Proceeding $*nninmr Interrt*uional Psnsremhansan Psran
sfihast san sastra Insfifiesia
t ntul{ fiilauruIu*kan Generari Barkarakt*r $urakarta, ?S-39 $eptcmhsr tSI3
Perpustakaan Nasional : Katatog Dalam Terbitan (KDT)
PROCEEDTNG
SEMINAR INTENNASIONAL Pengembangan Peran Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Mewujudkan Generasi Berkarakter Hak Cipta@ Kundlzaru Saddhoxo, dkk {ed.l 20}3
Editar Kundharu Saddhano
{ Untv ersit*s S e b e las Mctret, {ndone s ia) Peter Carey (University of Ox,ford,I*ggris) Nuraini Yusoff (Uxiversitu {Jtara Malaysi*, M*laysia) Timothy Mckinncn {Max Pl*nck {nstitute, Jermaru} Haishima Katsuhiko U akwta S llimhun, I e p an g )
Penyunti.ng Bahasa
Nugraheni Eko Wardani; Chatit Ulya; Andi'$y'icaksono
.
Penerbit hograrn Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan llmu Pendidikan Universiras Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia 57126 Telp.lFaks.*nL 648939 V/ebsite : wwiv.bastind.fkip. uns.ac. id Email : basrind @fkip.uns.ac.id Cetakan
1, September 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Right Reserved
All
lsBH 978-80e-7561.€d{} Sanksi Pelangganan Pasal 72 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Perubahan atas Undang.undang NomorT Tahun 1987 Perubahan atas Undangr-undang Namor6 Tahun 1982 Tentang Hak Cipta 1. Barang siapa dengan sengaja dan lanpa hsk melakukan prbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masingmasing paling singkat 1 {satu) bulan danlatau denda paling sedikit Rp. 1-000.000,00 (satu juta rupiah}, atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun danlalau denda paling banyak Rp. 5,000.000.S00,00 (lima miliar rupiah]. 2. Barang siapa dengan sengaja rnenyiarkan, rnemamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud dalam lVat {1}, dipidana dengan pidana penjara paling larna 5 {lima) lahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 {lima ratus jula rupiah}.
x]/t
60.
Pertemuan llmiah Bahar* da* Sasta Inlo*esfu {PI&SI) XXXV
METAFORA DALAM BERITA SEPAK BOI-+{SUATU TINJAUAN LINGUISTIK KOGNITTN Icuk
Pra1to9i"............."."
.......365
61. PENERAPAN MODEL MIND MAPPING DAT*A.M PEMBELAJARAN MENULIS BAGI PENUTUR ASING
Id* Bagus Putrayasa.
..".......371
62. LEIffIKON
TEMPAT TINGGAL DAIAM BAHASA INDO}IESIA: KAJIAN ETNOLTNGU{STIK Ikmi Nur ......."....327 ESTE*TIKA POSMODERMS DALAM CERPEN *SMS" KARYA DJENAR MAESA AYU Im*ru .................-38i
Ok*svittnti
63.
Suhardi.....
&, 65
MEMAHAMI KONFLIK EATIN TOKOH DAI-AM NOYEL "PUDARNYA PESONA CLEOPAT&A" KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY (SEBUAH KAJIAN STILISTIKAi Indiych Prana
66,
Amertawengruftr......,"...
METODESOROG14NUNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA Indrya
Mulyaningsr&..............
67.
...."..............i89
...............J9j
INDONESIAN AND JAVANESE ISI-AMIC IITERATURE: ENLIGHTENMENTS AND MI SLEADINGS
Istadiyantha
.......399
68. MENGEMBANGKAN
BAHASA INDONESIA SEBAGAI KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA YANG BERMAKNA DALAM ME}YUJUDKAN FEN{JTUR BAHASA YANG BERKARAKTER
Iwan
69.
5etiawam.............".
......4A5
KONFLIK SOSIAL DAI-{M NOVEL.NOYEL MUTAKHIR 1YARNA LOKAL MINANGKABAU Jasril & Asmawar;..............". .................411
70. PELANGGARAN
MAKSIM KERTASAMA OLEH TOKOH I]TAMA ..NATHANIELAYERS'' NAI AM FILM THE SOLOTST{SEBUAH KAJIAN PSIKO PRAGMATIK)
.furninten 7T, PRINSIP SOPAN SAMTUN
Kasman.....
..".........417
DAT,AM BAHASA SAMAWA ....."...423
LEKSIKON TEMPAT TINGGAL DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN ETIYOLINGUI STIK Ikmi Nur Oktaviaati Univercifas Ahmnd Bahlan
[email protected] Abstract The study of languoge can't be sepcrated from cultuyal 6spect. Same experts believe in linguistic relativity that is associaled lcnguage with the worklyieu, of tlte speaker" Not *nty tingtistic relstittity,
btrt the **rrelution betw,een langa*ge *nd culture is also rel*ted to lhe qa*rxtity r$' lexicon in particular cancept or entity. tlarcept ar entity needs lexicon as its {abel to be used in the communication pracess. The more lexicon it itas, the more important it is for the people, or it is called as heing the chief interest af the people. One af calture material is teclznolag;.f*r rhe li'ving antl it includes living place ss the shelt{r rsf humcn being. Many {exicons of living place{s}-emerge according to {he need af the speakers {in this case, {he peopte}. Since lanp1uage represents the worldtiew, of the speafur, the concept embodied in the lexic*n of tiving pl*ce is assumedlo be oble to reflect the speaker's vvortdvie*'. As part of Indanesi*n people, sturlying the l*ngwage and the czrlture i,s more &dvantege{)rrs, thus, this paper will .fitctts on Indonesian l*nguage *nd the culture. Based on the previotts explan*tion, thercfore, tkis paper aims ct t) describing the lexicrsn tJ'{iring places in lndttnesisn and 2) the cantept of livtng plac< related to the w{}rldview af the speaker. By tlaiwg so, the identity of tke nation can he described *s well.
K eyw or d s :
A.
I ex i c on, I
iving pl *c e, e thnol i ngt
i s t i cs,
I ndo n e s i* n, * c yklv iew
Pendahuluax
Bahasa mernpaka$ hasil konvensi sekelompok masyarakat penufur bahasa tersebut. Konvensi
tersebut rneliputi konvensi terhadap pelabelan konsep-konsep dalarn kehidupan. Kehidupan manusia tersusun atas konsep-konsep yang setiap konsepnya akan dialami secara personal dan terikat budaya masing-masing orang tersebut. Menurut Wierzbicka {1999:24},ruanusia adalah classtfuing avtimals karena manusia mengkategorisasikan hal-hal dan peristiwa-peristiwa yang
ada di dunia lalu melabelinya. Pelabelan terhadap konsep tersebut bersifat culture-specific karena cara pandarlg terhadap dunia {worldview), salah satu aspek kebudayaan, manusia diikat oleh shared beliefyaxg ada di sekitarnya. Salah satu pro&rk budaya adalah tempat tinggal sebagai salah satu penyokong kehidupan seharihari manusia. Karena fungsinya yang sangat vital dalam kehidupan manusia-semenjak manusia tidak lagi nomaden-ts{npat tinggal rnerupakan konsep clan entitas budaya yang cukup psnting sehingga banyak leksik*n hadir sebagai labet dari beragam jenis tempat tinggal. Tempat tinggal dapat diartikan sebagai ruang atau bidang yang didiami, ditinggali, atau ditempati {KBBIJ. Hadirnya konsep-yang selanjutnya mempunyai label tersebut-tentu berdasarkan kebutuhaa masyarakafirya terkait tempat tinggal. Sebagai produk dari budaya dan dekat dengan kehidupan manusia, pelabelan tempat tiaggal tentu sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan uilai-nilai yang dikandung dalam rnasyarakat tersebut. Apabila tidak terdapat konsep tersebut dalam snatu masyarakat, maka tidak diperlukan leksikon untuk mena:nainya. Dengan demikian, beirar adanya pernyataan Wierzbicka bahwa leksikon yang bersifat spesiflk dalam suafu budaya adalah alat konseptual yang merefleksikan pengalaman sekelompok rnasyarakat yang berkaitan dengan hal tersebut (199?:5).
378
Pertemuan llmish Balwsa dan Sasfrq Indonesis {pf&Sf} _L?.\y
Berdasarkan waian di atas, dapat terlihat bahwa terdapat relasi antara leksikon dan cara pardang penutur suafu bahasa. Gleh sebab itu, makalah ini akan membahas keterkaitan antara leksikon tempat tinggal dalam bairasa lndonesia dan hubungan leksikon tersebut dengan konsep tempat tinggal, sebagai salah satu cara pandang, bagr penutur bahasa Indonesia.
B. Bahasa dan Buday* Budaya tidak hanya rnencakup kebudayaan material, rialal, maupun karya seni tinggi, melainkan meliputi juga cara pandang masyarakatnya clalam kehidupan sehari-hari. Meuunrt Koentjoraningrat {2000:180), kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya mauusia dalam rangka kehidupan masyarakat yalg dijadikan rnilii diri manusia dengan belajar. Sebagaimana pula dijelaskan oleh Tylor {vii Deutscher, ?*10:9), budaya {alah sesuat* yang kompleks melip*ti pengetahuan, kepercayaan, ssni, mgral, hu}
dan berbagai kemampuan serta kebiasaan yang diperlukan manusia sebagai bagran dari suatu masyarakat.
Budaya dan baltasa sesungguhnya saling berkaitaa kmen* keduanya lradir treriringan dalam kehidupan sehari-hari manusia. Deutscher {2010:3) menyataka:r bahwa culture in relation to ktng*ge is tlown-tts-esrLh level of everyday iilu, *d longu*ge in relation to culture is down-ta-earth of everyday speech'. OIeh sebab itu, cara p*ra*S terhadap dunia adalah salah satu aspek budaya yang mendasar dan yang dapat dikaitkan dengar bahasi. Pemikiran-pernikiran Sapir menginspirasi kajia:r budaya melalui bahasa melalui salah satu pernyatiunnya bahwa l*nguoge [r4 a symbolic guide ta culture {1949). Selain Sapir, Whorf menyatakan bahwa Indian Amerika memandaa-e dunia dengan cara yang berbeda dengan masyarakat lainnya melalui bahasa mereka (197S). Dengan kata-lain, bahasa merupakan lensa unfuk meneropong cara pandang suatu penutur bahasa. Pandangan demikian acap dikenal dengan relativitas bahasa aku Hipotesis Sapir-Whorf, hipctesis yang meyakini bahwa bahasa merefleksikafl cara pandang penuturnya terhadap dunia (Yule. eOtO:iOl1.Tidak hanya relativitas bahasa, keterkaitan bahasa dar budaya juga dikaitkan dengan kuantitas leksikon untuk konsep atau entitas terteafu. Konsep atarr entitas yang mempunyai banyak leksikon unflik menamairya disebut sebagai chief interest of the people Misal, Luhuru Jepang mempunyai leksikon khusus untuk mak yang terbuat dari beral safu, sedangkan bahasa Indonesia tidak mernpuryai leksikon tersebut (Wierzbicka, lgg?:l-1) Jika masyarakat tidak rnengenal koasep tertentu, maka tidak diper{ukan pelabelan; absenaya sake dalarn bahasa Indonesi4 misahya, rnengindikasikan bahwa masyarakat penntur bahasa tersebut tidak mempunyai kansep mak yang terbuat dari beras.
C. Leksikon Tempat Tinggal dalam Bahas* Indonesia Leksikon adalah komponen bahasa yang msmuat semua infcrmasi tentang mal
l)
Rumah
"Rumah" merupakan kata asli bahasa Melayu dan dapat dijumpai di naskah-aaskah Melayu Klasik. Menurut KBBI, definisi '?umah" adalah bangunan untuk tempat tinggal. Rumah adalah leksikon tempat tinggal yang paling lazim digunakan dan dijumpai -dan bersifat universa.l karena konsepnya mencakup keberadaan keluarga di dalamnya.
Perlemuaa ]Imish Bah*ss dan Sastra lndonesia {PIBSI}
XyXy
379
2) K*s Kata "kos" merupakan pemendekan dari indekos yaflg berasal dari bahasa Belanda. Indekos mempruryai arti 'menyewa karnar' (Joues, 20A7:122). Kos merupakan leksikon yang sangat sering digunakan, utamanya di kota-kota pelajar dan industri sebagai tempat tinggal para perantau {siswa, mahasisw4 karyawan). 3) Asrama Kata "asrama" berasal dari bahasa Sanskerta frircmtt yang berarti penginapan (Jones, 2047 26). Menurut KBBI, asrama adalah 'bangunan tempat tinggal bagi kelompok orang untuk sementara waktu, terdiri atas sejumlah kamar. dan dipimpin oleh seoraog kepala asrama".
4)
Apafiemen
Kata "aparternen" berasal dari bahasa ltalia *ppartamenta yuTg diserap ke dalalu beberapa bahasa Indo-Eropa seperti bahasa Perancis dan Belanda appartemenl serta bahasa Inggris CIpavtffient. Menuntt KBBI, apartemen adalah teurpat tinggal {terdiri atas kamar d*duk, kamar tidur, karnar rnandi, dapur, d*a sebagainya) yg berada pd satu lautai bangunan bertingkat yang besar dan mewah, dilengkapi dengan berbagai fasilitas (kolam renarg, p*sat kebugaran, toko, dsb). 5) (Ramalt) Konty*kan
Kata "konkakan" berasal dari kata contr*Ct dalam bahasa Belanda yang kemudian diserap menjadi kantrak dan mendapat *rfiks -dfl. Kontrakal adalah yang dikontrak atau disewa (KBBI). Penutur bahasa Indonesia mengidentikkan kontrakan dengan r:rmah yang sedang disewa. oleh sebab itu, ketika mengatakan '*kontrakao", lawail tufur dapat mengidentifikasinya sebagai sebuah rurnah" 6) Wisma Kata "wisma" berasal dari bahasa Sanskerta pdsma yang meffipunyai arti penginapan (Jones, 2*47 342). KBBI ruendefinisikaa wisma sebagai bangunan untuk tempat tinggal. Adapun kata "wisma" lebitr dipilih rmtuk me*ggambarkan seseorarg yang tidak rnerxpunyai teinpat tinggal (tuna wisma) dan bukan tuna rumah.
7) Griy* Kata "griya" mempakan kata yaag digunakan untuk menyebut rumah dalarn bahasa Jawa. KBBI mendefinisikan griya sebagai bangunan tempat tinggal. Masul*.tya leksikon tersebut dalam KBBI rnenandakan bahwa kata tersebut sudah diserap ke dalarn bahasa Indonesia dan sudah lazim digunakan oleh penutur bahasa Indonesia. 8) Barak Dalam KBBI, "barak" didefurisikan sebagai sebuah atau sekumpulan gedung tempat tinggal tentara; asrama {tentara} polisi. Konsep ini rneminjarn dari budaya asiag dengan leksikon yang diadaptasi pula dan b*n*cks {bahasa lngg*s) dengan definisi yang sarna {Oxford Adv anc ed Leam e r's D iction ary).
9)
Pondok
Kata'!ondok" berasal dari bahasa Asab Ar.fundarl yang artinya "rurnah yang sederhana' atau 'pesantren' fcnes, 20A7.247]. Menurut KBBI, "pondck" artinya bangunan untuk tempat sementara (seperti yang didirikan di ladang atau hutan). Namun, dapat pula pondok digunakan untuk sebutan nrmah ketik* iagin merendahkan diri di hadapan orang lain. Selain digunakan untuk penghaiusan sebuta"u untuk nmah, pondok juga dikolokasikan dengan pesantren, yakni tempat belaj ar agama Islam.
384
Pertemuan llmi*h Bohasa dax S*stro lndonssia (PfBSf) XXXT
l0) Guhuk Gubuk adalah rumah kecil yaag biasanya kurang baik dan bersifat sementara (KBBI). Selain digunakan mtuk itu, "gubuk" juga digunakan ketika menghaluskan sebutan nunah (si penutur) kepada lay,,an tutur ketika mempersilakan sesscrang mampir. I l) Keraton Kata "keratcn" berasal dari bahasa Jawa. Keraton merupakan tempat kediamaa ratu atau raja (KBBI). Istilah '.keraton" merujuk pada konsep yang sama dengan istana {dijelaskan di bawah), natrlun digunakaa lebih spesifik dalam kebudayaan Jawa, contohnya Keraton Yogyakalta rI*n Keraton Surakarta. l2) lstana Kata 'lstana" berasal dari bahasa Sanskerta dsthana {Jo*es, 2007:130} yaag merujuk pada tempat tinggal raja. Dalam KBBI, dapat dijruxpai d*finisi istana sebagai rurnah kediaman resmi raja {kepala negara} presiden) dan keluarganya. 01eh sebab itu, kediaman Presiden Republik Indonesia disebut sebagai istana (negara).
D.
Konsep Tempat Tinggal dalam Bahasa Indonesia dan Hubungannya dengan Cara Pandang Penufurnya 1) Ketersediaan Leksikon dan Hubungannya dengan Cara Pandang Penutur Ketersediaas leksikon tempat tinggal tentu sesuai dengaa konsep ternpat tinggal yang dikenal dalam budaya masyarakatnya. Bagi masyarakat pen*ftr bahasa Indonesia, rumah adalah sesuatu yang cenderung statis atau diarn. Bangunan fisik tidak berpindah" hanya penghuninya yang berpindah. Sebut saja "apartemen", "kos", "asrama" melupakaa sesuatu yang statis. HaI ini agak berbeda dengan bdhasa Lrggns, misal, yarrg mernpuryai leksikon c&r*viln {dipinjam dari bahasa Persia karwan), hunian bergerak yaag identik deagan kaum #psy yffig memprrtryai cara hidup nomaden {Mayal, 2004). Akan tetapi, leksikon tersebut tidak kita jumpai dalam bahasa lndonesia. Hal ini kareua penutur bahasa Indonesia tidak mengenal konsep hunia* bergerak. Kendati tidak mengenal hunian bergerak, bahasa Indonesia mempunyai konsep sewaan hunian (kamar) dalam sebuah rumah ya*g dilengkapi beragam fasilitas, yakni "kos", yang dapat pula dijunpai dalam kehidupan masyarakat penutur bahasa Inggns dengan istilah bo*rding hcuse atau,lodging house. Beberapa konsep ternpat thggal yang dipinjam dari budaya asing t*mt serta membawa pelabelan dmi budaya tersebut untuk disesuaikan dalarn bahasa Indonesia. Sebagaimana dijelaskan eleh Crowley (1992:23), ketika suatu kelomp*k masyarakat menyeraF konsep baru yang belum ada label dalam bahasanya, seringkali r*ereka akan mengadaptasi nama dari bahasa yang membawa konsep tersebut. Maka dapat di.jurapai "apart€met" dan "barak" dalam bahasa Indonesia. Kendati demikian, peminjaman koasep dan labelnya tidak mernbatasi perkembatgau konsep tersebut, rnisalny4 "apartem$r" yang rnenjadi sirnbol kemewahal belakangan ini. Di samping itu, dalam bahasa Indonesia, tempat tinggal juga menjadi rhe chieJ'interest of people dengan banyaknya ketersediaan leksikon yang berhubungan dengan tempat tinggal. untuk konsep yang serupa dengan o'rumah", tersedia pula "griya". Selain itu, ada "keraton" dan "istana" yang memuat koasep yang sama pula. Hal ini rnengindikasikan adanya perhatian khusus terhadap konsep tersebut dalam budaya---cara pandang masymakat-di hrdoaesia.
Pefternusn Ilmiah Bahssa dan Saska lxdonesia (7IBSI) XXYV
38t
2) Konsep
dan Leksik*u Tempat Tinggal dalam Kegiatan Bsrlrahasa Indonesia il Eufimkmc saat ,*enyebut temp*t tinggal Dalam kegiatan berbahasa sehari-hari, bilarnana menyebut "rumah" kepada seCIrang teman, penutur bahasa Indonesia seringkali menggunakan sebutan lain, misal '"gubuk" atau "pondok", "Silakan rnampir ke gubuk saya" atau "Mari mampir ke pandok saya". Pada contoh di atas dapat dilihat penghalusan {eufimisme) penyebutan rumah ketika mengajak mampir ke rumah. Peuggruraan kata "gubuk" tidak mengacu pada bangunan gubuk sebenarnya, rnelainkan sebagai bentuk peaghalusan terhadap kata "rumah"'. Fenomena ini cukup menarik. Masyarakat pen*tur bahasa Indonesia menggunakan peaghatusan untuk merujuk pada rumahnya. Istilah ftondok" juga digunakan sebagai bentuk penghalusan terhadap rumah si penutur. Selain itu, penutur bahasa Indonesia lebih banyak menggunakan ujaran undangan ke nunah sebagai bagian dari basa-basi. Kita berjunpa dengan teman saat perjalailan, misalnya, maka ketika berpisah kita akan mengundang teman tersebut unfuk mampir ke nrmah. Namun, s*bagian besar hal itu disampaikan sebagai urgkapan selamat tinggal dan bukan dalam arfian yang sebenamya, meskipun tidak menuttrp kimungkinan penutur menyampaikannya unfuk benar-benar mengwrdang orang lain datang ke rumahnya, b. Ungkapeny*ng mengidenti*kan ram** dengxn kenyamonan Tempat tinggal juga identik dengan I?sa nyaman. Sebagai co*toh, pe*utur bahasa Indonesia acapkali mengucapkan kaiimat "Anggap seperti rumah sendiri!". Ucryan tersebut disarnpaikan oleh tuan rumah kepada tamunya dengan tujuan agar tamurya tidak perlu sungkan atau kikuk. Dengan berkata demikian dihmapkan tamu dapat merasa lebih nyaman karena si empunya rumah sudah m*mpersilakan agar lebih santai (seperti di rumah sendiri). c. Leksikon yang berbeda *nt*r* "fiim&h" sebagai bangunan{*i* dan uramah" sebagai konsep
Walaupun mempunyai beragam leksikon tempat tinggal, bahasa Indonesia tidak mengenal perbedaan antara leksikon *rumah" sebagai bangunan fisik (&ou"re) dan *rumah" sebagai konsep {home) sebagaimana dalam bahasa Inggris. Oleh sebab ift, baik ketik* memjuk ke bangunan fisiknya maupull ke konsepnya, leksikcr yang dipakai oleh peautur trahasa Indonesia adalah "rumah". d Leksikon tempat tingg*l sebagai bentwk predikasi penghaninya Predikasi yang urelekat pada diri seseorang bisa berasal dari banyak aspek, mulai dari profesi yang ditekuni hiagga tempat tinggalnya. Dalam bahasa ltdonesia, jawaban atas pertanyaan wha I am dapat dikaitka* dengan jawaban atas pertanyaan where 1am. Sebut saja seseorang itu tinggal di sebuah potdok, maka label yang melekat padalya adalah o'anak pondokan". Contoh lain, seseorang yang tinggal di rumah kos disebut sebagai "anak kos". Seseorang yang tinggal di rumah mewah (geiloaglgedongan) dinamakan *anak gedongan'". Orang yaag jarang (atau hampir tidak pernah keluar rumah) disebut *anak rumahar", seda:rgkan orarg yang hidup di jalanan dilabeli '"aflak jalanan". Belakangan ini muncul pula istilah "kontraktori' dalam bahasa Indonesia infannal yang merujuk pada orang yang msngontrak rumah yang menjadi manifestasi bahwa pelabelan tempat tinggal begitu mernbudaya dalarn masyarakat kita. e. Leksiksn tempat tinggal sebagai idiom Salah satu idiom yang berhubungan dengan leksikon tempat tinggal dalarn bahasa Indonesia adalah *rurnah tangga". "Rumah tangga" tidak bisa diartikan secara leksikal nxnah dan tangga. "Rumah" dalarn idiom tersebut diasosiasikan deagan suatu bangrman {konkret dan nonkonkret) dirnatra pasallgan suami istri tinggat dan rnenjalani kehidupan bersama keluarga
382
Pertemuan Ilmiah Eahasa dcm Sastra lndonesia {PIBSI) XXXY
kecilnya. Adapun "tailgga" merupakan simbolisasi dari tahapantahapan yang akan dilalui oleh pasangan tersebut dalam menjalani kehidupan pernikahannya.
E.
Penutup Berdasarkan analisis terhadap leksikon ternpat tinggal dalarn bahasa Indoresia, dapat diketahui trahwa terdapat hubungan antara leksikon {bahasa} dan cara pandang penutur suatu bahasa. Pelabelm melalui leksikon terjadi karena ada konsep yang hxus dilabeli sehingga bilamaoa tidak terdapat konsepnya maka tidal diperlukan pemberian label. Kendati demikian, penelitian lebih lanjut dengan mengkaji lebih banyak leksikon tempat tinggal dalam trahasa Indonesia demi mendapatkan pemerian yang lebih komprehensif masih harus dilalnrkan agar meujadi sumbaagsih berharga bagi kemajual iknu bahasa.
Daftar Pustakn Crowley, Terry. {1992). An Intraductian to Historic*l Lircguistics. Oxford: Oxford University Press
Deutscher, Guy. (2010). Tltraugh the L*ngyage Glass: Why the World l,oaks Dffirent in Other Larzganges. New York: Henry Holt and Llompaay Jones, Russel (Ed.). {2A07). Loan Wards in Indonesi*n and Malay Jakarta: Yayasan Obor Koentjoroningrat. (2000). Peng*Ntar llrnu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta Kridalaksana, Harimurti. {20S9}. Kamus L ingyist ik. Jakarta: Cramedia Pnstaka Utama Mayall, David. {2004). History af Gypsy ldenfities. Loadon: Rcutledge Sapir, Edward. {1949). Sele*ed Writktgs af Ed*,*rd Sapir in Language, {)ulture and P ersana I ity. Berkeley: priversity of Califomia Fress Wierzbicka, Anna. (1997). Underst*ntling Cultures tltrough their Key *Vordr. Oxford: Oxford University Press Wierzbicka, Anna. (1999i. Etnotions across Languages snd Cultures: Diversity and Lln iv e r s * I s . Cambridge : Cambridge Universig Press Whorf, Benjarnin Lee. (1978) . Longpage, Thought antl Reahty: Selected Writings of Beryamin Lee-Whorf. Cambridge: MIT Press Yule, George. {2010)..The Study of l-anguage {F'ourth Edition). Cambridge: Clamlridge University Press Welrmeier, Sally (Ed.). {2005). O4ford Advanced Leaffter's Dictionary. Oxfard: Oxford University Press www.bahasa.kemdiknas.go.dikbbi (Kamus Besa:'Bahasa Indonesia dalam jmiagan) www. mcp. anu. edu. au (M al ay O on rc ydan c e P raj e ct) www.prpm.dbp.gov.my (Kamus Dewan Bahasa daa Rlstaka Malaysiai