Pengaruh Lebar Data (Byte) dan Laju Data ..........................Budi Basuki Subagio
PENGARUH LEBAR DATA (BYTE) DAN LAJU DATA PADA PENGIRIMAN DATA SINKRON DAN ASINKRON
Oleh: Budi Basuki Subagio
StafPengajar Jurusan Teknik Elektro Potiteknik Negeri Semarang
JI. Prof.H. Soedarto,S.H. Tembalang Semarang 50275
Abstrak DaJam sistem komuni/casi data. umumnya data dikirimkan diantora dua terminal (node) dengan
panjang data yang tetap, dengan tipikal data 8 bit (byte) alau karaJaer. Karalcter atau byte tersebut
dikirimkan secara serial(streaming bit) meloJui sebuah saluran tunggal. Metode yang digunakan
dalam pengiriman data dikenaJ dengan metode sinkron dan asinkron. Kedua metode pengiriman data
ini memli/iki persyaratan pengiriman yang spesijik. bail bentuk format paket datanya maupun
sinkronisasinya Lebar data (byte) yang dikirimkan sangat menentukan panjang paket karena adanya
penambahan bit-bit yang digunakan sebagai sinkronisasi. Setiap pengiriman data memerlulan laju
data (bit tiap detil) untul mengirimkan poket datanya. Lebar data alan menentukan jumlah bit daJam
paleet data. yang menyebabkan efelctif atau tidaknya pengiriman. HoJ itu dilcarenalcan sifat format data
paketnya yang sangat ditentulan oleh jumlah data yang dikirim. Sedangkan laju data alan menentukan
seberapa besar pengaruh pada penerimaan data. lcarena bentuk sinkronisasi yang digunakan pada
kedua metode pengirman data terse but.
Kata KUDCi: lebar data. laju data,sinkronisasi, sinkron, asinkron
1. Pendahuluan Menentukan suatu metode dalam pengiriman data pada umurnnya harus memperhatikan seberapa besar data tersebut akan dikirim dan seberapa besar laju data yang digunakan. Sedikit dan banyaknya data sangat menentukan efektivitas pengiriman data dan rendah tingginya laju data sangat berpengaruh pada kualitas penerimaan data. Kedua kondisi ini sangat berpengaruh terhadap metode yang digunakan pada pengiriman data tersebut. Secara umum pengiriman data menggunakan mode serial, dimana data dikirimkan bit tiap bit dalam suatu paket data, dari satu terminal ke terminal lainnya melalui suatu media traosmisi (saluran tunggal). Untuk dapat mengirimkan bit-bit tersebut dibutuhkan laju data yang akan membangkitkan setiap data bit yang berada pada register komputer untuk dapat dilewatkan atau dikirimkan pada media transmisi. Terminal pengirim yang lazim digunakan disebut dengan TxD (transmit data) dan disisi penerim~ data akan diterima pada terminal RxD (Receive data).
30
Konsep komunikasi data serial sebenamya hanya merujuk pada dua terminal dan satu ground bersama. Kedua terminal tersebut adalah TxD dan RxD. Setiap data yang dikirim dari satu terminal akan diterima pada terminal lainny~ begitu juga sebaliknya. Sehingga dapat digambarkan bentuk komunikasinya seperti ditunjukkan pada gambar 1.
~_-I
God
Tld)
God
Gambar 1. Komunikasi serial Mode transmisi serial memiliki dua metode pengiriman da~ yaitu transmisi sinkron dan asinkron.
2. Tinjauan teo:r i mode transmisi serial Mode transmisi seria'i membutuhkan teknik khusus sebelum data-data dikirimkan. Teknik tersebut adalah mengubah dari data paralel
aRgJIPJ( Vol.6 No.1 Maret 2010: 30 - 37
yang terdapat pada sistem komputer ke bentuk serial transmisi. Untuk itu dibutuhkan sebuah shift register dari sistem pararlel ke siste~ ~?a1.. Perangkat yang mendukung teknlk ml dlsebut dengan register PISO (Parallel in Serial out). Di sisi penerima agar data-data yang diterima dari sistem serial dapat diproses oleh sistem komputer, maka hams disediakan perangkat register SIPO (Serial in Parallel out). Gambar 2 memperJihatkan bagaimana teknik tersebut diterapkan pada mode transmisi serial.
( Parallevscriall converter Gambar 2. Mode transmisi serial (@TheMcGraw-HillCompanies, Inc.,1998)
Selain perangkat konversi tersebut di atas, pada transmisi serial (penerima) dibutuhkan suatu sistem yang dapat mengkodekan dan menterjemahkan pola atau susunan bit secara benar dan harus mampu uotuk mendeteksi: • Awal dari masing-masing sel bit • Awal dan akhir dari tiap segmen (karakter atau byte) • Awal dan akhir dari tiap blok pesan secara lengkap (frame). Ketiga hal tersebut dikenal sebagai sinkronisasi bit atau sinkronisasi clock, sinkronisasi karakter atau byte dan sinkronisasi blok atau frame. Pada umumnya sinkronisasi dilakukan dengan salah satu cara dari dua cara yang biasa digunakan dalam teknik pengiriman data serial, yaitu serial sinkron atau asinkron. Dengan trasnmisi asinkron, tiap-tiap karakter mempertahankan kebebasan sinkronisasi clock atau sinkronisasi karakter dan pada penerima dilakukan sinkronisasi kembali pada awal tiap-tiap karakter yang diterima. Demikian halnya dengan transmisi sinkron, frame/ blok lengkap dari sejumlah karakter yang dikirimkan sebagai bit string yang acak
dan penerima harus mampu menjaga dalam keadaan sinkron dengan susunan bit incoming sarnpai diperoleh frame/ blok lengkap. (Sarono W,2008:II-27 - 28) 2.1. Transmisi Asinkron Metode transmisi asinkron terutama digunakan pada pengiriman karakter tunggal dan ketika karakter yang dikirimkan dibangkitkan secara acakl bebas. Sebagai contoh bagaimana tombol papan ketik digunakan untuk membangkitkan sebuah karakter yang bebas waktu pengetikannya. Jelasnya dengan metode komunikasi ini, kecepatan pemakai uotuk tiap karakter tidak dapat ditentukan, dengan kemungkinan ~anjang interval waktu yang acak anatar tiap ttap karakter yang diketikkan. Ini berarti bahwa sinyal pada saluran transmisi akan dalam kondisi kosong (idle) untuk interval waktu tertentu sesuai dengan berapa lama pengiriman yang dilakukan antara satu karakter dengan karakter lainnya. Dengan keadaan ini, maka penerima perlu ~ensinkronkan kembali pada awal dari tiap tlap karakter baru yang diterima. Untuk menyelesaikan masalah ini, maka tiap karakter atau byte yang ditransmisikan dilakukan pengkapsulan/ format dengan penambahan sebuah bit yang berfungsi sebagai bit start sebagai sinkronisasi awal adanya karakter, dan satu atau lebih bit stop yang dipakai untuk sinkronisasi akhir karakter. Format tersebut seperti ditunjukkan pada gambar 3. (Sarono W, 2008:11-29)
I 1"\"' 10, 10, lo, jo,lo,lo,l\jJ
!
I<
Bit-bit kankIeF
)
Stilt bit
Stop
bit
Gambar 3. Format Data Asinkron Selain yang utama digunakan untuk mentransmisikan karakter tunggal, transmisi
31
Pengaruh Lebar Data (Byte) dan Laju Data ..........................Budi Basuki Subagio
asinkron juga dapat digunakan uotuk pengiriman blok karakter antar dua komputer. Susunan blok datanya tetap mengikuti aturan format asinron, yaitu setiap karakter harus dibungkus dengan start bit dan stop bit. Blok yang berisi sejumlah karakter tersebut tidak terdapat delai diantara karakter-karakter tersebut.
Lebih jelasnya format transmisi sinkron ditunjukkan seperti pada gambar 4.
SYN
STX
Frames Cootent
ETX
(brUter
Format asinkron seperti pada gam bar 3 digunakan sebagai sinkronisasi perangkat penerima, yaitu posisi bit start dan bit stop yang membungkus bit-bit karakter terse but. Dalam keadaan tidak ada transmisi data, saluran dalam kondisi kosong (idle). Ketika terjadi perubahan dari level 1 ke level 0 (ditandai dengan adanya bit start, maka kondisi awal ini dipakai untuk sinkronisasi karakter pada penerima. Pada waktu yang bersamaan juga sinkronisasi clock bekerja untuk melakukan sampling pusat sel bit. Sinkronisasi clock tetap bekerja sampai semua bit-bit karakter tersampling dengan baik. Pada saat pembacaan bit-bit stop, sinkronisasi akhir dari karakter akan mendeteksi dan menyatakan bahwa karakter telah terbacal tersampling, dan penerimaan bit-bit karakter telah selesai terdeteksi. Ini menunjukkan bahwa proses penerimaan karakter telah selesai. Kondisi selanjutnya, pada saluran transmisi kern bali ke posisi idle selama tidak ada pengiriman karakter.
Sinkronisasj)
Gambar 4. Transmisi Sinkron Bentuk sinkronisasi pada transmisi sinkron adalah: • Aliran bit yang ditransmisikan dikodekan sehingga penerima dapat menjaga bit dalam keadaan sinkron • Susunan frame didahului dengan karakter sinkronisasi (SYN) • Frame of characters yang dikirimlan didahului dengan karakter STX (Start of Text) dan diakhiri dengan karakter ETX (End ofText). Pada kasus transmisi sinkron, selama periode antara transmisi dari urutan frame, karakter SYN ditransmisikan seterusnya untuk mengijinkan penerima untuk mencapai sinkronisasi bit atau byte. (Sarono W,2008:II-30) 2.3. Sinkronisasi
2.2. Transmisi Sinkron Transmisi Sinron adalah teknik transmisi yang umumnya dipakai untuk mengirimkan jumlah blok data yang besar. Sebab dalam tidak dilakukan transmisi sinkron, penambahan bit pada karakter-karakter yang dikrimkan, sehingga tidak membebani dalam pengiriman data. Blok data pada transmisi sinkron bersifat deretan karakter murni tanpa delay, dan hanya dilakukan penambahan karakter pembuka dan karakter penutup serta penambahan karakter sinkronisasi. Penambahan karakter-karakter tersebut 'bersifat tetap. Berapapun jumlab karakter dalam blok yang akan dikirimkan tidak mengubah jumlah karakter pembungkusnya.
32
Sinkronisasi dalam transmisi data serial adalah suatu teknik yang digunakan untuk melakukan kesesuaianlkeselarasan antara pengirim data dan penerima data sehingga setiap data yang dikirim dapat diterima dengan benar. Untuk dapat melakukan sinkronisasi, maka dalam transmisi data serial diatur bentuk format paket datanya, clock pengirm dan penerima, perhitungan pengambilan sampel bit data. 2.3.1. Sinkronisasi Transmisi Asinkron a. Sinkronisasi bit Dalam transmisi asinkron, clock penerima bekerja secara asinkron dengan
OCJ?!j3ITJ( Vo1.6 No.1 Maret 2010 : 30 - 37
sedekat mungkin pada pusat sel bit Untuk melakukan hal ito, digunakan clock lokal penerima yang memiliki N kali kecepatan bit pengirim. Tiap bit baru digeser ke dalam SIPO setelah N siklus dari clock tersebut. Perubahan pertama dari posisi 1 ke 0 (idle ke posisi start bit) digunakan pertama kali untuk melakukan perhitungan. Tiap bit termasuk bit start disampel mendekati pusat cell bit. Setelah perubahan pertama dideteksi, sinyal (bit start) disampel setelah N/2 siklus clock dan kemudian proses sampel dilakukan N siklus clock untuk tiap bit pada karakter. Proses perubahan bentuk paralel ke serial dan transmisi antar keduanya digambarkan sepeti pada gambar 5. Sedangkan proses pengambilan sampel dari bit-bit karakter yang diterima diperangkat penerima seperti ditunjukkan pada gambar 6. (Halsall, Fred, 1993:85-86)
dapat dimana saja dalam sildus tunggal dari clock penerima. Hal ini menunjukkan posisi yang berubah-ubah.
h. Sinkronisasi karakter Sinkronisasi karakter ditujukan untuk menghitung jumlah bit setelah proses sinkronasi clock pada awal karakter yang telah dilakukan melalui pendeteksian start bit. Seteah dilakukan pengitungan hasil dari penyampelan bit, selanjutnya menempatkan bit-bit tersebut pada register penyangga (buffer register) lokal dan sinyal pengontrol akan mengatur peralatan pengontrol bahwa sebuah karakter baru telah diterima. Kemudian menantikan sinyal saluran berikutnya yang menandakan sebuah bit start baru telah diterima.
c. Sinkronisasi frame
Gambar 5. Prinsip operasi asinkron
Ketika blok karakter dikirimkan, penerima akan mendeteksi atau melakukan sinkronisasi frame melalui karakter sinkronisasi yang disertakan pada blok karakter tersebut. Sinkronisasi frame bertugas untuk melakukan proses sinkronisasi terhadap frame yang diterima melalui karakter awal frame dan akhir frame. Dengan demikian ketika karakter awal frame terdeteksi, maka setelah karakter sinkronisasi tersebut menunjuk pada blok karakter yang harus dideteksi melalui sinkronisasi clock dan karakter. Pada bagian akhir frame dapat dideteksi dengan adanya karakter penutup frame, maka proses penerimaan frame telah berakhir. Dengan format frame yang diawali dengan karakter STX dan diakhiri dengan karakter ETX, maka fungsi pengontrolan pada proses sinkronisasi frame akan dapat dilakukan dengan mudah.
2.3.2. Sinkronisasi Transmisi Sinkron
Gambar 6. pengambilan sel-bit Mengingat bahwa clock penerima RxC bekerja tidak sinkron terhadap sinyal incoming RxD, posisi reklatif dari dua sinyal
Dalam transmisi sinkron diperlukan sinkronisasi bit untuk menentukan proses sinkronisasi di penerima. Tetapi model sinkronisasi yang dilakukan pada transmisi sinkron tidak didasarkan pada pendeteksian bit start dan bit stop namun lebih kepada 33
Pengaruh Lebar Data (Byte) dan Laju Data ... .............. , '" ... ..Budi Basuki Subagio
mempertahan atau menjaga posisi bit antara pengirim dan penerima. Dirnana clock penerirna akan beroperasi seiring dengan sinyal yang diterirna. Untuk lebih jelasnya, proses sinkronisasi bit yang dilakukan pada transmisi sinkron seperti ditunjukkan pada gambar 7 dan gambar 8. Bit-bit data setelah diproses melalui PISO, selanjutnya di encode kan dengan clock lokal (TxC) menghasilkan menghasilkan Bipolar encoded signal. Sinyal yang telah ter encoding tersebut dikirimkan melalu terminal TxD dan disisi penerirna sinyal diterirna di RxD. Sinyal tersebut selanjutnya akan di extract dibagian clock extract dan menghasilkan pulsa clock yang dipakai untuk mentriger sinyal encoding yang diterima terminal penerima. Berdasarkan metode bipolar encoder, akan diperoleh hasil sampling seperti sinyal dari bit-bit data yang dikirimkan. Keluaran dari clock encoder dan proses yang dilakukan oleh clock extract, menyebabkan sinyal clock akan sinkron antara penglnm dengan clock yang dipoero leh dari proses extract. Dengan demikian penerima akan menjaga pada posisi sinkron. (Halsall,Fred, 1993 :90-91)
----------------~IIxD ~,---------------
Gambar 7. Pengkodean clock pada sinkronisasi bit
34
Gambar 8. Timing sinkronisasi bit
a. Character-oriented Transmisi berdasarkan karakter terutama digunakan untuk transmisi blok karakter seperti file dari karakter ASCII. Sinkronisasi berdasarkan karakter ini dilakukan dengan menambahkan dua atau lebih karakter pengontrol oleh pengirim sebelum karakter blok. Karakter pengontrol ini dikenal dengan synchronous idle atau karakter SYN. Fungsi karakter pengontrol ini adalah pertama untuk mengij inkan penerirna mencapai (mempertahankan) sinkronisasi, dan kedua setelah fungsi pertama dilakukan adalah menerjemahkan aliran bit yang diterima pada batas karakter yang benar dari sinkronisasi karakter tersebut. Metode yang digunakan ini seperti ditunjukkan pada gambar 9. Bagian (a) menunj ukan bahwa sinkronisasi frame dicapai dengan cara yang sarna seperti pada transmisi asinkron dengan membungkus blok karakter antara pasangan karakter pengontrol transmisi STX-ETX. S YN Sehingga karakter pengontrol digunakan untuk mengij inkan penerima mencapai sinkronisasi karakter mendahului STX. Karenanya setiap kali penerima telah mencapai sinkronisasi bit, maka akan masuk pada hunt mode, seperti ditunjukkan pada bagian (b). Ketika penerirna masuk pada hunt mode, penerima akan mulai menerjernahkan aliran bit yang diterima pada sebuah windows 8 bit sebagai bit baru yang diterima. Pada kondisi ini, tiap bit yang diterima diperiksa walaupun kedelapan bit terakhir sarna untuk karakter SYN. Jika tidak maka akan menerirna bit berikutnya dan memeriksa ulang. Jika sarna, menunjukkan batas karakter yang benar telah didapatkan dan karenanya karakter yang mengikutinya dibaca setelah urutan kedelapan bit yang telah diterima. (Halsall, Fred, 1993 :98-99)
O
yang digunakan tiap metode pengontrolan transmisi berikut: a. Asinkron dengan satu bit start dan dua bit stop untuk tiap karakter dan sebuah karakter tunggal pada awal dan akhir pesan. b. Sinkron dengan dua karakter sinkronisasi dan sebuah karakter frame tungga1 pada awal dan akhir pesan.
Gambar 9. Sinkronisasi character Oriented Setelah sinkronisasi karakter dilakukan, penerima mulai memproses tiap urutan karakter yang diawali dari karakter pengontrol STX, yang menunjukkan awal dari frame. Proses penerimaan terus dilakukan sampai dengan karakter pengontrol ETX dideteksi. Ketika ETX terdeteksi dengan baik, menunjukkan bahwa karakter-karakter frame telah diterima dipenerima. Prosedur di atas harus diulangl dilakukan setiap kali frame baru dikirimkan.
3. Pengaruh lebar data (byte) Dengan format asinkron, tiap karakter yang ditransmisikan hams ditambahkan 3 bit yang meliputi 1 bit start dan 2 bit stop, sehingga total bit dalam sebuah karakter yang dikiriman dengan metode asinkron adalah sebanyak 11 bit. J ika kecepatan bit yang dipakai untuk mentransmisikan data sebesar 1200 bps, maka kecepatan datanya adalah 1200111 atau sekitar 110 byte tiap detiknya. Hal ini menunjukkan bahwa pada transmisi asinkron telah terjadi ketidak efektifan karena terjadi penambahan komponen bit tambahan untuk setiap karakter (byte) yang menyebabkan kapasitas laju data menjadi menurun. Berikut contoh pengaruh lebar data pada kedua metode transmisi: Sebuah pesan yang terdiri dari 100 karakter ( 8 bit per karakter) lewat sebuah data link
Dari kedua metode transmisi data, dapat dihitung sebagai berikut: a. Jumlah bit tambahan tiap karakter adalah 3 bit. lumlah bit dari dua karakter awal dan akhir pesan adalah 2 x (3 + 8) = 22 bit, maka total bit tambahan yang dibutuhkan untuk 100 karakter adalah: (3 . x 100) + 2 x (3 + 8) = 322 bit. b. Jumlah bit pada karakter adalah 8 bit, maka dua buah karakter sinkronisasi : 2 x 8 = 16 bit. J umlah bit untuk dua buah karakter frame awal dan akhir pesan adalah: 2 x 8 = 16 bit. J adi total bit tambahan yang diperlukan untuk mengirim pesan 100 karakter adalah 32 bit. (Sarono W,2008:II-31) Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah bit tambahan untuk pengiriman 100 karakter dengan transmisi asinkron dibutuhkan bit tambahan sebanyak 322 bit. Sedangkan dengan transmisi sinkron kebutuhan bit tambahannya adalah sebesar 32 bit. Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh lebar data dari kedua metode transmisi data, tabel 1 berikut ini menunjukan perbedaan jumlah lebar data dan jumlah bit tambahannya. Dalam tabel 1 menunjukkan bahwa pada transmisi asinkron, semakin besar lebar data yang dikirimkan, maka semakin banyak bit tambahan yang harns disertakan. Sedangkan pada transmlSl sinkron tidak terjadi perubahan, yaitu tetap dengan penambahan 32 bit. Tetapi untuk karakter tunggal, metode asinkron tidak nlemasukkan dalam blok karakter, sehingga bit tambahannya relatifkeci1 dibandingkan
35
Pengaruh Lebar Data (Byte) dan Laju Data ..........................Bud; Basuk; Subag;o
dengan sinkron. Dengan demikian menunjukkan bahwa transmisi asinkron sangat cocok untuk pengiriman bit tunggal atau jumlah karakter blok keeil. Sedangkan transmisi sinkron sangat tepat untuk pengiriman blok data yang besar. Tabell Pengaruhiebar data Metode Transmisi Asinkron
Sinkron
Jumlah Jumlah bit karakter tambahan 1 (tunggal, 3 bukan blok krakter) 10 (blok 52 karakter) 100 (blok 322 karakter) 1000 (blok , 3022 I karakter) (blok 32 1 karakter) (blok 32 10 karakter) 100 (blok 32 karakter) 1000 (blok 32 i karakter)
I
4. Pengaruh laju data Sinkronisasi clok pada transmisi asinkron sangat dipengaruhi oleh besarnya clock pengirim (TxC). Clock pengirim ini harus dapat mensinkronkan dengan clock penerima, sehingga diperoleh sinkronisasi clock yang tepat agar pengambilan sampel data (bit) tepat pada pusat sel. Dengan demikian diharapkan semua bit yang diterima dapat tersampel dengan benar. Berikut ini contoh perhitungan pada penggunaan laju data yang berpengaruh pada penerima dalam transmisi asinkron. Sebuah blok data dikirim menggunakan transmisi serial asinkron. Jika clock pada penerima adalah 19,2 kbps. laju data pengirim sebagai berikut: a. 1200 bps b. 2400 bps c. 9600 bps
36
Maka didapatkan simpangan dan peluang keberhasilan pengambilan sampel data sebagai berikut: a. TxC = 1200 bps, besamya simpangan maksimum adalah (1200/1 9200)xl 00% = 6,25%. Banyaknya N sample clock dalam siklus clock adalah 1920011200 = 16 kali b. TxC = 2400 bps, besarnya simpangan maksimum adalah (2400/19200)xl00% = 12,5%. Banyakoya N sample clock dalam siklus clock adalah 1920012400 = 8 kali c. TxC = 9600 bps besarnya simpangan maksimum adalah (9600/19200)xlOO% = 50%. Banyaknya N sample clock dalam siklus clock adalah 19200/9600 = 2 kali (HalsaU,Fred, 1993 :87) Dengan hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa pada laju data 1200 bps yang memiliki simpangan paling keeil yaitu 6,25% memiliki peluang lebih berhasil dalam menyampel pusat sel bit dibandingkan pada kecepatan bit lainnya. Dengan pengertian lain bahwa jumlah N sample pada siklus clock yang lebih besar, maka kerapatan pengambilan sampel lebih mendekati pada pusat sel bit. Hasil perhitungan lnl menunjukkan bahwa penggunaan laju data pada transmisi asinkron sangat berpengaruh terhadap pengambilan sampel data. Hal ini disebabkan harus ada sinkronisasi clock antara pengirim dengan penerima sehingga tidak terjadi simpangan yang sangat besar (jauh dari pusat sel bit). Pada transmisi sinkron, pengaruh laju data relatif dapat dihindari karena berapapun laju data yang digunakan oleh pengirim akan diencode bersama data, dan akan diekstrak kembali dipenerima untuk membangkitkan sinyal clock yang digunakan untuk mengambil sampel data.
5. Kesimpulan Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan: a. Lebar data (byte) sangat berpengaruh terhadap pengiriman data paket pada kedua metode transmisi, yaitu asinkron dan sinkron. Pengaruh yang besar terjadi
O~ITJ[
Vo1.6 No.1 Maret 2010 : 30 - 37
pada transmisi asinkron, jika jumlah data yang dikirim semakin besar, maka jumlah bit tambahan akan semakin besar, dan hal ini menjadi tidak efektif Sebaliknya pada transmlsl sinkron dengan j umlah bit semakin besar tidak akan berpengaruh. lni menunj ukkan bahwa transmisi sinkron cocok untuk pengiriman data besar. Tetapi transmisi asinkron sangat cocok untuk pengiriman karakter tunggal karena jumlah bit tambahannya jauh lebih sedikit dibanding pada transmisi sinkron. b. Laju data sangat mempengaruhi pada transmisi asinkron karena sinkronisasi cJock antara pengirim dan penerima harus dapat saling mensinkronisasi untuk mendapatkan simpangan terkecH dan pengambilan pusat sel bit yang tepat. Sedangkan pada transmlSl sinkron dengan teknik encoder bipolar, laju data yang digunakan tidak mempengaruhi sinkronisasi.
Daftar Pustaka Halsall, Fred, 1993, Data Communication
Computer Network and Open System: Wesley Publishing Company Inc. Sarono Widodo, 2008, Komunikasi Data: Politeknik Negeri Semarang ........ ,1998, @ The McGraw-Hill Companies,
Inc.,
37