www.indolaw.org
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
LAW OF THE REPUBLIC OF INDONESIA
NOMOR 17 TAHUN 2014
NUMBER 17, 2014
TENTANG
ABOUT
MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT,
PEOPLE'S CONSULTATIVE ASSEMBLY,
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH,
LEGISLATIVE COUNCIL, HOUSE OF REPRESENTATIVES,
DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
AND REGIONAL HOUSE OF REPRESENTATIVES
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BY THE GRACE OF GOD ALMIGHTY
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PRESIDENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA,
Menimbang: a. bahwa untuk melaksanakan kedaulatan rakyat atas dasar kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, perlu mewujudkan lembaga permusyawaratan rakyat, lembaga perwakilan rakyat, dan lembaga perwakilan daerah yang mampu mengejawantahkan nilai-nilai demokrasi serta menyerap dan memperjuangkan aspirasi rakyat dan daerah sesuai dengan tuntutan perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara;
Considering: a. that in order to carry out on the basis of popular sovereignty, led by the inner wisdom of deliberations / representatives, need to realize the consent of the governed institutions, people's representative institutions, and regional representative institutions capable embody democratic values as well as absorb and promote the aspirations of the people and regions in accordance with the demands development of the life of the nation;
b. bahwa untuk mewujudkan lembaga permusyawaratan rakyat, lembaga perwakilan rakyat, dan lembaga perwakilan daerah sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menata Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;
b. that to realize the consent of the governed institutions, people's representative institutions, and regional representative bodies referred to in paragraph a, it is necessary to organize the People's Consultative Assembly, House of Representatives, Regional Representatives Council, and the House of Representatives;
c. bahwa Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan hukum dan kebutuhan hukum masyarakat sehingga perlu diganti;
c. that Act No. 27 of 2009 on the People's Consultative Assembly, House of Representatives, Regional Representatives Council, and the House of Representatives is no longer compatible with the development of law and public law needs to be replaced;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Undang-Undang tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan
d. that based on the considerations set forth in paragraphs a, b, and c, it is necessary to establish the Law of the People's Consultative Assembly, House of Representatives, Regional Representatives
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;
Council, and the House of Representatives;
Mengingat : Pasal 2, Pasal 3, Pasal 7A, Pasal 7B, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 11, Pasal 13, Pasal 18 ayat (3), Pasal 19, Pasal 20, Pasal 20A, Pasal 21, Pasal 22 ayat (2), Pasal 22B, Pasal 22C, Pasal 22D, Pasal 23 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 23E ayat (2) dan ayat (3), Pasal 23F ayat (1), Pasal 24A ayat (3), Pasal 24B ayat (3), Pasal 24C ayat (2) dan ayat (3), dan Pasal 37 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
Given: Article 2, Article 3, Section 7A, 7B Article, Article 8, Article 9, Article 11, Article 13, Article 18 paragraph (3), Article 19, Article 20, Article 20A, Article 21, Article 22 paragraph (2 ), Article 22B, Section 22C, Section 22D, Article 23 paragraph (2) and paragraph (3), Article 23E paragraph (2) and paragraph (3), Article 23F paragraph (1), Article 24A paragraph (3), Article 24B paragraph (3), Article 24C paragraph (2) and paragraph (3), and Article 37 paragraph (1), paragraph (2), paragraph (3), and paragraph (4) of the Constitution of the Republic of Indonesia Year 1945 ;
Dengan Persetujuan Bersama
With agreement between
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
HOUSE OF REPRESENTATIVES REPUBLIC OF INDONESIA
dan
and
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PRESIDENT INDONESIA
MEMUTUSKAN:
DECIDE:
Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH.
Assign: LAW ON PEOPLE'S CONSULTATIVE ASSEMBLY, LEGISLATIVE COUNCIL, HOUSE OF REPRESENTATIVES, AND REGIONAL HOUSE OF REPRESENTATIVES.
BAB I
PART I
KETENTUAN UMUM
GENERAL PROVISIONS
Pasal 1
Article 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
In this Act referred to as:
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat yang selanjutnya disingkat MPR adalah Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
1. Assembly are hereinafter referred to as the Assembly is the People's Consultative Assembly as set forth in the Constitution of the Republic of Indonesia Year 1945.
2. Dewan Perwakilan Rakyat yang selanjutnya disingkat DPR adalah Dewan Perwakilan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. The House of Representatives, hereinafter called the House is the House of Representatives as stipulated in the Constitution of the Republic of Indonesia Year 1945.
3. Dewan Perwakilan Daerah yang selanjutnya disingkat DPD adalah Dewan Perwakilan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
3. Regional Representatives Council, hereinafter called DPD is the Regional Representative Council as stipulated in the Constitution of the Republic of
OF
THE
OF
THE
REPUBLIC
OF
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Indonesia Year 1945.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
4. The House of Representatives is hereinafter referred to Parliament Legislative Council as defined in the Constitution of the Republic of Indonesia Year 1945.
5. Komisi Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum provinsi, dan Komisi Pemilihan Umum kabupaten/kota yang selanjutnya disingkat KPU, KPU provinsi, dan KPU kabupaten/kota adalah KPU, KPU provinsi, dan KPU kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam undang-undang mengenai penyelenggara pemilihan umum.
5. Election Commission, Election Commission provinces, and the Election Commission district / city hereinafter referred to as the KPU, provincial, and Regency / City is the KPU, provincial, and Regency / city referred to in the legislation regarding the organizers general election.
6. Badan Pemeriksa Keuangan yang selanjutnya disingkat BPK adalah lembaga negara yang bertugas memeriksa pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
6. Audit Board, hereinafter abbreviated as CPC is a state agency in charge of checking the state financial management as defined in the Constitution of the Republic of Indonesia Year 1945.
7. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang selanjutnya disingkat APBN, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang ditetapkan dengan undang-undang.
7. Budget, hereinafter referred to as the state budget, the annual financial plan set out by the state government legislation.
8. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang ditetapkan dengan peraturan daerah.
8. Budget and Expenditure hereinafter abbreviated budget, the annual financial plan of local government established by local regulations.
9. Hari adalah hari kerja.
9. Today is a working day.
BAB II
CHAPTER II
MPR
MPR
Bagian Kesatu
Part One
Susunan dan Kedudukan
Structure and Status
Pasal 2
Article 2
MPR terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD yang dipilih melalui pemilihan umum.
Assembly consists of members of Parliament and members of DPD elected through general elections.
Pasal 3
Article 3
MPR merupakan lembaga permusyawaratan rakyat yang berkedudukan sebagai lembaga negara.
MPR is a consultative institution domiciled people as a state institution.
Bagian Kedua
Part Two
Wewenang dan Tugas
Powers and Duties
Paragraf 1
Paragraph 1
Wewenang
Authority
Pasal 4
Article 4
MPR berwenang:
MPR authorities:
a. mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
a. change and establish the Constitution of the Republic of Indonesia Year 1945;
b. melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden hasil pemilihan umum;
b. inaugurated President and / or Vice President of the results of the elections;
c. memutuskan usul DPR untuk memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya, setelah Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden terbukti melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela dan/atau terbukti bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden;
c. Parliament decided proposal to impeach the President and / or Vice President in his tenure, after the Constitutional Court ruled that the President and / or Vice President proved to have violated the law in the form of treason, corruption, bribery, other felonies, or misconduct and / or proved that the President and / or Vice President is no longer qualify as the President and / or Vice President;
d. melantik Wakil Presiden menjadi Presiden apabila Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya;
d. inaugurated Vice President becomes President if the President die, quit, dismissed, or not able to perform its obligations in terms of office;
e. memilih Wakil Presiden dari 2 (dua) calon yang diusulkan oleh Presiden apabila terjadi kekosongan jabatan Wakil Presiden dalam masa jabatannya; dan
e. choose a Vice President of two (2) candidates nominated by the President in the event of a vacancy in the office of Vice-President of his term; and
f. memilih Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan, dari 2 (dua) pasangan calon presiden dan wakil presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang pasangan calon presiden dan wakil presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya, sampai berakhir masa jabatannya.
f. elect the President and Vice President if both died, quit, dismissed, or not able to perform its obligations under his tenure simultaneously, from two (2) pairs of candidates for president and vice president are proposed by the political party or coalition of political parties and vice presidential candidate pairs president won the most votes first and second in the previous general election, until the end of his tenure.
Paragraf 2
Paragraph 2
Tugas
Assignment
Pasal 5
Article 5
MPR bertugas:
MPR duty:
a. memasyarakatkan ketetapan MPR;
a. promote the MPR;
b. memasyarakatkan Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika;
b. promote Pancasila, the Constitution of the Republic of Indonesia Year 1945, the Republic of Indonesia, and Unity in Diversity;
c. mengkaji sistem ketatanegaraan, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta pelaksanaannya; dan
c. examines the constitutional system, the Constitution of the Republic of Indonesia Year 1945, as well as its implementation; and
d. menyerap aspirasi masyarakat berkaitan dengan pelaksanaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
d. people's aspirations with regard to the implementation of the Constitution of the Republic of Indonesia Year 1945.
Pasal 6
Article 6
(1) Dalam melaksanakan wewenang dan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 5 MPR memiliki kemandirian dalam menyusun anggaran yang dituangkan ke dalam program dan kegiatan disampaikan kepada Presiden untuk dibahas bersama DPR sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(1) In exercising the powers and duties referred to in Article 4 and Article 5 of the Assembly have autonomy in formulating budget poured into programs and activities submitted to the President to be discussed with the House in accordance with the provisions of the legislation.
(2) Dalam menyusun program dan kegiatan MPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1), untuk memenuhi kebutuhannya, MPR dapat menyusun standar biaya khusus dan mengajukannya kepada Pemerintah untuk dibahas bersama.
(2) In preparing the programs and activities of the Assembly as referred to in paragraph (1), to meet their needs, the Assembly may set standards specific costs and submit to the Government to be discussed together.
(3) Anggaran MPR dikelola oleh Sekretariat Jenderal MPR sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) the Assembly Budget managed by the Secretariat General Assembly in accordance with the provisions of the legislation.
(4) MPR menetapkan pertanggungjawaban pengelolaan anggaran MPR dalam peraturan MPR sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
(4) MPR MPR set budget management responsibilities in accordance with the provisions of regulations MPR legislation.
Bagian Ketiga
Part Three
Keanggotaan
Membership
Pasal 7
Article 7
(1) Keanggotaan keputusan Presiden.
MPR
diresmikan
dengan
(1) Members of the Assembly was inaugurated by the President's decision.
(2) Masa jabatan anggota MPR adalah 5 (lima) tahun dan berakhir pada saat anggota MPR yang baru mengucapkan sumpah/janji.
(2) The term of office of members of the Assembly is five (5) years and ends at the time of the new members of the Assembly took the oath / pledge.
Pasal 8
Article 8
(1) Anggota MPR sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji secara bersama-sama yang dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung dalam sidang paripurna MPR.
(1) Members of the Assembly before taking his oath / pledge jointly hosted by the Chairman of the Supreme Court in plenary session of the Assembly.
(2) Anggota MPR yang berhalangan mengucapkan sumpah/janji secara bersama-sama sebagaimana
(2) Members of the Assembly who are unable to take an oath / pledge jointly referred to in subsection (1)
dimaksud pada ayat (1) mengucapkan sumpah/janji yang dipandu oleh pimpinan MPR.
takes the oath / pledge guided by the leadership of the Assembly.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengucapan sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam peraturan MPR tentang tata tertib.
(3) Further provisions on the procedure of the oath / pledge as referred to in paragraph (1) and (2) pursuant to the rules of the order of the Assembly.
Pasal 9
Article 9
Sumpah/janji sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 sebagai berikut:
Oath / pledge as referred to in Article 8 as follows:
“Demi Allah (Tuhan) saya bersumpah/berjanji:
"By Allah (God) I swear / promise:
bahwa saya, akan memenuhi kewajiban saya sebagai anggota/ketua/wakil ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dengan berpedoman pada Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
that I will fulfill my obligations as a member / chairman / vice chairman of the People's Consultative Assembly with the best and fairest, in accordance with the legislation, based on the Pancasila and the Constitution of the Republic of Indonesia Year 1945;
bahwa saya dalam menjalankan kewajiban akan bekerja dengan sungguh-sungguh, demi tegaknya kehidupan demokrasi, serta mengutamakan kepentingan bangsa dan negara daripada kepentingan pribadi, seseorang, dan golongan;
that I will work in carrying out their duty in earnest, for the sake of democracy, as well as the interests of the nation and the state rather than private interests, a person, and class;
bahwa saya akan memperjuangkan aspirasi rakyat dan daerah yang saya wakili untuk mewujudkan tujuan nasional demi kepentingan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.”
that I will fight for the aspirations of the people and the area that I represent to achieve national goals for the sake of the nation and the Republic of Indonesia. "
memperjuangkan aspirasi rakyat drah yangya wakili untuk
fight for the people's aspirations to represent yangya drah
Bagian Keempat
Part Four
Hak dan Kewajiban Anggota
Rights and Obligations of Members
Paragraf 1
Paragraph 1
Hak Anggota
Member Rights
Pasal 10
Article 10
Anggota MPR berhak:
Assembly Members are entitled:
a. mengajukan usul pengubahan pasal UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
a. proposed changing the articles of the Constitution of the Republic of Indonesia Year 1945;
b. menentukan sikap dan pilihan dalam pengambilan keputusan;
b. determine attitudes and choices in decisionmaking;
c. memilih dan dipilih;
c. elect and be elected;
d. membela diri;
d. defensively;
e. imunitas;
e. immunity;
f. protokoler; dan
f. protocol; and
g. keuangan dan administratif.
g. financial and administrative.
Paragraf 2
Paragraph 2
Kewajiban Anggota
Obligations of Members
Pasal 11
Article 11
Anggota MPR berkewajiban:
Assembly members are obliged:
a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila;
a. uphold and practice Pancasila;
b. melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan menaati peraturan perundang-undangan;
b. implement the Constitution of the Republic of Indonesia Year 1945 and comply with laws and regulations;
c. memasyarakatkan Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika;
c. promote Pancasila, the Constitution of the Republic of Indonesia Year 1945, the Republic of Indonesia, and Unity in Diversity;
d. mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
d. maintain and preserve national unity and maintain the integrity of the Unitary Republic of Indonesia;
e. mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan; dan
e. place the interests of the country above personal interests, groups, and classes; and
f. melaksanakan peranan sebagai wakil rakyat dan wakil daerah.
f. carry out the role as representatives of the people and vice area.
Bagian Kelima
Part Five
Fraksi dan Kelompok Anggota MPR
Fraction and Assembly Members Group
Paragraf 1
Paragraph 1
Fraksi
Faction
Pasal 12
Article 12
(1) Fraksi merupakan pengelompokan anggota MPR yang mencerminkan konfigurasi partai politik.
(1) Fraction is a grouping of members of the Assembly that reflects the configuration of the political parties.
(2) Fraksi dapat dibentuk oleh partai politik yang memenuhi ambang batas perolehan suara dalam penentuan perolehan kursi DPR.
(2) The fraction can be formed by the political parties that meet the threshold of votes in the determination of the DPR seats.
(3) Setiap anggota MPR yang berasal dari anggota DPR harus menjadi anggota salah satu fraksi.
(3) Each member of the Assembly from members of the House of Representatives must be a member of
one of the factions. (4) Fraksi dibentuk untuk mengoptimalkan kinerja MPR dan anggota dalam melaksanakan tugasnya sebagai wakil rakyat.
(4) Fraction formed to optimize the performance of the Assembly and members in carrying out their duties as representatives of the people.
(5) Pengaturan internal fraksi sepenuhnya menjadi urusan fraksi masing-masing.
(5) internal settings fraction entirely a matter for each fraction.
(6) MPR menyediakan sarana bagi kelancaran tugas fraksi.
(6) MPR provides a means to smooth the task of fractions.
Paragraf 2
Paragraph 2
Kelompok Anggota
Member groups
Pasal 13
Article 13
(1) Kelompok anggota merupakan pengelompokan anggota MPR yang berasal dari seluruh anggota DPD.
(1) group is a grouping of members of the Assembly members from all members of the DPD.
(2) Kelompok anggota dibentuk untuk meningkatkan optimalisasi dan efektivitas kinerja MPR dan anggota dalam melaksanakan tugasnya sebagai wakil daerah.
(2) The group members was formed to optimize the performance and effectiveness of the Assembly and members in carrying out their duties as representatives of the area.
(3) Pengaturan internal kelompok anggota sepenuhnya menjadi urusan kelompok anggota.
(3) internal setting group members entirely a matter for the group members.
(4) MPR menyediakan sarana bagi kelancaran tugas kelompok anggota.
(4) MPR provides a means to smooth the task group members.
Bagian Keenam
Part Six
Alat Kelengkapan
Completion Tools
Pasal 14
Article 14
Alat kelengkapan MPR terdiri atas:
Fittings assembly consists of:
a. pimpinan; dan
a. leadership; and
b. panitia ad hoc MPR.
b. ad hoc committee of the Assembly.
Paragraf 1
Paragraph 1
Pimpinan
Leadership
Pasal 15
Article 15
(1) Pimpinan MPR terdiri atas 1 (satu) orang ketua (1) The leadership of the Assembly consists of 1 dan 4 (empat) orang wakil ketua yang dipilih dari (one) Chair and four (4) Vice-chairman are elected dan oleh anggota MPR. from and by the members of the Assembly. (2)
Pimpinan MPR sebagaimana dimaksud pada
(2) The Chairman of the MPR as referred to in
ayat (1) dipilih dari dan oleh anggota MPR dalam satu paket yang bersifat tetap.
paragraph (1) is selected from and by the members of the Assembly in a package that is fixed.
(3) Bakal calon pimpinan MPR berasal dari fraksi dan/atau kelompok anggota disampaikan di dalam sidang paripurna.
(3) the Assembly leadership candidate derived from fractions and / or groups of members presented in the plenary session.
(4) Tiap fraksi dan kelompok anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat mengajukan 1 (satu) orang bakal calon pimpinan MPR.
(4) Each faction and group members as referred to in paragraph (3) may submit one (1) Assembly leadership hopefuls.
(5) Pimpinan MPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipilih secara musyawarah untuk mufakat dan ditetapkan dalam rapat paripurna MPR.
(5) The Chairman of the MPR as referred to in paragraph (1) is selected by deliberation and set out in the plenary session of the Assembly.
(6) Dalam hal musyawarah untuk mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak tercapai, pimpinan MPR dipilih dengan pemungutan suara dan yang memperoleh suara terbanyak ditetapkan sebagai pimpinan MPR dalam rapat paripurna MPR.
(6) In the case of deliberation referred to in subsection (5) is not reached, the leadership of the Assembly elected by ballot and who gets the most votes defined as MPR leaders in the Assembly plenary session.
(7) Selama pimpinan MPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum terbentuk, sidang MPR pertama kali untuk menetapkan pimpinan MPR dipimpin oleh pimpinan sementara MPR.
(7) During the leadership of the Assembly as referred to in paragraph (1) has not been established, the first session of the Assembly to establish the leadership of the Assembly led by the leader while the MPR.
(8) Pimpinan sementara MPR sebagaimana dimaksud pada ayat (7) berasal dari anggota MPR yang tertua dan termuda dari fraksi dan/atau kelompok anggota yang berbeda.
(8) The leadership while the Assembly referred to in paragraph (7) derived from members of the Assembly of the oldest and youngest of the fractions and / or members of different groups.
(9) Pimpinan MPR ditetapkan dengan keputusan MPR.
(9) The leadership of the Assembly established by the Assembly's decision.
(10) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihan pimpinan MPR diatur dalam peraturan MPR tentang tata tertib.
(10) Further provisions on the procedure for electing the leadership of the Assembly pursuant to the rules of the order of the Assembly.
Pasal 16
Article 16
(1) Pimpinan MPR bertugas:
(1) The leadership of the Assembly in charge:
a. memimpin sidang MPR dan menyimpulkan hasil sidang untuk diambil keputusan;
a. presiding over the MPR and conclude the trial to take decisions;
b. menyusun rencana kerja dan mengadakan pembagian kerja antara ketua dan wakil ketua;
b. prepare a work plan and organize the division of labor between the chairman and vice-chairman;
c. menjadi juru bicara MPR;
c. became spokesman MPR;
d. melaksanakan putusan MPR;
d. implement the decision of the Assembly;
e. mengoordinasikan anggota MPR untuk memasyarakatkan Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika;
e. coordinating members of the Assembly to promote Pancasila, the Constitution of the Republic of Indonesia Year 1945, the Republic of Indonesia, and Unity in Diversity;
f. mewakili MPR di pengadilan;
f. represents the Assembly in court;
g. menetapkan arah dan kebijakan umum anggaran MPR; dan
g. establishes the general policy direction and the Assembly budget; and
h. menyampaikan laporan kinerja pimpinan dalam sidang paripurna MPR pada akhir masa jabatan.
h. deliver leadership performance report in the Assembly plenary session at the end of the term.
(2) Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan tugas pimpinan MPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam peraturan MPR tentang tata tertib.
(2) The provisions concerning the procedures for the implementation of the Assembly leadership duties referred to in paragraph (1) shall be stipulated in the regulations of the Assembly of the order.
Pasal 17
Article 17
(1) Pimpinan MPR berhenti dari jabatannya karena:
(1) The Chairman of the MPR resigned because:
a. meninggal dunia;
a. died;
b. mengundurkan diri; atau
b. resigned; or
c. diberhentikan.
c. dismissed.
(2) Pimpinan MPR diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c apabila:
(2) The Chairman of the MPR dismissed as referred to in paragraph (1) c if:
a. diberhentikan sebagai anggota DPR atau anggota DPD; atau
a. dismissed as a member of Parliament or DPD; or
b. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap sebagai pimpinan MPR.
b. unable to carry out tasks on an ongoing basis or unavailable remain as head of the Assembly.
(3) Dalam hal pimpinan MPR berhenti dari jabatannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), anggota dari fraksi atau kelompok anggota asal pimpinan MPR yang bersangkutan menggantikannya paling lambat 30 (tiga puluh) Hari sejak pimpinan berhenti dari jabatannya.
(3) In the case of MPR leaders resigned as referred to in paragraph (1), a member of the faction or group of members from the respective leaders of the Assembly to replace at least 30 (thirty) days from the leader resigned.
(4) Penggantian pimpinan MPR sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan keputusan pimpinan MPR dan dilaporkan dalam sidang paripurna MPR berikutnya atau diberitahukan secara tertulis kepada anggota.
(4) The replacement of the leadership of the Assembly as referred to in paragraph (3) shall be determined by the decision of the leadership of the Assembly and reported in the next plenary session of the Assembly or notified in writing to members.
Pasal 18
Article 18
(1) Dalam hal salah seorang pimpinan MPR atau lebih berhenti dari jabatannya, para anggota pimpinan lainnya mengadakan musyawarah untuk menentukan pelaksana tugas sementara sampai terpilihnya pengganti definitif.
(1) In the case of one of the leaders of the Assembly or resignation, the members of other leaders held a consultation to determine the task of implementing a while until the election of a definitive replacement.
(2) Dalam hal pimpinan MPR dinyatakan sebagai terdakwa karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau
(2) In the case of the leadership of the Assembly declared the defendant for a criminal offense punishable by imprisonment of 5 (five) years or
lebih, pimpinan MPR yang bersangkutan tidak boleh melaksanakan tugasnya.
more, the respective leaders of the Assembly shall not perform their duties.
(3) Dalam hal pimpinan MPR sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dinyatakan tidak terbukti melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, pimpinan MPR yang bersangkutan melaksanakan tugasnya kembali sebagai pimpinan MPR.
(3) In the event that the leadership of the Assembly as referred to in paragraph (2) shall not be convicted of a criminal offense by a court decision that has obtained permanent legal force, the respective leaders of the MPR back his duties as head of the Assembly.
Pasal 19
Article 19
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberhentian dan penggantian pimpinan MPR diatur dalam peraturan MPR tentang tata tertib.
Further provisions on the procedure for dismissal and replacement of the leadership of the Assembly pursuant to the rules of the order of the Assembly.
Paragraf 2
Paragraph 2
Panitia Ad Hoc MPR
Ad Hoc Committee of the Assembly
Pasal 20
Article 20
(1) Panitia ad hoc MPR terdiri atas pimpinan MPR dan paling sedikit 5% (lima persen) dari jumlah anggota dan paling banyak 10% (sepuluh persen) dari jumlah anggota yang susunannya mencerminkan unsur DPR dan unsur DPD secara proporsional dari setiap fraksi dan kelompok anggota MPR.
(1) ad hoc committee made up of leaders of the MPR MPR and at least 5% (five percent) of the number of members and a maximum of 10% (ten percent) of the number of members that its structure reflects elements of the Parliament and Council elements proportionally from each fraction and group members of the Assembly.
(2) Anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diusulkan oleh unsur DPR dan unsur DPD dari setiap fraksi dan kelompok anggota MPR.
(2) The members referred to in paragraph (1) proposed by the elements of the Parliament and Council elements of each fraction and the group members of the Assembly.
Pasal 21
Article 21
(1) Panitia ad hoc MPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) melaksanakan tugas yang diberikan oleh MPR.
(1) Assembly ad hoc committee referred to in Article 20 paragraph (1) carry out tasks assigned by the Assembly.
(2) Setelah terbentuk, panitia ad hoc MPR segera menyelenggarakan rapat untuk membahas dan memusyawarahkan tugas yang diberikan oleh MPR.
(2) Once formed, the ad hoc committee of the Assembly immediately convene a meeting to discuss and deliberate on the tasks assigned by the Assembly.
Pasal 22
Article 22
(1) Panitia ad hoc MPR bertugas:
(1) ad hoc committee in charge of the Assembly:
a. mempersiapkan bahan sidang MPR; dan
a. prepare materials MPR; and
b. menyusun rancangan putusan MPR.
b. prepared a draft decision of the MPR.
(2) Panitia ad hoc MPR melaporkan pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam sidang paripurna MPR.
(2) ad hoc committee MPR reported execution of tasks referred to in paragraph (1) in the plenary session of the Assembly.
(3) Panitia ad hoc MPR dibubarkan setelah tugasnya selesai.
(3) the Assembly ad hoc committee was disbanded after the task is completed.
Pasal 23
Article 23
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembentukan, susunan, dan tugas panitia ad hoc MPR diatur dalam peraturan MPR tentang tata tertib.
Further provisions concerning the procedures for the establishment, composition, and the task of the Assembly ad hoc committee set up in the Assembly rules of order.
Bagian Ketujuh
Part Seven
Pelaksanaan Wewenang dan Tugas
Implementation Authority and Duties
Paragraf 1
Paragraph 1
Perubahan Undang-Undang Dasar
Amendment of the Constitution
Negara Republik Indonesia Tahun 1945
The Republic of Indonesia Year 1945
Pasal 24
Article 24
(1) MPR berwenang mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
(1) Assembly authorized to change and establish the Constitution of the Republic of Indonesia Year 1945.
(2) Dalam mengubah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagaimana dimaksud pada ayat (1), anggota MPR tidak dapat mengusulkan pengubahan terhadap Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(2) In changing the Constitution of the Republic of Indonesia Year 1945 as referred to in paragraph (1), members of the Assembly can not propose changes to the Preamble of the Constitution of the Republic of Indonesia Year 1945 and the Unitary State of the Republic of Indonesia.
Pasal 25
Article 25
(1) Usul pengubahan pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diajukan oleh paling sedikit 1/3 (satu per tiga) dari jumlah anggota MPR.
(1) The proposal for changing the articles of the Constitution of the Republic of Indonesia Year 1945 submitted by at least 1/3 (one third) of the number of members of the Assembly.
(2) Setiap usul pengubahan diajukan secara tertulis dengan menunjukkan secara jelas pasal yang diusulkan diubah beserta alasannya.
(2) Any alteration proposals submitted in writing to the article clearly shows that the proposed changed and why.
Pasal 26
Article 26
(1) Usul pengubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diajukan kepada pimpinan MPR.
(1) The proposal for changing the Constitution of the Republic of Indonesia Year 1945 submitted to the leadership of the Assembly.
(2) Setelah menerima usul pengubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pimpinan MPR memeriksa kelengkapan persyaratannya yang meliputi:
(2) Upon receipt of the conversion proposal referred to in paragraph (1), chairman of the Assembly examine the completeness of the requirements which include:
a. jumlah pengusul sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1); dan
a. proposer amount referred to in Article 25 paragraph (1); and
b. pasal yang diusulkan diubah dan alasan pengubahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2).
b. The proposed amended article and the reason the conversion as referred to in Article 25 paragraph (2).
(3) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan paling lama 30 (tiga puluh) Hari sejak usul pengubahan diterima.
(3) The examination referred to in paragraph (2) shall be conducted not later than 30 (thirty) days since the conversion proposal is accepted.
Pasal 27
Article 27
Dalam pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (3), pimpinan MPR mengadakan rapat dengan pimpinan fraksi dan pimpinan kelompok anggota MPR untuk membahas kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2).
In the examination referred to in Article 26 paragraph (3), the leadership of the Assembly held a meeting with faction leaders and leaders of the group members of the Assembly to discuss the completeness of the requirements referred to in Article 26 paragraph (2).
Pasal 28
Article 28
(1) Dalam hal usul pengubahan tidak memenuhi kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2), pimpinan MPR memberitahukan penolakan usul pengubahan secara tertulis kepada pihak pengusul beserta alasannya.
(1) In the case of the conversion proposal does not fulfill the requirements referred to in Article 26 paragraph (2), chairman of the Assembly notify refusal conversion proposal in writing to the proposer and why.
(2) Dalam hal usul pengubahan dinyatakan oleh pimpinan MPR memenuhi kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2), pimpinan MPR wajib menyelenggarakan sidang paripurna MPR paling lama 60 (enam puluh) Hari.
(2) In the case of the conversion proposal expressed by the leadership of the Assembly meets the completeness requirements referred to in Article 26 paragraph (2), chairman of the Assembly shall convene a plenary session of the Assembly not later than 60 (sixty) days.
(3) Anggota MPR menerima salinan usul pengubahan yang telah memenuhi kelengkapan persyaratan paling lambat 14 (empat belas) Hari sebelum dilaksanakan sidang paripurna MPR.
(3) Members of the Assembly received a copy of the conversion proposal that has met the requirements of completeness at least 14 (fourteen) days in advance of the plenary session of the Assembly.
Pasal 29
Article 29
Dalam sidang paripurna MPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2) dilakukan kegiatan sebagai berikut:
In the plenary session of the Assembly as referred to in Article 28 paragraph (2) carried out the following activities:
a. pengusul menjelaskan usulan yang diajukan beserta alasannya;
a. proposer to explain the proposals and the reasons;
b. fraksi dan kelompok anggota MPR memberikan
b. factions and groups of members of the Assembly provides a common sight on the conversion
pemandangan umum terhadap usul pengubahan; dan
proposal; and
c. membentuk panitia ad hoc untuk mengkaji usul pengubahan dari pihak pengusul.
c. establish an ad hoc committee to review the proposed conversion of the proposer.
Pasal 30
Article 30
(1) Dalam sidang paripurna MPR berikutnya panitia ad hoc melaporkan hasil kajian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf c.
(1) In the next plenary session of the Assembly ad hoc committee reported the results of the study referred to in Article 29 c.
(2) Fraksi dan kelompok anggota MPR menyampaikan pemandangan umum terhadap hasil kajian panitia ad hoc.
(2) faction and group members of the Assembly expressed a common sight on the results of the study of the ad hoc committee.
Pasal 31
Article 31
(1) Sidang paripurna MPR sebagaimana dimaksud (1) The plenary session of the Assembly as referred dalam Pasal 28 ayat (2) dihadiri oleh paling sedikit to in Article 28 paragraph (2) was attended by at 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota MPR. least 2/3 (two thirds) of the number of members of the Assembly. (2) Sidang paripurna MPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat memutuskan pengubahan pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dengan persetujuan paling sedikit 50% (lima puluh persen) dari jumlah anggota ditambah 1 (satu) anggota.
(2) plenary session of the Assembly as referred to in paragraph (1) may decide changing the articles of the Constitution of the Republic of Indonesia Year 1945, with the approval of at least 50% (fifty percent) of the members plus one (1) member.
Pasal 32
Article 32
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengambilan keputusan terhadap usul pengubahan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 diatur dalam peraturan MPR tentang tata tertib.
Further provisions on the procedure for making a decision on the proposed conversion of the Constitution of the Republic of Indonesia Year 1945 is set in the Assembly rules of order.
Paragraf 2
Paragraph 2
Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden
Inauguration of President and Vice President
Hasil Pemilihan Umum
Election Results
Pasal 33
Article 33
MPR melantik Presiden dan Wakil Presiden hasil pemilihan umum dalam sidang paripurna MPR.
Assembly inaugurated President and Vice President of the results of elections in the plenary session of the Assembly.
Pasal 34
Article 34
(1) Pimpinan MPR mengundang anggota MPR untuk menghadiri sidang paripurna MPR dalam rangka pelantikan Presiden dan Wakil Presiden hasil pemilihan umum.
(1) The leadership of the Assembly invited the members of the Assembly to attend the plenary session of the Assembly in the framework of the inauguration of President and Vice-President of the
results of the general election. (2) Pimpinan MPR mengundang pasangan calon presiden dan wakil presiden terpilih untuk dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden dalam sidang paripurna MPR.
(2) Governing the Assembly invited the candidates for president and vice president elected to appointed as President and Vice President in the plenary session of the Assembly.
(3) Dalam sidang paripurna MPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33, pimpinan MPR membacakan keputusan KPU mengenai penetapan pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih hasil pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden.
(3) In the plenary session of the Assembly as referred to in Article 33, the leadership of the Assembly read the Commission's decision regarding the determination of candidates for President and Vice President-elect of the results of the general election of President and Vice President.
(4) Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden dilakukan dengan bersumpah menurut agama atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan sidang paripurna MPR.
(4) The inauguration of President and Vice President do with religion or promise sworn in earnest before the plenary session of the Assembly.
(5) Dalam hal MPR tidak dapat menyelenggarakan sidang sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan rapat paripurna DPR.
(5) In the event that the Assembly could not hold a hearing referred to in paragraph (4), the President and Vice President swears by religion or promised in earnest before the plenary session of the Parliament.
(6) Dalam hal DPR tidak dapat menyelenggarakan rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (5), Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan pimpinan MPR dengan disaksikan oleh pimpinan Mahkamah Agung.
(6) In the event that the Parliament can not convene a meeting as referred to in paragraph (5), the President and Vice President swears by religion or promised solemnly in the presence of the leadership of the Assembly witnessed by the leadership of the Supreme Court.
(7) Berita acara pelantikan Presiden dan Wakil Presiden ditandatangani oleh Presiden dan Wakil Presiden serta pimpinan MPR.
(7) News inauguration of President and Vice President signed by the President and the Vice President and the leadership of the Assembly.
(8) Setelah mengucapkan sumpah/janji Presiden dan Wakil Presiden, Presiden menyampaikan pidato awal masa jabatan.
(8) After the oath / pledge of President and Vice President, the President delivered a speech early tenure.
Pasal 35
Article 35
Sumpah/janji Presiden dan Wakil Presiden Oath / pledge of President and Vice President sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 sebagai referred to in Article 34 as follows: berikut: Sumpah Presiden (Wakil Presiden):
Oath of the President (Vice President):
Demi Allah, saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh UndangUndang Dasar dan menjalankan segala undangundang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada nusa dan bangsa.
By Allah, I vowed to fulfill the obligations of President of the Republic of Indonesia (VicePresident of the Republic of Indonesia) with the best and fairest, uphold the Constitution and execute all laws and regulations with selurus-righteous and devotion to homeland .
Janji Presiden (Wakil Presiden):
Promise President (Vice President):
Saya berjanji dengan sungguh-sungguh akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaikbaiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan seluruslurusnya serta berbakti kepada nusa dan bangsa.
I solemnly promise will fulfill the obligations of President of the Republic of Indonesia (VicePresident of the Republic of Indonesia) with the best and fairest, uphold the Constitution and execute all laws and regulations with selurus-righteous and devotion to the homeland and nation.
Paragraf 3
Paragraph 3
Pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden
Dismissal of the President and / or Vice President
dalam Masa Jabatannya
His position in the period
Pasal 36
Article 36
(1) MPR hanya dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
(1) Assembly can only dismiss the President and / or Vice President of the term of office in accordance with the Constitution of the Republic of Indonesia Year 1945.
(2) Pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diusulkan oleh DPR.
(2) Termination of the President and / or Vice President referred to in paragraph (1) proposed by Parliament.
Pasal 37
Article 37
(1) MPR wajib menyelenggarakan sidang paripurna MPR untuk memutuskan usul DPR mengenai pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden pada masa jabatannya paling lambat 30 (tiga puluh) Hari sejak MPR menerima usul sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (2).
(1) The Assembly shall convene a plenary session of the Assembly to decide the House proposal regarding dismissal of the President and / or Vice President of the term of office no later than 30 (thirty) days from the Assembly accepted the proposal referred to in Article 36 paragraph (2).
(2) Usul DPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (2) harus dilengkapi putusan Mahkamah Konstitusi bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden terbukti melakukan pelanggaran hukum, baik berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya maupun perbuatan tercela; dan/atau terbukti bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.
(2) The recommendations of the Parliament as referred to in Article 36 paragraph (2) shall be equipped with a Constitutional Court decision that the President and / or Vice President proven to have violated the law, either in the form of treason, corruption, bribery, other felonies or misconduct; and / or proved that the President and / or Vice President is no longer qualify as the President and / or Vice President.
Pasal 38
Article 38
(1) Pimpinan MPR mengundang Presiden dan/atau Wakil Presiden untuk menyampaikan penjelasan yang berkaitan dengan usulan pemberhentiannya dalam sidang paripurna MPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1).
(1) The leadership of the Assembly invited the President and / or Vice President to submit an explanation with regard to the proposed dismissal in the plenary session of the Assembly as referred to in Article 37 paragraph (1).
(2) Apabila Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak hadir untuk menyampaikan penjelasan, MPR tetap mengambil keputusan terhadap usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimana
(2) If the President and / or Vice President is not present to submit an explanation, MPR still take a decision on the proposal for dismissal of the President and / or Vice President referred to in
dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1).
Article 37 paragraph (1).
(3) Keputusan MPR terhadap usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diambil dalam sidang paripurna MPR yang dihadiri paling sedikit 3/4 (tiga per empat) dari jumlah anggota dan disetujui oleh paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota yang hadir.
(3) The decision of the Assembly on the proposal for dismissal of the President and / or Vice President referred to in paragraph (2) is taken in the plenary session of the Assembly which was attended by at least 3/4 (three quarters) of the members and approved by at least 2/3 ( two-thirds) of the members present.
Pasal 39
Article 39
(1) Dalam hal MPR memutuskan memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden atas usul DPR, Presiden dan/atau Wakil Presiden berhenti dari jabatannya.
(1) In the case of the Assembly decided to dismiss the President and / or Vice President upon the recommendation of the House of Representatives, the President and / or Vice President from office.
(2) Dalam hal MPR memutuskan tidak memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden atas usul DPR, Presiden dan/atau Wakil Presiden melaksanakan tugas dan kewajibannya sampai berakhir masa jabatannya.
(2) In the event that the Assembly decided not to dismiss the President and / or Vice President upon the recommendation of the House of Representatives, the President and / or Vice President of the duties and obligations until the end of his tenure.
(3) Keputusan MPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan ketetapan MPR.
(3) The decision of the Assembly as referred to in paragraph (1) and paragraph (2) shall be determined by the MPR.
Pasal 40
Article 40
Dalam hal Presiden dan/atau Wakil Presiden mengundurkan diri sebelum diambil keputusan MPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (3), sidang paripurna sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (1) tidak dilanjutkan.
In the case of the President and / or Vice President to resign before the decision was made Assembly referred to in Article 38 paragraph (3), a plenary session as referred to in Article 38 paragraph (1) is not followed.
Paragraf 4
Paragraph 4
Pelantikan Wakil Presiden Menjadi Presiden
Inaugural Vice President Become President
Pasal 41
Article 41
Jika Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya, ia digantikan oleh Wakil Presiden sampai berakhir masa jabatannya.
If the President die, quit, dismissed, or unable to perform his duty in his tenure, he was succeeded by Vice President until the end of his tenure.
Pasal 42
Article 42
(1) Jika terjadi kekosongan jabatan Presiden, MPR segera menyelenggarakan sidang paripurna MPR untuk melantik Wakil Presiden menjadi Presiden.
(1) In case of vacancy of the office of President, the Assembly immediately held a plenary session of the Assembly to appoint the Vice President becomes President.
(2) Dalam hal MPR tidak dapat mengadakan sidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Presiden
(2) In the event that the Assembly can not hold a hearing referred to in paragraph (1), the President
bersumpah menurut agama atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan rapat paripurna DPR.
swore by religion or promised in earnest before the plenary session of the Parliament.
(3) Dalam hal DPR tidak dapat mengadakan rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Presiden bersumpah menurut agama atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan pimpinan MPR dengan disaksikan oleh pimpinan Mahkamah Agung.
(3) In the event that the Parliament can not be met as referred to in paragraph (2), the President swore by religion or promised solemnly in the presence of the leadership of the Assembly witnessed by the leadership of the Supreme Court.
Pasal 43
Article 43
Sumpah/janji Presiden sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 sebagai berikut:
Oath / pledge President referred to in Article 42 as follows:
Sumpah Presiden:
Oath of the President:
Demi Allah, saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan seluruslurusnya serta berbakti kepada nusa dan bangsa.
By Allah, I vowed to fulfill the obligations of President of the Republic of Indonesia with the best and fairest, uphold the Constitution and execute all laws and regulations with selurus-righteous and devoted to the homeland.
Janji Presiden:
Promise President:
Saya berjanji dengan sungguh-sungguh akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada nusa dan bangsa.
I solemnly promise will fulfill the obligations of President of the Republic of Indonesia with the best and fairest, uphold the Constitution and execute all laws and regulations with selurus-righteous and devoted to the homeland.
Pasal 44
Article 44
Presiden sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1) ditetapkan dengan ketetapan MPR.
The President referred to in Article 42 paragraph (1) shall be determined by the MPR.
Pasal 45
Article 45
Setelah mengucapkan sumpah/janji, menyampaikan pidato pelantikan.
Presiden
After the oath / pledge, President's inauguration speech.
Paragraf 5
Paragraph 5
Pemilihan dan Pelantikan Wakil Presiden
Election and Inauguration Vice President
Pasal 46
Article 46
(1) Dalam hal terjadi kekosongan Wakil Presiden, MPR menyelenggarakan sidang paripurna dalam waktu paling lama 60 (enam puluh) Hari untuk memilih Wakil Presiden.
(1) In the event that the Vice President, the Assembly held a plenary session within a period of 60 (sixty) days to elect the Vice President.
(2) Presiden mengusulkan 2 (dua) calon Wakil Presiden beserta kelengkapan persyaratan kepada pimpinan MPR paling lambat 14 (empat belas) Hari sebelum penyelenggaraan sidang paripurna MPR.
(2) The President proposes two (2) candidates for Vice-President and completeness of requirements to the leadership of the Assembly no later than 14 (fourteen) days prior to the plenary session of the
Assembly. (3) Dalam sidang paripurna sebagaimana dimaksud pada ayat (1), MPR memilih satu di antara 2 (dua) calon wakil presiden yang diusulkan oleh Presiden.
(3) In the plenary session referred to in paragraph (1), MPR choose between two (2) vice presidential candidate proposed by the President.
(4) Dua calon wakil presiden yang diusulkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib menyampaikan pernyataan kesiapan pencalonan dalam sidang paripurna MPR sebelum dilakukan pemilihan.
(4) Two vice presidential candidate proposed as referred to in paragraph (2) shall submit a statement of readiness nomination in the Assembly plenary session prior to the election.
(5) Calon wakil presiden yang memperoleh suara terbanyak dalam pemilihan di sidang paripurna MPR ditetapkan sebagai Wakil Presiden.
(5) vice-presidential candidate who gets the most votes in the election at the plenary session of the Assembly designated as Vice President.
(6) Dalam hal suara yang diperoleh tiap-tiap calon sama banyak, pemilihan diulang 1 (satu) kali lagi.
(6) In the case of sound obtained by each candidate the same lot, the election is repeated 1 (one) once again.
(7) Dalam hal pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) hasilnya tetap sama, Presiden memilih salah satu di antara calon wakil presiden.
(7) In the case of the election referred to in paragraph (6) gives the same results, the President chose one of the vice-presidential candidate.
Pasal 47
Article 47
(1) MPR melantik Wakil Presiden sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (5) atau ayat (7) dalam sidang paripurna MPR dengan bersumpah menurut agama atau berjanji dengan sungguhsungguh di hadapan sidang paripurna MPR.
(1) Assembly inaugurated Vice President referred to in Article 46 paragraph (5) or paragraph (7) in the plenary session of the Assembly to swear by religion or promised in earnest before the plenary session of the Assembly.
(2) Dalam hal MPR tidak dapat mengadakan sidang paripurna sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Wakil Presiden bersumpah menurut agama atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan rapat paripurna DPR.
(2) In the event that the Assembly can not hold a plenary session referred to in paragraph (1), Vice President swears by religion or promised in earnest before the plenary session of the Parliament.
(3) Dalam hal DPR tidak dapat mengadakan rapat paripurna sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Wakil Presiden bersumpah menurut agama atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan pimpinan MPR dengan disaksikan oleh pimpinan Mahkamah Agung.
(3) In the event that the Parliament can not hold a plenary meeting referred to in paragraph (2), Vice President swears by religion or promised solemnly in the presence of the leadership of the Assembly witnessed by the leadership of the Supreme Court.
Pasal 48
Article 48
Sumpah/janji Wakil Presiden sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 sebagai berikut:
Oath / pledge Vice President referred to in Article 47 as follows:
Sumpah Wakil Presiden:
Oath Vice President:
Demi Allah, saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Wakil Presiden Republik Indonesia dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan
By Allah, I vowed to fulfill obligations Vice President of the Republic of Indonesia with the best and fairest, uphold the Constitution and execute all laws and regulations with selurus-righteous and
menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada nusa dan bangsa.
devoted to the homeland.
Janji Wakil Presiden:
Promise Vice President:
Saya berjanji dengan sungguh-sungguh akan memenuhi kewajiban Wakil Presiden Republik Indonesia dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada nusa dan bangsa.
I solemnly promise will fulfill obligations Vice President of the Republic of Indonesia with the best and fairest, uphold the Constitution and execute all laws and regulations with selurus-righteous and devotion to country and nation.
Pasal 49
Article 49
Wakil Presiden terpilih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ditetapkan dengan ketetapan MPR.
Vice President-elect as referred to in Article 46 stipulated by the MPR.
Paragraf 6
Paragraph 6
Pemilihan dan Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden
Election and Inauguration of President and Vice President
Pasal 50
Article 50
Dalam hal Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan, pelaksana tugas kepresidenan adalah Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Pertahanan secara bersama-sama.
In the case of the President and Vice President die, quit, dismissed, or not be able to perform its obligations under his tenure coincides basis, implementing a presidential task is Minister of Foreign Affairs, the Minister of the Interior, and the Minister of Defence together.
Pasal 51
Article 51
(1) Apabila Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50, MPR menyelenggarakan sidang paripurna paling lama 30 (tiga puluh) Hari sejak Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan.
(1) If the President and Vice President die, quit, dismissed, or not able to perform its obligations under his tenure at the same time as referred to in Article 50, the Assembly held a plenary session later than 30 (thirty) days from the President and Vice President die, stop , dismissed, or unable to perform his duties during his post simultaneously.
(2) Paling lama 3 (tiga) kali 24 (dua puluh empat) jam sejak Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pimpinan MPR memberitahukan kepada partai politik atau gabungan partai politik yang pasangan calon presiden dan wakil presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya untuk mengajukan pasangan calon presiden dan wakil presiden.
(2) No later than three (3) times 24 (twenty four) hours after the President and Vice President die, quit, dismissed, or not able to perform its obligations under his tenure simultaneously referred to in paragraph (1), MPR leaders told political party or coalition of political parties that pairs of candidates for president and vice president won the first and second most votes in the previous general election to file a couple candidates for president and vice president.
(3) Paling lama 7 (tujuh) Hari sejak diterimanya surat pemberitahuan dari pimpinan MPR, partai politik atau gabungan partai politik sebagaimana
(3) At least seven (7) days of receipt of notification from the leadership of the Assembly, political party or coalition of political parties referred to in
dimaksud pada ayat (2) menyampaikan calon presiden dan wakil presidennya kepada pimpinan MPR.
paragraph (2) submit candidates for president and vice president to the head of the Assembly.
(4) Pasangan calon presiden dan wakil presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya sebagaimana dimaksud pada ayat (3), menyampaikan kesediaannya secara tertulis yang tidak dapat ditarik kembali.
(4) Couples presidential and vice presidential candidates proposed by the political party or coalition of political parties that won the most votes first and second in the previous general election referred to in paragraph (3), expressed his willingness in writing that can not be withdrawn.
(5) Calon presiden dan wakil presiden yang diajukan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam undang-undang mengenai pemilihan umum presiden dan wakil presiden.
(5) Candidates for president and vice president filed as referred to in paragraph (3) shall meet the requirements stipulated in the laws on elections for president and vice president.
(6) Ketentuan mengenai tata cara verifikasi terhadap kelengkapan dan kebenaran dokumen administrasi pasangan calon presiden dan wakil presiden yang diajukan diatur dalam peraturan MPR tentang tata tertib.
(6) The procedure of verifying the completeness and correctness of administrative documents pair presidential and vice presidential candidates proposed regulated in the Assembly of the order.
Pasal 52
Article 52
(1) Pemilihan 2 (dua) pasangan calon presiden dan wakil presiden dalam sidang paripurna MPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (1) dilakukan dengan pemungutan suara.
(1) Selection of two (2) pairs of candidates for president and vice president in the plenary session of the Assembly as referred to in Article 51 paragraph (1) shall be conducted by ballot.
(2) Pasangan calon presiden dan wakil presiden yang memperoleh suara terbanyak dalam sidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan sebagai Presiden dan Wakil Presiden terpilih.
(2) Couples presidential and vice presidential candidate with the most votes at the hearing referred to in paragraph (1), defined as the President and Vice President-elect.
(3) Dalam hal suara yang diperoleh setiap pasangan calon presiden dan wakil presiden sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sama banyak, pemungutan suara diulang 1 (satu) kali lagi.
(3) In the case of sound obtained by each pair of candidates for president and vice president referred to in paragraph (1) the same lot, the voting is repeated 1 (one) once again.
(4) Dalam hal hasil pemungutan suara ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tetap sama, MPR memutuskan untuk mengembalikan kedua pasangan calon presiden dan wakil presiden kepada partai politik atau gabungan partai politik pengusul untuk dilakukan pemilihan ulang oleh MPR.
(4) In the case of re-voting results referred to in paragraph (3) remains the same, the Assembly decided to restore the two pairs of candidates for president and vice president of the political party or coalition of political parties proposing to do a reelection by the Assembly.
(5) Dalam hal MPR memutuskan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (3), ayat (4), ayat (5) dan ayat (6).
(5) In the event that the Assembly decided referred to in paragraph (4), the provisions referred to in Article 51 paragraph (3), (4), subsection (5) and (6).
Pasal 53
Article 53
(1)
(1) Assembly inaugurated President and Vice
MPR melantik Presiden dan Wakil Presiden
terpilih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2) dalam sidang paripurna MPR dengan bersumpah menurut agama atau berjanji dengan sungguhsungguh di hadapan sidang paripurna MPR.
President elected as referred to in Article 52 paragraph (2) in the plenary session of the Assembly to swear by religion or promised in earnest before the plenary session of the Assembly.
(2) Dalam hal MPR tidak dapat mengadakan sidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan rapat paripurna DPR.
(2) In the event that the Assembly can not hold a hearing referred to in paragraph (1), the President and Vice President swears by religion or promised in earnest before the plenary session of the Parliament.
(3) Dalam hal DPR tidak dapat mengadakan rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan pimpinan MPR dengan disaksikan oleh pimpinan Mahkamah Agung.
(3) In the event that the Parliament can not be met as referred to in paragraph (2), the President and Vice President swears by religion or promised solemnly in the presence of the leadership of the Assembly witnessed by the leadership of the Supreme Court.
Pasal 54
Article 54
Sumpah/janji Presiden dan Wakil Presiden Oath / pledge of President and Vice President sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 sebagai referred to in Article 53 as follows: berikut: Sumpah Presiden (Wakil Presiden):
Oath of the President (Vice President):
Demi Allah, saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden (Wakil Presiden) Republik Indonesia dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada nusa dan bangsa.
By Allah, I vowed to fulfill the obligations of President (Vice President) of the Republic of Indonesia with the best and fairest, uphold the Constitution and execute all laws and regulations with selurus-righteous and devoted to the homeland.
Janji Presiden (Wakil Presiden):
Promise President (Vice President):
Saya berjanji dengan sungguh-sungguh akan memenuhi kewajiban Presiden (Wakil Presiden) Republik Indonesia dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada nusa dan bangsa.
I solemnly promise will fulfill the obligations of President (Vice President) of the Republic of Indonesia with the best and fairest, uphold the Constitution and execute all laws and regulations with selurus-righteous and devotion to country and nation.
Pasal 55
Article 55
Presiden dan Wakil Presiden terpilih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ditetapkan dengan ketetapan MPR.
President and Vice President elected as referred to in Article 52 stipulated by the MPR.
Pasal 56
Article 56
Setelah mengucapkan sumpah/janji, menyampaikan pidato pelantikan. Bagian Kedelapan
Presiden
After the oath / pledge, President's inauguration speech. Part Eight
Pelaksanaan Hak Anggota
Member Rights Implementation
Paragraf 1
Paragraph 1
Hak Imunitas
Rights Immunity
Pasal 57
Article 57
(1) Anggota MPR mempunyai hak imunitas.
(1) Members of the Assembly have the right of immunity.
(2) Anggota MPR tidak dapat dituntut di depan pengadilan karena pernyataan, pertanyaan, dan/atau pendapat yang dikemukakannya baik secara lisan maupun tertulis di dalam sidang atau rapat MPR ataupun di luar sidang atau rapat MPR yang berkaitan dengan wewenang dan tugas MPR.
(2) Members of the Assembly can not be prosecuted in court for statements, questions, and / or opinions he presented both orally and in writing in the session or meeting of the Assembly or outside the hearing or meeting of the Assembly relating to the powers and duties of the Assembly.
(3) Anggota MPR tidak dapat diganti antarwaktu karena pernyataan, pertanyaan, dan/atau pendapat yang dikemukakannya baik di dalam sidang atau rapat MPR maupun di luar sidang atau rapat MPR yang berkaitan dengan wewenang dan tugas MPR.
(3) Members of the Assembly shall be replaced interim because of statements, questions, and / or opinions put forward either in the church or meeting of the Assembly and outside the hearing or meeting of the Assembly relating to the powers and duties of the Assembly.
(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam hal anggota yang bersangkutan mengumumkan materi yang telah disepakati dalam rapat tertutup untuk dirahasiakan atau hal lain yang dimaksud dalam ketentuan mengenai rahasia negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
(4) The provisions referred to in paragraph (1) shall not apply in the case of members of the relevant announced material that has been agreed in a closed meeting to be kept secret or any other matter referred to in the provisions on state secrets in accordance with the provisions of the legislation.
Paragraf 2
Paragraph 2
Hak Protokoler
Rights Protocol
Pasal 58
Article 58
(1) Pimpinan dan anggota MPR mempunyai hak protokoler.
(1) The Chairman and members of the Assembly have the right protocol.
(2) Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan hak protokoler sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam peraturan perundang-undangan.
(2) The provisions concerning the procedures for the exercise of the protocol referred to in paragraph (1) is set in the legislation.
Paragraf 3
Paragraph 3
Hak Keuangan dan Administratif
Financial and Administrative Rights
Pasal 59
Article 59
(1) Pimpinan dan anggota MPR mempunyai hak keuangan dan administratif.
(1) The Chairman and members of the Assembly have the financial and administrative rights.
(2) Hak keuangan dan administratif pimpinan dan anggota MPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(2) The financial and administrative leaders and members of the Assembly as referred to in paragraph
disusun oleh pimpinan MPR dan diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(1) shall be prepared by the leadership of the Assembly and governed in accordance with the provisions of the legislation.
Pasal 60
Article 60
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan hak anggota MPR diatur dalam peraturan MPR tentang tata tertib.
Further provisions concerning the procedures for the implementation of the rights of members of the Assembly pursuant to the rules of the order of the Assembly.
Bagian Kesembilan
Part Nine
Persidangan dan Pengambilan Keputusan
Hearing and Decision Making
Paragraf 1
Paragraph 1
Persidangan
Trial
Pasal 61
Article 61
(1) MPR bersidang sedikitnya sekali dalam 5 (lima) tahun di ibu kota negara.
(1) Assembly convenes at least once every five (5) years in the national capital.
(2) Persidangan MPR diselenggarakan untuk melaksanakan wewenang dan tugas MPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 5.
(2) The trial of the Assembly was held to carry out the powers and duties of the MPR as referred to in Article 4 and Article 5.
Pasal 62
Article 62
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara persidangan diatur dalam peraturan MPR tentang tata tertib.
Further provisions concerning the procedures stipulated in the regulations of the Assembly proceedings on order.
Paragraf 2
Paragraph 2
Pengambilan Keputusan
Decision Making
Pasal 63
Article 63
Sidang MPR dapat mengambil keputusan apabila:
Session of the Assembly can take a decision if:
a. dihadiri paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota MPR dan disetujui oleh paling sedikit 50% (lima puluh persen) ditambah 1 (satu) anggota dari seluruh anggota MPR untuk mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
a. attended at least 2/3 (two thirds) of the number of members of the Assembly and approved by at least 50% (fifty percent) plus one (1) member of all members of the Assembly to change and establish the Constitution of the Republic of Indonesia Year 1945 ;
b. dihadiri paling sedikit 3/4 (tiga per empat) dari jumlah anggota MPR dan disetujui oleh paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota MPR yang hadir untuk memutuskan usul DPR tentang pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden;
b. attended at least 3/4 (three quarters) of the number of members of the Assembly and approved by at least 2/3 (two thirds) of the number of members of the Assembly were present to decide the House proposal on dismissal of the President and / or Vice President;
c. dihadiri paling sedikit 50% (lima puluh persen)
c. attended at least 50% (fifty percent) of the number
dari jumlah anggota MPR ditambah 1 (satu) anggota MPR dan disetujui oleh paling sedikit 50% (lima puluh persen) dari jumlah anggota ditambah 1 (satu) anggota MPR yang hadir untuk sidang selain sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b.
of members of the Assembly plus one (1) member of the Assembly and approved by at least 50% (fifty percent) of the members plus one (1) member of the Assembly were present for the hearing other than as intended in letters a and b.
Pasal 64
Article 64
(1) Pengambilan keputusan dalam sidang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 terlebih dahulu diupayakan dengan cara musyawarah untuk mufakat.
(1) Decision-making in the hearing referred to in Article 63 must first be pursued by means of deliberation.
(2) Dalam hal cara pengambilan keputusan (2) In the case of decision making as referred to in sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai, paragraph (1) is not reached, decisions are made by keputusan diambil melalui pemungutan suara. voting. (3) Dalam hal keputusan berdasarkan pemungutan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak tercapai, dilakukan pemungutan suara ulang.
(3) In the case of a decision by voting as referred to in paragraph (2) is not reached, do re-voting.
(4) Dalam hal pemungutan suara ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) hasilnya masih belum memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), berlaku ketentuan:
(4) In the case of re-voting referred to in paragraph (3) the results are still not complying with the provisions referred to in paragraph (2), the applicable provisions:
a. pengambilan keputusan ditangguhkan sampai sidang berikutnya; atau
a. decision is deferred until the next session; or
b. usul yang bersangkutan ditolak.
b. the relevant proposal was rejected.
Pasal 65
Article 65
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengambilan keputusan sidang MPR diatur dalam peraturan MPR tentang tata tertib.
Further provisions on the procedure of decision making MPR MPR set in the regulation of the order.
Bagian Kesepuluh
Part Ten
Penggantian Antarwaktu
Replacement Intertemporal
Pasal 66
Article 66
(1) Penggantian antarwaktu anggota MPR dilakukan apabila terjadi penggantian antarwaktu anggota DPR atau anggota DPD.
(1) Replacement intertemporal Assembly members do in case of interim replacement member of the House or DPD.
(2) Pemberhentian dan pengangkatan sebagai akibat penggantian antarwaktu anggota MPR diresmikan dengan keputusan Presiden.
(2) Termination and appointment as a result of interim replacement member of the Assembly was inaugurated by the President's decision.
BAB III
CHAPTER III
DPR
House of Representatives
Bagian Kesatu
Part One
Susunan dan Kedudukan
Structure and Status
Pasal 67
Article 67
DPR terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih melalui pemilihan umum.
Parliament consists of members of political parties participating in elections are chosen through elections.
Pasal 68
Article 68
DPR merupakan lembaga perwakilan rakyat yang berkedudukan sebagai lembaga negara.
Parliament is a representative body of the people that serves as a state institution.
Bagian Kedua
Part Two
Fungsi
Function
Pasal 69
Article 69
(1) DPR mempunyai fungsi:
(1) The House of Representatives has the function:
a. legislasi;
a. legislation;
b. anggaran; dan
b. budget; and
c. pengawasan.
c. supervision.
(2) Ketiga fungsi legislasi, pengawasan, dan anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijalankan dalam kerangka representasi rakyat, dan juga untuk mendukung upaya Pemerintah dalam melaksanakan politik luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) The three functions of legislation, oversight, and budget referred to in paragraph (1) is executed within the framework of representation of the people, and also to support the Government's efforts in implementing its foreign policy in accordance with the provisions of the legislation.
Pasal 70
Article 70
(1) Fungsi legislasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf a dilaksanakan sebagai perwujudan DPR selaku pemegang kekuasaan membentuk undang-undang.
(1) The function of the legislation referred to in Article 69 paragraph (1) letter a is implemented as an embodiment of the House as the holder of the power to make laws.
(2) Fungsi anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf b dilaksanakan untuk membahas dan memberikan persetujuan atau tidak memberikan persetujuan terhadap rancangan undang-undang tentang APBN yang diajukan oleh Presiden.
(2) The function of the budget referred to in Article 69 paragraph (1) letter b held to discuss and approve or withhold approval of the draft law on the state budget proposed by the President.
(3) Fungsi pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf c dilaksanakan melalui pengawasan atas pelaksanaan undang-undang dan APBN.
(3) The function of supervision referred to in Article 69 paragraph (1) letter c implemented through supervision over the implementation of laws and the state budget.
Bagian Ketiga
Part Three
Wewenang dan Tugas
Powers and Duties
Paragraf 1
Paragraph 1
Wewenang
Authority
Pasal 71
Article 71
DPR berwenang:
Parliament authorized:
a. membentuk undang-undang yang dibahas dengan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama;
a. forming legislation discussed with the President for approval together;
b. memberikan persetujuan atau tidak memberikan persetujuan terhadap peraturan pemerintah pengganti undang-undang yang diajukan oleh Presiden untuk menjadi undang-undang;
b. approving or not approving the government regulation in lieu of law submitted by the President to become law;
c. membahas rancangan undang-undang yang diajukan oleh Presiden atau DPR yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah, dengan mengikutsertakan DPD sebelum diambil persetujuan bersama antara DPR dan Presiden;
c. discuss the draft law submitted by the President or Parliament relating to decentralization, central and local relations, the establishment and expansion as well as the merging of regions, management of natural resources and other economic resources, and financial balance between central and local, to include DPD before taken mutual agreement between the House and the President;
d. memperhatikan pertimbangan DPD atas rancangan undang-undang tentang APBN dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama;
d. taking into consideration the Council on the draft law on the state budget and draft laws relating to taxation, education, and religion;
e. membahas bersama Presiden dengan memperhatikan pertimbangan DPD dan memberikan persetujuan atas rancangan undang-undang tentang APBN yang diajukan oleh Presiden;
e. discuss with the President by taking into consideration the DPD and approve the draft law on the state budget proposed by the President;
f. membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang disampaikan oleh DPD atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama;
f. discuss and follow up on the results delivered by DPD supervision over the implementation of the law on regional autonomy, the establishment, expansion and merging of regions, central and local relations, management of natural resources and other economic resources, the implementation of the state budget, taxes, education, and religion;
g. memberikan persetujuan kepada Presiden untuk menyatakan perang dan membuat perdamaian dengan negara lain;
g. give consent to the President to declare war and make peace with other countries;
h. memberikan persetujuan atas perjanjian internasional tertentu yang menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara dan/atau mengharuskan perubahan atau pembentukan undangundang;
h. give approval for certain international agreements, arising from a broad and fundamental to the lives of people in relation to the financial burden of the state and / or require modification or creation of laws;
i. memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam pemberian amnesti dan abolisi;
i. give consideration to the President of the amnesty and abolition;
j. memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam hal mengangkat duta besar dan menerima penempatan duta besar negara lain;
j. give consideration to the President in terms of lifting the ambassador and receive placement ambassadors of other countries;
k. memilih anggota BPK dengan memperhatikan pertimbangan DPD;
k. choose CPC members by taking into consideration of the DPD;
l. memberikan persetujuan kepada Presiden atas pengangkatan dan pemberhentian anggota Komisi Yudisial;
l. give approval to the President on the appointment and dismissal of members of the Judicial Commission;
m. memberikan persetujuan calon hakim agung yang diusulkan Komisi Yudisial untuk ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden; dan
m. approving nominees proposed Judicial Commission to set as justices by the President; and
n. memilih 3 (tiga) orang hakim konstitusi dan mengajukannya kepada Presiden untuk diresmikan dengan keputusan Presiden.
n. choose three (3) constitutional judges and submit it to the President to be unveiled by the President's decision.
Paragraf 2
Paragraph 2
Wewenang
Authority
Tugas
Assignment
Pasal 72
Article 72
DPR bertugas:
Parliament in charge:
a. menyusun, membahas, menetapkan, menyebarluaskan program legislasi nasional;
dan
a. formulate, discuss, define, and disseminate national legislative program;
b. menyusun, membahas, dan menyebarluaskan rancangan undang-undang;
b. formulate, discuss, and disseminate the draft law;
c. menerima rancangan undang-undang yang diajukan oleh DPD berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah;
c. receive a bill proposed by the DPD related to regional autonomy, central and local relations, the establishment and expansion as well as the merging of regions, management of natural resources and other economic resources, as well as relating to the financial balance of central and local;
d. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang, APBN, dan kebijakan pemerintah;
d. to supervise the implementation of the law, the state budget, and government policies;
e. membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang disampaikan oleh BPK;
e. discuss and follow up the results of the management and accountability of state finances submitted by the CPC;
f. memberikan persetujuan terhadap pemindahtanganan aset negara yang menjadi kewenangannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan terhadap perjanjian yang berakibat luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara;
f. give consent to the alienation of state assets under its authority under the provisions of the legislation and agreements resulting broad and fundamental to the lives of people in relation to the financial burden of the country;
g.
g. absorb, collect, accommodate, and follow the
menyerap, menghimpun, menampung, dan
menindaklanjuti aspirasi masyarakat; dan
aspirations of the people; and
h. melaksanakan tugas lain yang diatur dalam undang-undang.
h. perform other duties as stipulated in the law.
Pasal 73
Article 73
(1) DPR dalam melaksanakan wewenang dan tugasnya, berhak memanggil pejabat negara, pejabat pemerintah, badan hukum, atau warga masyarakat secara tertulis untuk hadir dalam rapat DPR.
(1) Parliament in implementing powers and duties, the right to call state officials, government officials, legal entities, or citizens in writing to attend the board meeting.
(2) Setiap pejabat negara, pejabat pemerintah, badan hukum, atau warga masyarakat wajib memenuhi panggilan DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(2) Each state officials, government officials, legal entities, or citizens must fulfill the call Parliament referred to in paragraph (1).
(3) Dalam hal pejabat negara dan/atau pejabat pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak hadir memenuhi panggilan setelah dipanggil 3 (tiga) kali berturut-turut tanpa alasan yang sah, DPR dapat menggunakan hak interpelasi, hak angket, atau hak menyatakan pendapat atau anggota DPR dapat menggunakan hak mengajukan pertanyaan.
(3) In the case of state officials and / or government officials referred to in subsection (2) does not attend to the call after being called 3 (three) times in a row without a valid reason, the Parliament can exercise the right of interpellation, the right of inquiry, or the right to express opinions or members of Parliament can exercise their right to ask questions.
(4) Dalam hal badan hukum dan/atau warga masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak hadir setelah dipanggil 3 (tiga) kali berturutturut tanpa alasan yang sah, DPR berhak melakukan panggilan paksa dengan menggunakan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
(4) In the case of legal entities and / or community members as referred to in paragraph (2) is not present after being called 3 (three) times in a row without a valid reason, the Parliament has the right to make calls forced to use the Indonesian National Police.
(5) Dalam hal panggilan paksa sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak dipenuhi tanpa alasan yang sah, yang bersangkutan dapat disandera paling lama 30 (tiga puluh) Hari sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) In the case of forced call referred to in paragraph (4) not be met without a valid reason, the question may be held hostage more than 30 (thirty) days in accordance with the provisions of the legislation.
Pasal 74
Article 74
(1) DPR dalam melaksanakan wewenang dan tugasnya, berhak memberikan rekomendasi kepada pejabat negara, pejabat pemerintah, badan hukum, warga negara, atau penduduk melalui mekanisme rapat kerja, rapat dengar pendapat, rapat dengar pendapat umum, rapat panitia khusus, rapat panitia kerja, rapat tim pengawas, atau rapat tim lain yang dibentuk oleh DPR demi kepentingan bangsa dan negara.
(1) Parliament in implementing powers and duties, the right to provide recommendations to the state officials, government officials, legal entities, nationals, or residents through the mechanism of working meetings, hearings, public hearing, the special committee meeting, the working committee meeting, supervisory team meeting, or meeting other teams set up by Parliament in the interest of the nation and the state.
(2) Setiap pejabat negara, pejabat pemerintah, badan hukum, warga negara, atau penduduk wajib menindaklanjuti rekomendasi DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(2) Each state officials, government officials, legal entities, citizens or residents of the House of Representatives shall follow the recommendations referred to in paragraph (1).
(3) Setiap pejabat negara atau pejabat pemerintah
(3) Each state officials or government officials who
yang mengabaikan rekomendasi DPR, DPR dapat menggunakan hak interpelasi, hak angket, hak menyatakan pendapat, atau hak anggota DPR mengajukan pertanyaan.
ignored the recommendation of Parliament, Parliament can exercise the right of interpellation, the right of inquiry, freedom of expression, or the rights of members of Parliament asking questions.
(4) Dalam hal pejabat negara atau pejabat pemerintah mengabaikan atau tidak melaksanakan rekomendasi DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1), DPR dapat menggunakan hak interpelasi, hak angket, hak menyatakan pendapat atau hak anggota DPR mengajukan pertanyaan.
(4) In the case of state officials or government officials ignore or do not implement the recommendations of the Parliament as referred to in paragraph (1), Parliament may use the right of interpellation, the right of inquiry, freedom of expression or the right of members of Parliament asking questions.
(5) DPR dapat meminta Presiden untuk memberikan sanksi administratif kepada pejabat negara atau pejabat pemerintah yang tidak melaksanakan atau mengabaikan rekomendasi DPR.
(5) Parliament may request the President to impose administrative sanctions to state officials or government officials who do not carry out or ignore the recommendation of the House.
(6) Dalam hal badan hukum atau warga negara mengabaikan atau tidak melaksanakan rekomendasi DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) DPR dapat meminta kepada instansi yang berwenang untuk dikenai sanksi.
(6) In the case of legal entities or citizens ignore or do not implement the recommendations of the Parliament as referred to in paragraph (1) Parliament may request the competent authority to sanction.
Pasal 75
Article 75
(1) Dalam melaksanakan wewenang dan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 dan Pasal 72, DPR memiliki kemandirian dalam menyusun anggaran yang dituangkan ke dalam program dan kegiatan disampaikan kepada Presiden untuk dibahas bersama DPR sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(1) In exercising the powers and duties referred to in Article 71 and Article 72, the House has independence in preparing the budget that is poured into the programs and activities submitted to the President to be discussed with the House in accordance with the provisions of the legislation.
(2) Dalam menyusun program dan kegiatan DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1), untuk memenuhi kebutuhannya, DPR dapat menyusun standar biaya khusus dan mengajukannya kepada Presiden untuk dibahas bersama.
(2) In preparing the programs and activities of Parliament referred to in paragraph (1), to meet their needs, the House can arrange a special fee standards and submit to the President to be discussed together.
(3) Anggaran DPR dikelola oleh Sekretariat Jenderal DPR sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) House Budget managed by the Secretariat General of the Parliament in accordance with the provisions of the legislation.
(4) DPR menetapkan pertanggungjawaban pengelolaan anggaran DPR dalam peraturan DPR sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
(4) Parliament set a budget management responsibilities of Parliament in the House of Representatives in accordance with the provisions of regulation legislation.
Bagian Keempat
Part Four
Keanggotaan
Membership
Pasal 76
Article 76
(1) Anggota DPR berjumlah 560 (lima ratus enam
(1) Member of Parliament amounted to 560 (five
puluh) orang.
hundred and sixty) people.
(2) Keanggotaan DPR diresmikan dengan keputusan Presiden.
(2) Members of the House was inaugurated by the President's decision.
(3) Anggota DPR berdomisili di ibu kota negara Republik Indonesia.
(3) Member of Parliament residing in the capital of the Republic of Indonesia.
(4) Masa jabatan anggota DPR adalah 5 (lima) tahun dan berakhir pada saat anggota DPR yang baru mengucapkan sumpah/janji.
(4) The term of office of members of the House of Representatives is 5 (five) years and ends at the new House members took the oath / pledge.
(5) Setiap anggota, kecuali pimpinan MPR dan pimpinan DPR, harus menjadi anggota salah satu komisi.
(5) Each member, except the Assembly leadership and the leadership of the House, should be a member of one of the commission.
(6) Setiap anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (6) Each member referred to in paragraph (1) may (1) hanya dapat merangkap sebagai anggota salah serve as a member of one of the other fittings that are satu alat kelengkapan lainnya yang bersifat tetap, fixed, except as a member of Congress. kecuali sebagai anggota Badan Musyawarah.
Pasal 77
Article 77
(1) Anggota DPR sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji secara bersama-sama yang dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung dalam rapat paripurna DPR.
(1) Member of Parliament before taking his oath / pledge jointly hosted by the Chairman of the Supreme Court in plenary session of the Parliament.
(2) Anggota DPR yang berhalangan mengucapkan sumpah/janji secara bersama-sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengucapkan sumpah/janji yang dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung.
(2) Members of Parliament who are unable to take an oath / pledge jointly referred to in subsection (1) takes the oath / pledge which was hosted by the Chairman of the Supreme Court.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengucapan sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam peraturan DPR tentang tata tertib.
(3) Further provisions on the procedure of the oath / pledge as referred to in paragraph (1) and (2) pursuant to the rules of the order of the House of Representatives.
Pasal 78
Article 78
Sumpah/janji sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 sebagai berikut:
Oath / pledge as referred to in Article 77 as follows:
Demi Allah (Tuhan) saya bersumpah/berjanji:
For the sake of Allah (God) I swear / promise:
bahwa saya, akan memenuhi kewajiban saya sebagai anggota/ketua/wakil ketua Dewan Perwakilan Rakyat dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dengan berpedoman pada Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
that I will fulfill my obligations as a member / chairman / vice chairman of the House of Representatives with the best and fairest, in accordance with the legislation, based on the Pancasila and the Constitution of the Republic of Indonesia Year 1945;
bahwa saya dalam menjalankan kewajiban akan bekerja dengan sungguh-sungguh, demi tegaknya kehidupan demokrasi, serta mengutamakan
that I will work in carrying out their duty in earnest, for the sake of democracy, as well as the interests of the nation and the state rather than private interests, a
kepentingan bangsa dan negara daripada kepentingan pribadi, seseorang, dan golongan;
person, and class;
bahwa saya akan memperjuangkan aspirasi rakyat yang saya wakili untuk mewujudkan tujuan nasional demi kepentingan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
that I will fight for the aspirations of the people I represent to achieve national goals for the sake of the nation and the Republic of Indonesia.
Bagian Kelima
Part Five
Hak DPR
Rights of Parliament
Pasal 79
Article 79
(1) DPR mempunyai hak:
(1) Parliament has the right:
a. interpelasi;
a. interpellation;
b. angket; dan
b. questionnaire; and
c. menyatakan pendapat.
c. expression.
(2) Hak interpelasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah hak DPR untuk meminta keterangan kepada Pemerintah mengenai kebijakan Pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
(2) The right of interpellation referred to in paragraph (1) letter a is the right of Parliament to ask for information from the Government regarding the Government's policy that strategically important and far-reaching impact on the life of society, nation and state.
(3) Hak angket sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap pelaksanaan suatu undangundang dan/atau kebijakan Pemerintah yang berkaitan dengan hal penting, strategis, dan berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
(3) Rights of the questionnaire referred to in paragraph (1) letter b is the right of Parliament to conduct an investigation into the implementation of a law and / or policy of the Government with regard to the important things, strategic, and have broad impact on society, nation, and state allegedly contrary to the legislation.
(4) Hak menyatakan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c adalah hak DPR untuk menyatakan pendapat atas:
(4) The right of expression referred to in paragraph (1) c is the right of Parliament to express an opinion on:
a. kebijakan pemerintah atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di tanah air atau di dunia internasional;
a. government policy or about the extraordinary events that occurred in the country or internationally;
b. tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi b. follow up the implementation of the right of sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan hak angket interpellation referred to in paragraph (2) and the sebagaimana dimaksud pada ayat (3); atau right of inquiry referred to in paragraph (3); or c. dugaan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden melakukan pelanggaran hukum baik berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, maupun perbuatan tercela, dan/atau Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.
c. alleged that the President and / or Vice President of committing an offense, either in the form of treason, corruption, bribery, other felonies, or misconduct, and / or the President and / or Vice President is no longer qualify as the President and / or Vice President .
Bagian Keenam
Part Six
Hak dan Kewajiban Anggota
Rights and Obligations of Members
Paragraf 1
Paragraph 1
Hak Anggota
Member Rights
Pasal 80
Article 80
Anggota DPR berhak:
Members of Parliament entitled:
a. mengajukan usul rancangan undang-undang;
a. proposed bill;
b. mengajukan pertanyaan;
b. ask questions;
c. menyampaikan usul dan pendapat;
c. submit proposals and opinions;
d. memilih dan dipilih;
d. elect and be elected;
e. membela diri;
e. defensively;
f. imunitas;
f. immunity;
g. protokoler;
g. protocol;
h. keuangan dan administratif;
h. financial and administrative;
i. pengawasan;
i. supervision;
j. mengusulkan dan memperjuangkan program pembangunan daerah pemilihan; dan
j. propose and fight for the election of regional development programs; and
k. melakukan sosialiasi undang-undang.
k. perform socialization laws.
Paragraf 2
Paragraph 2
Kewajiban Anggota
Obligations of Members
Pasal 81
Article 81
Anggota DPR berkewajiban:
Members of the House of Representatives shall:
a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila;
a. uphold and practice Pancasila;
b. melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. implement the Constitution of the Republic of Indonesia Year 1945 and comply with the provisions of the legislation;
c. mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c. maintain and preserve national harmony and unity of the Republic of Indonesia;
d. mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan;
d. place the interests of the country above personal interests, groups, and classes;
e. memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat;
e. fight for the improvement of people's welfare;
f.
f. adhering to the principle of democracy in the
menaati
prinsip
demokrasi
dalam
penyelenggaraan pemerintahan negara;
administration of state government;
g. menaati tata tertib dan kode etik;
g. obey the rules and codes of conduct;
h. menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga lain;
h. maintaining ethics and norms in working relationships with other agencies;
i. menyerap dan menghimpun aspirasi konstituen melalui kunjungan kerja secara berkala;
i. absorb and raise the aspirations of constituents through a working visit on a regular basis;
j. menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat; dan
j. accommodate and follow the aspirations and complaints; and
k. memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada konstituen di daerah pemilihannya.
k. provide moral and political accountability to the constituencies in the constituency.
Bagian Ketujuh
Part Seven
Fraksi
Faction
Pasal 82
Article 82
(1) Fraksi merupakan pengelompokkan anggota berdasarkan konfigurasi partai politik berdasarkan hasil pemilihan umum.
(1) Fraction is a grouping of members is based on the configuration of political parties based on the results of the elections.
(2) Setiap anggota DPR harus menjadi anggota fraksi.
(2) Every member of the House of Representatives must be a member of the faction.
(3) Fraksi dibentuk oleh partai politik yang memenuhi ambang batas perolehan suara dalam penentuan perolehan kursi DPR.
(3) faction formed by political parties that meet the threshold of votes in the determination of the DPR seats.
(4) Fraksi dibentuk untuk mengoptimalkan pelaksanaan fungsi, wewenang, tugas DPR, serta hak dan kewajiban anggota DPR.
(4) Fraction formed to optimize the execution of the functions, powers, duties House of Representatives, and the rights and obligations of members of Parliament.
(5) Fraksi didukung oleh sekretariat dan tenaga ahli.
(5) faction supported by a secretariat and experts.
(6) Sekretariat Jenderal DPR menyediakan sarana, anggaran, dan tenaga ahli guna kelancaran pelaksanaan tugas fraksi.
(6) The Secretariat General of the Parliament provides a means, budget, and experts for the convenience of the fraction.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai sarana dan tenaga ahli fraksi sebagaimana dimaksud pada ayat (6) diatur dalam peraturan DPR.
(7) Further provisions on the means and expertise fraction referred to in paragraph (6) is set in the rules of the House.
Bagian Kedelapan
Part Eight
Alat Kelengkapan
Completion Tools
Pasal 83
Article 83
(1) Alat kelengkapan DPR terdiri atas:
(1) Fittings Parliament consists of:
a. pimpinan;
a. leadership;
b. Badan Musyawarah;
b. The Deliberation;
c. komisi;
c. commission;
d. Badan Legislasi;
d. Legislative Body;
e. Badan Anggaran;
e. Budget Committee;
f. Badan Kerja Sama Antar-Parlemen;
f. Agency for Inter-Parliamentary Cooperation;
g. Mahkamah Kehormatan Dewan;
g. Court Honor Board;
h. Badan Urusan Rumah Tangga;
h. Household Affairs Agency;
i. panitia khusus; dan
i. special committee; and
j. alat kelengkapan lain yang diperlukan dan dibentuk oleh rapat paripurna.
j. other necessary fittings and is formed by the plenary session.
(2) Dalam menjalankan tugasnya, alat kelengkapan DPR dibantu oleh unit pendukung yang tugasnya diatur dalam peraturan DPR tentang tata tertib.
(2) In performing its duties, fittings Parliament assisted by a support unit whose job is regulated in the House of order.
(3) Unit pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas:
(3) The unit support as referred to in paragraph (2) shall consist of:
a. tenaga administrasi; dan
a. administrative personnel; and
b. tenaga ahli.
b. experts.
(4) Ketentuan mengenai rekrutmen tenaga administrasi dan tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur lebih lanjut dalam peraturan DPR tentang tata tertib.
(4) The provisions concerning the recruitment of administrative staff and experts referred to in paragraph (3) shall be further regulated in the House rules on discipline.
Paragraf 1
Paragraph 1
Pimpinan
Leadership
Pasal 84
Article 84
(1) Pimpinan DPR terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan 4 (empat) orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota DPR.
(1) The leadership of the House of Representatives consists of 1 (one) Chair and four (4) Vice-chairman are elected from and by members of Parliament.
(2) Pimpinan DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipilih dari dan oleh anggota DPR dalam satu paket yang bersifat tetap.
(2) House leadership as referred to in paragraph (1) is selected from and by members of Parliament in a package that is fixed.
(3) Bakal calon pimpinan DPR berasal dari fraksi dan disampaikan dalam rapat paripurna DPR.
(3) House leadership candidate derived from fractions and delivered in the House of Representatives plenary session.
(4) Setiap fraksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat mengajukan 1 (satu) orang bakal calon pimpinan DPR.
(4) Each fraction referred to in paragraph (3) may submit one (1) House leadership hopefuls.
(5) Pimpinan DPR sebagaimana dimaksud pada ayat
(5) House leadership as referred to in paragraph (1)
(1) dipilih secara musyawarah untuk mufakat dan ditetapkan dalam rapat paripurna DPR.
is selected by deliberation and set out in the plenary session of the Parliament.
(6) Dalam hal musyawarah untuk mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak tercapai, pimpinan DPR dipilih dengan pemungutan suara dan yang memperoleh suara terbanyak ditetapkan sebagai pimpinan DPR dalam rapat paripurna DPR.
(6) In the case of deliberation referred to in subsection (5) is not reached, the leadership of the House of Representatives elected by ballot and who gets the most votes defined as House leaders in the House of Representatives plenary session.
(7) Selama pimpinan DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum terbentuk, sidang DPR pertama kali untuk menetapkan pimpinan DPR dipimpin oleh pimpinan sementara DPR.
(7) During the leadership of the House referred to in subsection (1) has not been established, the first session of the Parliament to establish the leadership of the House of Representatives led by the leader while the House of Representatives.
(8) Pimpinan sementara DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (7) berasal dari anggota DPR yang tertua dan termuda dari fraksi yang berbeda.
(8) The head whilst Parliament referred to in paragraph (7) derived from members of the House of the oldest and youngest of the different fractions.
(9) Pimpinan DPR ditetapkan dengan keputusan DPR.
(9) House leadership determined by the decision of the House.
(10) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihan pimpinan DPR diatur dalam peraturan DPR tentang tata tertib.
(10) Further provisions on the House leadership election procedures stipulated in the regulations of the House of order.
Pasal 85
Article 85
Pimpinan DPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji yang teksnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung.
House leaders referred to in Article 84 before taking office oath / pledge that the text referred to in Article 78 is guided by the Chief Justice.
Pasal 86
Article 86
(1) Pimpinan DPR bertugas:
(1) The leadership of the House of Representatives in charge:
a. memimpin sidang DPR dan menyimpulkan hasil sidang untuk diambil keputusan;
a. presiding over the House of Representatives and concluded the council to take a decision;
b. menyusun rencana kerja pimpinan;
b. plans and leadership;
c. melakukan koordinasi dalam upaya menyinergikan pelaksanaan agenda dan materi kegiatan dari alat kelengkapan DPR;
c. coordination in an effort to synergize the implementation of the agenda and material activities of fittings Parliament;
d. menjadi juru bicara DPR;
d. become House Speaker;
e. melaksanakan dan memasyarakatkan keputusan DPR;
e. implement Parliament;
f. mewakili DPR dalam berhubungan dengan lembaga negara lainnya;
f. representing Parliament in touch with other state institutions;
g. mengadakan konsultasi dengan Presiden dan pimpinan lembaga negara lainnya sesuai dengan
g. consultation with the President and heads of state institutions in accordance with the decision of the
and
promote
the
decision
of
keputusan DPR;
House of Representatives;
h. mewakili DPR di pengadilan;
h. representing Parliament in court;
i. melaksanakan keputusan DPR berkenaan dengan penetapan sanksi atau rehabilitasi anggota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
i. implement the decision of the House of Representatives regarding the sanctions or rehabilitation of members in accordance with the provisions of the legislation;
j. menyusun rencana anggaran DPR bersama Badan Urusan Rumah Tangga yang pengesahannya dilakukan dalam rapat paripurna; dan
j. plan joint parliamentary budget Household Affairs Agency whose ratifications made in plenary session; and
k. menyampaikan laporan kinerja dalam rapat paripurna DPR yang khusus diadakan untuk itu.
k. submit performance reports in a special plenary meeting held for that.
(2) Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan tugas pimpinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam peraturan DPR tentang tata tertib.
(2) The provisions concerning the procedures for the implementation of the leadership duties referred to in paragraph (1) is regulated in the House of order.
Pasal 87
Article 87
(1) Pimpinan DPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 ayat (1) berhenti dari jabatannya karena:
(1) The leadership of the House referred to in Article 84 paragraph (1) cease to serve as:
a. meninggal dunia;
a. died;
b. mengundurkan diri; atau
b. resigned; or
c. diberhentikan.
c. dismissed.
(2) Pimpinan DPR diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c apabila:
(2) House leadership dismissed as referred to in paragraph (1) c if:
a. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap sebagai anggota DPR selama 3 (tiga) bulan berturut-turut tanpa keterangan apa pun;
a. unable to carry out tasks on an ongoing basis or unavailable remain as a member of the House of Representatives for three (3) consecutive months without any explanation;
b. melanggar sumpah/janji jabatan dan kode etik DPR berdasarkan keputusan rapat paripurna setelah dilakukan pemeriksaan oleh Mahkamah Kehormatan DPR;
b. violated the oath / pledge of office and code of ethics based on the decision of the House of Representatives plenary session after examination by the Court of Honour House of Representatives;
c. dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih;
c. was found guilty by a court decision that has gained legal force remained for a criminal offense punishable by imprisonment of 5 (five) years or more;
d. diusulkan oleh partai politiknya sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
d. proposed by political parties in accordance with laws and regulations;
e. ditarik keanggotaannya sebagai anggota DPR oleh partai politiknya;
e. withdrawn its membership as a member of the House of Representatives by a political party;
f. melanggar ketentuan larangan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini; atau
f. violate the prohibition stipulated in this Law; or
g.
g. dismissed as a member of a political party under
diberhentikan sebagai anggota partai politik
berdasarkan undangan.
ketentuan
peraturan
perundang-
the provisions of the legislation.
(3) Dalam hal salah seorang pimpinan DPR berhenti dari jabatannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), anggota pimpinan lainnya menetapkan salah seorang di antara pimpinan untuk melaksanakan tugas pimpinan yang berhenti sampai dengan ditetapkannya pimpinan yang definitif.
(3) In the case of one of the House leaders from office referred to in paragraph (1), members of other leaders appoint one of the leaders to carry out the task of leadership that stops until the enactment of the definitive leader.
(4) Dalam hal salah seorang pimpinan DPR berhenti dari jabatannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penggantinya berasal dari partai politik yang sama.
(4) In the event that one of the House leaders from office referred to in paragraph (1), successor comes from the same political party.
(5) Pimpinan DPR diberhentikan sementara dari jabatannya apabila dinyatakan sebagai terdakwa karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.
(5) House leadership suspended from his post when expressed as a defendant for a criminal offense punishable by imprisonment of 5 (five) years or more.
(6) Dalam hal pimpinan DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dinyatakan tidak terbukti melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, pimpinan DPR yang bersangkutan melaksanakan kembali tugasnya sebagai pimpinan DPR.
(6) In the event that the House leadership as referred to in paragraph (5) shall not be convicted of a criminal offense by a court decision that has obtained permanent legal force, the House leadership is concerned carry out his duties as head of the House back.
Pasal 88
Article 88
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberhentian dan penggantian pimpinan DPR diatur dalam peraturan DPR tentang tata tertib.
Further provisions on the procedure for dismissal and replacement of the leadership of the House of Representatives House of Representatives pursuant to the rules of order.
Paragraf 2
Paragraph 2
Badan Musyawarah
The Deliberation
Pasal 89
Article 89
Badan Musyawarah dibentuk oleh DPR dan merupakan alat kelengkapan DPR yang bersifat tetap.
Consultative Council was formed by the House of Representatives and the House of Representatives that fittings are fixed.
Pasal 90
Article 90
(1) DPR menetapkan susunan dan keanggotaan Badan Musyawarah pada permulaan masa keanggotaan DPR dan permulaan tahun sidang.
(1) Parliament shall determine the composition and membership of the Consultative Council at the beginning of the membership period and the beginning of the session the House of Representatives.
(2) Anggota Badan Musyawarah berjumlah paling banyak 1/10 (satu per sepuluh) dari jumlah anggota DPR berdasarkan perimbangan jumlah anggota tiaptiap fraksi yang ditetapkan oleh rapat paripurna.
(2) Members of the Consultative Body amounted to at most 1/10 (one-tenth) of a number of members of the House of Representatives based on the balance between the number of members of each fraction
were determined by the plenary session.
Pasal 91
Article 91
Pimpinan DPR karena jabatannya juga sebagai House leaders because of his position as well as the pimpinan Badan Musyawarah. leadership of Consultative Body. Pasal 92
Article 92
(1) Badan Musyawarah bertugas:
(1) The Consultative Body in charge:
a. menetapkan agenda DPR untuk 1 (satu) tahun sidang, 1 (satu) masa persidangan, atau sebagian dari suatu masa sidang, perkiraan waktu penyelesaian suatu masalah, dan jangka waktu penyelesaian rancangan undang-undang, dengan tidak mengurangi kewenangan rapat paripurna untuk mengubahnya;
a. Parliament set the agenda for 1 (one) year trial, 1 (one) time trial, or part of a trial period, the estimated time of completion of a problem, and the timing of the bill, without prejudice to the authority of the plenary session to change it;
b. memberikan pendapat kepada pimpinan DPR dalam menentukan garis kebijakan yang menyangkut pelaksanaan wewenang dan tugas DPR;
b. advising the House leadership in determining policies relating to the implementation of the lines of authority and responsibility of the Parliament;
c. meminta dan/atau memberikan kesempatan kepada alat kelengkapan DPR yang lain untuk memberikan keterangan/penjelasan mengenai pelaksanaan tugas masing-masing;
c. request and / or provide an opportunity for the House the other fittings to provide information / clarification regarding the implementation of each task;
d. mengatur lebih lanjut penanganan suatu masalah dalam hal undang-undang mengharuskan Pemerintah atau pihak lainnya melakukan konsultasi dan koordinasi dengan DPR;
d. further regulate the handling of a problem in terms of the law require the government or other parties shall consult and coordinate with the House of Representatives;
e. menentukan penanganan suatu rancangan undangundang atau pelaksanaan tugas DPR lain yang diatur dalam undang-undang oleh alat kelengkapan DPR;
e. determines the handling of a bill or other DPR task execution is set in the legislation by the House of Representatives fittings;
f. mengusulkan kepada rapat paripurna mengenai jumlah komisi, ruang lingkup tugas komisi, dan mitra kerja komisi yang telah dibahas dalam konsultasi pada awal masa keanggotaan DPR; dan
f. propose to the plenary session of the commission amount, scope of duties of the commission, and the commission's work partners that have been discussed in the consultation at the beginning of the membership of Parliament; and
g. melaksanakan tugas lain yang diserahkan oleh rapat paripurna kepada Badan Musyawarah.
g. perform other tasks submitted by the plenary session of the Consultative Council.
(2) Badan Musyawarah menyusun rencana kerja dan anggaran untuk pelaksanaan tugasnya sesuai dengan kebutuhan yang selanjutnya disampaikan kepada Badan Urusan Rumah Tangga.
(2) The Deliberation prepare a work plan and budget for the execution of their duties in accordance with the requirements is submitted to the Agency for Domestic Affairs.
Pasal 93
Article 93
Badan Musyawarah tidak dapat mengubah keputusan atas suatu rancangan undang-undang atau pelaksanaan tugas DPR lainnya oleh alat kelengkapan DPR sebagaimana dimaksud dalam
Consultative Council can not change the decision on a bill or other lawmakers task execution by the House fittings as referred to in Article 92 paragraph (1) letter a.
Pasal 92 ayat (1) huruf a. Pasal 94
Article 94
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembentukan, susunan, tugas, wewenang dan mekanisme kerja Badan Musyawarah diatur dalam peraturan DPR tentang tata tertib.
Further provisions concerning the procedures for the establishment, composition, duties, powers and working mechanism Consultative Body regulated in the House of order.
Paragraf 3
Paragraph 3
Komisi
Commission
Pasal 95
Article 95
Komisi dibentuk oleh DPR dan merupakan alat kelengkapan DPR yang bersifat tetap.
The Commission was formed by the House of Representatives and the House of Representatives that fittings are fixed.
Pasal 96
Article 96
(1) DPR menetapkan jumlah komisi pada permulaan masa keanggotaan DPR dan permulaan tahun sidang.
(1) Parliament sets the amount of the commission at the beginning of the membership period and the beginning of the session the House of Representatives.
(2) Jumlah anggota komisi ditetapkan dalam rapat paripurna menurut perimbangan dan pemerataan jumlah anggota tiap-tiap fraksi pada permulaan masa keanggotaan DPR, permulaan tahun sidang, dan pada setiap masa sidang.
(2) The number of members specified in the plenary meeting of the commission according to the balance and equity of the number of members of each faction at the beginning of the membership of Parliament, the beginning of the trial, and at any time of the trial.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai jumlah komisi dan jumlah anggota komisi diatur dalam peraturan DPR tentang Tata Tertib.
(3) Further provisions on the amount of commission and the number of members of the commission pursuant to the rules of the House Rules.
Pasal 97
Article 97
(1) Pimpinan komisi merupakan satu kesatuan pimpinan yang bersifat kolektif dan kolegial.
(1) The commission is an integral leadership collective leadership and collegial.
(2) Pimpinan komisi terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan paling banyak 3 (tiga) orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota komisi dalam satu paket yang bersifat tetap berdasarkan usulan fraksi sesuai dengan prinsip musyawarah untuk mufakat.
(2) The head commission consisting of 1 (one) Chair and a maximum of 3 (three) Vice-chairman are elected from and by the members of the commission in a package that is still based on the proposal in accordance with the principles fraction of deliberation.
(3) Setiap fraksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat mengajukan 1 (satu) orang bakal calon pimpinan komisi.
(3) Each fraction referred to in paragraph (2) may submit one (1) person commission leadership candidates.
(4) Dalam hal pemilihan pimpinan komisi berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai sebagaimana dimaksud pada ayat (2), keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.
(4) In the case of the leadership election commission based on no agreement is reached as referred to in paragraph (2), decisions are taken by majority vote.
(5) Pemilihan pimpinan komisi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dalam rapat
(5) leadership election commission referred to in subsection (2) is done in committee meetings led by
komisi yang dipimpin oleh pimpinan DPR setelah penetapan susunan dan keanggotaan komisi.
the leader of the House of Representatives after the determination of the composition and membership of the commission.
(6) Pimpinan komisi ditetapkan dengan keputusan pimpinan DPR.
(6) The leadership of the commission established by decision of the House leadership.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihan pimpinan komisi diatur dalam peraturan DPR tentang tata tertib.
(7) Further provisions on the procedure for electing the leadership of the House of Representatives Commission pursuant to the rules of order.
Pasal 98
Article 98
(1) Tugas komisi dalam pembentukan undangundang adalah mengadakan persiapan, penyusunan, pembahasan, dan penyempurnaan rancangan undang-undang.
(1) The task of the commission in the formation of legislation is held preparation, preparation, discussion, and refinement of the draft legislation.
(2) Tugas komisi di bidang anggaran adalah:
(2) The task of the commission in the budget are:
a. mengadakan pembicaraan pendahuluan mengenai penyusunan rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara yang termasuk dalam ruang lingkup tugasnya bersama-sama dengan Pemerintah;
a. held preliminary talks regarding the preparation of the draft state budget included in the scope of its work together with the Government;
b. mengadakan pembahasan dan mengajukan usul penyempurnaan rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara yang termasuk dalam ruang lingkup tugasnya bersama-sama dengan Pemerintah;
b. hold discussions and propose improvements draft budget revenue and expenditure are included in the scope of its work together with the Government;
c. membahas dan menetapkan alokasi anggaran untuk fungsi, dan program kementerian/lembaga yang menjadi mitra kerja komisi;
c. discuss and set a budget allocation for the function, and program ministries / agencies who are partners of committee work;
d. mengadakan pembahasan laporan keuangan negara dan pelaksanaan APBN termasuk hasil pemeriksaan BPK yang berkaitan dengan ruang lingkup tugasnya;
d. hold discussions and implementation of the state's financial statements include the results of BPK Budget relating to the scope of their duties;
e. menyampaikan hasil pembicaraan pendahuluan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan hasil pembahasan sebagaimana dimaksud dalam huruf b, huruf c, dan huruf d kepada Badan Anggaran untuk sinkronisasi;
e. present the results of a preliminary discussion referred to in paragraph a, and the results of the discussion referred to in paragraph b, c, and d to the Budget Committee for synchronization;
f. membahas dan menetapkan alokasi anggaran untuk fungsi, dan program, kementerian/lembaga yang menjadi mitra kerja komisi berdasarkan hasil sinkronisasi alokasi anggaran kementerian/lembaga oleh Badan Anggaran;
f. discuss and set a budget allocation for the functions, and programs, ministries / agencies that are partners commission based on the synchronization of the budget allocation of ministries / agencies by the Budget Committee;
g. menyerahkan kembali kepada Badan Anggaran hasil pembahasan komisi sebagaimana dimaksud dalam huruf f untuk bahan akhir penetapan APBN; dan
g. handed back to the Budget Committee discussed the results of the commission referred to in item f for the final determination of material state budget; and
h. membahas dan menetapkan alokasi anggaran per program yang bersifat tahunan dan tahun jamak yang
h. discuss and set a budget allocation per program is an annual and multi-year commission's partner
menjadi mitra komisi bersangkutan.
concerned.
(3) Tugas komisi di bidang pengawasan meliputi:
(3) The task of the commission in the field of supervision include:
a. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang, termasuk APBN, serta peraturan pelaksanaannya yang termasuk dalam ruang lingkup tugasnya;
a. to supervise the implementation of the law, including the state budget, as well as its implementing regulations are included in the scope of their duties;
b. membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK yang berkaitan dengan ruang lingkup tugasnya;
b. discuss and follow up on BPK audit relating to the scope of their duties;
c. memberikan masukan kepada BPK dalam hal rencana kerja pemeriksaan tahunan, hambatan pemeriksaan, serta penyajian dan kualitas laporan berkaitan dengan ruang lingkup tugasnya;
c. provide input to the CPC in terms of annual work plans examination, inspection barriers, and the presentation and quality of reports relating to the scope of their duties;
d. melakukan pengawasan terhadap kebijakan Pemerintah; dan
d. to supervise the policy of the Government; and
e. membahas dan menindaklanjuti usulan DPD.
e. discuss and follow up the proposed DPD.
(4) Komisi dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), dapat mengadakan:
(4) the Commission in carrying out the tasks referred to in paragraph (1), paragraph (2), and paragraph (3), can be held:
a. rapat kerja dengan Pemerintah yang diwakili oleh menteri/pimpinan lembaga;
a. working meeting with the Government, represented by the Minister / Head of the institution;
b. konsultasi dengan DPD;
b. consultation with the Council;
c. rapat dengar pendapat dengan pejabat Pemerintah yang mewakili instansinya;
c. hearing with government officials who represent their institutions;
d. rapat dengar pendapat umum, baik atas permintaan komisi maupun atas permintaan pihak lain;
d. public hearing, either at the request of the commission or at the request of the other party;
e. rapat kerja dengan menteri atau rapat dengar pendapat dengan pejabat Pemerintah yang mewakili instansinya yang tidak termasuk dalam ruang lingkup tugasnya apabila diperlukan; dan/atau
e. working meeting with the minister or a hearing with government officials who represent their institutions are not included in the scope of their duties, if necessary; and / or
f. kunjungan kerja.
f. working visit.
(5) Komisi menentukan tindak lanjut hasil pelaksanaan tugas komisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (4).
(5) The Commission shall determine the follow up of the implementation of the commission's work as referred to in paragraph (1) through (4).
(6) Keputusan dan/atau kesimpulan rapat kerja komisi atau rapat kerja gabungan komisi bersifat mengikat antara DPR dan Pemerintah serta wajib dilaksanakan oleh Pemerintah.
(6) Decisions and / or conclusions commission meeting or committee meeting of joint working is binding between Parliament and the Government, and shall be implemented by the Government.
(7) Dalam hal pejabat negara dan pejabat pemerintah tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (6), komisi dapat mengusulkan penggunaan hak interpelasi, hak
(7) In the case of state officials and government officials do not carry out the obligations referred to in paragraph (6), the commission may propose the use of the right of interpellation, the right of inquiry,
angket, hak menyatakan pendapat atau hak anggota mengajukan pertanyaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
freedom of expression or the right of members to ask questions in accordance with the provisions of the legislation.
(8) DPR dapat meminta Presiden untuk memberikan sanksi administratif kepada pejabat negara dan pejabat pemerintah yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (6).
(8) Parliament may request the President to impose administrative sanctions to state officials and government officials who do not carry out the obligations referred to in paragraph (6).
(9) Dalam hal badan hukum atau warga negara tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (6) DPR dapat meminta kepada instansi yang berwenang untuk dikenai sanksi.
(9) In the case of legal entities or citizens do not carry out the obligations referred to in paragraph (6) Parliament may request the competent authority to sanction.
(10) Komisi membuat laporan kinerja pada akhir masa keanggotaan DPR, baik yang sudah maupun yang belum terselesaikan untuk dapat digunakan sebagai bahan oleh komisi pada masa keanggotaan berikutnya.
(10) The Commission shall make a report of performance at the end of the membership of Parliament, both of which have not been well resolved to be used as an ingredient by the commission during the next membership.
(11) Komisi menyusun rencana kerja dan anggaran untuk pelaksanaan tugasnya sesuai dengan kebutuhan yang selanjutnya disampaikan kepada Badan Urusan Rumah Tangga.
(11) The Commission shall prepare a work plan and budget for the execution of their duties in accordance with the requirements is submitted to the Agency for Domestic Affairs.
Pasal 99
Article 99
Pembahasan rancangan undang-undang oleh komisi, gabungan komisi, panitia khusus atau Badan Legislasi diselesaikan dalam 3 (tiga) kali masa sidang dan dapat diperpanjang berdasarkan keputusan rapat paripurna DPR.
Discussion of the bill by the commission, a joint commission, a special committee or the Legislative Board resolved within three (3) times during the trial and can be extended based on the decision of the House of Representatives plenary session.
Pasal 100
Article 100
Jumlah, ruang lingkup tugas, dan mitra kerja komisi ditetapkan dengan keputusan DPR.
The number, scope of work, and partners commissions set by the decision of the House.
Pasal 101
Article 101
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembentukan, susunan, tugas dan mekanisme kerja komisi diatur dalam peraturan DPR tentang tata tertib.
Further provisions concerning the procedures for the establishment, composition, duties and working mechanisms regulated in the House of Representatives committee on discipline.
Paragraf 4
Paragraph 4
Badan Legislasi
Legislative Body
Pasal 102
Article 102
Badan Legislasi dibentuk oleh DPR dan merupakan alat kelengkapan DPR yang bersifat tetap.
Legislation Board established by the House of Representatives and the House of Representatives that fittings are fixed.
Pasal 103
Article 103
(1) DPR menetapkan susunan dan keanggotaan Badan Legislasi pada permulaan masa keanggotaan
(1) Parliament shall determine the composition and membership of the Legislative Body at the beginning
DPR, permulaan tahun sidang, dan pada setiap masa sidang.
of the membership of the House of Representatives, the beginning of the trial, and at any time of the trial.
(2) Jumlah anggota Badan Legislasi paling banyak 2 (dua) kali jumlah anggota komisi, yang mencerminkan fraksi dan komisi.
(2) The number of members of the Legislative Body at most two (2) times the number of members of the commission, which reflects the fraction and commissions.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai jumlah anggota Badan legislasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam peraturan DPR tentang tata tertib.
(3) Further provisions on the number of members of the legislation referred to in paragraph (2) is regulated in the House of order.
Pasal 104
Article 104
(1) Pimpinan Badan Legislasi merupakan satu kesatuan pimpinan yang bersifat kolektif dan kolegial.
(1) The Governing Board is an integral Legislation collective leadership and collegial.
(2) Pimpinan Badan Legislasi terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan paling banyak 3 (tiga) orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota Badan Legislasi dalam satu paket yang bersifat tetap berdasarkan usulan fraksi sesuai dengan prinsip musyawarah untuk mufakat.
(2) Legislation Governing Board consists of 1 (one) the chairman and at most 3 (three) Vice-chairman are elected from and by the members of the Legislative Body in a package that is still based on the proposal in accordance with the principles fraction of deliberation.
(3) Setiap fraksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat mengajukan 1 (satu) orang bakal calon pimpinan Badan Legislasi.
(3) Each fraction referred to in paragraph (2) may submit one (1) person Legislation Agency leadership candidates.
(4) Dalam hal pemilihan pimpinan Badan Legislasi berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai sebagaimana dimaksud pada ayat (2), keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.
(4) In the event that the Legislative Body leadership election by no agreement is reached as referred to in paragraph (2), decisions are taken by majority vote.
(5) Pemilihan pimpinan Badan Legislasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dalam rapat Badan Legislasi yang dipimpin oleh pimpinan DPR setelah penetapan susunan dan keanggotaan Badan Legislasi.
(5) Election of Board leadership Legislation referred to in paragraph (2) shall be conducted in the Legislative Body meeting led by the leader of the House of Representatives after the determination of the composition and membership of the Legislative Body.
(6) Pimpinan Badan Legislasi ditetapkan dengan keputusan pimpinan DPR.
(6) Legislation Governing Board determined by the decision of the House leadership.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihan pimpinan Badan Legislasi diatur dalam peraturan DPR tentang tata tertib.
(7) Further provisions on the procedure for electing the leadership of the Legislative Body is regulated in the House of order.
Pasal 105
Article 105
(1) Badan Legislasi bertugas:
(1) The Legislative Body in charge:
a. menyusun rancangan program legislasi nasional yang memuat daftar urutan rancangan undangundang beserta alasannya untuk 5 (lima) tahun dan
a. drafting national legislation program that lists the order of the draft law and the reasons for the 5 (five) years and annual priorities in the House of
prioritas tahunan di lingkungan DPR;
Representatives;
b. mengoordinasikan penyusunan program legislasi nasional yang memuat daftar urutan rancangan undang-undang beserta alasannya untuk 5 (lima) tahun dan prioritas tahunan antara DPR, Pemerintah, dan DPD;
b. coordinate the preparation of the national legislation program that lists the order of the draft law and the reasons for the 5 (five) years and annual priorities between the Parliament, the Government, and DPD;
c. melakukan pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsep rancangan undang-undang yang diajukan anggota, komisi, atau gabungan komisi sebelum rancangan undang-undang tersebut disampaikan kepada Pimpinan DPR;
c. do harmonization, rounding, and strengthening the concept of a draft law proposed members, commission, or a joint committee before the bill was submitted to the Chairperson of the House of Representatives;
d. memberikan pertimbangan terhadap rancangan undang-undang yang diajukan oleh anggota DPR, komisi, atau gabungan komisi di luar prioritas rancangan undang-undang atau di luar rancangan undang-undang yang terdaftar dalam program legislasi nasional;
d. give consideration to the bill proposed by the House of Representatives members, commission, or a joint committee outside the priority bills or outside the bills listed in the national legislation program;
e. melakukan pembahasan, pengubahan, dan/atau penyempurnaan rancangan undang-undang yang secara khusus ditugasi oleh Badan Musyawarah;
e. discussions, alteration, and / or enhance the draft legislation specifically assigned by the Consultative Council;
f. melakukan pemantauan dan peninjauan terhadap undang-undang;
f. monitoring and review of legislation;
g. menyusun, melakukan penyempurnaan peraturan DPR;
dan
g. compiling, evaluating, and improving the laws of Parliament;
h. mengikuti perkembangan dan melakukan evaluasi terhadap pembahasan materi muatan rancangan undang-undang melalui koordinasi dengan komisi dan/atau panitia khusus;
h. follow developments and to evaluate the substance of the discussion of the draft law in coordination with the Commission and / or the special committee;
i. melakukan sosialisasi program legislasi nasional; dan
i. to disseminate national legislative program; and
j. membuat laporan kinerja dan inventarisasi masalah di bidang perundang-undangan pada akhir masa keanggotaan DPR untuk dapat digunakan oleh Badan Legislasi pada masa keanggotaan berikutnya.
j. create performance reports and inventory problems in the field of law at the end of the House membership to be used by the Legislative Body during the next membership.
(2) Badan Legislasi menyusun rencana kerja dan anggaran untuk pelaksanaan tugasnya sesuai dengan kebutuhan, yang selanjutnya disampaikan kepada Badan Urusan Rumah Tangga.
(2) Legislation Board prepare a work plan and budget for the execution of their duties in accordance with the requirements, which is submitted to the Agency for Domestic Affairs.
Pasal 106
Article 106
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembentukan, susunan, tugas, dan mekanisme Badan Legislasi diatur dalam peraturan DPR tentang tata tertib.
Further provisions concerning the procedures for the establishment, composition, duties, and mechanisms of the Legislative Body is regulated in the House of order.
Paragraf 5
Paragraph 5
evaluasi,
Badan Anggaran
Budget Board
Pasal 107
Article 107
Badan Anggaran dibentuk oleh DPR dan merupakan alat kelengkapan DPR yang bersifat tetap.
Formed by the House Budget Committee and the House of Representatives that fittings are fixed.
Pasal 108
Article 108
(1) DPR menetapkan susunan dan keanggotaan Badan Anggaran berdasarkan representasi anggota dari setiap provinsi berdasarkan perimbangan dan pemerataan jumlah anggota setiap fraksi pada permulaan masa keanggotaan DPR dan permulaan tahun sidang.
(1) determine the composition and membership of the House of Representatives Budget Committee based on the representation of members from each province based on balance and equity of the number of members of each faction at the beginning of the membership period and the beginning of the session the House of Representatives.
(2) Keanggotaan Badan Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan penggantian oleh fraksi yang bersangkutan pada setiap masa sidang.
(2) Members of the Budget Committee as referred to in paragraph (1) can be carried out by the replacement of the relevant fractions at each session period.
(3) Susunan dan keanggotaan Badan Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas anggota dari setiap komisi yang dipilih oleh komisi dengan memperhatikan perimbangan jumlah anggota dan usulan fraksi.
(3) The structure and membership of the Budget Committee as referred to in paragraph (1) shall consist of members of each committee selected by the Commission having regard to the balance of the number of members and the proposed fractions.
Pasal 109
Article 109
(1) Pimpinan Badan Anggaran merupakan satu kesatuan pimpinan yang bersifat kolektif dan kolegial.
(1) The Governing Board is an integral Budget collective leadership and collegial.
(2) Pimpinan Badan Anggaran terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan paling banyak 3 (tiga) orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota Badan Anggaran dalam satu paket yang bersifat tetap berdasarkan usulan fraksi sesuai dengan prinsip musyawarah untuk mufakat.
(2) The Executive Board Budget Committee consists of 1 (one) Chair and a maximum of 3 (three) Vicechairman are elected from and by the members of the Budget Committee in a package that is still based on the proposal in accordance with the principles fraction of deliberation.
(3) Setiap fraksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat mengajukan 1 (satu) orang bakal calon pimpinan Badan Anggaran.
(3) Each fraction referred to in paragraph (2) may submit one (1) leadership hopefuls Budget Committee.
(4) Dalam hal pemilihan pimpinan Badan Anggaran berdasarkan musyawarah untuk mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak tercapai, keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.
(4) In the case of the leadership election Budget Committee based deliberation referred to in paragraph (2) is not reached, decisions are taken by majority vote.
(5) Pemilihan pimpinan Badan Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dalam rapat Badan Anggaran yang dipimpin oleh pimpinan DPR setelah penetapan susunan dan keanggotaan Badan Anggaran.
(5) leadership election Budget Committee referred to in paragraph (2) shall be conducted in the Budget Board meeting, led by the leader of the House of Representatives after the determination of the composition and membership of the Budget Committee.
(6) Pimpinan Badan Anggaran ditetapkan dengan
(6) The leadership of the Budget Committee are set
keputusan pimpinan DPR.
by the House leadership's decision.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihan pimpinan Badan Anggaran diatur dalam peraturan DPR tentang tata tertib.
(7) Further provisions on the procedure for electing the leadership of the Budget Committee of the House of Representatives is regulated in order.
Pasal 110
Article 110
(1) Badan Anggaran bertugas:
(1) Budget Committee in charge:
a. membahas bersama Pemerintah yang diwakili oleh menteri untuk menentukan pokok-pokok kebijakan fiskal secara umum dan prioritas anggaran untuk dijadikan acuan bagi setiap kementerian/lembaga dalam menyusun usulan anggaran;
a. discuss with the Government as represented by the Minister to determine the main points of a common fiscal policy and budget priorities to be used as a reference for each ministry / agency in preparing the budget proposal;
b. menetapkan pendapatan negara bersama b. set state revenues and the Government with Pemerintah dengan mengacu pada usulan komisi reference to the proposed commission related; yang berkaitan; c. membahas rancangan undang-undang tentang APBN bersama Presiden yang dapat diwakili oleh menteri mengenai alokasi anggaran untuk fungsi dan program Pemerintah dan dana alokasi transfer daerah dengan mengacu pada keputusan rapat kerja komisi dan Pemerintah;
c. discuss the draft law on the state budget with the President that can be represented by a minister on budget allocations for the functions and programs of the Government and the allocation of funds transfer area by referring to the decision of the commission's meeting and the Government;
d. melakukan sinkronisasi hasil pembahasan di komisi dan alat kelengkapan DPR lainnya mengenai rencana kerja dan anggaran kementerian/lembaga;
d. synchronize the results of the discussion in the House of Representatives commission and other fittings on the work plan and budget ministries / agencies;
e. melakukan sinkronisasi terhadap usulan program pembangunan daerah pemilihan yang diusulkan komisi;
e. synchronize to the proposed regional development programs proposed electoral commission;
f. membahas laporan realisasi dan perkiraan realisasi yang berkaitan dengan APBN; dan
f. discuss the report on the realization and realization estimates relating to the state budget; and
g. membahas pokok-pokok penjelasan atas rancangan undang-undang tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.
g. discuss the main points of explanation on the draft law on the accountability of the state budget.
(2) Badan Anggaran hanya membahas alokasi anggaran yang sudah diputuskan oleh komisi.
(2) The Budget Committee only discuss the budget allocation has been decided by the commission.
(3) Anggota komisi dalam Badan Anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108 ayat (3) harus mengupayakan alokasi anggaran yang diputuskan komisi dan menyampaikan hasil pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada komisi melalui rapat komisi.
(3) Members of the commission in the Budget Committee referred to in Article 108 paragraph (3) shall seek budget allocations decided commission and deliver the results of the implementation of the tasks referred to in paragraph (1) of the Commission through the commission meeting.
Pasal 111
Article 111
Badan Anggaran menyusun rencana kerja dan anggaran untuk pelaksanaan tugasnya sesuai dengan kebutuhan yang selanjutnya disampaikan kepada Badan Urusan Rumah Tangga.
Budget Committee prepare a work plan and budget for the performance of its duties in accordance with the requirements is submitted to the Agency for Domestic Affairs.
Pasal 112
Article 112
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembentukan, susunan, tugas, dan mekanisme kerja Badan Anggaran diatur dalam peraturan DPR tentang tata tertib.
Further provisions concerning the procedures for the establishment, composition, duties, and mechanism of action of the Budget Committee is regulated in the House of order.
Paragraf 6
Paragraph 6
Badan Kerja Sama Antar-Parlemen
Agency for Inter-Parliamentary Cooperation
Pasal 113
Article 113
Badan Kerja Sama Antar-Parlemen, yang selanjutnya disingkat BKSAP, dibentuk oleh DPR dan merupakan alat kelengkapan DPR yang bersifat tetap.
Agency for Inter-Parliamentary Cooperation, hereinafter referred to BKSAP, formed by the House of Representatives and the House of Representatives that fittings are fixed.
Pasal 114
Article 114
(1) DPR menetapkan susunan dan keanggotaan BKSAP pada permulaan masa keanggotaan DPR dan permulaan tahun sidang.
(1) Parliament shall determine the composition and membership BKSAP at the beginning of the membership period and the beginning of the session the House of Representatives.
(2) Keanggotaan BKSAP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan penggantian oleh fraksi yang bersangkutan pada setiap masa sidang.
(2) Membership BKSAP referred to in paragraph (1) can be carried out by the replacement of the relevant fractions at each session period.
(3) Jumlah anggota BKSAP ditetapkan dalam rapat paripurna DPR menurut perimbangan dan pemerataan jumlah anggota setiap fraksi.
(3) The number of members specified in BKSAP plenary meeting in balance and equalization number of members of each faction.
Pasal 115
Article 115
(1) Pimpinan BKSAP merupakan satu kesatuan pimpinan yang bersifat kolektif dan kolegial.
(1) Leadership is an integral BKSAP collective leadership and collegial.
(2) Pimpinan BKSAP terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan paling banyak 3 (tiga) orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota BKSAP dalam satu paket yang bersifat tetap berdasarkan usulan fraksi sesuai dengan prinsip musyawarah untuk mufakat.
(2) The head BKSAP consists of 1 (one) Chair and a maximum of 3 (three) Vice-chairman are elected from and by members BKSAP in a package that is still based on the proposal in accordance with the principles fraction of deliberation.
(3) Setiap fraksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat mengajukan 1 (satu) orang bakal calon pimpinan BKSAP.
(3) Each fraction referred to in paragraph (2) may submit one (1) person BKSAP leadership candidates.
(4) Dalam hal pemilihan pimpinan BKSAP (4) In the case of the leadership election BKSAP berdasarkan musyawarah untuk mufakat based deliberation referred to in paragraph (2) is not sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak tercapai, reached, decisions are taken by majority vote. keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.
(5) Pemilihan pimpinan BKSAP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dalam rapat BKSAP yang dipimpin oleh pimpinan DPR setelah penetapan susunan dan keanggotaan BKSAP.
(5) Election of chairman BKSAP referred to in paragraph (2) shall be conducted in BKSAP meeting led by the leader of the House of Representatives after the determination of the composition and membership BKSAP.
(6) Pimpinan BKSAP ditetapkan dengan keputusan pimpinan DPR.
(6) Chairman BKSAP determined by the House leadership's decision.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihan pimpinan BKSAP diatur dalam peraturan DPR tentang tata tertib.
(7) Further provisions on the procedure for electing the leadership BKSAP regulated in the House of order.
Pasal 116
Article 116
(1) BKSAP bertugas:
(1) BKSAP duty:
a. membina, mengembangkan, dan meningkatkan hubungan persahabatan dan kerja sama antara DPR dan parlemen negara lain, baik secara bilateral maupun multilateral, termasuk organisasi internasional yang menghimpun parlemen dan/atau anggota parlemen negara lain;
a. foster, develop, and enhance friendship and cooperation between the Parliament and parliamentary other countries, both bilaterally and multilaterally, including international organizations that raise the parliament and / or other state lawmakers;
b. menerima kunjungan delegasi parlemen negara lain yang menjadi tamu DPR;
b. received a parliamentary delegation visit other countries that became a House of Representatives;
c. mengoordinasikan kunjungan kelengkapan DPR ke luar negeri; dan
alat
c. coordinate the working visit to the House of Representatives fittings abroad; and
d. memberikan saran atau usul kepada pimpinan DPR tentang masalah kerja sama antarparlemen.
d. provide suggestions or proposals to the House leadership on the issue of cooperation antarparlemen.
(2) BKSAP membuat laporan kinerja pada akhir masa keanggotaan baik yang sudah maupun yang belum terselesaikan untuk dapat digunakan sebagai bahan oleh BKSAP pada masa keanggotaan berikutnya.
(2) BKSAP create a performance report at the end of the membership either already or not resolved to be used as an ingredient by BKSAP during the next membership.
Pasal 117
Article 117
BKSAP menyusun rencana kerja dan anggaran untuk pelaksanaan tugasnya sesuai dengan kebutuhan, yang selanjutnya disampaikan kepada Badan Urusan Rumah Tangga.
BKSAP prepare a work plan and budget for the execution of their duties in accordance with the requirements, which is submitted to the Agency for Domestic Affairs.
Pasal 118
Article 118
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembentukan, susunan, tugas, dan mekanisme kerja BKSAP diatur dalam peraturan DPR tentang tata tertib.
Further provisions concerning the procedures for the establishment, composition, duties, and working mechanisms BKSAP regulated in the House of order.
Paragraf 7
Paragraph 7
Mahkamah Kehormatan Dewan
Court Honor Board
kerja
Pasal 119
Article 119
(1) Mahkamah Kehormatan Dewan dibentuk oleh DPR dan merupakan alat kelengkapan DPR yang bersifat tetap.
(1) Court of Honor was established by Parliament and the Council of the House of Representatives that fittings are fixed.
(2) Mahkamah Kehormatan Dewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan menjaga serta menegakkan kehormatan dan keluhuran martabat DPR sebagai lembaga perwakilan rakyat.
(2) The Court Honor Board referred to in paragraph (1) aims to maintain and uphold the honor and dignity Parliament as a representative body of the people.
Pasal 120
Article 120
(1) DPR menetapkan susunan dan keanggotaan Mahkamah Kehormatan Dewan yang terdiri atas semua fraksi dengan memperhatikan perimbangan dan pemerataan jumlah anggota setiap fraksi pada permulaan masa keanggotaan DPR dan permulaan tahun sidang.
(1) Parliament shall determine the composition and membership of the Court of Honor Council consisting of all fractions with attention to balance and equitable distribution of the number of members of each faction at the beginning of the membership period and the beginning of the session the House of Representatives.
(2) Anggota Mahkamah Kehormatan Dewan berjumlah 17 (tujuh belas) orang dan ditetapkan dalam rapat paripurna.
(2) Members of the Court Honor Board amounted to 17 (seventeen) people and set in a plenary session.
Pasal 121
Article 121
(1) Pimpinan Mahkamah Kehormatan Dewan merupakan satu kesatuan pimpinan yang bersifat kolektif dan kolegial.
(1) The Supreme Honorary Chairman of the Board is an integral collective leadership and collegial.
(2) Pimpinan Mahkamah Kehormatan Dewan terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan paling banyak 2 (dua) orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota Mahkamah Kehormatan Dewan dalam satu paket yang bersifat tetap berdasarkan usulan fraksi sesuai dengan prinsip musyawarah untuk mufakat.
(2) The Supreme Honorary Chairman of the Board consists of 1 (one) Chair and a maximum of two (2) Vice-chairman are elected from and by the members of the Court of Honor of the Board in a package that is still based on the proposal in accordance with the principles fraction of deliberation.
(3) Setiap fraksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat mengajukan 1 (satu) orang bakal calon pimpinan Mahkamah Kehormatan Dewan.
(3) Each fraction referred to in paragraph (2) may submit one (1) leadership hopefuls Court Honor Board.
(4) Dalam hal pemilihan pimpinan Mahkamah Kehormatan Dewan berdasarkan musyawarah untuk mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak tercapai, keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.
(4) In case the Court's leadership election of Honorary Board based deliberation referred to in paragraph (2) is not reached, decisions are taken by majority vote.
(5) Pemilihan pimpinan Mahkamah Kehormatan Dewan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dalam rapat Mahkamah Kehormatan Dewan yang dipimpin oleh pimpinan DPR setelah penetapan susunan dan keanggotaan Mahkamah Kehormatan Dewan.
(5) Election of Honorary Court's leadership council as referred to in paragraph (2) shall be conducted in the Court of Honor Council meeting headed by the leader of the House of Representatives after the determination of the composition and membership of the Court Honor Board.
(6)
(6) Honorary Chairman of the Board are set by the
Pimpinan Mahkamah Kehormatan Dewan
ditetapkan dengan keputusan pimpinan DPR.
Court's decision the House leadership.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihan pimpinan Mahkamah Kehormatan Dewan diatur dalam peraturan DPR tentang tata tertib.
(7) Further provisions on the procedure for electing the leadership of the Council of Honor Court is regulated in the House of order.
Pasal 122
Article 122
(1) Mahkamah Kehormatan Dewan bertugas melakukan penyelidikan dan verifikasi atas pengaduan terhadap anggota karena:
(1) Court Honor Board in charge of the investigation and verification of complaints against members because:
a. tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 81;
a. not carry out the obligations referred to in Article 81;
b. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap sebagai anggota DPR selama 3 (tiga) bulan berturut-turut tanpa keterangan yang sah;
b. unable to carry out tasks on an ongoing basis or unavailable remain as a member of the House of Representatives for three (3) consecutive months without valid information;
c. tidak lagi memenuhi syarat sebagai anggota DPR sebagaimana ketentuan mengenai syarat calon anggota DPR yang diatur dalam undangundang mengenai pemilihan umum anggota DPR, DPD, dan DPRD; dan/atau
c. no longer qualifies as a member of the House of Representatives as the provisions on candidates for DPR conditions stipulated in the law regarding the election of members of DPR, DPD, and the legislature; and / or
d. melanggar ketentuan larangan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
d. violate the prohibition as provided for in this Act.
(2) Selain tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Mahkamah Kehormatan Dewan melakukan evaluasi dan penyempurnaan peraturan DPR tentang kode etik DPR.
(2) In addition to the task referred to in paragraph (1), the Court of Honor Council evaluating and improving the regulations of the code of ethics Parliament House of Representatives.
(3) Mahkamah Kehormatan Dewan berwenang memanggil pihak yang berkaitan dan melakukan kerja sama dengan lembaga lain.
(3) The Court has the authority to call the Honorary Board of relating and working with the other agencies.
Pasal 123
Article 123
Mahkamah Kehormatan Dewan menyusun rencana kerja dan anggaran setiap tahun sesuai dengan kebutuhan, yang selanjutnya disampaikan kepada Badan Urusan Rumah Tangga.
Court Honor Board prepare a work plan and budget each year in accordance with the requirements, which is submitted to the Agency for Domestic Affairs.
Pasal 124
Article 124
(1) Pelanggaran yang tidak memerlukan pengaduan adalah pelanggaran yang dilakukan oleh anggota DPR berupa:
(1) Violations that do not require the complaint are violations committed by members of the House in the form of:
a. ketidakhadiran dalam rapat DPR yang menjadi kewajibannya;
a. absence in the board meeting that it was his duty;
b. tertangkap tangan melakukan tindak pidana; atau
b. caught committing a crime; or
c.
c. convicted of a criminal offense with a penalty of
terbukti melakukan tindak pidana dengan
ancaman pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan telah memperoleh putusan yang berkekuatan hukum tetap.
imprisonment of at least five (5) years and has obtained a legally binding decision.
(2) Penanganan pelanggaran yang tidak memerlukan pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan berdasarkan:
(2) Handling of violations that do not require the complaint referred to in paragraph (1) shall be based on:
a. hasil verifikasi; dan
a. verification results; and
b. usulan anggota Mahkamah Kehormatan Dewan.
b. proposed members of the Court of Honor Council.
(3) Rapat Mahkamah Kehormatan Dewan memutuskan tindak lanjut terhadap penanganan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(3) Meetings of the Board of Honor Court decided to follow up on the handling of violations referred to in paragraph (2).
(4) Mahkamah Kehormatan Dewan menyampaikan pemberitahuan kepada pimpinan DPR atas keputusan tindak lanjut penanganan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
(4) The Court of Honor Council give notice to the House leadership's decision subsequent handling of violations referred to in paragraph (3).
Pasal 125
Article 125
(1) Aduan yang diajukan kepada Mahkamah Kehormatan Dewan paling sedikit memuat:
(1) The complaint submitted to the Court of Honor of the Board at least contain:
a. identitas pengadu;
a. identity of the complainant;
b. identitas teradu; dan
b. teradu identity; and
c. uraian peristiwa yang diduga pelanggaran.
c. description of the events alleged violation.
(2) Identitas pengadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilengkapi identitas diri yang sah paling sedikit meliputi:
(2) The identity of the complainant referred to in paragraph (1) a valid identity comes at least include:
a. nama lengkap;
a. full name;
b. tempat tanggal lahir/umur;
b. place and date of birth / age;
c. jenis kelamin;
c. gender;
d. pekerjaan;
d. work;
e. kewarganegaraan; dan
e. citizenship; and
f. alamat lengkap/domisili.
f. address / domicile.
(3) Dalam hal pengadu adalah kelompok atau organisasi, identitas pengadu dilengkapi akta notaris, struktur organisasi, atau anggaran dasar/anggaran rumah tangga organisasi beserta domisili hukum yang dapat dihubungi.
(3) If the complainant is a group or organization, the identity of the complainant comes notarization, organizational structure, or the articles of association / organization's bylaws and its legal domicile can be contacted.
(4) Identitas teradu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b paling sedikit meliputi:
(4) The identity teradu referred to in paragraph (1) letter b shall at least include:
a. nama lengkap;
a. full name;
b. nomor anggota;
b. number of members;
c. daerah pemilihan; dan
c. constituency; and
d. fraksi/partai politik.
d. faction / political party.
(5) Uraian peristiwa yang diduga pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi uraian singkat fakta perbuatan yang dilakukan oleh teradu dengan kejelasan tempat dan waktu terjadinya disertai bukti awal.
(5) Description of the events alleged offense referred to in paragraph (1) letter c includes a brief description of the actions performed by the fact teradu with clarity accompanied place and time of the initial evidence.
(6) Aduan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibacakan kepada pengadu dan ditandatangani atau diberi cap jempol pengadu.
(6) Complaints offense referred to in paragraph (1) read to the complainant and signed or stamped thumb complainant.
Pasal 126
Article 126
(1) Pengaduan kepada Mahkamah Kehormatan Dewan dapat disampaikan oleh:
(1) The complaint to the Court of Honor of the Board may be submitted by:
a. pimpinan DPR atas aduan anggota DPR terhadap anggota DPR;
a. House leaders on complaints against members of the House members of Parliament;
b. anggota DPR terhadap pimpinan DPR atau pimpinan alat kelengkapan DPR lainnya; dan
b. members of the House to House leaders or leaders of the House of other fittings; and
c. masyarakat secara perseorangan atau kelompok terhadap anggota DPR, pimpinan DPR, atau pimpinan alat kelengkapan DPR lainnya.
c. society as individuals or groups against members of the House of Representatives, House leaders, or leaders of the House other fittings.
(2) Pengaduan disampaikan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dan ditandatangani atau diberi cap jempol oleh pengadu.
(2) The complaint submitted in writing in Indonesian and signed or given thumbprint by the complainant.
Pasal 127
Article 127
Pengaduan pelanggaran terhadap anggota DPR tidak dapat diproses apabila teradu:
Complaints of violations against members of Parliament can not be processed if teradu:
a. meninggal dunia;
a. died;
b. telah mengundurkan diri; atau
b. has resigned; or
c. telah ditarik keanggotaannya oleh partai politik.
c. has withdrawn its membership by political parties.
Pasal 128
Article 128
(1) Mahkamah Kehormatan Dewan dapat mengumpulkan alat bukti, baik sebelum maupun pada saat sidang Mahkamah Kehormatan Dewan.
(1) Court of Honor Council may collect evidence, both before and during the trial Court Honor Board.
(2) Pengumpulan alat bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dengan mencari fakta guna mencari kebenaran suatu aduan atau kebenaran
(2) The collection of evidence referred to in paragraph (1) can be done by searching for the truth of a fact or truth complaint obtained evidence in the
alat bukti yang didapatkan dalam sidang Mahkamah Kehormatan Dewan.
trial Court Honor Board.
(3) Dalam rangka melaksanakan tugas pengumpulan alat bukti, Mahkamah Kehormatan Dewan dapat meminta bantuan kepada ahli atau pakar yang memahami materi pelanggaran yang diadukan.
(3) In order to carry out the task of gathering evidence, the Court Honor Board may request the assistance of experts or specialists who understand the material breach of the complaint.
Pasal 129
Article 129
Mahkamah Kehormatan Dewan wajib merahasiakan materi aduan dan proses verifikasi sampai dengan perkara diputus.
Court of Honor Council shall keep complaints material and the verification process until the case is disconnected.
Pasal 130
Article 130
(1) Mahkamah Kehormatan Dewan memutuskan untuk menindaklanjuti atau tidak menindaklanjuti pengaduan berdasarkan kelengkapan alat bukti.
(1) Court of Honor Council decided to follow or not follow up on complaints based on the completeness of the evidence.
(2) Selain memutuskan untuk menindaklanjuti pengaduan berdasarkan kelengkapan alat bukti, Mahkamah Kehormatan Dewan dapat menindaklanjuti atau tidak menindaklanjuti pelanggaran yang tidak memerlukan pengaduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 124 ayat (1).
(2) In addition to deciding to follow up on complaints based on the completeness of the evidence, the Court of Honor Council may follow or not follow up on violations that do not require the complaint referred to in Article 124 paragraph (1).
(3) Dalam hal Mahkamah Kehormatan Dewan memutuskan untuk menindaklanjuti pengaduan, materi aduan disampaikan kepada teradu dan pimpinan fraksi teradu secara resmi paling lama 14 (empat belas) Hari setelah Mahkamah Kehormatan Dewan memutuskan untuk menindaklanjuti pengaduan.
(3) In the event that the Court Honor Board decided to follow up on complaints, complaint material submitted to teradu and faction leaders formally teradu later than 14 (fourteen) days after the Court of Honor Council decided to follow up on complaints.
Pasal 131
Article 131
(1) Sidang Mahkamah Kehormatan Dewan meliputi:
(1) The trial Court Honor Board include:
a. mendengarkan pokok diajukan oleh pengadu;
a. listen to the subject matter raised by the complainant;
permasalahan
yang
b. mendengarkan keterangan teradu;
b. hear testimony teradu;
c. memeriksa alat bukti; dan
c. examine the evidence; and
d. mendengarkan pembelaan teradu.
d. listen teradu defense.
(2) Dalam hal pelanggaran yang tidak memerlukan pengaduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 124 ayat (1) sidang Mahkamah Kehormatan Dewan dilakukan tanpa mendengarkan keterangan dari pengadu.
(2) In the case of violations that do not require the complaint referred to in Article 124 paragraph (1) the trial Court Honor Board conducted without hearing the testimony of the complainant.
Pasal 132
Article 132
(1) Sidang Mahkamah Kehormatan Dewan bersifat tertutup.
(1) The trial Court Honor Board are closed.
(2) Mahkamah Kehormatan Dewan wajib menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh dalam sidang Mahkamah Kehormatan Dewan.
(2) The Court of Honor Council shall maintain the confidentiality of information obtained in the trial Court Honor Board.
Pasal 133
Article 133
(1) Pimpinan Mahkamah Kehormatan Dewan menetapkan Hari sidang pertama untuk mendengarkan pokok permasalahan yang diadukan oleh pengadu paling lama 14 (empat belas) Hari terhitung sejak pengaduan diputuskan untuk ditindaklanjuti dalam sidang Mahkamah Kehormatan Dewan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 130 ayat (3).
(1) The Supreme Honorary Chairman of the Board establishes the first trial day to listen to the subject matter of the complaint by the complainant no later than 14 (fourteen) days from the date the complaint was decided to follow up in the council Honorary Board referred to in Article 130 paragraph (3).
(2) Mahkamah Kehormatan Dewan tidak menanggung segala biaya yang muncul berkaitan dengan pengaduan.
(2) The Court Honor Board does not bear any costs arising in connection with the complaint.
Pasal 134
Article 134
Pimpinan Mahkamah Kehormatan Dewan menetapkan Hari sidang kedua untuk mendengarkan keterangan teradu paling lama 14 (empat belas) Hari terhitung sejak pengadu didengarkan dalam sidang pertama Mahkamah Kehormatan Dewan.
Governing Council Honorary Court set to hear the second trial day teradu information no later than 14 (fourteen) days from the date the complainant to be heard in the first session of the Court of Honor Council.
Pasal 135
Article 135
(1) Mahkamah Kehormatan Dewan menyampaikan surat panggilan sidang kepada teradu dengan tembusan kepada pimpinan fraksi teradu paling lambat 7 (tujuh) Hari sebelum sidang Mahkamah Kehormatan Dewan.
(1) Court Honor Board hearing summons to teradu with a copy to the faction leaders teradu later than 7 (seven) days before the trial Court Honor Board.
(2) Teradu dapat tidak memenuhi panggilan sidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan alasan sakit yang memerlukan perawatan secara intensif atau rawat inap yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter.
(2) Teradu can not meet the subpoena referred to in subsection (1) by reason of illness requiring intensive care or hospitalization as evidenced by a medical certificate.
(3) Teradu dapat tidak memenuhi panggilan sidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan alasan melaksanakan tugas negara yang dibuktikan dengan surat keputusan pimpinan DPR dan surat keterangan pimpinan komisi atau pimpinan fraksi.
(3) Teradu can not call on the hearing referred to in paragraph (1) by reason of carrying out the task of the state as evidenced by a decision of the House leadership and the leadership of the commission certificate or faction leaders.
Pasal 136
Article 136
(1) Teradu wajib hadir sendiri dan tidak dapat menguasakan kepada pihak lain atau tidak dapat didampingi oleh penasihat hukum dalam setiap tahap sidang Mahkamah Kehormatan Dewan.
(1) Teradu shall present themselves and can not authorize any other party or may not be accompanied by legal counsel at every stage of the trial Court Honor Board.
(2) Dalam hal teradu tidak menghadiri panggilan sidang dengan alasan sakit dan tugas negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 135 ayat (2) dan ayat (3), sidang ditunda.
(2) In the case teradu not attend the hearing calls in sick and state duties as referred to in Article 135 paragraph (2) and paragraph (3), the trial was postponed.
(3) Jangka waktu penundaan sebagaimana dimaksud (3) The delay period referred to in paragraph (2) not pada ayat (2) paling lama 30 (tiga puluh) Hari later than 30 (thirty) days as from the first call. terhitung sejak panggilan pertama. (4) Surat panggilan disampaikan paling banyak 3 (tiga) kali dengan jangka waktu 3 (tiga) Hari sejak panggilan sebelumnya.
(4) The summons was delivered at most 3 (three) times in a period of 3 (three) days since the previous call.
(5) Jika teradu tidak memenuhi panggilan Mahkamah Kehormatan Dewan sebanyak 3 (tiga) kali tanpa alasan yang sah, Mahkamah Kehormatan Dewan melakukan sidang untuk mengambil putusan dengan tanpa dihadiri teradu.
(5) If teradu not call on the Court Honor Board for three (3) times without any valid reason, the Court Honor Board convened to take a decision with no teradu attended.
Pasal 137
Article 137
(1) Pengadu mengajukan alat bukti membuktikan kebenaran pengaduannya.
untuk
(1) The complainant submitted evidence to prove the truth of the complaint.
(2) Teradu berhak mengajukan pembelaan terhadap pengaduan yang diajukan oleh pengadu.
(2) Teradu entitled to file a defense to a complaint filed by the complainant.
(3) Mahkamah Kehormatan Dewan dapat meminta alat bukti lain kepada pihak ketiga.
(3) the Court Honor Board may request other evidence to a third party.
Pasal 138
Article 138
Alat bukti yang dipakai dalam sidang Mahkamah Kehormatan Dewan meliputi:
Evidence used in the trial Court Honor Board include:
a. keterangan saksi;
a. witness testimony;
b. keterangan ahli;
b. expert testimony;
c. surat;
c. letters;
d. data atau informasi yang dapat dilihat, dibaca, dan/atau didengar yang dapat dikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatu sarana, baik yang tertuang di atas kertas, benda fisik apa pun selain kertas, maupun yang terekam secara elektronik atau optik yang berupa tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, huruf, tanda, angka, atau perforasi yang memiliki makna, keterangan pengadu dan teradu; dan
d. data or information that can be seen, read and / or heard that may be issued with or without the help of a facility, either on paper, physical objects anything other than paper, or electronically or optics in the form of text, voice, drawings, maps, plans, photographs, letters, signs, numbers, or perforation that have meaning, information and teradu complainant; and
e. petunjuk lain.
e. Another clue.
Pasal 139
Article 139
(1) Keterangan saksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 138 huruf a, dapat disampaikan oleh saksi yang diajukan:
(1) Statement of witness referred to in Article 138 letter a, may be submitted by witnesses offered:
a. pengadu;
a. complainant;
b. teradu; dan/atau
b. teradu; and / or
c. Mahkamah Kehormatan Dewan.
c. Court Honor Board.
(2) Saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipanggil oleh Mahkamah Kehormatan Dewan untuk memberikan keterangan di sidang Mahkamah Kehormatan Dewan.
(2) The witness referred to in subsection (1) is invoked by the Court of Honor Council to give testimony in the trial Court Honor Board.
(3) Panggilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan secara tertulis dan harus sudah diterima oleh saksi paling lambat 3 (tiga) Hari sebelum sidang Mahkamah Kehormatan Dewan.
(3) The call referred to in paragraph (2) shall be submitted in writing and must be received by the witness later than 3 (three) days before the trial Court Honor Board.
Pasal 140
Article 140
(1) Pemeriksaan saksi meliputi:
(1) The examination of witnesses include:
a. identitas saksi; dan
a. the identity of the witness; and
b. pengetahuan saksi tentang materi aduan yang sedang diverifikasi.
b. knowledge about the material witness complaint being verified.
(2) Identitas saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
(2) The identity of the witness referred to in paragraph (1) letter a covering:
a. nama lengkap;
a. full name;
b. tempat tanggal lahir/umur;
b. place and date of birth / age;
c. jenis kelamin;
c. gender;
d. pekerjaan; dan
d. work; and
e. alamat/domisili yang dibuktikan dengan kartu tanda penduduk atau identitas resmi lainnya.
e. address / domicile as evidenced by a national identity card or other official identity.
(3) Pengetahuan saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terbatas pada apa yang dilihat, didengar, dan dialami sendiri.
(3) Knowledge of the witness referred to in paragraph (1) letter b is limited to what is seen, heard, and experienced myself.
(4) Saksi wajib disumpah sebelum didengarkan keterangannya.
(4) The witness shall be sworn before heard his statement.
Pasal 141
Article 141
(1) Keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam Pasal 138 huruf b, dapat disampaikan oleh ahli yang diajukan:
(1) Description of experts referred to in Article 138 paragraph b, can be delivered by experts presented:
a. pengadu;
a. complainant;
b. teradu; dan/atau
b. teradu; and / or
c. Mahkamah Kehormatan Dewan.
c. Court Honor Board.
(2) Ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipanggil oleh Mahkamah Kehormatan Dewan untuk memberikan keterangan dalam sidang Mahkamah Kehormatan Dewan.
(2) The expert referred to in paragraph (1) is invoked by the Court of Honor Council to give testimony in the trial Court Honor Board.
(3) Panggilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan secara tertulis dan harus sudah diterima oleh ahli paling lambat 3 (tiga) Hari sebelum sidang Mahkamah Kehormatan Dewan.
(3) The call referred to in paragraph (2) shall be submitted in writing and must be received by the experts at the latest three (3) days before the trial Court Honor Board.
(4) Ahli wajib disumpah sebelum didengarkan keterangannya.
(4) The expert shall be sworn before heard his statement.
Pasal 142
Article 142
(1) Pemeriksaan ahli meliputi:
(1) Examination of experts includes:
a. identitas ahli; dan
a. the identity of the expert; and
b. pengetahuan ahli berkenaan dengan materi aduan yang sedang diperiksa atau alat bukti surat dan data informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 138 huruf c dan huruf d.
b. expert knowledge with regard to the material being examined complaints or documentary evidence and data information referred to in Article 138 c and d.
(2) Identitas ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
(2) The identity of the expert referred to in paragraph (1) letter a covering:
a. nama lengkap;
a. full name;
b. tempat, tanggal lahir/umur;
b. place, date of birth / age;
c. jenis kelamin;
c. gender;
d. pekerjaan;
d. work;
e. alamat/domisili; dan
e. address / domicile; and
f. keahlian.
f. expertise.
(3) Pengetahuan ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, didasarkan pada pendidikan, keahlian, dan pengalamannya.
(3) Knowledge of experts referred to in paragraph (1) letter b, based on education, skills, and experience.
Pasal 143
Article 143
(1) Mahkamah Kehormatan Dewan menilai alat bukti yang diajukan dalam pemeriksaan dengan memperhatikan persesuaian antara alat bukti yang
(1) Court of Honor Council assess the evidence presented in the examination with attention to correspondence between the evidence and other
satu dan alat bukti yang lain.
evidence.
(2) Mahkamah Kehormatan Dewan menentukan sah-tidaknya alat bukti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 138.
(2) The Court Honor Board determines whether or not legitimate evidence referred to in Article 138.
Pasal 144
Article 144
(1) Dalam hal teradu adalah pimpinan dan/atau anggota Mahkamah Kehormatan Dewan dan pengaduan dinyatakan memenuhi syarat dan lengkap dalam sidang Mahkamah Kehormatan Dewan, Mahkamah Kehormatan Dewan memberitahukan kepada pimpinan DPR dan pimpinan fraksi bahwa teradu akan diproses lebih lanjut.
(1) In the case teradu are leaders and / or members of the Board and complaints Honor Court declared eligible and complete the trial Court Honor Board, Court Honor Board told the House leaders and faction leaders that teradu be processed further.
(2) Setelah menerima pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pimpinan DPR menonaktifkan sementara waktu pimpinan dan/atau anggota Mahkamah Kehormatan Dewan yang diadukan.
(2) Upon receipt of the notification referred to in paragraph (1), the House leadership temporarily disable leaders and / or members of the Court of Honor Council complained.
(3) Dalam hal Mahkamah Kehormatan Dewan memutus teradu tidak terbukti melakukan pelanggaran sebagaimana yang diadukan, kedudukannya sebagai pimpinan dan/atau anggota Mahkamah Kehormatan Dewan diaktifkan kembali oleh pimpinan DPR.
(3) In the event that the Court Honor Board teradu decide not guilty of the violation as a reticent, his position as leaders and / or members of the Court of Honor Council reactivated by the House leadership.
Pasal 145
Article 145
(1) Putusan Mahkamah Kehormatan Dewan didasarkan atas:
(1) Decision of the Court of Honor of the Board is based on:
a. asas kepatutan, moral, dan etika;
a. merit, morals, and ethics;
b. fakta dalam hasil sidang Mahkamah Kehormatan Dewan;
b. fact the results of the trial Court Honor Board;
c. fakta dalam pembuktian;
c. facts in evidence;
d. fakta dalam pembelaan; dan
d. facts in defense; and
e. Tata Tertib dan Kode Etik.
e. Rules and Code of Ethics.
(2) Anggota, pimpinan fraksi, dan/atau pimpinan DPR dilarang melakukan upaya intervensi terhadap putusan Mahkamah Kehormatan Dewan.
(2) Members, faction leaders, and / or the House leaders are prohibited from intervention efforts against the decision of the Court of Honor Council.
(3) Upaya intervensi terhadap putusan Mahkamah Kehormatan Dewan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan pelanggaran Kode Etik dan akan diproses oleh Mahkamah Kehormatan Dewan.
(3) Efforts to intervene against the decision of the Court of Honor of the Board referred to in subsection (2) constitutes a violation of the Code and will be processed by the Court Honor Board.
Pasal 146
Article 146
(1) Putusan dalam sidang Mahkamah Kehormatan Dewan diambil dengan cara musyawarah untuk mufakat.
(1) The verdict in the trial Court Honor Board is taken by way of deliberation.
(2) Dalam hal pengambilan putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak terpenuhi, putusan diambil berdasarkan suara terbanyak.
(2) In the case of making the decision as referred to in paragraph (1) is not fulfilled, the decision was taken by majority vote.
(3) Setiap putusan Mahkamah Kehormatan Dewan harus memuat:
(3) Every decision of the Court of Honor Council shall contain:
a. kepala putusan berbunyi DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DAN DEMI KEHORMATAN DPR;
a. head of the ruling reads BY THE GRACE OF GOD ALMIGHTY AND BY HONOR Parliament;
b. identitas teradu;
b. teradu identity;
c. ringkasan aduan;
c. a summary of the complaint;
d. pertimbangan terhadap fakta yang terungkap dari keterangan pengadu dan teradu;
d. consideration of the facts revealed by the statement the complainant and teradu;
e. pertimbangan terhadap fakta yang terungkap dalam pembuktian;
e. consideration of the facts revealed in the proof;
f. pertimbangan terhadap fakta yang terungkap dalam pembelaan;
f. consideration of the facts revealed in the defense;
g. pertimbangan hukum dan etika yang menjadi dasar putusan;
g. legal and ethical considerations are the basis for the decision;
h. amar putusan;
h. verdict;
i. hari dan tanggal putusan; dan
i. day and date of the decision; and
j. nama dan tanda tangan paling sedikit 1 (satu) orang pimpinan Mahkamah Kehormatan Dewan.
j. name and signature of at least 1 (one) person Honor Court's leadership council.
Pasal 147
Article 147
(1) Putusan Mahkamah Kehormatan Dewan bersifat final dan mengikat, kecuali mengenai putusan pemberhentian tetap anggota.
(1) Decision of the Court of Honor of the Board shall be final and binding, except on the decision of dismissal remain a member.
(2) Putusan Mahkamah Kehormatan Dewan mengenai pemberhentian tetap anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapatkan persetujuan rapat paripurna.
(2) Decision of the Court of Honor of the Board of dismissal remain members referred to in subsection (1) must be approved by a plenary session.
(3) Dalam hal putusan Mahkamah Kehormatan Dewan mengenai pemberhentian tetap anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (2), putusan berlaku sejak tanggal mendapatkan persetujuan rapat paripurna.
(3) In the event that the Court's decision regarding the dismissal remains Honorary Board member referred to in paragraph (2), the decision applies from the date of approval plenary session.
(4) Amar putusan berbunyi:
(4) Amar decision reads:
a. menyatakan teradu tidak terbukti melanggar; atau
a. stated teradu not proven to have violated; or
b. menyatakan teradu terbukti melanggar.
b. stated teradu it violates.
(5) Dalam hal teradu tidak terbukti melanggar sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a, putusan disertai rehabilitasi kepada teradu.
(5) In the case teradu not proven to violate referred to in paragraph (4) letter a, accompanied decision to teradu rehabilitation.
(6) Mahkamah Kehormatan Dewan menyampaikan putusan rehabilitasi kepada pimpinan DPR dengan tembusan kepada pimpinan fraksi dari anggota yang bersangkutan paling lama 5 (lima) Hari sejak tanggal putusan berlaku.
(6) Court of Honor Council decision conveyed to the leadership of the House rehabilitation with a copy to the faction leaders of the member concerned not later than 5 (five) days from the date of the decision applies.
(7) Putusan rehabilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (6) diumumkan dalam rapat paripurna DPR yang pertama sejak diterimanya putusan Mahkamah Kehormatan Dewan oleh pimpinan DPR dan dibagikan kepada semua anggota DPR.
(7) The decision of rehabilitation as referred to in paragraph (6) shall be announced in the first plenary meeting of the receipt of the decision of the Court of Honor Council by House leaders and distributed to all members of Parliament.
(8) Dalam hal teradu terbukti melanggar sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b, putusan disertai dengan sanksi kepada teradu berupa:
(8) In the event that it violates teradu referred to in paragraph (4) b, the decision is accompanied by sanctions to teradu form:
a. sanksi ringan dengan teguran lisan atau teguran tertulis;
a. mild sanctions with verbal warning or written reprimand;
b. sanksi sedang dengan pemindahan keanggotaan pada alat kelengkapan DPR atau pemberhentian dari jabatan pimpinan DPR atau pimpinan alat kelengkapan DPR; atau
b. sanctions are the removal of membership in the House of Representatives fittings or dismissal from the post of House leaders or leaders of the House of Representatives fittings; or
c. sanksi berat dengan pemberhentian sementara paling singkat 3 (tiga) bulan atau pemberhentian tetap sebagai anggota DPR.
c. severely penalized with a suspension for a minimum of 3 (three) months or dismissal remain as a member of Parliament.
Pasal 148
Article 148
(1) Dalam hal Mahkamah Kehormatan Dewan menangani kasus pelanggaran kode etik yang bersifat berat dan berdampak pada sanksi pemberhentian, Mahkamah Kehormatan Dewan harus membentuk panel sidang pelanggaran kode etik anggota DPR.
(1) In the event that the Court Honor Board handles cases of violations of the code of conduct that is severe and affect the sanction of dismissal, the Court Honor Board should establish a code of conduct violation hearing panel member of the House of Representatives.
(2) Panel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas 3 (tiga) orang anggota Mahkamah Kehormatan Dewan dan 4 (empat) orang dari unsur masyarakat.
(2) The panel referred to in paragraph (1) shall consist of three (3) members of the Court Honor Board and four (4) persons from the community.
(3) Putusan panel sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada rapat paripurna untuk mendapat persetujuan terhadap pemberhentian tetap anggota DPR.
(3) Decisions of the panel referred to in paragraph (2) shall be submitted to the plenary meeting for approval of the dismissal of permanent members of the House of Representatives.
Pasal 149
Article 149
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembentukan Mahkamah Kehormatan Dewan, tata cara pengenaan sanksi, tata cara pembentukan panel, dan tata cara sidang pelanggaran kode etik DPR diatur dalam peraturan DPR.
Further provisions on the procedure for the establishment of the Court of Honor Council, sanctioning procedures, procedures for the establishment of the panel, and procedures for code violations Parliament session pursuant to the rules of the House.
Paragraf 8
Paragraph 8
Badan Urusan Rumah Tangga
Household Affairs Agency
Pasal 150
Article 150
Badan Urusan Rumah Tangga, yang selanjutnya disingkat BURT, dibentuk oleh DPR dan merupakan alat kelengkapan DPR yang bersifat tetap.
Household Agency, hereinafter referred Affairs Committee, formed by the House of Representatives and the House of Representatives that fittings are fixed.
Pasal 151
Article 151
(1) DPR menetapkan susunan dan keanggotaan BURT pada permulaan masa keanggotaan DPR dan permulaan tahun sidang.
(1) Parliament shall determine the composition and membership Affairs Committee at the beginning of the membership period and the beginning of the session the House of Representatives.
(2) Jumlah anggota BURT paling banyak 25 (dua puluh lima) orang atas usul komisi dan fraksi berdasarkan perimbangan dan pemerataan jumlah anggota setiap fraksi di komisi yang ditetapkan dalam rapat paripurna DPR.
(2) The number of members of BURT maximum of 25 (twenty five) people at the proposal of the commission and fractions based on balance and equity of the number of members of each faction in the commission set out in the plenary session of the Parliament.
Pasal 152
Article 152
(1) Pimpinan BURT merupakan satu kesatuan pimpinan yang bersifat kolektif dan kolegial.
(1) Leadership is an integral BURT collective leadership and collegial.
(2) Pimpinan BURT terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan paling banyak 3 (tiga) orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota BURT dalam satu paket yang bersifat tetap berdasarkan usulan fraksi sesuai dengan prinsip musyawarah untuk mufakat.
(2) The head Affairs Committee consists of 1 (one) Chair and a maximum of 3 (three) Vice-chairman are elected from and by members BURT in a package that is still based on the proposal in accordance with the principles fraction of deliberation.
(3) Setiap fraksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat mengajukan 1 (satu) orang bakal calon pimpinan BURT.
(3) Each fraction referred to in paragraph (2) may submit one (1) BURT leadership hopefuls.
(4) Dalam hal pemilihan pimpinan BURT (4) In the case of the leadership election BURT berdasarkan musyawarah untuk mufakat based deliberation referred to in paragraph (2) is not sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak tercapai, reached, decisions are taken by majority vote. keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak. (5) Penetapan pimpinan BURT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dalam rapat BURT yang dipimpin oleh pimpinan DPR setelah
(5) Determination of leadership Affairs Committee referred to in paragraph (2) shall be conducted in a meeting Affairs Committee led by leaders of the House after the determination of the composition and
penetapan susunan dan keanggotaan BURT.
membership BURT.
(6) Pimpinan BURT ditetapkan dengan keputusan pimpinan DPR.
(6) Chairman BURT determined by the House leadership's decision.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihan pimpinan BURT diatur dalam peraturan DPR tentang tata tertib.
(7) Further provisions on the procedure for electing the leadership of the House Affairs Committee pursuant to the rules of order.
Pasal 153
Article 153
BURT bertugas:
BURT duty:
a. menetapkan arah kebijakan umum pengelolaan anggaran DPR untuk setiap tahun anggaran dan diserahkan kepada Sekretaris Jenderal DPR untuk dilaksanakan;
a. establishes the general policy direction of the management of the parliamentary budget for each fiscal year and submitted to the Secretary General of Parliament to be implemented;
b. menyusun rencana kerja dan anggaran DPR secara mandiri yang dituangkan dalam program dan kegiatan setiap tahun berdasarkan usulan dari alat kelengkapan DPR dan fraksi;
b. prepare a work plan and budget of the House independently as outlined in the programs and activities of each year based on the proposal of the House of Representatives and the fraction fittings;
c. dalam menyusun program dan kegiatan DPR sebagaimana dimaksud dalam huruf b, BURT dapat menyusun standar biaya khusus dan mengajukannya kepada pemerintah untuk dibahas bersama;
c. the design of programs and activities of Parliament referred to in paragraph b, BURT can arrange a special fee standards and submitted it to the government to be discussed together;
d. melakukan pengawasan terhadap Sekretariat Jenderal DPR dalam pelaksanaan kebijakan kerumahtanggaan DPR sebagaimana dimaksud dalam huruf a, termasuk pelaksanaan dan pengelolaan anggaran DPR;
d. to supervise the implementation of the General Secretariat of the House of Representatives in the House Domestic policies referred to in paragraph a, including the implementation and management of the House's budget;
e. melakukan koordinasi dengan alat kelengkapan DPD dan alat kelengkapan MPR yang berhubungan dengan kerumahtanggaan DPR, DPD, dan MPR yang ditugasi oleh pimpinan DPR berdasarkan hasil rapat Badan Musyawarah;
e. coordinate with DPD fittings and fittings associated with domesticity MPR DPR, DPD, and MPR are assigned by the House leadership based on the Consultative Council meeting;
f. menyampaikan hasil keputusan dan arah kebijakan umum anggaran tahunan DPR sebagaimana dimaksud dalam huruf a dalam rapat paripurna DPR untuk mendapatkan persetujuan;
f. present the results of decisions and public policies toward the annual budget of the House referred to in the letter a in the plenary session of the Parliament for approval;
g. menyampaikan laporan kinerja dalam rapat paripurna DPR yang khusus diadakan untuk itu.
g. submit performance reports in a special plenary meeting held for that.
Pasal 154
Article 154
BURT menyusun rencana kerja dan anggaran untuk pelaksanaan tugasnya sesuai dengan kebutuhan.
BURT prepare a work plan and budget for the performance of its duties as required.
Pasal 155
Article 155
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembentukan, susunan, tugas dan mekanisme kerja
Further provisions concerning the procedures for the establishment, composition, duties and working
BURT diatur dalam peraturan DPR tentang tata tertib.
mechanism BURT regulated in the House of order.
Paragraf 9
Paragraph 9
Panitia Khusus
Special Committee
Pasal 156
Article 156
Panitia khusus dibentuk oleh DPR dan merupakan alat kelengkapan DPR yang bersifat sementara.
A special committee was formed by the House of Representatives and the House of Representatives fittings temporary.
Pasal 157
Article 157
(1) DPR menetapkan susunan dan keanggotaan panitia khusus berdasarkan perimbangan dan pemerataan jumlah anggota tiap-tiap fraksi.
(1) Parliament shall determine the composition and membership of the special committee based on balance and equity of the number of members of each faction.
(2) Jumlah anggota panitia khusus paling banyak 30 (tiga puluh) orang yang ditetapkan dalam rapat paripurna DPR.
(2) The number of members of the special committee at most 30 (thirty) persons specified in the plenary session of the Parliament.
Pasal 158
Article 158
(1) Pimpinan panitia khusus merupakan satu kesatuan pimpinan yang bersifat kolektif dan kolegial.
(1) The head of the special committee is an integral collective leadership and collegial.
(2) Pimpinan panitia khusus terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan paling banyak 3 (tiga) orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota panitia khusus berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat.
(2) The head of the special committee consisting of 1 (one) Chair and a maximum of 3 (three) Vicechairman are elected from and by the members of the special committee based on the principle of consultation and consensus.
(3) Pemilihan pimpinan panitia khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dalam rapat panitia khusus yang dipimpin oleh pimpinan DPR setelah penetapan susunan dan keanggotaan panitia khusus.
(3) Election of chairman of the special committee referred to in paragraph (2) shall be conducted in a special committee meeting, led by the leader of the House of Representatives after the determination of the composition and membership of the special committee.
Pasal 159
Article 159
(1) Panitia khusus bertugas melaksanakan tugas tertentu dalam jangka waktu tertentu yang ditetapkan dalam rapat paripurna DPR.
(1) A special committee in charge of carrying out a specific task within a certain time period specified in the plenary session of the Parliament.
(2) Panitia khusus bertanggung jawab kepada DPR.
(2) A special committee is responsible to the Parliament.
(3) Panitia khusus dibubarkan oleh DPR setelah jangka waktu penugasannya berakhir atau karena tugasnya selesai.
(3) A special committee was dissolved by the House after a period of assignment ends or because the task is completed.
(4) Rapat paripurna menetapkan tindak lanjut hasil
(4) establish a follow-up plenary meeting of the
kerja panitia khusus.
special committee's work.
Pasal 160
Article 160
Panitia khusus menggunakan anggaran untuk pelaksanaan tugasnya sesuai dengan kebutuhan yang diajukan kepada pimpinan DPR.
Special committee to use the budget for the performance of its duties in accordance with the requirements submitted to the House leadership.
Pasal 161
Article 161
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembentukan, susunan, tugas, dan mekanisme kerja panitia khusus diatur dengan peraturan DPR tentang tata tertib.
Further provisions concerning the procedures for the establishment, composition, duties, and mechanism of action of a special committee set up by the House rules of order.
Bagian Kesembilan
Part Nine
Pelaksanaan Wewenang dan Tugas
Implementation Authority and Duties
Paragraf 1
Paragraph 1
Pembentukan Undang-Undang
Formation Act
Pasal 162
Article 162
(1) DPR memegang kekuasaan membentuk undangundang.
(1) Parliament holds the power to make laws.
(2) Pembentukan undang-undang dilaksanakan sesuai dengan undang-undang mengenai pembentukan peraturan perundang-undangan, kecuali yang ditentukan lain oleh Undang-Undang ini.
(2) Establishment of a law implemented in accordance with the law on the establishment of legislation, unless specified otherwise by this Act.
Pasal 163
Article 163
(1) Rancangan undang-undang dapat berasal dari DPR, Presiden, atau DPD.
(1) The bill may come from the House of Representatives, the President, or DPD.
(2) Rancangan undang-undang yang berasal dari DPR, Presiden, atau DPD disertai dengan naskah akademik, kecuali rancangan undangundang mengenai:
(2) The draft legislation from the House of Representatives, the President, or DPD accompanied by an academic paper, but a draft law concerning:
a. APBN;
a. Budget;
b. penetapan peraturan pemerintah pengganti undangundang menjadi undangundang; atau
b. establishment of government regulation in lieu laws become laws; or
c. pencabutan undang-undang atau pencabutan peraturan pemerintah pengganti undang-undang.
c. repeal laws or repeal government regulations in lieu of law.
Pasal 164
Article 164
(1) Usul rancangan undang-undang dapat diajukan
(1) The proposal for a draft law can be submitted by members of Parliament, commissions, and joint
oleh anggota DPR, komisi, dan gabungan komisi.
commissions.
(2) Usul rancangan undang-undang disampaikan secara tertulis oleh anggota DPR, pimpinan komisi, atau pimpinan Badan Legislasi kepada pimpinan DPR disertai daftar nama dan tanda tangan pengusul.
(2) The proposal for a draft law submitted in writing by members of the House, chairman of the commission, or the leadership of the Legislative Body to the leadership of the House with a list of names and signatures of the proposer.
(3) DPR memutuskan usul rancangan undangundang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam rapat paripurna, berupa:
(3) Parliament decided proposed draft laws referred to in paragraph (2) in a plenary meeting, in the form of:
a. persetujuan;
a. approval;
b. persetujuan dengan pengubahan; atau
b. agreement with the conversion; or
c. penolakan.
c. rejection.
(4) Dalam hal persetujuan dengan pengubahan, DPR menugasi komisi, Badan Legislasi, atau panitia khusus untuk menyempurnakan rancangan undangundang tersebut.
(4) In the case of approval with modification, the House assigns commission, the Legislative Body, or a special committee to enhance the bill.
(5) Rancangan undang-undang yang telah disiapkan oleh DPR disampaikan dengan surat pimpinan DPR kepada Presiden.
(5) The draft law has been prepared by the House of Representatives delivered a letter to the President of the House leadership.
Pasal 165
Article 165
(1) Rancangan undang-undang yang berasal dari Presiden diajukan dengan surat Presiden kepada pimpinan DPR.
(1) The bill that came from the President submitted to the President a letter to House leaders.
(2) Rancangan undang-undang yang berasal dari Presiden berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah diajukan kepada DPR dan pimpinan DPR menyampaikannya kepada pimpinan DPD.
(2) The bill that came from the President relating to decentralization, central and local relations, the establishment and expansion as well as the merging of regions, management of natural resources and other economic resources, and financial balance between central and local submitted to the House of Representatives and the House leadership submit it to the head of the DPD.
Pasal 166
Article 166
(1) Rancangan undang-undang dapat diajukan oleh DPD berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
(1) The bill may be filed by the Council with regard to decentralization, central and local relations, the establishment and expansion as well as the merging of regions, management of natural resources and other economic resources, as well as relating to the financial balance between the center and the regions.
(2) Rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beserta naskah akademik disampaikan secara tertulis oleh pimpinan DPD
(2) The bill referred to in paragraph (1) as well as academic papers submitted in writing by the head of the DPD to the House leadership.
kepada pimpinan DPR. (3) Pimpinan DPR paling lama 30 (tiga puluh) Hari sejak menerima rancangan undang-undang dari DPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengirim surat kepada Presiden untuk menunjuk menteri yang ditugasi mewakili Presiden dalam pembahasan rancangan undang-undang bersama DPR dengan mengikutsertakan DPD.
(3) House leadership later than 30 (thirty) days of receiving the bill from the Council referred to in paragraph (2) sent a letter to the President to appoint the minister assigned to represent the President in the discussion of the bill with the House to include DPD .
(4) Pimpinan DPR setelah menerima rancangan undang-undang dari DPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengirim surat kepada pimpinan DPD untuk menunjuk alat kelengkapan DPD yang ditugasi mewakili DPD ikut serta dalam pembahasan rancangan undang-undang oleh DPR bersama Presiden.
(4) House leadership after receiving a bill from the Council referred to in paragraph (1) sent a letter to the head of the DPD to appoint fittings represent DPD DPD assigned to participate in the discussion of the draft law by the Parliament and the President.
(5) DPR dan Presiden mulai membahas rancangan undang-undang dari DPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lama 60 (enam puluh) Hari terhitung sejak surat pimpinan DPR diterima Presiden.
(5) the House of Representatives and the President began to discuss a draft law on the Council referred to in paragraph (1) not later than 60 (sixty) days from the date the letter received by the President of the House leadership.
Pasal 167
Article 167
Penyebarluasan rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 166 ayat (2) dilaksanakan oleh DPD.
Dissemination of the draft legislation referred to in Article 166 paragraph (2) conducted by DPD.
Pasal 168
Article 168
Tindak lanjut pembahasan rancangan undang-undang yang berasal dari DPR, Presiden, atau DPD dilakukan melalui 2 (dua) tingkat pembicaraan.
Follow-up discussion of the bill from the House of Representatives, the President, or DPD is done through two (2) levels of conversation.
Pasal 169
Article 169
Dua tingkat pembicaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 168 terdiri atas:
Two-level talks as referred to in Article 168 consists of:
a. pembicaraan tingkat I dalam rapat komisi, rapat gabungan komisi, rapat Badan Legislasi, rapat Badan Anggaran, atau rapat panitia khusus; dan
a. I-level talks in committee meetings, a joint meeting of the commission, meeting the Legislative Body, Budget Board meeting, or a special committee meeting; and
b. pembicaraan tingkat II dalam rapat paripurna DPR.
b. Second-level talks in the plenary meeting.
Pasal 170
Article 170
(1) Pembicaraan tingkat I dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut:
(1) Discussion level I performed with the following activities:
a. pengantar musyawarah;
a. introductory discussion;
b. pembahasan daftar inventarisasi masalah; dan
b. discussion list of inventory problems; and
c. penyampaian pendapat mini.
c. delivery mini opinion.
(2) Dalam pengantar musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a:
(2) In the introductory consultation referred to in paragraph (1) letter a:
a. DPR memberikan penjelasan dan Presiden menyampaikan pandangan jika rancangan undangundang berasal dari DPR;
a. Parliament gives an explanation and the President expressed the view if a bill comes from the House of Representatives;
b. DPR memberikan penjelasan serta Presiden dan DPD menyampaikan pandangan jika rancangan undang-undang yang berkaitan dengan kewenangan DPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 huruf c berasal dari DPR;
b. Parliament provides clarification and the President and the Council expressed the view if the draft legislation relating to the authority of the Council referred to in Article 71 c comes from the House of Representatives;
c. DPD memberikan penjelasan serta DPR dan Presiden menyampaikan pandangan apabila rancangan undang-undang yang berkaitan dengan kewenangan DPD berasal dari DPD;
c. DPD provides clarification and the House of Representatives and the President expressed the view when the draft legislation relating to authority derived from DPD DPD;
d. Presiden memberikan penjelasan dan fraksi memberikan pandangan jika rancangan undangundang berasal dari Presiden; atau
d. President gives explanations and fractions provides a view if a bill comes from the President; or
e. Presiden memberikan penjelasan serta fraksi dan DPD menyampaikan pandangan jika rancangan undang-undang yang berkaitan dengan kewenangan DPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 huruf c berasal dari Presiden.
e. President gives an explanation as well as fractions and the Council expressed the view if the draft legislation relating to the authority of the Council referred to in Article 71 c comes from the President.
(3) Daftar inventarisasi masalah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diajukan oleh:
(3) List of inventory problems referred to in paragraph (1) letter b shall be submitted by:
a. Presiden jika rancangan undang-undang berasal dari DPR;
a. President if a bill comes from the House of Representatives;
b. DPR jika rancangan undang-undang berasal dari Presiden;
b. Parliament if the bill came from the President;
c. DPR dan DPD jika rancangan undang-undang berasal dari Presiden sepanjang berkaitan dengan kewenangan DPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 huruf c;
c. DPR and DPD if a bill comes from the President insofar as it relates to the authority of the DPD as referred to in Article 71 c;
d. DPR dan Presiden jika rancangan undang-undang berasal dari DPD sepanjang terkait dengan kewenangan DPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 huruf c; atau
d. House of Representatives and the President if the bill comes from all associated with DPD DPD authority referred to in Article 71 c; or
e. DPD dan Presiden jika rancangan undang-undang berasal dari DPR sepanjang terkait dengan kewenangan DPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 huruf c.
e. DPD and the President if a bill comes from the House along associated with DPD authority referred to in Article 71 c.
(4) Penyampaian pendapat mini sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c disampaikan pada akhir pembicaraan tingkat I oleh:
(4) Submission of a mini opinion referred to in paragraph (1) letter c talks delivered at the end of the first level by:
a. fraksi;
a. fraction;
b. DPD, jika rancangan undang-undang berkaitan dengan kewenangan DPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 huruf c; dan
b. DPD, if a draft law relating to the authority of the Council referred to in Article 71 c; and
c. Presiden.
c. President.
(5) Dalam hal DPD tidak menyampaikan pandangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dan huruf e dan/atau tidak menyampaikan pendapat mini sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b, pembicaraan tingkat I tetap dilaksanakan.
(5) If the Council does not express a view as referred to in paragraph (2) letters b and e and / or no expression mini referred to in paragraph (4) b, the first-level talks to go ahead.
(6) Dalam pembicaraan tingkat I dapat diundang pimpinan lembaga negara atau lembaga lain jika materi rancangan undang-undang berkaitan dengan lembaga negara atau lembaga lain.
(6) In the first level talks can be invited heads of state institutions or other institutions if a bill of material relating to the state institutions or other institutions.
Pasal 171
Article 171
(1) Pembicaraan tingkat II merupakan pengambilan keputusan oleh DPR dan Pemerintah dalam rapat paripurna DPR dengan kegiatan:
(1) Discussion level II is a decision by the Parliament and the Government in the House of Representatives plenary session with activity:
a. penyampaian laporan yang berisi proses, pendapat mini fraksi, pendapat mini DPD, dan hasil pembicaraan tingkat I;
a. submission of a report that contains the process, opinions mini fractions, mini opinion of DPD, and the results of the first-level talks;
b. pernyataan persetujuan atau penolakan dari tiaptiap fraksi dan anggota DPR secara lisan yang diminta oleh pimpinan rapat paripurna; dan
b. statement of approval or rejection of each fraction and the legislature verbally requested by the leadership of the plenary meeting; and
c. pendapat akhir Presiden yang disampaikan oleh menteri yang ditugasi.
c. President of the final opinion delivered by the minister assigned.
(2) Dalam hal persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b secara musyawarah untuk mufakat tidak dapat dicapai, pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan suara terbanyak.
(2) In the case of approval referred to in paragraph (1) letter b is no agreement can be reached, decisions made by a majority vote.
(3) Dalam hal rancangan undang-undang tidak mendapatkan persetujuan bersama antara DPR dan Presiden, rancangan undang-undang tersebut tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan DPR masa itu.
(3) In the event that the bill did not get a mutual agreement between the House and the President, the bill should not be raised again during the trial period of the House of Representatives.
Pasal 172
Article 172
Ketentuan lebih lanjut mengenai tingkat pembicaraan diatur dalam peraturan DPR tentang tata tertib.
Further provisions concerning the level conversation is regulated in the House of order.
Pasal 173
Article 173
(1) Dalam penyiapan dan pembahasan rancangan undang-undang, termasuk pembahasan rancangan
(1) In the preparation and discussion of draft laws, including the discussion of the draft law on the state
of
undang-undang tentang APBN, masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan dan/atau tertulis kepada DPR melalui pimpinan DPR dan/atau alat kelengkapan DPR lainnya.
budget, the public has the right to provide input verbal and / or written to Parliament through the leadership of the House and / or fittings other DPR.
(2) Anggota atau alat kelengkapan DPR yang menyiapkan atau membahas rancangan undangundang dapat melakukan kegiatan untuk mendapat masukan dari masyarakat.
(2) Members of Parliament or fittings that prepare or discuss a draft law can do activities to obtain input from the public.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penerimaan masukan dan penyerapan aspirasi dari masyarakat dalam penyiapan dan pembahasan rancangan undang-undang diatur dalam peraturan DPR tentang tata tertib.
(3) Further provisions on the procedure for acceptance of entries and aspiration of the people in the preparation and discussion of a draft law stipulated in the regulations of the House of order.
Paragraf 2
Paragraph 2
Penerimaan Pertimbangan DPD
Admission Consideration DPD
terhadap Rancangan Undang-Undang
against Bill
Pasal 174
Article 174
(1) DPR menerima dan menindaklanjuti pertimbangan tertulis mengenai rancangan undangundang tentang APBN dan rancangan undangundang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama yang disampaikan oleh DPD sebelum memasuki tahap pembahasan antara DPR dan Presiden.
(1) Parliament accept and follow a written judgment on the draft law on the state budget and draft laws relating to taxation, education, and religion are delivered by DPD before entering the stage of discussion between Parliament and the President.
(2) Apabila rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari Presiden, pimpinan DPR setelah menerima surat Presiden menyampaikan surat kepada pimpinan DPD agar DPD memberikan pertimbangannya.
(2) If the bill referred to in paragraph (1) is derived from the President, the leadership of the House of Representatives after receiving a letter from President sent a letter to the leadership of the DPD DPD to deliver its consideration.
(3) Apabila rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari DPR, pimpinan DPR menyampaikan surat kepada pimpinan DPD agar DPD memberikan pertimbangannya.
(3) If the bill referred to in paragraph (1) is derived from the House of Representatives, House leaders sent a letter to the leadership of the DPD DPD to deliver its consideration.
(4) Pertimbangan DPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) disampaikan secara tertulis melalui pimpinan DPR paling lama 30 (tiga puluh) Hari sejak diterimanya surat pimpinan DPR, kecuali rancangan undang-undang tentang APBN disampaikan paling lambat 14 (empat belas) Hari sebelum diambil persetujuan bersama antara DPR dan Presiden.
(4) Advisory Council referred to in paragraph (2) and paragraph (3) shall be submitted in writing through the leadership of the House not later than 30 (thirty) days from the receipt of the leadership of the House, except the draft law on the state budget submitted no later than 14 (four fifteen) days before taken the agreement between Parliament and the President.
(5) Pada rapat paripurna DPR berikutnya, pimpinan DPR memberitahukan kepada anggota DPR perihal diterimanya pertimbangan DPD atas rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan meneruskannya kepada Badan Musyawarah untuk diteruskan kepada alat kelengkapan DPR yang
(5) In the next plenary session of the House of Representatives, House leaders told members of Parliament on the receipt of the consideration of the DPD on a bill referred to in paragraph (4) and forward it to the Board Meeting to be forwarded to
akan membahasnya.
the fittings Parliament will discuss it.
Paragraf 3
Paragraph 3
Kuasa DPR di Persidangan Mahkamah Konstitusi
The power of Parliament in the Constitutional Court Trial
Pasal 175
Article 175
(1) Dalam hal suatu undang-undang diuji di Mahkamah Konstitusi, yang menjadi kuasa DPR untuk memberikan keterangan dalam persidangan Mahkamah Konstitusi adalah alat kelengkapan DPR yang membahas rancangan undang-undang dengan melibatkan komisi yang membidangi hukum dan perundang-undangan.
(1) In the event that a law was tested in the Constitutional Court, which is the power of the House to give testimony in the trial of the Constitutional Court is the fittings of a parliamentary bill involving the commission in charge of law and legislation.
(2) Dalam hal alat kelengkapan DPR yang membahas rancangan undang-undang sudah tidak ada pada saat undang-undang diuji di Mahkamah Konstitusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), komisi yang membidangi hukum dan perundangundangan menjadi kuasa DPR.
(2) In the case of fittings of a parliamentary bill is not there at the time the law was tested in the Constitutional Court referred to in paragraph (1), the committee in charge of law and legislation into the Parliament's power.
(3) Dalam hal tertentu DPR dapat memanggil setiap orang yang terlibat dalam penyusunan atau pembahasan rancangan undang-undang yang diuji untuk memberikan keterangan sebagai saksi dan/atau ahli.
(3) In certain cases the House may summon any person who is involved in the preparation or discussion of a bill that was tested to testify as witnesses and / or experts.
Paragraf 4
Paragraph 4
Penetapan APBN
Determination Budget
Pasal 176
Article 176
(1) Penyusunan rancangan APBN berpedoman pada rencana kerja Pemerintah dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan bernegara.
(1) Preparation of the draft state budget based on the work plan of the Government in order to realize the Government objective.
(2) Rancangan rencana kerja Pemerintah disusun oleh Pemerintah untuk dibahas dan disepakati bersama dengan DPR.
(2) The draft work plan prepared by the Central Government to be discussed and agreed upon by the House.
(3) Rencana kerja Pemerintah yang telah dibahas dan disepakati bersama dengan DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi pedoman bagi penyusunan rancangan APBN untuk selanjutnya ditetapkan menjadi satu kesatuan dengan APBN, dan menjadi acuan kerja Pemerintah yang ditetapkan dengan keputusan Presiden.
(3) The Government Work Plan that has been discussed and agreed with the Parliament referred to in paragraph (2) serve as guidelines for the preparation of the draft state budget for the next set to be an integral part of the state budget, and a reference work that is defined by the Government of the President's decision.
Pasal 177
Article 177
Dalam
melaksanakan
wewenang
dan
tugas
In exercising the powers and duties referred to in
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 huruf e, DPR menyelenggarakan kegiatan sebagai berikut:
Article 71 letter e, the House held the following activities:
a. pembicaraan pendahuluan dengan Pemerintah dan Bank Indonesia dalam rangka menyusun rancangan APBN;
a. preliminary talks with the Government and Bank Indonesia in order to draft the state budget;
b. pembahasan dan penetapan APBN yang didahului dengan penyampaian rancangan undang-undang tentang APBN beserta nota keuangannya oleh Presiden;
b. discussion and determination of the state budget, which is preceded by the submission of a draft law on the state budget as well as its financial memorandum by the President;
c. pembahasan:
c. discussion:
1. laporan realisasi semester pertama dan 6 (enam) bulan berikutnya;
1. The report first semester and 6 (six) months;
2. penyesuaian APBN dengan perkembangan dan/atau perubahan dalam rangka penyusunan perkiraan perubahan atas APBN tahun anggaran yang bersangkutan, apabila terjadi:
2. The adjustment of the state budget with the development and / or changes in the drafting of amendments to the Budget estimates of the fiscal year concerned, in case of:
a) perkembangan ekonomi makro yang tidak sesuai dengan asumsi yang digunakan dalam APBN;
a) macroeconomic developments that are not in accordance with the assumptions used in the budget;
b) perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal;
b) change the main points of fiscal policy;
c) keadaan yang menyebabkan harus dilakukannya pergeseran anggaran antar-unit organisasi; dan/atau
c) the circumstances which led to a shift in the budget to do inter-organizational unit; and / or
d) keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harus digunakan untuk pembiayaan anggaran tahun berjalan;
d) the circumstances that led to balance the budget over the previous year should be used to finance the current budget;
d. pembahasan dan penetapan rancangan undangundang tentang perubahan atas undang-undang tentang APBN; dan
d. discussion and adoption of the draft law on amendments to the law on the state budget; and
e. pembahasan dan penetapan rancangan undangundang tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.
e. discussion and adoption of the draft law on the accountability of the state budget.
Pasal 178
Article 178
(1) Pembicaraan pendahuluan dalam rangka penyusunan rancangan APBN dilakukan segera setelah Pemerintah menyampaikan bahan kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal pada pertengahan bulan Mei, yang meliputi:
(1) preliminary talks in the framework of the preparation of the draft state budget is done immediately after the Government deliver materials and basic macroeconomic framework of fiscal policy in mid-May, which includes:
a. kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal tahun anggaran berikutnya;
a. macroeconomic framework and the main points of fiscal policy next fiscal year;
b. kebijakan umum dan prioritas anggaran untuk dijadikan acuan bagi setiap kementerian/lembaga dalam penyusunan usulan anggaran; dan
b. public policy and budget priorities to be used as a reference for each ministry / agency in the preparation of the budget; and
c. rincian unit organisasi, fungsi, dan program.
c. details of organizational units, functions, and
programs. (2) Pemerintah menyampaikan kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal kepada DPR pada tanggal 20 Mei tahun sebelumnya atau sehari sebelumnya apabila tanggal tersebut jatuh pada hari libur.
(2) The Government shall deliver the macroeconomic framework and the main points of fiscal policy to the House on May 20 the year before or the day before if that date falls on a holiday.
(3) Komisi dengan kementerian/lembaga melakukan rapat kerja dan/atau rapat dengar pendapat untuk membahas rencana kerja dan anggaran kementerian/lembaga tersebut.
(3) The Commission by ministries / agencies conduct a working meeting and / or a hearing to discuss the work plan and budget ministries / institutions.
(4) Hasil pembahasan rencana kerja dan anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan kepada Badan Anggaran.
(4) The results of the discussion of the work plan and budget referred to in paragraph (3) shall be submitted to the Budget Committee.
Pasal 179
Article 179
Kegiatan dalam tahap pembicaraan pendahuluan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 178 meliputi:
Activity of preliminary discussions referred to in Article 178 include:
a. rapat kerja yang diadakan oleh komisi dengan Pemerintah untuk membahas alokasi anggaran menurut fungsi dan program kementerian/lembaga; dan
a. working meeting held by the commission with the Government to discuss budget allocation by function and program ministries / agencies; and
b. rapat kerja yang diadakan oleh Badan Anggaran dengan Pemerintah dan Bank Indonesia untuk penyelesaian akhir kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal, dengan memperhatikan pemandangan umum fraksi, jawaban Pemerintah, saran dan pendapat Badan Musyawarah, keputusan rapat kerja komisi dengan Pemerintah mengenai alokasi anggaran menurut fungsi dan program kementerian/lembaga.
b. working meeting held by the Budget Committee by the Government and Bank Indonesia for the final settlement of the macroeconomic framework and the main points of fiscal policy, with due regard to the general views of the fractions, the government answers, advice and opinion Consultative Body, a decision the commission's meeting with the government on budget allocations by functions and programs of ministries / agencies.
Pasal 180
Article 180
(1) Presiden mengajukan rancangan undang-undang tentang APBN, disertai nota keuangan dan dokumen pendukungnya kepada DPR pada bulan Agustus tahun sebelumnya.
(1) The President shall submit a draft law on the state budget, with the financial memorandum and supporting documents to Parliament in August of the previous year.
(2) Rancangan undang-undang tentang APBN disertai nota keuangan dan dokumen pendukungnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan dalam rapat paripurna DPR.
(2) The draft law on the state budget with the financial memorandum and supporting documents referred to in paragraph (1) shall be submitted in the plenary session of the Parliament.
(3) Pembahasan rancangan undang-undang tentang APBN dilakukan sesuai dengan tingkat pembicaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 168, Pasal 169, Pasal 170, dan Pasal 171.
(3) Discussion of the draft law on the state budget is done in accordance with the level of discussion as referred to in Article 168, Article 169, Article 170, and Article 171.
(4) DPR dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan jumlah penerimaan dan
(4) Parliament may submit a proposal which resulted in changes in the amount of revenues and
pengeluaran dalam tentang APBN.
rancangan
undang-undang
expenditures in the draft law on the state budget.
(5) Pengambilan keputusan oleh DPR mengenai rancangan undang-undang tentang APBN dilakukan paling lambat 2 (dua) bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan.
(5) The decision by the House of Representatives regarding the draft law on the state budget made no later than 2 (two) months before the fiscal year concerned implemented.
(6) APBN yang disetujui oleh DPR terperinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, dan program.
(6) budget passed by the House in detail to the organizational units, functions, and programs.
(7) Dalam hal DPR tidak menyetujui rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah dapat melakukan pengeluaran paling tinggi sebesar angka APBN tahun anggaran sebelumnya.
(7) In the event that the House does not approve the draft legislation referred to in paragraph (1), the Government can do the highest spending state budget figures for the previous fiscal year.
Pasal 181
Article 181
Badan Anggaran mengadakan pembahasan dengan Pemerintah dan Bank Indonesia pada triwulan ketiga setiap tahun anggaran tentang laporan realisasi semester pertama APBN dan perkiraan realisasi untuk 6 (enam) bulan berikutnya yang disampaikan Pemerintah kepada DPR paling lambat pada akhir bulan Juli tahun anggaran berjalan.
The Budget Committee held discussions with the Government and Bank Indonesia in the third quarter of each fiscal year of the first semester report and the state budget estimates for the realization of 6 (six) months following the Government submitted to Parliament by the end of July of the current budget year.
Pasal 182
Article 182
(1) Dalam hal terjadi perubahan asumsi ekonomi makro dan/atau perubahan postur APBN yang sangat signifikan, Pemerintah mengajukan rancangan undang-undang tentang perubahan APBN tahun anggaran berjalan.
(1) In the event of changes in macroeconomic assumptions and / or changes in the posture of a very significant state budget, the Government submitted a draft law on changes to the state budget of the current fiscal year.
(2) Perubahan asumsi ekonomi makro yang sangat signifikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
(2) Changes in macroeconomic assumptions are very significant as referred to in paragraph (1) in the form:
a. penurunan pertumbuhan ekonomi paling sedikit 1% (satu persen) di bawah asumsi yang telah ditetapkan; dan/atau
a. decline in economic growth of at least 1% (one percent) under the assumptions that have been set; and / or
b. deviasi asumsi ekonomi makro lainnya paling sedikit 10% (sepuluh persen) dari asumsi yang telah ditetapkan.
b. deviation of other macro-economic assumptions at least 10% (ten percent) of the assumptions that have been set.
(3) Perubahan postur APBN yang sangat signifikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
(3) Changes in significant budget posture as referred to in paragraph (1) in the form:
a. penurunan penerimaan perpajakan paling sedikit 10% (sepuluh persen) dari pagu yang telah ditetapkan;
a. decrease in tax revenue at least 10% (ten percent) of the ceiling which has been established;
b. kenaikan atau penurunan belanja kementerian atau lembaga paling sedikit 10% (sepuluh persen) dari pagu yang telah ditetapkan;
b. increase or decrease spending ministries or agencies at least 10% (ten percent) of the ceiling which has been established;
c. kebutuhan belanja yang bersifat mendesak dan belum tersedia pagu anggarannya; dan/atau
c. urgent expenditure needs and budget ceiling is not yet available; and / or
d. kenaikan defisit paling sedikit 10% (sepuluh persen) dari rasio defisit APBN terhadap produk domestik bruto yang telah ditetapkan.
d. increase in the deficit of at least 10% (ten percent) of the ratio of the budget deficit to gross domestic product has been determined.
(4) Pembahasan dan penetapan rancangan undangundang tentang perubahan APBN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah bersama dengan Badan Anggaran dan komisi terkait dalam waktu paling lama 1 (satu) bulan dalam masa sidang setelah rancangan undang-undang tentang perubahan APBN diajukan oleh Pemerintah kepada DPR.
(4) Discussion and adoption of the draft law on changes to the state budget as referred to in paragraph (1) shall be conducted by the Government along with the Budget Bureau and related commissions within a period of 1 (one) month of the trial period after the draft law on the state budget changes submitted by the Government to Parliament.
(5) Dalam hal tidak terjadi perubahan asumsi ekonomi makro dan/atau perubahan postur APBN yang sangat signifikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3), pembahasan perubahan APBN dilakukan dalam rapat Badan Anggaran dan pelaksanaannya disampaikan dalam laporan keuangan Pemerintah.
(5) In the absence of a change in macroeconomic assumptions and / or changes in the budget posture is very significant as referred to in paragraph (2) and paragraph (3), the discussion of the changes made in the State Budget Budget Board meeting and implementation presented in the financial statements of the Government.
Pasal 183
Article 183
Pembahasan dan penetapan rancangan undangundang tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN dilakukan dalam waktu paling lama 3 (tiga) bulan setelah disampaikannya bahan hasil pemeriksaan laporan keuangan Pemerintah oleh BPK ke DPR.
Discussion and adoption of the draft law on the accountability of the state budget is done within a period of 3 (three) months after the submission of material to the examination of financial statements by the Government of the CPC to the House.
Pasal 184
Article 184
(1) Presiden menyampaikan rancangan undangundang tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN kepada DPR berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh BPK paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
(1) The President submitted a draft law on the accountability of the state budget to Parliament in the form of financial statements, audited by the CPC no later than 6 (six) months after the fiscal year ends.
(2) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit meliputi realisasi APBN, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan yang dilampiri dengan laporan keuangan kementerian/lembaga.
(2) The financial statements referred to in paragraph (1) at least includes the realization of the state budget, balance sheet, cash flow statement and notes to the financial statements attached to the financial statements of ministries / agencies.
Paragraf 5
Paragraph 5
Pengajuan dan Pemberian Persetujuan atau
Submission and Approval or
Pertimbangan atas Calon untuk Pengisian Jabatan
Consideration of Candidates for the Position Charging
Pasal 185
Article 185
(1) DPR mengajukan calon untuk mengisi suatu jabatan berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan melalui rapat paripurna DPR.
(1) Parliament nominate candidates to fill a position under the provisions of the legislation through the House of Representatives plenary session.
(2) DPR memberikan persetujuan atau pertimbangan atas calon untuk mengisi suatu jabatan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan melalui rapat paripurna DPR.
(2) the House gives approval or consideration of a candidate to fill a position under the provisions of the legislation through the House of Representatives plenary session.
(3) Rapat paripurna DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) menugasi Badan Musyawarah untuk menjadwalkan dan menugaskan pembahasannya kepada alat kelengkapan DPR terkait.
(3) Parliament plenary meeting referred to in paragraph (1) and paragraph (2) assigns the Consultative Body to schedule and assign the discussion to the Parliament related fittings.
(4) Pembahasan oleh alat kelengkapan DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
(4) Discussion fittings Parliament referred to in paragraph (3) shall be conducted in accordance with the provisions of the legislation.
Pasal 186
Article 186
DPR memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam hal mengangkat duta besar untuk negara lain dan menerima penempatan duta besar dari negara lain.
Parliament gives consideration to the President in terms of lifting ambassador to another country and receive placement ambassadors from other countries.
Pasal 187
Article 187
(1) Dalam hal pimpinan DPR menerima pemberitahuan dari Presiden mengenai penempatan calon duta besar untuk negara lain, pimpinan DPR menyampaikan pemberitahuan tersebut dalam rapat paripurna DPR.
(1) In the event that the House leadership received a notification from the President regarding the placement of candidates for ambassadors to other countries, the leadership of the House to give notice in the plenary session of the Parliament.
(2) Rapat paripurna DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menugasi alat kelengkapan DPR terkait untuk membahasnya secara rahasia.
(2) Parliament plenary meeting referred to in paragraph (1) assigns related fittings Parliament to discuss it in secret.
Pasal 188
Article 188
(1) Dalam hal pimpinan DPR menerima pemberitahuan dari Presiden mengenai penempatan calon duta besar negara lain untuk Republik Indonesia, pimpinan DPR menyampaikan pemberitahuan tersebut dalam rapat paripurna DPR tanpa menyebut nama calon duta besar.
(1) In the event that the House leadership received a notification from the President regarding the placement of candidates for another country's ambassador to the Republic of Indonesia, the House leadership to give notice in a plenary meeting of the House of anonymity ambassador candidate.
(2) Dalam hal permintaan pertimbangan terhadap calon duta besar negara lain untuk Republik Indonesia disampaikan pada masa reses, permintaan tersebut dibahas dalam pertemuan konsultasi antara pimpinan DPR, pimpinan komisi terkait, dan pimpinan fraksi.
(2) In the event that demand consideration of candidates for other countries ambassador to the Republic of Indonesia delivered on recess, the request is addressed in the consultation meeting between the leadership of the House, the leadership of the relevant commission, and faction leaders.
Pasal 189
Article 189
Pertimbangan DPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 186 disampaikan oleh pimpinan DPR kepada Presiden secara rahasia.
Consideration of Parliament referred to in Article 186 submitted by the leadership of the House to the President by secret ballot.
Pasal 190
Article 190
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengajuan dan pemberian persetujuan atau pertimbangan atas calon untuk pengisian jabatan diatur dalam peraturan DPR tentang tata tertib.
Further provisions on the procedure for filing and approval or consideration of candidates for filling the positions stipulated in the regulations of the House of order.
Paragraf 6
Paragraph 6
Pemilihan Anggota BPK
Election of Members of CPC
Pasal 191
Article 191
DPR memilih anggota BPK dengan memperhatikan pertimbangan DPD.
The House vote CPC members by taking into consideration the DPD.
Pasal 192
Article 192
(1) Pimpinan DPR memberitahukan kepada pimpinan DPD mengenai rencana pemilihan anggota BPK disertai dokumen kelengkapan persyaratan calon anggota BPK sebagai bahan DPD untuk memberikan pertimbangan atas calon anggota BPK, paling lambat 1 (satu) bulan sebelum alat kelengkapan DPR memproses pelaksanaan pemilihan anggota BPK.
(1) notify the leadership of the House Leadership Council regarding the selection of the CPC plans to documents in compliance with requirements as a candidate member of the CPC Council to give due consideration to prospective members of the CPC, no later than 1 (one) month before the fittings Parliament election process CPC members.
(2) Pertimbangan DPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara tertulis kepada pimpinan DPR paling lambat 3 (tiga) Hari sebelum pelaksanaan pemilihan, yang selanjutnya segera disampaikan kepada alat kelengkapan DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan.
(2) Advisory Council referred to in paragraph (1) shall be submitted in writing to the head of the House of Representatives no later than three (3) days prior to the election, which then immediately submitted to the House of fittings as referred to in paragraph (1) to be used as a material consideration.
(3) Dalam hal pertimbangan DPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak disampaikan, pemilihan anggota BPK tetap dilaksanakan.
(3) In the case of DPD consideration referred to in paragraph (2) is not submitted, the election of members of the CPC still held.
(4) Nama calon terpilih anggota BPK disampaikan oleh DPR kepada Presiden paling lambat 30 (tiga puluh) Hari sebelum masa jabatan anggota BPK berakhir.
(4) Name of the CPC elected candidates submitted by the Parliament to the President no later than 30 (thirty) days before the term of office of members of the CPC ended.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihan anggota BPK dan penerimaan pertimbangan dari DPD diatur dalam peraturan DPR tentang tata tertib.
(5) Further provisions on the procedure for election of members of the CPC and acceptance consideration of the DPD is regulated in the House of order.
Pasal 193
Article 193
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan wewenang dan tugas DPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 dan Pasal 72 diatur dalam peraturan DPR tentang tata tertib.
Further provisions concerning the implementation of the authority and responsibility of the Parliament as referred to in Article 71 and Article 72 stipulated in the regulations of the House of order.
Bagian Kesepuluh
Part Ten
Pelaksanaan Hak DPR
Implementation Representatives
Paragraf 1
Paragraph 1
Hak Interpelasi
Rights interpellation
Pasal 194
Article 194
(1) Hak interpelasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 ayat (1) huruf a diusulkan oleh paling sedikit 25 (dua puluh lima) orang anggota DPR dan lebih dari 1 (satu) fraksi.
(1) The right of interpellation as referred to in Article 79 paragraph (1) letter a proposed by at least 25 (twenty five) members of the House and more than 1 (one) fraction.
(2) Pengusulan hak interpelasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dokumen yang memuat paling sedikit:
(2) Proposing the interpellation referred to in paragraph (1) accompanied by a document that contains at least:
a. materi kebijakan dan/atau pelaksanaan kebijakan Pemerintah yang akan dimintakan keterangan; dan
a. matter of policy and / or implementation of government policies that will be requested information; and
b. alasan permintaan keterangan.
b. reason inquiries.
(3) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi hak interpelasi DPR apabila mendapat persetujuan dari rapat paripurna DPR yang dihadiri lebih dari 1/2 (satu per dua) jumlah anggota DPR dan keputusan diambil dengan persetujuan lebih dari 1/2 (satu per dua) jumlah anggota DPR yang hadir.
(3) The proposal referred to in paragraph (1) to the right of interpellation, if approved by the House of Representatives plenary meeting attended by more than 1/2 (one half) the number of members of Parliament and a decision was taken with the approval of more than 1/2 (one per two) the number of members of Parliament who attended.
Pasal 195
Article 195
(1) Usul hak interpelasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 194 disampaikan oleh pengusul kepada pimpinan DPR.
(1) The proposal for the interpellation referred to in Article 194 submitted by the proposer to the House leadership.
(2) Usul hak interpelasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diumumkan oleh pimpinan DPR dalam rapat paripurna DPR dan dibagikan kepada semua anggota.
(2) The proposal for the interpellation referred to in paragraph (1) shall be announced by the leadership of the House in plenary session of the House and distributed to all members.
(3) Badan Musyawarah menjadwalkan rapat paripurna DPR atas usul interpelasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan dapat memberikan kesempatan kepada pengusul untuk memberikan penjelasaan atas usul interpelasinya secara ringkas.
(3) The Board Meeting scheduled plenary meeting on the proposal of the interpellation referred to in paragraph (1) and can provide an opportunity for the applicant to provide exposition on the proposal interpelasinya briefly.
(4) Selama usul hak interpelasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum disetujui oleh rapat
(4) During the interpellation proposal referred to in paragraph (1) has not been approved by the House of
of
the
Right
House
of
paripurna DPR, pengusul berhak mengadakan perubahan dan menarik usulnya kembali.
Representatives plenary session, the proposer has the right to make changes and draw its back.
(5) Perubahan atau penarikan kembali usul sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus ditandatangani oleh semua pengusul dan disampaikan kepada pimpinan DPR secara tertulis dan pimpinan DPR membagikan kepada semua anggota.
(5) Alteration or withdrawal of the proposal referred to in paragraph (4) shall be signed by all of the proposer and submitted in writing to the head of the House of Representatives and House leaders distributed to all members.
(6) Dalam hal jumlah penanda tangan usul hak interpelasi kurang dari jumlah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 194 ayat (1), harus diadakan penambahan penanda tangan sehingga jumlahnya mencukupi.
(6) In the event that the number of signatories to right of interpellation proposal is less than amount referred to in Article 194 paragraph (1), addition of the signatory must be held so that amount is sufficient.
(7) Dalam hal terjadi pengunduran diri penanda tangan usul hak interpelasi sebelum dan pada saat rapat paripurna DPR yang telah dijadwalkan oleh Badan Musyawarah, yang berakibat terhadap jumlah penanda tangan tidak mencukupi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 194 ayat (1), ketua rapat paripurna DPR mengumumkan pengunduran diri tersebut dan acara rapat paripurna DPR untuk itu dapat ditunda dan/atau dilanjutkan setelah jumlah penanda tangan mencukupi.
(7) In the event of the resignation of the signatory proposal interpellation before and during the plenary session of the Parliament which has been scheduled by the Consultative Council, the result of the insufficient number of signatories as referred to in Article 194 paragraph (1), chairman of the plenary session of the House of Representatives announced such resignation and events for the plenary session of the House of Representatives may be delayed and / or resumed after a sufficient number of signatories.
(8) Apabila sebelum dan/atau pada saat rapat paripurna DPR terdapat anggota yang menyatakan ikut sebagai pengusul hak interpelasi dengan membubuhkan tanda tangan pada lembar pengusul, ketua rapat paripurna DPR mengumumkan hal tersebut dan rapat paripurna DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (7) tetap dapat dilanjutkan.
(8) If the before and / or during the plenary meeting of the member states are participating as proposer interpellation to sign the sheet proposer, chairman of the House of Representatives plenary session and announced that the plenary session of Parliament referred to in paragraph (7) can still be continued.
(9) Apabila sampai 2 (dua) kali masa persidangan jumlah penanda tangan yang dimaksud tidak terpenuhi, usul tersebut menjadi gugur.
(9) If up to two (2) times the number of signatories of the trial period is not met, the proposal becomes void.
Pasal 196
Article 196
(1) Dalam hal rapat paripurna DPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 195 ayat (3) menyetujui usul interpelasi sebagai hak interpelasi DPR, Presiden atau pimpinan lembaga dapat hadir untuk memberikan penjelasan tertulis terhadap materi interpelasi dalam rapat paripurna DPR berikutnya.
(1) In the case of the plenary session of Parliament referred to in Article 195 paragraph (3) approved the proposal interpellation interpellation as the Parliament, the President or head of the institution may be present to provide a written explanation to the material interpellation in the next plenary meeting.
(2) Apabila Presiden tidak dapat hadir untuk memberikan penjelasan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Presiden menugasi menteri/pejabat terkait untuk mewakilinya.
(2) If the President is unable to attend to provide a written explanation as referred to in paragraph (1), the President assigns ministers / officials concerned to represent it.
Pasal 197
Article 197
the the the the
(1) DPR memutuskan menerima atau menolak penjelasan Presiden atau pimpinan lembaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 196.
(1) Parliament decided to accept or reject the explanation of the President or head of the institution referred to in Article 196.
(2) Dalam hal DPR menerima penjelasan Presiden atau pimpinan lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), usul hak interpelasi dinyatakan selesai dan materi interpelasi tersebut tidak dapat diusulkan kembali.
(2) In the case of the House of Representatives briefed the President or head of the institution referred to in paragraph (1), interpellation proposal was complete and the material can not be proposed interpellation back.
(3) Dalam hal DPR menolak penjelasan Presiden atau pimpinan lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), DPR dapat menggunakan hak DPR lainnya.
(3) In the case of the House of Representatives rejected the explanation of the President or head of the institution referred to in paragraph (1), the Parliament can exercise the right of other lawmakers.
(4) Keputusan untuk menerima atau menolak penjelasan Presiden atau pimpinan lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapat persetujuan dari rapat paripurna DPR yang dihadiri lebih dari 1/2 (satu per dua) jumlah anggota DPR dan keputusan diambil dengan persetujuan lebih dari 1/2 (satu per dua) jumlah anggota DPR yang hadir.
(4) The decision to accept or reject the explanation of the President or head of the institution referred to in paragraph (1) shall be approved by the House of Representatives plenary meeting attended by more than 1/2 (one half) the number of members of Parliament and a decision was taken with the approval of more than 1 / 2 (half) the number of members of Parliament who attended.
Pasal 198
Article 198
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan hak interpelasi diatur dalam peraturan DPR tentang tata tertib.
Further provisions concerning the procedures for the exercise of the interpellation is regulated in the House of order.
Paragraf 2
Paragraph 2
Hak Angket
Rights Questionnaire
Pasal 199
Article 199
(1) Hak angket sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 ayat (1) huruf b diusulkan oleh paling sedikit 25 (dua puluh lima) orang anggota DPR dan lebih dari 1 (satu) fraksi.
(1) Rights of the questionnaire referred to in Article 79 paragraph (1) letter b proposed by at least 25 (twenty five) members of the House and more than 1 (one) fraction.
(2) Pengusulan hak angket sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan dokumen yang memuat paling sedikit:
(2) Proposing the right of inquiry referred to in paragraph (1) shall be accompanied by a document that contains at least:
a. materi kebijakan dan/atau pelaksanaan undangundang yang akan diselidiki; dan
a. matter of policy and / or implementation of legislation that will be investigated; and
b. alasan penyelidikan.
b. reason for the investigation.
(3) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi hak angket DPR apabila mendapat persetujuan dari rapat paripurna DPR yang dihadiri lebih dari 1/2 (satu per dua) jumlah anggota DPR dan keputusan diambil dengan persetujuan lebih dari 1/2 (satu per dua) jumlah anggota DPR yang hadir.
(3) The proposal referred to in paragraph (1) to the right of inquiry, if approved by the House of Representatives plenary meeting attended by more than 1/2 (one half) the number of members of Parliament and a decision was taken with the approval of more than 1/2 (one per two) the number of members of Parliament who attended.
Pasal 200
Article 200
(1) Usul hak angket sebagaimana dimaksud dalam Pasal 199 disampaikan oleh pengusul kepada pimpinan DPR.
(1) The recommendations of the right of inquiry referred to in Article 199 submitted by the proposer to the House leadership.
(2) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diumumkan oleh pimpinan DPR dalam rapat paripurna DPR dan dibagikan kepada semua anggota.
(2) The proposal referred to in paragraph (1) shall be announced by the leadership of the House in plenary session of the House and distributed to all members.
(3) Badan Musyawarah membahas dan menjadwalkan rapat paripurna DPR atas usul hak angket sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan dapat memberikan kesempatan kepada pengusul untuk memberikan penjelasan atas usul hak angket secara ringkas.
(3) The Board Meeting to discuss and schedule a plenary session of Parliament on the proposal of the right of inquiry referred to in paragraph (1) and can provide an opportunity for the applicant to provide an explanation for the origin of the right of inquiry briefly.
(4) Selama usul hak angket sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum disetujui oleh rapat paripurna DPR, pengusul berhak mengadakan perubahan dan menarik usulnya kembali.
(4) During the proposed right of inquiry referred to in paragraph (1) has not been approved by the House of Representatives plenary session, the proposer has the right to make changes and draw its back.
(5) Perubahan atau penarikan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus ditandatangani oleh semua pengusul dan disampaikan kepada pimpinan DPR secara tertulis dan pimpinan DPR membagikannya kepada semua anggota.
(5) The change or withdrawal referred to in paragraph (4) shall be signed by all of the proposer and submitted in writing to the head of the House of Representatives and House leaders to share them with all members.
(6) Dalam hal jumlah penanda tangan usul hak angket yang belum memasuki pembicaraan tingkat I menjadi kurang dari jumlah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 199 ayat (1), harus diadakan penambahan penanda tangan sehingga jumlahnya mencukupi.
(6) In the event that the number of signatories to the proposal right of inquiry that have not entered the first-level talks to be less than the amount referred to in Article 199 paragraph (1), the addition of the signatory must be held so that the amount is sufficient.
(7) Dalam hal terjadi pengunduran diri penanda tangan usul hak angket sebelum dan pada saat rapat paripurna yang telah dijadwalkan oleh Badan Musyawarah, yang berakibat terhadap jumlah penanda tangan tidak mencukupi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 199 ayat (1), ketua rapat paripurna mengumumkan pengunduran diri tersebut dan acara rapat paripurna untuk itu dapat ditunda dan/atau dilanjutkan setelah jumlah penanda tangan mencukupi.
(7) In the event of resignation signatory rights proposal questionnaire before and during the plenary session scheduled by the Conference Board, the result of the insufficient number of signatories as referred to in Article 199 paragraph (1), the chairman of the plenary meeting to announce resignation The plenary meetings and events for it can be delayed and / or resumed after a sufficient number of signatories.
(8) Apabila sebelum dan/atau pada saat rapat paripurna DPR terdapat anggota yang menyatakan ikut sebagai pengusul angket dengan membubuhkan tanda tangan pada lembar pengusul, ketua rapat paripurna mengumumkan hal tersebut dan rapat paripurna DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (7) tetap dapat dilanjutkan.
(8) If the before and / or during the plenary meeting of the member states are participating as proposer questionnaire to sign the sheet proposer, the chairman announced that the plenary meeting and the plenary session of Parliament referred to in paragraph (7) can still be continued.
(9) Apabila sampai 2 (dua) kali masa persidangan jumlah penanda tangan yang dimaksud tidak
(9) If up to two (2) times the number of signatories of the trial period is not met, the proposal becomes
terpenuhi, usul tersebut menjadi gugur.
void.
Pasal 201
Article 201
(1) DPR memutuskan menerima atau menolak usul hak angket sebagaimana dimaksud dalam Pasal 199 ayat (1).
(1) Parliament decided to accept or reject the recommendation of the right of inquiry referred to in Article 199 paragraph (1).
(2) Dalam hal DPR menerima usul hak angket sebagaimana dimaksud pada ayat (1), DPR membentuk panitia khusus yang dinamakan panitia angket yang keanggotaannya terdiri atas semua unsur fraksi DPR.
(2) In the case of the House accept the proposal of the right of inquiry referred to in paragraph (1), the Parliament formed a special committee called the committee whose membership consists of all the factions of Parliament.
(3) Dalam hal DPR menolak usul hak angket (3) In the case of the House of Representatives sebagaimana dimaksud pada ayat (1), usul tersebut rejected the proposal right of inquiry referred to in tidak dapat diajukan kembali. paragraph (1), the proposal can not be resubmitted.
Pasal 202
Article 202
(1) Panitia angket ditetapkan dengan keputusan DPR dan diumumkan dalam Berita Negara.
(1) The committee established by decision of the Parliament questionnaire and published in the Official Gazette.
(2) Keputusan DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup juga penentuan biaya panitia angket.
(2) The decision of the House referred to in subsection (1) includes the determination of the cost of the committee.
(3) Keputusan DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Presiden.
(3) The decision of the House of Representatives referred to in paragraph (1) shall be submitted to the President.
(4) Ketentuan mengenai panitia khusus berlaku bagi panitia angket sebagaimana dimaksud dalam Pasal 201 ayat (2).
(4) The provisions concerning special committee apply to the committee referred to in Article 201 paragraph (2).
Pasal 203
Article 203
Panitia angket sebagaimana dimaksud dalam Pasal 201 ayat (2), dalam melakukan penyelidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 ayat (3), selain meminta keterangan dari Pemerintah, dapat meminta keterangan dari saksi, pakar, organisasi profesi, dan/atau pihak terkait lainnya.
The committee referred to in Article 201 paragraph (2), in the investigation referred to in Article 79 paragraph (3), in addition to requesting information from the Government, may request information from witnesses, experts, professional organizations, and / or other related parties.
Pasal 204
Article 204
(1) Dalam melaksanakan tugasnya, panitia angket dapat memanggil warga negara Indonesia dan/atau orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia untuk dimintai keterangan.
(1) In performing its duties, the committee may call the Indonesian citizens and / or foreigners who reside in Indonesia for questioning.
(2) Warga negara Indonesia dan/atau orang asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
(2) An Indonesian citizen and / or foreign person referred to in paragraph (1) shall meet the committee
memenuhi panggilan panitia angket.
calls.
(3) Dalam hal warga negara Indonesia dan/atau orang asing sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak memenuhi panggilan setelah dipanggil 3 (tiga) kali berturut-turut tanpa alasan yang sah, panitia angket dapat memanggil secara paksa dengan bantuan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
(3) In the case of Indonesian citizens and / or foreign person referred to in subsection (2) does not meet the call after being called 3 (three) times in a row without a valid reason, the committee can call forcibly with the help of the Indonesian National Police .
(4) Bantuan Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (3) didasarkan atas permintaan pimpinan DPR kepada kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.
(4) Assistance Indonesian Police referred to in paragraph (3) is based on demand-led House of Representatives to the head of the Indonesian National Police.
(5) Pendanaan untuk pelaksanaan bantuan Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dibebankan pada anggaran DPR.
(5) Funding for the implementation of the Indonesian National Police assistance as referred to in paragraph (4) shall be charged to the budget of the House of Representatives.
Pasal 205
Article 205
(1) Dalam melaksanakan hak angket, panitia khusus berhak meminta pejabat negara, pejabat pemerintah, badan hukum, atau warga masyarakat untuk memberikan keterangan.
(1) In carrying out the inquiry, the special committee reserves the right to ask the state officials, government officials, legal entities, or citizens to provide information.
(2) Panitia khusus meminta kehadiran pejabat negara, pejabat pemerintah, badan hukum, atau warga masyarakat meminta secara tertulis dalam jangka waktu yang cukup dengan menyebutkan maksud permintaan tersebut dan jadwal pelaksanaannya.
(2) Special Committee requested the presence of state officials, government officials, legal entities, or community request in writing within a period of time sufficient to mention the purpose of the request and its implementation schedule.
(3) Pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib hadir untuk memberikan keterangan, termasuk menunjukkan dan/atau menyerahkan segala dokumen yang diperlukan kepada panitia khusus.
(3) The party referred to in subsection (1) must be present to provide information, including shows and / or submit all necessary documents to the special committee.
(4) Panitia khusus dapat menunda pelaksanaan rapat akibat ketidakhadiran pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) karena suatu alasan yang sah.
(4) A special committee may postpone the meeting due to the absence of the parties referred to in paragraph (1) for a legitimate reason.
(5) Dalam hal pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak hadir tanpa alasan yang sah, atau menolak hadir, panitia khusus dapat meminta satu kali lagi kehadiran yang bersangkutan pada jadwal yang ditentukan.
(5) In the case referred to in paragraph (1) is absent without a valid reason, or refuses to attend, a special committee may ask one more time concerned presence on schedule.
(6) Dalam hal pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak memenuhi permintaan kehadiran yang kedua tanpa alasan yang sah atau menolak hadir, yang bersangkutan dikenai panggilan paksa oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia atas permintaan panitia khusus.
(6) In the case referred to in paragraph (1) does not meet the demand for the presence of a second without a legitimate reason or refuses to attend, call the concerned subject to forced by the Indonesian Police at the request of a special committee.
(7) Dalam hal panggilan paksa sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak dipenuhi tanpa alasan yang sah, yang bersangkutan dapat disandera paling
(7) In the case of a forced call referred to in subsection (5) is not fulfilled without a valid reason, the question may be held hostage more than 15
lama 15 (lima belas) Hari oleh aparat yang berwajib, sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
(fifteen) days by officials authorities, in accordance with the provisions of the legislation.
Pasal 206
Article 206
(1) Panitia angket melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada rapat paripurna DPR paling lama 60 (enam puluh) Hari sejak dibentuknya panitia angket.
(1) The Committee questionnaire reported execution of his duty to the plenary session of the House of Representatives not later than 60 (sixty) days since the establishment of the committee.
(2) Rapat paripurna DPR mengambil keputusan terhadap laporan panita angket.
(2) Parliament plenary meeting took the decision to the committee report questionnaire.
Pasal 207
Article 207
(1) Setelah menyelesaikan tugasnya, panitia angket menyampaikan laporan dalam rapat paripurna DPR dan selanjutnya laporan tersebut dibagikan kepada semua anggota.
(1) Upon completion of its work, the committee submit a report in the next plenary session of the Parliament and the report is distributed to all members.
(2) Pengambilan keputusan tentang laporan panitia angket sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didahului dengan laporan hasil panitia angket dan pendapat akhir fraksi.
(2) The decision of the committee report as referred to in paragraph (1) preceded by the report of the committee and the final opinion of the fraction.
Pasal 208
Article 208
(1) Apabila rapat paripurna DPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 206 ayat (2) memutuskan bahwa pelaksanaan suatu undang-undang dan/atau kebijakan Pemerintah yang berkaitan dengan hal penting, strategis, dan berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bertentangan dengan ketentuan peraturan perundangundangan, DPR dapat menggunakan hak menyatakan pendapat.
(1) If the plenary session of Parliament referred to in Article 206 paragraph (2) decided that the implementation of a law and / or policy of the Government with regard to the important things, strategic, and have broad impact on society, nation, and state contrary to the provisions of legislation, Parliament can exercise their right to express opinions.
(2) Apabila rapat paripurna DPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 206 ayat (2) memutuskan bahwa pelaksanaan suatu undang-undang dan/atau kebijakan Pemerintah yang berkaitan dengan hal penting, strategis, dan berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, usul hak angket dinyatakan selesai dan materi angket tersebut tidak dapat diajukan kembali.
(2) If the plenary session of Parliament referred to in Article 206 paragraph (2) decided that the implementation of a law and / or policy of the Government with regard to the important things, strategic, and have broad impact on society, nation, and the state does not conflict with provisions of the legislation, proposed right of inquiry stated that the questionnaire is completed and the material can not be resubmitted.
(3) Keputusan DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus mendapatkan persetujuan dari rapat paripurna DPR yang dihadiri lebih dari 1/2
(3) The decision of the House of Representatives referred to in paragraph (1) and paragraph (2) shall obtain the approval of the House of Representatives
(satu per dua) jumlah anggota DPR dan keputusan diambil dengan persetujuan lebih dari 1/2 (satu per dua) jumlah anggota DPR yang hadir.
plenary meeting attended by more than 1/2 (one half) the number of members of Parliament and a decision was taken with the approval of more than half ( one per two) the number of members of Parliament who attended.
(4) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan oleh pimpinan DPR kepada Presiden paling lama 7 (tujuh) Hari sejak keputusan diambil dalam rapat paripurna DPR.
(4) The decision referred to in paragraph (3) shall be submitted by the House leadership to the President not later than 7 (seven) days since the decision was taken in a plenary session of Parliament.
(5) DPR dapat menindaklanjuti keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sesuai dengan kewenangan DPR menurut ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Parliament may follow the decision referred to in paragraph (3) in accordance with the authority of the House of Representatives under the terms of the legislation.
Pasal 209
Article 209
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan hak angket diatur dalam peraturan DPR tentang tata tertib.
Further provisions concerning the procedures for the exercise of inquiry set up in the House of disciplinary regulations.
Paragraf 3
Paragraph 3
Hak Menyatakan Pendapat
Stating Rights Opinion
Pasal 210
Article 210
(1) Hak menyatakan pendapat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 ayat (1) huruf c diusulkan oleh paling sedikit 25 (dua puluh lima) orang anggota DPR.
(1) The right of expression as referred to in Article 79 paragraph (1) letter c proposed by at least 25 (twenty five) members of the House of Representatives.
(2) Pengusulan hak menyatakan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan dokumen yang memuat paling sedikit:
(2) Proposing the right to express an opinion as referred to in paragraph (1) shall be accompanied by a document that contains at least:
a. materi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 ayat (4) huruf a dan alasan pengajuan usul pernyataan pendapat;
a. material referred to in Article 79 paragraph (4) letter a and the reason the proposal to express an opinion;
b. materi hasil pelaksanaan hak interpelasi atau hak angket sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 ayat (4) huruf b; atau
b. material results of the implementation of the right of interpellation or right of inquiry referred to in Article 79 paragraph (4) b; or
c. materi dan bukti yang sah atas dugaan adanya tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 ayat (4) huruf c atau materi dan bukti yang sah atas dugaan tidak dipenuhinya syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 ayat (4) huruf c.
c. material and valid evidence on allegations of acts referred to in Article 79 paragraph (4) c or material and valid evidence of alleged non-compliance of the terms as President and / or Vice President referred to in Article 79 paragraph (4) c.
(3) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi hak menyatakan pendapat DPR apabila mendapatkan persetujuan dari rapat paripurna DPR yang dihadiri paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota DPR dan keputusan diambil dengan persetujuan paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari
(3) The proposal referred to in paragraph (1) are entitled to express an opinion if it gets approval from the House of Representatives plenary meeting attended by at least 2/3 (two thirds) of the number of members of Parliament and a decision was taken with the approval of at least 2/3 ( two-thirds) of the
jumlah anggota DPR yang hadir.
members of Parliament who attended.
Pasal 211
Article 211
(1) Usul hak menyatakan pendapat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 210 disampaikan oleh pengusul kepada pimpinan DPR.
(1) The recommendations of freedom of expression as defined in Article 210 submitted by the proposer to the House leadership.
(2) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diumumkan oleh pimpinan DPR dalam rapat paripurna DPR dan dibagikan kepada semua anggota DPR.
(2) The proposal referred to in paragraph (1) shall be announced by the leadership of the House in plenary session of the House and distributed to all members of Parliament.
(3) Badan Musyawarah membahas dan menjadwalkan rapat paripurna DPR atas usul menyatakan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan dapat memberikan kesempatan kepada pengusul untuk memberikan penjelasaan atas usul menyatakan pendapatnya secara ringkas.
(3) The Board Meeting to discuss and schedule a plenary session of Parliament on the proposal expressed the opinion referred to in paragraph (1) and can provide an opportunity for the applicant to provide exposition on the proposal briefly stated his opinion.
(4) Selama usul hak menyatakan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum disetujui oleh rapat paripurna DPR, pengusul dapat mengadakan perubahan dan menarik usulnya kembali.
(4) During the proposed freedom of expression referred to in paragraph (1) has not been approved by the plenary session of the Parliament, the proponent can make changes and draw its back.
(5) Perubahan atau penarikan kembali usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus ditandatangani oleh semua pengusul dan disampaikan kepada pimpinan DPR secara tertulis dan dibagikan kepada semua anggota DPR.
(5) Alteration or withdrawal of the proposal referred to in paragraph (4) shall be signed by all the proponents and submitted to the leadership of the House in writing and distributed to all members of Parliament.
(6) Dalam hal jumlah penanda tangan usul menyatakan pendapat yang belum memasuki pembicaraan tingkat I menjadi kurang dari jumlah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 210 ayat (1), harus diadakan penambahan penanda tangan sehingga jumlahnya mencukupi.
(6) In the event that the number of signatories expressed the opinion that the proposal has not yet entered the first-level talks to be less than the amount referred to in Article 210 paragraph (1), the addition of the signatory must be held so that the amount is sufficient.
(7) Dalam hal terjadi pengunduran diri penanda tangan usul hak menyatakan pendapat sebelum dan pada saat rapat paripurna DPR yang telah dijadwalkan oleh Badan Musyawarah, yang berakibat jumlah penanda tangan tidak mencukupi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 210 ayat (1), ketua rapat paripurna DPR mengumumkan pengunduran diri tersebut dan acara rapat paripurna untuk itu dapat ditunda dan/atau dilanjutkan setelah jumlah penanda tangan mencukupi.
(7) In the event of the resignation of the signatory proposal freedom of expression before and during the plenary session of the Parliament which has been scheduled by the Consultative Council, which resulted in insufficient number of signatories as referred to in Article 210 paragraph (1), chairman of the plenary session of the House of Representatives announced such resignation and a plenary session for the event can be delayed and / or continued after sufficient number of signatories.
(8) Apabila sebelum dan/atau pada saat rapat paripurna DPR terdapat anggota yang menyatakan ikut sebagai pengusul hak menyatakan pendapat dengan membubuhkan tanda tangan pada lembar pengusul, ketua rapat paripurna DPR mengumumkan hal tersebut dan rapat paripurna DPR sebagaimana
(8) If the before and / or during the plenary meeting of the member states are participating as proposer freedom of expression to sign the sheet proposer, chairman of the House of Representatives plenary session and announced that the plenary session of Parliament referred to in paragraph (7) remain can be
dimaksud pada ayat (7) tetap dapat dilanjutkan.
resumed.
(9) Apabila sampai 2 (dua) kali masa persidangan jumlah penanda tangan yang dimaksud tidak terpenuhi, usul tersebut menjadi gugur.
(9) If up to two (2) times the number of signatories of the trial period is not met, the proposal becomes void.
Pasal 212
Article 212
(1) DPR memutuskan menerima atau menolak usul hak menyatakan pendapat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 211 ayat (1).
(1) Parliament decided to accept or reject the recommendation of freedom of expression as defined in Article 211 paragraph (1).
(2) Dalam hal DPR menerima usul hak menyatakan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), DPR membentuk panitia khusus yang terdiri atas semua unsur fraksi DPR dengan keputusan DPR.
(2) In the case of the House accept the proposal of the right of expression referred to in paragraph (1), the Parliament formed a special committee consisting of all elements of the fraction of the House with the House's decision.
(3) Dalam hal DPR menolak usul hak menyatakan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), usul tersebut tidak dapat diajukan kembali.
(3) In the case of the House of Representatives rejected the proposal right to express an opinion as referred to in paragraph (1), the proposal can not be resubmitted.
Pasal 213
Article 213
(1) Panitia khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 212 ayat (2) melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada rapat paripurna DPR paling lama 60 (enam puluh) Hari sejak dibentuknya panitia khusus.
(1) A special committee referred to in Article 212 paragraph (2) report the performance of its duties to the plenary session of the House of Representatives not later than 60 (sixty) days from the establishment of a special committee.
(2) Rapat paripurna DPR mengambil keputusan terhadap laporan panitia khusus.
(2) Parliament plenary meeting take a decision on the report of the special committee.
Pasal 214
Article 214
(1) Dalam hal rapat paripurna DPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 213 ayat (2) memutuskan menerima laporan panitia khusus terhadap materi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 ayat (4) huruf a dan huruf b, DPR menyatakan pendapatnya kepada Pemerintah.
(1) In the case of the plenary session of Parliament referred to in Article 213 paragraph (2) decided to accept the report of the special committee of the material referred to in Article 79 paragraph (4) letter a and b, the Parliament expressed its opinion to the Government.
(2) Dalam hal rapat paripurna DPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 213 ayat (2) memutuskan menerima laporan panitia khusus yang menyatakan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela, ataupun tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden, DPR menyampaikan keputusan tentang
(2) In the case of the plenary session of Parliament referred to in Article 213 paragraph (2) decided to accept the report of the special committee which states that the President and / or Vice President of committing an offense, such as treason, corruption, bribery, other felonies, or deeds reprehensible, or no longer qualifies as President and / or Vice President, the House of Representatives delivered a decision on the right to express opinions to the Constitutional
hak menyatakan pendapat kepada Konstitusi untuk mendapatkan putusan.
Mahkamah
Court for a ruling.
(3) Dalam hal rapat paripurna DPR menolak laporan panitia khusus terhadap materi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 ayat (4), hak menyatakan pendapat tersebut dinyatakan selesai dan tidak dapat diajukan kembali.
(3) In the case of the plenary session of the House of Representatives rejected the report of the special committee of the material referred to in Article 79 paragraph (4), the right to express that opinion was complete and can not be resubmitted.
(4) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus mendapat persetujuan dari rapat paripurna DPR yang dihadiri paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota DPR dan keputusan diambil dengan persetujuan paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota DPR yang hadir.
(4) The decision referred to in paragraph (3) shall be approved by the House of Representatives plenary meeting attended by at least 2/3 (two thirds) of the number of members of Parliament and a decision was taken with the approval of at least 2/3 (two thirds) of number of members of Parliament are present.
(5) Keputusan DPR mengenai usul menyatakan pendapat sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Presiden.
(5) The decision of the House of Representatives regarding the origin of expression as referred to in paragraph (2) shall be submitted to the President.
Pasal 215
Article 215
(1) Dalam hal Mahkamah Konstitusi me-mutuskan bahwa pendapat DPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 214 ayat (2) terbukti, DPR menyelenggarakan rapat paripurna untuk meneruskan usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden kepada MPR.
(1) In the case of the Constitutional Court decided that the opinion of me-the House referred to in Article 214 paragraph (2) is proven, the House held a plenary meeting to forward the proposal for dismissal of the President and / or Vice President of the Assembly.
(2) Dalam hal Mahkamah Konstitusi me-mutuskan bahwa pendapat DPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 214 ayat (2) tidak terbukti, usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak dapat dilanjutkan.
(2) In the case of the Constitutional Court decided that the opinion of me-the House referred to in Article 214 paragraph (2) is not proven, the proposal for dismissal of the President and / or Vice President can not continue.
Pasal 216
Article 216
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan hak menyatakan pendapat diatur dalam peraturan DPR tentang tata tertib.
Further provisions concerning the procedures for the exercise of expression is regulated in the House of order.
Bagian Kesebelas
Part Eleven
Pelaksanaan Hak Anggota
Member Rights Implementation
Paragraf 1
Paragraph 1
Hak Mengajukan Usul Rancangan Undang-Undang
Right to Proposed Bill
Pasal 217
Article 217
(1) Anggota DPR mempunyai hak mengajukan usul rancangan undang-undang.
(1) Member of Parliament has the right to propose a bill.
(2) Ketentuan mengenai tata cara pengajuan usul rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud
(2) The procedure of the proposal draft law referred
pada ayat (1) diatur dalam peraturan DPR tentang tata tertib.
to in paragraph (1) is regulated in the House of order.
Paragraf 2
Paragraph 2
Hak Mengajukan Pertanyaan
Asking the Right Questions
Pasal 218
Article 218
(1) Anggota DPR mempunyai hak mengajukan pertanyaan.
(1) Members of Parliament have the right to ask questions.
(2) Dalam hal pertanyaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Presiden, pertanyaan tersebut disusun secara tertulis, singkat, dan jelas serta disampaikan kepada pimpinan DPR.
(2) In the event that the question referred to in paragraph (1) shall be submitted to the President, the question was formulated in writing, concise, and clear, and submitted to the House leadership.
(3) Apabila diperlukan, pimpinan DPR dapat meminta penjelasan kepada anggota DPR yang mengajukan pertanyaan.
(3) If necessary, the House leadership may request an explanation to members of Parliament who asked the question.
(4) Pimpinan DPR meneruskan pertanyaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Presiden, pimpinan lembaga negara, atau badan hukum dan meminta agar Presiden, pimpinan lembaga negara, atau badan hukum memberikan jawaban.
(4) House leadership to continue the question referred to in paragraph (1) to the President, the head of the state agency, or a legal entity and request the President, heads of state institutions, or legal entity to provide answers.
(5) Pertanyaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat bersifat tertutup atau terbuka.
(5) The question referred to in subsection (2) may be closed or open.
(6) Pimpinan DPR tidak dapat mengumumkan pertanyaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang bersifat tertutup.
(6) The leadership of the House of Representatives can not announce the question referred to in paragraph (2) which is closed.
(7) Pimpinan DPR dapat mengumumkan pertanyaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang bersifat terbuka.
(7) The leadership of the House may announce the questions referred to in paragraph (2) which is open.
Pasal 219
Article 219
(1) Jawaban atas pertanyaan anggota DPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 218 ayat (2) disampaikan secara tertulis oleh Presiden, pimpinan lembaga negara, atau badan hukum dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) Hari sejak pertanyaan diterima oleh Presiden, pimpinan lembaga negara, atau badan hukum.
(1) The answer to question members of Parliament referred to in Article 218 paragraph (2) shall be submitted in writing by the President, heads of state institutions, or legal entities within a maximum period of 30 (thirty) days from the inquiries received by the President, heads of state institutions , or a legal entity.
(2) Penyampaian jawaban oleh Presiden sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diwakilkan kepada menteri atau pejabat yang ditunjuk.
(2) The response by the President referred to in paragraph (1) may be represented by the minister or his representative.
Paragraf 3
Paragraph 3
Hak Menyampaikan Usul dan Pendapat
Delivering rights proposal and Opinions
Pasal 220
Article 220
(1) Anggota DPR berhak menyampaikan usul dan pendapat mengenai suatu hal, baik yang sedang dibicarakan maupun yang tidak dibicarakan dalam rapat.
(1) Member of Parliament entitled to submit proposals and opinions on a matter, which is being discussed or not discussed in the meeting.
(2) Tata cara penyampaian usul dan pendapat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan mengenai hak mengajukan pertanyaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 218.
(2) The procedure for submission of proposals and opinions carried out in accordance with the provisions on the right to ask the question referred to in Article 218.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyampaian usul dan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam peraturan DPR tentang tata tertib.
(3) Further provisions on the procedure for submitting proposals and opinions referred to in paragraph (1) and (2) pursuant to the rules of the order of the House of Representatives.
Pasal 221
Article 221
(1) Dalam menyampaikan usul dan pendapat dalam rapat, anggota mendaftar pada ketua rapat.
(1) In presenting the proposal and in the opinion of the meeting, members register at the meeting chairman.
(2) Hak menyampaikan usul dan pendapat dalam rapat diberikan terlebih dahulu kepada anggota yang datang lebih awal.
(2) The proposal and the opinion expressed in the meeting is given in advance to the members who came early.
(3) Usul dan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat diajukan secara lisan dan/ atau tertulis, singkat, dan jelas kepada ketua rapat.
(3) The recommendations and opinions referred to in paragraph (1), may be made orally and / or written, concise, and clear to the chairman of the meeting.
(4) Apabila diperlukan, ketua rapat dapat meminta anggota yang menyampaikan usul dan pendapat untuk memperjelas usul dan pendapatnya.
(4) If necessary, the chairman of the meeting may request that members submit proposals and opinions to clarify the proposal and opinion.
Paragraf 4
Paragraph 4
Hak Memilih dan Dipilih
Choosing and Selected
Pasal 222
Article 222
(1) Anggota DPR mempunyai hak memilih dan (1) Members of Parliament have the right to elect dipilih untuk menduduki jabatan tertentu pada alat and be elected to occupy certain positions in the kelengkapan DPR. House of Representatives fittings. (2) Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan hak memilih dan dipilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam peraturan DPR tentang tata tertib.
(2) The provisions concerning the procedures for the implementation of the right to elect and be elected as referred to in paragraph (1) is regulated in the House of order.
Paragraf 5
Paragraph 5
Hak Membela Diri
Self Defending Rights
Pasal 223
Article 223
(1) Anggota DPR yang diduga melakukan pelanggaran sumpah/janji, kode etik, dan/atau tidak melaksanakan kewajiban sebagai anggota diberi kesempatan untuk membela diri dan/atau memberikan keterangan kepada Mahkamah Kehormatan Dewan.
(1) Members of Parliament who allegedly violating the oath / pledge, code of conduct, and / or does not perform its obligations as members are given the opportunity to defend themselves and / or provide information to the Court of Honor Council.
(2) Ketentuan mengenai tata cara membela diri dan/atau memberikan keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam peraturan DPR tentang tata tertib.
(2) The procedure of self-defense and / or provide information referred to in paragraph (1) is regulated in the House of order.
Paragraf 6
Paragraph 6
Hak Imunitas
Rights Immunity
Pasal 224
Article 224
(1) Anggota DPR tidak dapat dituntut di depan pengadilan karena pernyataan, pertanyaan, dan/atau pendapat yang dikemukakannya baik secara lisan maupun tertulis di dalam rapat DPR ataupun di luar rapat DPR yang berkaitan dengan fungsi serta wewenang dan tugas DPR.
(1) Members of Parliament can not be prosecuted in court for statements, questions, and / or opinions he presented both orally and in writing at the meeting of the House and outside the House meeting relating to the functions and powers and duties of the House of Representatives.
(2) Anggota DPR tidak dapat dituntut di depan pengadilan karena sikap, tindakan, kegiatan di dalam rapat DPR ataupun di luar rapat DPR yang sematamata karena hak dan kewenangan konstitusional DPR dan/atau anggota DPR.
(2) Member of Parliament shall be prosecuted in court because of the attitude, actions, activities inside and outside the board meeting board meeting which is solely due to the rights and authority of the House of Representatives and / or members of Parliament.
(3) Anggota DPR tidak dapat diganti antarwaktu karena pernyataan, pertanyaan, dan/atau pendapat yang dikemukakannya baik di dalam rapat DPR maupun di luar rapat DPR yang berkaitan dengan fungsi serta wewenang dan tugas DPR.
(3) Member of Parliament can not be replaced interim because of statements, questions, and / or opinions put forward both within and outside the board meeting board meeting relating to the functions and powers and duties of the House of Representatives.
(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam hal anggota yang bersangkutan mengumumkan materi yang telah disepakati dalam rapat tertutup untuk dirahasiakan atau hal lain yang dinyatakan sebagai rahasia negara menurut ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) The provisions referred to in paragraph (1) shall not apply in the case of members of the relevant announced material that has been agreed in a closed meeting to be kept secret or any other thing that is expressed as a state secret in accordance with the provisions of the legislation.
(5) Pemanggilan dan permintaan keterangan kepada anggota DPR yang diduga melakukan tindak pidana sehubungan dengan pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) harus mendapatkan persetujuan tertulis dari Mahkamah Kehormatan Dewan.
(5) The invitation and requests for information from members of the House who is suspected of committing criminal offenses in connection with the implementation of the tasks referred to in paragraph (1), paragraph (2), paragraph (3) and (4) must obtain written approval from the Court Honor Board.
(6) Mahkamah Kehormatan Dewan harus memproses dan memberikan putusan atas surat pemohonan tersebut dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) Hari setelah diterimanya permohonan persetujuan pemanggilan keterangan tersebut.
(6) the Court of Honor Council must process and give a decision on the petition letter within a maximum period of 30 (thirty) days after receipt of an application for approval of the call information.
(7) Dalam hal Mahkamah Kehormatan Dewan memutuskan tidak memberikan persetujuan atas pemanggilan angggota DPR, surat pemanggilan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak memiliki kekuatan hukum/batal demi hukum.
(7) In the event that the Court Honor Board decided not to give approval for calling the members of Parliament, summons referred to in subsection (5) does not have the force of law / null and void.
Paragraf 7
Paragraph 7
Hak Protokoler
Rights Protocol
Pasal 225
Article 225
(1) Pimpinan DPR dan anggota DPR mempunyai hak protokoler.
(1) The leadership of the House and members of Parliament have the right protocol.
(2) Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan hak protokoler sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam peraturan perundang-undangan.
(2) The provisions concerning the procedures for the exercise of the protocol referred to in paragraph (1) is set in the legislation.
Paragraf 8
Paragraph 8
Hak Keuangan dan Administratif
Financial and Administrative Rights
Pasal 226
Article 226
(1) Pimpinan DPR dan anggota DPR mempunyai hak keuangan dan administratif.
(1) The leadership of the House and members of Parliament have the financial and administrative rights.
(2) Hak keuangan dan administratif pimpinan DPR dan anggota DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun oleh pimpinan DPR dan diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) The financial and administrative leadership of the House and members of Parliament referred to in paragraph (1) shall be prepared by the leaders of the House and governed in accordance with the provisions of the legislation.
Paragraf 9
Paragraph 9
Hak Pengawasan
Rights Monitoring
Pasal 227
Article 227
(1) Setiap anggota berhak mengawasi pelaksanaan APBN dan memperjuangkan kepentingan masyarakat, termasuk di daerah pemilihan.
(1) Every member is entitled to supervise the implementation of the state budget and the interests of society, including in the constituency.
(2) Untuk melaksanakan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), anggota DPR berhak mendapatkan dukungan administrasi keuangan dan pendampingan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
(2) In order to exercise the rights referred to in paragraph (1), members of Parliament are entitled to financial administrative support and assistance in
undangan.
accordance with the provisions of the legislation.
(3) Sebagai bahan dalam melakukan fungsi pengawasan, kementerian/lembaga wajib menyerahkan kepada komisi terkait bahan tertulis mengenai jenis belanja dan kegiatan paling lambat 30 (tiga puluh) Hari setelah undang-undang tentang APBN atau undang-undang tentang APBNP ditetapkan di paripurna DPR.
(3) As the material in performing supervisory functions, ministries / agencies are required to submit written material related to the commission of the type of expenditure and activity no later than 30 (thirty) days after the law on the state budget or revised budget laws set out in the plenary.
(4) Jenis belanja dan kegiatan yang diserahkan ke komisi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diakses oleh publik.
(4) Type of shopping and activities submitted to the commission referred to in paragraph (3) can be accessed by the public.
(5) Anggota DPR dapat meminta pihak terkait untuk menindaklanjuti hasil pengawasan yang dilakukan oleh anggota DPR tersebut.
(5) Members of Parliament can ask the relevant parties to follow up on the results of monitoring conducted by members of the House of Representatives.
(6) Pihak terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (5) wajib menindaklanjutinya dan menyampaikan hasil tindak lanjut tersebut kepada anggota DPR.
(6) Related parties referred to in paragraph (5) shall follow up and present the results of the follow-up to the members of Parliament.
Bagian Kedua Belas
Part Twelfth
Persidangan dan Pengambilan Keputusan
Hearing and Decision Making
Paragraf 1
Paragraph 1
Persidangan
Trial
Pasal 228
Article 228
(1) Tahun sidang DPR dimulai pada tanggal 16 Agustus dan diakhiri pada tanggal 15 Agustus tahun berikutnya dan apabila tanggal 16 Agustus jatuh pada hari libur, pembukaan tahun sidang dilakukan pada hari kerja sebelumnya.
(1) In the Parliament session starts on August 16 and ends on August 15 next year and if August 16 falls on a holiday, the opening of the hearing was held on the previous working day.
(2) Khusus pada awal masa jabatan keanggotaan, tahun sidang DPR dimulai pada saat pengucapan sumpah/janji anggota.
(2) Especially at the beginning of a term of membership, the current session of Parliament begins on oath / pledge member.
(3) Tahun sidang dibagi dalam masa persidangan.
(3) In the trial were divided into trial period.
(4) Masa persidangan meliputi masa sidang dan masa reses, kecuali pada persidangan terakhir dari satu periode keanggotaan DPR, masa reses ditiadakan.
(4) The period includes the period of the trial court and the recess, except at the final hearing of the House of Representatives membership period, recess eliminated.
(5) Sebelum pembukaan tahun sidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), anggota DPR dan anggota DPD mendengarkan pidato kenegaraan Presiden dalam sidang bersama yang diselenggarakan oleh DPR atau DPD secara bergantian.
(5) Prior to the opening of the hearing referred to in paragraph (1), DPR and DPD listen to the speech of President in a joint session of the state held by the House of Representatives or DPD alternately.
Pasal 229
Article 229
Semua rapat di DPR pada dasarnya bersifat terbuka, All meetings in the Parliament is essentially open, kecuali rapat tertentu yang dinyatakan tertutup. except for certain meetings declared closed. Pasal 230
Article 230
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara persidangan dan rapat diatur dalam peraturan DPR tentang tata tertib.
Further provisions regarding court proceedings and meetings organized in the House of disciplinary regulations.
Paragraf 2
Paragraph 2
Pengambilan Keputusan
Decision Making
Pasal 231
Article 231
(1) Pengambilan keputusan dalam rapat DPR pada dasarnya dilakukan dengan cara musyawarah untuk mufakat.
(1) Decision-making in a board meeting is basically done by deliberation.
(2) Apabila cara pengambilan keputusan (2) If that decision referred to in paragraph (1) is not sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak terpenuhi, fulfilled, the decision was taken by majority vote. keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak. (3) Setiap keputusan rapat DPR, baik berdasarkan musyawarah untuk mufakat maupun berdasarkan suara terbanyak bersifat mengikat bagi semua pihak yang terkait dalam pengambilan keputusan.
(3) Every decision of the House of Representatives meeting, either by deliberation or by a majority vote is binding for all parties involved in decision making.
Pasal 232
Article 232
(1) Setiap rapat atau sidang DPR dapat mengambil keputusan apabila memenuhi kuorum.
(1) Every meeting or session of Parliament can take a decision if a quorum.
(2) Kuorum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terpenuhi apabila rapat dihadiri oleh lebih dari 1/2 (satu per dua) jumlah anggota rapat dan terdiri atas lebih dari 1/2 (satu per dua) jumlah fraksi, kecuali dalam rapat pengambilan keputusan terhadap pelaksanaan hak menyatakan pendapat.
(2) The quorum referred to in paragraph (1) is met if the meeting was attended by more than 1/2 (one half) the number of members of the meeting and made up more than 1/2 (one half) the number of fractions, except in the decision-making meeting that the right to express opinions.
(3) Apabila kuorum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak terpenuhi, rapat ditunda paling banyak 2 (dua) kali dengan tenggang waktu masing-masing tidak lebih dari 24 (dua puluh empat) jam.
(3) If a quorum referred to in paragraph (2) are not met, the meeting adjourned at most two (2) times at an interval of each no more than 24 (twenty four) hours.
(4) Setelah 2 (dua) kali penundaan, kuorum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) belum juga terpenuhi, cara penyelesaiannya diserahkan kepada pimpinan DPR.
(4) After two (2) times the delay, the quorum referred to in paragraph (2) has not been fulfilled, the way the settlement submitted to the House leadership.
Pasal 233
Article 233
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengambilan keputusan diatur dalam peraturan DPR
Further provisions on the procedure of decisionmaking is regulated in the House of order.
tentang tata tertib. Bagian Ketiga Belas
Part Thirteenth
Tata Tertib dan Kode Etik
Rules and Code of Ethics
Paragraf 1
Paragraph 1
Tata Tertib
Order
Pasal 234
Article 234
(1) Tata tertib DPR ditetapkan oleh DPR dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
(1) The rules set out by the House of Representatives House of Representatives based on the legislation.
(2) Tata tertib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku di lingkungan internal DPR.
(2) The rules referred to in paragraph (1) applies in the internal environment of the House.
(3) Tata tertib DPR paling sedikit memuat ketentuan tentang:
(3) at least the House Rules contain provisions concerning:
a. pengucapan sumpah/janji;
a. oath / pledge;
b. penetapan pimpinan;
b. determination of the leadership;
c. pemberhentian dan penggantian pimpinan;
c. dismissal and replacement of the leadership;
d. jenis dan penyelenggaraan persidangan atau rapat;
d. the type and organization of the hearing or meeting;
e. pelaksanaan fungsi, wewenang dan tugas lembaga, serta hak dan kewajiban anggota;
e. implementation of the functions, powers and duties of the institution, as well as the rights and obligations of members;
f. pembentukan, susunan, serta wewenang dan tugas alat kelengkapan;
f. formation, composition, powers and duties as well as fittings;
g. penggantian antarwaktu anggota;
g. interim replacement member;
h. pengambilan keputusan;
h. decision-making;
i. pelaksanaan konsultasi antara legislatif dan eksekutif;
i. consultations between the legislative and the executive;
j. penerimaan pengaduan dan penyaluran aspirasi j. receipt of the complaint and the distribution of masyarakat; people's aspirations; k. pelaksanaan tugas kelompok pakar/ahli; dan
k. implementation of the task group of experts / specialists; and
l. mekanisme keterlibatan dan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan.
l. mechanism for community involvement and participation in the implementation of the legislative function, budgeting, and oversight.
Paragraf 2
Paragraph 2
Kode Etik
Code of Conduct
Pasal 235
Article 235
DPR menyusun kode etik yang berisi norma yang wajib dipatuhi oleh setiap anggota selama menjalankan tugasnya untuk menjaga martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas DPR.
Parliament formulate a code of conduct that contains the norms that must be obeyed by every member for their duties to preserve the dignity, honor, image and credibility of the House.
Bagian Keempat Belas
Part Fourteen
Larangan dan Sanksi
Prohibitions and sanctions
Paragraf 1
Paragraph 1
Larangan
Ban
Pasal 236
Article 236
(1) Anggota DPR dilarang merangkap jabatan sebagai:
(1) Member of Parliament prohibited from holding positions as:
a. pejabat negara lainnya;
a. other state officials;
b. hakim pada badan peradilan; atau
b. judges in the judiciary; or
c. pegawai negeri sipil, anggota Tentara Nasional Indonesia/Kepolisian Negara Republik Indonesia, pegawai pada badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, atau badan lain yang anggarannya bersumber dari APBN/APBD.
c. civil servants, members of the Indonesian National Army / Indonesian National Police, employees of state-owned, locally-owned enterprises, or other entity whose budget comes from the state budget / budget.
(2) Anggota DPR dilarang melakukan pekerjaan sebagai pejabat struktural pada lembaga pendidikan swasta, akuntan publik, konsultan, advokat atau pengacara, notaris, dan pekerjaan lain yang ada hubungannya dengan wewenang dan tugas DPR serta hak sebagai anggota DPR.
(2) Member of Parliament prohibited from doing work as ranking officials in private educational institutions, public accountants, consultants, lawyers or lawyers, notaries, and other work that has to do with the authority and responsibility of the Parliament as well as the rights of members of Parliament.
(3) Anggota DPR dilarang melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme.
(3) Member of Parliament prohibited from engaging in corruption, collusion, and nepotism.
Paragraf 2
Paragraph 2
Sanksi
Sanctions
Pasal 237
Article 237
(1) Anggota DPR yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 81 dikenai sanksi berdasarkan keputusan Mahkamah Kehormatan Dewan.
(1) Members of Parliament who do not carry out the obligations referred to in Article 81 sanctioned by decision of the Court of Honor Council.
(2) Anggota DPR yang terbukti melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 236 ayat (1) dan/atau ayat (2) dikenai sanksi pemberhentian sebagai anggota DPR.
(2) Members of Parliament who violates the provisions referred to in Article 236 paragraph (1) and / or (2) subject to a sanction of dismissal as a member of Parliament.
(3) Anggota DPR yang terbukti melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 236 ayat (3) berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dikenai sanksi
(3) Members of Parliament who violates the provisions referred to in Article 236 paragraph (3) based on court decisions that have acquired legal force remains subject to sanction of dismissal as a
pemberhentian sebagai anggota DPR.
member of Parliament.
Pasal 238
Article 238
Jenis sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 237 ayat (1) berupa:
Types of sanctions referred to in Article 237 paragraph (1) in the form:
a. teguran lisan;
a. verbal warning;
b. teguran tertulis; dan/atau
b. written warning; and / or
c. diberhentikan kelengkapan.
dari
pimpinan
pada
alat
Bagian Kelima Belas Pemberhentian Antarwaktu,
c. dismissed from the leadership of the fittings.
Part Fifteenth Antarwaktu,
Penggantian
Intertemporal dismissal, Replacement Intertemporal,
dan Pemberhentian Sementara
and Dismissal While
Paragraf 1
Paragraph 1
Pemberhentian Antarwaktu
Termination Intertemporal
Pasal 239
Article 239
(1) Anggota DPR berhenti antarwaktu karena:
(1) Member of Parliament temporarily quit because:
a. meninggal dunia;
a. died;
b. mengundurkan diri; atau
b. resigned; or
c. diberhentikan.
c. dismissed.
(2) Anggota DPR diberhentikan antarwaktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, apabila:
(2) Member of Parliament dismissed intertemporal referred to in paragraph (1) letter c, if:
a. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap sebagai anggota DPR selama 3 (tiga) bulan berturut-turut tanpa keterangan apa pun;
a. unable to carry out tasks on an ongoing basis or unavailable remain as a member of the House of Representatives for three (3) consecutive months without any explanation;
b. melanggar sumpah/janji jabatan dan kode etik DPR;
b. violated the oath / pledge of office and code of ethics of Parliament;
c. dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih;
c. was found guilty by a court decision that has gained legal force remained for a criminal offense punishable by imprisonment of 5 (five) years or more;
d. diusulkan oleh partai politiknya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan;
d. proposed by political parties in accordance with laws and regulations;
e. tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon anggota DPR sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan mengenai pemilihan umum anggota DPR,
e. no longer qualify as a candidate member of the House in accordance with the provisions of the legislation regarding the election of members of
DPD dan DPRD;
DPR, DPD and DPRD;
f. melanggar ketentuan larangan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini;
f. violate the prohibition stipulated in this Law;
g. diberhentikan sebagai anggota partai politik sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; atau
g. dismissed as a member of a political party in accordance with the provisions of the legislation; or
h. menjadi anggota partai politik lain.
h. become a member of another political party.
Pasal 240
Article 240
(1) Pemberhentian anggota DPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 239 ayat (1) huruf a dan huruf b serta pada ayat (2) huruf c, huruf d, huruf g, dan huruf h diusulkan oleh pimpinan partai politik kepada pimpinan DPR dengan tembusan kepada Presiden.
(1) Termination of members of Parliament referred to in Article 239 paragraph (1) letter a and b as well as in paragraph (2) c, d, g, and h is proposed by political party leaders to the leadership of the House with a copy to the President .
(2) Paling lama 7 (tujuh) Hari sejak diterimanya usulan pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pimpinan DPR wajib menyampaikan usul pemberhentian anggota DPR kepada Presiden untuk memperoleh peresmian pemberhentian.
(2) No later than seven (7) days of receipt of the proposed dismissal as referred to in paragraph (1), chairman of the House of Representatives shall submit the proposed dismissal of members of the House to the President to obtain the inauguration of dismissal.
(3) Presiden meresmikan pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling lama 14 (empat belas) Hari sejak diterimanya usul pemberhentian anggota DPR dari pimpinan DPR.
(3) The President inaugurated the dismissal referred to in paragraph (2) no later than 14 (fourteen) days from the receipt of the proposal for dismissal of members of Parliament House leaders.
Pasal 241
Article 241
(1) Dalam hal anggota partai politik diberhentikan oleh partai politiknya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 239 ayat (2) huruf d dan yang bersangkutan mengajukan keberatan melalui pengadilan, pemberhentiannya sah setelah adanya putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
(1) In the case of members of political parties was dismissed by his political party as referred to in Article 239 paragraph (2) d and the corresponding appealed through the courts, unlawful dismissal following a court decision that has obtained permanent legal force.
(2) Dalam hal pemberhentian didasarkan atas aduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 147 ayat (2), Mahkamah Kehormatan Dewan menyampaikan laporan dalam rapat paripurna DPR untuk mendapatkan persetujuan.
(2) In the case of dismissal based on a complaint referred to in Article 147 paragraph (2), the Court Honor Board to submit a report in the plenary session of the Parliament for approval.
(3) Presiden meresmikan pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling lama 14 (empat belas) Hari sejak diterimanya usul pemberhentian anggota DPR dari pimpinan DPR.
(3) The President inaugurated the dismissal referred to in paragraph (2) no later than 14 (fourteen) days from the receipt of the proposal for dismissal of members of Parliament House leaders.
Paragraf 2
Paragraph 2
Penggantian Antarwaktu
Replacement Intertemporal
Pasal 242
Article 242
(1) Anggota DPR yang berhenti antarwaktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 239 ayat (1) dan Pasal 240 ayat (1) digantikan oleh calon anggota DPR yang memperoleh suara terbanyak urutan berikutnya dalam daftar peringkat perolehan suara dari partai politik yang sama pada daerah pemilihan yang sama.
(1) Members of Parliament who temporarily quit as referred to in Article 239 paragraph (1) and Article 240 paragraph (1) is replaced by a member of the House of Representatives candidate with the most votes next order in the ranking list of votes from the same political party in the same constituency .
(2) Dalam hal calon anggota DPR yang memperoleh suara terbanyak urutan berikutnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meninggal dunia, mengundurkan diri, atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon anggota DPR, anggota DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digantikan oleh calon anggota DPR yang memperoleh suara terbanyak urutan berikutnya dari partai politik yang sama pada daerah pemilihan yang sama.
(2) In the case of members of the House of Representatives candidate with the most votes next order referred to in subsection (1) dies, resigns, or no longer qualifies as a candidate member of the House of Representatives, members of Parliament referred to in paragraph (1) is replaced by the prospective members Parliament who gets the most votes next sequence of the same political party in the same constituency.
(3) Masa jabatan anggota DPR pengganti antarwaktu melanjutkan sisa masa jabatan anggota DPR yang digantikannya.
(3) The term of office of members of the House of Representatives interim replacement to continue the rest of the term of office of the House that it replaces.
Pasal 243
Article 243
(1) Pimpinan DPR menyampaikan nama anggota DPR yang diberhentikan antarwaktu dan meminta nama calon pengganti antarwaktu kepada KPU.
(1) The leadership of the House delivered name members of the House who dismissed interim and ask for the name of the candidate to the Commission interim replacement.
(2) KPU menyampaikan nama calon pengganti antarwaktu berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 242 ayat (1) dan ayat (2) kepada pimpinan DPR paling lama 5 (lima) Hari sejak diterimanya surat pimpinan DPR.
(2) the Commission submit interim replacement candidates based on the provisions referred to in Article 242 paragraph (1) and (2) to the leadership of the House not later than 5 (five) days from the receipt of the House leadership.
(3) Paling lama 7 (tujuh) Hari sejak menerima nama calon pengganti antarwaktu dari KPU sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pimpinan DPR menyampaikan nama anggota DPR yang diberhentikan dan nama calon pengganti antarwaktu kepada Presiden.
(3) At least seven (7) days after the receipt of the replacement candidate interim name of the Commission referred to in paragraph (2), chairman of the House delivered name members of the House were dismissed and interim replacement candidates to the President.
(4) Paling lama 14 (empat belas) Hari sejak menerima nama anggota DPR yang diberhentikan dan nama calon pengganti antarwaktu dari pimpinan DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Presiden meresmikan pemberhentian dan pengangkatannya dengan keputusan Presiden.
(4) At least 14 (fourteen) days of receiving the name of a member of Parliament who was dismissed and interim replacement candidate names of leaders of the House referred to in paragraph (3), the President inaugurated the dismissal and appointment with the President's decision.
(5) Sebelum memangku jabatannya, anggota DPR pengganti antarwaktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) mengucapkan sumpah/janji yang dipandu oleh pimpinan DPR dengan teks sumpah/janji sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78.
(5) Before taking office, members of the House of Representatives interim replacement as referred to in paragraph (3) oath / pledge guided by the leadership of the House with the text oath / pledge as referred to in Article 78.
(6) Penggantian antarwaktu anggota DPR tidak dilaksanakan apabila sisa masa jabatan anggota DPR yang digantikan kurang dari 6 (enam) bulan.
(6) Replacement intertemporal House members would not be implemented if the remaining term of office of the members of Parliament who was replaced less than 6 (six) months.
Paragraf 3
Paragraph 3
Pemberhentian Sementara
Lay-off
Pasal 244
Article 244
(1) Anggota DPR diberhentikan sementara karena:
(1) Member of Parliament suspended because:
a. menjadi terdakwa dalam perkara tindak pidana umum yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun; atau
a. become a defendant in a criminal case generally subject to imprisonment for a minimum of 5 (five) years; or
b. menjadi terdakwa dalam perkara tindak pidana khusus.
b. become a defendant in a criminal case is special.
(2) Dalam hal anggota DPR dinyatakan terbukti bersalah karena melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a atau huruf b berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, anggota DPR yang bersangkutan diberhentikan sebagai anggota DPR.
(2) In the case of members of Parliament was found guilty of a criminal act referred to in paragraph (1) letter a or b based on court decisions that have permanent legal power, members of the House in question is dismissed as a member of Parliament.
(3) Dalam hal anggota DPR dinyatakan tidak terbukti melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a atau huruf b berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, anggota DPR yang bersangkutan diaktifkan.
(3) In the case of members of the House of Representatives declared not guilty of the criminal offense referred to in paragraph (1) letter a or b based on court decisions that have permanent legal power, members of the House in question is enabled.
(4) Anggota DPR yang diberhentikan sementara, tetap mendapatkan hak keuangan tertentu.
(4) Member of Parliament who has been suspended, still getting certain financial rights.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberhentian sementara diatur dalam peraturan DPR tentang tata tertib.
(5) Further provisions on the procedure for dismissal while regulated in the House of order.
Bagian Keenam Belas
Part Six Twelve
Penyidikan
Investigations
Pasal 245
Article 245
(1) Pemanggilan dan permintaan keterangan untuk penyidikan terhadap anggota DPR yang diduga melakukan tindak pidana harus mendapat
(1) The invitation and request information for the investigation of the members of Parliament who allegedly committed the crime must obtain written
persetujuan tertulis dari Mahkamah Kehormatan Dewan.
approval from the Court Honor Board.
(2) Dalam hal persetujuan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak diberikan oleh Mahkamah Kehormatan Dewan paling lama 30 (tiga puluh) Hari terhitung sejak diterimanya permohonan, pemanggilan, dan permintaan keterangan untuk penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan.
(2) In terms of the written agreement referred to in subsection (1) is not given by the Court of Honor of the Board not later than 30 (thirty) days after the receipt of the petition, summons, and inquiries to the investigation referred to in paragraph (1) can be performed.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku apabila anggota DPR:
(3) The provisions referred to in paragraph (1) does not apply if the members of the House of Representatives:
a. tertangkap tangan melakukan tindak pidana;
a. caught committing a crime;
b. disangka melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau tindak pidana kejahatan terhadap kemanusiaan dan keamanan negara berdasarkan bukti permulaan yang cukup; atau
b. suspected of committing a criminal offense that is punishable by death or imprisonment for life or a crime against humanity and the security of the state based on sufficient preliminary evidence; or
c. disangka melakukan tindak pidana khusus.
c. suspected of committing a specific crime.
BAB IV
CHAPTER IV
DPD
DPD
Bagian Kesatu
Part One
Susunan dan Kedudukan
Structure and Status
Pasal 246
Article 246
DPD terdiri atas wakil daerah provinsi yang dipilih melalui pemilihan umum.
Council consists of representatives elected by the provincial general election.
Pasal 247
Article 247
DPD merupakan lembaga perwakilan daerah yang berkedudukan sebagai lembaga negara.
DPD is a representative body area that serves as a state institution.
Bagian Kedua
Part Two
Fungsi
Function
Pasal 248
Article 248
(1) DPD mempunyai fungsi:
(1) The Council has the function:
a. pengajuan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah kepada DPR;
a. submission of draft laws relating to decentralization, central and local relations, the establishment and expansion as well as the merging of regions, management of natural resources and other economic resources, as well as relating to the financial balance of central and local to the House of Representatives;
b. ikut dalam pembahasan rancangan undangundang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah;
b. participate in the discussion of draft laws relating to decentralization, central and local relations, the establishment, expansion and merging of regions, management of natural resources and other economic resources, and financial balance between the central and regional levels;
c. pemberian pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-undang tentang anggaran pendapatan dan belanja negara dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama; serta
c. giving consideration to the Parliament on the draft law on the state budget and draft laws relating to taxation, education, and religion; and
d. pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama.
d. supervision over the implementation of the law on regional autonomy, the establishment, expansion and merging of regions, central and local relations, management of natural resources and other economic resources, the implementation of the state budget, taxes, education, and religion.
(2) Fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijalankan dalam kerangka perwakilan daerah.
(2) The functions referred to in paragraph (1) is executed within the framework of regional representation.
Bagian Ketiga
Part Three
Wewenang dan Tugas
Powers and Duties
Pasal 249
Article 249
(1) DPD mempunyai wewenang dan tugas:
(1) The Council shall have the authority and duties:
a. mengajukan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah kepada DPR;
a. propose draft laws relating to decentralization, central and local relations, the establishment and expansion as well as the merging of regions, management of natural resources and other economic resources, as well as relating to the financial balance of central and local to the House of Representatives;
b. ikut membahas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan hal sebagaimana dimaksud dalam huruf a;
b. participate in the discussion draft laws relating to the matters referred to in paragraph a;
c. menyusun dan menyampaikan daftar inventaris masalah rancangan undang-undang yang berasal dari DPR atau Presiden yang berkaitan dengan hal sebagaimana dimaksud dalam huruf a;
c. prepare and submit an inventory of problems bill from the House of Representatives or the President with regard to the matters referred to in paragraph a;
d. memberikan pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-undang tentang APBN dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama;
d. give consideration to the Parliament on the draft law on the state budget and draft laws relating to taxation, education, and religion;
e. dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan
e. able to supervise the implementation of the law on regional autonomy, establishment, expansion, and the incorporation of local, national and regional
daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan relationships, management of natural resources and sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi other economic resources, the implementation of the lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan state budget, taxes, education, and religion; agama; f. menyampaikan hasil pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan undang-undang APBN, pajak, pendidikan, dan agama kepada DPR sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti;
f. present the results of monitoring of implementation of the law on regional autonomy, establishment, expansion, and the incorporation of local, national and regional relationships, management of natural resources and other economic resources, the implementation of the budget law, taxation, education, and religion to Parliament as consideration to be followed;
g. menerima hasil pemeriksaan atas keuangan negara dari BPK sebagai bahan membuat pertimbangan kepada DPR tentang rancangan undang-undang yang berkaitan dengan APBN;
g. accept the results of the financial state of the CPC as a material consideration to the Parliament made on the draft legislation relating to the state budget;
h. memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pemilihan anggota BPK; dan
h. give consideration to the Parliament in the election of members of the CPC; and
i. menyusun program legislasi nasional yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
i. draw up a program of national legislation relating to regional autonomy, central and local relations, the establishment and expansion as well as the incorporation of the area, the management of natural resources and other economic resources, as well as relating to the financial balance of central and local.
(2) Dalam menjalankan tugas pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, anggota DPD dapat melakukan rapat dengan pemerintah daerah, DPRD, dan unsur masyarakat di daerah pemilihannya.
(2) In carrying out its supervisory duties referred to in paragraph (1) letter d, DPD can conduct meetings with local government, parliament, and the public in the constituency.
Pasal 250
Article 250
(1) Dalam melaksanakan wewenang dan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 249, DPD menyusun anggaran yang dituangkan dalam program dan kegiatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(1) In exercising the powers and duties referred to in Article 249, DPD preparing the budget as outlined in the programs and activities in accordance with the provisions of the legislation.
(2) Dalam menyusun program dan kegiatan DPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), untuk memenuhi kebutuhannya, DPD dapat menyusun standar biaya khusus dan mengajukannya kepada Pemerintah untuk dibahas bersama.
(2) In preparing the program and DPD activities referred to in paragraph (1), to meet their needs, DPD standard can arrange a special fee and submit it to the Government to be discussed together.
(3) Pengelolaan anggaran DPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Sekretariat Jenderal DPD di bawah pengawasan Panitia Urusan Rumah Tangga sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Management DPD budget referred to in paragraph (1) shall be implemented by the Secretariat General of the Council under the supervision of Household Affairs Committee in accordance with the provisions of the legislation.
(4)
(4)
DPD
menetapkan
pertanggungjawaban
The
Council
set
a
budget
management
pengelolaan anggaran DPD dalam peraturan DPD sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
accountability rules DPD DPD in accordance with the provisions of the legislation.
(5) DPD melaporkan pengelolaan anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada publik dalam laporan kinerja tahunan.
(5) reported a DPD budget management as referred to in paragraph (3) to the public in the annual performance report.
Pasal 251
Article 251
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan wewenang dan tugas DPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 249 diatur dalam peraturan DPD tentang tata tertib.
Further provisions concerning the implementation of the powers and duties of the DPD as referred to in Article 249 pursuant to the rules of discipline DPD.
Bagian Keempat
Part Four
Keanggotaan
Membership
Pasal 252
Article 252
(1) Anggota DPD dari setiap provinsi ditetapkan sebanyak 4 (empat) orang.
(1) Members of the Council of each province set at 4 (four) people.
(2) Jumlah anggota DPD tidak lebih dari 1/3 (satu per tiga) jumlah anggota DPR.
(2) The number of members of the DPD is not more than 1/3 (one-third) of the number of members of Parliament.
(3) Keanggotaan DPD diresmikan dengan keputusan Presiden.
(3) Membership of the Council was inaugurated by the President's decision.
(4) Anggota DPD dalam menjalankan tugasnya berdomisili di daerah pemilihannya dan mempunyai kantor di ibu kota provinsi daerah pemilihannya.
(4) Members of the Council in carrying out its duties are domiciled in the constituency and has offices in the provincial capital constituency.
(5) Masa jabatan anggota DPD adalah 5 (lima) tahun dan berakhir pada saat anggota DPD yang baru mengucapkan sumpah/janji.
(5) The term of office of members of the DPD is 5 (five) years and ends at the time of the new Council members took the oath / pledge.
Pasal 253
Article 253
(1) Anggota DPD sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji secara bersama-sama yang dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung dalam sidang paripurna DPD.
(1) Members of the Council before taking his oath / pledge jointly hosted by the Chairman of the Supreme Court in the plenary session of the DPD.
(2) Anggota DPD yang berhalangan mengucapkan sumpah/janji bersama-sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengucapkan sumpah/janji yang dipandu oleh pimpinan DPD.
(2) Members of the Council are unable to take an oath / pledge together as referred to in paragraph (1) oath / pledge guided by the leadership of the DPD.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengucapan sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam peraturan DPD tentang tata tertib.
(3) Further provisions on the procedure of the oath / pledge as referred to in paragraph (1) and (2) pursuant to the rules of discipline DPD.
Pasal 254
Article 254
Sumpah/janji sebagaimana dimaksud dalam Pasal Oath / pledge as referred to in Article 253 as follows: 253 sebagai berikut: Demi Allah (Tuhan) saya bersumpah/berjanji:
For the sake of Allah (God) I swear / promise:
bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya sebagai anggota/ketua/wakil ketua Dewan Perwakilan Daerah dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dengan berpedoman pada Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
that I will fulfill my obligations as a member / chairman / vice-chairman of the Regional Representative Council with the best and fairest, in accordance with the legislation, based on the Pancasila and the Constitution of the Republic of Indonesia Year 1945;
bahwa saya dalam menjalankan kewajiban akan bekerja dengan sungguh-sungguh, demi tegaknya kehidupan demokrasi, serta mengutamakan kepentingan bangsa, negara, dan daerah daripada kepentingan pribadi, seseorang, dan golongan;
that I will work in carrying out their duty in earnest, for the sake of democracy, as well as the interests of the nation, state, and local rather than personal interests, a person, and class;
bahwa saya akan memperjuangkan aspirasi daerah yang saya wakili untuk mewujudkan tujuan nasional demi kepentingan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
that I will fight for the aspirations of the area that I represent to achieve national goals for the sake of the nation and the Republic of Indonesia.
Pasal 255
Article 255
(1) Di provinsi yang dibentuk setelah pelaksanaan pemilihan umum tidak diadakan pemilihan anggota DPD sampai dengan pemilihan umum berikutnya.
(1) In the provinces that formed after the elections are not held DPD until the next general election.
(2) Anggota DPD di provinsi induk juga mewakili provinsi yang dibentuk setelah pemilihan umum.
(2) Members of the Council in the parent province also represent the province was formed after the general election.
Bagian Kelima
Part Five
Hak DPD
Rights Council
Pasal 256
Article 256
DPD berhak:
DPD is entitled:
a. mengajukan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah;
a. propose draft laws relating to decentralization, central and local relations, the establishment and expansion as well as the merging of regions, management of natural resources and other economic resources, as well as relating to the financial balance between the central and regional levels;
b. ikut membahas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya
b. participate in the discussion draft laws relating to decentralization, central and local relations, the establishment, expansion, and the merging of regions, management of natural resources and other
alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah;
economic resources, and financial balance between the central and regional levels;
c. memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pembahasan rancangan undang-undang tentang anggaran pendapatan dan belanja negara dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama;
c. give consideration to the Parliament in the discussion of the draft law on the state budget and draft laws relating to taxation, education, and religion;
d. melakukan pengawasan atas pelaksanaan undangundang mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama.
d. to supervise the implementation of the law on regional autonomy, establishment, expansion, and the incorporation of local, national and regional relationships, management of natural resources and other economic resources, the implementation of the state budget, taxes, education, and religion.
Bagian Keenam
Part Six
Hak dan Kewajiban Anggota
Rights and Obligations of Members
Paragraf 1
Paragraph 1
Hak Anggota
Member Rights
Pasal 257
Article 257
Anggota DPD berhak:
Council Members are entitled:
a. bertanya;
a. asked;
b. menyampaikan usul dan pendapat;
b. submit proposals and opinions;
c. memilih dan dipilih;
c. elect and be elected;
d. membela diri;
d. defensively;
e. imunitas;
e. immunity;
f. protokoler; dan
f. protocol; and
g. keuangan dan administratif.
g. financial and administrative.
Paragraf 2
Paragraph 2
Kewajiban Anggota
Obligations of Members
Pasal 258
Article 258
Anggota DPD berkewajiban:
Council members are obliged:
a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila;
a. uphold and practice Pancasila;
b. melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan menaati peraturan perundang-undangan;
b. implement the Constitution of the Republic of Indonesia Year 1945 and comply with laws and regulations;
c. mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan Negara Kesatuan Republik
c. maintain and preserve national harmony and unity
Indonesia;
of the Republic of Indonesia;
d. mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, golongan, dan daerah;
d. place the interests of the country above personal interests, group, class, and region;
e. menaati prinsip demokrasi penyelenggaraan pemerintahan negara;
e. adhering to the principle of democracy in the administration of state government;
dalam
f. menaati tata tertib dan kode etik;
f. obey the rules and codes of conduct;
g. menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga lain;
g. maintaining ethics and norms in working relationships with other agencies;
h. menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat; dan
h. accommodate and follow the aspirations and complaints; and
i. memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada masyarakat di daerah yang diwakilinya.
i. provide moral and political responsibility to the community in the area it represents.
Bagian Ketujuh
Part Seven
Alat Kelengkapan
Completion Tools
Pasal 259
Article 259
(1) Alat kelengkapan DPD terdiri atas:
(1) Fittings Council consists of:
a. pimpinan;
a. leadership;
b. Panitia Musyawarah;
b. Consultative Committee;
c. panitia kerja;
c. committee work;
d. Panitia Perancang Undang-Undang;
d. Bill Drafting Committee;
e. Panitia Urusan Rumah Tangga;
e. Household Affairs Committee;
f. Badan Kehormatan; dan
f. Honorary Board; and
g. alat kelengkapan lain yang diperlukan dan dibentuk oleh rapat paripurna.
g. other necessary fittings and is formed by the plenary session.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembentukan, susunan, serta wewenang dan tugas alat kelengkapan DPD diatur dalam peraturan DPD tentang tata tertib.
(2) Further provisions on procedures for the establishment, composition, as well as the authority and duty fittings DPD DPD pursuant to the rules of order.
Paragraf 1
Paragraph 1
Pimpinan
Leadership
Pasal 260
Article 260
(1) Pimpinan DPD terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan 2 (dua) orang wakil ketua yang dipilih dari dan
(1) Leadership Council consists of 1 (one) Chair and two (2) Vice-chairman are elected from and by the
oleh anggota DPD dalam sidang paripurna DPD.
DPD in the plenary session of the DPD.
(2) Dalam hal pimpinan DPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum terbentuk, DPD dipimpin oleh pimpinan sementara DPD.
(2) In the case of DPD leaders referred to in paragraph (1) has not been formed, led by the leader of temporary DPD DPD.
(3) Pimpinan sementara DPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas 1 (satu) orang ketua sementara dan 1 (satu) orang wakil ketua sementara yang merupakan anggota tertua dan anggota termuda usianya.
(3) the Governing Council as referred to in paragraph (2) consists of 1 (one) person temporary chairman and 1 (one) Vice-chairman while a member of the oldest and youngest members of her age.
(4) Dalam hal anggota tertua dan/atau anggota termuda sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berhalangan, sebagai penggantinya adalah anggota tertua dan/atau anggota termuda berikutnya.
(4) In the case of the oldest members and / or the youngest member referred to in paragraph (3) is absent, as his successor is the oldest member and / or the next youngest member.
(5) Ketua dan wakil ketua DPD diresmikan dengan keputusan DPD.
(5) The Chairman and deputy chairman of the Council was inaugurated by the Council's decision.
(6) Pimpinan DPD sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji yang teksnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 258 yang dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung.
(6) the Governing Council before taking his oath / pledge that the text referred to in Article 258 are guided by the Chief Justice.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihan pimpinan DPD diatur dalam peraturan DPD tentang tata tertib.
(7) Further provisions on the procedure of electing leaders DPD DPD pursuant to the rules of order.
Pasal 261
Article 261
(1) Pimpinan DPD bertugas:
(1) Leadership Council in charge:
a. memimpin sidang DPD dan menyimpulkan hasil sidang untuk diambil keputusan;
a. presiding over the Council and conclude the trial to take decisions;
b. menyusun rencana kerja pimpinan;
b. plans and leadership;
c. menjadi juru bicara DPD;
c. became spokesman DPD;
d. melaksanakan dan memasyarakatkan keputusan DPD;
d. implement and promote the Council's decision;
e. mengadakan konsultasi dengan Presiden dan pimpinan lembaga negara lainnya sesuai dengan keputusan DPD;
e. consultation with the President and heads of state institutions in accordance with the Council's decision;
f. mewakili DPD di pengadilan;
f. representing the Council in court;
g. melaksanakan keputusan DPD berkenaan dengan penetapan sanksi atau rehabilitasi anggota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
g. implement the Council's decision with regard to sanctions or rehabilitation of members in accordance with the provisions of the legislation;
h. menetapkan arah dan kebijakan umum anggaran DPD; dan
h. establishes the general policy direction and budget DPD; and
i. menyampaikan laporan kinerja dalam sidang paripurna DPD yang khusus diadakan untuk itu.
i. submit performance reports in a special plenary session of the Council was held to it.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan tugas pimpinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam peraturan DPD tentang tata tertib.
(2) Further provisions on procedures for the implementation of the leadership duties referred to in paragraph (1) pursuant to the rules of discipline DPD.
Paragraf 2
Paragraph 2
Panitia Musyawarah
Deliberation Committee
Pasal 262
Article 262
Panitia Musyawarah dibentuk oleh DPD dan merupakan alat kelengkapan DPD yang bersifat tetap.
Consultative Committee established by the Council and the fittings DPD permanent.
Pasal 263
Article 263
(1) Panitia Musyawarah bertugas menetapkan jadwal dan acara persidangan.
(1) The Consultative Committee is responsible for determining the schedule and proceedings.
(2) Apabila Panitia Musyawarah tidak dapat mengadakan rapat untuk menetapkan jadwal dan acara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pimpinan DPD dapat menetapkan jadwal dan acara tersebut.
(2) If the Consultative Committee shall be convened to establish schedules and events referred to in paragraph (1), chairman of the DPD can assign and schedule the event.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembentukan dan mekanisme kerja Panitia Musyawarah diatur dalam peraturan DPD tentang tata tertib.
(3) Further provisions on procedures for the establishment and working mechanism Council Committee pursuant to the rules of discipline DPD.
Paragraf 3
Paragraph 3
Panitia Kerja
Standing committee
Pasal 264
Article 264
(1) Panitia kerja dibentuk oleh DPD dan merupakan alat kelengkapan DPD yang bersifat tetap.
(1) The working committee formed by DPD DPD fittings and is permanent.
(2) Keanggotaan panitia kerja ditetapkan oleh sidang paripurna DPD pada permulaan masa kegiatan DPD dan pada setiap permulaan tahun sidang, kecuali pada permulaan tahun sidang terakhir dari masa keanggotaan DPD.
(2) Membership of the working party established by the plenary session of the Council at the beginning of the DPD activity and at the beginning of each session, except at the beginning of the last session of the term of membership of the DPD.
(3) Panitia kerja dipimpin oleh pimpinan panitia kerja.
(3) working committee chaired by the head of the working committee.
Pasal 265
Article 265
(1) Tugas panitia kerja dalam pengajuan rancangan undang-undang adalah mengadakan persiapan dan pembahasan rancangan undang-undang tertentu.
(1) The task of the working party in the filing of the bill was held preparation and discussion of a particular bill.
(2) Tugas panitia kerja dalam pembahasan rancangan undang-undang yang berasal dari DPR atau Presiden adalah melakukan pembahasan serta menyusun pandangan dan pendapat DPD.
(2) The task of the working party in the discussion of the bill from the House of Representatives or the President is a discussion and collate the views and opinions of the DPD.
(3) Tugas panitia pertimbangan adalah:
pemberian
(3) The task of working in the advisory committee are:
a. melakukan pembahasan dan penyusunan pertimbangan DPD mengenai rancangan undangundang tentang APBN dan rancangan undangundang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan dan agama; dan
a. discussions and preparation of the Council consideration of the draft law on the state budget and draft laws relating to taxation, education and religion; and
b. menyusun pertimbangan DPD terhadap calon anggota BPK yang diajukan DPR.
b. prepare DPD consideration to candidates proposed CPC members of the House.
(4) Tugas panitia kerja di bidang pengawasan adalah:
(4) The task of the committee is working in the field of supervision:
a. melakukan pengawasan atas pelaksanaan undangundang bidang tertentu; dan
a. to supervise the implementation of specific legislation in the area; and
b. membahas hasil pemeriksaan BPK.
b. discuss the results of BPK.
Pasal 266
Article 266
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembentukan dan mekanisme kerja panitia kerja diatur dalam peraturan DPD tentang tata tertib.
Further provisions on the procedure for the formation and mechanism of action of the working party set up in the Council regulation on the order.
Paragraf 4
Paragraph 4
Panitia Perancang Undang-Undang
Bill Drafting Committee
Pasal 267
Article 267
(1) Panitia Perancang Undang-Undang dibentuk oleh DPD dan merupakan alat kelengkapan DPD yang bersifat tetap.
(1) Bill Drafting Committee formed by DPD DPD fittings and is permanent.
(2) Keanggotaan Panitia Perancang Undang-Undang ditetapkan oleh sidang paripurna DPD pada permulaan masa keanggotaan DPD dan pada setiap permulaan tahun sidang, kecuali pada permulaan tahun sidang terakhir masa keanggotaan DPD.
(2) Membership Bill Drafting Committee established by the Council plenary session at the beginning of the membership of the DPD and the beginning of each session, except at the beginning of the last session of the term of membership of the DPD.
(3) Panitia Perancang Undang-Undang dipimpin oleh pimpinan Panitia Perancang Undang-Undang.
(3) Bill Drafting Committee headed by chairman Bill Drafting Committee.
Pasal 268
Article 268
(1) Panitia Perancang Undang-Undang bertugas:
(1) Bill Drafting Committee in charge:
a. merencanakan dan menyusun program serta urutan prioritas pembahasan usul rancangan undangundang untuk 5 (lima) tahun dan prioritas tahunan di
a. planning and programming as well as the order of priority discussion draft legislation proposal for 5
kerja
dalam
lingkungan DPD;
(five) years and annual priorities in the Council;
b. membahas usul rancangan undang-undang berdasarkan program prioritas yang telah ditetapkan;
b. discuss the proposed bill based on a predetermined priority programs;
c. melakukan kegiatan pembahasan, harmonisasi, pembulatan, dan pemantapan konsepsi usul rancangan undang-undang yang disiapkan oleh DPD;
c. conducting discussions, harmonization, rounding, and stabilization of the conception proposed draft legislation prepared by the Council;
d. melakukan pembahasan, pengubahan, dan/atau penyempurnaan rancangan undang-undang yang secara khusus ditugaskan oleh Panitia Musyawarah dan/atau sidang paripurna;
d. discussions, alteration, and / or enhance the draft legislation specifically commissioned by the Consultative Committee and / or the plenary session;
e. melakukan koordinasi, konsultasi, dan evaluasi dalam rangka mengikuti perkembangan materi usul rancangan undang-undang yang sedang dibahas oleh panitia kerja;
e. coordination, consultation, and evaluation in order to follow the development of the materials proposed bill being discussed by the working committee;
f. melakukan evaluasi terhadap program penyusunan usul rancangan undang-undang; dan
f. to evaluate the proposal preparation program bill; and
g. membuat laporan kinerja dan inventarisasi masalah, baik yang sudah maupun yang belum terselesaikan untuk dapat dipergunakan sebagai bahan oleh Panitia Perancang Undang-Undang pada masa keanggotaan berikutnya.
g. create performance reports and inventory problems, either already or not resolved to be used as material by Bill Drafting Committee at the next membership period.
Pasal 269
Article 269
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembentukan dan mekanisme kerja Panitia Perancang Undang-Undang diatur dalam peraturan DPD tentang tata tertib.
Further provisions on procedures for the establishment and working mechanism Bill Drafting Committee pursuant to the rules of discipline DPD.
Paragraf 5
Paragraph 5
Badan Kehormatan
Honorary Board
Pasal 270
Article 270
(1) Badan Kehormatan dibentuk oleh DPD dan merupakan alat kelengkapan DPD yang bersifat tetap.
(1) Honorary Board formed by DPD DPD fittings and is permanent.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembentukan Badan Kehormatan diatur dalam peraturan DPD tentang tata tertib.
(2) Further provisions on the procedure for the establishment of the Honorary Board pursuant to the rules of discipline DPD.
Pasal 271
Article 271
(1) Badan Kehormatan bertugas melakukan penyelidikan dan verifikasi atas pengaduan terhadap anggota karena:
(1) Honorary Board in charge of the investigation and verification of complaints against members because:
a.
a. not carry out the obligations referred to in Article
tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 258;
258;
b. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap sebagai anggota DPD selama 3 (tiga) bulan berturut-turut tanpa keterangan apa pun;
b. unable to carry out tasks on an ongoing basis or as a member of the DPD remains incapacitated for three (3) consecutive months without any explanation;
c. tidak menghadiri sidang paripurna dan/atau rapat alat kelengkapan DPD yang menjadi tugas dan kewajibannya sebanyak 6 (enam) kali berturut-turut tanpa alasan yang sah;
c. did not attend the plenary session and / or conference DPD fittings which tasks and obligations of 6 (six) times in a row without a valid reason;
d. tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon anggota DPD sesuai dengan peraturan perundang-undangan mengenai pemilihan umum anggota DPR, DPD, dan DPRD; dan/atau
d. no longer qualify as a candidate member of DPD in accordance with the laws and regulations regarding the election of members of DPR, DPD, and the legislature; and / or
e. melanggar ketentuan larangan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
e. violate the prohibition as provided for in this Act.
(2) Selain tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Badan Kehormatan melakukan evaluasi dan penyempurnaan peraturan DPD tentang tata tertib dan kode etik DPD.
(2) In addition to the task referred to in paragraph (1), the Honorary an evaluation and refinement of the DPD rules about rules and code of ethics of the DPD.
(3) Badan Kehormatan berwenang memanggil pihak terkait dan melakukan kerja sama dengan lembaga lain.
(3) Honorary Board is authorized to call stakeholders and collaborate with other institutions.
(4) Badan Kehormatan membuat laporan kinerja pada akhir masa keanggotaan.
(4) the Honorary create a performance report at the end of the term of membership.
Pasal 272
Article 272
Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme pelaksanaan wewenang dan tugas Badan Kehormatan diatur dalam peraturan DPD tentang tata beracara Badan Kehormatan.
Further provisions concerning the implementation of the mechanism of the powers and duties of the Honorary Council pursuant to the rules of grammar Honorary Board proceedings.
Paragraf 6
Paragraph 6
Panitia Urusan Rumah Tangga
Household Affairs Committee
Pasal 273
Article 273
(1) Panitia Urusan Rumah Tangga dibentuk oleh DPD dan merupakan alat kelengkapan DPD yang bersifat tetap.
(1) Household Affairs Committee formed by DPD DPD fittings and is permanent.
(2) Keanggotaan Panitia Urusan Rumah Tangga ditetapkan oleh sidang paripurna DPD pada permulaan masa kegiatan DPD dan pada setiap permulaan tahun sidang, kecuali pada permulaan tahun sidang terakhir dari masa keanggotaan DPD.
(2) Members of Household Affairs Committee established by the Council plenary session at the beginning of the DPD activity and at the beginning of each session, except at the beginning of the last session of the term of membership of the DPD.
(3) Panitia Urusan Rumah Tangga dipimpin oleh pimpinan Panitia Urusan Rumah Tangga.
(3) Household Affairs Committee chaired by the head of Household Affairs Committee.
Pasal 274
Article 274
(1) Panitia Urusan Rumah Tangga bertugas:
(1) Household Affairs Committee in charge:
a. membantu pimpinan DPD dalam menentukan kebijakan kerumahtanggaan DPD, termasuk kesejahteraan anggota dan pegawai Sekretariat Jenderal DPD;
a. assist management in determining policy DPD DPD household, including the welfare of members and employees of the Secretariat General of the Council;
b. membantu pimpinan DPD dalam melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan kewajiban yang dilakukan oleh Sekretariat Jenderal DPD;
b. assist the leadership of DPD in supervising the implementation of the duties and obligations undertaken by the Secretariat General of the Council;
c. membantu pimpinan DPD dalam merencanakan dan menyusun kebijakan anggaran DPD;
c. assist management in planning and preparing DPD budget policies DPD;
d. melaksanakan tugas lain yang berhubungan dengan masalah kerumahtanggaan DPD yang ditugaskan oleh pimpinan DPD berdasarkan hasil rapat Panitia Musyawarah; dan
d. perform other duties related to household problems assigned by the leadership DPD DPD based on Deliberation Committee meeting; and
e. menyampaikan laporan kinerja dalam sidang paripurna DPD yang khusus diadakan untuk itu.
e. submit performance reports in a special plenary session of the Council was held to it.
(2) Panitia Urusan Rumah Tangga dapat meminta penjelasan dan data yang diperlukan kepada Sekretariat Jenderal DPD.
(2) Household Affairs Committee can ask for explanations and the necessary data to the Secretariat General of the Council.
(3) Panitia Urusan Rumah Tangga membuat inventarisasi masalah, baik yang sudah maupun yang belum terselesaikan untuk dapat digunakan sebagai bahan oleh Panitia Urusan Rumah Tangga pada masa keanggotaan berikutnya.
(3) Household Affairs Committee to make an inventory problem, either already or not resolved to be used as ingredients by Household Affairs Committee during the next membership.
Pasal 275
Article 275
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembentukan dan mekanisme kerja Panitia Urusan Rumah Tangga diatur dalam peraturan DPD tentang tata tertib.
Further provisions on the procedure for the formation and mechanism of action of Household Affairs Committee pursuant to the rules of discipline DPD.
Bagian Kedelapan
Part Eight
Pelaksanaan Wewenang dan Tugas DPD
Implementation of Powers and Duties of the DPD
Paragraf 1
Paragraph 1
Pengajuan dan Pembahasan Rancangan UndangUndang
Submission and Discussion Draft Law
Pasal 276
Article 276
(1) DPD dapat mengajukan rancangan undangundang berdasarkan program legislasi nasional.
(1) The Council may submit a draft law by national legislation program.
(2)
(2)
Rancangan
undang-undang
sebagaimana
The
bill
referred
to
in
paragraph
(1),
dimaksud pada ayat (1) yang disertai dengan naskah akademik dapat diusulkan oleh Panitia Perancang Undang-Undang dan/atau panitia kerja.
accompanied by an academic text can be proposed by the Bill Drafting Committee and / or committee work.
(3) Rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diputuskan menjadi rancangan undang-undang yang berasal dari DPD dalam sidang paripurna DPD.
(3) The bill referred to in paragraph (2) the decision to become a bill originating in the plenary session of the DPD DPD.
Pasal 277
Article 277
(1) Rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 276 ayat (3) beserta naskah akademik disampaikan dengan surat pengantar pimpinan DPD kepada pimpinan DPR dengan tembusan kepada Presiden.
(1) The bill referred to in Article 276 paragraph (3) as well as academic papers submitted with a covering letter to the leadership of the House leadership Council with a copy to the President.
(2) Surat pengantar pimpinan DPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyebut juga Panitia Perancang Undang-Undang dan/atau panitia kerja yang mewakili DPD dalam melakukan pembahasan rancangan undang-undang tersebut.
(2) The cover letter DPD leaders referred to in paragraph (1) also mentions Bill Drafting Committee and / or the working party representing the DPD in the discussion of the draft law.
Pasal 278
Article 278
(1) DPD menyampaikan daftar inventarisasi masalah rancangan undang-undang yang berasal dari DPR atau Presiden yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah kepada DPR paling lama 60 (enam puluh) Hari sejak diterimanya usulan rancangan undang-undang dari DPR atau Presiden.
(1) The Council shall submit an inventory of problems bill from the House of Representatives or the President with regard to decentralization, central and local relations, the establishment and expansion as well as the merging of regions, management of natural resources and other economic resources, as well as relating to financial balance between central and local to the Parliament not later than 60 (sixty) days from the receipt of draft legislation from the House of Representatives or the President.
(2) Daftar inventarisasi masalah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada DPR dan Presiden dengan surat pengantar pimpinan DPD.
(2) List of inventory problems referred to in paragraph (1) shall be submitted to the House of Representatives and the President with a letter of introduction to the leadership of the DPD.
Pasal 279
Article 279
Dalam pembahasan rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 248 ayat (1) huruf b dan huruf c, DPD menyampaikan pandangan dan pendapat dalam pembicaraan tingkat I sebagaimana dimaksud dalam Pasal 170 ayat (1), Pasal 170 ayat (2) huruf b dan huruf e, serta Pasal 170 ayat (4) huruf b.
In the discussion of the draft law as referred to in Article 248 paragraph (1) letter b and c, DPD express the views and opinions in the first-level talks as referred to in Article 170 paragraph (1), Article 170 paragraph (2) letters b and e, and Article 170 paragraph (4) b.
Pasal 280
Article 280
Ketentuan lebih lanjut mengenai keikutsertaan DPD dalam pembahasan rancangan undang-undang diatur dalam peraturan DPD tentang tata tertib.
Further provisions on participation in the discussion DPD bill pursuant to the rules of discipline DPD.
Paragraf 2
Paragraph 2
Pemberian Pertimbangan
Giving Consideration
terhadap Rancangan Undang-Undang
against Bill
Pasal 281
Article 281
DPD memberikan pertimbangan terhadap rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 248 ayat (1) huruf c kepada pimpinan DPR.
Council give consideration to the bill as referred to in Article 248 paragraph (1) letter c to the House leadership.
Pasal 282
Article 282
(1) Terhadap rancangan undang-undang tentang APBN, DPD memberikan pertimbangan kepada DPR paling lambat 14 (empat belas) Hari sebelum diambil persetujuan bersama antara DPR dan Presiden.
(1) The draft law on the state budget, Council give consideration to the Parliament no later than 14 (fourteen) days before taken the agreement between the Parliament and the President.
(2) Terhadap rancangan undang-undang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama, DPD memberikan pertimbangan kepada DPR paling lama 30 (tiga puluh) Hari sejak diterimanya surat dari pimpinan DPR.
(2) The draft law relating to taxation, education, and religion, Council give consideration to the Parliament not later than 30 (thirty) days from the receipt of the letter from the House leadership.
(3) Pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) disampaikan secara tertulis oleh pimpinan DPD kepada DPR setelah diputuskan dalam sidang paripurna DPD.
(3) The consideration referred to in paragraph (1) and paragraph (2) shall be submitted in writing by the head of the DPD to Parliament after it was decided in the plenary session of the DPD.
(4) Dalam pemberian pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) berlaku ketentuan Pasal 176.
(4) In consideration of the provision referred to in subsection (1), paragraph (2), and paragraph (3) shall apply the provisions of Article 176.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian pertimbangan diatur dalam peraturan DPD tentang tata tertib.
(5) Further provisions on giving consideration pursuant to the rules of discipline DPD.
Paragraf 3
Paragraph 3
Pemberian Pertimbangan terhadap Calon Anggota BPK
Giving consideration to the CPC Member Candidate
Pasal 283
Article 283
(1) DPD memberikan pertimbangan kepada DPR mengenai calon anggota BPK.
(1) Council give consideration to the Parliament on prospective members of the CPC.
(2) Pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diputuskan dalam sidang paripurna DPD.
(2) The consideration referred to in paragraph (1) shall be decided in the plenary session of the DPD.
(3) Pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan secara tertulis oleh pimpinan DPD kepada pimpinan DPR paling lambat 3 (tiga) Hari
(3) The consideration referred to in paragraph (2) shall be submitted in writing by the head of the DPD to the leadership of the House of Representatives no
sebelum pelaksanaan pemilihan anggota BPK.
later than three (3) days prior to the election of members of the CPC.
(4) Dalam pemberian pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) berlaku ketentuan Pasal 192.
(4) In consideration of the provision referred to in subsection (1), paragraph (2), and paragraph (3) shall apply the provisions of Article 192.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian pertimbangan diatur dalam peraturan DPD tentang tata tertib.
(5) Further provisions on giving consideration pursuant to the rules of discipline DPD.
Paragraf 4
Paragraph 4
Penyampaian Hasil Pengawasan
Submission of Results Monitoring
Pasal 284
Article 284
(1) DPD menyampaikan hasil pengawasan atas pelaksanaan undang-undang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 248 ayat (1) huruf d kepada DPR sebagai bahan pertimbangan.
(1) Council present the results of supervision over the implementation of the legislation referred to in Article 248 paragraph (1) letter d to the House for consideration.
(2) Hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diputuskan dalam sidang paripurna DPD.
(2) The results of monitoring referred to in paragraph (1) shall be decided in the plenary session of the DPD.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyampaian hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan DPD tentang tata tertib.
(3) Further provisions concerning the submission of the results of monitoring referred to in paragraph (1) shall be governed by the rules of discipline DPD.
Paragraf 5
Paragraph 5
Pembahasan Hasil Pemeriksaan BPK
Discussion The results of BPK
Pasal 285
Article 285
(1) DPD menerima hasil pemeriksaan keuangan negara yang disampaikan oleh pimpinan BPK kepada pimpinan DPD dalam acara yang khusus diadakan untuk itu.
(1) Council received a financial examination results delivered by the leadership of the CPC to the head of DPD in a special event held to it.
(2) DPD menugasi panitia kerja untuk membahas hasil pemeriksaan keuangan negara oleh BPK setelah BPK menyampaikan penjelasan.
(2) The Council commissioned a working committee to discuss the financial results of examination by the state after the CPC CPC submit an explanation.
(3) Hasil pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diputuskan dalam sidang paripurna DPD.
(3) The results of the discussion referred to in paragraph (2) shall be decided in the plenary session of the DPD.
(4) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan kepada DPR dengan surat pengantar dari pimpinan DPD untuk dijadikan bahan pertimbangan bagi DPR.
(4) The decision referred to in paragraph (3) shall be submitted to Parliament with a covering letter from the head of the DPD to be considered for the House.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembahasan hasil pemeriksaan keuangan negara oleh BPK diatur
(5) Further provisions on the discussion of the results of financial examination by CPC governed by the
dengan peraturan DPD tentang tata tertib.
rules of discipline DPD.
Bagian Kesembilan
Part Nine
Pelaksanaan Hak Anggota
Member Rights Implementation
Paragraf 1
Paragraph 1
Hak Bertanya
Rights inquiry
Pasal 286
Article 286
(1) Anggota DPD mempunyai hak bertanya.
(1) Members of the Council have the right to ask.
(2) Hak bertanya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam sidang dan/atau rapat sesuai dengan wewenang dan tugas DPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 249 ayat (1) huruf e.
(2) The right to ask as referred to in paragraph (1) shall be conducted in the trial and / or meetings in accordance with the powers and duties of the DPD as referred to in Article 249 paragraph (1) letter e.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai hak bertanya diatur dalam peraturan DPD tentang tata tertib.
(3) Further provisions on the right to set the rules DPD asked about discipline.
Paragraf 2
Paragraph 2
Hak Menyampaikan Usul dan Pendapat
Delivering rights proposal and Opinions
Pasal 287
Article 287
(1) Anggota DPD berhak menyampaikan usul dan pendapat mengenai suatu hal, baik yang sedang dibicarakan maupun yang tidak dibicarakan dalam rapat.
(1) Members of the Council reserves the right to submit proposals and opinions on a matter, which is being discussed or not discussed in the meeting.
(2) Ketentuan mengenai tata cara penyampaian usul dan pendapat diatur dalam peraturan DPD tentang tata tertib.
(2) The procedure of submission of the proposal and the opinion of the Council is regulated in order.
Paragraf 3
Paragraph 3
Hak Memilih dan Dipilih
Choosing and Selected
Pasal 288
Article 288
(1) Anggota DPD mempunyai hak memilih dan (1) Members of the Council have the right to elect dipilih untuk menduduki jabatan tertentu pada alat and be elected to occupy certain positions on fittings kelengkapan DPD. DPD. (2) Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan hak memilih dan dipilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam peraturan DPD tentang tata tertib.
(2) The provisions concerning the procedures for the implementation of the right to elect and be elected as referred to in paragraph (1) pursuant to the rules of discipline DPD.
Paragraf 4
Paragraph 4
Hak Membela Diri
Self Defending Rights
Pasal 289
Article 289
(1) Anggota DPD yang diduga melakukan pelanggaran sumpah/janji, kode etik, dan/atau tidak melaksanakan kewajiban sebagai anggota diberi kesempatan untuk membela diri dan/atau memberikan keterangan kepada Badan Kehormatan.
(1) Members of the Council who allegedly violating the oath / pledge, code of conduct, and / or does not perform its obligations as members are given the opportunity to defend themselves and / or provide information to the Ethics Council.
(2) Ketentuan mengenai tata cara membela diri dan/atau memberikan keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam peraturan DPD tentang tata beracara Badan Kehormatan.
(2) The procedure of self-defense and / or provide information referred to in paragraph (1) pursuant to the rules of procedure Council proceedings Honorary Board.
Paragraf 5
Paragraph 5
Hak Imunitas
Rights Immunity
Pasal 290
Article 290
(1) Anggota DPD mempunyai hak imunitas.
(1) Members of the Council have the right of immunity.
(2) Anggota DPD tidak dapat dituntut di depan pengadilan karena pernyataan, pertanyaan, dan/atau pendapat yang dikemukakannya baik secara lisan maupun tertulis di dalam rapat DPD ataupun di luar rapat DPD yang berkaitan dengan fungsi serta wewenang dan tugas DPD.
(2) Members of the Council shall be prosecuted in court for statements, questions, and / or opinions he presented both orally and in writing at the meeting or outside a meeting DPD DPD related to the functions and powers and duties of the DPD.
(3) Anggota DPD tidak dapat diganti antarwaktu karena pernyataan, pertanyaan, dan/atau pendapat yang dikemukakannya baik di dalam rapat DPD maupun di luar rapat DPD yang berkaitan dengan fungsi serta wewenang dan tugas DPD.
(3) Members of the Council shall be replaced interim because of statements, questions, and / or opinions put forward both within and outside the Council meeting of Council meetings relating to the functions and powers and duties of the DPD.
(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam hal anggota yang bersangkutan mengumumkan materi yang telah disepakati dalam rapat tertutup untuk dirahasiakan atau hal lain yang dimaksud dalam ketentuan mengenai rahasia negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
(4) The provisions referred to in paragraph (1) shall not apply in the case of members of the relevant announced material that has been agreed in a closed meeting to be kept secret or any other matter referred to in the provisions on state secrets in accordance with the provisions of the legislation.
Paragraf 6
Paragraph 6
Hak Protokoler
Rights Protocol
Pasal 291
Article 291
(1) Pimpinan dan anggota DPD mempunyai hak protokoler.
(1) The Chairman and members of the Council have the right protocol.
(2) Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan hak protokoler sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(2) The provisions concerning the procedures for the exercise of the protocol referred to in paragraph (1)
diatur dalam peraturan perundang-undangan.
is set in the legislation.
Paragraf 7
Paragraph 7
Hak Keuangan dan Administratif
Financial and Administrative Rights
Pasal 292
Article 292
(1) Pimpinan dan anggota DPD mempunyai hak keuangan dan administratif.
(1) The Chairman and members of the Council have the financial and administrative rights.
(2) Hak keuangan dan administratif pimpinan dan anggota DPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun oleh pimpinan DPD dan diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) financial and administrative rights leaders and members of the Council referred to in paragraph (1) shall be prepared by the head of the DPD and governed in accordance with the provisions of the legislation.
Bagian Kesepuluh
Part Ten
Persidangan dan Pengambilan Keputusan
Hearing and Decision Making
Paragraf 1
Paragraph 1
Persidangan
Trial
Pasal 293
Article 293
(1) Tahun sidang DPD dimulai pada tanggal 16 Agustus dan diakhiri pada tanggal 15 Agustus tahun berikutnya, dan apabila tanggal 16 Agustus jatuh pada hari libur, pembukaan tahun sidang dilakukan pada hari kerja sebelumnya.
(1) Year DPD trial began on August 16 and ends on August 15 next year, and if August 16 falls on a holiday, the opening of the hearing was held on the previous working day.
(2) Khusus pada awal masa jabatan keanggotaan, tahun sidang DPD dimulai pada saat pengucapan sumpah/janji anggota.
(2) Especially at the beginning of a term of membership, the Council session begins when the oath / pledge member.
(3) Kegiatan DPD meliputi sidang DPD di ibu kota (3) covering the trial DPD DPD activity in the negara serta rapat di daerah dan tempat lain sesuai capital city as well as meetings in the region and dengan penugasan DPD. elsewhere in accordance with the assignment of the DPD. (4) Sidang DPD di ibu kota negara dalam hal pengajuan dan pembahasan rancangan undangundang mengikuti masa sidang DPR.
(4) The trial of DPD in the nation's capital in terms of the submission and discussion of a draft law follows a parliament session.
(5) Sebelum pembukaan tahun sidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), anggota DPD dan anggota DPR mendengarkan pidato kenegaraan Presiden dalam sidang bersama yang diselenggarakan oleh DPD atau DPR secara bergantian.
(5) Prior to the opening of the hearing referred to in paragraph (1), Council members and members of the House to listen to the President of the state address the joint session held by the Council or the Parliament in turn.
Pasal 294
Article 294
Semua rapat di DPD pada dasarnya bersifat terbuka,
All meetings in the DPD is essentially open, except
kecuali rapat tertentu yang dinyatakan tertutup.
for certain meetings declared closed.
Pasal 295
Article 295
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara persidangan dan rapat DPD diatur dalam peraturan DPD tentang tata tertib.
Further provisions regarding court proceedings and meetings DPD DPD pursuant to the rules of order.
Paragraf 2
Paragraph 2
Pengambilan Keputusan
Decision Making
Pasal 296
Article 296
(1) Pengambilan keputusan dalam rapat atau sidang DPD pada dasarnya dilakukan dengan cara musyawarah untuk mufakat.
(1) Decision-making in the Council meeting or hearing is basically done by deliberation.
(2) Apabila cara pengambilan keputusan (2) If that decision referred to in paragraph (1) is not sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak terpenuhi, fulfilled, the decision was taken by majority vote. keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.
Pasal 297
Article 297
(1) Setiap rapat atau sidang DPD dapat mengambil keputusan apabila memenuhi kuorum.
(1) Every Council meeting or hearing can take decisions if a quorum.
(2) Kuorum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terpenuhi apabila rapat dihadiri oleh lebih dari 1/2 (satu per dua) jumlah anggota rapat atau sidang.
(2) The quorum referred to in paragraph (1) is met if the meeting was attended by more than 1/2 (one half) the number of members of the meeting or hearing.
(3) Apabila kuorum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak terpenuhi, rapat atau sidang ditunda paling banyak 2 (dua) kali dengan tenggang waktu masing-masing tidak lebih dari 24 (dua puluh empat) jam.
(3) If a quorum referred to in paragraph (2) are not met, the meeting or adjourned at most two (2) times at an interval of each no more than 24 (twenty four) hours.
(4) Setelah 2 (dua) kali penundaan, kuorum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum juga terpenuhi, cara penyelesaiannya diserahkan kepada pimpinan DPD.
(4) After two (2) times the delay, the quorum referred to in paragraph (1) has not been fulfilled, the way the settlement submitted to the leadership of the DPD.
Pasal 298
Article 298
Setiap keputusan rapat DPD, baik berdasarkan musyawarah untuk mufakat maupun berdasarkan suara terbanyak, menjadi perhatian semua pihak yang terkait.
Every decision of Council meetings, either by deliberation or by a majority vote, to the attention of all parties concerned.
Pasal 299
Article 299
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengambilan keputusan diatur dalam peraturan DPD tentang tata tertib.
Further provisions concerning the procedures stipulated in the decision making rules DPD on order.
Bagian Kesebelas
Part Eleven
Tata Tertib dan Kode Etik
Rules and Code of Ethics
Paragraf 1
Paragraph 1
Tata Tertib
Order
Pasal 300
Article 300
(1) Tata tertib DPD ditetapkan oleh DPD dengan berpedoman pada ketentuan peraturan perundangundangan.
(1) The rules set by the DPD DPD based on the provisions of the legislation.
(2) Tata tertib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku di lingkungan internal DPD.
(2) The rules referred to in paragraph (1) applies in the internal environment of the DPD.
(3) Tata tertib DPD paling sedikit memuat ketentuan tentang:
(3) The rules DPD at least contain provisions on:
a. pengucapan sumpah/janji;
a. oath / pledge;
b. pemilihan dan penetapan pimpinan;
b. selection of the leadership;
c. pemberhentian dan penggantian pimpinan;
c. dismissal and replacement of the leadership;
d. jenis dan penyelenggaraan persidangan atau rapat;
d. the type and organization of the hearing or meeting;
e. pelaksanaan fungsi, wewenang dan tugas lembaga, serta hak dan kewajiban anggota;
e. implementation of the functions, powers and duties of the institution, as well as the rights and obligations of members;
f. penggantian antarwaktu anggota;
f. interim replacement member;
g. pembentukan, susunan, wewenang dan tugas alat kelengkapan;
g. formation, composition, powers and fittings;
h. pengambilan keputusan;
h. decision-making;
i. pelaksanaan konsultasi antara legislatif dan eksekutif;
i. consultations between the legislative and the executive;
j. penerimaan pengaduan dan penyaluran aspirasi j. receipt of the complaint and the distribution of masyarakat; people's aspirations; k. pengaturan protokoler;
k. protocol settings;
l. pelaksanaan tugas kelompok pakar/ahli; dan
l. implementation of the task group of experts / specialists; and
m. mekanisme keterlibatan dan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan.
m. mechanism for community involvement and participation in the implementation of the legislative function, budgeting, and oversight.
Paragraf 2
Paragraph 2
Kode Etik
Code of Conduct
Pasal 301
Article 301
DPD menyusun kode etik yang berisi norma yang
DPD draw up a code of conduct that contains the
wajib dipatuhi oleh setiap anggota selama menjalankan tugasnya untuk menjaga martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas DPD.
norms that must be obeyed by every member for their duties to preserve the dignity, honor, image and credibility of the DPD.
Bagian Kedua Belas
Part Twelfth
Larangan dan Sanksi
Prohibitions and sanctions
Paragraf 1
Paragraph 1
Larangan
Ban
Pasal 302
Article 302
(1) Anggota DPD dilarang merangkap jabatan sebagai:
(1) DPD prohibited from holding positions as:
a. pejabat negara lainnya;
a. other state officials;
b. hakim pada badan peradilan; atau
b. judges in the judiciary; or
c. pegawai negeri sipil, anggota Tentara Nasional Indonesia/Kepolisian Negara Republik Indonesia, pegawai pada badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, atau badan lain yang anggarannya bersumber dari APBN/APBD.
c. civil servants, members of the Indonesian National Army / Indonesian National Police, employees of state-owned, locally-owned enterprises, or other entity whose budget comes from the state budget / budget.
(2) Anggota DPD dilarang melakukan pekerjaan sebagai pejabat struktural pada lembaga pendidikan swasta, akuntan publik, konsultan, advokat atau pengacara, notaris, dan pekerjaan lain yang ada hubungannya dengan wewenang dan tugas DPD serta hak sebagai anggota DPD.
(2) Members of the Council are prohibited from doing work as ranking officials in private educational institutions, public accountants, consultants, lawyers or lawyers, notaries, and other work that has to do with the powers and duties of the DPD and rights as a member of the DPD.
(3) Anggota DPD dilarang melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme.
(3) Members of the Council are prohibited from corruption, collusion, and nepotism.
Paragraf 2
Paragraph 2
Sanksi
Sanctions
Pasal 303
Article 303
(1) Anggota DPD yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 258 dikenai sanksi berdasarkan keputusan Badan Kehormatan.
(1) Members of the Council who do not carry out the obligations referred to in Article 258 sanctioned by the Ethics Council decision.
(2) Anggota DPD yang terbukti melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 302 ayat (1) dan/atau ayat (2) dikenai sanksi pemberhentian sebagai anggota DPD.
(2) Members of the Council are found to have violated the provisions referred to in Article 302 paragraph (1) and / or (2) subject to a sanction of dismissal as a member of the DPD.
(3) Anggota DPD yang terbukti melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 302 ayat (3) berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dikenai sanksi pemberhentian sebagai anggota DPD.
(3) Members of the Council are found to have violated the provisions referred to in Article 302 paragraph (3) based on court decisions that have acquired legal force remains subject to sanction of dismissal as a member of the DPD.
Pasal 304
Article 304
Jenis sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 303 ayat (1) berupa:
Types of sanctions referred to in Article 303 paragraph (1) in the form:
a. teguran lisan;
a. verbal warning;
b. teguran tertulis; dan/atau
b. written warning; and / or
c. diberhentikan kelengkapan.
dari
pimpinan
pada
alat
c. dismissed from the leadership of the fittings.
Pasal 305
Article 305
Setiap orang, kelompok, atau organisasi dapat mengajukan pengaduan kepada Badan Kehormatan DPD dalam hal memiliki bukti yang cukup bahwa terdapat anggota DPD yang tidak melaksanakan salah satu kewajiban atau lebih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 258 dan/atau melanggar ketentuan larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 302.
Any person, group, or organization may file a complaint to the Honorary Council in terms of having sufficient evidence that there are members who do not implement the DPD one or more of the obligations referred to in Article 258 and / or violate the prohibition referred to in Article 302.
Pasal 306
Article 306
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengaduan masyarakat dan penjatuhan sanksi diatur dalam peraturan DPD tentang tata beracara Badan Kehormatan.
Further provisions on procedures for public complaints and the imposition of sanctions pursuant to the rules of grammar proceedings DPD Honorary Board.
Bagian Ketiga Belas
Part Thirteenth
Pemberhentian Antarwaktu,
Antarwaktu,
Penggantian
Intertemporal dismissal, Replacement Intertemporal,
dan Pemberhentian Sementara
and Dismissal While
Paragraf 1
Paragraph 1
Pemberhentian Antarwaktu
Termination Intertemporal
Pasal 307
Article 307
(1) Anggota DPD berhenti antarwaktu karena:
(1) DPD temporarily quit because:
a. meninggal dunia;
a. died;
b. mengundurkan diri; atau
b. resigned; or
c. diberhentikan.
c. dismissed.
(2) Anggota DPD diberhentikan antarwaktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, apabila:
(2) Members of the Council dismissed intertemporal referred to in paragraph (1) letter c, if:
a. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap sebagai anggota DPD selama 3 (tiga) bulan berturut-turut tanpa
a. unable to carry out tasks on an ongoing basis or as a member of the DPD remains incapacitated for three
keterangan apa pun;
(3) consecutive months without any explanation;
b. melanggar sumpah/janji jabatan dan kode etik DPD;
b. violated the oath / pledge of office and code of ethics DPD;
c. dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih;
c. was found guilty by a court decision that has gained legal force remained for a criminal offense punishable by imprisonment of 5 (five) years or more;
d. tidak menghadiri sidang paripurna dan/atau rapat alat kelengkapan DPD yang menjadi tugas dan kewajibannya sebanyak 6 (enam) kali berturut-turut tanpa alasan yang sah;
d. did not attend the plenary session and / or conference DPD fittings which tasks and obligations of 6 (six) times in a row without a valid reason;
e. tidak memenuhi syarat sebagai calon anggota DPD sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan mengenai pemilihan umum; atau
e. does not qualify as a candidate member of DPD in accordance with the provisions of the legislation on elections; or
f. melanggar ketentuan larangan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
f. violate the prohibition as provided for in this Act.
Pasal 308
Article 308
(1) Pemberhentian anggota DPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 307 ayat (1) huruf a dan huruf b serta pada ayat (2) huruf c diusulkan oleh pimpinan DPD yang diumumkan dalam sidang paripurna.
(1) Termination of DPD as referred to in Article 307 paragraph (1) letter a and b as well as in paragraph (2) c proposed by DPD leaders announced in the plenary session.
(2) Paling lama 7 (tujuh) Hari sejak usul pimpinan DPD diumumkan dalam sidang paripurna sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pimpinan DPD menyampaikan usul pemberhentian anggota DPD kepada Presiden untuk memperoleh peresmian pemberhentian.
(2) No later than seven (7) days from the DPD-led proposal announced in the plenary session referred to in paragraph (1), chairman DPD DPD submit the proposal for dismissal to the President to obtain the inauguration of dismissal.
(3) Presiden meresmikan pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling lama 14 (empat belas) Hari sejak diterimanya usul pemberhentian anggota DPD dari pimpinan DPD.
(3) The President inaugurated the dismissal referred to in paragraph (2) no later than 14 (fourteen) days from the receipt of the proposal for dismissal of the leadership DPD DPD.
Pasal 309
Article 309
(1) Pemberhentian anggota DPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 307 ayat (2) huruf a, huruf b, huruf d, huruf e, dan huruf f, dilakukan setelah adanya hasil penyelidikan dan verifikasi yang dituangkan dalam keputusan Badan Kehormatan DPD atas pengaduan dari pimpinan DPD, masyarakat dan/atau pemilih.
(1) Termination of DPD as referred to in Article 307 paragraph (2) letters a, b, d, e, and f, conducted after the results of the investigation and verification as outlined in the Honorary Council decision on a complaint from the head of the DPD , community and / or voters.
(2) Keputusan Badan Kehormatan DPD mengenai pemberhentian anggota DPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan oleh Badan Kehormatan DPD kepada sidang paripurna.
(2) The decision of the Honorary Council of the dismissal of members of Council referred to in paragraph (1) reported by the Honorary Council to the plenary session.
(3) Paling lama 7 (tujuh) Hari sejak keputusan Badan Kehormatan DPD yang telah dilaporkan dalam sidang paripurna sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pimpinan DPD menyampaikan keputusan Badan Kehormatan DPD kepada Presiden untuk memperoleh peresmian pemberhentian.
(3) At least seven (7) days from the decision of the Honorary Council has been reported in the plenary session referred to in paragraph (2), chairman of the Honorary DPD DPD convey the decision to the President to obtain the inauguration of dismissal.
(4) Presiden meresmikan pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling lama 14 (empat belas) Hari sejak diterimanya usulan pemberhentian anggota DPD dari pimpinan DPD.
(4) The President inaugurated the dismissal referred to in paragraph (3) no later than 14 (fourteen) days from the receipt of the proposed dismissal of the leadership DPD DPD.
Pasal 310
Article 310
(1) Dalam hal pelaksanaan penyelidikan dan verifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 309 ayat (1), Badan Kehormatan DPD dapat meminta bantuan dari ahli independen.
(1) In the case of the implementation of the investigation and verification referred to in Article 309 paragraph (1), the Honorary Council may request the assistance of independent experts.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyelidikan, verifikasi, dan pengambilan keputusan oleh Badan Kehormatan DPD diatur dalam peraturan DPD tentang tata beracara Badan Kehormatan.
(2) Further provisions on the procedure of the investigation, verification, and decision-making by the Honorary DPD DPD pursuant to the rules of grammar Honorary Board proceedings.
Paragraf 2
Paragraph 2
Penggantian Antarwaktu
Replacement Intertemporal
Pasal 311
Article 311
(1) Anggota DPD yang berhenti antarwaktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 307 ayat (1) digantikan oleh calon anggota DPD yang memperoleh suara terbanyak urutan berikutnya dalam daftar peringkat perolehan suara calon anggota DPD dari provinsi yang sama.
(1) Members of the Council are temporarily quit as referred to in Article 307 paragraph (1) is replaced by DPD candidate who gets the most votes next order in the ranking list of votes DPD candidate from the same province.
(2) Dalam hal calon anggota DPD yang memperoleh suara terbanyak urutan berikutnya dalam daftar peringkat perolehan suara calon anggota DPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meninggal dunia, mengundurkan diri, atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon anggota DPD, anggota DPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digantikan oleh calon anggota DPD yang memperoleh suara terbanyak urutan berikutnya.
(2) In the case of DPD candidate who gets the most votes next order in the ranking list of votes DPD candidates referred to in paragraph (1) dies, resigns, or no longer qualifies as a candidate member of DPD, DPD referred to in paragraph (1) is replaced by DPD candidate who gets the most votes next order.
(3) Masa jabatan anggota DPD pengganti antarwaktu melanjutkan sisa masa jabatan anggota DPD yang digantikannya.
(3) The term of office DPD interim replacement to continue the remaining term replaces DPD.
Pasal 312
Article 312
(1) Pimpinan DPD menyampaikan nama anggota DPD yang diberhentikan antarwaktu dan meminta nama calon pengganti antarwaktu kepada KPU.
(1) Governing Council expressed dismissed DPD name intertemporal and ask for the name of the candidate to the Commission interim replacement.
(2) KPU menyampaikan nama calon pengganti antarwaktu berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 311 ayat (1) dan ayat (2) kepada pimpinan DPD paling lambat 5 (lima) Hari sejak diterimanya surat pimpinan DPD.
(2) the Commission submit interim replacement candidates based on the provisions referred to in Article 311 paragraph (1) and (2) to the leadership of Council no later than five (5) days of receipt of the letter DPD leadership.
(3) Paling lambat 7 (tujuh) Hari sejak menerima nama calon pengganti antarwaktu dari KPU sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pimpinan DPD menyampaikan nama anggota DPD yang diberhentikan dan nama calon pengganti antarwaktu kepada Presiden.
(3) No later than 7 (seven) days after the receipt of the replacement candidate interim name of the Commission referred to in paragraph (2), the Governing Council expressed dismissed DPD name and the name of intertemporal replacement candidate to the President.
(4) Paling lambat 14 (empat belas) Hari sejak menerima nama anggota DPD yang diberhentikan dan nama calon pengganti antarwaktu dari pimpinan DPD sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Presiden meresmikan pemberhentian dan pengangkatannya dengan keputusan Presiden.
(4) No later than 14 (fourteen) days after the receipt of the DPD, dismissed name and the name of the leadership of interim replacement candidate DPD referred to in paragraph (3), the President inaugurated the dismissal and appointment with the President's decision.
(5) Sebelum memangku jabatannya, anggota DPD pengganti antarwaktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) mengucapkan sumpah/janji yang pengucapannya dipandu oleh pimpinan DPD, dengan tata cara dan teks sumpah/janji sebagaimana diatur dalam Pasal 253 dan Pasal 254.
(5) Before taking office, DPD interim replacement as referred to in paragraph (3) oath / pledge to pronounce guided by the leadership of the DPD, the ordinances and text oath / pledge as stipulated in Article 253 and Article 254.
(6) Penggantian antarwaktu anggota DPD tidak dilaksanakan apabila sisa masa jabatan anggota DPD yang digantikan kurang dari 6 (enam) bulan.
(6) Replacement of intertemporal DPD is not executed if the remaining term of the DPD, replaced less than 6 (six) months.
Paragraf 3
Paragraph 3
Pemberhentian Sementara
Lay-off
Pasal 313
Article 313
(1) Anggota DPD diberhentikan sementara karena:
(1) DPD suspended because:
a. menjadi terdakwa dalam perkara tindak pidana umum yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun; atau
a. become a defendant in a criminal case generally subject to imprisonment for a minimum of 5 (five) years; or
b. menjadi terdakwa dalam perkara tindak pidana khusus.
b. become a defendant in a criminal case is special.
(2) Dalam hal anggota DPD dinyatakan terbukti bersalah karena melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a atau huruf b berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, anggota DPD yang bersangkutan diberhentikan sebagai anggota
(2) In the case of DPD was found guilty of a criminal act referred to in paragraph (1) letter a or b based on court decisions that have permanent legal power, the relevant DPD dismissed as DPD.
DPD. (3) Dalam hal anggota DPD dinyatakan tidak terbukti melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a atau huruf b berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, anggota DPD yang bersangkutan diaktifkan.
(3) In the case of DPD acquitted of committing a criminal offense referred to in paragraph (1) letter a or b based on court decisions that have permanent legal power, the relevant DPD is enabled.
(4) Anggota DPD yang diberhentikan sementara, tetap mendapatkan hak keuangan tertentu.
(4) Members of the Council who has been suspended, still getting certain financial rights.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberhentian sementara diatur dalam peraturan DPD tentang tata tertib.
(5) Further provisions on the procedure for temporary termination pursuant to the rules of discipline DPD.
BAB V
CHAPTER V
DPRD PROVINSI
Parliament PROVINCE
Bagian Kesatu
Part One
Susunan dan Kedudukan
Structure and Status
Pasal 314
Article 314
DPRD provinsi terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih melalui pemilihan umum.
Provincial assembly made up of members of political parties participating in elections are chosen through elections.
Pasal 315
Article 315
DPRD provinsi merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah provinsi.
Provincial assembly is a local legislative body that serves as a component of the provincial government.
Bagian Kedua
Part Two
Fungsi
Function
Pasal 316
Article 316
(1) DPRD provinsi mempunyai fungsi:
(1) The provincial assembly has the function:
a. legislasi;
a. legislation;
b. anggaran; dan
b. budget; and
c. pengawasan.
c. supervision.
(2) Ketiga fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijalankan dalam kerangka representasi rakyat di provinsi.
(2) The three functions referred to in paragraph (1) is executed within the framework of the representation of the people in the province.
Bagian Ketiga
Part Three
Wewenang dan Tugas
Powers and Duties
Pasal 317
Article 317
(1) DPRD provinsi mempunyai wewenang dan tugas:
(1) The provincial assembly has the authority and duties:
a. membentuk peraturan daerah provinsi bersama gubernur;
a. formed a joint provincial governor regulations;
b. membahas dan memberikan persetujuan rancangan peraturan daerah mengenai anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi yang diajukan oleh gubernur;
b. discuss and approve draft local regulations regarding the budget submitted by the provincial governor;
c. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi;
c. supervise the implementation of local regulations and budget of the province;
d. mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian gubernur dan/atau wakil gubernur kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri untuk mendapatkan pengesahan pengangkatan dan/atau pemberhentian;
d. propose the appointment and dismissal of the governor and / or vice-governor to the president through the Minister of the Interior for approval of appointment and / or dismissal;
e. memilih wakil gubernur dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil gubernur;
e. choose a deputy governor in the event of a vacancy of the deputy governor;
f. memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah provinsi terhadap rencana perjanjian internasional di daerah;
f. provide opinion and consideration to the provincial government to international agreements in the area;
g. memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional yang dilakukan oleh pemerintah daerah provinsi;
g. approving the plan of international cooperation undertaken by the provincial government;
h. meminta laporan keterangan pertanggungjawaban gubernur dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah provinsi;
h. asked the governor to account information report in the administration of provincial government;
i. memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama dengan daerah lain atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah;
i. approving the plan of cooperation with other regions or with a third party that burden the people and regions;
j. mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; dan
j. pursuing the implementation of regional obligations in accordance with the provisions of the legislation; and
k. melaksanakan wewenang dan tugas lain yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangundangan.
k. perform other duties authorized and regulated in the legislation.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan wewenang dan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam peraturan DPRD provinsi tentang tata tertib.
(2) Further provisions on procedures for the exercise of powers and duties referred to in paragraph (1) pursuant to the rules of the order of the provincial parliament.
Bagian Keempat
Part Four
Keanggotaan
Membership
Pasal 318
Article 318
(1) Anggota DPRD provinsi berjumlah paling sedikit 35 (tiga puluh lima) orang dan paling banyak 100 (seratus) orang.
(1) Members of the provincial assembly amounted to at least 35 (thirty five) and at most 100 (one hundred) people.
(2) Keanggotaan DPRD provinsi diresmikan dengan keputusan Menteri Dalam Negeri.
(2) Members of the provincial assembly was inaugurated by the decision of the Minister of the Interior.
(3) Anggota DPRD provinsi berdomisili di ibu kota provinsi yang bersangkutan.
(3) Members of the provincial assembly residing in the capital of the province concerned.
(4) Masa jabatan anggota DPRD provinsi adalah 5 (lima) tahun dan berakhir pada saat anggota DPRD provinsi yang baru mengucapkan sumpah/janji.
(4) The term of office of members of the provincial parliament is 5 (five) years and ends at the new provincial parliament members took the oath / pledge.
Pasal 319
Article 319
(1) Anggota DPRD provinsi sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji secara bersama-sama yang dipandu oleh ketua pengadilan tinggi dalam rapat paripurna DPRD provinsi.
(1) Members of the provincial assembly before taking his oath / pledge jointly hosted by the chairman of the High Court in a plenary meeting of the provincial parliament.
(2) Anggota DPRD provinsi yang berhalangan mengucapkan sumpah/janji bersama-sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengucapkan sumpah/janji yang dipandu oleh pimpinan DPRD provinsi.
(2) Members of the provincial assembly who was unable to take an oath / pledge together as referred to in paragraph (1) oath / pledge guided by the leadership of the provincial parliament.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengucapan sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam peraturan DPRD provinsi tentang tata tertib.
(3) Further provisions on the procedure of the oath / pledge as referred to in paragraph (1) and (2) pursuant to the rules of the order of the provincial parliament.
Pasal 320
Article 320
Sumpah/janji sebagaimana dimaksud dalam Pasal Oath / pledge as referred to in Article 319 as follows: 319 sebagai berikut: Demi Allah (Tuhan) saya bersumpah/berjanji:
For the sake of Allah (God) I swear / promise:
bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya sebagai anggota/ketua/wakil ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, sesuai dengan peraturan perundangundangan, dengan berpedoman pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
that I will fulfill my obligations as a member / chairman / vice chairman of the Legislative Council the province with the best and fairest, in accordance with the legislation, based on the Pancasila and the Constitution of the Republic of Indonesia Year 1945;
bahwa saya dalam menjalankan kewajiban akan bekerja dengan sungguh-sungguh, demi tegaknya kehidupan demokrasi, serta mengutamakan kepentingan bangsa dan negara daripada kepentingan
that I will work in carrying out their duty in earnest, for the sake of democracy, as well as the interests of the nation and the state rather than private interests, a person, and class;
pribadi, seseorang, dan golongan; bahwa saya akan memperjuangkan aspirasi rakyat yang saya wakili untuk mewujudkan tujuan nasional demi kepentingan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
that I will fight for the aspirations of the people I represent to achieve national goals for the sake of the nation and the Republic of Indonesia.
Pasal 321
Article 321
(1) Dalam hal dilakukan pembentukan provinsi setelah pemilihan umum, pengisian anggota DPRD provinsi di provinsi induk dan provinsi yang dibentuk setelah pemilihan umum dilakukan dengan cara:
(1) In the case of the establishment of the province after the election, charging members of the provincial parliament and provincial parent provinces formed after the general election is done by:
a. menetapkan jumlah kursi DPRD provinsi induk dan provinsi yang dibentuk setelah pemilihan umum berdasarkan jumlah penduduk sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang mengenai pemilihan umum anggota DPR, DPD, dan DPRD;
a. set the number of seats in the provincial parliament and provincial parent formed after the general election based on the number of residents in accordance with the provisions of law regarding the election of members of DPR, DPD, and the legislature;
b. menetapkan perolehan suara partai politik dan calon anggota DPRD provinsi berdasarkan hasil pemilihan umum di daerah pemilihan provinsi induk dan provinsi yang dibentuk setelah pemilihan umum;
b. set of votes political parties and candidates for provincial assembly based on the general election in the electoral district and provincial parent provinces formed after the elections;
c. menentukan bilangan pembagi pemilih berdasarkan hasil pemilihan umum di daerah pemilihan provinsi induk dan provinsi yang dibentuk setelah pemilihan umum;
c. determine the common denominator based on the results of the general election voters in the provincial election of parent and provinces formed after the elections;
d. menentukan perolehan kursi partai politik peserta pemilihan umum berdasarkan hasil pemilihan umum di daerah pemilihan provinsi induk dan provinsi yang dibentuk setelah pemilihan umum; dan
d. determine the number of seats political parties participating in elections based on the results of the election in the electoral district of the province and the provincial parent formed after the elections; and
e. menetapkan calon terpilih dari daftar calon tetap untuk mengisi kursi sebagaimana dimaksud pada huruf d berdasarkan suara terbanyak.
e. set of candidates elected from a list of candidates remain to fill the seats referred to in paragraph d by a majority vote.
(2) Pengisian anggota DPRD provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh KPU provinsi induk.
(2) Completion of provincial assembly members as referred to in paragraph (1) shall be implemented by the provincial KPU parent.
(3) Pengisian anggota DPRD provinsi tidak dilakukan bagi provinsi yang dibentuk setelah pemilihan umum yang dibentuk 12 (dua belas) bulan sebelum pelaksanaan pemilihan umum.
(3) Completion of the provincial legislators are not done for the province which was formed after the general election which was formed 12 (twelve) months prior to the election.
(4) Masa jabatan anggota DPRD provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berakhir pada saat anggota DPRD provinsi hasil pemilihan umum berikutnya mengucapkan sumpah/janji.
(4) The term of office of members of the provincial parliament as referred to in subsection (1) ceases when legislators next provincial general election results oath / pledge.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan jumlah dan tata cara pengisian keanggotaan DPRD provinsi induk dan provinsi yang dibentuk setelah pemilihan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan KPU sesuai dengan
(5) Further provisions on the determination of the amount and the procedures for filling the membership parent provinces and provincial parliament formed after the elections referred to in paragraph (1) shall be in accordance with the
ketentuan peraturan perundang-undangan.
provisions of Commission regulation legislation.
Bagian Kelima
Part Five
Hak DPRD Provinsi
Rights of Provincial Parliament
Pasal 322
Article 322
(1) DPRD provinsi berhak:
(1) The provincial assembly has the right:
a. interpelasi;
a. interpellation;
b. angket; dan
b. questionnaire; and
c. menyatakan pendapat.
c. expression.
(2) Hak interpelasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah hak DPRD provinsi untuk meminta keterangan kepada gubernur mengenai kebijakan pemerintah provinsi yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
(2) The right of interpellation referred to in paragraph (1) letter a is a provincial assembly right to request information from the governor of the provincial government policies that strategically important and far-reaching impact on social life and state.
(3) Hak angket sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah hak DPRD provinsi untuk melakukan penyelidikan terhadap kebijakan pemerintah provinsi yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah, dan negara yang diduga bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Rights of the questionnaire referred to in paragraph (1) letter b is the right of the provincial parliament to conduct an investigation into the provincial government's policy of strategic importance and far-reaching impact on the lives of communities, regions, and countries that allegedly contrary to the provisions of the legislation.
(4) Hak menyatakan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c adalah hak DPRD provinsi untuk menyatakan pendapat terhadap kebijakan gubernur atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di daerah disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya atau sebagai tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket.
(4) The right of expression referred to in paragraph (1) c is the provincial assembly right to express an opinion on the governor's policy or about the extraordinary events that occurred in the area accompanied by the recommendation solution or as a follow-up to the implementation of the right of interpellation and the right of inquiry.
Bagian Keenam
Part Six
Hak dan Kewajiban Anggota
Rights and Obligations of Members
Paragraf 1
Paragraph 1
Hak Anggota
Member Rights
Pasal 323
Article 323
Anggota DPRD provinsi berhak:
Provincial assembly members are entitled:
a. mengajukan rancangan peraturan daerah provinsi;
a. submit draft provincial regulations;
b. mengajukan pertanyaan;
b. ask questions;
c. menyampaikan usul dan pendapat;
c. submit proposals and opinions;
d. memilih dan dipilih;
d. elect and be elected;
e. membela diri;
e. defensively;
f. imunitas;
f. immunity;
g. mengikuti orientasi dan pendalaman tugas;
g. orientation and deepening of the task;
h. protokoler; dan
h. protocol; and
i. keuangan dan administratif.
i. financial and administrative.
Paragraf 2
Paragraph 2
Kewajiban Anggota
Obligations of Members
Pasal 324
Article 324
Anggota DPRD provinsi berkewajiban:
Provincial assembly members are obliged:
a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila;
a. uphold and practice Pancasila;
b. melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan menaati peraturan perundang-undangan;
b. implement the Constitution of the Republic of Indonesia Year 1945 and comply with laws and regulations;
c. mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c. maintain and preserve national harmony and unity of the Republic of Indonesia;
d. mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan;
d. place the interests of the country above personal interests, groups, and classes;
e. memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat;
e. fight for the improvement of people's welfare;
f. menaati prinsip demokrasi penyelenggaraan pemerintahan daerah;
f. adhering to the principle of democracy in local governance;
dalam
g. menaati tata tertib dan kode etik;
g. obey the rules and codes of conduct;
h. menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga lain dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah provinsi;
h. maintaining ethics and norms in working relationships with other agencies in the regional administration of the province;
i. menyerap dan menghimpun aspirasi konstituen melalui kunjungan kerja secara berkala;
i. absorb and raise the aspirations of constituents through a working visit on a regular basis;
j. menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat; dan
j. accommodate and follow the aspirations and complaints; and
k. memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada konstituen di daerah pemilihannya.
k. provide moral and political accountability to the constituencies in the constituency.
Bagian Ketujuh
Part Seven
Fraksi
Faction
Pasal 325
Article 325
(1) Untuk mengoptimalkan pelaksanaan fungsi, wewenang dan tugas DPRD provinsi, serta hak dan kewajiban anggota DPRD provinsi, dibentuk fraksi sebagai wadah berhimpun anggota DPRD provinsi.
(1) In order to optimize the execution of the functions, powers and duties of the provincial parliament, and the rights and obligations of members of the provincial parliament, formed as a fraction of the container assembled members of the provincial parliament.
(2) Setiap anggota DPRD provinsi harus menjadi anggota salah satu fraksi.
(2) Each member of the provincial assembly must be a member of one of the factions.
(3) Setiap fraksi di DPRD provinsi beranggotakan paling sedikit sama dengan jumlah komisi di DPRD provinsi.
(3) Every faction in the provincial assembly consisting of at least equal to the amount of commission in the provincial assembly.
(4) Partai politik yang jumlah anggotanya di DPRD provinsi mencapai ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) atau lebih dapat membentuk 1 (satu) fraksi.
(4) A political party that the number of members in the provincial assembly reaches the provisions referred to in paragraph (3) or more can form a 1 (one) fraction.
(5) Dalam hal partai politik yang jumlah anggotanya di DPRD provinsi tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), anggotanya dapat bergabung dengan fraksi yang ada atau membentuk fraksi gabungan.
(5) In the event that the number of political parties in the provincial assembly members do not comply with the provisions referred to in paragraph (3), members can join factions or forming a joint fraction.
(6) Dalam hal tidak ada satu partai politik yang memenuhi persyaratan untuk membentuk fraksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) maka dibentuk fraksi gabungan.
(6) In the absence of a political party that meets the requirements to establish the fraction referred to in paragraph (3) shall be established a joint fraction.
(7) Jumlah fraksi gabungan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan ayat (6) paling banyak 2 (dua) fraksi.
(7) The amount of the combined fractions as described in paragraph (5) and (6) a maximum of 2 (two) fractions.
(8) Partai politik sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) harus mendudukkan anggotanya dalam 1 (satu) fraksi.
(8) The political parties referred to in paragraph (4) and (5) members shall sit in 1 (one) fraction.
(9) Fraksi mempunyai sekretariat.
(9) faction has a secretariat.
(10) Sekretariat DPRD provinsi menyediakan sarana, anggaran, dan tenaga ahli guna kelancaran pelaksanaan tugas fraksi sesuai dengan kebutuhan dan dengan memperhatikan kemampuan APBD.
(10) provides a means of provincial Parliament Secretariat, budget, and experts for the convenience of the fractions according to the needs and with due regard to the ability of the budget.
Bagian Kedelapan
Part Eight
Alat Kelengkapan DPRD Provinsi
Completeness tool Provincial Parliament
Pasal 326
Article 326
(1) Alat kelengkapan DPRD provinsi terdiri atas:
(1) Fittings provincial assembly comprising:
a. pimpinan;
a. leadership;
b. Badan Musyawarah;
b. The Deliberation;
c. komisi;
c. commission;
d. Badan Legislasi Daerah;
d. Local Legislation Agency;
e. Badan Anggaran;
e. Budget Committee;
f. Badan Kehormatan; dan
f. Honorary Board; and
g. alat kelengkapan lain yang diperlukan dan dibentuk oleh rapat paripurna.
g. other necessary fittings and is formed by the plenary session.
(2) Dalam menjalankan tugasnya, alat kelengkapan dibantu oleh sekretariat.
(2) In performing its duties, fittings assisted by a secretariat.
(3) Ketentuan mengenai tata cara pembentukan, susunan, serta wewenang dan tugas alat kelengkapan DPRD provinsi diatur dalam peraturan DPRD provinsi tentang tata tertib.
(3) The procedure of formation, composition, powers and duties as well as the provincial assembly fittings regulated in provincial assembly on order.
Pasal 327
Article 327
(1) Pimpinan DPRD provinsi terdiri atas:
(1) The leadership comprising:
a. 1 (satu) orang ketua dan 4 (empat) orang wakil ketua untuk DPRD provinsi yang beranggotakan 85 (delapan puluh lima) sampai dengan 100 (seratus) orang;
a. 1 (a) the chairman and four (4) Vice-chairman of the provincial assembly consisting of 85 (eightyfive) to 100 (one hundred) people;
b. 1 (satu) orang ketua dan 3 (tiga) orang wakil ketua untuk DPRD provinsi yang beranggotakan 45 (empat puluh lima) sampai dengan 84 (delapan puluh empat) orang;
b. 1 (a) the chairman and three (3) Vice-chairman of the provincial assembly consists of 45 (forty five) to 84 (eighty-four) people;
c. 1 (satu) orang ketua dan 2 (dua) orang wakil ketua untuk DPRD provinsi yang beranggotakan 35 (tiga puluh lima) sampai dengan 44 (empat puluh empat) orang.
c. 1 (a) the chairman and two (2) Vice-chairman of the provincial assembly consisting of 35 (thirty five) up to 44 (forty-four) people.
(2) Pimpinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari partai politik berdasarkan urutan perolehan kursi terbanyak di DPRD provinsi.
(2) The Chairman referred to in paragraph (1) is derived from a political party based on the order of acquisition of seats in the provincial assembly.
(3) Ketua DPRD provinsi ialah anggota DPRD provinsi yang berasal dari partai politik yang memperolah kursi terbanyak pertama di DPRD provinsi.
(3) The Chairman of the provincial assembly is provincial assembly members from political parties who obtain the largest number of seats in the provincial assembly first.
(4) Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) partai politik yang memperoleh kursi terbanyak pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ketua DPRD provinsi ialah anggota DPRD provinsi yang berasal dari partai politik yang memperoleh suara terbanyak.
(4) If there is more than 1 (one) political party gained the most seats first referred to in paragraph (3), chairman of the provincial assembly are members of the provincial parliament from the political party with the most votes.
(5) Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) partai politik yang memperoleh suara terbanyak sama sebagaimana dimaksud pada ayat (4), penentuan
(5) If there is more than 1 (one) political party with the most votes, as defined in paragraph (4), the determination of the head of the provincial
of
provincial
assembly
ketua DPRD provinsi dilakukan berdasarkan persebaran wilayah perolehan suara partai politik yang lebih luas secara berjenjang.
parliament conducted by the spread of the region of votes broader political parties in stages.
(6) Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) partai politik yang memperoleh kursi terbanyak pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (3), wakil ketua DPRD provinsi ialah anggota DPRD provinsi yang berasal dari partai politik yang memperoleh suara terbanyak kedua, ketiga, dan/atau keempat.
(6) If there is more than 1 (one) political party gained the most seats first referred to in paragraph (3), vice chairman of the provincial parliament are members of the provincial parliament from the political party with the most votes the second, third, and / or fourth.
(7) Apabila masih terdapat kursi wakil ketua DPRD provinsi yang belum terisi sebagaimana dimaksud pada ayat (6), maka kursi wakil ketua diisi oleh anggota DPRD provinsi yang berasal dari partai politik yang memperoleh kursi terbanyak kedua.
(7) If there is still a vice chairman of the provincial assembly seats unfilled as referred to in paragraph (6), then the vice chairman of the seats filled by members of the provincial parliament from the political party that gained the most seats two.
(8) Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) partai politik yang memperoleh kursi terbanyak kedua sama, wakil ketua sebagaimana dimaksud pada ayat (7) ditentukan berdasarkan urutan hasil perolehan suara terbanyak.
(8) If there is more than 1 (one) political party that received the second largest number of seats each, vice chairman referred to in paragraph (7) is determined by the order of the results of the acquisition of a majority vote.
(9) Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) partai politik yang memperoleh kursi terbanyak kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (7), penentuan wakil ketua DPRD provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (8) dilakukan berdasarkan persebaran wilayah perolehan suara partai politik yang lebih luas secara berjenjang.
(9) If there is more than 1 (one) political party gained the most seats both as referred to in paragraph (7), the determination of the deputy chairman of the provincial assembly as referred to in paragraph (8) carried by the spread of the region of votes broader political parties in stages.
Pasal 328
Article 328
(1) Dalam hal pimpinan DPRD provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 327 ayat (1) belum terbentuk, DPRD provinsi dipimpin oleh pimpinan sementara DPRD provinsi.
(1) In the case of the provincial leadership of Parliament referred to in Article 327 paragraph (1) has not been established, chaired by the head of the provincial parliament while the provincial assembly.
(2) Pimpinan sementara DPRD provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan 1 (satu) orang wakil ketua yang berasal dari 2 (dua) partai politik yang memperoleh kursi terbanyak pertama dan kedua di DPRD provinsi.
(2) The head while provincial assembly as referred to in paragraph (1) shall consist of 1 (one) Chairman and 1 (one) Vice-chairman from two (2) political party that gained the most seats first and second in the provincial assembly.
(3) Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) partai politik yang memperoleh kursi terbanyak sama, ketua dan wakil ketua sementara DPRD provinsi ditentukan secara musyawarah oleh wakil partai politik bersangkutan yang ada di DPRD provinsi.
(3) If there is more than 1 (one) political party gained the most seats together, the chairman and deputy chairman of the provincial assembly as determined by consensus by the representatives of the respective political parties in the provincial parliament.
(4) Ketua dan wakil ketua DPRD provinsi diresmikan dengan keputusan Menteri Dalam Negeri.
(4) The chairman and deputy chairman of the provincial assembly was inaugurated by the decision of the Minister of the Interior.
(5) Pimpinan DPRD provinsi sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji yang teksnya
(5) Leadership provincial assembly before taking office oath / pledge that the text referred to in Article
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 293 yang dipandu oleh ketua pengadilan tinggi.
293 are guided by the head of the high court.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penetapan pimpinan DPRD provinsi diatur dalam peraturan DPRD provinsi tentang tata tertib.
(6) Further provisions on the procedure for the determination of the leadership of the provincial Parliament pursuant to the rules of the order of the provincial parliament.
Pasal 329
Article 329
Komisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 326 ayat (1) huruf c dibentuk dengan ketentuan:
The Commission referred to in Article 326 paragraph (1) letter c is formed with the following provisions:
a. DPRD provinsi yang beranggotakan 35 (tiga puluh lima) sampai dengan 55 (lima puluh lima) orang membentuk 4 (empat) komisi;
a. Provincial assembly consisting of 35 (thirty five) to 55 (fifty-five) people form a 4 (four) commissions;
b. DPRD provinsi yang beranggotakan lebih dari 55 (lima puluh lima) orang membentuk 5 (lima) komisi.
b. Provincial assembly which consists of more than 55 (fifty five) people form 5 (five) commission.
Bagian Kesembilan
Part Nine
Pelaksanaan Hak DPRD Provinsi
Implementation of the Provincial Parliament Rights
Paragraf 1
Paragraph 1
Hak Interpelasi
Rights interpellation
Pasal 330
Article 330
(1) Hak interpelasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 322 ayat (1) huruf a diusulkan oleh:
(1) The right of interpellation as referred to in Article 322 paragraph (1) letter a proposed by:
a. paling sedikit 10 (sepuluh) orang anggota DPRD provinsi dan lebih dari 1 (satu) fraksi untuk DPRD provinsi yang beranggotakan 35 (tiga puluh lima) orang sampai dengan 75 (tujuh puluh lima) orang;
a. at least ten (10) members of the provincial parliament and more than 1 (one) for a fraction of the provincial assembly consisting of 35 (thirty five) up to 75 (seventy five) people;
b. paling sedikit 15 (lima belas) orang anggota DPRD provinsi dan lebih dari 1 (satu) fraksi untuk DPRD provinsi yang beranggotakan di atas 75 (tujuh puluh lima) orang.
b. at least fifteen (15) members of the provincial parliament and more than 1 (one) for a fraction of the provincial assembly consisting of over 75 (seventy five) people.
(2) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada pimpinan DPRD provinsi.
(2) The proposal referred to in paragraph (1) shall be submitted to the leadership of the provincial parliament.
(3) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi hak interpelasi DPRD provinsi apabila mendapat persetujuan dari rapat paripurna DPRD provinsi yang dihadiri lebih dari 1/2 (satu per dua) jumlah anggota DPRD provinsi dan putusan diambil dengan persetujuan lebih dari 1/2 (satu per dua) jumlah anggota DPRD provinsi yang hadir.
(3) The proposal referred to in paragraph (1) to the right of interpellation provincial assembly if approved by the plenary session of the provincial assembly attended by more than 1/2 (one half) the number of members of the provincial parliament and the decision was taken with the consent of more than half (one half) the number of members of the provincial parliament were present.
(4)
(4) Further provisions concerning the procedures for
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
pelaksanaan hak interpelasi diatur dalam peraturan DPRD provinsi tentang tata tertib.
the exercise of the interpellation pursuant to the rules of the order of the provincial parliament.
Paragraf 2
Paragraph 2
Hak Angket
Rights Questionnaire
Pasal 331
Article 331
(1) Hak angket sebagaimana dimaksud dalam Pasal 322 ayat (1) huruf b diusulkan oleh:
(1) Rights of the questionnaire referred to in Article 322 paragraph (1) letter b is proposed by:
a. paling sedikit 10 (sepuluh) orang anggota DPRD provinsi dan lebih dari 1 (satu) fraksi untuk DPRD provinsi yang beranggotakan 35 (tiga puluh lima) orang sampai dengan 75 (tujuh puluh lima) orang;
a. at least ten (10) members of the provincial parliament and more than 1 (one) for a fraction of the provincial assembly consisting of 35 (thirty five) up to 75 (seventy five) people;
b. paling sedikit 15 (lima belas) orang anggota DPRD provinsi dan lebih dari 1 (satu) fraksi untuk DPRD provinsi yang beranggotakan di atas 75 (tujuh puluh lima) orang.
b. at least fifteen (15) members of the provincial parliament and more than 1 (one) for a fraction of the provincial assembly consisting of over 75 (seventy five) people.
(2) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada pimpinan DPRD provinsi.
(2) The proposal referred to in paragraph (1) shall be submitted to the leadership of the provincial parliament.
(3) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi hak angket DPRD provinsi apabila mendapat persetujuan dari rapat paripurna DPRD provinsi yang dihadiri paling sedikit 3/4 (tiga per empat) dari jumlah anggota DPRD provinsi dan putusan diambil dengan persetujuan paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota DPRD provinsi yang hadir.
(3) The proposal referred to in paragraph (1) to the right of inquiry when the provincial assembly approved by the plenary session of the provincial assembly attended by at least 3/4 (three quarters) of the members of the provincial parliament and the decision was taken with the approval of at least 2 / 3 (two thirds) of the members of the provincial parliament were present.
Pasal 332
Article 332
(1) DPRD provinsi memutuskan menerima atau menolak usul hak angket sebagaimana dimaksud dalam Pasal 331 ayat (1).
(1) The provincial assembly decided to accept or reject the recommendation of the right of inquiry referred to in Article 331 paragraph (1).
(2) Dalam hal DPRD provinsi menerima usul hak angket sebagaimana dimaksud pada ayat (1), DPRD provinsi membentuk panitia angket yang terdiri atas semua unsur fraksi DPRD provinsi dengan keputusan DPRD provinsi.
(2) In the case of the provincial parliament accepted the proposal right of inquiry referred to in paragraph (1), the provincial parliament to form the committee consisting of all elements of the fraction of the provincial assembly decisions provincial assembly.
(3) Dalam hal DPRD provinsi menolak usul hak angket sebagaimana dimaksud pada ayat (1), usul tersebut tidak dapat diajukan kembali.
(3) In the case of the provincial parliament rejected the proposal right of inquiry referred to in paragraph (1), the proposal can not be resubmitted.
Pasal 333
Article 333
(1) Panitia angket sebagaimana dimaksud dalam Pasal 332 ayat (2), dalam melakukan penyelidikan
(1) Committee of the questionnaire referred to in Article 332 paragraph (2), in the investigation
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 332 ayat (3), dapat memanggil pejabat pemerintah provinsi, badan hukum, atau warga masyarakat di provinsi yang dianggap mengetahui atau patut mengetahui masalah yang diselidiki untuk memberikan keterangan serta untuk meminta menunjukkan surat atau dokumen yang berkaitan dengan hal yang sedang diselidiki.
referred to in Article 332 paragraph (3), may summon the provincial government officials, legal entities, or citizens in the province who are considered knew or should have known problems investigated to provide information and to request a showing letters or documents relating to the matter under investigation.
(2) Pejabat pemerintah provinsi, badan hukum, atau warga masyarakat di provinsi yang dipanggil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi panggilan DPRD provinsi, kecuali ada alasan yang sah menurut peraturan perundangundangan.
(2) The provincial government officials, legal entities, or citizens in the province who were called as referred to in paragraph (1) shall meet the provincial assembly call, unless there is a valid reason under the legislation.
(3) Dalam hal pejabat pemerintah provinsi, badan hukum, atau warga masyarakat di provinsi telah dipanggil dengan patut secara berturut-turut tidak memenuhi panggilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), DPRD provinsi dapat memanggil secara paksa dengan bantuan Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) In the case of the provincial government officials, legal entities, or citizens in the province has been invoked by successive should not meet the call referred to in paragraph (2), may call a provincial assembly by force with the help of the Indonesian National Police in accordance with the provisions of the legislation.
Pasal 334
Article 334
Panitia angket melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada rapat paripurna DPRD provinsi paling lama 60 (enam puluh) Hari sejak dibentuknya panitia angket.
The committee reported the execution of his duty to the plenary session of the provincial assembly 60 (sixty) days since the establishment of the committee.
Pasal 335
Article 335
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan hak angket diatur dalam peraturan DPRD provinsi tentang tata tertib.
Further provisions concerning the procedures for the exercise of inquiry set up in the provincial assembly rules of order.
Paragraf 3
Paragraph 3
Hak Menyatakan Pendapat
Stating Rights Opinion
Pasal 336
Article 336
(1) Hak menyatakan pendapat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 322 ayat (1) huruf c diusulkan oleh:
(1) The right of expression as referred to in Article 322 paragraph (1) letter c proposed by:
a. paling sedikit 15 (lima belas) orang anggota DPRD provinsi dan lebih dari 1 (satu) fraksi untuk DPRD provinsi yang beranggotakan 35 (tiga puluh lima) orang sampai dengan 75 (tujuh puluh lima) orang;
a. at least fifteen (15) members of the provincial parliament and more than 1 (one) for a fraction of the provincial assembly consisting of 35 (thirty five) up to 75 (seventy five) people;
b. paling sedikit 20 (dua puluh) orang anggota DPRD provinsi dan lebih dari 1 (satu) fraksi untuk DPRD provinsi yang beranggotakan di atas 75 (tujuh puluh lima) orang.
b. at least 20 (twenty) members of the provincial parliament and more than 1 (one) for a fraction of the provincial assembly consisting of over 75 (seventy five) people.
(2) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada pimpinan DPRD provinsi.
(2) The proposal referred to in paragraph (1) shall be submitted to the leadership of the provincial parliament.
(3) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi hak menyatakan pendapat DPRD provinsi apabila mendapat persetujuan dari rapat paripurna DPRD provinsi yang dihadiri paling sedikit 3/4 (tiga per empat) dari jumlah anggota DPRD provinsi dan putusan diambil dengan persetujuan paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota DPRD provinsi yang hadir.
(3) The proposal referred to in paragraph (1) are entitled to express an opinion when the provincial assembly approved by the plenary session of the provincial assembly attended by at least 3/4 (three quarters) of the members of the provincial parliament and the decision was taken with the approval of at least 2 / 3 (two thirds) of the members of the provincial parliament were present.
Pasal 337
Article 337
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan hak menyatakan pendapat diatur dalam peraturan DPRD provinsi tentang tata tertib.
Further provisions concerning the procedures for the exercise of expression is regulated in provincial assembly on order.
Bagian Kesepuluh
Part Ten
Pelaksanaan Hak Anggota
Member Rights Implementation
Paragraf 1
Paragraph 1
Hak Imunitas
Rights Immunity
Pasal 338
Article 338
(1) Anggota DPRD provinsi mempunyai hak imunitas.
(1) Members of the provincial assembly has the right of immunity.
(2) Anggota DPRD provinsi tidak dapat dituntut di depan pengadilan karena pernyataan, pertanyaan, dan/atau pendapat yang dikemukakannya baik secara lisan maupun tertulis di dalam rapat DPRD provinsi ataupun di luar rapat DPRD provinsi yang berkaitan dengan fungsi serta wewenang dan tugas DPRD provinsi.
(2) Members of the provincial assembly can not be sued in court for statements, questions, and / or opinions he presented both orally and in writing in the provincial assembly meeting or outside the provincial assembly meeting relating to the functions and powers and duties of the provincial parliament.
(3) Anggota DPRD provinsi tidak dapat diganti antarwaktu karena pernyataan, pertanyaan, dan/atau pendapat yang dikemukakannya baik di dalam rapat DPRD provinsi maupun di luar rapat DPRD provinsi yang berkaitan dengan fungsi serta wewenang dan tugas DPRD provinsi.
(3) Members of the provincial assembly can not be replaced interim because of statements, questions, and / or opinions put forward both in the provincial assembly meeting and outside the provincial assembly meeting relating to the functions and powers and duties of the provincial parliament.
(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam hal anggota yang bersangkutan mengumumkan materi yang telah disepakati dalam rapat tertutup untuk dirahasiakan atau hal lain yang dimaksud dalam ketentuan mengenai rahasia negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
(4) The provisions referred to in paragraph (1) shall not apply in the case of members of the relevant announced material that has been agreed in a closed meeting to be kept secret or any other matter referred to in the provisions on state secrets in accordance with the provisions of the legislation.
Paragraf 2
Paragraph 2
Hak Protokoler
Rights Protocol
Pasal 339
Article 339
(1) Pimpinan dan anggota mempunyai hak protokoler.
DPRD
provinsi
(1) The Chairman and members of the provincial parliament has the right of precedence.
(2) Hak protokoler sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam peraturan pemerintah.
(2) The right of precedence as referred to in paragraph (1) shall be in government regulations.
Paragraf 3
Paragraph 3
Hak Keuangan dan Administratif
Financial and Administrative Rights
Pasal 340
Article 340
(1) Pimpinan dan anggota DPRD provinsi mempunyai hak keuangan dan administratif.
(1) The Chairman and members of the provincial parliament has the financial and administrative rights.
(2) Hak keuangan dan administratif pimpinan dan anggota DPRD provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah.
(2) The financial and administrative leaders and members of provincial assembly as referred to in paragraph (1) shall be regulated by government regulation.
(3) Dalam menjalankan wewenang dan tugasnya, pimpinan dan anggota DPRD provinsi berhak memperoleh tunjangan yang besarannya disesuaikan dengan kemampuan daerah.
(3) In carrying out its powers and duties, leaders and members of the provincial parliament are entitled to allowances which amount is adjusted to the ability of the area.
(4) Pengelolaan keuangan dan tunjangan sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (3) dilaksanakan oleh sekretariat DPRD provinsi sesuai dengan peraturan pemerintah.
(4) Financial management and allowances referred to in paragraph (1) and paragraph (3) shall be implemented by the provincial assembly secretariat in accordance with government regulations.
Bagian Kesebelas
Part Eleven
Persidangan dan Pengambilan Keputusan
Hearing and Decision Making
Paragraf 1
Paragraph 1
Persidangan
Trial
Pasal 341
Article 341
(1) Pada awal masa jabatan keanggotaan, tahun sidang DPRD provinsi dimulai pada saat pengucapan sumpah/janji anggota.
(1) At the beginning of the tenure of membership, the provincial parliament session begins when the oath / pledge member.
(2) Tahun sidang dibagi dalam 3 (tiga) masa persidangan.
(2) In the trial were divided into three (3) the trial period.
(3) Masa persidangan meliputi masa sidang dan masa reses, kecuali pada persidangan terakhir dari satu periode keanggotaan DPRD provinsi, masa
(3) The period includes the period of the trial court and the recess, except at the final hearing of the provincial assembly membership period, recess
reses ditiadakan.
eliminated.
Pasal 342
Article 342
Semua rapat di DPRD provinsi pada dasarnya bersifat terbuka, kecuali rapat tertentu yang dinyatakan tertutup.
All meetings at provincial assembly is essentially open, except for certain meetings declared closed.
Pasal 343
Article 343
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara persidangan dan rapat DPRD provinsi diatur dalam peraturan DPRD provinsi tentang tata tertib.
Further provisions regarding court proceedings and provincial assembly meeting pursuant to the rules of the order of the provincial parliament.
Paragraf 2
Paragraph 2
Pengambilan Keputusan
Decision Making
Pasal 344
Article 344
(1) Pengambilan keputusan dalam rapat DPRD provinsi pada dasarnya dilakukan dengan cara musyawarah untuk mufakat.
(1) Decision-making in the provincial assembly meeting is basically done by deliberation.
(2) Apabila cara pengambilan keputusan (2) When the way decisions referred to in paragraph sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai, (1) was not reached, decisions are taken a majority keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak. vote.
Pasal 345
Article 345
(1) Setiap rapat DPRD provinsi dapat mengambil keputusan apabila memenuhi kuorum.
(1) Each provincial assembly meeting can take decisions if a quorum.
(2) Kuorum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terpenuhi apabila:
(2) The quorum referred to in paragraph (1) is met if:
a. rapat dihadiri oleh paling sedikit 3/4 (tiga per empat) dari jumlah anggota DPRD provinsi untuk mengambil persetujuan atas pelaksanaan hak angket dan hak menyatakan pendapat serta untuk mengambil keputusan mengenai usul pemberhentian gubernur dan/atau wakil gubernur;
a. meeting attended by at least 3/4 (three-quarters) of the number of provincial legislators to take approval for the exercise of inquiry and freedom of expression and to take a decision regarding the proposed dismissal of the governor and / or vice-governor;
b. rapat dihadiri oleh paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota DPRD provinsi untuk memberhentikan pimpinan DPRD provinsi serta untuk menetapkan peraturan daerah dan anggaran pendapatan dan belanja daerah;
b. meeting attended by at least 2/3 (two thirds) of the members of the provincial parliament to dismiss the leadership of the provincial parliament and to establish local regulations and budget revenues and expenditures;
c. rapat dihadiri oleh lebih dari 1/2 (satu per dua) jumlah anggota DPRD provinsi untuk rapat paripurna DPRD provinsi selain rapat sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b.
c. a meeting attended by more than 1/2 (one half) the number of members of the provincial parliament's plenary meeting of the provincial assembly in addition to the meeting referred to in paragraphs a and b.
(3) Keputusan rapat dinyatakan sah apabila:
(3) The decision of the meeting declared valid if:
a. disetujui oleh paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota DPRD provinsi yang hadir, untuk rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a;
a. approved by at least 2/3 (two thirds) of the provincial assembly members present, to the meeting referred to in paragraph (2) letter a;
b. disetujui oleh lebih dari 1/2 (satu per dua) jumlah anggota DPRD provinsi yang hadir, untuk rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b;
b. approved by the more than 1/2 (one half) the number of provincial assembly members present, to the meeting referred to in paragraph (2) b;
c. disetujui dengan suara terbanyak, untuk rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c.
c. approved by a majority vote, to the meeting referred to in paragraph (2) c.
(4) Apabila kuorum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak terpenuhi, rapat ditunda paling banyak 2 (dua) kali dengan tenggang waktu masing-masing tidak lebih dari 1 (satu) jam.
(4) If a quorum referred to in paragraph (1) are not met, the meeting adjourned at most two (2) times at an interval of each of not more than 1 (one) hour.
(5) Apabila pada akhir waktu penundaan rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) kuorum belum juga terpenuhi, pimpinan dapat menunda rapat paling lama 3 (tiga) Hari atau sampai waktu yang ditetapkan oleh badan musyawarah.
(5) If at the end of the time delay of the meeting referred to in paragraph (4) The quorum has not been met, the leadership could delay the meeting no later than 3 (three) days, or until the time set by the deliberative body.
(6) Apabila setelah penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (5), kuorum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum juga terpenuhi, terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b, rapat tidak dapat mengambil keputusan.
(6) If after a delay referred to in paragraph (5), the quorum referred to in paragraph (1) has not been fulfilled, the provisions referred to in paragraph (2) letter a and b, the meeting can not make decisions.
(7) Apabila setelah penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) kuorum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) belum juga terpenuhi, terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, cara penyelesaiannya diserahkan kepada pimpinan DPRD provinsi dan pimpinan fraksi.
(7) If after delay as referred to in paragraph (5) the quorum referred to in paragraph (2) has not been fulfilled, the provisions referred to in paragraph (2) c, a way to resolve submitted to the leadership of the provincial parliament and faction leaders.
Pasal 346
Article 346
Setiap keputusan rapat DPRD provinsi, baik berdasarkan musyawarah untuk mufakat maupun berdasarkan suara terbanyak, merupakan kesepakatan untuk ditindaklanjuti oleh semua pihak yang terkait dalam pengambilan keputusan.
Each provincial assembly meeting decision, either by deliberation or by a majority vote, an agreement to be followed by all parties involved in decision making.
Pasal 347
Article 347
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengambilan keputusan diatur dalam peraturan DPRD provinsi tentang tata tertib.
Further provisions concerning the procedures stipulated in the decision making rules about the order of the provincial parliament.
Bagian Kedua Belas
Part Twelfth
Tata Tertib dan Kode Etik
Rules and Code of Ethics
Paragraf 1
Paragraph 1
Tata Tertib
Order
Pasal 348
Article 348
(1) Tata tertib DPRD provinsi ditetapkan oleh DPRD provinsi dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
(1) The rules set by the provincial parliament provincial assembly based on the legislation.
(2) Tata tertib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku di lingkungan internal DPRD provinsi.
(2) The rules referred to in paragraph (1) applies in the internal environment of the provincial parliament.
(3) Tata tertib DPRD provinsi paling sedikit memuat ketentuan tentang:
(3) Rules provincial assembly at least contain provisions on:
a. pengucapan sumpah/janji;
a. oath / pledge;
b. penetapan pimpinan;
b. determination of the leadership;
c. pemberhentian dan penggantian pimpinan;
c. dismissal and replacement of the leadership;
d. jenis dan penyelenggaraan rapat;
d. types and the meetings;
e. pelaksanaan fungsi, wewenang dan tugas lembaga, serta hak dan kewajiban anggota;
e. implementation of the functions, powers and duties of the institution, as well as the rights and obligations of members;
f. pembentukan, susunan, serta wewenang dan tugas alat kelengkapan;
f. formation, composition, powers and duties as well as fittings;
g. penggantian antarwaktu anggota;
g. interim replacement member;
h. pembuatan pengambilan keputusan;
h. decision-making;
i. pelaksanaan konsultasi antara DPRD provinsi dan pemerintah daerah provinsi;
i. consultations between the provincial parliament and provincial governments;
j. penerimaan pengaduan dan penyaluran aspirasi j. receipt of the complaint and the distribution of masyarakat; people's aspirations; k. pengaturan protokoler; dan
k. protocol settings; and
l. pelaksanaan tugas kelompok pakar/ahli.
l. implementation tasks expert group / expert.
Paragraf 2
Paragraph 2
Kode Etik
Code of Conduct
Pasal 349
Article 349
DPRD provinsi menyusun kode etik yang berisi norma yang wajib dipatuhi oleh setiap anggota selama menjalankan tugasnya untuk menjaga martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas DPRD provinsi.
Parliament drafted a code of conduct that contains the norms that must be obeyed by every member for their duties to preserve the dignity, honor, image and credibility of the provincial assembly.
Bagian Ketiga Belas
Part Thirteenth
Larangan dan Sanksi
Prohibitions and sanctions
Paragraf 1
Paragraph 1
Larangan
Ban
Pasal 350
Article 350
(1) Anggota DPRD provinsi dilarang merangkap jabatan sebagai:
(1) Members of the provincial assembly prohibited from holding positions as:
a. pejabat negara atau pejabat daerah lainnya;
a. state officials or other local authorities;
b. hakim pada badan peradilan; atau
b. judges in the judiciary; or
c. pegawai negeri sipil, anggota Tentara Nasional Indonesia/Kepolisian Negara Republik Indonesia, pegawai pada badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, atau badan lain yang anggarannya bersumber dari APBN/APBD.
c. civil servants, members of the Indonesian National Army / Indonesian National Police, employees of state-owned, locally-owned enterprises, or other entity whose budget comes from the state budget / budget.
(2) Anggota DPRD provinsi dilarang melakukan pekerjaan sebagai pejabat struktural pada lembaga pendidikan swasta, akuntan publik, konsultan, advokat atau pengacara, notaris, dan pekerjaan lain yang ada hubungannya dengan wewenang dan tugas DPRD provinsi serta hak sebagai anggota DPRD provinsi.
(2) Members of the provincial assembly prohibited from doing work as ranking officials in private educational institutions, public accountants, consultants, lawyers or lawyers, notaries, and other work that has to do with the powers and duties of provincial assembly and the right as a member of the provincial parliament.
(3) Anggota DPRD provinsi dilarang melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme.
(3) Members of the provincial assembly are prohibited from corruption, collusion, and nepotism.
Disetujui, Timus 24
Approved, Thymus 24
Paragraf 2
Paragraph 2
Sanksi
Sanctions
Pasal 351
Article 351
(1) Anggota DPRD provinsi yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 324 dikenai sanksi berdasarkan keputusan Badan Kehormatan.
(1) Members of the provincial assembly which does not carry out the obligations referred to in Article 324 sanctioned by the Ethics Council decision.
(2) Anggota DPRD provinsi yang terbukti melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 350 ayat (1) dan/atau ayat (2) dikenai sanksi pemberhentian sebagai anggota DPRD provinsi.
(2) Members of the provincial assembly found to have violated the provisions referred to in Article 350 paragraph (1) and / or (2) subject to a sanction of dismissal as a member of the provincial parliament.
(3) Anggota DPRD provinsi yang terbukti melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 350 ayat (3) berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dikenai sanksi pemberhentian sebagai anggota DPRD provinsi.
(3) Members of the provincial assembly found to have violated the provisions referred to in Article 350 paragraph (3) based on court decisions that have acquired legal force remains subject to sanction of dismissal as a member of the provincial parliament.
Pasal 352
Article 352
Jenis sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 351 ayat (1) berupa:
Type the sanctions referred to in article 351 paragraph (1) in the form:
a. teguran lisan;
a. verbal warning;
b. teguran tertulis; dan/atau
b. written warning; and / or
c. diberhentikan kelengkapan.
dari
pimpinan
pada
alat
c. dismissed from the leadership of the fittings.
Pasal 353
Article 353
Setiap orang, kelompok, atau organisasi dapat mengajukan pengaduan kepada Badan Kehormatan DPRD provinsi dalam hal memiliki bukti yang cukup bahwa terdapat anggota DPRD provinsi yang tidak melaksanakan salah satu kewajiban atau lebih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 324 dan/atau melanggar ketentuan larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 350.
Any person, group, or organization may file a complaint to the Ethics Council provincial assembly in terms of having sufficient evidence that there are members of the provincial parliament who do not carry out one or more of the obligations referred to in Article 324 and / or violate the prohibition referred to in Article 350 .
Pasal 354
Article 354
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengaduan masyarakat dan penjatuhan sanksi diatur dengan peraturan DPRD provinsi tentang tata beracara badan kehormatan.
Further provisions on procedures for public complaints and the imposition of sanctions stipulated by the regulations of the provincial assembly proceedings governance bodies of honor.
Bagian Keempat Belas
Part Fourteen
Pemberhentian Antarwaktu,
Antarwaktu,
Penggantian
Intertemporal dismissal, Replacement Intertemporal,
dan Pemberhentian Sementara
and Dismissal While
Paragraf 1
Paragraph 1
Pemberhentian Antarwaktu
Termination Intertemporal
Pasal 355
Article 355
(1) Anggota DPRD provinsi berhenti antarwaktu karena:
(1) Members of the provincial assembly temporarily quit because:
a. meninggal dunia;
a. died;
b. mengundurkan diri; atau
b. resigned; or
c. diberhentikan.
c. dismissed.
(2) Anggota DPRD provinsi diberhentikan antarwaktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, apabila:
(2) Members of the provincial assembly intertemporal dismissed as referred to in paragraph (1) letter c, if:
a. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap sebagai anggota DPRD provinsi selama 3 (tiga) bulan berturut-turut tanpa keterangan apa pun;
a. unable to carry out tasks on an ongoing basis or unavailable remain as a member of provincial parliament for three (3) consecutive months without any explanation;
b. melanggar sumpah/janji jabatan dan kode etik DPRD provinsi;
b. violated the oath / pledge of office and provincial assembly code of ethics;
c. dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih;
c. was found guilty by a court decision that has gained legal force remained for a criminal offense punishable by imprisonment of 5 (five) years or more;
d. tidak menghadiri rapat paripurna dan/atau rapat alat kelengkapan DPRD provinsi yang menjadi tugas dan kewajibannya sebanyak 6 (enam) kali berturutturut tanpa alasan yang sah;
d. did not attend the plenary meetings and / or conference fittings provincial assembly tasks and obligations of 6 (six) times in a row without a valid reason;
e. diusulkan oleh partai politiknya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. proposed by a political party in accordance with the provisions of the legislation;
f. tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon anggota DPRD provinsi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai pemilihan umum;
f. no longer qualify as a candidate for member of provincial assembly in accordance with the provisions of the legislation on elections;
g. melanggar ketentuan larangan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini;
g. violate the prohibition stipulated in this Law;
h. diberhentikan sebagai anggota partai politik sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; atau
h. dismissed as a member of a political party in accordance with the provisions of the legislation; or
i. menjadi anggota partai politik lain.
i. become a member of another political party.
Pasal 356
Article 356
(1) Pemberhentian anggota DPRD provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 355 ayat (1) huruf a dan huruf b serta pada ayat (2) huruf c, huruf e, huruf h, dan huruf i diusulkan oleh pimpinan partai politik kepada pimpinan DPRD provinsi dengan tembusan kepada Menteri Dalam Negeri.
(1) Termination of provincial assembly members as referred to in Article 355 paragraph (1) letter a and b as well as in paragraph (2) c, e, h, and i is nominated by political party leaders to the leadership of the provincial parliament with a copy to the Minister of the Interior.
(2) Paling lama 7 (tujuh) Hari sejak diterimanya usul pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pimpinan DPRD provinsi menyampaikan usul pemberhentian anggota DPRD provinsi kepada Menteri Dalam Negeri melalui gubernur untuk memperoleh peresmian pemberhentian.
(2) No later than seven (7) days of receipt of the proposal for dismissal as referred to in paragraph (1), the leadership of the provincial parliament had proposed the dismissal of members of the provincial parliament to the Minister of the Interior through the governor to obtain dismissal inauguration.
(3) Paling lama 7 (tujuh) Hari sejak diterimanya usul pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (2), gubernur menyampaikan usul tersebut kepada Menteri Dalam Negeri.
(3) Most of seven (7) days of receipt of the proposal for dismissal as referred to in paragraph (2), the governor had proposed to the Minister of the Interior.
(4) Menteri Dalam Negeri meresmikan pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling lama 14 (empat belas) Hari sejak diterimanya usulan pemberhentian anggota DPRD provinsi dari gubernur.
(4) Interior Minister inaugurated the dismissal referred to in subsection (2) within fourteen (14) days from the receipt of the proposed dismissal of members of Parliament from the province governor.
Pasal 357
Article 357
(1)
Pemberhentian
anggota
DPRD
provinsi
(1) Termination of provincial assembly members as
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 355 ayat (2) huruf a, huruf b, huruf d, huruf f, dan huruf g, dilakukan setelah adanya hasil penyelidikan dan verifikasi yang dituangkan dalam keputusan badan kehormatan DPRD provinsi atas pengaduan dari pimpinan DPRD provinsi, masyarakat, dan/atau pemilih.
referred to in Article 355 paragraph (2) letters a, b, d, f, and g, conducted after the results of the investigation and verification as outlined in the agency's decision on the complaint honor provincial assembly of the leadership of the provincial parliament, community, and / or voters.
(2) Keputusan badan kehormatan DPRD provinsi mengenai pemberhentian anggota DPRD provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan oleh badan kehormatan DPRD provinsi kepada rapat paripurna.
(2) The decision of the provincial assembly of honor entity dismissal of members of the provincial parliament as referred to in paragraph (1) reported by the respected provincial assembly to a plenary session.
(3) Paling lama 7 (tujuh) Hari sejak keputusan badan kehormatan DPRD provinsi yang telah dilaporkan dalam rapat paripurna sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pimpinan DPRD provinsi menyampaikan keputusan badan kehormatan DPRD provinsi kepada pimpinan partai politik yang bersangkutan.
(3) At least seven (7) days from the decision of the provincial assembly honor bodies have been reported in a plenary meeting referred to in paragraph (2), the leadership of the provincial parliament honor the agency's decision conveyed to the provincial assembly of the political parties concerned.
(4) Pimpinan partai politik yang bersangkutan menyampaikan keputusan tentang pemberhentian anggotanya kepada pimpinan DPRD provinsi, paling lambat 30 (tiga puluh) Hari sejak diterimanya keputusan Badan Kehormatan DPRD provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dari pimpinan DPRD provinsi.
(4) The head of the political party convey the decision of dismissal of its members to the leadership of the provincial parliament, no later than 30 (thirty) days from the receipt of the Honorary Board decision provincial assembly as referred to in paragraph (2) of the leadership of the provincial parliament.
(5) Dalam hal pimpinan partai politik sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak memberikan keputusan pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (4), pimpinan DPRD provinsi paling lama 7 (tujuh) Hari meneruskan keputusan Badan Kehormatan DPRD provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Menteri Dalam Negeri melalui gubernur untuk memperoleh peresmian pemberhentian.
(5) In the case of the political parties referred to in paragraph (3) does not give the dismissal decision referred to in paragraph (4), the leadership of the provincial Parliament no later than 7 (seven) days forward the provincial assembly Honorary Board decision referred to in paragraph (2) to the Minister of the Interior through the governor to obtain dismissal inauguration.
(6) Paling lama 7 (tujuh) Hari sejak diterimanya keputusan pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (5), gubernur menyampaikan keputusan tersebut kepada Menteri Dalam Negeri.
(6) At least seven (7) days of receipt of the dismissal decision referred to in paragraph (5), the governor convey the decision to the Minister of the Interior.
(7) Menteri Dalam Negeri meresmikan pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (5) paling lama 14 (empat belas) Hari sejak diterimanya keputusan Badan Kehormatan DPRD provinsi atau keputusan pimpinan partai politik tentang pemberhentian anggotanya dari gubernur.
(7) Interior Minister inaugurated the dismissal referred to in paragraph (5) not later than 14 (fourteen) days from the receipt of the Honorary Council decision or decisions provincial political party leaders about the dismissal of members of the governor.
Pasal 358
Article 358
(1) Dalam hal pelaksanaan penyelidikan dan verifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 357 ayat (1), Badan Kehormatan DPRD provinsi dapat
(1) In the case of the implementation of the investigation and verification referred to in Article 357 paragraph (1), Honorary Board provincial assembly may request assistance from independent
meminta bantuan dari ahli independen.
experts.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyelidikan, verifikasi, dan pengambilan keputusan oleh Badan Kehormatan DPRD provinsi diatur dalam peraturan DPRD provinsi tentang tata beracara Badan Kehormatan.
(2) Further provisions on the procedure of the investigation, verification, and a decision by the provincial assembly Honorary Board pursuant to the rules of grammar provincial assembly proceedings Honorary Board.
Paragraf 2
Paragraph 2
Penggantian Antarwaktu
Replacement Intertemporal
Pasal 359
Article 359
(1) Anggota DPRD provinsi yang berhenti antarwaktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 356 ayat (1) dan Pasal 357 ayat (1) digantikan oleh calon anggota DPRD provinsi yang memperoleh suara terbanyak urutan berikutnya dalam daftar peringkat perolehan suara dari partai politik yang sama pada daerah pemilihan yang sama.
(1) A member of the provincial assembly temporarily quit as referred to in Article 356 paragraph (1) and Article 357 paragraph (1) is replaced by a provincial assembly member candidates with the most votes next order in the ranking list of votes from the same political party in the electoral district the same.
(2) Dalam hal calon anggota DPRD provinsi yang memperoleh suara terbanyak urutan berikutnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengundurkan diri, meninggal dunia, atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon anggota DPRD provinsi, anggota DPRD provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digantikan oleh calon anggota DPRD provinsi yang memperoleh suara terbanyak urutan berikutnya dari partai politik yang sama pada daerah pemilihan yang sama.
(2) In the case of candidates for members of the provincial parliament who gets the most votes next order referred to in subsection (1) resigns, dies, or no longer qualifies as a candidate member of the provincial parliament, members of provincial assembly as referred to in paragraph (1) is replaced by prospective members of the provincial parliament who gets the most votes next sequence of the same political party in the same constituency.
(3) Masa jabatan anggota DPRD provinsi pengganti antarwaktu melanjutkan sisa masa jabatan anggota DPRD provinsi yang digantikannya.
(3) The term of office of members of the provincial parliament interim replacement to continue the rest of the term of office of the provincial parliament which it replaces.
Pasal 360
Article 360
(1) Pimpinan DPRD provinsi menyampaikan nama anggota DPRD provinsi yang diberhentikan antarwaktu dan meminta nama calon pengganti antarwaktu kepada KPU provinsi.
(1) Leadership provincial assembly convey the name of the provincial legislators dismissed intertemporal and ask the candidates to the provincial KPU interim replacement.
(2) KPU provinsi menyampaikan nama calon pengganti antarwaktu berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 359 ayat (1) dan ayat (2) kepada pimpinan DPRD provinsi paling lambat 5 (lima) Hari sejak diterimanya surat pimpinan DPRD provinsi.
(Two) provincial KPU submit interim replacement candidates based on the provisions referred to in Article 359 paragraph (1) and (2) to the leadership of the provincial Parliament no later than 5 (five) days from the receipt of the letter-led provincial assembly.
(3) Paling lambat 7 (tujuh) Hari sejak menerima nama calon pengganti antarwaktu dari KPU provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pimpinan DPRD provinsi menyampaikan nama anggota DPRD
(3) No later than 7 (seven) days after the receipt of interim replacement candidates from the provincial Commission referred to in paragraph (2), the Governing Council expressed province province
provinsi yang diberhentikan dan nama calon pengganti antarwaktu kepada Menteri Dalam Negeri melalui gubernur.
name legislators dismissed and interim replacement candidates to the Minister of the Interior through the governor.
(4) Paling lambat 7 (tujuh) Hari sejak menerima nama anggota DPRD provinsi yang diberhentikan dan nama calon pengganti antarwaktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3), gubernur menyampaikan nama anggota DPRD provinsi yang diberhentikan dan nama calon pengganti antarwaktu kepada Menteri Dalam Negeri.
(4) No later than 7 (seven) days of receiving the name of the provincial legislators dismissed and interim replacement candidate names referred to in paragraph (3), the governor delivered name members of the provincial parliament dismissed and interim replacement candidates to the Minister of the Interior.
(5) Paling lambat 14 (empat belas) Hari sejak menerima nama anggota DPRD provinsi yang diberhentikan dan nama calon pengganti antarwaktu dari gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Menteri Dalam Negeri meresmikan pemberhentian dan pengangkatannya dengan keputusan Menteri Dalam Negeri.
(5) No later than 14 (fourteen) days of receiving the name of the provincial legislators dismissed and the name of the governor's interim replacement candidate referred to in subsection (4), Interior Minister inaugurated the dismissal and appointment with the decision of the Minister of the Interior.
(6) Sebelum memangku jabatannya, anggota DPRD provinsi pengganti antarwaktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) mengucapkan sumpah/janji yang pengucapannya dipandu oleh pimpinan DPRD provinsi, dengan tata cara dan teks sumpah/janji sebagaimana diatur dalam Pasal 319 dan Pasal 320.
(6) Prior to taking office, members of the provincial parliament interim replacement as referred to in paragraph (3) oath / pledge to pronounce guided by the leadership of the provincial parliament, with the procedures and text oath / pledge as stipulated in Article 319 and Article 320.
(7) Penggantian antarwaktu anggota DPRD provinsi tidak dilaksanakan apabila sisa masa jabatan anggota DPRD provinsi yang digantikan kurang dari 6 (enam) bulan.
(7) Replacement interim provincial legislators are not executed if the remaining term of the members of the provincial assembly was replaced less than 6 (six) months.
Pasal 361
Article 361
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengajuan penggantian antarwaktu, verifikasi terhadap persyaratan calon pengganti antarwaktu, dan peresmian calon pengganti antarwaktu anggota DPRD provinsi diatur dengan peraturan pemerintah.
Further provisions on the procedure for filing interim replacement, verify the requirements of interim replacement candidate, and the inauguration of the interim replacement candidate member provincial assembly is set by government regulation.
Paragraf 3
Paragraph 3
Pemberhentian Sementara
Lay-off
Pasal 362
Article 362
(1) Anggota DPRD sementara karena:
provinsi
diberhentikan
(First) provincial assembly members suspended because:
a. menjadi terdakwa dalam perkara tindak pidana umum yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun; atau
a. become a defendant in a criminal case generally subject to imprisonment for a minimum of 5 (five) years; or
b. menjadi terdakwa dalam perkara tindak pidana khusus.
b. become a defendant in a criminal case is special.
(2) Dalam hal anggota DPRD provinsi dinyatakan terbukti bersalah karena melakukan tindak pidana
(2) In the case of members of the provincial parliament was found guilty of a criminal act
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a atau huruf b berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, anggota DPRD provinsi yang bersangkutan diberhentikan sebagai anggota DPRD provinsi.
referred to in paragraph (1) letter a or b based on court decisions that have permanent legal power, the relevant provincial legislators dismissed as a member of the provincial parliament.
(3) Dalam hal anggota DPRD provinsi dinyatakan tidak terbukti melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a atau huruf b berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, anggota DPRD provinsi yang bersangkutan diaktifkan.
(Three) In the case of provincial assembly members acquitted of committing a criminal offense referred to in paragraph (1) letter a or b based on court decisions that have permanent legal power, the relevant provincial legislators enabled.
(4) Anggota DPRD provinsi yang diberhentikan sementara, tetap mendapatkan hak keuangan tertentu.
(4) The members of the provincial assembly suspended, still getting certain financial rights.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberhentian sementara diatur dalam peraturan DPRD provinsi tentang tata tertib.
(5) Further provisions on the procedure for temporary termination pursuant to the rules of the order of the provincial parliament.
BAB VI
CHAPTER VI
DPRD KABUPATEN/KOTA
Parliament DISTRICT / CITY
Bagian Kesatu
Part One
Susunan dan Kedudukan
Structure and Status
Pasal 363
Article 363
DPRD kabupaten/kota terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih melalui pemilihan umum.
Regency / city consists of members of political parties participating in elections are chosen through elections.
Pasal 364
Article 364
DPRD kabupaten/kota merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah kabupaten/kota.
Regency / city is the local legislative body that serves as a component of the local government district / city.
Bagian Kedua
Part Two
Fungsi
Function
Pasal 365
Article 365
(1) DPRD kabupaten/kota mempunyai fungsi:
(1) regency / city has a function:
a. legislasi;
a. legislation;
b. anggaran; dan
b. budget; and
c. pengawasan.
c. supervision.
(2) Ketiga fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijalankan dalam kerangka representasi rakyat di
(2) The three functions referred to in paragraph (1) is executed within the framework of representation of
kabupaten/kota.
the people in the district / city.
Bagian Ketiga
Part Three
Wewenang dan tugas
Powers and duties
Pasal 366
Article 366
(1) DPRD kabupaten/kota mempunyai wewenang dan tugas:
(1) regency / city has the authority and duties:
a. membentuk peraturan daerah kabupaten/kota bersama bupati/walikota;
a. establish the rules of the district / city along regent / mayor;
b. membahas dan memberikan persetujuan rancangan peraturan daerah mengenai anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota yang diajukan oleh bupati/walikota;
b. discuss and approve draft local regulations regarding the budget of the district / city proposed by the regent / mayor;
c. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota;
c. supervise the implementation of local regulations and budget of the district / city;
d. mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian bupati/walikota dan/atau wakil bupati/wakil walikota kepada Menteri Dalam Negeri melalui gubernur untuk mendapatkan pengesahan pengangkatan dan/atau pemberhentian;
d. propose the appointment and dismissal of the regent / mayor and / or vice-regent / deputy mayor to the Minister of the Interior through the governor for approval of appointment and / or dismissal;
e. memilih wakil bupati/wakil walikota dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil bupati/wakil walikota;
e. choose deputy regent / deputy mayor in the event of vacancy of the vice regent / deputy mayor;
f. memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah kabupaten/kota terhadap rencana perjanjian internasional di daerah;
f. an opinion and judgment to the government district / city to the international agreements in the area;
g. memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional yang dilakukan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota;
g. approving the plan of international cooperation undertaken by local government district / city;
h. meminta laporan keterangan pertanggungjawaban bupati/walikota dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota;
h. requested information accountability report regents / mayors in the regional administration of the district / city;
i. memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama dengan daerah lain atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah;
i. approving the plan of cooperation with other regions or with a third party that burden the people and regions;
j. mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; dan
j. pursuing the implementation of regional obligations in accordance with the provisions of the legislation; and
k. melaksanakan wewenang dan tugas lain yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangundangan.
k. perform other duties authorized and regulated in the legislation.
(2) Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan wewenang dan tugas sebagaimana dimaksud pada
(2) The provisions concerning the procedures for the exercise of powers and duties referred to in
ayat (1) diatur dalam peraturan kabupaten/kota tentang tata tertib.
DPRD
paragraph (1) is regulated in regency / city of order.
Bagian Keempat
Part Four
Keanggotaan
Membership
Pasal 367
Article 367
(1) Anggota DPRD kabupaten/kota berjumlah paling sedikit 20 (dua puluh) orang dan paling banyak 50 (lima puluh) orang.
(1) Members of the regency / city amounted to at least 20 (twenty) people and more than 50 (fifty).
(2) Keanggotaan DPRD kabupaten/kota diresmikan dengan keputusan gubernur.
(2) Membership regency / city was inaugurated by the governor's decision.
(3) Anggota DPRD kabupaten/kota berdomisili di ibu kota kabupaten/kota yang bersangkutan.
(3) Members of the regency / city live in the capital of the district / city concerned.
(4) Masa jabatan anggota DPRD kabupaten/kota adalah 5 (lima) tahun dan berakhir pada saat anggota DPRD kabupaten/kota yang baru mengucapkan sumpah/janji.
(4) The term of office of members of regency / city is 5 (five) years and ends at the time members of regency / city new oath / pledge.
Pasal 368
Article 368
(1) Anggota DPRD kabupaten/kota sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji secara bersama-sama yang dipandu oleh ketua pengadilan negeri dalam rapat paripurna DPRD kabupaten/kota.
(1) Members of the regency / city before taking his oath / pledge jointly hosted by the chairman of the district court in the plenary session of regency / city.
(2) Anggota DPRD kabupaten/kota yang berhalangan mengucapkan sumpah/janji bersamasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengucapkan sumpah/janji yang dipandu oleh pimpinan DPRD kabupaten/kota.
(2) Members of the Legislative districts / cities that are unable to take an oath / pledge together as referred to in paragraph (1) oath / pledge guided by the leadership of regency / city.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengucapan sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam peraturan DPRD kabupaten/kota tentang tata tertib.
(3) Further provisions on the procedure of the oath / pledge as referred to in paragraph (1) and (2) pursuant to the rules regency / city of order.
Pasal 369
Article 369
Sumpah/janji sebagaimana dimaksud dalam Pasal Oath / pledge as referred to in Article 368 as follows: 368 sebagai berikut: Demi Allah (Tuhan) saya bersumpah/berjanji:
For the sake of Allah (God) I swear / promise:
bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya sebagai anggota/ketua/wakil ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota dengan sebaikbaiknya dan seadil-adilnya, sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dengan berpedoman pada
that I will fulfill my obligations as a member / chairman / vice chairman of the House of Representatives districts / cities with the best and fairest, in accordance with the legislation, based on the Pancasila and the Constitution of the Republic of
Pancasila dan Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 1945;
Dasar
Negara
Indonesia Year 1945 ;
bahwa saya dalam menjalankan kewajiban akan bekerja dengan sungguh-sungguh, demi tegaknya kehidupan demokrasi, serta mengutamakan kepentingan bangsa dan negara daripada kepentingan pribadi, seseorang, dan golongan;
that I will work in carrying out their duty in earnest, for the sake of democracy, as well as the interests of the nation and the state rather than private interests, a person, and class;
bahwa saya akan memperjuangkan aspirasi rakyat yang saya wakili untuk mewujudkan tujuan nasional demi kepentingan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
that I will fight for the aspirations of the people I represent to achieve national goals for the sake of the nation and the Republic of Indonesia.
Pasal 370
Article 370
(1) Dalam hal dilakukan pembentukan kabupaten/kota setelah pemilihan umum, pengisian anggota DPRD kabupaten/kota di kabupaten/kota induk dan kabupaten/kota yang dibentuk setelah pemilihan umum dilakukan dengan cara:
(1) In the case of the formation of the district / city after the election, charging members of regency / city in the district / city and county / city that was formed after the general election is done by:
a. menetapkan jumlah kursi DPRD kabupaten/kota induk dan kabupaten/kota yang dibentuk setelah pemilihan umum berdasarkan jumlah penduduk sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang mengenai pemilihan umum anggota DPR, DPD, dan DPRD;
a. specify the number of seats regency / city and county / city that was formed after the general election based on population in accordance with the provisions of law regarding the election of members of DPR, DPD, and the legislature;
b. menetapkanperolehan suara partai politik dan calon anggota DPRD kabupaten/kota berdasarkan hasil pemilihan umum di daerah pemilihan kabupaten/kota induk dan kabupaten/kota yang dibentuk setelah pemilihan umum;
b. menetapkanperolehan sound political parties and candidates regency / city based on the results of the election in the electoral district / city and county / city that is formed after the elections;
c. menentukan bilangan pembagi pemilih berdasarkan hasil pemilihan umum di daerah pemilihan kabupaten/kota induk dan kabupaten/kota yang dibentuk setelah pemilihan umum;
c. determine the common denominator based on the results of the general election voters in the electoral district / city and county / city that is formed after the elections;
d. menentukan perolehan kursi partai politik peserta pemilihan umum berdasarkan hasil pemilihan umum di daerah pemilihan kabupaten/kota induk dan kabupaten/kota yang dibentuk setelah pemilihan umum;
d. determine the number of seats political parties participating in elections based on the results of the election in the electoral district / city and county / city that is formed after the elections;
e. menetapkan calon terpilih dari daftar calon tetap untuk mengisi kursi sebagaimana dimaksud pada huruf d berdasarkan suara terbanyak.
e. set of candidates elected from a list of candidates remain to fill the seats referred to in paragraph d by a majority vote.
(2) Pengisian anggota DPRD kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh KPU kabupaten/kota induk.
(2) Charging member regency / city referred to in paragraph (1) shall be conducted by the Election Commission district / city.
(3) Pengisian anggota DPRD provinsi tidak dilakukan bagi kabupaten/kota yang dibentuk setelah pemilihan umum yang dibentuk 12 (dua belas) bulan sebelum pelaksanaan pemilihan umum.
(3) Completion of the provincial legislators are not done for the district / city that was formed after the general election which was formed 12 (twelve) months prior to the election.
(4)
(4) The term of office of members of regency / city
Masa jabatan anggota DPRD kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berakhir pada referred to in subsection (1) ceases when members of saat anggota DPRD kabupaten/kota hasil pemilihan regency / city next general election results oath / umum berikutnya mengucapkan sumpah/janji. pledge. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan jumlah dan tata cara pengisian keanggotaan DPRD kabupaten/kota induk dan kabupaten/kota yang dibentuk setelah pemilihan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan KPU sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
(5) Further provisions on the determination of the amount and the procedures for filling the membership regency / city and county / city that is formed after the elections referred to in paragraph (1) shall be in accordance with the provisions of Commission regulation legislation.
Bagian Kelima
Part Five
Hak DPRD Kabupaten/Kota
Rights Regency / City
Pasal 371
Article 371
(1) DPRD kabupaten/kota berhak:
(1) regency / city is entitled:
a. interpelasi;
a. interpellation;
b. angket; dan
b. questionnaire; and
c. menyatakan pendapat.
c. expression.
(2) Hak interpelasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah hak DPRD kabupaten/kota untuk meminta keterangan kepada bupati/walikota mengenai kebijakan pemerintah kabupaten/kota yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
(2) The right of interpellation referred to in paragraph (1) letter a is right regency / city to request information from the regent / mayor of the district government policy / city strategically important and far-reaching impact on social life and state.
(3) Hak angket sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah hak DPRD kabupaten/kota untuk melakukan penyelidikan terhadap kebijakan pemerintah kabupaten/kota yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah, dan negara yang diduga bertentangan dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
(3) Rights of the questionnaire referred to in paragraph (1) letter b is right regency / city to conduct an investigation into the policy of the district / city strategically important and far-reaching impact on the lives of communities, regions, and countries that allegedly contrary to the rules legislation.
(4) Hak menyatakan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c adalah hak DPRD kabupaten/kota untuk menyatakan pendapat terhadap kebijakan bupati/walikota atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di daerah disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya atau sebagai tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket.
(4) The right of expression referred to in paragraph (1) c is the right regency / city to express an opinion on policy regent / mayor or on the extraordinary events that occurred in the area accompanied by the recommendation solution or as a follow-up to the implementation of the right of interpellation and right of inquiry.
Bagian Keenam
Part Six
Hak dan Kewajiban Anggota
Rights and Obligations of Members
Paragraf 1
Paragraph 1
Hak Anggota
Member Rights
Pasal 372
Article 372
Anggota DPRD kabupaten/kota berhak:
Members regency / city is entitled:
a. mengajukan kabupaten/kota;
rancangan
peraturan
daerah
a. submit the draft rules of the district / city;
b. mengajukan pertanyaan;
b. ask questions;
c. menyampaikan usul dan pendapat;
c. submit proposals and opinions;
d. memilih dan dipilih;
d. elect and be elected;
e. membela diri;
e. defensively;
f. imunitas;
f. immunity;
g. mengikuti orientasi dan pendalaman tugas;
g. orientation and deepening of the task;
h. protokoler; dan
h. protocol; and
i. keuangan dan administratif.
i. financial and administrative.
Paragraf 2
Paragraph 2
Kewajiban Anggota
Obligations of Members
Pasal 373
Article 373
Anggota DPRD kabupaten/kota berkewajiban:
Members regency / municipality shall:
a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila;
a. uphold and practice Pancasila;
b. melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan menaati peraturan perundang-undangan;
b. implement the Constitution of the Republic of Indonesia Year 1945 and comply with laws and regulations;
c. mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c. maintain and preserve national harmony and unity of the Republic of Indonesia;
d. mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan;
d. place the interests of the country above personal interests, groups, and classes;
e. memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat;
e. fight for the improvement of people's welfare;
f. menaati prinsip demokrasi penyelenggaraan pemerintahan daerah;
f. adhering to the principle of democracy in local governance;
dalam
g. menaati tata tertib dan kode etik;
g. obey the rules and codes of conduct;
h. menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga lain dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota;
h. maintaining ethics and norms in working relationships with other agencies in the regional administration of the district / city;
i. menyerap dan menghimpun aspirasi konstituen melalui kunjungan kerja secara berkala;
i. absorb and raise the aspirations of constituents through a working visit on a regular basis;
j. menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat; dan
j. accommodate and follow the aspirations and complaints; and
k. memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada konstituen di daerah pemilihannya.
k. provide moral and political accountability to the constituencies in the constituency.
Bagian Ketujuh
Part Seven
Fraksi
Faction
Pasal 374
Article 374
(1) Untuk mengoptimalkan pelaksanaan fungsi serta wewenang dan tugas DPRD kabupaten/kota serta hak dan kewajiban anggota DPRD kabupaten/kota, dibentuk fraksi sebagai wadah berhimpun anggota DPRD kabupaten/kota.
(1) In order to optimize the execution of the functions and powers and regency / city as well as the rights and obligations of members of regency / city, formed as a fraction of the container assembled members of regency / city.
(2) Setiap anggota DPRD kabupaten/kota harus menjadi anggota salah satu fraksi.
(2) Each member of the regency / city must be a member of one of the factions.
(3) Setiap fraksi di DPRD kabupaten/kota beranggotakan paling sedikit sama dengan jumlah komisi di DPRD kabupaten/kota.
(3) Every faction in the regency / city consists of at least equal to the amount of commission in regency / city.
(4) Partai politik yang jumlah anggotanya di DPRD kabupaten/kota mencapai ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) atau lebih dapat membentuk 1 (satu) fraksi.
(4) A political party that the number of members in the regency / city reaches the provisions referred to in paragraph (3) or more can form a 1 (one) fraction.
(5) Dalam hal partai politik yang jumlah anggotanya di DPRD kabupaten/kota tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), anggotanya dapat bergabung dengan fraksi yang ada atau membentuk fraksi gabungan.
(5) In the event that the number of members of political parties in the regency / city does not comply with the provisions referred to in paragraph (3), members can join factions or forming a joint fraction.
(6) Dalam hal tidak ada satu partai politik yang memenuhi persyaratan untuk membentuk fraksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), maka dibentuk fraksi gabungan.
(6) In the absence of a political party that meets the requirements to establish the fraction referred to in paragraph (3), then formed a joint fraction.
(7) Jumlah fraksi gabungan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan ayat (6) paling banyak 2 (dua) fraksi.
(7) The amount of the combined fractions as described in paragraph (5) and (6) a maximum of 2 (two) fractions.
(8) Partai politik sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) harus mendudukkan anggotanya dalam 1 (satu) fraksi.
(8) The political parties referred to in paragraph (4) and (5) members shall sit in 1 (one) fraction.
(9) Fraksi mempunyai sekretariat.
(9) faction has a secretariat.
(10) Sekretariat DPRD kabupaten/kota menyediakan sarana, anggaran, dan tenaga ahli guna kelancaran pelaksanaan tugas fraksi sesuai dengan kebutuhan dan dengan memperhatikan kemampuan APBD.
(10) Secretariat of regency / city provides the means, budget, and experts for the convenience of the fractions according to the needs and with due regard to the ability of the budget.
Bagian Kedelapan
Part Eight
Alat Kelengkapan
Completion Tools
Pasal 375
Article 375
(1) Alat kelengkapan DPRD Kabupaten/kota terdiri atas:
(1) Fittings District / city consists of:
a. pimpinan;
a. leadership;
b. Badan Musyawarah;
b. The Deliberation;
c. komisi;
c. commission;
d. Badan Legislasi Daerah;
d. Local Legislation Agency;
e. Badan Anggaran;
e. Budget Committee;
f. Badan Kehormatan; dan
f. Honorary Board; and
g. alat kelengkapan lain yang diperlukan dan dibentuk oleh rapat paripurna.
g. other necessary fittings and is formed by the plenary session.
(2) Dalam menjalankan tugasnya, alat kelengkapan dibantu oleh sekretariat.
(2) In performing its duties, fittings assisted by a secretariat.
(3) Ketentuan mengenai tata cara pembentukan, susunan, serta wewenang dan tugas alat kelengkapan DPRD kabupaten/kota diatur dalam peraturan DPRD kabupaten/kota tentang tata tertib.
(3) The procedure of formation, composition, powers and duties as well as fittings regency / city is regulated in regency / city of order.
Pasal 376
Article 376
(1) Pimpinan DPRD kabupaten/kota terdiri atas:
(1) The head regency / city consists of:
a. 1 (satu) orang ketua dan 3 (tiga) orang wakil ketua untuk DPRD kabupaten/kota yang beranggotakan 45 (empat puluh lima) sampai dengan 50 (lima puluh) orang;
a. 1 (a) the chairman and three (3) Vice-chairman for the regency / city consisting of 45 (forty five) to 50 (fifty);
b. 1 (satu) orang ketua dan 2 (dua) orang wakil ketua untuk DPRD kabupaten/kota yang beranggotakan 20 (dua puluh) sampai dengan 44 (empat puluh empat) orang.
b. 1 (a) the chairman and two (2) Vice-chairman for the regency / city consisting of 20 (twenty) up to 44 (forty-four) people.
(2) Pimpinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari partai politik berdasarkan urutan perolehan kursi terbanyak di DPRD kabupaten/kota.
(2) The Chairman referred to in paragraph (1) is derived from a political party based on the order of acquisition of seats in the regency / city.
(3) Ketua DPRD kabupaten/kota ialah anggota DPRD kabupaten/kota yang berasal dari partai politik yang memperolah kursi terbanyak pertama di DPRD kabupaten/kota.
(3) The Chairman of the Legislative districts / cities are members of regency / city from political parties who obtain the largest number of seats in the first regency / city.
(4) Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) partai politik yang memperoleh kursi terbanyak pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ketua DPRD kabupaten/kota ialah anggota DPRD kabupaten/kota
(4) If there is more than 1 (one) political party gained the most seats first referred to in paragraph (3), chairman of the regency / city is a member regency /
yang berasal dari partai politik yang memperoleh suara terbanyak.
city from a political party with the most votes.
(5) Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) partai politik yang memperoleh suara terbanyak sama sebagaimana dimaksud pada ayat (4), penentuan ketua DPRD kabupaten/kota dilakukan berdasarkan persebaran wilayah perolehan suara partai politikyang lebih luas secara berjenjang.
(5) If there is more than 1 (one) political party with the most votes, as defined in paragraph (4), the determination of the head of regency / city is done by the spread of the region of votes politikyang wider party in stages.
(6) Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) partai politik yang memperoleh kursi terbanyak pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (3), wakil ketua DPRD kabupaten/kota ialah anggota DPRD kabupaten/kota yang berasal dari partai politik yang memperoleh suara terbanyak kedua, ketiga, dan/atau keempat.
(6) If there is more than 1 (one) political party gained the most seats first referred to in paragraph (3), vice chairman of the regency / city is a member regency / city from a political party that received the second most votes, third and / or fourth.
(7) Apabila masih terdapat kursi wakil ketua DPRD kabupaten/kota yang belum terisi sebagaimana dimaksud pada ayat (6), maka kursi wakil ketua diisi oleh anggota DPRD kabupaten/kota yang berasal dari partai politik yang memperoleh kursi terbanyak kedua.
(7) If there are still seats deputy chairman of the Legislative districts / cities that have not been filled as referred to in paragraph (6), then the vice chairman of the seats filled by members of the regency / city from a political party that gained the most seats two.
(8) Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) partai politik yang memperoleh kursi terbanyak kedua sama, wakil ketua sebagaimana dimaksud pada ayat (7) ditentukan berdasarkan urutan hasil perolehan suara terbanyak.
(8) If there is more than 1 (one) political party that received the second largest number of seats each, vice chairman referred to in paragraph (7) is determined by the order of the results of the acquisition of a majority vote.
(9) Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) partai politik yang memperoleh kursi terbanyak kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (7), penentuan wakil ketua DPRD kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (8) dilakukan berdasarkan persebaran wilayah perolehan suara partai politik yang lebih luas secara berjenjang.
(9) If there is more than 1 (one) political party gained the most seats both as referred to in paragraph (7), the determination of the deputy chairman of the regency / city referred to in paragraph (8) carried by the spread of the region of votes political parties wider gradually.
Pasal 377
Article 377
(1) Dalam hal pimpinan DPRD kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 376 ayat (1) belum terbentuk, DPRD kabupaten/kota dipimpin oleh pimpinan sementara DPRD kabupaten/kota.
(1) In terms of leadership regency / city as referred to in Article 376 paragraph (1) has not been established, regency / city led by the head while regency / city.
(2) Pimpinan sementara DPRD kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan 1 (satu) orang wakil ketua yang berasal dari 2 (dua) partai politik yang memperoleh kursi terbanyak pertama dan kedua di DPRD kabupaten/kota.
(2) The head while regency / city referred to in paragraph (1) shall consist of 1 (one) Chairman and 1 (one) Vice-chairman from two (2) political party that gained the most seats in parliament first and second district / city.
(3) Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) partai politik yang memperoleh kursi terbanyak sama, ketua dan wakil ketua sementara DPRD kabupaten/kota ditentukan secara musyawarah oleh
(3) If there is more than 1 (one) political party gained the most seats together, the chairman and vicechairman while regency / city is determined by consensus by the representatives of the respective
wakil partai politik bersangkutan yang ada di DPRD kabupaten/kota.
political parties in regency / city.
(4) Ketua dan wakil ketua DPRD kabupaten/kota diresmikan dengan keputusan gubernur.
(4) The chairman and vice chairman of the regency / city was inaugurated by the governor's decision.
(5) Pimpinan DPRD kabupaten/kota sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji yang teksnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 390 yang dipandu oleh ketua pengadilan negeri.
(5) The head regency / city before taking his oath / pledge that the text referred to in Article 390 are guided by the chairman of the district court.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penetapan pimpinan DPRD kabupaten/kota diatur dalam peraturan DPRD kabupaten/kota tentang tata tertib.
(6) Further provisions on the procedure for the determination of the leadership of regency / city is regulated in regency / city of order.
Pasal 378
Article 378
Komisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 375 ayat (1) huruf c dibentuk dengan ketentuan:
The Commission referred to in Article 375 paragraph (1) letter c is formed with the following provisions:
a. DPRD kabupaten/kota yang beranggotakan 20 (dua puluh) sampai dengan 35 (tiga puluh lima) orang membentuk 3 (tiga) Komisi;
a. Regency / city consisting of 20 (twenty) to 35 (thirty-five) persons to form three (3) the Commission;
b. DPRD kabupaten/kota yang beranggotakan lebih dari 35 (tiga puluh lima) orang membentuk 4 (empat) Komisi.
b. Regency / city of more than 35 (thirty five) the form 4 (four) of the Commission.
Bagian Kesembilan
Part Nine
Pelaksanaan Hak DPRD Kabupaten/Kota
Rights Implementation of Regency / City
Paragraf 1
Paragraph 1
Hak Interpelasi
Rights interpellation
Pasal 379
Article 379
(1) Hak interpelasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 371 ayat (1) huruf a diusulkan oleh:
(1) The right of interpellation as referred to in Article 371 paragraph (1) letter a proposed by:
a. paling sedikit 5 (lima) orang anggota DPRD kabupaten/kota dan lebih dari 1 (satu) fraksi untuk DPRD kabupaten/kota yang beranggotakan 20 (dua puluh) sampai dengan 35 (tiga puluh lima);
a. at least five (5) members of the regency / city and more than 1 (one) for a fraction of the regency / city consisting of 20 (twenty) to 35 (thirty-five);
b. paling sedikit 7 (tujuh) orang anggota DPRD kabupaten/kota dan lebih dari 1 (satu) fraksi untuk DPRD kabupaten/kota yang beranggotakan di atas 35 (tiga puluh lima) orang.
b. at least seven (7) members of the regency / city and more than 1 (one) for a fraction of regency / city consisting of 35 (thirty five) people.
(2) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada pimpinan DPRD kabupaten/kota.
(2) The proposal referred to in paragraph (1) shall be submitted to the head of regency / city.
(3) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi hak interpelasi DPRD kabupaten/kota
(3) The proposal referred to in paragraph (1) to the right of interpellation regency / city if approved by
apabila mendapat persetujuan dari rapat paripurna DPRD kabupaten/kota yang dihadiri lebih dari 1/2 (satu per dua) dari jumlah anggota DPRD kabupaten/kota dan putusan diambil dengan persetujuan lebih dari 1/2 (satu per dua) dari jumlah anggota DPRD kabupaten/kota yang hadir.
the plenary meeting of the regency / city which was attended by more than 1/2 (one half) of the total membership of the regency / city and decisions taken with the approval of more than 1/2 (one half) of the number of members of regency / city in attendance.
Pasal 380
Article 380
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan hak interpelasi diatur dalam peraturan DPRD kabupaten/kota tentang tata tertib.
Further provisions concerning the procedures for the exercise of the interpellation regulated in regency / city of order.
Paragraf 2
Paragraph 2
Hak Angket
Rights Questionnaire
Pasal 381
Article 381
(1) Hak angket sebagaimana dimaksud dalam Pasal 371 ayat (1) huruf b diusulkan oleh:
(1) Rights of the questionnaire referred to in Article 371 paragraph (1) letter b is proposed by:
a. paling sedikit 5 (lima) orang anggota DPRD kabupaten/kota dan lebih dari 1 (satu) fraksi untuk DPRD kabupaten/kota yang beranggotakan 20 (dua puluh) sampai dengan 35 (tiga puluh lima) orang;
a. at least five (5) members of the regency / city and more than 1 (one) for a fraction of the regency / city consisting of 20 (twenty) to 35 (thirty-five);
b. paling sedikit 7 (tujuh) orang anggota DPRD kabupaten/kota dan lebih dari 1 (satu) fraksi untuk DPRD kabupaten/kota yang beranggotakan di atas 35 (tiga puluh lima) orang.
b. at least seven (7) members of the regency / city and more than 1 (one) for a fraction of regency / city consisting of 35 (thirty five) people.
(2) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada pimpinan DPRD kabupaten/kota.
(2) The proposal referred to in paragraph (1) shall be submitted to the head of regency / city.
(3) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi hak angket DPRD kabupaten/kota apabila mendapat persetujuan dari rapat paripurna DPRD kabupaten/kota yang dihadiri paling sedikit 3/4 (tiga per empat) dari jumlah anggota DPRD kabupaten/kota dan putusan diambil dengan persetujuan paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota DPRD kabupaten/kota yang hadir.
(3) The proposal referred to in paragraph (1) to the right of inquiry regency / city if approved by the plenary meeting of the regency / city which was attended by at least 3/4 (three quarters) of the total membership of the regency / city and decisions taken with the approval of at least 2/3 (two thirds) of the members of regency / city in attendance.
Pasal 382
Article 382
(1) DPRD kabupaten/kota memutuskan menerima atau menolak usul hak angket sebagaimana dimaksud dalam Pasal 381 ayat (1).
(1) regency / city decided to accept or reject the recommendation of the right of inquiry referred to in Article 381 paragraph (1).
(2) Dalam hal DPRD kabupaten/kota menerima usul hak angket sebagaimana dimaksud pada ayat (1), DPRD kabupaten/kota membentuk panitia angket yang terdiri atas semua unsur fraksi DPRD kabupaten/kota dengan keputusan DPRD
(2) In the case of regency / city accept the proposed right of inquiry referred to in paragraph (1), regency / city formed the committee which consists of all the factions regency / city with decision regency / city.
kabupaten/kota. (3) Dalam hal DPRD kabupaten/kota menolak usul hak angket sebagaimana dimaksud pada ayat (1), usul tersebut tidak dapat diajukan kembali.
(3) In the case of regency / city rejected the proposal right of inquiry referred to in paragraph (1), the proposal can not be resubmitted.
Pasal 383
Article 383
(1) Panitia angket sebagaimana dimaksud dalam Pasal 381 ayat (2), dalam melakukan penyelidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 381 ayat (3), dapat memanggil pejabat pemerintah kabupaten/kota, badan hukum, atau warga masyarakat di kabupaten/kota yang dianggap mengetahui atau patut mengetahui masalah yang diselidiki untuk memberikan keterangan dan untuk meminta menunjukkan surat atau dokumen yang berkaitan dengan hal yang sedang diselidiki.
(1) Committee of the questionnaire referred to in Article 381 paragraph (2), in the investigation referred to in Article 381 paragraph (3), may summon officials of district / city governments, legal entities, or citizens in the districts / cities are considered to know or should know the problem being investigated to provide information and to request a showing letters or documents relating to the matter under investigation.
(2) Pejabat pemerintah kabupaten/kota, badan hukum, atau warga masyarakat di kabupaten/kota yang dipanggil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi panggilan DPRD kabupaten/kota kecuali ada alasan yang sah menurut peraturan perundang-undangan.
(2) Officials district / city governments, legal entities, or citizens in the districts / cities which are called as referred to in paragraph (1) shall meet the call regency / city unless there is a valid reason under the legislation.
(3) Dalam hal pejabat pemerintah kabupaten/kota, badan hukum, atau warga masyarakat di kabupaten/kota telah dipanggil dengan patut secara berturut-turut tidak memenuhi panggilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), DPRD kabupaten/kota dapat memanggil secara paksa dengan bantuan Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) In the case of official district / city governments, legal entities, or citizens in the districts / cities have been invoked by successive worth not meet the call referred to in paragraph (2), regency / city can call forcibly with the help of Indonesian National Police in accordance with the provisions of the legislation.
Pasal 384
Article 384
Panitia angket melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada rapat paripurna DPRD kabupaten/kota paling lama 60 (enam puluh) Hari sejak dibentuknya panitia angket.
The committee report to the plenary meeting of the execution of their duties regency / city no later than 60 (sixty) days since the establishment of the committee.
Pasal 385
Article 385
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan hak angket diatur dalam peraturan DPRD kabupaten/kota tentang tata tertib.
Further provisions concerning the procedures for the exercise of inquiry regulated in regency / city of order.
Paragraf 3
Paragraph 3
Hak Menyatakan Pendapat
Stating Rights Opinion
Pasal 386
Article 386
(1)
Hak
menyatakan
pendapat
sebagaimana
(1) The right of expression as referred to in Article
dimaksud dalam Pasal 371 ayat (1) huruf c diusulkan oleh:
371 paragraph (1) letter c proposed by:
a. paling sedikit 8 (delapan) orang anggota DPRD kabupaten/kota dan lebih dari 1 (satu) fraksi untuk DPRD kabupaten/kota yang beranggotakan 20 (dua puluh) sampai dengan 35 (tiga puluh lima) orang;
a. at least eight (8) members of the regency / city and more than 1 (one) for a fraction of the regency / city consisting of 20 (twenty) to 35 (thirty-five);
b. paling sedikit 10 (sepuluh) orang anggota DPRD kabupaten/kota dan lebih dari 1 (satu) fraksi untuk DPRD kabupaten/kota yang beranggotakan di atas 35 (tiga puluh lima) orang.
b. at least ten (10) members of the regency / city and more than 1 (one) for a fraction of the regency / city consisting of 35 (thirty five) people.
(2) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada pimpinan DPRD kabupaten/kota.
(2) The proposal referred to in paragraph (1) shall be submitted to the head of regency / city.
(3) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi hak menyatakan pendapat DPRD kabupaten/kota apabila mendapat persetujuan dari rapat paripurna DPRD kabupaten/kota yang dihadiri paling sedikit 3/4 (tiga per empat) dari jumlah anggota DPRD kabupaten/kota dan putusan diambil dengan persetujuan paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota DPRD kabupaten/kota yang hadir.
(3) The proposal referred to in paragraph (1) are entitled to express an opinion regency / city if approved by the plenary meeting of the regency / city which was attended by at least 3/4 (three quarters) of the total membership of the regency / city and decision taken with the approval of at least 2/3 (two thirds) of the total membership of the regency / city in attendance.
Pasal 387
Article 387
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan hak menyatakan pendapat diatur dalam peraturan DPRD kabupaten/kota tentang tata tertib.
Further provisions concerning the procedures for the exercise of expression is regulated in regency / city of order.
Bagian Kesepuluh
Part Ten
Pelaksanaan Hak Anggota
Member Rights Implementation
Paragraf 1
Paragraph 1
Hak Imunitas
Rights Immunity
Pasal 388
Article 388
(1) Anggota DPRD kabupaten/kota mempunyai hak imunitas.
(1) Members of the regency / city has the right of immunity.
(2) Anggota DPRD kabupaten/kota tidak dapat dituntut di depan pengadilan karena pernyataan, pertanyaan, dan/atau pendapat yang dikemukakannya baik secara lisan maupun tertulis di dalam rapat DPRD kabupaten/kota ataupun di luar rapat DPRD kabupaten/kota yang berkaitan dengan fungsi serta wewenang dan tugas DPRD kabupaten/kota.
(2) Members of the regency / city can not be sued in court for statements, questions, and / or opinions he presented both orally and in writing in a meeting regency / city or outside the meeting regency / city related to the functioning and powers and regency / city.
(3) Anggota DPRD kabupaten/kota tidak dapat diganti antarwaktu karena pernyataan, pertanyaan, dan/atau pendapat yang dikemukakannya baik di dalam rapat DPRD kabupaten/kota maupun di luar
(3) Members of the regency / city can not be replaced interim because of statements, questions, and / or opinions put forward both in the meeting regency / city and outside the meeting regency / city
rapat DPRD kabupaten/kota yang berkaitan dengan fungsi serta wewenang dan tugas DPRD kabupaten/kota.
related to the functions and powers and regency / city.
(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam hal anggota yang bersangkutan mengumumkan materi yang telah disepakati dalam rapat tertutup untuk dirahasiakan atau hal lain yang dimaksud dalam ketentuan mengenai rahasia negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
(4) The provisions referred to in paragraph (1) shall not apply in the case of members of the relevant announced material that has been agreed in a closed meeting to be kept secret or any other matter referred to in the provisions on state secrets in accordance with the provisions of the legislation.
Paragraf 2
Paragraph 2
Hak Protokoler
Rights Protocol
Pasal 389
Article 389
(1) Pimpinan dan anggota DPRD kabupaten/kota mempunyai hak protokoler.
(1) The Chairman and members of the regency / city has the right protocol.
(2) Hak protokoler sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam peraturan pemerintah.
(2) The right of precedence as referred to in paragraph (1) shall be in government regulations.
Paragraf 3
Paragraph 3
Hak Keuangan dan Administratif
Financial and Administrative Rights
Pasal 390
Article 390
(1) Pimpinan dan anggota DPRD kabupaten/kota mempunyai hak keuangan dan administratif.
(1) The Chairman and members of the regency / city has the financial and administrative rights.
(2) Hak keuangan dan administratif pimpinan dan anggota DPRD kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah.
(2) financial and administrative rights leaders and members of the regency / city referred to in paragraph (1) shall be regulated by government regulation.
(3) Dalam menjalankan wewenang dan tugasnya, pimpinan dan anggota DPRD kabupaten/kota berhak memperoleh tunjangan yang besarannya disesuaikan dengan kemampuan daerah.
(3) In carrying out its powers and duties, leaders and members of the regency / city are entitled to allowances which amount is adjusted to the ability of the area.
(4) Pengelolaan keuangan dan tunjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) dilaksanakan oleh sekretariat DPRD kabupaten/kota sesuai dengan peraturan pemerintah.
(4) Financial management and allowances referred to in paragraph (1) and paragraph (3) shall be implemented by the secretariat regency / city in accordance with government regulations.
Bagian Kesebelas
Part Eleven
Persidangan dan Pengambilan Keputusan
Hearing and Decision Making
Paragraf 1
Paragraph 1
Persidangan
Trial
Pasal 391
Article 391
(1) Pada awal masa jabatan keanggotaan, tahun (1) At the beginning of the tenure of membership, sidang DPRD kabupaten/kota dimulai pada saat the trial regency / city begins at the time of the oath / pengucapan sumpah/janji anggota. pledge member. (2) Tahun sidang dibagi dalam 3 (tiga) masa persidangan.
(2) In the trial were divided into three (3) the trial period.
(3) Masa persidangan meliputi masa sidang dan masa reses, kecuali pada persidangan terakhir dari satu periode keanggotaan DPRD kabupaten/kota, masa reses ditiadakan.
(3) The period includes the period of the trial court and the recess, except at the final hearing of the membership period regency / city, recess eliminated.
Pasal 392
Article 392
Semua rapat di DPRD kabupaten/kota pada dasarnya bersifat terbuka, kecuali rapat tertentu yang dinyatakan tertutup.
All meetings at regency / city is essentially open, except for certain meetings declared closed.
Pasal 393
Article 393
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara persidangan dan rapat diatur dalam peraturan DPRD kabupaten/kota tentang tata tertib.
Further provisions regarding court proceedings and meetings arranged in regulation regency / city of order.
Paragraf 2
Paragraph 2
Pengambilan Keputusan
Decision Making
Pasal 394
Article 394
(1) Pengambilan keputusan dalam rapat DPRD kabupaten/kota pada dasarnya dilakukan dengan cara musyawarah untuk mufakat.
(1) Decision-making in the meeting regency / city is basically done by deliberation.
(2) Apabila cara pengambilan keputusan (2) When the way decisions referred to in paragraph sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai, (1) was not reached, decisions are taken a majority keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak. vote.
Pasal 395
Article 395
(1) Setiap rapat DPRD kabupaten/kota dapat mengambil keputusan apabila memenuhi kuorum.
(1) Every meeting regency / city can take a decision if a quorum.
(2) Kuorum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terpenuhi apabila:
(2) The quorum referred to in paragraph (1) is met if:
a. rapat dihadiri oleh paling sedikit 3/4 (tiga per empat) dari jumlah anggota DPRD kabupaten/kota untuk mengambil persetujuan atas pelaksanaan hak angket dan hak menyatakan pendapat serta untuk mengambil keputusan mengenai usul pemberhentian bupati/walikota dan/atau wakil bupati/wakil
a. meeting attended by at least 3/4 (three quarters) of the members of regency / city to take approval for the implementation of the right of inquiry and freedom of expression and to take a decision regarding the proposal for dismissal regent / mayor and / or vice-regent / deputy mayor;
walikota; b. rapat dihadiri oleh paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota DPRD kabupaten/kota untuk memberhentikan pimpinan DPRD kabupaten/kota serta untuk menetapkan peraturan daerah dan anggaran pendapatan dan belanja daerah;
b. meeting attended by at least 2/3 (two thirds) of the members of regency / city to dismiss the leadership of regency / city as well as to establish local regulations and budget revenues and expenditures;
c. rapat dihadiri oleh lebih dari 1/2 (satu per dua) jumlah anggota DPRD kabupaten/kota untuk rapat paripurna DPRD kabupaten/kota selain rapat sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b.
c. meeting was attended by more than 1/2 (one half) the number of members of regency / city for the plenary session of regency / city in addition to the meeting referred to in paragraphs a and b.
(3) Keputusan rapat dinyatakan sah apabila:
(3) The decision of the meeting declared valid if:
a. disetujui oleh paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota DPRD kabupaten/kota yang hadir, untuk rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a;
a. approved by at least 2/3 (two thirds) of the members of regency / city in attendance, the meeting referred to in paragraph (2) letter a;
b. disetujui oleh lebih dari 1/2 (satu per dua) jumlah anggota DPRD kabupaten/kota yang hadir, untuk rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b;
b. approved by more than 1/2 (one half) the number of members of regency / city in attendance, the meeting referred to in paragraph (2) b;
c. disetujui dengan suara terbanyak, untuk rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c.
c. approved by a majority vote, to the meeting referred to in paragraph (2) c.
(4) Apabila kuorum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak terpenuhi, rapat ditunda paling banyak 2 (dua) kali dengan tenggang waktu masing-masing tidak lebih dari 1 (satu) jam.
(4) If a quorum referred to in paragraph (1) are not met, the meeting adjourned at most two (2) times at an interval of each of not more than 1 (one) hour.
(5) Apabila pada akhir waktu penundaan rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) kuorum belum juga terpenuhi, pimpinan dapat menunda rapat paling lama 3 (tiga) Hari atau sampai waktu yang ditetapkan oleh Badan Musyawarah.
(5) If at the end of the time delay of the meeting referred to in paragraph (4) The quorum has not been met, the leadership could delay the meeting no later than 3 (three) days, or until the time set by the Consultative Body.
(6) Apabila setelah penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (5), kuorum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum juga terpenuhi, terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b, rapat tidak dapat mengambil keputusan.
(6) If after a delay referred to in paragraph (5), the quorum referred to in paragraph (1) has not been fulfilled, the provisions referred to in paragraph (2) letter a and b, the meeting can not make decisions.
(7) Apabila setelah penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (5), kuorum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum juga terpenuhi, terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, cara penyelesaiannya diserahkan kepada pimpinan DPRD kabupaten/kota dan pimpinan fraksi.
(7) If after a delay referred to in paragraph (5), the quorum referred to in paragraph (1) has not been fulfilled, the provisions referred to in paragraph (2) c, a way to resolve the leadership of Parliament submitted to the district / city and faction leaders .
Pasal 396
Article 396
Setiap keputusan rapat DPRD kabupaten/kota, baik berdasarkan musyawarah untuk mufakat maupun berdasarkan suara terbanyak, merupakan
Each meeting decision regency / city, either by deliberation or by a majority vote, an agreement to be followed by all parties involved in decision
kesepakatan untuk ditindaklanjuti oleh semua pihak yang terkait dalam pengambilan keputusan.
making.
Pasal 397
Article 397
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengambilan keputusan diatur dalam peraturan DPRD kabupaten/kota tentang tata tertib.
Further provisions on the procedure of decisionmaking is regulated in regency / city of order.
Bagian Kedua Belas
Part Twelfth
Tata Tertib dan Kode Etik
Rules and Code of Ethics
Paragraf 1
Paragraph 1
Tata Tertib
Order
Pasal 398
Article 398
(1) Tata tertib DPRD kabupaten/kota ditetapkan oleh DPRD kabupaten/kota dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
(1) The rules regency / city established by the regency / city based on the legislation.
(2) Tata tertib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku di lingkungan internal DPRD kabupaten/kota.
(2) The rules referred to in paragraph (1) applies in the internal environment regency / city.
(3) Tata tertib DPRD kabupaten/kota paling sedikit memuat ketentuan tentang:
(3) The rules regency / city at least contain provisions on:
a. pengucapan sumpah/janji;
a. oath / pledge;
b. penetapan pimpinan;
b. determination of the leadership;
c. pemberhentian dan penggantian pimpinan;
c. dismissal and replacement of the leadership;
d. jenis dan penyelenggaraan rapat;
d. types and the meetings;
e. pelaksanaan fungsi, wewenang dan tugas lembaga, serta hak dan kewajiban anggota;
e. implementation of the functions, powers and duties of the institution, as well as the rights and obligations of members;
f. pembentukan, susunan, serta wewenang dan tugas alat kelengkapan;
f. formation, composition, powers and duties as well as fittings;
g. penggantian antarwaktu anggota;
g. interim replacement member;
h. pembuatan pengambilan keputusan;
h. decision-making;
i. pelaksanaan konsultasi antara kabupaten/kota dan pemerintah kabupaten/kota;
DPRD daerah
i. consultations between the regency / city and local government district / city;
j. penerimaan pengaduan dan penyaluran aspirasi j. receipt of the complaint and the distribution of masyarakat; people's aspirations; k. pengaturan protokoler; dan
k. protocol settings; and
l. pelaksanaan tugas kelompok pakar/ahli.
l. implementation tasks expert group / expert.
Paragraf 2
Paragraph 2
Kode Etik
Code of Conduct
Pasal 399
Article 399
DPRD kabupaten/kota menyusun kode etik yang berisi norma yang wajib dipatuhi oleh setiap anggota selama menjalankan tugasnya untuk menjaga martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas DPRD kabupaten/kota.
Legislative districts / cities prepare a code of conduct that contains the norms that must be obeyed by every member for their duties to preserve the dignity, honor, image and credibility of the regency / city.
Bagian Ketiga Belas
Part Thirteenth
Larangan dan Sanksi
Prohibitions and sanctions
Paragraf 1
Paragraph 1
Larangan
Ban
Pasal 400
Article 400
(1) Anggota DPRD kabupaten/kota dilarang merangkap jabatan sebagai:
(1) Members of the regency / city prohibited from holding positions as:
a. pejabat negara atau pejabat daerah lainnya;
a. state officials or other local authorities;
b. hakim pada badan peradilan; atau
b. judges in the judiciary; or
c. pegawai negeri sipil, anggota Tentara Nasional Indonesia/Kepolisian Negara Republik Indonesia, pegawai pada badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, atau badan lain yang anggarannya bersumber dari APBN/APBD.
c. civil servants, members of the Indonesian National Army / Indonesian National Police, employees of state-owned, locally-owned enterprises, or other entity whose budget comes from the state budget / budget.
(2) Anggota DPRD kabupaten/kota dilarang melakukan pekerjaan sebagai pejabat struktural pada lembaga pendidikan swasta, akuntan publik, konsultan, advokat atau pengacara, notaris, dan pekerjaan lain yang ada hubungannya dengan wewenang dan tugas DPRD kabupaten/kota serta hak sebagai anggota DPRD kabupaten/kota.
(2) Members of the regency / city officials are prohibited from doing work as structural in private educational institutions, public accountants, consultants, lawyers or lawyers, notaries, and other work that has to do with the powers and duties regency / city as well as the rights of members of the local parliament / city.
(3) Anggota DPRD kabupaten/kota dilarang melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme.
(3) Members of the regency / city is prohibited from corruption, collusion, and nepotism.
Paragraf 2
Paragraph 2
Sanksi
Sanctions
Pasal 401
Article 401
(1) Anggota DPRD kabupaten/kota yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 373 dikenai sanksi berdasarkan keputusan Badan Kehormatan.
(1) Members of the Legislative districts / cities that do not carry out the obligations referred to in Article 373 sanctioned by the Ethics Council decision.
(2) Anggota DPRD kabupaten/kota yang dinyatakan terbukti melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
(2) Members of the regency / city who was convicted of violating the provisions referred to in Article 400
dalam Pasal 400 ayat (1) dan/atau ayat (2) dikenai paragraph (1) and / or (2) subject to a sanction of sanksi pemberhentian sebagai anggota DPRD dismissal as members of the regency / city. kabupaten/kota. (3) Anggota DPRD kabupaten/kota yang dinyatakan terbukti melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 400 ayat (3) berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dikenai sanksi pemberhentian sebagai anggota DPRD kabupaten/kota.
(3) Members of the regency / city who was convicted of violating the provisions referred to in Article 400 paragraph (3) based on court decisions that have acquired legal force remains subject to sanction of dismissal as members of the regency / city.
Pasal 402
Article 402
Jenis sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 401 ayat (1) berupa:
Types of sanctions referred to in Article 401 paragraph (1) in the form:
a. teguran lisan;
a. verbal warning;
b. teguran tertulis; dan/atau
b. written warning; and / or
c. diberhentikan kelengkapan.
dari
pimpinan
pada
alat
c. dismissed from the leadership of the fittings.
Pasal 403
Article 403
Setiap orang, kelompok, atau organisasi dapat mengajukan pengaduan kepada Badan Kehormatan DPRD kabupaten/kota dalam hal memiliki bukti yang cukup bahwa terdapat anggota DPRD kabupaten/kota yang tidak melaksanakan salah satu kewajiban atau lebih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 373 dan/atau melanggar ketentuan larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 400.
Any person, group, or organization may file a complaint to the Ethics Council regency / city in terms of having sufficient evidence that there are members of regency / city that does not implement one or more of the obligations referred to in Article 373 and / or violate the prohibition as referred to in Article 400.
Pasal 404
Article 404
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengaduan masyarakat dan penjatuhan sanksi diatur dengan peraturan DPRD kabupaten/kota tentang tata beracara Badan Kehormatan.
Further provisions on procedures for public complaints and the imposition of sanctions stipulated by the regulations regency / city of governance Honorary Board proceedings.
Bagian Keempat Belas
Part Fourteen
Pemberhentian Antarwaktu,
Antarwaktu,
Penggantian
Intertemporal dismissal, Replacement Intertemporal,
dan Pemberhentian Sementara
and Dismissal While
Paragraf 1
Paragraph 1
Pemberhentian Antarwaktu
Termination Intertemporal
Pasal 405
Article 405
(1) Anggota DPRD kabupaten/kota berhenti antarwaktu karena:
(1) Members of the regency / city temporarily quit because:
a. meninggal dunia;
a. died;
b. mengundurkan diri; atau
b. resigned; or
c. diberhentikan.
c. dismissed.
(2) Anggota DPRD kabupaten/kota diberhentikan antarwaktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, apabila:
(2) Members of the regency / city intertemporal dismissed as referred to in paragraph (1) letter c, if:
a. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap sebagai anggota DPRD kabupaten/kota selama 3 (tiga) bulan berturut-turut tanpa keterangan apa pun;
a. unable to carry out tasks on an ongoing basis or as a member of Parliament was unable to keep the district / city for three (3) consecutive months without any explanation;
b. melanggar sumpah/janji jabatan dan kode etik DPRD kabupaten/kota;
b. violated the oath / pledge of office and code of conduct regency / city;
c. dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan ancaman pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun;
c. was found guilty by a court decision that has gained legal force remained for a criminal offense with a penalty of imprisonment of at least five (5) years;
d. tidak menghadiri rapat paripurna dan/atau rapat alat kelengkapan DPRD kabupaten/kota yang menjadi tugas dan kewajibannya sebanyak 6 (enam) kali berturut-turut tanpa alasan yang sah;
d. did not attend the plenary meetings and / or conference fittings regency / city is the duty and obligation of 6 (six) times in a row without a valid reason;
e. diusulkan oleh partai politiknya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. proposed by a political party in accordance with the provisions of the legislation;
f. tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon anggota DPRD kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai pemilihan umum;
f. no longer qualify as a candidate member of the regency / city in accordance with the provisions of the legislation on elections;
g. melanggar ketentuan larangan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini;
g. violate the prohibition stipulated in this Law;
h. diberhentikan sebagai anggota partai politik sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; atau
h. dismissed as a member of a political party in accordance with the provisions of the legislation; or
i. menjadi anggota partai politik lain.
i. become a member of another political party.
Pasal 406
Article 406
(1) Pemberhentian anggota DPRD kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 405 ayat (1) huruf a dan huruf b serta pada ayat (2) huruf c, huruf e, huruf h, dan huruf i diusulkan oleh pimpinan partai politik kepada pimpinan DPRD kabupaten/kota dengan tembusan kepada gubernur.
(1) Termination of members of regency / city as referred to in Article 405 paragraph (1) letter a and b as well as in paragraph (2) c, e, h, and i is nominated by political party leaders to the leadership of the district parliament / town with a copy to the governor.
(2) Paling lama 7 (tujuh) Hari sejak diterimanya usul pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pimpinan DPRD kabupaten/kota
(2) No later than seven (7) days of receipt of the proposal for dismissal as referred to in paragraph (1), the head of regency / city councilors had proposed
menyampaikan usul pemberhentian anggota DPRD kabupaten/kota kepada gubernur melalui bupati/walikota untuk memperoleh peresmian pemberhentian.
dismissal of the district / city to the governor through the regent / mayor to obtain dismissal inauguration.
(3) Paling lama 7 (tujuh) Hari sejak diterimanya usul pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (2), bupati/walikota menyampaikan usul tersebut kepada gubernur.
(3) At least seven (7) days of receipt of the proposal for dismissal as referred to in paragraph (2), regent / mayor submit the proposal to the governor.
(4) Gubernur meresmikan pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling lama 14 (empat belas) Hari sejak diterimanya usul pemberhentian anggota DPRD kabupaten/kota dari bupati/walikota.
(4) The Governor inaugurated the dismissal referred to in paragraph (2) no later than 14 (fourteen) days from the receipt of the proposal for dismissal members of regency / city of regents / mayors.
Pasal 407
Article 407
(1) Pemberhentian anggota DPRD kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 405 ayat (2) huruf a, huruf b, huruf d, huruf f, dan huruf g, dilakukan setelah adanya hasil penyelidikan dan verifikasi yang dituangkan dalam keputusan Badan Kehormatan DPRD kabupaten/kota atas pengaduan dari pimpinan DPRD kabupaten/kota, masyarakat dan/atau pemilih.
(1) Termination of members of regency / city as referred to in Article 405 paragraph (2) letters a, b, d, f, and g, conducted after the results of the investigation and verification as outlined in the decision of the Ethics Council regency / city on a complaint from the head of regency / city, community and / or voters.
(2) Keputusan Badan Kehormatan DPRD kabupaten/kota mengenai pemberhentian anggota DPRD kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan oleh Badan Kehormatan DPRD kabupaten/kota kepada rapat paripurna.
(2) The decision of the Honorary regency / city councilors about the dismissal of the district / city referred to in paragraph (1) reported by the Honorary regency / city to the plenary session.
(3) Paling lama 7 (tujuh) Hari sejak keputusan Badan Kehormatan DPRD kabupaten/kota yang telah dilaporkan dalam rapat paripurna sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pimpinan DPRD kabupaten/kota menyampaikan keputusan Badan Kehormatan DPRD kabupaten/kota kepada pimpinan partai politik yang bersangkutan.
(3) At least seven (7) days from the decision of the Ethics Council regency / city that has been reported in a plenary meeting referred to in paragraph (2), the head of regency / city convey the decision of the Honorary regency / city to the leadership of political parties concerned.
(4) Pimpinan partai politik yang bersangkutan menyampaikan keputusan tentang pemberhentian anggotanya kepada pimpinan DPRD kabupaten/kota, paling lambat 30 (tiga puluh) Hari sejak diterimanya keputusan Badan Kehormatan DPRD kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dari pimpinan DPRD kabupaten/kota.
(4) The head of the political party convey the decision of dismissal of its members to the head of regency / city, no later than 30 (thirty) days from receipt of the decision of the Honorary regency / city referred to in paragraph (2) of the leadership regency / city .
(5) Dalam hal pimpinan partai politik sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak memberikan keputusan pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (4), pimpinan DPRD kabupaten/kota meneruskan keputusan Badan Kehormatan DPRD kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada gubernur melalui bupati/walikota untuk memperoleh
(5) In the case of the political parties referred to in paragraph (3) does not give the dismissal decision referred to in paragraph (4), the head of regency / city continue Honorary Board decision regency / city referred to in paragraph (2) to the governor through regent / mayor to obtain dismissal inauguration.
peresmian pemberhentian. (6) Paling lama 7 (tujuh) Hari sejak diterimanya keputusan pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (5), bupati/walikota menyampaikan keputusan tersebut kepada gubernur.
(6) At least seven (7) days of receipt of the dismissal decision referred to in paragraph (5), regent / mayor convey the decision to the governor.
(7) Gubernur meresmikan pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (5) paling lama 14 (empat belas) Hari sejak diterimanya keputusan Badan Kehormatan DPRD kabupaten/kota atau keputusan pimpinan partai politik tentang pemberhentian anggotanya dari bupati/walikota.
(7) The Governor inaugurated the dismissal referred to in paragraph (5) not later than 14 (fourteen) days of receipt of the decision of the Honorary regency / city or political party leadership's decision on dismissal of members of the regent / mayor.
Pasal 408
Article 408
(1) Dalam hal pelaksanaan penyelidikan dan verifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 407 ayat (1), Badan Kehormatan DPRD kabupaten/kota dapat meminta bantuan dari ahli independen.
(1) In the case of the implementation of the investigation and verification referred to in Article 407 paragraph (1), the Honorary regency / city may request the assistance of independent experts.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyelidikan, verifikasi, dan pengambilan keputusan oleh Badan Kehormatan DPRD kabupaten/kota diatur dengan peraturan DPRD kabupaten/kota tentang tata beracara Badan Kehormatan.
(2) Further provisions on the procedure of the investigation, verification, and decision-making by the Honorary regency / city governed by the rules regency / city of governance Honorary Board proceedings.
Paragraf 2
Paragraph 2
Penggantian Antarwaktu
Replacement Intertemporal
Pasal 409
Article 409
(1) Anggota DPRD kabupaten/kota yang berhenti antarwaktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 405 ayat (1) dan Pasal 406 ayat (1) digantikan oleh calon anggota DPRD kabupaten/kota yang memperoleh suara terbanyak urutan berikutnya dalam daftar peringkat perolehan suara dari partai politik yang sama pada daerah pemilihan yang sama.
(1) Members of the regency / city temporarily quit as referred to in Article 405 paragraph (1) and Article 406 paragraph (1) is replaced by the prospective members of regency / city with the most votes next order in the ranking list of votes of political parties together in the same constituency.
(2) Dalam hal calon anggota DPRD kabupaten/kota yang memperoleh suara terbanyak urutan berikutnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meninggal dunia, mengundurkan diri, atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon anggota, anggota DPRD kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digantikan oleh calon anggota DPRD kabupaten/kota yang memperoleh suara terbanyak urutan berikutnya dari partai politik yang sama pada daerah pemilihan yang sama.
(2) In the case of candidates for members of regency / city with the most votes next order referred to in subsection (1) dies, resigns, or no longer qualifies as a future member, member of regency / city referred to in paragraph (1 ) is replaced by the prospective members of regency / city with the most votes next sequence of the same political party in the same constituency.
(3) Masa jabatan anggota DPRD kabupaten/kota pengganti antarwaktu melanjutkan sisa masa jabatan anggota DPRD kabupaten/kota yang digantikannya.
(3) The term of office of members of regency / city continue the interim replacement for the remainder of the term of office regency / city replaces.
Pasal 410
Article 410
(1) Pimpinan DPRD kabupaten/kota menyampaikan nama anggota DPRD kabupaten/kota yang diberhentikan antarwaktu dan meminta nama calon pengganti antarwaktu kepada KPU kabupaten/kota.
(1) The head regency / city councilors submit names districts / cities which dismissed intertemporal and ask for the name of the candidate to the Commission interim replacement for the district / city.
(2) KPU kabupaten/kota menyampaikan nama calon pengganti antarwaktu berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 406 ayat (1) dan ayat (2) kepada pimpinan DPRD kabupaten/kota paling lama 5 (lima) Hari sejak diterimanya surat pimpinan DPRD kabupaten/kota.
(2) Regency / City submit interim replacement candidates based on the provisions referred to in Article 406 paragraph (1) and (2) to the head of regency / city later than 5 (five) days from the receipt of the leaders of regency / city.
(3) Paling lama 7 (tujuh) Hari sejak menerima nama calon pengganti antarwaktu dari KPU kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pimpinan DPRD kabupaten/kota menyampaikan nama anggota DPRD kabupaten/kota yang diberhentikan dan nama calon pengganti antarwaktu kepada gubernur melalui bupati/walikota.
(3) At least seven (7) days after the receipt of the replacement candidate intertemporal name of Regency / City as referred to in paragraph (2), Chairman of the regency / city councilors submit names districts / cities are dismissed and interim replacement candidates to the governor through regent / mayor.
(4) Paling lama 7 (tujuh) Hari sejak menerima nama anggota DPRD kabupaten/kota yang diberhentikan dan nama calon pengganti antarwaktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3), bupati/walikota menyampaikan nama anggota DPRD kabupaten/kota yang diberhentikan dan nama calon pengganti antarwaktu kepada gubernur.
(4) At least seven (7) days of receiving the member's name regency / city were dismissed and interim replacement candidate names referred to in paragraph (3), regent / mayor delivered name members of regency / city are dismissed and interim replacement candidates to the governor.
(5) Paling lama 14 (empat belas) Hari sejak menerima nama anggota DPRD kabupaten/kota yang diberhentikan dan nama calon pengganti antarwaktu dari bupati/walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (4), gubernur meresmikan pemberhentian dan pengangkatannya dengan keputusan gubernur.
(5) At least 14 (fourteen) days of receiving the member's name regency / city were dismissed and interim replacement candidate names of regents / mayors referred to in paragraph (4), the governor inaugurated the dismissal and appointment by the governor's decision.
(6) Sebelum memangku jabatannya, anggota DPRD kabupaten/kota pengganti antarwaktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) mengucapkan sumpah/janji yang pengucapannya dipandu oleh pimpinan DPRD kabupaten/kota, dengan tata cara dan teks sumpah/janji sebagaimana diatur dalam Pasal 368 dan Pasal 369.
(6) Prior to taking office, members of the regency / city interim replacement as referred to in paragraph (3) oath / pledge to pronounce guided by the head of regency / city, with ordinances and text oath / pledge as stipulated in Article 368 and Article 369.
(7) Penggantian antarwaktu anggota DPRD kabupaten/kota tidak dilaksanakan apabila sisa masa jabatan anggota DPRD kabupaten/kota yang digantikan kurang dari 6 (enam) bulan.
(7) Replacement intertemporal member regency / city is not executed if the remaining term of office of the regency / city that replaced less than 6 (six) months.
Pasal 411
Article 411
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengajuan penggantian antarwaktu, verifikasi terhadap persyaratan calon pengganti antarwaktu, dan
Further provisions on the procedure for filing interim replacement, verify the requirements of interim replacement candidate, and the inauguration of the
peresmian calon pengganti antarwaktu anggota DPRD kabupaten/kota diatur dengan peraturan pemerintah.
interim replacement candidate member of regency / city is set by government regulation.
Paragraf 3
Paragraph 3
Pemberhentian Sementara
Lay-off
Pasal 412
Article 412
(1) Anggota DPRD kabupaten/kota diberhentikan sementara karena:
(1) Members of the regency / city suspended because:
a. menjadi terdakwa dalam perkara tindak pidana umum yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun; atau
a. become a defendant in a criminal case generally subject to imprisonment for a minimum of 5 (five) years; or
b. menjadi terdakwa dalam perkara tindak pidana khusus.
b. become a defendant in a criminal case is special.
(2) Dalam hal anggota DPRD kabupaten/kota dinyatakan terbukti bersalah karena melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a atau huruf b berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, anggota DPRD kabupaten/kota yang bersangkutan diberhentikan sebagai anggota DPRD kabupaten/kota.
(2) In the case of members of regency / city found guilty of a criminal act referred to in paragraph (1) letter a or b based on court decisions that have permanent legal power, members of regency / city in question is dismissed as members of the local parliament / city.
(3) Dalam hal anggota DPRD kabupaten/kota dinyatakan tidak terbukti melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a atau huruf b berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, anggota DPRD kabupaten/kota yang bersangkutan diaktifkan.
(3) In the case of members of regency / city acquitted of committing a criminal offense referred to in paragraph (1) letter a or b based on court decisions that have permanent legal power, members of regency / city in question is enabled.
(4) Anggota DPRD kabupaten/kota yang diberhentikan sementara, tetap mendapatkan hak keuangan tertentu.
(4) Members of the regency / city suspended, still getting certain financial rights.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberhentian sementara diatur dalam peraturan DPRD kabupaten/kota tentang tata tertib.
(5) Further provisions on the procedure for temporary termination regulated in regency / city of order.
BAB VII
CHAPTER VII
SISTEM PENDUKUNG
SUPPORT SYSTEM
Bagian Kesatu
Part One
Sistem Pendukung MPR, DPR, dan DPD
Support System MPR, DPR and DPD
Paragraf 1
Paragraph 1
Organisasi
Organization
Pasal 413
Article 413
(1)
(1) To support the implementation of the powers and
Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan
wewenang dan tugas MPR, DPR, dan DPD, dibentuk Sekretariat Jenderal MPR, Sekretariat Jenderal DPR, dan Sekretariat Jenderal DPD yang susunan organisasi dan tata kerjanya diatur dengan peraturan Presiden atas usul lembaga masing-masing.
duties of the MPR, DPR and DPD, formed the Secretariat General Assembly, Secretariat General of the Parliament, the Council and the Secretariat General of the organizational structure and rules of procedure set by the President upon the recommendation of the respective institutions.
(2) Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan wewenang dan tugas DPR, dibentuk Badan Keahlian DPR yang diatur dengan Peraturan Presiden.
(2) To support the implementation of the authority and responsibility of the Parliament, the Parliament formed Skills Agency regulated by Presidential Decree.
(3) Badan Keahlian DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (2) secara fungsional bertanggung jawab kepada DPR dan secara administratif berada di bawah Sekretariat Jenderal DPR.
(3) Body Expertise Parliament referred to in paragraph (2) is functionally responsible to the House of Representatives and is administratively under the Secretariat General of the Parliament.
(4) Pimpinan MPR, pimpinan DPR, dan pimpinan DPD melalui alat kelengkapan melakukan koordinasi dalam rangka pengelolaan sarana dan prasarana dalam kawasan gedung perkantoran MPR, DPR, dan DPD.
(4) The Chairman of the MPR, House leaders, and leaders of the DPD through fittings in order to coordinate the management of facilities and infrastructure in the area of office buildings MPR, DPR and DPD.
Paragraf 2
Paragraph 2
Pimpinan Organisasi
Organizational Leadership
Pasal 414
Article 414
(1) Sekretariat Jenderal MPR, Sekretariat Jenderal DPR, dan Sekretariat Jenderal DPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 413, masing-masing dipimpin oleh seorang sekretaris jenderal yang diusulkan oleh pimpinan lembaga masing-masing sebanyak 3 (tiga) orang kepada Presiden.
(1) The Secretariat General Assembly, Secretariat General of the Parliament, and the Secretariat General of the Council referred to in Article 413, each headed by a secretary general proposed by the leaders of their respective institutions for three (3) members to the President.
(2) Sekretaris jenderal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada dasarnya berasal dari pegawai negeri sipil profesional yang memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) The Secretary General referred to in paragraph (1) is basically derived from the professional civil servants who qualified in accordance with the provisions of the legislation.
(3) Sebelum mengajukan usul nama calon sekretaris jenderal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), pimpinan lembaga masing-masing harus berkonsultasi dengan Pemerintah.
(3) Before proposing the general secretary of the candidates referred to in paragraph (1) and paragraph (2), the head of each agency shall consult with the Government.
(4) Usul nama calon Sekretaris Jenderal MPR, Sekretaris Jenderal DPR, dan Sekretaris Jenderal DPD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan keputusan pimpinan lembaga masing-masing untuk diangkat dengan keputusan Presiden.
(4) The proposal for a candidate Secretary General Assembly, the Secretary General of Parliament, and the Secretary General of the Council referred to in paragraph (3) shall be determined by the decision of the leadership of each institution to be appointed by the President's decision.
(5) Dalam melaksanakan tugasnya, Sekretaris Jenderal MPR, Sekretaris Jenderal DPR, dan Sekretaris Jenderal DPD bertanggung jawab kepada pimpinan lembaga masing-masing.
(5) In performing its duties, the Secretary General of the Assembly, the Secretary General of Parliament, and the Secretary General of the Council is responsible for the leadership of their respective
institutions. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihan dan tata cara pertanggungjawaban sekretaris jenderal diatur dengan peraturan lembaga masing-masing.
(6) Further provisions regarding election procedures and procedures of liability set by the secretary general of the respective regulatory agencies.
Paragraf 3
Paragraph 3
Pegawai
Employee
Pasal 415
Article 415
(1) Pegawai Sekretariat Jenderal MPR, Sekretariat Jenderal DPR dan Badan Keahlian DPR, serta Sekretariat Jenderal DPD terdiri atas pegawai negeri sipil dan pegawai tidak tetap.
(1) The employees of the Secretariat General Assembly, Secretariat General of the House of Representatives and the House of Representatives Skills Agency, and the Secretariat General of the Council composed of civil servants and employees are not permanent.
(2) Ketentuan mengenai manajemen kepegawaian MPR, DPR, dan DPD diatur dengan peraturan lembaga masing-masing yang dibahas bersama dengan Pemerintah untuk ditetapkan dalam peraturan pemerintah.
(2) The provisions concerning personnel management MPR, DPR and DPD governed by the rules of their respective institutions are discussed together with the Government to set out in government regulations.
Paragraf 4
Paragraph 4
Kelompok Pakar atau Tim Ahli
Group of Experts or Expert
Pasal 416
Article 416
(1) Dalam rangka melaksanakan wewenang dan tugas DPR dan DPD dibentuk kelompok pakar atau tim ahli yang diperbantukan terutama kepada anggota.
(1) In order to carry out the powers and duties of DPR and DPD formed an expert group or team of experts seconded primarily to members.
(2) Kelompok pakar atau tim ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat dan diberhentikan dengan keputusan Sekretaris Jenderal DPR atau Sekretaris Jenderal DPD sesuai dengan kebutuhan atas usul anggota.
(2) Group expert or team of experts referred to in paragraph (1) shall be appointed and dismissed by the decision of the Secretary General of the House of Representatives or the Secretary General of the Council in accordance with the proposal of the members needs.
Paragraf 5
Paragraph 5
Tenaga Ahli
Expert
Pasal 417
Article 417
(1) Tenaga ahli alat kelengkapan DPR, tenaga ahli anggota DPR, dan tenaga ahli fraksi adalah tenaga yang memiliki keahlian tertentu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi alat kelengkapan
(1) Experts fittings Parliament, expert member of the House of Representatives, and is a fraction of energy experts who have specific skills required in the performance of duties and functions of the House of
DPR, anggota dan fraksi.
Representatives fittings, members and fractions.
(2) Dalam satu kali periode masa bakti DPR terdapat paling sedikit 1 (satu) kali kenaikan honorarium tenaga ahli dan staf administrasi anggota DPR sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
(2) Within a period of one term of the House there is at least 1 (one) times increase in professional fees and administrative staff members of the House in accordance with the provisions of the legislation.
(3) Rekrutmen tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh alat kelengkapan DPR, anggota dan fraksi yang dalam pelaksanaannya dibantu oleh Sekretaris Jenderal DPR.
(3) Recruitment of experts referred to in paragraph (1) is done by means of the completeness of the House, members and factions in the implementation assisted by the Secretary General of Parliament.
Bagian Kedua
Part Two
Sistem Pendukung DPRD Provinsi
Support System Provincial Parliament
Paragraf 1
Paragraph 1
Sekretariat
Secretariat
Pasal 418
Article 418
(1) Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan wewenang dan tugas DPRD provinsi, dibentuk sekretariat DPRD provinsi yang susunan organisasi dan tata kerjanya ditetapkan dengan peraturan daerah provinsi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(1) To support the implementation of the powers and duties of provincial assembly, the provincial assembly secretariat established organizational structure and its procedures are set by provincial regulations in accordance with the provisions of the legislation.
(2) Sekretariat DPRD provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh seorang sekretaris DPRD provinsi yang diangkat dan diberhentikan dengan keputusan gubernur atas persetujuan pimpinan DPRD provinsi.
(2) The Secretariat of the provincial assembly as referred to in paragraph (1) is headed by a secretary of the provincial parliament who is appointed and dismissed by the governor's decision on the approval of the leadership of the provincial parliament.
(3) Sekretaris DPRD provinsi dan pegawai sekretariat DPRD provinsi berasal dari pegawai negeri sipil.
(3) The Secretary of the provincial parliament and provincial assembly secretariat employees come from civil servants.
Paragraf 2
Paragraph 2
Kelompok Pakar atau Tim Ahli
Group of Experts or Expert
Pasal 419
Article 419
(1) Dalam rangka melaksanakan wewenang dan tugas DPRD provinsi, dibentuk kelompok pakar atau tim ahli.
(1) In order to carry out the powers and duties of the provincial parliament, formed an expert group or team of experts.
(2) Kelompok pakar atau tim ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat dan diberhentikan dengan keputusan sekretaris DPRD provinsi sesuai dengan kebutuhan atas usul anggota dan kemampuan
(2) Group expert or team of experts referred to in paragraph (1) shall be appointed and dismissed by the decision of the secretary of the provincial parliament in accordance with the suggestion of the
daerah.
needs and capabilities of the region.
(3) Kelompok pakar atau tim ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bekerja sesuai dengan pengelompokan wewenang dan tugas DPRD provinsi yang tercermin dalam alat kelengkapan DPRD provinsi.
(3) The group of experts or a team of experts referred to in paragraph (1) work in accordance with the powers and duties grouping provincial assembly which is reflected in the provincial assembly fittings.
Bagian Ketiga
Part Three
Sistem Pendukung DPRD Kabupaten/Kota
Support System Regency / City
Paragraf 1
Paragraph 1
Sekretariat
Secretariat
Pasal 420
Article 420
(1) Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan wewenang dan tugas DPRD kabupaten/kota, dibentuk sekretariat DPRD kabupaten/kota yang susunan organisasi dan tata kerjanya ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(1) To support the implementation of the powers and duties regency / city, formed secretariat regency / city organizational structure and rules of procedure established by the district / city in accordance with the provisions of the legislation.
(2) Sekretariat DPRD kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh seorang sekretaris DPRD kabupaten/kota yang diangkat dan diberhentikan dengan keputusan bupati/walikota atas persetujuan pimpinan DPRD kabupaten/kota.
(2) Secretariat of regency / city referred to in paragraph (1) is headed by a secretary of the regency / city are appointed and dismissed by the decision of the regent / mayor with the approval of the leadership of regency / city.
(3) Sekretaris DPRD kabupaten/kota dan pegawai (3) The Secretary regency / city and secretariat sekretariat DPRD kabupaten/kota berasal dari employees regency / city comes from civil servants. pegawai negeri sipil.
Paragraf 2
Paragraph 2
Kelompok Pakar atau Tim Ahli
Group of Experts or Expert
Pasal 421
Article 421
(1) Dalam rangka melaksanakan wewenang dan tugas DPRD kabupaten/kota, dibentuk kelompok pakar atau tim ahli.
(1) In order to carry out the powers and duties regency / city, formed an expert group or team of experts.
(2) Kelompok pakar atau tim ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat dan diberhentikan dengan keputusan sekretaris DPRD kabupaten/kota sesuai dengan kebutuhan atas usul anggota dan kemampuan daerah.
(2) Group expert or team of experts referred to in paragraph (1) shall be appointed and dismissed by the decision of the secretary of regency / city in accordance with the suggestion of the needs and capabilities of the region.
(3) Kelompok pakar atau tim ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bekerja sesuai dengan pengelompokan wewenang dan tugas DPRD kabupaten/kota yang tercermin dalam alat kelengkapan DPRD kabupaten/kota.
(3) The group of experts or a team of experts referred to in paragraph (1) work in accordance with the grouping of powers and regency / city that is reflected in the fittings regency / city.
BAB VIII
CHAPTER VIII
KETENTUAN LAIN-LAIN
MISCELLANEOUS
Pasal 422
Article 422
Undang-Undang ini berlaku juga bagi Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), dewan perwakilan rakyat kabupaten/kota (DPRK) di Aceh, Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPRP) di Provinsi Papua, dan DPRD Provinsi Papua Barat, sepanjang tidak diatur khusus dalam undang-undang tersendiri.
This law also applies to the House of Representatives of Aceh (DPRA), parliaments districts / cities (DPRK) in Aceh, the Papuan Legislative Council (DPRP) in the provinces of Papua and West Papua Provincial Parliament, to the extent not specifically regulated in the Act -undang own.
BAB IX
CHAPTER IX
KETENTUAN PERALIHAN
TRANSITIONAL PROVISIONS
Pasal 423
Article 423
(1) Penyampaian rincian unit organisasi, fungsi, dan program untuk pembicaraan pendahuluan dalam rangka penyusunan rancangan APBN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 178 huruf c mulai dilaksanakan tahun 2014 untuk penyusunan APBN Tahun 2015.
(1) Submission of details of organizational units, functions, and programs for the purpose of drafting a preliminary discussion of the draft state budget as referred to in Article 178 c commenced in 2014 for the preparation of Budget 2015.
(2) Badan Akuntabilitas Keuangan Negara tetap melaksanakan tugas sampai dengan berakhir masa keanggotaan DPR periode 2009-2014.
(2) State Financial Accountability Board still had to work until the expiration of the House membership period 2009-2014.
BAB X
CHAPTER X
KETENTUAN PENUTUP
CLOSING
Pasal 424
Article 424
Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang ini harus ditetapkan paling lama 1 (satu) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan.
Regulations implementation of this Law shall be established no later than 1 (one) year from the date of this Act is enacted.
Pasal 425
Article 425
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai MPR, DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang ini atau tidak diatur secara khusus dalam Undang-Undang ini.
At the time this Act comes into force, the provisions of the legislation governing the MPR, DPR, DPD, provincial and regency / city shall remain valid to the extent not in conflict with this Act or not specifically regulated in Law this Act.
Pasal 426
Article 426
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tetap melaksanakan wewenang dan tugasnya sesuai dengan Undang-
At the time this Act comes into force, the People's Consultative Assembly, House of Representatives, Regional Representatives Council, and the Regional Representatives Council continue to implement the powers and duties in accordance with Law No. 27 of
Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5043) sampai dengan berakhir masa jabatan.
2009 on the People's Consultative Assembly, Parliament, Council Regional Representatives and the Regional Representatives Council (State Gazette of the Republic of Indonesia Year 2009 Number 123, Supplement to State Gazette of the Republic of Indonesia Number 5043) until the end of their term of office.
Pasal 427
Article 427
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5043) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
At the time this Act comes into force, Act No. 27 of 2009 on the People's Consultative Assembly, House of Representatives, Regional Representatives Council, and the Regional Representative Council (State Gazette of the Republic of Indonesia Year 2009 Number 123, Supplement to State Gazette of the Republic of Indonesia Number 5043) is revoked and declared invalid.
Pasal 428
Article 428
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
This Act shall take effect on the date of promulgation.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
For public cognizance, ordering the promulgation of this Law shall be published in the State Gazette of the Republic of Indonesia.
Disahkan di Jakarta
Enacted in Jakarta
pada tanggal 5 Agustus 2014
on August 5, 2014
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PRESIDENT INDONESIA,
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono
Diundangkan di Jakarta
Promulgated in Jakarta
pada tanggal 5 Agustus 2014
on August 5, 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
MINISTER OF JUSTICE AND HUMAN RIGHTS
REPUBLIK INDONESIA,
REPUBLIC OF INDONESIA,
AMIR SYAMSUDIN
AMIR SYAMSUDIN
OF
THE
REPUBLIC
OF