Prosiding Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan Update: Upaya Promotif, Preventif, dan Rehabilitatif dalam Penanganan Stroke
ISSN 2460-4143
PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG KEAMANAN MAKANAN JAJANAN ANTARA SEBELUM DAN SESUDAH PENDIDIKAN CERGAM DI SMP NEGERI 1 KEBAKRAMAT KARANGANYAR Oktavia Candra Susanti, Eni Purwani Program Studi Gizi Universitas Muhammadiyah Surakarta Jalan Ahmad Yani Tromol Pos I Pabelan Kartasura ABSTRAK Permasalahan keamanan makanan jajanan anak sekolah di Indonesia masih sering dijumpai dalam penyimpangan mutu mikrobiologis maupun adanya bahan kimia yang berbahaya. Survei pendahuluan mengenai pengetahuan siswa SMP Negeri 1 Kebakramat khususnya tentang keamanan makanan jajanan dari 20 responden, 100% responden memilki nilai pengetahuan kurang baik dengan nilai kurang dari 80%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengetahuan dan sikap remaja tentang keamanan makanan jajanan antara sebelum dan sesudah diberikan pendidikan gizi di SMP Negeri 1 Kebakramat Karanganyar. Penelitian kuantitatif jenis Quasi Eksperimen dengan rancangan penelitian one group pretest posttest design. Jumlah sampel pada penelitian 71 anak. Variabel pengetahuan menggunakan uji Wilcoxon Sign Test dan variabel sikap menggunakan uji Paired Samples T Test. Pengetahuan remaja sebelum diberikan pendidikan gizi sebesar 36,6% adalah baik dan 63,4% tidak baik, sedangakan setelah diberikan pendidikan gizi pengetahuan remaja sebesar 100% adalah baik. Sikap remaja sebelum diberikan pendidikan gizi sebesar 12,7% adalah mendukung dan 87,3% tidak baik, sedangakan setelah diberikan pendidikan gizi sikap remaja sebesar 83,1% adalah mendukung dan 16,9% tidak mendukung. Kesimpulan dari penelitian adalah terdapat perbedaan pengetahuan dan sikap remaja tentang keamanan makanan jajanan antara sebelum dan sesudah diberikan pendidikan gizi di SMP Negeri 1 Kebakramat nilai p-value 0,000. Kata kunci: Pengetahuan, Sikap, Makanan Jajanan, Pendidikan Kesehatan PENDAHULUAN Anak sekolah di Sekolah Menengah Pertama (SMP) rata-rata berusia 11-16 tahun termasuk dalam kategori remaja. Anak remaja yang menduduki bangku sekolah masih membutuhkan pengetahuan dan penyesuaian diri yang lebih banyak. Masa remaja ini cenderung akan mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya. Remaja terkadang kurang selektif dalam memilih makanan, sehingga hanya tertarik oleh karena adanya informasi media masa maupun pola konsumsi budaya barat. Makanan jajanan dijual sering kali kurang memperhatikan aspek keamanan makanannya, dan lebih melihat dari segi keuntungan bagi produsen. Makanan jajanan diperlukan anak sekolah dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan energi, karena
selama kurang lebih 7 jam melakukan aktivitas belajar di sekolah. Permasalahan keamanan makanan di Indonesia masih sering dijumpai dalam penyimpangan mutu mikrobiologis yang tidak memenuhi syarat karena kondisi sanitasi dan hygine yang rendah pada makanan jajanan anak sekolah. Keamanan pangan diperlukan untuk mencegah terjadinya penyimpangan pangan dari bahaya kimia, mikrobiologi, ataupun benda lainnya yang dapat membahayakan kesehatan. Permasalahan yang lain sering dijumpai adanya penambahan bahan berbahaya yang tidak sesuai peraturan pemerintah. Badan Pengawas Obat dan Makanan (2009) menyebutkan, lebih dari 45% jajanan anak sekolah tidak aman karena 65
ISSN 2460-4143
Prosiding Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan Update: Upaya Promotif, Preventif, dan Rehabilitatif dalam Penanganan Stroke
mengandung bahan berbahaya seperti formalin, boraks dan pewarna tekstil (rhodamin B) dan juga tercemar mikroba. Macam makanan jajanan yang sering dikonsumsi meliputi cilok, empek-empek, cireng, batagor, cakue, siomay, bakso goreng, mie ayam, snack makanan ringan, es marimas, es teh, es cincau, dan es buah. Remaja dalam memilih makanan jajanan dipengaruhi beberapa hal seperti pengetahuan dan sikap. Peningkatan pengetahuan dan sikap anak sekolah tentang keamanan makanan jajanan dapat dilakukan dengan cara penyuluhan dengan media. Pemilihan media diharapkan yang tepat, menarik dan efektif untuk penyampaian pesan. Salah satu media pendidikan yang menarik dan efektif adalah cerita bergambar (cergam). Menurut Mitchell (2003), buku cerita bergambar memiliki gambar dan katakata yang tidak berdiri sendiri. Gambar dan kata-kata dalam sebuah cerita bergambar (cergam) bergantung menjadi sebuah kesatuan cerita. Menurut Jovita (2006), cergam dapat memberikan visualisasi itu akan mudah menciptakan imajinasinya. Manfaat adanya cergam antara lain perkembangan remaja, sebagai media bacaan untuk hiburan, dapat meningkatkan pengetahuan dan lebih pintar bertindak. Pemberian buku cerita bergambar dapat berpengaruh positif terhadap pengetahuan gizi. Buku cerita bergambar sebagai alternatif media pembelajaran agar lebih menarik. Pembelajaran tidak hanya dilakukan sekali, tetapi perlu dilakukan pengulangan agar daya ingatnya bertambah (Ikada, 2010). Siswa di SMP Negeri 1 Kebakramat Karanganyar khususnya kelas VII dalam satu bulan terakhir mengkonsumsi makanan jajanan sebanyak 72,54 % dari 204 siswa. Survei pendahaluan untuk pengetahuan siswa SMP Negeri 1 Kebakramat tentang keamanan makanan jajanan dari 20 responden, 100% responden memilki nilai pengetahuan kurang baik dengan nilai kurang dari 80%, sehingga dapat 66
dikategorikan sebagai pengetahuan kurang baik. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perbedaan pengetahuan dan sikap remaja tentang keamanan makanan jajanan antara sebelum dan sesudah pendidikan dengan media cerita bergambar di SMP Negeri 1 Kebakramat Karanganyar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengetahuan dan sikap remaja tentang keamanan makanan jajanan antara sebelum dan sesudah pendidikan dengan media cerita bergambar di SMP Negeri 1 Kebakramat Karanganyar. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif jenis Quasi Eksperimen dengan rancangan penelitian one group pretest posttest design. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja kelas VIII yang tercatat sebagai siswa di SMP Negeri 1 Kebakramat Karanganyar yang berjumlah 204 anak. Berdasarkan kriteria eksklusi dan inklusi sampel dalam penelitian ini berjumlah 71 anak. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner identitas responden, kuesioner pengetahuan, kuesioner sikap dan buku cerita bergambar. Buku cerita bergambar berisi tentang materi keamanan makanan jajanan seperti pengertian makanan jajanan, pengertian keamanan makanan jajanan, bahan tambahan pangan, bahan pengawet, bahan pemanis, bahan penyedap dan bahan pewarna. Skor pengetahuan dan sikap diukur dengan kuesioner sebanyak 25 pertanyaan. Skor pengetahuan untuk pertanyaan yang bersifat positif jawaban benar score 1 dan jawaban salah nilai 0. Scoring sikap, jawaban pertanyaan menggunakan scoring dengan pendekatan z-score skala Likert yang setiap point jawaban tidak pasti selalu sama dengan jawaban dari pertanyaan selanjutnya. Pengambilan data dilakukan dengan tahap pertama melakukan pre test kepada sampel kemudian setelah selesai diberikan media buku cerita bergambar. Buku cerita
Prosiding Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan Update: Upaya Promotif, Preventif, dan Rehabilitatif dalam Penanganan Stroke
bergambar tersebut diberikan kesempatan dibawa pulang selama 1 hari untuk dibaca ulang. Tahap kedua setelah peminjaman buku cergam dilakukan post test dengan kuesioner yang sama. Hasil uji normalitas data, data terdistribusi normal sehingga diuji dengan uji Paired Samples T Test. HASIL Gambaran Umum SMP Negeri 1 Kebakramat SMP Negeri 1 Kebakramat merupakan Sekolah Menengah Pertama yang terletak di Jalan Raya Solo-Sragen Km. 11 Kebakramat, Kelurahan Kemiri, Kecamatan Kebakramat, Kota Karanganyar. SMP Negeri 1 Kebakramat memiliki berbagai sarana dan prasarana yang menunjang proses belajar mengajar. SMP Negeri 1 Kebakramat Karanganyar menunjukkan bahwa terdapat 13 jumlah pedagang makanan jajanan dan kurang lebih 23 macam jenis makanan jajanan. Kondisi makanan jajanan yang dijual di kantin sekolah dan luar sekolah memiliki beda. Perbedaan makanan jajanan yang diperjualkan pada kemasan dan jenis makanannya. Indikasi tidak aman makanan jajanan di luar lingkungan SMP Negeri 1 Kebakramat Karanganyar dapat dilihat pada penjual es buah dengan warna yang mencolok, penjual cilok yang sausnya berwarna merah pekat dan merah orange encer, penjual bakso goreng menggunakan minyak yang tidak jernih, serta pedagang makanan jenis gorengan yang tidak menggunakan penutup makanan. Makanan jajanan di dalam kantin sekolah seperti roti tawar, snack ringan, minuman berfermentasi, dan gorengan dengan penutup.
Karakteristik Sampel Penelitian Karakteristik sampel diperoleh menggunakan kuesioner identitas responden. Kuesioner tersebut meliputi jenis kelamin, umur sampel, dan besar uang saku. Data distrubsui tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
ISSN 2460-4143
Tabel 1. Karakteristik Sampe Penelitian Karakteristik N % Jenis Kelamin Laki-Laki 24 33,8 Perempuan 47 66,2 Umur 42,3 30 13 Tahun 53,8 38 14 Tahun 4,2 3 15 Tahun Uang saku <5,000 10 14,1 5.000-10.000 60 84,5 >10.000 1 1,4
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa jumlah sampel kelas VIII paling banyak berjenis kelamin perempuan sebesar 66,2% dibandingkan laki-laki hanya sebesar 33,8%. Sampel rata-rata terbanyak usia 14 tahun dengan presentase 69 %. Umur paling rendah adalah umur 13 tahun dengan presentase 42,3%. Penelitian ini umur paling tinggi dengan usia 15 tahun sebesar 4,2%. Uang saku terbanyak yang diperoleh sampel dari orang tua sebesar 5.000 – 10.000 rupiah sebanyak 84,5% dan yang paling sedikit menerima > 10.000 rupiah sebanyak 1,4%. Karakteristik Orang Tua Sampel Penelitian Karakteristik orang tua sampel diperoleh menggunakan kuesioner identitas responden. Kuesioner tersebut meliputi pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, pendidikan ayah dan pendidikan ibu. Data distrubsui tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Karakteristik Pekerjaan Orang Tua Pekerjaan Pekerjaan Ayah Ibu N % N % 2 2,8 22 31 Tidak Bekerja Swasta 34 47,9 31 43,7 8 11,3 5 7 PNS/guru 13 18,3 6 8,5 Wiraswasta/ pedagang buruh 14 19,7 7 9,9
Persentase pekerjaan ayah yang paling banyak adalah sebagai pegawai swasta sebesar 47,9% dan yang paling kecil adalah tidak bekerja sebesar 2,8%. Pekerjaan ibu berdasarkan tabel tersebut yang paling banyak sebagai pegawai swasta sebesar 67
ISSN 2460-4143
Prosiding Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan Update: Upaya Promotif, Preventif, dan Rehabilitatif dalam Penanganan Stroke
43,7% dan paling sedikit berprofesi sebagai PNS/ guru sebesar 7%. Pekerjaan orang tua merupakan indikator keberhasilan dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Pekerjaan yang dilakukan orang tua akan memperoleh upah atau pendapatan. Tingkat pendapatan keluarga akan mempengaruhi pada daya beli terhadap makanan dan kualitasnya. Tabel 3. Karakteristik Pendidikan Orang Tua Pendidikan Pendidikan Ayah Ibu N % N % Dasar 23 32,39 30 42,25 Menengah 36 50,71 30 42,25 Tinggi 12 16,9 11 15,5
Pendidikan ayah paling banyak adalah tingkat menengah (SMA/SMK) sebesar 50,71% dan paling sedikit adalah tingkat tinggi (diploma/sarjana) sebesar 16,9%. Menurut Dasmiati (2003), tingkat pendidikan akan mempengaruhi pola konsumsi makanan melalui cara pemilihan bahan makanan. Orang tua yang berpendidikan tinggi memiliki potensi untuk memilih makanan yang lebih baik dalam hal kualitas dan kuantitas dibandingkan orang tua yang berpendidikan lebih rendah. Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Pendidikan dengan Media Cergam Sampel dalam penelitian ini adalah anak SMP kelas VIII sebanyak 71 siswa. Pengetahuan sampel dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kategori yaitu pengetahuan baik dan tidak baik. Pengetahuan sampel sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan gizi dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Pendidikan Pengetahuan Sig (p) Sebelum Sesudah Mean 77,9 ± 3,9 93,7 ± 5 0,000 Minimal 72 80 Maksimal 88 100
Berdasarkan Tabel 4 tersebut dapat diketahui bahwa pengetahuan remaja tentang keamanan makanan jajanan sebelum 68
diberikan pendidikan cerita bergambar memiliki nilai minimum sebesar 72 dan maximum sebesar 88. Sampel dengan total 71 siswa diperoleh nilai rata-rata 77,9 dengan standar deviasi 3,9. Nilai rata-rata sampel tersebut termasuk kategori pengetahuan tidak baik. Pengetahuan remaja tentang keamanan makanan jajanan sesudah diberikan pendidikan cerita bergambar memiliki nilai minimum sebesar 80 dan maximum sebesar 100. Sampel dengan total 71 siswa diperoleh nilai rata-rata 93,7 dengan standar deviasi 5. Berdasarkan hasil analisis perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah pendidikan dengan uji Wilcoxon Test, diperoleh hasil dengan p-value sebesar 0,000. Hasil tersebut menunjukkan ada perbedaan pengetahuan remaja tentang keamanan makanan jajanan antara sebelum dan sesudah pendidikan dengan media cerita bergambar. Pengetahuan sebelum diberikan pendidikan dengan media cerita bergambar masih terdapat pengetahuan sampel yang tidak baik. Pendidikan akan memberikan peran yang sangat penting untuk peningkatan pengetahuan sampel. Pengetahuan sesudah mendapatkan pendidikan dengan media cerita bergambar, kategori pengetahuan seluruh responden menjadi baik dikarenakan adanya bantuan media cerita bergambar. Media cerita bergambar ini memberikan materi untuk mempermudah dalam memahami pengetahuan tentang keamanan makanan jajanan. Media cerita bergambar ini merupakan media visual yang diberikan alur cerita agar sampel tertarik dalam membaca. Menurut Sudjana dkk (2002), cerita bergambar media yang menarik dan efektif untuk digunakan dalam proses belajar mengajar. Peningkatan pengetahuan ini menunjukkan keberhasilan adanya pendidikan gizi dengan media sehingga sampel mampu merubah pola konsumsi makanan jajanan.
Prosiding Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan Update: Upaya Promotif, Preventif, dan Rehabilitatif dalam Penanganan Stroke
ISSN 2460-4143
Sikap Sebelum dan Sesudah Pendidikan dengan Media Cergam Sampel dalam penelitian ini adalah anak SMP kelas VIII sebanyak 71 siswa. Sikap sampel dapat dibagi menjadi dua kategori. Kategori untuk sikap yaitu mendukung dan tidak mendukung. Sikap sampel sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan gizi dapat dilihat pada Tabel 5.
sikap yang menjadi mendukung ini dikarenakan oleh pengetahuan yang meningkat berdampak pada penilaian terhadap sikap yang mendukung. Peningkatan sikap ini menunjukkan keberhasilan dalam memberikan pendidikan dengan media cerita bergambar yang berdampak pada sikap sampel menjadi lebih baik.
Tabel 5. Perbedaan Sikap Sebelum dan Sesudah Pendidikan Sikap Sig (p) Sebelum Sesudah Mean 70,4 ± 7 85 ± 4,9 0,000 Minimal 56,9 84,7 Maksimal 74,8 96,1
PENUTUP SIMPULAN 1. Pengetahuan remaja tentang keamanan makanan jajanan sebelum pendidikan dengan media cerita bergambar sebesar 36,6% adalah baik dan 63,4% tidak baik. Pengetahuan remaja tentang keamanan makanan jajanan sesudah pendidikan dengan media cerita bergambar sebesar 100% adalah baik. 2. Sikap remaja tentang keamanan makanan jajanan sebelum pendidikan dengan media cerita bergambar sebesar 12,7% adalah mendukung dan 87,3% tidak mendukung. Sikap remaja tentang keamanan makanan jajanan sesudah pendidikan dengan media cerita bergambar sebesar 83,1 adalah mendukung dan 16,9% tidak mendukung. 3. Terdapat perbedaan pengetahuan remaja tentang keamanan makanan jajanan antara sebelum dan sesudah diberikan pendidikan dengan media cerita bergambar. 4. Terdapat perbedaan sikap remaja tentang keamanan makanan jajanan antara sebelum dan sesudah diberikan pendidikan dengan media cerita bergambar.
Berdasarkan hasil pengumpulan data sikap remaja tentang keamanan makanan jajanan sebelum diberikan pendidikan cerita bergambar memiliki nilai minimum sebesar 56,9 dan maximum sebesar 74,8. Sampel dengan total 71 siswa diperoleh nilai ratarata 70,4 dengan standar deviasi 7. Sikap remaja tentang keamanan makanan jajanan sesudah diberikan pendidikan cerita bergambar memiliki nilai minimum sebesar 84,7 dan maximum sebesar 96,1. Sampel dengan total 71 siswa diperoleh nilai ratarata 85 dengan standar deviasi 4,9. Berdasarkan hasil analisis perbedaan sikap sebelum dan sesudah pendidikan dengan uji Paired T Test, diperoleh hasil dengan pvalue sebesar 0,000. Hasil tersebut menunjukkan ada perbedaan sikap remaja tentang keamanan makanan jajanan antara sebelum dan sesudah diberikan pendidikan gizi. Menurut Notoatmodjo (2003), sikap merupakan kecenderungan seseorang dalam membentuk cara berfikir, mengekspresikan dan kemudian bertindak terhadap objek yang ada didepannya dan bersifat menetap. Sikap sesorang terhadap respon objek dipengaruhi oleh beberapa faktor yang meliputi pengalaman pribadi kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media masa, institusi atau lembaga pendidikan dan faktor emosional (Azwar, 2000). Peningkatan nilai
SARAN Buku cerita bergambar dapat digunakan salah satu alternatif media pembelajaran untuk pendidikan gizi. Pendidikan gizi perlu diberikan kepada siswa sekolah guna untuk meningkatkan pengetahuan tentang gizi.
69
ISSN 2460-4143
Prosiding Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan Update: Upaya Promotif, Preventif, dan Rehabilitatif dalam Penanganan Stroke
DAFTAR PUSTAKA Azwar, S. 2000. Manusia: Teori dan Pengukurannya. Jakarta: Pustaka Pelajar. BPOM. 2009. Sistem Keamanan Pangan Terpadu Jajanan Anak Sekolah. http://bpom.go.id. Dasmiati. 2003. Hubungan Pola Konsumsi, Aktivitas Fisik, dan Daya Beli Keluarga dengan Kejadian Obesitas Anak SD Swasta Marsudirini. Jakarta Timur. Ikada, DC. 2010. Tingkat Penerimaan Buku Cerita Bergambar Sebagai Media Pendidikan Gizi dan Pengaruhnya Terhadap Pengetahuan Gizi Anak Sekolah Dasar. Skripsi. Program Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor.
70
Jovita M. 2006. Perancangan Cergam Kreatif Bertemakan Ular Tangga Berbasis Pengetahuan Umum untuk Anak Sekolah Dasar Hingga Menengah di Surabaya [skripsi]. Surabaya: Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra. http://www.digilib.peta.ac.id Khomsan, A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga. Bogor: IPB. Mitcheel, D. 2003. Children’s Literature an Imination to the Word. Michigan State University. Notoatmodjo, S. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Sudjana, Nana, Riva’i, Ahmad. 2002. Media Pengajaran. Jakarta: Sinar Baru Algensindo