PELUANG EKSPOR JASA INDONESIA KE JEPANG MELALUI MODE 3 (COMMERCIAL PRESENCE) DAN MODE 4 (MOVEMENT OF NATURAL PERSONS) PADA KERJASAMA IJEPA Indonesia’s Services Export Opportunities to Japan Through Mode 3 (Commercial Presence) and Mode 4 (Movement of Natural Persons) Under IJEPA Muhammad Fawaiq Pusat Kebijakan Kerjasama Perdagangan Internasional, Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan, Kementerian Perdagangan-RI, Jl. M.I. Ridwan Rais No.5 Jakarta Pusat,
[email protected] Naskah diterima: 07 Oktober 2013 Disetujui diterbitkan: 2 Mei 2014
Abstrak Kemitraan ekonomi Indonesia dan Jepang (IJEPA) telah diratifikasi pada tahun 2008. Dalam lima tahun implementasinya, pemanfaatan sektor jasa Jepang oleh Indonesia hanya terbatas pada jasa perawat dan caregiver. Penelitian ini bertujuan memberikan informasi mengenai komitmen Jepang dan identifikasi sektor jasa yang dibuka oleh Jepang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif untuk membandingkan komitmen antara Indonesia dengan Jepang dan metode Indeks Hoekman untuk memetakan tingkat komitmen sektor jasa kedua negara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Jepang membuka 137 sub sektor dan rata-rata sebanyak 100 sub sektor diantaranya dibuka tanpa persyaratan. Peluang ekspor tertinggi Indonesia ke Jepang pada moda 3 dan moda 4 yaitu 27 sub sektor jasa bisnis, lima sub sektor jasa komunikasi, dua sub sektor jasa pendidikan, empat sub sektor jasa lingkungan, tiga sub sektor jasa pariwisata, empat sub sektor jasa rekreasi, budaya dan olah raga, enam sub sektor jasa transportasi dan lima sub sektor jasa lainnya. Untuk dapat memanfaatkan peluang tersebut maka pemerintah Indonesia perlu mempromosikan sektor jasanya ke Jepang dan melakukan negosiasi lanjutan terkait penghapusan hambatan-hambatan lain di sektor jasa. Kata kunci: Pemanfaatan, IJEPA, Peluang Ekspor, Perdagangan Jasa Abstract Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) has been ratified in 2008. During the 5 years-implementation, Indonesia has been utilizing nurse and caregiver sectors. This research aims to review Japan’s commitment on trade in services and to identify which sectors/sub-sectors that could benefit Indonesia. Descriptive analysis is used to compare the commitments in services sector between Indonesia and Japan and Hoekman Index to map the degree of commitments. The results showed that Japan has committed to open 137 subsectors and to give full commitment to 100 subsectors. Among the services subsectors that can be utilized by Indonesia through Mode 3 (commercial presence) and Mode 4 (movement of natural person) are 27 in businesses, five in communication, two in education, four in recreation, six in transportation and five in other services. This study recommends Indonesia to promote her services sector to Japan and to negotiate in reducing other barriers in services sector. Keywords: Utilization, IJEPA, Export’s Opportunities, Trade in Services JEL Classification: F13, F14, F16, F21, F24
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.8 No. 1, JuLi 2014
25
PENDAHULUAN Penandatanganan kerjasama Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) dilakukan pada tanggal 20 Agustus 2007 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Perdana Menteri Jepang Shinzo ABE. Indonesia meratifikasi perjanjian ini melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 (Kemenkumham, 2008). Hal ini berarti bahwa perjanjian ini sampai tahun 2013 telah berjalan selama 5 tahun. Perjanjian IJEPA ini merupakan perjanjian bilateral yang pertama bagi Indonesia dan menempatkan Indonesia sejajar dengan negara pesaing di pasar Jepang, terutama yang sudah memiliki perjanjian Economic Partnership Agreement (EPA) dengan Jepang. Unsur-unsur utama dalam Perjanjian IJEPA meliputi beberapa sektor yaitu: Trade in Goods, Investment, Trade in Services, Movement of Natural Persons, Intellectual Property Rights, Cooperation, Competition Policy, Energy and Mineral Resources, Government Procurement, Custom Procedures, Improvement of Business Environment, Dispute Avoidance and Settlement (Ditjen KPI, 2007). Salah satu sektor penting yang diperjanjikan dalam kerjasama ini adalah sektor jasa. Sektor jasa merupakan sektor yang cukup penting bagi Indonesia dan Jepang jika dilihat dari perannya dalam perekonomian kedua negara.
26
Peran sektor jasa sebesar 40% dalam perekonomian Indonesia (Friawan, 2012), sementara peran sektor jasa dalam perekonomian Jepang cukup signifikan yaitu mencapai 72,4% (CIA Factbook, 2012). Menurut Friawan (2012), dalam periode 2001-2010 sektor jasa Indonesia tumbuh rata-rata sebesar 7,1% per tahun, lebih tinggi dari pertumbuhan sektor pertanian dan manufaktur yang masing-masing meningkat sebesar 3,5% dan 4,1%. Melihat tingginya pertumbuhan sektor jasa dibandingkan dengan pertumbuhan sektor lainnya dalam perekonomian Indonesia, tidak menutup kemungkinan akan dominannya sektor ini dalam perekonomian Indonesia di masa depan. Hal ini dapat didorong oleh banyaknya kesempatan dalam perdagangan sektor jasa yang diberikan oleh negara mitra dagang Indonesia yang salah satunya adalah Jepang melalui kerjasama IJEPA. Kerjasama IJEPA ini dapat menjadi kesempatan bagi Indonesia dalam meningkatkan kinerja perdagangan jasanya, namun sejak penandatanganan IJEPA (2007) neraca perdagangan Indonesia dengan Jepang di sektor jasa selalu defisit. Indonesia pernah mengalami surplus perdagangan di sektor jasa antara tahun 2000-2003 kemudian defisit antara tahun 2004-2006 (sebelum ditandatangani IJEPA) dan defisit tersebut cenderung membesar setelah penandatanganan IJEPA.
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.8 No. 1, JuLi 2014
1
Neraca perdagangan sektor jasa antara negara-negara ASEAN dengan Jepang
antara tahun 2000-2011 ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Neraca Perdagangan Sektor antara Negara-Negara Tabel 1. Neraca Perdagangan SektorSektor Jasa antara Negara-Negara ASEAN dengan Tabel 1. Neraca Perdagangan Sektor Jasa antara Negara-Negara Tabel 1. Neraca Perdagangan JasaJasa antara Negara-Negara ASEAN ASEAN dengan Jepang, 2000-2011 ASEAN dengan Jepang, 2000-2011 Jepang, 2000-2011 dengan Jepang, 2000-2011 2003 2004 20052006 2006 2007 2008 2009 20102011 2011 20002000 20012001 20022002 2003 2004 2005 2007 2008 2009 2010 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Indonesia 0,64 0,35 0,44 0,13 -0,10 -0,10 -0,34 0,04 -0,28 -0,10 -1,63 -1,54 0,440,56 0,131,44 -0,102,40 -0,10 -0,34 -0,28 -0,10 -1,63 -1,54 Indonesia 0,64 0,51 0,350,65 -0,10 -0,34 0,04 -0,28 -0,10 -1,63 -1,54 Indonesia Malaysia 1,42 1,060,04 1,00 1,80 0,53 0,14 -0,67 Philippines 0,29 0,37 0,42 -0,16 -0,06 -0,29 0,64 0,35 0,49 0,51 0,62 0,47 0,560,37 1,440,25 2,400,751,42 1,80 -0,67 0,51 0,21 0,650,16 1,42 1,06 1,00 1,80 0,53 0,14 -0,67 Malaysia Malaysia Thailand -0,151,06 -1,061,00 -1,43 -1,940,53 0,310,14 0,11 0,36 TJEPAMJEPAPJEPAIJEP 0,37 0,42 -0,16 -0,06 Thailand-Japan -0,29 0,64 0,64 Economic 0,35 0,49 0,49 0,51 0,62 0,62 0,47 0,47 Philippines -0,29 0,35 0,51 Philippines Keterangan: 0,29 TJEPA: Penandatanganan Partnership Agreement MJEPA: Penandatanganan Malaysia-Japan Economic Partnership Agreement 0,21 0,16 -0,15 -1,06 -1,06 -1,43 -1,43 -1,94Partnership 0,31 0,11 0,11 0,36 Thailand 0,37 0,25 0,75 Philippines-Japan -0,15 -1,94 0,31 0,36 Thailand PJEPA: Penandatanganan Economic Agreement
IJEPA:
Penandatanganan Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement
TJEPA MJEPA PJEPA IJEPA
MJEPA PJEPA IJEPA : SesudahTJEPA penandatanganan kerjasama : Sebelum penandatanganan kerjasama
Penandatanganan Thailand-Japan Economic Economic Partnership PartnershipAgreement Agreement TJEPA: Keterangan: Sumber: CIA Factbook (2012), diolah Thailand-Japan Penandatanganan TJEPA: Keterangan: Penandatanganan Malaysia-Japan Malaysia-Japan Economic Economic Partnership PartnershipAgreement Agreement MJEPA: Penandatanganan MJEPA: Penandatanganan Philippines-Japan Economic Partnership Agreement PJEPA: Penandatanganan Philippines-Japan Economic Partnership Agreement PJEPA:
IJEPA: IJEPA:
Penandatanganan Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement Penandatanganan Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement : Sesudah penandatanganan kerjasama : Sesudah penandatanganan kerjasama : Sebelum penandatanganan kerjasama : Sebelum penandatanganan kerjasama Sumber: CIA CIA,Factbook Factbook(2012), (2012), diolah diolah Sumber: CIA Factbook (2012), diolah
Mode of supply: 1) Cross-border supply; 2)Thailand Consumption abroad;mengalami 3) Commercial Berdasarkan Tabel 1, negaraselalu defisit Mode of 4) supply: 1) of Cross-border supply; 2) Consumption abroad; 3) Commercial presence; Presence natural person negara Malaysia, neraca perdagangan jasa dengan presence;ASEAN 4) Presenceseperti of natural person Sector or subsector Limitation on market Limitation on national Additional Filipina Thailand memiliki neraca Jepang, namun neracaAdditional tersebut mulai Sector dan or subsector Limitation on market Limitation on national accsess treatment commitment perdagangan yang surplus surplus dari tahun 2008-2011. accsess setelah treatment commitment
penandatanganan kerjasama ekonomi Secara umum, ketiga negara I. HORIZONTAL COMMITMENTS dengan Jepang. Neraca perdagangan ASEAN (Malaysia, Filipina, dan Thailand) I. HORIZONTAL COMMITMENTS 1) 1) 12)) juga memiliki perjanjian kerjasama jasa Malaysia dengan 21))Jepang selalu yang 2 ) 23)) mengalami surplus dari3) tahun 2000ekonomi dengan jepang memiliki kinerja 3) 34)) 4 2011 dan hanya mengalami defisit neraca perdagangan yang lebih baik 4) 4) II. SECTOR-SPECIFIC COMMITMENTS sebesar minus USD 0,67 milyar pada dari Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari II. SECTOR-SPECIFIC COMMITMENTS 1) 1) tahun 2011. Adapun 21Filipina selalu semakin tingginya nilai neraca per12)) ) mengalami surplus perdagangan jasa dagangan ketiga negara tersebut. Hal 32) 23)) ) ) dengan Jepang setelah 43penandatangan ini 34)mengindikasikan bahwa negara4 ) 4 ) Sumber: WTO (2001) IJEPA pada tahun 2006. Empat tahun negara ASEAN tersebut lebih optimal Sumber: WTO (2001) setelah 1.penandatangan dalamBerdasarkan memanfaatkan hasil perjanjian Gambar Bentuk Schedulekerjasama of Commitment Dokumen S/L/92 Gambar 1. BentukJepang Schedule of Commitment Berdasarkan Dokumen ekonomi dengan (2004-2008), kerjasamanya dengan Jepang S/L/92 di sektor
Tabel 2. Indeks Hoekman Berdasarkan Tingkat Komitmen pada SOC Tabel 2. Indeks Hoekman Berdasarkan Tingkat Komitmen SOC Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.8 No. pada 1, JuLi 2014 No
No
Tingkat Komitmen yang tercantum pada SOC pada Mode 3 dan Mode 4 Tingkat Komitmen yang tercantum
Indeks Hoekman Indeks
2
27
jasa. Permasalahan terkait defisit TINJAUAN PUSTAKA neraca perdagangan jasa antara Schedule of Commitment (SOC) Indonesia dengan Jepang dapat diatasi Komitmen adalah istilah hukum dengan usaha peningkatan ekspor jasa yang digunakan untuk mendeskripsikan Indonesia ke Jepang. Untuk itu kewajiban suatu negara di bawah pemetaan terhadap peluang-peluang General Agreement on Trade in ekspor yang diberikan oleh Jepang Services dengan mengacu Tabel 1.sangat Neracapenting. Perdagangan Sektor Jasa(GATS) antara Negara-Negara menjadi agenda yang ASEAN dengan Jepang, kepada2000-2011 sektor-sektor jasa tertentu Masih kurangnya informasi ter(Public Citizen, 2006). Kebanyakan utama yang berkaitan dengan peluang 2000 2001 2002 2003 2004komitmen 2005 2006 2007 2008 2009 pada 2010 2011 adalah spesifik sektor ekspor sektor jasa Indonesia ke Jepang 0,64 0,35 0,44 0,13 -0,10ataupun -0,10 -0,34 -0,28 tertentu. -0,10 -1,63 Adapun -1,54 sub 0,04 sektor melalui Indonesia kerjasama IJEPA akan menyeschedule adalah daftar sektor/sub babkanMalaysia ketidakoptimalan peman0,51 dalam 0,65 0,56 1,44 2,40 1,42 1,06 1,00 1,80 0,53 0,14 -0,67 sektor jasa yang dikomitmenkan atau faatan perjanjian tersebut, sehingga 0,29 0,37 0,42 -0,16 -0,06ditawarkan -0,29 0,64 pada 0,35 0,49 0,51 0,62 0,47dan Philippines perundingan diperlukan suatu penelitian yang dapat sesuai dengan aturan GATS (Public memberikan informasi 0,21 mengenai peluang0,16 0,37 0,25 0,75 -0,15 -1,06 -1,43 -1,94 0,31 0,11 0,36 Thailand Citizen, 2006). Dengan demikian SOC peluang ekspor jasa Indonesia ke TJEPAadalah MJEPA PJEPA suatuIJEPA daftar mengenai sektor/ Jepang yang berguna dalam pemansub sektor jasa yang dikomitmenkan faatan perjanjian ini secara optimal. Penandatanganan atau Thailand-Japan Economic Partnership Keterangan: TJEPA: ditawarkan pada Agreement perundingan Penelitian ini bertujuan untuk memPenandatanganan Malaysia-Japan Economic Partnership Agreement MJEPA: perdagangan dimana strukturnya harus bandingkan antara komitmen Penandatanganan Jepang Philippines-Japan Economic Partnership Agreement PJEPA: mengacu kepada aturan GATS. Penandatanganan Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement dengan komitmen IJEPA: Indonesia dan meng: Sesudah penandatanganan kerjasama identifikasi sub sektor jasa Jepang yang : Sebelum penandatanganan kerjasama dapat dimanfaatkan oleh Indonesia. Sumber: CIA Factbook (2012), diolah
Mode of supply: 1) Cross-border supply; 2) Consumption abroad; 3) Commercial Mode of supply: 1)ofCross-border supply; 2) Consumption abroad; 3) Commercial presence; 4) Presence natural person presence; 4) Presence of natural person Sector or subsector Limitation on market Limitation on national Additional accsess treatmenton national Additional commitment Sector or subsector Limitation on market Limitation
accsess
I. HORIZONTAL COMMITMENTS 1) I. HORIZONTAL COMMITMENTS 2) 3)1) 4)2) II. SECTOR-SPECIFIC COMMITMENTS 3) 1) 4) 2) II. SECTOR-SPECIFIC COMMITMENTS 3) 4)1)
2)
treatment
commitment
1) 2) 13) ) 24) )
3) 41) ) 2) 3) 14) )
2)
Gambar 1. Bentuk Schedule of Commitment 3) 3) Berdasarkan Dokumen S/L/92
Sumber: WTO (2001) 4)
4)
Sumber: WTO (2001)
Gambar 1. Bentuk Schedule of Commitment Berdasarkan Dokumen S/L/92 Gambar 1. Bentuk Schedule of Commitment Berdasarkan Dokumen S/L/92
Sumber: WTO (2001)
28
Tabel 2. Indeks Hoekman Berdasarkan Tingkat Komitmen pada SOC
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.8 No. 1, JuLi 2014
No
Tingkat Komitmen yang tercantum pada SOC pada Mode 3 dan Mode 4
Indeks Hoekman
3
SOC terdiri dari dua bagian, bagian pertama yaitu komitmen horisontal dan bagian kedua yaitu komitmen sektor spesifik, seperti yang diilustrasikan pada Gambar 1 (WTO, 2001). Adapun penjelasan setiap bagian dari SOC adalah sebagai berikut (WTO, 2001): 1) Komitmen horisontal Bagian horisontal berisikan batasanbatasan yang bersifat economy-wide, yang diterapkan pada semua sektor dimasukkan ke dalam SOC. Poin-poin yang disertakan berupa laranganlarangan terhadap orang asing untuk memiliki lahan atau pemukiman atau hal lainnya yang dapat membuat mereka menerima subsidi. Setiap komitmen sektor spesifik harus mengacu pada batasan-batasan yang tercantum dalam bagian horizontal. Semua batasan horizontal diterapkan pada semua sektor perdagangan jasa yang tercantum di situ, kecuali terdapat klausul yang menyatakan maksud yang berbeda. 2) Komitmen sektor spesifik Komitmen sektor spesifik menetapkan tingkat liberalisasi suatu anggota pada sektor ataupun sub sektor. Seperti halnya pada komitmen horizontal, komitmen sektoral dibuat dalam empat kolom yaitu kolom pertama menentukan sektor atau sub sektor yang bersangkutan; kolom kedua menetapkan batasan bawah empat mode suplai pada akses pasar yang termasuk dalam enam jenis yang tercantum pada Article
XVI:2; kolom ketiga memuat pembatasan pada perlakuan nasional; dan kolom terakhir menyediakan kesempatan untuk membuat komitmen tambahan. Adapun hal-hal yang dimuat dalam kolom pembatasan akses pasar (kolom kedua dari SOC) sesuai dengan Para 39 GATS adalah pembatasanpembatasan seperti total nilai transaksi atau aset, jumlah jasa yang beroperasi dan kuantitas dari output, jumlah total natural person, restriksi atau kebutuhan mengenai jenis dari entitas legal atau joint venture serta pembatasan pada partisipasi modal asing (WTO, 2001). Pembatasan-pembatasan pada kolom perlakuan nasional (kolom ketiga dari SOC) antara lain mengenai diskriminasi pada subsidi dan tindakantindakan keuangan lainnya, kewarganegaraan yaitu warga negara atau permanen residen, persyaratan terkait perijinan, kualifikasi dan registrasi, persyaratan alih teknologi dan pelatihan, persyaratan muatan lokal, larangan kepemilikan lahan atau properti, pembatasan pada jaminan portabilitas dan penggunaan dana pendidikan. 3) Komitmen Tambahan Memasukkan kolom ini ke dalam SOC bukan merupakan kewajiban tetapi anggota boleh memutuskan untuk membuat komitmen tambahan pada sektor tertentu. Komitmen tambahan memuat tindakan-tindakan lain di luar tindakan-tindakan yang mengacu pada
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.8 No. 1, JuLi 2014
4
29
pasal XVI dan XVII (WTO, 2001). Adapun tindakan-tindakan tersebut seperti kualifikasi, standar teknis, persyaratan perijinan atau prosedur dan peraturan domestik lainnya yang konsisten dengan pasal VI (WTO, 2001). Komitmen tambahan menggambarkan suatu bentuk tindakan, bukan merupakan pembatasan (WTO, 2001). Sektor dan Mode of Supply dalam Perdagangan Jasa Berdasarkan klasifikasi WTO, sektor jasa dibagi menjadi 12 sektor yaitu jasa bisnis termasuk jasa profesional dan komputer; jasa komunikasi; jasa konstruksi dan jasa teknik terkait; jasa distribusi; jasa pendidikan; jasa lingkungan hidup; jasa keuangan; jasa terkait kesehatan dan sosial; jasa pariwisata dan perjalanan; jasa rekreasi, budaya, dan olahraga; jasa perhubungan; dan jasa lain yang tidak tercakup di atas (WTO, 1991). Adapun cara perdagangan ke dua belas sektor jasa tersebut menurut GATS dibagi menjadi 4 mode of supply yaitu mode 1 (cross-border), mode 2 (consumption abroad), mode 3 (commercial presence) dan mode 4 (movement of natural persons). Mode 1 yaitu jasa disuplai dari satu wilayah negara ke wilayah negara yang lain contohnya yaitu seorang arsitek dari Indonesia mengirimkan hasil desainnya melalui surat elektronik ke konsumennya di luar negeri. Mode 2 yaitu jasa disuplai dalam suatu wilayah negara untuk di konsumsi oleh
30
konsumen dari luar negeri contohnya wisatawan asing yang berwisata ke Bali. Mode 3 yaitu jasa disuplai melalui kehadiran badan usaha suatu negara dalam wilayah negara lain seperti bank asing yang beroperasi di Indonesia. Mode 4 yaitu keberadaan natural person oleh pemasok jasa dari salah satu negara anggota di wilayah negara anggota lainnya seperti sarjana teknik sipil Indonesia yang bekerja di Timur Tengah (Matto, Sterm, dan Zanini, 2007). Adapun komitmen yang diberikan pada setiap sektor/sub sektor di setiap mode berdasarkan dokumen WTO, S/L/92, yaitu komitmen penuh, dibuka dengan pembatasan dan tidak dikomitmenkan (WTO, 2001). Komitmen penuh (full commitment) yaitu suatu negara memberikan komitmen none yang berarti bahwa negara tersebut membuka sektor ataupun sub sektor jasanya tanpa diberikan pembatasan namun tetap mengacu pada komitmen horisontal. Pembatasan (limitation) yaitu suatu negara membuka sektor ataupun sub sektor jasanya tetapi memberikan pembatasan-pembatasan sesuai dengan peraturan-peraturan dan perundang-undangan yang berlaku di negara tersebut. Tidak diberikan komitmen (unbound) yaitu suatu negara tidak mengkomitmenkan atau masih menutup suatu sektor ataupun sub sektor jasanya. Penelitian-penelitian yang membahas tentang kerjasama perdagangan jasa terutama di Indonesia masih belum banyak jika dibandingkan dengan
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.8 No. 1, JuLi 2014
5
penelitian-penelitian lainnya terutama yang membahas tentang perdagangan barang. Hal ini disebabkan karena terbatasnya data perdagangan jasa sehingga kebanyakan penelitian lebih fokus untuk membahas kerjasama serta tingkat komitmen dalam kerjasama perdagangan jasa. Adapun penelitian yang terkait dengan posisi tingkat komitmen dengan alat analisis indeks Hoekman adalah penelitian yang dilakukan oleh Ishido (2011) dan penelitian yang dilakukan oleh Fukunaga dan Isono (2013). Penelitian lainnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Friawan (2012), Francois dan Hoekman (2010), Markusen, Rutherford dan Tarr (2005), Phili, P. L dan Ferretti, M.A. (2008), Nefussi dan Schwellnus (2010) dan Tim Peneliti pada Pusat Kebijakan Kerjasama Perdagangan Internasional (2013). Penelitian Ishido (2011) bertujuan untuk memetakan tingkat liberalisasi perdagangan jasa dibawa 4 (empat) kerangka kerjasama ASEAN+n. Metode yang digunakan adalah indeks Hoekman dan cluster analysis. Adapun temuan dari penelitian ini adalah tingkat komitmen antara sektor spesifik dan sektor tidak spesifik sangat berbeda, dan tingkat komitmen di negara-negara ASEAN di AFAS adalah yang paling tinggi jika dibandingkan dengan ASEAN+n (Ishido, 2011). Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Fokunaga dan Isono (2013) yaitu ASEAN+n menuju RCEP, penelitian ini menggunakan data indeksasi dengan indeks
hoekman pada penelitian Ishido (2011) yang kemudian digunakan untuk membandingkan posisi di AFAS dan ASEAN+n. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk membandingkan tingkat komitmen negara ASEAN di AFAS, ASEAN+n, dan tingkat komitmen Negara mitra dagang ASEAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Australia dan Selandia Baru (ANZ) merupakan negara mitra dagang ASEAN yang memberikan komitmen pada sektor jasa paling tinggi jika dibandingkan dengan mitra dagang ASEAN lainnya, sedangkan ASEAN memberikan AFAS 5 pada kerjasama AANZFTA. Apabila AFAS 5 dijadikan dasar dalam menyusun posisi di RECP, maka menurut Fokunaga dan Isono (2013) ASEAN dan ANZ tidak akan memperoleh keuntungan apapun dalam kerjasama tersebut. Rekomendasi dari penelitian Fokunaga dan Isono (2013) yaitu pengurangan hambatan dalam perdagangan jasa di antara negaranegara anggota RCEP. Adapun Francois dan Hoekman (2010) meneliti mengenai kaitan antara perdagangan dan investasi di sektor jasa serta bentuk umum pertumbuhan produktivitas dan pembangunan ekonomi. Penelitian ini dilakukan dengan cara studi pada literatur yang berkaitan dengan kontribusi perdagangan internasional dan investasi di sektor jasa, potensi keuntungan dari perdagangan, upaya dalam mencapai suatu perjanjian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa liberalisasi sektor
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.8 No. 1, JuLi 2014
6
31
jasa merupakan hal terpenting dalam kinerja ekonomi termasuk produktifitas sektor manufaktur dan koordinasi antar perusahaan dalam aktifitasnya. Kinerja sektor jasa dan kebijakan terkait juga merupakan faktor penting yang menentukan volume perdagangan, dampak distribusi dari perdagangan, dan susunan umum dari pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Secara bersamaan perdagangan jasa juga merupakan sumber daya yang dapat meningkatkan kegelisahan politik sebagai dampak globalisasi pada pasar tenaga kerja, terkait dengan off shoring dan potensi tuntutan atas upah di negara-negara maju. Markusen, Rutherford dan Tarr (2005) meneliti mengenai perdagangan dan investasi dalam perdagangan jasa dan pasar domestik untuk tenaga ahli. Penelitian menggunakan model fungsi produksi Cobb-Douglas untuk melakukan pemodelan perdagangan dan investasi asing di sektor jasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jasa asing adalah partial equlibrium substitusi dengan tenaga kerja terampil domestik, perdagangan jasa dapat menyediakan input penting yang hilang dan berbanding terbalik dengan keunggulan komparatif dalam barang jadi, pajak impor yang optimal dalam perdagangan jasa dapat menjadi subsidi, dan hasil pemodelan dinamik menunjukkan bahwa kemungkinan dapat terjadi kerugian bagi immobile workers selama masa transisi.
32
Penelitian yang dilakukan oleh Phili, P. L dan Ferretti, M.A. (2008) pada tahun 2008 mengenai susunan investasi Internasional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis korelasi antara pemilikan modal bilateral dengan kerjasama perdagangan bilateral di bidang barang dan jasa. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah analisis regresi data panel dengan fixed effect. Hasil penelitian menunjukkan pemilikan modal bilateral berkorelasi erat dengan kerjasama perdagangan bilateral, selain itu faktor kesamaan bahasa yang digunakan juga berasosiasi dengan kedekatan informasi. Nefussi dan Schwellnus (2010) meneliti mengenai pengaruh FDI pada sektor manufaktur terhadap FDI pada sektor jasa bisnis studi kasus pada data-data perusahaan Perancis. Penelitian ini menggunakan sekumpulan data perusahaan besar di Perancis untuk mengevaluasi faktor-faktor penentu pemilihan lokasi dalam sektor jasa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah conditional logit. Temuan dari penelitian ini yaitu permintaan hilir dari perusahan manufaktur Perancis mempunyai dampak yang positif terhadap pemilihan lokasi perusahaan jasa bisnis Perancis. Penelitian yang terkait lainnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Friawan (2012) yaitu liberalisasi sektor jasa di Indonesia masalah dan kebutuhan pengembangan kapasitas. Penelitian ini merumuskan beberapa permasalahan dalam liberalisasi jasa
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.8 No. 1, JuLi 2014
7
Indonesia
0,64 0,35 0,44 0,13 -0,10 -0,10 -0,34 0,04 -0,28 -0,10 -1,63 -1,54
Malaysia
0,51 0,65 0,56 1,44 2,40
1,42
1,06 1,00 1,80 0,53 0,14 -0,67
Philippines
0,29 0,37 0,42 -0,16 -0,06 -0,29
0,64 0,35 0,49 0,51 0,62 0,47
0,21 0,16 0,37 0,25 0,75 -0,15 -1,06 -1,43 -1,94 0,31 0,11 0,36 Thailand di Indonesia yaitu institusi dalam kan kinerja ekspor sektor pariwisata perundingan jasa masih baru, konflik Indonesia kendala dari sisi TJEPA MJEPA PJEPA memiliki IJEPA kepentingan yang berasal dari kelompenawaran terkait dengan daya saing. pok bisnis dan kementerian terkait, Penandatanganan Thailand-Japan Economic Partnership Agreement Keterangan: TJEPA: keamanan/ketahanan nasional, ketidakMETODE PENELITIAN Penandatanganan Malaysia-Japan Economic Partnership Agreement MJEPA: pahaman akan potensi keuntungan dari Metode Analisis Penandatanganan Philippines-Japan Economic Partnership Agreement PJEPA: liberalisasi jasa (impor dan informasi) Penandatanganan Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement IJEPA: Metode analisis yang pertama yaitu karena kurangnya informasi dan data : Sesudah penandatanganan kerjasama analisis deskriptif yang dilakukan untuk pendukung. Adapun rekomendasi dari : Sebelum penandatanganan kerjasama mendeskripsikan dan membandingkan penelitian ini yaitu berkaitan dengan Sumber: CIA Factbook (2012), diolah komitmen Indonesia dan Jepang pada penentuan prioritas dalam peningkatan kerjasama IJEPA. Deskripsi dan kapasitas yang akan dilaksanakan Mode of supply: 1) Cross-border supply; 2) Consumption abroad; 3) Commercial perbandingan dilakukan berdasarkan secara 4) bertahap. presence; Presence of natural person jumlah sub sektor yang dibuka dan Tim Peneliti di Pusat Kebijakan Sector or subsector Limitation on market Limitation on national Additional tingkat komitmen yang diberikan. Kerjasama Perdagangan Internasional, accsess treatment commitment Metode yang kedua adalah metode Kementerian Perdagangan (2013) indeksasi dengan Indeks hoekman. meneliti mengenai dampak implemenI. HORIZONTAL COMMITMENTS Untuk menentukan peluang ekspor jasa tasi IJEPA dalam 1sektor jasa bagi ) 1) Indonesia ke Jepang maka dilakukan perdagangan Indonesia. Adapun salah 2) 2) indeksasi pada tingkat komitmen yang 3) 3) satu tujuan dari penelitian ini yaitu untuk 4) 4) diberikan oleh Jepang menggunakan menganalisis manfaat IJEPA bagi II. SECTOR-SPECIFIC COMMITMENTS indeks hoekman. Indeks Hoekman ekonomi makro dan sektoral Indonesia. 1) 1) merupakan suatu metode indeksasi Alat analisis yang digunakan dalam 2) 2 ) yang diusulkan oleh Hoekman pada penelitian ini yaitu CGE 3) dengan Global 3) tahun 1995 dalam Ishido (2011) dan Trade Analysis Project (GTAP). Hasil 4) 4) digunakan untuk mengukur GATS-style Analisis CGE menunjukkan bahwa Sumber: WTO (2001) tingkat komitmen di sektor jasa. Adapun IJEPA memberikan dampak yang relatif Gambar 1. Bentuk Schedule of Commitment Berdasarkan S/L/92ini bentuk indeksasi Dokumen pada metode kecil terhadap peningkatan PDB riil dan disajikan pada Tabel 2 sebagai berikut. neraca perdagangan. Hal ini menunjuk-
Tabel 2. Indeks Hoekman Berdasarkan Tingkat Komitmen pada SOC Tabel 2. Indeks Hoekman Tabel 2. Indeks Hoekman Berdasarkan Tingkat Komitmen pada SOC
Berdasarkan Tingkat Komitmen pada No
Tingkat Komitmen yang tercantum pada SOC pada Mode 3 dan Mode 4
SOC
No Tingkat Komitmen yang tercantum Indeks 1 SOC None pada pada Mode 3 dan Mode 4 Hoekman 1 None 1 2 Dibuka dengan pembatasan 2 Dibuka dengan pembatasan 0,5 3 Unbound 0 3 Unbound
Indeks Hoekman 1 0,5 0
Sumber: Ishido, 2011
Sumber: Ishido, 2011
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.8 No. 1, JuLi 2014
8
33
Berdasarkan Tabel 2, jika suatu Indeksasi pada mode 3 dan mode 4 negara memberikan komitmen pada tersebut kemudian dirata-rata secara Berdasarkan Tabel 2, jika suatu Indeksasi pada mode 3 dan mode 4 SOC-nya berupa none (komitmen sederhana kemudian diperoleh nilai negara memberikan komitmen pada tersebut kemudian dirata-rata secara penuh), maka peneliti akan memberikan rata-rata indeks Hoekman pada setiap SOC-nya berupa none (komitmen sederhana kemudian diperoleh nilai indeks 1, jika dibuka dengan sub sektor. penuh), maka peneliti akan memberikan rata-rata indeks Hoekman pada setiap pembatasan diberikan indeks 0,5 dan Dari hasil indeksasi tersebut indeks 1, jika dibuka dengan sub sektor. jika belum dikomitmenkan (unbound) kemudian dilakukan klasifikasi yang pembatasan diberikan indeks 0,5 dan Dari hasil indeksasi tersebut diberikan indeks 0. SOC yang terdiri disesuaikan dengan tingkat komitmen jika belum dikomitmenkan (unbound) kemudian dilakukan klasifikasi yang dari 2 (dua) kolom dan setiap kolom pada dokumen WTO S/L/92. Penentuan diberikan indeks 0. SOC yang terdiri disesuaikan dengan tingkat komitmen terdiri dari 4 (empat) mode of supply. rentang skala dengan rumus yaitu (nilai dari 2 (dua) kolom dan setiap kolom pada dokumen WTO S/L/92. Penentuan Oleh karena penelitian ini difokuskan tertinggi – nilai terendah) banyaknya terdiri dari 4 (empat) mode of supply. rentang skala dengan rumus yaitu (nilai pada mode 3 dan mode 4, maka kelas indeks. Sehingga didapatkan Oleh karena penelitian ini difokuskan tertinggi – nilai terendah) banyaknya indeksasi tersebut dilakukan hanya rentang skala pada Tabel 3. pada mode 3 dan mode 4, maka kelas indeks. Sehingga didapatkan pada mode 3 dan mode 4 tersebut. indeksasi tersebut dilakukan hanya rentang skala pada Tabel 3. pada mode 3 dan mode 4 tersebut. 3. Ekspor Kriteria Jasa Peluang Ekspor Jasa Indonesia ke Jepang Tabel 3. Kriteria Tabel Peluang Indonesia ke Jepang Berdasarkan Indeks Hoekman dan Tingkat komitmen pada Dokumen S/L/92 Berdasarkan Indeks Peluang Hoekaman dan Jasa Tingkat komitmen pada Tabel 3. Kriteria Ekspor Indonesia ke Jepang Dokumen S/L/92 Berdasarkan Indeks Hoekaman dan Tingkat komitmen pada No
Indeks reteria DokumenKS/L/92 Hoekman
Deskripsi
No
Indeks Kreteria Deskripsi Hoekman Diberikan commitment 1 0.68 –1 Diberikan komitmen penuh (full(full 0.68 –1 Diberikan Diberikan komitmen penuh commitment )) No1peluang Indeks Kreteria Deskripsi besar Hoekman peluang besar 2 Diberikan Dibuka dengan pembatasan 1 0,34– 0.68 –1 Diberikan Diberikan komitmen penuh (full commitment ) Diberikan 0.67 peluang kecil peluang besar 0,34–0.67 2 Dibuka dengan pembatasan 3peluang 0 - 0.33 kecil Tidak Sebagian kolompembatasan (kolom pembatasan akses pasar dan 2 0,34– Diberikan Dibuka dengan diberikan 0.67 peluang kecil kolom pembatasan perlakuan nasional) belum peluang dikomitmenkan dan kolom yang lainakses dibukan dengan kolom (kolom pembatasan pasar dan 3Tidak 0 - 0.33 Tidak Sebagian Sebagian kolom (kolom pembatasan akses pasar dan diberikankolom pembatasan. kolom pembatasan perlakuan nasional) belum pembatasan perlakuan nasional) belum diberikan 3 0 - 0.33 peluang dikomitmenkan dikomitmenkan kolom yanglain lain dibukan dibukan dengan dan dan kolom yang dengan Sumber: Dokumen S/L/92 disesuaikan peluang pembatasan.
pembatasan.
Sumber: S/L/92 Sumber: DokumenDokumen S/L/92 disesuaikan
disesuaikan
Sumber: Dokumen S/L/92 disesuaikan
Data
Schedule of commitment (SOC) Jepang Limitation Commitment pada Kerjasama IJEPA (Ditjen KPI, 13% of commitment (SOC) Jepang DataData yang digunakan dalam peneSchedule 2007). Komitmen setiap negara yang litian ini adalah data sekunder yang pada Kerjasama IJEPA (Ditjen KPI, Data yang digunakan dalam peneterdaftar dalam SOC tersebut adalah diperoleh dari Direktorat Jenderal 2007). Komitmen setiap negara yang litian ini adalah data sekunder yang berbeda-beda tingkatannya. Perbedaan None Kerjasama Perdagangan Internasional. Commitment terdaftar dalam SOC tersebut adalah diperoleh dari Direktorat Jenderal 73% tingkat komitmen inilah yang kemudian Data tersebut terdiri dari dua yaitu berbeda-beda tingkatannya. Perbedaan KerjasamaSumber: Perdagangan Internasional. diindeks dengan indeks Hoekman untuk Ditjen KPI (2007), diolah Schedule of commitment (SOC) tingkat komitmen inilah yang kemudian Data tersebut terdiri dari dua yaitu dapat dibandingkan. 2. Komitmen Pada SOC Jepang IJEPA indeks Berdasarkan Tingkat Indonesia Gambar pada Kerjasama IJEPA, dan diindeksdidengan Hoekman untuk Schedule of commitment (SOC) Komitmen dapat dibandingkan. Indonesia pada Kerjasama IJEPA, dan Unbound Commitment 14%
140
100
80 60 40
9
125
120 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.8 No. 1, JuLi 2014
lah Subsektor Jasa
34
64 45 31
100
91
9
peluang besar
Diberikan Dibuka dengan pembatasan DAN PEMBAHASAN oleh Jepang adalah komitmen peluangHASIL kecil HASIL PEMBAHASAN AnalisaDAN SOC Indonesia dan Jepang Pada Kerjasama IJEPA Berdasarkan Analisa SOC Indonesia dan Jepang Schedule of Commitment (SOC) Pada Kerjasama IJEPA Berdasarkan Jepang Schedule of Commitment (SOC) Jepang Pada kerjasama IJEPA di sektor
penuh (none). Komitmen none tersebut oleh Jepang adalah komitmen penuh diberikan pada 73,08% none dari totaltersebut jumlah (none). Komitmen sektor yang ini diberikan padadikomitmenkan. 73,08% dari totalHal jumlah berarti bahwa sektor/subHal sektor sektor yang 73,08% dikomitmenkan. ini jasa oleh berartiJepang bahwa dapat 73,08%dimanfaatkan sektor/sub sektor penyedia jasadapat domestik di Indonesia. jasa Jepang dimanfaatkan oleh Komitmen jasa limitation diberikan pada penyedia domestik di Indonesia. 12,68% danlimitation komitmendiberikan unbound pada atau Komitmen belum dikomitmenkan sebanyak 12,68% dan komitmen unbound atau 14,23% dari total sub sektor yang belum dikomitmenkan sebanyak dikomitmenkan (Gambar 14,23% dari total sub2).sektor yang dikomitmenkan (Gambar 2).
Sebagian kolom (kolom pembatasan akse Tidak kolom pembatasan perlakuan nasio diberikan dan kolom yang lain dibu jasa, dikomitmenkan Jepang lebih Pada kerjasama IJEPAtelah di sektor peluangperdagangan terbuka daripada Hallebih ini perdagangan jasa, Indonesia. Jepang telah pembatasan. terlihat dari jumlahIndonesia. sub sektorHalyang terbuka daripada ini dibuka sektoryang jasa terlihat oleh dari Jepang jumlahyaitu sub 12sektor
sesuaikan yang terbagi menjadi 137 sektor. dibuka oleh Jepang yaitu 12 sub sektor jasa Komitmen yang paling banyak diberikan yang terbagi menjadi 137 sub sektor. Komitmen yang paling banyak diberikan Unbound Commitment 14% Unbound Commitment 14% Unbound Commitment 14%
Limitation Commitment 13% Limitation Commitment 13% Limitation Commitment 13%
None Commitment 73% None Commitment 73%
None Commitment 73% Gambar 2. Komitmen Pada SOC Jepang di IJEPA Berdasarkan Tingkat Gambar 2. Komitmen Komitmen Pada SOC Jepang di IJEPA Sumber: Ditjen KPI (2007), diolah Berdasarkan Komitmen Gambar 2. Komitmen Pada Tingkat SOC Jepang di IJEPA Berdasarkan Tingkat Sumber:Komitmen Ditjen KPI (2007), diolah
en KPI (2007), diolah
Komitmen Pada SOC Jepang di IJEPA Berdasark Berdasarkan Gambar 2, jumlah a. Komitmen Jepang Pada Kolom komitmen none danGambar komitmen2,limitation Akses Pasar Berdasarkan jumlah a. Pembatasan Komitmen Jepang Pada Kolom Komitmen Sumber: Ditjen KPI (2007), diolah
Subsektor Jasa
yang diberikan oleh Jepang yaitu komitmen none dan komitmen limitation sebesardiberikan 87% darioleh totalJepang sub sektor. yang yaitu Jepang hanya 13% sebesar 87% menutup dari total sebesar sub sektor. dari totalhanya sub sektor pada kerjasama Jepang menutup sebesar 13% IJEPA. komitmen Jepang dari totalDeskripsi sub sektor pada kerjasama pada kerjasama di dua Jepang kolom IJEPA. DeskripsiIJEPA komitmen SOC adalah sebagai berikut. pada kerjasama IJEPA di dua kolom 140Jepang 125 SOC Jepang adalah sebagai berikut.
120
100
100 80 60
Pembatasan Akses Pasar Pada mode 1 kolom pembatasan akses pasar, komitmen none diberikan Pada mode 1 kolom pembatasan pada 64 sub sektor, komitmen limitation akses pasar, komitmen none diberikan diberikan pada 28 komitmen sub sektor dan pada 64 sub sektor, limitation sebanyak 45 sub 28 sektor dikomitdiberikan pada subbelum sektor dan menkan (unbound). Pada 2, sebanyak 45 sub sektor belummode dikomitkomitmen none diberikan padamode 125 sub2, menkan (unbound). Pada komitmen none diberikan pada 125 sub
91
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.8 No. 1, JuLi 2014
64 45
10 35 10
Unbound Commitment 14%
Limitation Commitment 13%
None
sektor, komitmen limitation diberikan Pada mode 4, sebanyak 91 sub sektor Commitment 73% pada 28 sub sektor dan sebanyak enam diberikan komitmen none, sebanyak 18 sektor belum diolah dikomitmenkan. sub sektor dibuka dengan pembatasan, Sumber:sub Ditjen KPI (2007), Komitmen pada mode 3 yaitu komitmen dan sebanyak 28 sub sektor belum Gambar 2. Komitmen Pada SOC Jepang di IJEPA Adapun Berdasarkan Tingkat penuh (none) diberikan pada 100 sub dikomitmenkan. komitmen sektor, Komitmen komitmen limitation diberikan Jepang pada kolom pembatasan akses pada 31 sub sektor dan hanya 6 sub pasar berdasarkan mode of supply sektor yang belum dikomitmenkan. disajikan pada Gambar 3.
125
120
100
100 140
80 60 40 20 0
28
100
45 100 80
20
Mode 10
91
31
64
60 40
91
125
64120
Jumlah Subsektor Jasa
Jumlah Subsektor Jasa
140
1045 28
2
31
10
Mode 2 Mode 1
28
18
2
6
Mode 3
Mode 2
6
Mode 3
Total of Limitation Commitment Total of Limitation Commitment Total of None Commitment Total of None Commitment Total of Unbound Commitment Total of Unbound Commitment
18
28
Mode 4 Mode 4
Gambar 3. Komitmen Jepang di IJEPA Pada Kolom Pembatasan Akses Gambar 3. Komitmen Jepang di IJEPA Pada Kolom Pembatasan Akses Sumber: Ditjen KPIdiolah (2007), diolah Sumber: Ditjen KPI (2007), Sumber: Ditjen KPI (2007), diolah
Gambar 3.Berdasarkan Komitmen Jepang di IJEPAb.Pada Kolom Pembatasan Akses Gambar 3, Jepang Komitmen Jepang pada kolom berkomitmen untuk menerima investasi di sektor jasa dari Indonesia pada 100 sub sektor. Di bidang ketenagakerjaan di sektor jasa, Jepang memberikan kesempatan pada tenaga kerja Indonesia untuk bekerja di 91 sub sektor jasa. Komitmen penuh yang diberikan oleh Jepang pada mode 3 dan mode 4 tersebut berarti bahwa perusahaan maupun tenaga kerja Indonesia dapat masuk ke Jepang tanpa diberikan pembatasan seperti yang tercantum pada Para 39 GATS.
36
pembatasan perlakuan nasional Pada kolom pembatasan perlakuan nasional, Jepang memberikan komitmen none pada 91 sub sektor di mode 1, sebanyak 135 sub sektor di mode 2, sebanyak 88 sub sektor di mode 3, dan sebanyak 107 sub sektor di mode 4. Untuk komitmen limitation, diberikan pada 3 sub sektor di mode1, sebanyak 1 sub sektor di mode 2, sebanyak 42 sub sektor di mode 3, dan sebanyak 6 sub sektor di mode 4.
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.8 No. 1, JuLi 2014
11
2
Adapun sektor yang belum dikomitmenkan yaitu 43 sub sektor di mode 1, sebanyak 1 sub sektor di mode 2, sebanyak 7 sub sektor di mode 3 dan 160
135
140 Jumlah Subsektor Jasa
24 sub sektor di mode 4. Komitmen Jepang pada kolom pembatasan perlakuan nasional berdasarkan mode of supply disajikan pada Gambar 4.
120
107 91
100
88
80 60
43
42
40
24
20
3
1
0 Mode 1
7
1
Mode 2
Mode 3
6 Mode 4
Total of Limitation Commitment Total of None Commitment Total of Unbound Commitment
Gambar 4. Komitmen pada Kolom Pembatasan Perlakuan NaDitjen KPI (2007), diolah Gambar 4. Komitmen pada Kolom Pembatasan Perlakuan Nasional SOC Jepang sionalSumber: SOC Jepang Sumber: Ditjen4. KPI (2007), Sumber: Ditjen KPIdiolah (2007), Gambar Komitmen padadiolah Kolom Pembatasan Perlakuan Nasional SOC 160 Jepang 135 140
Jumlah Subsektor Jasa
120 Berdasarkan Gambar 4, komitmen SOC Indonesia107 91 88 100 none pada kolom pembatasan Pada kerjasama IJEPA di sektor 80 perlakuan nasional 60paling 43 banyak jasa,42 Indonesia memberikan komitmen unbound 40 commitment 24 diberikan di mode 2, kemudian mode 4 18% pada 8 sektor yang terbagi menjadi 77 none 20 7 6 3 1 1 di urutan kedua, dan mode 1 di urutan commitment 0 36% sub sektor. Jumlah sub sektor jasa yang Mode 1 Mode 2 Mode 3 Mode 4 ketiga. Adapun komitmen none pada limitation dikomitmenkan oleh Indonesia tersebut commitment Total ofkolom Limitation Commitment mode 3 dan mode 4 di 46% lebih sedikit dari jumlah sektor ataupun Total of None Commitment Total of Unbound Commitment pembatasan perlakuan nasional sub sektor yang dibuka oleh Jepang. menunjukkan bahwa perusahaan jasa Hal ini berarti bahwa Indonesia Sumber: Ditjen KPI (2007), diolah Sumber: Ditjen KPI (2007), diolah dan tenaga kerja Indonesia yang lebih tertutup pada kerjasama IJEPA. 5.Tingkat Komitmen Indonesia pada Kerjasama IJEPA bekerja Gambar di Komitmen sektor jasapada berdasarkan Gambar 4. Kolom Pembatasan Perlakuan Nasional SOC Adapun komitmen Indonesia berdasarJepang prinsip Most Favoured Nation (MFN) kan tingkat komitmen disajikan pada atau equal treatment maka akan Gambar 5. diberikan kesempatan yang sama 80 69 69 dengan penyedia jasa Jepang. 65 70 60
.
50
43
40
32
30
unbound commitment 18%
20 10
2
3
9
0 Mode 1
Mode 2 limitation
none commitment 8 36% 0
Mode 3
8 0 Mode 4
commitment Total of None Commitment Total of 46% Limitation Commitment Total of Unbound Commitment
Sumber: Ditjen KPI (2007), diolah
Gambar 5.Tingkat Indonesia pada Kerjasama IJEPA Sumber: Ditjen KPI (2007),Komitmen diolah Sumber: Ditjen6.Komitmen KPI (2007), diolah Gambar pada Kolom Pembatasan Perlakuan Nasional di SOC Gambar 5.Tingkat Indonesia pada Kerjasama IJEPA 12 Indonesia Komitmen Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.8 No. 1, JuLi 2014 37
Total of Limitation Commitment Total of None Commitment Total of Unbound Commitment
Sumber: Ditjen KPI (2007), diolah
Berdasarkan Gambar 5, Indonesia berarti bahwa Indonesia tidak membuka mbar 4. Komitmen pada Kolom Pembatasan Perlakuan Nasional SOC memberikan komitmen none atau secara penuh mode 3 dan mode 4 Jepang terbuka tanpa pembatasan pada 36% tetapi tetap membuka akses pasarnya dari 77 sub sektor jasa yang dibuka, kemudian komitmen limitation atau dibuka dengan pembatasan pada 46% sub sektor dan belum dikomitmenkan (unbound) sebanyak 18% dari total sub unbound sektor. Adapun komitmencommitment Indonesia 18% pada kerjasama IJEPA pada kolom akses pasar dan kolom perlakuan nasional adalah sebagai berikut.
dengan memberikan persyaratan dalam hal ini yaitu persyaratan investasi dan persyaratan ketenagakerjaan sesuai dengan peraturan dan perundangundangan yang berlaku di Indonesia. Adapun komitmen none yang diberikan none Indonesia yaitu sebanyak 43 sub sektor commitment di mode 1, sebanyak 65 suksektor di 36% mode 2. Komitmen limitation diberikan limitation pada 2 sub sektor di mode 1, sebanyak commitment a. Komitmen Indonesia pada kolom 46% 3 sub sektor di mode 2. Untuk sub pembatasan akses pasar sektor yang belum dikomitmenkan Pada kolom pembatasan akses (unbound) yaitu sebanyak 32 sub sektor pasar di SOC, Indonesia tidak memdi mode 1, sebanyak 9 sub sektor di Sumber: Ditjen (2007), diolah berikanKPI komitmen none pada mode 3 mode 2, dan sebanyak 8 sub sektor di dan mode 4 tetapi memberikan mode 3 dan mode 4. Komitmen Gambarkomitmen 5.Tingkat Komitmen Indonesia pada Kerjasama IJEPA limitation (dibuka dengan Indonesia pada kolom pembatasan pembatasan) pada 69 sub sektor, dan akses pasar berdasarkan mode of unbound pada 8 sub sektor. Hal ini supply disajikan pada Gambar 6.
80
69
65
70
69
60 50
43
80
40
32
30 10
43
40
2
0
32
30
3
20 10
Mode 1
69
60 50
20
69
65
70
0
9 3
2
Mode Mode 1
8
2
Mode 2
9
0
8 0
8 0
Mode 3 3 Mode
8
0
Mode Mode 4
4
of None Commitment None Total Commitment Total of Limitation Commitment Total of Commitment Unbound Commitment Limitation
Total of Total of Total of Unbound Commitment
Gambar 6.Komitmen pada Kolom Pembatasan Perlakuan Nasional di SOC Indonesia Gambar Sumber: 6. Komitmen padaKPI Kolom Pembatasan Ditjen (2007), diolah Perlakuan Nasional di SOC Sumber:Indonesia Ditjen KPI (2007), diolah Sumber: Ditjen KPI (2007), diolah
mbar 6.Komitmen pada Kolom Pembatasan Perlakuan Nasional di SOC 13 Indonesia 38
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.8 No. 1, JuLi 2014
Berdasarkan gambar 6, jika dilihat dari jumlah komitmen none yang diberikan pada kolom akses pasar, Indonesia paling terbuka pada mode 2 dan paling tertutup pada mode 3 dan mode 4. Pada mode 3 dan mode 4, untuk dapat memanfaatkan pasar Indonesia, penyedia jasa Jepang harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang diberikan Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Para 39 dari GATS. b.
Adapun sebagian besar komitmen yang diberikan pada mode 3 dan mode 4 di kolom ini yaitu komitmen limitation yang diberikan pada 69 sub sektor dan belum dikomitmen pada 8 sub sektor. Komitmen none hanya diberikan pada mode 1 dan mode 2 dengan jumlah sub sektor sebanyak 55 sub sektor di mode 1 dan 59 sub sektor di mode 2. Adapun komitmen unbound diberikan pada 21 sub sektor di mode 1, pada mode 2 sebanyak 17 sub sektor, dan pada mode 3 dan mode 4 masing-masing sebanyak 8 sub sektor. Adapun komitmen Indonesia pada kolom pembatasan perlakuan nasional bedasarkan mode of supply disajikan pada Gambar 7.
Komitmen Indonesia pada kolom pembatasan perlakuan nasional
Seperti halnya pada kolom pembatasan akses pasar, Indonesia juga tidak memberikan komitmen none di mode 3 dan mode 4 pada kolom pembatasan perlakuan nasional. .
80
69
70 60
69
59
55
50 40
80
30 20 10 0
69
70
2160
69
59
55
17
50
8
40
1
30 20
0
10 0
Mode 1
1
21 1 Mode 1
0
0
17 1
Mode 22 Mode
8
8
0
8
0
0
Mode 3
Mode 3
Mode 4
Mode 4
Total of None Commitment Total of Limitation Commitment Total of Unbound Commitment
Total of None Commitment Total of Limitation Commitment Total of Unbound Commitment
Gambar 7. Komitmen pada KPI Kolom Pembatasan Sumber: Ditjen (2007), diolahPerlakuan Nasional SOC Indonesia. Sumber: Ditjen KPI (2007), diolah
ar 7.Komitmen pada Kolom Pembatasan Perlakuan Nasional Indonesia. 14
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.8 No. 1, JuLi 2014 Tabel 4. Peluang Ekspor Sektor Jasa Bisnis Indonesia ke 39 Jepang
Berdasarkan Gambar 7, Indonesia memberikan pembatasan-pembatasan paling banyak pada mode 3 dan mode 4. Hal ini berarti bahwa untuk dapat memanfaatkan pasar jasa Indonesia, Jepang harus memenuhi pembatasanpembatasan yang tercantum pada kolom pembatasan perlakuan nasional. Peluang Ekspor Jasa Indonesia Ke Jepang Melalui Mode 3 dan Mode 4 Pada Kerjasama IJEPA Kerjasama ekonomi antara Indonesia dan Jepang telah memberikan banyak peluang ekspor sektor jasa Indonesia ke Jepang. Jepang membuka sebagian besar sektor/sub sektor jasanya dengan komitmen penuh sedangkan Indonesia masih cenderung lebih tertutup dengan memberikan komitmen tertinggi yaitu komitmen dibuka dengan pembatasan. Belum dibukanya sektor jasa Indonesia dengan komitmen penuh karena sebagian besar sektor/sub sektor yang dikomitmenkan tercantum di dalam DNI (Peraturan Presiden nomor 36 Tahun 2010) dan Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1995 tentang penggunaan tenaga kerja warga negara asing. Hal ini berarti bahwa kerjasama IJEPA di sektor jasa lebih membuka peluang bagi Indonesia untuk mengekspor sektor jasanya daripada tantangan masuknya penyedia jasa asing asal Jepang ke Indonesia.
Adapun peluang-peluang ekspor jasa Indonesia ke Jepang tersebut adalah sebagai berikut. 1) Peluang ekspor sektor bisnis Indonesia ke Jepang
jasa
Di sektor jasa bisnis, Jepang memberikan komitmen pada 44 sub sektor. Jika dilihat dari segi peluang, Indonesia berpeluang besar untuk mengakses pasar jasa Jepang di 37 sub sektor dengan indeks Hoekman 0.68-1. Sub sektor jasa tersebut antara lain jasa arsitek, jasa permesinan, jasa perencanaan kota, jasa peternakan, dan sebagainya. Sebanyak 4 sub sektor jasa seperti jasa terkait dengan pesawat terbang, jasa insidentil pada pertambangan, jasa insidentil pada distribusi energi dan jasa insidentil terkait dengan manufaktur diberikan peluang sedang dan sebanyak 3 sub sektor diberikan peluang kecil oleh Jepang. Pada sektor ini, Indonesia hanya berkomitmen pada 15 sub sektor. Adapun peluang Jepang untuk dapat memanfaatkan pasar jasa Indonesia yaitu berpeluang kecil. Hal ini disebabkan semua sub sektor pada sektor jasa bisnis yang dikomitmenkan oleh Indonesia tidak dibuka sepenuhnya tetapi dibuka dengan pembatasan. Adapun peluang ekspor jasa Indonesia ke Jepang di sektor jasa bisnis disajikan pada Tabel 4.
15 40
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.8 No. 1, JuLi 2014
Gambar 7.Komitmen pada Kolom Pembatasan Perlakuan Nasional SOC Indonesia. 4. Peluang Ekspor SektorJasa Jasa Bisnis ke Jepang Tabel Tabel 4. Peluang Ekspor Sektor BisnisIndonesia Indonesia ke Jepang NO
SEKTOR/SUB-SEKTOR
HI JPN
HI IDN
NO
SEKTOR OR SUB-SEKTOR
HI JPN
HI IDN
1,00
0
1,00
0
1,00 1,00 1,00
0 0,5 0
1,00 1,00
0,5 0,5
1,00 0,88
0 0
0,50
0
1
Jasa legal
0,75
0,5
23
2
Akuntan, audit dan pembukuan
0,88
0
24
3 4 5
Jasa pajak Jasa arsitek Jasa teknik
0,75 1,00 1.00
0 0,5 0,5
25 26 27
6 7
Jasa integrasi teknik Jasa perencanaan kota dan arsitektur lanskap Jasa medis dan dokter gigi Jasa peternakan
1,00 1,00
0,5 0,5
28 29
0,25 1,00
0 0
30 31
0,25
0
32
1,00
0,5
33
Jasa insedentil pada manufaktur
0,56
0,5
12 13
Jasa bidan, perawat, fisioterapis and personel paramedis Jada konsultasi terkait instalasi perangkat keras komputer Jasa implementasi perangkat lunak Jasa pemrosesan data
Jasa terkait dengan peralatan transportasi lainnya Jasa terkait dengan peralatan permesinan Jasa lainnya Jasa periklanan Jasa riset pasar dan pengumpulan pendapat umum Jasa konsultasi manajemen Jasa lainnya terkait konsultasi manajemen Jasa teknik pengujian dan analisis Jasa insidentil pada pertanian, perburuan dan kehutanan Jasa insedentil pada pertambangan
1,00 1,00
0,5 0,5
34 35
0,56 0,88
0 0
14
Jasa basis data
1,00
0
36
Jasa insedentil pada distribusi energi Jasa penempatan dan penyediaan personel Jasa investigasi dan pengamanan
0,81
0
15
Jasa lainnya
1,00
0
37
0,97
0
16
Jasa penelitian dan pengembangan terkait pengetahuan alam
1,00
0
38
1,00
0,5
17
1,00
0
39
1,00
0,5
1,00
0,5
40
Jasa fotografi
1,00
0
0,88
0
41
Jasa pengemasan
1,00
0
0,88
0
42
Jasa percetakan dan publikasi
1,00
0
21
Jasa penelitian dan pengembangan terkait pengetahuan sosial dan kemanusian Jasa penelitian dan pengembangan antar bidang Jada penyewaan atau kepemilikan properti Jasa properti berbasis fee atau kontarak Jasa terkait dengan perkapalan
Jasa terkait ilmu pengetahuan dan teknik konsultasi Jasa perawatan dan perbaikan peralatan (tidak termasuk kapal, pesawat terbang atau peralatan transportasi lainnya) Jasa pembersihan bangunan
0,88
0
43
Jasa konvensi Convention services
1,00
0
22
Jasa terkait dengan pesawat terbang
0,63
0
44
Jasa bisnis lainnya
0,98
0
8 9 10 11
18 19 20
Sumber: Ditjen KPI (2007), diolah Ket. HI : Hoekman Indeks; JPN : Jepang; IDN : Indonesia
4 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.8 No. 1, JuLi 2014
16
41
2.
Salah satu sektor jasa potensial yang dibuka oleh Jepang dengan komitmen penuh yaitu jasa arsitek. Walaupun jumlahnya masih sangat kecil, tetapi pengalaman perusahaan seperti Urbane Indonesia yang telah mengekspor jasanya ke luar negeri dapat berpeluang untuk memasuki sektor jasa potensial ini (Manning dan Arwicahyono, 2012). Secara keseluruhan, perusahaan tersebut telah menyelesaikan lebih dari 40 proyek desain besar di luar negeri tahun 2010, sebagian besar dari proyek ini adalah untuk pemerintah kota dan pemerintah kotamadya. Di dalam negeri, Urbane Indonesia terlibat dalam mendesain berbagai proyek bangunan tunggal di Jakarta dan Bandung, seperti Tower I, Universitas Tarumanegara dan Sekolah Internasional Al-Azhar di Bandung, serta beberapa kompleks gedung serba guna (Manning dan Arwicahyono, 2012).
Peluang ekspor jasa Komunikasi Indonesia ke Jepang
Pada sub sektor jasa komunikasi, Jepang memberikan komitmen pada 20 sub sektor, sedangkan Indonesia hanya memberikan komitmen pada 14 sub sektor. Peluang ekspor Indonesia ke Jepang di sektor jasa komunikasi yaitu berpeluang besar pada 19 sub sektor. Sub sektor jasa yang diberikan peluang besar tersebut antara lain jasa pos, jasa kurir, jasa motion picture and video tape production and jasa distribution, motion picture projection, jasa sound recording dan sebagainya. Adapun sub sektor yang diberikan peluang sedang oleh Jepang yaitu hanya pada sub sektor jasa telegram. Adapun peluang Jepang pada 14 sub sektor yang dikomitmenkan oleh Indonesia pada kerjasama IJEPA yaitu berpeluang sedang. Peluang Indonesia dan Jepang dalam pemanfaatan kerjasama IJEPA di sektor jasa disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Peluang Jasa Komunikasi Indonesia Tabel 5. Peluang Jasa Komunikasi Indonesia NO
SEKTOR/SUBSEKTOR
HI JPN
HI IDN
NO
SEKTOR/SUB-SEKTOR
HI JPN
HI IDN
1
Jasa pos
1,00
0
11
Jasa surat suara
0,75
0,5
2
Jasa kurir
1,00
0
12
0,75
0,5
3 4
Jasa telepon suara Jasa transmisi data packet-switched
0,75 0,75
0,5 0,5
13 14
0,75 0,75
0,5 0,5
5
Jasa transmisi circuit-switched Jasa teleks
0,75
0,5
15
Jasa informasi online dan dan perbaikan basis data Jasa pertukaran data elektronik Jasa nilai tambah dari faksimil termasuk store dan forward, store dan retrieve Jasa konversi kode dan protokol
0,75
0
0,75
0,5
16
0,50 0,75 0,75
0,5 0,5 0,5
0,75
0,5
6 7 8 9 10
data
Jasa telegram Jasa fax Jasa penyewaan sirkuit pribadi Jasa surat elektronik
0,75
0
17 18 19
Jasa pemrosesan informasi online (termasuk pemrosesan transaksi) Lainnya Jasa produksi gambar dan video Jasa proyeksi gambar
0,75 1,00 1,00
0 0,5 0,5
20
Jasa perekaman suara
1,00
0
Ket. HI : Hoekman Sumber: Ditjen KPI Indeks; (2007), JPN diolah: Jepang; IDN : Indonesia Sumber: Ditjen KPI (2007), diolah Ket. HI : Hoekman Indeks; JPN : Jepang; IDN : Indonesia 42
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.8 No. 1, JuLi 2014
Tabel 6. Peluang Ekspor Jasa Indonesia pada Sektor Jasa konstruksi
17
Tabel 5. Peluang Jasa Komunikasi Indonesia NO 1
SEKTOR/SUBSEKTOR Jasa pos
HI JPN 1,00
HI IDN 0
3) Peluang ekspor jasa Indonesia 2 Jasa kurir 1,00 0 pada sektor jasa konstruksi
HI JPN
HI IDN
Jasa surat suara
0,75
0,5
NO 11
SEKTOR/SUB-SEKTOR
pada sektor jasa konstruksi atau Jasa informasi online dan dan 0,75 0,5 perbaikan basis sebanyak 4data sub sektor dengan indeks 3 13 Jasa telepon suara 0,75 0,5 Jasa pertukaran data elektronik 0,75 0,5 rata-rata sebesar 0,5 atau 4 14 Hoekman Jasa transmisi data 0,75 0,5 Jasa nilai tambah dari faksimil 0,75 0,5 Jepang hanya memberikan packet-switched termasuk store dan forward, store dengan peluang sedang. dan retrieve kategori komitmen pada 1 sub sektor pada 5 15 Jasa transmisi data 0,75 0,5 Jasa konversi kode dan protokol 0,75 0 Dengan demikian Jepang cenderung sektor jasacircuit-switched konstruksi yaitu sub sektor 6 16 Jasa teleks 0,75 0,5 Jasa pemrosesan informasi online 0,75 0 lebih tertutup daripada Indonesia pada (termasuk pemrosesan transaksi) jasa konstruksi lainnya dengan indeks 7 17 sektor Jasa telegram 0,50 0,5 Lainnya jasa konstruksi.0,75Secara 0 rinci 8 18 Jasa fax atau dengan 0,75 kategori 0,5 Jasa produksi gambar dan video 1,00 0,5 hoekman 0,69 9 19 peluang Jasa penyewaan sirkuit 0,75 0,5 Jasa proyeksi gambar 1,00 0,5 ekspor Indonesia ke Jepang Tabel yaitu 5. Peluang Jasa Komunikasi Indonesia peluang ekspor Indonesia berpepribadi 10 20 pada Jasa surat elektronik 0,75 0,5 Jasa perekaman 1,00 0 disajikan sektorsuara jasa konstruksi luang sedang. Indonesia membuka sub SEKTOR/SUBHI : Indonesia HI Ket. HI : Hoekman Indeks; JPNHI: Jepang; IDN Tabel 6. JPN NO padaSEKTOR/SUB-SEKTOR HI IDN IDN JPN sektor NO lebih SEKTOR banyak dari Jepang 12
Sumber: Ditjen KPI (2007), diolah 1
Jasa pos
1,00
0
11
Jasa surat suara
0,75
0,5
2
Jasa kurir
1,00
0
12
Jasa informasi online dan dan
0,75
0,5
3 4
Jasa telepon suara Jasa transmisi data packet-switched
0,75 0,75
0,5 0,5
13 14
0,5 0,5
0,5
15
Jasa pertukaran data elektronik 0,75 Jasa nilai tambah dari faksimil 0,75 termasuk store dan forward, store HI JPN dan retrieve Jasa konversi kode dan protokol 0,75
0 0 ,50
0,75 1,00 1,00 1,00
Tabel 6.Tabel Peluang Ekspor Jasa Indonesia pada Sektor Jasa konstruksi perbaikan data Jasa 6. Peluang Ekspor Jasa Indonesia padabasis Sektor konstruksi NO 1 2 3 4
5
SEKTOR/SUB-SEKTOR
Jasa transmisi data circuit-switched J a s a koteleks nstruksi umum 6 Jasa 7 8 9
0,75
u0,75 ntuk pemb0,5 angun16 an
0,75
0,5
19
0,00 Jasa pemrosesan informasi online (termasuk pemrosesan transaksi) 0,00 Lainnya Jasa produksi gambar dan video 0,00 Jasa proyeksi gambar
0,75
0,5
20
Jasa perekaman suara
JasJasa a petelegram ngerjaan konstru0,50 ksi untuk t0,5 eknik s17ipil JasJasa a pefax ngerjaan konstru0,75 ksi dan pe0,5 rakitan18
Jasa penyewaan sirkuit Othpribadi er 10 Jasa surat elektronik
0,69
0,75
Sumber: Ditjen KPI (2007), diolah Ket. HI : Hoekman Indeks; JPN : Jepang; IDN : Indonesia Ket. HISumber: : Hoekman Indeks; JPN Jepang; IDN : Indonesia Ditjen KPI (2007), :diolah Tabel 7. Peluang Ekspor Jasa Indonesia pada Sektor Jasa Distribusi.
0
HI IDN
0 ,50 0
0,5 0 ,50 0,5
0,50 0
4) Peluang Tabel ekspor jasa Ekspor Indonesia Adapun Indonesia memberikan 6. Peluang Jasa Indonesia pada Sektor Jasa konstruksi NO SEKTOR/SUB-SEKTOR HI JPN HI IDN pada sektor jasa distribusi komitmen pada 2 sub sektor jasa yaitu jasa wholesale dan jasa HI distribusi NOJepang SEKTOR/SUB-SEKTOR HI JPN IDN 1memberikan Jasa perdagangan grosir 0,00 0,5 komitmen Jasa waralaba 0,88 0 indeks 2 lainnya dengan Hoekman pada 2 Jasub sektor Jasa pada sektormbjasa 1 sa ko3nstruksi u mumdistribusi untuk pelainnya angunan 0,00 0,50 sebesar0,88 0,5 atau 0,5 memberikan peluang distribusi yaitu sub sektor jasa waralaba 2 Jasa pengerjaan konstruksi untuk teknik sipil 0,00 0,50 dengan kategori sedang. Peluang dan3 subJassektor lainnya a pengerjjasa aan kon struksi dadengan n perakitan 0,00 0,50 ekspor jasa Indonesia pada sektor jasa indeks Hoekman masing-masing 0,88 4 O ther 0,69 0,50 distribusi disajikan pada Tabel 7. atau dengan kriteria peluang besar. Tabel 8. Peluang Ekspor Jasa Indonesia Pada Sektor Jasa Pendidikan
7. Peluang Ekspor Jasa Jasa Indonesia pada Sektor Jasa Distribusi. TabelTabel 7.NOPeluang Ekspor Indonesia pada Sektor Jasa SEKTOR/SUB-SEKTOR HI JPN HI IDNDistribusi 1 NO 2 3 1 4 2 5 3
Jasa pendidikan primer SEKTOR/SUB-SEKTOR Jasa pendidikan sekunder Jasa pendidikan tinggi Jasa perdagangan grosir Jasa pendidikan dewasa Jasa waralaba Jasa pendidikan lainnya Jasa distribusi lainnya
0,75 HI JPN 0,38 0,88 0,00 1,00 0,88 1,00 0,88
0 HI IDN 0,5 0 0,5 0,5 0 0,5 0,5
Sumber: Ditjen KPI (2007), diolah Ket. HI : Hoekman Indeks; JPN : Jepang; IDN : Indonesia Tabel 8. Peluang Ekspor Jasa Indonesia Pada Sektor Jasa Pendidikan Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.8 No. 1, JuLi 2014
NO 1
SEKTOR/SUB-SEKTOR Jasa pendidikan primer
HI JPN 0,75
HI IDN 0
18
43
1
Jasa konstruksi umum untuk pembangunan
0,00
0,50
2
Jasa pengerjaan konstruksi untuk teknik sipil
0,00
0,50
3
Jasa pengerjaan konstruksi dan perakitan
0,00
0,50
4
Other
0,69
0,50
5) Peluang ekspor jasa Indonesia Adapun Indonesia hanya membuka 3 pada sektor jasa pendidikan sub sektor pada sektor jasa pendidikan 5) Peluang ekspor jasa Indonesia Adapun Indonesia hanya membuka 3 dengan indeks Hoekman masingTabel 7. Peluang Ekspor Jasa Indonesia pada Sektor Jasasektor Distribusi. Pada sektor sektorjasa jasa pendidikan di pada pendidikan sub sektor pada jasa pendidikan masing 0,5 atau dengan peluang kerjasama IJEPA, Jepang membuka dengan indeks Hoekman masingPada sektor jasa pendidikan di sedang.HI JPN Adapun HI peluang ekspor jasa NO sektor SEKTOR/SUB-SEKTOR IDN sebanyak 5 sub jasa. Di antara 5 masing 0,5 atau dengan peluang kerjasama IJEPA, Jepang membuka Indonesia ke Jepang pada sektor jasa sub sektor pada jasaJasa pendidikan, 4 grosir sub sedang.0,00 Adapun 0,5 peluang ekspor jasa 1 perdagangan sebanyak 5 sub sektor jasa. Di antara 5 pendidikan disajikan pada Tabel 8. sektor jasa diberikan peluang besar dan Jasa waralaba 0,88ke Jepang 0 Indonesia pada sektor jasa 2 sub sektor pada jasa pendidikan, 4 sub Jasa distribusi 0,88disajikan 0,5pada Tabel 8. 1 sub sektor 3 diberikan peluanglainnya kecil. pendidikan sektor jasa diberikan peluang besar dan 1 sub sektor diberikan peluang kecil. TabelTabel 8. Peluang Ekspor Indonesia pada Sektor Pendidikan 8. Peluang EksporJasa Jasa Indonesia Pada Sektor Jasa Jasa Pendidikan NO
SEKTOR/SUB-SEKTOR
HI JPN
1 2 3 4 5
Jasa pendidikan primer Jasa pendidikan sekunder Jasa pendidikan tinggi Jasa pendidikan dewasa Jasa pendidikan lainnya
0,75 0,38 0,88 1,00 1,00
HI IDN 0 0,5 0 0,5 0,5
Sumber: Ditjen KPI (2007), diolah Ket. HI : Hoekman Indeks; JPN : Jepang; IDN : Indonesia
6) Peluang ekspor jasa Indonesia pada 4 sub sektor yang dikomitmenkan pada sektor jasa lingkungan dengan indeks Hoekman masing6) Peluang ekspor jasa Indonesia pada 4 sub sektor yang dikomitmenkan masing sebesar 1. Peluang ekspor jasa Indonesia belum memberikan pada sektor jasa lingkungan dengan indeks Hoekman masingIndonesia ke Jepang pada sektor jasa komitmen pada sektor jasa lingkungan masing sebesar 1. Peluang ekspor jasa Indonesia belum memberikan lingkungan disajikan pada Tabel 9. pada kerjasama IJEPA, sedangkan Indonesia ke Jepang pada sektor jasa komitmen pada sektor jasa lingkungan Jepang memberikan peluang besar lingkungan disajikan pada Tabel 9. pada kerjasama IJEPA, sedangkan Jepang memberikan peluang besar Tabel 9. PeluangEkspor Ekspor Jasa Pada Sektor Jasa Lingkungan Tabel 9. Peluang JasaIndonesia Indonesia pada Sektor Jasa Lingkungan NO 1 2 3 4
SEKTOR/SUB-SEKTOR
HI JPN
Jasa pembuangan limbah Jasa pembuangan sampah Jasa sanitasi dan sejenisnya Jasa lingkungan lainnya
1,00 1,00 1,00 1,00
HI IDN 0,00 0,00 0,00 0,00
Sumber: Ditjen KPI (2007), diolah Ket. HI : Hoekman Indeks; JPN : Jepang; IDN : Indonesia
Tabel 10. Peluang Ekspor Jasa Indonesia pada Sektor Jasa Keuangan NO
44
1
SEKTOR/SUB-SECTOR
HI JPN
HI IDN
NO
SEKTOR/SUB-SECTOR
HI JPN
HI IDN
Jasa asuransi jiwa,
0,50
0,50
14
Jasa penasehat investasi dibatasi
0,00
0,5
2
Jasa asuransi non-jiwa
0,50
0,50
15
modal capital market Jasa penerimaan deposito dan lainnya
0,38
0
3
Jasa reasuransi dan
0,50
0,50
16
Jasa untuk semua jenis pinjaman
0,38
0
kecelakaan kesehatan hanya untuk penasehat di pasar Buletin Ilmiah dan Litbang Perdagangan, VOL.8 No. 1, JuLi 2014
19 19
Hoekman 0,5. Adapun peluang ekspor 7) Peluang ekspor jasa Indonesia Hoekman Adapun peluang ekspor 7) Peluang ekspor jasa Indonesia Tabel 9. Peluang Ekspor Jasa Indonesia Pada Sektor Jasa Lingkungan Jepang ke 0,5. Indonesia yaitu pada 14 sub pada sektor jasa keuangan Jepang ke Indonesia yaitu pada 14 sub pada sektor jasa keuangan sektor dengan indek hoekman masingNO keuangan, SEKTOR/SUB-SEKTOR HI JPN HI IDN hoekman masingPada sektor jasa Jepang sektor dengan indek masing 0,5 atau berpeluang sedang. Pada sektor jasa keuangan, Jepang memberikan komitmen pada 16 sub 0,5 atau0,00berpeluang sedang. 1 Jasa pembuangan limbah masing Peluang1,00 ekspor jasa Indonesia ke memberikan komitmen pada 16 sub Jasa pembuangan sampah 1,00 0,00 2 sektor jasa. Peluang Indonesia untuk Peluang ekspor jasa Indonesia ke Jepang 1,00 pada sektor jasa keuangan Jasa sanitasi dan sejenisnya 0,00 3 sektor jasa. Peluang Indonesia untuk 4 Jasa lingkungan lainnya 1,00 0,00 memanfaatkan sektor jasa keuangan Jepang sektor disajikan pada pada Tabel 10. jasa keuangan memanfaatkan sektor jasa keuangan Jepang yaitu sedang dengan indeks disajikan pada Tabel 10. Jepang yaitu sedang dengan indeks Tabel 9. Peluang Ekspor Jasa Indonesia Pada Sektor Jasa Lingkungan
Tabel 10. Peluang Ekspor Jasa Indonesia pada Sektor Jasa Keuangan Tabel 10. Peluang Ekspor Jasa Indonesia pada Sektor Jasa Keuangan NO
NO 1 2
0,50
0,50
16
4 5
Jasa asuransi pelengkap Jasa asuransi broker
0,50 0,00
0,50 0,50
17 18
9 NO10
1 11 2 12 13
HI IDN
Jasa untuk semua jenis pinjaman
0,5
0,38
0
0,38
0
retrosesi
Ket. HI : Hoekman Indeks; JPN : Jepang; IDN : Indonesia
HI IDN
0,00
Jasa pembiayaan 0,38 Jasa semua jenis pembayaran 0,38 dan transmisi keuangan 19 Jasa pembiayaan keuangan 0,00 0,50 Jasa komitmen dan penjaminan 0,38 20 Jasa piutang 0,00 0,50 Jasa perdagangan pada rekening 0,38 pribadi untuk konsumen 21 Jasa bisnis kredit Ekspor 0,00Jasa 0,50 Jasa partisipasi pada penerbitan 0,38 Tabel 10. kartu Peluang Indonesia pada Sektor Jasa Keuangan semua jenis sekuritas 22 Jasa keuangan konsumen 0,00 0,50 Jasa broker keuangan 0,38 HI HI HI 23 Jasa bisnis perdagangan 0,00 0,50 JasaSEKTOR/SUB-SECTOR manajemen aset seperti kas 0,38 SEKTOR/SUB-SECTOR NO JPN IDN JPN sekuritas pada rekening atau manajemen portofolio pribadi 14 Jasa asuransi jiwa,dalam 0,50 0,50 Jasa investasi dibatasi 0,00 24 Jasa partisipasi 0,00 0,50 Jasa penasehat penyelesaian dan 0,38 kecelakaan kesehatan hanya untuk penasehat pasar penerbitandan sekuritas pengelolaan kliring untukdiaset modal capital market keuangan 15 Jasa asuransi non-jiwa 0,50 Jasa deposito dan 0,38 Jasa manajemen aset untuk 0,50 0,00 0,50 25 Jasa penerimaan penasehat dan bantuan 0,38 manajemen portofolio keuangan lainnya 26 Jasa manajemen aset untuk 0,00 0,50 Jasa provisi dan transfer informasi 0,38 manajer investasi keuangan pemrosesan data 16 Jasa reasuransi dan 0,50 0,50 Jasa untukdan semua jenis pinjaman 0,38 keuangan
4 KPI Jasa(2007), asuransi pelengkap 0,50 0,50 17 Jasa pembiayaan Sumber: Ditjen Sumber: Ditjen KPI diolah (2007), diolah 5 18 Jasa asuransi broker 0,00 0,50 Jasa semua jenis pembayaran Ket. HI : Hoekman Indeks; JPN : Jepang; IDN : Indonesia dan transmisi keuangan 6 7
HI JPN
SEKTOR/SUB-SECTOR
1,00 0,00 14 Jasa asuransi jiwa, 0,50 0,50 Jasa penasehat investasi dibatasi Jasa pembuangan sampah 1,00 0,00 2 kecelakaan dan kesehatan hanya untuk penasehat di pasar market Jasa sanitasi dan sejenisnya modal capital 1,00 0,00 3 15 Jasa asuransi non-jiwa 0,50 0,50 Jasa penerimaan deposito dan 4 Jasa lingkungan lainnya 1,00 0,00 lainnya Jasa reasuransi dan retrosesi
8
HI JPN
HI HI SEKTOR/SUB-SECTOR NO JPN IDN 1 Jasa pembuangan limbah
3
6 7
3
SEKTOR/SUB-SEKTOR
0 0 0 0 0 0 0 HI
IDN
00,5 00 0
0
0,38 0,38
0 0
19 Jasa pembiayaan keuangan 0,00 0,50 Jasa komitmen dan penjaminan 0,38 Tabel 11. Peluang Ekspor pada Sektor pada Jasa kesehatan 20 Jasa piutang 0,00 Jasa 0,50Indonesia Jasa perdagangan rekening 0,38 pribadi untuk konsumen dan Terkait Sosial 21 Jasa bisnis kartu kredit 0,00 0,50 Jasa partisipasi pada penerbitan 0,38 semua jenis sekuritas 22 Jasa keuangan konsumen 0,00 0,50 Jasa broker keuangan 0,38 23 Jasa bisnis perdagangan 0,00 0,50 Jasa manajemen aset sepertiHI kasIDN 0,38 NO SEKTOR/SUB-SEKTOR HI JPN sekuritas pada rekening atau manajemen portofolio pribadi 1 Jasa rumah sakit 0,25 0,5 24 Jasa partisipasi dalam 0,00 0,50 Jasa penyelesaian dan 0,38 penerbitan 2 sekuritas Jasa kesehatan Manusia lainnya pengelolaan 0,25 kliring untuk aset0,5 keuangan Jasa sosial 0,25 0 3 Jasa manajemen asetJasa untuk kesehatan 0,00 0,50 25 Jasa penasehat dan bantuan0 0,38 4 lainnya 0,25 manajemen portofolio keuangan 26 Jasa manajemen aset untuk 0,00 0,50 Jasa provisi dan transfer informasi 0,38 manajer investasi keuangan dan pemrosesan data keuangan
0 0
8 8) Peluang ekspor jasa Indonesia untuk memanfaatkan pasar 0jasa Jepang 8) Peluang ekspor jasa Indonesia untuk memanfaatkan pasar 0jasa Jepang 9 pada 10sektor jasa kesehatan dan termasuk kecil, sedangkan Jepang 0 pada sektor jasa kesehatan dan termasuk kecil, sedangkan terkait dengan sosial berpeluang sedang pada 2 subJepang sektor terkait11dengan sosial 0 sub sektor berpeluang sedang pada 2 yaitu sub sektor jasa rumah sakit dan Pada sektor jasa kesehatan dan yaitu sektor jasa rumah sakit dan Pada jasa sub kesehatan manusia lainnya. 12sektor jasa kesehatan dan 0 terkait dengan sosial di kerjasama jasa manusia lainnya. terkait dengan sosial di4 sub kerjasama Peluangkesehatan ekspor jasa Indonesia ke 13 0 IJEPA, Jepang membuka sektor Peluang ekspor jasa Indonesia ke IJEPA, Jepang membuka 4 sub sektor Jepang pada sektor jasa kesehatan dan sedangkan Indonesia hanya membuka Jepang pada sektor jasa kesehatan dan Ket. HI : Hoekman Indeks; JPN : membuka Jepang; IDN : Indonesia sedangkan Indonesia hanya terkait sosial disajikan pada Tabel 11. 2 sub sektor. Adapun Indonesia Sumber: Ditjen KPI peluang (2007), diolah terkait sosial disajikan pada Tabel 11. 2 sub sektor. Adapun peluang Indonesia
Tabel 11. Peluang Ekspor Indonesiapada pada Sektor Jasa kesehatan Tabel 11. Peluang Ekspor Jasa Jasa Indonesia Sektor Jasa kesehatan dan dan Terkait Sosial Terkait Sosial NO 1 2 3 4
SEKTOR/SUB-SEKTOR Jasa rumah sakit Jasa kesehatan Manusia lainnya Jasa sosial Jasa kesehatan lainnya
HI JPN 0,25 0,25 0,25 0,25
HI IDN 0,5 0,5 0 0
Sumber: Ditjen KPI (2007), diolah Ket. HI : Hoekman Indeks; JPN : Jepang; IDN : Indonesia Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.8 No. 1, JuLi 2014
20 20
45
9) Peluang ekspor jasa Indonesia pada sektor jasa pariwisata dan terkait perjalanan Peluang Indonesia untuk memanfaatkan kerjasama IJEPA melalui ekspor tenaga kerja dan investasi pada sektor jasa pariwisata dan terkait perjalanan yaitu besar pada 3 sub sektor. Sub sektor tersebut yaitu jasa hotel dan restoran, jasa agen travel dan operator tur, serta jasa pemandu wisata. Hal ini
disebabkan karena Jepang memberikan komitmen penuh pada mode 3 dan mode 4 baik di kolom pembatasan akses pasar maupun di kolom perlakuan nasional. Adapun Indonesia memberikan komitmen pada 4 sub sektor dengan peluang sedang atau dengan indeks Hoekman 0,5. Peluang ekspor jasa Indonesia ke Jepang pada sektor jasa pariwisata dan terkait perjalanan disajikan pada tabel 9.
Tabel 12.Tabel Peluang EksporEkspor Jasa Jasa Indonesia pada Sektor 12. Peluang Indonesia pada SektorJasa Jasa Pariwisata Pariwisata dan Terkait Perjalalan. dan Terkait Perjalalan. NO 1 2 3 4 5
SEKTOR/SUB-SEKTOR Jasa Jasa Jasa Jasa Jasa
HI JPN
HI IDN
1,00 1,00 1,00 0,00 0,00
0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
hotel dan restoran (termasuk katering) agen perjalanan dan operator tur pemandu wisata penyajian minuman tanpa hiburan operator hotel internasional
Sumber: Ditjen KPI (2007), diolah Ket. HI : Hoekman Indeks; JPN : Jepang; IDN : Indonesia Tabel 13. Peluang Ekspor Jasa Indonesia Pada Sektor Jasa Rekreasi, Budaya, dan Olah Raga
10) Peluang ekspor jasa Indonesia Hoekman 1. Hal ini berarti bahwa Tabel 12. Peluang Ekspor Jasa Indonesia pada Sektor Jasa Pariwisata NO SEKTOR/SUB-SEKTOR HI JPN besarHI IDN pada sektor jasa rekreasi, Indonesia berpeluang dalam dan Terkait Perjalalan. budaya, danhiburan olah raga memanfaatkan 1 Jasa (termasuk teater, band langsung, dan sirkus) sektor 1,00 jasa rekreasi, 0 Jasa agensi berita 1,00 Jepang0 pada 2 budaya, dan olah raga SEKTOR/SUB-SEKTOR HI JPN HI IDN Indonesia belum memberikan Jasa perpustakaan, arsip, dan budaya lainnya 1,00 0 3 NO semua sub sektor jasa yang dibuka. 4 Jasa olahraga rekreasi lainnya 1,00 0 komitmen pada sektor dan jasa rekreasi, jasa 0,5 Indonesia ke 1 Jasa hotel dan restoran (termasukPeluang katering) ekspor 1,00 budaya dan olah raga di kerjasama Jasa agen perjalanan dan operatorJepang tur 1,00 sektor 0,5 2 pada jasa rekreasi, IJEPA, sedangkan Jepang memberikan Jasa pemandu wisata 1,00 0,5 3 budaya, dan olah raga disajikan pada komitmen pada 4 penyajian sub sektor jasa 4 Jasa minuman tanpa hiburan 0,00 0,5 Tabel 13. 5 Jasa operator hoteltertinggi internasional 0,00 0,5 dengan tingkat komitmen yang yaitu none atau dengan indeks
Tabel 13. Peluang Ekspor Jasa Jasa Indonesia padaPada Sektor Jasa Jasa Rekreasi, Budaya, Tabel 13. Peluang Ekspor Indonesia Sektor Rekreasi, dan Olah Raga Budaya, dan Olah Raga NO 1 2 3 4
SEKTOR/SUB-SEKTOR Jasa hiburan (termasuk teater, band langsung, dan sirkus) Jasa agensi berita Jasa perpustakaan, arsip, dan budaya lainnya Jasa olahraga dan rekreasi lainnya
HI JPN
HI IDN
1,00 1,00 1,00 1,00
0 0 0 0
Sumber: Ditjen KPI (2007), diolah Ket. HI : Hoekman Indeks; JPN : Jepang; IDN : Indonesia 46
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.8 No. 1, JuLi 2014
21
11) Peluang ekspor jasa Indonesia pada sektor jasa transportasi
kategori berpeluang kecil. Adapun Indonesia membuka sebanyak 4 sub sektor dengan nilai indeks Hoekman 0,5 yang berarti bahwa peluang Jepang untuk memanfaatkan pasar Indonesia adalah sedang. Adapun peluang ekspor jasa Indonesia ke Jepang pada sektor jasa transportasi disajikan pada Tabel 14 sebagai berikut.
Pada sektor jasa transportasi Jepang membuka sebanyak 28 sub sektor. Peluang ekspor Indonesia dari 28 sub sektor tersebut yaitu 17 sub sektor dengan kategori berpeluang besar, 14 sub sektor dengan kategori sedang dan 8 sub sektor dengan
Tabel 14. Peluang Ekspor JasaIndonesia Indonesia pada Pada Sektor transportasi Tabel 14. Peluang Ekspor Jasa SektorJasa Jasa Transportasi NO
SEKTOR/SUB-SEKTOR
HI JPN
HI IDN
Jasa transportasi laut
NO
SEKTOR/SUB-SEKTOR
HI JPN
HI IDN
Jasa transportasi kereta api
1
Jasa Transportasi berpenumpang
0,50
0,5
18
Jasa Transportasi berpenumpang
0,88
0
2
Jasa Transportasi pengankutan
0,50
0,5
20
Jasa Transportasi pengankutan
0,88
0
1,00
0,5
21
Jasa mendorong dan naik
1,00
0
0,88
0,5
22
Jasa pemeliharaan dan perbaikan kapal
1,00
0
Jasa pendukung perkretaapian
0,88
0
Jasa penyewaan kapal dengan awak Jasa pemeliharaan dan perbaikan kapal
3 4 5
Jasa mendorong dan naik
1,00
0
23
6
Jasa pendukung maritim
1,00
0
Jasa transportasi jalan raya 24
Jasa Transportasi berpenumpang
0,63
0
7
Jasa perairan internal Jasa Transportasi berpenumpang
0,00
0
25
0,75
0
8
Jasa Transportasi pengankutan
0,00
0
26
1,00
0
9
Jasa penyewaan kapal dengan awak
0,00
0
27
Jasa Transportasi pengankutan Jasa penyewaan kendaraan komersial dengan operator Jasa pemeliharaan dan perbaikan peralatan transportasi jalan raya
0,88
0
10
Jasa pemeliharaan dan perbaikan kapal
0,88
0
28
0,75
0
1,00
0
Jasa transportasi pipa
1,00
0
29
Jasa transportasi minyak
0,25
0
30
Jasa transportasi barang lainnya
1,00
0
11
Jasa mendorong dan naik Jasa pendukung transportasi perairan internal
12
Air Transport Services
Jasa pendukung transportasi transportasi jalan raya
13
Jasa Transportasi berpenumpang
0,00
0
Jasa pelengkap untuk semua moda transportasi
14
Jasa Transportasi pengangkutan
0,00
0
31
Jasa penanganan kargo
1,00
0
0,00
0
32
Jasa penyimpanan dan pergudangan
0,88
0
0,88
0
33
Jasa agen pengangkutan
0,88
0
1,00
0
34
Jasa transportasi lainnya
0,88
0
Penyewaan pesawat terbang dengan awak Jasa pemeliharaan dan perbaikan pesawat terbang Jasa pendukung transportasi udara
15 16 17
Sumber: Ditjen KPI (2007), diolah Ket. HI : Hoekman Indeks; JPN : Jepang; IDN : Indonesia Ket. HI : Ditjen Hoekman Indeks;diolah JPN : Jepang; IDN : Indonesia Sumber: KPI (2007),
Tabel 15. Peluang Ekspor Jasa Indonesia Pada Sektor Jasa Lainnya. NO 1 2
SEKTOR/SUB-SEKTOR
HI JPN
HI IDN
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.8 No. 1, JuLi 2014
Jasa pencucian, pembersihan dan pencelupan (tidak termasuk jasa pengumpulan laundri) Jasa pengumpulan laundri
1,00
0
1,00
0
22
47
7
Jasa Transportasi berpenumpang
0,00
0
25
8
Jasa Transportasi pengankutan
0,00
0
26
9
Jasa penyewaan kapal dengan awak
0,00
0
27
10
Jasa pemeliharaan dan perbaikan kapal
0,88
0
28
11
Jasa mendorong dan naik
1,00
0
12) 12
Jasa pendukung transportasijasa Indonesia Peluang ekspor 1,00 0 perairan internal pada sektor jasa lainnya Air Transport Services
Jasa Transportasi pengankutan Jasa penyewaan kendaraan komersial dengan operator Jasa pemeliharaan dan perbaikan peralatan transportasi jalan raya Jasa pendukung transportasi transportasi jalan raya
0,75
0
1,00
0
0,88
0
0,75
0
Jasa transportasi pipa
jasa SPA Indonesia 0,25 sehingga 29sektor Jasa transportasi minyak 0
penyedia jasa SPA dan tenaga kerja Jasa transportasi barang lainnya 1,00 0 bidang SPA Indonesia bisa meman13 Jasa pelengkap untuk semua moda transportasi Jasa Transportasi berpenumpang 0,00 0 Indonesia juga tidak memberikan pasar kargo jasa Jepang 14 31faatkan Jasa Transportasi pengangkutan 0 Jasa penanganan 1,00 tanpa 0 komitmen pada sektor jasa 0,00 lainnya, Penyewaan pesawat terbang Jasa penyimpanan dan peluang 15 32diberikan pembatasan. Adapun 0,00 0 5 0,88 0 sedangkan Jepang menambahkan dengan awak pergudangan Jasa pemeliharaan dan perbaikan ekspor jasa Indonesia ke Jepang pada 16 33 0,88 0 Jasa agen pengangkutan 0,88 0 sub pesawat sektor masing-masing terbang yang lainnya disajikan pada 17 34sektor Jasa pendukung transportasi udara 1,00 0 Jasajasa transportasi lainnya 0,88 Tabel 0 diberikan komitmen penuh atau dengan Ket. HI : Hoekman Indeks; : Indonesia 15 sebagai berikut. indeks hoekman 1.JPN Hal: Jepang; yang IDN menarik 30
Sumber: Ditjen KPI (2007), diolah
pada sektor ini yaitu dibukanya sub Tabel 15. Jasa Indonesia Padapada Sektor Jasa Lainnya. Tabel 15.Peluang PeluangEkspor Ekspor Jasa Indonesia Sektor Jasa Lainnya. NO 1 2 3 4
SEKTOR/SUB-SEKTOR Jasa pencucian, pembersihan dan pencelupan (tidak termasuk jasa pengumpulan laundri) Jasa pengumpulan laundri Jasa tata rambut dan kecantikan Jasa spa indonesia (tidak termasuk jasa medis)
HI JPN
HI IDN
1,00
0
1,00 1,00 1,00
0 0 0
Sumber: Ditjen KPI (2007), diolah Ket. HI : Hoekman Indeks; JPN : Jepang; IDN : Indonesia
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa Jepang telah lebih terbuka dari Indonesia di sektor jasa pada kerjasama IJEPA. Hal ini terlihat dari jumlah sub sektor jasa yang dikomitmenkan yaitu sebanyak 137 sedangkan Indonesia hanya membuka 77. Jika dilihat dari tingkat komitmen yang diberikan, Jepang memberikan komitmen penuh pada 100 sub sektor sedangkan Indonesia hanya memberikan komitmen penuh pada 27 sub sektor. Komitmen penuh yang diberikan oleh Indonesia tersebut hanya pada Mode 1 (cross border supply) dan Mode 2 (consumption abroad), sedangkan
48
Mode 3 (commercial presence) dan Mode 4 (movement of natural person) dibuka dengan pembatasan. Beberapa sektor jasa yang dibuka oleh Jepang, Indonesia berpeluang besar untuk memanfaatkan pasar jasa Jepang terutama melalui commercial presence (Mode 3) dan movement of natural person (Mode 4) dengan jumlah sub sektor yaitu sebanyak 27 sub sektor di jasa bisnis, 5 sub sektor di jasa komunikasi, 2 sub sektor di jasa pendidikan, 4 sub sektor di jasa lingkungan, 3 sub sektor di jasa pariwisata, 4 sub sektor di jasa rekreasi, budaya dan olah raga, 6 sub sektor di jasa transportasi dan 5 sub sektor di jasa lainnya.
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.8 No. 1, JuLi 2014
23
Perjanjian IJEPA menghasilkan potensi akses pasar sektor jasa yang besar bagi Indonesia sedangkan tantangan impor jasa dari Jepang relatif lebih rendah. Untuk dapat memanfaatkan hasil perjanjian tersebut terutama di bidang investasi (mode 3) yaitu dengan mengetahui hambatanhambatan dalam berinvestasi di sektor jasa di Jepang. Survei Ernst and Young dan JETRO pada tahun 2008 dengan mewawancarai 209 eksekutif perusahaan-perusahaan dari Amerika Serikat, Eropa dan Asia dan menghasilkan data hambatan-hambatan utama dalam berinvestasi di Jepang (Sunesen, Francois dan Thelle, 2009). Adapun hambatanhambatan untuk sektor jasa wholesale, distribusi, logistik and jasa business-tobusiness lainnya yaitu bahasa (20%), pajak (20%), upah buruh (9%), budaya (11%), pasar yang tertutup (11%), kerumitan pada prosedur administrasi (11%), biaya lahan dan real estate yang tinggi (11%) (Sunesen, Francois dan Thelle, 2009). Rekomendasi dari penelitian ini yaitu Indonesia perlu melakukan negosiasi lanjutan dengan Jepang terkait dengan pengurangan hambatan-hambatan seperti mengurangi pajak, mengurangi hambatan bahasa, mengurangi biaya buruh, membuat regulasi buruh yang lebih fleksibel, dan membuat prosedur administrasi yang lebih fleksibel. Adapun hal-hal yang dapat dilakukan di mode 4 antara lain yaitu mempromosikan jasa Indonesia ke Jepang, melakukan MRA agar tenaga kerja Indonesia dapat diakui di Jepang,
dan melakukan sosialisasi ke asosiasi dan pengusaha. Untuk penelitian berikutnya, perlu dibahas mengenai ekspor jasa Indonesia ke Jepang. DAFTAR PUSTAKA CIA Factbook. (2012). The World Factbook CIA. Diunduh 10 Maret 2013 dari https://www.cia.gov/library/publications/ the-world-factbook/geos/id.html. Ditjen KPI. (2007). Agreement Between The Republic Of Indonesia And Japan For An Economic Partnership. Diunduh 1 September 2013 dari http://ditjenkpi.kemendag.go.id /website_kpi/Umum/IJEPA/Basic%20A greement%20%28ID%29 .pdf Fokunaga, Y., dan I. Isono. (2013). Taking ASEAN+1 FTAs Toward the RCEP A Mapping Study. ERIA. Francois, J., dan B. Hoekman. (2010). Services Trade and Policy. Journal of Economic, Vol. 48: 642-685. Friawan, D. (2012). Liberalisasi Sektor Jasa Di Indonesia: Masalah dan Kebutuhan Pengembangan Kapasitas. Ishido, H. (2011). Liberalization of Trade in Services under ASEAN+n: A Mapping Exercise. ERIA. Phili, P. L dan M.A. Ferretti. (2008). International Investment Pattern. The Review of Economics and Statistics, Vol. 90, No. 3: 538-549. Manning, C dan H. Arwicahyono. (2012) Perdagangan di Bidang Jasa dan Ketenagakerjaan: Kasus Indonesia. International Labour Organization. Markusen, J., F.T. Rutherford dan D. Tarr. (2005). Trade and Direct Investment in Producer Services and The Domestic Market for Expertise. The Canadian Journal of Economics, Vol. 38, No. 3:758-777.
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.8 No. 1, JuLi 2014
24
49
Matto, A., M. Sterm, dan G. Zanini. (2007). A Handbook of International trade in Services (Oxford: Oxford University Press), 6-5. Nefussi, B., dan C. Schwellnus. (2010). Does FDI in manufacturing cause FDI in business services? Evidence from French firm-level data. The Canadian Journal of Economics / Revue canadienne d'Economique, Vol. 43, No. 1: 180-203. Public Citizen. (2006). WTO General Agreement on Trade in Services (GATS) Glossary. Diunduh 10 Maret 2013 dari http://www.citizen.org/documents/gloss ary_final_03-06.pdf. Pusat Kebijakan Kerjasama Perdagangan Internasional. (2013). Kajian Dampak Implementasi IJEPA dalam Sektor Jasa bagi Perdagangan Indonesia. Puska KPI, Kementerian Perdagangan. Kementerian Manusia
50
Hukum dan Hak Asasi (Kemenkumham). (2008).
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pengesahan Persetujuan Antara Republik Indonesia dan Jepang Mengenai Suatu Kemitraan Ekonomi. Diunduh 23 September 2013 dari http://hukum.unsrat.ac.id/pres/perpres_ 36_2008.pdf. Sunesen, R. E, F.J. Francois, dan M. H. Thelle. (2009). Assessment of Barriers to Trade and Investment Between The Eu and Japan (Copenhagen: Copenhagen: Economics). 104-112. World Trade Organization (WTO). (1991). Services Sectoral Classification List (MTN.GNS/W/120) (Geneva: WTO Secretariat), 7-1. World Trade Organization (WTO). (2001).Guidelines For The Scheduling Of Specific Commitments Under The General Agreement On Trade In Services (Document S/L/92) (Genev: WTO Secretariat), 13-3.
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.8 No. 1, JuLi 2014
25