PEMBINAAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU MELALUI MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) PAI TINGKAT SMPN di JAKARTA BARAT Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I) Jenjang Pendidikan Strata Satu (S-1)
Disusun oleh:
Nurdianah 109011000048
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATsULLAH JAKARTA 1435H/2014 M
ABSTRAK Nurdianah (NIM : 109011000048). Pembinaan Kompetensi Profesional Guru Melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) PAI Tingkat SMPN di Jakarta Barat. pentingnya peranan MGMP sebagai wadah pembinaan kompetensi guru demi meningkatkan kompetensi profesionalnya. MGMP PAI Jakarta Barat telah lama terbentuk dan memiliki kegiatan serta kepengurusan yang terorganisir. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan secara mendalam pembinaan profesional guru melalui MGMP. Adapun metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode kualitatif dengan mengambil latar MGMP PAI yang ada di Jakarta Barat. Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan pengamatan, wawancara mendalam dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan memberikan makna terhadap data yang berhasil dikumpulkan dan dari makna tersebut ditarik kesimpulan, keabsahan data dilakukan dengan menggunakan triangulasi, dengan cara Chek Rechek yaitu pengulangan kembali data yang telah diperoleh dengan mengkonfirmasi dari sumber yan berbeda, sepeti informasi adat dari pengurus MGMP PAI dengan anggota MGMP PAI SMP Jakarta Barat. Cross cheking yaitu dilakukan checking data dengan mengkonfirmasi dan membandingkan antara data yang telah diperoleh dengan metode pengumpulan data yang lain, misalnya seperti memeriksa keabsahan data program kerja MGMP dari hasil wawancara pengurus MGMP dengan data hasil dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bentuk pembinaan MGMP PAI yaitu melalui kegiatan dan program-programnya yakni terdiri dari program rutin meliputi : (1) diskusi permasalahan pembelajaran, melaksanakan Kegiatan MGMP secara bergilir, pelatihan dan penyusunan pengembangan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan pembuatan kisi-kisi dan penyusunan soal. Sedangkan program pengembangan meliputi : workshop, diklat, seminar, kegiatan FL2SN (Festival Lomba Lintas Sekolah Negeri), pembinaan guru seperti kegiatan khutabah, pengenalan kurikulum 2013, maulid bersama, pesantren kilat bersama untuk para siswa, Kegiatan pembuatan buku pedoman rohis dan pesantren kilat, program pencetusan sholat dhuha dan pemberantasan butu huruf Al-Qur’an pada siswa. (2) Memberikan kesempatan kepada anggota MGMP yang kreatif dan inovatif untuk berbagi pengetahuan, wawasan, kemampuan dan keterampilan profesional kepada sesama teman sejawat dan mendiskusikan bersama hasil karyanya untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dalam usaha meningkatkan mutu pengetahuan, wawasan, kemampuan dan keterampilan masing-masing, mendiskusikan dan mencari atau merumuskan pemecahan berbagai masalah dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing. (3) Sedangkan hambatan yang dihadapi dalam proses pembinaan kompetensi profesional guru yaitu luasnya wilayah dan kompleksnya permasalahan guru dilapangan, tidak optimalnya manejemen MGMP dan kurangnya partisipasi anggota MGMP .
vi
ABSTRAK Nurdianah (NIM : 109011000048). Development of Professional Competence Through Teacher Subject Teachers Council (MGMP) PAI rate of SMP in West Jakarta. MGMP important role as a forum for competence development of teachers in order to improve their professional competence. MGMP PAI West Jakarta has long-established and have organized activities and stewardship. This study aims to describe in depth the professional development of teachers through MGMP. The methods used in this thesis is a qualitative method to take MGMP PAI background in West Jakarta. Data collection is done by conducting observation, interview and documentation. Data analysis was done by giving meaning to the data collected and of the meaning of the conclusion, the validity of the data is done by using triangulation, by Chek Rechek that repetition of the data that has been obtained by confirming the source yan different, crate custom information from administrators MGMP PAI with members MGMP PAI SMP West Jakarta. Cross checking cheking that is done to confirm and compare the data with the data that has been obtained by other methods of data collection, such as checking the validity of data MGMPs work program of the interview board MGMPs with the data documentation. The results showed that PAI MGMPs form of guidance through activities and programs that consist of routine program include: (1) discussion of the problems of learning, implementing Working Group activity in rotation, training and preparation of syllabus development and Learning Implementation Plan (RPP) and the manufacture of kisi- lattice and the preparation of a matter. While the development program include: workshops, training, seminars, activities FL2SN (Festival Competition Cross Public School), coaching teachers as activities khutabah, the introduction of Curriculum 2013, maulid together, boarding lightning along to the students, the activity of making manuals Rohis and boarding lightning, Duha prayer arcing program and eradication butu letter of the Qur'an in students. 2) Provide an opportunity for members MGMPs creative and innovative ways to share knowledge, insights, abilities and professional skills to fellow colleagues and discuss together the results of his work to get something better in an effort to improve the quality of knowledge, insight, skills and abilities each respectively, discuss and find or formulate solving various problems and obstacles encountered in the implementation of the tasks and functions of each. (3) While the obstacles encountered in the process of development of professional competence of teachers, namely the extent of the area and the complex problems of teachers in the field, is not optimal manejemen MGMP and the lack of participation of members of the MGMP.
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur dengan penuh ketulusan dan kerendahan hati yang teramat dalam kepada Dzat yang Maha Pemurah, Maha Pengasih, yang memiliki hari pembalasan pada yaumil akhir, Allah Swt atas nikmat yang tiada batas terutama nikmat iman dan islam serta tak lepas pula nikmat sehat yang masih diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat seiring salam tak terhingga kepada Nabi Muhammad Saw, sahabat-sahabatnya, dan para pengikutnya yang telah membawa kita dari alam jahiliyah yang gelap gulita menuju ke alam yang terang benderang dengan ilmu pengetahuan. Salah satu syarat menyelesaikan studi dan mencapai gelar sarjana Strata Satu (S1) di pergguruan tinggi negri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah membuat karya tulis ilmiah dalam bentuk skripsi. Dalam rangka itulah penulis membuat
skripsi
ini
dengan
judul
“PEMBINAAN
KOMPETENSI
PROFESIONAL GURU MELALUI MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) PAI TINGKAT SMPN DI JAKARTA BARAT” Selama pembuatan skripsi ini, penulis tidak sedikit mengalami kesulitan dan hambatan, baik yang menyangkut pengaturan waktu, pengumpulan bahanbahan atau data maupun pembiayaan dan lain sebagainya. Namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka segala kesulitan dan hambatan itu alhamdulilah dapat teratasi dengan sebaik-baiknya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, sepantasnyalah penulis menyampaikan rasa terimakasih dan persembahan yang setinggi-tingginya antara lain kepada: 1.
Dra. Nur Lena Rifai, M.A. Ph.D. dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. yang telah mempermudah dan melancarkan penyelesaian skripsi ini
2.
Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag ketua jurusan Pendidikan Agama Islam, dan Marhamah Saleh, Lc, M.A Selaku sekretaris Jurusan Pendidikan Agama
viii
Islam yang selama ini telah memberikan ilmu dan bimbingannya yang sangat berharga bagi penulis. 3.
Dra. Manerah dosen Pembimbing Skripsi, yang tidak kenal lelah dan meluangkan waktunya untuk memberi arahan dan bimbingannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
4.
Drs. Basuni, M.A. dosen Pembimbing Akademik yang selama ini telah membekali penulis berbagai ilmu pengetahuan.
5.
Seluruh Dosen, Staf dan Karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pengetahuan, pemahaman dan pelayanan selama penyusunan skripsi ini.
6.
Ayahanda Djunaedi dan Ibunda Umiyatun dan Nurinah tercinta, penulis ucapan terimakasih atas doanya serta dukungan moril, dukungan Spritualnya dan kerja kerasnya selalu memberikan yang terbaik untuk anaknya, dan mereka sebagai sumber motivasi penulis.
7.
Keluarga dirumah semuanya, Khususnya untuk suamiku Gunawan M.Pd, kakaku Dra. Mardhiah M.Pd.I, Ruslaini M.M, M.Pd, M.Firmasyah, Lusianah, Firdiansih terima kasih sudah memberikan dukungan moril dan materinya, selalu memberi semangat kepada penulis untuk tetap semangat mengerjakan skripsi.
8.
Kepada Pihak pengurus dan anggota MGMP Jakarta Barat yang telah membantu penulis dalam menyesaikan penyusunan skripsi ini, ibu Dra. mardhiah, S.Pd, M.Pd.I, Bapak Drs. H. Haitami M. Nuh serta pengurus dan anggota lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa terima kasih saya.
9.
Kepada seluruh Mahasiswa PAI angkatan 2009, khususnya penulis ucapkan terimakasih kepada Nursa’adah, Mage, Nurfaizah, Dini, Cika, Ira, Ninis dan teman-teman PAI B dan Pemikiran yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu
terimakasih atas dukungan morilnya dan
inspirasinya.
ix
10. Kepada Kepala Sekolah, Guru-guru dan Siswa-siswi RA Nurul yaqin Kebayoran baru yang selalu memberikan semangat kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Terakhir sebagai insan akademik, merasa bangga dan senang apabila ada kritik dan saran yang bersifatnya kontruktif dari pada cerdik dan cendikia demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT., yang Maha Pengasih dan Penyayang berkenan membalas semua amal ibadah mereka. Amin. Akhirnya hanya kepada Allah Swt, penulis menyerahkan segalanya dengan harapan semoga karya ini bermanfaat.
Jakarta, 10 Mei 2014 Penulis
Nurdianah NIM 109011000048
x
DAFTAR ISI
LEMBAR COVER ....................................................................................
i
LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ..........................
ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI .........................
iii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASAH ............
iv
LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI .....................................
v
ABSTRAK .................................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ...............................................................................
viii
DAFTAR ISI ..............................................................................................
x
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ......................................................
1
B. Identifikasi Masalah ............................................................
5
C. Pembatasan Masalah ..........................................................
6
D. Rumusan Masalah ...............................................................
6
E. Tujuan Peneltian dan Manfaat Penelitian ...........................
6
F. Kegunaan Penelitian............................................................
7
KAJIAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pembinaan Kompetensi Profesional Guru a. Pengertian Profesional Guru PAI. ......................................
8
b. Pengertian Pembinaan Kompetensi Profesional Guru PAI
18
c. Tujuan dan Fungsi Pembinaan Kompetensi Profesional ...
20
d. Bentuk-Bentuk Pembinaan Kompetensi Profesional Guru
22
2. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) PAI a. Pengertian MGMP .............................................................
24
b. Landasan MGMP. ..............................................................
30
c. Fungsi dan Tujuan MGMP ...............................................
32
x
BAB III
BAB IV
d. Bentuk Kegiatan MGMP ...................................................
33
B. Hasil Penelitian yang Relevan ..............................................
36
METODELOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................
38
B. Latar Penelitian ...................................................................
38
C. Metode Penelitian................................................................
38
D. Prosedur Pengumpulan Data ...............................................
39
E. Pemerikasaan atau Pengecekan Keabsahan Data ................
41
F. Analisis Data .......................................................................
41
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data 1. Profil MGMP PAI Jakarta Barat a. Latar Belakang MGMP PAI Jakarta Barat .....................
43
b. Visi, Misi dan Tujuan MGMP PAI Jakarta Barat...........
43
c. Kepengurusan dan Keanggotaan MGMP PAI Jakarta Barat 44 d. Program Kerja MGMP PAI Jakarta Barat .....................
46
e. Pendanaan MGMP PAI Jakarta Barat ............................
47
2. Pembinaan Kompetensi Profesional Melalui MGMP
BAB V
a. Bentuk Pembinaan MGMP .............................................
48
b. Manfaat Pembinaan MGMP ...........................................
57
c. Hambatan Dalam Pembinaan MGMP ............................
58
B. Pembahasan Hasil Penelitian ...............................................
61
PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................
66
B. Saran ...................................................................................
67
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
69
LAMPIRAN
xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuntutan akan sumber daya manusia unggulan yang memiliki kompetensi yang tinggi merupakan kebutuhan mendesak dalam menyelesaikan berbagai krisis yang terjadi di Indonnesia dalam segala aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan Formasi dalam bidang pendidikan akan melibatkan semua komponen pendukungnya, baik siswa, sekolah, manajemen pengelolaannya maupun guru untuk meningkatkan sumber daya manusia Indonesia secara optimal. Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui usaha pengajaran dan pelatihan, proses perubahan dan cara mendidik. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah masih rendahnya mutu guru. Seiring dengan terbitnya Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI No. 18 tahun 2007 tentang sertifikasi bagi guru dalam jabatan, setiap guru dituntut meningkatkan profesionalitas guru. Dengan kata lain setiap guru harus meningkatkan kompetensinya sebagai seorang guru, baik kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, maupun profesional. Dengan kompetensi ini diharapkan dapat merencanakan dan melaksanakan pembelajaran dengan baik serta mampu mengembangkan profesinya. Untuk menjawab tantangan rendahnya mutu pendidikan, aneka upaya meningkatkan profesionalitas guru perlu dilkukan. Tilaar mengemukakan bahwa profesi guru bukanlah merupakan profesi yang sudah jadi. Guru perlu secara umum perlu terus menerus mengubah diri karena pengalaman mendidik bukan merupakan pengalaman rutin. Guru merupakan pelaku dalam tindakan pedagogis karena pedagogis dalam kehidupan terus menerus berubah, profesionalitas guru akan berubah. Keberadaan guru merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam dunia pendidikan karena guru merupakan induk dari proses belajar mengajar, baik di jalur pendidikan formal maupun nonformal. Oleh sebab itu dalam setiap upaya peningkatan kualitas pendidikan di tanah air tidak dapat lepas dari hal yang 1
2
berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. Masyarakat telah menuntut patokan tinggi terhadap profesionalitas guru. Guru dituntut untuk terus mengembangkan diri, mengasah wawasan dan terus mencari metode pengajaran terbaik guna membekali anak didiknya dengan visi yang tajam dan ilmu yang menjanjikan sehingga masa depan muridnya cemerlang. Filosofi sosial budaya dalam pendidikan di Indonesia, telah menempatkan fungsi dan peran guru sedemikian rupa sehingga para guru di Indonesia tidak jarang telah diposisikan mempunyai peran ganda bahkan multi fungsi. Guru dituntut tidak hanya sebagai pendidik yang harus mampu mentranformasikan nilai-nilai ilmu pengetahuan tetapi sekaligus sebagai penjaga moral bagi anak didik. Guru harus disiapkan menjadi tenaga profesional, agar mampu bersaing dengan tenaga pendidikan dari luar. Untuk menjadi profesional, guru harus dipersiapkan dengan baik sejak dilembaga pendidikan, dan berjalan terus dengan baik sampai dilingkungan kerja melalui in-service training. Jika program-program tersebut dapat berjalan dengan baik, seharusnya sudah tersedia guru-guru profesional.
Hal terpenting yang harus dikondisikan adalah guru yang mampu
mengapresiasikan profesinya, sehingga ia secara perlahan tetap pasti dapat tumbuh menjadi profesional yang handal. Saat ini sertifikasi guru sedang digalakan oleh pemerintah, karena dianggap para guru belum profesional. Hal ini akibat lahirnya UU Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, yang menuntut guru menjadi suatu profesi. Kebijakan ini diikuti lahirnya peraturan Mendiknas nomor 18 tahun 2007 tentang sertifikasi profesi guru dalam jabatan. Namun sayangnya kebijakan ini belum dapat mendukung proses pembelajaran guru untuk tumbuh menjadi profesional, kecuali sekedar mendapatkan tunjangan profesi sebagai tambahan kesejahteraan. Seharusnya ada formulasi perlakuan yang dikemas sedemikian rupa sehingga guru melakukan aktifitas belajar. Ini dapat dilakukan di sekolah sendiri, kelompok kerja guru (KKG) untuk para guru SD, atau Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) bagi para guru SLTP atau sederajat. 1 1
Bedjo Sujanto, manajemen pendidikan berbasis sekolah, (Jakarta: CV sagung seto, 2007) hal.119.
3
Seiring dengan terbitnya Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI no.16 tahun 2007 tentang standar akademik dan kualifikasi guru maka setiap guru dituntut untuk meningkatkan profesional, yaitu setiap guru harus meningkatkan kompetensinya, baik kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial maupun profesional. Dengan kompetensi ini guru diharapkan dapat merencanakan dan melaksanakan pembelajaran dengan baik, menjadi teladan bagi siswa serta mampu mengembangkan profesinya.2 Agenda utama yang perlu diprogramkan guna meningkatkan mutu pendidikan di tingkat SMP adalah perubahan pada proses pembelajaran di kelas. Perubahan tersebut sulit terwujud tanpa adanya peningkatan profesionalitas guru, karena guru memegang peran paling dominan dalam proses pendidikan. Semakin tinggi profesionalitas guru diduga akan semakintinggi mutu pendidikan. Ada beberapa upaya dalam membina profesional guru. Upaya tersebut adalah melalui musyawarah guru mata pelajaran (MGMP), pendidikan latihan, pengembangan profesional, forum diskusi pembentukan gugus sekolah dan sebagainya. Salah satu upaya yang perlu ditumbuhkan dan dikembangkan serta terus digalakan adalah pembentukan gugus sekolah. Pada prinsipnya gugus sekolah adalah wadah sekolompok guru bidang tertentu dari wilayah tertentu, misalnya tingkat kota sebagai tempat membicarakan dan mencari solusi dari masalah yang dihadapi bersama. Misalnya guru-guru PAI membentuk kelompok guru PAI, selanjutanya anggota kelompok tersebut diharapkan mampu melakukan pembinaan profesional di sekolah masing-masing. Di sekolah Dasar gugus ini dikenal dengan istilah Kelompok Kerja Guru (KKG), di SMP/MTs dan SMA/MA dengan istilah Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dan di SMK dengan istilah Musyawarah Guru Mata Diklat (MGMD). Upaya Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Pendidikan Agama Islam dalam mengembangkan kompetensi profesional guru PAI sangatlah penting karena lembaga ini merupakan wadah kegiatan profesional guru PAI dalam meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan. Selain itu melalui 2
Dirjen Pendidikan Islam, Kumpulan undang-undang dan peraturan pemerintah RI tentang pendidikan BAB IV tentang guru pasal 10 ,(Jakarta: Departemen agama, 2007) hal 78.
4
kegiatan ini dapat dilakukan diskusi, tukar pemikiran, pengalaman antar anggota MGMP PAI untuk mengatasi permasalahan yang ada dan berkembang di sekolah. Peningkatan profesionalitas juga perlu diupayakan sebagai akibat adanya perubahan paradigma dalam proses pembelajaran dari mengajar (teaching)menjadi belajar (learning) dan dari teacher centered menjadi student centered. Pembelajaran yang didominasi oleh kegiatan mengajar dengan peran guru mendominasi proses pembelajaran ternyata tidak efektif sebagai uapaya meningkatkan mutu pembelajaran. MGMP merupakan wadah pembinaan profesi yang dapat dimanfaatkan untuk guru dalam mengembangkan profesinya. Melalui MGMP para guru dapat meningkatkan profesinya dengan berdiskusi dan mempraktekan penyusunan program tahunan (prota), program semester, analisi materi pembelajaran, program satuan pengajaran, metode pengajaran, alat evaluasi, bahan ajar, pembuatan dan pemanfaatanmedia pengajaran juga dapat dikajidalam forum ini, barbagai masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran juga dapat ditangani melalui forum ini sebagai tempat untuk membina profesional gutu perlu dikelola oleh pengurus yang profesional. Pengurus profesional adalah pengurusyang mengetahui dan mempraktekan prinsip-prinsip manajemen. Dalam lingkup MGMP PAI SMPN Jakarta Barat, pengurus harus mampu berperan sebagai perencana kegiatan, pengorganisasi kegiatan, pemimpin kegiatan dan pengendali kegiatan. MGMP PAI Jakarta dibentuk oleh para guru Pendidikan Agama Islam yang bertugas dilembaga pendidikan tingkat menengah atas, baik negeri maupun swasta. Lembaga tersebut berada dibawah naungan Dinas Pendidikan Departemen Agama dan yayasan sekolah. Seperti diketahui pemerintah mengeluarkan sebuah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan setelah uji coba mulai 2006 sudah diberlakukan berdasarkan PP no. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) pasal 17 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan
potensi/karakteristik
daerah,
sosial
budaya
masyarakat,
dan
karakteristik peserta didik. Sekolah dan komite sekolah kurikulum satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar
5
kompetensi lulusan serta pedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).3 Kenyataan yang ditemukan dilapangan guru masih mendapatan kesulitan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai pendidik yang profesional. Kesulitan yang dihadapi diantaranya ialah mengembangkan silabus, menyusun RPP
berkarakter
yang
sesuai
dengan
KTSP,
menginovasikan
metode
pembelajaran, mendayagunakan media pembelajaran dan evaluasi belajar, keterbelakangan peran Pendidikan Agama Islam disekolah umum sehingga perlu mengoptimalkan pendidikan agama islam. Hal tersebut diakui guru anggota MGMP .4 Hal tersebut tentu kontraduktif dengan keberadaan MGMP sebagai wadah meningkatkan profesional guru. Maka tentu patut dipertanyakan bagaimana upaya pembinaan kompetensi profesional guru PAI melalui MGMP? bagaimana pengelolaan program MGMP yang selama ini dilakukan? Hal ini menjadi penting karena tidak optimalnya program MGMP akan berpengaruh terhadap profesional guru, karena MGMP memiliki peran yang strategis dalam peningkatan kemampuan guru seperti yang telah disampaikan sebelumnya. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti akan menyusun skripsi dengan judul “PEMBINAAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU MELALUI MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) PAI TINGKAT SMPN DI JAKARTA BARAT” sehingga diharapkan ditemukan jawaban dan keterangan mengenai upaya MGMP PAI dalam membina kompetensi profesional guru PAI. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Guru masih mendapatan kesulitan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai pendidik yang profesional. 3
Dirjen Pendidikan Islam. Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan Bab IV Tentang Guru Pasal 10 (Jakarta: Departemen Agama, 2007) hal.78. 4 wawancara dengan Gunawan Win Cahyo S.Pdi. Guru PAI SMPN 89 Jakarta Barat, tanggal 10 Oktober 2012
6
2. Guru masih kesulitan mengembangkan silabus, menyusun RPP berkarakter yang sesuai dengan KTSP, menginovasikan metode pembelajaran, mendayagunakan media pembelajaran dan evaluasi belajar 3. Kurang maksimalnya MGMP dalam membina kompetensi profesional guru PAI 4. Kegiatan MGMP masih terbatas pada acara pertemuan rutin C. Pembatasan Masalah Dari masalah yang di identifikasi di atas, maka agar penelitian ini lebih terarah, ruang lingkupnya perlu dibatasi. Untuk itu penulis membatasi masalah yang akan di teliti pada hal-hal sebagai berikut : 1. Upaya MGMP dalam membina guru PAI, upaya yang di maksud ialah bagaimana dan apa saja upaya-upaya yang dilakukan MGP dalam membina kompetensi profesional guru PAI secara koordinatif dan fungsional antara sesama Guru Pendidikan Agama Islam 2. Kegiatan-kegiatan MGMP dalam membinan kompetensi profesional guru PAI tingkat SMPN di Jakarta Barat dari mulai kegiatan mingguan, bulanan dan tahunan. 3. Peneliti hanya mengambil beberapa sample anggota MGMP di beberapa sekolah SMPN di Jakarta Barat D. Rumusan Masalah 1. Bagaimana upaya MGMP PAI SMPN Jakarta Barat dalam membina profesional guru PAI? 2. Apa problem yang dihadapi MGMP PAI SMP Jakarta Barat dalam membina kompetensi profesional guru PAI? E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Untuk mengetahui upaya pembinaan kompetensi profesional yang dilakukan MGMP PAI SMP Jakarta Barat? 2. Untuk mengetahui apa saja problem yang dihadapi MGMP dalam membina kompetensi profesional guru PAI
7
F. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberikan masukan bagi guru PAI memalui program MGMP 2. Manfaat Praktis Penelitian ini dapat digunakan sebagai gambaran pelaksanaan program MGMP sekolah seperti upaya yang dilakukan, standar yang harus dipenuhi, dan problem-problem yang muncul, sehingga dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi pelaksanaan MGMP selanjutnya.
BAB II KAJIAN TEORI 1.
Pembinaan Kompetensi Profesional Guru A. Pengertian Profesional Guru Kebanyakan kita mengatakan bahwa mengajar dalah suatu profesi.
Apakah yang dimaksud dengan profesi, dan syarat-syarat serta kriteria yang harus dipenuhi agar suatu jabatan dapat disebut suatu profesi. jabatan yang sesuai dengan pengertian profesi dibawah ini : a. Melayani masyarakat b. Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu di luar jangkauan khalayak ramai (tidak semua orang dapat melakukannya) c. Menggunakan hasil penelitian dan aplikasi dari teori ke praktek d. Memerlukan pelatihan khusus dengan waktu panjang e. Terkendali berdasarkan lisensi baku atau mempunyai persyaratan termasuk (untuk menduduki jabatan tersebut memerlukan izin tertentu atau ada persyaratan khusus yang ditentukan untuk mendudukinya) f. Otonomi dalam membuat keputusan tentang ruang lingkup kerja tertentu g. Menerima tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil dan untuk kerja yang ditampilkan berhubungan dengan layanan yang diberikan. h. Mempunyai komitmen terhadap jabatan dan klien dengan penekanan terhadap layanan yang diberikan i. Menggunakan administrator untuk memudahkan profesinya, relatif bebas dari supervisinya dalam jabatan j. Mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesi itu sendiri k. Mempunyai asosiasi profesi atau kelompok elit untuk mengetahui dan mengakui keberhasian anggotanya l. Mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal-hal yang meragukan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan. m. Mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari publik dan kepercayaan diri setiap anggotanya n. Mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi.1 Khusus untuk jabatan guru, sebenarnya juga sudah ada yang mencoba menyusun
kriterianya.
Misalnya
National
Education
Asosiation
(NEA)
menyatakan kriteria berikut : a. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual 1
Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2007) cet. 3,
Hal. 16
8
9
b. Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh yang khusus c. Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama d. Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan e. Jabatan yang memerlukan baku (standar) tersendiri f. Jabatan yang lebih mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi g. Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.2 Pada dasarnya profesionalisme merupakan ide yang berkembang bersamaan dengan masyarakat modern, yang semakin lama semakin kompleks, sehingga dalam mengambil keputusan baik diri sendiri maupun orang lain makin lama makin sulit, karena untuk mengambil keputusan yang tepat memerlukan informasi dan data yang lengkap. Deklarasi guru sebagai pekerjaan profesional yang dicanangkan oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 14 Desember 2004, menjadi sebuah indikasi awal adanya komitmen serius dari pemerintah Indonesia untuk meningkatkan mutu guru. Setahun kemudian, pemerintah mempertegas status guru sebagai pekerjaan profesional dengan disahkannya Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pada anggal 15 Desember 2005. Menurut Undang-Undang tersebut guru adalah pendidik profesional yan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan melatih, menilai, mengevaluasi peserta didik pada anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (pasal 1). Pada tahun yang sama, juga lahirlah Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan yang salah satu diantaranya mengatur tentang standar teanga pendidik dan kependidikan.3 Diera globalisasi, bangsa Indonesia akan mengahadapi tantangan yang sangat berat yang hal ini akan menyangkut tentang sumber daya manusia. Oleh karena itu bangsa Indonesia harus mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas yang tentunya melalui pembangunan pendidikan yang bermutu. Sumber daya manusia yang bermutu dapat dihasilkan memalui lembaga pendidikan bermutu pula. Yang dimaksud dengan lembaga pendidikan yang 2 3
Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan ..., Hal. 18 Marselus R. Payong, Sertifikasi Profesi Guru, (Jakarta : PT Indeks, 2011) hal. 3
10
bermutu ialah lembaga pendidikan dimana terdapat suasana pendidikan yang kondisif, proses belajar mengajar, kurikulum yang relevan, sumber-sumber belajar, fasilitas belajar, serta pengelolaan yang baik terutama tenaga pendidik (guru) yang profesional. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen BAB IV pasal 20 menjelaskan dalam pelaksanaan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban: a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. c. Bertindak objektif dan tidak diskriminasi atas dasar pertimbangan kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran. d. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru serta nilai-nilai agama dan etika e. Memelihara dan memupukan persatuan dan kesatuan bangsa.4 Sementara prinsip profesionalitas guru dan dosen UU no.14 Tahun 2005 pasal 7 ayat 1 merupakan bagian pekerjaan khusus yang harus dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut: a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai denga bidang tugas; d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksaan tugas keprofesionalan; f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.5
4
Abd Rozak, Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, 2012) cet. 3, Hal.54 5 Abd Rozak, Pengembangan Profesi..., Hal. 50
11
Kemampuan guru mengembangkan sejumlah veriabel-variabel dan mengambil suatu keputusan merupakan inti dari setiap program yang akan disampaikan atau dilaksanakan oleh guru. Oleh karena itu, dalam setiap penyusunan program belajar mengajar guru harus memperhatikan komponenkomponen sebagai berikut: a. Guru harus mengetahui benar, mengenai tujuan yang hendak dicapai dalam mengajar dan merumuskan tujuan mengajar itu seoperasioanl mungkin, sehingga berkaitan dengan atau berorientasi pada perubahanperubahan tingkah laku belajar murid-murid yang diharapkan. b.
Guru harus mempersiapkan alat-alat evaluasi untuk mengetahui sejauh mana tujuan-tujuan yang telah dirumuskan bisa tercapai.
c.
Guru harus menetapkan materi pelajaran yang menjadi isi program, yaitu pokok-pokok bahan pelajaran yang akan disampaikan.
d.
Guru harus merencanakan program kegiatan belajar dan mengajar, yaitu menetapkan strategi pengajaran dan situasi belajar murid yang menyenangkan sehingga tingkah laku belajar murid yang diharapkan itu bisa timbul. Langkah ini menyangkut morode mengajar yang tepat dan alat-alat peraga pengajaran yang memadai.
e.
Guru harus bisa melaksanakan program tersebut dengan baik dan lancar dalam waktu jam pelajaran yang tersedia, pelaksanaan ini umumnya berisi tahap-tahap pendahuluan inti pengajaran dan penutup.
Dengan demikian masing-masing komponen diatas harus diikuti oleh guru dalam setiap ia mengajar. Masing-masing komponen itu tidak berdiri sendiri melainkan merupakan unsur-unsur yang menjadi bagian integral dalam keseluruhan proses dan prosedur pengajaran. Keberhasilan proses belajar mengajar itu sangat ditentukan oleh kemampuan guru dalam mempersiapkan program belajar mengajar guru.6
6
M. Rasyid Ridla, Tadris Jurnal Pendidikan Islam, (Pemengkasan : Jurusan Tarbiyah STAIN, 2008) volume 3. Nomor 1 hal. 35
12
Banyak faktor yang diduga terkait dengan profesional guru. Kompetensi menutur Richard D. Kellough (1998) adalah : a. Guru harus menguasai pengetahuan tentang materi pelajaran yang diajarkan. b. Guru merupaka anggota aktif organisasi profesi guru, membaca jurnal profesional, melakukan dialog dengan semua guru, mengembangkan kemahiran metodologi, membina siswa dan mteri pelajaran. c. Guru memahami proses belajar dalam arti siswa memahami tujuan belajar, harapan-harapan dan prosedur yang terjadi di kelas. d. Guru adalah perantara pendidikan yang tidak perlu tahu segalagalanya, tetapi paling tidak tahu bagaimanadan dimana dapat memperoleh pengetahuan. e. Guru melaksanakan perilaku sesuai model yang diinginkan di depan siswa. f. Guru terbuka untuk berubah, berani mengambil risiko dan siap bertanggung jawab. g. Guru tidak berprasangka gender, membedakan jenis kelamin, etnis, agama, penderitaan cacat dan status sosial. h. Guru mengorganisasi kelas dan merencanakan pelajaran secara cermat. i. Guru merupakan komunikator-komunikator yang efektif j. Guru harus berfungsi secara efektif sebagai pengambilan keputusan. k. Guru harus secara konstan meningkatkan kemampuan, misalnyadalam strategi mengajar. l. Guru secara nyata menaruh perhatian pada kesehatan dan keselamatan siswa m. Guru harus optimis terhadap kondisi belajar siswa dan menyiapkan situasi belajar yang positif dan konstruktif. n. Guru memperlihatkan kepercayaan diri pada setiap kemampuan siswa untuk belajar o. Guru harus tampil dan adil dalam menilai proses dan hasil belajar siswa p. Guru harus memperlihatkan perhatian terus menerus dalam tanggung jawab profesional dalam setiap kesempatan. q. Guru harus terampil bekerja dengan orang tua atau wali, sesama guru administrator, dan memelihara hubungan baik sesuai etika profesional. r. Guru memperlihatkan minat dan perhatian luas tentang berbagai hal. s. Guru sebaiknya mempunyai humor yang sehat. t. Guru harus mampu mengenali secara cepat siswa yang memerlukan perhatian khusus. u. Guru harus berusaha melakukan usaha khusus untuk memperlihatkan bagaimana materi pelajaran berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
13
v. Guru hendaknya dapat dipercaya baik dalam membuat perjanjia maupun kesepakatan.7 Suharsimi arikunto mengatakan bahwa secara garis besar kompetensi guru dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu : kompetensi personal, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Kompetensi personal atau kepribadian guru adalah kemampuan guru untuk memiliki sikap atau kepribadian yang ditampilkan dalam perilaku yang baik dan terpuji, sehingga dapat menimbulkan rasa percaya diri dan dapat menjadi panutan atau teladan bagi orang lain terutama bagi siswanya. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru yang berhubungan dengan partisipasi sosialnya dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, baik di tempat kerja maupun di tempat tinggalnya. Misalnya kemampuan berkomunikasi dengan siswanya, sesama guru, kepala sekolah, orang tua, pegawai, tata usaha, dal lainlain. Secara formal maupun informal. Kompetensi ini termasuk kemampuan berkomunikasi dan berperan serta dalam kegiatan kemasyarakatan di lingkungan sekitarnya. Kompetensi profesional adalah kemampuan yang terfokus pada pelaksanaan proses belajar mengajar dan terkait dengan hasil belajar siswa.8 kelayakan mengajar, kesejahteraan, pembinaan profesi, perlindungan profesi, komitmen, serta kebijakan pemerintah. Menurut akadum dalam Hasan (2003) dunia guru mempunyai permasalahan yang sangat serius, yaitu profesi guru kurang menjamin kesejahteraan karena gajinya rendah. Hal ini menyebabkan banyak guru bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sehingga waktu untuk membaca dan menulis untuk meningkatkan diri tidak ada. Pendapat yang sama dikemukakan Indra Djati Sidi, dalam mustafa (2004) bahwa loyalitas dan kinerja guru ditentukan oleh aspek-aspek yang menyangkut citra/mutu guru dan kesejahteraannya banyak contoh guru yang telah berhasil mengantarkan peserta didik mengenyam pendidikan dan penghasilan yang lebih tinggi. Namun demikian,
kondisi
ekonomi
para
guru
pada
umumnya
masih
sangat
memprihatinkan dan tetap membutuhkan peningkatan kesejahteraan. Sekalipun 7
Sudarman Danim, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, (Bandung : ALFABETA, cv, 2013), cet ke-3. Hal. 57-58 8 Sudarman Danim, Profesionalisasi dan Etika..., Hal.58
14
demikian, yang cukup membanggakan dan seharusnya sekaligus menyentuh nurani pengambil kebijakan ialah mereka tetap kukuh dan bangga menjadi guru. (kompas, 2005). Mereka bagaikan lilin yang tak pernah kunjung padam, dimana mereka lkhlas meleleh setelah alam sekitarnya sekitarnta tersinari sehingga menjadi terang dan lingkungan menjadi
bermakna daam kehidupan umat
manusia. Kemampuan profesional, sebagaimana dirumuskan oleh P3G yang meliputi kemampuan profesional guru yaitu: a. b. c. d. e. f. g. h. i. j.
Menguasai bidang studi dalam kurikulum sekolah dan menguasai bahan pendalaman aplikasi bidang study Mengelola program belajar mengajar Mengelola kelas Menggunakan media dan sumber Menguasai landasan-landasan pendidikan Mengelola interaksi balajar mengajar Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pendidikan Mengenal fungsi dan program bimbingan penyuluhan Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah Memahami prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan mengajar9
Sedangkan menurut Al-Ghazali berpendapat bahwa guru yang dapat diserahi tugas mendidik adalah guru yang selain cerdas dan sempurna akalnya, juga guru yang baik akhlaknya dan kuat fisiknya. Dengan kesempurnaan akal ia dapat memiliki berbagai ilmu pengetahuansecara mendalam, dan dengan akhlaknya yang baik ia dapat menjadi contoh dan teladan bagi para muridnya, dan dengan kuat fisiknya ia dapat melaksanakan tugas mengajar, mendidik dan mengarahkan anak-anak muridnya. Sifat-Sifat guru yang baik dalam islam Selain sifat-sifat umum yang harus dimiliki guru sebagaimana disebutkan di atas, seorang guru juga harus memiliki sifat-sifat khusus atau tugas-tugas tertentu sebagaiberikut : Pertama, Jika praktek mengajar merupakan keahlian dan profesi dari seorang guru, maka sifat terpenting yang harus dimilikinya adalah rasa kasih sayang. Sifat ini dinilai penting karena akan dapat menimbulkan rasa percaya diri dan rasa tenteram pada diri murid 9
Hadi Supeno, potret guru, ( Pustaka Sinar Harapan, anggota Ikapi, 1995) hal. 31
15
terhadap gurunya. Hal ini pada gilirannya dapat menciptakan situasi yangmendorong murid untuk menguasai ilmu yang diajarkan oleh seorang guru. Kedua, karena mengajarkan ilmu merupakan kewajiban agama bagi setiap orangalim (berilmu), maka seorang guru tidak boleh menuntut upah atas jerih payahnya mengajarnya itu. Seorang guru harus meniru Rasulullah SAW.yang mengajar ilmu hanya karena Allah, sehingga dengan mengajar itu ia dapat bertaqarub kepada Allah. Demikian pula seorang guru tidak dibenarkan minta dikasihani oleh muridnya, melainkan sebaliknya ia harus berterima kasih kepada muridnya atau memberi imbalankepada muridnya apabila ia berhasil membina mental dan jiwa. Murid telah memberi peluang kepada guru untuk dekat pada Allah SWT. Namun hal ini bisa terjadi jika antaraguru dan murid berada dalam satu tempat, ilmu yang diajarkan terbatas pada ilmu-ilmu yang sederhana, tanpa memerlukan tempat khusus, sarana dan lain sebagainya. Namun jika guru yang mengajar harus datang dari tempat yang jauh, segala sarana yangmendukung pengajaran harus diberi dengan dana yang besar, serta faktor-faktor lainnya harus diupayakan dengan dana yang tidak sedikit, maka akan sulit dilakukan kegiatanpengajaran apabila gurunya tidak diberikan imbalan kesejahteraan yang memadai. Ketiga, seorang guru yang baik hendaknya berfungsi juga sebagai pengarah danpenyuluh yang jujur dan benar di hadapan murid-muridnya. Ia tidak boleh membiarkan muridnya mempelajari pelajaran yang lebih tinggi sebelum menguasai pelajaran yang sebelumnya. Ia juga tidak boleh membiarkan waktu berlalu tanpa peringatan kepada muridnya bahwa tujuan pengajaran itu adalah mendekatkan diri kepada AllahSWT,Dan bukan untuk mengejar pangkat, status dan hal-hal yang bersifat keduniaan. Seorang guru tidak boleh tenggelam dalam persaingan, perselisihan danpertengkaran dengan sesama guru lainnya. Keempat, dalam kegiatan mengajar seorang guru hendaknya menggunakan carayang simpatik, halus dan tidak menggunakan kekerasan, cacian, makian dan sebagainya. Dalam hubungan ini seorang guru hendaknya jangan mengekspose atau menyebarluaskan kesalahan muridnya di depan umum, karena cara itu dapat menyebabkan anak murid yang memiliki jiwa yang keras, menentang, membangkang dan memusuhi gurunya. Dan jika keadaan ini terjadi dapat
16
menimbulkan situasi yangtidak mendukung bagi terlaksananya pengajaran yang baik. Kelima, seorang guru yang baik juga harus tampil sebagai teladan atau panutan yangbaik di hadapan murid-muridnya. Dalam hubungan ini seorang guru harus bersikap toleran dan mau menghargai keahlian orang lain. Seorang guru hendaknya
tidak
mencela
ilmu-ilmu
yang
bukan
keahliannnya
atau
spesialisasinya. Kebiasaan seorang guru yang mencela guru ilmu fiqih dan guru ilmu fiqih mencela guru hadis dan tafsir, adalah guru yang tidak baik. Keenam, seorang guru yang baik juga harus memiliki prinsip mengakui adanyaperbedaan potensi yang dimiliki murid secara individual dan memperlakukannya sesuaidengan tingkat perbedaan yang dimiliki muridnya itu. Dalam hubungan ini, Al-Ghazali menasehatkan agar guru membatasi diri dalam mengajar sesuai dengan bataskemampuan pemahaman muridnya, dan ia sepantasnya tidak memberikan pelajaranyang tidak dapat dijangkau oleh akal muridnya, karena hal itu dapat menimbulkan rasaantipati atau merusak akal muridnya. Ketujuh, seorang guru yang baik menurut Al-Ghazali adalah guru yang di sampingmemahami perbedaan tingkat kemampuan dan kecerdasan muridnya, juga memahami bakat, tabiat dan kejiawaannya muridnya sesuai dengan tingkat perbedaan usianya. Kepada murid yang kemampuannya kurang, hendaknya seorang guru jangan mengajarkan hal-hal yang rumit sekalipun guru itu menguasainya. Jika hal ini tidakdilakukan oleh guru, maka dapat menimbulkan rasa kurang senang kepada guru, gelisah dan ragu-ragu. Kedelapan, seorang guru yang baik adalah guru yang berpegang teguh kepada prinsip yang diucapkannya, serta berupaya untuk merealisasikannya sedemikian rupa. Dalam hubungan ini Al-Ghazali mengingatkan agar seorang guru jangan sekali-kali melakukan perbuatan yang bertentangan dengan prinsip yang dikemukakannya. Sebaliknya jika hal itu dilakukan akan menyebabkan seorang guru kehilangan wibawanya. Ia akan menjadi sasaran penghinaan dan ejekan yang pada gilirannya akan menyebabkan ia kehilangan kemampuan dalam mengatur
17
murid-muridnya. Ia tidak akan mampu lagi mengarahkan atau memberi petunjuk kepada murid-muridnya.10 Dari delapan sifat guru yang baik sebagaimana dikemukakan di atas, tampak bahwasebagiannya masih ada yang sejalan dengan tuntutan masyarakat modern. Sifat guruyang mengajarkan pelajaran secara sistematik, yaitu tidak mengajarkan bagian berikutnya sebelum bagian terdahulu dikuasai, memahami tingkat perbedaan usia,kejiwaan dan kemampuan intelektual siswa, bersikap simpatik, tidak menggunakan cara-cara kekerasan, serta menjadi pribadi panutan dan teladan adalah sifat-sifat yangtetap sejalan dengan tuntutan masyarakat modern Ada beberapa syarat profesional yang harus dipenuhi agar dapat mengubah peran guru dan sangat berguna dalam pembinaan profesi guru. Menurut Hasan (2003), syarat-syarat tersebut meliputi: a. Harmonis antara perguruan tinggi dengan pembinaan sekolah, b. Meningkatkan bentuk rekrutmen calon guru, c. Program penataran yang berkaitan dengan praktik lapangan, d. Meningkatkan mutu pendidikan calon pendidik, e. Pelaksanaan supervisi, f.
Peningkatan
mutu
menajeman
pendidikan
berdasarkan
total
quality
management (TMQ), g. Melibatkan peran serta masyarakat berdasarkan konsep link and matc, h. Pemberdayaan buku teks dan alat-alat pendidikan penunjang, i. Pengakuan mayarakat terhadap profesi guru, dan j. Kompetensi profesional yang positif dengan pemberian kesejahteraan yang layak dan memadai.11 Faktor lain yang juga mempengaruhi profesional guru yang mencakup: a. Pengakuan terhadap ilmu pendidikan dan keguruan yang saat ini masih setnngah hati dari pengambilan kebijakan dan pihak-pihak yang terlibat, b. PGRI belum berfungsi sebagai organisasi profesi dalam meningkatkan profesional anggotany, c. Pusat Kegiatan Guru (PKG) dan kelompok Kerja Guru (KKG) yang memungkinkan para guru berbagi pengalaman dalam memecahkan masalahmasalah yang mereka hadapi dalam kegiatan pengajaran, dan d. Pengukuhan 10
Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (Seri Kajian Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, Cet. I, 2000). Hal.95 - 99 11 Jurnal pendidikan dan kebudayaan, (badan peneliti dan pengembang Depdiknas, 2004) hal. 706
18
program akta mengajar melaui peraturan perundangan (Akadum dalam Hasan, 2003). Berkaitan dengan butir c dan d menurut penulis keberadaan PKG dan KKG tidak perlu dilegalkan sebagai pusat, namun akan lebih bermakna manakala pemberdayaan fungsi dan pengelolaan lebih ditingkatkan. 12 B. Pengertian Pembinaan Kompetensi Profesional Guru Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan Balai pustaka menjelaskan bahwa pembinaan berarti proses, perbuatan, cara membina, pembaharuan, usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperolah hasil yang baik. Menurut Saydam dalam Ismaun (1993:1) bahwa pembinaan adalah pembaharuan penyempurnaan atau usaha, tindakan atau kegiatan yang dilaksanakan secara berdaya guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Bila kegiatan pembinaan ini dilakukan terhadap guru, maka pembinaan akan memberikan makna agar guru lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam melaksanakan pembelajaran bagi profesinya sebagai pendidik. 13 Sedangkan menurut Casteter dalam Minarni (2001:47) menyatakan bahwa konsep pembinaan mengarah kepada (a) penerimaan dan kemapanan dalam arti upaya memelihara sikap, kemampuan, ketrampilan yang ada; (b) perbaikan yang mengacu kepada suatu aktifitas konstruktif yang bertujuan membentuk, menciptakan kualitas sesuatu menjadi baik atau proses restrukturisasi kualitatif sesuatu hal yang kurang memadai menjadi bentuk kualitas yang memadai; (c) pengembangan (development) dengan pengertian aktifitas peningkatan kualitas yan lebih baik atau memuaskan.14 Pembinaan guru berarti sebagai serangkaian usaha bantuan kepada guru, terutama bantuan yang berwujud layanan profesional yang dilakukan oleh kepala sekolah, pemilik sekolah dan pengawas serta pembina lainnya, untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa.15 12
Ibid hal 707 Uun Machsunah, Pengaruh Pembinaan Guru Bidang Akademik dan Bimbingan Konseling Terhadap Peningkatan Mutu Pembelajaran di SMA I Palimanan Kab. Cirebon, skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Jakarta, 2005. Hal 20 14 Uun Machsunah, Pengaruh Pembinaan Guru Bidang Akademik..., Hal.20 15 Ali Imron, Pembinaan Guru Di Indonesia, (Jakarta : Pustaka Jaya, 1995), hal. 12 13
19
Secara lebih luas pembinaan dapat diartikan sebagai upaya pengendalian secara profesional terhadap semua unsur (mencakup pengaturan, kabijakan, tenaga penyelenggara, staf dan pelaksana, bahan dan alat atau material, biaya dan perangkat lainnya), agar unsur tersebut berfungsi sebagaimana mestinya sehingga rencana untuk mencapai tujuan dapat terlaksana secana berdaya dan berhasil guna.16 Pembinaan juga dapat diartinya sebagai upaya memelihara dan membawa sesuatu keadaan sebagaimana aslinya.17 Berdasarkan pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa pembinaan kompetensi profesional guru adalah serangkaian bantuan yang berwujud layanan profesional, dimana layanan tersebut diberikan oleh orang ahli (kepala sekolah, pengawas, organisasi dan ahli lainya) kepada guru dengan maksud untuk memperluas wawasan dan pengetahuan, meningkatkan ketrampilan dan menumbuhkan sikap profesionalismenya sehingga dapat lebih memaksimalkan pembelajaran dan pendidikan sehingga tujuan pendidikan yang direncanakan dapat tercapai dengan baik. Agar bisa membina efektif, pemimpin harus aktif bekerja sama dengan para personil atau anggota yang ada di dalamnya. C. Tujuan dan Fungsi Pembinaan Kompetensi Profesional Guru Program pembinaan profesionalisme guru yang dilakukan pada dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan dan membina guru agar memiliki kemampuan dalam melaksanakan tugas profesinya, dedikasi yang tinggi, serta kemampuan disiplin yang baik. Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam latihan atau pembinaan yang diselenggarakan oleh suatu organisasi atau lembaga pendidikan, adalah : a.
b.
16
Meningkatkan pengetahuan (knowledge), kemampuan (ability), dan keterampilan (skill) guru dalam menjalankan tugasnya masingmasing. Menanamkan pengetahuan yang sama mengenai suatu tugas dalam kaitanya dengan yang lain untuk mewujudkan tujuan sekolah yang hendak dicapai.
Djuju Sudjana, Managemen Program Pendidikan, (Bandung : falah Production, 2000) cet. ke-3, hal. 223 17 Djuju Sudjana, Pengantar Manajemen Pendidikan Luar Sekolah, (Bandung : Nusantara Press-Yayasan Islam Nusantara, 1992) cet. Ke-1, hal. 157
20
c. d. e. f.
Mengusahakan kemampuan dan keterampilan yang sesuai dengan situasi dan kondisi. Menumbuhkan minat dan perhatian guru terhadap tugas masingmasing. Memupuk keberanian berfikir kreatif dan berpartisipasi dalam diskusi. Mengembangkan karier guru.18
Secara
umum
pembinaan
kompetensi
profesinal
guru
bertujuan
mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik, melalui usaha peningkatan profesional mengajar, menilai kemampuan seorang guru sebagai pendidik dan pengajar dalam bidang masing-masing guna membantu mereka dalam melakukan perbaikan dan bila mana diperlukan dengan menunjukan kekrangan-kekurangan untuk diperbaiki. Tujuan dari pembinaan kompetensi profesional adalah untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dalam proses dan hasil belajar melalui pemberikan bantuan yang bercorak layanan profesional kepada guru. Dalam rumusan lebih rinci Djajadsastra mengemukakan tujuan pembinaan guru adalah : memperbaiki tujuan mengajar guru dan belajar siswa, memperbaiki materi (bahan) dan kegiatan belajar mengajar, memperbaiki metode dengan cara mengorganisasi kegiatan belajar mengajar, memperbaiki penilaian atas media, memperbaiki penilaian proses belajar mengajar dan hasilnya, memperbaiki pembimbingan siswa atau kesulitan belajarnya, dan memperbaiki sikap guru atau tugasnya. Dengan adanya pembinaan yang telah disebutkan diatas maka tujuan yang hendak dicapai adalah untuk memperbaiki efektifitas kerja seorang guru dalam mencapai hasil kerja yang telah ditetapkan sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan
dengan
baik.
Sehingga
guru
tersebut
mampu
meningkatkan
profesionalitasnya dalam melaksanakan tugasnya. Merujuk pada tujuan pembinaan kompetensi profesional yang telah dipaparkan di atas dapat di identifikasikan fungsi-fungsi pembinaan guru. Fungsifungsi tersebut meliputi : memelihara program pengajaran sebaik-baiknya, 18
Djuju Sudjana, Pengantar Manajemen Pendidikan Luar Sekolah,,,.hal. 157
21
menilai dan memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi hal belajar, memperbaiki situasi belajar peserta didik. Melalui pembinaan profesional guru juga berfungsi untuk mengkoordinasi, menstimulasi dan mengarahkan pertumbuhan guru-guru, memperluas pengalaman guru-guru, menstimulasi usaha-usaha yang kreatif, memberi fasilitas dan penilaian secara terus menerus, menganalisis situasi belajar mengajar, memberikan pengetahuan dan keterampilan guru, mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan kemampuan guru. Oleh karena itu fungsi pembinaan kompetensi profesional guru adalah menumbuhkan iklim bagi perbaikan proses dan hasil belajar melalui serangkaian upaya pembinaan terhadap kemampuan guru dalam mewujudkan layanan profesional. D. Bentuk-Bentuk Pembinaan Kompetensi Profesional Guru Jabatan guru merupakan jabatan profesional dan sebagai jabatan profesional, pemegangnya harus memenuhi kualifikasi tertentu. Krieria jabatan profesional antara lain bahwa jabatan itu melibatkan kegiatan intelektual, mempunyai batang tubuh ilmu yang khusus. Memerlukan persiapan lama untuk memikulnya, memerlukan pelatihan dan pembinaan khusus dalam jabatan yang berkesinambung,
merupakan
karier
hidup
dan
keanggotaan
permanen,
menentukan baku prilakunya, mementingkan layanan, mempunyai organisasi profesional dan mempunyai kode etik yang harus ditaati oleh anggotanya. Seperti yang telah diungkapkan, bahwa dalam rangkat meningkatkan mutu baik mutu profesional, maupun mutu layanan guru pula meningkatkan sikap profesionalnya. pengembangan profesionalisme guru sangat dibutuhkan pembinaan secara berkesinambung, pembinaan tersebut yaitu : a. In-house training (IHT), yaitu pelatihan yang dilaksanakan secara internal di kelompok kerja guru, sekolah atau tempat lain yang ditetapkan untuk menyelenggarakan pelatihan. b. Program magang, program magang adalah pelatihan yang dilaksankan di dunia kerja atau industri yang relevan dalam rangka meningkatkan kompetensi profesional guru.
22
c. Kemitraan sekolah. Pelatihan melalui kemitraan sekolah dapat dilaksanakan antara sekolah yang baik dengan yang kurang baik, antara sekolah negeri dengan sekolah swasta, dan sebagainya. d. Belajar jarak jauh. Pelatihan melalui belajar jarak jauh dapat dilaksanakan tanpa menghadirkan intruktur dan peserta pelatih dalam satu tempat tertentu, melainkan dengan sistem pelatihan melalui internet dan sejenisnya. e. Pelatihan berjenjang dan pelatihan khusus. Pelatihan jenis ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pelatihan yang diberi wewenang dimana program disusun secara berjenjang mulai dari jenjang dasar, menengah, lanjut dan tinggi f. Khursus singkat diperguruan tinggi atau lembaga pendidikan lainnya. Khursus singkat dimaksudkan untuk melatih meningkatkan kemampuan guru dalam beberapa kemampuan seperti kemampuan melakukan penelitian tindakan kelas, menyusun karya ilmiah, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran, dan lain sebagainya. g. Pembinaan internal oleh sekolah. Pembinaan internal ini dilaksanakan oleh kepala sekolah dan guru-guru yang memiliki kewenangan membina, melalui rapat dinas, rotasi tugas mengajar, pemberian tugas internal tambahan, diskusi dengan rekan sejawat dan sejenisnya. h. Pendidikan lanjut. Pembinaan profesi guru melalui pendidikan lanjut juga merupakan alternatif bagi peningkatan kualifikasi dan kompetensi guru. Pengikutsertaan guru dalam pendidikan lanjut ini dapat dilaksanakan dengan memberikan tugas belajar baik di dalam maupun di luar negeri bagi guru yang berprestasi. i. Diskusi masalah-masalah pendidikan. Diskusi ini diselenggarakan secara berkala dengan topik diskusi sesuai dengan masalah yang dialami di sekolah. j. Seminar, pengikut sertaan di dalam kegiatan seminar dan pembinaan publikasi ilmiah juga dapat menjadi model pembinaan berkelanjutan bagi peningkatan keprofesian guru. k. Workshop, dilakukan untuk menghasilkan produk yang bermanfaat bagi pembelajaran, peningkatan kompetensi maupun pengembangan karir lainnya. Workshop dapat dilakukan misalnya dalam kegiatan penyusunan KTSP, analisis kurikulum, pengembangan silabus, penulisan RPP, dan sebagainya. l. Penelitian, dapat dilakukan guru dalam bentuk penelitian tindakan kelas, penelitian eksperimen ataupun jenis yang lainnya dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran. m. Penulisan buku ajar. Bahan ajar yang ditulis guru dapat berbentuk diktat, buku pelajaran maupun buku dalam bidang pendidikan. n. Pembuatan media pembelajaran. Media pembelajaran yang dibuat guru dapat berbentuk alat peraga, alat praktikum sederhana, maupun bahan ajar elektronik atau animasi pembelajaran.
23
o. Pembuatan karya teknologi /karya seni.19 Bentuk-bentuk pembinaan profesional guru diantara lain : a.
b.
c. d.
e.
f.
g.
h.
Melalui pendidikan dalam jabatan, penekanan diberikan pada kemampuan guru agar dapat meningkatkan efektifitas mengajar, mengatasi persoalan-persoalan praktis dan pengelolaan PBM, dan meningkatkan kepekaan guru terhadap perbedaan individu para siswa yang dihadapinya. Pembinaan mutu guru perlu secara sungguh-sungguh memberikan perhatian, melatih kepekaan guru terhadap para siswa yang semakin beragam, terutama pada pendidikan dasar sebagai konsekuensi dari semakin terbukanya akses peserta didik terhadap sekolah. Mengoptimalkan lembaga-lembaga Diklat (PPG dan BPG) di lingkungan Kemendiknas, Kemenag dan lembaga-lembaga lainnya. Pemberian kepercayaan sekolah dalam kewenangan yang lebih besar untuk menentukan apa yang terbaik untuk meningkatkan mutu gurugurunya (pemberian support dana dll) agar sekolah mengadakan berbagai kegiatan pelatihan terhadap guru-gurunya. Mengikuti program sertifikasi, dalam UUD RI No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, dikemukan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat guru dan dosen. Sertifikasi guru dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi oleh lembaga sertifikasi. Menaikan upah dan gaji guru, Dengan menaikan upah dan gaji guru maka akan meningkatkan kesejahteraan guru sehingga guru lebih serius dan bertanggung jawab dalam menjalankan profesinya. Pemerintah, sekolah dan yayasan dapat memberikan atau menyediakan fasilitas yang dapat dinikmati guru untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, seperti pemberian kesempatan untuk melakukan diskusi, saresahan dan pemberian fasilitas internet dll. Memiliki kesatuan atau organisasi. Suatu profesi perlu memiliki kesatuan atau organisasi profesi yang berfungsi sebagai lembaga pengendali keseluruhan profesi itu, baik secara mandiri maupun secara bersama-sama dengan pihak lain yang relevan.20
19
Sudarman Danim, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, (Bandung : ALFABETA, cv, 2013), cet ke-3, hal. 30-34 20
http://syukronsahara.blogspot.com/2011/05/pembinaan-guru.html
24
2.
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) PAI A. Pengertian MGMP Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni guru
harus mampu meningkatkan kompetensinya secara berkelanjutan. Sehubungan dengan hal tersebut, agar proses peningkatan kualifikasi tersebut terprogram serta telaksana dengan baik, diperlukan wadah pembinaan guru PAI yang mandiri dan profesional. Wadah pembinaan guru yang sudah ada yaitu kelompok Kerja Guru (KKG) PAI untuk guru PAI SD/MI/SDLB dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
untuk
guru
PAI
SMP/MTs/SMPLB,
SMA/MA/SMALB
dan
SMK/MAK. Musyawarah Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam disingkat MGMP PAI adalah “wadah kegiatan professional untuk membina hubungan kerjasama secara koordinatif dan fungsional antara sesama Guru Pendidikan Agama Islam yang bertugas pada SLTP dan SLTA.21 Dalam pengertian lain MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) PAI merupkan wadah kegiatan profesional bagi para guru mata pelajaran yang sama pada jenjang SMP/SMPLB, SMA/SMALB, dan SMK di tingkat kabupaten/kota yang terdiri dari sejumlah guru dari sejumlah sekolah.22 MGMP PAI intinya adalah musyawarah sebagai proses interaksi edukatif. Prinsip musyawarah ini sangat ditekankan dalam Islam sehingga harus senantiasa ditegakkan. Karena dengan musyawarah itulah, manusia saling memberi kesempatan dan saling menerima pendapat, sekaligus sebagai pemenuhan hak-hak sesama manusia.
21
Mahmud saptal, http://mahmud-sapsal.blogspot.com/2010/09/musyawarah-guru-matapelajaran_18.html, 18 okteber 2012. 22 Direktorat Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementrian Agama 2011, Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam (PAI), Standar Operasional dan Prosedur Penyelenggaraan KKG PAI SD dan MGMP PAI SMP, SMA dan SMK. Hal. v
25
Untuk itu, Allah swt., berfirman dalam QS : 3 (Ali Imran) ; 159.23 …, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. Prof Hamka Menjelaskan tentang QS. Ali Imran ini, dalam ayat ini bertemulah pujian yang tinggi dari Allah terhadap Rasul-Nya, karena sikapnya yang lemah lembut, tidak lekas marah kepada ummatNya yang tengah dituntun dan dididiknya iman mereka lebih sempurna. Sudah demikian kesalah beberapa orang yang meninggalkan tugasnya, karena laba akan harta itu, namun Rasulullah tidaklah terus marah-marah saja. Melainkan dengan jiwa besar mereka dipimpin.24 Dalam ayat ini Allah menegaskan, sebagai pujian kepada Rasul, bahwasanya sikap yang lemah lembut itu, ialah karena ke dalam dirinya telah dimasukkan oleh Allah rahmatNya. Rasa rahmat, belas kasihan, cinta kasih itu telah ditanamkan Allah ke dalam diri beliau, sehingga rahmat itu pulalah yang mempengaruhi sikap beliau dalam memimpin Meskipun dalam keadaan genting, seperti terjadinya pelanggaran – pelanggaran yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin dalam perang uhud sehingga menyebabkan kaum muslimin menderita, tetapi Rasulullah tetap bersikap lemah lembut dan tidak marah terhadap pelanggar itu, bahkan memaafkannya, dan memohonkan ampunan dari Allah untuk mereka. Andaikata Nabi Muhammad saw bersikap keras, berhati kasar tentulah mereka akan menjauhkan diri dari beliau. Disamping itu Nabi Muhammad selalu bermusyawarah dengan mereka dalam segala hal, apalagi dalam urusan peperangan. Oleh karena itu kaum muslimin patuh melaksanakan putusan – putusan musyawarah itu karena keputusan itu merupakan keputusan mereka sendiri bersama Nabi. Mereka tetap 23
Alhidayah, Al-Qur’an Tafsir Per Kata Tajwid Kode Angka (Banten : Penerbit Kalim), Hal. 72 24 Prof. Dr Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1980), hal 129
26
berjuang dan berjihad dijalan Allah dengan tekad ayng bulat tanpa menghiraukan bahaya dan kesulitan yang mereka hadapi. Mereka bertawakal sepenuhnya kepada Allah, karena tidak ada yang dapat membela kaum muslimin selain Allah.25 M. Quraish Shihab di dalam Tafsirnya al-Misbah menyatakan bahwa ayat ini
diberikan
Allah
kepada
Nabi
Muhammad
untuk
menuntun
dan
membimbingnya, sambil menyebutkan sikap lemah lembut Nbi kepada kaum muslimin, khususnya mereka yang telah melakukan pelanggaran dan kesalahan dalam perang uhud itu. Sebenarnya cukup banyak hal dalam peristiwa Perang Uhud yang dapat mengandung emosi manusia untuk marah, namun demikian, cukuo banyak pula bukti yang menunjukan kelemah lembutan Nabi saw. Beliau bermusyawarah dengan mereka sebelum memutuskan perang, beliau menerima usukan mayoritas mereka, walau beliau kurang berkenan, beliau tidak memaki dam mempersalahkan para pemanah yang meninggalkan markas mereka, tetapi hanya menegurnya dengan halus, dan lain lain. Jika demikian, maka disebabkan rahmat yang amat besar dari Allah, sebagaimana dipahami dari bentuk infinitif (nakirah) dari kata rahmat, bukan oleh satu sebab yang lain sebagaiman dipahami dari huruf ( )ماmaa yang digunakan disini dalam kontek penetapan rahmat-Nya – disebabkan karena rahmat Allah itu – engkau berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau berlaku keras, buruk perangai, kasar kata lagi berhati kasar tidak peka terhadap keadaan orang lain, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu, disebabkan oleh antipati terhadapmu. Karena perangimu tidak seperti itu maka maafkanlah kesalahan – kesalahan mereka yang kali ini mereka lakukan, mohonkanlah ampunan kepada Allah bagi mereka atas dosa-dosa yang mereka lakukan dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu, yakni dalam urusan peperangan daln urusan dunia, bukan urusan syari‟at atau agama. Kemudian apabila engkau telah melakukan hal-hal di atas dan telah membulatkan tekad, 25
Kementerian Agama RI. Al-Qur’an dan tafsirnya Jilid 2 Juz 4-5-6. (Jakarta: Kementrian Agama RI. . 2009) hlm. 67, lihat juga Al-Qur’an dan tafsirnya Jilid 2 Juz 4-5-6. (Jakarta: Kementrian Agama RI.2010) hlm. 67
27
melaksanakan hasil musyawarah kamu, maka laksanakanlah sambil bertawakal kepada Allah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya, dengan demikian Dia akan membantu dan membimbing mereka kearah apa yang mereka harapkan. Firman-Nya: maka disebabkan rahmat yang amat besar dari Allah, engkau berlaku lemah lembut terhadap mereka dapat menjadi salah satu bukti bahwa Allah sendiri yang mendidik dan membentuk kepribadian Nabi Muhammad saw, sebagaimana sabda Beliau : “Aku didik oleh tuhan-Ku, maka sungguh baik hasil pendidikan-Nya”.
Kepribadian
beliau
dibentuk
sehingga
bukan
hanya
pengetahuan yang Allah limpahkan kepada beliau melalui wahyu-wahyu alQur‟an, tetapi juga qalbu beliau disinari, bahkan totalitas wujud beliau merupakan rahmat bagi seluruh alam. Adapun kandungan dari QS. Ali „Imran ayat 159 adalah sebagai berikut: Pertama: Para ulama berkata, “Allah SWT memerintahkan kepada NabiNya dengan perintah-perintah ini secara berangsur-angsur. Artinya, Allah SWT memerintahkan kepada beliau untuk memaafkan mereka atas kesalahan mereka terhadap beliau. Setelah mereka mendapat maaf, Allah SWT memerintahkan beliau utnuk memintakan ampun atas kesalahan mereka terhadap Allah SWT. Setelah mereka mendapat hal ini, maka mereka pantas untuk diajak bermusyawarah dalam segala perkara”. Kedua: Ibnu „Athiyah berkata, “Musyawarah termasuk salah satu kaidah syariat dan penetapan hokum-hukum. Barangsiapa yang tidak bermusyawarah dengan ulama, maka wajib diberhentikan (jika dia seorang pemimpin). Tidak ada pertentangan tentang hal ini. Allah SWT memuji orang-orang yang beriman karena mereka suka bermusyawarah dengan firman Nya “sedang urusan mereka (diputuskan dengan musyawarat antara mereka” Ketiga: Firman Allah SWT: “Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu”. Menunjukkan kebolehan ijtihad dalam semua perkara dan menentukan perkiraan bersama yang didasari dengan wahyu. Sebab, Allah SWT mengizinkan hal ini kepada Rasul-Nya. Para ulama berbeda pendapat tentang
28
makna perintah Allah SWT kepada Nabi-Nya ntuk bermusyawarah dengan para sahabat beliau. Sekelompok ulama berkata, “Musyawarah yang dimaksudkan adalah dalam hal taktik perang dan ketika berhadapan dengan musuh untuk menenangkan hati mereka, meninggikan derajat mereka dan menumbuhkan rasa cinta kepada agama mereka, sekalipun Allah SWT telah mencukupkan beliau dengan wahyu-Nya dari pendapat mereka”.26 Kelompok lain berkata, “ Musyawarah yang dimaksudkan adalah dalam hal yang tidak ada wahyu tentangnya,” pendapat ini diriwayatkan dari Hasan Al Basri dan Dhahak. Mereka berkata, “Allah SWt tidak memerintahkan kepada Nabi-Nya untuk bermusyawarah karena Dia membutuhkan pendapat mereka, akan tetapi Dia hanya ingin memberitahukan keutamaan yang ada di dalam musyawarah kepada mereka dan agar umat beliau dapat menauladaninya.27 Keempat: Tertera dalam tulisan Abu Daud, dari Abu Hurairah ra. Dia berkata. “Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: “Orang yang diajak bermusyawarah adalah orang yang dapat dipercaya”. Para ulama berkata, “Kriteria orang yang layak untuk diajak musyawarah dalam masalah hokum adalah memiliki ilmu dan mengamalkan ajaran agama. Dan criteria ini jarang sekali ada kecuali pada orang yang berakal”. Hasan berkata, “Tidaklah sempurna agama seseorang selama akalnya belum sempurna”.28 Maka apabila orang yang memenuhi criteria di atas diajak untuk bermusyawarah dan dia bersungguh-sungguh dalam memberikan pendapat namun pendapat yang disampaikannya keliru maka tidak ada ganti rugi atasnya. Demikian yang dikatakan oleh Al Khaththabi dan lainnya. Kelima:keriteriaorang yang
diajak
bermusyawarah
dalam
masalah
kehidupan di masyarakat adalah memiliki akal, pengalaman dan santun kepada 26
penerjemahm Dusi Rosyadi, Nashirul Haq, Fathurrahman, editor, Ahmad Zubairin Tafsir Al-Qurthubi, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), hal. 624 27
penerjemah Dusi Rosyadi, Nashirul Haq, Fathurrahman, editor, Ahmad Zubairin Tafsir Al-Qurthubi,,,. Hal 624 28 penerjemah Dusi Rosyadi, Nashirul Haq, Fathurrahman, editor, Ahmad Zubairin Tafsir Al-Qurthubi,,,. Hal 625
29
orang
yang
mengajak
bermusyawarah.
Sebagian
orang
berkata,
“Bermusyawarahlah dengan orang yang memiliki pengalaman, sebab dia akan memberikan pendapatnya kepadamu berdasarkan pengalaman berharga yang pernah dialaminya dan kamu mendapatnya dengan cara gratis”. Keenam: Dalam musyawarah pasti ada perbedaan pendapat. Maka, orang yang bermusyawarah harus memperhatikan perbedaan itu dan memperhatikan pendapat yang paling dekat dengan kitabullah dan sunnah, jika memungkinkan. Apabila Allah SWT telah menunjukkan kepada sesuatu yang Dia kehendaki maka hendaklah orang yang bermusyawarah menguatkan tekad untuk melaksanakannya sambil bertawakal kepada-Nya, sebab inilah akhir ijtihad yang dikehendaki. Dengan ini pula Allah SWT memerintahkan kepada Nabi-Nya dalam ayat ini. Ketujuh: Firman Allah SWT “Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka bertawakallah kepada Allah”. Qatadah berkata, “Allah SWT memerintahkan kepada Nabi-Nya apabila telah membulatkan tekad atas suatu perkara agar melaksanakannya sambil bertawakal kepada Allah SWT, bukan tawakal kepada musyawarah mereka. Kedelapan: Firman Allah SWT“Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”. Tawakal artinya berpegang teguh kepada Allah SWT sembari menampakkan kelemahan. Para ulama berbeda pendapat tentang Tawakal. Suatu kelompok sufi berkata, “Tidak akan dapat melakukannya kecuali orang yang hatinya tidak dicampuri oleh takut kepada Allah, baik takut kepada bintang buas atau lainnya dan hingga dia meninggalkan usaha mencari rezeki karena yakin dengan jaminan Allah SWT.”29 Ayat tersebut menekankan pentingnya musyawarah dalam segala urusan, termasuk MGMP PAI sebagai suatu wadah bagi para guru untuk saling tukar pikiran, tukar pengalaman dan untuk memecahkan berbagai persoalan yang berkaitan dengan tugas profesional guru. Guru Pendidikan Agama Islam dengan 29
Penerjemah Dusi Rosyadi, Nashirul Haq, Fathurrahman, editor, Ahmad Zubairin Tafsir AlQurthubi,,,. Hal 628
30
mudah dapat menemukan pengetahuan yang dapat membantu dalam pelaksanaan tugas secara lebih efektif. B. Landasan MGMP Untuk menjabarkan tujuan pendidikan Nasional, pemerintah melalui peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan dan peraturan pemerintah no. 55 tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan dan Peraturan-peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi, bahwa pendidikan agama Islam di sekolah bertujuan: (i) menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi muslim yang terus berkembang keimanannya dan ketakwaaannya kepada Allah SWT, (ii) mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia, yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribada, cerdas, cermat, produktif, jujur, adil, etis, toleran, memelihara keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah bahkan keluarga peserta didik.30 Untuk mendukung dan merealisasikan tujuan pendidikan Nasional tersebut diperlukan seorang pendidik yang memiliki kualitas dan keprofesionalan dalam mendidik. Perlu adanya pembinaan untuk meningkatkan kualitas profesional guru, salah satunya melalui organisasi MGMP. Sebagai organisasi formal MGMP memiliki landasan secara UndangUndang dan memiliki peraturan tersendiri di dalam keorganisasiannya. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, BAB IV tentang guru, bagian kelima mengenai Pembinaan dan pengembangan pasal 32 menjelaskan : a.
30
Pembinaan dan pengembangan guru meliputi pembinaan dan pengembangan profesi dan karier
Direktorat Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementrian Agama RI 2010, Pedoman Bantuan Operasional FKG, KKG, MGMP PAI pada sekolah. Hal 2
31
b.
c. d.
Pembinaan dan pengembangan profesi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kometensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Pembinaan dan pengembangan profesi guru sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui jabatan fungsional. Pembinaan dan pengembangan karier guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi penugasan, penaikan pangkat, dan promosi.31
Bagian sembilan mengenai organisasi profesi dan kode etik dalam pasal 41 : a. Guru membentuk organisasi profesi yang bersifat independen. b. Organisasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi untuk memajukan profesi, meningkatkan kompetensi, karier, wawasan kependidikan, perlindungan profesi, kesejahteraan, dan pengabdian kepada masyarakat. c. Guru wajib menjadi anggota organisasi profesi. d. Membentuk organisasi profesi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan peraturan Undang-Undang. e. Pemerintah atau pemerintah daerah dapat memfasilitasi oraganisasi profesi guru dalam pelaksanaan, pembinaan dan pengembangan profesi guru.32 C. Fungsi dan tujuan MGMP PAI MGMP sebagai wadah pembinaan profesional guru haruslah memiliki fungsi dan tujuan yang jelas, agar forum tersebut bisa bermanfaat bagi para pengurus dan anggotanya terlebih untuk meningkatkan profesional guru pendidikan agama Islam. Fungsi MGMP PAI adalah sebagai berikut: a. b.
c. d.
e.
31
Dapat memberikan motivasi bagi guru-guru agar mengikuti setiap kegiatan di sanggar. Dapat meningkatkan kemampuan dan kemahiran guru dalam melakasanakan proses pembelajaran siswa sehingga dapat menunjang usaha peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan. Memberikan pelayanan konsultasi yang berkaitan dengan proses pembelajaran siswa. Menunjang pemenuhan kebutuhan guru yang berkaitan dengan proses pem belajaran siswa khususnya yang menyangkut materi pembelajaran, metodologi, sistem evaluasi dan sarana penunjang. Menganalisa proses pembelajaran siswa secara bersama untuk kemudian mengambil langkah penyempurnaan.
Abdul Rozak, Pengembangan Profesi Guru, (Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Uin Syarif Hidayatullah) hal. 58 32 Abd Rozak, Pengembangan Profesi Gur,,,. Hal. 61-62
32
f.
g. h.
Menyebarkan informasi tentang segala kebijakan yang berkaitan dengan pembaharuan pendidikan dalam bidamg kurikulum, metodologi, administrasi, sistem evaluasi dan lain-lain. Merencenakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan hasil kegiatan MGMP serta menetapkan tindak lanjutnya. Menyalurkan aspirasi dan temuan-temuan yang berkaitan dengan masalah pendidikan di lapangan kepada pihak terkait. 33
Dengan demikian dipahami bahwa eksistensi MGMP PAI merupakan wadah untuk memperoleh informasi dan pengalaman yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas dan peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar. Adapun tujuan MGMP PAI, adalah untuk : a. b.
c.
d.
e.
f. g.
h. i.
33
Menjadi forum konsultasi antara sesama Guru Pendidikan Agama Islam Meningkatkan rasa kebersamaan dan tanggung jawab sebagai pendidik agama Islam yang bertujuan menanamkan keimanan (Tauhid) dan ketaqwaan terhadap Allah swt. Menumbuhkan kegairahan Guru Pendidikan Agama Islam untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dalam mempersiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi program Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) Pendidikan Agama Islam. Memeratakan kemampuan dan kemahiran Guru Pendidikan Agama Islam dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar termasuk penguasaan berbagai metode belajar mengajar sehingga dapat menunjang usaha peningkatan pemerataan mutu Pendidikan Agama Islam Menampung segala permasalahan yang dialami oleh GPAI dalam melaksanakan tugas sehari-hari dan bertukar pikiran serta mencari cara penyelesaiannya sesuai dengan karakteristik pelajaran PAI, Sekolah dan Lingkungan. Membantu GPAI dalam upaya memenuhi kebutuhannya yang berkaitan dengan KBM PAI. Membantu GPAI memperoleh informasi tehnis edukatif yang berkaitan dengan kegiatan PAI, kebijaksanaan kurikuler PAI dan mata pelajaran yang bersangkutan. Membantu GPAI untuk bekerjasama dalam meningkatkan kegiatankegiatan intra dan ekstra kurikuler PAI. Memperluas wawasan dan saling tukar menukar informasi dan pengalaman dalam rangka mengikuti pengembangan ilmu
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Petunjuk Pelatihan Kerja Guru, (Jakarta, Proyek Pengdaan Sarana Pembinaan dan Penyempurnaan Dikmenum, 1991/1992), hal. 7
33
pengetahuan dan teknologi serta pengembangan metode/teknik mengajar PAI.34 Bertolak dari tujuan yang hendak dicapai MGMP PAI tersebut, dapat dipahami bahwa eksistensi MGMP PAI adalah untuk memberdayakan Guru PAI sehingga mampu melaksanakan tugas secara profesional, yaitu memiliki perangkat pembelajaran seperti Program Tahunan, Program Semester, Analisis Materi Pelajaran, Skenario Pembelajaran, dan Program Satuan Pengajaran, serta Analisis Hasil Evaluasi Belajar, serta penguasaan kelas dan penguasaan materi pelajaran. Dengan memaksimalkan pembinaan
program MGMP PAI diharapkan
mampu membantu tugas guru bidang mata pelajaran PAI menuju guru yang professional. D. Bentuk kegiatan MGMP Hal-hal pokok yang menjadi agenda dalam kegiatan MGMP PAI adalah: a.
Kegiatan MGMP PAI dalam bidang kurikulum, meliputi : Pemahaman kurikulum, Klasifikasi materi Pendidikan Agama Islam, dan Penjabaran dalam topik-topik program semester
b.
Kegiatan dalam bidang persiapan mengajar, meliputi : a). Penyusunan program tahunan dan program semester. b). Penyusunan program Satuan Pelajaran
c.
Membahasan tentang metodologi PAI yang efektif dan efisien untuk masing-masing unsur pokok, seperti Keimanan, Akahlak, Ibadah, Alquran, Muamalah, Syariah, dan Tarikh
d.
Pembahasan tentang alat dan media pembelajaran, meliputi : a). Jenis-jenis alat dan media yang perlu dipakai dalam KBM PAI b). Penyediaan alat dan media c). Cara penggunaan alat dan media Pendidikan Agama Islam.
34
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Pedoman Musyawarah Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (MGMP PAI) pada SLTP dan SLTA, (Jakarta: Dikdasmen, 1994), hal 14-15
34
e.
Pembahasan tentang evaluasi Pendidikan Agama Islam, meliputi : Sistem evaluasi, Teknik evaluasi, Cara menyusun soal, Sistem scoring, Tindak lanjut hasil evaluasi. 35
Bentuk kegiatan MGMP PAI sebagaimana yang telah diuraikan adalah berhubungan langsung dengan peranan dan tugas guru yang disertai persiapan dan perencanaan pembelajaran, memperbaiki dan mengubah cara mengajar sehingga menjadi efektif dan efisien, guna membangkitkan kreativitas siswa dan mewujudkan suasana yang kompetitif, mampu membelajarkan anak didik, sehingga memperoleh perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hal-hal penting lainnya yang dibahas dalam kegiatan MGMP PAI adalah menyangkut : a. b. c. d.
Pembuatan atau penyusunan Lembar Kegiatan Siswa. Permasalahan yang ditemui dalam PBM dan jalan keluarnya. Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama di Sekolah Buku Pendidikan Agama Islam (buku teks pokok, buku teks pelengkap, buku pedoman guru, bauku bacaan, buku sumber). e. Problema peserta didik. f. Kasus-kasus khusus. g. Kerjasama lintas sektoral. h. Kerjasama lintas kelompok masyarakat i. Peraturan perundang-undangan. j. Kegiatan studi banding dalam bidang pendidikan pendidikan k. Kegiatan karya wisata l. Angka kredit (pemahaman peraturan tentang angka kredit, bentukbentuk kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh angka kredit, dan prosedur memperoleh angka kredit, dan persyaratan usulan kenaikan pangkat) m. Peranan agama dalam kehidupan modern.36 Kegiatan MGMP
PAI sebagaimana
yang telah diuraikan adalah
berhubungan langsung dengan peranan dan tugas guru untuk membantu anak dalam menghadapi kesukaran yang tak teratasi.
35
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Pedoman Musyawarah Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (MGMP PAI) pada SLTP dan SLTA, (Jakarta: Dikdasmen, 1994), hal 14-15 36 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Pedoman Musyawarah,,,. (Jakarta:Dikdasmen, 1994), hal.16
35
Dari kegiatan-kegiatan MGMP PAI sebagaimana yang telah diuraikan tersebut dapat dirangkum menjadi 7 kegiatan pokok dalam hubungannya dengan tugas dan peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing, yaitu : a.
Diskusi tentang pokok-pokok materi pengajaran
b.
Pembicaraan tentang persiapan mengajar
c.
Diskusi tentang metode pengajaran
d.
Diskusi penggunaan alat dan media pengajaran
e.
Membicarakan penilaian hasil belajar siswa
f.
Pembicaraan tentang pembuatan LKS
g.
Pembicaraan tentang pola-pola bimbingan yang disesuaikan dengan masalah siswa.
Dengan kegiatan tersebut, dapat dipahami bahwa Fungsi MGMP PAI adalah: a. b.
c. d.
e. f.
g. h.
Dapat memberikan motivasi bagi guru-guru agar mengikuti setiap kegiatan di sanggar. Dapat meningkatkan kemampuan dan kemahiran guru dalam melakasanakan proses pembelajaran siswa sehingga dapat menunjang usaha peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan. Memberikan pelayanan konsultasi yang berkaitan dengan proses pembelajaran siswa. Menunjang pemenuhan kebutuhan guru yang berkaitan dengan proses pem belajaran siswa khususnya yang menyangkut materi pembelajaran, metodologi, sistem evaluasi dan sarana penunjang. Menganalisa proses pembelajaran siswa secara bersama untuk kemudian mengambil langkah penyempurnaan. Menyebarkan informasi tentang segala kebijakan yang berkaitan dengan pembaharuan pendidikan dalam bidamg kurikulum, metodologi, administrasi, sistem evaluasi dan lain-lain. Merencenakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan hasil kegiatan MGMP serta menetapkan tindak lanjutnya. Menyalurkan aspirasi dan temuan-temuan yang berkaitan dengan masalah pendidikan di lapangan kepada pihak terkait. 37 Dengan demikian dipahami bahwa eksistensi MGMP PAI merupakan
wadah untuk memperoleh informasi dan pengalaman yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas dan peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar.
37
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Petunjuk ,,,.hal.7
36
3. Hasil Penelitian Yang Relevan Sebagaimana penelusuran peneliti, talaah skripsi yang relevan sebagai berikut: A. Skripsi oleh Damayanti (1050018200712) dengan Judul Strategi Pengembangan Kompetensi Guru di SMK PGRI 16 DKI Jakarta. Strategi yang dilakukan SMK PGRI dalam mengembangkan kompetensi guru yaitu : melakukan rekrutmen guru baru yang berkompeten, menyeleksi guru baru dengan benar, menyelenggarakan seminar/pelatihan dengan mendatangkan narasumber, mengikut sertakan guru dalam pendidikan dan pelatihan (DIKLAT) serta memberi motovasi dan penghargaan bagi guru yang berprestasi.38 B. Tesis oleh Gunawan tahun 2013 (001.03.064) dengan judul Upaya MGMP PAI Dalam Peningkatan Profesionalitas Guru SMP di Jakarta Barat. Hasil penelitian menjelaskan peningkatan profesionalitas guru adalah melaui supervisi atau pengawasan. MGMP sebagai organisasi sejawat memiliki peran dalam upaya meningkatkan profesionalitas guru karena dalam MGMP guru-guru memiliki kesempatan untuk membahas segala permasalahan yang terdapat disekolah masingmasing. Selain itu program yang banyak dilakukan MGMP sebagai upaya meningkatkan profesionalitasnya cukup berjalan dengan baik seperti melakukan seminar, diklat, study banding dan lain-lain.39 C. Skripsi oleh fajar Toona (2010920009) dengan judul Peningkatan Profesional Guru dan Pengaruhnya Terhadap Prestasi Belajar Siswa MTs Kosambi Kab. Mura. Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini menjelaskan bahwa upaya dan langkah-langkah kepala MTs Kusambi dalam meningkatkan profesionalisme guru antara lain : kunjungan kelas/supervisior, melaksanakan pertemuan pribadi dengan guru bersama pengawas bidang sudi untuk mengamati teman lain yang melaksanakan pembelajaran dikelas lain, melaksanakan study banding/kunjungan antar sekolah diklat, forum kkg/MGMP, penelitian tindakan kelas (PTK) menumbuhkan ruhul jihad dan memberi kesepatan pada guru untuk melanjutkan pendidikan. Upaya guru dalam meningkatkan profesionlaitasnya adalan melanjutkan pendidikan,
38
Damayanti, Pengembangan Kompetensi Guru di SMK PGRI 16 DKI Jakarta, skripsi, Fakulta Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, 2011. Hal. 65 39 Gunawan, Upaya MGMP PAI Dalam Peningkatan Profesionalitas Guru SMP di Jakarta Barat. Tesis, Program Studi Pendidikan Islam Program Pasca Sarjana Universitas Attahiriyah (UNIAT), 2013
37
mempelajari buku-buku pendidika, diklat dan MGMP, dan banyak mengikuti seminar dan loka karya tentang pendidikan.40 Berdasarkan hasil penelitian yang relevan diatas, diharapkan penelitian ini dapat melengkapi penelitian sebelumnya, berkaitan dengan profesional guru. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya diantara lain : penelitian ini lebih menekankan Pembinaan profesional guru melalui MGMP. Pada penelitian sebelumnya peneliti lebih menekankan pada upaya-upaya yang dilakukan untuk mengembangkan profesional guru dari internal sekolah dan pada ketrampilan mengajar guru dikelas, sedangkan pada penelitian ini lebih diarahkan pada peran pembinaan MGMP, langkah-langkah pembinaan, dan bentuk-bentuk pembinaan MGMP secara organisatoris terhadap profesional guru beserta hambatan-hambatannya.
40
Fajar Toona, Peningkatan Profesional Guru dan Pengaruhnya Terhadap Prestasi Belajar Siswa MTs Kosambi Kab. Mura, skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Syarif hidayatullah, 2010
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian MGMP PAI Jakarta - Barat berkedudukan di Jakarta – Barat Provinsi DKI Jakarta, Sektariat MGMP PAI SMP Negeri Jakarta Barat terletak di SMPN 127 Jakarta Barat. Kecamatan kebon jeruk kelurahan Batu Sari lintas dari tiga arah mata angin yaitu utara, selatan dan timur. Dari arah utara ditempuh melalui jalan kebon Jeruk raya dari arah selatan ditempuh yaitu jalan Slipi dan dari arah timur dapat diakses melalui jalan Kebayoran yang tembus langsung sekolah SMPN 127 Jakarta Barat. Waktu penelitian dimulai dari bulan Februari 2013 s/d 2014 penelitian pertama bertujuan untuk mengetahui latar belakang permasalahan yang ada dalam pembinaan MGMP SMPN Jakarta barat tepatnya tanggal 15 Februari 2013 di SMPN 127 dimana SMP tersebut merupakan tempat kesekretariatan MGMP Provinsi Jakarta Barat dengan mewawancarai sekretaris MGMP Jakarta Barat. Penelitian selanjutnya bertempat di SMPN 89 dengan mewawancarai salah satu guru yang juga merupakan anggota MGMP provinsi jakarta barat. B. Latar Penelitian. Latar penelitian bertempat di beberapa sekolah yang termasuk kedalam pembinaan profesional guru melalui MGMP, terutama sekretariat MGMP yang sering dijadikan pusat kegiatan pelaksanaan pembinaan MGMP. Penelitian juga dilakukan di tempat-tempat berlangsunganya kegiatan pembinaan MGMP. C. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif, sehingga memunculkan data-data hasil lapangan yang sebenarnya dan sesuai kondisi sesungguhnya, dengan metode wawancara, observasi, dan dokumen langsung dengan subjek penelitian.
38
39
Bogdan dan taylor yang dikutip Maleong mengungkapkan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang dan pelaku yang diamati.1 D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka cara pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis diantaranya: observasi, wawancara, dan dokumentasi. a. Observasi Observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi, observasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba dan pengecap. Observasi dapat dilakukan degan dua cara, yang kemudian digunakan untuk menyebutkan dua jenis observasi yaitu : a) Observasi non-sistematis yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan. b) Observasi sitematis yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan2 Observasi dibutuhkan untuk dapat memahami proses terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap kegiatan MGMP, perilaku pengurus dan anggota pada saat wawancara berlangsung, interaksi subyek dengan peneliti sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara. a. Wawancara Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan menghimpun keterangan dan informasi untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab secara mendalam antara peneliti dengan objek yang berkaitan dengan penelitian.
1
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta : Rosada Karya, 2000), hal. 109 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta : PT Rineka Cipta) edisi revisi VI,Hal. 156 2
40
Pada penelitian ini wawancara akan dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara. Penelitian dilengkapi pedoman wawancara yang sudah disusun dan ditentukan sebelumnya, serta mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa menentukan urutan pertanyaan bahkan mungkin tidak pertanyaan yang eksplisit. Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan penelitian mengenai aspek-aspek apa yang harus dibahas juga menjadi daftar pengecek (check list) apa aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau ditanyakan. Dengan pedoman tersebut peneliti harus memikirkan bagaimana pertanyaan tersebut akan dijabarkan secara konkrit dalam, sekaligus menyesuaikan pertanyaan dengan konteks aktual saat wawancara berlangsung b. Dokumentasi Dokumentasi dari asal katanya dokumen yang artinya barang-banrang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, najalah, dokumen, peraturanperaturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya. Alam pengertian yang luas, dokumen bukan hanya yang berwujud tulisan saja, tetapi dapat berwujud benda-benda peninggalan seperti prasasti dan simbol-simbol. Metode dokumentasi ini merupakan metode utama apabila peneliti melakukan pendekatan analisis isi. Untuk penelitian dengan pendekatan lain dokumentasi juga memiliki kedudukan penting.3 Dokumentasi tersebut yang berkaitan dengan penelitian. Pengumpulan data dengan melakukan studi dokumen ini dilakukan untuk mendukung dan mengkoreksi kebenaran data yang diperoleh melalui kedua teknik diatas yaitu observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Dokumentasi yang dikumpulkan sebagai data adalah program kerja MGMP, surat keputusan kandepag Jakarta Barat tentang pengurus MGMP PAI, laporan kegiatan MGMP, silabus dan RPP PAI SMP, susunan pengurus
3
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu ..., Hal. 158.
41
MGMP PAI SMP, kisi-kisi dan soal mata pelajaran PAI, dan materi pelatihan penyusunan kisi-kisi soal. E. Pemeriksaan Atau Pengecekan Keabsahan Data Teknik untuk memeriksa keabsahan data, dalam penelitian ini digunakan teknik trianggulasi. Menutut lexi j moleong trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan, yang dilaksanakan dengan cara: a. Chek recheck yaitu pengulangan kembali data yang telah diperoleh dengan mengkonfirmasi dari sumber yan berbeda, sepeti informasi adat dari pengurus MGMP PAI dengan anggota MGMP PAI SMP Jakarta Barat. b. Cross cheking yaitu dilakukan checking data dengan mengkonfirmasi dan membandingkan antara data yang telah diperoleh dengan metode pengumpulan data yang lain, misalnya seperti memeriksa keabsahan data program kerja MGMP dari hasil wawancara pengurus MGMP dengan data hasil dokumentasi.4
F. Analisis Data Analisis data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan dan dirumuskan kesimpulan penelitian seperti yang disarankan oleh data.5 Data dianalisis melalui tiga langkah sebagai berikut : a. Reduksi data Reduksi
data
berarti
merangkum,
memilih
hal-hal
pokok,
mengfokuskan pada hal-hal yang penting dicari tema dan polanya. Dengan demikian data telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.6 4
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta : Rosada Karya, 2000), hal. 39 Ibid.,hal.103 6 Sugiono, Metode Penelitian KOMBINASI (mixed Methods), (Bandung : Alfabeta, 2012), cet II, hal.336 5
42
Peneliti mereduksi data yang diperoleh pada waktu penelitian dengan cara memilah, menyederhanakan dan memfokuskan data tersebut sehingga diperoleh data penting yang diperlukan saja. Data yang direduksi memberikan gambaran yang lebih dalam tentang hasil penelitian untuk menemukan kembali data tersebut jika diperlukan. b. Penyajian data Peneliti berusaha menyajikan data dengan penyusunan yang benar. Peneliti menuangkan data hasil wawancara, observasi dan dokumentasi secara deskriptif sehingga dapat dilihat adanya kaitan secara menyeluruh c. Penarikan kesimpulan Penarikan kesimpulan dilakukan sejak penelitian ini dimulai. Hal ini karena penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pada awal penelitian, kesimpulan yang diperoleh masih sangat bersifat sementara dan masih diragukan. Seiring dengan berjalannya waktu penelitian maka data yang diperoleh akan semakin bertambah, sehingga dapat ditarik kesimpulan yang lebih objektif Jadi Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, yaitu data yang diperoleh dihimpun dan dianalisis sesuai dengan keadaan dan situasi yang sebenarnya dengan tolak ukur ketentuan atau peraturan undang-undang yang berlaku, yaitu dengan cara menghimpun informasi secara mendalam mengenai keadaan dan kondisi yang sebenarnya pada MGMP, kemudian informasi dan data yang diperoleh tersebut disinkronkan dengan standar dan peraturan seperti standar pengelolaan dan operasional MGMP untuk dapat meluruskan permasalahan serta solusi yang dibutuhkan.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data 1. Profil MGMP PAI Jakarta Barat a. Latar Belakang MGMP Tidak berbeda dengan latar belakang MGMP lainnya MGMP PAI SMP Jakarta Barat berdiri dilatar belakangi oleh kesadaran para guru PAI untuk meningkatkan kemampuan dalam menjalankan perannya sebagai pengajar, perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan perkembangan pendidikan menurut adanya penyesuaiian, adanya kenyataan dilapangan bahwa penamplan dan kinerja guru dalam kegiatan belajar mengajar masih sangat bervariasi dan kualifikasi yang beraneka ragam yang belum sesuai standar, serta pengaturan angka kredit bagi jabatan fungsional guru menuntut kemampuan guru untuk meningkatkan keterampilan dan profesionalitas guru.1 b. Visi, Misi, dan Tujuan MGMP Tujuan dari MGMP PAI Jakarta Barat terdiri atas tujuan umum dan khusus yaitu : 1) Tujuan umum a) Meningkatkan mutu pendidikan, khusunya
PAI yaitu melalui
pengembangan kemampuan dan keterampilan guru. b) Meningkatkan profesionalitas guru untuk kinerja dan kemampuan diri dalam menjalankan fungsi dan tugas sebagai guru. c) Memebantu guru memperoleh informasi dan pengalaman dalam rangka mengikuti perkembangan pendidikan di Indonesia. d) Sebagai wadah bertukar informasi dan pengalaman dalam rangka mengikuti perkembangan pendidikan Indonesia. e) Memberikan kesempatan guru berlatih dan berkarya serta berprestasi melalui MGMP.2
1
Hasil wawancara dengan ketua MGMP PAI SMPN JakartaBarat bpk. Haitami. M nuh, MM tanggal 2 februari 2013 2 Hasil dokumentasi MGMP PAI JakartaBarat.
43
44
2) Tujuan khusus a) Meningkatkan keterampilan dan kinerja guru dalam penyususnan perencanaan pembelajaran. b) Meningkatkan keterampilan dan kinerja guru dalam kegiatan belajar mengajar. c) Meningkatkan keterampilan dan kinerja guru dalam melaksankaan evaluasi dan remedial. d) Membina dan menjalin silaturahmi antar guru, pengawas dan kepala sekolah. Adapun visi MGMP Jakarta Barat adalan “peningkatan dan pemberdayaan guru PAI SMP Jakarta Barat yang terampil dan profesional, sehingga diharapkan dari visi tersebut dapat meningkatkan mutu pendidikan” Sedangkan misinya adalah “mewujudkan dan meningkatkan peran MGMP sebagai wadah pengembangan kompetensi profesional guru PAI SMP.” Dari misi tersebut diharapkan dapat mewujudkan guru yang profesional dalam menunjang pendidikan yang berkualitas c. Kepengurusan dan Keanggotaan MGMP Struktur kepengurusan inti MGMP PAI SMPN Jakarta Barat sangat sederhana, yang hanya terdiri dari ketua, sekretaris dan bendahara serta anggota. Struktur tersebut tentu sangat tidak mendukung daam pelaksanaan kegiatan dalam mencapai tujuan organisasi. Hendaknya dalam struktur kepengurusan terdapat bidang-bidang yang secara spesifik menangani program-program orgnisasi, sehingga tujuan yang ingin dicapai menjadi efisien. Diharapkan dengan adanya bidang yang membantu pengurus inti/harian dalam melaksanakan roda organisasi, pelaksanaan kegiatan dapat berjalan dengan efisien serta dapat lebih memberdayakan dan mendorong anggota berperan aktif dalam mengelola MGMP. Anggota MGMP adalah seluruh guru mata pelajaran PAI dari setiap sekolah dilingkungan SMPN Jakarta Barat.
45
Kepengurusan, masa kepengurusan dan jenjang kepengurusan Struktur MGMP PAI JAKARTA BARAT Ketua Umum Drs. H.aitami M.Nuh M.M Sekretaris
Bendahara
Drs. Suherman, M.Pd
Dra. Mardhiah, M.Pd
Anggota 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Drs Nursehat, M.Pd Drs Bachruddin M.Pd Dra. Nailul Fauziyah Drs. Lukman Drs. Sulhah Drs. Mashudi Drs Samsu Neng iin
(SMP 45) (SMP 271) (SMP 61) (SMP 101) (SMP 22) (SMP 32) (SMP 215) (SMP 82)
Secara umum tugas ketua dalam struktur kepengurusan tersebut adalah menentukan pokok-pokok kebijakan penyelenggaraan organisasi MGMP, memimpin,
mengkoordinasikan
dan
mengendalikan
organisasi
MGMP.
Sedangkan sekretaris bertugas mengatur dan menyelnggarakan kegiatan rutin bulanan, memberi pelayanan administrasi yang diperlukan untuk mendukung pengelolaan organisasi MGMP dan mengatur setiap kegiatan dan tugas bendahara adalah melaksanakan pengelolaan dukungan keuangan dalam menyelenggarakan organisasi MGMP. Sedangkan Anggota MGMP mendukung dan melaksanakan semua kegiatan yang telah diprogramkan MGMP dan berperan aktif dalam setiap kegiatan baik yang bersifat rutin maupun insidental. Masa kepengurusan MGMP PAI Jakarta Barat yaitu sesuaindengan Surat Keputusan (SK) dari kandepag Jakarta Barat. Visi, misi, dan tujuan yang dimiliki oleh MGMP PAI Jakarta Barat telah sesuai dengan garis besar tujuan MGMP secara umum, yaitu memperluas wawasan dan pengetahuan guru, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, memberdayakan dan membantu anggota
46
kelompok
kerja
dalam,
melaksanakan
tugas-tugas
pembelajaran
dan
meningkatkan kompetensi guru melalui kegiatan-kegiatannya. Dari aspek kepengurusan MGMP PAI Jakarta Barat juga telah memenuhi kriteria minimal, yaitu pengurus MGMP sekuran-kurangnya terdiri dari ketua, sekretaris dan bendahara. Namun dengan luasnya wilayah dan banyaknya anggota MGMP, struktur pengurus terlalu sederhana, mengingat fungsi dan tujuan dari MGMP sangat luas. Maka diperlukan bidang-bidang tertentu yang membantu tugas dari pengurus inti tersebut. d. Program Kerja MGMP PAI Jakarta Barat MGMP PAI Jakarta Barat memiliki program kerja yang disusun dalam rangka mencaPAI tujuan peningkatan profesionalitas guru yaitu: 1) Pertemuan Rutin Anggota MGMP Program ini dilakukan 1 bulan sekali, tempat pelaksanaan kegiatan yaitu secara bergilir ke sekolah-sekolah anggota. Pertemuan ini di isi dengan berbagai kegiatan, baik yang sudah terprogram maupun tematik. Diantaranya yaitu: a.
Kegiatan dalam bidang kurikulum diantaranya pemahaman klasifikasi materi pelajaran, serta topik-topik program atau kebijakan baru
b.
Pendekatan dan stragi pembelajaran yang sesuai saat ini
c.
Pengunaan sumber dan alat belajar yang tepat dan efektif
d.
Pembahasan mengenai analisi hasil belajar dan remedial tes
e.
Pengunaan media dan sumber belajar seperti buku, LKS.
2) Diskusi permasalahan Program ini terintegrasi dengan program pertemuan rutin, dalam arti
pertemuan
rtin
didalamnya
juga
membahas
permasalahan
pembelajaran. Program ini juga dijadikan sebagai acuan indentifikasi permasalahan yang dihadapai guru, yang sebagian ditindak lanjuti dengan program kegiatan. 3) Pelatihan dan penyusunaan silabus dan RPP a. Pengertian silabus b. Prinsip-prinsip pengembangan silabus dan langkah-langkahnya
47
c. Hal-hal yang perlu diperhatian dalam penyusunan silabus 4) Penyusunan kisi-kisi soal a. Teknik penyusunan kisi-kisi dan soal perpokok bahasan b. Teknik penilaian c. Mesnentukan standar ketuntasan perpokok bahasan d. Menyusun kisi-kisi 5) Pelatihan penyusunan prangkat Administrasi guru Berdasarkan uraian program kerja MGMP PAI SMP Jakarta Barat diatas, maka program-program tersebut dapat di kualifikasikan kedalam program rutin dan pengembangan. Program rutin meliputi pertemuan rutin anggota MGMP, diskusi permasalahan pembelajaran, pelatihan dan penyusunan silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran, dan
penyusunan kisi-kisi soal. Sedangkan yang masuk program pengembangan adalah pelatihan penyusunan perangkat administrasi e. Pendanaan MGMP Pembiayaan kegiatan MGMP mencakup sumber dana, pengunaan, dan pertangungjawaban. Sumber dana kegiatan MGMP PAI selama ini diperoleh dari DIPA Kanwil, MKKS Jakarta Barat, sekolah masing-masing, dan uang pribadi guru3 Dana unuk kegiatan forum MGMP pada umumnya berasal dari APBD, Anggaran ini diusulkan Kanwil Depaq melalui pemerintah daerah dan disetujui DPRD dan disalurkan melalui DIPA Kanwil. Minimnya dana yang dialami oleh MGMP PAI Jakarta Barat dijelaskan oleh ketua MKKS Barat, Drs.Nunung Nurmudin dikarenakan selama ini MGMP pada umumnya kurang dapat memanfaatkan sumber dana yang ada, baik dari dinas maupun dari sponsor, “MGMP sebenarnya dapat secara aktif mengajukan proposal ke MKKS, dinas terkait, maupun mencari sponsor bila itu dapat dilakukan maka MGMP dapat secara mandiri memenuhi kebutuhannya. 3
Wawancara dengan bendahara MGMP PAI JakartaBarat, Dra Mardhiah M.Pd.I diruang guru SMPN 75 Jakarta Barat
48
Dana yang digunakan oleh MGMP PAI Jakarta Barat hannya diigunakan untuk keperluan program MGMP saja, hal tersebut telah sesuai dengan standar oprasional MGMP. Akan tetapi terdapat prosedur pembiyaaan yang belum dilaksanakan oleh MGMP yaitu langkah-langkah pengusulan, pengunaan dan pertangungjawaban belum dilaksanakan sesuai standar oprasional yang ditetapkan, yaitu belum dilaksanakan analisi biaya dan indentifikasi kebutuhan dana. 2. Pembinaan Kompetensi Profesional Guru PAI Melalui MGMP a. Bentuk Pembinaan MGMP MGMP merupakan wadah untuk pertemuaan para guru mata pelajaran PAI di SMP Negeri wilayah Jakarta-Barat. Lembaga ini dibentuk tidak hannya sebagai forum silatrahmi tetapi juga sebagai forum untuk menampung berbagai permasalahan yang dihadapi oleh guru masing-masing sesuai dengan tugas dan tangungjawab yang diemban MGMP PAI Jakarta-Barat dibentuk oleh para guru PAI yang bertugas di lembaga pendidikan tingkat SMP. Organisasi ini bersifat mandiri dan terbuka bagi semua guru mata pelajaran PAI baik yang bersetatus pegawai Negeri sipil, guru honorer dan guru tidak tetap, pembentukan wadah ini didasarkan atas kebutuhan propesional guru PAI dalam memberikan pelajaran diharapkaan para guru dalam memberikan pembelajaran masih sangat berfariasi dan kualifikasi yang beragam dan belum terstandar. Standar pengembangan dalam pembinaan kompotensi profesionalisme MGMP PAI Jakarta Barat yang digunakan adlah mengacu kepada standar yang ditetapkan oleh Departemen pendidikan Nasional yang akan dijelaskan sebagai berikut: MGMP PAI Jakarta Barat memiliki komponen visi misi dan tujuan yang disusun berdasarkan keadaan dan kebutuhan secara umum para guru PAI, begitu juga dari segi program juga telah memenuhi program rutin dan pengembangan. Proses penyusunan program dilakukan dengan analisis SWOT dibahas
bersama-sama
anatara
penurus
dan
anggota,
kemudian
yang dicari
permasalahan tersebut kemudian diwujudkan dalam bentuk visi misi dan tujuan yang diaplikasikan dalam program kegiatan.
49
Analisis SWOT adalah suatu pendekatan yang berfungsi untuk mengetahui peta kekuatan (strength), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), ancaman (threats), guna menentukan unggulan dan strategi yang tepat dilakukan dalam mencapai tujuan organisasi dengan analisis SWOT agar dapat dicermati kebutuhan dan mengadaptasi atau menyesuaikan kebutuhan guru melalui analisis SWOT akan dapat dilakukan penyesuaian visi, misi dan tujuan organisasi sesuai dengan kebutuhan guru baik dari peraturan perundangan seperti perubahan kurikulum maupun tuntutan masyarakat. Namun tidak semua rencana program dimasukan dalam agenda kegiatan, karena program yang diagendakan ditentukan sekala prioritasnya, kekurangan pada penyusunan program kegiatan MGMP PAI SMPN Jakarta Barat yaitu progaram disusun banyak yang merupakan olahan dari MKKS, sehingga programprogram tersebut tidak menggambarkan kebutuhan guru dan permasalahan yang terdapat dilapangan atau sekolah yang dihadapi guru Selain kebutuhan profesionalisme pembentukan organisasi ini juga dipacu oleh adanya tujuan bersama antara lain yang hendak dicapai oleh wadah ini adalah memperluas wawasan dan pengetahuan dalam berbagai hal yang berkenaan dengan perkembangan pendidikan secara umum, mewujudkan pembelajaran yang epektif, kreatif, inovatif dan menyenangkan. Dalam upaya pembinaan profesioanalisme guru PAI tersebut MGMP PAI memiliki peran yang sangat penting, dalam memberikan pengetahuan dan peningkatan kemampuan guru. MGMP PAI dalam usahanya untuk mencapai tujuan dan mewujudkan visi dan misinya terhadap pembinaan profesionalisme guru melakukan beberapa kegiatan dan program diantaranya adalah program rutin dan pengembangan. Wujud peningkatan mutu yang dilaksanakan MGMP PAI Jakarta Barat dalam upaya pembinaan guru adalah pengarahan dan pemberian materi oleh narasumber yang ditunjuk oleh pengurus atau hasil keputusan bersama diantaranya adalah: 1) Pengurus MGMP 2) Pengawas 3) Peserta yang pernah mengikuti seminar, elatihan atau penataran
50
4) Peserta MGMP dari luar MGMP 5) Pakar pendidikan dan dari lembaga lain seperti dari universitas dan sebagainya. Kegiatan peningkatan mutu tersebut diselenggarakan secara terjadwal dan isendental sesuai kebutuhan dan kesepakatan anggota. Materi Kegiatan ini diantaranya bersifat tematik seperti : a) Kegiatan dalam bidang kurikulum diantaranya pemahaman klasifikasi materi pelajaran serta topik-topik program atau kebijakan baru b) Pendekatan dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan saat ini c) Penggunaan sumber dan alat belajar yang tepat dan efektif d) Evaluasi, meliputi cara penyusunan kisi-kisi soal melaksanakan evaluasi yang baik, analisi hasil belajar dan remedial tes e) Penggunaan media dan sumber belajar seperti buku LKS4 Pemberian pendidikan dan pelatihan bagi guru ini menurut pendapat ketua MGMP PAI SMPN Jakarta Barat, juga didasari oleh pendapat bahwa prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan dengan optimal apabila guru memiliki kemampuan yang memadai, sebagaimana yang dikatakan oleh ketua MGMP, bahwa “keberhasilan dan prestasi siswa dapat tercaPAI apabila guru memiliki kemampuan untuk melakukan pembelajaran dengan baik” Selama ini guru biasanya dari waktu ke waktu menggunakan cara dan metode yang sama dalam mengajar akibatnya guru menemui hambatan dalam menjalankan tugas, karena siswa juga bosan dengan cara mengajar yang monoton, sehingga tujuan akademik dari pembelajaran tidak efektif dan manecaPAI sasaran.5 Berdasarkan hal itulah MGMP PAI Jakarta Barat menyusun programprogram yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru yang dilaksanakan dengan berkesinambung sehingga guru dapat lebih aktif dan kreatif, sehingga tujuan pembelajaran yang dilaksanakan dapat tercapai. 4
Wawancara dengan ketua MGMP PAI JakartaBarat, Drs. H.Haitami M. Nuh MM, M.A SMPNN 189 5 Wawancara dengan sekretaris MGMP PAI SMPN Jakarta Barat, Bpk Drs. Suherman, M.Pd
51
Berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi, program kegiatan yang dilaksanakan oleh MGMP PAI Jakarta Barat dalam pembinaan guru dapat diklasifikasikan menjadi program rutin Dan pengembangan. 1) Program rutin Program rutin yang dilaksanakan MGMP PAI SMPN Jakarta Barat adalah program mutu guru atau pendidik meliputi peningkatan mutu materi, dan penyajian PAI, pemecahan masalah yang dihadapi, pengelolaan pendidikan, serta hal yang berkaitan dengan keterampilan guru. Program ini bersifat pembinaan yang berkaita langsung dengan program pemebelajaran di sekolah. Program ini bertujuan untuk membekalai guru dengan keterampilan mengelola pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku
sehingga
proses
KBM
menjadi
efektif.
Program
rutin
yang
diselenggarakan meliputi : a) Diskusi permasalahan pembelajaran Salah satu faktor penting yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah proses pembelajaran di kelas dalam kegiatan pembelajaran sering kali guru menjumPAI berbagai permasalahan, seperti pemilihan materi dan metode yang tepat, cara motivasi siswa dan cara mengevaluasi dan lain sebagainya. Para guru sering mengalami masalah dalam hal membangkitkan motivasi belajar siswa, meningkatkan pemahaman siswa tentang materi pelajaran dan lain sebagainya. Kendala dari kesulitan guru dalam melaksanakan fungsi dan tugas inilah yang melatar belakngi program ini. Diskusi ini berfungsi dan bertujuan sebagai sarana guru dalam mebahas dan memecahkan permasalahan yang dihadapi serta ajang bertukar informasi dan pengalaman. Salah satu komponen dalam proses pembelajaran PAI adalah penerapan satu pendekatan dalm pembelajaran sehingga pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang dapat memberikan nilai tambah pengetahuan atau informasi baru pada peserta didik, sedangkan pembelajaran yang efisien
52
adalah pembelajaran yang dengan pemanfaatanya daya yang tidak boros tetapi mendapatkan hasil yang maksimal. Kemampuan mengelola proses pembelajaran sebagai salah satu unsur kompetensi profesional guru dapat ditingkatkan melalui program ini selain itu kegiatan ini juga digunakan sebagai sharing mengenai kendala, hambatan dan kesulitan yang dialamai guru unuk dipecahkan bersama dan dicari jalan keluarnya. Terdapat manfaat yang bisa diperoleh yaitu komunikasi antar guru dan komponen lain menjadi lancar. Namun yang terpenting dalam kegiatan ini adalah adanya tindak lanjut sebgaia langkah nyata dan mengatasi masalah dan persoalan yang telah dibahas, karena tanpa adanya tindak lanjut dari diskusi ini, hanya akan menjadi hal yang sia-sia saja. Sehingga dari forum ini dapat membawa manfaat dari guru dalam melaksankan pembelajaran. b) Melaksanakan Kegiatan MGMP Secara Bergilir Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin bulanan yang diadakan satu bulan sekali. Hari yang disepakati untuk pertemuan MGMP PAI SMP Negeri Jakarta Barat adalah hari senin jam ke 5-6 oleh sebab itu maka setiap sekolah pada hari tersebut tidak ada mata pelajaran PAI.6 Sedangkan untuk tempat pelaksanaannya adalah bergilir ke sekolah anggota MGMP PAI Jakarta Barat. Pertemuan
yang
dilaksanakan
secara
bergilir
akan
memberi
kemudahan bagi guru untuk memanfaatkan sarana yang ada. Untuk menunjang program kegiatan yang dilaksanakan sehingga tempat pertemuan, laboratorium bahasa, komputer dan sebagainya. Melalui pertemuan rutin inilah para guru bertemu dan membicarakan berbagai hal yang terkait dengan pembelajaran di sekolah mulai dari perangkat pembelajaran, model pembelajaran dan hal lainnya. Tidak hanya itu terkadang juga menjadi media komunikasi guru untuk saling berbagi pengalaman dan cerita mengenai permasalahan siswa dan cara mengatasinya.
6
M.Pd
Wawancara dengan sekretaris MGMP PAI SMPN Jakarta Barat, Bpk Drs. Suherman,
53
Namun yang masih jadi kekurangan pada kegiatan ini adalah kadang tidak ada notulensi dan pengarsipan yang dilakukan sehingga tindak lanjut dari forum ini kurang maksimal hal tersebut kurang terbukti dari tidak adanya dokumen yang berhasil ditemukan berkaitan dengan kegiatan ini. Notulensi dan pendokumentasian dalam hal ini sangat penting karena melalui dokumentasi pembahasan mengenai permasalahan kendala guru, dan hal lain yang dibicarakan dapat dirumuskan, dan dijadikan landasan kegiatan sehingga forum tersebut tidak menguap dan hilang begitu saja tanda adanya follow up atau tindak lanjut c) Pelatihan
dan
penyusunan
pengembangan
silabus
dan
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pendidikan merupakan proses yang terencana dan sistematik karena itu perencanaan harus disusun secara lengkap dan dapat dipahami serta dilakukan oleh orang lain dan tidak menimbulkan penafsiran ganda. Dalam program penyusunan silabus, MGMP PAI Jakarta Barat menitik beratkan pada analisis standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) analisi ini guna memperoleh gambaran mengenai, materi apa yang akan dikembangkan, indikator yang akan diukur dalam pembelajaran, teknik dan strategi pembelajaran, alokasi waktu yang digunakan, metode penilaian yang diterapkan, serta sumber bahan apa yang akan digunakan unutk menyusun bahan pembelajaran. Pelatihan dan penyusunan silabus kegiatannya berisi mengenai pengertiaan silabus, prinsip-prinsip pengembangan silabus dan langkahlangkahnya. Disamping itu perencanaan pembelajaran lainnya
yang
dilaksanakan MGMP PAI yaitu penyusunan RPP. Rencana pembelajaran merupakan hal penting, karena RPP merupakan planing pembelajaran yang akan dilaksanakan, maka dari itu RPP harus disusun selengkap mungkin dan sistematis sehingga mudah dipahami dan dilaksanakan oleh guru lain. Terutama ketika guru yang bersangkutan tidak hadir, guru lain dari mata pelajaran serumpun dapat menggantikan langsung tanpa harus kebingungan ketika hendak melaksanakannya.
54
Acuan alur yang digunakan MGMP PAI SMPN Jakarta sebagai alternatif pembuatan RPP adalah: a. Kompetensi apa yang akan dicapai b. Indikator-indikator yang dapat menunjukan hasil belajar dalam bentuk prilaku yang menggambarkan pencapaian kompetensi dasar. c. Tujuan pembelajaran yang merupakan bentuk prilaku terukur dari setiap indikator. d. Materi dan uraian materi yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa agar dapat mencapai tujuan pembelajaran. e. Metode-metode yang akan digunakan dalam pembelajaran f. Langkah-langkah penerapan metode yang dipilih dalam satu kemasan pengalaman belajar g. Sumber dan media belajar yang terkait dengan aktifitas pengalaman belajar siswa h. Penilaian yang sesuai untuk mengukur keterampilan tujuan pembelajaran.7 Anggota MGMP PAI Jakarta Barat diharapkan dapat menyusun RPP dengan acuan diatas. Sedangkan acuan RPP yang disusun anggota terdapat pada lampiran. Dikatakan oleh pembina MGMP PAI Jakarta Barat, diharapkan penyusunan RPP berdampak pada guru langsung seperti RPP yang benar dapat berdampak pada penulisan materi ajar dan LKS sendiri oleh guru. Sebab materi ajar pada buku pegangan pada siswa dan LKS belum tentu sesuai dengan rencana pembelajaran yang disusun oleh guru yang akan berdampak pada peningkatan efektifitas pembelajaran. Namun yang perlu menjadi perhatian dan koreksi pada penyusunan silabus dan RPP yang digunakan oleh MGMP PAI Jakarta Barat bahwa tiap sekolah memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Disamping itu visi, misi dan tujuan tiap sekolah juga berbeda pula, oleh karena itu silabus dan RPP yang dibahas bersama oleh MGMP PAI 7
Hasil dokumentasi silabus mata pelajaran PAI SMPN Jakarta Barat
55
Jakrata Barat ni tidak bisa begitu saja diterapkan guru disekolah masingmasing, dan perlu adanya penyesuaian. Pengembangan silabus harus memperhatikan visi dan misi serta kondisi sekolah dengan demikian, penyusunan silabus dan RPP siharapkan dilakukan oleh guru secara mandiri dan MGMP hanya memberikan garis-garis besar dalam acuan pengembangan silabus yang dilaksanakan oleh guru. Pengembangan silabus dan RPP melalui forum MGMP pada beberapa sekolah dapat dipertimbangkan dan dilakukuan bersama asalkan memiliki karakteristik yang sama. d) Pembuatan kisi-kisi dan penyusunan soal Kisi-kisi soal adalah perincian materi dan tingkah laku beserta imbangan atau proporsi yang dihendaki oleh penilai atau guru. Tujuan pembuatan kisi-kisi adalah untuk menjaga agar soal test yang disusun tidak menyimpang dari bahan/materi. Dalam kisi-kisi dicantumkan bahan pengajaran yang hendak diukur, jenis kompetensi yang akan diukur, jumlah soal, bentuk soal, taraf kesukaran maupun waktu yang cocok untuk melakukan ujian. Kisi-kisi soal yang dibuat adalah untuk ujian semester, teknik pembuatan kisi-kisi adalah dengan pembagian tugas untuk masing-masing guru. Pembuatan kisi-kisi soal pertama dilaksanakan oleh MGMP PAI tingkat sekolah yaitu MGMP rumpun PAI. Seorang guru atau kelompok guru PAI pada tingkat sekolah membuat sejumlah kisi-kisi dan soal dengan tema atau sub pokok bahasan tertentu sesuai dengan KTSP. Setelah kisi-kisi dan soal telah disusun kemudian guru koordinator mata pelajaran PAI tiap sekolah menyerahkan kepada MGMP tingkat Jakarta untuk dibahas dan dianalisis bersama-sama anggota yang lain. Setelah itu dibuat kesepakatan untuk berkoordinasi dan membahas kembali kisi-kisi dan soal yang telah disusun dibawah pengawasan MKKSN Jakarta Barat. Pembahasan dan anilisi soal yang dibahas di MGMP untuk menentukan kisi-kisi dan soal yang digunakan sebagai salah satu alat evaluasi pembelajaran. Kemudian kisi-kisi yang telah disusun diserahkan kepada
56
MKKS Jakarta untuk dicek kembali dan disahkan, kemudian dicetak menjadi soal yang baku untuk ujian semester atau mid semester. Setelah soal selesai disusun dan ditetapkan maka soal tersebut didistribusikan ke sekolah-sekolah. Soal-soal yan tellah disusun dan diberikan dan diujikan kepada siswa kemudian dianalisis, untuk mengetahui hasil yang dicapai oleh siswa dan keabsahan soal tersebut. Para guru juga dibimbing untuk mampu dan terampil dalam menganalisis hasil belajar dan daya serap siswa. Daya serap tersebut meliputi tercapainya ketuntasan belajar baik secara perorangan maupun klasikal. Melalui perhitungan ketuntasan belajar dapat dilihat dan diketahui jumlah siswa yang perlu perbaikan individual, siswa yang telah tuntas belajar secara klasikal, siswa yang mendapatkan pengayaan dan butir soal yang perlu pembahasan ulang. Setelah kegiatan anilisis hasil belajar, forum MGMP PAI mempunyai program lanjutan yaitu melaksanakan kegiatan analisi butir soal sebagai program tindak lanjut atau umpan balik atas hasil belajar siswa. Penyusunan kisi-kisi soal yang dilakukan MGMP dapat membantu guru dalam menentukan soal-soal untuk evaluasi pembelajaran, karena dengan adanya kisi-kisi tersebut guru memiliki pegangan dan acuan yang dapat memberikan pengalaman kepada guru cara menyusun kisi-kisi soal yang benar. a. Program pengembangan Program pengembangan adalah program yang ditunjukan bagi seluruh peserta yang bertujuan menunjuang keberhasilan dan efektifitas pembelajaran, meningkatkan kemampuan guru dalam hal yang berkaitan dengan fungsi dan tugasnya sebagai tenaga profesional. Pelaksanaan pengembangan melalui workshop dan pelatihan yang bertujuan mengasah keterampilan, untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan pelatihan oleh guru pada dasarnya merupakan sesuatu yang integral dari menejemen dalam bidang ketenagaan dan merupakan upaya untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan guru sehingga pada gilirannya diharapkan guru dapat memperoleh keunggulan kompetitif dan
57
dapat memberikan pembelajaran yang sebaik-baiknya dan dapat bekerja secara lebih produktif dan mampu meningkatkan kinerjanya. Program pengembangan tersebut meliputi : a) Workshop b) Diklat c) Seminar d) Kegiatan FL2SN (Festival Lomba Lintas Sekolah Negeri) e) Pembinaan guru seperti kegiatan khutabah, pengenalan kurikulum 2013, maulid bersama, pesantren kilat bersama untuk para siswa. f) Kegiatan pembuatan buku pedoman rohis dan pesantren kilat. g) Program pencetusan sholat dhuha dan pemberantasan butu huruf AlQur’an pada siswa.8 b. Manfaat Pembinaan MGMP 1) Mempercepat arus pembaharuan pendidikan yang dibwa oleh guru, kepalaa sekolah maupun pengawas dari hasil penataran atau pelatihan dan pembinaan baik dari tingkat wilayah maupun tingkat pusat. Dalam hal
ini
menginformasikan
dan
menyebarluaskan
perolehan
pengetahuan. 2) Memberikan kesempatan kepada anggota MGMP yang kreatif dan inovatif untuk berbagi pengetahuan, wawasan, kemampuan dan keterampilan profesional
kepada sesama teman sejawat
dan
mendiskusikan bersama hasil karyanya untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dalam usaha meningkatkan mutu pengetahuan, wawasan, kemampuan dan keterampilan masing-masing. 3) Mendiskusikan dan mencari atau merumuskan pemecahan berbagai masalah dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing. 4) Dengan tekad maju bersama untuk mencapai tujuan bersama, melalui kegiatan MGMP dapat dilakukan usaha pemberian bimbingan dan konsultasi antar teman sejawat. 8
Wawancara dengan anggota MGMP PAI JakartaBarat bapak Gunawan S.Pd.I., M.Pd
58
5) Di dalam MGMP melaksanakan berbagai pertemuan rutin, sehingga setiap permasalahan yang ada dapat dibawa ke dalam pertemuan tersebut guna dicari solusinya.9 c. Faktor Penghambat Pembinaan MGMP
PAI
SMPN
Jakarta
Barat
dalam
upaya
membina
profesionalisme guru banyak menghadapi hambatan dalam upaya pencapaian visi, misi dan tujuan. Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh MGMP antara lain yaitu : 1) Luasnya wilayah dan kompleks nya permasalahan guru dilapangan Luasnya wilayah dan banyaknya permasalahan yang dihadapi guru menyebabkan MGMP tidak dapat merefleksikan kebutuhan kondisi tiap sekolah atau guru sesuai dengan keadaan yang dialami guru. Hal ini disebabkan oleh banyaknya anggota MGMP yang berasal dari 50 sekolahan SMPN di Jakarta Barat sehingga permasalahan yang dihadapi cukup banyak dan beragam, yang mengakibatkan tidak semua problem dan kebutuhan guru dapat diselesaikan melalui kegiatan dan program karena minimnya waktu MGMP. Untuk memecahkan program tersebut MGMP dapat memecah anggota MGMP menjadi dua bagian unit kerja, unit kerja tersebut dapat didasarkan pada letak geografis SMP yang saling berdekatan misalnya unit kerja MGMP Jakarta bagian Barat dengan timur. Bisa juga didasarkan pada karakteristik sekolah, misalnya dari aspek keadaan sekolah, siswa, dan lainnya. Sehingga pemetaan permasalahan dapat lebih fokus dan mengakomodir kebutuhan guru secara menyeluruh. Disamping itu kegiatan-kegiatan MGMP lebih banyak dirancang berdasarkan intruksi MAPENDA Jakarta bukan dari inisiatif guru PAI sendiri. Hal tersebut mengakibatkan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan belum mampun menjawab kebutuhan guru yang sesungguhnya dalam menjalankan pembelajaran. Oleh karena itu perlu adanya penajaman program yang real dan praktis dengan memberikan keleluasaan bagi guru 9
Wawancara dengan anggota MGMP PAI JakartaBarat bapak abdu somad S.Pd.I
59
untuk menentukan permasalahan yang akan diangkat, agar MGMP benarbenar mampu membantu guru dalam menguasai kopetensi sesuai standar pendidik yang disyaratkan dalam SNP. 2) Tidak optimalnya manejemen MGMP Kendala lain yang dihadapi adalah menejemen MGMP belum berfungsi secara optimal, sehingga efektifitas pelaksanaan program sangat kurang, hal tersebut terlihat dari belum adanya panduan/petunjuk kegiatan kelompok kerja yang jelas utnuk dapat digunakan sebagai acuan bagi guru dan pengurus MGMP dalam melakukan aktifitas kelompok kerja atau musyawarah kerja. Panduan atau petunjuk yang dimaksud seperti tidak memiliki AD/ART sebagai landasan organisasi dan acuan kerja serta tidak adanya dokumentasi kegiatan dan pengarsipan yang dimiliki MGMP. Hal tersebut sangat berdampak negatif bagi pelaksanaan organisasi karena landasan anggaran dasar dan ART mutlak dibutuhkan dalam pengelolaan organisasi. Disamping itu pendokumentasian sangat dibutuhkan untuk bahan evaluasi serta untuk mengukur keberhasilan pencapaian kegiatan yang dilaksanakan. Tidak optimalnya menejemen MGMP
PAI Jakarta Barat
dikarenakan standar pengembangan dan operasional belum terpenuhi. Serta tidak adanya penjamin mutu utnuk menjaga dan mengarahkan serta mengendalikan MGMP PAI Jakart Barat dalam penetapan kebijakan, sasaran, rencana dan proses. Maka perlu adanya acuan
standar yang harus dilakukan oleh
MGMP PAI Jakarta Barat, agar pengelolaan dan pelaksanaan organisasi dapat berjalan sesuai ketentuan sehingga visi, misi dan tujuan dapat tercapai dengan baik dengan landasan yang jelas. Disamping itu perlu adanya peningkatan peran pengawas dan pembinaan MGMP dalam mengarahkan dan memberikan masukan terhadap hal-hal yang belum sesuai dan terpenuhi, sehingga terdapat peningkatan kinerja dari waktu ke waktu.
60
3) Kurangnya Partisipasi Anggota MGMP Hambatan MGMP yang ditemui dilapangan adalah kurangnya partisipasi guru yaitu sebagian guru masih kurang terbuka mengungkapkan kendala yang dialami dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di sekolah nya masing -masing, sehingga dari pengurus maupun pembina mendapa kesulitan dalam menentukan langkah anailisi kebutuhan yang akan dilaksanakan dalam bentuk kegiatan. Soluisi permasalahan guru peserta MGMP yaitu memberikan rangsangan pada guru untuk terbuka menyanyampaikan kendala yang dialami sehingga bisa dicari solusinya bersama-sama dengan memberikan motivasi bagi guru bahwa MGMP merupakan wadah untu mencari solusi permasalahan yang dihadapi guru di seolah masing-masing. Disamping itu rendahnya partisipasi guru disebabkan masih terdapat beberapa kepalan sekolah mengabaikan jadwal rutin pertemuan MGMP. Beberapa guru masih memiliki tugas mengajar pada hari senin. Perlu adanya pendekatan serta sosialisasi kepada pihak sekolah agar ikut berperan dalam usaha peningkatan kompetensi guru melalui MGMP. Mengingat MGMP memiliki fungsi dan peran yang sangat penting bagi peningkatan kemampuan guru. Jika guru
memiliki
kompetensi dan kualitas yang baik, maka pembelajaran akan berjalan dengan baik dan tujuan yang diharapkan, sehingga perlu adanya kesadaran semua pihak untuk mendukung MGMP baik dari pihak sekolah maupun guru itu sendiri. 4) Minimnya Dana Operasional Kurangnya
dana
kegiatan
operasional
MGMP
merupakan
permasalahan klasik, yang dapat teratasi. Minimnya dana kegiatan berdampak pada kualitas kegiatan dan hasil yang dicapai. Sumbeer dana yang selama ini diperoleh dikatakan oleh pembina MGMP masih jauh dari kata cukup. Kebanyakan kegiatan dibiayai oleh swadaya anggota MGMP. Hal tersebut sebenarnya dapat diatasi dengan mencari sumber dana dari luar, seperti sponsor, unit usaha, donatur dan lain sebagainya.
61
Sehingga MGMP tidak tergantung dari dana dinas, sehingga MGMP dapat mengembangkan kegiatan lebih luas lagi dan dapat mengakomodir kebutuhan guru dalam meningkatkan kemampuan sebagai tenaga profesional. B. Pembahasan Hasil Penelitian Pada bagian ini akan diuraikan temuan hasil penelitian yang telah dideskipsikan dan dianalisis pada bagian-bagian sebelumnya. Jika bagian diskripsi dan analisis hanya berdasarkan data dan fakta dilapangan, maka pada bagian ini penelitian membahas hasil temuan dan menghubungkannya dengan pendapat para ahli, pembahasan ini meliputi : bentuk-bentuk pembinaan MGMP, tujuan dan manfaat pembinaan MGMP dan faktor penghambat pembinaan MGMP. 1.
Pembinaan profesional guru melalui MGMP Jabatan guru merupakan jabatan profesional dan sebagai jabatan
profesional, pemegangnya harus memenuhi kualifikasi tertentu. Krieria jabatan profesional antara lain bahwa jabatan itu melibatkan kegiatan intelektual, mempunyai batang tubuh ilmu yang khusus. Memerlukan persiapan lama untuk memikulnya, memerlukan pelatihan dan pembinaan khusus dalam jabatan yang berkesinambung, merupakan karier hidup dan keanggotaan permanen, menentukan baku prilakunya, mementingkan layanan, mempunyai organisasi profesional dan mempunyai kode etik yang harus ditaati oleh anggotanya. Salah satu pembinaan guru yang mempunyai organisasi profesional dan mempunyai kode etik yang harus ditaati oleh anggotanya yaitu melalui MGMP. Musyawarah Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam disingkat MGMP PAI adalah “wadah kegiatan professional untuk membina hubungan kerjasama secara koordinatif dan fungsional antara sesama Guru Pendidikan Agama Islam yang bertugas pada SMP dan SMA. MGMP PAI intinya adalah musyawarah sebagai proses interaksi edukatif. Prinsip musyawarah ini sangat ditekankan dalam Islam sehingga harus senantiasa ditegakkan. Karena dengan musyawarah itulah, manusia
62
saling memberi kesempatan dan saling menerima pendapat, sekaligus sebagai pemenuhan hak-hak sesama manusia. Lembaga ini dibentuk tidak hanya sebagai forum silatrahmi tetapi juga sebagai forum untuk menampung berbagai permasalahan yang dihadapi oleh guru masing-masing sesuai dengan tugas dan tangungjawab yang diemban MGMP PAI Jakarta-Barat dibentuk oleh para guru PAI yang bertugas di lembaga pendidikan tingkat SMP. Organisasi ini bersifat mandiri dan terbuka bagi semua guru mata pelajaran PAI baik yang berstatus pegawai Negeri sipil, guru honorer dan guru tidak tetap, pembentukan wadah ini didasarkan atas kebutuhan propesional guru PAI dalam memberikan pelajaran diharapkaan para guru dalam memberikan pembelajaran masih sangat bervariasi dan kualifikasi yang beragam dan belum tersetandar. Jika pembinaan profesional guru lainnya hanya bersifat sementara dan tidak berkelanjutan, MGMP sebagai wadah pembinaan profesional guru yangseharusnya memiliki organisasi yang jelas dengan AD/ART, struktur organisasi, dan program kerja yang terorganisir. Karena sebagai wadah pembinaan profesional guru MGMP sangat berperan memenuhi kebutuhan guru demi meningkatkan kompetensi profesional guru. 2.
Tujuan dan Manfaat Pembinaan MGMP Organisasi
profesional
harus
membina
dan
mengawasi
para
anggotanya. Kewajiban membina organisasi profesi merupakan kewajiban semua anggota dan pengurusnya. Oleh sebab itu, semua anggota dan pengurus organisasi profesi, karena pejabat-pejabatdalam organisasi merupakan wakilwakil formal dari keseluruhan anggota organisasi, maka merekalah yang melaksanakan
tindakan
formal
berdasarkan
wewenang
yang
telah
didelegasikan kepadanya oleh seluruh anggota organisasi itu. Dalam kenyataannya, para pejabat itulah yang memegang peranan fungsional dalam melakukan
tindakan
pembinaan
sikap
organisasi,
merekalah
yang
mengkomunikasikan segala sesuatu mengenai sikap profesi kepada para anggotanya. Dan mereka pula yang mengambil tindakan apabila diperlukan.
63
Setiap
anggota
harus
memberikan
sebagian
waktunya
untuk
kepentingan pembinaan profesinya, dan semua waktu serta tenaga yang diberikan oleh para anggota ini dikoordinasikan oleh para pejabat oranisasi tersebut, sehingga pemanfaatannya menjadi efektif dan efisien. Dengan perkataan lain setiap anggota profesi, apakah ia sebagai pengurus atau anggota biasa, wajib berpartisipasi guna memelihara, membina, dan meningkatkan mutu organisasi profesi dalam rangka mewujudkan cita-cita organisasi. Sebagai organisasi profesi yang merupakan wadah bagi pembinaan kompetensi profesional guru MGMP memiliki manfaat dan tujuan dalam kegiatan pembinaannya. Pada dasarnya organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan mutu dan profesional dari guru dalam kelompoknya masingmasing. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini diatur dengan jadwall yang cukup baik. Bertolak dari tujuan yang hendak dicapai MGMP PAI tersebut, dapat dipahami bahwa eksistensi MGMP PAI adalah untuk memberdayakan Guru PAI sehingga mampu melaksanakan tugas secara profesional, yaitu memiliki perangkat pembelajaran seperti Program Tahunan, Program Semester, Analisis Materi Pelajaran, Skenario Pembelajaran, dan Program Satuan Pengajaran, serta Analisis Hasil Evaluasi Belajar, serta penguasaan kelas dan penguasaan materi pelajaran. Selain tujuan yang harus jelas MGMP juga memiliki manfaat yang dapat di rasakan oleh seluruh anggotanya, bukan hanya sebagai forum diskusi dan pertemuan semata, MGMP harus memiliki manfaat yang signifikan terutama demi meningkatkan kompetensi profesional guru. MGMP harus mampu motivasi bagi guru-guru agar mengikuti setiap kegiatan di sanggar, meningkatkan kemampuan dan kemahiran guru dalam melakasanakan proses pembelajaran siswa sehingga dapat menunjang usaha peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan, memberikan pelayanan konsultasi yang berkaitan dengan proses pembelajaran siswa, menunjang pemenuhan kebutuhan guru yang berkaitan dengan proses pembelajaran siswa khususnya yang menyangkut materi pembelajaran, metodologi, sistem evaluasi
64
dan sarana penunjang, menganalisa proses pembelajaran siswa secara bersama untuk kemudian mengambil langkah penyempurnaan, menyebarkan informasi tentang segala kebijakan yang berkaitan dengan pembaharuan pendidikan dalam bidang kurikulum, metodologi, administrasi, sistem evaluasi dan lainlain, menyalurkan aspirasi dan temuan-temuan yang berkaitan dengan masalah pendidikan di lapangan kepada pihak terkait. Dengan demikian dipahami bahwa eksistensi MGMP PAI merupakan wadah untuk memperoleh informasi dan pengalaman yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas dan peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan memaksimalkan pembinaan program MGMP PAI diharapkan mampu membantu tugas guru bidang mata pelajaran PAI menuju guru yang professional. 3.
Faktor Penghambat Pembinaan MGMP Sebagai organisasi besar yang membina kompetensi profesional guru-
guru PAI tingkat SMPN di Jakarta Barat tentulah memiliki faktor yang kadang menjadi penghambat bagi kemaksimalan MGMP dalam mencapai visi, misi dan tujuannya. Kenyataan yang ditemui dilapangan, MGMP mempunyai hambatan seperti : luasnya wilayah dan kompleksnya permasalahan guru dilapangan, tidak optimalnya manejemen MGMP dan kurangnya partisipasi anggota MGMP . Dari permasalahan diatas seharusnya MGMP dapat memberikan motivasi bagi guru-guru agar mengikuti setiap kegiatan di sanggar, dapat meningkatkan kemampuan dan kemahiran guru dalam melakasanakan proses pembelajaran siswa sehingga dapat menunjang usaha peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan, memberikan pelayanan konsultasi yang berkaitan dengan proses pembelajaran siswa, menunjang pemenuhan kebutuhan guru yang berkaitan dengan proses pembelajaran siswa khususnya yang menyangkut materi pembelajaran, metodologi, sistem evaluasi dan sarana penunjang, menganalisa proses pembelajaran siswa secara bersama untuk kemudian mengambil langkah penyempurnaan, menyebarkan informasi tentang segala kebijakan yang berkaitan dengan pembaharuan pendidikan dalam bidamg
65
kurikulum,
metodologi,
administrasi,
sistem
evaluasi
dan
lain-lain,
merencenakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan hasil kegiatan MGMP serta menetapkan tindak lanjutnya, menyalurkan aspirasi dan temuantemuan yang berkaitan dengan masalah pendidikan di lapangan kepada pihak terkait.
BAB V PENUTUPAN A. KESIMPULAN Setelah menjelaskan dan menguraikan mengenai pembinaan kompetensi profesional guru melalui MGMP tingkat SMPN di Jakarta barat, maka dapat disimpulakan bahwa : 1. Bentuk pembinaan kompetensi profesional guru melalui MGMP berjalan secara berkelanjutan. Pembinaan serta pelatihan yang tersusun dalam program rutin dan program pengembangan. Program rutin meliputi : diskusi permasalahan pembelajaran, melaksanakan kegiatan MGMP secara bergilir, penyusunan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran, pembuatan kisi-kisi soal dan penyusunan instrumen evaluasi pembelajaran. Program pengembangan meliputi : workshop, diklat, seminar, kegiatan PL2SN, Pembinaan guru seperti kegiatan khutabah, pengenalan kurikulum 2013, maulid bersama, pesantren kilat bersama untuk para siswa, pembuatan buku pedoman rohis dan pesantren kilat, pencetusan sholat dhuha dan pemberantasan buta huruf bagi para siswa. 2. Keefektifan pengelolaan MGMP SMPN jakarta barat dalam membina profesional guru yang diukur melalui pengelolaan manajemen dan kesesuaian anatara standar dan pemenuhannya. Kinerja MGMP PAI SMPN di Jakarta Barat belum berjalan efektif, dikarenakan standar yang telah ditetapkan belum terpenuhi. Beberapa standar yang belum terpenuhi oleh MGMP antara lain : a.
Standar organisasi, yaitu tidak ada ada landasan kerja dan administrasi, AD/ART dan kalender kegiatan.
b.
Pengelolaan, yaitu belum ada evaluasi secara menyeluruh dan tidak lanjut dari tiap-tiap kegiatan.
c.
Penjamin mutu yaitu MGMP PAI belum memiliki sistem penjamin mutu untuk mengontrol dan mengendalikan organisasi, untuk mengaudit antara standar dan pemenuhannya. Dengan adanya
66
67
penjamin mutu maka MGMP dapat berkembang dan meningkatkan kualitas, sehingga yang menjadi sasaran dan tujuan dapat terlaksana. 3.
Problem serta hambatan yang dihadapi MGMP PAI Jakarta Barat adalah : a. MGMP memiliki wilayah yang luas sehingga program MGMP belum dapat memenuhi kebutuhan guru, kegiatan-kegiatan MGMP lebih banyak dirancang berdasarkan instruksi Mapenda dan K3SMP Jakarta. Hal tersebut dapat diatasi dengan menguatkan partisipasi para anggota dan unit kerja. b. Menajemen MGMP belum berjalan baik, kurang memenuhi kretria minimum organisasi yang telah ditetapkan oleh Direktorat Profesi pendidik Dinas Pendidikan. c. Rendahnya partisifasi anggota MGMP PAI, langkah solusi adalah Ketua, pengurus dan antar sesama guru anggota saling memberikan pendekatan, saling terbuka dan menjalin komunikasi yang baik. d. Dana pendukung opresional MGMP tidak memadai, hal tersebut dapat diatasi dengan menghimpun dana dari luar seperti sponsor, donator, penciptaan unit usaha dan sebagainya.
B. SARAN Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan oleh MGMP PAI Jakarta Barat dalam membina kompetensi profesional guru, untuk itu disarankan agar : 1. Kepada pengurus MGMP PAI Jakarta Barat a. Agar meningkatkan peran dan usaha dalam mencapai tujuan MGMP PAI Jakarta Barat melalui pemenuhan kriteria standar minimal MGMP yang telah ditetapkan Direktorat Profesi Pendidik Dinas Pendidikan. Agar pengelolaan organisasi lebih terarah dan mencapai tujuan yang ingin dicapai dengan efektif dan optimal. b. Mendorong para guru anggota MGMP untuk dapat berperan aktif dan berpartisipasi dalam MGMP, dengan memberikan kesempatan kepada
68
guru anggota terlibat secara langsung dalam setiap program dan kegiatan MGMP, mulai dari pelaksanaan, perencanaan dan evaluasi. c. Pengembangan kompetensi guru hendaknya seimbang pada seluruh kompetensi guru yaitu pedagogik, profesional, kepribadian dan sosial. Hendaknya
peningkatan
kompetensi
guru
tidak
hnya
pada
pengembangan profesional dan pedagogik saja tetapijuga pada kompetensi kepribadian dan sosial. Keempat kompetensi tersebut saling berhubungan dan berkaitan serta semua kompetensi tersebut sangat penting untuk mendukung kemampuan guru dan efektifitas mengajar bagi guru. d. Penghimpunan
dana
operasional
yang
lebih
mandiri
dengan
meningkatkan kreatifitas pengurus dan anggota seperti penciptaan unit usaha, donatur, sponsor dan sebagainya sehingga program kegiatan MGMP dapat ditingkatkan dan dikembangkan. e. Perlu meningkatkan kerja sama dengan pihak lain diluar MGMP PAI Jakarta Barat yang lebih luas lagi terutama dalam sistem penjaminan mutu misalnya seperti lebaga penjaminan mutu pendidikan (LPMP) sehingga
terdapat
kontrol
untuk
mengawasi,
membina
dan
mengarahkan MGMP untuk mewujudkan MGMP yang ideal, sesuai dengan tujuan berdirinya MGMP sebagai wadah profesional guru 2. Untuk guru anggota MGMP SMP PAI Jakarta Barat Agar lebih berperan dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan MGMP dengan terlibat secara langsung pada kegiatan dan program seperti memberikan masukan pada perencanaan kegiatan, terlibat dalam pelaksanaan dan evaluasi kegiatan. Sehingga seluruh kegiatan MGMP PAI Jakarta Barat dapat merefleksikan kebutuhan guru anggota MGMP dan mewujudkan bahwa MGMP merupakan “ Dari guru untuk guru”
69
DAFTAR PUSTAKA Alhidayah, Al-Qur’an Tafsir Per Kata Tajwid Kode Angka (Banten : Penerbit Kalim) Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta : PT Rineka Cipta) edisi revisi VI, (Jakarta : Rineka Cipta,2005) Damayanti, Strategi Pengembangan Kompetensi Guru Di SMK PGRI 16 DKI Jakarta, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011 Danim Sudarman, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, (Bandung : ALFABETA, cv, 2013) cet ke.3 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Pedoman Musyawarah Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (MGMP PAI) pada SLTP dan SLTA, (Jakarta: Dikdasmen, 1994) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Petunjuk Pelatihan Kerja Guru, (Jakarta, Proyek Pengadan Sarana Pembinaan dan Penyempurnaan Dikmenum, 1991/1992) Direktorat Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementrian Agama RI 2010, Pedoman Bantuan Operasional FKG, KKG, MGMP PAI pada sekolah Direktorat Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementrian Agama, Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam (PAI), Standar Operasional dan Prosedur Penyelenggaraan KKG PAI SD dan MGMP PAI SMP, SMA dan SMK, 2011 Gunawan, Upaya MGMP PAI Dalam Peningkatan Profesionalitas Guru SMP di Jakarta Barat. Tesis, Program Studi Pendidikan Islam Program Pasca Sarjana Universitas Attahiriyah (UNIAT), 2013 Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1980) Imron, Ali, Pembinaan Guru Di Indonesia, (Jakarta : Pustaka Jaya, 1995)
70
Kementerian Agama RI. Al-Qur’an dan tafsirnya Jilid 2 Juz 4-5-6. (Jakarta: Kementrian Agama RI. . 2009) hlm. 67, lihat juga Al-Qur’an dan tafsirnya Jilid 2 Juz 4-5-6. (Jakarta: Kementrian Agama RI.2010) Machsunah Uun, Pengaruh Pembinaan Guru Bidang Akademik dan Bimbingan Konseling Terhadap Peningkatan Mutu Pembelajaran di SMA I Palimanan Kab. Cirebon, skripsi, (Fakultas Tarbiyah UIN Jakarta, 2005). Moleong, Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta : Rosada Karya, 2000) Nata, Abuddin, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (Seri Kajian Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, Cet. I, 2000). Nazir, Mohammad, Metode Penelitian (Jakarta : Chalia Indonesia,1999) Payong Marselus R., Sertifikasi Profesi Guru, (Jakarta : PT Indeks, 2011) penerjemah Dusi Rosyadi, Nashirul Haq, Fathurrahman, editor, Ahmad Zubairin Tafsir Al-Qurthubi, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008) Ridla, M. Rasyid, Tadris Jurnal Pendidikan Islam, (Pemengkasan : Jurusan Tarbiyah STAIN, 2008) volume 3 Rozak, Abd, Pengembangan Profesi Guru, (Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Uin Syarif Hidayatullah 2012) cet.3 Saptal Mahmud, http://mahmud-sapsal.blogspot.com/2010/09/musyawarah-gurumata-pelajaran_18.html, 18 okteber 2012. Soetjipto dan Kosasi Raflis, Profesi Keguruan, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2007) cet. 3 Sudjana Djuju, Pengantar Manajemen Pendidikan Luar Sekolah, (Bandung : Nusantara Press-Yayasan Islam Nusantara, 1992) --------------, Managemen Program Pendidikan, (Bandung : falah Production, 2000) Sugiono, Metode Penelitian KOMBINASI (mixed Methods), (Bandung : Alfabeta, 2012),
71
Sujanto, Bedjo, manajemen pendidikan berbasis sekolah, (Jakarta: CV sagung seto, 2007) Supeno Hadi, potret guru, ( Pustaka Sinar Harapan, anggota Ikapi, 1995) Toona Fajar, Peningkatan Profesional Guru dan Pengaruhnya Terhadap Prestasi Belajar Siswa MTs Kosambi Kab. Mura, skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Syarif hidayatullah, 2010 Usriya, Faridah, “Strategi Pengembangan Profesionalisme Guru di Man 3 Yogyakarta”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Jakarta, 2005
LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA PENGURUS MGMP 1. Apakah pengurus dapat memberikan motivasi bagi guru-guru agar mengikuti setiap kegiatan MGMP? 2. Apakah MGMP memiliki program rutin? Apa program rutin tersebut? 3. Adakah program pembinaan bagi guru? mencakup apa saja? 4. Apakah realisasi dari pembinaan program tersebut ? 5. Apakah MGMP PAI JakartaBarat memiliki kepengurusan yang lengkap? Bagaimana strukturnya? 6. Berapa jumlah anggota MGMP? Berasal dari sekolah mana saja? 7. Apakah MGMP memiliki visi, misi dan tujuan? Bagaimana cara menentu kan visi, misi dan tujuan tersebut? 8. Apakah MGMP memiliki calendar kegiatan? Bisa ditunjukkan? 9. Bagaimana bentuk pertanggungjawaban program MGMP? 10. Apakah program rutin dan pembinaan memiliki tujuan jangka pendek, menengah dan panjang? 11. Apakah program dijalankan dengan membentuk kepanitiaan? 12. Bagaimana peran ketua MGMP dalam menjalankan program? 13. Apakah program dijalankan dengan berpedoman pada acuan kerja yang ad a? 14. Adakah program yang dijalankan tanpa acuan kerja? 15. Apakah setiap program dilakukan evaluasi? Apa saja evaluasi tersebut? 16. Apa saja sarana dan prasarana yang dimiliki MGMP? 17. Bagaimana pengelolaan sarana dan prasarana tersebut? 18. Apakah sarana tersebut membantu program MGMP? 19. Apakah pengurus dan anggota memiliki standar kualifikasi minimal? Apa saja standar yang ditetapkan? 20. Apakah terdapat kendala yang dihadapi berkaitan dengan SDM?
21. Apakah MGMP memiliki Instruktur, guru inti, tutor, pengawas dll? 22. Apakah kualifikasi sudah sesuai aturan yang ada? 23. Apakah setiap program dilakukan evaluasi? Apa saja evaluasi tersebut? 24. Apa saja sarana dan prasarana yang dimiliki MGMP? 25. Bagaimana pengelolaan sarana dan prasarana tersebut? 26. Apakah sarana tersebut membantu program MGMP? 27. Apakah pengurus dan anggota memiliki standar kualifikasi minimal? Apa saja standar yang ditetapkan? 28. Apakah terdapat kendala yang dihadapi berkaitan dengan SDM? 29. Apakah MGMP memiliki Instruktur, guru inti, tutor, pengawas dll? 30. Apakah kualifikasi sudah sesuai aturan yang ada? 31. Apakah MGMP dapat meningkatkan kemampuan dan kemahiran guru dalam melakasanakan proses pembelajaran siswa sehingga dapat menunjang usaha peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan? 32. Apakah MGMP memberikan pelayanan konsultasi yang berkaitan dengan proses pembelajaran siswa? 33. Apakah kegiatan MGMP menunjang pemenuhan kebutuhan guru yang berkaitan dengan proses pem belajaran siswa khususnya yang menyangkut materi pembelajaran, metodologi, sistem evaluasi dan sarana penunjang? 34. Apakah pembinaan MGMP Menganalisa proses pembelajaran siswa secara bersama untuk kemudian mengambil langkah penyempurnaan? 35. Apakah kegiatan MGMP Menyebarkan informasi tentang segala kebijakan yang berkaitan dengan pembaharuan pendidikan dalam bidamg kurikulum, metodologi, administrasi, sistem evaluasi dan lain-lain? 36. Apakah dalam pertemuan pengurus dan anggota MGMP Merencenakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan hasil kegiatan MGMP serta menetapkan tindak lanjutnya. 37. Apakah kegiatan MGMP Menyalurkan aspirasi dan temuan-temuan yang berkaitan dengan masalah pendidikan di lapangan kepada fihak terkait?
38. Apakah pembinaan MGMP mampu Meningkatkan rasa kebersamaan dan tanggung jawab sebagai
pendidik agama
Islam
yang bertujuan
menanamkan keimanan (Tauhid) dan ketaqwaan terhadap Allah swt. 39. Apakah pembinaan MGMP mampu menyamaratakan kemampuan dan kemahiran Guru Pendidikan Agama Islam dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar termasuk penguasaan berbagai metode belajar mengajar sehingga
dapat
menunjang
usaha
peningkatan
pemerataan
mutu
Pendidikan Agama Islam? 40. Apakah pembinaan MGMP Menampung segala permasalahan yang dialami oleh GPAI dalam melaksanakan tugas sehari-hari dan bertukar pikiran serta mencari cara penyelesaiannya sesuai dengan karakteristik pelajaran PAI, Sekolah dan Lingkungan? 41. Apakah pembinaan MGMP Membantu GPAI dalam upaya memenuhi kebutuhannya yang berkaitan dengan KBM PAI? 42. Apakah pembinaan MGMP mampu Membantu GPAI untuk bekerjasama dalam meningkatkan kegiatan-kegiatan intra dan ekstra kurikuler PAI? 43. Apakah pembinaan MGMP Memperluas wawasan dan saling tukar menukar
informasi
dan
pengalaman
dalam
rangka
mengikuti
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengembangan metode/teknik mengajar PAI? 44. Kendala apa saja yang dihadapi dalam pembinaan MGMP ?
Lampiran II Pedoman Wawancara Anggota MGMP 1.
Sudah berapa lama (tahun) Bapak/Ibu mengajar?
2.
Mata pelajaran apa saja yang pernah Bapak/Ibu ampu?
3.
Kesulitan apa yang Bapak/Ibu hadapi dalam menjalankan fungsi dan tugas sebagai Guru PAI?
4.
Apakah yang Bapak/Ibu ketahui tentang MGMP PAI Jakarta-Barat?
5.
Apakah Bapak/Ibu selalu mengikuti kegiatan MGMP PAI Jakarta-Barat secara rutin?
6.
Program kegiatan MGMP PAI Jakarta-Barat apa yang pernah Bapak/Ibu ikuti?
7.
Sebagai anggota MGMP PAI Jakarta-Barat apakah Bapak/Ibu ikut berperan dalam penyusunan program kegiatan?
8.
Manfaat apa yang Bapak/Ibu rasakan dalam mengikuti kegiatan MGMP PAI Jakarta-Barat ?
9.
Apakah dalam Forum/pertemuan MGMP PAI Jakarta-Barat Bapak/Ibu membahas/ sharing tentang permasalahan-permasalahan yang Bapak/Ibu hadapi dalam menjalankan fungsi dan tugas sebagai Guru?
10.
Permasalahan apa yang pernah Bapak/Ibu diskusikan dalam MGMP PAI Jakarta-Barat tersebut?
11.
Apa tindak lanjut dari forum MGMP PAI Jakarta-Barat tersebut?
12.
Apkah antar sesama Guru PAI Bapak/Ibu senantiasa menjalin komunikasi?
13.
Apakah dilakukan evaluasi tiap awal atau akhir semester mengenai program/kegiatan MGMP PAI Jakarta-Barat?
14.
Bagaimana peran kepala madrasah dalam memberikan dorongan kepada Bapak/Ibu untuk aktif dalam mengikuti kegiatan MGMP PAI Jakarta-Barat ?
15.
Kendala apa yang Bapak/Ibu hadapi dalam mengikuti kegiatan MGMP PAI Jakarta-Barat?
16.
Apakah program kegiatan MGMP PAI Jakarta-Barat mengakomodir kebutuhan Bapak/Ibu sebagai Guru?
sudah dapat
17.
Menurut Bapak/Ibu kekurangan apa yang masih terdapat pada MGMP PAI Jakarta-Barat?
18.
Berapa minggu/ bulan sekali pertemuan MGMP PAI Jakarta-Barat dilaksanakan?
19.
Apakah pertemuan MGMP PAI Jakarta-Barat dilaksanakan pada jam efektif ketika Bapak/Ibu tidak memiliki jam mengajar?
20.
Apa saran Bapak/Ibu terhadap MGMP PAI Jakarta-Barat?
Lampiran III Catatan Lapangan Metode pengumpulan Data Hari/tanggal
: Senin, 7 mei 2013
Jam
: 13.30
Lokasi
: SMPN 127 Jakarta Barat
: Wawancara
Sumber Data : Drs. Suherman, M.Pd Deskripsi data Informan adalah pengurus inti MGMP PAI Jakarta Barat yang sekaligus merupakan guru PAI di SMPN 127 Jakarta Barat. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
pada
informan
adalah
berkaitan
dengan
pengelolaan
organisasi,
dokumentasi-dokumentasi MGMP PAI seperti SK, program, hasil notulensi, laporan kegiatan dan lainnya. Dari hasil wawancara tersebut terungkap bahwa MGMP PAI tidak memiliki AD/ARTkarena adanya anggapan bahwa organisasi ini tidak seperti organisasi pada umumnya. Disamping itu ketika diminta mengenai dokumentasi organisasi, seperti SK kepengurusan, program dan berkas lainnya bapak Drs. Suherman, M.Pd tidak dapat menunjukan karena beliau mengaku selama ini tugas yang diemban hanya sekedar surat edaran saja, dan diminta langsung menghubungi ketua MGMP. Interpretasi MGMP PAI tidak memiliki landasan AD/ART serta buruknya manajemen organisasi
dengan
tidak
adanya
pemberkasan
dokumen.Selain
itu
setelah
berlangsungnya kegiatan MGMP tidak ada notulensi secara detail padahal notulensi sangatlan penting untuk menindak lanjuti kegiatan berikutnya dan mengevalusi kegiatan yang telah berlangsung.
Catatan Lapangan 2 Metode Pengumpulan Data Hari/tanggal
: Selasa, 28 mei 2013
Jam
: 10.00
Lokasi
: SMPN 189
: Wawancara
Sumber Data : Drs. H. Haitami M. Nuh, MM, MA Deskripsi data :
Deskripsi Data Informan adalah ketua MGMP PAI Jakarta Barat sekaligus merupakan guru SMPN 189 Jakarta Barat.Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada informan adalah berkaitan dengan program kegiatan baik baik yang telah dilaksanakan maupun yang belum terlaksana, tujuan kegiatan serta hambatan yang dihadapi. Berdasarkan hasil wawancara tersebut diperoleh bahwa pertemuan MGMP setiap 1 bulan, pada hari senin minggu ke 3dengan tempat bergantian ditiap sekolah. Selain itu diperoleh informasi lainnya yaitu mengenai program-program MGMP PAI meliputi : penyusunan administrasi guru, pembuatan alat peraga, pengembangan RPP, SK, KD, penyusunan buku ajar PAI dengan menyusun team guru untuk masingmasing kelas, menghadiri tutor/pemateri untuk pelatihan dan mengadakan pertemuan rutin 1 bulan sekali secara bergilir. Program yang dijalankan secara team tematik pembahasan dalam MGMP diantaranya bidang kurikulum pendekatan dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan KTSP. Penggunaan sumber dan alat belajar, evaluasi meliputi cara penyusunan kisi-kisi soal dan penggunaan media dan sumber belajar seperti buku, LKS dan lainnya. MGMP juga memiliki program pengembangan yang dilaksanakan intuk mengembangkan kompetensi professional guru seperti workshop, seminar, pelatihan khutabah atau pelatihan khutbah untuk guru-guru, pembuatan buku panduan ROHIS dan psanteren kilat serta pengenalan kurikulum 2013.
Informasi lain yang diperoleh mengenai hambatan yang dihadapi meliputi : pemerintah kurang memperhatikan aspek kesulitan guru dalam proses lapangan seperti anggaran dana dalam setiap kegiatan terkadang sulit untuk dicairkan dan masing-masing intervensi kegiatan guru anggota MGMP. Selain itu hambatan yang diungkapkan adalah kurangnya antusias para anggota dalam kegiatan MGMP dan terkadang anggota yang menghadiri kegiatan MGMP adalah anggota yangt itu-itu saja. Interpretasi
:
Kegiatan MGMP dilaksanakan secara rutin 1 bulan sekali setiap hari senin minggu ke 3 dengan tempat bergiliran di sekolah anggota MGMP.Secara garis besar dapat dikategorikan 2 macam program kegiatan MGMP yaitu program kegiatan rutin dan program kegiatan pengembangan.Hambatan yang dihadapi lebih mengarah pada system birokrasi, keuangan dan anggota MGMP itu sendiri.
Catatan Lapangan 4 Metode Pengumpulan Data Hari/tanggal
: Rabu, 12 juni 2013
Jam
:10.00-11.00
Lokasi
: SMPN 89
: Wawancara
Sumber Data : Drs. H. Nunung Nurmudin Deskripsi data :
Deskripsi Data Informasi adalah kepala sekolah di SMPN 89 Jakarta, wawancara ini dilaksanakan untuk mengkroscek data yang telah diperoleh sebelumnya, dan sebagai sampling gambaran guru PAI di sekolah, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada informasi adalah mengenai kesulitan guru dalam melaksanakan tugas serta dukungan sekolah pada kegiatan MGMP Berdasarkan informasi yang diperoleh dari wawancara ini terungkap kesulitan yang dlihadapi guru PAI berdasarkan pengamatan dan penilaian beliau bahwa sebagian siswa masih menganggap bahwa pelajaran agama itu tidak penting, yang diangap penting cuman pelajaran yang di UN kan serta kurangnya keteladanan yang diberikan orangtua dan keteladanan dalam kehidupan agama sehari-hari. Kendala tersebut diatasi salah satu contohnya adalah dengan mengupayakan pengamalan kegiatan keagaamaan di sekolah, seperti sholat dhuha, tadarus sebelum pelajarau UN, pemakaian symbol keagaaman seperti peci dan jilbab secara syar’I. Dukungan sekolah pada kegiatan MGMP diantaranya adalah memberikan kesempatan sebesar-besarnya kepada guru dalam mengikuti kegiatan MGMP disamping itu segala pengeluaran dalam kegiatan MGMP diganti oleh sekolah, minsalnya biaya seminar dan lain sebagainya. Kendala yang dihadapi guru adlaah sebagaian siswa masih menganggap bahwa pelajaran agama itu tidak penting serta kurangnya keteladanan yang diberikan orang tua dan keteladanan dalam kehidupan agama sehari-hari. Terdapat dukungan
dari pihak
sekolah terhadap guru, melalui kesempatan yang diberikan dalam
mengikuti kegiatan MGMP serta alokasi dana mengikuti kegiatan
Catatan Lapangan 5 Metode Pengumpulan Data Hari/tanggal
: Kamis, 19 september 2013
Jam
: 13.45
Lokasi
: SMPN 75 Jakarta Barat
: Wawancara
Sumber Data : siswi SMPN 75 Deskripsi data :
Deskripsi Data Informasi adalah salah satu siswa di SMPN Jakarta Barat, wawancara ini dilaksanakan untuk mengkroscek data yang telah diperoleh sebelumnya. Pertanyaanpertanyaan yang diajukan pada informasi adalah mengenai proses pembelajaran PAI yang dilaksanakan oleh guru PAI anggota MGMP PAI Jakarta Barat Berdasarkan hasil wawancara tersebut diketahui bahwa metode yang digunakan guru PAI dalam mengajar sangat minim variasinya, metode pembelajaran yang digunakan menoton yaitu ceramah serta pembelajaran tidak didukung media yang memadai Intepretasi Guru PAI salah satu anggota MGMP SMP Jakarta Barat belum menunjukan profesionalnya yang ditunjukan dengan kurangnya variasi dalam mengajar, karena salah satu ciri guru professional adalah mampu melakukan pengelolaan kelas dengan baik. Inteprestasi Guru PAI masih kakun dan menoton dalam menjalankan pembelajaran ditunjukan dengan pengunaan metode mengajar dengan ceramah terus menerus.
Catatan Lapangan 6 Metode Pengumpulan Data Hari/tanggal
: Rabu, 25 september 2013
Jam
: 14.00
Lokasi
: SMPN 89
Suber Data
: Gunawan, S.Pd.I., M.Pd
: Wawancara
Deskripsi data :
Deskripsi Data Informasi adalah salah satu guru di SMPN
Jakarta Barat. Pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan pada informasi adalah mengenai proses partisifasi dalam MGMP, manfaat yang dirasakan serta hal lain yang berkaitan dengan MGMP PAI Jakarta-Barat Berdasarkan
wawancara
tersebut
diketahui
bahwa
beliau
memiliki
pemgalaman mengajar yang cukup yakni selama 8 tahun, disamping itu guru juga pernah mengajar seluruh mata pelajaran rumpun PAI, dalam menjalankan fungsi dan tugasnya beliau lebih mengarah pada kesulitan dalam mengikuti kegiatan MGMP, dan menganggap bahwa MGMP merupakan wadah untuk memenuhi kebutuhan guru dalam mengajar. Diantara program kegiatan yang pernah diikuti adalah pelatihan pembuatan administrasi guru dan workshop Sebagai anggota MGMP beliau juga berperan dalam menyusun program kegiatan yang dilaksanakan dengan musyawarah. Manfaat yang beliau rasakan dalam mengikuti kegiatan MGMP adalah mendapatkan wawasan baru tentang bagaimana kita mengajar saling tukar informasi sesama guru dan dapat sharing permasalahan yang dihadapi guru Interprestasi Penyusunan
program
kegiatan
MGMP
melibatkan
anggota
secara
keseluruhan, MGMP PAI memberikan manfaat fositif bagi guru dalam melaksanakan tugasnya dalam mengajar
Catatan Lapangan 7 Metode Pengumpulan Data Hari/tanggal
: Selasa, 8 Okteber 2013
Jam
: 14.40
Lokasi
: SMPN 101
: Wawancara
Sumber Data : Drs. Lukman Deskripsi data :
Deskripsi Data Informasi adalah salah satu Guru PAI di SMPN Jakarta Barat. Pertanyaanpertanyaan yang diajukan pada informasi adalah mengenai proses partisifasi dalam MGMP, manfaat yang dirasakan serta hal lain yang berkaitan dengan MGMP PAI Jakarta-Barat Berdasarkan wawancara tersebut diketahui bahwa beliau memiliki kesulitan dalam menyesuaikan kurikulum lama dengan kurikulum baru, komunikasi antar sesama guru anggota MGMP terjalain baik, seperti saling mengabari ketika ada kegiatan, kendala-kendala yang dihadapi guru adalah jarak tempuh kerena kegiatan berpindah-pindah Tiap awal dan akhir semester diadakan evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan dan merancang kegiatan yang bersifat tematik yang akan dilaksanakan pertemuan selanjutnya. MGMP disarankan sudah cukup mengokomodir kebutuhan guru dalam mengajar, akan tetapi terdapat kesulitan yang ikut dirasakan yaitu minimnya dana serta mencari pemateri Dari segi waktu pelaksanaan kegiatan beliau mengaku bahwa kadang bagi sebagian guru yang lain, kadang sekolah tidak memperhatikan hari MGMP yaitu hari senin Inteprestasi Komunikasi antar sesama guru anggota MGMP PAI terjalain baik, tiap awal dan akhir semester diadakan evaluasi pelaksanaan kegiatan, MGMP dirasakan sudah
cukup mengakomodir kebutuhan guru dengan program kegiatannya. Kendala yang dihadapi adalah minimnya dana serta dukungan dari sekolah yang dirasakan masih kurang.
Catatan Lapangan 8 Metode Pengumpulan Data Hari/tanggal
: Rabu, 6 November 2013
Jam
: 14.50
Lokasi
: SMPN 127
: Wawancara
Sumber Data : Drs. H. Saeful Bahri, M.Pd Deskripsi data :
Deskripsi Data Informasi adalah ketua MKKS SMPN Jakarta Barat. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada informasi adalah mengenai crosscheck data yang telah diperoleh serta eksistensi MGMP PAI Jakarta-Barat Berdasarkan wawancara tersebut diperolah bahwa dukungan yang diberikan MKKS Jakarta Barat adalah dengan memberikan arahan dan masukan programprogram yang dapat mendukung keberhasilan pendidikan. Dari asfek dana memang tidak ada alokasi khusus bagi MGMP, tetapi MGMP dapat mengajukan permohonan dana kegiatan yang disertai rincian MKKS Jakarta Barat juga memberikan pembinaan kepada MGMP PAI Jakarta, diantaranya menyediakan pembimbing, tutor dan pemateri serta menjebatani ke dinas terkait hal administrative, Pengawasan MGMP dilaksanakan dengan system pelaporan dari MGMP ke MKKS Jakarta Barat, laporan tersebut ditindaklanjuti dengan followup pada masing-masing sekolah melalui kepala sekolah Selama ini yang menjadi keluhan MGMP adalah minimnya dana, padahal MGMP dapat secara mandiri menghimpun dana dari sponsor maupun donator dan lain sebagainya yang diatur dalam AD/ART MGMP masing-masing, kerena secara structural MGMP merupakan organisasi independent Interprestasi MKKS memberikan dukungan/bimbingan dan masukan kepada MGMP PAI Jakarta-Barat, kegiatan MGMP dilaporkan kepada MKKS
Catatan Lapangan 9 Metode Pengumpulan Data Hari/tanggal
: Selasa 12 November 2013
Jam
: 16.00
Lokasi
: Darul Qalam Aqshal Ghayat
: Wawancara
Sumber Data : Drs. H. Haitami M. Nuh., MM, M.A Deskripsi data :
Deskripsi Data Informasi adalah dari ketua MGMP SMPN Jakarta Barat. Pertanyaanpertanyaan yang diajukan pada informasi adalah mengenai Penyusunan kisi-kisi soal dan cros check data lainnya. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa kisi-kisi soal yang disusun oleh MGMP PAI diawali penyusunan pada tingkat sekolah, kemudian diserahkan ke MGMP tingkat kabupaten untuk dibahas dan dianalisis kembali. Setelah dianalisis lalu diserahkan ke MGMP kabupaten lalu ke tingkat Provinsi maupun ke MKKS untuk dicetak dan disebar ke sekolah-sekolah. Interpretasi: Alur pembuatan kisi-kisi soal ujian semester pada sekolah SMP adalah tingkat sekolah kemudian MGMP tingkat kabupaten selanjutnya ke MGMP propensi atau MKKS Jakarta dan dicetak untuk di kirim ke sekolah-sekolah atau diujikan ke siswa
TENTANG PENULIS
Nama Lengkap Nurdianah. Lahir di Jakarta 10 maret 1991. Adalah seorang Mahasiswi Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ia anak Perempuan kedua dari pasangan suami istri, ayahnya bernama Djunaedi dan ibunya bernama Umiyatun. Menikah pada tanggal 16 juni 2013 dengan seorang guru SMPN 89 bernama Gunawan, S.Pd.I., M.Pd Ia menamatkan Sekolah Dasar pada tahun 2002 di SDN Pagojengan Purwokerto Jawa Tengah, kemudian melanjutkan pendidikan di Pondok pesantren At-thoyyibin Jombang Ciputat. Tamat pada tahun 2006, setelah itu melanjutkan pendidikan di MAN 1 Grogol Jakarta Barat dan tamat pada tahun 2009. Kemudian melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi di Fakultas Tarbiyah jurusan Pendidikan Agama Islam di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan mendapatkan gelar S1 pada tahun 2014.
Pengalaman Bekerja Guru SD Khairul Uswah
2011 - 2011
Pelatih Rohis (Rohani Islam) SMPN 75 Jak-Bar
2013 - Sekarang
Guru Paud/RA Nurul Yaqin
2013 - Sekarang