HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VII DI SMP ISLAM ALMAARIF 01 SINGOSARI YANG BERDOMISILI DI PONDOK PESANTREN NADZIFAH ROSE AHADY FAKULTAS PSIKOLOGI UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG Abstrak. Pada proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar adalah kegiatan yang paling utama. Faktor yang mempengaruhi prestasi siswa adalah motivasi belajar. Motivasi tersebut bisa didapatkan dari orang lain selain dari dirinya sendiri. Diantaranya berasal dariteman sebaya. Dukungan sosial menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar. Siswa yang berada di SMP Islam Almaarif Singosari 01 ini tidak hanya berasal dari Singosari sendiri. Siswa yang bukan berasal dari Singosari bertempat tinggal di pondok pesantren. Karena bertempat tinggal di pondok pesantren, intensitas bertemu dengan orang tua minim, maka dukungan sosial yang berasal dari orang tua juga tidak maksimal. Siswa yang berdomisili di pesantren kesehariannya berinteraksi dengan teman sebaya. Secara otomatis hanya mendapatkan dukungan sosial dari teman sebaya saja. Dari sini peneliti ingin meneliti: (1) bagaimana tingkat dukungan sosial teman sebaya pada siswa kelas VII SMP Islam Al-Maarif Singosari 01 Malang yang berdomisili di pondok pesantren. (2) bagaimana tingkat motivasi belajar siswa pada siswa kelas VII SMP Islam Al-Maarif Singosari 01 Malang yang berdomisili di pondok pesantren. (3) apakah ada hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan motivasi belajar pada siswa kelas VII SMP Islam Al-Maarif 01 Singosari yang berdomisili di pondok pesantren. Tujuan penelitian untuk mengetahui (1) tingkat dukungan sosial teman sebaya pada siswa kelas VII SMP Islam Al-Maarif Singosari 01 Malang yang berdomisili di pondok pesantren. (2) tingkat motivasi belajar siswa pada siswa kelas VII SMP Islam Al-Maarif Singosari 01 Malang yang berdomisili di pondok pesantren. (3) hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan motivasi belajar pada siswa kelas VII SMP Islam Al-Maarif 01 Singosari yang berdomisili di pondok pesantren. Penelitian ini menggunakan paradigma penelitian kuntitatif dengan jenis penelitian kolerasional. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Islam Almaarif 01 Singosari yang berdomisili di pondok pesantren. Teknik pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan angket. Data yang diperoleh dari angket kemudian dianalisa validitas dan reliabilitasnya kemudian dikategorisasikan dan dilakukan analisis kolerasi product moment. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terdapat hasil analisa siswa kelas VII SMP Islam Almaarif 01 Singosari memiliki tingkat dukungan sosial teman sebaya yang rendah dengan prosentase 66 % dan memiliki tingkat motivasi belajar yang sedang dengan prosentase 62 %. Kolerasi antara dukungan sosial teman sebaya dengan motivasi belajar adalah 0.489, dengan taraf signifikan sebesar 0.000, dan arah hubungan (r) adalah positif, artinya semakin tinggi dukungan sosial teman sebaya maka semakin tinggi pula motivasi belajar siswa kelas VII SMP Islam Almaarif Singosari 01. Kata kunci: Dukungan sosial teman sebaya, motivasi belajar
PENDAHULUAN
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Salah satu proses belajar di kelas adalah diperlukannya motivasi belajar itu sendiri. Telah dipahami bahwa motivasi merupakan pendorong bagi setiap individu untuk berperilaku. Perilaku belajar pada manusia muncul tidak terlepas dari adanya motivasi yang ada di dalam dirinya. Motivasi merupakan bagian dari aspek psikologi dalam diri individu yang membangkitkan, memunculkan, dan menjaga suatu perilaku. Adapun faktor-faktor yang memengaruhi motivasi belajar siswa dapat berasal dari faktor eksternal dan internal. Para ahli pendidikan dan psikologi menyatakan bahwa belajar merupakan proses perubahan perilaku manusia baik melalui latihan maupun pengalaman. Motivasi dapat diibaratkan sebagai sumber energi bagi setiap orang untuk mencapai tujuannya dalam belajar. Apabila motivasi yang kuat, maka seseorang akan bersungguh-sungguh dalam mencurahkan segala perhatiannya untuk mencapai tujuan belajarnya. Siswa yang termotivasi akan menunjukkan minatnya untuk melakukan aktivitas-aktivitas belajar, merasakan keberhasilan diri, mempunyai usaha-usaha untuk sukses, dan memiliki strategi-strategi kognitif dan efektif dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan padanya. Kegiatan atau cara untuk menumbuhkan motivasi belajar pada siswa bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Salah satu penyebab sulitnya menumbuhkan motivasi belajar pada siswa ialah minimnya kepedulian guru dan orang tua. Terlebih lagi remaja, remaja adalah masa transisi/peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial (Dariyono, 2004). Pada masa remaja ini masih sangat perlu bimbingan dan kepedulian dari orang tua maupun guru tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan dukungan agar dapat meningkatkan moivasi belajar pada siswa tersebut. Guru dan orang tua pun harus bekerja sama dan turut andil dalam hal ini. Siegel (dalam, Ristianti 2008) mengemukakan, dukungan sosial sebagai informasi dari orang lain yang menunjukan bahwa ia dicintai dan diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai serta merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban bersama. Selain itu menurut Sarafino, 1994 (dalam, Safitri, 2011) yang mengemukakan bahwa dukungan sosial dapat berasal dari orang-orang sekitar individu yang termasuk kalangan nonprofesional (signification others) seperti: keluarga, teman dekat, atau rekan. Hubungan dengan kalangan non-profesional atau significant others merupakan hubungan yang menempati bagian terbesar dari kehidupan seorang individu dan menjadi sumber dukungan sosial yang sangat potensial. Dari pendapat tokoh di atas dapat dikatakan dukungan sosial yang baik akan memengaruhi segala sesuatu yang akan dilakukan oleh seseorang. Siswa yang sedang menempuh di bangku sekolah juga memerlukan dukungan sosial. Banyak sekali contoh bahwa siswa yang prestasinya rendah itu diikuti oleh motivasi belajar yang rendah pula.
Pada kalangan remaja, teman sebaya juga memengaruhi perkembangan seorang remaja. Perkembangan kehidupan sosial remaja juga ditandai dengan gejala meningkatnya pengaruh teman sebaya dalam kehidupan mereka. Sebagian besar waktunya dihabiskan untuk berhubungan atau bergaul dengan teman-teman sebaya mereka. Dalam perkembangan belajar, teman sebaya juga memengaruhi prestasi dalam belajarnya. Tetapi adakalanya jika pengaruh kelompok teman sebayanya itu negatif maka itupun juga berpengaruh. Melalui berkumpul dengan teman sebaya yang memiliki kesamaan dalam berbagai hal tertentu, remaja dapat mengubah kebiasaan-kebiasaan hidupnya dan dapat mencoba berbagai hal yang baru serta saling mendukungan satu sama lain (Cairns, R.B, & Neckerman) (dalam, Ristiani) Ketika tidak adanya dukungan sosial untuk siswa tersebut maka otomatis motivasi belajarnya pun menjadi rendah. Akan tetapi mereka yang bertempat tinggal di rumah juga pasti membutuhkan dukungan dari orang tuanya. Hasil data yang ditemukan, pada sekolah SMP Islam Almaarif 01 Singosari ini siswa yang belajar disana bukan hanya dari kalangan siswa yang bertempat tinggal bersama orang tuanya, akan tetapi sebagian besar ada siswa yang bertempat tinggal di pondok pesantren, karena memang kota Singosari terkenal dengan sebutan kota pesantren. Jika siswa yang bertempat tinggal bersama orang tuanya mendapatkan dukungan dari orang tuanya, berbeda lagi dengan siswa yang bertempat tinggal di pondok pesantren, yang setiap harinya bertemu dengan temannya. Di pondok pesantren setiap hari siswa juga di hadapkan dengan serentetan kegiatan yang ada. Tidak terlepas siswa yang bertempat tinggal di pondok pesantren mempunyai dua kewajiban belajar, yang pertama adalah kewajiban belajar di sekolah dan yang kedua adalah kewajiaban belajar di pondok pesantren. Itu pun juga berlaku bagi tanggung jawab masing-masing dalam melaksanakan pembelajaran. Siswa yang bertempat tinggal di pondok pesantren hampir jarang bertemu dengan orang tuanya kecuali libur semester di sekolah ataupun hari berkunjung. Dari sini, minim sekali dukungan dari orang tua untuk memotivasi anaknya untuk giat belajar. Yang ada adalah teman sebaya yang mereka temui sehari-harinya. Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada guru BK dan beberapa siswa menyatakan bahwa, siswa SMP Islam Almaarif 01 Singosari ini sebenarnya untuk motivasi belajar belum cukup tinggi, tidak hanya siswa yang berdomisili di pondok pesantresn, siswa yang bertempat tinggal di singosari dan intensitasnya lebih banyak untuk bertemu orang tua pun juga belum cukup tinggi. Faktor yang mempengaruhi salah satunya juga adalah dukungan sosial. Jika siswa yang intensitas bertemu dengan orang tua tinggi kemudian tingkat motivasi belajar juga belum tinggi, lalu bagaimana dengan siswa yang juga seorang santri dimana mereka intensitas bertemu dengan orang tua sedikit. Dan didukung oleh intensitas bertemu dengan teman sebaya dalam kesehariannya. Berdasarkan fenomena-fenomena diatas ada beberapa hal yang mampu meningkatkan motivasi belajar pada remaja. Penelitian ini akan dilakukan di SMP Islam Almaarif 01 Singosari Malang.
KAJIAN TEORI Dukungan Sosial Teman Sebaya a. Definisi Dukungan Sosial Menurut Cohen & Hoberman 1983 (dalam, Isnawati dan Suhariadi 2013) dukungan sosial mengacu pada berbagai sumber daya yang disediakan oleh hubungan antarpribadi seseorang. Dukungan sosial memiliki efek yang positif pada kesehatan, yang mungkin terlihat bahkan ketika tidak berada dibawah tekanan yang besar. Beberapa bentuk dukungan sosial menurut Cohen dan Hoberman yaitu; (1) appraisal Support yaitu adanya bantuan yang berupa nasihat yang berkaitan dengan pemecahan suatu masalah untuk membantu mengurangi stresor; (2) tangiable support yaitu bantuan yang nyata yang berupa tindakan atau bantuan fisik dalam menyelesaikan tugas; (3) self-esteem support yaitu dukungan yang diberikan oleh orang lain terhadap perasaan kompeten atau harga diri individu/perasaan seseorang sebagai bagian dari sebuah kelompok dimana para anggotanya memiliki dukungan yang berkaitan dengan self-esteem seseorang; (4) belonging support yaitu menunjukkan perasaan diterima menjadi bagian dari suatu kelompok dan rasa kebersamaan. Sarafino (dalam Ristiani, 2008) menggambarkan dukungan sosial sebagai suatu kenyamanan, perhatian, penghargaan ataupun bantuan yang diterima individu dari orang lain maupun kelompok. Siegel (dalam Ristiani, 2008) mengemukakan, dukungan sosial sebagai informasi dari orang lain yang menunjukan bahwa ia dicintai dan diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai serta merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban bersama. b. Sumber Dukungan Sosial Goetlieb (dalam, Ristianti 2008) menyatakan ada dua macam hubungan dukungan sosial, yaitu hubungan professional yakni bersumber dari orang-orang yang ahli di bidangnya, seperti konselor, psikiater, psikolog, dokter maupun pengacara, serta hubungan non professional, yakni bersumber dari orang-orang terdekat seperti teman, keluarga maupun relasi. Dukungan sosial dapat diperoleh seseorang dari berbagai sumber dalam suatu jaringan sosial yang dimiliki oleh individu yang bersangkutan. Kaplan 1993 (dalam, Nurbani 2009) mengatakan dukungan sosial dapat diperoleh melalui individu-individu yang diketahui dapat diandalkan, menghargai, memperhatikan serta mencintai kita dalam suatu jaringan sosial. c. Bentuk-bentuk Dukungan Sosial Sarafino (dalam Puspitasari dkk 2010) mengemukakan ada beberapa bentuk dukungan sosial antara lain:
a. Dukungan emosional. Mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan. Dukungan ini menyediakan rasa nyaman, ketentraman hati, perasaan dicintai bagi seseorang yang mendapatkannya. b. Dukungan penghargaan. Terjadi lewat ungkapan penghargaan positif untuk individu bersangkutan, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu dan perbandingan positif individu dengan orang-orang lain. c. Dukungan instrumental. Mencakup bantuan langsung yang dapat berupa jasa, waktu, dan uang. d. Dukungan informatif. Mencakup memberi nasihat, petunjuk-petunjuk, saran-saran, informasi, dan umpan balik. e. Dukungan jaringan sosial. Mencakup perasaan keanggotaan dalam kelompok. Dukungan jaringan sosial merupakan perasaan keanggotaan dalam suatu kelompok, saling berbagi kesenangan dan aktivitas sosial. d. Faktor yang Memengaruhi Dukungan Sosial Faktor yang memengaruhi dukungan sosial menurut Cohen dan Syme (dalam Andarini & Fatma, 2013) adalah sebagai berikut: a. Pemberian dukungan. Pemberi dukungan adalah orang-orang yang memiliki arti penting dalam pencapaian hidup sehari-hari. b. Jenis dukungan. Jenis dukungan yang akan diterima memiliki arti bila dukungan itu bermanfaat dan sesuai dengan situasi yang ada. c. Penerimaan dukungan. Penerimaan dukungan seperti kepribadian, kebiasaan, dan peran sosial akan menentukan keefektifan dukungan. d. Permasalahan yang dihadapi. Dukungan sosial yang tepat dipengaruhi oleh kesesuaian antara jenis dukungan yang diberikan dan masalah yang ada. e. Waktu pemberian dukungan. Dukungan sosial akan optimal di satu situasi tetapi akan menjadi tidak optimal dalam situasi lain. Lamanya pemberian dukungan. Lamanya pemberian dukungan tergantung pada kapasitas. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Kata motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan).Berawal dari kata motif itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak (Sardiman, 2012). Menurut Santrock (2007), motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama. Menurut Mc. Donald (dalam Sardiman, 2012), motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya ”felling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. b. Karakteristik Motivasi
Sebagaimana pengertian sebelumnya, motivasi merupakan kecenderungan atau disposisi untuk bertindak dengan cara-cara tertentu, dan sebuah motive adalah kebutuhan atau keinginan yang menyebabkan kecenderungan-kecenderungan. Motivasi memunculkan energi pada diri individu untuk mencapai tujuan-tujuan, baik jangka panjang maupun jangka pendek yang telah ditetapkan. Dari definisi yang telah dibuat oleh para ahli, ada beberapa karakteristik yang menjadi ciri khas motivasi. Karakteristik motivasi tersebut menurut Seifert (dalam Wahyuni, 2009) adalah kecenderungan untuk betindak, membangkitkan dan mengarahkan, memelihara atau menjaga lebih lama, dan motivasi dipelajari ataukah pembawaan. c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Suryabrata (2004), ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar antara lain: a) Faktor eksternal Faktor dari luar individu yang terbagi menjadi dua faktor: faktor sosial meliputi faktor manusia lain baik hadir secara langsung atau tidak langsung dan faktor non sosial meliputi keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu, tempat belajar, dan lainlain. b) Faktor internal Faktor dari dalam diri individu yang terbagi menjadi dua: faktor fisiologis meliputi keadaan jasmani dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis dan faktor psikologis meliputi minat, kecerdasan, dan persepsi. d. Macam-macam Motivasi Berbicara tentang macam atau jenis motivasi ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dengan demikian, motivasi atau motif-motif yang aktif itu sangat bervariasi. Menurut (Sardiman, 2012) macam-macam motivasi adalah sebagai berikut: Motivasi instrinsik dan ekstrinsik Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar.Menurut (Wahyuni, 2009) motivasi ekstrinsik merupakan sebuah konstruk yang berkaitan dengan sebuah aktivitas yang dilakukan untuk mendapatkan beberapa hasil karena faktor di luar individu. e. Fungsi Motivasi dalam Belajar Belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Motivation is an essential condition of learning. Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. METODE Penelitian ini bersifat kuantitaif, maka proses penelitian banyak menggunakan angka mulai dari pengumpulan, penafsiran, dan penyajian hasil. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif korelasional, yakni penelitian yang akan melihat hubungan
antara variabel atau beberapa variabel dengan variabel lain (Zuriah, 2006). Dalam penelitian ini di tentukan dua jenis variabel yakni variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya adalah motivasi belajar sedangkan variabel terikatnya adalah dukungan sosial teman sebaya. Populasi dalam penelitan ini adalah seluruh siswa kelas VII yang berdomisili di pondok pesantren, dimana berjumlah 115, 15 siswa dari kelas VII menjadi subjek uji coba, dan sisanya dijadikan subjek penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode pengumpulan data adalah skala. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah model skala likert. Metode ini merupakan jenis skala yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian. Untuk skala pengukuran variabel dukungan sosial teman sebaya, peneliti mengembangkan skala berdasarkan kajian teori yang disusun oleh Sarafino. Dengan aspekaspeknya yakni dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informatif, dukungan jaringan sosial. Untuk skala pengukuran variabel motivasi belajar menurut teori Donald. Metode analisis data yang akan digunakan untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan statistic korelasi product moment dengan bantuan SPSS. HASIL Berdasarkan hasil perhitungan variabel dukungan sosial teman sebaya yang dilihat dari mean hipotetik dan standart deviasi hipotetik dapat diketahui bahwa tingkat dukungan sosial pada siswa kelas VII yang berdomisili di pondok pesantren yang memiliki dukungan sosial tingkat tinggi yaitu 27% (18 responden), tingkat sedang 66% (66 responden), dan tingkat rendah 7% (7 responden). Sedangkan untuk variabel motivasi belajar dapat diketahui bahwa tingkat motivasi belajar pada siswa kelas VII yang berdomisili di pondok pesantren yang memiliki motivasi belajar tingkat tinggi yaitu 1% (1 responden), tingkat sedang 32% (32 responden), dan tingkat rendah 62% (62 responden). Uji normalitas dilakukan pada variabel bebas dan variabel terikat. Hasil output OneSample Kolmogorov-Smirnov Test dapat diketahui nilai Asymp. Sig. (2-tailed) untuk variabel dukungan sosial 0.755 dan untuk variabel motivasi balajar 0.343 dimana Asymp. Sig. (2tailed) ≥ 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Kemudian, dapat diketahui bahwa tingkat signifikan uji linearitas variabel dukungan sosial dengan motivasi belajar menunjukkan hasil 0.00 dimana sig dari linearity ≤ 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa kedua variabel memiliki hubungan yang linier. Dan untuk hasil uji korelasi antara dukungan sosial teman sebaya dengan motivasi belajar yaitu N= 100, dengan nilai kolerasi 0.489 yang artinya kedua variabel dalam kategori koefisien kolerasi yang cukup. Kemudian nilai signifikan 0.000, dimana nilai signifikan < 0.05, yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial teman sebaya dengan motivasi belajar. PEMBAHASAN Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti tentang tingkat dukungan sosial teman sebaya pada siswa kelas VII SMP Islam Almaarif 01 Singosari Malang termasuk pada kategori sedang. Berdasarkan uraian dari beberapa tokoh bahwa dukungan sosial adalah sesuatu yang diberikan, berupa verbal atau non verbal yang berbentuk saran, bantuan, pemberian bantuan tingkah laku, oleh orang-orang yang mempunyai hubungan sosial yang akrab. Dukungan sosial dapat diperoleh dari beberapa sumber, salah satunya yakni teman sebaya. Karena siswa kelas VII yan berdomisili di pondok pesantren adalah siswa masa peralihan dari jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) yang sebelumnya mereka
mendapatkan dukungan sosial dari orang tua. Di pondok pesantren kegiatan yang ditempuh dimulai dari pagi sampai malam. Pada jam 07.00 pagi dimulailah kegiatan di sekolah. Siswa yang juga menjadi santri harus membagi kewajibannya menjadi dua, yakni kewajiban di sekolah dan kewajiban di pondok pesantren. Siswa harus memiliki ketahanan diri yang kuat melihat dari kegiatan yang padat yang dimiliki siswa tersebut. Dari sini, mereka sangat membutuhkan dukungan sosial dari teman sebaya karena dukungan sosial dari orang tua tidak bisa mereka dapatkan secara maksimal. Ada dua macam hubungan dukungan sosial, yaitu hubungan professional dan hubungan non professional. Hubungan professional yakni bersumber dari orang-orang yang ahli di bidangnya, seperti konselor, psikiater, psikolog, dokter maupun pengacara, dan hubungan non professional, yakni bersumber dari orang-orang terdekat seperti teman, keluarga maupun relasi. Dan penelitian ini termasuk penelitian dukungan sosial yang non professional, yakni dukungan sosial teman sebaya. Goetlieb (dalam, Ristianti 2008) Siswa kelas VII yang bedomisili di pondok pesantren membutuhkan dukungan sosial oleh sesama teman sebayanya. Menurut Kaplan (dalam Nurbani 2009) Dukungan sosial dapat diperoleh melalui individu-individu yang diketahui dapat diandalkan, menghargai, memperhatikan, serta mencintai kita dalam suatu jaringan sosial. Jaringan sosial ditemukan dalam lembaga pondok pesantren itu sendiri. Seperti yang diketahui di pondok pesantren, siswa juga hidup bersama teman dalam kesehariannya. Dan dari situ pula siswa tidak dapat hidup sendiri. Siswa membutuhkan pertolongan dari temannya saat mengalami masalah untuk membantu menyelesaikannya. Didukung dengan teori yang telah dikemukakan oleh Rook (dalam Kumalasari dan Ahyani, 2012) dukungan sosial menunjukkan pada hubungan interpersonal yang melindungi terhadap konsekuensi negatif dari stress (penyelesaian masalah). Ada lima faktor yang memengaruhi dukungan sosial. Menurut Cohen dan Syme (dalam Andriani dan Fatma, 2013) faktor-faktor itu yakni pemberi dukungan, jenis dukungan, penerimaan dukungan, permasalahan yang dihadapi dan waktu pemberian dukungan. Pada analisis tingkat motivasi belajar siswa kelas VII yang berdomisili di pondok ini dikategorikan tingkat rendah. Motivasi sendiri menurut Santrock adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Yang artinya perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama. Motivasi murid di kelas berkaitan dengan alasan di balik perilaku murid dan sejauh mana perilaku mereka diberi semangat, punya arah dan dipertahankan dalam jangka lama. Jika murid tidak menyelesaikan tugas karena bosan, maka dia kekurangan motivasi. Jika murid menghadapi tantangan dalam penelitian dan penulisan makalah, tetapi dia terus berjuang dan mengatasi rintangan, maka dari punya motivasi yang besar. Motivasi belajar yang rendah bisa dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar itu sendiri diantaranya menurut Suryabrata (2004) ada faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi dua faktor yaitu faktor sosial dan faktor non sosial. Faktor sosial adalah faktor manusia lain baik hadir secara langusng atau tidak langsung dan faktor non sosial adalah keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu, tempat belajar, dan lainlain. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari dalam individu yang juga terbagi menjadi dua faktor yakni faktor fisiologis dan faktor psikologis. Faktor fisiologis meliputi keadaan jasmani dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis sedangkan untuk faktor psikologis meliputi minat, kecerdasan, dan persepsi.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi motivasi belajar menurut Rusyan, dkk (1992) juga meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Tetapi menurut Rusyan faktor internal dibagi menjadi tiga hal, yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kematangan psikis. Faktor jasmaniah adalah bersifat bawaan yang didapat dari lingkungan dan faktor ini mempengaruhi semangat intensitas seseorang dalam belajar. Faktor psikologis terdiri atas faktor intelektual dan faktor non intelektual. Yang ketiga faktor kematangan fisik maupun psikis. Untuk faktor eksternal meliputi empat hal, yaitu yang pertama faktor sosial, faktor sosial terdiri atas lingkungan keluarga, lingkugan sekolah seperti guru, para staf administrasi dan teman-teman sekelas, dan lingkungan masyarakat dan tetangga. Kedua, faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian. Yang ketiga faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan iklim. Dan yang terakhir adalah faktor lingkungan spiritual atau keagamaan. Teman sebaya (peer). Teman sebaya dapat memengaruhi motivasi anak melalui perbandingan sosial, kompetensi dan motivasi belajar, belajar bersama, dan pengaruh kelompok teman sebaya. Esccles, Wigfield, & Schiefele, 1998 (dalam Santrock 2007). Dari hasil penelitian kolerasi yang dilakukan tentang hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan motivasi belajar pada siswa SMP Islam Almaarif Singosari yang berdomisili di pondok pesantren yang dilakukan dengan uji kolerasi. Dari hasil uji kolerasi terdapat hubungan yang positif, sedangkan hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan motivasi belajar dikatakan signifikan. Taraf signifikan kedua variabel tersebut adalah 0.000 (< 0.05) sehingga berkolerasi secara signifikan. Kolerasi antara dukungan sosial teman sebaya dengan motivasi belajar adalah 0.489 menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang cukup antara dukungan sosial teman sebaya dengan motivasi belajar. Arah hubungan (r) adalah positif, artinya semakin tinggi tingkat dukungan sosial teman sebaya maka semakin tinggi pula tingkat motivasi belajar pada siswa kelas VII SMP Islam Almaarif 01 Singosari Singosari Malang. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian dilakukan peneliti, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Tingkat dukungan sosial teman sebaya pada kelas VII di SMP Islam Almaarif 01 Singosari Singosari berkategori sedang dengan prosentase 66%, yang artinya mayoritas siswa kelas VII dalam penelitian ini memiliki tingkat dukungan sosial yang belum cukup tinggi dalam arti siswa kelas VII SMP Islam Almaarif 01 Singosari Singosari belum memiliki rasa empati, kepedulian, perhatian yang tinggi kepada teman sebaya sehingga. 2. Tingkat motivasi belajar pada kelas VII di SMP Islam Almaarif 01 Singosari Singosari berkategori rendah dengan prosentase 62 %, yang artinya kurang mendapatkan dari faktor motivasi belajar dimana motivasi belajar juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan, termasuk lingkungan sekolah yakni salah satunya dari teman sebaya. 3. Terdapat hubungan positif antara dukungan sosial teman sebaya dengan motivasi belajar pada siswa SMP Islam Almaarif Singosari yang berdomisili di pondok pesantren .
DAFTAR PUSTAKA Al-Qur’an, 2008. Departemen Agama RI Andarini, Sekas Ratri dan Fatma, Anne. 2013. Hubungan antara Distress dan Dukungan Sosial dengan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa dalam Menyusun Skripsi. Jurnal Psikologi Universitas Sahid Surakarta. Arikunto Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V. Rineka Cipta, Jakarta. Azwar, Saifudin. 2010. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Dariyoni, Agoes, Psi. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor. Desmita. 2006. Psikologi Perkembangan. PT Remaja Rosdakarya, Bandung Djamarah, Saiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. Rineka Cipta, Jakarta. Isnawati, Dian danProf. Dr. H. Fendy Suhariadi, MT., Psi.2013. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Penyesuaian Diri Masa Persiapan Pensiun Pada Karyawan PT Pupuk Kaltim Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya. Jurnal Psikologi Industri danOrganisasi Vol. 02 No.1 Kumalasari, Fani dan Nur Ahyani, Latifah. 2012. Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Penyesuaian Diri Remaja Di Panti Asuhan. Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus. Nurbani, Farah. 2009. Dukungan Sosial Pada ODHD. Jurnal Psikologi Universitas Gunadarma Puspitasari dkk. 2010. Hubungan antara Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan Kecemasan Menjelang Ujian Nasional (UN) pada Siswa Kelas XII Reguler Sma Negeri 1 Surakarta. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro. Ridwan, M.B.A. 2005. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Alfabeta, Bandung. Ristiani, Amie. 2008. Hubungan Antara Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan Identitas Diri Pada Remaja di SMA Pusaka 1 Jakarta.Jurnal Psikologi Fakultas Universitas Gunadarma. Rusyan, Tabrani dan Atang Kusdinar dan Zainal Arifin. 1992. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. PT Remaja Rosdakarya, Bandung. Santoso Gempur.2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Prestasi Pustaka, Jakarta Santrock John. 2002. Life-Span Development. Erlangga, Jakarta. Sardiman , A.M. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar. PT. Raja Gravindo, Jakarta. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. PT Rineka Cipta, Jakarta. Slavin, Robert E.2009. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Nusa Media, Bandung. Sugiono Dr. 1997. Metode Penelitian Administrasi. CV Alfabeta, Bandung Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. CV Alfabeta, Bandung. Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan. PT Rajawali, Jakarta. Wahyuni, Eka Nur, M.Pd. 2009. Motivasi dalam pembelajaran. UIN Malang Press, Malang. Zuriah, Nuruli. 2006. Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan. PT. Bumi Aksara, Jakarta.