JUNI 2008 VOL. VI/NO.13 | UKIBC.ORG
2 |
JUNI 2008 Dari Meja Pengurus
03
Patroness Of The Canada Line Keeping Tunnel Workers Safe
04
Pelajaran Pahit Seputar Kenaikan BBM
06
Izinkan Aku Merengkuhmu
09
Kalender Kegiatan UKIBC + Mudika
12
Authentic Indonesian Cuisine Located on 5438 Victoria Dr, Vancouver B.C. Call: Angeline Tan @ 778.371.8092 We offer the finest Indonesian cuisine that will make you feel as though you've stepped out of Vancouver and into Indonesia itself. We are proud of our excellent food and friendly service . Here is a selection of our best : Chicken Satay , Nasi Rendang , Nasi Gulai ,Pepes Ikan , Bakmi Rebus Ayam Special , Laksa Ayam , Roti Canay , Shrimp Salad , Rujak Penganten , Black Rice Pudding.and much more !! Clip this coupon to get 10% off.
Dari Meja Pengurus UKIBC ukibc.org
PENGURUS UKIBC PERIODE 2007-2009 Pelindung:
Fr. Nicolas Tumbelaka
Ketua Umum:
Djuhana Hidayat Wakil Ketua:
Manneke Budiman Koordinator Prof. Muda:
Stanislaus Haribowo Koordinator Mudika:
Norman A. Karnadi
Wakil Kooord. Mudika:
Alexander Henry Y.S.
Sekretaris:
Frista Octariani Bendahara:
Yenny Habijono Wakil Bendahara:
Randy Oey
Bidang Dana:
Lydia Yuliana
Wakil Bidang Dana:
Prisca Sri Bidang Rohani: Edward Suryadi Bidang Liturgi: Euphemia Renata Krystina Mitayani Joanna Christy
Bid. Relasi Umum (PR):
Andry W.Tjeng Juanita Trisnadi
Bidang Konsumsi:
Shinta Budiono Rohana Ongosari
Pembaca yang terkasih, Tanpa terasa waktu berlalu begitu cepatnya dan kini tiba saatnya kita memasuki pertengahan tahun 2008. Pertama-tama pengurus ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada umat UKIBC yang telah menyediakan rumahnya untuk kepentingan doa rosario bersama pada bulan Mei yang baru lalu. Semoga Tuhan yang Maha Pengasih membalas segala kebaikan dan kasih anda semua. Selanjutnya pengurus sedang menimbangnimbang untuk mengadakan beberapa acara outdoor bagi UKIBC selama musim panas nanti. Diantaranya yang terpikirkan adalah kegiatan “Piknik Rohani”, dimana ini merupakan gabungan antara kegiatan piknik di alam terbuka yang bisa saja dilengkapi dengan makan-makan ala “BBQ”-an plus dilengkapi dengan acara siraman rohani, yang dapat berupa “Bible Study” atau “Bible Quiz”. Kalau untuk materi siraman rohani rasanya nggak mungkin kekurangan, karena materinya seabreg-abreg, tinggal kita pilih saja mana yang cocok untuk dilakukan dialam terbuka, tidak membosankan peserta, tapi bisa menguatkan iman umat UKIBC walaupun sedang berada dalam kegiatan yang fun. Nah sekarang yang agak susahsusah gampang adalah memilih tempatnya, karena tempat yang diinginkan adalah tempat rekreasi dialam terbuka, yang bisa menampung seratusan orang untuk berkumpul dan bisa untuk mengadakan beberapa kegiatan sekaligus seperti yang sudah disebutkan diatas. Untuk itulah kami mengharapkan sekali masukan dari umat, siapa tahu ada yang mengetahui tempat ideal seperti yang dibayangkan diatas. Kalau memang ada ide atau informasi tolong jangan sungkan-sungkan untuk segera dikabarkan berita gembira ini kepada pengurus. Kiranya sekian dulu informasi dari kami. Selamat membaca buletin edisi bulan Juni ini.
Bidang Perlengkapan:
Jemmy Peng Bidang Pembantu Umum
Anton Hardy Victor Tadjipramono
In His Love, Joe Hidayat | 3
PATRONESS OF THE CANADA LINE KEEPING TUNNEL WORKERS SAFE
4 |
Oleh: Cleveland Stordy The construction workers responsible for the tunnelling of Vancouver’s nineteen-kilometer-long Canada Line project are bringing an uncommonly spiritual aspect to their job. Fourteen meters below the streets of Vancouver, just out of the public’s view, is a small shrine where Catholic construction workers and mining engineers are retaining their historic religious traditions. Connected to the base of scaffolding staircase at the main access point to the tunnels is the shrine dedicated to St. Barbara, the patron saint of miners, engineers, and now, Canada Line workers. The shrine is at the south end of the Cambie Street Bridge near 2nd Avenue, at what will eventually become the Olympic Village Station. There workers can seek the guidance and protection of St. Barbara, whose image stands in the centre of a white wooden box shrine surrounded by pastel-coloured plastic flowers and grape vine, and illuminated by a small light in the place where a candle was once lit. Amid the rubble of a massive construction site might be the last place one would expect to encounter a Catholic liturgy, but in fact that’s precisely what took place, not once but twice. On the mornings of December 4 the past two years, near the entrance to the mammoth tunnel, work on the Canada project came to a grinding halt. The sound produced by the grinding teeth of the colossal tunnel-boring machine and the cacophony of noise associated with construction sites was silenced, to be replaced by the peace and presence of the Mass in honour of St. Barbara.
Bid. Media Informasi: Andrew Sugianto Anastasia Winardi Medarda Edrea Joseph Mailing Address :
PO.BOX 19503 Vancouver BC, V5T 4E7 Paroki Ukibc: St. Patrick’s Church 2881 Main St, Vancouver BC.V5T 3G1 [t]+1(604) 874-7818
PENGURUS MUDIKA 2007-2009 Ketua:
Norman A. Karnadi Wakil Ketua:
Alexander Henry Y.S.
Sekretaris:
Eugene Kuatsjah Bendahara:
Anastasia Hambali Koor:
Gabriella Nurul Pramesti Olahraga:
Gregorius Gerry Karnadi Transportasi:
Bernardsius Gonanto Perlengkapan: Johan Edbert Hendrawan Fundraising: Joanna Christy Acara: Christopher Hanno Liturgi:
Anastasia Gumulia
Father Louis Piran, CS, pastor of St. Helen’s Parish in Burnaby, was recruited by the Italian company to say Mass in Italian, Spanish, and English. The subterranean Masses were celebrated within the labyrinth of train tunnels beneath the city of Vancouver. “We set up an altar in the tunnel, where a full Mass was conducted with a prayer to Santa Barbara,“ Father Luigi said. “The Italian company hires many people from South America; they are very proud of accomplishing the job with no accidents, and they attribute that to Santa Barbara,“ he said. “All the employees and their families took the day off to participate in this holy day of celebration,” said Lary Campanas, safety manager of SLCP-SELI, the company responsible for construction of the Canada Line. Campanas, who speaks in a thick Greek accent, said, “It’s a European and South American tradition that every year on December 4 workers celebrate Santa Barbara Day.” The celebration normally ends with a big dinner, and so, appropriately, last year workers gathered at Marcello Pizzeria on Commercial drive. If St. Barbara is invoked for her protection of workers, she’s certainly doing a good job in Vancouver. The company has worked more than 900 consecutive accident-free days, said Campanas. “The provincial government has awarded a Provincial Safety Award to the company,” St. Barbara lived during the 3rd century AD and was the daughter of a heathen named Dioscorus. Upon learning of Jesus Christ, she recognized the absurdity of polytheism and became a self proclaimed Christian. After being mocked and tortured publicly, she was sentenced to death. Her own father carried out the death sentence but soon after was struck by a blast of lighting and consumed by flames. Because of the nature of his death, St. Barbara became known as the protector of men and women whose work involves risk from fire or explosion, including miners. “St. Barbara works to protect all those who work underground,“ Campanas said. Disadur dari BC Catholic – May 5, 2008, hal 1, oleh Danny Kusnardi
| 5
6 |
PELAJARAN PAHIT SEPUTAR KENAIKAN HARGA BBM
Tjipta Lesmana, Kolumnis Kompas dan Guru Besar Komunikasi Politik
Pemerintahan Yudhoyono masih saja menggunakan retorika ala Orde Baru dalam memberikan justifikasi kebijakan menaikkan harga BBM. Pertama, subsidi BBM hanya dinikmati oleh orang kaya, 80 persen untuk knalpot mobil orang kaya, kata Wakil Presiden Jusuf Kalla. Kedua, harga BBM Indonesia masih termurah di Asia. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro malah membandingkan harga BBM Indonesia dengan harga di Filipina, Thailand, dan Singapura. Retorika itu pula yang berulang-ulang disampaikan rezim Orde Baru. Masih untung Purnomo ”lupa” dengan pernyataan Prof Subroto, Menteri Pertambangan dan Energi era Soeharto, bahwa harga bensin di Indonesia, setelah dinaikkan, masih lebih murah dibandingkan dengan segelas Coca-Cola, kemudian ”dikoreksi” dengan segelas teh es manis di negara Barat.
Retorika adalah ilmu persuasi yang diciptakan Aristoteles sekitar 2.500 tahun yang lalu. Menurut Aristoteles, diperlukan tiga keterampilan khusus untuk bisa memengaruhi, bahkan mengubah sikap dan pemikiran orang banyak, yaitu etos, logos, dan pathos. Logos adalah keterampilan memberikan argumentasi dan rasio kuat supaya khalayak percaya dengan apa yang Anda katakan. Untuk itu, kalau perlu, disajikan juga bukti, fakta, dan data. Namun, sayang, logos yang diajukan Purnomo ataupun Jusuf Kalla kurang tepat jika tidak dikatakan ngawur. Di Belanda, harga bensin saat ini 1,7 euro per liter atau sekitar Rp 23.000. Namun, ongkos bus umum jarak dekat 1 euro, koran 1 euro. Parkir 1 jam di Bandar Udara Schipol 1,5 euro. Seorang pengangguran diberikan subsidi minimal 800 euro per bulan. Seorang yang baru lulus S-1 dan bekerja paling tidak mendapat gaji 1.300 euro. Maka, tidak ada seorang pun yang memprotes harga bensin 1,6 euro. Di Singapura, pendapatan per kapita rakyatnya sekitar 25.000 dollar AS per tahun. Maka, harga bensin di Singapura sekitar 1,5 dollar AS pun tidak membuat rakyat ribut. Ketika orang-orang Polandia mengetahui bahwa harga bensin kita cuma 45 sen per liter, mereka tidak percaya. Kok, murah betul? Namun, ketika saya memberitahukan pendapatan per kapita rakyat Indonesia 1.500 dollar AS per tahun, mereka sangat heran dan bertanya lagi, ”Setahun atau sebulan?” Saya jawab, ”Setahun.” Baru mereka mengerti bahwa bensin 45 sen per liter di Indonesia tergolong mahal karena 60 persen penduduk kita hanya mengeluarkan belanja 2 dollar AS per hari, sementara pendapatan rakyat Polandia rata-rata 10.000 dollar AS per tahun. Maka, harga bensin 4,45 zloty per liter (1,8 dollar AS) dianggap biasabiasa saja. Itukah sebabnya wacana yang membandingkan harga bensin Indonesia dengan negara-negara luar, apalagi negara maju, harus ditanggapi kritis sekali. Pejabat kita mestinya tidak ”asal ngomong”. Hanya angin surga Bagaimana dengan wacana bahwa 80 persen subsidi BBM hanya dinikmati oleh orang kaya? Dari perspektif logos, wacana ini pun lemah. Pertama, jika pemerintah sejak awal tahu bahwa mobil-mobil pribadi mengonsumsi paling banyak BBM, kenapa pemerintah tidak membatasi jumlah mobil yang berkeliaran di jalan-jalan? Kemacetan
8 |
serius di berbagai kota besar kini sudah menghadapi tingkat gawat. Kendaraan roda dua di Jakarta bak semut yang mengepung kota. Toh, pemerintah sepertinya tidak melakukan upaya apa pun. Kedua, BBM tak hanya dinikmati orang kaya, tetapi oleh semua lapisan masyarakat. Semua produk barang dan manufaktur membutuhkan konsumsi BBM. Maka, begitu harga BBM naik, harga barang dan jasa serentak naik. Pada akhirnya, orang di strata bawah yang paling terpukul. Ketiga, ucapan Jusuf Kalla bahwa kenaikan harga BBM sekarang hanya berakibat kenaikan belanja Rp 50.000 sampai Rp 60.000 bagi orang miskin—sedangkan pemerintah memberikan Rp 100.000 per bulan—hanya teori. Dalam praktik, kehidupan mereka pasti lebih tercekik lagi. Keempat, Indonesia negara produsen minyak. Minyak yang kita hasilkan mestinya dinikmati sebesar-besarnya oleh seluruh rakyat sesuai amanat UUD 1945. Namun, kenyataannya, minyak sebagian besar dinikmati perusahaan-perusahaan pengelola minyak kita. Kenapa pemerintah tidak berdaya melakukan tindakan seperti yang dilakukan oleh Presiden Evo Morales dari Bolivia? Perihal kenaikan harga BBM mestinya pemerintah sejak awal memberikan sounding kepada rakyat bahwa pemerintah tidak punya jalan lain kecuali menaikkan harga BBM sebab harga minyak di tingkat internasional memang terus membubung. Banyak negara menempuh kebijakan melepaskan harga BBM sesuai pasar sehingga fluktuasi harga terjadi setiap hari secara alamiah. Namun, pemerintah kita masih saja berkelit dengan retorika impression management berupa jaminan bahwa harga BBM takkan naik selama 2008, dan menaikkan harga BBM hanya opsi terakhir. Inilah kesalahan fatal pemerintahan SBY! Memberikan ”angin surga” terus kepada rakyat, bukan menggambarkan situasi riil di dunia. Maka, tatkala rakyat menggugat kenaikan harga BBM, antara lain dalam bentuk aksi-aksi unjuk rasa, pemerintah tidak punya pilihan lain, kecuali menyanyikan retorika ala Orde Baru itu, menggebuki para demonstran/mahasiswa, merusak kampus Universitas Nasional, sekaligus menjilat kembali ludah yang sudah disemburkannya jauh-jauh hari...! Disadur oleh Stanislaus Haribowo, Kompas, 27 Mei 2008
IZINKAN AKU MERENGKUHMU Surat Terbuka kepada Paguyuban Korban dan Keluarga
Korban Mei 1998, Oleh: Mutiara Andalas, S.J. Sahabat, Mei 2008 tinggal dalam hitungan jari. Sepuluh tahun lalu, langit Indonesia berawan kematian. Indonesia bergenang air mata. Air mataku menutup akhir kisahmu. Aku hendak mengirimkannya ke seluruh penjuru mata angin. Aku mengenang Eten, Iwan, Mumung, Stefanus dan ribuan nama lain telah menjadi abu. Sahabat, Debu pelupaan mengubur penderitaanmu. Engkau menyimpan kenangan korban dalam air mata. Abjad seolah ribuan kupu-kupu yang berterbangan saat penaku mendekatinya. Air mata korban hanya mungkin ditulis dengan pena harapan. “Aku Kus, ibu kandung Mis, seharihari bekerja sebagai buruh cuci. Kehidupanku semula bergulir sederhana dari rumah, tempat cuci, dan masjid. Kematian anakku mendorongku naik ke panggung politik yang aku asing bahasanya. Perkenankan aku berbicara dengan bahasa seorang ibu. Kematian anakku sudah berlangsung dalam hitungan tahun, namun air mata keibuanku selalu menyertai setiap kali mengisahkannya.“ Sahabat, Kenanganmu mulai dari reruntuhan pusat perbelanjaan, rumah sakit, rumah keluarga korban, dan kuburan. Abjad air mata di sana lahir dari rahim penderitaan. Trauma menyerakkan kata korban. Bela rasa merangkai abjad air mata. Rasa kasihan kepada korban hanya seumur jagung, bela rasa berusia pohon zaitun. Sahabat, Aku mengirim sekuntum hati saat engkau berbaring di rumah sakit setelah tragedi perkosaan. Trauma menolak perjumpaan. Aku mendengar kisahmu dari relawati kemanusiaan yang menjengukmu. Masyarakat berdesakan mencari nama, foto, dan kisahmu. Aku berharap mereka memahami kondisimu. Kebenaran di negeri ini sering bertaruh dengan kehidupan. Negara tak mengejar pelaku perkosaan, tetapi justru memburu korbannya. Sahabat, Penantian seorang ibu mengandung harapan. Maria, engkau tak pernah merengkuh jenazah Stefanus dalam pangkuanmu. Puteramu tak pernah kembali setelah tragedi Mei. Engkau menghantar kepergiannya dengan rosario air mata.“Tuhan, Aku berserah kepada-Mu. Jika Stefanus masih hidup, semoga Engkau menuntunnya | 9
10 |
pulang. Jika puteraku telah meninggal dunia, semoga Engkau berkenan mengampuni dosa-dosanya. Amin.” Sahabat, Engkau melangkah ke ruang hukum dengan mata buta. Namun, engkau tahu hak menuntut penyelesaian kasus korban. Engkau menolak ganti rugi karena membela kesucian hidup korban. Engkau tak sudi menggadaikan kehidupan korban dengan menjual kasus mereka dengn imbalan uang. Sahabat, Kami berkali-kali menyebutmu sebagai penjarah. Kami menyumpalkan Allah sebagai obat penenang saat engkau membela dakwaan. Kami undur diri saat engkau mengundang kami melawan kekerasan dan diskriminasi. Sebagian korban mengembara dengan nama, bahasa, budaya, dan negara baru. Mereka ingin mengakhiri kejaran hantu trauma. Engkau merengkuh kembali kemanusiaanmu saat telingaku peduli dengan kisahmu (the empathic others). Sahabat, Engkau menyembuhkan kebutaan hatiku. Engkau mendidik aku bela rasa. Engkau mengulurkan tanganmu kepada korban lain. Engkau memberi banyak dari yang sedikit demi kehidupan yang lain. Sejumput beras berarti karena banyak keluarga korban menyantap dari piring yang sama. Engkau mengetuk pintu tempat-tempat ibadat untuk membantu korban. Aku berharap pintu hati pemeluk agama selalu terbuka untukmu. “Ketika aku kehilangan tempat tinggal, engkau memberiku tumpangan. Ketika aku dihujat sebagai asu, Engkau menyapaku sebagai saudara. Ketika aku dibakar hidup-hidup, Engkau mengkafani jenazahku. Ketika aku diperkosa, Engkau merengkuh tubuhku. Ketika aku dihilangkan paksa, Engkau mencariku. Ketika aku berjalan menuju istana Negara, engkau menguatkan langkahku. Ketika aku diusir aparat dengan kekerasan, engkau memapahku ke rumah sakit. Ketika aku dijegal hukum, Engkau membela kesaksianku. Ketika aku lelah memperjuangkan kasusku, Engkau membuka tempat ibadat untuk istirahat. Sesungguhnya segala sesuatu yang engkau lakukan untuk salah seorang dari Saudara-Ku yang paling hina ini, engkau telah melakukannya untuk Aku.”
Sahabat, Tragedi kemanusiaan melukis ulang pertautan agama dan politik. Ia mengundang pemeluk agama dan politikus untuk mendengarkan korban. Pemeluk agama merengkuh korban politik. Politikus menjauhi kejahatan terhadap kemanusiaan. Pemeluk agama dan politikus sering mendangkalkan tragedi kemanusiaan sebagai kecelakaan sejarah. Tragedi kemanusiaan melucuti gagasan mengenai Tuhan dan peradaban yang berpaling dari penderitaan korban. Ia juga mempertemukan agama-agama di ruang kemanusiaan. Agama seringkali gagap dihadapan tragedi sejarah karena menceraikan keselamatan dari transformasi politik, bahkan agama tahkluk di kaki rezim politik. Sahabat, Berapa usia sebuah kenangan? Aku pernah mengira sering dapat hidup tanpa berpaling ke tragedi Mei. Aku juga sering mengira kenangan atas tragedi hanya milikmu. Sejujurnya aku takut berjumpa dengan air matamu. Aku takut merengkuhmu karena mengira engkau akan meminta sesuatu dariku. Engkau justru mendekati dan merengkuhku. Engkau menyampaikan pesan kemanusiaan dalam abjad air mata, “Tragedi kemanusiaan ini menyerang kemanusiaan kita. Serangan terhadap tubuh korban adalah serangan terhadap tubuh kemanusiaan kita.” Aku mengenangmu hingga air mata penderitaanmu kering. (Surat ini dikirimkan oleh penulis ke mailing list Jurnal Perempuan pada 9 Mei 2008 untuk memperingati tragedi Mei 1998 yang hingga kini proses hukumnya tak kunjung tuntas)
Fully furnished 3 bedrooms upstair and 1 bedroom basement suite. Includes heat, hydro, telephone, internet, cable TV. 336 - E 61st Ave, Vancouver, BC V5X 3B6 Off Main Street, Close to Langara College, Assess to UBC, one year contract is required. Contact: Enny Widijati 778-233-6426 or (867) 668-4041
[email protected]
FOR RENT | 11
12 |
Kalender Kegiatan UKIBC + Mudika Bulan Minggu
JUNI2008
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jumat
Sabtu
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Rafalea Tam
Meda Anastasia Hambali
Arif Budiman Weylen Valentinus
Alex Winardi
Rudy Lim
Ani Himawan Antonia Sri Rejeki Christella
15
16
Fendy Subroto
17
Krystina Mitayani
18
Edwin Hendrawan
19
Edwin Hendrawan
Gabriela Nurul Pramesti (Rully)
22
29
23
24
20
Fifi Ji
21
Edbert Hendrawan
25
Patrick A Jane Tan Angkiriwang (Andre)
26
Ansel Hartanto
27
28
Nicholas Reginald Wirahardja (son of Eric & Susy) Yulietta Chondro
30 Hengky Tanudjaja
7 JuniMisa Pertama Minggu ke 1 UKIBC @St. Patrick’s Church 2881 Main St, Vancouver Pukul 06.00pm 21 JuniMisa Kedua Minggu ke 3 UKIBC @St. Patrick’s Church 2881 Main St, Vancouver Pukul 06.00pm
Jika ada kesalahan cetak di label alamat, perubahan alamat, ataupun tidak menerima bulletin UKIBC, mohon menghubungi HUMAS kami: - Andry Tjeng: 604-464-5529 or email:
[email protected] - Nita: 604-408-9010 or email:
[email protected]