1
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGUNGKAPAN SUKARELA CORPORATE GOVERNANCE DALAM LAPORAN TAHUNAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Food And Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011) Oleh
Nama Program Studi Jurusan NPM No. Hp Email Pembimbing I Pembimbing II
: Desti Aripika : S-1 Reguler : Akuntansi : 0811031004 : 085769469732 :
[email protected] : Hi. Harsono Edwin Puspita, S.E., M.Si. : Retno Yuni Nur, S.E., M.Sc., Akt.
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengungkapan sukarela corporate governance dalam laporan tahunan perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Faktor-faktor yang diuji dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, umur listing, tingkat leverage, dan profitabilitas. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling pada perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2008 – 2011. Ada 11 perusahaan yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini, dan terdapat 59 item pengungkapan untuk mendeteksi tingkat pengungkapan sukarela corporate governance. Penelitian ini menggunakan regresi berganda untuk menguji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan sukarela corporate governance. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel independen yang berpengaruh secara signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela corporate governance adalah ukuran perusahaan. Sedangkan variabel umur listing, tingkat leverage, dan profitabilitas tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengungkapan sukarela corporate governance. Kata kunci: Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, umur listing, tingkat leverage, dan profitabilitas
2
ABSTRACT
This study aims to analyze the factors that influence the level of voluntary disclosure of corporate governance in the annual report food and beverage company listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX). The factors examined in this study are firm size, age listing, the level of leverage, and profitability. Data collection in this study using purposive sampling method in companies listed in the Indonesia Stock Exchange (IDX) during the year 2008 to 2011. There are 11 companies that are used as samples in this study, and there are 59 items to detect the expression level of voluntary disclosure of corporate governance. This study uses multiple regression analysis to examine the factors that influence the level of voluntary disclosure of corporate governance. The results showed that the independent variables that significantly affect the wider voluntary disclosure of corporate governance is the size of the company. While the age variable listing, the level of leverage, and profitability showed no significant effect on the level of voluntary disclosure of corporate governance.
Keywords: Corporate Governance, Company Size, age listing, the level of leverage, and profitability
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pengungkapan sukarela corporate governance merupakan penyampaian informasi yang diberikan secara sukarela oleh perusahaan di luar pengungkapan wajib mengenai tata kelola perusahaan, untuk meningkatkan kinerja perusahaan melalui pengawasan atau pemantauan kinerja manajemen dan menjamin pertanggungjawaban manajemen kepada pihak-pihak yang berkepentingan (Prayogi, dalam Yularto 2003). Penelitian mengenai pengungkapan sukarela corporate governance ini menarik untuk dilakukan karena transparansi praktik corporate governance merupakan hal yang penting sebagai wujud
3
pertanggungjawaban manajemen (agent) kepada pemilik (principal) perusahaan dan pihak lain yang memiliki kepentingan.
Pengungkapan informasi yang terkandung dalam laporan keuangan perusahaan ditangkap oleh pihak eksternal perusahaan sebagai suatu sinyal yang dapat menggambarkan prospek perusahaan ke depan. Pihak eksternal (stakeholder), seperti investor menggunakan bantuan informasi sebagai alat analisis yang bisa menjadi dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan berinvestasi (Maines et al., 2002 dalam Yolanda 2012). Informasi tersebut bisa membantu investor dalam memprediksi tingkat resiko dan tingkat pengembalian, menilai waktu dan ketidakpastian aliran kas perusahaan sekarang dan dimasa mendatang, serta menilai dan mengawasi kinerja manajemen perusahaan. Dengan melakukan prediksi dan penilaian terhadap informasi yang diungkapkan ini, investor diharapkan dapat mengambil keputusan terbaik dalam berinvestasi. . Cadburry (2002) dalam Bhuiyan dan Biswas (2007) menyatakan bahwa pengungkapan corporate governance penting untuk dilakukan. Dengan adanya pengungkapan corporate governance yang akurat, tepat waktu, dan terbuka (transparan), maka akan menambah nilai (value) perusahaan bagi stakeholder. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi termasuk hal-hal penting bagi pengambilan keputusan pemegang saham, kreditor, dan pemangku kepentingan lainnya. Hal ini didukung dengan adanya Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM-LK Nomor KEP-134/BL/2006, Peraturan Nomor X.K.6 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan Bagi Emiten atau Perusahaan Publik
4
yang memuat ketentuan umum mengenai bentuk dan isi laporan tahunan termasuk kewajiban perusahaan publik untuk memuat uraian singkat mengenai pelaksanaan praktik tata kelola perusahaan
2. LANDASAN TEORI 2.1 Teori Keagenan Teori keagenan merupakan salah satu teori yang mendasari kualitas pengungkapan corporate governance. Jensen dan Meckling, (1976) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa teori keagenan (agency theory) muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut. Oleh sebab itu (agent) manajer sebagai pengelola, berkewajiban memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan kepada principal (pemilik). Salah satu bentuk informasi yang diberikan adalah pengungkapan informasi seperti laporan keuangan. Akan tetapi pada kenyataannya, hubungan antara pemilik (principal) dengan para (agent) manajer dapat mengarah pada kondisi ketidakseimbangan informasi (asymmetrical information).
Bhuiyan dan Biswas (2007) berpendapat bahwa tujuan yang mendasari adanya penelitian mengenai corporate governance dalam akuntansi adalah untuk menyediakan bukti sejauh mana informasi yang diberikan dalam sistem akuntansi dapat mengurangi masalah keagenan. Corporate governance menciptakan suatu sistem yang berhubungan dengan teori keagenan. Hubungan keagenan menjelaskan konflik kepentingan antara pemilik dana dan pihak manajemen,
5
namun corporate governance melihat konflik kepentingan tersebut dengan cakupan lebih tingkat yang melibatkan seluruh stakeholders perusahaan dalam melakukan pengendalian terhadap perusahaan. Di lain sisi, manajemen sebagai agent memiliki kesadaran untuk meyakinkan principal bahwa mereka telah berupaya keras mengurangi perilaku oportunistik mereka dan bekerja demi kebaikan perusahaan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menunjukkan i’tikad baik dan memberikan laporan yang komprehensif kepada principal (Kusumawati dan Riyanto, 2005).
2.2 Good Corporate Governance 2.2.1 Definisi Corporate Governance Tata kelola perusahaan (bahasa Inggris: corporate governance) secara umum merupakan rangkaian proses, kebiasaan, kebijakan, aturan, dan institusi yang mempengaruhi pengarahan, pengelolaan, serta pengontrolan suatu perusahaan atau korporasi (Fitriyani, 2001). Menurut Surat Edaran Menteri Negara Pasar Modal dan Pengawas BUMN No.S.106/M.PMP.BUMN/2000, corporate governance adalah segala hal yang berkaitan dengan pengambilan keputusan efektif yang bersumber dari budaya perusahaan, etika, nilai, sistem, proses bisnis, kebijakan, dan struktur organisasi perusahaan yang bertujuan untuk mendorong dan mendukung adanya pengembangan perusahaan, pengelolaan sumber daya dan risiko secara lebih efisien dan efektif, serta pertanggungjawaban perusahaan kepada pemegang saham dan stakeholders lainnya.
6
2.2.2 Tujuan dan Prinsip Good Corporate Governance Mulai diterapkannya prinsip good corporate governance di Negara Indonesia adalah sejak menandatangani Letter of Intent (LoI) dengan International Monetary Fund (IMF) yang salah satu bagian pentingnya adalah pencantuman jadwal perbaikan corporate governance di Indonesia (Pramono, 2011). Berdasarkan hal tersebut, pemerintah melalui Kep-10/M.EKUIN/08/1999 membentuk Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) yang berubah menjadi Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) menyusul Keputusan Menko Bidang Perekonomian Nomor: KEP/49/M.EKON/11/2004. Sejak KNKG didirikan, lembaga tersebut aktif merumuskan dan menyusun rekomendasi kebijakan nasional tentang pedoman good corporate governance yang berisi panduan mengenai tujuan serta prinsip-prinsip good corporate governance di Indonesia.
Prinsip-prinsip good corporate governance yang terdapat di KNKG (2006) adalah meliputi: 1. Transparansi (Transparency) Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.
7
2. Akuntabilitas (Accountability) Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan. 3. Responsibilitas (Responsibility) Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen. 4. Independensi (Independence) Untuk melancarkan pelaksanaan asas good corporate governance, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.
5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness) Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.
8
2.2.3 Tingkat Pengungkapan Sukarela Corporate Governance Laporan tahunan merupakan perangkat utama untuk menyampaikan informasi yang digunakan oleh manajemen kepada pihak-pihak di luar perusahaan yang mempunyai kepentingan. Laporan tahunan mengkomunikasikan kondisi keuangan dan informasi lainnya kepada pemegang saham, kreditor dan pengguna informasi lainnya. Kualitas informasi ini dapat dilihat dari sejauh mana luas pengungkapan laporan tahunan yang di buat oleh perusahaan (Rini, 2010). Pengungkapan merupakan langkah akhir dari proses akuntansi, yaitu penyajian informasi dalam bentuk seperangkat penuh statement keuangan. Kata pengungkapan (disclosure) memiliki arti tidak menutupi atau tidak menyembunyikan.
Di Indonesia pengungkapan corporate governance diatur melalui Keputusan Ketua BAPEPAM dan Lembaga Keuangan No. KEP-134/BL/2006 Peraturan X.K.6 tanggal 07 Desember 2006 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan Bagi Emiten atau Perusahaan Publik. Dalam Bab VII Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia (KNKG, 2006) mengenai pernyataan tentang penerapan pedoman good corporate governance dalam prinsip dasarnya dinyatakan bahwa: Setiap perusahaan harus membuat pernyataan tentang kesesuaian penerapan good corporate governance dengan pedoman good corporate governance ini dalam laporan tahunannya. Pernyataan tersebut harus disertai informasi penting lain yang berkaitan dengan penerapan good corporate governance. Dengan demikian, pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya, termasuk regulator, dapat menilai sejauh mana
9
pedoman good corporate governance pada perusahaan tersebut telah diterapkan.
2.3 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini adalah: Kusumawati dan Riyanto (2006) melakukan penelitian tentang faktor-faktor dalam karakteristik perusahaan dan karakteristik dewan komisaris yang mempengaruhi tingkat transparansi good corporate governance. Karakteristik Perusahaannya meliputi ukuran perusahaan, status listing, status auditor, tipe industri, dan tingkat kepemilikan dispersi. Sedangkan karakteristik dewan komisaris meliputi ukuran komisaris, keberadaan komisaris independen, pemimpin dewan komisaris independen, cross-directorship komisaris, dan crossdirectorship pemimpin dewan komisaris. Data yang digunakan adalah laporan tahunan 2001 perusahaan yang listed di BEJ. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa ukuran perusahaan, status listing, status auditor, tingkat kepemilikan dispersi, ukuran komisaris, keberadaan komisaris independen, pemimpin dewan komisaris memiliki pengaruh terhadap transparansi good corporate governance.
Bhuiyan dan Biswas (2007) melakukan penelitian mengenai pengungkapan corporate governance pada perusahaan perseroan terbatas yang terdaftar di Dhaka Stock Exchange (DSE) dengan menggunakan sampel secara acak sebanyak 155 perusahaan dan menggunakan 45 item pengungkapan yang dipertimbangkan dalam penelitian mereka. Untuk memudahkan analisisnya, maka digunakan Corporate Governance Disclosure Index (CGDI). Dalam penelitian ini,
10
pengungkapan corporate governance yang diteliti adalah dengan menggunakan karakteristik perusahaan sebagai variabel independennya. Karakteristik perusahaan terdiri dari besaran perusahaan, kepemilikan lokal, perusahaan multinasional, lembaga keuangan, umur listing perusahaan, pemberitahuan SEC, dan ukuran dewan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan lokal, pemberitahuan SEC, dan besar perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan corporate governance. Sedangkan perusahaan multinasional, lembaga keuangan, umur listing perusahaan dan ukuran dewan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan corporate governance.
2.4 Pengembangan Hipotesis 1. Ukuran Perusahaan dan Corporate Governance Pengaruh ukuran perusahaan pada pengungkapan informasi yang lebih tingkat berhubungan dengan teori keagenan. Teori keagenan menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki agency costs yang lebih besar daripada perusahaan kecil (Jensen dan Meckling, 1976). Sebagai upaya untuk mengurangi agency costs tersebut, pengungkapan informasi yang lebih tingkat mungkin akan dilakukan oleh perusahaan besar. Penjelasan lain yang juga sering diajukan adalah karena perusahaan besar memiliki sumber daya yang besar. Dengan sumber daya yang besar tersebut, perusahaan perlu dan mampu untuk membiayai penyediaan informasi untuk keperluan internal.
Almilia dan Retrinasari, (2007) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa Informasi tersebut sekaligus menjadi bahan untuk keperluan pengungkapan
11
informasi kepada pihak eksternal, sehingga tidak perlu ada tambahan biaya yang besar untuk dapat melakukan pengungkapan dengan lebih lengkap, sebaliknya perusahaan dengan sumber daya yang relatif kecil mungkin tidak memiliki informasi yang lengkap dan banyak seperti halnya perusahaan yang besar.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dibentuklah hipotesis: H1: Ukuran perusahaan berpengaruh positif pada tingkat pengungkapan Sukarela corporate governance
2. Umur Listing Perusahaan dan Corporate Governance Umur perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan dapat tetap bertahan atau eksis, mampu bersaing, dan memanfaatkan peluang bisnis dalam suatu perekonomian. Teori agensi menyatakan bahwa semakin besar suatu perusahaan, maka biaya keagenan yang muncul juga semakin besar. Untuk mengurangi biaya keagenan tersebut, perusahaan akan cenderung mengungkapkan informasi yang lebih luas. Perusahaan yang berumur telah tua memiliki pengalaman yang lebih banyak dalam publikasi laporan keuangan dan perusahaan yang memiliki pengalaman lebih banyak akan lebih mengetahui kebutuhan konstituennya akan informasi tentang perusahaan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dibentuklah hipotesis: H2: Umur listing perusahaan berpengaruh positif pada tingkat pengungkapan Sukarela corporate governance.
3. Tingkat Leverage Financial dan Corporate Governance Leverage merupakan pengukur besarnya aset yang dibiayai dengan
12
hutang. Hutang yang digunakan untuk membiayai aset berasal dari kreditor, bukan dari pemegang saham ataupun investor.Teori agensi juga digunakan untuk menjelaskan hubungan antara leverage perusahaan dengan pengungkapan laporan tahunan perusahaan. Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio leverage yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena biaya keagenan perusahaan dengan struktur modal yang seperti itu lebih tinggi Jensen dan Meckling (1976) dalam Marwata (2001). Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi mempunyai kewajiban yang lebih tinggi untuk mengungkapkan informasi, khususnya informasi keuangan dalam rangka untuk meyakinkan kreditor jangka panjang perusahaan bahwa perusahaan mempunyai sumber daya yang cukup untuk membiayai aktivitas bisnis perusahaan Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dibentuklah hipotesis: H3: Tingkat leverage berpengaruh positif pada tingkat pengungkapan Sukarela corporate governance.
4. Profitabilitas dan Corporate Governance Profitabilitas menggambarkan kinerja perusahaan atau kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Pramono (2011) menyatakan bahwa perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi lebih cenderung mengungkapkan lebih banyak informasi. Informasi ini digunakan untuk mendukung kelangsungan posisi perusahaan tersebut. Meningkatnya profitabilitas suatu perusahaan dapat disebabkan oleh meningkatnya kapasitas perusahaan atau sumber pendanaan dalam menjalankan aktivitas bisnis, sedang meningkatnya kapasitas perusahaan atau sumber pendanaan ditandai dengan meningkatnya jumlah dan ragam
13
pemangku kepentingan yang mempercayakan sebagaian hartanya untuk disertakan dalam modal perusahaan. Bertambahnya sumber pendanaan ini akan memacu perusahaan untuk meningkatkan produktivitas dan mengembangkan aktivitas perusahaan sehingga profitabilitas perusahaan akan cenderung naik. Dengan demikian, kenaikan profitabilitas akan menyebabkan kecenderungan kenaikan tingkat pengungkapan laporan informasi Corporate Governance. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dibentuklah hipotesis: H3: Profitabilitas Perusahaan berpengaruh positif pada tingkat pengungkapan Sukarela corporate governance.
3. METODE PENELITIAN 3.1 Sumber Data Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data-data tersebut adalah perusahaan food and beverage yang terdaftar di BEI tahun 2008 – 2011, diperoleh dari situs resmi Indonesian Stock Exchange (www.idx.co.id) dan ICMD (Indonesian Capital Market Directory).
3.2 Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008 – 2011. Yang mendasari pemilihan sampel perusahaan food and beverage ini adalah karen aperusahaan food and beverage merupakan salah satu subsektor dari perusahaan manufaktur yang sahamnya stabil dan tidak mudah terpengaruh oleh perubahan kondisi perekonomian, hal ini karena dalam keadaan apapun masyarakat akan tetap mengkonsumsi makanan ataupun minuman sebagai kebutuhan pokoknya,
14
alasan inilah yang mendasari pengambilan sampel perusahaan food and beverage ini (Marwata, 2001).. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, artinya populasi yang memenuhi kriteria sampel tertentu yang disesuaikan dan dikehendaki oleh peneliti.
Kriteria yang harus dipenuhi oleh sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan food and beverage yang terdaftar di BEI pada tahun 2008 hingga tahun 2011. 2.
Perusahaan mempublikasi laporan tahunan (annual report) dari tahun 2008 hingga tahun 2011 sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh BapepamLK, yaitu empat bulan dari tahun buku berakhir.
3. Perusahaan tersebut juga mengungkapkan informasi corporate governance dalam laporan tahunan
3.3 Operasional Variabel Penelitian 3.3.1 Variabel Dependen Variabel dependen atau juga dikenal variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat pengungkapan sukarela corporate governance. Tingkat pengungkapan sukarela corporate governance diukur dengan menggunakan indeks pengungkapan corporate governance pada laporan tahunan. Selanjutnya berdasarkan penelitian Bhuiyan dan Biswas (2007) dalam Rini (2010), indeks pengungkapan corporate governance pada laporan tahunan perusahaan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
15
Total skor item yang diungkapkan perusahaan IPCG = Skor maksimun yang seharusnya diungkapkan perusahaan
Adapun point-point item pengungkapan yang diungkapkan dalam penelitian ini bersumber dari Pedoman Umum Penerapan Good Corporate Governance Indonesia (KNKG, 2006) 3.3.2 Variabel Independen 1. Ukuran Perusahaan (SIZE) Ukuran perusahaan adalah ukuran besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat dilihat dari total aktiva. Ukuran perusahaan dihitung dengan natural log nilai buku total aset perusahaan (Almilia dan Retrinasari, 2006). Ukuran perusahaan = Ln Total Aset
2. Umur Listing Perusahaan (AGE) Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan metode pengukuran basis perusahaan seperti yang di lakukan peneliti terdahulu, yakni Amalia (2005). Variabel umur listing perusahaan, diukur berdasarkan selisih antara tahun 2010 dengan tahun first issue di Bursa Efek Jakarta, dengan rumus: Umur perusahaan = 2011-(tahun first issue di BEI) 3. Tingkat Leverage (DER) Tingkat leverage pada penelitian ini diukur dengan debt to equity ratio. Pramono (2011) menemukan bahwa tingkat leverage yang diukur dengan debt to equity
16
ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas pengungkapan CG. Debt to equity ratio merupakan proporsi total hutang terhadap total ekuitas. Debt to equity = Total Hutang Total Ekuitas
4
Profitabilitas (ROE)
Profitabilitas menggambarkan kinerja suatu perusahaan. Pada penelitian ini, ukuran perusahaan diproksikan dengan ROE (Return on Equity). Jensen dan Meckling (1976) menemukan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap praktik pengungkapan dalam laporan tahunan. ROE merupakan proporsi laba bersih terhadap total ekuitas. ROE= Laba Bersih
Total Ekuitas
4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Statistik Deskriptif Pada tabel 4, rata-rata tingkat pengungkapan sukarela corporate governance dari 44 sampel perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008 – 2011 adalah 0,6230, artinya bahwa selama periode penelitian rata-rata perusahaan food and beverage dalam mengungkapkan informasi perusahaan yang bersifat sukarela adalah sebesar 62,3% dari 59 item pengungkapan sukarela secara keseluruhan. Nilai deviasi standarnya adalah 13,788 %, ini menunjukkan bahwa ukuran penyebaran dari variabel tingkat pengungkapan sukarela corporate governance adalah sebesar 0,13788 dari penyebaran variabel yang sewajarnya. Untuk tingkat minimum dimiliki oleh PT
17
Mayora Indah Tbk, sebesar 0,30 dan tingkat maksimum dimiliki oleh PT Tunas Baru Lampung Tbk yaitu sebesar 0,86.
Variabel ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan natural log dari total aset yang dimiliki perusahaan. Pada tabel 4 dapat dilihat nilai minimum aset sebesar 2,01 dalam miliaran rupiah, yang dimiliki oleh PT Sekar Laut Tbk, dan nilai maksimumnya sebesar 21,55 miliar yang terdapat pada PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk. Adapun besarnya rata-rata ukuran perusahaan adalah sebesar 0,64619 atau 64% dari total keseluruhan jumlah aset. sedangkan untuk deviasi standarnya adalah 0,582928. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata penyimpangan ukuran perusahaan terhadap nilai jumlah aset yang ada adalah sebesar 58% dari total keseluruhan.
Umur listing diukur berdasarkan selisih antara tahun sampel penelitian dengan first issue di Bursa Efek Indonesia. Besarnya nilai minimum variabel umur listing sebesar 5,00 tahun yang terdapat di PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk, sedangkan nilai maksimumnya adalah sebesar 29,0 tahun yang dimiliki oleh PT Multi Bintang Indonesia Tbk. Nilai rata-rata umur perusahaan yang listed di BEI adalah sebesar 15,18% , dan besarnya deviasi standar untuk variabel umur listingnya adalah sebesar 5,431%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata penyimpangan umur listing terhadap nilai rata-rata keseluruhannya adalah 15,431.
Variabel tingkat leverage yang diukur dengan Debt to Equty Ratio pada tabel 4 memiliki nilai minimum sebesar 0,93 atau 93% yang terdapat pada PT Tiga Pilar Sejahtera, Tbk. Nilai maksimum sebesar 194,10 atau 194% yang terdapat pada PT Tunas Baru Lampung, Tbk.Nilai minimum dan maksimum tingkat leverage
18
dalam tabel 4 dinyatakan dalam rasio. Besarnya rata-rata tingkat leverage dari perusahaan food and beverage yang listed di BEI adalah sebesar 37,7734 atau 38% dari keseluruhan, sedangkan deviasi standarnya adalah sebesar 42,45406, yang menunjukkan bahwa penyimpangan dari rata-rata tingkat leverage perusahaan adalah sebesar 42%.
Profitabilitas adalah variabel yang diukur dengan rasio Return On Equity yang memiliki nilai minimum sebesar -21,0 atau -21% dari return perusahaan yang ada, nilai minimum profitabilitas ini dimiliki oleh PT Tunas Baru Lampung, Tbk. Sedangkan nilai maksimumnya adalah sebesar 28,50 atau 28% dari return yang ada, dan nilai maksimum ini dimiliki oleh PT Indofood, Tbk. Pada tabel 4 nilai rata-rata dari profitabilitas perusahaan food and beverage adalah sebesar 6,5815 atau 7% dari total keseluruhan profitabilitas yang ada. Deviasi standarnya menunjukkan nilai sebesar 9,27849, ini menunjukkan bahwa rata-rata penyimpangan dari profitabilitas perusahaan yang ada adalah sebesar 9%.
4.2 Uji Asumsi Klasik 4.2.1 Uji Normalitas Hasil uji normalitas statistik dengan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Z menunjukkan bahwa probabilitas Asymp. Sig. (2-tailed) Unstandardized Residual sebesar 0,695 lebih besar dari signifikansi 0,05 artinya bahwa nilai residual data penelitian telah terdistribusi secara normal. Sedangkan dari hasil uji normal probability plots terlihat plot menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal yang menggambarkan nilai residual atau error term
19
terdistribusi secara normal. Tabel uji uormalitas Kolmogorov-Smirnov dan Gambar hasil uji normalitas (Grafik) terlampir di lampiran 4.
4.2.2 Uji Multikolinearitas Untuk mendeteksi apakah terjadinya problem multikol dapat melihat nilai tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF). Nilai VIF yang diperkenankan adalah 10. Jika nilai VIF lebih dari 10, maka dapat dikatakan terjadi multikolinearitas, yaitu terjadi hubungan yang cukup besar antara variabelvariabel bebas, dan angka tolerance mempunyai angka >10 maka variabel tersebut tidak mempunyai masalah multikolinearitas dengan variabel bebas lainnya. Hasil uji (terlampir).
4.2.3
Uji Autokorelasi
Dari tabel hasil uji dapat diketahui D-W sebesar 2,170 dari jumlah sampel 44 dengan variabel berjumlah 4 (n = 44, k = 4) dan tingkat signifikansi 0,05. Dengan data tersebut maka batas dL = 1,3263 dan dU = 1,7200 (terlampir). 4.2.4 Uji Heteroskedastisitas Dari hasil grafik scatterplot tampak bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastis pada model regresi (terlampir).
4.3 Goodness of Fit Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari goodness of fit nya. Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila
20
nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah di mana Ho ditolak). Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauhnya kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen. Nilai R2 (koefisien determinasi) adalah antara 0 dan 1. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Nilai adjusted R2 menunjukkan nilai sebesar 0,20. Hal ini berarti bahwa 20% tingkat pengungkapan sukarela corporate governance dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel ukuran perusahaan, umur listing, tingkat leverage, dan profitabilitas. Sedangkan sisanya 80% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model yang ada ( terlampir).
4.4. Signifikansi Model Regresi (F-test)
Signifikansi model regresi ini diuji dengan melihat antara F-tabel dan F-hitung. Dari hasil analisis regresi ini. didapat F-hitung sebesar 3.691 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.012. Karena nilai probabilitasnya adalah sebesar 0.012 yang artinya lebih kecil daripada 0.05 maka model regresi penelitian ini dapat dipakai untuk memprediksi pengaruh dari tingkat pengungkapan sukarela corporate governance. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan, umur listing, tingkat leverage, dan profitabilitas secara bersama-sama mempengaruhi tingkat pengungkapan sukarela corporate governance. Atau dengan kata lain model regresi penelitian ini adalah signifikan (terlampir).
21
4.5 Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji regresi linear berganda pada tingkat keyakinan 95% dan kesalahan dalam analisis 5%. Pengujian dilakukan dengan menggunakan besarnya nilai probabilitas (p-value) masing-masing koefisien regresi variabel independen dibandingkan dengan tingkat signifikan (α). Dengan dasar keputusan berdasarkan probabilitas adalah sebagai berikut a. Jika (p-value) > 0,05 maka Ha ditolak b. Jika (p-value) < 0,05 maka Ha diterima Tabel 10. Hasil Pengujian Hipotesis
Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
.536
.065
ASSET
.011
.003
AGE
.001
DER ROE
Coefficients Beta
t
Sig. 8.243
.000
.467
3.340
.002
.004
.042
.292
.772
.001
.000
.157
1.153
.256
-.003
.002
-.204
-1.435
.159
a. Dependent Variable: IPCG
Sumber : Lampiran 4 4.4.1 H1 : Ukuran Perusahaan Berpengaruh Secara Positif Pada Tingkat Pengungkapan Sukarela Corporate Governance
Pengujian hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah variabel ukuran perusahaan, dimana dalam tabel 10 nilai signifikansi ukuran perusahaan adalah 0,002 yang menunjukkkan bahwa nilai signifikansi variabel ukuran perusahaan adalah lebih kecil dari 0,05, artinya Ha diterima dan dapat disimpulkan bahwa
22
ukuran perusahaan mempengaruhi tingkat pengungkapan sukarela corporate governance. Hal ini membuktikan secara empiris bahwa perusahaan yang berukuran lebih besar akan melakukan pengungkapan sukarela corporate governance yang lebih tinggi.
4.4.2 H2 : Umur listing Berpengaruh Secara Positif Pada Tingkat Pengungkapan Sukarela Corporate Governance Hipotesis ini menguji umur listing perusahaan pada tingkat pengungkapan sukarela corporate governance. Dari hasil pengujian model regresi pada tabel 10 diperoleh bahwa variabel umur listing positif tidak signifikan pada 0,05, yang mana nilai signifikansi umur listing adalah sebesar 0,772. Maka dapat disimpulkan bahwa umur listing tidak berpenagruh terhadap tingkat pengungkapan sukarela corporate governance. Hal ini membuktikan secara empiris bahwa perusahaan yang sudah listed lama di BEI tidak menjadi jaminan akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan yang status listed nya jauh lebih muda.
4.4.3 H3 : Tingkat leverage Berpengaruh Secara Positif Pada Tingkat Pengungkapan Sukarela Corporate Governance
Hipotesis ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh dari tingkat leverage perusahaan pada tingkat pengungkapan sukarela corporate governance. Dari hasil pengujian model regresi pada tabel 10 diperoleh bahwa variabel tingkat leverage perusahaan positif tidak signifikan pada 0,05, yang mana nilai signifikansi tingkat leverage nya adalah 0,256. Maka dapat disimpulkan bahwa
23
tingkat leverage tidak mempengaruhi tingkat pengungkapan sukarela corporate governance. Secara empiris hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi belum tentu akan melakukan pengungkapan sukarela corporate governance yang lebih tinggi juga.
4.4.4 H4 : Profitabilitas Berpengaruh Secara Positif Pada Tingkat Pengungkapan Sukarela Corporate Governance
Hipotesis ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh dari variabel profitabilitas pada tingkat pengungkapan sukarela corporate governance. Dari hasil pengujian model regresi pada tabel 10 diperoleh bahwa variabel profitabilitas positif tidak signifikan pada 0,05, dimana nilai signifikansi adalah sebesar 0,159. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan sukarela corporate governance. Hal ini membuktikan secara empiris bahwa besarnya tingkat profitabilitas suatu perusahaan tidak berarti memilki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengungkapan sukarela corporate governance.
5. SIMPULAN DAN SARAN 5.1
Simpulan
Berdasarkan pembahasan hasil analisis data yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka penulis menarik beberapa kesimpulan, yaitu 1. Hasil pengujian ini secara empiris menunjukkan bahwa dari empat variabel independen yang diuji, terdapat satu variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pengungkapan sukarela corporate governance,
24
yaitu ukuran perusahaan, sedangkan tiga variabel independen lainnya, yaitu umur listing, tingkat leverage, dan profitabilitas tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengungkapan sukarela corporate governance 2.
Nilai adjusted R2 menunjukkan nilai sebesar 0,20. Hal ini berarti bahwa 20% tingkat pengungkapan sukarela corporate governance dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel ukuran perusahaan, umur listing, tingkat leverage, dan profitabilitas. Sedangkan sisanya 80% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model regresi.
5.2 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu sebagai berikut 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengungkapan sukarela corporate governance dalam penelitian ini hanya terdiri dari empat variabel, yaitu ukuran perusahaan, umur listing, tingkat leverage, dan profitabilitas. Sementara masih banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat pengungkapan sukarela corporate governance, misalnya seperti reputasi auditor, kepemilikan manajerial, proporsi komisaris independen, dan yang lainnya. 2. Pemberian skor pengungkapan informasi laporan tahunan dinilai hanya pada skala kuantitas pengungkapan, dan tidak menilai kualitas informasi dari pengungkapan sukarela corporate governance.
25
3. Berdasarkan hasil regresi, nilai adjusted R square sebesar 20% sedangkan sisanya sebesar 80 % dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model regresi ini. Hasil ini dianggap masih terlalu kecil pengaruh variabel independennya terhadap variabel dependen. 5.3 Saran Dari hasil penelitian ini, penulis menyampaikan beberapa saran sebagai berikut 1. Bagi penelitian selanjutnya menambah atau mengganti variabel independen, mengingat banyak variabel lain yang berperan dalam mempengaruhi tingkat pengungkapan sukarela corporate governance. 2. Memperpanjang periode penelitian dengan menambah tahun pengamatan dan memperbanyak jumlah sampel untuk penelitian yang akan datang. 3. Memperbaiki instrumen penelitian dengan menambahkan item-item pengungkapan sukarela corporate governance yang belum tercakup dalam instrumen yang digunakan. 5.4 Implikasi 1. Bagi perusahaan, agar memberi perhatian yang lebih besar dalam pengungkapan corporate governance dalam laporan tahunan sehingga transparansi praktik corporate governance berpengaruh terhadap keputusan investasi. 2. Bagi lembaga regulator, agar meningkatkan kualitas standar dalam menetapkan peraturan pengungkapan corporate governance yang sudah ada mengingat minimnya tingkat transparansi praktik corporate governance pada perusahaan publik.
26
DAFTAR PUSTAKA
Almilia, Luciana Spica dan Retrinasari, Ikka. 2007. Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan dalam Laporan Tahunan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ. Proceeding Seminar Nasional Arifin. 2005. Peran Akuntan dalam Menegakkan Prinsip GCG (Tinjauan Perspektif Agency Theory). Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Ilmu Akuntansi, Universitas Diponegoro: Semarang BAPEPAM. 2006. Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan. Jakarta Bhuiyan, Md Hamid Ullah and P.K. Biswas. 2007. Corporate Governance and Reporting: An Empirical Study of The Listed Companies in Bangladesh. Journal of Business Studies, Vol. XXVIII, No. 1, www.ssrn.com Fitriani. 2001. Signifikansi Perbedaan Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Wajib dan Sukarela pada Laporan Keuangan Perusahaan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi III Fuad, Muhammad. 2006. Uji Empiris Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Disclosure Perusahaan Manufaktur di BEJ. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IBII: Jakarta Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan penerbit Universitas Diponegoro.
Jensen, M.C. and Meckling, W.H. 1976. Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, Vol. 3, pp. 305-60 KNKG. 2006. Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia. Jakarta
Kusumawati, Dwi Novi. dan Riyanto, Bambang LS. 2005. Corporate Governance Dan Kinerja: Analisis Pengaruh Compliance Reporting dan Struktur Dewan Terhadap Kinerja. Simposium Nasional Akuntansi VII
27
Kusumawati, Dwi Novi. 2007. Profitability and Corporate Governance Disclosure: An Indonesian Study. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 10, No. 2, Hal. 131-146 Marpaung, Anggita Zoraya. 2009. Analisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Sosial (Social Disclosure) Dalam Laporan Keuangan Tahunan. Universitas Sumatera Utara Marwata. 2001. Hubungan Antara Karakteristik Perusahaan dan Kualitas Ungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan Publik di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi IV, Hal. 155-173 Nofianti, Leny. 2009. Penerapan Good Corporate Governance (GCG) di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 14 No.2, Hal 211 – 233 Universitas Lampung Oktafia, Yufenti.2009. Pengaruh Good Corporate Governance (GCG) terhadap manajemen laba. Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya.
Pramono, Ferry Adriawan. 2011. Analisis pengaruh karakteristik perusahaan terhadap kualitas pengungkapan corporate governance pada laporan tahunan Pada Perusahan LQ-45. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Rini, Amilia Kartika. 2010. Analisis Luas Pengungkapan Corporate Governance Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Publik di Indonesia. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Singgih, Susanto. 2007. “Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 15”, PT Elex Media Komputindo: Jakarta Yularto, P.A. dan A. Chariri. 2003. Analisis Perbandingan Luas Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan yang Terdaftar di BEJ Sebelum Krisis dan pada Periode Krisis. Jurnal Maksi, Vol. 2, Hal. 1-21