak B. Diskografi C. E-Jounal D. Webtografi E. Narasumber LAMPIRAN
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
16