Makalah Seminar Kerja Praktek
PERANCANGAN DAN SIMULASI BGP MULTIHOMING MENGGUNAKAN GNS3 Oleh : Alwin Indra Fatra (L2F606004) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Jl. Prof.Sudharto ,SH – Tembalang , Semarang Abstrak Border Gateway Protocol atau biasa disebut BGP adalah suatu protokol yang digunakan untuk routing antar autonomous system. Protokol ini dibuat berdasarkan teknologi EGP yang terdokumentasi dalam RFC 904, juga dari pemakaian EGP dalam NSFNET Backbone sebagaimana terungkap dalam RFC 1092 dan RFC 1093. BGP sering digunakan untuk routing antar ISP-ISP besar. Maka BGP sering dianggap sebagai routing protokol routing untuk internet. Hal ini dikarenakan setiap ISP besar biasanya memiliki paling tidak sebuah ASNumber sedang ketersediaan ASNumber sangatlah sedikit. Kemampuan BGP yang umum dimanfaatkan adalah kemampuannya untuk membentuk multihomed network.Selain itu BGP memberikan banyak sekali keleluasaan dalam pengaturan jaringan seperti yang diinginkan. Penulis menguji kemampuan BGP dalam menangani jaringan multihome sederhana. Penulis mensimulasikan jaringan multihome yang dikonfigurasi dengan protokol BGP dimana jaringan tersebut terhubung pada dua Upstream ISP. Penulis membuat skenario agar saat terkoneksi ke suatu Server maka ISP yang melayaninya dibuat bermasalah sehingga BGP memilih jalur cadangan untuk menuju ke server. Sehingga dengan kerja praktek ini, diharapkan seluruh mahasiswa elektro universitas diponegoro terutama konsentrasi informatika dan komputer dapat memahami juga tentang jaringan multihome menggunakan BGP. Kata kunci: BGP, EGP, Multihome Network
1. 1.1.
Pendahuluan Latar belakang Seiring dengan berjalannya waktu, teknologi mengalami perkembangan khususnya teknologi informasi dan komunikasi. Perkembangan teknologi guna untuk meningkatkan pemenuhan kebutuhan. Mahasiswa sebagai generasi muda harus dapat mengikuti perkembangan teknologi dan diharapkan tidak hanya menguasai teori yang telah didapat selama perkuliahan tetapi juga dapat menerapkannya dalam bentuk praktek salah satunya adalah kerja praktek. Kerja praktek (KP) merupakan perkuliahan yang wajib diambil oleh mahasiswa sebagai media untuk mengimplementasikan ilmu yang telah didapatkan dibangku perkuliahan dalam dunia yang sebenarnya dalam hal ini dunia kerja. Adanya kerja praktek ini diharapkan dapat memberikan pengalaman kerja secara langsung dan diberikan kemampuan untuk berinovasi serta mengembangkan diri terhadap perubahan teknologi.
1.2.
Tujuan Kerja Praktek Tujuan dari pelaksanaan kerja praktek ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui sistem dan lingkungan kerja PT. Aplikanusa Lintasarta Semarang 2. Mendapatkan data-data detail yang akan digunakan dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek dan pembuatan Tugas Akhir khususnya pada bidang yang menjadi pokok permasalahan Kerja Praktek. 3. Memahami perbedaan IGP dan EGP. 4. Mengetahui penggunaan BGP. 5. Mengetahui mengenai multihome dan kegunaannya. 1.3.
Batasan Masalah Penulis memberikan beberapa batasan pada laporan dengan kerja praktek yang dilakukan. Berikut pembatasan masalah yang dilakukan penulis : 1. Membahasa konfigurasi BGP sederhana pada router cisco.
2. Simulasi jaringan menggunakan GNS3 0.7.4 sebagai simulator jaringan. 3. Menggunakan Cisco IOS Software Release 12.4 4. Hanya membahas multihoming single ISP menggunakan BGP. 5. Tidak membahas mengenai loadsharing pada konfigurasi BGP multihoming. 6. Tidak membahas waktu penggantian rute. 2.
Dasar Teori 2.1 Jaringan Multihome Jaringan Multihome adalah jaringan yang memiliki lebih dari satu rute keluar ke internet baik dari ISP yang sama maupun dari ISP yang berbeda. Terdapat dua tipe dasar Multi-Homed Network, yakni: Jaringan yang memiliki koneksi ke provider dengan lebih dari satu jalur keluar menuju internet. Salah satu alasan mengapa multihoming dirasa penting adalah untuk mengantisipasi seandainya ada satu satu link keluar internet yang bermasalah. Maka terdapat link cadangan yang dapat digunakan. Berikut adalah gambaran Multi-Homed Network.
BGP adalah sebuah sistem antar autonomous routing protocol. Sistem autonomous adalah sebuah jaringan atau kelompok jaringan di bawah administrasi umum dan dengan kebijakan routing umum. BGP digunakan untuk pertukaran informasi routing untuk Internet dan merupakan protokol yang digunakan antar penyedia layanan Internet (ISP). Pelanggan jaringan, seperti perguruan tinggi dan perusahaan, biasanya menggunakan sebuah Interior Gateway Protocol (IGP) seperti RIP atau OSPF untuk pertukaran informasi routing dalam jaringan mereka. Pelanggan menyambung ke ISP, dan ISP menggunakan BGP untuk bertukar pelanggan dan rute ISP . Ketika BGP digunakan antar Autonom System (AS), protokol ini disebut sebagai External BGP (EBGP). Jika penyedia layanan menggunakan BGP untuk bertukar rute dalam suatu AS, maka protokol disebut sebagai Interior BGP (IBGP).
Gambar 2.2 Border Gateway Protocol
Gambar 2.1 Multi-Homed Network
2.2
Border Gatewat Protocol (BGP) Border Gateway Protocol (BGP) merupakan sebuah protokol routing antar Autonomous System. Protokol ini dibuat berdasarkan pengalaman yang diperoleh dari teknologi EGP sebagaimana terdokumentasi dalam RFC 904, juga dari pemakaian EGP dalam NSFNET Backbone sebagaimana terungkap dalam RFC 1092 dan RFC 1093.
BGP mempunyai mekanismenya sendiri yang unik untuk membentuk dan mempertahankan sebuah sesi BGP dengan router tetangganya. Pembentukan sesi BGP ini mengandalkan paket-paket pesan yang terdiri dari empat macam. Paketpaket tersebut adalah sebagai berikut: 1. Open Message Paket inilah yang pertama dikirimkan ke router tetangga untuk membangun sebuah sesi komunikasi. Paket ini berisikan informasi mengenai BGP version number, AS number, hold time, dan router ID. 2. Keepalive Message Paket Keepalive message bertugas untuk menjaga hubungan yang telah terbentuk antarkedua router BGP. Paket jenis ini dikirimkan secara periodik oleh kedua buah
router yang bertetangga. Paket ini berukuran 19 byte dan tidak berisikan data sama sekali. 3. Notification Message Packet pesan ini adalah paket yang bertugas menginformasikan error yang terjadi terhadap sebuah sesi BGP. Paket ini berisikan fieldfield yang berisi jenis error apa yang telah terjadi, sehingga sangat memudahkan penggunanya untuk melakukan troubleshooting. 4. Update Message Packet update merupakan paket pesan utama yang akan membawa informasi rute-rute yang ada. Paket ini berisikan semua informasi rute BGP yang ada dalam jaringan tersebut. Ada tiga komponen utama dalam paket pesan ini, yaitu Network-Layer Reachability Information (NLRI), path attribut, dan withdrawn routes. Autonomous System Autonmous system adalah sekumpulan jaringan yang berada dibawah satu administrasi. AS biasanya dimiliki oleh sebuah organisasi jaringan. AS di administrasi oleh sebuah managemen resmi. AS dapat dikoneksikan dengan AS lainnya, baik public maupun private. Ilustrasi tentang AS dapat dilihat pada gambar di bawah.
Interior Gateway Protocol (IGP) : Routing protokol yang digunakan untuk menangangi routing internal dalam sebuah AS. Contoh protokol ini adalah Open Shortest Path First (OSPF). Exterior Gateway Protocol (EGP) Routing protokol yang digunakan untuk menangani protokol routing antar AS. Contoh protokol ini adalah Border Gateway Protocol (BGP). Atribut – Atribut BGP Tersedia 10 macam atribut BGP yang umum ditambah satu atribut BGP yang hanya ada pada produk-produk Cisco yang dapat dimodifikasi sehingga anda diberikan kebebasan yang sangat luas dalam pengaturan jaringan. Masingmasing memiliki ciri khas dan tugasnya tersendiri untuk memungkinkan Anda memanajemen routing update dan traffic yang keluar masuk. Berikut ini adalah beberapa atribut-atribut BGP: 2.5
2.3
Gambar 2.3 Autonomous System
Berdasarkan autonomous system routing protokol terbagi menjadi dua yakni :
1. Origin Atribut BGP yang satu ini merupakan atribut yang termasuk dalam jenis Well known mandatory. Jika sumbernya berasal router BGP dalam jaringan lokal atau menggunakan asnumber yag sama dengan yang sudah ada, maka indicator atribut ini adalah huruf “i” untuk interior. Apabila sumber rute berasal dari luar jaringan lokal, maka tandanya adalah huruf “e” untuk exterior. Sedangkan apabila rute didapat dari hasil redistribusi dari routing protokol lain, maka tandanya adalah “?” yang artinya adalah incomplete. 2. AS_Path Atribut ini harus ada pada setiap rute yang dipertukarkan menggunakan BGP. Atribut ini menunjukkan perjalanan paket dari awal hingga berakhir di tempat Anda. Perjalanan paket ini ditunjukkan secara berurut dan ditunjukkan dengan menggunakan nomor-nomor AS. Dengan
3.
4.
5.
6.
demikian, akan tampak melalui mana saja sebuah paket data berjalan ke tempat Anda. Next_Hop Next hop sesuai dengan namanya, merupakan atribut yang menjelaskan ke mana selanjutnya sebuah paket data akan dilemparkan untuk menuju ke suatu lokasi. Dalam EBGP-4, yang menjadi next hop dari sebuah rute adalah alamat asal (source address) dari sebuah router yang mengirimkan prefix tersebut dari luar AS. Dalam IBGP-4, alamat yang menjadi parameter next hop adalah alamat dari router yang terakhir mengirimkan rute dari prefix tersebut. Atribut ini juga bersifat Wellknown Mandatory. MED Multi-Exit Discriminator (MED) adalah atribut yang berfungsi untuk menginformasikan router yang berada di luar AS untuk mengambil jalan tertentu untuk mencapat si pengirimnya. Atribut ini dikenal sebagai metrik eksternal dari sebuah rute. Meskipun dikirimkan ke AS lain, atribut ini tidak dikirimkan lagi ke AS ketiga oleh AS lain tersebut. Atribut ini bersifat Optional Nontransitive. Local_Pref Atribut ini bersifat Wellknown Discretionary, di mana sering digunakan untuk memberitahukan router-router BGP lain dalam satu AS ke mana jalan keluar yang diprefer jika ada dua atau lebih jalan keluar dalam router tersebut. Atribut ini merupakan kebalikan dari MED, di mana hanya didistribusikan antar-router-router dalam satu AS saja atau router IBGP lain. Weight Atribut yang satu ini adalah merupakan atribut yang diciptakan khusus untuk penggunaan di router keluaran
vendor Cisco. Atribut ini merupakan atribut dengan priority tertinggi dan sering digunakan dalam proses path selection. Atribut ini bersifat lokal hanya untuk digunakan pada router tersebut dan tidak diteruskan ke router lain karena belum tentu router lain yang bukan bermerk Cisco dapat mengenalinya. Fungsi dari atribut ini adalah untuk memilih salah satu jalan yang diprioritaskan dalam sebuah router. 2.5
Pemilihan Rute Terbaik dalam BGP Pemilihan rute terbaik akan dilakukan bila ada dua rute atau lebih menuju ke network tujuan. Cara penentuan rute terbaik menuju suatu network tujuan jika terdapat lebih dari satu rute untuk mencapai network tersebut adalah dengan cara membandingkan satu persatu setiap rute dengan rute setelahnya sehingga seluruh rute dibandingkan. Rute yang berada pada nomor pertama dari list rute-rute yang dapat dipilih untuk mencapai network tujuan akan menjadi jalur tebaik sementara. Jalur terbaik sementara dibandingkan dengan rute selanjutnya yang ada pada list. Hal ini dilakukan berulang-ulang hingga rute terakhir pada list. Berikut cara pemilihan rute terbaik: 1. Pilih rute dengan nilai weight paling tinggi (khusus router cisco). 2. Router akan mememilih rute dengan nilai Local_Preference yang paling tinggi jika nilai weight keduanya sama. 3. Router BGP akan memeriksa rute mana yang berasal dari dirinya sendiri jika nilai Local_Preference sama. Rute yang berasal dari dirinya sendiri yang akan dijadikan rute terbaik. 4. router akan menggunakan atribut AS_PATH untuk mencari rute terbaik jika rute menuju A bukan berasal dari dirinya. Rute dengan
atribut AS_PATH terpendek akan dipilih sebagai rute terbaik. 5. Atribut selanjutnya yang digunakan untuk memilih jalan terbaik adalah ORIGIN bilamana atribut AS_PATHnya sama. Atribut ORIGIN terdiri parameter IGP, EGP dan Incomplete. Parameter dengan nilai referensi terendah yang akan dipilih menjadi rute terbaik. IGP memiliki nilai referensi paling rendah, disusul EGP dan akhirnya Incomplete. Rute dengan atribut ORIGIN IGP akan lebih dipilih daripada EGP atau Incomplete, begitu seterusnya hingga rute dengan atribut Incomplete menjadi rute yang berada di urutan paling belakang. 6. Atribut selanjutnya yang digunakan dalam perhitungan jalur terbaik adalah MED (Multi Exit Discriminator) jika atribut Origin pada rute-rute tersebut sama. MED merupakan atribut untuk memungkinkan Anda memilih jalan mana yang paling baik untuk menuju sebuah situs. Jenisnya kurang lebih sama seperti Local Preference, namun bedanya atribut MED ini hanya disebarkan dalam satu AS yang sama saja. Atribut ini tidak dikirimkan ke luar AS dari router BGP tersebut. Biasanya atribut ini banyak digunakan jika sebuah router memiliki dua atau lebih jalan yang sama namun menuju ke satu ISP. Rute dengan nilai MED yang paling rendah adalah yang terpilih sebagai rute terbaik. 7. Router BGP akan melakukan pemilihan berdasarkan jenis sesi BGP dari rute-rute tersebut jika nilai MED pada kedua rute tersebut sama. Seperti telah dijelaskan diatas, jenis BGP ada dua macam yaitu IBGP dan EBGP. Kedua parameter ini juga digunakan dalam pemilihan jalan terbaik. Sebuah rute yang berasal dari sebuah sesi EBGP memiliki
prioritas yang lebih tinggi daripada rute dari sesi IBGP. Jadi rute yang berasal dari sesi EBGP dengan router BGP lain tentu akan dijadikan sebagai rute terbaik. 8. proses path selection selanjutnya adalah menggunakan parameter jalur terdekat dalam jaringan internal untuk menuju ke Next Hop jika pada poin tujuh diatas kedua rute tersebut juga masih identik. Maksudnya adalah router BGP akan membaca atribut Next Hop dari kedua jalur tersebut. Setelah diketahui, router tersebut akan memeriksa jalur mana yang memilik Next Hop yang terdekat dari router tersebut. Jalur yang diperiksa ini merupakan jalur yang berasal dari routing protokol internal seperti OSPF, EIGRP, atau bahkan statik. Setelah didapatkan rute mana yang memiliki Next Hop yang paling dekat dan mudah diakses, maka rute tesebut langsung dipilih menjadi yang terbaik. 9. Terakhir pemilihan jalur terbaik dilakukan dengan membandingkan BGP ROUTER ID dari masing-masing rute. Sebuah rute pasti akan membawa informasi BGP ROUTER ID dari router asalnya. Parameter inilah yang menjadi pembanding terakhir untuk proses path selection ini. Karena BGP ROUTER ID tidak mungkin sama, maka sebuah jalan terbaik pastilah dapat terpilih. BGP ROUTER ID biasanya adalah alamat IP tertinggi dari sebuah router atau dapat juga berupa IP interface loopback. Router BGP akan memilih rute dengan nilai BGP ROUTER ID yang terendah.
2.6
Teknik Kontrol Kebijakan dalam BGP BGP menyediakan berbagai cara untuk menerapkan kebijakan-kebijakan dalam suatu jaringan. Cara yang umum digunakan dalam menegakan kebijkankebijakan dalam suatu jaringan BGP dengan cara melakukan pemfilteran. Berikut adalah cara-cara yang umum dalam menegakkan suatu kebijakan dalam jaringan BGP : Prefiks Lists yakni metode mencocokan IP dengan dengan Prefiks IP yang telah ditentukan sebelumnya baik nomor prefiks maupun jumlah bit dari prefiks. Prefiks adalah bit-bit awal dari alamat IP dan dalam pengaturannya kita dapat menentukan berapa panjang bit awal IP yang harus sama denga prefiks yang telah ditentukan. Contoh penggunaan prefiks list:
ip community-list 1 permit
ip prefix-list range-1 permit 172.16.0.0/16
menurut contoh maka prefiks-list dengan nama “range-1” akan memfilter IP dimana IP yang dapat menembus filter hanya IP yang memilki 16 bit awal yang sama dengan IP 172.16.0.0 atau dengan kata lain IP yang termasuk dalam range IP antara 172.16.0.0 – 172.16.255.255. AS Path Lists adalah metode pemfilteran atribut AS_PATH dalam BGP. Kita dapat menentukan pola tertentu dari AS_PATH baik yang dapat melewati filter ataupun menentukan pola tertentu dari AS_PATH yang tidak dapat melewati filter. Dalam menggunakan AS Path Lists kita harus mempelajari mengenai ekpresi reguler karena pembentukan pola AS_PATH pada AS path lists menggunakan ekpresi reguler. Berikut contoh penggunaan AS path lists: ip as-path access-list permit ^100_
1
sintaks di atas hanya akan membolehkan AS_PATH yang dimulai dengan AS 100 yang dapat melewati filter.
Community Lists digunakan untuk untuk mengenali dan memfilter route menggunakan atribut community. Dengan menggunakan atribut community maka beberapa prefiks dalam suatu community lebih mudah dimanajemen. Karena community adalah kumpulan dari satu atau lebih prefiks maka dengan menggunakan community pengaturan atribut yang akan dipasangkan untuk tiap prefiks lebih mudah dilakukan daripada menggunakan prefiks list. Contoh penggunaan community list: 100:2 sintaks di atas akan mencocokkan prefiks yang diterima dengan prefiks yang telah ditetapkan dalam community 100:2 bila prefiks cocok maka prefiks dapat melewati filter. Route Maps merupakan cara yang cukup tangguh dan fleksibel dalam penerapan kebijakan-kebijakan dalam BGP. Dengan cara ini kita dapat memasang maupun menghapus prefiks maupun atribut BGP berdasarkan kondisi yang telah kita tetapkan. Berikut contoh penggunaan route map: route-map Set-comm permit 10 match as-path 1 set community 200:100
perintah di atas berarti menset nilai atribut community 200:100 untuk aspath 1. Policy Lists kerap digunakan bila banyak pencocokan yang sering diulang-ulang. Berikut contoh penggunaan policy lists : ip policy-list as100 permit match as-path 1 match community 1 route-map foo permit 10 match policy-list as100 set local-preference 105
dengan policy-list maka untuk mencocokkan suatu jalur yang diterima dengan as-path 1 dan community 1 dan bila cocok maka dapat melewati filter dan kita hanya menggunakan perintah “match policy-
list as100” dalam suatu route map. Fungsi ini akan lebih terasa manfaatnya jika yang dibandingkan lebih banyak lagi dan pemakaiannya berulang-ulang. Perancangan dan Simulasi Multihome BGP 3.1 Peralatan dan Perlengkapan yang Digunakan Perangkat keras maupun perangkat lunak yang digunakan dalam merancang dan mensimulasikan BGP Multihoming menggunakan GNS3 yang digunakan oleh penulis adalah sebagai berikut: Laptop dengan spesifikasi (Prosesor core i5 2.3 GHz dan Ram 6 GB) Sistem operasi Microsoft Windows 7 Home Premium 64-bit Perangkat lunak GNS3 0.7.4 Cisco IOS Software, 3700 Softeware (C3725-ADVENTERPRISEK9-M), Version 12.4(3b)
Berikut gambar yang diberikan penulis agar pembaca dapat lebih memahami topologi jaringan yang disimulasikan.
3.
3.2
Perancangan Jaringan Jaringan yang akan dirancang adalah jaringan multihomed sederhana dengan dua buah router lokal yang masing-masing terhubung ke dua buah upstream ISP yang berbeda. Pada jaringan lokal terdapat dua buah subnetwork yakni 200.200.1.1/24 dan 200.200.2.1/24. Skenario yang diinginkan adalah sebagai berikut: Trafik menuju dan meninggalkan jaringan 200.200.1.1/24 melalui Upstream01. Trafik menuju dan meninggalkan jaringan 200.200.2.1/24 melalui Upstream02. trafik menuju dan meninggalkan jaringan 200.200.1.1/24 dipindah melalui Upstream02 jika rute yang melalui Upstream01 tidak dapat digunakan. trafik menuju dan meninggalkan jaringan 200.200.2.1/24 dipindah melalui Upstream01 jika rute yang melalui Upstream2 tidak dapat digunakan.
Gambar 3.1 Topologi Jaringan yang Disimulasikan
3.3 Konfigurasi Router Tabel 3.1 Konfigurasi Gateway01 Konfigurasi Router Gateway01 interface Loopback0 ip address 200.200.1.1 255.255.255.0 ! interface FastEthernet0/0 ip address 10.10.10.1 255.255.255.0 ! interface FastEthernet0/1 ip address 192.168.20.2 255.255.255.252 ! router bgp 111 network 200.200.1.0 neighbor 10.10.10.2 remote-as 111 neighbor 10.10.10.2 next-hop-self neighbor 192.168.20.1 remote-as 20 neighbor 192.168.20.1 route-map route01 in neighbor 192.168.20.1 route-map Upstream01 out no auto-summary ! access-list 1 permit 200.200.2.0 0.0.0.255 access-list 2 permit 200.200.1.0 0.0.0.255 ! route-map Upstream01 permit 10 match ip address 1 set as-path prepend 111 111 111 ! route-map Upstream01 permit 20 match ip address 2 ! route-map route01 permit 10 set weight 1000 !
Tabel 3.2 Konfigurasi Gateway02 Konfigurasi Router Gateway02 interface Loopback0 ip address 200.200.2.1 255.255.255.0 ! interface FastEthernet0/0 ip address 10.10.10.2 255.255.255.0 ! interface FastEthernet0/1 ip address 192.168.30.2 255.255.255.252 ! router bgp 111 network 200.200.2.0 neighbor 10.10.10.1 remote-as 111 neighbor 10.10.10.1 next-hop-self neighbor 192.168.30.1 remote-as 30 neighbor 192.168.30.1 route-map route02 in neighbor 192.168.30.1 route-map Upstream02 out no auto-summary ! access-list 1 permit 200.200.1.0 0.0.0.255 access-list 2 permit 200.200.2.0 0.0.0.255 ! route-map Upstream02 permit 10 match ip address 1 set as-path prepend 111 111 111 ! route-map Upstream02 permit 20 match ip address 2 ! route-map route02 permit 10 set weight 1000 !
router bgp 30 neighbor 172.16.1.1 remote-as 20 neighbor 192.168.2.2 remote-as 10 neighbor 192.168.30.2 remote-as 111 no auto-summary !
Tabel 3.5 Konfigurasi Server Konfigurasi Router Server interface Loopback0 ip address 25.25.25.25 255.255.255.0 ! interface FastEthernet0/0 ip address 192.168.1.2 255.255.255.252 ! interface FastEthernet0/1 ip address 192.168.2.2 255.255.255.252 ! router bgp 10 network 25.25.25.0 mask 255.255.255.0 neighbor 192.168.1.1 remote-as 20 neighbor 192.168.2.1 remote-as 30 no auto-summary !
3.4 Hasil Simulasi 3.4.1 Hasil Simulasi Dilihat dari Router Gateway01 Berikut adalah hasil traceroute dari router Gateway01 baik pada saat router Upstream01 berjalan normal maupun ketika router Upstream01 dimatikan.
Tabel 3.3 Konfigurasi Upstream01 Konfigurasi Router Upstream01 interface FastEthernet0/0 ip address 192.168.20.1 255.255.255.252 ! interface FastEthernet0/1 ip address 192.168.1.1 255.255.255.252 ! interface FastEthernet1/0 ip address 172.16.1.1 255.255.255.252 ! router bgp 20 neighbor 172.16.1.2 remote-as 30 neighbor 192.168.1.2 remote-as 10 neighbor 192.168.20.2 remote-as 111 no auto-summary !
Tabel 3.4 Konfigurasi Upstream02 Konfigurasi Router Upstream02 interface FastEthernet0/0 ip address 192.168.30.1 255.255.255.252 ! interface FastEthernet0/1 ip address 192.168.2.1 255.255.255.252 ! interface FastEthernet1/0 ip address 172.16.1.2 255.255.255.252 !
Gambar 3.2 Hasil Traceroute Router Gateway01 ke Router Server
Gambar 3.3 Hasil Traceroute Router Gateway01 ke Router Server jika Router Upstream01 Dimatikan
Seperti terlihat pada hasil traceroute dari router Gateway01 dengan alamat IP 200.200.1.1/24 menuju router Server dengan alamat IP 25.25.25.25/24 dapat diambil kesimpulan bilamana rute melalui Upstream01 tidak dapat dilalui maka router Gateway01 akan memilih rute alternatif melalui Upstream02.
3.4.2 Hasil Simulasi Dilihat dari Router Gateway02 Berikut adalah hasil traceroute dari router Gateway02 baik pada saat router Upstream02 berjalan normal maupun ketika router Upstream02 dimatikan.
Gambar 3.7 Hasil Traceroute Router Server ke Router Gateway02
Gambar 3.4 Hasil Traceroute Router Gateway02 ke Router Server Gambar 3.8 Hasil Traceroute Router Server ke Router Gateway01 jika Router Upstream01 Dimatikan
Gambar 3.5 Hasil Traceroute Router Gateway02 ke Router Server jika Router Upstream02 Dimatikan
Seperti terlihat pada hasil traceroute dari router Gateway02 dengan alamat IP 200.200.2.1/24 menuju router Server dengan alamat IP 25.25.25.25/24 dapat diambil kesimpulan bilamana rute melalui Upstream02 tidak dapat dilalui maka router Gateway02 akan memilih rute alternatif melalui Upstream01. 3.4.3 Hasil Simulasi Dilihat dari Router Server Berikut adalah hasil traceroute dari router Server menuju jaringan 200.200.1.0/24 dan 200.200.2.0/24 pada kondisi jaringan berjalan normal, router Upstream01 dimatikan dan router Upstream02 dimatikan.
Gambar 3.6 Hasil Traceroute Router Server ke Router Gateway01
Gambar 3.9 Hasil Traceroute Router Server ke Router Gateway02 jika Router Upstream01 Dimatikan
Hasil traceroute yang telah dilakukan pada router Server memperlihatkan untuk mencapai jaringan 200.200.1.0 maka dipilih next hop melalui 192.168.1.1 sedang next hop 192.168.2.1 hanya sebagai cadangan saja. Sebaliknya untuk mencapai jaringan 200.200.2.0 maka dipilih next hop melalui 192.168.2.1 sedang next hop 192.168.1.1 hanya sebagai cadangan saja. Hal ini sesuai dengan skenario yang diinginkan dimana untuk mencapai jaringan 200.200.1.0 maka diinginkan rute yang melewati Upstream01 sedang rute yang melewati Upstream02 hanya sebagai cadangan saja begitu juga sebaliknya. Seperti terlihat pada hasil traceroute dari router Gateway02 dengan alamat IP 200.200.2.1/24 menuju router Server dengan alamat IP 25.25.25.25/24 dapat diambil kesimpulan bilamana rute melalui Upstream02 tidak dapat dilalui maka router Gateway02 akan memilih rute alternatif melalui Upstream01.
3.4.4 Pengujian Ping pada Router Gateway01 Berikut adalah hasil pengujian ping 1000x dimana ditengah proses ping router Upstream01 dimatikan.
Gambar 3.7 Hasil Ping dari Gateway01 menuju Server
Hasil perintah ping yang diperlihatkan pada gambar 3.7 di atas menujukkan bahwa ping berjalan lancar ketika jaringan berjalan normal. Namun ketika router Upstream01 dimatikan maka paket yang dikirim oleh ping tidak mencapai alamat IP tujuan. Hal ini terus berlanjut hingga neighbor 192.168.20.1 (Upstream01) dianggap BGP tidak dapat dilewati maka BGP akan segera memakai rute alternatif agar paket dapat dikirimkan. 4. 4.1
Penutup Kesimpulan Hasil pensimulasian jaringan multihhome tersebut, penulis mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. BGP dapat digunakan sebagai salah satu protokol untuk jaringan multihome karena keleluasaan dalam pengaturan tiap attributnya. 2. BGP berperan sebagai protokol routing antar autonomous system sedang untuk routing dalam satu autonomous system harus menggunakan IGP. 3. BGP menggunakan alamat IP dan AS Number untuk meneruskan paket-paket data dan memperbarui tabel routing. 4. Penggunaan Mutlihome BGP dengan AS Number publik sebaiknya hanya untuk ISP
karena AS Number publik sangat sedikit ketersediaannya. 5. Multihome dengan AS Number Privat sebaiknya hanya dilakukan jika hanya terhubung pada satu ISP saja. 4.2 Saran 1. Mahasiswa yang melaksanakan kerja praktek sebaiknya menentukan topik kerja praktek dari awal sehingga saat kerja praktek dapat mengumpulkan data-data yang diperlukan. 2. Mahasiswa yang melakukan kerja praktek sebaiknya aktif bertanya pada pembimbing lapangan atau karyawan perusahaan serta berhati-hati agar tidak melakukan kesalahan yang fatal saat melaksanakan kerja praktek. DAFTAR PUSTAKA
[1] Bramantyo, Adhy S., 2007, Optimasi Interdomain Routing dengan BGP pada StubMultihomed Autonomous System, Skripsi, Program Studi Teknik Elektro, Institut Teknologi Bandung, Bandung. [2] Budianto, Setyo, Extranets, The Next Evolutionary Level Of ECommerce For Corporations, http://www.geocities.com/setyolia . [3] Doyle, Jeff, 1998, CCIE Professional Development: Routing TCP/IP, Volume I, Macmillan Technical Publishing. [4] Fadli, Bagus, Pengenalan dan Cara Kerja BGP. [5] Fazza, Pengertian Autonomous system (AS) Dan Autonomous System Numbers (ASN). [6] Hendradi, Purwono, Routing Dinamis Ospf.
[7] Lemm, Michael, What's The Difference Between Tier-1-Tier2-And Tier-3 Bandwidth Providers To Your Business?. [8] Purbo, Onno W., Apa Bedanya Internet, Intranet & Extranet. [9] Rafiudin, Rahmat, 2004, Multihoming Menggunakan BGP (Border Gateway Protocol) Membangun Multi-koneksi ke Multi ISP, Andi, Yogyakarta. [10] Smith, Philip, 2007, BGP Multihoming Techniques, NANOG41-Multihoming, New Mexico. [11] Zhang, Randy. Micah Bartell, 2004, BGP Design and Implementation, Cisco Press, Indianapolis.