Edisi Perdana, Januari 2012
KALYANAMITRA
EdEEEEEE
Negara Gagal Memberi Perlindungan Pada Perempuan A. Pengantar Mengawali tahun 2012, ada berbagai peristiwa seputar isu perempuan yang berhasil direkam oleh media. Paling tidak dari empat media online yang dijadikan sumber data yaitu: www.detik.com, www.kompas.com, www.vivanews.com, www.okezone.com. Dari keempat media tersebut, kasus kekerasan terhadap perempuan masih mewarnai pemberitaan selama bulan Januari 2012 ini. Kasus-kasus yang dialami perempuan hadir dalam berbagai bentuk seperti perkosaan disertai dengan pembunuhan, Kekerasan Dalam Rumah Tangga, dan juga persoalan Tenaga Kerja Indonesia baik di dalam negeri maupun luar negeri. Kemiskinan dan pendidikkan juga masih mewarnai pemberitaan media massa, di tambah lagi oleh ketidakpedulian aparat Negara terhadap kesejahteraan rakyat dimana dapat dilihat dari penggunaan anggaran yang tidak masuk akal oleh DPR RI maupun oleh pemerintah ditengahtengah kesenggsaraan rakyat. B. Pemaparan Data B.1. Perkosaan dan Pencabulan Pada tahun 2011 kasus perkosaan menjadi satu isu yang menyerap perhatian publik. Ada beberapa kasus yang terjadi di ruang publik terutama di angkutan umum. Paling tidak sepanjang tahun 2011 terjadi 6 kasus perkosaan tragis yaitu: (1) Kasus yang menimpa Livia, mahasiswa Binus yang diperkosa di angakot M24 jurusan Slipi-Kebon Jeruk, yang dibunuh oleh pelaku, enam sopir angkot tembak; (2) Kasus yang yang menimpa SRS (27 th) seorang karyawati yang diperkosa di angkot D02 jurusan Pondok Labu-Ciputat; (3) kasus yang menimpa R, seorang pedangang sayur yang diperkosa di angkot M26; (4) Kasus perkosaan yang dialami PT (19 th) di ruang karoke XKTV, Senayan City; (5) Kasus perkosaan yang dialami oleh 5 orang bocah perempuan oleh MS (55 th) seorang sopir angkot jurusan Cibubur-Taman Bunga Mekasari; (6) Kasus perkosaan yang berakhir dengan pembunuhan yang terjadi pada Agnes (19 th), yang otaknya adalah ibu kandungnya sendiri. Berdasarkan catatan Polda Metro Jaya, kasus perkosaan mengalami peningkatan sebanyak 13,33%, dimana pada tahun 2010 ada sebanyak 60 kasus, kemudian di tahun 2011 naik menjadi 68 kasus. Namun kendati jumlahnya meningkat, penyelesaian kasus pemerkosaan di tahun 2011 justru menurun yakni 73,52 persen. Padahal, di tahun 2010, tingkat penyelesaian kasus pemerkosaan mencapai 75 persen. Sementara berdasarkan laporan dari Komnas Perempuan, perkosaan masih mendominasi kekerasan seksual terhadap perempuan Indonesia. Berdasarkan ribuan laporan kasus yang masuk ke Komnas Perempuan, sekitar 50 persen merupakan kasus perkosaan. Data terakhir Kalyanamitra Pusat Komunikasi dan Informasi Perempuan
Jl. SMA 14 No. 17, RT 009/09, Cawang, Jakarta Timur 17115 Telp. 021-8004712, Fax. 021-8004713 Email:
[email protected] Website: www.kalyanamitra.or.id
Edisi Perdana, Januari 2012
KALYANAMITRA
EdEEEEEE
Komnas Perempuan yang masuk sejak tahun 1998 hingga 2010, ada 93.960 kasus kekerasan seksual yang dilaporkan. Dari jumlah tersebut, sekitar 8.784 kasus berhasil dipilah jenisnya. Sisanya sebanyak 85.176 kasus adalah gabungan dari kasus perkosaan, pelecehan seksual, dan eksploitasi seksual. Selain perempuan, anak juga merupakan kelompok rentan mengalami perkosaan dan pencabulan. Seperti yang terjadi di Sumatera Utara misalnya, berdasarkan data Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Sumatera Utara, perkosaan dan pencabulan anak menjadi kasus yang mendominasi selama tahun 2011. Dari 164 kasus pengaduan yang melibatkan anak di Sumut selama tahun 2011, lebih dari 30 persen diantaranya atau 64 kasus merupakan kasus pemerkosaan dan pencabulan. Tragisnya lagi tindakan pemerkosaan dan pencabulan itu dilakukan oleh keluarga sendiri, tetangga, guru, bahkan aparat penegak hukum. Untuk mengatasi terjadinya kasus perkosaan di angkutan umum yang terjadi di wilayah DKI Jakarta, pemerintah kemudian memberlakukan beberapa peraturan seperti penggunaan seragam dan kartu tanda pengenal pengemudi angkot yang dikeluarkan pihak Pemda DKI. Selain itu pihak polisi juga mulai meningkatkan patroli hingga subuh. Dengan berbagai kebijakan yang sudah diterbitkan tersebut Polda Metro Jaya optimis kasus pemerkosaan di angkutan umum akan berkurang di tahun 2012 ini. Apakah demikian adanya? Teryata kebijakan yang sudah ada masih belum mampu melindungi perempuan dari perkosaan di ruang publik, terutama di angkutan umum. Pada awal tahun ini perkosaan masih terjadi di berbagai tempat, tidak saja di ruang privat, tapi juga di ruang publik. Perkosaan di angkutan umum yang selama ini banyak terjadi di Jakarta juga turut terjadi di beberapa wilayah lainnya seperti Sulawesi Selatan dan Bogor. Paling tidak selama Januari 2012, media mencatat beberapa kasus perkosaan di angkutan umum atau yang dilakukan oleh sopir angkutan umum yang terjadi, yaitu: 1. Perkosaan atas seorang mahasiswa kebidanan yang mengaku diperkosa di angkot C01 jurusan Ciledug-Kebayoran Lama, namun seiring berjalananya waktu dan penyelidikan, pihak kepolisian menyatakan bahwa laporan korban adalah rekayasa karena korban dan pelaku melakukan hubungan tersebut atas dasar suka sama suka. Untuk itu kemudian korban dan pelaku akan dinikahkan oleh pihak keluarga. Bahkan pihak kepolisian kemudian mencari pasal yang dapat menjerat korban karena telah membuat laporan palsu. 2. LL seorang Pekerja Rumah Tangga (PRT) di Serpong juga menjadi korban perkosaan sopir angkot D04, jurusan BSD-Cikokol. Hingga kini pelaku masih dalam pencarian. 3. Di Bogor, seorang remaja putri berusia 15 tahun diperkosa oleh seorang supir angkot 38 jurusan Cibinong-Gunung Putri. Yang tragis pada saat kejadian korban sedang dalam keadaan haid. 4. Seorang gadis di Medan, Sumatera Utara, berusia 15 tahun juga menjadi korban perkosaan oleh supir angkot. Sebelumnya korban nampak bingung mencari angkot.
Kalyanamitra Pusat Komunikasi dan Informasi Perempuan
Jl. SMA 14 No. 17, RT 009/09, Cawang, Jakarta Timur 17115 Telp. 021-8004712, Fax. 021-8004713 Email:
[email protected] Website: www.kalyanamitra.or.id
Edisi Perdana, Januari 2012
KALYANAMITRA
EdEEEEEE
Kebingungan itu yang kemudian dimanfaatkan para pelaku dengan menawarkan bantuan. 5. FA dan 7 korban lainnya, di Deli Serdang, Sumatera Utara juga menjadi korban kebiadaban seorang sopir angkot. Selama Januari 2012 ini media mencatat ada sekitar 34 kasus perkosaan dan percobaan perkosaan serta pencabulan yang menimpa perempuan dan anak perempuan. Kasus-kasus tersebut antara lain:
No. Hari/Tanggal 1. 1/1/2012
Korban Riska (15 th)
Lokasi Simorejo Surabaya
Widuri (14)
Surabaya
Luna (15)
Surabaya
4. 1/1/2012
Pelaku Mujiono Suryato (23 th) Siswanto (23 th) Stevany Rahmat Kurniawan (26) Slamet (49)
Maya (16)
Surabaya
5. 3/1/2012
Fatlah (35 th)
NS (18 th)
6. 3/1/2012
Ad (60 th)
VF (16 th)
7. 3/1/2012
Pelaku belum diketemukan
RAP (5 th)
8. 11/1/2012
NP
MF (27 th)
Kab. Badung, Bali Kab. Landak, Kalimantan Barat Kec. Tembalangan, Semarang Merauke, Papua
9. 15/1/2012
FM (13 th)
Bitung, Sulawesi Utara
10. 16/1/2012
Nando Manoe dan Hara, Hence Dalope dan Hara AMM
M (siswi kelas V SD)
Kab. Pulau NTT
11. 18/1/2012
Sofian
12. 20/1/2012
WW (28 th)
Larangan, Tangerang Minahasa Selatan, Sulawesi Utara
13. 20/1/2012
Su (23 th)
Siswi kelas II SMP Lindy Melissa Pandoh (26 th) JM (18 th)
14. 21/1/2012
He (25)
RI (16)
2. 1/1/2012 3. 1/1/2012
Kalyanamitra Pusat Komunikasi dan Informasi Perempuan
Ende, Flores,
Kebayoran, Jakarta Selatan Tebingtinggi, Sumatera Utara
Keterangan Pelaku adalah kuli bangunan, teman dekat korban Pelaku teman dekat korban Pelaku teman dekat korban
Pelaku teman dekat korban Pelaku adalah seorang dukun Pelaku adalah kakek korban Diduga diperkosa dan dibunuh, sebelumnya dicekik terlebih dahulu Percobaan perkosaan oleh pelaku yang tidak dikenal korban Perkosaan dengan terlebih dahulu dibius obat batuk Pelaku adalah kepala sekolah, belum ditangkap karena polisi tidak mempercayai keterangan korban Pelaku adalah seorang guru SD Palaku adalah Satpol PP, korban diperkosa dan dibunuh laporan JM di anggap rekayasa Pelaku adalah teman dekat korban. Pelaku berdalih hubungan tersebut didasari suka
Jl. SMA 14 No. 17, RT 009/09, Cawang, Jakarta Timur 17115 Telp. 021-8004712, Fax. 021-8004713 Email:
[email protected] Website: www.kalyanamitra.or.id
Edisi Perdana, Januari 2012
KALYANAMITRA
EdEEEEEE
15. 22/1/2012
Adi Setyo (32)
SAI (18)
16. 24/1/2012
MD (42)
remaja putri berusia 15 tahun
17. 24/1/2012
3 orang siswa SMK Belum diketahui
M (siswi SMK) KT (35)
Purwarkarta, Jawa Barat Wonorejo, Surabaya
AN (22)
Surabaya
20. 26/1/2012
Angga Ferdiansa (27) AJM
SB (16)
21. 30/1/2012
IN (18)
AR (14)
Bone, Sulawesi Selatan Bogor
22. 30/1/2012
I
LL (16 th)
Serpong
23. 31/1/2012
HL
MP
Ambon
24. 31/1/2012
YP (17), kelas XI SMA; Handoyo Triwanto (19); dan Suwito (25) EP (35)
bocah perempuan berusia 12 tahun
Kabupaten Ngawi, Jawa Timur
FA dan tujuh remaja lainnya Korban yang masih berusia 15 tahun IS (41 th)
Deli Serdang, Sumatera Utara Medan, Sumatera Utara
L (18)
Gunung Anyar, Surabaya
5 korban rata-rata berumur antara 18 sampai 21 tahun B (18 th)
Denpasar, Bali
18. 24/1/2012
19. 24/1/2012
25. 31/1/2012
26. 31/1/2012
Ma (28) dan Ed (30)
27. -
JT (52 th)
28.
Rendi (23)
29. -
Agustinus Bolo (41)
30. -
Bripda Haryo Pamungkas
Kalyanamitra Pusat Komunikasi dan Informasi Perempuan
Iksan
Kab. Pasuruan, Jawa Timur Bogor
Tangerang
Pangkal Pinang, Prov. Bangka
sama suka Korban dalam keadaan hamil Pelaku adalah sopir angkot 38 jurusan Cibinong-Gunung Putri, korban sedang haid Pelaku adalah teman korban korban adalah seorang gadis gangguan mental nyaris diperkosa Pelaku teman dekat korban Pelaku adalah ayah tiri korban Pelaku adalah teman dekat korban, Percobaan Perkosaan Pelaku adalah supir angkot D 04 Percobaan perkosaan dilakukan HL, seorang anggota FPAN DPRD Ambon. Tapi HL melaporkan balik MP karena ditudur pencemaran nama baik Pelaku mengaku sebagai pacar korban dan mengatakan jika perbuatan itu dilakukan atas dasar suka sama suka Pelaku adalah sopir angkot Pelaku angkot
adalah
sopir
Peristiwa terjadi pada 26 juni 2006, IS dan JT adalah seorang dokter. Hubungan tidak direstui oleh orang tua, maka di bawa kabur dan dicabul sebanyak 10 kali Kasus pencabulan, pelaku adalah seorang dukun
Di vonis 7 tahun, 3 tahun lebih ringan dari tuntutan jaksa. Korban
Jl. SMA 14 No. 17, RT 009/09, Cawang, Jakarta Timur 17115 Telp. 021-8004712, Fax. 021-8004713 Email:
[email protected] Website: www.kalyanamitra.or.id
Edisi Perdana, Januari 2012
KALYANAMITRA
EdEEEEEE
Belitung 31. -
MY (51)
SS alias Nana, siswi SMP kelas 3
SS alias Nana, siswi SMP kelas 3
32. -
S (62 th)
6-7 anak lakilaki
33. -
Jo (19)
Cindy (13)
Kel. Larangan, Kec. Larangan, Kota Tangerang Nganjuk, Jawa Timur
34.
Putut Wiratmanto (39)
Siswi kelas II SMP yang merupakan putrid kandungnya
Nganjuk, Jawa Timur
dalam kondisi hamil 2 bulan Pelaku belum juga ditangkap polisi, korban akhirnya masuk RSJ karena depresi, peristiwa terjadi tahun 2009 Beberapa kali mencabuli bocah ABG usai nonton film porno Pelaku adaah teman dekat korban, hubungan dilakukan bulan November. Pelaku mengatakan hubungan didasari atas dasar suka sama suka Pelaku tiga kali menyetubuhi korban rentan waktu maretdesember 2011
*Catatan: data diolah dari: www.detik.com, www.vivanews.com, www.okezone.com, www.kompas.com
Pengkriminalan korban percobaan perkosaan terjadi pada seorang dokter di RSUD Tangerang. Kasus ini menimpa seorang mantan dokter kandungan di RSUD Kabupaten Tangerang, dr IS (41) dituntut dengan ancaman hukuman enam tahun penjara. Ironis, justru IS dituntut lantaran ingin membuka skandal percobaan perkosaan yang ia alami pada tahun 2006, dimana pada saat itu terjadi percobaan perkosaan atas dirinya oleh dr JT (52 th) yang merupakan koleganya. Saat itu JT mengajak IS untuk mengobrol di luar jam kerja. JT mengajak IS ke sebuah hotel. Ketika sampai di hotel, JT mencoba memperkosanya, namun dilawan sekuat tenaga oleh IS, yang akhirnya membatalkan niat bejat itu. Karena tidak kuat menyimpan aib itu, akhirnya pada sekitar tahun 2008, IS menulis surat melalui email dan dikirim kepada dr M, Direktur Utama RSUD Tangerang. Selain itu, surat elektronik tersebut juga dikirim kepada S, istri dari dr BG (59), atasan langsung IS di RSUD Kab Tangerang. Namun laporan tersebut justru membuahkan malapetaka. IS malah dipecat dari RSUD Kab Tangerang, bahkan kuliah S3-nya berantakan, karena terhenti akibat pemecatan tersebut. Kini IS dijerat pasal 27 ayat 3 UU Informasi Transaksi Elektronik, dengan ancaman enam tahun penjara. Tidak sampai disitu, apa yang dialami IS teryata berdampak buruk pada anak yang pada saat percobaan tersebut sedang dikandungnya. Karena depresi maka anak yang dilahirkan mengalami keterbelakangan mental. B.2. Perkosaan Disertai Pembunuhan Ancaman terhadap perempuan tidak hanya sebatas pada perkosaan saja, tapi juga pembunuhan. Seperti kasus yang menimpa Lindy Melissa Pandoh, di Minahasa, Sulawesi, ia di perkosa kemudian dibunuh oleh pelaku yang notabene adalah seorang Satpol PP yang juga merupakan mantan pacarnya. Dugaan kasus pembunuhan dan perkosaan juga terjadi di Depok, kasus yang menimpa seorang remaja perempuan, DJ (16 th), yang ditemukan meninggal dunia Kalyanamitra Pusat Komunikasi dan Informasi Perempuan
Jl. SMA 14 No. 17, RT 009/09, Cawang, Jakarta Timur 17115 Telp. 021-8004712, Fax. 021-8004713 Email:
[email protected] Website: www.kalyanamitra.or.id
Edisi Perdana, Januari 2012
KALYANAMITRA
EdEEEEEE
dalam keadaan tanpa busana di sebuah kebon pisang. Pelaku pembunuh DJ adalah RD (18 th) yang sehari-harinya beprofesi sebagai sopir tembak. Selain kasus yang dialami DJ, dugaan pembunuhan dan perkosaan juga terjadi pada penemuan mayat perempuan yang dimasukan ke dalam sumur di Blitar, Jawa Timur. Selama Januari 2011, ada 10 penemuan mayat perempuan. Dari 10 korban tersebut hanya 3 yang baru di ketahui identitasnya. Sementara pelaku yang tertangkap baru satu. Masih berkeliarannya para pembunuh tersebut merupakan tugas berat bagi pihak kepolisian untuk segera menuntaskan kasus tersebut serta mencari motif dari pembunuhan tersebut. No. Pelaku 1. RD (18 th)
Korban DJ (16 th)
Lokasi Depok
Banjir Kanal Barat, Jakarta Pusat Kota Bogor
7. Belum diketahui
Seoarang wanita berusia 20-an Euis Suprihatin (37) Belum diketahui identitasnya Berusia sekitar 16-19 th Ineke Gandaprajitna (39) Belum diketahui
8. Belum diketahui 9. Belum diketahui
Belum diketahui Belum diketahui
Sulawesi Tengara Demak Jawa Tengah
10. Belum diketahu
Belum diketahui
Tol Purbaleunyi KM 117, bandung Barat
2. Belum diketahui 3. Pelaku belum diketahui 4. Belum diketahui 5. Belum diketahui 6. Belum Diketahui
Keterangan Di temukan tewas di pohon pisang tanpa busana, pelaku sehari-hari berprofesi sebagai sopir tembak Identitas pelaku dan korban belum diketahui Jenasah ditemukan di Kali Ciliwung
Bandung
Mayat perempuan tersebut adalah korban mutilasi
Teluk Manado
Belum diketahui identitasnya, ditemukan tanpa kepala Ditemukan dengan 20 tusukan
Tangerang
Blitar
Diduga perempuan bernasib malang itu merupakan korban pemerkosaan sebelum akhirnya dibunuh dan jasadnya diceburkan ke dalam sumur Mayat tersebut diduga korban pembunuhan ditemukan tewas dengan luka menganga di bagian kepala serta lebam di leher Mayat ditemukan dalam kondisi sudah membusuk dengan tangan dalam kondisi terikat
*Catatan: data diolah dari: www.detik.com, www.vivanews.com, www.okezone.com, www.kompas.com
B.3. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) menjadi kasus yang sering dialami oleh perempuan. Paling tidak selama Januari 2012 ada satu kasus yang mencuat dipermukaan publik yaitu kasus KDRT yang terjadi pada BL (33 th). Kasus ini mencuat karena BL sebagai korban Kalyanamitra Pusat Komunikasi dan Informasi Perempuan
Jl. SMA 14 No. 17, RT 009/09, Cawang, Jakarta Timur 17115 Telp. 021-8004712, Fax. 021-8004713 Email:
[email protected] Website: www.kalyanamitra.or.id
Edisi Perdana, Januari 2012
KALYANAMITRA
EdEEEEEE
KDRT dilaporkan balik oleh suaminya, NC (55 th) dengan tuduhan pemalsuan akte kelahiran anak. Padahal sebelumnya BL, sebagai korban KDRT dengan bermodalkan visum dari rumah sakit dan lebam-lebam ditubuhnya akibat penganiyaan dari NC melaporkan pelaku ke polisi. Karena ancamanya kurang dari 5 bulan maka NC tidak ditahan, hanya dikenakan wajib lapor. Sementara karena tidak terima dilaporkan oleh istrinya, NC membuat laporan balik berupa pemalsuan akte kelahiran, BL pun langsung di tahan oleh polisi karena ancaman hukumannya lebih dari 7 tahun. Adapun NC tidak ditahan karena pasal yang dikenakan pasal 44 tentang Penghapusan KDRT dengan ancaman 4 bulan penjara. Tidak hanya di Jakarta, di Merauke, kasus kekerasan dalam rumah tangga juga tidak diselesaikan secara hukum. Walau kasusnya cukup tinggi tapi cenderung diselesaikan secara terpadu. Berdasarkan data Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Merauke, selama tahun 2011 kekerasan dalam rumah tangga tercatat sebanyak 25 kasus. Demikian juga dengan kekerasan terhadap perempuan yang juga tinggi yakni pemerkosaan 6 kasus dan pelecehan seksual terhadap perempuan tercatat 33 kasus. Sementara di Jawa Timur, mencatat sepanjang tahun 2011 terjadi 1.270 kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di 33 kabupaten/kota. Jumlah tersebut meningkat 11% dari tahun sebelumnya. B.4. Traffiking Walau sudah ada UU No. 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan tindak Pidana Perdagangan Orang (PTPPO) tapi tidak serta merta mengurangi kasus perdagangan orang atau human trafficking. Paling tidak sepanjang Januari 2012, polisi berhasil mengungkap 5 kasus perdagangan orang, dengan 22 korban. No. Pelaku 1. Farida 2. Belum ditemukan
3. FR (17 th) 4. Belum ditemukan 5. Suami-Istri
Korban 3 ABG dibawah 18 tahun Ye (15), Wi (18), De (16), Ir (16), dan Mu (16) 3 ABG
Lokasi Jakarta Utara
EYN (16 th) dan EL (20 th) 9 gadis di bawah umur
NTT ke Padang
Sukabumi Sorong
Bali
Maluku Utara
Keterangan Dijual dengan harga 1,5 juta ke
Pelaku adalah teman dekat korban
Pelaku ditangkap di pelabuhan saat memberangkatkan 9 korban ke Papua
*Catatan: data diolah dari: www.detik.com, www.vivanews.com, www.okezone.com, www.kompas.com
B.4. Tenaga Kerja Indonesia Persoalan Tenaga Kerja di luar Negeri belum juga dapat diselesaikan oleh pemerintah. Hingga saat ini masih ada beberapa TKI yang terancam hukuman mati seperti Tuti Tursilawati, Sartinah dan Zaenab. Selain itu ada 37 orang yang masih dalam proses persidangan. Sementara itu Kalyanamitra Pusat Komunikasi dan Informasi Perempuan
Jl. SMA 14 No. 17, RT 009/09, Cawang, Jakarta Timur 17115 Telp. 021-8004712, Fax. 021-8004713 Email:
[email protected] Website: www.kalyanamitra.or.id
Edisi Perdana, Januari 2012
KALYANAMITRA
EdEEEEEE
Satgas TKI yang dibentuk untuk menangani kasus hukum TKI yang terancam hukuman mati berdasarkan Keppres yang dikeluarkan Juli 2011, melaporkan telah membebaskan 64 TKI dari hukuman mati, diantaranya adalah di Arab Saudi terdapat 37 orang yang telah dibebaskan dari hukuman mati. 8 Di antaranya sudah bebas murni dan 4 di antaranya kembali ke Tanah Air. Sementara itu 4 orang lainnya dalam proses pemulangan, dan 2 orang terhindar dari hukuman mati menjadi hukuman 10 tahun penjara; di Malaysia ada 14 orang yang telah terlepas dari hukuman mati, 6 orang di antaranya bebas murni. Sedangkan 8 orang divonis hukuman penjara yang bervariasi sesuai dengan tingkat kesalahan; di China ada 11 orang yang terbebas hukuman mati dan sebagai gantinya divonis hukuman seumur hidup; di Iran, 2 orang telah diupayakan berubah hukumannya dari hukuman mati menjadi hukuman seumur hidup. Namun demikian kabar pilu mengenai TKI diluar negeri terus saja bermunculan,terutama mereka yang bekerja di sektor domestik, mengingat sampai saat ini masih ada beribu kasus TKI di luar negeri. Penaganan kasus dari akar persoalan menjadi satu hal yang harus dilakukan. Migrant Care mencatat, hingga akhir tahun 2011, ada 417 buruh migran Indonesia yang terancam hukuman mati di luar negeri, dengan perincian sebagai berikut Malaysia (348), China (22), Singapura (2), dan Saudi Arabia (45). Dari angka tersebut, 32 orang di antaranya telah di vonis hukuman mati. B.4. Pendidikan Persoalan masih menjadi persoalan yang dihadapi oleh anak-anak Indonesia. Walau sudah ada BOS, teryata tidak serta merta menjamin semua anak Indonesia dapat menikmati pendidikan dengan baik. Banyak pungutan liar yang sering dikeluhkan oleh orang tua murid. Selain itu juga ketersediaan infrastruktur yang tidak mendukung anak untuk memperoleh pendidikan dengan maksimal. Di Lebak, Banten misalnya anak-anak harus melewati jembatan ‘maut’ untuk dapat menempuh pendidikan. Disebut jembatan ‘maut’ karena mereka yang melewatinya harus bergelantungan melawan bahaya, karena kalau tidak hati-hati maka akan tercebur ke dalam sungai dan terbawa arus. Seperti kejadian lainnya di Indonesia, setelah media banyak memberitakan soal kondisi jembatan tersebut akhirnya pemerintah mengucurkan dana untuk perbaikan. Miris sebenarnya melihat kondisi ini, apalagi kalau mengingat Anggaran dana BOS pada tahun ini naik 40 persen dari Rp 16 triliun tahun lalu menjadi Rp 23,6 triliun. Teryata dana BOS hanya dinikmati sebagian orang saja, anak-anak masih sangat kesulitan untuk dapat menempuh pendidikan dengan mudah karena persoalan infrastruktur yang ada. Dana BOS yang sekian banyak tersebut teryata juga tidak turut memperbaiki kondisi bangunan yang tersedia, misalnya di Depok, Saat ini 40 persen sekolah di Kota Depok dalam keadaan rusak berat. Sementara Pemerintah Kota baru mampu mengalokasikan dana untuk merenovasi 100 sekolah local. Dari 40 persen sekolah tersebut paling banyak adalah SD. Dari 253 SD, ada 623 lokal atau ruang kelas rusak berat. Padahal dana BOS yang bakal di terima oleh Propinsi Jawa Barat sebesar Jawa Barat Rp 994,957 miliar.
Kalyanamitra Pusat Komunikasi dan Informasi Perempuan
Jl. SMA 14 No. 17, RT 009/09, Cawang, Jakarta Timur 17115 Telp. 021-8004712, Fax. 021-8004713 Email:
[email protected] Website: www.kalyanamitra.or.id
Edisi Perdana, Januari 2012
KALYANAMITRA
EdEEEEEE
B.5. Kemiskinan Masalah kemiskinan juga menjadi satu persoalan yang masih menghatui Indonesia. Di Jawa Tengah misalnya berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, mencatat pada periode September 2011 jumlah penduduk miskin bertambah. Selama bulan Maret-September 2011 penduduk miskin bertambah sebanyak 149.000. Jumlah penduduk miskin awalnya tercatat 5,107 juta orang, kini bertambah menjadi 5,256 juta orang. Peningkatan penduduk miskin paling banyak diperkotaan sebesar 83.300 orang. Penduduk perkotaan yang miskin sebanyak 2,176 juta orang, untuk penduduk miskin yang hidup di pedesaan sekitar 3,080 juta orang. penduduk miskin sangat dipengaruhi garis kemiskinan, yakni harga yang harus dibayar oleh kelompok acuan guna memenuhi kebutuhan pangan sebesar 2.100 kal per kapita dalam sehari. Garis kemiskinan pada September 2011 sebesar Rp 217.440 per kapita per bulan. Data Badan Pusat Statistik menyatakan bahwa jumlah penduduk miskin di Indonesia pada September 2011 mencapai 29,89 juta orang (12,36 persen. angka ini mengalami penurunan sebesar 0,13 juta atau 130 ribu orang dibandingkan penduduk miskin pada Maret 2011 sebesar 30,02 juta orang (12,49 persen). Menurutnya, selama periode Maret-September 2011, penduduk miskin perkotaan berkurang 0,09 juta orang dan penduduk pedesaan berkurang 0,04 juta orang. Maka untuk mengatasi kemiskinan tersebut pemerintah berencana terus melakukan program Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) guna menghapus kemiskinan secara menyeluruh bagi masyarakat, baik di kawasan pedesaan maupun di perkotaan. RP 30 Triliun anggaran diperuntukan untuk program tersebut. Kemiskinan juga menyebabkan gizi buruk terjadi di banyak tempat. Paling tidak selama bulan Januari ada dua anak yang meninggal akibat gizi buruk yaitu Auliya (9 th) warga Cilincing, Jakarta Utara dan Romi (21 bulan) warga warga Desa Widoropayung, Kecamatan Besuki Situbondo. C. Analisa Masalah Melihat kenyataan diatas, dimana masih banyak terjadi tindak kekerasan terhadap perempuan, terutama perkosaan menunjukan bahwa kita masih hidup dalam masyarakat yang masih mengedepankan posisi laki-laki ketimbang perempuan. Budaya patriarki masih dianut dibanyak tempat di Indonesia yang tercermin dari aturan sosial, hukum dalam masyarakat yang masih mengacu pada system yang meletakkan laki-laki sebagai subyek dan perempuan sebagai obyek. Pembatasan-pembatasan peran perempuan oleh budaya patriarki membuat perempuan terbelenggu. Budaya patriarki memberikan otoritas dan dominasi kepada laki-laki dalam kehidupan berumah tangga dan bermasyarakat. Selain itu pelekatan berbagai stereotype terhadap tubuh perempuan juga memperparah kondisi perempuan. Menurut Halley stereotype digunakan untuk mendefinisikan perempuan dan mengontrol mereka. Perempuan didefinisikan Kalyanamitra Pusat Komunikasi dan Informasi Perempuan
Jl. SMA 14 No. 17, RT 009/09, Cawang, Jakarta Timur 17115 Telp. 021-8004712, Fax. 021-8004713 Email:
[email protected] Website: www.kalyanamitra.or.id
Edisi Perdana, Januari 2012
KALYANAMITRA
EdEEEEEE
dalam hubungannya dengan laki-laki. Perkosaan yang terjadi di ruang publik merupakan satu system yang digunakan untuk mengontrol tubuh perempuan. Persoalan mendasar mengapa kekerasan terhadap perempuan seperti perkosaan berulang kali terjadi, karena adanya cara pandang yang tidak seimbang terhadap posisi laki-laki dan perempuan. Ada relasi kuasa yang tidak seimbang dalam kehidupan masyarakat antara perempuan dan laki-laki yang mengakibatkan perempuan cenderung dirugikan dan menjadi korban. Dalam perkosaan misalnya banyak mitos dikembangkan dan tidak sesuai dengan fakta yang ada, sangat merugikan posisi perempuan. Seperti ungkapan bahwa perempuanlah yang menggoda atau mengundang terjadinya perkosaan dengan berpakaian mini ataupun keluar malam dan lain sebagainya. Dari berbagai kasus yang terjadi sepanjang Januari 2012 dapat dilihat bahwa ada bermacam pelaku dan juga korban kekerasan terhadap perempuan. Seringkali pelaku adalah orang dekat korban seperti teman, pacar, guru, orang tua atau bahkan aparat penegak hukum itu sendiri. Dari kasus-kasus tersebut, mitos yang mengatakan pelaku perkosaan adalah orang yang tidak dikenal korban dapat terbantahkan. Walaupun ada pelaku yang memang tidak dikenal oleh korban, namun jumlahnya sangat sedikit. Karena perkosaan merupakan kejahatan yang terencanakan oleh pelaku. Aparat penegak hukum sebagai institusi yang seharusnya melindungi masyarakat juga tidak berpihak pada perempuan. Hal tersebut dapat dilihat dari kasus yang menimpa JM, dimana ia dituduh membuat laporan palsu dan kemudian polisi mencari pasal balik untuk dapat menjeratnya. Polisi maupun pelaku mengatakan bahwa apa yang terjadi terhadap JM adalah atas dasar suka-sama suka. Aparat penegak hukum belum mempunyai pemahaman bahwa korban perkosaan seringkali dalam kondisi kejiwaaan labil, untuk dapat bercerita kepada orang lain saja dibutuhkan satu keberanian yang sangat besar. Maka dari itu kalau apa yang disampaikan sering berubah-ubah itu karena kondisi kejiwaannya yang terguncang. Polisi sebagai orang yang melakukan pemeriksaan harus dapat memahami kondisi pikologis korban. Peristiwa perkosaan ditempat umum menjadi teror baru bagi perempuan. Rasa aman di ruang publik tidak lagi mudah diperoleh perempuan. Terulangnya pemerkosaan terhadap perempuan di dalam angkutan umum, menunjukkan bahwa tidak adanya kebijakan dari negara untuk melindungi perempuan dari kejahatan seksual, padahal kejadian serupa sudah berkali-kali terjadi. Negara cenderung mengabaikan dengan tidak memberikan rasa aman dan menindak tegas pelaku. Demikian juga dengan aparat penegak hokum tidak melihat bahwa kasus perkosaan adalah kasus kejahatan kemanusiaan Perkosaan masih dimasukan kedalam kejahatan kesusilaan, hal tersebut memperlihatkan bahwa masih terjadi berbagai penafsiran tentang perkosaan di dalam diri aparat penegak hukum sendiri. Dengan masih adanya berbagai pandangan dari masyarakat yang cenderung menyalahkan korban, termasuk aparat penegak hukum sendiri menjadi kendala bagi perempuan untuk dapat melaporkan kasusnya ke pihak berwajib. Maka dari itu seringkali kasus perkosaan tidak dapat
Kalyanamitra Pusat Komunikasi dan Informasi Perempuan
Jl. SMA 14 No. 17, RT 009/09, Cawang, Jakarta Timur 17115 Telp. 021-8004712, Fax. 021-8004713 Email:
[email protected] Website: www.kalyanamitra.or.id
Edisi Perdana, Januari 2012
KALYANAMITRA
EdEEEEEE
diselesaikan dan lagi-lagi perempuan yang harus menanggung bebannya. Seringkali perempuan yang menjadi korban perkosaan mendapatkan stigma negatif seperti bahwa korban sudah ternoda, tidak suci, sudah tidak utuh dan merasa kotor. Hal tersebut membuat korban malu, takut dan merasa kotor. Dengan dia menceritakan apa yang dialaminya justru akan mencemarkan nama baik dirinya dan keluarganya. Belum lagi trauma yang harus dialaminya sepanjang hidup, karena bagi korban perkosaan merupakan penderitaan yang luar biasa, bukan hanya fisik, tapi juga mendatangkan siksaan psikis. Demikian juga dalam kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang dialami oleh IS, walaupun sudah ada UU No 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (PKDRT) teryata implementasi dilapangan masih sangat lemah. Lagi-lagi korban dengan mudah dipersalahkan dan dapat dituntut balik. Tidak ada perlindungan aparat terhadap korban. Keadilan menjadi satu hal yang mahal harganya bagi korban KDRT maupun perkosaan, karena seringkali tuntutan hukuman yang ringan, tidak sebanding dengan derita yang dialami oleh perempuan. Karena tuntuntan yang ringan tersebut pelaku tidak perlu ditahan dan hanya dikenakan wajib lapor. Sementara dalam kasus trafficking yang terjadi, memperlihatkan bahwa tubuh perempuan masih menjadi komoditi yang diperjual belikan. Perempuan seringkali tidak mempunyai hak atas tubuhnya sendiri. Walau sudah ada UU No 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Terhadap Tindak Pidana Perdagangan Orang (UU PTPPO), tapi kasus ini tidak juga berkurang. Bahkan selama tahun 2011 yang lalu ada 42 kasus trafficking yang terjadi di Kalimantan Barat yang menimpa anak Indonesia. Itu artinya anak-anak perempuan di negeri ini mempunyai ancaman yang sama yaitu diperjualbelikan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Sayangnya lagi pelakunya bisa jadi adalah orang-orang terdekat seperti orang tua, guru, keluarga atau pacar. Rendahnya pendidikan dan akibat kemiskinan seringkali dianggap sebagai penyebab kekerasan terhadap perempuan. Namun akar utama yang menjadi persoalan sebenarnya adalah tidak adanya posisi setara antara laki-laki dan perempuan. Di masyarakat kita saat ini yang masih cenderung menganut budaya patriaki melihat perempuan adalah mahkluk kelas dua, perempuan adalah makluk yang lemah. Dengan adanya pandangan tersebut maka laki-laki seringkali merasa berkuasa atas diri perempuan, termasuk tubuh perempuan. Hal tersebut yang kemudian menjadikan laki-laki merasa mempunyai hak atas tubuh perempuan dan dapat melakukan apa saja yang ia inginkan. Apa yang terjadi pada aparat penegak hukum yang tidak berpihak pada korban mepertegas bahwa kekuasaan dalam masyarakat masih menganut sistem patriarki dan dikontrol oleh lakilaki. Dalam system ini Perempuan hanya memiliki sedikit pengaruh dalam masyarakat atau bisa dikatakan tidak memiliki hak pada wilayah-wilayah umum dalam masyarakat. Mereka secara ekonomi, sosial, politik, dan psikologi tergantung pada laki-laki, khususnya dalam institusi pernikahan. Sehingga dalam keluarga maupun masyarakat perempuan diletakkan pada posisi subordinat atau inferior.
Kalyanamitra Pusat Komunikasi dan Informasi Perempuan
Jl. SMA 14 No. 17, RT 009/09, Cawang, Jakarta Timur 17115 Telp. 021-8004712, Fax. 021-8004713 Email:
[email protected] Website: www.kalyanamitra.or.id
Edisi Perdana, Januari 2012
KALYANAMITRA
EdEEEEEE
Dengan banyaknya kasus yang menimpa perempuan baik di ruang publik maupun ruang privat memperlihatkan bahwa Negara telah gagal memberikan pelindungan pada warga negaranya. Kegagalan Negara tidak saja terjadi dalam negeri, tapi juga di luar negeri. Negara gagal melindungi mereka yang dengan sebuah keterpaksaan, karena tidak ada akses lapangan kerja akhirnya terpaksa mengadu nasib di negeri orang tanpa ada perlindungan dari Negara. Itu sebabnya hingga kini Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri yang sebagian besar adalah perempuan yang bekerja di sektor informal tidak mendapatkan perlindungan dari Negara. Tidak adanya lapangan pekerjaan terutama bagi perempuan lagi-lagi juga terkendala karena faktor pendidikan yang sulit terjangkau oleh perempuan. Selain itu budaya patriarki yang masih dianut di beberapa wilayah, masih mengedepankan laki-laki untuk menempuh pendidikan lebih tinggi dibandingkan perempuan. Maka tak heran jika perempuan cenderung tertinggal dari laki-laki, termasuk dalam lapangan pekerjaan yang ada dimana perempuan sering ditempatkan dalam sektor informal, seperti Pekerja Rumah Tangga yang perlindungannya masih sangat kurang. Padahal seringkali perempuan dijadikan sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga. Di tengah kondisi masyarakat yang serba memprihatinkan tersebut teryata para pejabat Negara, baik legislatif maupun eksekutif masih berlomba-lomba untuk menghabiskan uang rakyat dengan membuat perencanaan pembangunan yang tidak masuk akal. Lihat saja misalnya dana perbaikan toilet di Gedung Nusantara I DPR yang memakan biaya hampir Rp 2 miliar. Mereka beramsusi bahwa sudah selama 17 tahun toilet di gedung tersebut tidak mengalami perbaikan. Para anggota dewan ini juga mengeluhkan kondisi toilet yang baud an jorok. Satu toilet dianggarkan RP. 100 juta. Secara logika saja sebenarnya anggaran tersebut tidak masuk akal, karena apabila anggaran tersebut dipergunakan untuk membangun rumah untuk orang miskin di desa tertinggal misalnya paling tidak dapat membangun 3-4 rumah. Selain perbaikan toilet, renovasi Ruang rapat Badan Anggaran (Banggar) DPR juga memakan dana yang tidak sedikit. Renovasi ruangan tersebut menghabiskan dana hampir 20 milyar. Tidak sampai disitu, masih banyak lagi anggaran-anggaran yang tidak masuk akal lainnya yang ditemukan oleh Seknas FITRA, misalnya anggaran jasa kebersihan sebesar 15 milyar, proyek pengadaan kalender 2012 yang berisi 13 halaman dianggarkan sebesar Rp1,3 miliar, anggaran pemberian makan rusa DPR sebesar Rp. 598 juta, gorden anggota DPR Rp. 6 juta/meter dan masih banyak lagi anggaran-anggaran lainnya. Senada dengan anggota DPR, pihak pemerintahpun juga berlomba-lomba menghabiskan dana untuk pembangunan. Misalnya saja anggaran untuk Renovasi Istana dan Setneg yang mencapai lebih dari Rp 80 Miliar. Demikian juga dengan yang terjadi di DPRD DKI Jakarta, di saat kondisi rakyat yang memprihatinkan, para politisi Kebon Sirih siap menggelontorkan dana sebesar Rp85 miliar. Dana tersebut bukan untuk membantu biaya pendidikan bagi anak yang tidak mampu atau membuatkan tempat tinggal bagi kaum miskin kota, tapi dana itu untuk biaya renovasi gedung DPRD.
Kalyanamitra Pusat Komunikasi dan Informasi Perempuan
Jl. SMA 14 No. 17, RT 009/09, Cawang, Jakarta Timur 17115 Telp. 021-8004712, Fax. 021-8004713 Email:
[email protected] Website: www.kalyanamitra.or.id
Edisi Perdana, Januari 2012
KALYANAMITRA
EdEEEEEE
D. Kesimpulan Kenyataan yang ada saat ini menunjukan bahwa perempuan sangat rentan terhadap terjadinya perkosaan, baik di ruang privat maupun ruang publik. Negara yang seharusnya berkewajiban melindungi perempuan dari kekerasan, pada kenyataannya tidak mampu menjalankan tugasnya. Hal tersebut tercemin dari aturan hukum yang tidak berpihak pada kepentingan perempuan. Oleh karenanya perkosaan terjadi pada semua perempuan di segala tingkatan sosial, ekonomi, pendidikan, agama, ras, umur dan dalam keadaan apapun. Perkosaan bisa terjadi pada siapa saja, dimana saja. Dalam segala bentuknya jelas perkosaan merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan sebuah tragedy kemanusiaan yang luar biasa keji. Perkosaan merupakan sebuah pelanggaran yang tidak bisa ditolerir tingkat kejahatannya, karena perkosaan telah menghabisi hak yang paling dasar yang dimiliki manusia, dalam hal ini perempuan. Oleh karenanya perlu dibangun suatu kesadaran bahwa perkosaan merupakan persoalan sosial, persoalan orang banyak, bukan hanya persoalan individual yang bersangkutan semata. Perkosaan bisa terjadi pada siapapun dan dimanapun, oleh karena itu tidak menyalahkan korban dengan berbagai alasan menjadi satu hal yang bisa dilakukan, karena pada tahap ini korban memerlukan dukungan dari banyak pihak. Keadilan belum berpihak pada perempuan yang menjadi korban dari kekerasan. Dalam kasus perkosaan yang dialami oleh perempuan aparat penegak hukum tidak pernah melihat bahwa ada beban psikologis yang akan ditanggung oleh perempuan seumur hidupnya. Perkosaan seringkali dilihat sebagai kasus kriminal biasa tanpa memperhitungkan kondisi psikologis dari korban. Selama ini aparat penegak hukum menggunakan pasal 285 Kitab Undang-undang Hukum Pidana kepada para pelaku perkosaan yang ancaman hukumnya paling lama 12 tahun. Indonesia telah meratifikasi Konvensi CEDAW (Convention on Elimination of All Forms of Discrimination Against Women) melalui UU No. 7 Tahun 1984. Dalam pasal 1 UU tersebut berbunyi “…setiap perbuatan kekerasan berdasarkan gender yang mengakibatkan, atau besar kemungkinannya akan mengakibatkan kesengsaraan atau penderityaan perempuan secara fisik, seksual, atau psikologis, termasuk ancaman tindakan tertentu, pemaksanaan, atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang, baik yang terjadi di depan umum atau dalam kehidupan pribadi”. Itu artinya merupakan kewajiban Negara untuk memberikan perlindungan terhadap perempuan. Negara juga wajib menjamin rasa aman bagi setiap warganya, tak terkecuali perempuan baik di luar negeri maupun di dalam negeri. Namun sayangnya pejabat di Negara tercinta ini lupa akan apa yang menjadi tugasnya. Negara lupa apa yang menjadi kewajibannya. Mereka tidak hanya lupa untuk memberikan perlindungan terhadap setiap warga negaranya tapi mereka juga lupa untuk bagaimana menyejahterakan rakyat. Berbagai persoalan yang masih dialami negeri ini seakan tidak pernah mereka lihat bahwa itu persoalan yang harus diselesaikan. Tidak heran kalau angka kematian
Kalyanamitra Pusat Komunikasi dan Informasi Perempuan
Jl. SMA 14 No. 17, RT 009/09, Cawang, Jakarta Timur 17115 Telp. 021-8004712, Fax. 021-8004713 Email:
[email protected] Website: www.kalyanamitra.or.id
Edisi Perdana, Januari 2012
KALYANAMITRA
EdEEEEEE
ibu masih cukup tinggi, mencapai 228/100 ribu kelahiran hidup. Demikian juga dengan angka kemiskinan yang belum juga teratasi. Masih banyak hal yang harus dibenahi Negara ini kalau memang mau dapat mencapai apa yang sudah disepakati bersama Negara-negara di dunia lainnya, yaitu pencapaian target MDGs di tahun 2015 nanti. Dengan kondisi yang ada saat ini target tersebut tentu saja masih sangat jauh dari jangkauan. Rekomendasi Untuk memberi efek jera pada pelaku pemerkosaan, maka hukuman yang setimpal harus diberikan pada pelaku. Selama ini walau dalam KUHP hukuman pencara bagi pelaku paling lama 12 tahun, seperti yang tertuang Pasal 285 Kitap Hukum Undang-Undang Pidana (KUHP): “barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita yang bukan istrinya bersetubuh dengan dia, diancam karena melakukan perkosaan dengan pidana pencata paling lama dua belas tahun, namun pada kenyataannya pelaku mendapatkan penghukuman kurang dari 12 tahun. Tentu saja hal tersebut tidak sesuai dengan apa yang dialami oleh korban, karena beban psikologis yang akan ditanggung seumur hidup oleh korban. Merevisi UU KUHP juga satu hal yang dapat dilakukan dengan memberi penghukuman yang sesuai dengan apa yang alami oleh korban. Perlu didorong adanya Undang-Undang Anti Kekerasan Seksual, yang memberikan keadilan kepada perempuan. Sementara dalam kasus perkosaan di ruang publik, aparat penegak hukum harus melakukan tindakan yang tegas pada pelaku dan melakukan monitoring kebijakan yang sudah ada. *****
Kalyanamitra Pusat Komunikasi dan Informasi Perempuan
Jl. SMA 14 No. 17, RT 009/09, Cawang, Jakarta Timur 17115 Telp. 021-8004712, Fax. 021-8004713 Email:
[email protected] Website: www.kalyanamitra.or.id