Nanofiltrasi sebagai “Best Available Technology” untuk Pengolahan Air Sri Suminar Dewi* Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Bandung Jalan Ganesa No. 10, Bandung, Indonesia *Corresponding Author:
[email protected] Abstrak Air merupakan zat yang sangat penting bagi kehidupan seluruh makhluk hidup di bumi. Air merupakan kebutuhan primer di bandingkan dengan kebutuhan zat lainnya. Munculnya permasalahan mengenai krisis air bersih yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti pencemaran berbagai sumber air akibat dari pembuangan limbah industri dan penggunaan air tanah yang berlebihan. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya yang dapat mengatasi krisis air tersebut seperti penerapan teknologi pengolahan air. Teknologi membran merupakan salah satu teknologi baru yang telah banyak digunakan dalam proses pemisahan dan diaplikasikan dalam berbagai bidang baik industri proses, farmasi, kedokteran dan juga sebagai teknologi pengolahan air. Membran yang sering digunakan dalam teknologi pengolahan air diantaranya adalah mikrofiltrasi, ultrafiltrasi, nanofiltrasi dan reverse osmosis. Sumber air yang dapat diolah bisa berasal dari air permukaan, air tanah, air payau, air laut dan juga air limbah. Pengolahan air yang bersumber dari air limbah akan memberikan nilai positif tidak hanya bagi industri tetapi juga bagi lingkungan. Pengolahan air dilakukan berdasarkan pada penggunaan air misalnya untuk air minum, air sanitasi atau air untuk proses industri. Penggunaan proses membran nanofiltrasi untuk pengolahan air minum dari sumber air alami sudah banyak diterapkan, begitu pula d engan industri-industri yang menggunakan air dalam jumlah yang besar sebagai bahan bakunya saat ini sudah mulai mengolah air limbahnya untuk dijadikan kembali sebagai air proses. Hal yang tak kalah pentingnya adalah aturan akan standar baku mutu air terutama air minum yang akan semakin ketat mengharuskan proses membran dilakukan untuk pengolahan supply air minum. Dalam aplikasi teknologi pengolahan air, nanofiltrasi memiliki predikat sebagai “best available technology” dari EPA (Environmental Protection Agency). Nanofiltrasi memiliki kemampuan dalam menghasilkan efluen dengan kualitas di atas standar baku mutu air dan memiliki keunggulan dalam menghilangkan monovalen ion. Kata kunci : nanofiltrasi (nanofiltration), best available technology, pengolahan air (water treatment), krisis air
1.
Pendahuluan
Air adalah substansi kimia yang tersusun atas hidrogen dan oksigen dengan rumus kimia H2 O. Air juga merupakan pelarut universal. Ketersediaan air diseluruh dunia terbagi atas air asin (air laut) sebanyak 97%, air tawar (1%) dan air beku/es di kutub (2%), disajikan pada gambar 1[1]. Diperkirakan bahwa 41% populasi dunia hidup di daerah kering atau kekurangan air. Dengan demikian ketersediaan air tawar yang sedikit dapat menjadi permasalahan dunia [2].
air laut air tawar air beku/es
Gambar 1. Ketersediaan Air di Duni a [1 ]
Air adalah media biologis di bumi. Bagi makhluk hidup di bumi, air merupakan kebutuhan primer jika dibandingkan dengan kebutuhan akan zat lainnya. Sebagian besar sel hidup dikelilingi air dan
Sri Su minar Dewi, Nanofiltrasi sebagai “Best Available Technology” untuk pengolahan air, 2015, 1-9
sel itu sendiri terdiri dari 70-90% air. Dengan demikian, bumi menjadi tempat yang cocok untuk di tinggali karena ketersediaan air [1]. Kebutuhan air dari tahun ke tahun semakin meningkat, baik untuk kebutuhan domestik ataupun kebutuhan industri. Hal ini disebabkan oleh semakin meningkatnya populasi penduduk dan laju pertumbuhan industri [3]. Akan tetapi, ketersediaan sumber-sumber air semakin berkurang. Hal tersebut sebagian besar diakibatkan oleh pencemaran dan kerusakan lingkungan. Dampak yang terjadi adalah krisis air. Krisis air bersih dapat menjadi permasalahan yang besar. Beberapa indikator terjadinya krisis air diantaranya adalah persediaan air minum yang semakin sulit, persediaan air sanitasi yang semakin sulit, tercemarnya sumber air yang mengganggu keragaman hayati dalam ekosistem air, penggunaan air tanah yang berlebihan. Beberapa pihak bahkan menyatakan bahwa sumber air yang semakin langka dapat menyebabkan timbulnya perang [1]. Pencemaran terhadap sumber air merupakan dampak dari adanya pembuangan limbah industri ke lingkungan atau badan air yang tidak melalui proses pengolahan terlebih dahulu. Industri sendiri merupakan pengguna air dalam jumlah yang cukup signifikan apabila dibandingkan dengan kebutuhan air minum dan air sanitasi. Bahkan untuk beberapa industri, air menjadi komponen utama dan penentu kualitas produk [4]. Saat ini, laju pertumbuhan industri terutama di Indonesia semakin meningkat dan itu artinya semakin banyak pula limbah industri yang dihasilkan. Tidak tersedianya teknologi pengolahan limbah yang memadai serta mahalnya teknologi pengolahan limbah menjadi kendala besar bagi industri. Pada akhirnya efluen dari pengolahan limbah yang tidak memenuhi standar baku mutu air limbah yang layak tetap di buang ke lingkungan atau badan
air. Dampak dari pembuangan limbah yang terus berkelanjutan tersebut menyebabkan pencemaran sumber air yang semakin luas dan semakin parah. Akibatnya keragaman hayati ekosistem air pun menjadi terganggu. Di Indonesia, pencemaran lingkungan akibat dari pembuangan limbah industri sudah menjadi rahasia umum. Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya kesadaran dari pengelola industri dalam menjaga lingkungan serta kurang tegasnya pihak pemerintah dalam menegakan peraturan dalam melestarikan lingkungan. Penggunaan air terutama air tanah dan air permukaan dalam jumlah yang besar tanpa mempertimbangkan keseimbangan terhadap lingkungan juga mengakibatkan dampak yang semakin buruk. Salah satu contoh akibat dari penggunaan air tanah dan juga air permukaan oleh para pengelola dan pengembang industri, membuat sektor lain seperti pertanian menjadi merosot. Dampak dari hal tersebut yang terus berkelanjutan mengakibatkan sulitnya menemukan persediaan sumber air. Solusi untuk mengatasi krisis air bersih ini adalah dengan melakukan pengolahan air. Dahulu, pengolahan air dilakukan secara konvensional seperti koagulasi, flokulasi, sedimentasi dan filtrasi. Saat ini pengolahan air dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi membran (khususnya nanofiltrasi dan/atau reverse osmosis) [5]. Teknologi membran merupakan teknologi yang baru berkembang belum lama ini. Pemisahan dengan menggunakan membran tidak dipengaruhi oleh kesetimbangan fasa. Saat ini, banyak penelitian yang telah dan bahkan sedang dilakukan yang berhubungan dengan pengolahan air. Sumber-sumber air yang dapat diolah dapat berupa air permukaan (air sungai, air danau), air tanah, air payau, air laut dan juga air limbah dengan menggunakan proses membran nanofiltrasi untuk menghasilkan air bersih (khususnya air minum, air sanitasi dan air proses untuk
2
Sri Su minar Dewi, Nanofiltrasi sebagai “Best Available Technology” untuk pengolahan air, 2015, 1-9
industri). Pada pengolahan air limbah dilakukan dengan tujuan untuk meminimalisir air limbah industri dengan menerapkan konsep “re-use”(pemanfaatan kembali). Konsep pemanfaatan kembali sesungguhnya memiliki nilai positif, baik bagi industri maupun bagi lingkungan. Bagi industri konsep “re-use” ini tidak hanya mengolah limbah tapi juga mengurangi biaya pengolahan limbah dan penyediaan air proses, sedangkan bagi lingkungan konsep ini akan mengurangi pencemaran. Dari konsep “re-use” menjadikan membran sebagai salah satu teknologi yang ramah lingkungan. Isu akan semakin ketatnya standar baku mutu air minum juga mengharuskan pelaku usaha untuk menambahkan proses seperti penambahan klor sebagai bahan desinfektan. Akan tetapi penambahan tersebut juga menimbulkan efek samping yang tidak baik terhadap kesehatan dari terbentuknya produk samping yang memang berdampak negatif bagi tubuh manusia. Isu tersebut juga menjadikan dasar untuk penggunaan teknologi membran sebagai teknologi yang dinilai cocok untuk pengolahan air.
2. Membran Aplikasinya
Nanofiltrasi
dan
Membran memiliki arti sebagai lapisan tipis yang berada diantara dua fasa yang berfungsi sebagai pemisah yang selektif. Pemisahan dengan membran didasarkan pada perbedaan koefisien difusi, perbedaan potensial listrik, perbedaan tekanan, dan
perbedaan konsentrasi [4]. Kisaran ukuran komponen yang dapat dipisahkan dengan membran ditujukkan pada gambar 2 [6]. Prinsip dasar proses pemisahan dengan menggunakan membran ditunjukkan pada gambar 3 [6]. Teknologi membran yang telah banayk digunakan dan dikenal secara luas dalam pengolahan air saat ini adalah mikrofiltrasi, ultafiltrasi, nanofiltrasi dan reverse osmosis [3]. Keempat membran tersebut dioperasikan dengan perbedaan tekanan sebagai daya dorong. Nanofiltrasi adalah proses filtrasi membran yang relatif baru yang seringkali digunakan dengan air dengan jumlah total padatan terlarut sedikitdengan tujuan untuk softening (penghilangan kation polivalen) dan penghilangan produk samping desinfektan seperti zat organik alam dan sintetik [7, 8]. Nanofiltrasi merupakan salah satu membran yang menggunakan tekanan sebagai daya dorong (driving force) sebagai prinsip kerjanya [9, 10]. Berdasarkan tipe, membran nanofiltrasi memiliki struktur asimetrik yang terdiri dari lapisan kulit membran tipis (0,005-0,3 μm) yang melapisi sublayer (100-300 μm) yang menyediakan support berpori [5]. Nanofiltrasi memiliki ukuran pori sekitar 1-5 nm [9]. Proses membran Nanofiltrasi dapat menghilangkan padatan tersuspensi, bahan organik alami, bakteri, virus, garam dan ion divalen yang terkadung dalam air. Nanofiltrasi beroperasi pada tekanan yang lebih rendah dari reverse osmosis, antara 50-150 psi [11].
3
Sri Su minar Dewi, Nanofiltrasi sebagai “Best Available Technology” untuk pengolahan air, 2015, 1-9
Gambar 2. Ukuran skala ko mponen yang dapat terpisahkan dengan memb ran [ 6]
Gambar 3. Prinsip dasar proses pemisahan dengan membran [6]
Nanofiltrasi memiliki beberapa keuntungan diantaranya adalah tekanan operasi rendah, flux tinggi, retensi multivalent garam anion tinggi, biaya investasi, operasi dan perbaikan relatif rendah. Pada tahun 1970-an, teknologi membran nanofiltrasi banyak digunakan dalam pengolah air [10]. Desain membrane nanofiltrasi yang digunakan dalam memproduksi air minum berupa modul spiral-wound [12, 13]. Skema modul spiral wound di tunjukkan pada gambar 4 berikut [14].
Gambar 4. Modul spiral-wound [14]
Membran nanofiltrasi digunakan dalam area yang luas diantaranya adalah sebagai
pengolah air minum, pengolah air limbah dan juga banyak diterapkan pada berbagai aplikasi di industri [15]. Dalam pengolahan air, proses membran nanofiltrasi digunakan untuk menghilangkan warna, hardness, pestisida dan nitrat [16]. Sumber air yang dapat diolah adalah air tanah, air permukaan, air asin (air laut) dan air limbah [10]. Tujuan dari pengolahan air tersebut adalah untuk air minum, air sanitasi dan air proses untuk kebutuhan industri. Sebagai syarat untukdijadikan air minum, kandungan maksimal kalsium dalam air adalah 270 mg/L dan kandungan magnesium adalah 50 mg/L [17]. Membran nanofiltrasi juga banyak digunakan pada aplikasi pengolahan makanan seperti produk susu, untuk pemekatan dan demineralisasi parsial secara bersamaan [7].
3. Pengolahan Air dengan Membran Nanofiltrasi Proses pelunakan air tanah dengan menggunakan membran nanofiltrasi telah dipelajari. Schaep et al. menggunakan
4
Sri Su minar Dewi, Nanofiltrasi sebagai “Best Available Technology” untuk pengolahan air, 2015, 1-9
beberapa tipe membran nanofiltrasi yang berbeda untuk menghilangkan hardness dalam air. Retensi ion multivalen diketahui lebih dari 90%, dimana ion monovalen yang tertahan sekitar 60-70% [10, 17]. Air permukaan memiliki sifat kimia dan komposisi yang berubah-ubah seiring dengan perubahan musim dan setelah terjadi hujan [10]. Penghilangan hardness dari air danau di Taiwan telah dipelajari oleh Yeh et al. Menggunakan berbagai macam metoda yang berbeda seperti metoda konvensional, penambahan pellet softening, dan proses membran terintegrasi (ultrafiltrasi/nanofiltrasi). Dari berbagai metode tersebut, memproduksi air dengan apliksi proses membran menghasilkan kualitas air yang tebaik dengan nilai kekeruhan (turbidity) (0,03 NTU), total hardness yang terpisah adalah 90% dan organik terlarut yang terpisah sekitar 75% [10]. Pada pengolahan air permukaan (air sungai Hillsborough), nanofiltrasi digunakan untuk menghilangkan total organik karbon (TOC), hardness dan alkalinitas yang terkandung pada air sungai. Bahan baku umpan air sungai mengandung TOC berada pada rentang antara 4-28 mg/L, hardness antara 50-160 mg/L, dan alaklinitas antara 30-180 mg/L. Dari proses membran nanofiltrasi permeat mengandung TOC 0,5 mg/L [18]. Kualitas permeate dari proses pengolahan air sungai ini di tunjukkan pada tabel 1 berikut. Tabel 1. Kualitas permeat hasil pengolahan dengan membran nanofiltrasi menggunakan CSF memb ran nanofiltrasi [18] parameter Bahan permeate baku TOC, mg/ L 20,7 0,05 Warna, cu 194 5 Kekeruhan, NTU 2,29 0,07 Penghilangan spora, 5,54 log
Pengolahan air permukaan (air sungai Tama) untuk dijadikan air minum dipelajari oleh Thanuttamavong et al. Membran ultrafiltration mampu menghilangkan molekul organik berukuran 300-1800 Dalton dan 40005000 Dalton dari air umpan, yang di operasikan tanpa adanya perlakuan pretreatmen dengan mikrofiltrasi atau pun pretreatmen yang lainnya [19]. Limbah dari industri tekstil memiliki sejumlah kontaminan berupa padatan terlarut, BOD, COD, pH tinggi dan juga warna yang sangat kuat. Nanofiltrasi melakukan pemisahan komponen organik dengan berat molekul rendah (200-1000 g/mol) dan garam divalen cukup besar sebagai pengaruh dari pelunakan. Dengan proses tersebut permeate hasil pemisahan memiliki kualitas yang baik dan dapat digunakan kembali sebagai air proses. Adapun faktor yang mempengaruhi proses pemisahan tersebut adalah laju alir permeate dan tekanan operasi [20]. Selain menghilangkan kandungan bahan organik alami [5], penghiangan warna [20], penghilangan hardness [2, 16, 10], penghilangan pestisida dan nitrat [16], proses membran nanofiltrasi juga dapat digunakan untuk menghilangkan bahanbahan obat yang terlarut dalam air pada range yang luas [21]. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya bahan-bahan farmasi yang terlarut dalam air tanah seperti ketofropen, asetaminopen dan profinazone, diclofenac, antibiotik sulfamethoxazion, diuretik hidroklortiazid, dan beberapa bahan lainnya. Hasil proses membran nanofiltrasi dan reverse osmosis menunjukkan bahwa hampir seluruh bahan-bahan farmasi (>85%) yang terlarut dalam air tanah itu dapat tersaring [21]. Penggunaan proses membran nanofiltrasi berikutnya adalah pada proses pengolahan effluen dari penyamakan kulit. Limbah dari hasil penyamakan kulit banyak mengandung Cr (kromium) yang bersifat
5
Sri Su minar Dewi, Nanofiltrasi sebagai “Best Available Technology” untuk pengolahan air, 2015, 1-9
racun. Pada pengolah limbah ini proses membran nanofiltrasi didampingi dengan proses koagulasi. Effisiensi yang dapat dicapai dari proses ini adalah lebih dari 98% Cr dapat terpisah. Selain itu COD juga turun menjadi 142 mg/L, BOD 65 mg/L dan TDS 86 mg/L [22]. Nanofiltrasi merupakan proses membran dengan menggunakan tekanan, memiliki ukuran pori yang dapat menghilangkan komponen antara ukuran ultrafitrasi dan reverse osmosis. Jika penggunaannya digabung dengan reverse osmosis tingga hanya dapat dioperasikan pada tekanan yang sangat rendah, tapi juga memiliki flux air tinggi, dan biaya investasi rendah. Dengan karakter tersebut menjadi sebuah keuntungan untuk bisa melakukan proses desalinasi air laut dengan cepat [2]. Pada proses desalinasi air laut, penggunaan nanofiltrasi dapat dilakukan dengan multistage nanofiltrasi atau dengan mengintegrasikan nanofiltrasi dengan reverse osmosis [2]. Pada proses desalinasi air laut, proses membran nanofiltrasi juga bisa digunakan pada tahap pretreatment [10]. Sejauh ini pengolahan air laut dengan proses desalinasi terbilang sangat mahal. Akan tetapi, apa bila proses pengolahan air ditujukan untuk menghasilkan air minum maka investasi semahal apa pun dapat diabaikan dan tetap akan menghasilkan profit. Saat ini pabrik desalinasi air laut dengan menggunakan membran reverse osmosis di Ashkelon, Israel. Kapasitas Ashkelon seawater desalination adalah 325.000 m3 /hari [7, 23]. Pengembangan proses pengolahan air semakin hari semakin berkembang karena kebutuhan air yang semakin meningkat. Beberapa negara yang memiliki sumber air terbatas dan bahkan saat ini melakukan impor air, mereka sudah mulai mempersiapkan teknologi-teknologi pengolahan air.
Proses membran ini dipilih karena pencapaian dalam aplikasinya dalam menghilangkan komponen-komponen yang tidak diharapkan ada pada air [24]. Efektifitas dalam menghilangkan zat mengganggu dengan proses yang mudah dan cepat dijadikan sebagai tolok ukur untuk pengolahan air. 4. Nanofiltrasi sebagai “Best Available Technology” dalam pengolahan air Krisis air bersih menjadi permasalah penting akhir-akhir ini. Dimana ketersediaan air bersih semakin menurun sedangkan penggunanya semakin meningkat. Sumber air bersih alami yang semakin langka serta kualitas air pada sumber air alami yang semakin buruk akibat pencemaran lingkungan dari buangan limbah, memicu diperlukannya pengolahan air dengan teknologi yang berkualitas dan juga ramah lingkungan. Penerapan proses teknologi membran dalam pengolahan air merupakan solusi yang baik sekaligus menguntungkan jika dibandingkan dengan proses pengolahan air secara konvensional [4]. Aplikasi membran dengan nanofiltrasi dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada aplikasi proses membran nanofiltrasi secara langsung lebih bertujuan untuk minimalisasi limbah dan penggunaan kembali effluen untuk bahan baku air proses dalam industri. Proses membran nanofiltrasi memiliki ukuran pori sekita 550 nanometer. Dengan ukuran pori tersebut maka air limbah yang telah melalui membran akan sedemikian rupa sehingga memiliki standar kualitas bahan baku yang memenuhi untuk air proses. Untuk aplikasi proses membran nanofiltrasi secara tidak langsung, membran nanofiltrasi dikombinasikan dengan sistem pengolahan biologis [4]. Isu penting saat ini dalam pengolahan air minum adalah akan semakin mengetatnya
6
Sri Su minar Dewi, Nanofiltrasi sebagai “Best Available Technology” untuk pengolahan air, 2015, 1-9
standar kualitas air minum. Salah satu cara untuk dapat memenuhi standar syarat kualitas tersebut adalah dengan melakukan penambahan dosis klorin sebagai desinfektan. Akan tetapi hal tersebut dapat menyebabkan efek samping berupa semakin tingginya produk samping seperti trihalometan dari pengolahan tersebut. Trihalometan memiliki dampak yang buruk bagi kesehatan tubuh manusia. Sebenarnya pembentukan produk samping dapat di atasi dengan penyisihan senyawa organik alami. Akan tetapi tidak semua produk samping tersebut terbentuk dari prekursor senyawa organik alami [4]. Di negara maju seperti Amerika Serikata, proses membran nanofiltrasi merupakan proses membran yang telah dapat pengakuan dari EPA (Environmental Protection Agency) sebagai ”best available technology” untuk proses pengolahan air. Tahun 1996, seluruh plant nanofiltrasi di Florida, Amerika Serikat memiliki kapasitas mencapai 60 juta galon/hari [3, 4]. Proses membran nanofiltrasi memiliki area penggunaan yang luas. Dalam pemanfaatannya secara nyata membran nanofiltrasi telah digunakan untuk pengolahan air minum dari air tawar di Fort Mayer, Florida dengan kapasitas pengolahan 80.000 m3 /hari [4]. Aplikasi membran nanofiltrasi dalam pengolahan berbagai sumber air yang tak hanya berasal dari sumber air alami yang sudah tersedia dan sudah terkena kontaminasi bahan pencemar, tapi juga pengolahan air limbah dari industri. Beberapa industri yang diantaranya menggunakan proses membran nanofiltrasi adalah industri tekstil [20], industri penyamakan kulit [22], industri pelapisan logam [4]. Kualitas permeate dari proses membran dengan bahan baku air limbah menunjukkan kualitas yang sangat baik. Hal ini sudah cukup menjelaskan bahwa proses membran merupakan proses yang sangat sesuai untuk pengolahan air.
5. Keunggulan Pengolahan Air
Nanofiltrasi
dalam
Nanofiltrasi memiliki kisaran ukuran pori antara ultrafiltrasi dan reverse osmosis. Nanofiltrasi dapat diartikan sebagai gabungan dari ultrafiltrasi dan reverse osmosis. Dengan demikian nanofiltrasi memiliki selektivitas yang lebih baik dari ultrafiltrasi dan memiliki tekanan operasi yang lebih rendah dari reverse osmosis. Hal tersebut menjadi keunggulan nanofiltrasi sebagai metode utama dalam pelunakan air. Keunggulan dari membran nanofiltrasi ini adalah dapat memisahkan monovalen ion. Proses pelunakan air dengan nanofiltrasi akan mempertahankan ion kalsium dan magnesium sementara lewat. Selain itu tidak perlu adanya bahan tambahan kimia untuk proses filtrasi. Nanofiltrasi juga dapat digunakan dalam pengolahan air dalam volume yang besar. Keuntungan menggunakan aplikasi dari membran adalah rendahnya energi [4]. Bahkan proses membran nanofiltrasi dinilai memiliki keuntungan dari proses membran lainnya. Proses membran nanofiltrasi dapat dioperasikan dengan biayadan energi rendah, investasi rendah dan juga biaya perawatan yang rendah [10]. Keuntungan lainnya desain dari modul membran yang sederhana, kompak, mudah dioperasikan dan tidak membutuhkan peralatan tambahan dalam jumlah banyak [4]. Proses membran juga aman dan sehat karena tidak menggunakan bahan kimia sehingga ramah lingkungan [10]. Dengan demikian, proses pengolahan air dengan membran khususnya nanofiltrasi memiliki cost/biaya yang murah dibanding dengan proses pengolahan lainnya.
Daftar Pustaka [1] I. G. Wenten, 2015, Teknologi pengolahan air, Tekn ik Kimia Institut Teknologi Bandung.
7
Sri Su minar Dewi, Nanofiltrasi sebagai “Best Available Technology” untuk pengolahan air, 2015, 1-9
[2] Dong Zhou, Lijing Zhu, Yinyi Fu, M inghe Zhu, Lixin Xue, Develovment of lower cost seawater desalination processes using nanofiltration technologies-a riview, Desalination 376 (2015) 109-116. [3] I. G. Wenten, Teknologi Membran dalam Pengolahan Air dan Limbah, Departemen Teknik Kimia –ITB, Coference Paper. July 2005, (http://www.researchgate.net/publication/2812 36230)
[4] I. G. Wenten, Teknologi membran dalam pengolahan air dan limbah industri. Studi Kasus: pemanfaatan ultrafilt rasi untuk pengolahan air tambak, Departemen Teknik Kimia-ITB, (Januari 2004), (http://www.researchgate.net/publication/2812 36127 ) [5] By Anne Braghetta, Francis A. DiGiano, William P. Ball, Nanofiltration of natural organic matter: pH and ionic strenght effect, J.Environ.Eng.,1997, 123(7):628-641. [6] Thorsen, Thor., and Harald Flogstad, Nanofiltration in drinking water treat ment. TECHNEA U. 2006. [7] I. G. Wenten, Khoiruddin, P. T. P. Aryanti, A. N. Hakim, 2010, Pengantar Tekno logi Membran, Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung. [8] Marcel Mu lder, 1996, Basic principle of membrane technology, Kluwer Academic Publisher. Netherlands. [9] H. K. Shon, S. Phuntsho, D.S. Chaudary, S. Vigneswaran, J. Cho, Nanofiltration for water and wastewater-a mini review, Drink . Water Eng. Sci., 6, 47–53, 2013. [10] N. Hilal, H Al-Zoubi, N.A. Darwish, A.W. Mohammad, M. Abu Arabi, A comprehensive review o f nanofiltration memb ranes: treat ment, pretreat ment, modelling, and atomic force microscopy, Desalination 170 (2004) 281-308. [11] Seungkwan Hong, Menachem Elimelech, Chemical and Physical Aspect of natural organic matter (NOM) fouling of nanofiltration membrane. Journal of memb rane science 132 (1997) 159-181. [12] Ana Rita Costa, Maria Norberta de Pinho, Performance and cost estimation of nanofiltration for surface water treatment in drinking water production, Desalination 196 (2006) 55-65. [13] Bjarne Nicolaisen, Development in membrane technology for water treatment, Desalination 153 (2002) 355-360.
[14] Enroco Drioli, Efrem Curcio, dan Enrica Fontananova, Mass Transfer OperationMembran Separation, Instute on Membrane Technology , ITM-CNR, c/o Department of Chemical Engineering and Materials, University of Calabria, Italia. [15] A my E. Childress, Relating Nanofiltration memb rane Performance to memb rane charge (electrokinetic) characteristic. Departement of Civil Engineering- University of Nevada. Environ. Sci. Technol. 2000, 34, 3710-3716. [16] B. Van der Bruggen, K. Everaert, D. Wilms, C. Vandecasteele, Application of nanofiltration for removal pesticide, nitrate and hardness from goundwater: rejection proverties and economic evaluation, Journal of membrane science 193 (2001) 239-248. [17] Johan Schaep, Bart Van der Bruggen, Steven Uytterhoeven, Raf Crou x, Carlo Vandecasteele, Dirk Wilms, Emmanuel van Houtte, Frans Vanlerberghe, Removal of hadrness from groundwater by nanofiltration, Desalination 119 (1998) 295-302. [18] C. Robert Reiss, James S. Taylor, Christhope Robert, Surface water treatment using nanofiltration-pilot testing results and design consideration, Desalination 125 (1999) 97-112. [19] Monthon Thanuttamavong, Kazuo yamamato, Jeong Ik Oh, Kwang Ho Choo, Sang June Choi, Rejection characteristics of organic and inorganic pollutants by ultra-lo w presssure nanofiltrat ion of surface water for drinking water treatment. Desalination 145 (2002) 257-264. [20] Cheima Fersi, Lassaad Gzara, Mah moud Dahbhi, Treatment of textile effluents by membrane technologies, Desalination 185 (2005) 399-409. [21] J. Rajenovic, M. Petrovic, F. Ventura, D. Barcelo, Rejection of pharmaceuticals in nanofiltration and reverse osmosis membrane drinking water treat ment. Water Research 42 (2008) 3601-3610. [22] C. Dasgupta, D. Mondal, S. Chackraborty, J. Sikder, S. Curcio, H. A. Arafat, Nanofiltration based water reclamation fro m tannery effluent following coagulation pretreatment. Exoto xicology and Environmental Safety 121 (2015) 22-30. [23] I. G. Wenten, 2015, Industri Membran dan Perkembangannya, Teknik Kimia Institut Teknologi bandung.
8
Sri Su minar Dewi, Nanofiltrasi sebagai “Best Available Technology” untuk pengolahan air, 2015, 1-9
[24] Ch ristoper Bellona, Jorg E. Drewes, Pei Xu, Gary A my, , Factor affect ing the rejection of Organic solutes during NF /RO treat ment – aliterature review. Water Research 38 (2004) 2795-2809.
9