BAHASA FIGURATIF DAN PESAN MORAL DALAM KUMPULAN PUISI LAGU CINTA PARA PENDOSA KARYA ZAIM ROFIQI : KAJIAN STILISTIKA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA
NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Dan Daerah
Disusun Oleh: Niken Indah Saputri A310 09 0104
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKATRA 2013
BAHASA FIGURATIF DAN PESAN MORAL DALAM KUMPULAN PUISI LAGU CINTA PARA PENDOSA KARYA ZAIM ROFIQI : KAJIAN STILISTIKA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA ABSTRAK NIKEN INDAH SAPUTRI A310090104 Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan dan menjelaskan pemanfaattan bahasa figuratif dengan menggunakan kajian stilistika dalam Kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa. (2) Mendeskripsikan pesan moral dalam kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa. (3) Mendeskripsikan implementasi bahasa figuratif dan pesan moral dalam kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa sebagai bahan ajar sastra Bahasa Indonesia di SMA. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah bahasa figuratif dan pesan moral dengan tinjauan stilistika dan implementasinya sebagai bahan ajar Bahasa dan Sastra di SMA pada penggalan puisi dalam kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa. Sumber data yang diperoleh dari penggalan puisi dalam kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa berjumlah 10 judul puisi. Teknik pengumpulan data yakni, teknik pustaka, simak, dan catat. Teknik analisis data yang digunakan adalah model semiotik, yakni pembacaan heuristik dan hermeneutik. Hasil penelitian ini adalah (1) pemanfaatan bahasa figuratif dalam kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa berupa majas dan tuturan idiomatik. Majas yang terdapat dalam kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa adalah (a) majas personifikasi, (b) majas metafora, (c) majas hiperbola, (d) majas simile, dan (e) majas metonimia. Tuturan idiomatik yang terdapat dalam penggalan puisi kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa terdapat satu data yaitu „Taman Surga‟. (2) pesan moral dalam kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa dari segi moral menggunakan kajian semiotik. Pesan Moral dalam kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa meliputi, pesan moral kejujuran, moral kesadaran diri, moral bertanggung jawab, moral kebenaran, dan moral kerendahan hati. (3) Implementasi bahasa figuratif dan pesan moral puisi pada kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa sebagai bahan ajar Sastra di SMA, yakni terdapat pada standar kompetensi mendengarkan 5. memahami puisi yang disampaikan secara langsung/tidak langsung dengan kompetensi dasar 5.1 mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman, dilanjutkan 5.2 mengungkapkan isi suatu puisi yang disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman.
Kata kunci: bahasa figuratif, pesan moral puisi, kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa, kajian stilistika, bahan ajar Sastra di SMA
A. PENDAHULUAN
Puisi sebagai salah satu karya seni sastra dapat dikaji dari bermacam-macam aspeknya. Puisi dapat dikaji struktur dan unsurunsurnya, mengingat bahwa puisi itu adalah struktur yang tersusun dari bermacam-macam unsur dan sarana-sarana kepuitisan (Pradopo, 1987:3). Zaim Rofiqi adalah seorang penulis muda yang karya-karyanya sangat segar dan hasil karyanya termasuk dalam puisi baru. Isi yang terkandung di dalam kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa ini mengandung makna-makna dan kata-kata yang sebenarnya mudah dipahami tetapi dibuat agak sedikit rumit dengan mempermainkan katakata di dalamnya sehingga terbentuk sebuah puisi yang apik. Dipilihnya puisi Lagu Cinta Para Pendosa karya Zaim Rofiqi dikarenakan kumpulan puisi ini masih baru dan belum banyak yang meneliti. Selain itu kumpulan puisi ini mengisahkan atau menceritakan kehidupan sehari-hari sang penyair. Penyair dalam menciptakan puisi itu memikirkan bunyi yang merdu dan kontras antar lariknya. Rumusan masalah dalam penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini. (1) Bagaimana pemanfaatan bahasa figuratif yang digunakan Zaim Rofiqi dalam kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa (LCPP)?. (2) Bagaimanakah pemaknaan bahasa figuratif puisi dalam kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa (LCPP)?. (3) Bagaimana implementasi bahasa figuratif puisi dalam kumpulan puisi puisi Lagu Cinta Para Pendosa (LCPP) sebagai bahan ajar sastra Bahasa Indonesia di SMA?. Dalam penelitian ini ada tiga tujuan yang ingin dicapai, yaitu: (1) untuk mendiskripsikan dan menjelaskan pemanfaattan bahasa figuratif dalam Kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa (LCPP), (2) untuk mendiskripsikan makna bahasa figuratif
puisi dengan menggunakan
kajian stilistika dalam kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa (LCPP), (3) untuk mendiskripsikan implementasi bahasa figuratif dalam kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa (LCPP) sebagai bahan ajar sastra Bahasa Indonesia di SMA.
1
Puisi merupakan sebuah struktur yang kompleks, maka untuk memahaminya perlu dianalisis sehingga dapat diketahui bagian- bagian serta jalinannya secara nyata (Pradopo, 2007:14). Pradopo (2007:7) juga berpendapat
bahwa
puisi
itu
mengekspresikan
pemikiran
yang
membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama. Stilistika adalah ilmu yang meneliti penggunaan bahasa dan gaya bahasa di dalam karya sastra. Dapat dikatakan bahwa stilistika adalah proses menganalisis karya sastra dengan mengkaji unsur-unsur bahasa sebagai medium karya sastra yang digunakan sastrawan, sehingga terlihat bagaimana
perlakuan
sastrawan
terhadap
bahasa
dalam
rangka
menuangkan gagasannya (subyek matter) (Al-Maruf, 2010:14). Menurut Endraswara (2003) stilistika adalah penggunaan gaya bahasa secara khusus dalam karya sastra. Bahasa figuratif diartikan sebagai satuan kebahasaan yang memiliki makna yang tidak langsung, makna yang terkandung di balik kata yang tertulis (eksplisit). Dalam karya sastra, bahasa figuratif bersifat prismitis, memancarkan makna lebih dari satu. Pada dasarnya bahasa figuratif digunakan oleh sastrawan untuk menciptakan imajinasi dan daya asosiatif dan pengungkapan terkesan lebih hidup (Al-Ma‟ruf, 2010:161). Waluyo (dalam Al-Ma‟ruf, 2009:59-60) menyebut bahwa bahasa figuratif atau bahasa kias digunakan oleh sastrawan untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak langsung untuk mengungkapkan makna. Kata semiotika berasal dari kata Yunani semeion, yang berarti tanda. Maka semiotika berarti ilmu tanda. Semiotika adalah cabang ilmu yang berurusan dengan penkajian tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi penggunaan tanda (Zoest, 1993: 1). Menurut Prierce (dalam Zoest, 1993:23-25) membedakan tiga macam tanda menurut sifat penghubungan tanda dan denotatum:
2
a. Ikon: Tanda ikon adalah tanda yang ada sedemikian rupa sebagai kemungkinan, tanpa tergantung pada adanya sebuah denotatum, tetapi dapat dikaitkan dengannya atas dasar suatu persamaan yang secara potensial dimilikinya. b. Indeks: Indeks adalah sebuah tanda yang dalam hal corak tandanya tergantung dari adanya sebuah denotatum. c. Lambang: Simbol (lambang) adalah tanda yang hubungan antara tanda dan denotatumnya ditentukan oleh suatu peraturan yang berlaku umum. Menurut Faqih (dalam Shobahiya dan Rosyadi, 2005:89) Istilah moral berasal dari bahasa latin mores, yaitu bentuk plural dari emos, yang berarti adat kebiasaan. Jadi moral dikatakan sebagai nilai dasar dalam masyarakat untuk menentukan baik-buruknya suatu tindakan yang pada akhirnya menjadi adat istiadat masyarakat tersebut. Menurut (Iskandarwassid dan Sonendar, 2010:171) bahan ajar merupakan seperangkat informasi yang harus diserap peserta didik melalui pembelajaran yang menyenangkan. Peserta didik harus benar-benar merasakan manfaat bahan ajar atau materi itu selelah ia mempelajarinya. Secara umum, sifat bahan ajar dapat dibedakan ke dalam beberapa kategori, yaitu fakta, konsep, prinsip, dan ketrampilan. Standar Kompetensi mata pelajaran dapat didefinisikan sebagai “pernyataan tentang pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang harus dikuasai serta tingkat penguasaan yang diharapkan dicapai dalam mempelajari suatu mata pelajaran” (Center for Civis Education dalam Majid, 2011:42). Kompetensi dasar adalah pernyataan minimal atau memadai tentang pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak stelah peserta didik menyelesaikan suatu aspek atau subaspek mata pelajaran tertentu (Iskandarwassid dan Sunendar, 2010:170).
3
B. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus terpancang. Adapun objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah bahasa figuratif dan citraan dengan kajian stilistika dalam kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa karya Zaim Rofiqi, diterbitkan oleh Alvabet, Jakarta 2009, dengan tebal 100 halaman. Data dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Data primer dalam penelitian ini adalah teks dari puisi-puisi dari kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa sajak-sajak karya Zaim Rofiqi. Adapun sumber data sekunder berasal dari berbagai pustaka yang mengkaji tentang bahasa figuratif seperti di dalam buku Kajian Stilistika yang mengkaji tentang Stilistika Novel Ronggeng Dukuh Paruk, hasil penelitian terdahulu, makalah maupun artikel pada jurnal ilmiah. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data ini menggunakan teknik pustaka dan catat.
Penelitian
ini
menggunakan
teknik
triangggulasi
teoretis.
Trianggulasi teoretis digunakan dalam membahas permasalahan yang dikaji. Langkah kedua dengan pembacaan hermeneutik, yaitu dengan membaca puisi Lagu Cinta Para Pendosa lebih lanjut secara mendalam dan berulang-ulang untuk memahami isi puisi Lagu Cinta Para Pendosa.
4
C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Bahasa Figuratif Pada Kumpulan Puisi Lagu Cinta Para Pendosa Karya Zaim Rofiqi Dalam hal ini analisis bahasa figuratif dikhususkan pada dua jenis bahasa figuratif yakni: (a) Majas, dan (b) Tuturan Idiomatik. a. Pemajasan Berikut akan dipaparkan analisis majas yang terkandung dalam kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa karya Zaim Rofiqi. 1) Majas Personifikasi Benda-benda mati dilukiskan memiliki kemampuan dan keadannya seperti manusia yang dapat bergerak, berhias, sakit, sengsara, tua, dan lain sebagainya. (3) Ruang demi ruang// semakin Penuh keluhan, ratapan, rancauan (hlm.5) (5) Matahari Melaju (hlm.5) (6) Hari Melaju (hlm. 5) Pada data (3) mengandung majas personifikasi karena benda mati yaitu ruang dilukiskan memiliki kemampuan seperti manusia seperti mengeluh, meratapi seperti keadaan hati yang dirasakan oleh manusia. Demikian pula pada data (5) juga mengandung majas personifikasi karena benda mati yaitu matahari dilukiskan memiliki kemampuan seperti manusia yaitu melaju (berjalan). Pada data (6) benda mati yaitu hari disamakan dengan manusia yaitu melaju (berjalan). 2) Majas Metafora Majas
metafora
pengungkapan
maksud
menjadi
lebih
mengesankaan, lebih hidup, jelas dan menarik. Berikut data majas metafora dalam kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa. (4) Tembok waktu (hlm.5) (12) Penguasa segala kerajaan (hlm. 37)
5
Pada data (4) merupakan pemanfaatan majas metafora yaitu gaya bahasa yang membandingkan sesuatu yaitu sebuah tembok di sel penjara itu bagaikan sebuah tembok waktu bagi orang-orang di dalamnya untuk menunggu waktu kapan mereka keluar dari balik tembok sel tersebut. Demikian pula pada data (12) juga menggunakan majas metafora karena seorang guru diibaratkan adalah seorang penguasa kerajaan, kerajaan di dalam puisi ini bukan kerajaan-kerajaan seperti yang dimaksud di dongeng tetapi kerajaan disini adalah sebuah sekolah yang seorang guru mengajar di dalam sekolah tersebut. 3) Majas Hiperbola Seperti dikutip dari pernyataan Keraf (dalam Al-Ma‟ruf, 2010:144) bahwa hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan, dengan membesar-besarkan sesuatu hal. (2) Saat taman, jalan, pepohonan, mengilat (hlm.1) (7) Cahaya terlalu tajam (hlm. 26) (9) Membuat sinar tubuh kami semakin cemerlang (hlm. 28) Pada data (3) Kalimat tersebut menggambarkan bahwa taman, jalan,dan pepohonan itu mengilat padahal yang dimaksud didalam puisi tersebut adalah bahwa taman, jalan, dan pepohonan itu basah terkena air hujan sehingga terlihat seperti licin jika dilewati. Demikian pula pada data (7) juga menggunakan majas hiperbola karena kalimatnya melebihlebihkan yaitu cahayanya terlalu tajam. Sama halnya dengan data (9) juga memanfaatkan majas hiperbola dalam menggambarkan puisinya, yaitu Membuat sinar tubuh kami semakin cemerlang yang dimaksud dalam kalimat ini adalah seorang pelacur yang bekerja mencari uang dalam remang-remang kota dia merasa bangga dan seperti gadis yang paling cantik karena banyak pria hidung belang yang memakainya, dan uang yang di dapatnya semakin banyak.
6
4) Majas Simile Majas simele merupakan sarana retorika yang paling sederhanaa karena membandingkan suatu hal dengan hal lain yang sama atau mirip artinya. Berikut adalah data tentang majas simile. (10) Kami merasa bak patung hiasan (hlm.29) (16) yang agung seperti merapi (hlm.42) Penggunaan majas pada data (10) merupakan contoh pemanfaatan majas simile yaitu membandingkan sesuatu yang mirip artinya seperti pada kalimat Kami merasa bak patung hiasan artinya seseorang yang seperti tidak ada artinya dan dianggap mati seperti patung yang tidak bisa bicara. Pada data (16) juga menggunakan majas simile yaitu yang agung seperti merapi di dalam puisi ini menggambarkan bahwa cinta pertama itu berjuta rasanya dan bahagia memilikinya itu seperti gunung merapi yang tinggi yang tidak bisa berpindah tempat. 5) Majas Metonimia Majas
metonimia
dimanfaatkan
oleh
Zaim
Rofiqi
untuk
menggantikan nama suatu hal dengan nama lain. Hal tersebut dilakukan agar pengungkapan suatu hal tersebut lebih ekspresif dan mengesankan. Lihat data berikut. (27) Seperti sekumpulan cecurut kami disini terlempar tebuang (hlm. 31) Penggunaan majas pada data (27) merupakan contoh pemanfaatan majas metonimia karena menggantikan nama suatu hal dengan nama lain seperti dalam kalimat Seperti sekumpulan cecurut kami disini terlempar tebuang yang dimaksud dalam kalimat ini kumpulan cecurut
disini
menggambarkan sekumpulan orang-orang yang yang sedang berjudi, yang artinya adalah kumpulan orang penjudi yang riuh saat memainkan dadunya tanpa mempedulihan orang lain yang juga sedang main judi di sana. 6) Tuturan Idiomatik Berikut ini kan dikaji tuturan idimmatik dalam kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa yang dimanfaatkan Zaim Rofiqi guna mengefektifkan sarana
7
bahasa sekaligus mencapai intensitas dalam pengungkapan gagasan yang pada gilirannya akan mencapai efek estetis. (15) Taman Surga (hlm. 42) (21) Mulut Raksasa (hlm. 62) Penggunaan tuturan idiomatik pada data (15) yaitu taman surga pada kalimat puisi Kembali berseminya // taman surga pada judul puisi cinta pertama ini untuk mengibaratkan bahwa cinta pertama itu adalah sebuah perasaan yang mengagumkan dan bahagia sejuta rasanya seperti berada di dalam surga. Data (21) juga terdapat tuturan idiomatik ungkapan mulut raksasa pada kalimat puisi dan yang ia lihat Cuma cakrawala kosong seperti // mulut raksasa pada judul puisi Kota dapat diartikan bahwa sebuah kota yang kosong dan hampir tidak berpenghuni itu diibaratkan seperti sebuah kota yang sudah tertelan oleh mulut raksasa sehingga membuat orang enggan untuk menghuni kota tersebut karena kota tersebut terlihat menyeramkan seperti di dalam sebuah mulut raksasa.Tuturan idiomatik telah dimanfaatkan oleh Zaim Rofiqi secara efektif dan ekspresif. 2. Pesan Moral dalam Kumpulan Puisi Lagu Cinta Para Pendosa Karya Zaim Rofiqi Moral merupakan unsur isi, ia merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca, merupakan makna yang terkandung dalam sebuah karya, makna yang disarankan lewat cerita (Nurgiyantoro, 2009:320). a. Moral Kejujuran Menurut Magnis dan Suseno (1993:142) dasar setiap usaha untuk menjadi orang kuat secara moral adalah kejujuran. 1) Cinta Pertama Puisi
yang
berjudul
“Cinta
Pertama”
menceritakan
seseorang yang sedang jatuh cinta. Dia bertanya pada dirinya sendiri, apakah itu cinta? Dan apakah ini sebuah cinta yang sedang dia rasakan, karena apa yang dia rasakan membuat
8
hatinya bahagia. Dalam sekejap membuatnya seperti berada di dalam surga. Sebuah tanda Kembali berseminya taman surga ….. Kita pun kembali sadar Tak ada surga Kata //sebuah tanda//, //kembalinya taman surga// merupakan penanda seseorang bahwa dia sedang jatuh cinta. Kalimat //dan bersama lenguh terakhir, kita pun kembali sadar// merupakan sebuah petanda bahwa perasaan sepeti di surga itu hanyalah sebuah halusinasi sesaat saja, tetapi dia mengakui sebuah kejujuran bahwa dia merasakan cinta, cinta yang baru pertama dia rasakan selama ini. b. Moral Kesadaran Diri (Wawas Diri) Kesadaran diri adalah usaha manusia untuk mengelola dan membenahi dunia dan dirinya, dengan tujuan agar hidupnya semakin manusiawi (Hadiwardoyo, 2007:89). 2) Sel Puisi ”Sel” ini menceritakan seseorang yang sudah lama ditahan di dalam sel sampau dia hafal setiap jengkal yang ada di dalam rumah tahatan tersebut. Kita tahu Jalan-jalan itu __ruang demi ruang Semakin penuh keluhan, ratapan, Rancauan__ Kalimat // ruang demi ruang, Semakin penuh keluhan, ratapan, Rancauan__// merupakan penanda bahwa di dalam sel penjara itu suasananya tidak menyenangkan, dan untuk menunggu waktu untuk keluar dari dalam balik jeruji itu terasa begitu lama dan membosankan. Kata //kita// merupakan petanda yang memiliki memiliki pesan moral mawas diri, agar
9
setiap manusia bisa menjaga tingkah laku dan perbuatan agar tidak terjadi sebuah kesalahan yang fatal. 3) Para Pemabuk Puisi “Para Pemabuk” menceritakan seseorang yang sudah kecanduan dengan minuman keras. Cahaya terlalu tajam Lalu kami pun mulai belajar Kalimat //sebab di luar cahaya terlalu tajam// merupakan penanda yang menandai bahwa seorang pemabuk itu takut terkena sinar matahari karena sinar matahari membuatnya silau untuk melihat dunia luar karena pengaruh dari minuman keras tersebut. Kata //kami// merupakan petanda bahwa mereka sadar bahwa perbuatan yang mereka lakukan memanglah tidak baik dan harusnya sadar diri (mawas diri) akan perbuatannya. 4) Kota Puisi “Kota” menceritakan tentang sebuah kondisi kota yang sudah tidak terurus bahkan hampir sudah tidak berpenghuni. Tapi di kota ini ingatan hanya sebatas iklan Buram, berderet tak beraturan Kusan, dihantam bara siang Beku malam Suatu hari ia akan jadi malaikat Kalimat //tapi kota ini ingatan hanya sebatas papan iklan// merupakan sebuah penanda yang menandai bahwa kota ini memang sudah tidak ada lagi orang yang menghuninya, dan hanya tingga tempelan-tempelan iklan yang sudah tidak ada gunanya. Kata //ia// dalam puisi di atas adalah sebuah petanda bahwa suatu saat annti kota tua itu akan menjadi kota mati yang sudah tidak ada gunannya lagi untuk di pertahankan. c. Moral Tanggung Jawab Bertanggung jawab berarti suatu sikap terhadap tugas yang membebani kita. Kita merasa terikat untuk menyelasaikannya, demi tugas itu sendiri (Magnis, 1993:145).
10
5) Subuh Puisi “Subuh” menceritakan sebuah kegigihan seseorang yang menjalani hari-harinya. Seseorang yang sangat rajin dalam bekerja dan membagi waktunya. Demi subuh Saat langit kosong Kalimat //demi subuh// adalah sebuah penanda bahwa seseorang itu melakukan pekerjaannya dari pagi-pagi buta. Dan kau menyusut Luluh Menjadi mereka Pada kalimat //dan kau luluh menjadi mereka// merupakan sebuah petanda bahwa sebelum orang-orang datang bekerja dia sudah bersiap dari subuh untuk melakukan rutinitasnya. d. Moral Kebenaran Kebenaran moral tidak menyesuaikan diri dengan kekuatankekuatan yang ada kalau itu berarti mengkompromikan kebenaran dan keadilan (Magnis, 1993:148). 6) Malam Terakhir Puisi “Malam Terakhir” menceritakan tentang sebuah pergantian tahun di sebuah perayaan tahun baru yang menyalakan kembang api di tengah riuhnya penonton. Dari 00.00 dan pergi Dan kini, mungkin yang tersisa hanya jejak Meski di dalam, luka lama mungkin bertambah
akan
Kalimat //dari 00.00 dan pergi// merupakan sebuah penanda untuk menandai bahwa pada pukul 00.00 adalah sebuah tanda pergantian tahun. Pada kalimat //meski di dalam, luka lama mungkin akan bertambah// merupakan sebuah petanda bahwa tokoh dalam puisi tersebut berusaha untuk melupakan masa lalunya walaupun itu akan terasa sakit nantinya karena hanya dengan
11
itu dia ingin bisa lepas dari belenggu masa lalunya yang selalu membuatnya sakit. 7) Para Pendosa Puisi “Para Pendosa” menceritakan sebuah kisah perjalanan hidup seseorang yang dulunya dia bisa hidup berfoya-foya dengan menikmati berbagai macam kegiatan yang membuat mereka bahagia dan senang. Kami pernah merasa seperti kunang-kunang ….. Kami mencoba bertahan Kalimat //kami pernah merasakan seperti kunang-kunang// merupakan sebuah penanda bahwa mereka pernah merasakan kesenangan dulu sebelum kota itu berubah menjadi tembok yang menjulang menjadi sebuah bangunan baru. Kalimat //kami mencoba bertahan// merupakan sebuah petanda bahwa mereka berusaha untuk mencari kesenangan baru di tempat lain yang ditandai dengan adanya kalimat //membuka jalan-jalan baru// ini merupakan sebuah tanda bahwa mereka berani untuk berpetualang di tempat yang baru walaupun itu terasa begitu asing bagi mereka, tetapi itulah keinginan mereka mencari tempat dimana mereka bisa merasakan kesenangan seperti dahulu lagi. e. Moral Kerendahan Hati Dalam bidang moral kerendahan hati tidak hanya berarti bahwa kita sadar akan keterbatasan kebaikan kita, melainkan juga bahwa kemampuan kita untuk memberikan penilaian moral terbatas. 8) Pagar Sekolah Puisi “Pagar Sekolah” menceritakan seorang anak yang berusia 13-14 tahun. Anak itu ingin sekali bersekolah tetapi biaya
yang menghalanginya sehingga dia tidak dapat
bersekolah.
12
Pada asing yang ingin ia kenal Papan hitam tulisan, Pada kalimat //pada asing yang ingin ia kenal// merupakan sebuah penanda betapa ingin sekali dia mengikuti semua kegiatan belajar di dalam kelas, menerima pelajaran, dan bermain-main bersama teman-teman sebayanya. Bulan demi bulan Menggertakkan kata: “bayar”!!” Dan ia hanya diam Sebab ia hanya punya harapan Harapan seperti penyakit cacar Sebab ia hanya punya impian Impian tentang sebuah kerajaan Kalimat //menggertakkan kata: “bayar‟‟!!”// dan kalimat //dan ia hanya diam// ini merupakan sebuah petanda yang menandakan bahwa ia tidak mempunyai uang untuk membayar masuk sekolah. 9) Aku Puisi “aku” menceritakan seorang yang ingin menjadi elastis dalam mendampingi seseorang yang dikasihinya, seseorang yang tidak ingin menjadi kaku dalam menjalin hubungan yang apa adanya mengalir seperti air. Bukan hijau Yang kadang membuatmu silau Bukan merah Yang kadang membuatmu terbakar Bukan kuning Yang kadang membuatmu kuyu Bukan biru Yang kadang membuatmu menangis Kata //bukan// dalam puisi di atas merupakan sebuah penanda bahwa dari kata //bukan// dapat mengartikan bahwa seseorang di dalam puisi itu menceritakan dia tidak ingin menjadi siapasiapa untuk bisa membuat orang yang dia cintai bahagia, dia ingin menjadi dirinya sendiri untuk mengungkapkan rasa sayang pada kekasihnya.
13
Bersamaku, kau akan selalu terjaga Sebab kau akan tersesat Kalimat //bersamaku, kau akan selalu terjaga// merupakan sebuah petanda yang menandai bahwa dia menjamin kepada kekasihnya, bahwa dia akan selalu menjaga kekasihnya dalam hal apapun. 3.
Implementasi Bahasa Figuratif dalam Kumpulan Puisi Lagu Cinta Para Pendosa sebagai Bahan Ajar sastra Indonesia di SMA Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam pembelajaran sastra di SMA. Larik-larik puisi dalam kumpulan puisi Lagu Cinta ara Pendosa ini terdapat bahasa figuratif yang berupa majas dan tuturan idiom. Dengan demikian, skripsi ini merupakan implementasi sebagai bahan ajar Bahasa Indonesia di SMA yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Standar kompetensi dan kompetensi dasar merupakan komponen yang penting dalam pencapaian atau pemahaman materi ajar yang diberikan untuk siswa. Standar kompetensi juga merupakan kerangka yang menjelaskan dasar pengembangan program pembelajaran yang tersetruktur, sehingga proses pengembangan kurikulum adalah fokus dari penilaian, meskipun kurikulum lebih banyak berisi
tentang dokumen pengetahuan,
keterampilan dan sikap dari bukti-bukti untuk menunjukkan bahwa siswa yang akan belajar telah memiliki pengetahuan dan keterampilan awal (Majid, 2011:42). Menurut Majid (2011:43) kompetensi dasar adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang minimal harus dikuasai peserta didik untuk menunjukkan bahwa siswa telah menguasai standar kompetensi yang ditetapkan. Hal demikian disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar pada kelas X semester gasal, yakni. 5. Memahami puisi yang disampaikan secara langsung/tidak langsung. 5.1 Mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman. 5.2 Mengungkapkan isi suatu puisi yang disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman. Dengan adanya standar
14
kompetensi dan kompetensi di atas, siswa diharapkan mampu mempelajari materi pembelajaran sastra sekaligus materi bahasa di sekolah dan mampu mengambil pesan moral yang terkandung dalam larik puisi Zaim Rofiqi untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. D. Simpulan Dari analisis
pemanfaatan bahasa figuratif dan pemaknaan
yang
digunakan pada kumpulan puisi Lagu Cinta para Pendosa karya Zaim Rofiqi di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, bahasa figuratif yang unik dan khas dalam kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa berupa majas dan tuturan idiomatik. Majas yang terdapat dalam kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa, antara lain: (1) majas personifikasi, (2) majas metafora, (3) majas hiperbola, (4) majas simile, dan (5) majas metonimia. Tuturan idiomatik yang terdapat dalam kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa hanya terdapat dua data, yaitu „Taman Surga‟ dan „Mulut Raksasa‟. Kedua, makna bahasa figuratif dalam kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa dibagi menjadi dua, yakni (1) pemaknaan majas dan (2) pemaknaan tuturan idiomatik. Pemaknaan majas dalam larik puisi dalam kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa banyak mengandung pesan moral, di antaranya pesan moral kejujuran, moral kesadaran diri, moral tanggung jawab, moral kebenaran, dan moral kerendahan hati. Ketiga, implementasi bahasa figuratif dalam puisi Lagu Cinta Para Pendosa sebagai bahan ajar Bahasa Indonesia di SMA yakni terdapat pada standar kompetensi mendengarkan 5. memahami puisi yang disampaikan secara langsung/tidak langsung dengan kompetensi dasar 5.1 mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman, dilanjutkan 5.2 mengungkapkan isi suatu puisi yang disampaikan secara langsung atau pun melalui rekaman.
15
E. DAFTAR PUSTAKA Al-Ma‟ruf, Ali Imron. 2009. Stilistika:Teori, Metode, dan Aplikasi Pengkajian Estetika Bahasa. Solo: CakraBooks. Aminudin,1995. Stilistika, Pengantar memahami Bahasa dalam Karya sastra. Semarang: IKIP semarang Press. Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Wodyatama. Hardiwardoyo, Purwa. 2007. Moral dan Masalahnya.Yogyakarta: Kanisius. Iskandarwassid dan Sunendar, Dadang. 2010. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya. Magnis, Franz dan Suseno. 1993. Etika Dasar Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral. Yogyakarta: Kanisius. Majid, Abdul.2011. Perencanaan Pembelajaran.Bandung: Remaja Rosdakarya. Moleong, L. J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nurgiyantoro, Burhan. 2009. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Pradopo, Rachmat Djoko. 2007. Pengkajian Puisi. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press. Rofiqi, Zaim. 2009. Lagu Cinta Para Pendosa. Jakarta: Alvabet. Tarigan, Guntur Henry.1984. Prinsip-Prinsip dasar Sastra.Bandung: Angkasa. Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya. Wahyuningtyas dan Santosa. 2011: sastra: Teori dan Implementasi. Surakarta: Yuma Pustaka. Waluyo, H.J. 1995. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga Zoest, Aart van. 1993. Semiotika (Tentang Tanda, Cara Kerjanya dan Apa yang Kita Lakukan Dengannya). Diterjemahkan oleh Ani Soekowati.Jakarta: Yayasan Sumber Agung.
16